uts resti final

Upload: antaresti-susanto

Post on 19-Jul-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RINGKASAN HASIL EVALUASI Berdasarkan hasil evaluasi kriteria keuangan dan pertimbangan-pertimbangan non financial yang dapat memepengaruhi keberhasilan proyek serta dampak bagi pertumbuhan perusahaan PT Agur Bin Yake, maka dari 9 proyek yang diusulkan, 6 proyek dapat disetujui yaitu : Proyek Ekspansi Pasar ke Wilayah Sumatera Selatan Penggantian Mesin Produksi Modal (Rp milyar ) 345 Kategori Ekspansi pasar

158

Peningkatan efisiensi

Pengembangan sistem akuntansi 143 Peningkatan efisiensi dan keuangan Diversifikasi usaha pengolahan ikan 776 Ekspansi usaha produk baru Pengolahan limbah pabrik divisi 235 Pemeliharaan Lingkungan utama Penggantian mesin produksi serta 250 Pemeliharaan lingkungan pengolahan yang ramah lingkungan*) Total 1.907 Keterangan *) : pelaksanaan proyek menunggu hasil evaluasi proyek pengolahan limbah divisi utama. Modal dapat berubah berdasarkan hasil evaluasi ini, tetapi untuk saat ini masih diasumsi tetap sama dengan yang diusulkan

1

LATAR BELAKANG PT. Agur Bin Yake merupakan perusahaan salah satu produsen dan distributor yag berhasil dalam bidang usaha makanan. Pada tahun 1997 karena dampak krisis keuangan yang melanda Asia, perusahaan sempat mengalami penurunan penjualan, akan tetapi hal ini dapat di atasi. Pada tahun 2001, di bawah kepemimpinan Antonius Hermawan perusahaan melakukan joint venture dengan perusahaan asing Fidelin International Ltd.Co, dari Belgia. Terobosan ini membawa perusahaan mulai melebarkan wilayah pasar ke Eropa dan Amerika. Kerjasama ini terkait dengan distribusi produk Agur di Eropa dan Amerika. Fidelin merupakan salah satu perusahaan multinasional yang memiliki banyak cabang dan distribusi produk konsumsi (consumer goods) diberbagai negara Eropa, Amerika, dan Asia. Khusus untuk Indonesia yang memiliki potensi pasar yang besar, Fidelin memasukan produknya ke Indonesia di bawah manajemen Agur. Pemain besar industri makanan di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Wings, dan PT. Unilever. Dalam 10 tahun ke depan, Agur berharap mampu bersaing di papan atas. Beberapa hal yang dapat menghambat untuk mencapai tujuan ini : Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada keputusan pemerintah meningkatkan harga minyak dua kali dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah menyebabkan inflasi yang tidak menguntungkan bagi sektor indusri. Krisis energi juga menyebabkan kelancaran produksi perusahaan mengalami gangguan serius dan tidak efisien Tingkat pertumbuhan Agur relatif stagnan dan lebih rendah dibanding competitor

-

Agar dapat meningkatkan pertumbuhan, perusahaan sedang menyusunan strategi jangka panjang 2010-2025. Dalam penyusunan ini sudah masuk 9 usulan proyek proyek dari manajermanajer cabang dengan total dana Rp4,167 triliun, adapun budget maksimal yang dialokasikan adalah Rp2,6 triliun. Dalam pemilihan proyek ini manajemen puncak sudah menetapkan bahwa pilihan proyek harus merupakan kombinasi dari empat kategori proyek: (i) ekspansi pasar; (ii) ekspansi usaha; (iii) peningkatan efisiensi; dan (iv) pemeliharaan lingkungan. Adapun permasalahan yang harus ditetapkan dalam pemilihan adalah : Menentukan standar dan kriteria penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya Menetapkan apakah menggunakan biaya modal yang sama sebagai dasar perhitungan atau biaya modal ditentukan berdasarkan tingkat resiko masing-masing proyek

ANALISA KEUANGAN Dalam penilaian ada 4 kriteria yang sudah disepakati yaitu : Payback period, discounted payback period, Net present value (NPV), dan internal rate of return (IRR).

2

Kriteria yang akan digunakan untuk seleksi adalah NPV, IRR dan discounted payback period. Payback period tidak digunakan karena dalam perhitungan ini tidak memperhitungkan nilai waktu uang sehingga yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian adalah discounted payback karena metode ini sudah memperhitungan nilai waktu uang sehingga lebih baik. Adapun untuk tingkat biaya modal, akan dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan biaya modal yang sama. Akan tetapi karena periode proyek serta jenis proyek tidak sama maka selanjutnya akan dihitung dengan menggunakan biaya modal berdasarkan tingkat resiko. Perhitungan berdasarkan tingkat resiko ini bobotnya lebih besar mengingat proyek yang berbeda memiliki tingkat resiko yang tidak sama dengan biaya modal yang sudah ditetapkan berdasarkan kondisi perusahaan saat ini. WACCi yang sudah disesuaikan dengan tingkat resiko masing-masing proyek akan digunakan sebagai discounted rate pada perhitungan NPV dan payback period. Selain itu WACCi juga digunakan sebagai pembanding terhadap IRR dari proyek. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran. A. Penilaian berdasarkan NPV

NPV menunjukkan selisih antara jumlah present value dari keseluruhan cash flows dengan investasi awal. Sebagai faktor pendiskonto digunakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan biaya modal atau tingkat pengembalian yang sudah ditetapkan oleh persyaratkan oleh perusahaan. Dalam penilaian usulan proyek yang diajukan ini, faktor diskonto yang akan digunakan adalah biaya modal (WACC). Baik menggunakan biaya modal yang sama maupun berdasarkan tingkat resiko, semua proyek menunjukkan NPV positif, berarti dari penilaian NPV, semua proyek dapat diterima. Karena penilaian biaya modal berdasarkan tingkat resiko lebih dapat menilai secara objektif maka ranking NPV yang diperoleh dari setiap proyek ditetapkan berdasarkan faktor pendiskonto WACCi.

Proyek NPV ( Rp dlm Milyar ) Diversifikasi usaha pengolahan ikan produk baru 214,98 *) Ekspansi pasar ke Sumsel 197,66 Diversifikasi usaha produksi pengolahan minuman dan 85,94 produk tanpa pengawet 4 Penggantian mesin produksi 81,20 5 Ekspansi pasar ke DIY 80,55 6 Pengembangan sistem akuntansi dan keuangan 77,06 7 Ekspansi pasar ke Sumut *) 72,62 8 Pengolahan limbah pabrik divisi utama 64,01 9 Penggantian mesin produksi serta pengolahan limbah yang 59,55 ramah lingkungan Keterangan *) bila dilakukan ekspansi proyek dilakukan secara simultan maka : NPV untuk ekspansi pasar ke Sumsel Rp. 172,66 M NPV untuk ekspansi pasar ke Sumut Rp. 47,62 M B. Penilaian berdasarkan IRR

Ranking 1 2 3

IRR adalah tingkat pengembalian modal agar diperoleh NPV = 0, Dengan membandingkan IRR dengan WACC dapat diketahui apakah proyek memberikan pengembalian yang lebih baik atau3

lebih jelek dari biaya modal yang ditetapkan. Dari hasil perhitungan, dari semua usulan yang diajukan diperoleh IRR lebih besar dari 10% yang merupakan biaya modal yang ditetapkan perusahaan tanpa memperhitungkan resiko proyek secara individual. IRR semua proyek juga lebih besar dari WACCi yang sudah disesuaikan dengan resiko proyek. Jadi berdasarkan IRR semua proyek dapat diterima. Adapun berdasarkan IRR, rangking dari proyek adalah sebagai berikut : Ranking 1 2 3 4 5 6 7 8 Proyek IRR (%) 24,7 24,6 22,4 21,6 19,6 14,7 14,6 13,9 WACCi (%) 12 12 6 8 14 8 8 13 6

Ekspansi pasar ke DIY Ekspansi pasar ke Sumsel *) Pengembangan sistem akuntansi dan keuangan Penggantian mesin produksi Diversifikasi usaha pengolahan ikan produk baru Pengolahan limbah pabrik divisi utama Ekspansi pasar ke Sumut *) Diversifikasi usaha produksi pengolahan minuman dan produk tanpa pengawet 9 Penggantian mesin produksi serta pengolahan 11,0 limbah yang ramah lingkungan Keterangan *) bila dilakukan ekspansi proyek dilakukan secara simultan maka : IRR untuk ekspansi pasar ke Sumsel 22,5 % IRR untuk ekspansi pasar ke Sumut 11,9 % C. Penilaian berdasarkan discounted payback period

Discounted payback period menunjukkan waktu pengembalian investasi dengan menggunakan discounted rate. Untuk penentuan ranking, discounted rate yang digunakan adalah WACC i yang sudah mempertimbangkan tingkat resiko dari masing-masing proyek. Tingkat resiko yang berbeda perlu dipertimbangkan mengingat umur proyek dan jenis proyek yang diusulkan berbeda-beda. Adapun ranking usulan berdasarkan waktu pengembalian yang paling cepat adalah sebagai berikut : Proyek Payback Period (Thn) Ekspansi pasar ke DIY 2,36 Pengembangan sistem akuntansi dan keuangan 3,32 Penggantian Mesin Produksi 4,27 Ekspansi Wilayah Sumsel*) 4,49 Pengolahan limbah pabrik divisi utama 5,36 *) Ekspansi pasar ke Sumut 6,07 Penggantian mesin produksi serta pengolahan 6,31 limbah yang ramah lingkungan 8 Diversifikasi usaha pengolahan ikan produk baru 8,01 9 Diversifikasi usaha produksi pengolahan minuman 13,0 dan produk tanpa pengawet Keterangan *) bila dilakukan ekspansi proyek dilakukan secara simultan maka : Payback untuk ekspansi pasar ke Sumsel 5,11 tahun Payback untuk ekspansi pasar ke Sumut 6,25 tahun4

Ranking 1 2 3 4 5 6 7

ANALISA PERSETUJUAN PROYEK Dari ketiga penilaian yang ditetapkan, ranking setiap usulan berbeda-beda untuk setiap kriteria. Dalam penetapan ranking usulan yang akan diajukan ke manajemen pusat, selain melihat posisi ranking usulan dari setiap kriteria, perlu juga dinilai apakah pengusul mempunyai pengalaman atau latar belakang yang mendukung keberhasilan proyek yang diusulkan. Pengalaman serta latar belakang pengusul perlu dipertimbangkan karena cash flow dari suatu proyek pada dasarnya adalah suatu peramalan yang dibuat berdasarkan pengalaman dan data-data yang diperoleh pengusul. Oleh karena itu selain kriteria keuangan, perlu juga dicermati lebih lanjut mengenai hal-hal diluar perhitungan cash flow yang mungkin akan mempengaruhi keberhasilan dari proyek ketika diimplementasikan dan dampak dari proyek bagi pertumbuhan perusahaan ke depan. Penilaian untuk setiap proyek yang diusulkan adalah sebagai berikut : 1. Ekspansi Pasar ke Wilayah Sumatera Selatan

Proyek ekspansi pasar ke wilayah Sumatra Selatan diusulkan oleh Johan Santiago Siregar. Pangalaman Santiago sebagai manajer pemasaran wilayah Sumatra sangat mendukung keberhasilan proyek ini. Daya beli di wilayah Sumatera Selatan lebih rendah daripada di Sumatera Utara, akan tetapi dengan perkembangan industri di Sumatera Selatan pada tahuntahun mendatang, kemungkinan besar daya beli juga akan semakin meningkat. Dengan melakukan ekspansi ketika pesaing masih relatif rendah, maka Agur dapat mulai membangun loyalitas pelanggan. Sehingga ketika daya beli mulai naik, pertumbuhan akan lebih cepat. Dari kriteria NPV maupun IRR, proyek ini menduduki ranking yang baik yaitu di posisi ke 2. Sedangkan untuk payback periode bila dibandingkan dengan ekspansi pasar DIY, proyek ini lebih lama. Faktor yang menyebabkan hal ini adalah perkiraan yang terlalu optimis pada tahun ke 1 dan ke 2 dari proyek ekspansi pasar DIY 2. Ekspansi ke Wilayah Sumatera Utara Pengalaman Santiago di Wilayah Sumatera Utara tidak sebanyak di wilayah selatan. Banyaknya pesaing dan randahnya loyalitas terhadap brand akan menjadi hambatan bagi pengembangan di wilayah Utara. Berdasarkan hal ini maka kemungkinan pengembangan di wilayah utara tidak sebaik di wilayah selatan. Penilaian ketiga kriteria keuangan dari proyek ini lebih jelek dari proyek ekspansi Sumatera Selatan. Proyek ekspansi pasar wilayah Sumatera Utara dan Sumatera Selatan sebenarnya dapat dilakukan dengan simultan tetapi diperlukan biaya tambahan sebesar 25 M. Dengan penambahan ini sebenarnya NPV dari ekspansi ke wilayan Sumatera Utara masih bisa diterima tetapi pada ranking yang terendah. IRR juga paling rendah diantara proyek non cost center. Penambahan biaya ini juga akan menurunkan NPV dan IRR dari proyek ekspansi Sumatera Selatan. Dengan mempertimbangkan kendala dan kriteria keuangan, dan agar ekspansi pasar dapat lebih fokus maka proyek ekspansi wilayah sumatera selatan belum dapat diterima. 3. Penggantian Mesin Produksi

5

Untuk memulihkan kepercayaan konsumen pada produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan pemasaran kembali di wilayah Timur, Johny Brilian Woworuntu mengusulkan pemasangan mesin tipe G untuk menggantikan mesin tipe C. Selain harganya mahal, sifat mesin yang tidak fleksible sehingga kurang sesuai untuk mengikuti perubahan selera konsumen. Untuk mengatasi permasalahan produk cacat, pengembangan sistem penjaminan mutu dengan cara peningkatan analisa laboratorium, penambahan frekuensi pemeriksaan atau peningkatan kualitas SDM penjaminan mutu kemungkinan dapat lebih fleksibel dalam menyesuaikan dengan perubahan yang ada dibanding dengan pemasangan mesin baru. Investasi dari proyek ini pada urutan kedua dengan jumlah yang terkecil. Sedangkan NPV dan IRR pada urutan ke empat dari keseluruhan proyek. Dari kriteria keuangan, NPV dan IRR dari proyek ini cukup baik. Payback period juga cukup singkat. Resiko proyek ini juga relatif kecil dicerminkan dari WACC i yang hanya 8% karena proyek ini hanya proyek penggantian alat. Dengan menggunakan tingkat resiko yang lebih tinggi, sebesar 10%, NPV dari proyek ini juga masih tetap tinggi. Berdasarkan kriteria keuangan ini dan dengan mempertimbangkan keberhasilan Woworuntu dalam sebelumnya, meskipun proyek yang diusulkan memiliki kelemahan, proyek ini masih dapat diterima. Untuk mengantisipasi perubahan selera konsumen maka perlu dipikirkan reinvestasi dari keuntungan yang diperoleh agar tidak terjadi keterlambatan dalam mengikuti perubahan. 4. Pengembangan sistem akuntansi dan keuangan Pengembangan system akuntansi dan keuangan diusulkan oleh I Gusti Ayu Komang. Usulan ini lebih merupakan suatu kebutuhan dan bersifat cost center daripada profit center. Dengan berkembangnya perusahaan dan semakin banyaknya keputusan-keputusan yang harus diambil dengan cepat dan didukung oleh data-data yang akurat, maka investasi untuk pengembangan sistem informasi berbasis web sangat diperlukan. Selain itu apabila Agur akan mengembangkan pasar ke luar negeri, maka pengembangan sistem informasi ini akan sangat mendukung mengingat transaksi akan banyak dilakukan dengan valuta asing yang datanya akan berubah setiap waktu. Karena proyek ini cost center, maka NPV dari proyek tidak diharapkan terlalu besar. Akan tetapi dari hasil analisa keuangan, baik NPV maupun IRR dari proyek ini masih diranking menengah. Sedangkan untuk payback periode memerlukan waktu 3,32 tahun. Resiko proyek ini juga tergolong rendah dengan biaya modal (WACC) 6%. Oleh karena itu proyek pengembangan sistem akuntansi dan keuangan dapat diterima 5. Diversifikasi usaha produksi pengolahan minuman dan produk tanpa pengawet Usulan ini diajukan oleh Cechev Gorbachev, Manajer Produksi Wilayah Jawa Barat. Diversifikasi usaha di bidang pengolahan minuman dan produk tanpa pengawet dapat menghindarkan perusahaan dari konsentrasi risiko pada usaha tertentu. Nilai investasi yang sangat besar dan belum adanya dan pengalaman perusahaan dalam bidang ini merupakan kendala dalam pengembangan proyek ini. Karena investasi ini besarnya lebih dari 50% anggaran maksimal, bila usulan ini diterima maka kesempatan perusahaan untuk melakukan pengembangan yang lain6

akan sangat terbatas. Diversifikasi usaha baru memang dibutuhkan akan tetapi produk yang ditawarkan Gorbachev sebenarnya bukan produk yang baru dipasaran. Sehingga sebagai pemain baru, Agur akan berhadapan dengan kompetitor nasional maupun multinasional yang mapan pada bidang ini. Dalam hal ini, strategi pemasaran memegang peranan yang penting. Sebagai manajer produksi, pengalaman Gorbachev kurang mendukung. Usulan franchise yang ditawarkan untuk menangkas biaya investasi kemungkinan malah dapat menyebabkan kebocoran resep sehingga dapat mengganggu kesuksesan proyek. NPV dari proyek ini menduduki ranking ke tiga akan tetapi discounted payback period dari proyek ini mencapai 13 tahun. Dengan resiko yang hampir sama dengan proyek ekspansi usaha yang diusulkan Junarsin, NPV proyek ini lebih rendah dan payback periodnya lebih lama. Melihat kondisi perekonomian saat ini yang tidak menentu maka semakin lama payback period maka resiko proyek akan semakin besar. Dengan mempertimbangan kendala-kendala non financial dan penilaian kriteria keuangan maka proyek ini belum dapat diterima 6. Diversifikasi usaha pengolahan ikan produk baru Usulan ini diajukan oleh Kristianto Sanjaya Junarsin, Manajer Produksi wilayah Kalimantan. Produk pengolahan ikan kalengan berorientasi ekspor dengan pasar sasaran Eropa, Amerika dan Jepang. Meskipun Agur belum memiliki pengalaman dibidang pengalengan, akan tetapi masih sejalan dengan bisnis utama Agur dibidang pengolahan ikan. Jaringan pasar di Negara-negara sasaran sudah ada selain itu distribusi dari produk ini juga akan didukung oleh Fidelin Internasional. Dengan adanya jaringan pasar ini, resiko kegagalan pemasaran produk dapat diminimalkan. Kedua factor ini yang membedakan dengan usulan yang diajukan oleh Gorbachev. Meskipun NPV dari proyek ini paling tinggi, akan tetapi payback periode cukup lama. Hal ini wajar karena proyek ini merupakan ekspansi usaha sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dibanding dengan ekspansi pasar. Proyek yang diusulkan Junarsin ini diperlukan dimasa mendatang agar perusahaan tidak mengalami kejenuhan. Sehingga proyek ini dapat diterima. 7. Penggantian mesin produksi serta pengolahan limbah yang ramah lingkungan Pasar di negara-negara maju sangat peduli akan lingkungan. Agar produk dapat diterima, proses produksi harus juga ramah lingkungan. Oleh karena itu Junarsin juga mengajukan usul untuk melengkapi industri pengolahan ikan yang sudah ada dengan pengolahan limbah pabrik yang ramah lingkungan. Proyek ini merupakan cost center, tetapi dengan semakin ketatnya persyaratan standard produksi hal ini mutlak diperlukan untuk mendukung pengembangan pemasaran internasional. Karena perusahaan belum pernah mengembangkan unit pengolahan limbah, maka sebaiknya perusahaan mengembangkan satu sistem percontohan terlebih dahulu. Investasi yang diusulkan oleh Junarsin lebih mahal dari unit pengolahan limbah untuk divisi utama yang diusulkan Hartojo oleh karena itu usulan ini lebih baik ditunda dahulu pelaksanaannya menunggu hasil evaluasi operasi pengolahan limbah di divisi utama. Berdasarkan hasil evaluasi ini dapat dilakukan perhitungan ulang perkiraan cash flow.7

8. Pengolahan limbah pabrik divisi utama Proyek yang diusulkan Hartojo adalah pengolahan limbah pabrik divisi utama yang berlokasi di Rembang. Usulan ini sesungguhnya merupakan cost center. Dengan pengembangan pengolahan limbah ini diharapkan dapat meningkatkan kembali penjualan di Eropa dan Amerika yang sempat merosot karena isu perusahaan di Indonesia tidak memiliki sertifikat pengolahan limbah pabrik. Usulan yang diajukan oleh Hartojo pada prinsipnya hampir sama dengan yang diusulkan oleh Junarsin. Karena Rembang adalah divisi utama, apabila unit ini dilengkapi dengan pengolahan limbah yang baik, maka akan memperbaiki citra dari perusahaan karena mitra asing biasanya akan meninjau fasilitas divisi utama terlebih dahulu. Investasi yang diusulkan Hartojo juga lebih murah, kriteria NPV dan IRR juga lebih baik dari usulan yang diajukan oleh Junarsin. Karena perusahaan belum pernah mengembangkan unit pengolahan limbah, maka sebaiknya perusahaan mengembangkan satu sistem percontohan terlebih dahulu. Setelah unit pengolahan limbah ini berjalan dengan baik, maka divisi yang lain dapat mencontoh sistem yang digunakan. 9. Ekspansi pasar ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan pulihnya kepercayaan internasional, Hartojo memprediksi akan ada peningkatan permintaan. Untuk mengantisipasi hal ini, Hartojo mengusulkan membangun pusat perdagangan internasional di DIY yang akan memudahkan konsumen internasional melakukan transaksi jual beli dengan Agur. Memulihkan kepercayaan internasional dan peningkatan penjualan mungkin memerlukan waktu yang tidak cepat karena ada kemungkinan konsumen internasional juga sudah berubah selera. Selain itu dengan berkembangnya teknologi informasi, pusat perdagangan secara fisik tampaknya kurang sesuai karena perdagangan sudah dapat dilakukan secara online. Perkiraan pemasukan yang cukup besar pada tahun pertama dan kedua menyebabkan payback period dari proyek ini sangat singkat. Perkiraan ini terlalu optimis mengingat, proyek ini berkaitan dengan pemulihan kepercayaan konsumen internasional dengan pengembangan sistem pengolahan limbah di divisi utama yang juga diusulkan oleh Hartojo. Sementara proyek pengembangan pengolahan limbah juga baru beroperasi pada tahun yang sama. Dengan mempertimbangkan faktor financial dan non financial maka proyek ini belum dapat diterima. KESIMPULAN Dalam melakukan penilaian proyek, analisa financial dan non financial memegang peranan yang sama pentingnya. Analisa financial dibuat berdasarkan perkiraan cash flow di masa yang akan datang. Baik tidaknya hasil analisa berdasarkan kriteria financial sangat bergantung pada data perkiraan cash flow yang diberikan. Oleh karena itu meskipun criteria financial memenuhi perlu dipertimbangkan juga faktor-faktor non financial yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari proyek. Untuk menilai berdasarkan kriteria financial, biaya modal yang dijadikan acuan adalah biaya modal yang berbeda sesuai dengan tingkat resiko proyek (WACCi). Biaya modal ini

8

digunakan sebagai faktor pendiskonto untuk perhitungan NPV dan IRR. Berdasarkan pertimbangan financial dan non financial, maka proyek diterima adalah sebagai berikut : Proyek Modal (Rp Kategori milyar ) Ekspansi Pasar 345 Ekspansi ke Wilayah pasar Sumatera Selatan Penggantian Mesin Produksi 158 Peningkatan efisiensi NPV Rank 2 IRR Rank 2 Disc Payback Rank Th 4 4,49

Rp (Milyar) 197,66

% 24,6

4

81,20

4

21,6

3

4,27

Pengembangan 143 Peningkatan 6 80,55 3 22,4 2 3,32 sistem efisiensi akuntansi dan keuangan Diversifikasi 776 Ekspansi 1 214,98 5 19,6 8 8,01 usaha usaha pengolahan ikan produk baru Pengolahan 235 Pemelihara8 64,01 6 14,7 5 5,36 limbah pabrik an divisi utama Lingkungan Penggantian 250 Pemelihara9 59,55 9 11,0 7 6,31 mesin produksi an serta lingkungan pengolahan yang ramah lingkungan*) Total 1.907 *) Keterangan : pelaksanaan proyek menunggu hasil evaluasi proyek pengolahan limbah divisi utama. Modal dapat berubah berdasarkan hasil evaluasi ini, tetapi untuk saat ini masih diasumsi tetap sama dengan yang diusulkan Adapun proyek yang ditolak adalah sebagai berikut : Proyek Modal (Rp Kategori milyar ) Ekspansi pasar 335 Ekspansi Sumut pasar Ekspansi pasar 325 Ekspansi DIY pasar Diversifikasi 1600 Peningkatan usaha efisiensi produksi pengolahan minuman dan NPV Rank 7 5 3 IRR Rank 7 1 8 Disc Payback Rank Th 6 6,07 1 9 2,36 13,0

Rp (Milyar) 72,62 80,55 85,94

% 14 ,6 24 ,7 13 ,9

9

produk tanpa pengawet

10