uts kurpem. zikri

23

Click here to load reader

Upload: yusro-bae

Post on 06-Aug-2015

46 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uts Kurpem. Zikri

Nama : Syirojuddin Zikri

NIM : 1 1 0 6 5 2 9

Jurusan : Pendidikan Teknik Mesin. S1 Otomotif

Mata Kuliah : Kurikulum dan Pembelajaran/KD 303

Dosen : Dr. H. Dadang Hidayat M., M.Pd

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2012-2013

(Sumber Utama Jawaban UAS ini adalah : Ruhimat Toto, Dr.,M.Pd. 2009.

Kurikulum dan Pembelajaran).

JAWABAN

1. Karena dengan adanya kurikulum dalam pendidikan, akan dapat mengarahkan

pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan

pembelajaran secara menyeluruh serta kurikulum merupakan barometer atau

alat pengukur keberhasilan program pendidikan. Karena kurilulum

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan

b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut,

fungsi ini meliputi:

Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan

Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan

Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program

pendidikan.

Bila pendidikan tanpa kurikulum, maka bisa dipastikan proses pendidikan

tersebuat tidak akan berjalan.

Tersedia : http://www.kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-

kurikulum.html

Page 2: Uts Kurpem. Zikri

2. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, karena

kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh

terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum

dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak

dapat dilakukan secara sembarangan, harus didasarkan pada hasil-hasil

pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak

didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan

pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap

kegagalan proses pengembangan manusia.

Kurikulum juga ibarat sebuah rumah yang harus mempunyai pondasi agar

dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang

tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kuriulum

sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi

peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna

bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya.bila landasan

rumahnya lemah mka yang ambruk adalah rumahnya sedangkan jika landasan

kurikulum yang lemah dalam pendidikan maka yang ambruk adalah

manusianya. Oleh karena itu kurikulum dalam pendidikan perlu mempunyai

perhatian yang besar baik bagi pemerintah sebagai penanggung jawab umum

atau pihak sekolah yang turun langsung mengimplementasikan kurikulum

tersebut ke peserta didik, dengan berlandaskan pada filosofis, psikologis,

sosiologis dan organisatoris serta bersifat dinamis agar tujuan pendidikan bisa

tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 

Tersedia : http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/kajian-kurikulum/108-landasan-kurikulum

Page 3: Uts Kurpem. Zikri

3. Landasan filosofis / Filsafat

Filsafat sebagai sebuah system nilai (value system) menjadi dasar yang

menentukan tujuan pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa pandangan

hidup atau sistem nilai yang dianggap baik dan dijadikan pedoman bagi

masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai,

karena kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota

masyarakat yang dapat mempertahankan, mengembangkan diri dan dapat

hidup dalam system nilai masyarakatnya sendiri.

Indonesia memiliki Pancasila sebagai system nilai yang menjadi pedoman

hidup bangsa, karena itu tujuan dan arah dari segala ikhtiar berbagai level dan

jenis pendidikan adalah membentuk manusia yang Pancasilais. Dengan

demikian isi kurikulum yang disusun harus memuat dan mencerminkan nilai-

nilai Pancasila.

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama

halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran

filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistensialisme, progresivisme,

dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa

berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap

konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.

Dari penjelasan diatas, maka bisa kita lihat bahwa aspek pengembangan

kurikulum yang membutuhkan landasan filosopis adalah aspek pandangan

hidup yang dijadikan pedoman atau system nilai dalam pembentukan manusia

menuju kearah yang lebih baik dan terarah.

Tersedia : http://willzen.blogspot.com/2011/12/landasan-filosofis-pengem- bangan.html

Page 4: Uts Kurpem. Zikri

4. Agar tujuan kurikulum mempersiapkan anak untuk hidup dalam masyarakat

dapat tercapai, maka kurikulum bisa disusun dan dikembangkan berdasarkan

perinsip-prinsip berikut :

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya.

Kurikulum disusun dan dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta

didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.untuk mendukung

pencapaian tujuan tersebut pengembangan potensi peserta didik

disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan tuntutan

lingkungan.

b. Beragam dan Terpadu.

Kurikulum disusun dan dikembangkan dengan memperhaikan keragaman

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjeng serta jenis

pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,

serta status sosial ekonomi dan gender.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum disusun dan dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa lmu

pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, danoleh

karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk

mengikutidan memanfaatkan secara teapt perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

d. Releven dengan kebutuhan kehidupan.

Penyusunan dan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

pemangku kepentingan (stkeholdersi) untuk menjamn relevansi

pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya

kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Olehkarena itu keterampilan

pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan

akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

Page 5: Uts Kurpem. Zikri

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajia keilmuan dan mata pelajaranyang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambugan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudyaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan

formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan

tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan

manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum disusun dan dikembangkan dengan memperhatikan

kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan

naasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan

memberdayakan sejalan dengan Bineka Tunggal Ika dalam rangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Tersedia : http://www.sarjanaku.com/2012/01/dasar-dasar-pengembangan-ku rikulum.html

Page 6: Uts Kurpem. Zikri

5. Penjelasan mengenai syarat-syarat suatu kurikulum : Relevansi, efesiensi dan

efektivitas :

a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan

tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik

b. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu,

dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh

c. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan

kurikulum

Sedangkan menurut Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di

antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi

dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen

tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik

(relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan

masyarakat (relevansi sosilogis).

2. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan

kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain

yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

3. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan

kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara

kualitas maupun kuantitas.

Tersedia : http://seputar-sekolah-dasar.blogspot.com/2011/03/kuriku- lum. html

Page 7: Uts Kurpem. Zikri

6. Perbedaan model desain kurikulum Subject centered dengan Problem centered

adalah :

Subject centered design atau yang lebih dikenal dengan desain kurikulum

yang berpusat pada mata pelajaran merupakan bentuk desain kurikulum yang

paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject

centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan

diajarkan. Desain kurikulum ini menekankan pada penguasaan pengetahuan,

isi, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu dan berupaya untuk diwariskan

kepada generasi berikutnya, maka desain ini disebut juga “Subject Academic

Curriculum”. Kurikulum ini terdiri atas sejumlah mata-mata pelajaran.

Terdapat tiga bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran, yaitu:

Subject matter design, disciplines design, dan broad-field design.

Sedangkan Problem centered design berpangkal pada filsafat yang

mengutamakan peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner

centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual,

problem centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok

yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model

kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social

selalu hidup bersama dan seringkali manusia juga menghadapi masalah-

masalah yang harus dipecahkan bersama-sama. Konsep ini menjadi landasan

pula dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum. Isi kurikulum berupa

masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan

datang. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan, dan

kemampuan peserta didik sekarang dan yang akan datang. Problem centered

design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua

variasi model desain kurikulum ini, yaitu the areas of living design, dan the

core design.

Tersedia 1 : http://qnung.wordpress.com/2012/11/12/desain-kurikulum/.

Tersedia 2 : http://mahedewe.blogspot.com/2012/07/desain-kurikulum-pendi dikan-islam_17.html

Page 8: Uts Kurpem. Zikri

7. Hierarki tujuan pendidikan dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi

adalah :

Bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia untuk menjadi anggota

masyarakat dunia. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidikan

harus diarahkan agar setiap lulusan memiliki kompetensi dasar untuk

mengembangkan dirinya kearah tenaga kerja yang profesional, sesuai dengan

bidang-bidang lapangan kerja yang dikehendaki. Selain itu tujuan kurikulum

berbasis kompetensi adalah memandirikan atau memberdayakan sekolah

dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta

didik, sesuai dengan kondisi lingkungan.

Tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108670-tujuan-

kurikulum-berbasis-kompetensi/

8. Ada beberapa prinsip yang perlu dikuasai dan dikembangkan oleh guru dalam

upaya mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yaitu :

a. Prinsip Perhatian dan Motivasi.

Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik

dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian

dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai

awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Untuk memunculkan

perhatian siswa maka perlu kitanya disusun rancangan bagaiman menarik

perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya

faktor perhatian,maka dalam proses pembelajaran perhatian berfungsi

sebagai modal awal yang harus dikembangkan secara optimal untuk

memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Seseorang yang memiliki

minat terhadap materi pelajaran tertentu,biasanya akan lebih insentif

memperhatikan dan selanjutnya timbul motivasi dalam dirinya untuk

mempelajari materi tersebut. Motivasi memiliki peranan yang sangat

penting dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi adalah dorongan atau

kekuatan yang dapat menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Page 9: Uts Kurpem. Zikri

Motivasi dapat dijadikan tujuan dan alat dalam pembelajaran,hal ini

berdasarkan bahawa perhatian dan motivasi seseorang tidak selamanya

stabil,intensitasnya bisa tinggi,sedang bahkan menurun,tergantung pada

aspek yang mempengaruhinya .Motivasi berhubungan erat dengan minat.

Siswa yang mempunyai minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran

cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhaddap mata pelajaran

tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar.

Motivasi dapat bersifat internal artinya muncul dari dalam diri sendiri

tanpa ada intervensi dari yang lain.

b. Prinsip Keaktifan.

Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu,memiliki kemauan dan

keinginan. Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seorang

melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi

kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar

tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi

apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa

harus aktif belajar dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan.

Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang

aktif ,jiwa tidka sekedar merespon informasi namun jiwa mengolah dan

melakukan transformasi informasi yang diterima (Gage and

Berliner,1984:267

c. Prinsip Keterlibatan Langusng/Berpengalaman.

Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap

individuharus terlibat secara langsung untuk mengalaminya. Pendekatan

pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan

menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa

secara langsung aktif melakukan perbuatan belajar hasilnya akan lebih

efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan

pengetahuan-pengetahuan informasi.

Page 10: Uts Kurpem. Zikri

d. Prinsip Pengulangan.

Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip

pengulangan dalam belajar antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar

yang dikemukakan oleh Edward L.Thorndike(1974-1949). Kesimpulan

penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar yaitu “Law of

effect,Law of exercise adn Law of readiness” . Teori lain yang dianggap

memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang

dikemukakan oleh Psikologi Daya. Menurut Teori Daya bahwa manusia

memiliki sejumlah daya seperti mengamati,menanggapi,mengingat dan

lain sebagainya. Oleh karena itu menurut teori ini, belajar adalah melebihi

daya-daya dengan pengulangan dimaksudkan agar setiap daya yang

dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan

berkembang.

e. Prinsip Tantangan.

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai.

Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dihadapkan kepada sejumlah

hambatan atau tantangan,yaitu mempelajari materi atau bahan belajar.

Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan

mempelajari bahan belajar. Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang

dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung

masalah yang perlu dipecahkan,siswa akan tertantang untuk

mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi

kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,prinsio-

prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan

menemukan konsep-konsep,prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.

f. Prinsip Balikan dan Penguatan.

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama

ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.Skinner.

Kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya

sedangkan pada Operant Conditioning yang diperkuat adalah Responnya.

Kunci dalam teori ini adalah hukum “ Law Of Effect” dari Thorndike.

Page 11: Uts Kurpem. Zikri

Menurutnya siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan

mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan

yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

Namun dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan yang

menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan ,atau dengan kata

lain penguatan positif maupun negative dapat memperkuat belajar. Balikan

yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan,melalui

metode-metode pembelajaran yang menantang,seperti tanya

jawab,diskusi,eksperimen,metode penemuan dan sejenisnya akan

membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan semangat.

g. Prinsip Perbedaan Individual.

Perbedaan Individual dalam belajar yaitu bahwa proses belajar yang terjadi

pada seriap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik

maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung

implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan

dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa,maka guru harus

dapat memahami dengan benar cirri-ciri para siswanya tersebut. Baik

dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan

tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa

Tersedia : http://dety-06-education.blogspot.com/2012/11/prinsip-pembelajar-

an.html

Page 12: Uts Kurpem. Zikri

9. Secara umum pola pembelajaran terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Pola pembelajaran tradisional pertama.

Pola pembelajaran tradisional pertama adalah pola pembelajaran dimana

guru sebagai pusat dari informasi, dalam pola guru memiliki peranan yang

sangat besar dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar.

Contohnya: Metode ceramah yang dilakukan guru saat kegiatan belajar

mengajar, dimana guru menerangkan pada siswa, sesuai dengan

pengetahuan yang guru tersebut ketahui, dan para siswanya mendengarkan

apa yang guru jelaskan.

2. Pola tradisional kedua.

Pola tradisional kedua dalam proses pembelajaran sudah digunakan media

sebagai alat bantu dalam menyampaikan informasi kepada siswa, pada

pola kedua ini guru sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk

menyampaikan materi, misalnya guru menggunakan OHP, Flowchart,

Media Audio, proyektor dan lain-lain. Namun pada pola ini  guru masih

dominan.

Contoh: Guru menerangkan mata pelajaran TIK, metodenya ceramah

hamper sama dengan pola tradisional pertama, cuma bedanya guru

menggunakan media dengan menunjukkan gambar yang telah disiapkan

oleh guru tersebut sebelumnya, gambar/slide persentase tersebut

ditunjukkan pada siswa menggunakan OHP atau proyektor dsb.

3. Pola pembelajaran guru dan media.

Pada poola pembelajaran guru dan media ini guru menyampaikan materi

kepada siswa dengan didampingi media. Dalam pola ini presentase guru

dan media adalah 50%.

Contoh: guru menerangkan mata pelajaran TIK, dan guru tersebut sudah

membuat presentasi mata pelajaran TIK sebelumnya. Dan guru tersebut

menunjukkan presentasinya dengan proyektor. Hanya dalam pola ini guru

tidak perlu terlalu menjelaskan tidak seperti pola-pola sebelumnya.

Page 13: Uts Kurpem. Zikri

4. Pola pembelajaran bermedia.

Pada pola pembelajaran bermedia ini guru tidak lagi berperan sebagai

satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa.

Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media.

Contoh: Pada mata pelajaran TIK guru memerintahkan para siswanya

untuk membuat E-Mail, lalu guru tersebut memberikan tugas pada

siswanya dengan mengirimkan E-Mail, dan siswa dapat menjawab

pertanyaan dengan browsing di internet.

    

Keempat pola pembelajaran diatas pada hakekatnya bisa digunakan untuk

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal yang terpentinga adalah

bagai mana seorang guru mengembangkan desain tersebut dengan baik.

Tersedia 1 : http://www.slideshare.net/widawidiawati/kurikulum-dan-pembe-

lajaran-3575920#btnNext

Tersedia 2 : http://hendrosetiadiwiguna.blogspot.com/2012/01/model-model-

pembelajaran.html

Page 14: Uts Kurpem. Zikri

10. Dalam adopsi inovasi paling tidak ada lima kategori perbedaan individu atau

kelompok yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Para pembaharu atau pioneer/perintis (innovators), yaitu mreka yang

paling cepat mengadopsi inovasi dalam masyarakat. Mereka tergolong

proaktif, termasuk dalam mencari ide-ide baru yang relevan, serta aktif

untuk menerapkan metode baru di dalam lingkungan sosialnya. Kelompok

ini presentasenya sangat kecil, hanya sekitar 2,5 % saja.

2. Para adopter awal (early adopters), yaitu orng-orang yang tergolong cepat

mengikuti kelompok inovator. Meraka adalah kelompok rasional yang

telah melihat beberapa perubahan kearah yang lebih baik. Kelompok ini

kira-kira hanya 13,5% saja dari total.

3. Para kelompok mayoritas awal ( early mayority), yaitu mereka termasuk

kelompok kebanyakan yang mau meniru cara baru apabila hal tersebut

telah benar-benar berhasil. Mereka tidak mau mengambil resiko, dan

cenderung mengadopsinya secara massal. Kelompok ini berjumlah kira-

kira 34%.

4. Kelompok mayoritas akhir (late mayority), yaitu kelompok massal yang

umumnya ragu-ragu terhadap pengetahuan baru. Mereka cenderung

skeptis, walaupun akhirnya mereka mau menerima juga inovasi tersebut

pada periode terakhir. Kelompok ini kira-kira 34%.

5. Adopter akhir ( late adopter), yaitu kelompok yag sangat skeptis , dan

senantiasa resisten terhadap perubahan. Mereka sangat tradisional dalam

berpikir, dan cenderung menolak dan mengadakan “perlawanan’ terhadap

inovasi yang ditawarkan. Kelompok ini kira-kira 16% saja.

Sumber : INOVASI   PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN - Direktori File UPI. Tersedia : File.upi.edu/.../Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran