usulan penelitian unggulan perguruan tinggi

39
USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI Penguatan Pembangunan Berkelanjutan MODEL PENGELOLAAN AIR TANAH DAERAH LERENG GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH TIM PENGUSUL Drs. Suharjo, M.S. NIDN: 0602075301 Prof. Dr. Absori, M.S. NIDN: 0605056301 Agus Anggoro Sigit, S.Si., MSc. NIDN: 0625087001 Drs. Munawar Cholil, M.Si. NIDN: 0608075801 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA OKTOBER 2014 Bidang Unggulan : Lingkungan Sehat Kode/Nama Rumpun Ilmu: 776/Pend Geografi

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

USULAN

PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Penguatan Pembangunan Berkelanjutan

MODEL PENGELOLAAN AIR TANAH

DAERAH LERENG GUNUNG MERAPI

DI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH

TIM PENGUSUL

Drs. Suharjo, M.S.

NIDN: 0602075301

Prof. Dr. Absori, M.S.

NIDN: 0605056301

Agus Anggoro Sigit, S.Si., MSc.

NIDN: 0625087001

Drs. Munawar Cholil, M.Si.

NIDN: 0608075801

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OKTOBER 2014

Bidang Unggulan : Lingkungan Sehat

Kode/Nama Rumpun Ilmu: 776/Pend Geografi

Page 2: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 3: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

RINGKASAN ....................................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

II.1. Pengertian Air Tanah ............................................................................................... 5

II.2. Wadah/Tempat Air Tanah di Dalam Bumi .............................................................. 6

II.3. Sistem Administrasi dan Peraturan ......................................................................... 8

II.3. Fokus Penelitian yang Akan Dilakukan .................................................................. 10

BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 12

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN .............................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

Page 4: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

iv

RINGKASAN

Penelitian air tanah di Kabupaten Klaten mendasarkan UU No.7 Tahun 2004 Pasal

1Angka18 yaitu upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan

fungsi Sumberdaya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai

untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan

datang.

Permasalahan berkaitan dengan air tanah daerah lereng Gunung Merapi di

Kabupaten Klaten yang didapatkan dari hasil penelitian Tahun 2005-2008: 1) jumlah mata

air yang semula 162 menurun menjadi 134 tempat, ini berarti jumlah air dari mata air

berkurang; 2) kerusakan lahan di lereng atas dan tengah akibat aktivitas manusia dalam

bentuk (penambangan pasir, bahan batu bata, permukiman) sehingga lahan imbuhan air

tanah berkurang; 3) terjadi konflik pengguna air tanah (antar petani, antar masyarakat, dan

antar pemerintahan Kabupaten Klaten dengan Kota Surakarta); 4) dampak gempa bumi

tektonik yaitu air sumur asin, bangun air tanah rusak, dan pergeseran/patahan struktur

litologi atau posisi aquifer, dan 5) penurunan kualitas air sumur di daerah permukiman

yang berdekatan dengan lahan pertanian. Penelitian ini focus pada permasalahan kedua dan

ketiga meskipun tetap memperhatikan perkembangan dan keterkaitan permasalahan

lainnya.

Tujuan penelitian; pemodelan pengelolaan air tanah daerah lereng Gunung Merapi

yang berkelanjutan. Pada Tahun I Pemetaan Potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah di

setiap Satuan Bentuklahan dan Satuan Lahan. Tahun II analisis penggunaan air tanah

domestik, pertanian, perkebunan, industi, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III

analisis partisipasi masyarakat pengguna air tanah, peraturan pemerintah daerah Kabupaten

Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta tentang air tanah, serta membuat model pengelalaan

air tanah.

Metode penelitian menggunakan survei, interpretasi penginderaan Jauh, Sistem

Informasi Geografi (SIG), analisa laboratorium, wawancara, dan forum diskusi kelompok

(FGD).

Hasil yang diharapkan adalah Tahun I peta kuantitas dan kualitas air tanah mata air

di lereng Merapi, peta kualitas dan kuantitas air tanah dangkal (air sumur) di dataran

fluvial kaki Merapi, dan Perbukitan Bayat. Tahun II peta pemanfaatan air tanah untuk

pertanian, perkebunan, industri, domestik, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III

model pengelolaan air tanah daerah lereng Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Page 5: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

1

BAB I

PENDAHULUAN

Qur’an memberikan petunjuk nilai air minimal menjadi enam fungsi, yaitu 1) air

sebagai asal dari organisme (Q.S. al-Anbiyâ’/21: 30), termasuk manusia (Q.S. al-

Furqân/25: 54) dan hewan (Q.S. al-Nûr/24: 45), 2) air sebagai kebutuhan pokok makhluk

hidup untuk dapat survive (Q.S. al-Baqarah/2: 22, 60; al-Hijr/15: 22; al- Nahl/16: 10-11;

Thâhâ/20: 53), 3) air sebagai sarana konservasi tanah (Q.S. al- Baqarah/2: 164), 4) air

sebagai sarana penyucian dan kesehatan (Q.S. al-Anfâl/8: 11; dan (H.R. Ibn Mâjjah No.

3053 dan H.R. Ahmad No. 2517), 5) air (dalam bentuk sungai, danau, dan laut) sebagai

lahan untuk transportasi dan habitat bagi banyak makhluk (Luqmân/31: 31; dan Q.S. al-

Nahl/16: 14); dan 6) air sebagai simbol surga, ketakwaan, dan rahmat Tuhan di dalam

kehidupan akhirat (Q.S. Muhammad/47: 15; dan al-Ghâsyiyah/88: 11-12).

Santoso, 2013; menegaskan bahwa ajaran Islam membangun pandangan dunia Islam

tentang lingkungan, termasuk sustainabilitas atau keberlanjutan air, menjadi tiga kategori

meliputi ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Nilai-nilai ontologis adalah tauhid,

istikhlaf, dan taskhir. Tauhid berarti kesatuan Pencipta dan ciptaanNya, kesatuan manusia,

dan alam yang membentuk landasan pendekatan holistik pada pandangan dunia Islam

tentang air yang berkelanjutan. Istkhlaf berarti penunjukan manusia sebagai mandataris

Alloh di bumi untuk memakmurkannya termasuk tanggungjawabnya dalam mengamankan

air yang berkelanjutan. Taskhir berarti penciptaan dan penyediaan alam oleh Alloh dengan

segala sumberdaya alamnya termasuk air untuk kehidupan manusia. Ketiga nilai ini

mengimplisitkan tiga faktor penting keberlanjutan air, yaitu Tuhan, manusia, dan alam.

Nilai-nilai epistimologi meliputi amanah, adil dan ihsan, mizan, wasath, dan thaharah.

Mizan berarti mengamankan lingkungan/air yang merupakan tugas dipercayakan oleh

Penciptanya. Manusia yang tidak menjalankan keberlanjutan air adalah manusia yang

telah mengkhianati kepercayaanNya. Adil dan ihsan berarti hubungan antar sesama manusia

maupun hubungan antara manusia dan alam terkait dengan keberlanjutan air dilaksanakan

dengan prinsip keadilan (menempatkan sesuatu pada tempatnya) dan kebajikan (menjadi

aktor dalam keberlanjutan lebih utama sekedar menjadi konsumen). Mizan berarti

makhluk Alloh diciptakan dengan kadar masing-masing yang membangun harmoni/

keseimbangan sistem alam (keberlanjutan lingkungan, pemanfaatan air, udara, dan energi).

Wasath berarti memilih jalan tengah diantara hal ekstrim dalam perencanaan untuk

Page 6: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

2

pengelolaan lingkungan, perilaku sosial, pencapaian keilmuan, dan konsumsi.

Sumberdaya alam termasuk air. Thaharoh berarti kesucian spiritual dan kebersihan

fisikal. Kesucian spiritual menghasilkan individu yang sadar kehadiran Alloh sehingga

berdampak pada harmoni masyarakat dengan lingkungan sedangkan kebersihan fisikal

menghasilkan masyarakat sehat, menjauhi pencemaran lingkungan, menghasilkan ekonomi

bersih, menjauhi teknik pemasaran palsu, dan menghindari riba. Nilai-nilai aksiologis

meliputi rahmah dan manfaat yang berarti segala hubungan dan perlakuan terhadap semua

makhluk hidup, termasuk air, berujung pada terwujudnya manfaat bagi manusia sendiri

maupun rahmah bagi seluruh isi alam.

Dalam terapan pengelolaan sumberdaya air, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33

dengan eksplisit dan tegas menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya

kemakmuran rakyat. Pasal ini sejalan dengan nilai air menurut Alqur’an secara ontologis,

epistimologis, dan aksiologis. Undang-Undang Sumberdaya Air Nomor 7 Tahun 2004 Pasal

40 Ayat 4 menyebutkan koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan

serta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Aturan ini

memerlukan pengaturan lebih jelas di tingkat pelaksanaan. Ketidakjelasan pelaksanaannya

akan menimbulkan permasalahan sistem pemanfaatan air dilapangan. Hal ini terbukti dari

kajian sejak Tahun 2005 yang menunjukkan konflik pemanfaatan air tanah dilereng Gunung

Merapi. Permasalahan daerah lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten antara lain terjadi

1) konflik antara pemanfaat air untuk masyarakat petani dengan badan usaha air minum

swasta di sumber mata air, 2) konflik penggunaan air minum antara Pemerintah Daerah

Kabupaten Klaten dengan Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Mendasarkan pada

permasalahan tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Model Pengelolaan

Air Tanah daerah Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan menciptakan model pengelolaan air tanah daerah lereng

Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Sifat/karakter air tanah akan tergantung

pada curah hujan, sifat jenis batuan penyusun aquifer yang dilalui oleh air tanah. Sifat jenis

batuan penyusun bentuklahan dipermukaan bumi ini bervariasi maka potensi (kualitas dan

kuantitas) air tanah di setiap bentuklahan berbeda beda. Potensi air tanah di bentuklahan

asal Gunung Merapi di Kabupaten Klaten berbeda dengan potensi air tanah di bentuklahan

lain, misalnya bentuklahan asal topogarafi karst daerah Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah,

maka model pengelolaan air tanah berbeda.

Page 7: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

3

Tujuan utama penelitian ini dapat dicapai dengan mengetahui distribusi kuantitas

dan kualitas air tanah di setiap satuan lahan, data pemanfaatan air tanah, dan peraturan

daerah tentang penggunaan air tanah. Pada tahun pertama akan dilakukan pemetaan potensi

air tanah/air sumur di setiap satuan lahan dengan sklala 1: 25.000 dan memetakan potensi

air tanah/mata air yang berjumlah 162 mata air berskala 1: 25.000. Pada tahun kedua

menganalisa distribusi pemanfaatan air tanah/air sumur dan air tanah/mata air untuk

permukiman, pertanian non pertanian, industri dan badan usaha swasta dan pemerintah.

Tahun ketiga dilakukan analisis data forum group diskusi (FGD) anggota masyarakat, badan

usaha swasta berkaitan dengan air dan pemerintah sebagai penentu kebijakan air tanah dari

Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta; dengan sistem analisa geografi hasil

penelitian tahun pertama, kedua, dan ketiga dihasilkan tujuan utama penelitian ini.

Urgensi penelitian yang akan dilakukan adalah menciptakan strategi pengelolaan

sumberdaya air tanah yang lestari dan berkelanjutan. Strategi pengelolaan tersebut

mempertimbangkan aspek perencanaan, pemanfaatan, pemerataan, dan penertiban,

pemantauan dan pengawasan, pengaturan, pengendalian, dan pelestarian. Pelaksanaan

pembangunan berkelanjutan diarahkan untuk terjaminnya: (1) keberlanjutan ekologi

(ecological sustainability), (2) berkelanjuan ekonomi (economical sustainability), (3)

berkelanjutan sumberdaya dan lingkungan (resources and environment sustaina-bility), (4)

berkelanjutan sistem managemen (management sustainability), dan (5) berkelanjuan

teknologi (tecnological sustainability). Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi

pangan hasil pertanian khususnya daerah Klaten dan umumnya di daerah lingkungan

gunung api di Indonesia yang memperhatikan faktor dinamika wilayah oleh perkembangan

permukiman penduduk. Kontribusi terhadap ilmu pengetahuan yaitu: 1) terdapat hubungan

antara bentuklahan dengan potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah; berbeda

bentuklahannya maka berbeda potensi (jumlah dan kualitas) air tanahnya; aplikasinya teknis

pengelolaan setiap bentuklahan dan satuan lahan yang berbeda maka model pengelolaan air

tanah juga berbeda.

Berhubungan dengan Rencana Induk Pengembangan (RIP) Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dibangun untuk

periode Tahun 2012 menuju tahapan Tahun 2020 bahwa hasil penelitian ini menjadi data

dasar dalam mencapai unggulan Transformasi menuju masyarakat utama dalam bidang

kesehatan lingkungan permukiman.

Page 8: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Air Tanah

Sjarief dan Kodoatie, 2005; air tanah ialah sejumlah air dibawah permukaan bumi

yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sestem drainase atau

dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir kepermukaan

tanah melalui pancaran atau rembesan. Air tanah yangt dimaksud dalam penelitian ini

yaitu air sumur dan air yang mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran dan

rembesan.

Kemajuan penelitian yang sudah dilakukan peneliti sebagai berikut ini:

Suharjo, 2004; Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman dan

dampaknya terhadap kualitas air tanah daerah Kecamatan Kartasura, Gatak dan Grogol

Sukoharjo Jawa Tengah. Hasil penelitian, kualitas air tanah daerah permukiman

didominasi oleh unsure –unsur kimia NO3, NO4 dan bakteri Coli, sedang daerah

Kecamatan Gatak unsur kimia air tanah didominasi oleh unsur- unsur alami seperti Fe

atau besi, Mn atau mang’an, Si atau silikat dari perlapisan batuan yang dilalui oleh air

tanah tersebut.

Suharjo, 2005; Pemetaan potensi air di Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Hasil penelitian jumlah mata air mengalami penurunan sebanyak 28 yaitu dari 162

menjadi 134. Adapun kuantitas dan kualitas airnya juga mengalami penurunan, sehingga

pada masa mendatang akan terjadi krisis air tanah.

Suharjo, 2006; melakukan penelitian tentang degradasi lahan daerah Pasca

Gempa Bumi Tektonik daerah Klaten Jawa Tengah. Hasil Penelitian: a). Kesuburan

tanah mengalami penurunan yaitu dari sangat subur menjadi kesuburan sedang sampai

tidak subur; b)data dasar tentang air, tanah dan bangunan irigasi sebagian besar tidak

dapat dipakai/digunakan yang berakibat pada produksi dan ketahanan pangan; c) terjadi

konflik pengguna air antar masyarakat petani dan antara petani dengan penentu

kebijakan yang akan berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial; d) peraturan

dan perundang undangan tentang air dan tanah dilanggar oleh berbagai pihak.

(masyarakat dan pimpinan daerah); e) petumbuhan penduduk sebesar 0,8 %,.

Konsekuensi logis diperlukan tambahan pangan yang sesuai dengan pertumbuhan

penduduk. Kenyataan aspek pendukung pertanian mengalami penurunan.

Page 9: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

5

Anggoro Sigit, 2007 judul penelitian Analisis Proses geomorfologi melalui SIG

untuk pengelolaan lahan pertanian daerah Klaten didapatkan hasil: (1) Telah terjadi

degradasai lahan akibat gempa bumi tektonik (amblesan, rekahan longsoran, sembulan

dan rusaknya insfratuktur pertanian) dan akibat anthropogenik (batu bata, alih fungsi

lahan) yang menurunkan kualitas sumberdaya lahan, (2) lahan sawah seluas 25724 ha

atau 39,24% pengusahaan pertanian belum dilakukan secara maksimal sehingga

produktivitasnya rendah, (3) degradasi lahan sebagian besar berada pada dataran fluvial

gunung api yang dmerupakan lahan pertanian.

Suharjo, 2008 penelitian tentang potensi air tanah daerah Klaten Jawa Tengah;

hasil penelitian: a) ada lima satuan bentuklahan yaitu puncak volkan, lereng volkan,

kaki volkan, dataran fluvial kaki volkan serta bentukan struktural perbukitan Bayat; b)

daerah bentuklahan kaki volkan terdapat 124 mata air mempunyai debit lebih dari 500

liter setiap detik dengan kualitas memenuhi syarat untuk air minum; c) daerah

bentuklahan dataran fluvial volkan bagian bawah kualitas air sumur sedang sampai

rendah; d) bentuklahan struktural perbukitan Bayat sebagaian sumur penduduk air

tanahnya asin.

Sunarhadi, 2013; penelitian tentang model pengelolaan sempadan sungai di

Kabupaten Sukoharjo. Salah satu bagian hasil penelitian menunjukkan bahwa material

asal vulkan yang berasal dari Gunung Merapi berada di bagian barat Kabupaten Klaten

yang merupakan bagian lereng lalu menyambung hingga Kabupaten Sukoharjo di

Kecamatan Kartasura, Gatak, Baki, sebagian Grogol, dan Sukoharjo yang merupakan

kaki bawah Merapi.

II.2. Wadah/Tempat Air Tanah di Dalam Bumi

Sunarhadi, Utami, & Sudarto (2001) menunjukkan bahwa perbedaan kondisi

biofisik permukaan lahan menyebabkan respon suatu DAS terhadap hujan juga akan

berbeda.Perbedaan ini muncul baik pada kualiutas maupun kuantitas air yang mengalir

dan muncul di air tanah. Potensi air, meliputi kualitas dan kuantitas, dapat diidentifikasi

berdasarkan: a). Kondisi geomorfologi; b). Kondisi tanah; dan c). Kondisi geologinya.

a. Kondisi Geomorfologi

Verstappen (1983) mengemukakan bahwa satuan/unit geomorfologi dapat untuk

mendeliniasi satuan hidrologi suatu daerah. Adapun aspek geomorfologi yang penting

dalam untuk mendeliniasi satuan hidrologi yaitu aspek morfologi dan aspek

Page 10: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

6

morfogenesa. Suharjo (2005), daerah lereng Merapi terbagi menjadi empat satuan

morfologi yaitu: (1) satuan puncak Merapi, (2) satuan kaki Merapi, (3) satuan dataran

fluvial, dan (4) satuan perbukitan Jiwo Bayat. Ditinjau dari morfogenesanya, daerah

Klaten merupakan daerah asal struktural (daerah perbukitan Jiwo) dan asal volkan.

Pasca gempa bumi tektonik 27 Mei 2006 di daerah dataran fluvial dan di perbukitan

Jiwo terjadi proses degradasi yaitu: rekahan, retakan, sembulan, amblesan, longsor lahan

dan rusaknya saluran irigasi. Data dasar morfologi dan morfogenesa sebelum gempa

banyak yang tidak dapat digunakan untuk tujuan hidrologi (Suharjo, 2006).

b. Kondisi Geologi

Todd (1980), ada empat perlapisan batuan yang mengakibatkan perlakuan air tanah

berbeda yaitu: 1). Akuifer, yaitu perlapisan batuan yang mempunyai susunan

sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dalam jumlah besar. Batuan ini terdiri

dari pasir atau kerikil, batu pasir, batu gamping yang berlubang dan lava yang retak–

retak; 2). Akuiklud, yaitu perlapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat

mengalirkan dalam jumlah yang berarti. Batuan ini terdiri dari lempung, tuf dan atau

silt; 3). Akuifug, yaitu lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan tidak

mengalirkan air, contoh batuan granit; 4). Akuitar, yaitu perlapisan batuan yang

mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat

mengalirkan air dalam jumlah yang terbatas, contoh lempung berpasir.

Suharyadi, 1984; pendekatan kualitas air tanah dapat diinterpretasi berdasarkan

kandungan unsur kimia yang terkandung dalam litologi penyusun akuifer seperti

Calsium (Ca), magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K), Narium (Na), Belerang (S),

Besi (Fe), Mangan (Mn), Chlorida (Cl), Sulfat (SO4).

Suharjo, dkk, 2005; unsur kimia air tanah di daerah dataran fluvial kaki Merapi

yang berada di daerah Kecamatan Grogol, Gatak, Baki dan Kartasura terdiri dari unsur

kimia alami dan unsur kimia akibat pencemaran dari limbah rumah tangga dan industri

yang bersifat distruktiv atau berbahaya. Air tanah akibat pencemaran limbah rumah

tangga dan industri ditunjukkan unsur Nitrat (NO3), bakteri koli, dan gas belerang

(H2S).

Kependudukan dan Sistem Sosial ekonomi

Undang-undang No. 32 Tahun 2005, yang mengatur tanggung jawab dan

kewenangan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Page 11: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

7

Pengambil alihan kewenangan dan tanggung jawab suatu organisasi pengelola yang

lebih tinggi apabila pengelolaan tidak mampu ditangani oleh suatu lembaga yang lebih

rendah. Kegiatan yang merupakan aspek pengelolaan air, seperti pengelolaan air untuk

irigasi, air industri, perkotaan dan sebagainya, diarahkan untuk secara bertahap dapat

ditangani langsung oleh masyarakat penerima manfaat atau dunia usaha melalui program

kerja sama dan investasi. Muhammad Aqil, Yamoto Atsushi, dan Abi Prabowo (2007)

di Jepang ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan air

irigasi yaitu: Kegiatan operasional dan pemeliharaan (O&P) saluran dilaksanakan

oleh pemerintah, kegiatan (O&P) jaringan di Jepang diserahkan sepenuhnya kepada

petani. Dalam implementasinya, petani setiap daerah (chiku) membuat organisasi yang

bertujuan mengatur dan mengelola aset yang diberi nama Land Improvement District

(LID). Organisasi ini, semacam perhimpunan petani pemakai air (P3A) di Indonesia,

namun cakupan tanggung jawabnya lebih luas yakni mencakup kegiatan O&P jaringan,

termasuk di dalamnya mengatur distribusi air. Organisasi ini telah berdiri lama, dan

seiring dengan dikeluarkannya undang undang tentang perbaikan

tanah/lahan memungkinkan dilakukannya rancangan, perbaikan dan pemeliharaan

aset bangunan secara legal. Model kerjasama antara petani – LID sifatnya profesional,

hampir sama dengan model kerja perusahaan yang menuntut rasa tanggung jawab

yang tinggi dari para petani atas keberadaan fasilitas irigasi.

II.3. Sistem Administrasi dan Peraturan

Soenarno, 2005; Berdasarkan kondisi perkembangan sosial, ekonomi, politik, serta

permasalahan yang dihadapi di Indonesia, kebijakan pengelolaan sumberdaya air ke

depan akan dipengaruhi oleh beberapa kecenderungan sebagai berikut:

Akan terjadi pergeseran pola pengelolaan yang bersifat parsial- fragmental ke

pendekatan terpadu baik antar wilayah maupun antar komponen sumberdaya air

(air permukaan, air tanah dan air hujan).

Terjadi pergeseran perang dominasi peran pemerintah ke peran dunia usaha dan

masyrakat.

Timbul kebutuhan akan bentuk kelembagaan supra sektoral dengan kejelasan

otoritas serta mempertimbangkan aspek desentralisasi.

Terjadi pergeseran titik berat dalam pengelolaan sumberdaya air: (1) yang semula

dititik beratkan untuk pertanian ke alokasi air yang lebih merata bagi sektor

Page 12: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

8

lainnya, (2) dari titik berat hanya pada pendekatan suplai (supply approach) ke

pendekatan pengelolaan permintaan (demand management), dan dari cara pandang

bahwa air hanya sebagai publik ke cara pandang air juga merupakan sumberdaya

ekonomi.

Selain itu pergeseran juga terjadi dalam perlindungan sumberdaya air dari titik

berat penanggulangan pencemaran menjadi pencegahan pencemaran melalui

penerapan sistem produksi limbah minimum serta dari pendekatan pengaturan ke

arah pendekatan insentif/desinsentif.

Engelen dan Klosterman, 1996; menyusun kerangka kerja dalam pengembangan

pengelolaan sumberdaya air secara terpadu dan komprehensif menjadi lima tahapan

yaitu:

a. Tahap pertama: penggunaan air dasar

Dalam tahap pertama ini kebanyakan terjadi di negara berkem-bang, air diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan dasar, air untuk sektor publik, dan pertanian. Aspek

kuantitatif yang dominan sedang aspek kualitas belum menjadi prioritas,

analisis sumber air dan perencanaan masih kurang dapat perhatian.

b. Tahap ke dua: analisis sektoral, perencanaan dan penggunaan yang terbatas

Peningkatan kebutuhan air dan perkemabngan ekonomi kebutuhan tambahan

menjadi penting utamanya kebutuhan rekreasional dan ekologis. Peningkatan aspek

jumlah dan kualitas penting bagi pengguna, dan sering polusi menjadi salah satu

masalah. Kebijakan dalm pengembangan air, lingkungan dan perencanaan wilayah

masih agak longgar. Aspek kualitas dan kuantitas air permukaan dan air tanah

merupakan aspek penting. Kesadaran keterkaitan antara kebijakan, pengguna dan

komponen siklus air tumbuh tetapi integrasi yang nyata masih kurang.

c. Tahap ke tiga: pendekatan sektoral terstruktur dalam analisis, perencanaan dan

pengguna.

Di negara industri kebutuhan air sangat banyak sehingga memerlukan kesatuan

konsep dalam pengelolaan Sumberdaya Air. Dari sisi kebijakan masterplan terinci

menjadi tingkat nasional, regional untuk sektor air utama, lingkungan dan

perencanaan fisikal. Perencanaan sektoral diperlukan untuk tipe pengguna yang

berbeda. Kesatuan konsep dalam siklus air dapat menjadi analisis hidrologikal

regional.

Page 13: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

9

d. Tahap ke empat: Pendekatan terpadu dalam analisi sistem air, perencanaan dan

pengelolaan.

Di negara industri dan berpenduduk padat kesadaran tentang sumberdaya air telah

tumbuh, integrasi antar sektor tidak cukup, dan integrasi level lebih tinggi

diperlukan untuk memecahkan masalah air. Integrasi kebijakan diperlukan dalam

analisis, perencanaan dan pengelolaan, peningkatan kebutuhan, dan sistem

hidrologi.

e. Tahap ke lima: Pendekatan komprehensif dalam pengelolaan Sumberdaya Air

Di masa mendatang dan tahap akhir dari pengelolaan Sumberdaya Air diperlukan

satu pendekatan sistem air yang komprehensif. Sistem air dianalisis,

direncanakan dan dikelola dengan cara komprehensif tran nasional dan melibatkan

banyak disiplin ilmu, fakor dan aktor.

Dalam regionalisasi pengelolaan sumberdaya air, komponen yang harus

diperhatikan adalah sumber air (air hujan, air permukaan dan air tanah), wadah atau

tempat air tertampung (geomorfologi, tanah, geologi), vegetasi/penggunaan lahan,

kependudukan dan sosial ekonomi, sistem administrasi dan peraturan.

II.3. Fokus Penelitian yang Akan Dilakukan

Berangkat dari tinjauan pustaka dan hasil penelitian sebelumnya maka fokus

penelitian yang akan dilakukan adalah menghasilkan model pengelolaan air tanah daerah

Klaten khususnya dan selajutnya digunakan model dalam pengelolaan air tanah di

daerah lingkungan gunung api di Indonesia diperlukan kerangka pikir sebagai berikut.

Pengelolaan air tanah yang lestari dan berkelanjutan diperlukan perhatian

imput air tanah harus lebih besar disbanding dengan pemanfaatan air tanah. Imbuhan air

tanah tergantung pada faktor iklim dan aspek penyusun bentuklahan sedang

pemanfaatan air tanah tergantung pada aspek penyusun satuan lahan dan peraturan

masyarakat dan pemerintah. Jika faktor factor yang mempengaruhi imbuhan/imput air

tanah dan bentuklahan, satuan lahan yang lestari diperlukan pengelolaan aspek fisik

(apek bentuklahan dan aspek fisik lahan) dan non fisik (penggunaannya untuk non

pertanian dan pertanian), maka di pilih satuan lahan sebagai satuan analisis model

pengelolaan air tanah. Untuk lebih jelasnya, kerangka teori model pengelolaan air tanah

daerah lereng Merapi di Klaten Jawa Tengah disajikan pada Gambar 1

Page 14: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

10

Bentuklahan asal gunung Merapi :1. Relief,

2 batuan penyusun; 3 Proses geomorfologi Iklim/curah hujan

Daerah Gunung Api

Merapi

1. Pertanian

2. Permukiman/domestik

3. Industri

4. Air kemasan

5. Perkantoran dasekolah

6. PDAM dalam dan luar

daerah Klaten

7. Pariwisata

Model Pengelolaan Air

Tanah Daerah Lereng

Merapi di Klaten Jawa

Tengah

Pemanfaatan Air Tanah

Satuan lahan daerah lereng Merapi

Potensi air tanah Daerah Klaten

Penggunaan Lahan Daerah Lereng Merapi

Undang –Undang Dasar

1945 Pasal 33 Peraturan

Daerah Tentang pengelolaan

air

Gambar 1.

Kerangka Teori Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Gunung Merapi di

Kabupaten Klaten Jawa Tengah

Page 15: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

11

BAB III

METODE PENELITIAN

Model pengelolaan air tanah ini merupakan bagian pencapaian pelestarian

sumberdaya air dan tanah yang diprogramkan perguruan tinggi. Metode penelitian

menggunakan survei yang meliputi pengamatan, pengukuran, pencatatan dan analisis. Capaian

penelitian yang sudah dilakukan :

Tahun 2005: 1). peta bentuklahan; mendasarkan pada unsur relief, batuan dan proses

geomorfologi, derah kabupaten Klaten terdapat bentuklahan puncak Merapi, lereng Merapi,

kaki Merapi, lereng fluvial kaki Merapi, dataran fluvial Merapi dan bentuklahan asal

strukturan Bayat; 2) Mata air di bentuklahan kaki Merapi berjumlah

124 tempat dengan debit bervariasi antara 45 L/detik - 1850 L/detik ; 3). kualitas airtanah

sesuai untuk air minum.

Tahun 2006: 1) peta degradasi lahan akibat faktor antropogenik/aktivitas manusia; bentuknya

pembukaan lahan terbangun di setiap bentuklahan; pembuatan batu bata di bentuklahan kaki,

lereng kaki dan dataran fluvial kaki Merapi. 2) Peta degradasi akibat faktor alami/ gempa

bumi tektoni yang berbentuk sembulan, amblesan, dan rekahan tersebar di bentuklahan

dataran fluvial Merapi dan daerah bentuklahan sruktural perbukitan Bayat. 3). Degradasi lahan

akibat letusan Gunung Merapi yang pada tahun tersebut baru berpengaruh di bentuklahan

puncak dan lereng Merapi.

Tahun 2007: 1). persebaran penurunan klas kesesuaian lahan daerah pertanian dari klas

1(sesuai) menjadi kals 2(sedang) bahkan klas 3(kurang sesuai) atau di bentuk lahan leremg

kaki, kaki, lereng fluvial kaki, dataran fluvial Merapi dan bentuklahan struktural perbukitan

Bayat. 2). Bangunan air untuk irigasi dan penyempan air tanah dan mata air di bantuklahan

dataran fluvial Merapi dan bentuklahan struktural perbukitan Bayat sebagian besar rusak. 3).

Data dasar sebelum gempa sebagian besar tidak dapat digunakan

Tahun 2008: 1) Potensi air tanah/air sumur daerah permukiman di bentuklahan dataran fluvial

Merapi menurun.2).sebagain air tanah/ sumur di bentuklahan asal struktural perbukitan Bayat

sebagian asin dan tidak layak untuk air minum.

Tahun 2014; air sumur / air tanah dangkal di dataran fluvial kaki volkan mengalami

pencemaran : 1) bakteri coli ( 10 – 253 mg/L), 2). Nitrat/NO3 ( 14- 21 mg/L) dan 3) dan

keasinan air tanah yang dibuktikan daya hantar listrik (DHL) 1135 - 103840 mmous/L.

Page 16: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

12

Capain penelitian yang sudah dilakukan ; Peta Bentuklahan, Peta penyebahan mata air

tahun 2005, Peta Degradasi Lahan di setiap Bentuklahan, Peta degradasi Lahan

Pertanian, Degradasi Potensi Air Tanah Daerah Permukiman di bentuklahan dataran

fluvial Merapi dan structural perbukitan Bayat, dan budaya lokan Dusun Jati Nom

dalam pelestarian sumber mata air./air tanah.

Rencana Induk Perguruan Tinggi

Pelestarian Lingkungan Air dan Tanah

Hasil Tahun ke tiga; Model Pengelolaan Air

Tanah Daerah Lereng Merapi di Kabupaten

Klaten Jawa Tengah

Model Pengelolaan Air Tanah

Daerah Lereng Merapi

Metode Survei

Metode Tahun Pertama; overlay peta bentuk

lahan dan peta penggunaan lahan, strata

sampling, penelitan air tanah di disetiap satuan

lahan di lapangan, penelitian di laboratorium

Fak. Geografi UGM, membuat peta tematik

Metode Tahun ke dua; Wawancacara

jenis pemanfaatan air tanah kepda

pengguna. Yang bersifat produktif

dan konsumtif

Hasil Tahun ke dua jumlah pemanfaatan air

sumur dan air mata air untuk : domestik,

pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan,

industri, Pariwisata, air kemasan, perkantoran

dan air tanah yang terbuang

Hasil tahun pertama; peta satuan

lahan, peta kuantitas air tanah/mata

air di setiap satuan lahan, peta

kualitas air tanah di setiap satuan

lahan

Metode Tahun ketiga ; Wawancara, FGD, Analisa sistem informasi

geografis dan analisis Peraturan Daerah terhadap Air tanah

Bagan alir metode dan hasil penelitian yang diharapkan setiap tahun disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

Page 17: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

13

Pada tahun pertama

1. Membuat peta bentuk lahan (Sudah tersedia); peta ini dibuat dengan

memperhatikan tiga aspek pembentuk bentuklahan yaitu (1) aspek morfologi, (2)

aspek proses geomorfologi dan (3) aspek material penyusun atau litologi. Metode

yang digunakan adalah overlay peta rupa bumi/topografi, peta geologi .

2. Membuat peta satuan lahan; peta ini dibuat dengan memperhatikan empat aspek

pembentuk satuan lahan yaitu (1) aspek bentuklahan, (2) aspek tanah, (3) aspek

lereng, dan (4) aspek penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Koordinator

pembutan peta satuan lahan dan penentuan daerah sampel Dr. Kuswaji Dwi

Priyono, M.Si

3. Sampel air tanah; sampel air tanah diambil di setiap satuan lahan. Sampel di

ambil di setiap satuan lahan dengan dasar bahwa setiap satuan lahan mempunyai

kesemaan sifat: bentuklahan, lereng, penggunaan lahan dan klas tanah.

4. Analisa data lapangan dan laboratorium, ini dilakukan untuk mendapatkan potensi

air sumur dan mata air serta agihannya dalam setiap satuan lahan. Data lapangan

yang berkaitan dengan kualitas terdiri dari warna air tanah, bau dan rasa

air tanah. Pengukuran kuantitas dan kualitas air tanah dilapangan menggunakan

mahasiswa sejumlah 45 orang yg dibimbing langsung oleh ketua dan anggota

peneliti

5. Interpretasi ulang, yang dilakukan memasukkan data hasil pengukuran di lapangan

dan di laboratorim yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air tanah.

Pelaksanaan interpretasi ulang dilakukan oleh penggiat Pusat studi Mitigasi

Bencana (PSMB) Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UMS yang

dikoordinir oleh R. Muhammad Amin Sunarhadi SSi.MP

6. Membuat peta potensi air tanah di setiap satuan lahan

Tahun ke dua

1. Menyiapkan peta satuan lahan sebagai dasar satuan pemetaan penggunaan air

tanah ( mata air dan air tanah dangkal / sumur.

2. Menyiapkan peta penggunaan lahan sebagai dasar pengambilan sampel

/responden. Pengambilan sampel mendasarkan metode “strata randum

sampling” dengan penggunaaan lahan sebagai stratanya.

Page 18: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

14

3. Kerja lapang yaitu pengamatan, pengukuran, pencatatan hasi pengamatan

lingkungan dan wawancara terhadap responden yang berkaitan dengan

penggunaan air tanah.

4. Tabulasi dan analisa data hasil pencatatan pengamatan lingkungan dan

wawancara dengan responden.

5. Analisa hasil tabulasi data untuk memperoleh hasil penelitian tentang

penggunaan air tanah di setiap satuan lahan

6. Pemetaan penggunaan penggunaan air tanah disetiap satuan penggunaan lahan

dan satuan lahan.

7. Kesimpulan dan penulisan laporan penelitian.

Penelitian ini akan mengikut sertakan 125 mahasiswa dari Fakultas Geografi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi, serta

mahasiswa pegiat Pusat Studi Mitigasi Bencana. Data hasil ditabulasi dianalisis dan

dipetakan. Pekerjaan ini dikoordinasikan oleh Drs. Muhammad Musiyam M.T. Hasil

yang diharapkan, jumlah pemanfaatan air sumur dan air mata air untuk: domestic,

pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri, lembaga swasta, air kemasan,

perkantoran, lembaga pemerintah, dan air tanah yang terbuang.

Tahun ke tiga

Wawancara dilakukan oleh tokoh masyarakat sebagai tokoh kunci diharapkan

mendapatkan karakter budaya loka dalam melestarikan air tanah; Di Daerah Klaten,

setiap Dusun mempunyai budaya lokal dalam pelestarian air tanah. Untuk wawancara

tokoh masyarakat dilakukan oleh Ketua Peneliti

Forum group diskusi; dilakukan melaui dua cara; pertama dilakukan oleh setiap

kelompok pengguna air dan kedua dilakukan oleh berbagai kelompok penggunan

Analisis peraturan pememerintah Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta.

Peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Klaten dianalisa dan ibandingkan dengan UU

No. 7 Tahun 2004 dan UUD tahun 45 pasal 33. Peraturan Daerah Kabupaten Kota

Surakarta yang dikaitkan dengan peraturan daerah Kabupaten Klaten dianalisis untuk

mencara titik unggul /manfaat dan kelemahan yang menimbulkan konflik air.

Page 19: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

15

Analisis Sistem Informasi Geografis

Analisis ini mengkaitkan data hasil Tahun Pertama, Kedua dan Ketiga; program

yang digunakan simulasi masa lampau, masa sekarang dan merencanakan masa

mendatang sampai Tahun 2016. Koordinator analisis SIG adalah R. Muhammad Amin

Sunarhadi, SSi, MP .

Page 20: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

16

Honor Honor/Jam

(Rp) Waktu

(jam/minggu)

Minggu Honor per Tahun

(Rp) Ketua 20.000 10 280 5.600.000

Anggota 1 19.000 8 224 4.256.000

Anggota 2 19.000 8 224 4.256.000

Anggota ke 3 19.000 8 224 4.256.000

SUB TOTAL (Rp) 18.368.000

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Biaya Penelitian

1. Honor

2. Peralatan penunjang

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga

Satuan

(Rp)

Harga

Peralatan

Penunjang (Rp)

PetaPenggunaan

lahan daerah

Klaten

Interpretasi jenis

penggunaann

lahan daerah Klaten

3 Sheet/

lembar

200.000

600.000

Peta agihan pertanian

Interpretasi penggunaan lahan

8 lembar

50.000

400.000

Peta Industrui

Daerah Klaten

Dasar Penentuan

sampel dan

wawancara

8 lembar

50.000

400.000

GPS Menentukan lokasi

absolut

10 Sewa

(10 hari) 10.000 1.000.000

Digital Kamera Dokumentasi 3 Sewa

(20 hari)

150.000 150.000

Peta Peternakan

Daerah Klaten

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 8 lembar 50.000

400.000

Peta Pariwisata daerah

klaten

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 8 lembar 50.000

400.000

Peta Perikanan Daerah

Klaten

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 8 lembar 50.000

400.000

Peta Perkebunanan

Daerah Klaten

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 8 lembar 50.000

400.000

Peta Perkantoran

Daerah Klaten

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 8 lembar 50.000

400.000

Data skunder dinas

Pertanian

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Data Sekunder Dinas

Perindustrian

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Page 21: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

17

Data sekunder Dinas

Perindustrian

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Data sekunder Dinas

Peternakan

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Data sekunder

Perikanan

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Data sekunder Dinas

Pariwisata

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Data sekunder

Pengusaha air kemasan

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Data Dalam Angka

Kabupaten Klaten

Dasar Penentuan sampel

dan wawancara 4 buku 150.000 600.000

Mobil Alat trasportasi 3 Sewa

(10 hari)

250.000 2.500.000

Sepeda Motor Alat tranportasi 3 Sewa

(20 hari) 50.000 1.000.000

SUB TOTAL (Rp) 12.850.000

3. Bahan Habis Pakai

Material

Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

per

Tahun

(Rp) Membuat perangkat daftar

pertanyaan jumlah air

tanah, permasalahan air

tanah

Pedoman wawancara penggunaan air tanah

Paket

1.500.000

1.500.000

Wawancara penggunaan

air tanah untuk domestik

di satuan lahan

permukiman

Data Air tanah 15 hari/10

orang

50.000

2.500.000

Wawancara penggunaan

air tanah untuk

pertanian

Data air tanah

10 hari/5orang

50.000 5.000.000

Wawancara penggunaan

air tanah untuk

peternakan

Data air tanah 10 hari/5orang

50.000 5.000.000

Wawancarajumlah

penggunaan air tanah

untuk perikanan

Data air tanah 10 hari/5orang

50..000 2.500.000

Wawancara penggunaan

air tanah untuk

perkebunan

Data air tanah 10 hari/5 orang 50.000 2.500.000

Page 22: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

18

Material Justifikasi

Pemakaian Kuantitas

Harga Satuan

(Rp)

Biaya per

Tahun (Rp)

Wawancara

penggunaan air tanah

untuk Pariwisata

Data air tanah 10 hari/10

orang 50.000 2.500.000

Wawancara

penggunaan air tanah

untuk Industri

Data air tanah 10 hari/5 orang 50.000 2.500.000

Wawancara

penggunaan air tanah

untuk perkantoran Data air tanah

10 hari/5 orang 50.000 2.500.000

Wawancara

penggunaan air tanah

untuk air kemasan

Data air tanah 10 hari/5 orang 50.000 2.500.000

Pengukuran air tanah

yang hilang Data air tanah 10 hari/5 orang 50..000 2.500.000

Wawancara

penggunaan air tanah

untuk PDAM Data air tanah

10 hari/5 orang 50.000 2.500.000

Kerja laboratorium

Tabulasi data 3 hari/5 orang 150.000 4.500.000

Kerja laboratorium

Analisa Sestem

informasi Geografi (

SIG) penggunaan air

tanah di setiap

7 hari/2 orang 250,000 3.500.000

Kerja Laboratorium Membuat Peta “

Penggunaan Air

Tanaha di Setiap

Satuan Lahan

Daerah Kabupaten

Klaten Jawa

Tengah”

4 hari/2 orang

paket 4.000.000

SUB TOTAL (Rp) 27.138.000

Page 23: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

19

4. Perjalanan

Material

Justifikasi

Perjalanan

Kuantitas

Harga

Satuan

(Rp)

Biaya per

Tahun

(Rp)

Perjalanan Ke

Bentuklahan lereng atas

Merapi

Survei penyusun

aquifer permukaan

dan lingkungan

3 hari/ anggota

ketua peneliti

drefer

150.000

2.250.000

Perjalanan Ke

Bentuklahan Kaki

Merapi

Survei penyusun

aquifer permukaan

dan lingkungannya

2 hari/ anggota

ketua peneliti

drefer

150.000

1.500.000

Perjalanan Ke

Bentuklahan Dataran

Fluvial Merapi

Survei penyusun

aquifer permukaan

dan lingkungannya

2 hari/ anggota

ketua peneliti

drefer

150.000

1.500000

Perjalanan Ke

Kecamatan Daerah

Dataran Flufial Merapi

Survei penyusun

aquifer permukaan

dan linkungannya

3 hari/ anggota

ketua peneliti

drefer

150.000

2.250.000

Perjalanan ke Fakultas

Geografi UGM

Menyerahkan

Lasampel Air

tanah dan

mengambil hasil

lab.

3 hari/ anggota

ketua peneliti

drefer

paket

1.300.000

Perjalanan Ke Dinas

Pemerintah Kabupaten

Klaten

Perijinan,

penyerahan hasil

dan

Tindak lanjut kegiatan

5 x anggota

ketua peneliti

drefer

1.800.000

SUB TOTAL (Rp) 10.600.000

5. Lain-lain

Kegiatan

Justifikasi

Kuantitas

Harga Satuan (Rp)

Biaya per Tahun (Rp)

Lain-lain

administrasi,

publikasi, seminar,

laporan, PPPK

paket

paket

4.644.000

SUB TOTAL (Rp)

4.644.000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN TAHUN KE 2 (Rp)

87.956..000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH TAHUN (Rp)

175.000.000

Page 24: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

20

4.2. Jadual Penelitian Tahun 2

No

Jenis Kegiatan Bulan ke

3 4 5 6 7 8 9 10

1 Koordinasi dan perijinan v

2 Pengumpulan Pustaka dan Alat Lapangan v

3 Pengamatan Lapangan v v

4 Membuat Peta Satuan Lahan v

5 Penentuan Titik Sampel Air Tanah dan mata air v

6 Pengukuran potensi air di lapangan v v v v

7 Pengukuran sampel air di Laboratorium v v v

8 Tabulasi Data Hasil Lapangan dan Laboratorium v

9 Membuat Peta Tematik Potensi Air Tanah disetiap

Satuan Lahan v v

10 Penyusunan Laporan Penelitian v v v

11 Seminar Hasil dan Publikasi v

Page 25: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

21

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Agus Sigit, Suharjo; dkk, 2007. Analisis Proses Geomorfologi Melalui SIG

untuk Pengelolaan Lahan Pertanian Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Penelitian PHK A-2 Fakultas Geografi UMS

Engelen, G.B; F. Klosterman, 1996. Hydrological System Analysis Method and

Applications. Kluwer Academic Publisher. London.

Kodoatie, Robert J., Roestam Sjarief, 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu Andi

Jl. Beo 38-40. Telp (0274) 561881 (hanting) Fax. (0274) 588282 Yogyakarta

55281

Santoso, M..Abdul Fattah 2013. Air Dan Pemeliharaannya Makalah Seminar Fikih Air

Dan Masa Depan Umat Manusia Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat

Muhammadiyah.

Soenarno, 2005. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air dan Privatisasi atas Air.

Makalah. Proseding Seminar Nasional. Fak. Geografi UMS

Suharjo; dkk, 2005. Studi dan Pemetaan Sumber Air di Kabupaten Klaten. Penelitian

Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten.

Suharjo, dkk, 2006. Analisis Degradasi Lahan Pasca Gempa Bumi Tektonik Daerah

Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Penelitian PHKA-2 Fak. Geografi UMS.

Suharjo, 2006. Proses Geomorfologi Solo, Penelitian Fundamental Direktorat

Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal

Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional

Suharjo, 2007. Evolusi Lereng dan Tanah Daerah Solo dan Sekitarnya. Penelitian

Fundamental. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada

Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan

Nasional

Suharjo, Alif Noor Anna, Munawar Cholil. 2008 Model Pengelolaan Air Tanah Pasca

Gempa Tektonik Di Lereng Merapi Daerah Klaten Jawa Tengah.Penelitian

Hibah Bersaing tahun pertama Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian

pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Departemen

Pendidikan Nasional

Suharyadi, 1984. Geohidrologi. Diktat Kuliah. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada.

Sunarhadi, M. A., Utami, S. R., Sudarto. 2001. Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas

di Kota Malang, Jawa Timur. Jurnal BIOSAIN, 1(3) Desember 2001, 84-98.

Universitas Brawijaya, Malang.

Sunarhadi, M A, Suharjo, Alif Noor Anna. 2013. Model Pengelolaan Sempadan Sungai di

Kabupaten Sukoharjo. Penelitian Pusat Studi (PESATU). Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tood. David Keith, 1959. Grounwater Hydrology. New York John Wely and Sons.

Verstappen, H. 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for

Environmental Development. Amsterdam: Elvisier.

Page 26: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 27: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 28: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 29: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 30: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 31: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 32: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 33: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 34: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 35: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 36: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 37: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 38: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Page 39: USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI