usul fiqh kaidah ushuliyah ‘amar, nahi, ‘amm, & khos

14
USUL FIQH USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

Upload: eron

Post on 05-Feb-2016

382 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

USUL FIQHUSUL FIQH

KAIDAH USHULIYAHKAIDAH USHULIYAH‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

USUL FIQHUSUL FIQH

KAIDAH USHULIYAHKAIDAH USHULIYAH‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

Page 2: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

2

KATA PENGANTAR

ALHAMDULILLAH penulis panjatkan kehadirat Allah yang Al-qodir yang telah menganugrahkan kesehatan, akal sehat sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Makalah Metodologi Study Islam ini walau penuh rintangan dan cobaan.

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan Nabi Agung, sang Revolusionir ulung Muhammad

SAW, yang merupakan salah satu manusia yang telah mencapai Tingkatan

Insan Kamil.

•Selanjutnya, ucapan terima kasih kami haturkan kepada Ibu. Rinnanik selaku

Dosen mata kuliah Usul Fiqh I, yang telah memberikan Bimbingan kepada penulis untuk Menyusun sebuah makalah yang

berjudul “ Kaidah Ushuliyah ‘Lafadz ‘Amm, Lafadz Khos, Amar (perintah) dan

Nahi (larangan) ” ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dari

semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Sumbersari, 05 April 2010

Penyusun

Page 3: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

3

BAB I

PENDAHULUAN1.LATAR BELAKANG MASALAHMerupakan suatu kewajiban bagi Setiap muslim

untuk memahami hukum islam secara menyeleruh berdasarkan sumber agama islam (Al-Qur’an & Al-Hadist). Karena ditakutkan ketika dalam memahami islam hanya setengah-setengah hanya akan memberikan dampak negatif. Seperti timbulnya aksi para teroris yang mengatas namakan islam dalam meluncurkan agresinya. Mereka memahami islam hanya sebagai sosok yang memberikan motivasi untuk berjihad tanpa memperdulikan wajah-wajah islam yang lain.

Oleh karena itu, usaha yang dilakukan untuk memahami islam adalah kita harus mampu membuka setiap kata dan makna yang terkandung dalam sumber-sumber islam yaitu Al-qur’an dan Al-Hadist itu. Untuk itu, kita memerlukan sebuah metode istimbat (Penggalian Hukum) yakni usul fiqh.

Disini penulis akan mencoba sedikit mengulas tentang metode istimbat dalam usul fiqh yang berkisar pada “Amar, Nahi, ‘Amm, dan khos, dengan harapan semoga sedikit membantu dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadist.

2.RUMUSAN MASALAHa.Apakah pengertian “Amar, Nahi, ‘Amm, dan

khos”?b.Apakah hukum yang ditunjukan oleh “Amar,

Nahi, ‘Amm, dan khos”...?

Page 4: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

4

BAB II

PEMBAHASAN(METODE ISTIMBAT DARI

SEGI BAHASA)A. LAFADZ AL- ‘AMM1. Definisi dan bentuk-bentuk al-’amm Al-’Amm menurut bahasa lafadz yang

menunjukan akan mencakupnya terhadap keseluruhan satuan yang sesuai dengan maknanya tanpa ada yang membatasi. Ada bebrapa lafadz yang menunjukan makna umum, diantaranya :

a. Kata Kull seperti (جمي=ع) ’ dan kata Jamiك=ّل;yang terdapat ayat :

)21كّل; امرئ بما كسب رهين (الّط;ور: …U.....(البقرة: )29هو الذي خلق لكم ما فى األرض جميعا

a. kata Jama’ yang disertai alif dan Lam diawalnya, seperti pada lafadz Al-Walidatu (para ibu) dalam surat al-Baqarah :233.

b. Kata Tunggal yang dima’rifatkan dengan Alif dan Lam. Contoh lafadz AL-Insan dalam surat al-Ashr :2.

c. Isim Isyarah (kata benda yang disyaratkan) seperti kata man ) eنfم ) dalam suratan-Nisa’ :92.

d. Isim Nakirah (indenfinite noun) yang dinafikan seperti lafadz la junaha .dalam surat al-Mumtahanah :10(الجناح)

e. Isim mausul (kata ganti penghubung), seperti kata Alladzina ((ال=ذين dalam ayat 10 surat an-Nisa’.

;م=ا ي=أكلون فى بّط=ونهم U أن إن; ال=ذين ي=أكلون أم=وال اليتمى ظلم=اU U وسيصلون سعيرا )10(النسأ: نارا

Page 5: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

5

2. PEMBAGIAN LAFADZ ‘AMM Lafadz umum yang dikehendaki keumumannya karena terdapat dalil atau indikasi yang menutup kemungkinan adanya Takhsis (pengkhususan). Misalnya surat Hud :6.

ها ; على الل==ه رزقه==ا ويعلم مس==تقر; ة فى األرض إال وم==ا من داب==;)6ومستودعها كّل; فى كتاب مبين (هود :

yang dimaksud binatang melata pada ayat tersebut adalah bersifat umum,mencakup semua jenis binatang tanpa terkecuali. Karena diyakini bahwa yang memberikan rizki bagi semua mahluk adalah Allah swt.

•Lafadz ‘Amm akan tetapi yang dimaksud adalah khusus karena ada indikasi yang menunjukkan makna tersebut. Contoh Qs. At-Taubah : 120.

ماك=ان من أه=ّل المدين=ة ومfنe حول=ه من األع=راب أن يتخل;ف=وا عن )120رسول الله وال يرغبوا بأنفسهم عن نفسه ....(التوبة :

sepintas ketika kita memahami ayat tersebut diperuntukan kepada semua masyarakat madinah dan bangsa arab yang ada disekitarnya. Namun, yang dimaksud ayat tersebut bukanlah makna umum, tetapi hanyalah orang-orang yang mampu.

•Lafadz al-Amm yang ditakhsis. Yaitu al-’Amm yang mutlak, tidak disertai dengan alasan yang yang meniadakan kemungkinan adanya takhsis, tidak pula alasan yang menunjukkan atas keumumannya secara pasti. Lafadz ini secara lahir umum, sampai terdapat dalil yang mengkhususkanya. Seperti terdapat pada ayat 228 surat al-Baqarah.

)228والمّطل;قا ت يتربصن بأنفسهن; ثالثة قروٍء�....(البقرة : Lafadz umu pada ayat tersebut (Al-muthallqat / wanita-wanita yang ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah makna umumnya atau sebagianya. Dalam hal ini menurut jumhur ulama’ usul fiqh, seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Adib Shaleh, kaidah usul fiqh yang berlaku adalah bahwa sebelum terbukti adanya penakhsisnya, ayat itu harus diterapkan pada semua satuan cakupannya secara umum.

Page 6: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

6

Berkaitan dengan kata umum, maka perlu dibahas pula pembahasan tentang takhsis, seperti yang dikemukakan oleh Khudlori Bik, Takhsis adalah bahwa yang dimaksud lafadz umum adalah sebagian dari cakupannya, bukan keseruhanya. Dengan kata lain mengeluarkan sebagiandari satuan-satuan yang dicakup oleh lafadz umum dengan dalil.Diantara dalil pen takhsis adalah takhsis dengan ayat al-qur’an, takhsis dengan sunah, dan takhsis dengan Qiyas. Lafadz umum yang ditelah ditakhsis akan menjadi khusus. Makna sebagian yang tinggal itulah sesungguhnya yang dimaksud ayat tersebut sejak diturunkan atauhadist sejak diucapkan.

B. Lafadz Khusus (khos) Lafadz khusus adalah lafadz yang mengandung

satu pengertian secara tunggal atau beberapapengertian yang terbatas. Abu Zahrah

menyatakan, bahwa lafadz khos dalam nas syara’ menunujuk kepada pengertiannya yang secata

qoth’I (pasti) dan hukum yang dikandungnya bersifat pasti pula selama tidak terdapat indikasi

terhadap pengertian lain. Contoh lafadz khos adalah QS. Al-Maidah : 80.

أهليكم... تّطعمون ما أوسط من مساكين عشرة إطعام فكفارته: وكسوتهم (89المائدة...)

kata ‘asyara pada ayat tersebut diciptakan hanya untuk bilangan sepuluh, tidak kurang dan tidak

lebih. Arti sepuluh itu sendiri tidak terdapat kemungkinanpengertian lain. Begitulah dipahami setiap lafadz dalam al-qur’an, selama tidak aeda dalil yang memalingkan kepada pengertian lain

seperti lafadz majazi (metafora. Jika terdapat indikasi yang menunjukan bahwa yang dimaksud

adalah bukan makna hakikatnya melainkan makna majazi, maka terjadilah ta’wil yaitu memalingkan

kepada majazi yang akan dijelaskan pada pembahasan Mutlaq dan Muqoyyad.

Page 7: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

7

C. Lafadz Amar (Perintah)

a. Pengertia Amar dan bentuk-bentuknya.

Mayoritas ulama’ mendefinisikan amar sebagai sebuah tuntutan (perintah) dari orang

yang lebih tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah derajatnya. Perintah untuk melakukan suatu perbuatan seprti yang

dikemukakan Khudlori Bik dalam bukunya Tarikh At-Tasyri’, disampaikan dalam berbagai redaksi

anatara lain.

• Perintah tegas dengan menggunakan lafadz amara (أمر (dan yang seakar dengannya. QS. An-

Nahl : 90.• Perintah dalam bentuk pemberitaan bahwa

perbuatan itu diwajibkan atas seseorang dengan memakai lafadz Kutiba (كتب). QS. Al-Baqarah :

178.• Perintah dengan memakai redaksi pemberitaan

(Jumlah khobariyah) namun yang dimaksud adalah perintah. QS. Al-Baqarah : 28.

• Perintah dengan memakai kata kerja perintah secara langsung. QS. Al-Baqarah : 238.

• Perintah dengan menggunakan Lafadz Fi’il Mudhore’ yang disertai lam Amar.QS. Al-Hajj : 29.• Perintah dengan menggunakan lafadz Faradho

.mewajibkan. QS. Al-Ahzab : 29 /(فرض)• Perintah dalam bentuk penilaian bahwa

perbuatan tersebut adalah baik. QS. Al-Baqarah : 220.

• Perintah dalam bentuk menjanjikan kebaikan yang banyak kepada pelakunya. QS. Al-Baqarah :

245.

Page 8: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

8

b. Hukum-hukum yang ditunjukkan oleh bentuk amar (perintah

• Suatu bentuk perintah bisa menunjukkan berbagai perngertian sebagaimana yang telah dikemukakan oleh guru besar usul fiqh universitas Damaskus. Diantaranya Sebagai berikut.

• Menunujukan hukum wajib, seperti perintah untuk melakukan sholat.

• Menjelaskan bahwa sesuatu itu booleh dilakukan. Qs. al-mu’minun : 51.

• Sebagai anjuran. QS. Al-Baqarah : 282.• Untuk melemahkan. QS. Al-Baqarah : 23.• Sebagi ejekan atau hinaan. QS. Ad-Dukhan :

49.

Page 9: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

9

c. Kaidah-kaidah Yang Berhubungan Dengan Amar

• Kaidah Pertama : “ للوجوب األمر فى “األصّلmeskipun suatu perintah menunjukkanberbagai perngertia, namun pada dasarnya suatu perintah menunjukan hukum wajib dilaksanakan, kecuali terdapat indikasi lain yang memalingkan dari hukum tersebut.

• Kaidah Kedua : “ الوحدة او ;كرار الت علي األمر ,“ داللةadalah suatu perintah haruslah dilakukan berulang kali atau hanya sekali. Menurut jumhur ulama’ usul fiqh, pada dasarnya suatu perintah tidak menunjukkan harus berulang-ulang kali dilakukan kecuali ada dalil yang menunjukan untuk itu.

• Kaidah ketiga : “ ;راخى الت او الفور علي األمر “داللةadalah suatu perintah haruslah dilakukan sesegera mungkin atau ditunda-tunda. Menurut jumhur ulama’ usul fiqh, pada dasarnya suatu perintah tidak menunjukkan harus segera dilakukan kecuali ada dalil yang menunjukan untuk itu. Karena yang dimaksud oleh suatu perintah hanyalah terwujudnya perbuatan yang diperintahkan.

Page 10: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

10

d. Nahi atau larangan

a. Pengertia Amar dan bentuk-bentuknya.

Mayoritas ulama’ mendefinisikan Nahi sebagai sebuah larangan mengerjakan suatu

perbuatan dari orang yang lebih tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah

derajatnya. Dalam melarang suatu perbuatan Alah memakai berbagai gaya bahasa,

diantaranya :

• Larangan secara tegas dengan menggunakan lafadz Naha (نهى (dan yang seakar

dengannya. QS. An-Nahl : 90.• Larangan dengan menjelaskan bahwa suatu

perbuatan itu diharamkan. QS. Al-’A’raf ; 33.• Larangan dengan menjelaskan bahwa suatu

perbuatan itu tidak halal dikerjakan. QS. An-Nisa’ : 19.

• Larangan dengan memakai kata perintah namun, bermakna tuntutan untuk

meninggalkannya. QS. a-l-’an’am : 120 .• larangan dengan menggunakan Fi’il Mudhore’

yang disertai lam Nahi. QS. a-l-’an’am : 152 .• Larangan dengan cara mengancam

pelakunnya dengan siksaan yang pedih. QS. At-Taubah : 34.

• Larangan dengan mensifati perbuatan itu dengan keburukan. QS. Ali ‘Imron : 180.• Larangan dengan meniadakan wujud

perbuatan itu sendiri. QS. Al-Baqarah : 193

Page 11: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

11

b. Hukum-hukum yang ditunjukkan oleh bentuk Nahi (Larangan)

adib Sholeh mengemukakan, bahwa bentuk larangan dalam penggunaanya mungkin menunjukan berbagai pengertian. Diantarnya :

• Menunujukan hukum haram, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 221.

• Sebagai anjuran untuk dtinggalkan. QS.al-maidah : 101.

• penghinaan. QS. At-Tahrim : 7.

• Untuk menyatakan permohonan. QS. al-Baqarah ayat 286.

Page 12: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

12

c. Kaidah-kaidah yang berhubungan dengan Nahi

• Para ulama’ Ushul Fiqh merumuskan kaidah yang berhubungan dengan larangan, diantanranya sebagai berikut :

• Kaidah Pertama : “ ح=ريم; الت ;هى الن فى pada“األص=ّلdasarnya suatu larangan menunjukan hukum haram dilaksanakan, kecuali terdapat indikasi lain yang memalingkan dari hukum tersebut.

• Kaidah Kedua : “ الفساد يّطلق ;هى الن فى األصّلU adalah suatu larangan menunjukan ,“ مّطلقاfasad (rusak) perbuatan yang dilarang itu jika dikerjakan. Para ulama’ ushul fiqh bersepakat bilamana larangan tersebut tertuju pada zat atau esensi dari perbuatan, bukan terhadap hal-hal yang terletak diluar esensi perbuatan tersebut.

contoh dari larangan terhadap zat adalah larangan berzina, menjual bangkai, shalat dalam keadaan hadas. Larangan-larangan dalam hal-hal tersebutmenunjukkan batalnya perbuatan-perbuatan tersebut bilamana dikerjakan.

• Kaidah ketiga : “ بضد;ه أمر شيئ ;هي suatu “ النlarangan terhadap sesuatu berarti perintah terhadap perintah terhadap kebalikannya.

Page 13: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

13

BAB IIIKESIMPULAN

1. Al-’Amm menurut bahasa lafadz yang menunjukan akan mencakupnya terhadap keseluruhan satuan yang sesuai dengan maknanya tanpa ada yang membatasi.

2. Lafadz khusus adalah lafadz yang mengandung satu pengertian secara tunggal atau beberapapengertian yang terbatas. Abu Zahrah menyatakan, bahwa lafadz khos dalam nas syara’ menunujuk kepada pengertiannya yang secata qoth’I (pasti) dan hukum yang dikandungnya bersifat pasti pula selama tidak terdapat indikasi terhadap pengertian lain.

3. Mayoritas ulama’ mendefinisikan amar sebagai sebuah tuntutan (perintah) dari orang yang lebih tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah derajatnya.

4. Mayoritas ulama’ mendefinisikan amar sebagai sebuah tuntutan (perintah) dari orang yang lebih tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah derajatnya.

Page 14: USUL FIQH KAIDAH USHULIYAH ‘AMAR, NAHI, ‘AMM, & KHOS

14

DAFTAR PUSTAKA

• Prof. Dr. Abdul Wahhab Kholaf, Ilmu Usul Fiqh, Jakarta : Pustaka Amani, 2003.

• Prof. Dr. H. Satria Efendi, M. Zein, M.A. , Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana, 2008.