usg

11
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Karakteristik Anjing (Canis lupus) Sejak jaman dahulu anjing telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia. Hubungan antara manusia dan anjing semakin berkembang sehingga timbul rasa saling ketergantungan diantara keduanya (Larkin & Stockman 2007). Anjing merupakan hasil evolusi dan domestikasi dari serigala. Akibat proses domestikasi tersebut anjing memiliki kemampuan berinteraksi yang begitu unik terhadap manusia. Pada awalnya anjing digunakan untuk membantu manusia dalam berburu hewan, namun saat ini fungsi anjing telah berkembang menjadi bagian yang amat penting bahkan dianggap sebagai sahabat baik bagi manusia (Aiello & Bukowski 2007). Intervensi manusia selama ini menyebabkan perubahan terhadap bentuk genetik anjing sehingga dapat memunculkan anjing dengan jenis yang baru. Saat ini terdapat sekitar 300 jenis anjing yang tersebar diseluruh dunia dan setiap negara memiliki jenis-jenis anjing dengan karakteristik yang berbeda-beda (Evans 1993). Tiap-tiap ras anjing memiliki variasi bentuk dan ukuran. Ras anjing yang berukuran kecil memiliki bobot badan sekitar 2-5 kg, ras sedang dengan bobot Klasifikasi Kingdom : Animalia Superfilum : Deuterostomia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Superkelas : Tetrapoda Kelas : Mamalia Ordo : Karnivora Sub ordo : Feliformia Famili : Canidae Sub famili : Caninae Genus : Canis Spesies : Canis lupus (Aiello & Bukowski 2007).

Upload: enda-rafiqoh

Post on 06-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Usg

3

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Karakteristik Anjing (Canis lupus)

Sejak jaman dahulu anjing telah dimanfaatkan untuk berbagai

kepentingan manusia. Hubungan antara manusia dan anjing semakin berkembang

sehingga timbul rasa saling ketergantungan diantara keduanya (Larkin &

Stockman 2007). Anjing merupakan hasil evolusi dan domestikasi dari serigala.

Akibat proses domestikasi tersebut anjing memiliki kemampuan berinteraksi yang

begitu unik terhadap manusia. Pada awalnya anjing digunakan untuk membantu

manusia dalam berburu hewan, namun saat ini fungsi anjing telah berkembang

menjadi bagian yang amat penting bahkan dianggap sebagai sahabat baik bagi

manusia (Aiello & Bukowski 2007).

Intervensi manusia selama ini menyebabkan perubahan terhadap bentuk

genetik anjing sehingga dapat memunculkan anjing dengan jenis yang baru. Saat

ini terdapat sekitar 300 jenis anjing yang tersebar diseluruh dunia dan setiap

negara memiliki jenis-jenis anjing dengan karakteristik yang berbeda-beda (Evans

1993). Tiap-tiap ras anjing memiliki variasi bentuk dan ukuran. Ras anjing yang

berukuran kecil memiliki bobot badan sekitar 2-5 kg, ras sedang dengan bobot

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Superfilum : Deuterostomia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Mamalia

Ordo : Karnivora

Sub ordo : Feliformia

Famili : Canidae

Sub famili : Caninae

Genus : Canis

Spesies : Canis lupus (Aiello & Bukowski 2007).

Page 2: Usg

4

badan antara 5-25 kg, ras besar memiliki bobot badan 30-50 kg, sedangkan anjing

ras raksasa mampu berbobot badan hingga 100 kg (Aiello & Bukowski 2007).

Anjing memiliki metabolisme tubuh yang cukup tinggi dengan temperatur

tubuh sekitar 102 oF (38

oC), frekuensi denyut jantung 70-120 kali per menit, dan

frekuensi nafas 18-34 kali per menit. Rambut pada tubuh anjing berfungsi

menyimpan panas yang dihasilkan tubuh sehingga tidak mudah dikeluarkan ke

lingkungan. Jika temperatur lingkungan sekitar cukup tinggi maka anjing akan

melakukan panting. Panting merupakan teknik untuk mengeluarkan panas dalam

tubuh secara evaporasi melalui sistem pernafasan karena anjing tidak memiliki

kelenjar keringat (Aiello & Bukowski 2007).

Anjing memiliki indera penciuman dan pendengaran yang sangat sensitif.

Anjing memiliki kemampuan mendengar 4 kali lebih baik dari manusia dan

kemampuan mencium hingga 1.000-100.000 kali lipat dari penciuman manusia.

Dengan kemampuan yang unik tersebut maka anjing dapat digunakan sebagai

anjing penjaga maupun anjing pelacak (Houpt 1998). Bagian mata anjing terdapat

membrana nictitans yang terlihat sebagai kelopak mata lapis kedua. Membran ini

memiliki fungsi penting dalam melindungi mata dari goresan hingga melakukan

respon inflamasi pada daerah mata (Aiello & Bukowski 2007).

Sebagai hewan karnivora anjing memiliki sistem pencernaan yang

dirancang khusus untuk mencerna daging. Barisan gigi yang terdapat di mulut

anjing merupakan adaptasi terhadap fungsinya untuk mengoyak daging. Daging

yang dicerna akan dimanfaatkan sebagai sumber energi, sumber panas, dan bahan

perbaikan sel-sel tubuh (Larkin & Stockman 2007). Setiap jenis anjing memiliki

susunan gigi yang berbeda. Namun secara umum rumus gigi anjing dewasa adalah

I 6/6, C 2/2, PM 8/8, M 4/6 (Aiello & Bukowski 2007).

Anjing betina memiliki 4 fase estrus (proestrus, estrus, metestrus, dan

anestrus) dengan rentang waktu yang berbeda-beda tiap spesiesnya. Lama

kehamilan anjing berkisar antara 59 hingga 65 hari dengan rata-rata sekitar 60

hari. Jumlah anak anjing dalam setiap kelahiran sangat bervariasi tergantung dari

jenis anjing (Evans 1993).

Page 3: Usg

5

Anatomi dan Fisiologi Organ Hati dan Kantung Empedu

Hati merupakan kelenjar terbesar yang ada di dalam tubuh. Seekor anjing

memiliki bobot hati rata-rata sekitar 450 gram. Hati terdiri atas 4 lobus dan 4 sub

lobus yang dipisahkan oleh suatu fissura. Lobus hati kiri merupakan bagian hati

yang paling besar. Lobus ini membentuk 1/3 hingga 1/2 dari berat total hati.

Sebagian permukaan hati tertutupi oleh lapisan tipis peritonium dan lapisan tipis

kapsula fibrosa. Jika dilihat dari dekat maka akan terlihat suatu struktur kecil

berbentuk poligonal, berwarna gelap, dan dikelilingi oleh jaringan ikat, yang

disebut lobuli. Lobuli hati merupakan struktur fungsional terkecil yang dapat

terlihat pada hati. Setiap lobuli memiliki diameter 1 mm dan terdiri atas kumpulan

sel berbentuk lembaran melengkung yang dialiri oleh pembuluh darah yang

dikenal sebagai sinusoid. Sinusoid pada anjing berbentuk tubular sama seperti

bentuk sinusoid pada beberapa mamalia lain. Di setiap bagian tengah lobuli

terdapat vena sentralis yang bergabung membentuk vena interlobularis. Vena ini

kemudian bergabung dan membentuk vena hepatika. Hati mendapat inervasi dari

saraf aferen maupun eferen yang berasal dari saraf simpaticus dari celiac plexus

(Evans 1993).

Gambar 1. Anatomi Hati dan Empedu Anjing (Evans 1993)

Kantung empedu merupakan sebuah struktur berbentuk kantung yang

berfungsi menampung cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Epitelium dalam

kantung empedu mampu menyerap senyawa yang larut dalam lemak termasuk

kolesterol. Kantung empedu terdiri atas tiga bagian, yaitu fundus yang merupakan

ujung kranial berbentuk melengkung, corpus (badan kantung empedu), dan

Page 4: Usg

6

collum yang merupakan bentukan ramping menyempit ke arah caudodorsal yang

menghubungkan kantung empedu dengan saluran empedu yang disebut ductus

cysticus (Evans 1993).

Sistem hepatobilliari merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua organ,

yaitu hati dan kantung empedu. Kedua organ ini berperan penting dalam tubuh

hewan terutama dalam proses pencernaan. Hati dapat berfungsi sebagai kelenjar

endokrin dan eksokrin. Cairan empedu merupakan salah satu produk eksokrin dari

hati yang disimpan dalam jumlah besar di dalam kantung empedu sebelum

dikeluarkan ke duodenum saat diperlukan. Substansi endokrin yang dihasilkan

oleh hati akan dilepaskan ke dalam aliran darah yang berfungsi dalam

metabolisme lemak, gula, dan beberapa produk nitrogen (Evans 1993). Hati juga

berperan dalam proses detoksikasi zat-zat berbahaya yang terserap oleh

gastrointestinal sebelum zat-zat tersebut tersebar ke seluruh tubuh melalui aliran

darah. Di dalam sinusoid hati terdapat sel-sel fagositik yang mampu

menyingkirkan bakteri, racun, sel darah merah yang sudah tua, dan agen-agen

infeksius lain yang mampu menembus dinding saluran gastrointestinal (Bill

2002).

Hati merupakan sumber utama penghasil albumin yang menjadi salah satu

komponen penting protein darah. Albumin berperan penting dalam menjaga

keseimbangan cairan dalam darah. Penurunan kadar albumin dapat menyebabkan

cairan keluar dari kapiler dan mengisi jaringan, rongga thorak, abdomen, maupun

bagian lain dari tubuh. Glukosa yang diserap melalui proses pencernaan akan

disimpan di hati dalam bentuk glikogen melalui proses glikogenesis. Di dalam

hati juga dapat dilakukan proses glukoneogenesis yaitu proses mengubah asam

amino menjadi glukosa (Bill 2002).

Penyakit-Penyakit Klinis Organ Hepatobilliari Anjing

Pemeriksaan USG pada organ hepatobilliari dilakukan bila diduga ada

kelainan pada organ tersebut setelah melalui pemeriksaan klinis terlebih dahulu.

Dari hasil pemeriksaan USG dapat diperoleh informasi berupa perubahan ukuran,

bentuk, struktur, maupun konstruksi internal organ tersebut. Penyakit-penyakit

yang dapat terjadi pada organ hepatobilliari diantaranya adalah:

Page 5: Usg

7

a. Hepatitis

Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh

berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab yang mampu menimbulkan

hepatitis antara lain infeksi virus, bakteri, protozoa, parasit, dan fungi. Namun

penyebab utama dan paling sering terjadi pada anjing adalah akibat infeksi canine

adeno virus (Canine adenovirus I). Hepatitis kronis dapat terjadi akibat akumulasi

sel-sel radang dan fibrosis pada jaringan parenkim hati (Dimski 1997).

b. Cholecystitis

Cholecystitis merupakan peradangan yang terjadi pada kantung empedu.

Bisa terjadi bersamaan dengan peradangan buluh empedu (choledochitis),

peradangan buluh hepatik (cholangitis), atau peradangan parenkim hati

(cholangiohepatitis). Peradangan ini lebih sering disebabkan oleh infeksi

bakterial, terutama bakteri E. coli dan bakteri anaerob lainnya. Selain itu dapat

juga disebabkan oleh operasi bedah pada kantung empedu maupun penyumbatan

buluh empedu (Taboada 1997)

c. Cholelithiasis

Cholelithiasis ditandai dengan penumpukan massa yang mengeras hingga

membentuk batu di dalam kantung empedu. Sebagian besar batu empedu

mengandung garam empedu, kalsium, magnesium, fosfor, dan komponen lain

termasuk kolesterol. Cholelithiasis sering dihubungkan dengan cholecystitis yang

diakibatkan oleh infeksi bakteri, cholangitis, atau obstruksi buluh empedu.

Predisposisi penyakit ini antara lain peradangan buluh empedu, pankreas, maupun

jaringan parenkim hati yang terletak di sekitar kantung empedu dan buluh empedu

(Zoran 1997).

d. Hepatomegali

Hepatomegali ditandai dengan perubahan ukuran hati menjadi lebih besar

dari ukuran normal. Ukuran hati dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

volume darah yang mengalir di dalam hati, tekanan darah dan ketahanan vena di

dalam lobuli hati, proses infiltratif, dan aliran empedu. Kejadian hepatomegali

Page 6: Usg

8

dapat disebabkan oleh kelainan pada aliran darah vena hepatika, neoplasia, cystic,

peradangan, abnormalitas metabolisme, maupun obstruksi buluh empedu (Richter

1997).

Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi merupakan suatu alat diagnosa yang menggunakan

ultrasound sebagai sarana untuk menggambarkan jaringan yang ada dalam tubuh.

Ultrasound ini merupakan suatu gelombang suara yang memiliki frekuensi tinggi

yang tidak dapat didengar oleh manusia. Gelombang suara ini memiliki frekuensi

diatas 20000 Hz (Barr 1990). Frekuensi gelombang suara yang biasa digunakan

dalam diagnosa memiliki kekuatan 2-10 MHz. Untuk menghasilkan gambaran

sonogram yang baik maka diperlukan suatu transmisi gelombang suara yang

maksimum antara pasien dengan transduser. Penggunaan coupling gel berfungsi

sebagai perantara antara transduser dengan tubuh pasien sehingga gelombang

suara yang dikirim dan diterima akan maksimal. Coupling agent ini biasanya

berupa gel yang dioleskan pada permukaan tubuh pasien maupun pada transduser.

Penggunaan gel harus tepat disesuaikan dengan kebutuhan sonografer agar tidak

terjadi artefak yang akan mengganggu pembacaan sonogram (Goddard 1995).

Gambar yang dimunculkan pada layar mesin USG merupakan sebuah

interpretasi yang terbentuk dari proses kembalinya ultrasound yang telah

dipancarkan oleh transduser dan dipantulkan oleh jaringan tubuh. Kekuatan

refleksi suatu ultrasound sangat tergantung pada perbedaan acoustic impedance

setiap jaringan yang akan dilalui oleh gelombang suara tersebut, sudut saat

gelombang kontak dengan jaringan, dan jarak yang telah dilalui (Goddard 1995).

Acoustic impedance merupakan kemampuan dari setiap jaringan dalam

meneruskan gelombang suara. Kecepatan rata-rata sebuah gelombang suara

hingga dapat melewati suatu jaringan lunak adalah 1.540 m/s, untuk melewati

tulang sekitar 4.000 m/s, dan saat melewati udara hanya 300 m/s. Gelombang

ultrasound akan mengalami atenuasi saat bergerak melalui jaringan. Atenuasi

dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu reflection (dipantulkan), scatter (pecah),

dan absorption (diserap) (Barr 1990).

Page 7: Usg

9

Transduser atau probe merupakan alat bantu yang digunakan untuk

mentransmisikan gelombang suara. Kemampuan transmisi ultrasound tergantung

dari kapasitas kristal piezo-electric yaitu berupa susunan kristal yang terdapat

dalam kepala transduser yang dapat mengubah aliran listrik bertegangan tinggi

menjadi gelombang suara berfrekuensi tinggi (Noviana et al 2012). Saat

transduser kontak dengan permukaan tubuh pasien maka gelombang suara yang

dihasilkan akan diteruskan melewati jaringan di dalam tubuh. Transduser

berfrekuensi tinggi memiliki kemampuan penetrasi yang tidak terlalu dalam

namun mampu menghasilkan gambar dengan resolusi yang lebih baik, sedangkan

transduser berfrekuensi rendah digunakan untuk penetrasi yang lebih dalam

namun gambar yang dihasilkan tidak memiliki resolusi sebaik gambar yang

dihasilkan oleh transduser berfrekuesi tinggi (Barr 1990).

Dalam aplikasi diagnosa terdapat dua tipe transduser yang biasa digunakan

(Noviana et al 2012), yaitu:

1) Sector/ convex scanner transducer, transduser ini memiliki deretan kristal

yang disusun menyerupai bulan sabit dan menghasilkan lapangan pandang

menyerupai kerucut. Lapangan pandang berbentuk kerucut menghasilkan

sudut yang lebih besar sehingga akan memberikan lebih banyak struktur yang

terlihat. Konsekuensi luasnya lapangan pandang ini adalah resolusi gambar

yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan tipe transduser linear.

Aplikasi transduser jenis ini adalah pemindaian organ-organ atau struktur

yang lebih profundal.

2) Linear scanner transducer, Transduser ini memiliki deretan kristal yang

disusun sejajar membentuk suatu garis. Keuntungan pemakaian transduser

jenis ini adalah pancaran ultrasound yang dihasilkan bergerak lurus sehingga

didapatkan fokus yang lebih baik dari struktur jaringan atau organ. Hal ini

membawa konsekuensi kepada batas organ target dengan daerah sekitarnya

menjadi lebih jelas. Kekurangan yang utama dari tipe transduser ini adalah

membutuhkan kontak area yang relatif luas dengan permukaan tubuh.

Aplikasi transduser jenis ini adalah pemindaian organ-organ atau struktur

yang lebih superfisial.

Page 8: Usg

10

3) Phased array transduser, Transduser tipe ini tersusun atas deretan kristal

piezo-electric yang masing-masing kristal tersebut dapat menghasilkan

ultrasound secara terpisah. Deretan kristal tadi dapat disusun dalam bentuk

suatu garis (linear), bentuk cincin (annular), lingkaran (circular) atau bentuk

deretan yang lain yang lebih komplek. Transduser ini juga menghasilkan

lapangan pandang menyerupai kerucut tapi dikeluarkan oleh titik fokal yang

lebih kecil dibandingkan transduser sector biasa. Keuntungan menggunakan

transduser tipe ini adalah ukurannya kecil dan mudah untuk digunakan, selain

itu hanya membutuhkan kontak area dengan kulit tidak terlalu luas.

Kelemahan yang dimiliki adalah resolusi gambar yang dihasilkan tidak sebaik

kedua jenis transduser sebelumnya, sulit mengenali dan membedakan struktur

organ yang berdekatan. Aplikasi transduser jenis ini terutama adalah untuk

pemindaian sistem kardiovaskular.

Fokus ultrasound yang dihasilkan oleh kristal pada transduser memiliki

tiga zona yaitu Fresnel,focal dan Fraunhofer zone. Fresnel zone merupakan

gambaran area yang memiliki ultrasound dekat dengan jaringan sehingga terjadi

pola-pola difraksi komplek dan resolusi gambar yang dihasilkan kurang fokus.

Focal zone merupakan gambaran area yang memiliki ultrasound paling fokus

sehingga resolusi gambar yang dihasilkan paling baik. Fraunhofer zone

merupakan gambaran area yang memiliki ultrasound mulai mengalami diversi

sehingga resolusi gambar yang dihasilkan berkurang (Noviana 2012)

Dalam melakukan interpretasi terdapat tiga jenis echo yang menjadi dasar

dalam mendeskripsikan gambar sonogram (Goddard 1995), yaitu:

1) Hyperechoic, terlihat sebagai warna putih terang pada sonogram yang

menandakan bahwa daerah tersebut memiliki echogenisitas yang lebih tinggi

dibandingkan jaringan sekelilingnya, contohnya adalah tulang, lemak, dan

udara.

2) Hypoechoic, terlihat sebagai warna abu-abu gelap pada sonogram yang

menandakan bahwa daerah tersebut memiliki echogenisitas lebih rendah

dibandingkan jaringan di sekitarnya, contohnya adalah jaringan lunak.

Page 9: Usg

11

3) Anechoic, terlihat sebagai warna hitam pada sonogram yang menandakan

bahwa di daerah tersebut gelombang suara yang dipancarkan telah

ditransmisikan seluruhnya, contoh: cairan.

Teknik Pengambilan Gambar

Hati dan kantung empedu merupakan organ yang terletak di dalam rongga

abdomen, sehingga untuk mendapatkan gambaran menyeluruh digunakan teknik

pengambilan gambar daerah abdomen. Pengambilan gambar di daerah abdomen

sebaiknya menggunakan transduser yang memiliki kontak area yang sempit

(footprint) karena akan mempermudah pergerakan dalam mengeksplorasi daerah

abdomen. Gambaran spesifik hati didapatkan dengan meletakkan probe di bagian

caudal tulang xiphoid pada daerah ventral-medial (Lamb 1995).

Pengambilan gambar dapat dilakukan pada posisi dorsal rekumbensi

maupun lateral rekumbensi. Kemampuan dalam visualisasi hati pada hewan kecil

dipengaruhi oleh konformitas tubuh, ukuran hati, dan komponen gastrointestinal

di sekitarnya. Pada anjing yang berukuran kecil, gambaran hati seluruhnya

didapatkan dengan melakukan pemindaian di daerah subkostal selama lambung

tidak membesar akibat ingesti maupun gas. Probe dapat diposisikan secara

transversal maupun sagital untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari hati.

Probe yang akan digunakan dalam pengambilan gambar harus disesuaikan dengan

ukuran dan kedalaman letak dari hati. Pada anjing berukuran kecil atau medium

dapat digunakan probe dengan frekuensi medium (>5 MHz), sedangkan pada

anjing besar maka probe disesuaikan pada frekuensi yang memiliki penetrasi lebih

baik (<5 MHz). Dalam pengambilan gambar hati, convex probe lebih sering

digunakan daripada linear probe karena convex probe dapat menghasilkan

gambar dengan sudut pandang yang lebih luas sehingga bagian hati yang teramati

lebih luas. Selama pengambilan gambar juga perlu dilakukan pengaturan gain dan

focal zones agar penetrasi dan kualitas gambar yang dihasilkan optimal (d‟Anjou,

2008).

Page 10: Usg

12

Sonogram Normal Organ Hati dan Kantung Empedu pada Hewan Kecil

Hati dapat diperiksa secara keseluruhan dengan memposisikan transduser

pada bagian ventral tengah tubuh dekat dengan tulang xiphoid dan pemindaian

dilakukan ke arah kraniodorsal. Pemindaian secara menyeluruh dengan

memposisikan transducer secara sagital maupun transversal dapat

memperlihatkan struktur normal dari hati (Lamb 1995).

Gambar 2. Sonogram hati normal. (A) Sonogram lobus medial hati anjing dengan arah

transduser transversal; (B) Sonogram lobus kiri hati anjing dengan arah

transduser sagital. VP, vena porta; VH, vena hepatika; GB, kantung empedu.

(Noviana et al 2012)

Anjing dan kucing memiliki hati yang sebagian besar berada tepat

dibawah lengkungan tulang costae. Bagian kranial hati berbatasan dengan

diafragma dan bagian kaudal paru-paru. Diafragma akan terlihat seperti garis

melengkung hyperechoic, yang terkadang dapat menimbulkan mirror-image

artefact. Bagian kaudal sebelah kiri hati akan terlihat menempel dengan limpa,

sedangkan pada bagian kaudal sebelah kanan hati akan terlihat menempel dengan

ginjal. Volume hati pada anjing sulit untuk dievaluasi karena terdapat perbedaan

konformitas tubuh (d‟Anjou 2008). Perubahan simetris volume hati dapat

diperkirakan dengan mengukur jarak maksimal dari ujung kaudal hati pada ventral

garis tengah tubuh hingga diafragma pada gambaran transversal maupun sagital

(Barr 1992).

Kantung empedu normal akan terlihat sebagai suatu struktur anechoic

berbentuk oval atau bulat dengan sedikit perpanjangan buluh empedu yang

berbentuk kerucut. Ukuran kantung empedu sangat beragam tergantung dari

ukuran hewan dan dapat membesar pada hewan yang mengalami anoreksia.

Perubahan volume dari kantung empedu tidak dapat dijadikan suatu tanda adanya

A

A B

Page 11: Usg

13

obstruksi saluran empedu (d‟Anjou 2008). Dinding kantung empedu normal akan

terlihat tipis dan halus dengan ketebalan kurang dari 2-3mm (Spaulding 2003).

Pada keadaan normal dapat terlihat akumulasi endapan empedu di dalam kantung

empedu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (Bromel et al 1998).

Gambar 3. Sonogram kantung empedu normal. GB, kantung empedu; VP, vena porta;

VH, vena hepatika (Noviana et al 2012)

Vena porta terletak di dekat garis tengah tubuh dengan cabang-cabang ke

arah kranial. Vena porta dan cabang-cabangnya secara normal akan tampak

memiliki dinding yang echogenic karena adanya jaringan fibrosa dan lemak. Vena

cava kaudal terletak di dorsal vena porta. Pada anjing yang berukuran besar,

gambaran vena cava akan lebih mudah ditemukan dengan pendekatan dari arah

intercostal sebelah kanan. Cabang kiri dan kanan dari vena hepatika secara normal

terlihat memasuki bagian kaudal dari vena cava di dekat caudal diafragma.

Dinding vena hepatika tidak dapat terlihat dan memiliki aliran darah yang

berlawanan arah dengan vena porta (Lamb 1995).

Gambar 4. Sonogram hati anjing dengan tampilan aplikasi color flow Doppler (CFD)

untuk mengetahui vaskularisasi di dalam hati. Dari tampilan terlihat vena

porta yang berwarna merah (VP), menunjukkan aliran darah yang mendekati

transduser, sedangkan vena hepatika (VH) berwarna biru menunjukkan

aliran darah yang menjauhi transduser (Noviana et al 2012)

A