urgensi penilaian properti dalam tatanan · pdf filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus...

9
USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 2003 15 PROPERTI URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN EKONOMI MASYARAKAT Siti Resmi S Siti Resmi S, Dosen Tetap AMP YKPN Yogyakarta Pendahuluan Suryantoro (2002) mengatakan bahwa salah satu indikator dari suatu negara yang tergolong maju adalah besarnya peran sektor jasa dalam struktur perekonomian. Semakin maju suatu negara, semakin besar peran sektor jasanya. Indonesia sedang terus membangun dalam proses modernisasi menuju negara maju. Indonesia merupakan negara yang dianugerahi kekayaan alam yang begitu berlimpah ruah. Pasal 33 UUD 1945 menyatakan bahwa dan negara mempunyai hak sepenuhnya menguasai seluruh kekayaan alam tersebut agar dapat Abstrak Penilaian properti/aset/kekayaan negara, daerah maupun swasta merupakan agenda penting bagi bangsa Indonesia dalam upaya keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, mewujudkan clean government, maupun dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Tulisan ini memaparkan betapa pentingnya penilaian bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah pusat atau daerah, dan pihak swasta khususnya perbankan. Arti penting penilaian bagi masing-masing pihak dimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ketidaktepatan terhadap penilaian properti, dan diakhiri dengan sebuah harapan terbentuknya organisasi atau institusi penilaian yang profesional dan independen. Ketidakakuratan dalam melakukan penilaian suatu properti dapat mengakibatkan kerugian bagi negara amupun masyarakat seperti kasus-kasus yang dipaparkan dalam tulisan ini. Oleh karena itu diperlukan terbentuknya organisasi/institusi penilaian yang profesional dan indenpenden Kata kunci: Penilaian, properti, nilai digunakan untuk mencapai sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Namun ironisnya, sampai saat ini belum bisa menentukan berapa besarnya nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan negara yang dimilikinya. Sub sektor Jasa Penilai merupakan salah satu sub sektor jasa yang dapat berperan penting dalam perekonomian nasional khususnya dalam usaha kebangkitan perekonomian masional menuju Indo- nesia baru sebagai negara maju. Di samping sebagai penilai properti, jasa penilai atau profesi penilai mempunyai pekerjaan yang cukup luas, antara lain: Pengawasan Proyek ( Project Monitoring), Pemasaran Proyek ( Project Marketing ), Konsultasi Pengembangan dan Studi Kelayakan ( Development Consultancy), Lelang ( Auction), Asuransi (Insuranse), Pengawasan dan Manajemen Proyek ( Project Manage- ment and Monitoring ), Manajemen Properti ( Property Management ), Manajemen Aset ( Assets Management), Set-up Investasi dan Pembiayaan ( In- vestment and Funding Arrangement ), Analisis Insvestasi ( Investment Analy- sis), dan Penilaian untuk Kepentingan Pajak ( Statutory Appraisal ) (Karsono, 2002). Penilaian properti merupakan langkah awal dalam proses manajemen aset/properti/harta kekayaan baik negara, daerah maupun swasta. Proses manajemen aset tersebut terbagi menjadi: 1) inventarisasi, yang berfungsi untuk mengetahui dengan jelas kondisi dan nilai aset/properti/harta kekayaan; 2) pengelolaan, yang berfungsi untuk memberikan hasil pengelolaan yang optimal; dan 3) pengawasan, yang bertujuan untuk mencapai transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan atau pengelolaan nilai aset tersebut. Beberapa ketimpangan yang men- cuat akhir-akhir ini salah satunya disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan penilaian. Di tengah krisis ekonomi yang mengguncang per- ekonomian nasional, masyarakat dikejutkan adanya pernyataan bahwa nilai aset yang dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dari senilai Rp 644,8 trilyun akhirnya menjadi senilai Rp 167,7 trilyun pada saat penilaian pasca revaluasi (Mashudi Ali dalam Siregar, 2002). Beberapa kasus yang ditangani BPPN menunjukkan bahwa besarnya nilai aset yang sebenarnya tidak sesuai dengan besarnya nilai aset yang dijaminkan, dan pada saat terjadi kredit bermasalah penjualan aset tersebut nilainya tidak

Upload: vannga

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 2003 15

P R O P E R T I

URGENSI PENILAIAN PROPERTIDALAM TATANAN EKONOMI

M A S Y A R A K A TSiti Resmi S

Siti Resmi S, Dosen Tetap AMP YKPNYogyakarta

PendahuluanSuryantoro (2002) mengatakan

bahwa salah satu indikator dari suatunegara yang tergolong maju adalahbesarnya peran sektor jasa dalamstruktur perekonomian. Semakin majusuatu negara, semakin besar peransektor jasanya. Indonesia sedang terusmembangun dalam proses modernisasimenuju negara maju. Indonesiamerupakan negara yang dianugerahikekayaan alam yang begitu berlimpahruah. Pasal 33 UUD 1945 menyatakanbahwa dan negara mempunyai haksepenuhnya menguasai seluruhkekayaan alam tersebut agar dapat

A b s t r a kPenilaian properti /aset/kekayaan negara, daerah maupun swasta merupakan

agenda penting bagi bangsa Indonesia dalam upaya keluar dari krisis

ekonomi yang berkepanjangan, mewujudkan clean government, maupun

dalam menghadapi globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Tulisan ini

memaparkan betapa pentingnya penilaian bagi pihak-pihak yang

berkepentingan seperti pemerintah pusat atau daerah, dan pihak swasta

khususnya perbankan. Arti penting penilaian bagi masing-masing pihak

dimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat

ketidaktepatan terhadap penilaian properti, dan diakhiri dengan sebuah

harapan terbentuknya organisasi atau institusi penilaian yang profesional

dan independen. Ketidakakuratan dalam melakukan penilaian suatu properti

dapat mengakibatkan kerugian bagi negara amupun masyarakat seperti

kasus-kasus yang dipaparkan dalam tulisan ini. Oleh karena itu diperlukan

terbentuknya organisasi/institusi penilaian yang profesional dan

i n d e n p e n d e n

Kata kunci: Penilaian, properti, nilai

digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Namunironisnya, sampai saat ini belum bisamenentukan berapa besarnya nilaiekonomis aset dan potensi hartakekayaan negara yang dimilikinya. Subsektor Jasa Penilai merupakan salahsatu sub sektor jasa yang dapat berperanpenting dalam perekonomian nasionalkhususnya dalam usaha kebangkitanperekonomian masional menuju Indo-nesia baru sebagai negara maju.

Di samping sebagai penilai properti,jasa penilai atau profesi penilaimempunyai pekerjaan yang cukup luas,antara lain: Pengawasan Proyek (ProjectMonitoring), Pemasaran Proyek (ProjectMarketing ), Konsultasi Pengembangandan Studi Kelayakan (DevelopmentConsultancy), Lelang (Auction), Asuransi(Insuranse), Pengawasan dan

Manajemen Proyek (Project Manage-ment and Monitoring ), ManajemenProperti (Property Management) ,Manajemen Aset (Assets Management) ,Set-up Investasi dan Pembiayaan (In-vestment and Funding Arrangement ) ,Analisis Insvestasi (Investment Analy-sis), dan Penilaian untuk KepentinganPajak (Statutory Appraisal ) (Karsono,2002).

Penilaian properti merupakanlangkah awal dalam proses manajemenaset/properti/harta kekayaan baiknegara, daerah maupun swasta. Prosesmanajemen aset tersebut terbagimenjadi: 1) inventarisasi, yang berfungsiuntuk mengetahui dengan jelas kondisidan nilai aset/properti/harta kekayaan;2) pengelolaan, yang berfungsi untukmemberikan hasil pengelolaan yangoptimal; dan 3) pengawasan, yangbertujuan untuk mencapai transparansidan akuntabilitas pemanfaatan ataupengelolaan nilai aset tersebut.

Beberapa ketimpangan yang men-cuat akhir-akhir ini salah satunyadisebabkan oleh kesalahan dalammelakukan penilaian. Di tengah krisisekonomi yang mengguncang per-ekonomian nasional, masyarakatdikejutkan adanya pernyataan bahwanilai aset yang dikuasai BadanPenyehatan Perbankan Nasional(BPPN) dari senilai Rp 644,8 trilyunakhirnya menjadi senilai Rp 167,7 trilyunpada saat penilaian pasca revaluasi(Mashudi Ali dalam Siregar, 2002).Beberapa kasus yang ditangani BPPNmenunjukkan bahwa besarnya nilai asetyang sebenarnya tidak sesuai denganbesarnya nilai aset yang dijaminkan, danpada saat terjadi kredit bermasalahpenjualan aset tersebut nilainya tidak

Page 2: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 200316

mencukupi. Kasus tanahTAPOS, Kedungombo, danlain-lain menimbulkanmasalah berkepanjangankarena ketidaksesuaianganti rugi yang diterimamasyarakat. Dalam rangkalikuidasi aset/agunan,terdapat suatu kecen-derungan nilai pasarnyalebih rendah daripadaharga yang sebenarnya,yang berarti merugikanbank karena pada saatbank harus menjual/melepaskan aset tersebutharga yang terjadi relatifmurah, sehingga tidakdapat menutupi kewajibanyang ada.

Penilaian propertisebagai salah satu lingkuppekerjaan yang dihasilkanoleh Jasa Penilai dapatdikatakan mempunyai multi fungsi.Penilaian properti digunakan dalambeberapa kegiatan perekonomian ataudalam kehidupan bernegara, sepertimenentukan nilai jual obyek pajak dalamkaitannya dengan penghitungan PajakBumi dan Bangunan (PBB) dan BeaPerolehan Hak atas Tanah danBangunan (BPHTB); mengetahuiberapakah kekayaan atau aset negarauntuk menentukan kemampuanmembayar utang; menentukan nilai asetyang merupakan jaminan atau agunanbagi perbankan maupun BPPN danlembaga keuangan lainnya; membantumenyusun neraca negara maupundaerah; menentukan nilai atau jumlahatau besarnya ganti kerugian yangdiberikan kepada masyarakat yangtanahnya terkena dampak peng-ambilalihan/perolehan tanah untukkegiatan/proyek pembangunan, danlain-lain.

Uraian di atas menunjukkan betapapentingnya arti penilaian dan nilai untuksuatu properti/aset/harta kekayaan bagipemerintah atau negara, daerah maupunpihak swasta. Tulisan ini selanjutnyaakan membahas pentingnya (urgensi)melakukan penilaian dan memahamini lai suatu propert i untuk berbagaitujuan atau kepentingan dalam

real estat. Properti riilbiasanya diwujud-kan dengan buktikepemilikan terpisahdari fisik real estat.Pengertian propertitersebut dirangkumdalam gambar 1.

Siregar (2002)m e n g e l o m p o k k a nproperti atau asetmenjadi empat, yaitu:1) penguasaan danpemilikan tanah danbangunan (real pro-perty), 2) benda ber-gerak (personal prop-erty ), 3) kegiatanusaha (business) ,dan 4) hak kepemilik-an secara finansial(financial interest) .

Pengertian realproperty dibedakan

dengan real estate . Real propertymerupakan hubungan hukum pengua-saan yuridis antara pemilik dan real es-tate (bendanya secara fisik), yangbiasanya tercatat dalam suatu dokumenseperti sertifikat atau perjanjian sewamenyewa. Real property meliputi semuahak, hubungan-hubungan hukum, danmanfaat yang berkaitan dengankepemilikan real estate. Sebaliknya, realestate merupakan penguasaan fisik,yang meliputi tanah dan bangunan itusendiri, segala benda yang keberada-annya secara alami di atas tanah yangbersangkutan, dan semua benda yangmelekat terkait dengan tanah (bangunandan pengembangan tapak). Personalproperty merupakan hak kepemilikanatas suatu benda bergerak selain realestate (tanah dan bangunan fisik). Benda-benda tersebut dapat berujud sepertikendaraan maupun yang tidak berujudseperti utang piutang, goodwill, hakpaten, dan lain-lain. Business adalahsetiap kegiatan di bidang komersial,industri, jasa atau investasi yangmenyelenggarakan aktivitas ekonomi.Aktivitas ekonomi dapat berupamembuat, menjual, atau memper-dagangkan suatu produk berupa barangatau jasa. Financial interest berasal daripembagian hukum atas hak kepemilikan

Real Estat (Real Estate)

Konsep Fisik

Properti (Property)

Konsep Legal

Properti Riil (Real Property) Semua hak, kepentingan, dan

kemanfaatan yang berhubungan dengan kepemilikan atas real estat

Properti Individu (Personal Property)

Berujud (Tangible) Perabot rumah tangga, kendaraan bermotor, mesin, perhiasan, dll.

Tidak Berujud (Intangible) Tagihan, saham, hak cipta, merek, goodwill, dll.

G ambar 1 . Konsep Real Estat, Properti Ri i l dan Properti Individu.

perekonomian. Tulisan akan dimulaidengan menguraikan pengertianproperti, penilaian, faktor-faktor yangmempengaruhi nilai, dilanjutkan denganpentingnya (urgensi) penilaian ituterhadap masing-masing pihak yangberkepentingan, dan diakhiri dengankebaradaan lembaga penilai properti diIndonesia.

Pengertian Properti, Penilaian Propertidan Faktor-faktor yang MempengaruhiNilai

1. Pengertian PropertiMachfud (2000) mengatakan bahwa

dalam praktek penilaian, pengertianantara real estat (real estate) dan properti(property) dibedakan secara jelas. Realestat didifinisikan sebagai tanah danbangunan atau konstruksi teknis lainnyayang melekat pada tanah. Di lain pihak,properti dibedakan antara propertiindividu (personal property) dan propertir i i l (real property ). Properti individumencakup properti yang berujud dantidak berujud yang bukan real estatseperti perabot rumah tangga,kendaraan bermotor, mesin, danperhiasan. Adapun properti riildidifinisikan sebagai semua hak,kepentingan, dan kemanfaatan yangberhubungan dengan kepemilikan atas

Page 3: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 2003 17

saham dalam kegiatan bisnis dan hakatas penguasaan tanah dan bangunandari perjanjian sewa guna usaha denganhak opsi untuk membeli atau menjualproperti (tanah, bangunan, saham,instrumen finansial yang lain).

Dihubungkan dengan pengelolaanharta kekayaan negara, yang dimaksuddengan properti (harta kekayaan negara)adalah semua barang baik barangbergerak maupun barang tidak bergerakyang dimiliki atau dikuasasi olehPemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,Badan Hukum Milik Negara, serta BadanUsaha Milik Negara (BUMN) dan BadanUsaha Milik Daerah (BUMD) yangterbatas pada nilai jumlah penyertaanmodal negara/saham negara dalamBUMN/BUMD tersebut. Barang yangtidak bergerak adalah barang yangmenurut sifatnya tidak dapat dipindahkanatau barang bergerak yang menurutperaturan perundang-undangan yangberlaku ditetapkan sebagai barang tidakbergerak. Barang bergerak adalahbarang yang menurut sifatnya tidak danpenggunannya dapat dipindahkan ataubarang yang menurut peraturanperundang-undangan yang berlakuditetapkan sebagai barang bergerak.Sesuai Keputusan Menteri Keuangan RINomor Kep. 225/MK/V/4/1971, yangdimaksud dengan kekayaan negaraadalah semua barang-barang miliknegara/kekayaan negara yang berasal/dibeli dengan dan yang bersumber untukkeseluruhannya atau sebagian dariAnggaran Belanja Negara yang beradadi bawah pengurusan atau penguasaandepartemen-departemen, lembaga-lembaga negara, lembaga-lembagapemerintah non departemen serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapatdi dalam negeri maupun di luar negeri.

Pemahaman umum tentang propertijuga diartikan sama dengan aset atauaktiva tetap. Menurut akuntansi, aset atauaktiva merupakan sumber daya yangdikuasai oleh perusahaan sebagaiakibat peristiwa masa lalu dandiharapkan memberikan manfaat dimasa depan. Dalam akuntansi,khususnya untuk kepentingan bisnis,aset atau aktiva dikelompokkan menjadiaktiva lancar yang berupa kas, piutang,surat berharga, dan lain-lain; investasi

jangka panjang yang berupa suratberharga maupun tanah; aktiva tetapyang berupa kendaraan, tanah,bangunan, dan lain-lain; dan aktiva lain-lain yang berupa bangunan dalamproses, mesin belum digunakan dan lain-lain. Pengertian maupun pengelom-pokan aset/properti menurut Machfuddan Siregar di atas tidak memasukkanbeberapa unsur aset menurut akuntansiseperti kas, piutang. Hal ini tidak berartibahwa kas dan piutang atau aktivasejenis bukan merupakan aset, tetapikarena penilaian untuk aset-asettersebut relatif lebih mudah sehinggatidak menjadi fokus perhatian dalampembahasan properti.

Properti mempunyai maksud yangberbeda tergantung pada kepentingan-nya. Misalnya:w Untuk kepentingan penentuan PBB

dan BPHTB, yang dimaksud propertiadalah tanah atau bumi danbangunan yang menjadi dasarpengenaan PBB dan BPHTB;

w untuk kepentingan ganti rugipenggusuran, maka properti yangdimaksud adalah tanah besertabangunan yang tergusur;

w untuk kepentingan agunan pinjamanbank, maka properti yang dimaksudadalah benda atau harta yangmenjadi agunan;

w untuk kepentingan inventarisasipengelolaan aset negara ataudaerah, maka properti yangdimaksud adalah semua kekayaannegara atau daerah sepertiinfrastruktur negara/daerah (jalan,jembatan, taman, dan lain-lain),tanah (tanah milik negara/daerah,milik desa, perangkat desa), propertinegara/daerah (kantor bupati,camat, lurah, bangunan SD, SMP/U/K, masjid, rumah dinas, dan lain-lainbangunan atau fasilitas umum,perusahaan-perusahaan negaraatau daerah, dan lain-lain),peusahaan daerah (rumah sakit,bank pasar, perusahaan air minum),tool and equipment (peralatan kantor,mebelair, pemadam kebakaran,otomotif, dan lain-lain), hartabergerak (deposito berjangka, suratberharga), dan kandungan kekayaanalam daerah.

2. Penilaian Properti Menurut buku The Appraisal of Real

Estate (American Institute of Real EstateAppraisers of the National Association ofRealtor S, 1983) dalam Machfud (2002),penilaian didifinisikan sebagai:

“is the process of estimating marketvalue, invested value, insurable value,or other properly defined value of anidentified interest or interest in a specificparcel or parcels of real estate as of agiven date”

Kegiatan penilaian ditujukan untukmelakukan estimasi dan memprediksinilai dari sesuatu barang dengan tujuanmendapatkan perkiraan nilainya.Konsep nilai dalam pengertian tersebutdikelompokkan menjadi nilai pasar (mar-ket value ), nilai asuransi ( insurablevalue), nilai terkait operasi (going-con-cern value ), nilai likuidasi (liquidationvalue ), nilai kena pajak (assessmentvalue), nilai bangunan, dan nilai investasi(use value and investment value) .

Secara umum, terdapat tiga carapendekatan yang dipergunakan dalamproses penilaian suatu properti, yaitu: 1)pendekatan perbandingan harga pasar(sales competition approach) , 2)pendekatan biaya (cost approach), 3)pendekatan pendapatan (income capi-talization approach). Pendekatanpertama dilakukan dengan caramembandingkan objek yang akan dinilaidengan objek yang nilai jualnya sudahdiketahui. Dalam hal objek yang serupatidak diketahui nilai jualnya maka hargajual dari objek lain yang sejenis biasanyadapat dipertimbangkan sebagai buktiterbaik dari nilai pasar. Pendekatan inimempunyai kelemahan karena sulitnyamemperoleh data transaksi jual-beli dipasar dan sering kali objek yang dinilaitidak identik dengan properti yangdiketahui harga jualnya. Pendekatankedua dilakukan dengan caramemperkirakan biaya-biaya yangdikeluarkan untuk membuat ataumengadakan properti yang dinilai.Pendekatan ini diterapkan untuk menilaibangunan, sedangkan untuk menilaitanah saja atau tanah dan bangunanperlu diperhatikan beberapa komponenyang lain yaitu: nilai tanah, ditentukandengan menggunakan pendekatanperbandingan harga pasar; biaya

Page 4: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 200318

investasi khususnya untuk konstruksibangunan, ditentukan dengan mem-perhitungkan seluruh biaya yang telahdikeluarkan dalam rangka memperbaikiatau mempertahankan nilai bangunantersebut; penyusutan, yang dibedakanatas penyusutan fisik, penyusutan fungsi,dan penyusutan ekonomi. Dalampendekatan ini dikenal reproduction costnew (menghitung biaya untuk men-dapatkan barang baru melalui replikasidari bangunan yang dinilai) dan replace-ment cost new (menghitung biaya untukmembangun bangunan baru yang tidakpersis sama tetapi fungsi, kegunaan,kapasitas, standar, dan strukturnyadipersamakan dengan bangunan atauproperti yang dinilai). Pendekatan ketigadilakukan dengan cara memproyeksi-kan seluruh pendapatan propertitersebut dikurangi dengan biaya operasi.Hasil penghitungan tersebut dikapitali-sasi dengan suatu tingkat suku bungapengembalian modal dan keuntungan(return on investment). Pendekatan iniditerapkan khusus untuk menilai propertiyang menghasilkan keuntungan secaralangsung, seperti hotel, perkantoran,apartemen, pusat perbelanjaan, dantempat hiburan.

Nilai properti (tanah) sebagai dasarganti kerugian akibat pengambilalihan/perolehan tanah untuk kegiatanpembangunan atau keperluan lain harusdidasarkan pada nilai pengganti (re-placement value) (Sumardjono, 2002).Nilai pengganti yang dimaksudkanadalah bahwa masyarakat harus dapatmemperoleh tanah dan bangunanpengganti yang besaran dan kualitasnyasetara dengan tanah dan bangunan yangsemula dimiliki oleh masyarakat yangbersangkutan atau mampu menghasil-kan pendapatan yang setara denganpendapatan sebelum tanahnya diambilalih.

Berkenaan dengan ekspansiperusahaan baik dalam bentuk merger,konsolidasi maupun akuisisi, penilaianmeliputi penilaian aset dan utangmasing-masing entitas yang bergabung,penilaian terhadap laba yang potensial,dan penilaian terhadap sekuritas yangdipertukakan (Baker et al., 1985). Nilaiaset dan utang masing-masingperusahaan yang melakukan merjer,

konsolidasi, amupun akuisisi biasanyaditentukan oleh lembaga penilai (ap-praisal ) .3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

NilaiPenilaian properti seperti diuraikan

sebelumnya merupakan konsepekonomi yang berlandaskan dua teoriatau pendekatan yaitu teori nilai danpendekatan serta teknik penilaian, yangdalam aplikasinya banyak berkaitandengan karakteristik fisik properti yangbersangkutan, keadaan perekonomian,politik, sosial, dan aspek legal yangmenyangkut hak atas properti tersebut.Beberapa aspek fisik yang mem-pengaruhi nilai suatu properti terutamamenyangkut luas dan bentuk, aksesibi-litas, keadaan prasarana lingkunganpemukiman, ketersediaan air bersih,iklim, daerah bebas banjir atau tidak,dan lain-lain. Keadaan perekonomianyang mempengaruhi penilaian propertiantara lain menyangkut kesempatankerja, ketersediaan fasilitas kreditperumahan, dan lain-lain. Kondisi politikyang mempengaruhi nilai suatu propertimeliputi kebijakan pemerintah di bidangRencana Umum Tata Ruang, peruntukanlahan, keamanan lingkungan perumah-an, pengenaan pajak properti. Kondisisosial yang mempengaruhi nilai suatuproperti antara lain menyangkut sikapdan tingkah laku masyarakat sertakecenderungan perkembangan pen-duduk. Aspek legal yang mempengaruhinilai suatu properti terutama berkaitandengan hak-hak yang melekat padatanah atau bangunan tersebut, hak milik,hak guna bangunan, hak pakai, atauyang lain.

Pasal 16 ayat (1) Permenag dalamSumarjono (2002) menyebutkan bahwafaktor-faktor yang mempengaruhi hargatanah adalah: lokasi tanah, jenis hakatas tanah, status penguasaan tanah,peruntukan tanah, kesesuaian peng-gunaan tanah dengan RT/RW,prasarana yang tersedia, fasilitas danutilitas, lingkungan, lain-lain yangmempengaruhi harga tanah. Dengankata lain, dalam menentukan harga tanahsebagai dasar penentuan ganti kerugianhendaknya perlu dipertimbangkan faktorfisik dan non fisik. Lokasi tanah, jenis hakatas tanah, dan lain-lain merupakan

faktor fisik. Faktor non fisik meliputi hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secararasional karena mempunyai nilai sakral,ritual atau keagamanan, kepercayaantertentu. Contoh: tanah tertentu merupa-kan makam nenek moyang yang masihdiagung-agungkan, tanah dan/ataubangunan tertentu merupakan warisanyang mempunyai arti tersndiri, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhinilai tanah dan atau bangunan (nilai jualobjek pajak) sebagai dasarpenghitungan PBB dan BPHTB, meliputiletak, peruntukan, pemanfaatan, bahanbangunan yang digunakan, rekayasadan kondisi lingkungan yang lain(Mardiasmo, 2002).

Dalam teori ekonomi, nilai suatuproperti banyak ditentukan oleh per-mintaan dan penawaran, adanyasubstansi terhadap properti yangbersangkutan, keseimbangan, danadanya eksternalitas baik yang bersifatpositif maupun negatif. Permintaan danpenawaran suatu properti secaralangsung akan mempengaruhi harga-nya, tetapi tidak selalu berpengaruhsecara proporsional. Prinsip substitusidalam penilaian suatu properti berkaitandengan aksioma bahwa seorangpembeli yang rasional tidak akanmembayar lebih mahal suatu barangatau properti jika terdapat properti sejenisyang lain. Prinsip keseimbanganmenyatakan bahwa komoditas propertimempunyai sifat yang unik, artinyabahwa suatu nilai tidak mungkin dapatdipindahkan atau dipengaruhi oleh faktorproduksi barang bergerak lainnya sepertitenaga kerja, modal, dan manajemen.Nilai tanah akan cenderung pada nilaiyang paling tinggi bila ketiga faktorproduksi tersebut dalam keadaanseimbang. Prinsip eksternalitasmenyangkut lingkungan sekeliling suatuproperti yang akan mempengaruhi nilaiproperti tersebut baik secara positifmaupun negatif.

Urgensi Penilaian Properti DalamPerekonomian Indonesia

Penilaian properti bermanfaat dalamberbagai aspek kehidupan masyarakat.Berbagai aspek kepentingan tersebutdalam tulisan ini dikelompokkan menjadi

Page 5: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 2003 19

Properti memberikan kontribusi dalam perekonomian

tiga, yaitu: kepentingan negara dandaerah, kepentingan perpajakan, dankepentingan perbankan. Meskipundemikian terdapat beberapa pihak yangberkepentingan terhadap penilaianproperti yang secara implisit tersiratdalam penjelasan ketiga kelompoktersebut. Demikian pula masing-masingpihak yang berkepentingan tidak berdirisendiri tetapi saling terkait antara satupihak dengan pihak yang lain, misalnyapentingnya penilaian bagi perbankanterkait dengan kepentingan BPPN padasaat melakukan restrukturisasiperbankan, pentingnya melakukanpenilaian terhadap tanah dan bangunansebagai dasar penghitungan PBB danBPHTB terkait dengan kepentinganmasyarakat sebagai pembayarnya, danlain-lain.1. Penilaian Properti Berkenaan

dengan Kepentingan Negara danDaerah.Penilaian properti merupakan

langkah awal dari usaha pengelolaanaset/harta kekayaan negara, yangmerupakan salah satu langkah menujukepemerintahan yang baik (goodgovernence). Kegiatan penilaian yangdiperlukan dalam rangka pengelolaankekayaan negara meliputi inventarisasiharta kekayaan negara, tukar guling,lelang, dan jenis pengelolaan harta

kekayaan negara yang lain yang harusdidasarkan atas kondisi terkini dari hartayang bersangkutan khususnya berkena-an dengan nilai. Inventarisasi tersebutpada dasarnya merupakan kegiatanpencatatan seluruh kekayaan negaratermasuk pembukuan, penyusunan database, dan pelaporan yang dapatdigunakan sebagai informasi dan bahanuntuk penyusunan dan pengadaankekayaan negara maupun daerah.Inventarisasi harta kekayaan negaraselanjutnya dapat dikembangkan dandidayagunakan secara maksimal dandapat digunakan untuk menentukanfungsi apa yang paling sesuai diambilmanfaatnya dari harta tersebut. Dalamkaitannya dengan tukar guling,Keputusan Presiden No. 24 tahun 1995menyatakan bahwa harta kekayaannegara yang tidak dapat digunakan atautidak dapat digunakan secara maksimaldapat dihapuskan dengan dijual,dipindahtangankan, dipertukarkan ataudihibahkan. Pada tahun 1990-an,banyak sekali harta kekayaan negaradalam bentuk tanah dan bangunan yangditukargulingkan dengan pihak swastayang menjadi masalah dan disorotbanyak kalangan. Hal ini tidak lain adalahkarena ketidakseimbangan atau ketidak-akuratan dalam melakukan penilaianterhadap harta yang ditukargulingkan

tersebut. Inpres Nomor 9 tahun 1970 danKeppres Nomor 17 tahun 2000 menyata-kan bahwa harta kekayaan negara dapatdipindahtangankan melalui lelangnegara. Pelaksanaan penjualan danatau pemindahtanganan barang-barangyang dikuasai atau dimiliki negara tersebutmemerlukan penilaian (sementara iniketentuan penilaian didasarkan padaperaturan lelang negara dengan per-setujuan Menteri Keuangan). Penilaianyang salah akan mengakibatkan lelangmenjadi tidak fair.

Penilaian properti dalam berbagaiperbuatan hukum berkenaan denganhak atas tanah meliputi penentuan nilaiagunan suatu hak atas tanah untukpemberian hak tanggungan, penentuannilai properti untuk keperluan jual beli,dan penentuan nilai properti untukkeperluan lelang. Di samping itu penilai-an properti juga dapat digunakansebagai dasar penentuan jumlah ataubesarnya ganti kerugian yang dapatdiberikan kepada masyarakat yangtanahnya terkena dampak peng-ambilalihan/perolehan tanah untukkegiatan/proyek pembangunan, baikyang dilakukan oleh Pemerintah maupunpihak swasta. Penentuan properti untukganti kerugian tersebut jika tidakdilakukan secara obyektif-rasional danfair , akan mengakibatkan gejolakmasyarakat yang berkepanjangan dantidak berakhir, seperti kasus-kasus yangsempat menyita perhatian publik, antaralain: kasus tanah TAPOS, Rancamaya,Cimacan, dan Kedungombo.

Dalam era otonomi daerah, penilaianproperti mempunyai manfaat yangsangat besar. Manfaat yang diperolehdari penetapan nilai properti adalahbahwasannya daerah mempunyai database (pangkalan data) properti atau hartakekayaan daerah, yang dapat digunakan:1) sebagai dasar menyusun data awalneraca daerah; 2) sebagai landasan jikadiperlukan penerbitan obligasi daerah(municiple bonds); 3) sebagai landasanuntuk optimalisasi harta kekayaan baiksecara sendiri maupun kerja samadengan investor, dan 4) sebagailandasan penyusunan Sistem InformasiAset Daerah. Menurut Suharno (2002),penilaian aset (poperti) secara tidaklangsung dapat digunakan untuk: 1)

Page 6: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 200320

mengetahui modal dasar daerah dalamusaha privatisasi, 2) mengetahui nilaijaminan untuk memperoleh pinjaman,3) mengetahui nilai penyertaan (saham)dalam melakukan suatu kerja samausaha dengan pihak swasta, 4) memberiinformasi kemampuan nilai ekonomiproperti di suatu daerah untuk meng-undang investor, 5) mengetahui nilaidalam rangka penerbitan obligasidaerah, 6) mengetahui nilai aset untukkepentingan tukar guling (ruilslag ), 7)mengetahui dasar nilai dalam pem-bebasan tanah, pembelian tanah danlain-lain.

Beberapa isu menarik juga terjadisebagai akibat ketidakakuratan dalammelakukan penilaian terutama yangdialami oleh Badan Penyehatan Perban-kan Nasional (BPPN). Sebagaimanadirujuk dari KOMPAS, tanggal 15 Juli2002 yang bertajuk “Pemerintah jugaHarus Persoalkan Valuasi Aset dalamMengejar Obligator”, menyatakanbeberapa hal sebagai berikut: Penilaianaset obligator dalam rangka mengejarperbedaan nilai aset dengan utang paraeks obligator bank-bank bermasalahdisebabkan oleh Tim Bantuan Hukum(TBH) hanya melihat sah tidaknyadokumen Master of Settlement and Ac-quisition Agreement (MSAA-PerjanjianPenyelesaian Bantuan Likuditas BankIndonesia dengan Jaminan Aset) yangsudah ditandatangani; TBH tidakmembahas misrepresentasi (perbedaanpenghitungan aset yang diserahkansebagai jaminan hutang kepada BPPN);BPPN dan TBH hanya berfokus padahukum, sementara nilainya ngaco,artinya secara hukum mereka patuhtetapi valuasinya dimainkan. Dalambeberapa kasus terdapat perbedaanbesarnya utang dengan aset yangdijaminkan. Contoh: Utang Grup Salim(eks pemegang saham Bank BCA danBank Risjad Salim Internasional/RSI)adalah Rp 53,6 trilyun ke BPPN, tetapiyang dibayar hanya Rp 20 trilyun,sedangkan sisanya tidak cukup dibayardengan aset; Utang Indomobil denganjaminan aset sebesar Rp 1,8 trilyun,tetapi ketika dijual oleh pemerintahhanya laku Rp 625 milyar, dan kasus-kasus lain yang ditangani oleh BPPNdimana nilai aset yang sebenarnya tidak

sesuai dengan besarnya nilai aset yangdijaminkan dan pada saat terjadi kreditbermasalah penjualan aset tersebutnilainya tidak mencukupi. Contoh-contohtersebut menunjukkan kelemahan MSAAkarena tidak mengecek terlebih dahuluterhadap nilai aset yang dijaminkan.Pemerintah dalam hal ini BPPN sendirilalai dalam hal tidak melaksanakan hakuntuk melakukan uji tuntas dari aspekkeuangan atau Financial Due Dilligent(FDD) terhadap aset-aset yang diserah-kan para obligator. Meskipun telahbanyak aset BPPN yang dijual dalamrangka MSAA tanpa melalui FDD,kegiatan FDD masih tetap diperlukanuntuk menilai kewajaran harga jual aset-aset yang sudah terjual maupun belumterjual sehingga jika terjadi indikasimisrepresentasi, FDD dapat digunakansebagai dasar yang kuat bagi BPPNuntuk mengajukan klaim ke DebitorPemegang Saham (DPS).

Pentingnya penilaian bagi BPPNjuda dikaitkan dengan program restruk-turisasi perbankan. Restrukturisasiperbankan menuntut adanya programmerger-akuisisi dan pengelolaan bankyang mempunyai utang bermasalah.Dalam merger-akuisisi, penilaiandimaksudkan untuk menentukan asetdari perusahaan yang melakukan mergeratau akuisisi. Demikian pula dalam pro-gram pengelolaan bank bermasalah,perlu dilakukan penilaian terhadap asetperusahaan tersebut untuk selanjutnyadigunakan sebagai dasar pengelolaanaset bank bermasalah yang ber-sangkutan. Penilaian suatu perusahaanjuga diperlukan dalam programrestrukturisasi BUMN melalui programmerger dan akuisisi maupun privatisasiBUMN.2. Penilaian Properti Berkenaan

dengan PBB dan BPHTBHal lain yang tidak kalah pentingnya

dalam kaitannya dengan penilaianproperti adalah penentuan Pajak Bumidan Bangunan (PBB) dan Bea PerolehanHak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).Obyek pajak PBB adalah tanah (bumi)dan bangunan, sedangkan penghitung-an PBB adalah tarip tertentu dikalikandengan Nilai Jual Kena Pajak. Nilai JualKena Pajak dihitung berdasarkan NilaiJual Obyek Pajak (NJOP). Hal ini berarti

bahwa besar kecilnya PBB tergantungpada penilaian terhadap obyek pajaktersebut. Penentuan NJOP yang terlalurendah (undervalued ) akan meng-akibatkan penerimaan negara dalambentuk PBB kecil, sebaliknya NJOP yangterlalu tinggi (overvalued ) akan mem-beratkan rakyat karena akan terbebaniPBB yang tidak semestinya. Dalamkaitannya dengan penentuan BPHTB,dasar pengenaan pajak adalah nilaiperolehan (harga transaksi dalam haljual beli; nilai pasar dalam hal tukarmenukar, hibah, warisan, penggabunganusaha, peleburan usaha, pemekaranusaha, hadiah, dan lain-lain).

Dalam praktek yang ada, penentuannilai tersebut tidak menunjukkan kondisiyang sesungguhnya di pasar. Contoh:Dalam transaksi jual beli tanah danbangunan, dasar pengenaan BPHTBadalah nilai transaksi (harga beli)sesungguhnya tanah dan bangunantersebut. Akan tetapi jika ada data yangdapat dijadikan rujukan (misalnya, NJOPproperti yang ditransaksikan lebih murahdaripada nilai transaksi), nilai transaksitersebut tidak digunakan lagi dan yangdigunakan dasar menentukan BPHTBadalah NJOP. Kecenderungan ini terjadikarena adanya kenyataan bahwa NJOPyang idealnya adalah nilai pasar, ternyatamasih belum mewakili nilai pasar dalamarti yang luas. Artinya, NJOP dapat lebihrendah atau lebih besar dari niali pasaryang sesungguhnya. Jika NJOP tersebutditetapkan lebih rendah dari kenyataanyang sesungguhnya maka berapa besarpemerintah dirugikan sebagai akibatpenerimaan pajak yang tidak sesuaidengan jumlah yang sebenarnya.

Pemerintah melalui Direktorat PBBdan BPHTB telah berupaya mengem-bangkan sebuah sistem administrasiPBB yang disebut Sistem Informasi danMajanemen Obyek Pajak (SISMIOP)dengan pendukungnya yaitu SistemInformasi Geografis (SIG) untuk mendatasubyek pajak, obyek pajak, dan menentu-kan nilai pasar obyek pajak. Akan tetapihasilnya belum memuaskan, artinya datayang dipublikasikan masih belummewakili kondisi yang sesungguhnyaterjadi di pasar. Secara tidak disadari,PBB yang dibayarkan oleh beberapakelompok masyarakat selama beberapa

Page 7: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 2003 21

tahun terakhir tetap atau tidak berubah,padahal harga pasar khususnya untuktanah di daerah tertentu mengalamikenaikan yang cepat.3. Penilaian Properti Berkenaan

dengan Kegiatan PerbankanBank (menurut UU No. 10 Tahun

1998) adalah badan usaha yang meng-himpun dana masyarakat dan menyalur-kannya kepada masyarakat dalam bentukkredit dan atau bentuk-bentuk lainnyadalam rangka meningkatkan taraf hiduprakyat banyak. Dalam proses pemberiankredit yang sumber dananya antara lainberasal dari dana masyarakat, bankselain harus memperhatikan aspekkelayakan usaha sebagai jaminanutama pembayaran kembali kredit yangtelah diberikan kepada debitur juga harusmemperhatikan agunan sebagaijaminan tambahan. Hal ini terjadi karenaagunan tersebut merupakan sumberpelunasan, apabila pada suatu saat ter-tentu fasilitas tersebut tidak diselesaikandari usaha debitur yang dibiayai. Olehkarena itu dalam prinsip dasar penilaiankredit antara lain dikenal “5 C Principle”,faktor jaminan (collateral) juga merupa-kan salah satu faktor yang penting.Selanjutnya untuk menjamin bahwa nilaijaminan tersebut pada saat dilakukaneksekusi dapat mencukupi untukpelunasan kewajiban debitur, makaperlu dilakukan penilaian atas jaminanyang akan diserahkan kepada bank.Dalam dunia perbankan secara umumdikenal 2 kategori penilai, yaitu penilaiintern dan independen (I Supomo, 2002).Penilai intern memiliki kewenangan danbertugas untuk melakukan pekerjaanpenilaian. Penilai independen merupa-kan penilai eksternal yang bebas ikatanyang pada saat ini atau di kemudian haritidak memiliki kepentingan finansial yangberhubungan dengan obyek propertiselain jasa penilai. Fungsi utama keduapenilai tersebut pada prinsipnya adalahmemberikan opini secara tertulismengenai nilai ekonomi jaminan/agunanpada saat tertentu. Dengan semakinberkembangnya dunia perbankan makapenilaian tidak hanya dilakukanterhadap agunan tetapi juga meliputisebagian besar aset/properti baik yangbersifat komersial atau non komersial,berujud (tangible) ataupun tidak berujud

Tabel 1. Daftar instansi pemerintah dan swasta yang memerlukan Jasa Penilai

dalam menilai aset:

No. Instansi/Badan Keperluan

1. BPPN Penjualan aset (assets disposal): • menentukan nilai pasar dan nilai likuidasi

dari set-aset yang akan dijual baik melalui lelang maupun tender terbuka

2. BUMN dan BUMD Privatisasi dan divestasi: • Menentukan nilai aset maupun nilai

perusahaan (saham) baik melalui Initial Public Offering (IPO) maupun strategic partner.

• Menentukan nilai pasar idle assets yang akan dilepas.

3. Perusahaan Swasta Penilaian aset maupun saham untuk berbagai keperluan, antara lain: agunan ke bank, rencana investasi, rencana divestasi, keperluan manajemen, asuransi, dan lain-lain.

4. Direktorat Jenderal Pajak

Menentukan Nilai Jual Obyek Pajak yang digunakan untuk menentukan: • Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) • Besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) 5. Bank-bank Milik Negara Penentuan nilai pasar dan nilai likuidasi dari

tanah hak dan bangunan yang akan dijadikan jaminan perluasan kredit.

6. Kantor Piutang dan Lelang Negara

Menentukan nilai pasar dan nilai likuidasi dari aset-aset sitaan atas jaminan pelunasan utang yang akan dilelang/dieksekusi.

7. Perum Pegadaian Menentukan nilai harta bergerak (personal property) yang akan d ilelang.

8. Badan Pertanahan Nasional

Penilaian untuk penetapan ganti rugi tanah-tanah yang dinyatakan sebagai tanah terlantar menurut PP No. 36 Tahun 1998.

9. Bapepam Menentukan nilai pasar dari aset perusahaan sebagai salah satu syarat untuk go public.

10. Bank-bank Milik Swasta Penentuan nilai pasar dan nilai likuidasi dari tanah hak dan bangunan yang akan dijadikan jaminan pelunasan kredit.

11. Balai Lelang Swasta Penentuan nilai pasar dan nilai likuidasi atas tanah hak dan bangunan serta harta bergerak yang akan dilelang bukan karena lelang eksekusi berdasarkan undang-undang.

12. Lembaga Peradilan Umum/Niaga

Menentukan nilai aset perusahaan yang dinyatakan pailit.

13. Masyarakat Umum Menentukan nilai tanah hak dan bangunan serta barang bergerak untuk berbagai keperluan, antara lain: pembagian harta warisan, gono gini, utang piutang, dan lain-lain.

Page 8: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 200322

(intangible) dan surat berharga.Penilaian properti secara tepat

sangat diperlukan dalam dunia per-bankan. Kesalahan atau ketidakakuratandalam menilai suatu properti akan meng-akibatkan beberapa masalah dalamrangka likuidasi/lelang maupun dalampenghitungan penyisihan aktivaproduktif. Dalam rangka likuidasi aset/agunan, terdapat suatu kecenderungannilai pasarnya lebih rendah dari hargapasar yang sebenarnya. Hal ini dapatmerugikan bank karena bank harusmenjual/melepaskan aset tersebutdengan harga yang relatif murah,sehingga tidak akan dapat menutupikewajiban yang ada. Dalam hal peng-hitungan penyisihan aktiva produktif, nilaiagunan diperhitungkan sebagai faktorpengurang. Apabila nilai agunan terlalutinggi, penghitungan penyisihan aktivaproduktif menjadi lebih rendah dari yangseharusnya. Dalam kondisi demikianlaba yang tercermin dalam laporankeuangan akan menjadi lebih tinggi.

Pentingnya penilaian bagi InstansiPemerintah dan Swasta khususnyadalam rangka penilaian aset dapat dilihatpada tabel 1 (Siregar, 2002).

Keberadaan Lembaga Penilai Propertidi Indonesia: Sekarang dan yang AkanDatang

Uraian di atas menunjukkan bahwabanyak masalah terjadi dalam tatananekonomi masyarakat di Indonesiakhususnya yang berkaitan denganpenilaian properti. Nilai suatu propertimenjadi tidak fair lagi jika telahterpengaruh oleh beberapa kepentinganbaik pribadi maupun kelompok.Keberadaan Jasa Penilai lokal masihkurang berperan, dan tidak memperolehdukungan dari beberapa pihak sehinggaopini yang diberikan belum dapatdipercaya oleh publik. Hal ini terjadikarena Jasa Penilai lokal yang adabekerja kurang profesional dan kurangindependen dalam memberikanpenilaian. Contoh: Penilai intern padasuatu bank sering menemukanperbedaan nilai yang signifikan ataumenerima data yang tidak sesuai dengankondisi fisik obyek penilaian. AppraiserPT A menaksir nilai pasar sebidang tanahsebesar Rp 500.000,00 per meter persegipada bulan Februari 2001, sedangkanappraiser PT B menaksir tanah yangsama pada bulan Mei 2001 sebesar Rp265.000,00 per meter (I Supomo, 2002).Pemberdayaan konsultan penilai asingyang diharapkan lebih qualified untukmenghasilkan analisis yang akuratternyata mendapatkan hasil yangberkebalikan (seperti yang dialami olehBPPN), karena mereka menjumpai

kelemahan di bidang data. Konsultanasing kurang mengetahui kondisi dansituasi suatu daerah, padahal kedua haltersebut lebih banyak mempengaruhinilai suatu properti.

Di Indonesia, peraturan pertamayang mengatur tentang jasa penilaianadalah SK Menteri Perdagangan No.161/KP/VI/1977 tentang KetentuanPerjanjian Usaha Penilaian di Indone-sia. Kemudian menyusul KeputusanMenteri Keuangan RI No. 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai, dan KeppresNo. 35 tahun 1992 yang diantaranyaberisi pembentukan Direktorat JenderalLembaga Keuangan yang salah satubagiannya adalah DirektoratPembinaan Akuntan dan Jasa Penilai.

Lembaga pemerintah lain yangmempunyai bidang penilaian adalahDirektorat PBB dan BPHTB, yaitu SubDirektorat Penilaian yang mempunyaitenaga fungsional penilai untukkepentingan penentuan nilai pasardalam menetapkan Nilai Jual ObyekPajak (NJOP) serta Direktorat JenderalPiutang dan Lelang Negara (DJPLN)yang mempunyai penilai internal untukpenentuan nilai pasar dan nilai likuidasidalam menentukan nilai barang jaminanyang akan dicairkan.

Berkenaan dengan ganti kerugianyang diberikan kepada masyarakatsebagai dampak pengambilalihan tanahuntuk kegiatan pembangunan, LampiranINPRES No. 9 tahun 1993 tentangPedoman-pedoman PelaksanaanPencabutan Hak-hak atas Tanah danBenda-benda yang ada di atasnya, Pasal5 menyebutkan adanya Panit iaPenaksir . Panitia Penaksir tersebutbertugas menetapkan besarnya gantirugi atas tanah/bangunan/tanaman yangberada di atasnya secara obyektif dengantidak merugikan kedua belah pihak dandengan menggunakan norma-normaserta memperhatikan harga penjualantanah/bangunan/tanaman di sekitarnyayang terjadi dalam tahun berjalan.

Dalam dunia Perbanan, di sampingpenilai independen juga mempunyaipenilai intern yang telah memiliki mini-mal pendidikan dasar dalam penilaian.Penilai intern berwenang untuk menilaiproperti yang menjadi agunan kredit danmenentukan kelayakan penilaian yangMenetapkan nilai properti guna menambah kas pemerintah

Page 9: URGENSI PENILAIAN PROPERTI DALAM TATANAN · PDF filedimulai dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi sebagai akibat ... BUMN/BUMD tersebut. ... dan Siregar di atas tidak memasukkan

USAHAWAN NO. 03 TH XXXII MARET 2003 23

dilakukan oleh penilai independen.Beberapa Asosiasi jasa penilia yang

telah ada di Indonesia, meliputiMasyarakat Profesi Penilai Indonesia(MAPPI), dan Gabungan PerusahaanPenilai Indonesia (GAPPI). Sementaraitu, profesi penilai telah diatur dalamStandar Penilaian Indonesia (SPI, yangterakhir tahun 2002), dan Kode EtikPenilai Indonesia (KEPI). Selama inipemerintah belum mengatur profesipenilaian dalam suatu Undang-undangsehingga eksistensinya kurang diakuioleh masyarakat maupun pihak luar atauasing. Demikian pula belum terdapatpengembangan pendidikan yang ber-sifat formal yang mengacu padakurikulum internasional. Pendidikanpenilaian yang selama ini ada hanya ter-batas pada kursus-kursus jangka pendekdengan menggunakan kurikulum yangsesuai keperluan penyelenggarapendidikan.

Pada dasarnya terdapat dua sistempenilaian yang berlaku internasional,yaitu yang mengacu pada sistempenilaian di Amerika Serikat dan Inggris(Karsono, 2002). Di Amerika Serikatterdapat Appraisal Institute yangbertugas memberikan sertifikasi/designasi pada penilai. Menghadapiglobalisasi dan liberalisasi ekonomi,sudah saatnya Indonesia mempunyaisuatu organisasi profesi (penilai) yangdisegani serta mampu menjaga kualitasdan kredibilitas profesi tersebut. Dengankata lain diperlukan eksistensi jasapenilaian yang berbentuk Dewan PenilaiIndonesia yang profesional danberkualitas (Karsono, 2002) maupunLembaga Penilai Properti yang obyektif,rasional, dan fair (Sumardjono, 2002).

Dewan Penilai Indonesia tersebuthendaknya dianggotai oleh pihakpemerintah dan swasta yang memilikikapabilitas, yang tujuan utamanyaadalah:

w Melakukan pengawasan terhadappraktek penilaian di Indonesia.

w Menjelaskan dan mempertegastanggung jawab, tugas dan perananpenilai.

w Melindungi kepentingan masyarakatberkaitan dengan praktek penilaianyang dilakukan oleh para penilai lain.

w Memasyarakatkan kode etik dan jasapenilai.

w Mengembangkan profesi penilaiIndonesia.Dewan Penilai Indonesia hendaknya

juga berkoordinasi dengan pihak lainyang terkait, seperti Kadin/BadanAkreditasi dan Resgistrasi Kadin Indo-nesia dalam hal Akreditas, AsosiasiMAPPI dan GAPPI dalam hal sertifikasi,Asosiasi dan Pemerintah (DepartmenKeuangan) dalam hal regristrasi, danpemerintah (Deperindag dan Depkeu)dalam hal perijinan.

K e s i m p u l a nBerdasar konsep fisik, properti

diartikan sebagai real estat, sedangkanberdasar konsep legal properti dapatdiartikan sebagai properti riil dan propertiindividu. Pengertian properti selanjutnyaberbeda-beda tergantung pada kepen-tingannya. Penilaian properti dapatdilakukan dengan cara yang berbeda-beda seperti berdasar pendekatan hargapasar, pendekatan biaya, pendekatanpendapatan bahkan pendekatan re-placement value . Dari bebrapa pen-dekatan yang ada, pendekatan hargapasar lebih mencerminkan obyektifitaspenilaian jika dilakukan secaratransparan.

Penilaian properti menjadi topik yangmenarik untuk dibahas akhir-akhir inibermula dari beberapa kasus yang terjadisampai menyebabkan krisis ekonomiyang berkepanjangan. Hal ini disebab-kan oleh ketidakakuratan dalammelakukan penilaian terhadap properti.Beberapa pihak yang berkepentinganterhadap penilaian properti tersebutantara lain adalah pemerintah Pusatmaupun Daerah (seperti BPPN, DitjenPBB dan BPHTB, dan lain-lain),masyarakat, maupun kalangan perban-kan dan swasta lainnya. Di sampinguntuk mengatasi peristiwa-peristiwayang telah terjadi dan mengantisipasimaupun kemungkinan terjadinyakembali peristiwa tersebut di masadatang, penilaian properti jugadimaksudkan untuk tujuan lebih luas lagiyaitu dalam upaya optimalisasi aset/properti negara, daerah maupun swasta.

Agar dapat diperoleh penilaian yangobyektif, rasional, dan fair maka

diperlukan adanya lembaga/institusi/organisasi Penilai yang profesional, danindependen agar dapat menghasilkanpenilaian yang diharapkan danmemuaskan semua pihak. U

DAFTAR PUSTAKA

Baker, E. Richard, et al. (1985), Advanced

Financial Accounting, New York: McGrow Hill.

I. Supomo (2002), “Peranan Konsultan Penilai

dalam Mendukung Pertumbuhan Perbankan”,

Makalah Seminar Nasional Peranan Lembaga

Properti atau Harta Kekayaan Negara, Daerah

dan Swasta dalam Perekonomian , Yogyakarta:

10 Agustus 2002.

Karsono Surjowibowo (2002), “Suatu Tinjauan

Pentingnya Adanya Penilaian Properti dan

Pengelolaan Hata Kekayaan Negara”, Makalah

Seminar Nasional Peranan Lembaga Properti

atau Harta Kekayaan Negara, Daerah dan

Swasta dalam Perekonomian , Yogyakarta: 10

Agustus 2002.

Mardiasmo (2002), Perpajakan, Edisi Revisi Tahun

2002, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Siregar D, Doli (2002), Optimalisasi Pemberdayaan

Harta Kekayaan Negara: Peran Konsultan

Penilai Dalam Pemulihan Ekonomi Nasional ,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Machfud Sidik (2000), Model Penilaian Properti

Berbagai Penggunaan Tanah di Indonesia,

Jakarta: Yayasan Bina Umat Sejahtera.

Suharno (2002), “Pemanfaatan Data Grafis dan

Numerik dan Peran Penilai Pajak Bumi dan

Bangunan dalam Rangka Pengelolaan Harta

Kekayaan Negara”, Makalah Seminar Nasional

Peranan Lembaga Properti atau Harta

Kekayaan Negara, Daerah dan Swasta dalam

Perekonomian , Yogyakarta: 10 Agustus 2002.

Sumardjono, Maria (2002), “Peranan Lembaga

Penilai Properti dalam Penentuan Ganti

Kerugian sebagai Dampak Pengambilalihan/

Perolehan Tanah untuk Kegiatan

Pembangunan”, Makalah Seminar Nasional

Peranan Lembaga Properti atau Harta

Kekayaan Negara, Daerah dan Swasta dalam

Perekonomian , Yogyakarta: 10 Agustus 2002.