urgensi pengembangan diri dalam pembelajaran baca tulis …

25
Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 21 Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Oleh: Tafsil Saifuddin Ahmad Dosen STIT Jembrana Abstrak Pokok pertama materi Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagai pokok agama, Al-Qur’an memegang peranan yang sangat signifikan dalam pembentukkan tingkah laku manusia atau pembentukkan akhlaq yang mulia. Artinya bahwa, seseorang akan melahirkan sebuah tata nilai yang luhur dan mulia jika mengikuti sumber dari Al-Qur’an. Tata nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban yang Islami. Oleh karena itu, kemampuan menulis, membaca, mengerti, dan sekaligus menghayati isi bacaan Al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi muslim manapun untuk dipelajari, baik yang di bawah lembaga agama atau lembaga umum. Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Al-Qur’an A. Pendahuluan Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran terjadi di sekolah. Agama Islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruh aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai way of life. 1 1 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992) h. 86.

Upload: others

Post on 11-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

21

Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)

Oleh: Tafsil Saifuddin Ahmad Dosen STIT Jembrana

Abstrak Pokok pertama materi Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagai pokok agama, Al-Qur’an memegang peranan yang sangat signifikan dalam pembentukkan tingkah laku manusia atau pembentukkan akhlaq yang mulia. Artinya bahwa, seseorang akan melahirkan sebuah tata nilai yang luhur dan mulia jika mengikuti sumber dari Al-Qur’an. Tata nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban yang Islami. Oleh karena itu, kemampuan menulis, membaca, mengerti, dan sekaligus menghayati isi bacaan Al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi muslim manapun untuk dipelajari, baik yang di bawah lembaga agama atau lembaga umum. Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Al-Qur’an

A. Pendahuluan

Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran terjadi di sekolah.

Agama Islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruh aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai way of life.1

1 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992) h. 86.

Page 2: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

22

Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap.2 Jadi, pada dasarnya, pendidikan agama Islam menginginkan peserta didik yang memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap Allah, karena iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut takwa.

Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat beliau dan sebagai pegangan hidup ummatnya dalam berperilaku kehidupan sehari-hari, dimana segala macam perbuatan terarah pada pedoman atau petunjuk Al-Qur’an, karenanya wajib bagi kita semua untuk dapat mengetahui dan mempelajari apa saja yang tersinergikan di dalam Kalamullah tersebut. Kesucian Al-Qur’an tetap terpelihara sepanjang masa, baik huruf maupun kalimatnya.3

B. Konsep Pengembangan Diri a. Pengertian Pengembangan Diri

Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.4 Pembelajaran pengembangan diri adalah proses bentuk sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian) mengenai suatu perilaku tertentu.5

Pengembangan diri ini tidak boleh berhenti harus di ulang-ulang agar supaya apa yang akan dicapai oleh madrasah dapat terpenuhi. Pengembangan diri tidak hanya dilakukan di

2 Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(Malang : UM Press, 2004) h. 8-9. 3 Ahmad Syauki, Lintas Sejarah Al-Qur’an, (Bandung : Sulita, 1998) h. 17. 4 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Kemandirian Guru

Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 256. 5 Departemen Agama, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri untuk Madrasah,

(Jakarta: Departemen Agama RI,2005) h. 5.

Page 3: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

23

Madrasah akan tetapi berlanjut di rumah ataupun jam luar mata pelajaran. Pengembangan diri yang dilakukan berulang-ulang akan membentuk perilaku dan sikap yang positif.

Pengembangan diri juga merupakan salah satu komponen KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus.6 Meskipun demikian, pengembangan diri bukan mata pelajaran yang harus didampingi oleh guru, namun juga bisa difasilitasi oleh seorang tenaga kependidikan lainnya.

Dalam pelaksanaan KTSP, sekolah berkewajiban memberikan program pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi,sosial, belajar, dan karier. Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing. Oleh karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin dan berkesinambungan.7

b. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengembangan Diri Pengembangan diri diarahkan untuk mengembangkan

karakter peserta didik ditujukan untuk mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat, di lingkungan sekitarnya, dan persoalan kebangsaan. Pihak Madrasah memfasilitasi kegiatan pengembangan diri sebagai berikut: 1. Pengembangan diri sebagian besar dilaksanakan di dalam kelas

(intrakurikuler) dengan alokasi 2 jam tatap muka adalah sebagai berikut:8 a) Bimbingan konseling, mencakup hal-hal yang berkenaan

dengan pribadi, kemasyarakatan, belajar, dan karier peserta didik.

6 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis,

(Bandung : PT.Remaja Rosda Karya, 2006) h. 283. 7 Ibid, h. 249. 8 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers,2010) h. 191.

Page 4: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

24

b) Pengembangan diri yang dilaksanakan sebagian besar di luar kelas (ekstrakurikuler) misalnya pramuka, bulu tangkis dll.

2. Program pembiasaan mencakup kegiatan yang bersifat pembinaan karakter peserta didik yang dilakukan secara rutin, spontan, keteladanan, terprogram, serta pengkondisian.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:9 a) Kegiatan Rutin yaitu memasukkan kegiatan yang dilakukan

secara reguler, baik di kelas maupun di sekolah, yang bertujuan untuk membiasakan anak mengerjakan sesuatu dan baik seperti upacara, acara kelompok, (expo, assembly), senam, Ibadah bersama, pemeriksaan kesehatan dan pergi ke perpustakaan.

b) Kegiatan Spontan adalah kegiatan pembelajaran pengembangan diri yang tidak ditentukan tempat dan waktunya seperti: membiasakan mengucapkan salam, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, membiasakan antri, membiasakan mengatasi silang pendapat (pertengkaran) dengan benar.

c) Kegiatan Teladan adalah kegiatan pembelajaran pengembangan diri yang mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola pendidikan yang lain kepada peserta didik seperti: memberi contoh berpakaian rapi, memberi contoh memuji hasil yang baik, memberi contoh datang tepat waktu, memberi contoh hidup sederhana.

d) Kegiatan Terprogram adalah kegiatan pembelajaran pengembangan diri yang diprogramkan dan direncanakan secara formal baik di kelas maupun sekolah yang bertujuan memberikan wawasan tambahan pada anak tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting untuk perkembangan anak seperti: (a) Seminar dan workshop: AIDS, hemat energi, HAM/hak anak, dan lain-lain; (b) Diskusi atau debat terbuka suatu topik yang bersifat moral atau keagamaan; (c) Kunjungan seperti panti

9 Departemen Agama, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri untuk Madrasah,

(Jakarta: Departemen Agama RI, 2005) h. 33.

Page 5: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

25

asuhan, tempat/orang yang terkena musibah, tempat-tempat penting; (d) Proyek seperti lomba, pentas dan lain-lain.

Di dalam buku panduan pendidikan karakter yang diterbitkan oleh Kemendiknas disebutkan dalam pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu:10 a) Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik

secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, sholat berjama’ah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. Untuk PKBM (Pusat Kegiatan Berbasis Masyarakat) dan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) menyesuaikan kegiatan rutin dari satuan pendidikan tersebut.

b) Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.

c) Keteladanan, merupakan prilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibandingkan peserta didik) kebersihan, kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, kerja keras, dan percaya diri.

d) Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan, dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas.

c. Metode Pelaksanaan Pengembangan Diri

10 Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Panduan Pelaksanaan Karakter, (Jakarta: Kemendiknas, 2011) h. 11.

Page 6: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

26

1. Bermain Peran (Role playing), yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya). Manfaat dari bermain peran (role playing) adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan.

2. Simulasi (Simulation), adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan situasi atau perilaku yang sebenarnya.

3. Balikan Penampilan (Performance feedback), adalah berupa reward (pujian/hadiah), reinforcement (dorongan atau kritik) yang diberikan sebagai balikan penampilan karena adanya informasi-informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan belajar.

4. Alih Belajar (Transfer of learning), yaitu seberapa jauh apa yang didapat dalam proses pembelajaran mampu/ bermanfaat bagi kehidupan sehari-harinya.

5. Diskusi Kasus, berupa kegiatan untuk memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar.

6. Widyawisata (Wisata keilmuan), adalah aktivitas pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengunjungi obyek untuk menghubungkan apa yang dipelajari di kelas dengan kehidupan nyata di masyarakat.

7. Permainan/games, adalah melaksanakan pembelajaran melalui permainan-permainan.

8. Peragaan (Demonstrasi) adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara akif melalui peragaan (demonstrasi).

9. Praktek, adalah pembelajaran yang dilakukan melalui perbuatan yang telah diajarkan.11

d. Tujuan Pembelajaran Pengembangan Diri 1. Tujuan Umum

Pembelajaran pengembangan diri ini bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal yaitu menjadi manusia yang mampu menata diri dan menjawab berbagai tantangan dari dalam diri juga lingkungannya secara

11 Departemen Agama, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri untuk Madrasah,

(Jakarta: Departemen Agama RI, 2005) h. 36-38.

Page 7: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

27

adaptif dan konstruktif, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

2. Tujuan Khusus Berdasarkan tujuan umum di atas maka pembelajaran

pengembangan diri secara khusus bertujuan agar: (a) Peserta didik mampu menjalankan ajaran agama; (b) Peserta didik menjadi kreatif; (c) Peserta didik memiliki kemandirian; (d) Peserta didik bersikap demokratis; (e) Peserta didik memiliki sikap bertanggung jawab; (f) Peserta didik memiliki sikap jujur.12

Dengan adanya kegiatan pengembangan diri maka potensi peserta didik akan berkembang secara optimal sehingga nantinya peserta didik mampu menjawab tantangan global selama ini. Dengan berbagai keterampilan dan pembiasaan peserta didik akan lebih optimal dalam mengembangkan bakat, minat hingga nantinya peserta didik bisa bersikap baik kepada semua orang dan menjadi peserta didik yang handal, cakap dan kreatif. Jadi, pengembangan diri ini sangat penting dalam kehidupan maka dari itu, untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang dipaparkan maka seluruh madrasah diwajibkan mengembangkan kegiatan pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan madrasah.

e. Ruang Lingkup Pengembangan Diri Ruang lingkup pengembangan diri mengacu kepada teori

perkembangan anak dan remaja. Tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi kemampuan-kemampuan dasar yang diperlukan agar mampu mempertahankan kehidupan secara produktif, kreatif, dan kontributif.

Tugas-tugas perkembangan yang dikembangkan meliputi semua kemampuan yang harus dimiliki oleh anak dan remaja yang sifatnya berkesinambungan. Tugas-tugas perkembangan yang dimaksud di atas sebagaimana Goldstein Arnold dalam buku Departemen Agama meliputi: (1) Keimanan dan ketaqwaan kapada tuhan YME; (2) Kesadaran mengikuti aturan (sense of order); (3) Kesadaran akan pentingnya hal yang rinci ( sense of

12 Departemen Agama, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri untuk Madrasah,

(Jakarta: Departemen Agama RI, 2005) h. 6.

Page 8: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

28

details ); (4) Kesadaran akan kemandirian (sense of autonomi); (5) Kesadaran untuk bersosialisasi; (6) Kesadaran untuk mengembangkan panca indra; (7) Kesiapan menuju kematangan; (8) Kemampuan untuk matang; (9) Pengorganisasian tugas-tugas fisikal sehari-hari; (10) Kematangan untuk melakukan aktivitas dalam suasana formal (madrasah); (11) Kemampuan keterampilan hidup yang dasar; (12) Keterampilan sosial; (13) Keterampilan sosial lanjut; (14) Keterampilan mengelola perasaan (dealing with feelings); (15) Keterampilan mengelola agresivitas; (16) Keterampilan mengelola stress (dealing with stress); (17) Keterampilan merencanakan (planning skills); (18) Keterampilan pemecahan masalah-masalah kehidupan (problem solving life skill); (19) Keterampilan pengembangan diri (self management skills).13

Berikut ini tugas-tugas perkembangan yang dikembangkan khusus di jenjang Madrasah Tsanawiyah:14 (1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT; (2) Kesadaran untuk bersosialisasi; (3) Pengorganisasaian tugas-tugas fisik sehari-hari; (4) Kemampuan keterampilan hidup yang dasar; (5) Keterampilan berbahasa; (6) Kesadaran mengikuti aturan; (7) Keterampilan sosial; (8) Keterampilan pengelolaan agresivitas; (9) Keterampilan mengelola stress; (10) Keterampilan merencanakan.

f. Implementasi Program Pemngembangan Diri Secara operasional penerapan (implementasi) program

pengembangan diri dapat dilakukan melalui kegiatan pendekatan, yaitu: 1. Penataan Sosio Kultural Madrasah

Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang berupaya untuk membudayakan dan memberdayakan peserta didik. Disini terkandung makna bahwa melalui pendidikan di sekolah, para peserta didik mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologi, psikologi, sosial, spiritual/agama). Untuk mencapai maksud tersebut maka program yang diselenggarakan sekolah seyogyanya bersikap

13 Ibid, h. 6-7. 14 Ibid, h. 7-8.

Page 9: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

29

komperehensif, integratif, tidak parsial (lepas-lepas). Sehubungan dengan hal itu maka pengembangan kepribadian peserta didik tidak hanya sebatas menguasai konsep-konsep teoritik keilmuan, tetapi juga bagaimana konsep-konsep keilmuan yang diperoleh itu mempunyai makna dalam prilaku atau praktek kehidupan sehari-hari.

Kaitannya dengan hal itu, program pengembangan diri dipandang sebagai faktor yang dapat menjembatani kesenjangan yang terjadi antara teori praktek, maka program pengembangan diri ini melengkapi hal tersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam mengimplementasikan program pengembangan diri, pihak sekolah perlu menciptakan iklim pengembangan diri yang sosio-kultural yang kondusif, yang mendorong peserta didik untuk berprilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam rangka program pengembangan diri itu sebagai berikut : a. Kepala madrasah, guru mata pelajaran, guru kelas, guru

pembimbing (konselor), dan personel sekolah lainnya seyogyanya memiliki kepedulian atau komitmen yang sejalan terhadap program pengembangan diri, seperti melalui pemberian keteladanan (modeling) dalam penampilan prilaku sehari-hari (berpakaian rapi, dan sopan, kedisiplinan, tanggung jawab, pengamalan ibadah).

b. Secara periodik madrasah menyelenggarakan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasional atau agama, serta peristiwa-perisiwa bersejarah. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan sikap nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air, dan keimanan kepada Allah SWT.

c. Menciptakan suasana sosial-emosional yang kondusif bagi perkembangan kematangan emosi dan sosial peserta didik, dengan cara memelihara hubungan yang hangat, penuh pengertian dan penerimaan antar personel di sekolah.

d. Menyiapkan sarana-prasarana yang mendukung perkembangan minat dan bakat siswa.

e. Menyediakan sarana ibadah sebagai laboratorium rohaniah yang cukup memadai serta memfungsikan secara maksimal.

Page 10: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

30

f. Menyediakan sarana kebersihan. 2. Terpadu dalam Proses Belajar Mengajar

Melalui mata pelajaran, para guru berupaya mengintegrasikan program pengembangan diri dengan materi pelajaran yang relevan, sehubungan dengan hal itu maka guru terlebih dahulu perlu memahami pengembangan diri tersebut.

3. Terpadu dalam Program Bimbingan dan Konseling Di sekolah-sekolah yang sudah menerapkan program

bimbingan konseling dan tersedia guru pembimbingnya, maka program pengembangan diri ini di integrasikan ke dalam program bimbingan tersebut. Dalam pelaksanaannya, guru pembimbing perlu menyusun program pengembangan diri yang meliputi rumusan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Terkait dengan alokasi 2 jam pembelajaran di kelas bagi pengembangan diri, maka guru pembimbing adalah personel sekolah yang paling memungkinkan untuk mengisinya.

4. Terpadu dalam Kegiatan Ekstra Kulikuler Kegiatan Ekstra kulikuler merupakan salah satu bagian

integral dari kurikulum yang memiliki nilai manfaat yang cukup besar bagi pengembangan pribadi peserta didik. Ekstrakulikuler ini dapat dijadikan wahana bagi penyelenggaraan program pengembangan diri, seperti melalui Pramuka, PMR, Kerohanian, Kesenian, Olahraga dan Bela Diri.15

C. Pembelajaran BTQ (Baca Tulis Qur’an) a. Pengertian BTQ (Baca Tulis Qur’an)

Sebelum dibahas mengenai BTQ (Baca Tulis Qur’an), terlebih dahulu diketahui tentang pengertian Al-Qur’an. Sebagaimana telah diketahui, Al-Qur’an adalah nama kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana nama kitab Taurat dan Injil. Kata Qur’an sendiri berasal dari kata “قرآن” yang berarti bacaan. Namun jika seseorang mendengarkan Al-Qur’an, maka yang dia dengarkan adalah bacaan kitab suci Al-Qur’an, bukan sekedar bacaan biasa. Mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an bearati bacaan

15 Ibid, h. 38-40.

Page 11: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

31

bersandarkan kepada firman Allah SWT, dalam surah Al-Qiyamah:

عاهحۥ واق حرءااناهحۥ ٦١ك ب ه ۦ ل سااناكا ل ت اعجالا ب ه ۦ لا تحار ناا جا فاإ ذااق اراأناهح ٦١إ ن عالاي

ناا ب ايااناهحۥ ٦١فاٱتب ع ق حرءااناهحۥ ٦١ثح إ ن عالاي Arinya: “Jika engkau Muhammad gerakkan lidahmu (untuk membaca

Al-Qur’an) karena hendak cepat-cepat (mengusai)nya. Sesungguhnya kami yang akan mengumpulkan (di dadamu) dan membacakannya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya kami yang akan menjelaskannya.16

Membaca adalah kunci menuju gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku hanya bisa digali dan dicari dengan kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil dalam penggalian ilmu, karena itu dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca sangat diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini.

Meskipun yang dimaksud disini adalah membaca tulisan, akan tetapi dalam membaca akan lebih melibatkan beberapa aspek dianataranya to think (berfikir), to feel (merasakan), dan juga to act (bertindak).17 Dalam hal membaca, H. M Budiyanto dalam bukunya Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ mengatakan bahwa seorang anak yang telah lulus iqro’ jilid 6 maka bisa dipastikan dapat membaca Al-Qur’an walaupun dengan pelan.18

Dalam kaitannya dengan pengajaran membaca Al-Qur’an, maka tujuan yang hendak dicapai adalah anak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Mengenai mengenal huruf-huruf, kemampuan mengeja dan mengetahui ilmu tajwid-nya adalah alat untuk mencapai tujuan tersebut.19

16Kementrian Agama RI, (Jakarta: PT Sinergi Pustaka Indonesia,2012) h. 6. 17 Hernowo, Quantum Reading, Cara Cepat dan Bermanfaat untuk Merangsang

Munculnya Potensi Membaca, (Bandung: Mizan Learning Center, 2003) h. 52. 18 H.M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ (Cara Cepat Belajar Membaca

Al-Qur’an), (Yogyakarta: Team Tadarus, 1995) h. 14. 19 H.M Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku iqro, h. 19.

Page 12: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

32

Dengan demikian bahwa seorang anak yang dikatakan mampu membaca Al-Qur’an apabila anak telah mengenal huruf kemudian mampu menglafalkannya dan mampu mempraktekkan ilmu tajwid meskipun tidak mengerti secara teori (hukum-hukum bacaannya).

Sedangkan pengertian menulis dalam kaitannya BTQ bukan berarti sekedar membuat huruf saja, akan tetapi menulis di sini dapat diartikan sebagai cara mengungkapkan sesuatu sampai menjadi tulisan yang layak dikatakan sebagai tulisan seperti, tulisan di dalam buku, di media massa, di blog dan sebagainya.

Kegiatan menulis tidak terlepas dengan kegiatan membaca. Untuk memperoleh hasil tulisan yang menarik dan bermanfaat bagi diri sendiri, khususnya dan secara umum, dibutuhkan wawasan yang luas. Sedangkan wawasan yang luas dapat diperoleh dengan kegiatan membaca.

Menulis dalam hal ini diarahkan untuk pembelajaran menulis Al-Qur’an anak–anak yang tinggal di Indonesia yang beragama Islam yang belum mampu menulis Al-Qur’an, karena belajar menulis Al-Qur’an akan lebih mudah ketika anak sudah mampu menulis latin. Untuk itu kemampuan menulis huruf latin adalah langkah awal untuk menulis Al-Qur’an.

Kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an merupakan dasar bagi anak untuk dapat mengamalkan dan mengajarkan Al-Qur’an serta mengamalkan ajaran agama Islam baik untuk dirinya atau untuk orang lain. Oleh karena itu tuntutan untuk dapat membaca dan menulis huruf Al-Qur’an mutlak sangat diperlukan.20 Dalam hadits yang amat terkenal dinyatakan:

اارقحدحوا فاا ن ماثالا القرآنا لانح ت اعالماهح ف اقاراأاهح واقااما ب ه كاماثال ت اعالمحوالقحرانا وااقرئ اوهح وا (رواه الترمذي)جارااب ماشحو م سكاا ي افحوحح ر يحهح ف كال ماكاان

Artinya: “Belajarlah Al-Qur’an lalu bacalah. Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang belajar, membaca

20 HR. Tirmidzi, Al Matjar Al-Rabih: 534 hadits nomor 1102; A. syarifuddin,

Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2004) h. 39.

Page 13: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

33

dan mengamalkannya, bagaikan wadah yang dipenuhi minyak kasturi yang semerbak baunya di setiap tempat.” 21

Demikian pula dengan kebenaran hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam, secara umum hadits dipahami sebagai sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya, kepribadian rasul sebagai uswatun hasanah yaitu sebagai contoh tauladan yang baik sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 21.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menebut Allah. 22

Dengan demikian ayat di atas memberi penjelasan bahwa kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW hendaknya dapat meniru kepribadian Rasul yaitu sifat Uswatun Hasanah yang mencerminkan suri tauladan yang baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat berusaha untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan pendidikan yang berorientasi pada Al-Qur’an khususnya tentang baca tulis Al-Qur’an untuk anak remaja. Dalam hadits dinyatakan:

ماامح رااع واماسئ اول عان راع يت ه : راع يت ه كالكحم رااع واكالم ماسئ حول عان روا ) اال (الترمذي

Artinya: “Setiap kamu adalah penggembala (pemimpin) dan setiap kamu pasti akan dimintai pertanggungjawabab dari gembalanya. Pemimpin adalah penggembala (rakyat) Dia akan dimintai pertanggungjawaban dari rakyat yang digembalakannya . 23

Dasar-dasar pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:

21 Jalaluddin bin Abdir Rohman, Jamiatus Shaghir Juz 1, (Mahtabah dan Al Ihya’al

Kutub al Arabiyah, 991 H), h. 39. 22 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang : CV Asy-Syifa, 1992) h.

670. 23 Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamiatus Shagir Jilid 2 (Maktabah dan Al

Ihya’al Kutub al Arabiyah Th.991 H) h. 92.

Page 14: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

34

a. Firman Allah Surat Al-Muzamil ayat 4: “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil/perlahan-lahan.” 24

b. Hadits Nabi Muhammad SAW:

رحكحم مان ت اعالما القحرآنا واعالماهح ي 25(رواه البخارى) خا

Artinya: “Sebaik-baiknya kalian semua adalah orang yang belajar Al-qur’an dan mengajarkannya.

c. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berurutan yaitu membaca dan menulis serta kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan Al-Qur’an.26 Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) juga dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam membaca dan menulis huruf Al-Qur’an melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan kebutuhan masayarakat akan pentingnya kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an untuk dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai kitab suci agamanya dan dalam rangka beragama Islam dengan baik dan benar.27

Karena Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan, maka Islam mewajibkan bagi setiap umatnya untuk dapat membaca Al-Qur’an. Bukan hanya membaca akan tetapi juga harus memahami makna yang terkandung di dalamnya agar memperoleh manfaat.

Dari uraian di atas dapat diperoleh pengertian Baca Tulis Qur’an (BTQ). Baca Tulis Qur’an merupakan suatu proses latihan yang menghasilkan perubahan-perubahan kemampuan membaca dan menulis kata-kata, huruf atau abjad dalam Al-Qur’an yang diawali dengan huruf alif sampai

24 QS.73: 4 . 25 Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamiatus Shagir Jilid 2, (Maktabah dan

Al Ihya’al Kutub al Arabiyah Th.991 H) h. 12. 26 Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Agama

Islam Kementian Agama Islam, Pedoman Ekstrakulikuler Dan Panduan Kegiatan Ekstrakulikuler PAI SMP, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam, 2015) h. 24.

27 Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamiataus Shogir Jilid 2, h. 3.

Page 15: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

35

dengan yaa yang dilihatnya dan mengarahkan segala tindakan untuk mengingat-ingatnya.

b. Tujuan, Manfaat dan Fungsi BTQ (Baca Tulis Qur’an) Tujuan Baca Tulis Qur’an (BTQ) adalah untuk

meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia melalui kecakapan dalam membaca dan menulis huruf Al-Qur’an yang nantinya diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan nasioal.

Disamping itu manfaat Baca Tulis Qur’an (BTQ) di sekolah diantaranya sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas Baca Tulis Al-Qur’an; (2) Membentuk semangat ibadah; (3) Membentuk Akhlakul Karimah; (4) Meningkatkan lulusan yang berkualitas; (5) Meningkatkan pemahaman dan pengalaman terhadap Al-Qur’an.

Adapun fungsi Baca Tulis Qur’an (BTQ) adalah sebagai salah satu sarana untuk mencetakgenerasi qur’ani yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia demi menyongsong masa depan yang gemilang.28

Sedangkan dalam buku Direktorat Pendidikan Agama Islam tujuan Baca Tulis Qur’an adalah sebagai berikut: (1) Menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar; (2) Menguasai makharijul huruf; (3) Menguasai ilmu tajwid; (4) Membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.29

c. Metode-metode BTQ (Baca Tulis Qur’an) Prinsip Baca Tulis Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan

dengan bermacam-macam metode. Diantaranya metode-metode itu sebagai berikut: 1) Metode Musyafahah (Adu Lidah)

Pertama guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui

28 Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamiataus Shogir Jilid 2, h. 4. 29 Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Agama

Islam Kementian Agama Islam, Pedoman Ekstrakulikuler Dan Panduan Kegiatan Ekstrakulikuler PAI SMP, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam, 2015) h. 23.

Page 16: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

36

lidahnya. Sedangkan anak atau murid dapat melihat dan menyaksikan langsung praktek keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukan.

2) Metode Ardul Qiro’ah atau sorogan atau individual Yaitu murid membaca di depan guru, sedangkan guru

menyimaknya. Metode ini dipraktekkan Rasulullah SAW bersama malaikat Jibril ketika tes bacaan Al-Qur’an pada saat di bulan Ramadhan.

3) Metode Klasikal Guru-guru mengulang-ulang bacaan, sedangkan anak

atau murid menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar.30

4) Metode menghafal Metode menghafal digunakan dalam mengerjakan

materi yang bersifat hafalan. Misalnya bacaan surat-surat pendek dan sebagainya. Metode menghafal ini erat hubungannya dengan metode yang pertama, karena untuk dapat menghafal dengan baik terlebih dahulu anak melihat contoh-contoh yang benar.

Metode menghafal adalah cara mengajar anak yang dilakukan guru dengan menyuruh anak supaya menghafal sesuatu bahan agar menjadi milik anak. Metode ini baik untuk anak pada periode sekolah rendah, karena anak masih kuat ingatannya. Untuk menghindari anak tidak mengerti apa yang dihafalkannya guru dapat menanamkan maksud dan arti dari hafalan yang diberikan kepada anak.

Sementara menurut pendapat Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi : Sebelum belajar membaca dan menulis, anak-anak belajar surat-surat singkat dari al Qur’an secara lisan, yaitu dengan jalan membacakan kepada mereka surat-surat singkat dan merekapun membaca bersama-sama, hal ini diulang berkali-kali sampai mereka hafal diluar kepala. Dalam hal ini guru meminta bantuan kepada murid-murid yang agak besar untuk mengajar anak-anak yang masih mula-mula belajar.

30 A. Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an,

(Jakarta: Gema Insani, 2004) h. 81.

Page 17: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

37

Dalam metode ini penjelasan arti dari surat-surat yang mereka hafal tidak dipentingkan, murid-murid tersebut menghafal tanpa mengerti maksudnya hanya sekedar mengambil berkat dari al Qur’an dan menanamkan jiwa keagamaan, jiwa yang shaleh dan taqwa di dalam diri anak-anak yang masih muda itu, dan dengan keyakinan bahwa periode anak-anak adalah waktu yang sebaik-baiknya buat penghafalan secara otomatis dan memperkuat ingatannya.31

5) Metode Penugasan Metode tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan

dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.32 Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa.

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan BTQ (Baca Tulis Qur’an)

Menurut Mulyono Abdul Rahman kemampuan belajar membaca dan menulis Al-Qur’an secaraumum dipengaruhi oleh adanya faktor internal maupun faktor eksternal.33 1) Faktor Internal

Merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa khususnya pula penguasaan baca tulis Al-Qur’an siswa. Adapun yang termasuk faktor internal adalah sebagai berikut: a) Bakat

Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, pembawaan) yang dibawa sejak lahir.34 Dengan demikian bakat adalah kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan

31 Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1977) h. 182. 32 Syaiful Bahri Djamarah Dan aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010) h. 85. 33 Mulyono Abdur Rahman, Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2001) h. 224. 34 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) h. 93.

Page 18: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

38

yang sudah ada sejak manusia itu ada. Atau secara sederhana bakat merupakan kemampuan/potensi yang dimiliki oleh setiap orang sejak dia lahir. Walaupun demikian bakat setiap orang tidaklah sama. Setiap orang mempunyai bakat sendiri-sendiri yang berbeda dan ini merupakan anugrah dari tuhan.

Dalam hal ini, belajar mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap proses pencapaian prestasi seseorang. Dan karena perbedaan bakat yang dimiliki setiap orang maka ada kalanya seorang belajar dapat dengan cepat/lambat.

b) Minat Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke

jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuatu kebutuhan.35

c) Inteligensi Inteligensi adalah kemampuan untuk memudahkan

penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang.36 Kemampuan inteligensi seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu: (a) Cepat menangkap isi pelajaran; (b) Tahan dalam memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan; (c) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif; (d) Cepat memahami prinsip dan pengertian; (e) Sanggup bekerja dengan pengertian abstrak; (f) Memiliki minat yang luas.37

Inteligensi ini sangat dibutuhkan sekali dalam belajar, karena dengan tingginya inteligensi seseorang maka akan lebih cepat menerima pelajaran yang diberikan.

2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri

siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi

35 Zakiyah Darajat, Metodik khusus PengajaranAagam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2003) h. 133. 36 Omar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al

Gensido,2002) h. 89. 37 Zakiyah Darajat, Metodik khusus PengajaranAagam Islam, h. 119.

Page 19: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

39

kemampuan belajar siswa membac menulis Al-Qur’an adalah sebagai berikut: a) Guru

Guru adalah tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisa dan mengumpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaknya mempunyai cita-cita yang tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berkeprimanusiaan yang mendalam.38

Dengan kepribadian seorang guru maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bimbingan belajar terutam masalah belajar.

b) Kurikulum Sekolah Kurikulum adalah merupakan landasan yang

digunkan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental.39

Dalam proses belajarnya, siswa akan dengan santai dan gembira melakukan aktivitas belajar. Apalagi proses pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an yang merupakan kesulitan bagi siswa apabila penetapan kurikulum yang tidak sesuai maka akan malah menjadi faktor penghambat kemajuan prestasi belajar siswa.

c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat yang dimaksud disini adalah

lingkungan di luar sekolah, lingkungan masyarakat dapat berarti lingkungan keluarga dan lingkungan sekelilingnya.

Lingkungan masyarakat ini sangat besar sekali pengaruhnya dalam ikut serta menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena lingkungan masyarakat lingkungan yang secara langsung berkesinambungan dengan aktivitas sehari-hari siswa setelah pulang dari sekolah. Sekolah peran serta lingkungan masyarakat dalam

38 M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta:

Ciputat Press, 2002) h. 8. 39 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) h. 56.

Page 20: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

40

ikut meningkatkan prestasi di bidang pendidikan sangat diperlukan sekali.

D. Kajian tentang Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang telah tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Selain itu juga ada sebagian orang yang hanya memandang belajar sebagai latihan belaka, yang berupa latihan membaca dan menulis. Untuk meghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, penyusun akan melengkapi sebagian definisi mereka dengan komentar dan interprestasi seperlunya.

Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology sebagaimana yang diungkapan Muhibbin Syah, membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan yang pertama yang berbunyi, belajar adalah perolehan perubahan tingkah lakuyang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua berbunyi, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.40

Menutut Witting dalam bukunya Psychology of Learning, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisasi sebagai hasil pengalaman.41

Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan akatifitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar ditingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, perguruan tinggi dan kegiatan pendidikan lainnya. Belajar merupakan aktivitas

40 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2006) h. 89-90. 41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, h. 90.

Page 21: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

41

yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman.42

b. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Pelaku

belajar adalah siswa. Hasil belajar proses belajar atau proses pembelajaran.43 Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan perbuatan tingkah laku yang lebih baik lagi. Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan pengalaman belajarnya.

Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya.44 Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksinal, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi dan internalisasi.

3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,

42 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media Group,2008) h. 12. 43 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2003) h. 152-153. 44 Nana Sudjana, Penilaian Hasl Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT

Rosdakarya, 2011) h. 22.

Page 22: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

42

gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam mengusai isi bahan pengajaran.45

c. Penilaian hasil belajar Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat hasil belajar

tersebut dapat melalui dapat dilakukan melaului tes hasil. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes hasil belajar dapat digolongkankan ke dalam penilaian berikut: 1) Tes formatif, merupakan penilaian yang digunakan untuk

mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

2) Tes Subsumatif, meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.

3) Tes Sumatif, diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.46

d. Evaluasi hasil belajar

45 Nana Sudjana, Penilaian Hasl Belajar, h. 23. 46 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta,2010) h. 106-107.

Page 23: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

43

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang ditujukan siswa setelah melakukan kegiatan belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa tentunya kita harus melakukan evaluasi. Davies mengemukakan evaluasi merupakan proses sederhana memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

Hasil dalam kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut: 1) Diagnosik dan pengembangan. Maksudnya adalah

penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya.

2) Untuk seleksi hasil dari kegiatan evaluasi seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu.

3) Kenaikan kelas menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru.

4) Penempatan agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.

E. Penutup Kemampuan untuk membaca dan menulis merupakan

kompetensi dasar yang harus dikuasai bagi siswa muslim. Kemampuan tersebut senantiasa dibutuhkan dalam berbagai hal di dalam keseharian, tidak hanya terbatas di lingkup kelembagaan sebagaimana sekedar untuk suatu formalitas duniawi. Kemampuan tersebut mencakup tata cara, metode, hingga evaluasi sebagau tolak-ukur sejauhmana hasil yang diperoleh dari pembelajaran BTQ yang ditempuh. Bilamana dirasa cukup pada titik tertentu, maka harapan selanjutnya adalah agar hasil didikan tersebut dapat secara ikhlas ditularkan (diajarkan) kepada yang lain yang belum mengerti BTQ.

Page 24: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

44

Daftar Pustaka Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008 Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Bulan

Bintang. 1977 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media Group, 2008 Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 1992 Departemen Agama. Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri untuk Madrasah.

Jakarta: Departemen Agama RI. 2005 Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Agama

Islam Kementian Agama Islam, Pedoman Ekstrakulikuler Dan Panduan Kegiatan Ekstrakulikuler PAI SMP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam, 2015

E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya. 2006

H.M. Budiyanto. Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ (Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an). Yogyakarta: Team Tadarus. 1995

Hamalik, Omar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al Gensido. 2002

Hernowo. Quantum Reading, Cara Cepat dan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning Center. 2003

HR. Tirmidzi, Al Matjar Al-Rabih: 534 hadits nomor 1102; A. Syarifuddin. Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani. 2004

Jalaluddin bin Abdir Rohman. Jamiatus Shaghir Juz 1 dan 2. Maktabah dan Al Ihya’al Kutub al Arabiyah. 991 H

Kementrian Agama RI. Jakarta: PT Sinergi Pustaka Indonesia. 2012 Kunandar. Guru Profesional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 2010 M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:

Ciputat Press, 2002 Mulyono Abdur Rahman. Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta. 2001 Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002 Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Panduan Pelaksanaan Karakter. Jakarta:

Kemendiknas. 2011 Sudjana, Nana. Penilaian Hasl Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Rosdakarya. 2011

Page 25: Urgensi Pengembangan Diri dalam Pembelajaran Baca Tulis …

Urgensi Pengembangan Diri dalam ... Tafsil Saifuddin Ahmad

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

45

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

Syaiful Bahri Djamarah Dan aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2010

Syauki, Ahmad. Lintas Sejarah Al-Qur’an. Bandung: Sulita. 1998 Zuhairini dan Abdul Ghafir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Malang: UM Press. 2004