uraian bahan dan cara kerja bslt

15
A. Uraian Bahan 1. Ekstrak ragi (Ditjen POM, 1979) Nama resmi : Ekstrak ragi Sinonim : Sari ragi Pemerian : Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas tidak busuk Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan kuning sampai coklat, bereaksi asam lemah Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik. Kegunaan : Sebagai sumber makanan Artemia salina 2. Etanol (Ditjen POM, 1979) Nama Resmi : AETHANOLUM Nama Lain : Etanol, etil alcohol Rumus molekul : C 2 H 5 OH Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah menguap, bau

Upload: rinii-andrianii

Post on 18-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Farmakologi

TRANSCRIPT

A. Uraian Bahan1. Ekstrak ragi (Ditjen POM, 1979)Nama resmi: Ekstrak ragiSinonim: Sari ragiPemerian: Kuning kemerahan sampai coklat, bau khas tidak busukKelarutan: Larut dalam air, membentuk larutan kuning sampai coklat, bereaksi asam lemahPenyimpanan: Dalam wadah tertrutup baik.Kegunaan : Sebagai sumber makananArtemia salina2. Etanol (Ditjen POM, 1979)Nama Resmi: AETHANOLUM Nama Lain: Etanol, etil alcohol Rumus molekul: C2H5OHPemerian: Cairan tidak berwarna, jernih, dan mudah menguap, bau khas, rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala biru.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta dalam kloroform.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahayaKegunaan: Sebagai Pelarut 3. Air Suling (Ditjen POM,1979)Nama resmi: AQUA DESTILLATA Sinonim: Air suling, aquadesRM/BM: H2O / 18,02Rumus bangun : H-O-HPemerian: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Penyimpanan: Dalam wadah tertrutup baik.Kegunaan : Sebagai pelarut4. Air Laut (Pramayudi, 2009)Tabel 1. Rata-rata konsentrasi ion pada air laut (Brown et al 1989)

IonParts per thousand by weight

Chloride, Cl-18.98

Sodium, Na+10.556

Sulphate, SO42-2.649

Magnesium, Mg2+1.272

Calcium, Ca2+0.400

Potassium, K+0.380

Bicarbonate, HCO3-0.140

Bromide, Br-0.065

Borate, H2BO3-0.026

Srontium, Sr2+0.013

Fluoride, F-0.001

Komposisi :Rata-rata konsentrasi garam-garam terlarut di air laut berkisar 3.5%, namun konsentrasi tersebut tergantung pada lokasi dan laju evaporasi.B. Uraian Tumbuhan1. Ekstrak sawo manila (http://plantamor.com)Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Ebenales Famili:SapotaceaeGenus:ManilkaraSpesies:Manilkara zapota(L.) van Royen2. Morfologi sawo manila (Steenis, 2005)Pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40m. Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh bagiannya mengandunglateks, getah berwarna putih susu yang kental. Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur jorong sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-15cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji, bertangkai 1-3,5cm, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah. Bunga-bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 12cm, kerapkali menggantung, diameter bunga s/d 1,5cm, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah panjang tabung. Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, 3-6 x 38cm, coklat kemerahan sampai kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah mengelupas, sering dengan sisa tangkai putik yang mengering di ujungnya. Berkulit tipis, dengan daging buah yang lembut dan kadang-kadang memasir, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun kebanyakan kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap, panjang lk. 2cm, keping biji berwarna putih lilin. Tumbuhan ini dapat diperbanyak denganbijiataupuncangkok.3. Kandungan kimia dan kegunaan (Setiawan, 2006)Daun dan batang sawo manila mengandung flavonoid, disamping itu daun juga mengandung saponin dan batangnya juga mengandung tanin. Beberapa bagian pohon sawo digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk mengatasi diare (tanin yang terkandung padakulit batang), demam (tanin dan biji), dan bahan bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin (bunga), Ekstrak daun sawo manila dengan kadar 0,5%, 1%, dan 2% dapat meningkatkan kelarutan batuginjaldangaramkalsiumlainnya. C. Uraian Hewan cobaLarva Udang (Artemia salinaLeach)a. Klasifikasi (Mudjiman, 1998)Filum: ArthopodaDivisio : CrustaceaeSubdivisio: BranchiopodaOrdo : AnostracaFamili : ArtemiidaeGenus : ArtemiaSpecies :Artemia salina Lb. Morfologi (Mudjiman, 1998)Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup, tetapi secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat berlainan, yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur yang baru dipanen dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 . Dalam pertumbuhannya larva mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup, setelah itu berubah menjadi artemia dewasa. Waktu yang diperlukan sampai menjadi artemia dewasa umumnya sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder dengan panjang 12-15 mm. Tubuh terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula. Dada terbagi atas 12 segmen yang masing-masing mempunyai sepasang kaki renang. Perut ternagi atas 8 segmen. Dapat hidup dalam air dengan suhu 25o-30oC dan pH sekitar 8-9.c. Uraian tentang Larva (Mudjiman, 1998)Telur-telur yang kering direndam dalam air laut yang bersuhu 25oC akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam cangkangnya keluarlah burayak (larva) yang juga dikenal dengan istilah nauplius. Dalam perkembangan selanjutnya, burayak akan mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis). Burayak tingkat I dinamakan instar, tingkat II instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar XV. Setelah itu berubahlah mereka menjadi artemia dewasa.Burayak yang baru saja menetas masih dalam tingkat Instar I bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron (0,4 mm) dan beratnya 15 mikrogram. Warnanya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung makanan cadangan. Oleh karena itu, mereka masih belum perlu makanan.Anggota badannya terdiri dari sungut kecil (antenula atau antena I dan sepasang sungut besar (antenna II). Dibagian depan diantara kedua sungut kecilnya terdapat bintik merah yang tidak lain adalah mata naupliusnya (oselus). Dibelakang sungut besar terdapat sepasang mandibula (rahang) dan rudimenter kecil. Sedangkan dibagian perur (ventral) sebelah depan terdapatlah labrum.Pada pangkal sungut besar (antena II) terdapat bangunan seperti duri yang menghadap ke belakang (gnotobasen seta) bangunan ini merupakan cirri khusus untuk membedakan burayak instar I, instar II dan instar III. Pada burayak instar I (baru menetas) gnotobasen setanya masih belum berbulu dan juga belum bercabang.Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah menjadi instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi instar III.Pada tingkatan II, gnotobasen setanya sudah berbulu tapi masih belum bercabang. Sedangkan pada instar III, selain berbulu gnotobasen seta tersebut sudah bercabang II.Pada tingkatan instar II, burayak mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu, mereka mulai mencari makan, bersamaan dengan itu, cadangan makanannya juga sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya dengan cara menggerak-gerakkan antena II-nya. Selain itu untuk mengumpulkan makanan antena II juga berfungsi untuk bergerak. Tubuh instar II dan instar III sudah lebih panjang dari instar I.Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur berubah menjadi bertangkai. Selain itu, dibagian samping badannya (kanan dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian depan kemudian berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan berubah menjadi artemia dewasa.Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur berubah menjadi bertangkai. Selain itu, dibagian samping badannya (kanan dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian depan kemudian berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan berubah menjadi artemia dewasa.

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Aerator, alu, batang pengaduk, corong, gelas ukur 10ml, kaca arloji, lumping, mikropipet, neraca analitik, pipet skala 1 ml, pipet tetes, seperangkat alat penetsan telur dan Vial.B. BahanAdapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Air laut, air suling, ekstrak ragi, ekstrak sawo manila (Manilkara zapota), etanol dan tween 80.C. Hewan CobaAdapun hewan coba yang di guankan pada praktikum ini adalah Larva udang(Artemia salina L).D. Cara Kerja1. Penyiapan Larvaa. Direndam sebanyak 50 mg telurArtemia salinaLeach dalam wadah yang berisi 250 ml air laut pada pH 8-9b. Diletakkan di bawah cahaya lampu yang telah dilengkapi dengan aerator pada suhu 25oC.c. Didiamkan selama 24 jam sambil terus diamati, telur udang tersebut akan menetap dan menjadi larva. Larva yang telah berumur 48 jam, digunakan sebagai hewan uji aktivitas ketoksikan.2. Penyiapan Bahana. Pembuatan suspensi ragi Disiapkan alat dan bahan Ditimbang ragi0,1mg Ditambahkan dengan10ml air laut lalu diaduk lagi hingga homogen Disimpan ragi tersebut dalam vial dan siap digunakanb. Pembuatan ekstrak sawo manila Disiapkan alat dan bahan Ditimbang ekstrak sawo manila 0,1 g Dilarutkan dengan 2 tetes tween 80 Dimasukkan ekstrak yang telah ditimbang ke dalam vial Ditambahkan etanol sampai dengan 10 ml Dihomogenkan3. Perlakuan Hewan Cobaa. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakanb. Dipipet ke dalam ekstrak Mengkudu dengan menggunakan mikropipet kedalam masing-masing vial yang berisi sesuai konsentrasi yang telah ditetapkan yaitu 0,1 g/ml, 1 g/ml, 10 g/ml dan 100 g/ml.c. Diuapkan dengan hair dryer.d. Dimasukkan 5 ml air laut lalu kedalam tiap vial ditambahkandimasukkan 10 ekor larva udang (Artemia salinaLeach) dan dicukupkan dengan air laut hingga 10 ml.e. Ditambahkan dengan ragi.f. Dibiarkan selama 1x 24 jamg. DiamatiLC50h. Dilakukancara diatas denganreplikasi sebanyak 4 kali dan 1 seri sebagai uji control.