upgrading batubara subituminous dengan metode flotasi dan blending dengan batubara bituminous untuk...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Batubara dapat menjadi bahan bakar alternatif mengingat cadangan
melimpah, menurut Assosiasi Batubara Kanada bahwa cadangan
batubara sebagai bahan bakar fosil menempati peringkat pertama di
dunia yaitu mencapai 91%, sementara gas hanya 5% dan sisanya minyak
sekitar 4%. Di Indonesia cadangan batubara mencapai 38,8 milyar ton,
namun kualitas batubara tersebut sebagian masih tergolong peringkat
rendah, nilai kalornya belum maksimal, kandungan sulfur dan abu (ash)
nya tinggi sehingga belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar di industri. Kandungan sulfur dan abu batubara yang tinggi
dapat menyebabkan kerusakan alat pembakaran (korosi) dan
menimbulkan pencemaran pada lingkungan. (Aladin, et al. 2005)
Limbah besi, sisa hasil olahan industri baik dalam bentuk batangan
maupun serbuk berpotensi menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan. Dalam Al-Qur’an surah Ar Rum ayat 41 telah mengisyaratkan
tindakan tersebut, yang berbunyi:
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar). (Q.S. Ar Rum Ayat 41)
Salah satu alternatif mengatasinya adalah dengan mengolahnya
menjadi besi (II) dalam bentuk senyawa fero dan besi (III) dalam bentuk
senyawa feri. Besi (II) dan besi besi (III) ini memiliki banyak manfaat,
sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Dalam Al-Qur’an surah
Al Hadiid ayat 25 telah mengisyaratkan tindakan tersebut, yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya
mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa
yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Aladin, dkk (2002) telah membuktikan bahwa reduksi sulfur
anorganik (pirit) batubara memungkinkan dilakukan dengan menggunakan
oksidator feri sulfat. Dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 190 telah
mengisyaratkan hal tersebut, yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.
Indonesia yang terletak pada jalur tropis deretan pegunungan
berapi yang menyebabkan indonesia sangat kaya dengan jenis-jenis
batuan alam seperti batu kapur (gamping), batu kali, pasir, marmer,
kalsite, pyrite, batu apung dan lain-lain. Batu apung (pumice) adalah
bahan galian industri yang cukup berperan dalam sektor industri, baik
sebagai bahan utama maupun sebagai bahan tambahan. Batu Apung
dengan kandungan utama silika, alumina, dan logam-logan oksida lainnya
dapat dimanfaatkan sebagai katalisator logam dalam reaksi oksidasi besi
II menjadi besi III, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan Aladin dkk
pada tahun 2010. Hanya unjuk kerja katalis alam batu apung secara
langsung dalam pengolahan oksidasi besi II menjadi besi III tersebut
hanya menghasilkan konversi reaksi maksimum 55% walaupun telah
beroperasi kondisi-kondisi reaksi optimum diantaranya waktu, temperatur
dan pengadukan.
Untuk meningkatkan unjuk kerja katalis logam yang ada dalam batu
apung, sebelum penggunaannya, diperlukan praperlakuan dalam bentuk
aktivasi katalis. Hal ini bisanya dilakukan dengan cara perendaman dalam
larutan asam pada konsentrasi dan waktu tertentu sebagaimana yang
telah dilakukan oleh Rachwalik, et al (2005) dan Nike Dwi Savitri dan
Veronica (2006) aktivasi katalis zeolit menggunakan larutan asam klorida.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirancang
penelitian depiritisasi batubara secara kimia menggunakan oksidator feri
sulfat hasil olahan limbah besi. Penelitian ini memiliki tujuan utama, yaitu
mendapatkan sebuah metode dalam mereduksi kandungan sulfur pirit
batubara sehingga memenuhi kriteria untuk dimanfaatkan sebagai bahan
bakar di industri. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mencari
metode pengaktivasian batu apung dengan menggunakan larutan asam
klorida sebagai katalisator dalam pengolahan limbah besi II menjadi besi
III (fei sulfat), sekaligus mencari kondisi-kondisi optimum aktivasi.
3. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat langsung yaitu
mengeliminir problem limbah sulfur batubara, sekaligus meningkatkan
kualitas batubara yang pada akhirnya meningkatkan nilai ekonomi
batubara tersebut yang berarti dapat meningkatkan kesejahtraan bangsa
Indonesia. Manfaat tidak langsung mengeliminir problem limbah besi
sehingga terhindar dari dampak pencemaran lingkungan, sekaligus
memberikan nilai ekonomi terhadap hasil olahan limbah besi tersebut dan
meningkatkan nilai ekonomi sumber daya alam batu apung.
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini bermanfaat dalam memahami
fenomena dan mekanisme depiritsasi batubara menggunakan oksidator
besi III sulfat, termasuk memahami mekanisme aktivasi katalis alam batu
apung. Manfaat penting lainnya adalah tersedianya refrensi berupa data
kinetika dari hasil penelitian ini yang dapat dimanfaatkan dalam
perancangan reaktor skala industri untuk desulfurisasi batubara.
4. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, dipelajari kondisi-kondisi optimum
desulfurisasi batubara menggunakan katalis batu apung untuk
menghasilkan oksidator besi (III) hasil olahan limbah besi (II) dengan
meneliti variabel-variabel aktivasi yaitu waktu aktivasi, konsentrasi HCl
dan ukuran batu apung.