upaya restorasi cagar alam selat …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/hal... ·...

23
BERBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI CAGAR ALAM SELAT SEBUKU Oleh : Hendra Ambo Basiang dan Eko Priyanto RINGKASAN Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan perwakilan tipe ekosistem mangrove dan hutan dataran rendah yang unik memiliki berbagai jenis fauna yang dilindungi serta flora khas hutan mangrove dan hutan dataran rendah. Gangguan terhadap kawasan CA. Kelautku berupa pembuatan tambak liar dan penebangan kayu pada area CA. Kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di CA Kelautku, khususnya P. Sebuku dititik-beratkan pada kekayaan tumbuhan yang ada, dan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi tumbuhan, permudaan alam, dan tingkat kerusakan ekosistem mangrove di P. Sebuku. Metode yang digunakan yaitu analisis vegetasi untuk menghitung potensi tumbuhannya, serta pengukuran parameter iklim mikro dan sifat fisik-kima tanahnya. Hasil kegiatan analisis vegetasi menunjukkan potensi permudaan alam area tambak sangat sedikit, dan adanya guludan di tepian tambak menghalangi penyebaran biji mangrove melaui arus air ke area tambak dari tegakan mangrove di sekitarnya sehingga proses restorasi alami menjadi terhambat. Sedangkan pada bekas tebangan, permudaan alam berupa tumbuhan tingkat semai sangat banyak sehingga ada jaminan proses suksesi secara alami dapat berlangsung dengan baik. Kata kunci : keanekaragaman jenis, potensi permudaan, mangrove, restorasi, suksesi I. PENDAHULUAN Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku ditunjuk pada tanggal 24 September 1981 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

Upload: phamcong

Post on 18-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

BERBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN MANGROVE

DI CAGAR ALAM SELAT SEBUKUOleh :

Hendra Ambo Basiang dan Eko Priyanto

RINGKASAN

Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan perwakilan tipe ekosistem mangrove dan hutan dataran rendah yang unik memiliki berbagai jenis fauna yang dilindungi serta flora khas hutan mangrove dan hutan dataran rendah. Gangguan terhadap kawasan CA. Kelautku berupa pembuatan tambak liar dan penebangan kayu pada area CA. Kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di CA Kelautku, khususnya P. Sebuku dititik-beratkan pada kekayaan tumbuhan yang ada, dan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi tumbuhan, permudaan alam, dan tingkat kerusakan ekosistem mangrove di P. Sebuku. Metode yang digunakan yaitu analisis vegetasi untuk menghitung potensi tumbuhannya, serta pengukuran parameter iklim mikro dan sifat fisik-kima tanahnya. Hasil kegiatan analisis vegetasi menunjukkan potensi permudaan alam area tambak sangat sedikit, dan adanya guludan di tepian tambak menghalangi penyebaran biji mangrove melaui arus air ke area tambak dari tegakan mangrove di sekitarnya sehingga proses restorasi alami menjadi terhambat. Sedangkan pada bekas tebangan, permudaan alam berupa tumbuhan tingkat semai sangat banyak sehingga ada jaminan proses suksesi secara alami dapat berlangsung dengan baik.Kata kunci : keanekaragaman jenis, potensi permudaan, mangrove,

restorasi, suksesi

I. PENDAHULUANCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku

ditunjuk pada tanggal 24 September 1981 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 827/Kpts/Um/9/1981. Setelah ditata batas pada tahun 1982 - 1984, kawasan ini ditetapkan dengan

Page 2: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 329/Kpts-II/1987 tanggal 14 Oktober 1987 seluas 66.650 ha.

Dalam perkembangannya selanjutnya, ± 1.628,8 ha arealnya dirubah fungsi berdasarkan Surat Menteri Kehutanan Nomor: 23/Menhut-VII/1998 tanggal 8 Januari 1998 yang memberikan persetujuan perubahan fungsi sebagian kawasan Cagar Alam Selat Sebuku seluas ± 1.050 ha menjadi Hutan Produksi Tetap, dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 478/Kpts-II/1999 tanggal 29 Juni 1999 yang mengalifungsikan Cagar Alam Selat Laut seluas ± 465 ha (realisasi ± 578,8 ha) menjadi Hutan Produksi dapat Dikonversi.

UU No. 5 tahun 1990 menyatakan bahwa kawasan cagar alam diperuntukkan bagi upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Sementara itu PP No. 68 tahun 1998 menegaskan bahwa kegiatan yang boleh dilakukan pada kawasan dengan status ini adalah perlindungan dan pengamanan kawasan; inventarisasi potensi kawasan, serta penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengawetan. Peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta kebutuhan ekonomi dan pembangunan menimbulkan tekanan yang semakin tinggi terhadap kawasan CA berupa penurunan kualitas dan kuantitas kawasan. Pembuatan tambak di kawasan CA. Selat Sebuku mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove yang ada. Ketentuan bahwa pada kawasan CA tidak boleh ada perlakuan apapun menjadi dilema bagi BKSDA Kalsel sebagai pengelola kawasan. Di satu sisi, membiarkan penurunan kualitas kawasan

106

Page 3: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

akan mempertinggi kerentanan kawasan terhadap gangguan lain yang akan berakibat penyempitan kawasan dengan ekosistem khas ini, sedangkan di lain sisi, kegiatan perbaikan kualitas ekosistem terganjal oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah sendiri.

Berbagai macam gangguan yang sedang dialami kawasan saat ini terutama dari kegiatan pertambakan, perkebunan, pelabuhan khusus, industri, persawahan, pemukiman dan penebangan liar. Inventarisasi berbagai gangguan yang terjadi serta potensi kawasan yang ada perlu dilakukan guna tindakan pengelolaan lebih lanjut.

II. METODE PENGAMATANA. Lokasi

Kegiatan pengamatan terhadap kondisi hutan mangrove di Cagar Alam Pulau Sebuku ini dilaksanakan pada daerah yang bernama Tanah Putih didalam kawasan Cagar Alam Pulau Sebuku yang juga berbatasan dengan lokasi pertambangan batubara PT. Bahari Cakrawala Sebuku (BCS). Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan pengamatan atas kerusakan terhadap kondisi hutan mangrove yang ditinjau dari berbagai macam penyebabnya.

B. Bahan dan Alat

107

Page 4: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

Objek yang menjadi pengamatan adalah kawasan hutan mangrove, sedangkan peralatan yang digunakan berupa pita meter, haga hypsometer, anemometer,dan pH meter.

C. Metode

Kegiatan pengamatan ini berupa observasi/pengamatan lapangan pada kawasan CA. Selat Sebuku. Metode pengamatan berupa pengukuran terhadap berbagai parameter keragaman hayati, yaitu jenis-jenis tumbuhan untuk tingkat pohon, tiang, pancang, anakan dan vegetasi bawah melalui analisis vegetasi, dan pengukuran iklim mikro.

Adapun tahapan kegiatan analisis vegetasi dapat diuraikan sebagai berikut :

Pengambilan data tumbuhan di lapangan dilakukan dengan cara analisis vegetasi pada petak ukur pada area bekas tambak, bekas tebangan liar dan tegakan mangrove yang masih asli pada area CA. Plot diletakan secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan kondisi hutan mangrove yang telah disebutkan diatas. Plot berukuran 2 m x 2 m digunakan untuk mengamati tumbuhan bawah dan tingkat semai dengan cara mencatat nama-nama jenis yang terdapat di dalamnya. Plot berukuran 5 m x 5 m digunakan untuk mengamati tingkat pancang, sedangkan plot-plot yang berukuran 10 m x 10 m digunakan untuk mengamati tingkat tiang dan pohon. Tingkat tiang dan pohon dicatat jumlah jenis, jumlah individu tiap jenis serta diameter batang.

108

Page 5: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

Analisis vegetasi dilakukan dengan motode seperti yang tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Sketsa bentuk plot pengamatan

Keterangan : = = petak pengukuran untuk tiang dan pohon (10 m x 10 m) = petak pengukuran untuk pancang (5 m x 5 m) = petak pengukuran untuk semai dan tumbuhan bawah (2 m x 2)

Data dianalisis menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : Kerapatan (K)

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis pada suatu lokasi tertentu, yang dirumuskan:

Kerapatan Relatif (KR)

Kerapatan Relatif adalah persentase kerapatan jenis terhadap kerapatan dari seluruh jenis, dirumuskan :

Frekuensi (F)

109

Kerapatan =

Jumlah jenisLuas keseluruhan petak

contoh

Kerapatan Relatif =

Kerapatan suatu jenisKerapatan Seluruh

JenisX 100 %

Page 6: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

Frekuensi adalah pembandingan banyaknya petak contoh yang ditemui suatu jenis terhadap seluruh petak contoh yang dibuat, dirumuskan:

Frekuensi Relatif (FR)

Frekuensi relatif adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis, dirumuskan :

Dominansi

Dominansi Relatif

Indeks Nilai Penting (INP)

Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu tegakan atau areal tertentu, dirumuskan :

INP = Kerapatan Relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR) + Dominansi Relatif (DR)

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan penggalian informasi melalui wawancara dan diskusi informal dapat ditarik kesimpulan

110

Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenisFrekuensi Seluruh Jenis X 100 %

Dominansi Relatif =Dominansi suatu jenisDominansi Seluruh

JenisX 100 %

Dominansi =Luas bidang dasar suatu jenis Luas keseluruhan petak

contoh

Frekuensi =jumlah plot ditemukan suatu jenisjumlah seluruh plot

pengamatan

Page 7: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

bahwa gangguan terhadap keberadaan hutan mangrove di dalam kawasan C.A. Pulau Sebuku tepatnya didaerah Tanah Putih lebih disebabkan oleh 2 kegiatan utama yaitu pembukaan hutan mangrove untuk pertambakan ikan dan udang serta penebangan pohon mangrove untuk pembuatan bagang (tempat mencari ikan dilaut), adapun data tentang kondisi hutan mangrove dilokasi pengamatan dapat disajikan pada uraian diawah ini :

A. Hutan Mangrove sebelum Tambak (Pra-Tambak)

Areal pra tambak ini merupakan areal yang terbuka, yang sebelumnya merupakan hutan mangrove kemudian dilakukan pembukaan lahan hutan untuk maksud pembuatan tambak, namun kegiatan ini terhenti akibat adanya operasi rutin dan razia dari unit Polisi Hutan BKSDA Banjarbaru sehingga belum sempat diusahakan sebagai tambak, namun demikian kondisi hutan mangrove telah mengalami kerusakan karena telah terbuka dan dibuat kolam tambak. Pada lokasi ini besarnya suhu udara sebesar 30,4 C, kecepatan angin 5,7 m/s, dan pH tanah 7. Kegiatan pembukaan hutan mangrove untuk tambak ini diperkirakan terjadi pada tahun 2006.

Pada area pra-tambak ditemukan 2 jenis tumbuhan mangrove yaitu Rhizophora apiculata dan Ceriops tagal, kedua jenis ini ditemukan pada level pancang. Sedangkan tingkat semai, tiang, dan pohon, tidak ditemukan satu jenispun. INP tingkat pancang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kondisi Vegetasi Tingkat Pancang pada area Pra-Tambak

111

Page 8: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

No. Jenis Family K KR F FR INP

1.Rhizophora apiculata

Rhizophoraceae

112

87,50

0,24

85,71

173,21

2. Ceriops tagalRhizophoraceae 16

12,50

0,04

14,29 26,79

Jumlah12

8 1280,2

8 100 200

Potensi tingkat pancang yang ada sebesar 128 batang/ha yang terdiri dari dua jenis yaitu, Rhizophora apiculata dan Ceriops tagal. Kedua jenis tersebut tersebar tidak merata atau cenderung berkelompok, ini dapat dilihat dari frekuensi kedua jenis tersebut pada plot yang diamati. Keberadaan tumbuhan tingkat pancang dua jenis tersebut pada area pra tambak dimungkinkan karena awalnya area tersebut berupa tegakan mangrove dengan komposisi Rhizophora apiculata dan Ceriops tagal. Kemungkinan area ini dibuka pada tahun 2006. Pada tahun tersebut, seluruh tegakan mangrove dibuka, tapi pada tahun ini telah ditemukan tumbuhan jenis mangrove pada area tersebut sebanyak dua jenis yaitu Rhizophora apiculata dan Ceriops tagal pada tingkatan pancang. Ini dimungkinkan sesaat setelah pembukaan lahan tambak ada bibit mangrove yang terbawa ke area tersebut dari tegakan mangrove utuh yang ada di sekitarnya. Dalam waktu tiga tahun bibit tersebut telah tumbuh hingga mencapai tingkat pancang. Kondisi yang berbeda pada tingkat semai dimana tidak ditemukan permudaan, hal ini dapat disebabkan kemampuan angin untuk menyebarkan biji mangrove sangat terbatas, kecepatan angin sebesar 5,7 m/s tampaknya tidak dapat membawa biji

112

Page 9: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

mangrove jauh dari pohon induknya. Penyebaran biji sebagian besar tumbuhan mangrove dibantu oleh arus air, adanya guludan yang membatasi area tambak dengan sekitarnya telah mencegah aliran pasang surut air yang salah satunya turut berperan dalam penyebaran biji mangrove masuk ke area tambak. Kondisi hutan mangrove pasca pembukaan untuk kegiatan tambak dapat disajikan pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Permudaan yang ada di areal pra tambak

B. Hutan Mangrove Bekas Tambak (Pasca Tambak)

Pengamatan dilakukan pada areal hutan mangrove bekas tambak. Pada area ini, tidak ditemukan jenis tumbuhan, sehingga tidak dilakukan analisis vegetasi. Areal ini sangat kering dengan tanah pecah-pecah dan terdapat parit pada tepian yang dibatasi dengan guludan dan belum dibukanya pintu-pintu air bekas tambak semakin memperparah tingkat kerusakan, keberadaan guludan dan

113

Page 10: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

pintu air menghalangi lalulintas pasang surut air laut. Kondisi tanah yang sangat kering akibat tidak masuknya air pasang ke areal ini diduga sebagai penyebab tidak terdapatnya permudaan yang tumbuh, karena dari air pasang inilah diharapkan membawa biji alami jenis mangrove yang banyak tersedia di sekitar lokasi, karena potensi pohon induk yang berada disekitar lokasi tambak ini masih sangat bagus. Oleh karena itu perlunya upaya pembukaan pintu-pintu air pada tambak ini serta guludan-guludan yang ada agar air dapat masuk dan membawa biji sehingga permudaan alami dapat berjalan untuk memulihkan areal yang telah mengalami kerusakan ini. Dari semua faktor yang ada kondisi tanah yang sangat kering, keras serta pecah-pecah merupakan salah satu penyebab utama tidak terdapatnya permudaan, hal ini dapat diihat pada gambar 3.

Gambar 3 . Kondisi tanah yang pecah-pecah diareal bekas tambak

114

Page 11: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

C. Bekas Tebangan

Bekas tebangan ditemukan di sekitar Sungai Slamet. Bekas tebangan ini berupa spot-spot kecil berukuran 50x100 m. Kondisi area ini tidak terlalu terbuka dengan suhu udara 26,8C, kecepatan angin 0,6 m/s dan pH tanah sebesar 6,4. Penebangan sendiri dilakukan hanya pada pohon-pohon berukuran besar.

Dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan, ditemukan dua jenis tumbuhan pada tingkat semai, yaitu Rhizophora apiculata dan Rhizophora stylosa. Potensi pancang dan semai pada area bekas tebangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kondisi vegetasi tingkat semai pada area bekas tebangan

No. Nama Latin Family K KR F FR INP

1. Rhizophora apiculata

Rhizophoraceae

33000

89,19 0,80 66,67

155,86

2. Rhizophora stylosa

Rhizophoraceae 4000

10,81 0,40 33,33 44,14

Jumlah  3700

0 100 1,20 100 200

Permudaan tingkat pancang terdapat dua jenis tumbuhan yaitu Rhizophora apiculata dan Rhizophora stylosa, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kondisi vegetasi tingkat pancang pada area bekas tebanganNo. Nama Latin Family K KR F FR INP

1. Rhizophora apiculata

Rhizophoraceae 320

66,67

0,40 66,67

133,33

2. Rhizophora Rhizophoracea 160 33,3 0,2 33,33 66,67

115

Page 12: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

stylosa e 3 0

Jumlah 480 1000,6

0 100 200

Permudaan tingkat tiang, hanya ditemukan satu jenis tumbuhan yaitu Rhizophora apiculata, seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi vegetasi tingkat tiang pada area bekas tebanganNo. Nama ilmiah Family K KR F FR D

DR

INP

1.Rhizophora apiculata

Rhizophoraceae

320

100

0,8

100

0,00051

100

300

Jumlah320

100

0,8

100

0,00051

100

300

Tingkat pohon terdapat satu jenis tumbuhan, yaitu Rhizophora apiculata seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi vegetasi tingkat pohon pada area bekas tebanganNo. Nama ilmiah Family K KR F FR D DR INP

1.Rhizophora apiculata

Rhizophoraceae

320

100

0,8

100

0,44

100 300

Jumlah320

100

0,8

100

0,44

100 300

Hanya terdapatnya satu jenis tanaman yaitu bakau (Rhizophora apiculata) lebih disebabkan karena pada lokasi pengamatan merupakan hutan mangrove zona formasi bakau (Rhizophora sp).

Kondisi lingkungan pada area bekas tebangan juga masih kondusif untuk pertumbuhan mangrove. Lalu lintas pasang surut air laut masih terjaga dengan baik serta masih terdapatnya pohon

116

Page 13: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

bakau dewasa yang telah berbuah sehingga ketersediaan benih untuk permudaan alami cukup tersedia.

Dahuri et all (1996) menyatakan bahwa kelangsungan hidup dan pertumbuhan ekosistem mangrove tergantung pada beberapa parameter lingkungan, yaitu: (1) suplai air tawar dan salinitas, dimana ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan efisiensi metabolik ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar tergantung pada (a) frekuensi dan volume air dari sistem sungai dan irigasi darat, (b) frekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, dan (c) tingkat evaporasi ke atmosfer; (2) pasokan nutrien, pasokan nutrien pada ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait, meliputi input dari ion-ion minerat an-organik dan bahan organik, serta siklus nutrien, secara internal melalui jaring-jaring makanan berbasis detritus.

117

Page 14: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

Gambar 3. Kondisi hutan mangrove bekas tebangan.

D. Hutan Mangrove Tidak Terganggu

Hutan mangrove tidak terganggu yang diamati berada bersebelahan dengan area tambak (pra dan bekas tambak). Pada area ini suhu udara sebesar 30,1C, pH tanah 6,4 dan kecepatan angin 0,6 m/s.

Potensi semai pada tegakan mangrove tidak terganggu sangat tinggi yaitu sebanyak 5.625 batang/ha untuk Bruguiera sexangula. Banyaknya jumlah semai dapat menjadi sumber bibit jika akan dilakukan restorasi area tambak yang berada di sebelahannya. Pengambilan bibit dapat dilakukan dengan sistem putaran, sehingga bibit tidak terlalu stress setelah ditanam di area baru, karena tidak secara langsung bersentuhan dengan media baru. Demikian pula dengan Ceriops sp. yang ada pada tegakan ini. Secara lengkap, potensi semai pada tegakan mangrove tidak terganggu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kondisi vegetasi tingkat semai pada area mangrove tidak terganggu

No. Jenis Family K KR F FR INP

1.Bruguiera sexangula

 Rhizophoraceae

5625

97,40

1,00

90,91

188,31

2. Ceriops sp. Rhizophoraceae 150 2,60

0,10 9,09 11,69

Jumlah 577 100 1,1 100 200

118

Page 15: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

5

Pada permudaan tingkat pancang hanya ditemukan jenis Bruguiera sexangula seperti yang disajikan pada Tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Kondisi vegetasi tingkat pancang pada area mangrove tidak terganggu

No. Jenis Family K KR F FR INP

1.Bruguiera sexangula

Rhizophoraceae

480 100

0,60

100 200

Jumlah  48

0 100 0,610

0 200

Permudaan tingkat tiang pada tegakan terdapat individu sebanyak 720 batang/ha dengan terdiri dari 2 jenis yaitu Bruguiera sexangula dan Ceriops sp.

Tabel 8. Kondisi vegetasi tingkat tiang pada area mangrove tidak tergangguNo. Nama ilmiah Family K KR F FR D DR INP

1.Bruguiera sexangula

Rhizophoraceae

710

98,61

1,00

90,91

0,01224

97,60

287,12

2. Ceriops sp.Rhizophoraceae 10 1,39

0,10 9,09

0,00030 2,40 12,88

Jumlah72

0 100 1,1 1000,0125

5 100 300

Pada tingkat pohon pada area ini juga diisi oleh jenis Bruguiera sexangula dan Ceriops sp., selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Kondisi vegetasi tingkat pohon pada area mangrove tidak terganggu

N Nama ilmiah Family K KR F FR D DR INP

119

Page 16: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

o.

1.Bruguiera sexangula

Rhizophoraceae

120

80,00

0,70 70

0,00051

83,64

233,64

2. Ceriops sp.Rhizophoraceae 30

20,00

0,30 30

0,00010

16,36 66,36

     15

0 1001,0

010

00,0006

1 100 300

Keberadaan tingkat pohon pada area ini akan menjadi jaminan adanya produksi biji untuk kelangsungan permudaan. Penyebaran biji kedua jenis ini dibantu oleh air keberadaan guludan pada tepian tambak menyebabkan arus air yang membawa biji tumbuhan dari tegakan mangrove di sekitarnya tidak bisa memasuki area tambak.

Gambar 4. Kondisi hutan mangrove tidak terganggu

IV. PENUTUP

120

Page 17: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

A. Kesimpulan1. Bentuk ancaman kerusakan terhadap ekosistem mangrove di

CA Selat Sebuku lebih disebabkan oleh dua jenis aktifitas, yaitu pembukaan tambak dan penebangan liar.

2. Permudaan alami telah berjalan pada lokasi-lokasi pengamatan, namun masih belum maksimal yang lebih disebabkan kondisi lahan seperti adanya guludan dan pintu air dibekas tambak yang belum dibuka.

3. Di areal bekas tebangan, potensi permudaan cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan suksesi yang dipercepat.

B. SaranPerlu adanya tindakan perbaikan dan restorasi terhadap kawasan Cagar Alam yang mengalami kerusakan khususnya pasca pembukaan tambak yang bertujuan untuk memulihkan hutan mangrove. Selain itu perlu adanya kegiatan patroli yang terkoordinasi antara berbagai pihak yang berwenang untuk kegiatan preventif dalam rangka mencegah kerusakan hutan mangrove di kawasan Cagar Alam Pulau Sebuku.

DAFTAR PUSTAKA

121

Page 18: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Galam Volume IV No. 2 Agustus 2010 (Hal 105 – 119)

Bengen, D.G. 2001. Pedoman teknis pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Cintron-Molero, G. (1992). “Restoring mangrove systems.” Restoring the nation’s marine environment. G.W. Thayer, ed., Maryland Sea Grant Program, College Park, MD, 223-277.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, & M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Hamilton, L. S., and Snedaker, S. C. (1984). Handbook of mangrove area management. East West Centre, Honolulu, HI. King, D. (1998). “The dollar value of wetlands: Trap set, bait taken, don’t swallow,” National Wetlands Newsletter 20(4), 7-11.

Haryanto, 2003. Buku panduan praktek umum pengenalan ekosistem hutan, program studi Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan : Ekologi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Lewis, R. R. 1982. Mangrove forests. Creation and restoration of coastal plant communities. R. R. Lewis, ed., CRC Press, Boca Raton, FL. 153-172.

Lewis, R. R. 1990. Creation and restoration of coastal plain wetlands in Florida. Wetland creation and restoration: Status of the science. J. A. Kusler and M. E. Kentula, eds., Island Press, Washington, DC, 73-101.

Lewis, R. R. 1992. Coastal habitat restoration as a fishery management tool. Stemming the tide of coastal fish habitat loss. Proceedings of a Symposium on Conservation of Coastal Fish Habitat, Baltimore, MD, 7-9 March1991. R. H. Stroud, ed., National Coalition for Marine Conservation, Inc., Savannah, GA, 169-173.

122

Page 19: UPAYA RESTORASI CAGAR ALAM SELAT …foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1012/Hal... · Web viewCagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku (CA. Kelautku) merupakan

Berbagai Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove...

Hendra Ambo B & Eko Priyanto

Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia.

Tjardhana & E. Purwanto. 1995. Hutan mangrove Indonesia. Duta Rimba. 21: 2-17.

123