upaya meningkatkan kemampuan mengenal angka melalui …
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kemampuan Mengenal Angka
Kemampuan adalah perpaduan antara teori dan pengalaman yang
diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk peningkatan kemampuan
menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas kerja
(Tadkirotun, 2012). Gibson (2002), mengatakan bahwa kemampuan adalah sifat
lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaannya. Adapun apa yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi
pekerjaannya ada empat kemampuan (kualitas atau skills) yang harus dimiliki
oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut:
a) Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat,
prosedur dan teknik suatu bidang khusus.
b) Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain,
memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan
maupun sebagai kelompok.
c) Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta kegiatan
organisasi.
Menurut Atmosudirdjo (1998), kemampuan adalah sebagai sesuatu hal
yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu organisasi. Kemampuan
tersebut terdiri atas tiga jenis kemampuan (abilities) yaitu kemampuan sosial,
7
kemampuan teknik dan kemampuan manajerial. Konsep kemampuan dalam
kepustakaan dikenal dua terminologi yang memiliki makna yang sama, yaitu ada
yang memakai istilah abilities dan istilah skills. Dengan mengacu pada pendapat
di atas, juga membedakan jenis keterampilan/kecakapan yang terdiri atas
keterampilan/kecakapan kemanusiaan (human skills), keterampilan/kecakapan
administrasi (administrative skills), dan keterampilan/kecakapan teknik (technical
skills) Kayvan Umy (2009).
Menurut Iskandar (2011), kemampuan atau skill adalah berasal dari kata
dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata
sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa
sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata
sifat/keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat
melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada.
2.1.1 Pengertian Kemampuan Mengenal Angka
Menurut Tadkirotun (2012) angka atau bilangan adalah lambang atau
simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai
contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu
angka 1 dan angka 10). Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-anak sebenarnya memiliki arti
yang berbeda-beda.
8
Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah (2011) anak-anak akan belajar
membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu:
a) Bilangan kardinal menunjukkan kuatitas atau besaran benda dalam sebuah
kelompok.
b) Bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda,
contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari sumpah pemuda
hari ke 28 di bulan Oktober, dll.
c) Bilangan nominal, digunakan untuk member nama benda, contoh: nomor
rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di dedung, jam, uang, dll. Bilangan
memiliki beberapa bentuk/ tampilan (representasi) yang saling berkaitan
diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, simbol (angka atau kata).
Nurlaela, (2009) mengemukakan bahwa tampilan bilangan yang satu
dengan tampilan bilangan yang lainnya memahami hubungan antar tampilan
bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak mendengarkan soal
(tampilan bahasa lisan), anak bisa menunjukkan dengan media balok (tampilan
model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar), lalu anak menulis
jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata). Setiap bilangan yang
dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya merupakan konsep abstrak.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Marhijanto (2008) bahwa bilangan
adalah banyaknya benda, Jumlah, satuan system matematika yang dapat diunitkan
dan bersifat abstrak. Konsep abstrak iini merupakan hal yang sulit untuk anak
Taman Kanak-kanak memahami secara langsung. Sebagaimana yang telah
dikemukakan bahwa konsep bilangan itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar
9
untuk dipahami oleh anak usia dini dan Taman Kanak-kanak dimana pemikiran
anak Taman Kanak-kanak berdasarkan pada pengalaman kongkret. Untuk dapat
mengembangkan konsep bilangan pada anak anak Taman Kanak-kanak tidak
dilakuakn dalam jangka waktu pendek, yang harus dilakukan secra bertahap
dalam jangka waktu yang lama, serta dibutuhkan media yang kongkrit untuk
membantu proses pembalajaran mengenal bilangan.
Wardani IGAK (2008) mengungkapkan bilangan merupakan suatu konsep
tentang bilangan yang terdapat unsur-unsur penting seperti nama, urutan, bilangan
dan Jumlah. Indikator yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep
bilangan yaitu:
a) counting (berhitung)
b) one-to-one correspondence (koresponden satu-satu)
c) quality (kuantitas)
d) comparison (perbandingan)
e) recognizing and writing numeral (mengenal dan menulis angka).
Anak memiliki kemampuan counting (berhitung) sebelum berusia 3 tahun
bahwa anak mampu menyebutkan urutan angka, misalnya: satu, dua, tiga, empat,
dan seterusnya. Untuk bisa berhitung anak-anak memulai berhitung dari 1 sampai
9 setelah itu 10 dan seterusnya yaitu angka yang terdiri dari 2 angka, misalnya:
anak mampu menyebutkan bilangan “sebelas” bukan menyebutkan “sepuluh satu”
dan sebagainya.
10
2.2 Karakteristik Siswa Taman Kanak-Kanak
Menurut Hartati (2005) untuk menunjang perkembangan anak harus
diketahui berbagai ciri khas atau karakteristik anak didik tersebut yaitu:
a) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin
mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Pada masa bayi
sering memasukan benda pada mulutnya. Di usia 5-6 tahun sering
membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
b) Merupakan pribadi yang unik.
Setiap anak meskipun kembar memiliki keunikan masing-masing.
Misalnya dalam hal gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.
Keunikan dapat berasal dari factor genetis atau berasal dari lingkunganya,
sehingga keunikan setiap anak dapat terakomodir dengan baik.
c) Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan
pertolongan tanggapan yang sudah ada dari dalam dirinya Imajinasi adalah
kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa
didukung adanya data yang nyata Ayah Bunda (1992). Salah satu imajinasi
anak dapat berupa orang, hewan, atau benda yang diciptakan dalam
khyalan untuk berperan sebagai seorang teman Harlock (1993).
d) Masa paling potensi untuk belajar.
Anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat pada berbagai aspek serta menjadi masa yang paling peka dan
11
potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu. Peneliti Galahue (1993)
menyatakan bahwa usia pra sekolah merupakan waktu yang paling optimal
untuk perkembangan motorik anak.
e) Menunjukkan sikap egosentris.
Sikap egosentris artinya anak usia dini pada umumnya hanya
memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak yang egosentis
lebih banyak berfikir dan berbicara tentang diri sendiri dari pada orang lain
dan tindakannya bertujuan menguntungkan dirinya Harlock (1993).
f) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia dini cepat sekali berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan
yang lain. Di usia ini anak mulai suka bergaul dan bermain dengan teman-
teman sebayanya. Bermain Merupakan Dunia Masa Kanak-Kanak
Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk ke
dalam dunia orang dewasa.
2.3 Konsep Bilangan
2.3.1 Pengertian Bilangan
Menurut Depdiknas (2007) menjelaskan bahwa bilangan yang mulai
dipelajari oleh anak-anak adalah bilangan untuk menghitung kuantitas. Artinya
bilangan itu menunjuk besarnya kumpulan benda. Bilangan ini berbeda dengan
bilangan urut (bilangan ordinat), seperti: Pertama, kedua, ketiga. Dan seterusnya.
Yang digunakan untuk menerangkan urutan. Penggunaan jari dapat dilakukan
untuk menyebut urutan bilangan.
12
Dalam mengenalkan bilangan pada anak, diharapkan mampu mengenal
dan memahami konsep bilangan, transisi, dan lambang sesuai dengan jumlah
benda-benda pengenalan bentuk lambang sehingga akhirnya dapat
mencocokannya sesuai dengan lambang bilangannya. Bilangan adalah
representasi fisik dari data yang diamati. Bilangan dapat dipresentasikan dalam
berbagai bentuk, yang kemudian digolongkan pada sebuah system bilangan, tetapi
mempunyai arti yang sama. Maka kita dapat melakukan suatu konversi dari sistem
bilangan satu ke sistem bilangan yang lain shvoong (2010). Sedangkan menurut
Andri Saleh (2009) bahwa bilangan adalah sebuah konsep dan pemikiran manusia
terhadap perhitungan banyaknya suatu benda misalnya setelah satu ada dua,
setelah dua ada tiga, setelah tiga ada empat dan seterusnya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bilangan
adalah banyaknya satuan jumlah matematis atau banyaknya benda dan besarnya
kumpulan benda yang dapat ditambah maupun dikurangi dan dikalikan sehingga
dapat disesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang sehingga
akhirnya dapat mencocokannya sesuai dengan lambang bilangannya.
2.3.2 Pengenalan Konsep Bilangan Pada Anak
Menurut Depdiknas (2007) bahwa pentingnya mengenalkan konsep
bilangan pada anak adalah sebagai berikut:
a) Anak dapat berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengmatan
terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang
terdapat disekitar anak.
13
b) Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan
berhitung.
c) Anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
tinggi.
d) Anak memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi
disekitarnya.
e) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu spontan.
2.3.3 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengenalan Konsep Bilangan
Menurut Nurani (2005) bahwa hal-hal yang perlu diingat dalam
mengenalkankonsep bilangan adalah sebagai berikut:
a) Mendapatkan konsep bilangan adalah proses yang berjalan perlahan-
lahan, anak mengenal benda dengan menggunakan bahasa untuk
menjelaskan pikiran mereka sehingga mulai membangun arti angka.
b) Belajar dengan trial and error dalam mengembangkan kemampuan
menghitung dan menjumlahkan.
c) Menggunakan sajak, permainan tangan, dan beberapa lagu yang sesuai
untuk memperkuat hubungan dengan bilangan
2.3.4 Tahap Pembelajaran Dalam Pengenalan Konsep Bilangan
Menurut Alexander (2010) bahwa: “terdapat beberapa tahap atau teknik
mengajar dasar yang perlu digunakan dalam mendidik anak dalam pengenalan
14
pada anak usia dini, yaitu: pengenalan identitas, penegasan, pembedaan,
pengelangan. Berikut penjelsannya:
a) Pengenalan Identitas, di sini orang tua atau guru menunjukkan nama
benda sekaligus mengucapkan, misalnya sambil memegang kelereng,
mereka mengucapkan ”Ini adalah kelereng”.
b) Penegasan, di sini orang tua atau guru ingin meyakinkan kalau anak
memahami akan identitas suatu benda dengan cara memberikan sebuah
perintah, misalkan ”Berikan saya dua buah kelereng”.
c) Pembedaan, di sini orang tua dan guru ingin mengetahui apakan anak
dapat membedakan suatu benda dengan benda yang lain, misalnya
dengan menunjuk suatu kelereng, mereka mengatakan, ”Benda apakah
ini?”. Bila anak bisa menjawab kemudian bisa diteruskan dengan
pertanyaan, ”Berapakah jumlahnya?”
d) Pengulangan. Diulang-ulang untuk setiap topik yang diajarkan kepada
anak didik dengan cara mengganti objek-objek yang digunakan sebagai
alat bantu mengajar. Teknik ini juga digunakan untuk memastikan
apakah anak memahami apa yang sedang mereka kerjakan. Selanjutnya
dapat dilanjutkan ke topik yang lebih sulit bila anak telah benar-benar
menguasainya, tetapi hal ini harus disesuaikan dengan kecepatan anak
tersebut menangkap konsep yang diajarkan.
15
2.4 Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Menurut Nugraha (2010) bahwa indikator kemampuan mengenal
konsep bilangan pada anak dan selanjutnya menurut CRI (Children
Resources International) menerangkan bahwa anak ditandai dengan
berbagai kemampuan pada anak, sebagai berikut:
a) Menyebutkan urutan angka dari 1 sampai 20.
b) Mengurutkan angka 1 sampai 20 yang sudah diacak.
c) Memasangkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah benda 1
sampai 20.
d) Menghubungkan dan menulis angka 1 sampai 20 sesuai dengan
jumlah benda.
Tabel 2.1 Kurikulum PAUD 2013. 146/2014. Aspek Perkembangan, Standar
Perkembangan, Perkembangan Dasar, dan Indikator PAUD Kelompok
Umur 5-6 Tahun. Indikator PAUD Kelompok Umur 5 - 6 Tahun
Aspek
Perkem
bangan
Standar
Perkembangan
Perkembangan
Dasar
Indikator
Kognitif Anak mampu
mengenal dan
memahami
berbagai konsep
sederhana dan
dapat
memecahkan
masalah
sederhana dalam
kehidupan sehari-
hari
Dapat mengenal
bilangan dan
memahami
konsep-konsep
matematika
sederhana
1) Menyebutkan urutan
angka dari 1 sampai 20.
2) Mengurutkan angka 1
sampai 20 yang sudah
diacak.
3) Memasangkan lambang
bilangan sesuai dengan
jumlah benda 1 sampai 20.
4) Menghubungkan dan
menulis angka 1 sampai
20 sesuai dengan jumlah
benda.
16
2.4.1 Media Pohon Angka
Menurut Purnawati dan Eldarni (2001), media merupakan sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan suatu informasi sehingga dapat merangsang
fikiran, persaan, perhatian, dan minat anak sehingga terjadi proses belajar. Istilah
media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran, alat bantu
atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat
merangsang anak untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
2.4.2 Jenis-Jenis Media Pohon Angka
Berdasarkan pengertian media yang disebutkan oleh beberapa pakar,
secara umum media itu banyak, ada media elektronik, media gambar dan lain
sebagainya. Media yang dibahas pada penelitian ini merupakan jenis media yang
secara khusus digunakan pada pendidikan anak usia dini. Jenis-jenis media yang
digunakan dalam meningkatkan pengetahuan untuk anak usia dini (Nurani, 2012)
menurut diantaranya adalah:
a) Media serutan kayu
b) Media gambar
c) Media pohon angka
4.4.3 Manfaat Media Pohon Angka
Menurut pendapat yang dikemukakan Tim PKP PG PAUD (2008) tentang
manfaat media pengajaran dalam proses belajar anak, sebagai berikut:
a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
17
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik.
c) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
2.4.4 Pengertian Pohon Angka
Pohon Angka merupakan alat untuk belajar angka yang disajikan dalam
bentuk pohon dengan buah tertulis angka, Ansyori (2011). Permainan dapat lebih
bervariasi sesuai dengan kreatifitas orang tua/guru, masing-masing angka ada 2
buah. Pohon angka adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan oleh
seorang guru dalam mengajar yang berupa pohon dengan bertuliskan angka sesuai
dengan tema yang diajarkan. Alat peraga pohon adalah alat bantu bagi anak untuk
mengingat pelajaran. Alat peraga pohon angka dapat menimbulkan kesan di hati
sehingga anak-anak tidak mudah melupakannya. Sejalan dengan ingatan anak
akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan pelajaran yang disampaikan guru.
Semakin kecil anak, ia semakin perlu visualisasi/konkret (perlu lebih banyak alat
peraga) yang dapat disentuh, dilihat, dirasakan, dan didengarnya Nurani (2012).
Alat peraga pohon adalah alat untuk menjelaskan yang sangat efektif,
misalnya: Untuk menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang
tokoh. Dengan alat peraga, gambar lebih jelas daripada dijelaskan dengan kata-
kata saja. Sehingga anak dapat menghayati karakter tokoh yang diceritakan.
Untuk menjelaskan situasi sebuah tempat, misal keadaan sebuah kota, bangunan,
18
dan sebagainya, dengan gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan
saja Nurani (2012).
2.5 Fungsi Pohon Angka
a) Pengenalan angka
b) Melatih koordinasi mata dan tangan
c) Melatih motorik halus
2.5.1 Langkah-Langkah Penerapan Pohon Angka Dalam Pembelajaran.
Menurut Tadkirotun (2012) pohon angka merupakan fasilitas penting dalam
pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak.
Dengan alat peraga pohon, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang
diajarkan guru. Satu hal yang harus diingat, walaupun fasilitas alat peraga pohon
yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila penggunaan alat peraga diikuti
dengan metode anak aktif, maka efektifitas pengajaran akan semakin baik. Maka
adapun langkah penerapan penggunaan pohon angka dalam pembelajaran yaitu:
a) Tunjukkan kepada anak, angka yang tertulis
b) Ajak anak melepas dan memasang kembali masing-masing angka pada
pohon.
Penerapan untuk anak kelompok B.
a) Permainan angka bisa dilakukan dengan pohon angka dan gambar. Satu
sisi berisi sejumlah gambar dan satu sisi bertulis angka.
b) Anak menghitung jumlah gambar pada pohon.
c) Jika hitungannya benar, anak membalik gambar, sehingga terlihat angka.
19
d) Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru bantu dia
menghitungnya. Setelah itu anak menghitung kembali tanpa di bantu.
2.6 Penelitian yang Relevan
Penelitian Yang Dilakukan Oleh Anak Desa Putu Budiartini, I Nyoman
Jampel, Nice Maylani Asril (2014) Yang Berjudul Penerapan Metode Pemberian
Tugas Berbantuan Media Pohon Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Lambang Bilangan pada Anak Kelompok B Tahun Pelajaran
2013/2014 di TK Kuncup Harapan, menemukan hasil siklus II terjadi peningkatan
sebesar 23% dari jumlah subjek.
Penelitian Yang Dilakukan Oleh Netti Hartati (2013) Yang Berjudul
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1 Sampai 10 Melalui
Media Pohon Bilangan Bagi Anak Tuna Grahita Ringan. Berdasarkan hasil tes
kemampuan awal dan hasil tes setelah diberikan tindakan, serta hasil diskusi
dengan kolaborator terlihat adanya peningkatan kemampuan anak dalam
mengenal konsep bilangan 1 sampai 10, namun peningkatan kemampuan ini
sesuai dengan tingkat kemampuan anak masing-masing. Pada siklus II dalam
mengenal konsep bilangan 1 sampai 10 dengan Pohon Media Bilangan dapat
meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan 1 sampai 10 anak
tunagrahita ringan kelas D. II SLB Al-Ishlaah Seberang Padang.
20
2.7 Kerangka Berpikir
Pohon Angka merupakan alat untuk belajar angka yang disajikan dalam
bentuk pohon dengan buah tertulis angka, Ansyori (2011). Permainan dapat lebih
bervariasi sesuai dengan kreatifitas orang tua/guru, masing-masing angka ada 2
buah. Pohon angka adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan oleh
seorang guru dalam mengajar yang berupa pohon dengan bertuliskan angka sesuai
dengan tema yang diajarkan. Alat peraga pohon adalah alat bantu bagi anak untuk
mengingat pelajaran.
Melalui media pohon angka kemampuan anak dalam mengenal angka 1-20
akan meningkat, karena media pohon angka akan menarik perhatian dan minat
serta fokus belajar anak.
Melalui media pohon angka kemampuan anak dalam mengenal angka 1-20
akan meningkat, karena media pohon angka akan menarik perhatian dan minat
serta fokus belajar anak.
21
Berikut kerangka berpikir yang dirangcang oleh peneliti dalam pembelajaran
pengenalan angka melalui media pohon angka.
Bagan 2.1 Kerangka pikir
2.8 Hipotesis Tindakan
Adapun Hipotesis Tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Melalui media pohon angka dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka
pada anak kelompok B TK Tunas Bhakti Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Kondisi awal Guru belum
menggunakan media
pohon angka
Hasil belajar siswa dalam
mengenal angka masih
Menggunakan media pohon angka
dalam pembelajaran mengenal angka
melalui 2 siklus
Tindakan
Melalui media pohon
angka dalam
pembelajaran hasil belajar
siswa mengenal angka
meningkat
Kondisi akhir