upaya meningkatkan kemampuan membaca...
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
HURUF ARAB
DENGAN PENDEKATAN TEMATIK (Studi tindakan di kelas I MI Al-Ittihad Rowo Kandangan Temanggung Tahun
Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
OLEH
ZULIA IDDA FITRIYA
NIM 093111346
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Zulia Idda Fitriya
NIM : 093111346
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang di rujuk dari sumbernya.
Semarang, 23 Mei 2011
Saya yang menyatakan
Zulia Idda Fitriya
NIM : 093111346
Alamat : Jl. Prof.
Dr. Hamka Telp.Fax (024) 7601295, 7615387 Semarang
No. : In.06.3/J.1/PP.00.9/298 /2011 Semarang,28
Januar2011
Lamp. :
Hal : Penunjukan Pembimbing Skripsi
Kepada Yth.
Saudara A. Maghfurin, M.Ag.
Di Semarang
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Berdasarkan hasil pembahasan usulan judul penelitian di
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), maka Fakultas
Tarbiyah menyetujui Judul Skripsi Mahasiswa yang tersebut
dibawah ini :
Nama : Zulia Idda Fitriya
NIM : 093111346
Judul : UPAYA PENINGKATAN MEMBACA
PERMULAAN HURUF LATIN DENGAN
PENDEKATAN TEMATIK ( STUDI
TINDAKAN KELAS I MI AL-ITTIHAD ROWO
KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN
AJARAN 2010 / 2011 )
Dan menunjuk saudara A.Maghfurin,M.ag. sebagai
pembimbing mahasiswa dimaksud.
Demikian atas kerjasama yang diberikan kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
ABSTRAK
Judul :Upaya Meningkatkan Kemampuan membaca
huruf Arab dengan Pendekatan Tematik (Studi
Taindakan Kelas I MI Al-Ittihad Rowo kandangan
Temanggung Tahun Ajaran 2010/2011 )
Nama : Zulia Idda Fitriya
NIM : 093111346
Skripsi ini membahas upaya peningkatan kemampuan membaca
huruf arab pendekatan tematik. Kajiannya dilatarbelakangi oleh hasil
belajar membaca huruf arab belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang di tetapkan, Studi ini dimaksud untuk menjawab permasalahan
apakah pendekatan tematik dapat meningkatkan kemampuan membaca
huruf arab? Peermasalahan tersebut dibahas melalui penelitian tindakan
(action research) yang dilaksanakan di kelas I Mi Al-Ittihad Rowo
Kandangan Temanggung. Siwa dan guru kelas I dijadikan sebagai sumber
data untuk mendapatkan potret pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam menggungkan tematik. Srmua data dianalisis dengan
pendekatan deskriptif kualitatif.
Kajian ini menunjukkan bahwa kondisi awal rata-rata hasil
evaluasi membaca huruf arab 64,23. Pada pembelajaran dengan
pendekatan tematik tema Lingkungan siklus I terdapat peningkatan rata-
rata hasil evaluasi membaca huruf Arab 64,84. Pada siklus I belum tampak
adanya peningkatan yang memadai. Aspek yang menjadi kendala pada
siklus I meliputi : pembeelajaran masih terpusat pada guru, siswa belum
diberi kesempatan untuk terlibat aktif. Proses pembelajaran siklus II
dilakukan melalui pendekatan tematik dengan tema Pengalamanku.siswa
membentuk kelompok berpasangan dua orang. Situasi belajar
menyenangkan siswa karena semua siswa terlibat aktif. Rata-rata hasil
evaluasi membaca huruf arab meningkat secara signifikan 72,32, sehingga
kriteria ketuntasan minimal 70,00 dapat dipenuhi. Temuan tersebut
ememberi rekomendasi bahwa pendekatan tematik membentuk kelompok
kecil berpasangan , dapat meningkatkan hasil pembelajaan. Dengan
demikian teknik ini layak diujicobakan untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran lainnya untuk mencapai hasil belajar optimal sesuai harapan.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, serta ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah atas segala
limpahan taufik serta inayahNya, sehingga pada kesempatan ini penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan
Kemampuan Membaca Huruf Arab dengan Pendekatan Tematik (Studi
Tindakan di Kelas I MI Al-Ittihad Rowo Kandangan Temanggung Tahun
Ajaran 2010/2011”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Proses
penyusunan ini tidak lepas dari hambatan, rintangan dan kesulitan.
Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama kolaborator dan
pembimbing, akhirnya hal tersebut dapat teratasi . Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya
diserta rasa hormat kepada :
1. Dekan Fakultas Tarbiyah institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi
pada jenjang S1.
2. Bapak Ketua Jurusan PAI yang dengan tulus ikhlas memberikan petunjuk
selama proses kegiatan akademik.
3. Bapak A. Maghfurin, M.Ag. selaku pembimbing yang penuh kesabaran
memberikan bimbingan dan arahan dari awal hingga akhir untuk
menyempurnakan penyusunan skripsi.
4. Kepala MI Al-Ittihad Rowo Kandangan Temanggung yang berkenan
memberikan dukungan dan petunjuk selama melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
5. Kolabolator, Guru dan Siswa MI Al-Ittihad Rowo Kandangan
Temanggung yang berkat kerjasamanya Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) ini terlaksana sebagaimana diharapkan.
Saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan pembelajaran yang bermmakna bagi siwa . Semoga karya ini
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tematik.
Temanggung,23 Mei 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 2
B. Penegasan Istilah ......................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah........................................................................................ 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II PENDEKATAN TEMATIK TERHADAP KEMAMPUAN
MEMBACA
HURUF ARAB ................................................................................................. 9
A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 9
B. Landasan teori.............................................................................................. 11
1. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an...................................................... 11
a. Definisi baca Tulis Al-Qur‟an ......................................................... 11
b. Pembelajaran Baca Tulis Al Qur‟an ................................................ 13
c. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Qur‟an ................................... 15
d. Proses Belajar Baca Tulis Al Qur‟an ............................................... 16
2. Hakikat Model Pembelajaran Tematik .................................................. 17
a. Landasan Pembelajaran Tematik ..................................................... 19
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik .............................................. 21
c. Prinsip Pembelajaran Tematik ......................................................... 23
d. Ragam Model terpadu berdasarkan Pengintegrasian Tema
25
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 27
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 28
A. Jenis penelitian ........................................................................................... 28
B. Tempat dan Waktu penelitian .................................................................. 29
C. Pelaksanaan dan kolaborator ................................................................... 29
D. Variable ...................................................................................................... 30
E. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 30
1. Metode pengumpulan Data................................................................. 30
2. Metode Wawancara ............................................................................. 31
3. Metode tes ............................................................................................. 32
4. Metode Dokumentasi ........................................................................... 32
F. Prosedur penelitian.................................................................................... 33
G. Rencana tindakan ...................................................................................... 35
1. Siklus I .................................................................................................. 35
a. Perencanaan .................................................................................. 35
b. Pelaksanaan Tindakan Kelas ....................................................... 35
c. Observasi ........................................................................................ 36
d. Refleksi ........................................................................................... 37
2. Siklus II ................................................................................................. 37
a. Tahapan Peerencanaan Tindakan .............................................. 37
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan .................................................. 37
c. Tahapan Observasi dan Pengamatan .......................................... 38
d. Tahapan Refleksi .......................................................................... 39
H. Instrumen Penelitian ................................................................................. 39
I. Teknik Analisis Data ................................................................................. 40
J. Indikator Kenerhasilan ............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 42
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 42
1. Hasil Penelitian Pra Siklus.................................................................. 42
2. Hasil Tindakan Kelas Siklus I ............................................................ 44
a. Perencanaan .................................................................................. 44
b. Tindakan ........................................................................................ 47
c. Observasi ........................................................................................ 47
d. Refleksi .......................................................................................... 49
3. Hasil Tidakan Kelas Siklus III .......................................................... 51
a. Perencanaan .................................................................................. 51
b. Tindakan ........................................................................................ 51
c. Observasi ....................................................................................... 54
B. Pembahasan ............................................................................................... 57
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 63
A. Simpulan .................................................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 65
RPP …………… .................................................................................................................. 68
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... 93
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 94
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... 95
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................ 96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa Madrasah Ibtidaiyah, masih
banyak dijumpai siswa yang tidak memiliki kemampuan membaca huruf Arab.
Hal ini akan berdampak terhadap perolehan atau penyerapan informasi dari buku
yang menggunakan huruf Arab. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah upaya meningkatkan kemampuan membaca. Apabila
kemampuan ini sudah tertanam pada diri siswa, maka akan berkembang menjadi
suatu kebutuhan yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa senang kepada buku-
buku bacaan. Mereka akan menyadari bahwa melalui kegiatan membaca yang
dilakukan, ternyata banyak sekali pengethuan baru yang dapat diserapnya,
sehingga bermanfaat terhaap upaya pencapaian prestasi belajar. Sebaliknya, anak
yang tidak memiliki kemampuan membaca, dengan sendirinya tidak akan
terdorong untuk lebih giat belajar, karena tidak memahami bahwa diri membaca
mereka akan memperoleh pengetahuan baru yang dapat menunjang kegiatan
belajarnya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berdasarkan A-Qur‟an dan
As-Sunnah mempunyai tujuan keilmuan untuk menjadikan manusia sebagai
Khalifah yang dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Untuk menanamkan
budi pekerti dan akhlak mulia sesuai tuntunan-Nya, maka sejak usia dini
dikenalkan dengan pendidikan agama. Pendidikan dasar agama di antaranya
pendidikan bermasyarakat, pendidikan akhlak keagamaan yang biasa dilakukan
dengan cara mempelajari kitab suci Al-Qur‟an.
Perasaan senang terhadap buku, dan kemampuan membaca bahasa Arab
merupakan suatu bekal bagi siswa, karena sangat bermanfaat bagi kehidupannya
pada masa sekarang dan yang akan datang. Dengan adanya kemampuan membaca
dimungkinkan dapat memperkata perbendaharaan kosakata bahasa Arab.
Keaktifan siswa ini akan berdampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar di
sekolah,
karena siswa lebih mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Hal ini dimungkinkan karena berbagai hal di antaranya (1) siswa
menjadi terasah otaknya karena kemampuan membaca mempengaruhi intelektual,
(2) siswa sudah memiliki dasar kekayaan perbendaharaan kosakata yang
diperolehnya dari kegiatan membaca.
Di dalam kegiatan membaca, siswa Madrasah Ibtidaiyah cenderung
melakukannya secara monoton, tanpa memperhatikan adanya intonasi dan jeda
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh siswa kelas rendah pada umumnya. Hal
ini sangat mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap isi bacaan. Mereka hanya
mampu melafalkan kalimat bacaan, tanpa memahami makna maupun isi
bacaannya.
Fenomena yang terjadi pada siswa kelas I MI Al Ittihad Rowo Kecamatan
Kandangan Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2010/2011 kurang memiliki
kemampuan membaca huruf Arab dengan baik. Pada umumnya siswa kelas
rendah cenderung belajar sambil bermain dan selalu ingin tahu, sesuai dengan
masa perkembangan usianya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-
masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu
proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh
rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Belajar membaca huruf hijaiyah adalah salah satu pelajaran awal yang
harus diajarkan pada anak kecil, sebab masa anak-anak merupakan masa-masa
yang paling intensif untuk mengenalkan pengetahuan yang baru, tetapi masa
tersebut rawan bagi mereka yang pada umumnya suka meniru apa yang dilihat
disekelilingnya. Anak akan merekam setiap kejadian di sekitarnya dan ia akan
selalu mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya baik itu kejadian yang
menyenangkan maupun kejadian yang menyedihkan.
Di dalam kegiatan membaca, siswa Madrasah Ibtidaiyah cenderung
melakukannya secara monoton, tanpa memperhatikan adanya intonasi dan jeda
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh siswa kelas rendah pada umumnya. Hal
ini sangat mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap isi bacaan. Mereka hanya
mampu melafalkan kalimat bacaan, tanpa memahami makna maupun isi
bacaannya.
Belajar membaca huruf hijaiyah adalah salah satu pelajaran awal yang
harus diajarkan pada anak kecil, sebab masa anak-anak merupakan masa-masa
yang paling intensif untuk mengenalkan pengetahuan yang baru, tetapi masa
tersebut rawan bagi mereka yang pada umumnya suka meniru apa yang dilihat
disekelilingnya. Anak akan merekam setiap kejadian di sekitarnya dan ia akan
selalu mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya baik itu kejadian yang
menyenangkan maupun kejadian yang menyedihkan.
Di dalam perkembangan dunia pendidikan, makin banyak bermunculan
berbagai metode membaca Al-Qur‟an, salah satunya adalah metode Iqro‟. Metode
Iqro‟ merupakan cara belajar aktif sehingga siswa didorong untuk aktif dan guru
hanya membimbing saja. Mengajar anak untuk belajar membaca Al-Qur‟an
memang butuh kesabaran dan ketelatenan. Langkah awal yang harus diperhatikan
ketika anak mulai belajar membaca huruf Arab dengan mengenal huruf-huruf
hijaiyah. Dalam pengenalan huruf-huruf hijaiyah, kita harus mengetahui bahwa
hal ini merupakan sesuatu yang masih baru dan asing bagi anak-anak. Oleh karena
itu, ajarkan secara perlahan-lahan dan bertahap dan jangan memaksanya untuk
segera bisa dan hafal. Karena jika dipaksa anak akan cepat bosen dan akhirnya
timbul rasa malas untuk belajar membaca huruf Arab.
Dalam proses belajar membaca huruf hijaiyah dibutuhkan suasana yang
tenang, damai dan gembira. Jika ini mampu diciptakan, maka secara tidak
langsung akan memberikan dampak yang positif bagi anak yaitu anak akan
tertarik dan termotivasi untuk belajar. Banyak metode yang bisa digunakan oleh
guru dalam mengajar membaca permulaan huruf Arab, seperti metode Qiro’atil,
Iqro’, dll. Metode-metode ini mengajarkan sistem yang mudah dan cepat dalam
membaca tetapi jika metode ini ditambah dengan metode BCM (bermain, cerita
dan menyanyi) akan menjadi lebih baik.
Keberhasilan suatu program terutama pengajaran dalam proses belajar
mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode dan penggunaan metode itu sendiri.
Adapun pembelajaran membaca Al-Qur‟an pada tahap permula menekankan pada
kemampuan siswa dalam membunyikan lambang-lambang huruf hijaiyah, kalimat
pendek hingga membaca ayat-ayat pendek dalam Al-Qur‟an dan belum sampai
pada pemberian makna.
Pola pembelajaran yang mengaitkan berbagai kondisi lingkungan yang
akrab dengan kehidupan siswa sehari-hari, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa memahami materi pelajaran termasuk kemampuan membaca.
Pada hakikatnya kemampuan berbahasa diperoleh melalui praktik dan latihan.
Melatih keterampilan membaca berarti melatih keterampilan berpikir. Seseorang
yang memiliki keterampilan berpikir, dengan sendirinya memiliki kemampuan
membaca sehingga mudah menyerap hal-hal baru yang diperoleh melalui kegiatan
membaca. Lebih lanjut ditegaskan bahwa keterampilan membaca merupakan
keterampilan intelektual yaitu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda
hitam yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-
kata tersebut. Kemampuan membaca sangat dipengaruhi oleh ketajaman penalaran
seseorang. Hal ini dapat tercapai melalui latihan yang efektif.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sihingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Landasan yuridis dalam
pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis
tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
B. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pengertian dalam memahami
judul skripsi ini, maka dijelaskan istilah-istilah yang digunakan sebagaimana
diuraikan berikut :
1. Kemampuan Membaca
Yang dimaksud dengan kemampuan membaca menurut Broto (1990)
adalah dapat memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jelas:
mengucapkan bahasa, mengenal bentuk, memahami isi yang dibaca.3
Dari uraian tersebut, yang dimaksud kemampuan membaca di dalam
penelitian ini adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa dengan
memahami isi bacaan huruf Arab.
2. Pendekatan Tematik
Pendekatan adalah 1) proses perbuatan, cara mendekati; 2) usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk nengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan “approach” dalam bahasa Arab
disebut “madkhal”4
Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan model
pembelajaran tepadu yaitu pendekatan yang memungkinkan peserta didik baik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Pembelajaran ini merupakan
model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dalam suatu tema
tertentu.1
Berdasar uraian tersebut, yang dimaksud pendekatan tematik dalam
penelitian ini adalah metode yang diterapkan di dalam pembelajaran huruf Arab
dengan memadukan beberapa pokok bahasan dalam satu tema tertentu.
3 Broto,Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa kedu di Sekolah Dasar Berdasarkan
Pendekatan Linguistik.(Jakarta:Bulan Bintang,1990),Hlm.143
4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. ( Jakarta:Ciputat
pers,2002) Hlm 99.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu
apakah pendekatan tematik dapat meningkatkan kemampuan membaca huruf
Arab di kelas I MI Al Ittihad Rowo Kandangan Temanggung tahun ajaran
2010/2011?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi pendekatan tematik dapat
meningkatkan kemampuan membaca huruf Arab di kelas I MI Al Ittihad Rowo
Kandangan Temanggung tahun ajaran 2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan
praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis berkenaan dengan penelitian ini, diharapkan dapat
menambah khasanah kajian teori berkaitan dengan upaya peningkatan
kemampuan membaca. Kemampuan siswa membaca akan memotivasi siswa
untuk meningkatkan pengetahuan, sehingga membentuk siswa menjadi pribadi
yang dapat berpikir praktis dan selalu ingin tahu.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai masukan bagi siswa bahwa kebiasaan dan latihan dapat meningkatkan
kemampuan membaca huruf Arab.
b. Memperoleh informasi bagi peneliti tentang pendekatan tematik dalam
meningkatkan kemampuan membaca huruf Arab.
BAB II
PENDEKATAN TEMATIK
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA HURUF ARAB
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai upaya
penelusuran karya yang dihasilkan sebelumnya dan ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut kajian pustaka ini dimaksudkan
untuk membuktikan keotentikan (keaslian) penelitian, bahwa permasalahan dalam
penelitian ini belum pernah diangkat oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian yang pernah dilakukan dan ada hubungannya dengan
pendekatan tematik dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca huruf
Arab, di antaranya :
1. Pelaksanaan pembelajaran yang terpisah muncul permasalahan di kelas rendah
(I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah.
Angka mengulang dan angka putus sekolah peserta didik kelas I jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan
bahwa angka mengulang kelas I 11,6 %, sementara kelas dua 7,51 %, kelas III
6,13 %, kelas IV 4,64 %, kelas V 3,1 %, kelas VI 0,37 %. Pada tahun yang
sama angka putus sekolah dasar kelas I sebesar 4,22 %, masih jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kelas II 0,83 %, kelas III 2,27 %, kelas IV
2,71 %, kelas V 3,79 %, kelas VI 1,78 % (Badan Pusat Statistik, 2000).2
2. Ratna Juwita dalam skripsi berjudul Problem-Problem Pengajaran
Transliterasi Baca Tulis Al Qur’an di SD Islam Terpadu As-Salamah
Ungaran Tahun 2004 menyampaikan hasil penelitiannya bahwa problem yang
terdapat pada persepsi guru mengajarkan transliterasi, kemampuan baca-tulis
Al Qur‟an
2 Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. (Jakarta : PT Prestasi
Pustakakarya. 2009) hlm 11
dan kecenderungan membaca, materi tranliterasi yang padat, keterbatasan
sarana dan prasarana, serta keterbatasan alokasi waktu.3
Di dalam tulisannya tidak digambarkan bahwa pengalihan lafadz-lafadz Al
Qur‟an dalam sistem penulisan latin bertujuan untuk mendekatkan kepada
bunyi asli, untuk mempermudah menulis Al Qur‟an.
3. Penelitian lain yang pernah dilakukan mengangkat persoalan pengupayaan
pembelajaran baca-tulis Al Qur‟an adalah skripsi yang ditulis oleh Aris
Binomo. Dalam tulisannya digambarkan pengaruh kemampuan baca-tulis Al
Qur‟an terhadap prestasi belajar PAI di SMP Siti Salechah. Dalam skripsi
tersebut tentang materi dan metode menulis huruf Al Qur‟an.4
4. Penelitian yang mempunyai kesamaan dengan penelitian ini pernah diangkat
oleh Ukhti Ahada. Dalam penelitiannya dideskripsikan beberapa dasar
pembelajaran menulis huruf Al Qur‟an, selain itu juga melakukan pembahasan
terhadap materi pembelajaran menulis dengan metode BTQ (Baca Tulis Al
Qur‟an) di dalam KKG PAI. Namun penelitiannya tidak lebih detail
mempersoalkan kecenderungan ketidakseimbangan antara belajar dan menulis
siswa.5
5. Berdasarkan kajian pustaka sebagaimana diuraikan di atas, belum ada yang
mengangkat persoalan pendekatan tematik sebagai upaya meningkatkan
kemampuan membaca huruf Arab. Dengan demikian beberapa penelitian
diatas berbeda dengan permasalahan di dalam skripsi ini.
3 Ratna Juwita (3100025), Problem-Problem Pengajaran Transliterasi Baca Tulis Al
Qur’an di SD Islam Terpadu As-Salamah Ungaran, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang 2004. 4 Aris Binomo (3199108), Pengaruh Kemampuan Baca dan Menulis Al Qur’an terhadap
Prestasi Belajar PAI di SMP Siti Salechah. Sriwulan-Sayung-Demak. Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang 2004. 5 Ukhti Ahada (3101078), Problematika Menulis Huruf Al Qur’an di TPQ Al-Iman
Ngaliyan Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2004.
B. Landasan Teori
1. Kemampuan Membaca Al Qur’an
Yang dimaksud dengan “dapat membaca” di dalam skripsi ini adalah
dapat mengucapkan lambang bahasa. Sedangkan kemampuan membaca adalah
dapat memahami fungsi dan makna sesuatu yang dibaca. Adapun yang dimaksud
dengan kemampuan membaca menurut Broto (1990) adalah dapat memahami
fungsi dan makna yang dibaca, dengan jelas: mengucapkan bahasa, mengenal
bentuk, memahami isi yang dibaca.6
Sebelum siswa dapat membaca (mengucapkan huruf, bunyi atau
lambang bahasa) lebih dahulu siswa harus mengenal huruf. Kemampuan
mengenal huruf dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan guru
menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat
yang disertai gambar. Begitupun dalam pembelajaran membaca huruf Arab,
siswa harus dapat mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dulu sebelum dengan
memperhatikan bacaan guru atau tulisan.
Abjad Arab yang kadang-kadang disebut huruf Hijaiah, berasal dari aksara
Aramaik (dari bahasa Syria dan Nabatea), di mana abjad Aram terlihat
kemiripannya dengan abjad Koptik dan Yunani. Terlihat perbedaan penulisan
antara Magribi dan Timur Tengah. Di antaranya adalah penulisan huruf qaf dan
fa. Di Maghribi, huruf qaf dan fa dituliskan dengan memiliki titik di bawah dan
satu titik di atasnya.7
a. Definisi Baca Tulis Al Qur’an
Membaca berasal dari kata dasar “baca”, berdasarkan kamus ilmu jiwa dan
pendidikan, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurut peraturan-
peraturan tertentu. Pada hakekatnya kegiatan membaca merupakan : (1) kegiatan
visual, yaitu yang melibatkan mata sebagai indera; (2) kegiatan yang terorganisir
6 Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua di Sekolah Dasar
Berdasarkan Pendekatan Linguistik. (Jakarta : Bulan Bintang, 1990), hlm. 143. 7 http://id.wikipedia.org/wiki/Huruf_Arab diakses tanggal 2 Februari 2011
dan sistematis, yaitu ada bagian awal dan bagian akhir; (3) sesuatu yang abstrak
namun bermakna; dan (4) sesuatu yang berkaitan dengan bahasa dan masyarakat
tertentu Strevens (dalam Sawitri 1997).8
Sebagai suatu kegiatan yang visual, indera mata senantiasa terlibat secara
langsung, baik untuk kegiatan membaca yang disengaja maupun tak disengaja.
Hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia
sehari-hari dan yang selalu berhubungan dengan alam sekitarnya. Fakta
menunjukkan, bahwa manusia selalu berhadapan dengan segala macam slogan
diberbagai media massa, aturan-aturan berupa rambu-rambu lalu lintas, dan juga
aturan tentang prosedur dalam melakukan suatu kegiatan serta banyak lagi hal-hal
yang tanpa disadari memaksa mata melakukan tugasnya dalam membaca.
Semua kegiatan visual di atas dapat dipahami, apabila di dalamnya ada
bagian awal dan bagian akhir yang menandai keseluruhan makna berdasarkan
konteks. Dengan demikian kegiatan membaca mencakup berbagai macam objek
yang abstrak dan bermakna, sehingga dapat dipahami dan dilakukan.
Unsur pemahaman yang disertai dengan tindakan berkaitan erat dengan
bahasa yang dipergunakan oleh kelompok masyarakat tertentu. Jadi ketika
melakukan kegiatan membaca yang disertai dengan pemahaman, manusia secara
tidak langsung terlibat dengan bahasa dan budaya masyarakat tersebut.
Sebelum siswa dapat membaca (mengucapkan huruf, bunyi, atau lambang
bahasa) dalam Al Qur‟an, lebih dahulu siswa harus mengenal huruf yaitu huruf
Hijaiyah. Kemampuan mengenal huruf dapat dilakukan dengan cara melihat dan
memperhatikan guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan
dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran membaca adalah
kegiatan pembelajaran membaca yang tidak ditekankan pada upaya memahami
informasi, tetapi ada pada tahap melafalkan (melesankan) lambang-lambang.
8 Sawitri, Pengembangan Silabus Mata Kuliah Keterampilan Membaca (lisan) untuk
Mahasiswa Peserta Kuliah Bahasa Jerman. (Malang : IKIP Malang, 1997) hlm. 36
Adapun tujuan pembelajaran membaca permulaan agar siswa dapat
membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib. Di dalam
Permenag nomor 2 tahun 2008 dituangkan standar kompetensi membaca yang
harus dimiliki oleh siswa SD/MI kelas I berkaitan dengan aspek Al Qur‟an,
indikatornya (1) melafalkan surat Al Fatekhah, Al Ikhlas, dan Al Kautsar.9
b. Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pada intinya proses
pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik dan
sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran itu.
Proses adalah tuntutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan
sesuatu. Jadi, proses pembelajaran adalah tahapan-tahapan yang ditempuh oleh
pendidik dan peserta didik dalam rangka proses merubah tingkah laku untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Belajar mengajar sebagai
proses menurut Nana Sujana terjadi manakala terdapat interaksi antara guru
sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.10
Belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua rang dan berlangsung seumur hidup.11
Salah
satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik),
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Sebagai suatu proses, maka pembelajaran tidak terlepas dari ciri-ciri
tertentu, menurut Syaiful Bahri Djamarah, dkk,. sebagai berikut :12
9 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama Islam SD/MI. (Jakarta : Depdiknas, 2004)
hlm. 9 10
Nana Sujana, Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung : Sinar Baru, 1989), hal. 11. 11
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta : Ciputat
Pers, 2002) 12
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Renika Cipta, 2002)
1) Proses pembelajaran memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik
dalam suatu perkembangan tertentu. Hal inilah yang dimaksud bahwa proses
pembelajaran itu sadar akan tujuan, yaitu dengan menempatkan anak didik
sebagai pusat perhatian.
2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan dan di desain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Proses pembelajaran ditandai dengan satu penggarapan materi yang khsus.
Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk
mencapai tujuan.
4) Proses pembelajaran ditandai dengan aktivitas anak didik. Aktivitas anak didik
dalam hal ini bersifat fisik maupun secara mental.
5) Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam
perannya sebagai pembimbing, maka guru harus berusaha menghidupkan dan
memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif antara anak
didik dan guru.
6) Dalam proses pembelajaran membutuhkan disiplin. Disiplin dalam proses
pembelajaran ini dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur
sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah disepakati oleh pihak guru
maupun anak didik dengan sadar.
7) Ada batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok anak didik), maka batas waktu menjadi salah satu ciri
yang tidak bisa ditinggalkan.
8) Evaluasi, dari seluruh kegiatan diatas, masalah evaluasi merupakan bagian
penting yang tidak bisa diabaikan.
Beberapa ciri pembelajaran di atas merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Setiap elemennya saling mengisi dan berintegrasi untuk
menjadikan proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Kesemuanya itu
merupakan kegiatan yang berlangsung secara sadar dan berlaku sepanjang masa.
Oleh karena itu, ciri-ciri ini harus ada pada tiap-tiap proses pembelajaran.
c. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
1) Metode Iqro‟
Metode Iqro‟ adalah cara cepat membaca Al Qur‟an yang terdiri
dari enam jilid, dilengkapi buku Tajwid praktis dan bisa dimengerti dalam
waktu relatif singkat. Metode ini dalam praktek pelaksanaannya tidak
membutuhkan alat yang bermacam-macam, dan metode ini dapat
ditekankan pada bacaan (mengeluarkan bacaan huruf atau suara huruf Al
Qur‟an) dengan fasih dan benar sesuai dengan makhraj dan bacaannya.
2) Metode Qiroati
Metode ini adalah suatu metode membaca Al Qur‟an yang
langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai kaidah
ilmu tajwid. Metode Qiroati ini dikenal ada beberapa bentuk dalam
pelaksanaannya, yaitu :
(a) Sorongan, individu atau privat
Dalam bentuk ini anak didik bergiliran membaca satu persatu,
satu atau dua halaman sesuai dengan kemampuannya.
(b) Klasikal-individual
Sebagian waktu digunakan guru untuk menerangkan pokok-
pokok pelajaran secara klasikal sekedar dua atau tiga halaman. Dan
sebagian lain untuk individual/sorongan.
(c) Klasikal Baca Simak
Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan
menyimal bacaan Al Qur‟an siswa, kemudian dilanjutkan pelajaran
berikutnya dengan cara yang sama sampai waktu pelajaran selesai.
Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri dari
beberapa jilid dalam satu kelas. Sedangkan untuk klasikal-individual
dan kalsikal-baca simak hanya bisa diterapkan untuk kelas yang terdiri dari
satu jilid saja.13
d. Proses Belajar Baca-Tulis Al Qur’an
Proses belajar berarti suatu tahapan dalam bentuk pembelajaran
membaca Al Qur‟an. Setiap proses belajar diikuti oleh sub proses belajar serta
serangkaian fase-fase. Rangkaian fase-fase tersebut dapat ditemukan dalam
setiap jalur pendidikan. Sedangkan jalur atau tingkat proses belajar membaca
Al Qur‟an sebagai berikut :
1) Tingkatan atau jenjang membaca Al Qur‟an
(a) Taman-taman Kanak-Kanak Al Qur‟an untuk usia kanak-kanak (4-6)
tahun.
(b) Taman Pendidikan Al Qur‟an untuk usia anak Sekolah Dasar, Madrasah
Ibtidaiyah (7-12) tahun.14
Perbedaan dari kedua tingkatan atau jenjang
pada pendidikan Al Qur‟an antara Taman Kanak-Kanak Al Qur‟an hanya
pada usia mereka belajar.
2) Proses belajar membaca Al Qur‟an
Tahap pertama anak-anak dalam periode belajar membaca, mereka
belum bisa membaca Al Qur‟an dengan menggunakan mushaf, kitab ataupun
papan tulis. Dalam tahapan ini mereka diajari surat-surat pendek. Guru dalam
melaksanakan pelajaran ini menggunakan langkah sebagai berikut :
(a) Guru menyuruh murid untuk membacanya, dan setiap murid agar
membaca bagian yang telah ditentukan, diikuti oleh yang lain dengan
mengulangi bacaan ini, dan apabila ada kesalahan harus segera dibetulkan.
Kemudian guru menyuruh kepada murid agar membaca secara
berkelompok dan
13
As‟ad Humam, Buku Iqro‟. Cara Cepat Membaca Al Qur’an. (Yogyakarta : Balai
Litbang LPTQ Nasional. Tim Tadarus AMM, 2000) hlm. 15. 14
As‟ad Humam, Buku Iqro‟. Cara Cepat Membaca Al Qur’an. (Yogyakarta : Balai
Litbang LPTQ Nasional. Tim Tadarus AMM, 2000) hlm. 11.
mengatur bacaan tersebut, baik memulainya atau berhentinya (wakaf).
Kemudian guru mengulanginya agar murid membaca secara individu.15
(b) Menyempurnakan bacaan
Dalam melaksanakan belajar membaca Al Qur‟an untuk mencapai
efektif suatu tujuan yang diharapkan lembaga pendidikan, maka dalam
pelaksanaan belajar membaca Al Qur‟an untuk pemula, harus merumuskan
beberapa hal seperti : Sistem pembelajaran atau pendidikan, salah satunya
adalah berpusat pada siswa, yaitu memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuannya.
2. Hakikat Model Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran
yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.16
Dalam pembahasannya tema itu
ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh tema “Air” dapat ditinjau
dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema
itu dapat ditinjau dari bidang studi lain seperti IPS, bahasa, dan seni.
Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Sesuai dengan tahapan perkembangan
anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna,
kegiatan pembelajaran anak kelas awal SD/MI sebaiknya dilakukan dengan
pembelajaran tematik.
15
Chobib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : Grafindo Persada, 1994) hlm. 29-
31. 16
Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. (Jakarta : PT Prestasi
Pustakakarya. 2009) hlm 78.
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu
tipe/jenis daripada model terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya
adalah model pembelajaran terpadu untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. 17
Menurut Ujang Sukandi pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan
sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran
dalam satu tema. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan
cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan
tiap pertemuan.18
Dengan pembelajaran menggunakan tema diharapkan akan memberikan
banyak keuntungan, antara lain :
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari mata pelajaran lain;
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
17
Departemen Pendidikan Nasional. Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
(Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. 2005.) hlm 5. 18
Ujang Sukandi. Belajar Aktif & Terpadu. (Surabaya : Duta Graha Pustaka. 2003.) hlm
3.
Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-model pembelajaran
yang aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik
aktivitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiry secara aktif
sampai dengan penyerapan pengetahuan yang pasif, dengan memberdayakan
pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami
dunia kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh
guru yang demikian akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa
dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Kaitan konseptual
yang dipelajari dengan isi bidang studi lain yang relevan akan membentuk
schemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang
kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran
terpadu.19
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan tersebut, pada
dasarnya kurikulum terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan
siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Pendidikan sebagai proses
mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan bukan matapelajaran diskrit yang
terbagai-bagi.
a. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan filosofi dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu : (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentuk
19
Udin Syaefudin, dkk. Pembelajaran Terpadu ( Bandung : UPI Press. 2006) hlm 5.
oleh manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada
anak, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin
tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran
humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran
tematik dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
konstribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut
disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa mempelajarinya.
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab V pasal 1-b menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para
tokoh
Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan seuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-
unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Kaitan koseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat
membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain : (1) pengalaman
dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan
belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan lebih lama; (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
(5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan (6)
mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.20
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat yaitu : (1) dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan,
20
Departemen Pendidikan Nasional. Strategi Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.
(Jakarta : Depdiknas. 2006.) hlm 6.
karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; (2) siswa
mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; (3)
pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai
proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; (4) dengan adanya pemanduan antar
mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Menurut Depdiknas (2006), sebagai model pembelajaran di sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah, pembelajaran tematik mempunyai karakteristik-
karakteristik antara lain berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung,
pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai
matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.21
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang
lebih abstrak.
3) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antra matapelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
21
Departemen Pendidikan Nasional. Strategi Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.
(Jakarta : Depdiknas. 2006.) hlm 8
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
matapelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
c. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut Ujang Sukandi (2003), pembelajaran terpadu memiliki satu tema
aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-
hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa
matapelajaran.22
Pengajaran tematik perlu memilih beberapa matapelajaran yang
mungkin dan saling terkait.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik menurut Triatno
(2009) dapat diklasifikasikan menjadi (1) prinsip penggalian tema, (2) prinsip
pengelolaan pembelajaran, (3) prinsip evaluasi, dan (4) prinsip reaksi.23
22
Ujang Sukandi. Belajar Aktif & Terpadu. (Surabaya : Duta Graha Pustaka. 2003.) hlm
109. 23
Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. (Jakarta : PT Prestasi
Pustakakarya. 2009) hlm 84-86
1) Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam
pembelajaran tematik. Artinya tema-tema saling tumpang tindih dan ada
keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian
dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa
persyaratan :
(a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun mudah dapat digunakan untuk
memadukan banyak matapelajaran;
(b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji
harus memberikan bekal siswa untuk belajar selanjutnya;
(c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak;
(d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;
(e) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar;
(f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku
serta harapan masyarakat (atas relevansi);
(g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.
2) Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu
menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu
menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.
(a) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
(b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok;
(c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam perencanaan.
(d)
3) Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Dalam
melaksanakan pembelajaran tematik, diperlukan beberapa langkah-langkah
positif, yaitu :
(a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self
evaluation/self assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya;
(b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar
yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan
yang akan dicapai.
4) Prinsip Reaksi
Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta
tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh
dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal inui dan guru
hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal
yang dicapai.
d. Ragam Model Pembelajaran Terpadu Berdasarkan Pengintegrasian Tema
Berdasarkan pola pengintegrasian tema, Fogarty (1991:vi) dalam Trianto24
mengemukakan bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu yaitu
(1) the fragmented model (model tergambarkan), (2) the connected model (model
terhubung) (3) the nested model (model tersarang), (4) the squendced model
(model terurut), (5) the shared model (model terbagi), (6) the webbed model
(model terjaring), (7) the threaded model (model tertali), (8) the integrated model
(model terpadu), (9) the immersed model (model terbenam), (10) the networked
model (model jaringan). Model pembelajaran terpadu layak dikembangkan dan
mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (pendidikan dasar) yaitu model
keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model
keterpaduan (inttegreted).
1) Model Keterhubungan (Connected)
24
Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. (Jakarta : PT Prestasi
Pustakakarya. 2009) hlm 41.
Menurut Trianto, Fogarty (dalam Prabowo,2000) mengemukakan bahwa
model terhubung (connected) merupakan model integrasi inter bidang studi.
Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep,
keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam satu pokok
bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau
kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang
studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu.
2) Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini perkembangannya dimulai
dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara
guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema
tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan
kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan
aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
3) Model Keterpaduan (integrated)
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan
bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan
keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa
bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan
hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan
program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan sikap
yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya
dupilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan
erat dan tumpang tindih di antara berbadai bidang studi.
Berdasarkan uraian tersebut, di dalam penelitian ini digunakan pendekatan
pembelajaran dengan model keterpaduan (integrated). Kegiatan pembelajaran
membaca huruf Arab memadukan beberapa bidang studi, yaitu PKn, bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS secara sederhana mengangkat tema
lingkungan dan tema pengalamanku.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa kelas I MI Al Ittihad Rowo Kecamatan Kandangan
Kabupaten Temanggung kemampuan membaca huruf Arab rendah. Siswa hanya
bisa menulis apabila dibantu oleh guru. Selain itu pola pembelajaran disampaikan
oleh guru kurang bervariasi sehingga tidak menarik perhatian siswa.
Guru berasumsi bahwa cara yang dapat digunakan dalam pembelajaran
membaca huruf Arab adalah dengan pendekatan tematik. Pendekatan tematik ini
akan memberi rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari
berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan kemampuan membaca
huruf Arab.
Melalui pendekatan tematik ini, memotivasi siswa untuk ikut beraktivitas
dengan gembira, sehingga memotivasi untuk terlibat aktif di dalam proses
pembelajaran. Dari deskripsi di atas, diduga pendekatan tematik menciptakan
kondisi yang dekat dengan lingkungan dan bermakna bagi siswa sehingga
meningkatkan kemampuan membaca huruf Arab.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan tematik dapat meningkatkan kemampuan membaca
huruf Arab di kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan Temanggung tahun ajaran
2010/2011. Dapat disampaikan bahwa hipotesis yang diajukan sudah ada
keberhasilannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk membuktikan bahwa pendekatan tematik dapat dilakukan sebagai
upaya meningkatkan kemampuan membaca huruf Arab, maka jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Menurut
Sugiyono (2003) peneliti tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh
perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu
untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut
dan kemudian setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan, melakukan prosedur ini.25
Tujuan utama penelitian ini
adalah mengubah 1) situasi, 2) perilaku, 3) mekanisme kerja.
Penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari istilah
bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang
dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan
pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan
kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robbin Mc. Taggart, John Elliot, Dave
Ebbutt dan lainnya.26
Secara luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang d iteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.27
25
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung : Alfabeta, 2003), hlm. 9 26
Nizar Alam Hamdani, Dody Hermana, Classroom Action Research (Teknik Penulisan
dan Contoh Proposal PTK), (Bandung Rehayasa, 2008), hlm. 42 27
Nizar Alam Hamdani, Dody Hermana, Classroom Action Research (Teknik Penulisan
dan Contoh Proposal PTK), hlm. 42-43
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian tindakan dilaksanakan di MI Ittihad Rowo Kandangan
Temanggung tahun ajaran 2010/2011. MI Ittihad Rowo Kandangan adalah suatu
Lembaga Pendidikan Islam yang terletak di Desa Rowo Kecamatan Kandangan
Kabupaten Temanggung. MI Ittihad Rowo Kandangan berbatasan langsung
dengan rumah-rumah penduduk Desa Rowo Kecamatan Kandangan. Tenaga
kependidikan berjumlah 8 orang dan peneliti meminta bantuan Aisyah, S.Pdi
sebagai partner kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini. Jumlah peserta
didik kelas I Ittihad Rowo Kandangan 14 anak dengan rincian 5 siswa laki-laki
dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di MI Ittihad Rowo
Kandangan Temanggung Adapun menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas
I.
Waktu penelitian ini dilakukan pada semester genap di kelas I tahun ajaran
2010/2011. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam kemampuan
membaca huruf Arab menggunakan pembelajaran dengan pendekatan tematik.
Penelitian ini adalah salah satu upaya dalam rangka penggunaan pendekatan
tematik untuk meningkatkan kemampuan membaca huruf Arab. Dengan ini,
materi yang disampaikan berkisar tentang materi bacaan dan anggota kata
sederhana dengan huruf Arab. Penelitian Tindakan Kelas merupakan jembatan
untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan penelitian di bidang pendidikan
pada umumnya.
C. Pelaksana dan Kolaborator
Penelitian ini menggunakan bentuk kolaborasi. Penulis selaku pencetus
ide sebagai pelaksana dan Slamet Rahayu selaku kolaborator sebagai pengamat
pembelajaran tematik yang dirancang oleh peneliti selaku pelaksana tindakan.
D. Variabel
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2009) pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.28
Dalam penelitian ini variabelnya adalah kemampuan membaca
huruf Arab dalam pembelajaran menggunakan pendekatan tematik, dengan
indikator sebagai berikut :
1. Mampu memahami huruf dan kata-kata sederhana dalam bahasa Arab.
Pemahaman pada kaidah membaca huruf Arab ini diukur dengan membaca
dan menjawab soal yang telah dipersiapkan oleh penulis.
2. Mampu mempraktikkan secara langsung atau melafadzkan dengan jelas huruf
dan kata sederhana berbahasa Arab yang terdapat dalam materi pelajaran
tematik di kelas I secara fasih.
E. Metode Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, antara lain :
1. Metode Observasi
Sutrisno Hadi (1996) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan pskiologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.29
Dalam kegiatan ini yang diobservasi secara langsung adalah kegiatan
tindakan pelaksanaan pembelajaran pendekatan tematik dalam upaya
peningkatan kemampuan membaca huruf Arab di kelas I MI Ittihad Rowo
Kandangan Temanggung.
2. Metode Wawancara
28
Sugiyono; Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D); (Bandung; Alfabeta; 2009), hlm. 60 29
Sutrisno Hadi; Metode Penelitian Pendidikan Research; (Bandung; Alfabeta; 1996),
hlm. 203.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau
self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.30
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan telepon. Wawancara memiliki sifat yang luwes,
pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala
sesuatu yang ingin diungkapkan dapat digali dengan baik.31
Metode ini digunakan untuk merefleksi setiap tindakan yang telah
dilakukan peneliti, dengan melakukan diskusi dengan kolaborator tentang
kekurangan dan perbaikan terhadap tindakan yang dilakukan. Hasil wawancara
dengan kolaborator dijadikan acuan untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca huruf Arab
menggunakan pendekatan tematik di kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan
Temanggung.
3. Metode Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dijadikan penetapan skor angka.32
Metode tes ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan penilaian
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid meliputi : kesanggupan mental,
30
Sugiyono; Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D); hlm. 194. 31
Nizar Alam Hamdani & Dody Hermana, Classroom Action Research (Teknik Penulisan
dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), hlm. 76. 32
Nizar Alam Hamdani & Dody Hermana, Classroom Action Research (Teknik Penulisan
dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), hlm. 77
achievement (test penguasaan hasil belajar), keterampilan, koordinasi, motorik
dan bakat, baik secara individu maupun kelompok.33
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
membaca huruf Arab menggunakan pendekatan tematik model pembelajaran
keterpaduan (integrated) di kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan Temanggung
sebagai bentuk evaluasi setelah tindakan yang dilakukan.
4. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah beberapa dokumen-dokumen baik berupa dokumen
primer maupun sekunder yang menunjang proses pembelajaran di kelas.34
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang terkait dengan penerapan
pendekatan tematik pembelajaran keterpaduan (integrated) sebagai upaya
peningkatan kemampuan membaca huruf Arab menggunakan di kelas I MI
Ittihad Rowo Kandangan Temanggung.
F. Prosedur Penelitian
Di dalam penelitian tindakan kelas prosedur yang harus dilakukan adalah
(1) merencanakan, (2)melakukan tindakan, (3) mengamati, (4) dan refleksi.35
Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Tanpa
rencana, kegiatan yang dilakukan tidak akan terarah. Rencana akan menjadi acuan
dalam melaksanakan tindakan.
Melakukan tindakan sebagai langkah kedua merupakan realisasi dari
rencana yang dibuat. Selanjutnya agar tindakan yang dilakukan dapat diketahui
33
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, hlm. 62. 34
Sutrisno Hadi; Metode Penelitian Pendidikan Research; (Bandung; Alfabeta; 1996),
hlm. 203.
35
IGAK Wardhani. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Universitas Terbuka.2008) hlm
2.4.
kualitasnya apakah sudah sesuai dengan rencana, perlu dilakukan pengamatan /
observasi. Berdasarkan pengamatan ini dapat ditentukan apakah ada hal-hal yang
harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara sederhana observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu.
Refleksi sebagai langkah keempat dilakukan setelah tindakan berakhir.
Pada tahap ini mencoba merenungkan kembali yang telah dilakukan dan
dampaknya terhadap proses belajar siswa. Keempat tahap tersebut merupakan satu
siklus, oleh karena itu setiap tahap akan berulang kembali. Dengan adanya
penelitian tindakan kelas kesalahan dalam proses pembelajaran kan cepat
dianalisis dan diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Untuk melakukan penelitian tindakan kelas terdapat beberapa model
penelitian tindakan kelas yang dapat dipergunakan. Dalam penelitian model
tergantung kebutuhan serta kemampuan peneliti memahami model yang tersedia.
Minimal terdapat empat model PTK (Penelitian Tindakan Kelas), yaitu model
yang dikembangkan oleh Ebbut (1985), model yang dikembangkan oleh Kemmis
dan Mc Taggart (1998), Elliot (1991), dan Mc. Kernan (1991). Secara garis besar
keempat model tersebut memiliki bentuk seperti gambar di bawah ini.36
36
Nizar Alam Hamdani & Dody Hermana, Classroom Action Research (Teknik Penulisan
dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)), hlm. 51-52
Gambar 1
Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Peningkatan Kemampuan Membaca Huruf Arab dengan Pendekatan
Tematik di Kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan Temanggung
G. Rencana Tindakan
Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan
SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan
SIKLUS II
Refleksi
SIKLUS
BERIKUTNYA
Penelitian ini dilakukan di kelas MI Ittihad Rowo Kandangan
Temanggung yang berjumlah 14 anak, siswa laki-laki 5 dan siswa perempuan 9.
Dengan menggunakan pendekatan tematik untuk peningkatan kemampuan
membaca huruf Arab, siklus direncanakan sebanyak dua kali. Penelitian
berlangsung pada bulan Februari 2011 hingga bulan April 2011. Dengan
menggunakan alat bantu instrumen yang disusun oleh penulis sendiri.
Penulis dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model
kolaborasi. Penulis menganggap bahwa dengan menggunakan pendekatan tematik
model pembelajaran keterpaduan (integrated) kemampuan membaca huruf Arab
di kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan Temanggung dapat ditingkatkan sekurang-
kurangnya 70% atau sesuai KKM yang ditetapkan yaitu 70,00.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada siklus pertama, dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali
dengan kegiatan pengenalan metode demonstrative kepada temen sejawat yang
bertindak sebagai observatory dan pelaksana harian. Kemudian penulis
menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Di dalam RPP memuat
skenario pembelajaran, alat peraga yang digunakan, format evaluasi, serta
format observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Kelas
Tahapan selanjutnya adalah tahapan tindakan penerapan tindakan yang
mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis dalam RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Skenario yang disusun pada siklus pertama
difokuskan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan ini dapat digunakan
seperti di bawah ini :
1) Guru menentukan tema yang akan disampaikan
2) Guru mengulas materi yang pernah disampaikan sebagai dokumentasi
mengetahui kondisi awal kemampuan siswa membaca huruf Araf sebelum
proses pembelajaran.
3) Siswa diberi gambar tema, untuk memenuhi kemampuan membaca huruf
Arab dengan cara siswa membaca huruf Arab untuk melengkapi gambar
tersebut.
4) Salah seorang siswa membaca kata-kata sederhana menggunakan huruf
Arab.
5) Siswa dibentuk menjadi kelompok yang terdiri dari empat orang,
bergantian bertugas untuk saling bertanya dan menjawab sampai seluruh
siswa bertanya jawab dengan temannya.
6) Setelah semua siswa mendapat giliran tugas yang sama membaca huruf
Arab dari gambar-gambar berbeda, guru memulai mengajukan pertanyaan
secara acak kepada siswa.
7) Setiap anak setelah mampu mengidentifikasi bacaan, kemudian
mempraktekkannya sesuai dengan nama bacaan tersebut.
c. Observasi
Setelah tahapan tindakan, tahapan berikutnya adalah tahapan observasi
atau tahapan pengamatan. Pada tahapan ini dilakukan observasi secara
langsung dengan memakai format observasi yang telah disusun dan
melakukan penilaian terhadap hasil tindakan dengan menggunakan format
evaluasi yang telah disusun. Observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
sampai sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh guru dalam
pembelajarannya, di antaranya :
1)Penguasaan guru dalam menggunakan pendekatan tematik dalam
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I;
2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
membaca huruf Arab dengan pendekatan tematik model pembelajaran
keterpaduan (integrated).
d. Refleksi
Tahap akhir dari siklus pertama adalah tahapan refleksi. Pada tahapan ini
penulis menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi
yang ada, sehingga penulis merencanakan untuk melakukan perbaikan
tindakan yang dilakukan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Tahapan Perencanaan Tindakan
Siklus kedua sama dengan siklus pertama. Siklus yang kedua juga terdiri
dari empat tahapan. Pada tahapan perencanaan dilakukan identifikasi masalah
yang timbul pada siklus pertama. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan
kolaborator dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus peratama,
selanjutnya dilakukan pada tahapan tindakan penyusunan skenario
pembelajaran yang mencakup alternatif pemecahan masalah pada siklus
pertama yang disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada
pendekatan tematik model pembelajaran keterpaduan (integrated).
b. Tahapan Tindakan
Tahapan selanjutnya adalah tahapan tindakan. Penerapan tindakan
yang mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Skenario yang disusun pada siklus kedua
difokuskan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan ini dapat diuraikan
seperti di bawah ini :
1) Guru menentukan tema yang akan disampaikan
2) Guru mengulas materi yang pernah disampaikan untuk mengukur
peningkatan kemampuan siswa membaca huruf Araf pada siklus I
3) Siswa diberi gambar tema, untuk memenuhi kemampuan membaca huruf
Arab dengan cara siswa membaca huruf Arab untuk melengkapi gambar
tema tersebut.
4) Salah seorang siswa menyebutkan kata sederhana menggunakan huruf
Arab.
5) Siswa dibentuk menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang, bergantian
bertugas untuk saling bertanya dan menjawab sampai seluruh siswa
bertanya jawab dengan temannya.
6) Setelah semua siswa mendapat giliran tugas yang sama membaca huruf
Arab dengan gambar-gambar berbeda, guru memulai mengajukan
pertanyaan secara acak kepada siswa.
7) Setiap anak setelah mampu mengidentifikasi bacaan, kemudian
mempraktekkannya sesuai dengan nama bacaan tersebut.
c. Tahapan Observasi atau Pengamatan
Sama dengan observasi atau pengamatan yang dilakukan pada siklus
pertama, siklus kedua pada tahapan pengamatan juga dilaksanakan pada saat
kegiatan proses pembelajaran berlangsung. Observasi mengamati dan mencatat
kegiatan siswa dan guru, untuk dilihat kemajuan dari tiap aspek yang diamati
dengan lembar observasi yang ada.
1)Penguasaan guru dalam menggunakan pendekatan tematik dalam
pembelajaran yang dilakukan pada siklus II;
2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
membaca huruf Arab dengan pendekatan tematik model pembelajaran
keterpaduan (integrated).
d. Tahapan Refleksi
Tahapan akhir dari siklus kedua adalah tahapan refleksi. Sama dengan
siklus pertama, siklus kedua peneliti menganalisis dan mengolah nilai yang
terdapat pada lembar observasi yang ada.
H. Instrumen Penilaian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal
sebagai berikut :
1. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas yang digunakan sebagai landasan
dalam penyusunan RPP.
2. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP adalah perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun tiap putaran. Dalam RPP memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran, skenario pembelajaran, alat peraga, penilaian dan kegiatan
belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap perkembangan
siswa mengenai hasil belajar. Lembar observasi adalah lembar pengamatan
yang harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan guru
dan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
4. Lembar Observasi Guru
Lembar observasi disusun untuk memantau perkembangan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap metode yang
digunakan serta penguasaan khas dalam menerapkan pendekatan tematik model
pembelajaran keterpaduan (integrated).
I. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu dilakukan analisa data. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis
deskripsi kualitatif, yaitu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan ketrampilan guru dalam mengeloloa kelas.
Pada tahap penskoran adalah mengubah data dari skor tes lisan ke dalam
bentuk angka kualitataif adapun besar kecilnya perskoran pada tulisan adalah :
1. Kriteria sangat tinggi diberi skor 5
2. Kriteriatinggi diberi skor 4
3. Kriteria sedang siberi skor 3
4. Kriteria rendah diberi skor 2
5. Kriteria sangat rendah diberi skor 1
Penskoran ini berdasarkan pembacaan huruf Arab dari kata yang
ditetapkan. Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana, yaitu
sebagai berikut :
1. Penilaian Rata-Rata
Penilaian menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi
dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.Nilai rata-
rata di dapat dengan menggunakan rumus :
X = ∑X :
∑N
Keterangan :
X = nilai rata-rata
∑X = jumlah nilai semua siswa
∑N = jumlah siswa
2. Penilaian untuk Peningkatan Kemampuan Membaca Huruf Arab
Untuk menghitung prosentase peningkatan hasil belajar digunakan rumus
sebagai berikut :
𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 = 𝑆𝐾𝑂𝑅 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐷𝐼𝐶𝐴𝑃𝐴𝐼
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑆𝐼𝑆𝑊𝐴 𝑋 100%
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini
digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam
siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam
meperbaiki rancangan pembelajaran, bahkan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan tematik yang tepat.
J. Indikator Keberhasilan
Indikator pencapaian keberhasilan perbaikan pembelajaran pada kegiatan
penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini adalah :
1. Siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran;
2. Siswa tertarik mengamati gambar tema yang dimanfaatkan guru sebagai media
pembelajaran membaca huruf Arab dengan pendekatan tematik model
keterpaduan (integrated);
3. Kelompok siswa terdiri dari dua orang tidak mengalami kesulitan dalam tanya-
jawab melengkapi kata-kata huruf Arab berkenaan gambar yang ditampilkan;
4. Siswa tidak kesulitan membaca huruf Arab dari kata yang dibaca.
5. Terjadi peningkatan kemampuan membaca huruf Arab.
6. Hasil evaluasi belajar membaca huruf Arab mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Pra Siklus
Sebelum melakukan siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa
daftar nama peserta didik dan nilai awal peserta didik. Nilai awal peserta didik
diambil dari nilai pra-test berupa soal yang dihimpun dari hasil belajar sejak bulan
Februari 20011 sampai dengan 1 Maret 2011. Nilai awal digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik sebelum dilakukan pembelajaran membaca
huruf Arab dengan pendekatan tematik model keterpaduan (integrated) siklus I.
Nilai awal pra-siklus dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1
Nilai Kemampuan Awal Membaca Huruf Arab Pra Siklus
NO NAMA EVALUASI
I
EVALUASI
II
EVALUASI
III
RATA-
RATA
TUNTAS/
BELUM
1 Ahmad
Afendi
56 60 58 58,0 BT
2 Ari
Chikmawati
65 70 65 66,7 BT
3 Fatkhatun
Nikmah
75 70 70 71,6 T
4 Feni Awati 55 59 55 56,3 BT
5 Ivan
Febrian
56 60 60 58,7 BT
6 Lukman
Setiawan
65 70 65 66,7 BT
7 Mustadim 65 70 70 68,3 BT
8 Nehayatus
Sholikah
75 69 65 69,3 BT
9 Widjayanti 75 60 65 66,7 BT
10 Yogi. R 65 70 65 66,7 BT
11 Zaedatul
Tadwiyah
65 60 60 61,7 BT
12 M. Idul
Faizin
60 65 60 61,7 BT
13 Khafidhotun
Nisa
60 60 60 60,0 BT
14 Wulandari
Saputri
65 70 70 68,3 BT
RATA-RATA 64,07 65,21 63,42 64,32 BT
Cara menerapkan teknik pembelajaran tematik ini direncanakan, (1) guru
menyampaikan pengantar, (2) guru menempelkan gambar terdapat kata dan
kalimat berhuruf Arab, (3) guru bertanya kepada siswa tentang tulisan berhuruf
Arab, dan (4) guru membimbing siswa membaca huruf Arab yang terdapat pada
gambar. Adapun kategori hasil rata-rata hasil belajar membaca huruf Arab pra
siklus disajikan pada tabel 2.
Tabel 2
Kategori Nilai Hasil Belajar Pra Siklus
Rentang Nilai Jumlah Siswa Kategori Prosentase Ketuntasan
90 -100 - Istimewa - Tuntas
80 - 89 - Sangat Baik - Tuntas
70 - 79 1 Baik 7,14 % Tuntas
60 - 69 10 Cukup 71,42 % Belum
tuntas
50 - 59 3 Kurang 21,44 % Belum
tuntas
JUMLAH 14 100 %
Gambar 2
Grafik Kategori Nilai Hasil Belajar Pra Siklus
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada pra siklus ini pelaksanaan
pembelajaran kemampuan membaca huruf Arab di kelas I Kondisi awal hasil
rata-rata nilai kemampuan membaca Arab siswa kelas I MI Ittihad Rowo
Kandangan Temanggung tahun ajaran 2010/2011 sebelum dilakukan tindakan
perbaikan pembelajaran adalah 64,23. Data menunjukkan bahwa hanya satu siswa
yang memperoleh nilai tuntas, sedangkan 13 orang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 7,00. Tingkat keberhasilan peserta didik
dengan peringkat baik 1 peserta didik atau 7,14%. Kategori cukup 10 peserta
didik atau 71,42%, kategori kurang 3 peserta didik atau 21,44 %, itu artinya dalam
pra siklus ini banyak peserta didik yang tidak memahami membaca huruf Arab,
jika dilihat dari tingkat ketuntasannya hanya ada 1 peserta didik atau 7,14%
artinya perlu adanya tindakan penelitian kelas dengan pendekatan tematik model
keterpaduan (integrated).
2. Hasil Tindakan Kelas Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada Ranu, 8 Maret 2011, tema yang diajarkan
adalah lingkungan. Mata pelajaran PKn pokok bahasan 1.1 menjelaskan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
baik cukup kurang
perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Bahasa Indonesia pokok
bahasan 1.2 mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana. Matematika pokok
bahasan 1.2 mengurutkan banyak benda. Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan
1.2 mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tubuh sehat dan kuat. Ilmu
Pengetahuan Sosial pokok bahasan 1.1 identitas diri, keluarga, dan kekerabatan.
Siklus I dibagi dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal dipersiapkan oleh peneliti,
yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (terlampir), menyusun
kuis (terlampir), menyiapkan lembar obsevasi (terlampir), pendokumentasian,
lembar refleksi dan evaluasi.
Secara rinci rancangan materi yang disampaikan pada siklus I antara
lain membaca huruf hijaiyah sebagaimana diuraikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Membaca Huruf Hijaiyah
NO HURUF
HIJAIYAH DIBACA NO
HURUF
HIJAIYAH DIBACA
tho ط alif 16 ا 1
dho ظ ba 17 ب 2
ain„ ع ta 18 ت 3
ghin غ tsa 19 ث 4
fa ف jim 20 ج 5
qof ق kha 21 ح 6
kaf ك kho 22 خ 7
lam ل dal 23 د 8
mim م dzal 24 ذ 9
nun ن ra 25 ر 10
wawu و za 26 ز 11
ha ه sin 27 س 12
lam alif ال syin 28 ش 13
hamzah ء shot 29 ص 14
ya ي dhot 30 ض 15
Adapun kata-kata untuk melengkapi tema lingkungan, dan membaca huruf
Arab antara lain sebagaimana disajikan pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Melengkapi Kata dan Anggota Huruf-Huruf Hijaiyah
dalam Tema Lingkungan
N
O
MATA
PELAJAR
AN
MATERI KATA DIBACA
1 PKn agama di indonesia ada
lima yaitu ……. , kristen,
katholik, hindu, budha
islam ِا ْس َل ْم
2 tempat ibadah pemeluk
agama islam adalah …. masjid َم ْس ِج ْد
3 Bahasa
Indonesia
umar rajin mengerjakan
ibadah ….. lima waktu shalat َص َل ْت
4 tiga-tiga sayang …… َا ِد ْك َك َك ْك adik kakak
5 Matematika sajadah milik ali ada ….. ِل َم lima
6 benda yang jumlahnya
paling sedikit adalah …. sajadah َس َج َد ْه
7 IPA banyak sampah di sungai
sehingga airnya …. kotor َق َط ْر
8 layang-layang bisa
terbang tertiup …. angin َا ِع ْن
9 IPS suami paman kupanggil
…. bibi ِب ِب
10 ibu …. ikan untuk lauk-
pauk hidangan makan
siang
masak َم َس ْك
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran membaca huruf Arab
dengan pendekatan tematik siklus I sebagai berikut :
1) Guru memberikan apersepsi kepada peserta didik untuk mengetahui materi
dengan tema keluarga;
2) Guru menjelaskan PKn indikator menyebutkan tempat ibadah, Bahasa
Indonesia indikator melengkapi lagu berjudul “satu-satu”, Matematika
indikator membandingkan banyak benda. IPA indikator membedakan
tempat berudara bersih dan kotor. IPS indikator menyebutkan jumlah
anggota keluarga yang tinggal satu rumah.
3) Guru menugasi siswa membentuk kelompok kerja terdiri dari empat
orang;
4) Guru mendemonstrasikan teknik tanya jawab kelompok kerja membaca
huruf Arab yang terdapat pada media ;
5) Guru membimbing kelompok kerja bergantian melakukan tanya jawab;
6) Guru mengevaluasi unjuk kerja kelompok melakukan tanya jawab materi
tematik model keterpaduan (integrated);
7) Guru memberikan evaluasi akhir kepada peserta didik secara individu
mengenai materi tematik model keterpaduan (integrated);
c. Observasi
Setelah mengobservasi peserta didik selama proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang peneliti, ada
beberapa catatan hasil dari bentuk keaktifan yang telah dilakukan oleh peserta
didik yaitu kategori baik 3 peserta didik atau 21,44 %. Kategori cukup 9
peserta didik atau 64,28 % kategori kurang 2 peserta didik atau 14,28 %.
Tingkat ketuntasan minimal belum tercapai dalam pendekatan tematik, ini
berarti peserta didik masih pasif dan belum terlibat sepenuhnya.
Tabel 5
Kategori Nilai Hasil Belajar Membaca Huruf Arab
dengan Pendekatan Tematik Model Keterpaduan (Integrated) Siklus
I
Rentang Nilai Jumlah Siswa Kategori Prosentase Ketuntasan
90 -100 - Istimewa - Tuntas
80 - 89 - Sangat Baik - Tuntas
70 - 79 3 Baik 21,44 % Tuntas
60 - 69 9 Cukup 64,28 % Belum
tuntas
50 - 59 2 Kurang 14,28 % Belum
tuntas
JUMLAH 14 100 %
Gambar 3
Grafik Kategori Membaca Huruf Arab
dengan Pendekatan Tematik Model Keterpaduan (Integrated);Siklus I
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
baik cukup kurang
Nilai evaluasi kemampuan membaca huruf Arab dengan pendekatan
tematik model keterpaduan (integrated) siklus I secara lengkap disajikan pada
tabel 6.
Tabel 6
Nilai Kemampuan Membaca Huruf Arab Siklus I
NO NAMA EVALUASI
SIKLUS I
TUNTAS/BELUM
TUNTAS
1 Ahmad Afendi 56,5 Belum Tuntas
2 Ari Chikmawati 69,8 Belum Tuntas
3 Fatkhatun Nikmah 75,2 Tuntas
4 Feni Awati 60,5 Belum Tuntas
5 Ivan Febrian 60,0 Belum Tuntas
6 Lukman Setiawan 65,5 Belum Tuntas
7 Mustadim 65,5 Belum Tuntas
8 Nehayatus Sholikah 71,3 Tuntas
9 Widjayanti 65,5 Belum Tuntas
10 Yogi. R 70,3 Tuntas
11 Zaedatul Tadwiyah 60,3 Belum Tuntas
12 M. Idul Faizin 62,8 Belum Tuntas
13 Khafidhotun Nisa 58,8 Belum Tuntas
14 Wulandari Saputri 65,5 Belum Tuntas
RATA-RATA 64,84 Belum Tuntas
d. Refleksi
Selanjutnya di akhir kegiatan peneliti mengisi Lembar Observasi Peserta
Didik pada siklus I ini dan selanjutnya peneliti melakukan refleksi dengan
mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I, mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang ditemukan di kelas dengan melakukan tindakan.
1) Guru harus mempersiapkan RPP dan perangkat pembelajaran dengan baik;
2) Guru harus lebih meningkatkan motivasi peserta didik;
3) Guru harus lebih jelas dalam menjelaskan alur pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan tematik model keterpaduan (integrated);
4) Guru harus mendemonstrasikan teknik pendekatan tematik model
keterpaduan (integrated) secara sistematis;
5) Guru membentuk kelompok kerja peserta didik;
6) Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati segala kegiatan unjuk
kerja yang dilakukan oleh guru dan teman yang sudah menguasai strategi
pembelajaran;
7) Guru menyeting kelas yang memungkinkan siswa berinteraksi lebih baik;
8) Mencatat kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan
pembelajaran menggunakan pendekatan tematik model keterpaduan
(integrated) berlangsung;
Dari refleksi di atas didapatkan beberapa solusi terhadap permasalahan
implementasi pendekatan tematik model keterpaduan (integrated) dalam
pembelajaran membaca huruf Arab. Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai
rumusan untuk diterapkan pada siklus II sebagai upaya tindak perbaikan terhadap
upaya keaktifan belajar peserta didik pada siklus I. Hasil evaluasi pada siklus I
diperoleh dari tes harian dengan jumlah soal sebanyak 10 soal, hasil itu dapat
diketahui dalam gambaran sebagai berikut :
Pendekatan tematik model keterpaduan (integrated) dalam pembelajaran
membaca huruf Arab di kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan Temanggung terjadi
peningkatan rata-rata hasil evaluasi belajar dari pra siklus yaitu yaitu kategori
baik 1 peserta didik menjadi 3 peserta didik pada siklus I. Kategori cukup 10
peserta didik pada pra siklus menurun menjadi 9 peserta didik pada siklus I.
Kategori kurang 3 peserta didik pada pra siklus meningkat menjadi 2 pada siklus
I. Peningkatan rata-rata nilai pra siklus 64,32 menjadi 64,84 namun belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dengan demikian perlu ada peningkatan
pada proses pembelajaran membaca huruf Arab dengan menggunakan pendekatan
tematik model keterpaduan (integrated) pada siklus selanjutnya.
3. Hasil Tindakan Kelas Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada Rabu, 22 Maret 2011, tema yang diajarkan
Pengalamanku. Mata pelajaran PKn pokok bahasan 1.1 menjelaskan perbedaan
jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Bahasa Indonesia pokok bahasan 1.2
mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana. Matematika pokok bahasan 1.2
mengurutkan banyak benda. Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan 1.2
mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tubuh sehat dan kuat. Ilmu Pengetahuan
Sosial pokok bahasan 1.1 identitas diri, keluarga, dan kekerabatan. Siklus II
dibagi dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
oleh peneliti yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(terlampir), merencanakan pembentukan kelompok, menyusun kecil terdiri dari
dua orang (terlampir), menyetting kelas dengan huruf U, dan menyiapkan
lembar observasi (terlampir), pendokumentasian.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran membaca huruf Arab dengan
pendekatan tematik siklus I sebagai berikut :
1) Guru memberikan apersepsi kepada peserta didik untuk mengetahui materi
dengan tema pengalamanku;
2) Guru menjelaskan PKn indikator memberi contoh hidup rukun di sekolah,
Bahasa Indonesia indikator menyapa orang lain, Matematika indikator
menyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita. IPA indikator
membedakan bentuk benda. IPS indikator menceritakan peristiwa yang
menyenangkan.
3) Guru menugasi siswa membentuk kelompok kecil terdiri dari dua orang;
4) Guru mendemonstrasikan teknik tanya jawab kelompok kecil membaca
huruf Arab yang terdapat pada media;
5) Guru membimbing kelompok kerja bergantian melakukan tanya jawab;
6) Guru mengevaluasi unjuk kerja kelompok melakukan tanya jawab materi
tematik model keterpaduan (integrated);
7) Guru memberikan evaluasi akhir kepada peserta didik secara individu
mengenai materi tematik model keterpaduan (integrated);
Tindakan yang dilakukan pada siklus II antara lain sebagai berikut :
1) Guru memberikan appersepsi kepada peserta didik untuk mengetahui tema
pengalamanku;
2) Kepada peserta didik, guru menjelaskan materi pembelajaran tematik
dengan materi pengalamanku;
3) Guru membentuk kelompok peserta didik terdiri dari dua peserta didik
4) Guru mendemonstrasikan teknik pendekatan tematik model keterpaduan
(integrated) secara sistenatis;
5) Guru menyuruh kelompok untuk membahas pengalaman yang akan
disampaikan ke depan kelas;
6) Guru menyuruh kelompok untuk melengkapi kata dan membaca huruf
Arab;
7) Guru mempersilahkan kelompok lain untuk mengomentari unjuk kerja
kelompok lain;
8) Guru memberikan kuis kepada peserta didik mengenai materi
pengalamanku;
Adapun materi tema pengalamanku yang disajikan pada siklus II antara
lain diuraikan pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7
Melengkapi Kata dan Membaca Huruf Arab Tema Pengalamanku
N
O
MATA
PELAJAR
AN
MATERI KATA DIBACA
1 PKn amir membantu ayah
memberi makan ….. ayam َا َي ْم
2 piket di sekolah dikerjakan
dengan saling ….. dengan
teman
bantu َب ْن ُت
3 Bahasa
Indonesia
nelayan menjual … hasil
melaut ikan ِا َك ْن
4 Siti memberikan ….. ulang
tahun untuk sahabatnya hadiah َه ِد َء ْه
5 Matematika satu minggu …… hari ُت ُج ْه tujuh
6 amir menimba air di …. ُس ُم ْر sumur
7 IPA sayur mengandung protein
…. nabati َن َب ِت
8 bola berbentuk …. ُب َل ْت bulat
9 IPS ….. air putih setiap pagi
memberikan kesehatan
bagi tubuh
minum ِم ُن ْم
10 senin, selasa, rabu, kamis,
jumat, sabtu, minggu itu
nama-nama ….
hari َه ِر
c. Observasi
Setelah mengobservasi peserta didik selama proses pembelajaran di
kelas dengan menggunakan instrument observasi yang dipegang peneliti, ada
beberapa catatan hasil dari bentuk keaktifan yang telah dilakukan oleh peserta
didik pada siklus II di antaranya :
Tabel 8
Kategori Nilai Hasil Belajar Membaca Huruf Arab
dengan Pendekatan Tematik Model Keterpaduan (Integrated) Siklus II
Rentang Nilai Jumlah Siswa Kategori Prosentase Ketuntasan
90 -100 - Istimewa - Tuntas
80 – 89 - Sangat Baik - Tuntas
70 - 79 11 Baik 78,57 % Tuntas
60 - 69 3 Cukup 22,43 % Belum
tuntas
50 - 59 - Kurang - Belum
tuntas
JUMLAH 14 100 %
Gambar 4
Grafik Kategori Nilai Hasil Belajar Membaca Huruf Arab
dengan Pendekatan Tematik Model Keterpaduan (Integrated) Siklus II
Nilai evaluasi kemampuan membaca huruf Arab dengan pendekatan
tematik model keterpaduan (integrated) siklus II secara lengkap disajikan pada
tabel 9.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
baik cukup kurang
Tabel 9
Nilai Kemampuan Membaca Huruf Arab Siklus II
NO NAMA EVALUASI
SIKLUS I TUNTAS/BELUM TUNTAS
1 Ahmad Afendi 66,8 Belum Tuntas
2 Ari Chikmawati 72,6 Tuntas
3 Fatkhatun
Nikmah
76,5 Tuntas
4 Feni Awati 68,9 Belum Tuntas
5 Ivan Febrian 68,2 Belum Tuntas
6 Lukman Setiawan 70,1 Tuntas
7 Mustadim 70,5 Tuntas
8 Nehayatus
Sholikah
73,5 Tuntas
9 Widjayanti 78,7 Tuntas
10 Yogi. R 76,8 Tuntas
11 Zaedatul
Tadwiyah
77,5 Tuntas
12 M. Idul Faizin 70,6 Tuntas
13 Khafidhotun Nisa 71,8 Tuntas
14 Wulandari
Saputri
70,1 Tuntas
RATA-RATA 72,32 Tuntas
Berdasarkan nilai proses keaktifan peserta didik pada siklus II dengan
jumlah peserta didik yang berada pada kategori baik 11 peserta didik atau 78,57
%meningkat dari siklus I. Kategori cukup 3 peserta didik atau 22,43 %
meningkat dari siklus I. Kategori kurang sudah tidak ada, sehingga dapat
disampaikan bahwa pendekatan tematik model keterpaduan (integrated) terbukti
meningkatkan kemampuan membaca huruf Arab. Dalam siklus II telah terjadi
peningkatan.
Penerapan pendekatan tematik di kelas I MI Ittihad Rowo Kandangan jika
dilihat dari tingkat ketuntasannya maka rata-rata hasil belajar 72,32 telah
melampaui kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan 70,00 maka peneliti
menghentikan tindakan kelas ini.
Grafik 5
Grafik Hasil Evaluasi Membaca Huruf Arab dengan Pendekatan Tematik
Model Keterpaduan (Integrated) Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Proses pelaksanaan pembelajaran siklus II berjalan sesuai dengan rencana
yang telah disusun sebelumnya. Hasilnya sangat menggembirakan, karena
60
62
64
66
68
70
72
74
Pra Siklus Siklus I Siklus II
terdapat peningkatan nilai kemampuan membaca secara signifikan dari sebelum
pelaksanaan perbaikan pembelajaran 64,83 pada siklus I 64,84 pada siklus II
menjadi 74,44.
Tabel 10
Rekapitulasi Kategori Hasil Belajar Membaca Huruf Arab
dengan Pendekatan Tematik Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
Kategori
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Peserta
Didik
Prosent
ase
Jumlah
Peserta
Didik
Prosent
ase
Jumlah
Peserta
Didik
Prosentas
e
Sangat Baik - - - - - -
Baik 1 7,14 % 3 21,44 % 11 78,57 %
Cukup 10 71,42 % 9 64,28 % 3 22,43 %
Kurang 3 21,44 % 2 14,28 %
- -
Jumlah 14 100% 14 100% 14 100%
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil tes dan pengamatan yang telah
dikemukakan di atas, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat
diketahui perubahan-perubahan baik dari cara belajar peserta didik dan hasil
belajarnya dengan diadakannya pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
model keterpaduan (integrated) dengan pembahasan sebagai berikut :
Dari tabel 10 membuktikan dengan beberapa tindakan yang dilakukan guru
terutama dalam membimbing peserta didik dan memotivasi untuk aktif dalam
penerapan pendekatan tematik dalam pembelajaran membaca huruf Arab di Kelas
I MI Ittihad Rowo Kandangan Temanggung tema Lingkungan dan Pengalamanku
telah meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi membaca huruf Arab
pada tingkat ketuntasan dan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik
sebagaimana yang telah direncanakan.
Tujuan siswa diajarkan dengan teknik ini agar siswa mentransfer gambar-
gambar visual menjadi kata operasional, sehingga membantu memudahkan siswa
dalam membaca huruf Arab. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang
bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara
perorangan maupun kelompok.
Upaya meningkatkan nilai kemampuan membaca Arab dengan
menggunakan pendekatan tematik, didasari pemikiran bahwa pembelajaran
tematik berpusat pada siswa (student centered) model keterpaduan (integrated),
hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
Selain itu pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-
hal yang lebih abstrak. Bertolak dari asumsi bahwa pendekatan tematik model
keterpaduan (integrated) dapat membantu siswa melatih siswa untuk mengubah
visual menjadi kata dan kalimat-kalimat, peneliti mencari tema-tema yang
menarik. Berbeda pada pelaksanaan pembelajaran sebelumnya terbatas pada
menjawab pertanyaan guru dan siswa dipandu oleh guru untuk membaca huruf
Arab dengan lafadz yang benar.
Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas yang disajikan pada tabel
3 nilai kondisi awal pra siklus rata-rata hasil belajar membaca huruf Arab 64,23.
Pada tabel 6 rata-rata hasil belajar membaca huruf Arab menjadi 64,84 pada siklus
I. Dari 14 siswa terdapat 6 siswa perolehan nilai menurunm daripada sebelum
dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran, dan 8 siswa yang mengalami
peningkatan. Sedangkan yang mencapai ketuntasan belajar terdapat 3 siswa. Dari
data tersebut terjadi peningkatan rata-rata nilai.
Setelah menganalisa hasil tes pada siklus I, peneliti dan kolaborator
melakukan refleksi, karena rata-rata tes siklus I belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 7,00. Hasil yang dicapai
setelah menggunakan pendekatan tematik dalam siklus I, menunjukkan adanya
peningkatan relatif sangat kecil yaitu rata-rata nilai evaluasi yang semula 64,23
menjadi 64,84.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai pada siklus I dengan tema
lingkungan, maka dilakukan perbaikan pembelajaran siklus II dengan fokus
melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam pembelajaran pendekatan tematik.
Melihat hasil evaluasi pada siklus I, Meskipun hasil yang dicapai siswa masih
berada di bawah kriteria ketuntasan minimal, tapi pelaksanaan perbaikan terdapat
peningkatan walaupun belum signifikan. Pembelajaran yang dilaksanakan sudah
menunjukkan peningkatan. Hal ini dibuktikan adanya beberapa siswa yang hasil
tes formatifnya meningkat dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan secara
lisan.
Permasalahan yang tejadi dalam pembelajaran siklus I adalah guru terlalu
mendominasi kegiatan pembelajaran, dan kurang melibatkan siswa. Guru
menyadari hal itu, ketidakterampilan siswa dalam menjawab pertanyaan secara
lisan karena tidak semua siswa mendapat kesempatan mengamati secara jelas
gambar yang dipasang di papan tulis.
Berdasarkan kondisi tersebut direncanakan melakukan pelajaran siklus II
untuk memperbaiki kekurangan pada proses pembelajaran siklus I. Rrencana
kegiatan dengan menugasi siswa menentukan pasangan kelompoknya masing-
masing dua siswa. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika semua
siswa terlibat akif di dalam pembelajaran, situasi belajar yang menyenangkan
akan tercipta dan memotivasi semangat belajar.
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan Selasa, 22 Maret 2011
dengan bantuan kolaborator. Untuk lebih memudahkan siswa membaca huruf
Arab, guru menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak. Pemikiran
ini terutama berkenaan dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
Kegiatan siklus II diawali dengan perencanaan untuk mengamati proses perbaikan
pembelajaran yang terfokus pada pendekatan tematik secara berpasangan
kelompok terdiri dari dua siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca huruf
Arab. Teknik ini diharapkan dapat menciptakan suasana gembira dan menarik
minat siswa.
Pada proses perbaikan pembelajaran siklus II, pendekatan tematik dengan
memilih tema Pengalamanku dioptimalkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran
siklus II tampak bahwa minat siswa untuk mengikuti pelajaran sangat tinggi
karena termotivasi dengan tema pengalamanku. Siswa secara bebas membahas
pengalaman masing-masing secara kelompok. Didukung motivasi belajar dan
situasi belajar yang menyenangkan, maka materi pelajaran yang diberikan oleh
guru mampu dicerna oleh siswa sehingga mudah dipahami.
Siswa berpasangan dua orang maju ke depan kelas untuk saling
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar siswa percaya diri, sekaligus mampu membaca huruf Arab.
Kepercayaan diri siswa mulai tampak yang diharapkan meningkatkan nilai yang
dicapai dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran membaca huruf Arab dengan
pendekatan tematik siklus II.
Langkah terakhir dalam kegiatan belajar mengajar siklus II adalah tes
formatif menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan, dan siswa bergantian
mambaca huruf Arab secara lisan. Pada kegiatan tes membaca huruf Arab pada
akhir pembelajaran, ternyata pendekatan tematik dalam kelompok berpasangan
dua orang yang dipilih sendiri oleh siswa berdampak sangat positif, yaitu
peningkatan rata-rata nilai pembelajaran siklus I dibandingkan nilai rata-rata tes
siklus I 64,84 pada siklus II menjadi 72,32. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa siswa telah berhasil membangun konsep membaca huruf Arab dan
menyebutkan anggota huruf-huruf hijaiyah yang terdapat dalam kata-kata
sederhana. Melalui pendekatan tematik meningkatkan kemampuan membaca
huruf Arab, karena telah melampaui kriteria minimal yang ditetapkan yaitu 70,00.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II tampak bahwa minat siswa untuk
mengikuti pelajaran sangat tinggi, karena termotivasi dengan gambar sesuai tema
Pengalamanku yang diamati berulang-ulang. Didukung motivasi belajar dan
situasi belajar yang menyenangkan, maka materi pelajaran yang diberikan oleh
guru mampu dicerna oleh siswa sehingga mudah dipahami. Hal ini menjadikan
siswa dengan lancar membaca huruf Arab tanpa kesulitan yang berarti, sehingga
hasilnya memuaskan.
Tabel 11
Nilai Kemampuan Membaca Huruf Arab dengan Pendekatan Tematik
Model Keterpaduan (Intgrated) Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
N
O NAMA
PRA
SIKL
US
SIKL
US I
SIKL
US II
TUNTAS/BELUM
TUNTAS
1 Ahmad Afendi 58,0 56,5 66,8 Belum Tuntas
2 Ari Chikmawati 66,7 69,8 72,6 Tuntas
3 Fatkhatun Nikmah 71,6 75,2 76,5 Tuntas
4 Feni Awati 56,3 60,5 68,9 Belum Tuntas
5 Ivan Febrian 58,7 60,0 68,2 Belum Tuntas
6 Lukman Setiawan 66,7 65,5 70,1 Tuntas
7 Mustadim 68,3 65,5 70,5 Tuntas
8 Nehayatus Sholikah 69,3 71,3 73,5 Tuntas
9 Widjayanti 66,7 65,5 78,7 Tuntas
10 Yogi. R 66,7 70,3 76,8 Tuntas
11 Zaedatul Tadwiyah 61,7 60,3 77,5 Tuntas
12 M. Idul Faizin 61,7 62,8 70,6 Tuntas
13 Khafidhotun Nisa 60,0 58,8 71,8 Tuntas
14 Wulandari Saputri 68,3 65,5 70,1 Tuntas
RATA-RATA 64,32 64,84 72,32 Tuntas
Sebagai gambaran yang nyata hasil belajar membaca huruf Arab pra siklus
sebelum menerapkan pendekatan tematik model keterpaduan (integrated), siklus I
dan siklus II sesudah menerapkan pendekatan tematik disajikan pada tabel 11.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II, nilai terendah yang dicapai oleh siswa 66,8
dan nilai tertinggi 78,7 melampaui kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan
yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan tematik
model keterpaduan (integrated), berhasil meningkatkan kemampuan membaca
huruf Arab.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil tindakan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
(classroom action research) berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca Huruf Arab dengan Pendekatan Tematik (Studi Tindakan di Kelas I MI
Ittihad Rowo Kandangan Temanggung Tahun Ajaran 2010/2011)” sebagaimana
dipaparkan pada bab sebelumnya dapat dikemukakan simpulan dan saran sebagai
berikut :
A. Simpulan
Analisa data penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II, pendekatan tematik model keterpaduan (integrated) dalam pembelajaran
membaca huruf Arab menunjukkan peningkatan tes hasil belajar yang signifikan.
Dengan demikian dapat disampaikan simpulan sebagai berikut :
Hasil belajar dan motivasi belajar membaca huruf Arab siswa Kelas I MI
Ittihad Rowo Kandangan Temanggung menjadi meningkat dan lebih baik setelah
menerapkan pendekatan tematik model keterpaduan (integrated). Hal ini dapat
dilihat dari kenaikan nilai hasil belajar siswa pada pra siklus 8 siswa atau 57, 15
%. Peningkatan motivasi belajar diukur dari peningkatan hasil evaluasi siklus I
dibandingkan dengan nilai pra siklus.
Ketuntasan hasil belajar membaca huruf Arab pada pra siklus hanya 1
orang atau 7,14 %, sedangkan pada siklus I menjadi 3 siswa atau 21,43 %, dan
akhirnya pada siklus II meningkat lagi menjadi 11 siswa atau 78,57%. Hal ini
menunjukkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 70% telah
terpenuhi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, dapat diajukan saran
sebagai bagi siswa, guru, sekolah dan berikut :
1. Bagi Siswa
Pemanfaatan pendekatan tematik dalam pelaksanaan pembelajaran
hendaknya lebih diperhatikan karena dapat membantu siswa mengkonstruksi
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
hasil pembelajaran.
2. Bagi Guru
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas hendaknya guru
kreatif dan inovatif untuk mencari solusi strategi pembelajaran untuk menciptakan
situasi belajar yang menarik minat dan memotivasi siswa terlibat aktif.
Pengembangan kemampuan membaca huruf Arab juga perlu memperhatikan
faktor potensi dasar masing-masing individu siswa. Pendekatan tematik
direkomendasikan alternatif upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Keberhasilan peningkatan kemampuan membaca huruf Arab dengan
pendekatan tematik dalam pembelajaran membaca huruf Arab dapat dilakukan
oleh semua guru di kelas rendah khususnya dan guru kelas pada umumnya.
Dengan demikian akan bermanfaat dalam membantu kelancaran proses
pembelajaran, selain itu melalui peningkatan hasil belajar siswa, maka sekolah
mendapat nilai tambah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahada, Ukhti. 2004. Problematika Menulis Huruf Al Qur’an di TPQ Al-Iman
Ngaliyan Semarang. Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat
Pers. 2002
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Binomo, Aris. 2004. Pengaruh Kemampuan Baca dan Menulis Al Qur’an
terhadap Prestasi Belajar PAI di SMP Siti Salechah. Sriwulan-Sayung-
Demak. Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisong. Skripsi S1.t.d.
Broto. 1980. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua di Sekolah
Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik. Jakarta : Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi II, Jakarta : Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, Petunjuk Teknik Proses Belajar Mengajar di Raudhatul
Athfal, Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI, 2001
Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Tenaga
Kependidikan.
--------. 2003.Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agaman Islam SD/MI.. Jakarta
: Direktorat Tenaga Kependidikan.
.-------. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, Jakarta : Sinar
Grafika Offset.
-------. 2006. Strategi Belajar yang Mengaktifkan Siswa. Jakarta : Depdiknas.
-------. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama Islam.
Jakarta : Depdiknas, 2004
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta,
2002
Hadi, Sutrisno, MA. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset
Humam, As‟ad. 1993. Buku Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan TKA-TPA Nasional. Yogyakarta : Balai Penelitian dan
Pengembangan Sisitem Pengajaran Baca Tulis Al Qur‟an. AMM.
_______ 2000. Balai Litbang LPTQ Nasional, Yogyakarta. AMM
Hamdani, Nizar Alam, dkk. 2006. Classroom Action Research. (Teknik Penulisan
dan Proposal PTK.
Moleong, Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
_____ 2004. Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum
2004, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta : BPFE
Ratna Juwita, 2004. Problem-Problem Pengajaran Transliterasi Baca Tulis Al
Qur’an di SD Islam Terpadu As-Salamah Ungaran, Semarang : Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo. Skripsi S1.t.d.
Sujana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru.
Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif & Terpadu. Surabaya : Duta Graha Pustaka.
Suyatno, 2004. Teknik-Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Surabaya : Penerbit SIC.
Syaefudin, Udin. 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung : UPI Press.
Maman, Rachman, 1993. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian Pendidikan,
Semarang : IKIP Semarang Press.
Sawitri. 1997. Pengembangan Silabus Mata Kuliah Keterampilan Membaca
(lisan) untuk Mahasiswa Peserta Kuliah Bahasa Jerman. Malang : IKIP
Malang
Supriyadi. 1993. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Sugiyono. 1997. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Tocha, Chabib. 1994. Tehnik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada
Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : PT
Prestasi Pustakarya
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Bandung :
Cipta Umbara.
Wardhani, IGAK. Skk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka.