upaya meningkatkan hasil belajar lempar cakram …/upaya... · arsip. validitas data dalam...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR CAKRAM
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
PADA SISWA KELAS XI IPA 8 SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD WINDIYATNO
K4608040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR CAKRAM
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
PADA SISWA KELAS XI IPA 8 SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
AHMAD WINDIYATNO
K4608040
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Ahmad Windiyatno. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
LEMPAR CAKRAM MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA
SISWA KELAS XI IPA 8 SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar lempar cakram
siswa melalui penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement
Divisions pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa
kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta yang berjumlah 34 siswa yang terdiri
dari 14 siswa putra dan 20 siswa putri. Sumber data berasal dari guru dan siswa.
Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi atau
arsip. Validitas data dalam menggunakan teknik trianggulasi metode. Analisis
data menggunakan teknik analisis deskripsi kualitatif .
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD, dapat
meningkatkan hasil belajar lempar cakram pada siswa kelas XI IPA 8 SMA
Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis yang diperoleh
peningkatan yang signifikan dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Berdasarkan
data hasil observasi pratindakan, siklus I dan siklus II tiap indikator capaian
dengan KKM 75 terjadi peningkatan sebagai berikut. Tingkat ketuntasan aspek
psikomotor pada pratindakan adalah 8,8% atau 3 siswa yang tuntas, meningkat
pada siklus I menjadi 32,35% atau 11 siswa yang tuntas dan meningkat pada
siklus II menjadi 91,18% atau 31 siswa yang tuntas. Tingkat ketuntasan aspek
afektif pada pratindakan adalah 47,06% atau 16 siswa yang tuntas, meningkat
pada siklus I menjadi 70,58% atau 24 siswa yang tuntas dan meningkat pada
siklus II menjadi 100% atau 34 siswa yang tuntas. Tingkat ketuntasan aspek
kognitif pada pratindakan adalah 58,8% atau 20 siswa yang tuntas, meningkat
pada siklus I menjadi 73,52% atau 25 siswa yang tuntas dan meningkat pada
siklus II menjadi 100% atau 34 siswa yang tuntas. Tingkat ketuntasan hasil belajar
yang diperoleh dari akumulasi aspek psikomotor, afektir dan kognitif adalah
sebagai berikut, pada pratindakan tingkat ketuntasan adalah 11,76% atau 4 siswa
yang tuntas, meningkat pada siklus I menjadi 61,76% atau 21 siswa yang tuntas
dan meningkat pada siklus II menjadi 94,12% atau 32 siswa yang tuntas.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran student teams-achievement divisions dapat meningkatkan hasil belajar
lempar cakram. Pembelajaran pada pratindakan bersifat konvensional, tidak
menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif sehingga hasil belajar
rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I. Hasil belajar siswa meningkat walaupun
belum optimal. Pelaksanaan siklus II memberikan perubahan yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
sehingga bisa meningkatkan hasil belajar serta menciptakan suatu pembelajaran yang
berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran student
teams-achievement divisions meningkatkan hasil belajar lempar cakram pada
siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Ahmad Windiyatno. THE ATTEMPT OF IMPROVING DISCUS TROWING
LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH THE APPLICATION OF
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS LEARNING MODEL IN
THE XI SCIENCE 8 GRADERS OF SMA NEGERI 1 SURAKARTA IN
THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education
Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, June 2012.
This research aims to improve the discus throwing learning achievement
through the application of student teams-achievement divisions learning model in
the XI Science 8 graders of SMA Negeri 1 Surakarta in the school year of
2011/2012.
This study was a classroom action research. This research was carried out
in two cycles, each of which encompassed planning, acting, observing, and
reflecting. The subject of research was the XI Science 8 graders of SMA Negeri 1
Surakarta consisting of 34 students: 14 boys and 20 girls. The data source derived
from teacher and students. Techniques of collecting data used were observation,
interview, and documentation or archive. The data validation was done using
method triangulation technique. Data analysis was done using a descriptive
qualitative analysis technique.
The learning through the application of STAD learning model could
improve the discus throwing learning achievement of the XI Science 8 graders of
SMA Negeri 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. From the result of
analysis, it could be found a significant improvement from pre-cycle, cycle I and
cycle II. Based on the data of observation result on pre-cycle, cycle I and cycle II,
each indicator of achievement with KKM (maximum passing criteria) of 75
experienced the following improvement. The passing level of psychomotor aspect
increased from 8.8% or 3 students passing in pre-cycle to 32.35% or 11 students
passing in cycle I and to 91.18% or 31 students passing in cycle II. The passing
level of affective aspect increased from 47.06% or 16 students passing in pre-
cycle to 70.58% or 24 students passing in cycle I and to 100% or 34 students
passing in cycle II. The passing level of cognitive aspect increased from 58.8% or
20 students passing in pre-cycle to 73.52% or 25 students passing in cycle I and to
100% or 34 students passing in cycle II. The learning achievement passing level
obtained from accumulated psychomotor, affective and cognitive aspect was as
follows: 11.76% or 4 student passing in pre-cycle; it increased to 61.76% or 21
students passing in cycle I and to 94.12% or 32 students passing in cycle II.
The data above showed that the application of student teams-achievement
divisions learning model could improve the discus throwing learning
achievement. The learning in pre-cycle was conventional in nature, not using
innovative learning models so that the learning achievement was low. The
improvement occurred in cycle I. The learning achievement of students improved
despite not optimally. The implementation of cycle II provide a better change
thereby improving the learning achievement as well as creating a high-quality
learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
The conclusion of research was that the application of STAD learning
model could improve the discus throwing learning achievement of the XI Science
8 graders of SMA Negeri 1 Surakarta in the school year of 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
MOTTO
Barang siapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepada
kehidupan yang lebih baik”
( An Nahl : 97 )
Ilmu itu lebih baik dari harta. Ilmu dapat menjaga pemiliknya, sedangkan
harta memerlukan penjagaan dari pemiliknya. Harta akan habis jika
dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah jika diberikan kepada orang
lain.
( Lovid )
Keyakinan yang kuat akan membuahkan hasil yang akan diinginkan.
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
PERSEMBAHAN
Teriring Syukurku pada-Mu Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk :
“Bapak dan Ibu”
“Kakakku Marya Ulfa dan Zainal Arifin serta keponakanku Fina”
“Teman-temanku Ida Pawestri, Nor Rosidah, Diva, Ikhsan, Rosita”
“Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan , yang telah membantu dalam
proses penelitian mulai dari awal sampai akhir’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami
hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut
dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
4. Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes, dan Drs. Agus Mukholid, M.Pd sebagai
pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi.
5. Kepala SMA Negeri 1 Surakarta, beserta staf dan jajarannya.
6. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………………………………………… i
PERNYATAAN............................................................................................ ii
PENGAJUAN ............................................................................................... iii
PERSETUJUAN............................................................................................ iv
PENGESAHAN................ ............................................................................. v
ABSTRAK...................................................................................................... vii
MOTTO.......................................................................................................... x
PERSEMBAHAN........................................................................................... xi
KATA PENGANTAR.................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
1. Lempar Cakram ................................................................. 5
a. Pengertian Lempar Cakram ......................................... 5
b. Teknik Lempar Cakram ............................................... 5
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Lempar Cakram ...... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Model Pembelajaran .......................................................... 14
a. Pengertian Pembelajaran ............................................. 14
b. Pengertian Model Pembelajaran .................................. 15
c. Karakteristik Model Pembelajaran............................... 16
d. Macam-Macam Model Pembelajaran .......................... 16
e. Tujuan Penerapan Model Pembelajaran ...................... 17
3. Hasil Belajar ....................................................................... 17
a. Pengertian Hasil Belajar .............................................. 17
b. Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 18
c. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar .................................. 19
d. Penilaian Hasil Belajar ................................................. 20
4. Model Pembelajaran STAD ............................................... 22
5. Penerapan Model STAD pada Lempar Cakram ................ 25
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 26
C. Hipotesis Tindakan ................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 29
1. Waktu Penelitian ................................................................ 29
2. Tempat Penelitian .............................................................. 29
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 30
C. Data dan Sumber Data ............................................................ 30
D. Pengumpulan Data ................................................................... 31
E. Uji Validasi Data ...................................................................... 32
F. Analisis Data ............................................................................ 32
G. Indikator Kinerja Penelitian ..................................................... 33
H. Prosedur Penelitian .................................................................. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 38
A. Deskripsi Pratindakan............................................................... 38
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus...................................... 41
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus.............................. 66
D. Pembahasan............................................................................... 67
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 69
A. Simpulan ................................................................................... 69
B. Implikasi .................................................................................... 70
C. Saran .......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 73
LAMPIRAN .................................................................................................. 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1. Posisi Awal Gerakan Berputar .................................................... 6
Gambar 2. 2. Gerakan Awal Sampai Akhir Memutar....................................... 6
Gambar 2. 3. Power Position a) Nampak dari Samping b) Nampak dari Atas . 7
Gambar 2. 4. Pelepasan Cakram dan Pemulihan .............................................. 7
Gambar 2. 5. Lemparan Melewati Tali ............................................................. 9
Gambar 2. 6. Teknik Lemparan Berdiri ............................................................ 9
Gambar 2. 7. Cara Memegang Cakram............................................................. 10
Gambar 2. 8. Mengayunkan Cakram ................................................................ 10
Gambar 2. 9. Memutar Cakram ........................................................................ 11
Gambar 2. 10. Lemparan Berputar Membelakangi Arah Lemparan ................ 12
Gambar 2. 11. Alur Kerangka Berpikir ............................................................ 28
Gambar 3. 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............ 29
Gambar 3. 2. Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa .................................. 33
Gambar 3. 3. Tahapan pada Setiap Siklus ........................................................ 35
Gambar 4. 1. Hasil Belajar Lempar Cakram Pratindakan................................. 39
Gambar 4. 2. Hasil Belajar Lempar Cakram Siklus I ....................................... 51
Gambar 4. 3. Hasil Belajar Lempar Cakram Siklus II ...................................... 64
Gambar 4. 4. Perbandingan Hasil Belajar Lempar Cakram Tiap Siklus .......... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1. Kesalahan yang Umun Terjadi Dan Perbaikan Lempar Cakram .... 13
Tabel 2. 2. Standart Prestasi Lempar Cakram ................................................... 14
Tabel 2. 3. Perhitungan Skor Kemajuan ........................................................... 24
Tabel 2. 4. Kriteria Kemajuan Tim ................................................................... 24
Tabel 3. 1. Teknik /Alat Pengumpulan Data ..................................................... 31
Tabel 4. 1. Deskripsi Pratindakan Hasil Belajar Lempar Cakram .................... 39
Tabel 4. 2. Deskripsi Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Pratindakan .............. 40
Tabel 4. 3. Deskripsi Siklus I Hasil Belajar Lempar Cakram ........................... 51
Tabel 4. 4. Deskripsi Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Silkus I ..................... 52
Tabel 4. 5. Deskripsi Siklus II Hasil Belajar Lempar Cakram ......................... 64
Tabel 4. 6. Deskripsi Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Siklus II .................... 65
Tabel 4. 7. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Indikator..................................... 66
Tabel 4. 8. Perbandingan Data Akhir ............................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Siklus 1 pada pertemuan 1 ................................................... 76
Lampiran 2. RPP Siklus 1 pada pertemuan 2 ................................................... 91
Lampiran 3. RPP Siklus 2 pada pertemuan 1 ................................................... 106
Lampiran 4. RPP Siklus 2 pada pertemuan 2 ................................................... 121
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Pratindakan Hasil Belajar Lempar Cakram .... 136
Lampiran 6. Rekapitukasi Data Siklus I Hasil belajar Lempar Cakram ........... 138
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Siklus II Hasil Belajar Lempar Cakram .......... 140
Lampiran 8. Dokumentasi ................................................................................. 142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum, yang
mengutamakan aktivitas gerak sebagai media dalam pembelajaran. Pendidikan
jasmani (Penjas) mempunyai peran yang penting untuk meningkatkan kualitas
manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Toho Cholik Muthohir dan Rusli Lutan
(2001: 2), "Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum.
Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik. Pendidikan
sebagai salah satu sub-sistem pendidikan yang berperan penting dalam
mengembangkan kualitas manusia Indonesia". Penjas merupakan pendidikan yang
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan lainnya. Melalui penjas aspek-aspek yang
ada pada diri siswa dikembangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian
tujuan pendidikan secara keseluruhan. Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut
Toho Cholik Muthohir dan Rusli Lutan (2001: 30-31) ialah meliputi
perkembangan pribadi, hubungan antar pribadi dan lingkungan, ketahanan
nasional yang meliputi politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam.
Penjas merupakan pendidikan yang mengajarkan beberapa macam cabang
olahraga menurut jenjang pendidikannya. Hal ini berarti bahwa materi penjas
antara tingkat sekolah dasar dengan tingkat sekolah di atasnya (SMP dan
SMA/SMK) berbeda-beda. Dalam KTSP, ruang lingkup mata pelajaran
Penjasorkes untuk jenjang SMA/MA meliputi aspek-aspek: permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air,
pendidikan luar kelas dan kesehatan. Di dalam aspek permainan dan olahraga
diajarkan beberapa cabang olahraga, salah satunya ialah cabang atletik nomor
lempar cakram. Lempar cakram adalah salah satu cabang atletik nomor lempar
yang dilakukan dengan melempar sebuah cakram dengan posisi membelakangi
arah lemparan yang bertujuan untuk mendapatkan jarak terjauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Seorang guru penjas harus bisa menyesuaikan antara materi dengan
kondisi atau karakteristik peserta didik yang pada umumnya memiliki ciri khas
dalam bersikap, yang diungkapkan melalui permainan. Karakteristik siswa inilah
yang menjadi dasar bagi guru dalam mengambil tindakan berupa penerapan model
pembelajaran yang baik dan tepat, yang disesuaikan dengan perkembangan
peserta didik, khususnya untuk siswa sekolah menengah atas. Banyaknya model
pembelajaran yang ada sekarang ini, menuntut seorang guru penjas untuk dapat
mengetahui, memahami, serta menerapkan model-model pembelajaran yang
inovatif dalam penyampaian materi penjas kepada peserta didik. Namun pada
kenyataannya, masih banyak para guru pendidikan jasmani yang kurang
memahami dan belum dapat melaksanakan model pembelajaran yang inovatif
dalam kegiatan pembelajaran. Guru penjas masih banyak yang menerapkan model
pembelajaran yang bersifat konvensional, yaitu penyampaian materi dengan
metode ceramah, metode komando dan demonstrasi, sehingga siswa merasa jenuh
dan kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran penjas, yang pada akhirnya
berdampak pada hasil belajar yang rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan
seringnya dijumpai di lapangan pada saat pembelajaran penjas, siswa dibiarkan
berolahraga sendiri, sedangkan guru hanya berteduh bahkan ditinggal ke kantor
guru. Kondisi semacam ini sangat memprihatinkan, karena kaidah-kaidah
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah atas belum dapat
dilaksanakan dengan baik, sehingga tujuan pendidikan jasmani pun belum dapat
tercapai sebagaimana mestinya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di SMA Negeri 1
Surakarta, menunjukkan bahwa pada saat mengikuti pembelajaran atletik
khususnya nomor lempar cakram, siswa kurang tertarik untuk mengikuti
pembelajaran, dan mereka lebih tertarik untuk olahraga permainan. Selain itu
dalam pembelajaran lempar cakram, model pembelajaran yang digunakan oleh
guru masih bersifat konvensional, yaitu menggunakan metode ceramah, komando
dan demonstrasi yang mengakibatkan siswa cenderung kurang memperhatikan
materi yang diberikan. Hal tersebut berakibat belum terjadinya hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
interaktif dan interpersonal antara guru dengan siswa serta siswa yang satu dengan
siswa yang lain, yang pada akhirnya berdampak pada tingkat keberhasilan belajar
siswa yang masih rendah. Berdasarkan kriteria ketuntasan mengajar (KKM) yang
berlaku di SMA Negeri 1 Surakarta yaitu 75, tingkat keberhasilan siswa dalam
melaksanakan lempar cakram di kelas XI IPA 8 sangat rendah hanya sekitar 11%
yang dapat melakukannya dengan benar. Dari data tersebut terlihat bahwa
pencapaian hasil belajar siswa masih rendah, karena masih jauh dari nilai kriteria
ketuntasan mengajar yang berlaku di SMA Negeri 1 Surakarta.
Mengatasi permasalah tersebut, diperlukan suatu kemampuan guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang inovatif, yang dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan ialah pembelajaran kooperatif tipe Student
Team-Achievement Divisions (STAD). STAD adalah pembagian pencapaian tim
siswa yang merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif, dimana
siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari 4-5 siswa. Di dalam model
pembelajaran ini terdapat pula skor kemajuan individu dan tim, yang berasal dari
kuis (penilaian) setelah siswa belajar dalam timnya masing-masing. Tim yang
memperoleh skor kemajuan yang paling tinggi akan mendapatkan rekognisi atau
penghargaan. Tujuan utama dari penerapan STAD ini ialah untuk memotivasi
siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Dengan meningkatnya motivasi siswa
untuk mengikuti pelajaran penjas, maka diharapkan hasil belajar siswapun dapat
meningkat.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Lempar Cakram Melalui Model Pembelajaran Student Teams-
Achievement Divisions pada Siswa Kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, dapat
dikemukakan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penerapan model Student
Teams-Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram
pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar lempar cakram
melalui penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions
pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Melalui penerapan model Student Teams-Achievement Divisions,
siswa SMA Negeri 1 Surakarta kelas XI IPA 8 lebih termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran, sehingga siswa mampu meningkatkan kemampuannya dalam
menguasai teknik serta hasil belajar lempar cakram.
2. Bagi guru
Memberikan kontribusi kepada guru pendidikan jasmani di SMA N
1 Surakarta, bahwa pembelajaran dengan model Student Teams-Achievement
Divisions dapat meningkatkan motivasi, kemampuan serta hasil belajar siswa
dalam pembelajaran atletik pada umumnya dan nomor lempar cakram pada
khususnya.
3. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap SMA
Negeri 1 Surakarta, untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lempar Cakram
a. Pengertian Lempar Cakram
“Lempar Cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang
olahraga atletik,” (Moh.Gilang, 2007 : 136). Sedangkan menurut Aip
Syarifuddin (1992) “Lempar cakram adalah suatu bentuk gerakan melempar
suatu alat yang berbentuk bulat pipih dengan berat tertentu terbuat dari logam
atau besi yang dilakukan dengan satu tangan dari samping badan untuk
mencapai jarak sejauh-jauhnya sesuai dengan peraturan yang
berlaku”(hlm.172). Lempar cakram termasuk salah satu nomor lempar yang
lebih sulit dibandingkan dengan tolak peluru ataupun lempar lembing.
Kesulitan itu terletak pada keseluruhan gerakan melempar, karena disamping
badan mengadakan putaran saat melakukan awalan harus dilanjutkan
melepaskan cakram yang berputar searah jarum jam.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lempar
cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik yang
dilakukan dengan satu tangan dari samping badan menggunakan suatu alat
yang berbentuk bulat pipih dengan berat tertentu terbuat dari logam atau besi
yang bertujuan memperoleh jarak sejauh-jauhnya.
b. Teknik Lempar Cakram
Menurut Eddy Purnomo dan Dapan (2011) menerangkan bahwa teknik
lampar cakram dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
1) Posisi awal dan gerakan awal
Si pelempar berdiri pada tepi belakang lingkaran lempar, punggung
menghadap ke arah lemparan, kedua kaki pararel, terpisah selebar bahu.
Cakram berada pada tekukan sendi pertama ruas jari-jari tangan yang diatur
merata, ibu jari juga dilebarkan dan menyentuh pada cakram. Pergelangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tangan sedikit dibengkokkan, memungkinkan sisi atas cakram untuk
menyentuh lengan bawah. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 2.1. Posisi Awal Gerakan Berputar
(Eddy Purnomo dan Dapan, 2011 : 160)
Awal gerakan berputar diawali dengan mengayunkan cakram ke
belakang, pararel dengan tanah setinggi bahu. Pada titik akhir ayunan
cakram kira-kira berada di atas tumit kiri tergantung pada daya mobilitas si
pelempar.
2) Gerakan Memutar (Rotation)
Gerakan ini diawali dengan memutar lutut kiri keluar dan serentak
menurunkan pusat massa tubuh dan berat badan dipindahkan ke kaki kiri.
pada waktu kaki kiri melanjutkan memutar pada telapak kaki, pada saat
mencapi sudut yang tepat kearah lemparan, kaki kanan yang ditekuk yang
ditekuk menolak dari tanah, bahu kiri dan lengan kanan harus ditahan di
belakang.
Gambar 2. 2. Gerakan Awal sampai Akhir Memutar
(Eddy Purnomo dan Dapan, 2011 : 161)
3) Power Position
Power position bila dilihat dari posisi badan, yaitu badan bagian
atas agak miring ke arah kaki kanan yang ditekuk kira-kira 110º-120º dan
paha kanan posisinya kira-kira besar sudutnya 90º dengan arah lemparan.
Poros pinggangmengarah kearah sektor lemparan , poros bahu diputar ke
belakang 90º terhadapnya. Lengan saat melempar dengan cakram masih
tetap di belakang poros bahu sehingga sudut dari lengan lempar menuju
kearah lemparan adalah lebih dari 270º. Lengan kiri ditahan di belakang
dalam arah yang berlawanan, seperti gambar di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Gambar 2. 3. Power Position a) nampak dari samping b) nampak dari atas
(Eddy Purnomo dan Dapan, 2011 : 163)
4) Gerak Pelepasan Cakram
Gerak ini dimulai ketika kaki kanan menunjuk ke arah lemparan
dengan suatu gerakan perpanjangan putaran dari sisi lemparan dan
merupakan suatu rangkaian gerakan pada saat kaki, lutut dan pinggang
diluruskan secara berurutan. Dorongan kaki kanan ini bekerja melawan sisi
kiri yang tetap (di tempat). Bagian atas badan dan lengan lempar mula-
mula tetap dibelakang untuk membentuk tegangan. Lengan lempar yang
mengikuti sekarang ada di bawah gerak putaran yang terbesar pada suatu
sudut lebih dari 180º menuju kearah lemparan. Lepaskan cakram yang
eksplosif dengan cara mengketapelkan cakram terjadi disisi kiri badan yang
tetap (poros bahu-kaki kiri). Pengereman lengan kiri (blocking) dan tubuh
ketika dada menghadap kearah lemparan menstrafer energi dari gerakan
dari cakram, seperti gambar dibawah ini (hlm.160)
Gambar 2. 4. Pelepasan Cakram dan Pemulihan
(Eddy Purnomo dan Dapan, 2011 : 164)
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Lempar Cakram
Pembelajaran lempar cakram tidak bisa disamakan dengan
pembelajaran nomor atletik yang lain, dikarenakan gerakannya sangat
komplek yang memerlukan psikomotor yang cukup baik. Selain itu lempar
cakram juga dapat menjadi berbahaya karena menggunakan metode lemparan
berputar, jika pelempar melakukan kesalahan dalam lemparan dapat
membahayakan orang yang berada disekitar pelempar. Maka dari itu perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diperhatikan dalam proses pembelajaran harus mengutamakan faktor
keselamatan siswa. Untuk menghindari resiko-resiko yang mungkin muncul
dalam pembelajaran lempar cakram, hendaknya guru harus menyusun langkah
–langkah pembelajaran dengan di dalamnya mengganti cakram asli dengan
sebuah benda yang menyerupai cakram dan tidak berbahaya.
1) Langkah Pertama : Pengantar
Penggunaan lingkaran karet kecil (ring) atau gelang hula-hop
sebagai pengganti cakram, dapat menghilangkan masalah grip yang
biasanya dihadapi oleh siswa atau pemula. Siswa memegang ring seperti
biasa dan berkonsentrasi pada bagian lemparan lainnya, seperti footwork
(pengaturan kaki). Setelah siswa mempelajari footwork, maka mulai belajar
melempar cakram. Menurut Garry A. Carr (2003) alat pengganti cakram
mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Aman digunakan dan dapat dilemparkan di dalam maupun luar
ruangan.
b) Mudah dipegang dan cukup ringan dipegang dengan tangan diulurkan.
c) Memiliki jumlah tarikan tertentu yang memaksa tangan yang melempar
dalam posisi mengikuti yang baik
d) Tidak dapat dilemparkan jauh, yang berarti pemula dapat lebih sering
mengulangi lemparan (hlm. 226).
Penerapan karet kecil (ring) dapat dilakukan sebagai berikut.
Masing-masing siswa mengayunkan karet kecil (ring) dengan melangkah
ke depan, menjaga tangan yang melempar tetap lurus dan mengayunkan
mengelilingi tubuh tepat dibawah ketinggian bahu. Pelempar yang
menggunakan tangan kanan melangkah ke depan dengan kaki kiri,
meluruskan kaki dengan kuat dan menggerakkan pinggul dan dada ke
depan. Dalam pembelajaran teknik melempar dengan menggunakan karet
kecil dapat digunakan model melempar berpasangan dengan melewati tali
yang dipasang melintang seperti gambar :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 2. 5. Lemparan Melewati Tali
(Roji, 2007 : 104)
2) Langkah Kedua : Lemparan Berdiri Menggunakan Cakram
a) Belajar teknik
Kegiatan ini dilakukan dengan cara pelempar berdiri dengan
punggung menghadap ke arah lemparan, kemudian pelempar
mengayunkan cakram ke belakang kanan, dan langkah mundur dengan
kaki kiri, menjaga berat badan tetap pada kaki kakan yang di tekuk.
Setelah kaki kiri menempati posisi, pelempar denagn kuat melempar
pinggul ke arah lemparan. Pinggul diikuti dengan dada dan tangan yang
melempar, yang diayunkan mengelilingi tubuh tepat dibawah
ketinggian bahu. Tekanan tangan pada cakram menghasilkan rotasi
searah jarum jam (pelempar bertangan kanan). Jari telunjuk tangan
pelempar merupakan jari terakhir yang bersentuhan dengan cakram.
Gambar 2. 6. Teknik Lemparan Berdiri
(Garry A. Carr, 2003 : 233)
b) Cara memegang cakram
Memegang cakram ini dilakukan dengan buku jari, meletakkan
ibu jari pada samping cakram dan menekukkan pergelangan tangan
agak ke dalam. Beberapa variasi grip dapat terjadi (misalnya, jari
tengah dan telunjuk dapat dirapatkan dari pada direnggangkan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Moh Gilang (2007) cara memegang cakram adalah sebagai
berikut:
a. Bagi pelempar yang jari-jarinya cukup panjang dan besar, cakram
dapat diletakkan pada ruas jari paling ujung. Jari-jari tangan terbuka
dengan jarak yang hampir sama, kecuali ibu jari. Cakram melekat
pada telapak tangan, pada titik berat dari cakram atau sedikit di
belakangnya.
b. Bagi pelempar yang jari-jarinya tidak terlalu panjang, maka telapak
tangan tidak menyentuh pada dinding cakram (hlm. 136)
Gambar 2. 7. Cara Memegang Cakram
(Moh. Gilang, 2007 : 136)
c) Cara mengayun cakram
Mengayunkan cakram ini dilakukan dengan ringan ke depan
dan belakang, disamping tubuh (20 derajat kesamping atau tegak lurus)
dengan gerakan tangan seperti pendulum. Gerakan ini menghasilkan
rasa tekanan cakram pada buku jari. Padahal latihan ini, cakram tidak
dilepaskan.
Gambar 2. 8. Mengayunkan Cakram
(Garry A. Carr, 2003 : 234)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d) Belajar memutar cakram
Latihan ini mengajarkan spin yang dihasilkan pada cakram saat
dilepas dari jari. Mengatur pelempar sejauh 3 hingga 4 meter (10
hingga 13 kaki) pada satu barisan. Masing-masing pelempar mengambil
satu langkah ke depan (pelempar dengan tangan kanan). Masing-
masing pelempar mengayunkan cakram ke depan dan belakang di
samping tubuh dan kemudian secara perlahan melambungkan ke depan
dan melayang di udara sehingga mendarat 3 sampai 4 meter. Gerakan
menekan yang dimulai dari jari kelingking hingga ke jari telunjuk akan
menyebabkan cakram menggelinding dari tangan dan berputar searah
jarum jam saat melayang di udara. Para pelempar melempar saat yang
bersamaan atau bergantian sesuai dengan aba-aba instruktur, seperti
pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. 9. Memutar Cakram
(Garry A. Carr, 2003 : 234)
Tip latihan memutar cakram menurut Garry A. Carr (2003)
sebagai berikut:
(a) Meremas cakram seperti batang sabun, dimulai dengan punggung
tangan dan menyelesaikan gerakan dengan jari telunjuk.
(b) Jari telunjuk adalah jari terakhir yang bersentuhan dengan ring
cakram, bukan jari kelingking (hlm.234)
e) Lemparan berdiri menggunakan cakram (menyampingi arah lemparan)
Menurut Roji (2007) lemparan menyamping terdiri dari tiga
tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Berdiri sikap menyamping arah lemparan dan kedua kaki dibuka
selebar bahu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Cakram dipegang dengan kedua tangan di atas bahu (tangan
kanan di atas dan tangan kiri di bawah).
2. Tahap Gerakan
a. Ayunkan cakram dengan tangan kanan ke arah kanan bersamaan
kedua lutut direndahkan, pandangan dan badan mengikuti arah
gerak cakram.
b. Ayunkan kembali cakram dengan tangan kanan ke depan atas,
diikuti gerakan badan, pandangan dan lutut naik.
c. Saat lengan posisi lurus serong atas lepaskan cakram dari
pegangan tangan.
3. Akhir Gerakan
a. Setelah cakram lepas dari tangan, gantikan posisi kaki kiri yang
berada di depan dengan kaki kanan.
b. Sikap kaki kiri di belakang badan tergantung rileks.
c. Pandangan mengikuti arah lemparan (hlm.104)
f) Lemparan berputar membelakangi arah lemparan
Gerakan ini merupakan lemparan berputar yang lengkap.
Pelempar memulai dengan membelakangi arah lemparan, kemudian
mengayunkan cakram ke belakang, rendah dan rapat dengan pinggul,
atau mengayunkan cakram cakram ke belakang dan menahannya
dibokong saat berputar melintasi ring. Footwork merupakan replika dari
gerakan sebelumnya ketika menggunakan cakram pengganti.
Gambar 2. 10. Lemparan Berputar Dimulai Dengan Membelakangi Arah
Lemparan
(Garry A. Carr, 2003 : 238)
Tip latihan Lemparan berputar membelakangi arah lemparan
menurut Garry A. Carr (2003) sebagai berikut:
a) Tangan yang memegang cakram terus mengikuti dari belakang
tubuh ketika berputar melintasi ring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b) Mencoba menambah kecepatan putaran dan berlari ke posisi
melempar dengan cakram yang mengikuti dari belakang.
c) Berusaha menggerakkan kedua kaki posisi melempar.
d) Gerakkan samping kanan tubuh dan cakram mengelilingi samping
kiri tubuh dan kaki kiri.
e) Setelah tangan yang melepas berayun ke depan dan melepaskan
cakram, gerakkan kaki kanan ke depan untuk melakukan reserve
(hlm. 238)
Beberapa kesalahan yang umum dan perbaikannya menurut
Garry A. Carr (2003) sebagai berikut (hlm. 239) :
Tabel 2. 1. Kesalahan Umum Yang Terjadi Dan Perbaikan Pada Lempar Cakram.
Lemparan berdiri dengan langkah mundur
NO Kesalahan Alasan Perbaikan
1. Pemula melangkah
mundur dengan kaki
yang salah.
Pelempar tidak pasti
dengan gerakan yang
benar.
Pelempar melangkah
mundur dengan kaki
kiri, bukan kaki
kanan.
2. Ketika pelempar
melangkah mundur,
berat badan
dipindahkan ke arah
yang sama.
Pelempar terlalu
bersemangat untuk
melempar cakram.
Berat badan harus
tetap berada di kaki
kanan saat melangkah
mundur ke posisi
melempar.
Lemparan berputar
NO Kesalahan Alasan Perbaikan
1. Cakram tidak mengikuti
dari belakang ketika
tubuh berputar
melintasi ring.
Cakram tidak ditahan di
belakang pada akhir
putaran ke belakang
Berlatih lemparan
berputar dengan
cakram dipegang pada
bokong.
2. Pelempar menyelam
atau turun kebelakang
saat melintasi ring.
Pandangan pelempar
tidak horizontal, dan
kaki kiri tidak diputar
kearah lemparan pada
awal putaran di
belakang ring.
Pandangan harus ke
atas depan, dan kepala
serta lutut kiri harus
memimpin putaran
melintasi ring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Standar prestasi yang disarankan (meter) menurut Garry A. Carr
(2003) sebagai berikut (hlm. 243) :
Tabel 2. 2. Standar Prestasi Lempar Cakram
Putra
Usia Berat cakram
(kg)
Memuaskan Baik Sangat baik
11-12 1 kg 10 15 20
13-14 15 20 25
15-16 20 25 30
15-16 1,5 kg 15 20 25
17-19 25 30 35
17-19 2 kg 20 25 30
Putri
11-12 1 kg 10 14 18
13-14 14 18 22
15-16 18 22 26
17-19 20 24 28
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Sagala (2006), ”Pembelajaran ialah membelajarkan siswa
dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan” (hlm. 61).
Hamdani (mengutip Darsono, 2011 : 23) menjelaskan:
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan
atau stimulus. Sedangkan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai
cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar mengenal
dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.
Hamdani, 2004 (mengutip Sugandi, 2004) menerangkan bahwa aliran
humanistik mendeskripsikan pembelajaran berupa memberikan kebebasan
kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai
dengan minat dan kemampuannya (2011 : 23). Sedangkan Udin S.
Winataputra (mengutip Gagne, Briggs, dan Wager, 1992) menjelaskan
pembelajaran adalah “Instruction is a set of events that affect learners in such
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a way that learning is facilitated”. Yaitu bahwa pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa (2008 : 1.19).
Pendapat lain dikemukakan oleh Aunurrahman (2011) bahwa
pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik,
menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memilikki pengetahuan tentang
sesuatu, menjadi siswa yang memilikki pengetahuan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan memberi kesempatan untuk berfikir mengenal sesuatu yang dipelajari
serta memberi kebebasan kepada siswa unuk memilih bahan pelajaran dan cara
mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya sehingga dapat membentuk
tingkah laku yang diinginkan
b. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Trianto (mengutip Joyce 2011 : 5), “Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Sedangkan
menurut Isjoni (mengutip Joice dan Weil 2010 : 50), “Model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu desain pembelajaran yang membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
c. Karakteristik Model Pembelajaran
Menurut Hamdani (mengutip Darsono, 2000) pembelajaran dilakukan
secara sadar dan direncanakan secara sistematik (2011 : 47).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Trianto (mengutip Kardi dan Nur, 2001) juga menyebutkan beberapa
karakteristik dalam model pembelajaran, antara lain:
1) Rasional teoritik logis yang tersusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
3) Tingkah laku pengajar diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai (2011 : 6)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
mempunyai karakteristik tertentu yang perlu diperhatikan secara menyeluruh
oleh guru dalam pemnyampaiannya, agar dalam pelaksanaan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
d. Macam-Macam Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2011) terdapat beberapa macam model
pembelajaran, diantaranya:
1) Model pembelajaran langsung (direct instruction)
2) Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
3) Model pembelajaran Student Teams-Achievement Division (STAD)
4) Model pembelajaran JIGSAW
5) Model pembelajaran Investigasi kelompok
6) Model pembelajaran Team Games Tournamen (TGT) (hlm. 5)
Trianto (mengutip Arends, 2011 : 9) menyeleksi enam model
pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar yaitu
presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Trianto
(mengutip Arends, 2011: 9) juga berpendapat, bahwa tidak ada satu model
pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing
model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah di uji cobakan untuk
mengajarkan materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, terdapat berbagai macam
model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar dan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
berbagai macam model pembelajaran yang ada, perlu kiranya diseleksi model
pembelajaran yang mana yang paling baik untuk menyampaikan suatu materi.
e. Tujuan Penerapan Model Pembelajaran
Tujuan dari penerapan model pembelajaran, antara lain:
1) Membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun
kualitas.
2) Menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3) Menciptakan suasana belajar belajar yang aman dan menyenangkan bagi
siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran mempunyai tujuan secara khusus untuk membantu siswa
agar lebih fokus dan tertarik terhadap materi pembelajaran yang dibawakan
oleh guru.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2008), “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimilikki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya” (hlm. 22). Supriyono (2010) menyatakan, “Hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan ketrampilan” (hlm. 5). Sedangkan pendapat lain diungkapkan oleh
Mulyasa (2010), “Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan”.
Sudjana (mengutip Howard dan Kingsley, 2008: 22) membagi tiga
macam hasil belajar, yakni:
1) keterampilan dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengertian; 3) sikap dan
cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Gagne (dalam Sudjana 2008: 22) membagi
lima kategori hasil belajar, yakni: 1) informasi variabel; 2) keterampilan
intelektual; 3) strategi kognitif; 4) sikap; dan 5) keterampilan motoris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sedangkan Sudjana (mengutip Benyamin Bloom : 2010)
mengklasifikasikan hasil belajar kedalam tiga ranah, yakni ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor
berkenan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris, yakni: 1) gerakan reflek; 2) keterampilan
gerakan dasar; 3) kemampuan perseptuai; 4) keharmonisan atau ketepatan; 5)
gerakan keterampilan kompleks; 6) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa adalah perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor. Yang harus diingat, bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran tersebut harus dilihat secara
komprehensif atau menyeluruh.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, hal tersebut
sesuai dengan pendapat Slameto (2003) yang mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor-faktor internal
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
(2) Cacat tubuh
b) Psikologis
(1) Intelegensi
(2) Perhatian
(3) Minat
(4) Bakat
(5) Motif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(6) Kematangan
(7) Kesiapan
c) Faktor kelelahan
2) Faktor-faktor eksternal
a) Faktor keluarga
(1) Tingkat pendidikan orang tua
(2) Hubungan antara anggota keluarga
(3) Penyediaan fasilitas belajar
(4) Keadaan ekonomi keluarga
b) Faktor sekolah
c) Faktor masyarakat
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa dipengaruhi beberapa faktor baik dari dalam diri siswa itu sendiri
maupun dari luar diri siswa. Faktor-faktor yang menyangkut keadaan diri
siswa meliputi keadaan jasmani maupun psikologis, sedangkan keadaan yang
berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan sekitar siswa, dimana kedua
faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
c. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar
Belajar mempunyai beberapa fungsi dan tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaannya. Hamdani (2011) menyebutkan tujuan dan fungsi hasil
belajar sebagai berikut:
1) Tujuan penilaian hasil belajar
a) Tujuan umum:
(1) Menilai pencapaian kompetensi siswa;
(2) Memperbaiki proses pembelajaran;
(3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
b) Tujuan khusus
(1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;
(2) Mendiagnosis kesulitan belajar;
(3) Memberiakn umpan balik atau perbaikan proses belajar;
(4) Mengajar;
(5) Menentukan kenaikan kelas;
(6) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami
diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
2) Fungsi penilaian hasil belajar
a) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas;
b) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar;
c) Meningkatkan motivasi belajar siswa;
d) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa (hlm. 302)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa tujuan dan
fungsi penilaian hasil belajar diantaranya ialah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di
dalam kelas, mengetahui kesulitan-kesulitan belajar siswa dan untuk
memotivasi siswa melakukan usaha perbaikan dari hasil belajar yang
diperoleh sebelumnya.
d. Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme berupa
penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2008: 3), “Penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu” (hlm. 3) Hal ini dapat diartikan bahwa obyek yang
dinilai adalah hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar,
peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah
laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan dalam kegiatan penilaian.
Mulyasa (2010) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang
diajukan meliputi seluruh materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi
dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada bahan-bahan yang
diberikan pada kelas tinggi.
Mulyasa (2010) juga menyatakan bahwa dalam penilaian hasil belajar
oleh pendidik dapat dilakukan terhadap program, proses, dan hasil belajar.
Penilaian program bertujuan untuk menilai efektivitas program yang
dilaksanakan, penilaian proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan
partisipasi peserta didik dalam pembelajaran; sedangkan penilaian hasil
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi
peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penilaian hasil belajar ialah suatu proses untuk memberikan nilai/ skor kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
siswa, untuk mengetahui hasil perolehan dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan sebelumnya. Penilaian ini oleh satuan pendidikan dilaksanakan
pada akhir program, yang meliputi penilaian terhadap program, proses dan
hasil belajar itu sendiri.
Dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip penilaian hasil belajar yang menurut Hamdani (2011) sebagai
berikut:
1) Valid (sahih), yang berarti penilaian hasil belajar harus mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
2) Obyektif, yang berarti hasil belajar siswa hendaknya tidak dipengaruhi
oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-
ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.
3) Transparan (terbuka,) yang berarti prosedur penilaian, kriteria penialian,
dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar siswa dapat
diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.
4) Adil, yang berarti hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan siswa
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status social ekonomi, dan gender.
5) Terpadu, yang berarti penilaian hasil belajar merupakan suatu komponen
yang tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, yang berarti penilaian hasil belajar
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan siswa.
7) Bermakna, yang berarti penilaian hasil belajar mudah dipahami,
mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak,
terutama guru, siswa, orangtua, serta masyarakat.
8) Sistematis, yang berarti hasil belajar dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
9) Akuntabel, yang berarti penialian hasil belajar dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
10) Beracuan kriteria, yang berarti penilaian hasil belajar didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan (hlm. 303)
Dilihat dari fungsinya, Sudjana (2008) mengemukakan ada beberapa
jenis penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa., yaitu:
penilaian formatif merupakan suatu penilaian yang dilakukan pada
akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses
belajar mengajar; 2) penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilaksanakan
apda akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester,dan akhir
tahun yang bertujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa; 3)
penilaian diagnostic merupakan penilaian yang bertujuan untuk melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya; 4) penilaian selektif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian
saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu; 5) penilaian penempatan
merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui keterampilan
prasyarat yang diperlukan dalam suatu program belajar dan penguasaan
belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk
program itu (hlm. 5)
Selain itu, Sudjana (2008) juga menyatakan bahwa sistem penilaian
hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua sistem:
yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang diacukan kepada rata-
rata kelompoknya. Dengan demikian dapat diketahui posisi kemampuan
siswa di dalam kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang
digunakan dalam menentukan derajad prestasi seorang siswa,
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya. Sedangkan Penilaian acuan
patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan kepada tujuan instruksional
yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian derajat keberhasilan
siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan
dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Pada umumnya keberhasilan
siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar antara 75-80 persen. Artinya
siswa diartikan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar
75-80 persen dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari
kriteria tersebut, siswa dinyatakan belum berhasil (hlm. 7)
4. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Slavin (2005) berpendapat bahwa Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) adalah pembagian pencapaian tim siswa yang merupakan
salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang
baru menggunakan pendekatan kooperatif (hlm. 143). STAD telah digunakan
dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari matematika, bahasa,
seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan ilmiah lain, dan telah
digunakan mulai dari kelas dua sampai perguruan tinggi.
Gagasan utama dari STAD menurut Slavin (2005) adalah untuk
memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (hlm. 12) Jika
para siswa ingin timnya mendapat penghargaan tim, mereka harus membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus saling
mendukung teman teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik,
menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran.
Mereka boleh boleh bekerja berpasangan, mendiskusikan ketidaksesuaian dan
salingmembantu satu sama yang lainnya jika ada yang salah dalam
memahami. Mereka bekerja dengan satu timnya, menilai kekuatan dan
kelemahan mereka untuk membantu mereka berhasil dalam kuis. Meski para
siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam
mengerjakan kuis.
Slavin (2005) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan model
pembelajaran STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar yang
beranggotakan 4-5 orang yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas (hlm. 144). Slavin (2005)
juga menyebutkan lima komponen utama dalam STAD, yaitu: presentasi
kelas, tim, kuis, skor kemajuan, rekognisi tim (hlm. 143).
Presentasi Kelas. Pertama-tama materi diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Presentasi haruslah benar-benar terfokus pada unit STAD.
Dengan cara ini siswa harus benar-benar memberi perhatian secara penuh
selama presentasi kelas.
Tim. Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan entnisitas.
Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan
mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling
membantu dalam mengerjakan kuis.
Skor Kemajuan. Adalah memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang
akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja
yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan
kontribusi poin maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini. Tiap siswa
diberikan skor awal yang diperolehdari rata-rata kinerja siswa tersebut
sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor
kuis mereka dengan skor awal mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 2. 3. Perhitungan Skor Kemajuan
Nilai Tes Skor Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di
bawah skor awal
10 poin
Skor awal sampai 10 poin di atas skor
awal
20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Tabel 2. 4. Kriteria Kemajuan Tim.
Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15 Tim baik
16 Tim sangat baik
17 Tim super
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions
menurut Slavin (2005) adalah sebagai berikut:
a. Mengajar, yaitu menyampaikan materi pelajaran yang dilakukan oleh guru.
b. Belajar tim, yaitu para siswa bekerja dalam tim mereka untuk menguasai
materi.
c. Tes, yaitu para siswa mengerjakan kuis-kuis individual.
d. Rekognisi tim, yaitu skor tim dihitung berdasarkan skor kemajuan (hlm.
151)
5. Penerapan Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions
Pada Pembelajaran Lempar Cakram
Lempar cakram merupakan salah satu cabang atletik nomor lempar
dengan melempar cakram dengan berputar membelakangi arah lemparan untuk
mencapai jarak terjauh. Teknik lemparan dalam lempar cakram sangat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tingkat kompleksitasnya, karena diawali dengan berputar. Kondisi ini
menyulitkan siswa untuk menguasai teknik tersebut, apabila dalam
penyampaian materi dilakukan dengan model atau metode yang konvensional.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya perlu diterapkan model
pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions. Model ini termasuk
dalam model Cooperative Learning yang dalam proses pembelajarannya
mengutamakan belajar dalam kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh Slavin
(2005), bahwa gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa
supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (hlm. 12). Jadi, selain
menitikberatkan pada belajar dalam kelompok, model STAD juga memberikan
suatu rekognisi atau penghargaan pada tim atau kelompok yang mempunyai
skor kemajuan yang tinggi, sehingga dapat membantu untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar lempar cakram.
Tahap-tahap pembelajaran lempar cakram melalui penerapan model
STAD adalah sebagai berikut:
a. Pengajaran
Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan penyampaian materi
dengan mendemonstrasikan secara aktif konsep-konsep dan teknik lempar
cakram dengan cara menggunkan alat bantu pengganti cakram sesungguhnya.
b. Belajar Tim
Setelah penyampaian materi dari guru siswa dikondisikan dalam
kelompok-kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya. Mereka melakukan
gerakan lempar cakram sesuai dengan apa yang sudah diajarkan oleh guru
dengan rangsangan jarak dan tinggi.
c. Kuis / Evaluasi
Setelah para siswa belajar dalam masing-masing kelompok, diadakan
kuis atau evaluasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
kuis yang menarik dan menumbuhkan suasana yang kompetitif bagi tiap siswa
maupun tiap kelompok. Gambaran tentang hal ini tersurat pada RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. Rekognisi Tim
Penghargaan atau rekognisi diberikan setelah dilakukan evaluasi. Tiga
kelompok yang mendapatkan poin kemajuan paling tinggi berhak
mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau sesuatu yang baru.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
diterapkannya model pembelajaran STAD, diharapkan mampu meningkatkan
motivasi belajar lempar cakram serta memudahkan siswa dalam menguasai
teknik lempar cakram, sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar
siswa pada materi lempar cakram.
B. Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan pembelajaran penjas oleh para guru di sekolah-sekolah pada
umumnya masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional,
begitu pula pelaksanaan pembelajaran penjas di SMA Negeri 1 Surakarta. Yaitu
dalam penyampaian materi, guru cenderung masih menggunakan metode
ceramah, metode komando dan demonstrasi. Hal tersebut mengakibatkan siswa
merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran penjas, sehingga
berakibat pada perolehan hasil belajar siswa yang masih rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan solusi yang
tepat untuk melaksanakan pembelajaran penjas agar dapat menarik perhatian dan
meningkatkan motivasi siswa. Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh guru
penjas ialah dengan menerapkan model pembelajaran inovatif. Dalam penelitian
ini, peneliti dan guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran inovatif, yaitu
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (STAD). Model pembelajaran STAD adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari
4-5 siswa. Di dalam model pembelajaran ini terdapat pula skor kemajuan individu
dan tim, yang berasal dari kuis setelah siswa belajar dalam timnya masing-masing.
Tim yang memperoleh skor kemajuan yang paling tinggi akan mendapatkan
rekognisi atau penghargaan. Model pembelajaran STAD ini direncanakan akan
dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus pertama, peneliti bersama dengan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menyusun dan melaksanakan pembelajaran STAD dalam pembelajaran lempar
cakram. Dari hasil pelaksanaan siklus I tersebut, apabila target hasil belajar yang
ditetapkan belum tercapai, maka dilaksanakan upaya perbaikan pada siklus ke-II.
Dari pelaksanaan model pembelajaran STAD tersebut, diharapkan dapat
menigkatkan perhatian serta motivasi para siswa untuk dapat saling mendukung
dan membantu satu sama lain dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru.
Dengan meningkatnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran penjas, maka
diharapkan hasil belajar siswa pun juga akan meningkat.
Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 11. Alur Kerangka Berfikir
Kondisi awal Guru masih
menggunakan model
pembelajaran yang
konvensional dalam
pembelajaran penjas
a.Siswa kurang tertarik dan kurang memperhatikan materi yang diberikan.
b. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
c. Hasil belajar lempar cakram siswa masih rendah.
Tindakan Menerapkan model
pembelajaran Student
Teams-Achievement
Divisions
Siklus I: peneliti bersama
dengan guru menyusun dan
melaksanakan pengajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan lempar cakram
melalui penerapan model
pembelajaran STAD.
Siklus II : peneliti bersama
dengan guru melaksanakan
upaya perbaikan dari siklus I,
untuk meningkatkan
kemampuan lempar cakram
melalui penerapan model
pembelajaran STAD.
Kondisi akhir Motivasi siswa untuk belajar
lempar cakram meningkat,
sehingga hasil belajar lempar
cakrampun juga meningkat
sesuai dengan target yang
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Hipotesis Tindakan
Melalui kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut: “Penerapan Model
Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions Dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Lempar Cakram pada Siswa Kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di komplek Stadion Manahan
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada awal bulan April
sampai bulan Mei 2012. Adapun kegiatan penelitian ini meliputi tahap persiapan
pelaksanaan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan perincian sebagai
berikut:
No Kegiatan Penelitian Tahun 2012
1. Persiapan Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei Juni
a. Observasi
b. Identifikasi Masalah
c. Penentuan tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan Proposal
f. Pengajuan Izin
Penelitian
2. Pelaksanaan
a. Seminar proposal
b. Siklus 1
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
tindakan
3) Observasi
4) Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Siklus II
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
tindakan
3) Observasi
4) Refleksi
d. Pengumpulan Data
Penelitian
3. Penyusunan laporan
a. Analisis data
b. Menyusun laporan
/skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan
Gambar 3. 1. Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan Penelitian
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1
Surakarta, yang berjumlah 34 siswa. Dengan komposisi siswa putra: 14 anak dan
siswa putri: 20 anak
C. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut:
1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar lempar cakram siswa
kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan
model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions dalam
pembelajaran lempar cakram pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
D. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini
terdiri dari:
a. Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar lempar cakram
siswa.
b. Observasi, digunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan
model pembelajaran student teams-achievement divisions dalam pembelajaran
lempar cakram.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. 1.Teknik/Alat Pengumpulan Data
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
Afektif Penilaian sikap
melalui observasi
lapangan (sesuai
dengan rubrik
penilaian aspek
afektif pada RPP)
1
Siswa Hasil belajar lempar
cakram
Kognitif Soal tes (sesuai
dengan rubrik
penilaian aspek
kognitif pada RPP)
Psikomotor Tes praktik yang
meliputi
kemampuan teknik
dasar lempar
cakram (sesuai
dengan rubrik
penilaian aspek
psikomotor)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
E. Uji Validitas Data
Teknik pengujian validitas data pada penelitian tindakan kelas ini
menggunakan trianggulasi yang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
peningkatan validitas data dalam penelitian. Trianggulasi meliputi trianggulasi
data, trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.
Trianggulasi data yaitu data yang sama akan lebih mantap kebenarannya
bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Data dapat diperoleh dari
siswa, guru dan hasil observasi dari kolaborator.
Trianggulasi sumber yaitu mengkroscekkan data yang diperoleh dengan
informan atau narasumber yang lain baik dari siswa, guru lain atau pihak-pihak
lain (kepala sekolah, rekan guru, orang tua/wali).
Trianggulasi metode yaitu mengumpulkan data dengan metode yang
berbeda agar hasilnya lebih mantap (metode observasi, tes) sehingga didapat hasil
yang akurat mengenai subyek.
F. Analisis Data
PTK adalah penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan
classroom action research dalam bahasa Inggris. Yaitu penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran, Susilo
(2009 : 16). Sedangkan menurut Agus Kristiyanto (2010 : 32) mengemukakan
bahwa :
“PTK dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan guru/pelatih dalam melaksanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukannya, serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran
pendidikan jasmani/kepelatihan olahraga tersebut dilakukan, dimulai dari
adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk setiap
siklusnya”.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah deskripif kualitatif. Menurut Moh Nazir (2005 : 54) , “ metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang”. Tujuan penelitian deskriptif menurut Saifuddin Azwar (1998 : 7)
ini adalah untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan
karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu, yang
menggambarkan situasi atau kejadian. Analisis kualitatif bertujuan untuk
melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Menyajikan data atau narasi
secara sederhana dalam bentuk kata-kata; dapat dilakukan dengan membentuk
tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan
terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami. Dalam tahap pengumpulan data sebelumnya, peneliti sudah membuat
simpulan-simpulan sementara. Pada tahap ini peneliti mengecek hasil simpulan-
simpulan tersebut untuk dijadikan sebuah kesimpulan pasti dari hasil
penelitiannya.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang
diukur
Prosentase target capaian Cara
mengukur Kondisi
Awal Siklus I Siklus II
Kemampuan
teknik lempar
cakram
8.8%
30% 70%
Diamati melalui
proses
pembelajaran
dan unjuk kerja
praktik sesuai
dengan
pedoman rubrik
penilaian RPP
Pemahaman
siswa terhadap
materi lempar
58.8% 70% 85%
Melalui tes
kemampuan
kognitif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
cakram sesuai dengan
pedoman rubrik
penilaian RPP
Sikap siswa
dalam
mengikuti
pelaksanaan
materi lempar
cakram
47.06% 50% 75%
Melalui
penilaian sikap
sesuai dengan
pedoman rubrik
penilaian RPP
Ketuntasan hasil
Belajar 11.76% 50% 75%
Diukur melalui
ketuntasan
belajar siswa
pada materi
lempar cakram
melalui hasil
penjumlahan
(aspek afektif,
kognitif dan
psikomotor)
sesuai dengan
KKM sekolah
75.
Gambar 3. 2. Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah atau tahap-tahap yang
harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam
penelitian. Menurut Susilo (2009 : 19) penelitian tindakan kelas dapat dilakukan
melalui empat langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Empat langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
tindakan kelas sering disebut dengan istilah satu siklus. Penjelasan dari ke empat
langkah-langkah diatas adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis penyebab
adanya masalah dan pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan
masalah.
2. Ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana
pelaksanaan tindakan yang kemudian mengimplementasikan tindakan dalam
proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat
oleh guru.
3. Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan
untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang dipilih
terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.
4. Refleksi dilakukan untuk mendapatkan upaya evaluasi yang dilakukan guru
dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.
Gambar 3.3. Tahapan pada Setiap Siklus
(Susilo, 2009: 19)
Siklus 1 Siklus 2 Dst
Observing
Actin
g
Reflecting
Pla
nn
ing
Planning
Reflecting
Actin
g
Ob
seving
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Menganalisis isi kurikulum dengan memfokuskan pada kompetensi dasar
(KD) sesuai mata pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di SMA.
2) Menyusun rencana program pembelajaran (RPP) lempar cakram.
3) Menyusun instrumen tes lempar cakram.
4) Menyusun lembar observasi.
5) Menyiapkan lembar tes
6) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu dalam proses belajar
mengajar.
7) Menyiapkan tempat penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah dilaksanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan
tahap observasi terhadap dampak tindakan. Langkah-langkah kegiatan :
1) Melakukan pemanasan.
2) Melakukan presentasi materi dengan melakukan gerakan dasar lempar
cakram :
a. Melakukan teknik lemparan berdiri menggunakan pengganti cakram.
b. Melakukan lemparan berputar menggunakan pengganti cakram.
c. Melakukan lemparan berdiri menggunakan cakram.
d. Melakukan lemparan berputar menggunakan cakram.
3) Melaksanakan diskusi/belajar dalam kelompok.
4) Penilaian yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Melaksanakan penenangan/pendinginan.
c. Tahap Obsevasi
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan kegiatan pelaksanaan
tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penerapan model
student teams-achievement divisions pendidikan jasmani yang diterapkan
terhadap proses pembelajaran teknik dasar lempar cakram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Tahap Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interprestasi
sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja
yang perlu dipertahankan. Tahap ini mengemukakan hasil penemuan dari
pelaksanaan tindakan pertama yang memerlukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
2. Rancangan Siklus II
Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan
jasmani. Merupakan rancangan perbaikan siklus I termasuk perwujudan tahap
pelaksanaan, observasi, dan interprestasi, serta analisis, dan refleksi yang juga
mengacu pada siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan poses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu
peneliti melakukan kegiatan observasi awal untuk mengetahui keadaan nyata yang
ada di lapangan. Hasil kegiatan observasi awal tersebut adalah sebagai berikut.
1. Siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011 / 2012,
yang mengikuti materi pelajaran penjas khususnya atletik nomor lempar
cakram adalah 34 siswa, yang terdiri atas 14 siswa putra dan 20 siswa putri.
Dilihat dari proses pembelajaran atletik khususnya materi lempar cakram,
dapat dikatakan proses pembelajaran dalam kategori kurang berhasil.
2. Siswa kurang memiliki perhatian dan motivasi dalam pembelajaran lempar
cakram, sebab guru tidak menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam
materi lempar cakram.
3. Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa
cenderung sulit diatur saat mengikuti pembelajaran materi lempar cakram
berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan
secara langsung di lapangan. Saat mengikuti pembelajaran lempar cakram,
siswa menunjukkan sikap seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan
guru, tidak memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya, ada yang berbicara
dengan teman, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya.
4. Guru kurang menguasai keadaan kelas, sebab jumlah siswa yang terlampau
banyak dengan situasi tempat belajar yang cukup ramai, menjadikan situasi
belajar menjadi kurang dapat diatur dengan baik. Sehingga tingkat kemampuan
siswa dalam melakukan lempar cakram tidak dapat maksimal.
5. Guru kesulitan menemukan model pembelajaran lempar cakram yang baik dan
benar. Seringkali contoh yang disampaikan oleh guru melalui peragaan
langsung, kurang dapat dicermati oleh siswa secara baik, sebab siswa kurang
dapat melihat kondisi gerakan lempar cakram yang di peragakan oleh guru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
baik karena kurangnya antusiasme siswa atau contoh gerakan kurang dapat di
pahami oleh siswa.
Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan maka peneliti dan guru
melakukan pengambilan data awal penelitian. Ini dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi awal keadaan kelas pada materi lempar cakram pada siswa kelas XI IPA 8
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011 / 2012. Adapun diskripsi data
yang diambil adalah hasil belajar lempar cakram siswa kelas XI IPA 8 SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011 / 2012.
Kondisi awal hasil belajar lempar cakram pada siswa kelas XI IPA 8
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011 / 2012 sebelum diberikan tindakan
melalui penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievemet Divisions
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar sebagai berikut:
Tabel 4. 1. Diskripsi Pratindakan Hasil Belajar Lempar Cakram Pada Siswa kelas
XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase
>80 Baik Sekali Tuntas - 0%
75 – 79 Baik Tuntas 4 11.76%
70 – 74 Cukup Tidak Tuntas 14 41.18%
65 – 69 Kurang Tidak Tuntas 16 47.06%
< 64 Kurang Sekali Tidak Tuntas 0 0%
Jumlah 34 100%
Gambar 4. 1. Hasil Belajar Lempar Cakram Pratindakan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Baik Sekali Baik Cukup Kurang KurangSekali
Kurang Sekali
Kurang
Cukup
Baik
Baik Sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Berikut ini merupakan hasil observasi pada setiap indikator ketercapaian
kinerja siswa sebelum dilakukan tindakan (pratindakan) yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4. 2. Deskripsi Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Pratindakan
Aspek yang
diukur
Kondisi Awal
Jumlah siswa yang lulus Prosentase kelulusan
Kemampuan
teknik lempar
cakram.
3 siswa 8,8%
Pemahaman siswa
terhadap materi
lempar cakram.
20 siswa 58,8%
Sikap siswa dalam
mengikuti
pelaksanaan
materi lempar
cakram.
16 siswa 47,06%
Ketuntasan hasil
belajar.
4 siswa 11,76%
Berdasarkan hasil diskripsi rekapitulasi data awal sebelum diberikan
tindakan maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa belum menunjukan hasil
belajar yang baik, dengan prosentase ketuntasan belajar 11.76% siswa.
Melalui diskripsi data awal yang telah diperoleh tesebut masing masing
aspek menunjukan kriteria keberhasilan pembelajaran yang kurang. Maka disusun
sebuah tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi lempar cakram
pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011 / 2012,
melalui penerapan medel pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions.
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus, yang masing masing
siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan,
(3) Observasi dan interprestasi, (4) Analisis dan Refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus 1 (Pertemuan I)
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus I pertemuan I pada tanggal 13 April
2012, sebagai berikut:
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran penjasorkes.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang
diterapkan dalam PTK, yaitu penerapan model pembelajaran STAD untuk
lempar cakram.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
b) Streching.
c) Melakukan pemanasan.
Pemanasan dilakukan dengan sebuah permainan berlari dengan
membentuk lingkaran, caranya seperti berikut. Guru memberi aba-aba
angka, maka siswa harus membentuk kelompok sesuai angka yang di
sebutkan oleh guru. Bagi siswa yang yang kelompoknya kurang atau
lebih dari angka yang disebutkan guru, maka akan mendapatkan
sanksi.
2) Inti Pelajaran
a. Penyampaian materi
Guru menjelaskan dan mempraktikkan cara melempar cakram
berputar membelakangi arah lemparan dan dengan ring selang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Melempar ring selang berputar membelakangi arah lemparan:
1) Latihan ini menirukan lemparan dengan cakram lomba.
2) Tekukkan lutut dan “duduk” seakan akan berjongkok pada bangku
saat berputar di belakang ring.
3) Berputar pada jantung telapak kaki hingga menghadap ke arah
lemparan.
4) Terus berputar, menempatkan kaki kanan 1 langkah mendahului
dengan tumit menghadap ke arah lemparan.
5) Menjaga berat badan tetap di belakang.
6) Melangkah mundur dengan kaki kiri pada posisi melempar (berat
badan tetap di belakang lingkaran)
7) Memastikan kaki kiri diletakkan dengan benar pada posisi
melempar.
8) Bergerak untuk melempar, dimulai dari bawah (meluruskan dan
memutar kaki, diikuti dengan pinggul, dada dan terakhir tangan
yang melempar).
b. Belajar Kelompok
Setelah guru memberikan contoh gerakan lempar cakram,
selanjutnya siswa belajar gerakan yang telah diajarkan tersebut sesuai
kelompok yang sudah ditentukan dengan satu kemompok terdiri dari 5
orang. Siswa melakukan gerakan lempar cakram menggunakan ring
selang sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.
Siswa diharapkan berkerja sama dalam mempelajari gerakan, saling
membantu dan mengoreksi gerakan lempar cakram.
c. Kuis atau penilaian
Kuis diadakan setelah siswa melakukan kegiatan belajar
kelompok, masih di dalam kelompok setiap siswa melakukan lemparan
memutar membelakangi arah lemparan dengan menggunakan ring
selang. Melempar pada lapangan dengan menggunakan rangsangan
sasaran berupa lingkaran, jadi siswa melempar dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
ring selang membelakangi arah lemparan dengan sasaran lingkaran.
Siswa dan kelompok yang dapat melempar tepat pada lingkaran akan
mendapatkan poin. Kelompok yang paling yang paling banyak
mendapatkan poin maka akan mendapatkan rekognisi atau hadiah,
dalam hal ini tiga kelompok paling banyak mendapatkan poin akan
mendapatkan rekognisi atau hadiah.
d. Rekognisi (Penghargaan)
Bagi tiga tim yang mendapat poin tertinggi akan mendapatkan
penghargaan berupa sertifikat atau hadiah.
3) Penutup
a) Melaksanakan penenangan / pendinginan.
b) Pendinginan dilakukan permainan.
c) Evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
d) Berdoa kemudian dibubarkan.
c. Observasi dan Interprestasi
Pada langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh peneliti
dan kolaborator saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil
observasi menyimpulkan bahwa :
Proses pembelajaran kurang berjalan dengan baik, dikarenakan guru
menggabung dua kelas menjadi satu. Sehingga jumlah siswa terlalu banyak
yang mengakibatkan kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Guru kesulitan
mengkondisikan siswa yang terlalu banyak ditambah juga alat bantu
pengganti cakram atau ring selang tidak cukup untuk memenuhi jumlah siswa
yang banyak. Mengetahui kondisi tersebut kolaborator memberi masukan
kepada guru untuk memisah dua kelas menjadi satu kelas sesuai dengan kelas
yang sudah ditentukan untuk penelitian yaitu kelas XI IPA 8. Setelah dipisah
menjadi satu kelas, pembelajaran dapat berjalan dengan baik walaupun ada
kekurangannya. Siswa terlihat sudah nampak motivasi belajar dengan
menggunakan model pembelajaran STAD yang diberikan pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pertama ini, walaupun ada beberapa siswa yang belum termotivasi. Hal ini
terlihat dari sikap siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
a) Pemanasan
Saat pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan
pemanasan yang dikemas dengan cara permainan. Siswa antusias
melakukan pemanasan karena mereka merasa ada yang berbeda dari
pemanasan yang mereka lakukan biasanya.
b) Penyampaian materi
Pada saat penyampaian materi siswa memperhatikan dengan
seksama materi yang diberikan oleh guru yaitu teknik lempar cakram
dengan membelakangi arah lemparan.Walaupun ada beberapa siswa yang
tidak memperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari sikap antusias siswa saat
penyampaian materi berlangsung dan pertanyaan dari beberapa siswa
yang belum mengerti gerakan lempar cakram.
c) Belajar kelompok.
Pembelajaran pada model belajar kelompok ini terlihat ada
beberapa siswa yang tidak melakukan kegiatan belajar gerak lempar
cakram dalam kelompoknya, mereka bermain sendiri dan berbicara
dengan temannya. Tetapi ada juga siswa yang belajar dalam
kelompoknya, mereka saling mengoreksi dan bertanya, baik bertanya
pada teman sekelompok maupun pada guru. Dalam segi penguasaan gerak
terlihat masih banyak siswa yang belum sesuai dengan teknik yang benar.
Sebagian besar siswa kesulitan dalam berputar dan posisi melempar.
Melihat kondisi tersebut guru segera mengoreksi gerakan yang salah.
d) Penilaian atau kuis.
Pengamatan yang dilakukan saat penilaian yang dikemas dalam
kompetisi antar kelompok terlihat siswa sangat antusias karena guru akan
memberikan penghargaan kepada tiga kelompok yang memperoleh poin
tertinggi. Siswa berusaha semaksimal mungkin untuk berhasil memperoleh
poin untuk kelompoknya.
e) Rekognisi atau penghargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pada pemberian penghargaan atau rekognisi terlihat siswa sangat
senang memperoleh hadiah dari guru. Tiga kelompok yang memperoleh
poin tertinggi mendapatkan hadiah.
d. Analisis dan Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan
pertama adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD sudah
nampak motivasi siswa untuk belajar khususnya dalam kelompok untuk
melakukan gerakan lempar cakram, walaupun masih ada beberapa siswa yang
belum termotivasi. Model pembelajaran yang bersifat kooperatif dan
kompetisi sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran
dan merasa ada tantangan tersendiri untuk mengikuti pembelajaran.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
Guru mengalami kendala dalam mengontrol siswa pada saat dua
kelas digabung menjadi satu, jumlah siswa terlalu banyak. Kondisi ini
disebabkan kurang pahamnya guru tentang PTK. Selain itu pada saat
belajar kelompok, ada siswa yang tidak belajar dalam kelompok bahkan
berbicara dengan teman-temanya. Sedangkan kendala yang dihadapi siswa
adalah keterbatasan alat pembelajaran lempar cakram terbatas sehingga
kurang efektif karena siswa bergantian dalam menggunakan alat bantu
pembelajaran lempar cakram. Kondisi ini dikarenakan guru tidak
memperkirakan jumlah alat dengan jumlah siswa yang ada.
3) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil analisis dalam pembelajaran pada pertemuan
pertama maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya,
antara lain :
a) Pertemuan kedua tidak akan menggabung dua kelas menjadi satu.
b) Akan memaksimalkan belajar kelompok dengan mengontrol konsidi
siswa dalam belajar kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c) Agar siswa tidak salah dalam melakukan setiap gerakan pada kegiatan
pembelajaran, maka peneliti memberikan penjelasan cara melempar
cakram dengan lebih komprehensif serta memberikan koreksi langsung
kepada siswa yang salah melakukan gerakan.
d) Siswa yang dirasa kurang berhasil pada pertemuan pertama akan
diberikan perhatian yang lebih intensif pada pertemuan berikutnya.
Peneliti harus tetap memberikan pemahaman dan motivasi untuk dapat
menguasai gerakan lempar cakram dengan benar.
2. Pertemuan II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka
perencanaan tindakan pada siklus I pertemuan II tanggal 27 April 2012 yang
juga akan dilakukan penilaian adalah sebagai berikut:.
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan pertama. Penerapan
model pembelajaran STAD pada pembelajaran lempar cakram kurang
begitu maksimal. Maka akan dikemas model STAD sedemikian rupa
sehingga lebih menarik lagi.
2) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lempar cakram.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
b) Stretching.
c) Melakukan pemanasan.
Pemanasan dikemas dalam bentuk permainan. Siswa dibagi menjadi 2
regu A dan B dibagi sama rata setiap regunya. Jarak antar regu sekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
15 meter. Siswa melempar ring selang dengan menghadap arah
lemparan. Lemparan dimulai dari regu A mengarah kepada regu B.
Regu B tidak boleh bergerak berpindah tempat, sehingga siswa dari
regu B yang terkena ring selang akan memberikan poin bagi regu A.
Lemparan dilakukan secara bergantian, regu yang paling banyak
mendapatkan poin maka regu itu yang menang. Regu yang kalah akan
mendapatkan sanksi.
2) Inti Pelajaran
a. Penyampaian materi
Guru menjelaskan dan mempraktikkan cara melempar
cakram berputar membelakangi arah lemparan dan dengan ring selang.
Melempar ring selang berputar membelakangi arah lemparan:
1) Latihan ini menirukan lemparan dengan cakram lomba.
2) Tekukkan lutut dan “duduk” seakan akan berjongkok pada bangku
saat berputar di belakang ring.
3) Berputar pada jantung telapak kaki hingga menghadap ke arah
lemparan.
4) Terus berputar, menempatkan kaki kanan 1 langkah mendahului
dengan tumit menghadap ke arah lemparan.
5) Menjaga berat badan tetap di belakang.
6) Melangkah mundur dengan kaki kiri pada posisi melempar (berat
badan tetap di belakang lingkaran)
7) Memastikan kaki kiri diletakkan dengan benar pada posisi melempar.
8) Bergerak untuk melempar, dimulai dari bawah (meluruskan dan
memutar kaki, diikuti dengan pinggul, dada dan terakhir tangan yang
melempar).
b. Belajar Kelompok
Setelah guru memberikan contoh gerakan lempar cakram,
selanjutnya siswa belajar gerakan yang telah diajarkan tersebut sesuai
kelompok yang sudah ditentukan dengan satu kemompok terdiri dari 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
orang. Siswa melakukan gerakan lempar cakram menggunakan ring
selang sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.
Siswa diharapkan berkerja sama dalam mempelajari gerakan, saling
membantu dan mengoreksi gerakan lempar cakram.
c. Kuis atau penilaian
Kuis diadakan setelah siswa melakukan kegiatan belajar
kelompok, masih di dalam kelompok setiap siswa melakukan
lemparan memutar membelakangi arah lemparan dengan
menggunakan cakram sesungguhnya. Melempar pada lapangan lempar
cakram dengan ukuran sesuai aturan yang berlaku. Setiap kelompok
melakukan lemparan dengan membelakangi arah lemparan
menggunakan cakram asli. Cakram putra beratnya 2 kg dan putri 1 kg.
Siswa melakukan satu persatu bergantian. Siswa yang melakukan
lemparan dengan benar dan memperoleh jarak yang jauh, maka akan
mendapat rekognisi.
d. Rekognisi (Penghargaan)
Tiga siswa yang dapat melakukan lemparan dengan baik
akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah menarik.
3) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
a) Pendinginan dilakukan dengan gerakan penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai hasil belajar yang
sudah diperoleh siswa dan mengumumkan siapa siswa yang berhasil
dan siapa siswa yang masih kurang.
c) Berdoa kemudian dibubarkan.
c. Observasi dan Interprestasi
Langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh peneliti dan
kolaborator saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi
menyimpulkan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Awal pembukaan pembelajaran ada siswa yang mengeluh kepada
guru untuk dapat berolahraga basket, tetapi setelah diberi penjelasan oleh
guru siswa pun mengerti dan melanjutkan meteri lempar cakram. Dalam sesi
penyampaian materi dari guru tentang pengulangan teknik lempar cakram,
siswa tidak seluruhnya memperhatikan dengan baik. Ada beberapa siswa
yang bicara sendiri khususnya siswa laki-laki yang berada dibelakang barisan.
Terlepas dari keadaan tersebut diatas, siswa terlihat sudah nampak motivasi
belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD yang diberikan
pada pertemuan kedua ini, walaupun ada beberapa siswa yang belum
termotivasi. Hal ini terlihat dari sikap siswa saat proses pembelajaran
berlangsung.
a) Pemanasan
Pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan pemanasan
yang dikemas dengan cara permainan. Siswa antusias melakukan
pemanasan karena mereka merasa ada yang berbeda dari pemanasan yang
mereka lakukan biasanya.
b) Penyampaian materi
Penyampaian materi hampir sama dengan kondisi pertemuan
pertama, siswa memperhatikan dengan seksama materi yang diberikan
oleh guru yaitu teknik lempar cakram dengan membelakangi arah
lemparan.Walaupun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan. Hal
ini dapat dilihat dari sikap antusias siswa saat penyampaian materi
berlangsung dan pertanyaan dari beberapa siswa yang belum mengerti
gerakan lempar cakram. Selain itu nampak siswa yang bicara dengan
temannya tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
c) Belajar kelompok.
Pembelajaran pada model belajar kelompok ini terlihat tidak
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Siswa cenderung bermain
sesukanya, bahkan ada siswa yang tidak melakukan instruksi dari guru
untuk belajar kelompok. Kondisi ini sering terulang pada tiap pertemuan,
maka akan menjadi koreksi perbaikan pada pertemuan selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
d) Penilaian atau kuis.
Pengamatan yang dilakukan saat penilaian yang dikemas dalam
kompetisi antar siswa terlihat siswa sangat antusias karena guru akan
memberikan penghargaan kepada tiga siswa yang dapat melakukan
lemparan dengan baik dan benar serta nilai yang tinggi. Siswa berusaha
semaksimal mungkin untuk berhasil memperoleh nilai terbaik bagi dirinya
sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sesi penilaian, siswa
melakukan lemparan cakram dengan cakram asli dan lapangan yang
sesungguhnya. Pada teknik awalan sebagian besar siswa melakukan dengan
baik, sedangkan untuk teknik memegang cakram terlihat sudah banyak
siswa yang melakukan dengan benar, ada sekitar sembilan siswa yang salah
dalam memegang cakram. Adapun kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu
saat berputar, saat posisi melempar serta gerak lanjut. Untuk gerak lanjut
hampir semua siswa tidak nampak gerakannya.
e) Rekognisi atau penghargaan.
Pemberian penghargaan atau rekognisi terlihat siswa sangat
senang memperoleh hadiah dari guru. Tiga siswa yang memperoleh nilai
tertinggi mendapatkan hadiah.
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD cukup
memberikan motivasi dan semangat baru pada pembelajaran lempar cakram,
hal ini dapat diamati dari sikap siswa yang semangat dan percaya diri pada saat
melakukan penilaian tes lempar cakram dengan dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan penuh percaya diri. Hasil penilaian pada pertemuan kedua dapat
dilihat pada tebel dan gambar di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4. 3. Diskripsi Data Akhir Siklus I Hasil Belajar Lempar Cakram
Pada Siswa Kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah
Anak
Prosentase
>80 Baik Sekali Tuntas 2 5.88%
75 – 79 Baik Tuntas 19 55.88%
70 – 74 Cukup Tidak Tuntas 6 17.65%
65 – 69 Kurang Tidak Tuntas 7 20.59%
< 64 Kurang Sekali Tidak Tuntas 0 0%
Jumlah 34 100%
Gambar 4. 2. Hasil Belajar Lempar Cakram Siklus I
Berikut ini merupakan hasil belajar pada setiap indikator
ketercapaian kinerja siswa pada siklus 1 yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
BaikSekali
Baik Cukup Kurang KurangSekali
Kurang Sekali
Kurang
Cukup
Baik
Baik Sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4. 4. Deskripsi Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Siklus I
Aspek yang diukur Prosentase target capaian
Siklus I
Jumlah siswa
yang lulus
Prosentase
kelulusan
Kemampuan
teknik lempar
cakram.
30% 11 siswa 32,75%
Pemahaman siswa
terhadap materi
lempar cakram.
70% 25 siswa 73,52%
Sikap siswa dalam
mengikuti
pelaksanaan materi
lempar cakram.
50% 21 siswa 61,76%
Ketuntasan hasil
belajar.
50% 21 siswa 61,76%
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan tabel pencapaian hasil di atas, menujukkan bahwa hasil
belajar lempar cakram meningkat sesuai target capaian yang dicantumkan
pada proposal. Meskipun demikian, masih perlu perbaikan pada metode yang
diterapkan. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan
kali ini adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
a) Berdasarkan pada kondisi awal, siswa menunjukkan hasil belajar
lempar cakram yang cukup bagus dengan prosentase siswa yang tuntas
61,76% dan siswa yang belum tuntas 38,24%.
b) Terlihat siswa merasa percaya diri dalam melakukan lemparan,
walaupun belum ada yang belum bisa melakukan dengan baik.
c) Sebagian besar siswa sudah bisa memegang cakram dengan benar.
d) Siswa sudah bisa melakukan gerakan lempar cakram keseluruhan
dengan cakram asli walaupun belum sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Kendala yang dihadapi guru adalah pada waktu belajar kelompok siswa
sulit untuk dikontrol, karena siswa dilepaskan begitu saja untuk belajar
kelompoksehingga ada siswa yang tidak melakukan belajar kelompok.
b) Terbatasnya cakram asli yang tersedia mengakibatkan tidak semua
siswa mendapatkan cakram. Hanya empat cakram yang digunakan
dalam pembelajaran sehingga siswa bergantian dalam menggunakan
cakram.
3) Rencana Perbaikan
Berdasarkan hasil analisis dalam pembelajaran siklus satu, maka perlu
ada perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, antara lain adalah:
a) Proses belajar kelompok siswa tidak dilepas sendiri melainkan guru akan
memandu mengarahkan alur kegiatan belajar kelompok sehingga tujuan
dari belajar kelompok akan tercapai.
b) Alat bantu pembelajaran ring selang akan diganti dengan simpai atau hula
hop. Hal ini diharapkan siswa tidak merasa jenuh dengan alat bantu
pembelajaran yang sama.
c) siswa dalam melakukan lemparan menggunakan hola hop dengan
rangsangan ketinggian serta diberi sasaran berupa minuman ringan. Hal
ini diharapakan siswa tertarik, antusias dan termotivasi untuk melakukan
lemparan.
2. Siklus II (Pertemuan I)
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari hasil analisis dan refleksi pada siklus pertama, maka
perencanaan tindakan pada siklus II pertemuan I tanggal 4 Mei 2012 adalah
sebagai berikut:
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya. Pendekatan
bermain mengggunakan alat bantu pembelajaran yang pada pertemuan
sebelumnya kurang berhasil dibuat lebih menarik lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
3) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum.
b) Streching.
Dilakukan dengan menggunakan media simpai. Setiap siswa
memegang simpai. Streching dilakukan dengan memegang simpai
yang digerakkan keatas dengan kedua tangan, digerakan kedepan,
belakang, samping, kebawah. Simpai dimasukkan ketangan dan
diputar dengan tangan kanan dan kiri ,yang terakhir simpai
dimasukkan ke dalam tubuh dan diputar-putar.
2) Inti Pelajaran
a. Penyampaian materi
Guru menjelaskan dan mempraktikkan cara melempar
cakram berputar membelakangi arah lemparan dan dengan ring selang.
Penjelasan ini diulang-ulang tiap pertemuan agar siswa mengerti dan
memahami teknik lempar cakram dengan benar.
Melempar ring selang berputar membelakangi arah lemparan:
1) Latihan ini menirukan lemparan dengan cakram lomba.
2) Tekukkan lutut dan “duduk” seakan akan berjongkok pada bangku
saat berputar di belakang ring.
3) Berputar pada jantung telapak kaki hingga menghadap ke arah
lemparan.
4) Terus berputar, menempatkan kaki kanan 1 langkah mendahului
dengan tumit menghadap ke arah lemparan.
5) Menjaga berat badan tetap di belakang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
6) Melangkah mundur dengan kaki kiri pada posisi melempar (berat
badan tetap di belakang lingkaran)
7) Memastikan kaki kiri diletakkan dengan benar pada posisi melempar.
8) Bergerak untuk melempar, dimulai dari bawah (meluruskan dan
memutar kaki, diikuti dengan pinggul, dada dan terakhir tangan yang
melempar).
b. Belajar Kelompok
Setelah guru memberikan contoh gerakan lempar cakram
dengan simpai, selanjutnya siswa belajar gerakan yang telah diajarkan
tersebut sesuai kelompok yang sudah ditentukan dengan satu
kemompok terdiri dari 5 orang. Untuk pertemuan pertama pada silkus
kedua, siswa melakukan gerakan lempar cakram menggunakan simpai
sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru. Siswa
diharapkan berkerja sama dalam mempelajari gerakan, saling
membantu dan mengoreksi gerakan lempar cakram.
Pertemuan pertama ini siswa melakukan belajar kelompok
dengan menggunakan rangsangan ketinggian dengan sasaran berupa
bendera dan minuman ringan yang ditempatkan dibeberapa tempat.
Pertama-tama siswa melempar dengan menghadapai arah lemparan,
siswa melempar sejauh-jauhnya tetapi harus melewati tali dengan
ketinggian dua meter, lemparan dilakukan sebanyak tiga kali dan
harus melewati atau mengenai bendera yang sudah dipasang.
Selanjutnya siswa melakukan gerakan lempar dengan
membelakangi arah lemparan melewati ketinggian tali, untuk kali ini
sasaran diganti menjadi minuman ringan. Jadi siswa atau kelompok
yang dapat melempar melewati ketinggian tali dan mengenai sasaran
minuman ringan akan mendapatkan minuman tersebut dan tiga
kelompok yang paling banyak mendapatkan minuman akan menjadi
juara.
c. Kuis atau penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kuis diadakan setelah siswa melakukan kegiatan belajar
kelompok, akan tetapi untuk pertemuan pertama ini penilaian
dijadikan satu menjadi. Sehingga dalam belajar kelompok siswa di
diamati dan dinilai.
d. Rekognisi (Penghargaan)
Bagi tiga siswa yang dapat melakukan lemparan dengan baik
akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah menarik.
3) Penutup
Melaksanakan penenangan / pendinginan.
a) Pendinginan dilakukan berupa penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan, dilakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang
telah dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan memberikan waktu pada
anak untuk bertanya gerakan mana yang dirasa cukup sulit dan guru
memberikan respon dengan menerangkan gerakan-gerakan yang
seharusnya dilakukan dengan benar.
c) Berdoa dan siswa dibubarkan.
c. Observasi dan Interprestasi
Langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh peneliti dan
kolaborator saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi
menyimpulkan bahwa :
Berdasarkan hasil observasi disimpulkan bahwa siswa semakin
antusias melakukan pembelajaran, tampak tidak ada kejenuhan dari siswa.
Siswa tidak malas belajar dan semangat. Keadaan ini dikarenakan siswa
sangat tertarik dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru yaitu
pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran seperti biasa.
a) Pemanasan
Saat pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan
pemanasan yang dikemas dengan cara menggunakan media simpai. Siswa
antusias melakukan pemanasan karena mereka merasa ada yang berbeda
dari pemanasan yang mereka lakukan biasanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Penyampaian materi
Penyampaian materi hampir sama dengan kondisi pertemuan
sebelumnya, siswa memperhatikan dengan seksama materi yang diberikan
oleh guru yaitu teknik lempar cakram dengan membelakangi arah
lemparan walaupun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan.
Kondisi ini dapat dilihat dari sikap antusias siswa saat penyampaian materi
berlangsung dan pertanyaan dari beberapa siswa yang belum mengerti
gerakan lempar cakram. Selain itu nampak siswa yang bicara dengan
temannya tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
c) Belajar kelompok.
Pembelajaran pada model belajar kelompok ini terlihat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Siswa sangat antusias dalam
melaksanakan belajar kelompok. Sesuai rencana perbaikan dari siklus satu
maka dalam belajar kelompok siswa dipandu oleh guru untuk
melaksanakan instruksi, sehinggga siswa terkontrol tidak ada yang
bermain sendiri, tidak ada yang bicara sendiri, terlihat siswa aktif dalam
belajar kelompok. Siswa terlihat berusaha semaksimal mungkin untuk
melempar dengan baik dan mengenai sasaran minuman.
d) Penilaian atau kuis.
Penilaian pada pertemuan kali ini dilakukan saat siswa belajar
kelompok. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kemampuan siswa sudah
meningkat lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Untuk teknik awalan dan
posisi melempar sebagian besar siswa sudah melakukan dengan baik dan
benar, tetapi untuk gerakan memutar dan gerak lanjut sebagian besar siswa
kurang begitu menguasai dengan baik dan benar. Keadaan ini akan menjadi
koreksi dan perbaikan untuk pertemuan selanjutnya agar lebih menekankan
pada teknik berputar dan gerak lanjut.
e) Rekognisi atau penghargaan.
Pemberian penghargaan atau rekognisi terlihat siswa sangat senang
memperoleh hadiah dari guru. Rekognisi diberikan kepada tiga kelompok
yang mendapatkan minuman paling banyak dalam sesi belajar kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
d. Analisis dan Refleksi
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Penerapan model pembelajaran STAD pada siklus II ini tampaknya
semakin membuat siswa bersemangat, hal ini terbukti dengan sikap siswa
yang tak henti-hentinya ingin selalu mencoba setiap unsur gerakan dan
meminta guru untuk mengevaluasi.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Pembelajaran pertemuan pertama ini guru menghadapi kendala berupa
kurangnya jumlah simpai. Tetapi untuk mengatasi keadaan tersebut,
simpai digunakan secara bergantian.
b) Kendala yang dihadapi guru pada tiap pertemuan adalah minimnya waktu
yang tersedia untuk pembelajaran, yaitu kurang lebih satu jam. Kondisi
ini sudah berjalan bertahun-tahun pada SMA N 1 Surakarta untuk
pelajaran Penjasorkes.
3) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil analisis dalam pembelajaran siklus II pertemuan
pertama, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada pertemuan berikutnya,
antara lain adalah:
a) Mengatasi kurangnya alat bantu pembelajaran maka untuk pertemuan
selanjutnya penggunaan alat dilakukan dengan bergantian.
b) Pertemuan selanjutnya akan lebih ditekankan pada teknik berputar dan
gerak lanjut.
c) Sasaran yang disediakan ditambah lebih banyak agar siswa lebih
bersemangat dalam melakukan lemparan.
d) Proses belajar kelompok akan lebih dimaksimalkan dengan mengontrol
setiap kegiatan siswa.
e) Tahap-tahap model pembelajaran STAD akan diterapkan secara
maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4) Pengaruh tindakan
a) Siswa terlihat semangat, percaya diri dan saling berkerja sama dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD.
b) Siswa lebih mudah untuk melakukan gerakan lempar cakram dengan
menggunakan alat bantu simpai.
2. Pertemuan II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan dari refleksi pada pertemuan pertama, maka
perencanaan tindakan pada siklus II pertemuan II tanggal 11 Mei 2012, yang
juga dijadikan untuk melakukan penilaian adalah sebagai berikut:.
1) Membuat RPP dengan mengacu pada pertemuan sebelumnya.
2) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian
lempar cakram.
3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
c. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
1) Pemanasan.
a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum
b) Stretching.
c) Melakukan pemanasan.
Pemanasan dilakukan dengan saling melempar simpai melewati
ketinggian tali. Siswa dibentuk menjadi dua kelompok yang berada
berhadapan dengan jarak yang sudah ditentukan. Siswa melakukan
lemparan menghadap arah lemparan melewati ketinggian tali yang
dilakukan bergantian.
2) Inti Pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. Penyampaian materi
Guru menjelaskan dan mempraktikkan cara melempar
cakram berputar membelakangi arah lemparan dan dengan ring selang.
Penjelasan ini diulang-ulang tiap pertemuan agar siswa mengerti dan
memahami teknik lempar cakram dengan benar.
Melempar ring selang berputar membelakangi arah lemparan:
1) Latihan ini menirukan lemparan dengan cakram lomba.
2) Tekukkan lutut dan “duduk” seakan akan berjongkok pada bangku
saat berputar di belakang ring.
3) Berputar pada jantung telapak kaki hingga menghadap ke arah
lemparan.
4) Terus berputar, menempatkan kaki kanan 1 langkah mendahului
dengan tumit menghadap ke arah lemparan.
5) Menjaga berat badan tetap di belakang.
6) Melangkah mundur dengan kaki kiri pada posisi melempar (berat
badan tetap di belakang lingkaran)
7) Memastikan kaki kiri diletakkan dengan benar pada posisi melempar.
8) Bergerak untuk melempar, dimulai dari bawah (meluruskan dan
memutar kaki, diikuti dengan pinggul, dada dan terakhir tangan yang
melempar).
b. Belajar Kelompok
Setelah guru memberikan contoh gerakan lempar cakram
dengan simpai, selanjutnya siswa belajar gerakan yang telah diajarkan
tersebut sesuai kelompok yang sudah ditentukan dengan satu
kemompok terdiri dari 5 orang. Untuk pertemuan kedua pada siklus
kedua, siswa melakukan gerakan lempar cakram menggunakan simpai
sesuai dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru. Siswa
diharapkan berkerja sama dalam mempelajari gerakan, saling
membantu dan mengoreksi gerakan lempar cakram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pertemuan kedua ini siswa melakukan belajar kelompok
dengan menggunakan rangsangan ketinggian dengan sasaran berupa
bendera dan minuman ringan yang ditempatkan dibeberapa tempat.
Untuk pertemuan kedua ini jumlah sasaran berupa minuman akan
ditambah lebih banyak. Pertama-tama siswa melempar dengan
menghadapai arah lemparan, siswa melempar sejauh-jauhnya tetapi
harus melewati tali dengan ketinggian dua meter, lemparan dilakukan
sebanyak tiga kali dan harus melewati atau mengenai bendera yang
sudah dipasang.
Selanjutnya siswa melakukan gerakan lempar dengan
membelakangi arah lemparan melewati ketinggian tali, untuk kali ini
sasaran diganti menjadi minuman ringan. Jadi siswa atau kelompok
yang dapat melempar melewati ketinggian tali dan mengenai sasaran
minuman ringan akan mendapatkan minuman tersebut dan tiga
kelompok yang paling banyak mendapatkan minuman akan menjadi
juara.
c. Kuis atau penilaian
Kuis diadakan setelah siswa melakukan kegiatan belajar
kelompok, masih di dalam kelompok setiap siswa melakukan
lemparan memutar membelakangi arah lemparan dengan
menggunakan cakram sesungguhnya. Melempar pada lapangan lempar
cakram dengan ukuran sesuai aturan yang berlaku. Setiap kelompok
melakukan lemparan dengan membelakangi arah lemparan
menggunakan cakram asli. Cakram putra beratnya 2 kg dan putri 1 kg.
Siswa melakukan satu persatu bergantian.
d. Rekognisi (Penghargaan)
Bagi tiga kelompok yang mendapatkan minuman paling
banyak dalam sesi belajar kelompok akan mendapatkan penghargaan
berupa hadiah menarik.
3) Penutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a) Pendinginan dilakukan dengan gerakan penguluran (stretching).
b) Setelah pendinginan dilakukan evaluasi mengenai hasil belajar yang
sudah diperoleh siswa dan mengumumkan siapa siswa yang berhasil
dan siapa siswa yang masih kurang.
c) Berdoa kemudian dibubarkan.
d. Observasi dan Interprestasi
Langkah observasi dan interprestasi ini dilakukan oleh guru dan
kolaborator saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi
menyimpulkan bahwa :
a) Pemanasan
Pemanasan siswa terlihat senang dan gembira dengan pemanasan
yang dikemas dengan cara permainan. Siswa antusias melakukan
pemanasan karena mereka merasa ada yang berbeda dari pemanasan yang
mereka lakukan biasanya.
b) Penyampaian materi
Penyampaian materi hampir sama dengan kondisi pertemuan
sebelumnya, siswa memperhatikan dengan seksama materi yang diberikan
oleh guru yaitu teknik lempar cakram dengan membelakangi arah lempar.
Hal ini dapat dilihat dari sikap antusias siswa saat penyampaian materi
berlangsung dan pertanyaan dari beberapa siswa yang belum mengerti
gerakan lempar cakram.
c) Belajar kelompok.
Pembelajaran pada model belajar kelompok ini terlihat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Siswa sangat antusias dalam
melaksanakan belajar kelompok. Sesuai rencana perbaikan dari pertemuan
sebelumnya maka dalam belajar kelompok siswa dipandu oleh guru untuk
melaksanakan instruksi, sehinggga siswa terkontrol tidak ada yang
bermain sendiri, tidak ada yang bicara sendiri, terlihat siswa aktif dalam
belajar kelompok. Siswa terlihat berusaha semaksimal mungkin untuk
melempar dengan baik dan mengenai sasaran minuman. Dalam pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kedua ini sasaran berupa minuman ditambah jumlahnya supaya siswa lebih
tertarik dan semangat.
d) Penilaian atau kuis.
Pengamatan yang dilakukan saat penilaian yang dikemas dalam
kompetisi antar siswa terlihat siswa sangat antusias karena guru akan
memberikan penghargaan kepada tiga siswa yang dapat melakukan
lemparan dengan baik dan benar serta nilai yang tinggi. Siswa berusaha
semaksimal mungkin untuk berhasil memperoleh nilai terbaik bagi dirinya
sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sesi penilaian, siswa
melakukan lemparan cakram dengan cakram asli dan lapangan yang
sesungguhnya. Pada teknik awalan sebagian besar siswa melakukan dengan
baik, sedangkan untuk teknik memegang cakram terlihat semua siswa
melakukan dengan benar. Pada teknik berputar nampak sebagian siswa
sudah menguasai dengan baik walaupun masih ada siswa yang belum benar
dalam melakukannya. Sedangkan untuk teknik melempar sebagian besar
siswa sudah menguasai dengan baik. Untuk gerak lanjut hampir semua
siswa tidak nampak gerakannya entah apa penyebabnya guru sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk menekankan pada gerak lanjut.
Berdasarkan kondisi diatas dapat disimpulkan secara keseluruhan teknik
yang dikuasai oleh siswa cukup bagus.
e) Rekognisi atau penghargaan.
Pemberian penghargaan atau rekognisi terlihat siswa sangat
senang memperoleh hadiah dari guru. Tiga kelompok yang memperoleh
minuman paling banyak mendapatkan hadiah.
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD
memberikan motivasi dan semangat baru pada pembelajaran lempar cakram,
hal ini dapat diamati dari sikap siswa yang semangat dan percaya diri pada saat
melakukan penilaian tes lempar cakram dengan dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan penuh percaya diri. Hasil penilaian pada pertemuan kedua siklus
II dapat di lihat pada tebel dan gambar di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4. 5. Diskripsi Data Akhir Siklus II Hasil Belajar Lempar Cakram Pada
Siswa Kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012.
Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah
Anak
Prosentase
>80 Baik Sekali Tuntas 27 79,41%
75 – 79 Baik Tuntas 5 14,71%
70 – 74 Cukup Tidak Tuntas 2 5,88%
65 – 69 Kurang Tidak Tuntas 0 0%
< 64 Kurang Sekali Tidak Tuntas 0 0%
Jumlah 34 100%
Gambar 4. 3. Hasil Belajar Lempar Cakram Siklus II
Berikut ini merupakan hasil belajar pada setiap indikator
ketercapaian kinerja siswa pada siklus II yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
BaikSekali
Baik Cukup Kurang KurangSekali
Kurang Sekali
Kurang
Cukup
Baik
Baik Sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4. 6. Deskripsi Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Siklus II
Aspek yang diukur Prosentase target capaian
Siklus II
Jumlah siswa
yang lulus
Prosentase
kelulusan
Kemampuan
teknik lempar
cakram.
70% 31 siswa 91,18%
Pemahaman siswa
terhadap materi
lempar cakram.
85% 34 siswa 100%
Sikap siswa dalam
mengikuti
pelaksanaan materi
lempar cakram.
75% 34 siswa 100%
Ketuntasan hasil
belajar.
75% 32 siswa 94,12%
e. Analisis dan Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Keberhasilan siswa:
a) Dari hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar lempar
cakram siswa meningkat dari 11,76% pada kondisi awal menjadi
61,76% pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 94,12% pada akhir
siklus II.
b) Sebagian besar siswa melakukan lempar cakram dengan baik.
2) Keberhasilan guru:
a) Guru berhasil meningkatkan hasil belajar lempar cakram melalui
penerapan model pembelajaran STAD sesuai target yang telah
ditentukan.
b) Guru berhasil menerapkan model pembelajaran STAD kedalam
pembelajaran penjasorkes dengan hasil yang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berikut ini merupakan hasil observasi pada setiap indikator ketercapaian
kinerja siswa sebelum dilakukan tindakan (pratindakan) yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4. 7. Perbandingan Hasil Belajar Tiap Indikator Pada Setiap Siklus
Aspek yang
diukur
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah
siswa
yang
lulus
Prosentase
kelulusan
Jumlah
siswa
yang
lulus
Prosentase
kelulusan
Jumlah
siswa
yang
lulus
Prosentase
kelulusan
Kemampuan
teknik lempar
cakram.
3 siswa 8,8% 11
siswa
32,75% 31
siswa
91,18%
Pemahaman
siswa terhadap
materi lempar
cakram.
20
siswa
58,8% 25
siswa
73,52% 34
siswa
100%
Sikap siswa
dalam
mengikuti
pelaksanaan
materi lempar
cakram.
16
siswa
47,06% 21
siswa
61,76% 34
siswa
100%
Ketuntasan hasil
belajar.
4 siswa 11,76% 21
siswa
61,76% 32
siswa
94,12%
Perbandingan hasil belajar pada akhir siklus I dan akhir siklus II
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar sebagai berikut :
Tabel 4. 8. Perbandingan Data Akhir Siklus I dan Akhir Siklus II Hasil Belajar
Lempar Cakram Pada Siswa Kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Rentang
Nilai Keterangan
Prosentasi
Data Awal Siklus I Siklus II
>80 Baik Sekali 0% 5,88% 79,41%
75 – 79 Baik 11,76% 55,88% 14,71%
70 – 74 Cukup 41,18% 17.65% 5,88%
65 – 69 Kurang 47,06% 20.59% 0%
< 64 Kurang Sekali 0% 0% 0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4. 4. Perbandingan Hasil Belajar Lempar Cakram Tiap Siklus.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat di
simpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar lempar cakram pada siswa
kelas XI IPA 8 SMA N 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Dari data
pratindakan siswa yang tuntas berjumlah 4 siswa atau 11,76%. Pada siklus I
setelah diberikan tindakan melalui penerapan model pembelajaran STAD jumlah
siswa yang tuntas menjadi 21 siswa atau 61,76%. Hasil siklus I sudah bisa di
katakan tercapai karena sesuai dengan indikator target pencapaian hasil belajar
yaitu sebesar 50%. Akan tetapi proses pembelajaran pada siklus I melalui
penerapan model pembelajaran STAD kurang maksimal dan masih banyak
kekurangan di berbagai tahap. Misalnya pada tahap belajar kelompok nampak
siswa tidak melaksanakan dengan baik, ada siswa yang bermain sendiri dan bicara
dengan teman, padahal inti dari pembelajaran STAD adalah belajar kelompok.
Berdasarkan kondisi tersebut serta rencana target capaian hasil belajar lempar
cakram pada siswa kelas XI IPA 8 SMA N 1 Surakarta sebesar 75% maka perlu
adanya perbaikan di siklus II. Pada siklus II di tekankan pada perbaikan di siklus I
dengan pemberian tindakan berupa mengoptimalkan proses belajar kelompok
dengan selalu mengontrol kegiatan siswa dan mengarahkan alur belajar kelompok.
Terbukti berdasarkan data hasil tindakan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas
meningkat menjadi 32 atau 94,12%.
0%
20%
40%
60%
80%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
0%
11.76%
41.18%
47.06%
0% 5.88%
55.88%
17.65% 20.59%
0%
79.41%
14.71% 5.88%
0% 0%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan tindakan-tindakan yang sudah di lakukan, peneliti berhasil
melaksanakan model pembelajaran STAD pada siklus I dan perbaikan pada siklus
II. Maka dapat di simpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan hasil belajar lempar cakram siswa kelas XI IPA 8 SMA N 1
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1
Surakarta dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan,
yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah di lakukan dan
pembahasan yang telah di paparkan pada BAB IV, di peroleh kesimpulan bahwa:
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD, dapat
meningkatkan hasil belajar lempar cakram pada siswa kelas XI IPA 8 SMA
Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis yang diperoleh
peningkatan yang signifikan dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Berdasarkan
data hasil observasi pratindakan, siklus I dan siklus II tiap indikator capaian
dengan KKM 75 terjadi peningkatan sebagai berikut. Tingkat ketuntasan aspek
psikomotor pada pratindakan adalah 8,8% atau 3 siswa yang tuntas, meningkat
pada siklus I menjadi 32,35% atau 11 siswa yang tuntas dan meningkat pada
siklus II menjadi 91,18% atau 31 siswa yang tuntas. Tingkat ketuntasan aspek
afektif pada pratindakan adalah 47,06% atau 16 siswa yang tuntas, meningkat
pada siklus I menjadi 70,58% atau 24 siswa yang tuntas dan meningkat pada
siklus II menjadi 100% atau 34 siswa yang tuntas. Tingkat ketuntasan aspek
kognitif pada pratindakan adalah 58,8% atau 20 siswa yang tuntas, meningkat
pada siklus I menjadi 73,52% atau 25 siswa yang tuntas dan meningkat pada
siklus II menjadi 100% atau 34 siswa yang tuntas. Tingkat ketuntasan hasil belajar
yang diperoleh dari akumulasi aspek psikomotor, afektir dan kognitif adalah
sebagai berikut, pada pratindakan tingkat ketuntasan adalah 11,76% atau 4 siswa
yang tuntas, meningkat pada siklus I menjadi 61,76% atau 21 siswa yang tuntas
dan meningkat pada siklus II menjadi 94,12% atau 32 siswa yang tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran terkait pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang
digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan
materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam
mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta
teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi.
Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat
juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar
yang optimal.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di
lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan
materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan
prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.
Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat
dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,
efektif, dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa melalui
penerapan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran lempar cakram dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian
ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin
menggunakan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran. Bagi guru bidang
studi Penjasorkes, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif
dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan
dengan peningkatan hasil belajar lempar cakram yang efektif dan menarik yang
membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan menjadi pembelajaran
yang menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih
kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak. Guru dapat
menyalurkan kemampuannya tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang
profesional dan inovatif.
Dengan diterapkannya model pembelajaran STAD untuk meningkatkan
hasil belajar siswa terhadap pembelajaran lempar cakram, maka siswa
memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran Penjas.
Pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan bagi siswa, menjadi
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa
terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada
pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan
yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat
dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses
maupun hasil) dan peningkatan hasil belajar siswa. Dari segi proses pembelajaran
Penjas, penerapan model pembelajaran STAD ini dapat merangsang aspek
motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran
Penjas yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran
jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan
sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya pada guru SMA Negeri 1 Surakarta, sebagai berikut:
1. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2. Guru hendaknya menerapkan model-model pembelajaran yang dapat
memberikan motivasi belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar salah
satunya dengan model STAD
3. Guru hendaknya memberikan alat bantu pembelajaran yang sederhana, efisien,
efektif, dan tidak memerlukan biaya yang mahal untuk membuatnya yang
dapat dilihat atau dipegang langsung oleh siswa, karena dapat memotivasi
siswa untuk selalu mencoba dan mengulangi secara terus menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifuddin. (1992). Atletik. Jakarta : Depdikbud. Dirjendikti. Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Agus, Kristiyanto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan
Jasmani & Kepelatihan Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Agus, Supriyono. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Aunnurahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azwar, Syaifuddin. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cholik T. dan Lutan R. (2001). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung:
CV Maulana.
Eddy Purnomo. & Dapan. (2011). Dasar-Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta:
Alfamedia.
Garry A. Carr. (2003). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gilang, Moh. (2007). Pendidikan Jasmani , Olahraga, dan Kesehatan untuk
SMP. Jakarta: Ganeca Exact.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Roji. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMP Kelas VII.
Jakarta: Erlangga.
Slameto. (2003). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Slavin, R. E. (2005). Coopeative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Susilo. (2009). Panduan Penenlitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book
publisher.
Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovaif Berorientasi Konstruktifistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Udin S. Winatraputra. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.