upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui model · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil...

23
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SDN MANGUNSARI 03 KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Kornelius 292012549 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL

GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS 5

SEMESTER 2 SDN MANGUNSARI 03 KECAMATAN

SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

TAHUN AJARAN

2015/2016

ARTIKEL

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Kristen Satya Wacana

oleh

Kornelius

292012549

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana
Page 3: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana
Page 4: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana
Page 5: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana
Page 6: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI

MODEL GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS 5

SEMESTER 2 SDN MANGUNSARI 03 KECAMATAN

SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

TAHUN AJARAN 2015/2016

Kornelius

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kornelius. 292012549. 2016. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Guided

Discovery Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi Program Studi PGSD Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga. Pembimbing Drs. Sumardjono Pm.,M.Pd.

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi yang berupa konsep-konsep dan

prinsip dalam suatu proses mental, yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dengan

bimbingan dan petunjuk yang diberikan oleh peneliti. Kegiatan Guided Discovery dapat

mengoptimalkan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan

kelas dilakukan pada siswa kelas V SDN Mangunsari 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

Tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah siswa sebanyak 36 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-

laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

menggunakan model Guided Discovery. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak

dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari perecanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan

refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes tertulis untuk

menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi

secara bertahap, dimana hasil belajar siswa pada prasiklus hasil belajar 44.4%, siklus I

82.85% , siklus II 100%. Dengan demikian pembelajaran dikatakan berhasil karena lebih dari

indikator keberhasilan sebesar 85%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Guided

Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 03 Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Guided Discover, Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya kreativitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan yang

sangat penting pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi, perkembangan

baru dalam suatu kehidupan. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh

lingkungannya karena mereka dapat mampu memenuhi kebutuhan lingkungan yang terus

berubah dan mempu untuk bertahan dalam kompetensi global yang dinamis dan ketat.

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

2

Potensi kreativitas belajar anak yang sangat penting tersebut pada dasarnya dimiliki

oleh setiap anak, bahwa anak memiliki ciri-ciri oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri

individu yang kreatif, misalnya: memiliki sikap keterbukaan terhadap semua hal, memiliki

kemampuan menilai situasi, dan kemampuan bereksperimen. Meskipun demikian faktor guru

disekolah dan lingkungan merupakan faktor utama yang mendukung perkembangan

kreativitas tersebut.

IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam

perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi

juga ditandai oleh munculnya” metode ilmiah” (Scientific methodes) yang terwujud melalui

suau rangkaian “kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific

attitudes). Sejalan dengan pengertian IPA tersebut James B. Conant yang dikutip oleh Amien

(dalam Jatmiko, 2004) mendefinisikan IPA sebagai suatu rangkian konsep yang saling

berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen

dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.

Pada pembelajaran IPA seperti yang dipaparkan di atas juga ditemui di SD Negeri

Mangunsari 03, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga Masalah yang muncul di kelas V SD

Negeri Mangunsari 03 Salatiga yaitu siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi

IPA. Hal ini disebabkan guru mengajar monoton dan kurang variatif, penggunaan metode

ceramah sehingga siswa masih menerapkan cara belajar menghafal, penggunaan media

pembelajaran yang kurang optimal. Siswa kurang antusias, cepat merasa bosan saat

pembelajaran berlangsung, dan keaktifan siswa kurang.

Dalam hal ini proses pembelajaran IPA di kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Mangunsari

03 yang dilihat dari hasil belajar siswa dan hasil yang telah didapatkan, masih banyak nilai

siswa yang masih rendah dan tidak mencapai KKM khususnya pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), dan masih mempunyai banyak permasalahan yang dihadapi oleh

guru yang mengajar. Dari segi penyampai materi, siswa terkadang jenuh dan cepat merasa

bosan dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru karena guru yang

mengajar terpaku pada buku dan ceramah serta jarang menggunakan media yang abstrak

sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Karena dalam

matapelajaran IPA sangat sulit di pahami oleh siswa jika siswa tidak melakukan percobaan

atau praktek langsung menggunakan media yang sudah di sediakan oleh guru.

Mendasarkan pada fakta teoritis dan fakta empiris di atas peneliti tertarik untuk

menerapkan model pembelajaran ini pada siswa kelas 5 SDN Mangunsari 03 kecamatan

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

3

Sidomukti. Kenyataan yang mendorong untuk menerapkan model pembelajaran ini adalah

pada yang ditemui peneliti dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Mangunsari 03

kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Pembelajaran IPA dilakukan oleh guru berdasarkan pada

paparan teoritis tentang IPA. Materi yang disajikan, bukan didahului dengan contoh-contoh

konkret kehidupan siswa kelas 5 SDN Mangunsari 03, tetapi langsung mengacu dari buku dan

disajikan kepada siswa. Setelah pemaparan materi, guru jarang sekali memberikan contoh

yang konkret terkait dengan materi IPA yang disampaikan. Akibat dari pemaparan materi

seperti ini, siswa mengalami kesulitan dalam belajar IPA, hal ini ditunjukkan bahwa hampir

semua siswa belum lulus KKM (minimal 65 berdasarkan standar yang ditetapkan sekolah)

pada mata pelajaran IPA, seperti pada tabel 1.1 di bawah in

Tabel 1.1

Distribusi Ketuntasan Belajar IPA Kelas 5 Siswa SDN Mangunsari 03 Kec

Sidomukti Kota Salatiga

Ketuntasan SDN Mangunsari 03

Frekuensi Persentase

(%)

Tuntas 16 44.4%

Tidak Tuntas 20 55.6%

Jumlah Siswa 36 100%

Sumber: Data Primer, 2015.

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan siswa, penyebab utama rendahnya

partisipasi dan prestasi dalam belajar pada mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut: 65%

menjawab tidak paham dengan materi pelajaran yang diajarkan, 20% menjawab takut

bertanya pada guru, dan 15% bosan karena guru terus berceramah. Ketika diajukan

pertanyaan lanjutan sebab siswa tidak paham dengan materi, 54% menjawab karena siswa

tidak terlibat aktif dan hanya pasif dalam pembelajaran; 40% menjawab materi yang diajarkan

tidak sesuai dengan pengalaman nyata siswa, dan 6% siswa menjawab bosan dengan materi

pelajaran. Demi menggali lebih dalam, maka diajukan pertanyaan lanjutan, yaitu apa sebab

ketakutan dan bosan dengan pembelajaran, 89% siswa menjawab karena guru terus mengajar

secara monolong tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau berdiskusi

dengan siswa lain. Sementara 11 % siswa mengatakan tidak terlalu menyukai pelajaran IPA,

karena dianggap mata pelajaran ini sulit.

Mengacu pada hasil wawancara awal dengan siswa di atas, maka dilakukan

wawancara berikutnya dengan guru kelas pada mata pelajaran IPA kelas V pada SDN

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

4

Mangunsari 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Pertanyaan wawancara yang diajukan

kepada guru adalah apakah pernah mencoba model pembelajaran lain selain model

pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, guru menjawab belum pernah.

Dilakukan lagi pertanyaan lanjutan mengapa demikian? Guru menjawab, sebenarnya ada

keinginan untuk melakukan perubahan model pembelajaran, namun guru merasa tidak siap

dan takut dengan menerapkan model pembelajaran lain, sebab guru sendiri belum terlalu

menguasai model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditegaskan bahwa model guided

discovery adalah cara menyajikan pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan informasi yang berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam suatu

proses mental, yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dengan bimbingan dan petunjuk

yang diberikan oleh guru. Kegiatan guided discovery sangat penting kerena dapat

mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti jalankan di SD Negeri Mangunsari 03

Salatiga pada kelas V SD, masalah yang terjadi didalam kelas ketika pembelajaran IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam) sedang dilaksanakan, dapat penulis simpulkan antara lain:

1) Beberapa siswa tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran.

2) Prestasi belajar siswa belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

3) Kurangnya pemahaman siswa dikarenakan siswa tidak dihadapkan pada pembelajaran

yang konkrit.

Dalam pembelajarannya tidak mengacu pada tujuan pembelajaran di desain

menggunakan metode ceramah dan sumber buku yang digunakan LKS dan PAKET. Dalam

pembelajaran guru tidak memberikan apresiasi atau tujuan yang akan di capai dalam

pembelajaran tersebut melainkan guru hanya memberikan materi dan melakukan Tanya jawab

pada awal pembelajaran itu juga hanya sedikit hanya mengenai gambaran saja. Pembelajaran

didesain mengunakan materi saja yang bersumber dari LKS. Penilaian menggunakan tes

tertulis dan dalam pelaksanaan pembelajaran guru belum menguasai penuh kelas dan materi

yang di ajarkan sehingga guru kurang kreatif dalam kegiatan inti tersebut sehingga siswa

dalam kelas merasa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti lebih tidak terlalu luas, maka perlu ditetapkan

adanya pembatasan masalah.Dasar adanya pembatasan masalah ini disesuaikan dengan

kemampuan penulis, baik dari segi waktu, tenaga, bahkan biaya.

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

5

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan

masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana upaya meningkat presentase ketuntasan hasil belajar IPA Tentang Sifat-sifat

Cahaya melalui Model guided Discovery pada siswa kelas V SD Negeri Mangunsari

Salatiga?

2) Apakah presentase ketuntasan hasil belajar IPA tentang sifat-sifat cahaya dapat

ditingkatkan melalui model pembelajaran guided discovery siswa kelas 5 SDN

Mangunsari 03 Kecamatan Sidomukti Semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah upaya untuk meningkat presentase ketuntasan hasil

belajar IPA Tentang Sifat-sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga

melalui Model guided Discovery.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi dunia pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis yang di uraikan di bawah ini.

Manfaat Teoritis

1. Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru kelas V SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga

dapat member sumbangan ilmu yang postif bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang

Model Guided Discovery.

2. Hasil penelitian ini diharapkan guru kelas V SD Negeri Mangunsari 03 Salatiga memiliki

teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan upaya meningkatkan hasil belajar IPA

(Ilmu Pengetahuan Alam) melalui Model Guided Discovery.

Manfaat Praktis

a) Memberikan informasi tentang model pembelajaran untuk mengembangkan pendidikan

sehingga kualitas pembelajaran dapat membuat siswa menjadi kreatif dan aktif di dalam

belajat dikelas serta memberikan pengaruh yang postif bagi siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar

IPA Tentang Sifat-sifat Cahaya melalui Model Guided Discovery pada mata pelajaran

IPA.

b) Mendorong guru untuk membuat serta menciptakan model pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan serta dapat mengaktifkan siswanya dengan menggunakan pendekatan

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

6

keterampilan proses upaya meningkatkan presentase ketuntasan hasil belajar IPA melalui

Model Guided Discovery Tentang Sifat-sifat Cahaya pada mata pelajaran IPA.

c) Hasil dari penelitian juga dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

d) Peneliti, model pembelajaran ini, dapat memberikan masukan untuk diterapkan dalam

pengajaran yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai pengajar kemudian hari nanti.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar IPA Kelas 5 SD

Menurut Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil

belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik

lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan

spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah

maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorikan, kemampuan analitis-

sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan

intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalukan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya

sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

4) Ketemapilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam

urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap

objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan ekstranalisasi nilai-nilai.

Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Pembelajaran IPA Kelas 5 SD

Abu Ahmadi dan Supatmo (2008:2) menjelaskan IPA sebagai suatu pengetahuan

teori yang diperoleh/disusun dengan cara khas-khusus yaitu melakukan observasi eksperimen,

penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait

mengait antara cara yang satu dengan yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara

demikianlah yang dikenal dengan nama metode ilmiah pada dasarnya adalah cara yang logis

untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

7

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa

“ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan

hanya penguasan kumpulan pengethauan yang beruapa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan”.

IPA juga dapat menjadi mata pelajaran yang menarik di sekolah dasar jika siswa

terlibat secara aktif, Learning by Doing (belajar dengan melakukan) bukannya dengan

mendengarkan atau menghafal. Siswa dapat belajar dengan baik jika mengalami sendiri apa

yang dipelajari (aktivitas dan pikiran). Menurut hasil observasi yang di lakukan di sekolah

Dasar Mangunsari 03 pembelajaran IPA masih sangat kurang efektif karena siswa tidak aktif

dalam belajar, sehingga yang lebih aktifnya kepada guru pengajar serta penyampaian materi

juga kurang efektif karena guru hanya berfokus pada buku. Dalam hal ini siswa cepat merasa

bosan dan tidak fokus sehingga berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa

cara belajar dalam IPA seperti mengamati, mengukur, mengkoleksi dan mengelompokkan

merupakan aktivitas belajar yang dapat menguatkan minat dan keingintahuan siswa.

Proses pembelajarannya menekan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Di tingkat SD/MI

diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan

Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu

karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Menurut Tiso Hadisubroto (dalam Usman Samatowa, 2010) dalam bukunya

pembelajaran IPA Sekolah Dasar (1996:29), piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung

yang memegang peran penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.

Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spotan dari hal (sejak lahir) sampai umur 12

tahun. Efisiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada kosistensi anak hubungan

metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk

mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur yang bersifat hirarkhis

dan integratif.

Model Pembelajaran Guided Discovery

Diskoveri Terpimpin (Guided Discovery) merupakan sautu model pengajaran yang

dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep (eggen & Kauchak,

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

8

2007, Mayer, 2004). Ketika menggunakan strategi ini, guru menyajikan contoh-contoh pada

siswa, memandu mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contoh-contoh

tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan

gagasan yang diajarkan oleh guru (Clark & Mayer, 2003 ; Moreno, 2004). Guided Discovery

cenderung menghasilkan ingatan dan transfer jangka panjang yang lebih baik daripada

pengajaran ekspositori (Mayer, 2008, hlm 310). Adapun langkah-langkah pembelajaran

Guided Discovery adalah sebagai berikut: (1) Guru memulai dengan media fokus untuk

pengenalan dan mereview hasil kerja sebelumnya. (2) Guru memberikan contoh-contoh dan

meminita pengamatan dan perbandingan. (3) Guru memandu siswa sebagaimana mereka

mencari pola di dalam contoh. (4) mendeskripsikan konsep hubungan-hubungan yang ada di

dalamnya.

Model pembelajaran Guided Discovery menurut Mushlihin AL-Hafizah Salah satu

model mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju

adalah “model pembelajaran Guided Discovery”. Hal ini disebabkan karena model guided

discovery itu; 1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar aktif. 2)

Menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama

dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak. 3) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan

pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.

4) Menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang

akan dapat dikembangkan sendiri. 5) Menggiring anak berfikir analisis dan mencoba

memecahkan problem yang dihadapi sendiri. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan

bermasyarakat.

Model pembelajaran Guided Discovery merupakan komponen dari praktikum

teknologi pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,

berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut

Encyclopedia of Educational Research, guided discovery merupakan suatu strategi yang unik

dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan

menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan

pendidikannya.

Dalam model pembelajaran Guided Discovery ini siswa berperan aktif dalam proses

belajar dengan: 1) Menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan. 2) Memecahkan persoalan

untuk menemukan konsep dasar. Para guru berubah dari menyajikan informasi dan

konsepnya, menjadi mengajak siswa bertanya, melihat dan mencari sendiri. Guru hanya

memberikan pengarahan.

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

9

Langkah-langkah Model Guided Discovery

Menurut Arthur A. Carin dan Robert B. Sund (1993:124-128) untuk penerapan

guided discovery diperlukan perencanaan yang tepat dan terdiri dari beberapa fase. Langkah-

langkah guided discovery adalah sebagai berikut:

a. Teacher/children preparation

Tahap teacher/children preparation guru bertugas untuk mempersiapkan materi serta hal-

hal yang dibutuhkan siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru mengidentifikasi hal

apa yang akan dipelajari oleh siswa, serta menyiapkan materi, alat dan bahan sebelum

melakukan kegiatan discovery. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok setiap

kelompok terdiri dari 2-5 siswa untuk melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Konsep atau prinsip yang

harus ditemukan siswa melalui kegiatan percobaan harus ditulis dengan jelas.

b. Tahap Pre-activity discussion

Tahap Pre-activity discussion guru memberikan stimulasi untuk menggali pengetahuan

awal siswa, menjelaskan tujuan, serta menjelaskan langkah-langkah cara memperoleh

data dan/atau menggunakan alat yang telah dipersiapkan. Siswa menjawab pertanyaan

yang bersifat open-ended (hipotesis).

c. Data Collection

Tahap ini merupakan bagian inti dari kegiatan guided discovery. Guru menungaskan

siswa untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya dengan cara melakukan

observasi maupun eksperimen. Guru meninjau kembali setiap kelompok mengenai apa

yang akan dilakukan, dan bagaimana proses melakukan percobaan (mendapatkan data),

menganalisis data, serta membuat generalisasi dari percobaan.

d. Follow up

Guru meninjau ulang diskusi sebagai tindak lanjut pekerjaan sisw dengan cara melakukan

presentasi pada setiap kelompok. Guru memastikan siswa memahami kesimpulan dan

generalisasi dari kegiatan tersebut.

Sedangkan langkah-langkah penerapan belajar penemuan menurut Bruner dalam Hawa

(2009).

1. Stimulus (pemberian perangsang): kegiatan belajar dimulai dengan memberikan

pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk

membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah.

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

10

2. Problem Statement (mengidentifkasi masalah): Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran

kemudian memilih dan merumusakan dalam bentuk hipotesa.

3. Data Collection (pengumpulan data): Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesa.

4. Data Processing (pengolahan data): Mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui

kegiatan wawancara dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan.

5. Verifkasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesa yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil processing.

6. Generalisasi : Mengadakan pemeriksaan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan

berlaku untuk semua kejadian atau masalh yang sama dengan hasil verifkasi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakkan Kelas (PTK) Subiyantoro, 2009:10

(dalam Amin 2011:2) menyebut bahwa PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus

sebagai peneliti, sejak disusun suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata

didalam kelas yang berapa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan.

Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD Negeri Mangunsari 03 Kecamatan

Sidomukti Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas 5 adalah 36 siswa,

terdiri dari 21 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Nilai rata – rata kelas ini masih di

bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) IPA yang di tentukan sekolah yaitu > 65.

Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian atau Observasi mengambil lokasi yang akan diteliti yaitu dikelas 5 SD Negeri

Mangunsari 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Waktu pelaksanaan Observasi ini

pada semester ganjil sekaligus dengan kegiatan Program Pengalaman Langan tahun

pelajaran 2015-2016. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 36 siswa

yang terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 21 orang.

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

11

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 yang dapat

dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

Siklus I Hari / Tanggal

Pertemuan pertama Senin 14 maret 2016

Jam 07.00 – 10.00

Pertemuan kedua Kamis 17 maret 2016

Jam 07.00 – 10.00

Siklus II Hari / Tanggal

Pertemuan pertama Senin 21 Maret 2016

Jam 07.00-10.00

Pertemuan kedua Kamis 24 maret 2016

Jam 07.00-10.00

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Menurut Arikunto (2010:169) variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi

objek penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:60).

Dalam penelitian tindakan kelas ini ada dua variabel yang di gunakan yang terdiri dari

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) . Variabel - variabel tersebut antara lain:

a) Variabel bebas (X) atau independent variable

Variabel bebas (Sugiono, 2011: 39) adalah merupakan “variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Pada

penelitian atau observasi ini variabel bebasnya adalah penggunaan model guided discovery.

b) Variabel terikat (Y) atau dependent variable

Variabel terikat (Sugiono, 2011:39) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian atau observasi yang

dilakukan ini variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa kelas 5 sifat-sifat cahaya semester

genap tahun ajaran 2015/2016. Hasil belajar : Sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa

yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Hapidin, 2010, 3-4

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

12

variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul yang tidak muncul

ketika pengeksperimen mengintruksi, mengubah atau mengikat. Variabel terikat adalah

variabel yang merupakan akibat variabel bebas atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas inti.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel terikat adalah variabel yang

menjadi akibat oleh adanya suatu kondisi atau perlakuan tertentu. Contoh:

1. Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid

Variabel X : lingkungan belajar

Variabel Y: prestasi belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai hasil nilai belajar siswa

setelah mendapatkan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan Standar Kompetensi yang

ditetapkan. Penulis mengambil materi Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi dan Benda

Langit dengan SK dan KD sebagai berikut :

Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMata Pelajaran IPA

Cahaya dan Sifat-sifatnya

Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator

6.1.Mendeskripsikan

sifat-sifat cahaya. Cahaya dan sifat-

sifatnya

1. Menyebutkan sumber-sumber cahaya

dilingkungan sekitar.

2. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Menunjukan bahwa cahaya dapat merambat

lurus.

4. Membedakan benda yang dapat ditembus

oleh cahaya dan benda yang tidak dapat

ditembus oleh cahaya.

5. Menjelaskan peristiwa pemantulan cahaya

dalam kehidupan seharhari.

6. Mengenal jenis-jenis cermin serta

membedakan sifat bayangan dari masing-

masing cermin pada peristiwa pemantulan

cahaya.

6.2.Membuat suatu

karya/model, missal

periskop atau lensa

dari bahan-bahan

sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat

cahaya.

1. Menjelaskan peristiwa pembiasan cahaya

dan akibat dari pembiasan cahaya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Menunjukkan bukti bahwa cahaya

putih terdiri dari berbagai warna.

3. Membuat periskop melalui percobaan

sederhana.

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SDN Mangunsari 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD SDN Mangunsari 03 Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016. Dengan jumlah siswa 36 terdiri dari 15

siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Data yang diperoleh dari guru mengenai hasil

ulangan harian mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah. Dari 36 siswa terdapat

30 siswa atau 82,85 % yang tuntas di atas KKM ≥ 75, sedangkan 6 siswa atau 17.15 % masih

belum tuntas atau berada di bawah KKM <75.

Kondisi Prasiklus

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum tindakkan dilakukan. Berdasarkan

hasil belajar siswa yaitu hasil ulangan harian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V

SDN Mangunsari 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Dari hasil ulangan harian IPA

siswa menunjukkan bahwa, dari 36 siswa terdapat 16 siswa atau 44.4% yang di atas KKM ≥

65, sedangkan 20 siswa atau 55.6 % siswa masih belum tuntas KKM <65 . adapun data

mengenai hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Mangunsari 03 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Belajar Siswa Prasiklus

Kategori Jumlah Siswa Presentase Keterangan

16 44.4% Tuntas

< 75 20 55.6% Tidak Tuntas

Jumlah 36 100%

Nilai rata-rata 60.58

KKM 75

Tabel 4.3

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Kategori Jumlah Siswa Presentase Keterangan

30 82,85 % Tuntas

6 17,15 % Tidak Tuntas

Jumlah 36 100%

Nilai rata-rata 83

KKM 75

Berdasarkan hasil tindakan siklus I dapat dilihat bahwa dari 36 siswa yang menjadi

subjek penelitian dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan model Guided

Discovery. Terdapat 30 atau 82.85% siswa yang sudah di atas KKM dan 6 siswa atau

17.15% siswa yang belum mencapai KKM atau . Hal ini menunjukkan bahwa hasil

belajar pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dari prasiklus yang sebelumnya terdapat

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

14

16 atau 44.4% siswa yang berada diatas KKM dan 20 atau 55.6% siswa yang belum

mencapai KKM atau . Namun demikian walaupun hasil belajar siklus I mengalami

peningkatan dari prasiklus, namun belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah penulis

tentukan.

Dari grafik di atas nampak bahwa presentase hasil belajar siswa pada siklus I yaitu

sebesar 82.85% siswa berada di atas KKM , sedangkan sebesar 17.15% siswa yang

masih berada di bawah KKM . Hasil belajar siklus I belum mencapai indikator

keberhasilan di atas 85% siswa berada di atas KKM

Hasil Tindakan Siklus II

Tabel 4.5

Hasil Belajar siswa Siklus

Kategori Jumlah siswa Presentasi Keterangan

100 100% Ketuntasan

0 0% Tidak tuntas

Jumlah 36

Nilai rata-rata 90

KKM 75

Dari tabel di atas, jumlah siswa yang tuntas pada siklus II berada di atas KKM

sebanyak 36 siswa atau 100%, sedangkan siswa yang belum tuntas berada di bawah KKM

sebanyak 0 siswa atau 0%.

Tabel 4.6

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Kategori Prasiklus Siklus I Siklus II Keterangan

f % f % f %

16 44.4% 30 82.85% 36 100 % Tuntas

20 55.6% 6 17.15% 0 0% Tidak Tuntas

Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%

Nilai

rata-rata

60.58 83 90

KKM 75

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

15

Gambar 4.4

Grafik Perbandingan Hasil Belajar Prasiklu, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil belajar prasiklus kelas V SDN Mangunsari 03 dengan subjek

sebanyak 36 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan, terdapat sebanyak

16 siswa atau 44.4% yang berada di atas KKM , sedangkan sebanyak 20 siswa atau

55.6% masih berada di bawah KKM . Selanjutnya penulis melakukan tindakkan

meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan model Guided Discovery pada materi Cahaya

dan Sifat-sifatnya dalam 2 siklus. Dengan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus II 2

kali pertemuan juga. Hasil belajar pada siklus I, dari 36 siswa terdapat sebanyak 30 siswa atau

82.85% yang berada di atas KKM , sedangkan sebanyak 6 siswa atau 17.15% yang

berada di bawah KKM . Karena hasil belajar IPA siklus I masih belum mencapai

indikator keberhasilan, maka dilakukan tindakkan pada siklus II dengan hasil belajar dari 36

siswa, sebanyak 36 siswa atau 100% yang sudah berada di atas KKM , sedangkan

sebanyak 0 siswa atau 0% yang masih berada di bawah KKM . Jadi dari hasil tindakan

siklus II telah mencapai indikator keberhasilan 100%.

PENUTUP

Simpulan

Penggunaan model pembelajaran Guided Discovery dapat meningkatkan hasil

belajar IPA cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SDN Mangunsari 03 Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016. Dapat disimpulkan bahwa penerapan

model Guided Discovery dalam pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya dapat

meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.

44.50%

82.85%

100%

55.60%

17.15%

0% 0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

Prasiklus Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak tuntas

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

16

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan, di peroleh

kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Guided Discovery dapat

meningkatkan ketuntasan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Mangunsari 03

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016. Peningkatan hasil belajar IPA

menggunakan model Guided Discovery pada siswa kelas V SDN Mangunsari 03 dapat dilihat

dari hasil belajar prasiklus yang semula dari 36 siswa terdapat 16 siswa atau 44.4% yang

berada diatas KKM . Hasil belajar pada siklus I, dari 36 siswa terdapat 30 siswa atau

82.85% yang berada diatas KKM . Hasil belajar siklus II, dari 36 siswa terdapat 36 siswa

atau 100% yang berada diatas KKM . Dengan demikian pembelajaran dikatakan berhasil

100% 85% dari indikator keberhasilan

Saran

Dari kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran bagi beberapa pihak antara lain:

Bagi Guru

Guru dapat menggunakan model Guided Discovery dalam pembelajaran untuk cahaya dan

sifat-sifatnya.

Model pembelajaran Guided Discovery memberikan kompetisi yang baik bagi siswa dalam

kelompok belajar.

Bagi Siswa

Siswa dapat menggunakan model pembelajaran Guided Discovery dalam pembelajaran

dikelas.

Siswa dapat menggunakan model pembelajaran Guided Discovery untuk meningkatkan

semangat belajar dalam kelompok.

Siswa dapat menggunakan model pembelajaran Guided Discovery untuk meningkatkan hasil

belajar IPA pada materi yang lain.

bagi peneliti lain

Pembelajaran model Guided Discovery dapat dicoba dengan kombinasi model lain untuk

meningkatkan hasil belajar siswa yang belum tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Amien., M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan

Metode " Discovery" dan Iquiry". Jakarta: Depdikbud.

Arikunto S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto S, Suhardjono, Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyo, A. N. (2013). Panduan aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar. DIVA Press.

Yogyakarta.

Cartin.A.Arthur & Sund. Robert B. (1993). Teaching Science Through Discovery. Ohio:

Memil Publishing Company, A Bell & Houwell Information Company.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran . Jakarta: AV.

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

17

Depdikbud. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP-SD/MI). Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. (2003). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta.

Dimyati., M. M. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hendro Damodjo dan Jenny R.E. Kaligis.(1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Maslichah Asy'ary. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Mudjiono, D. d. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta Remaja Rosda

Karya.

Patta Bundhu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran

Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Permana, M. S. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Purwanto, M. (2013). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Puspitasari. (2009). " Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui

Penerapan Metode Guided Iquiry- Discovery".skripsi Surakarta : Universitasi

Sebelas Maret.

Ratumanan, T. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.

Sagala, Syaiful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. &. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, N. (2006). Dasar-Dasar dalam Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Baru

Algensindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, dan R&D. .

Bandung: Alfabeta.

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL · 2017. 5. 3. · menghitung peningkatan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana

18

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosda Karya.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerepan dalam KTSP.

Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu.

Sulistyorini, S. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Tiara Wacana.

Sutrisno, J. (Tanggal 21 April 2008). Pengaruh Metode Pembelajaran Iquiry dalam belajar

Sain terhadap Motivasi Belajar Siswa. .hhtp://www.erlangga.co.id.

Syaiful, S. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Surabaya:

Penerbit Pustaka Publisher.

Uno, H. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta:Dediknas.