upaya meningkatkan hasil belajar fiqih ibadah …

99
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VII DI MTS ASSA’ADATAIN SERUA Skripsi Diajukan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Oleh VICKY KURNIAWATI NIM. 1113011000039 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UINSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH

MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA

SISWA KELAS VII DI MTS ASSA’ADATAIN SERUA

Skripsi

Diajukan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh

VICKY KURNIAWATI

NIM. 1113011000039

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UINSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 3: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 4: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 5: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 6: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

i

ABSTRAK

Vicky Kurniawati (1113011000039). UPAYA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR FIQIH IBADAH MELALUI PENERAPAAN METODE ROLE

PLAYING PADA SISWA KELAS VII MTS ASSA’ADATAIN SERUA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil

belajar fiqih ibadah tentang shalat melalui penerapaan metode Role

Playing pada siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua. Penelitian ini

bersifat deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun,

menganalisa data mengenai upaya meningkatkan hasil belajar mengenai

fiqih ibadah tentang shalat melalui penerapan metode Role Playing pada

siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

dengan dua siklus. Prosedur pelaksanaannya mengacu pada model Kurt

Lewin dimana pada setiap siklusnya terdiri dari empat komponen, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian

adalah siswa kelas VII A MTs Assa’adatain Serua yang berjumlah 20

orang.

Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil

belajar siswa pada pelajaran Fiqih Ibadah melalui metode Role Playing.

Dengan hasil nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah

diterapkannya metode ini. Hal ini terbukti siklis I saat pretes dengan

jumlah 1872, dan nilai rata-rata 43,74. Sedangkan saat postest dengan

jumlah 1390, dan nilai rata-rata 69,5. Lalu siklus II saat pretes dengan

jumlah total 970, dan nilan rata-rata 48,5. Sedangkan saat postest dengan

jumlah total1520, dan nilai rata-rata 76,0. Sesudah diterapkannya metode

Role Playing ini siswa lebuh memahami penjelasan dari gurunya dan

merasa senang.

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

ii

ABSTRACT

Vicky Kurniawati (1113011000039). EFFORT INCREASING LEARNING

RESULT OF FIQIH IBADAH THROUGH THE APPLICATION OF ROLE

PLAYING METHOD IS IN STUDENTS VII MTS ASSA'ADATAIN SERUA

This study aims to determine the effort to improve the learning results

of worship of worship about the prayer through the application of Role

Playing method on the students of class VII in MTs Assa'adatain Serua.

This research is descriptive that is by collecting data, compiling,

analyzing data about effort to improve learning result about fiqih of

worship about prayer through applying method Role Playing at grade VII

student at MTs Assa'adatain Serua.

The research used is action research class (PTK) with two cycles.

The implementation procedure refers to the Kurt Lewin model in which

each cycle consists of four components, namely planning, implementation,

observation, and reflection. The subjects of the study were grade VII A

MTs Assa'adatain Serua which amounted to 20 people.

The purpose of this research is to know the results of student learning in the

lesson Fiqh Ibadah through Role Playing method. With the results of student

grades tend to rise when viewed after the implementation of this method. This

proved to be cyclical I during pretest with the number 1872, and the average

value of 43.74. While the postest with the number 1390, and the average value of

69.5. Then the second cycle of pretest with a total of 970, and nine on average

48.5. While the postest with a total of 1520, and the average value of 76.0. After

the adoption of this Role Playing method, the lebuh students understand the

explanation from the teacher and feel happy.

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “upaya

meningkatkan hasil belajar fiqih ibadah melalui penerapaan metode

Seeing How It Is pada siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua”.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang

telah membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu ad-Dinul Islam

yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi

dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah direncanakan oleh UIN

Jakarta sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi mahasiswa/i

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk

memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata I Sarjana

Pendidikan di UIN Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan

kurangnya pengalaman. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa penulis

menyampaikan rasa terimaksih kepada semua pihak yang memberikan

arahan, bimbingan, dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini,

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Muh Tolkhah dan Ibu Kisminingsih

yang telah merawat dan mendidik putra putrinya dengan penuh ikhlas

dan kesabaran, yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih

sayangnya serta dukungan baik moral maupun materil kepada penulis.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada MA, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

iv

3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK).

4. Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

5. Hj. Marhamah Saleh Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

6. Drs. Ghufron Ihsan, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah bersedia memberikan dan meluamhkan waktu, tenaga, pikiran

serta kesabaran dalam memberikan bi,bingan, arahan, kritik dan saran

serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Muhammad Sholeh Hasan Lc, MA, dosen pembimbing akademik

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan

konsultasi bagi penulis.

8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai

materi perkuliahan.

9. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan

skripsi ini.

10. Kepada adik tersayang Akmal Muhaimin yang telah menyemangati

dan mendoakan penulis.

11. Seluruh teman PAI angkatan 2013, khususnya PAI A yang telah

memberikan pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya

arti sebuah persahabatan dan kebersamaan.

12. Sahabat dan teman-teman terbaikku, Annisa Apriliyanti, S.Pd, Dian

Pratiwi, Nur Hikmah Wati, Umu Habibah Arsy, Hujaefah Fauzianti,

Indah Cahyani, Budhy Prasetiyo yang telah memberikan semangat,

motivasi, dan nasihat-nasihat yang luar biasa serta mendoakan

kebaikan untuk penulis.

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

v

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara

langsung maupun tidak langsung, dari lubuk hati yang paling dalam

penulis ucapan terima kasih.

Jakarta, 12 Desember 2017

Vicky Kurniawati

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK …………………………………………………………………….. i

ABSTRACT …………………………………………………………………… ii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………………... 5

C. Pembatasan Masalah ………………………………………………….. 5

D. Perumusan Masalah …………………………………………………… 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………… 6

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Belajar dan Hasil Belajar ……………………………………………. 7

1. Pengertian Belajar ………………………………………………… 7

2. Jenis-jenis Belajar ………………………………………………… 9

3. Macam-macam Teori Belajar …………………………………….. 11

4. Pengertian Hasil Belajar ………………………………………….. 13

5. Pengukuran Hasil Belajar ………………………………………… 15

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………………... 17

B. Metode Pembelajaran ………………………………………………… 18

1. Pengertian dan Fungsi Metode Pembelajaran ……………………. 18

2. Macam-macam Metode Pembelajaran …………………………… 21

3. Metode Pembelajaran Role Playing …………………………....... 23

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

a. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing ……………… 23

b. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Role Playing…….. 23

c. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Role Playing ……………. 24

d. Prosedur Metode Pembelajaran Role Playing ………………... 24

e. Kelebihan dan Keemahan Metode Pembelajaran Role Playing .25

C. Pembelajaran Fiqih di MTs …………………………………………... 26

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Fiqih di MTs ……………… 26

2. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Fiqih di MTs ……………… 27

3. Materi Fiqih Ibadah di Kelas VII MTs …………………………… 28

D. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………………………... 30

E. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………. 30

F. Kerangka Berfikir …………………………………………………….. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………. 32

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Peneliti …………………….. 32

C. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Peneliti ………………………………. 35

D. Tahapan Intervensi Tindakan …………………………………………... 35

1. Tahap Pra Penelitian ……………………………………………...... 35

2. Tahap Penelitian Siklus I …………………………………………... 35

a. Perencanaan ……………………………………………………. 35

b. Pelaksanaan Tindakan …………………………………………. 36

c. Pengamatan …………………………………………………….. 36

d. Refleksi ………………………………………………………… 36

3. Tahap Penelitian Siklus II …………………………………………. 37

a. Perencanaan ……………………………………………………. 37

b. Pelaksanaan Tindakan …………………………………………. 37

c. Pengamatan …………………………………………………….. 38

d. Refleksi ………………………………………………………… 38

E. Hasil Penelitian yang Diharapkan ……………………………………… 38

F. Data dan Sumber Data …………………………………………………. 38

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

G. Instrument Penelitian dalam Pengumpulan Data ……………………... 39

H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Teknik Analisis Data ……… 40

I. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………………………………… 42

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Obyektif Sasaran Peneliti …………………………………….. 43

B. Deskripsi Data Sebelum Tindakan ……………………………………. 46

C. Hasil Analisis ………………………………………………………….. 48

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I …………………………………... 48

a. Tahap Perencanaan ……………………………………………. 48

b. Tahap Pelaksanaan …………………………………………….. 48

c. Tahap Observasi ……………………………………………….. 50

d. Tahap Refleksi …………………………………………………. 53

e. Keputusan Siklus I ……………………………………………. 53

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II ………………………………….. 54

a. Tahap Perencanaan …………………………………………….. 54

b. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………... 54

c. Tahap Observasi ……………………………………………….. 55

d. Tahap Refleksi …………………………………………………. 57

e. Keputusan Siklus II ……………………………………………. 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………….. 58

E. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………. 60

B. Saran ………………………………………………………………... 60

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 61

LAMPIRAN

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepas dari kehidupan

manusia, karena pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak. Selain itu juga

pendidikan merupakan ruh yang sangat menentukan tinggi rendahnya kualitas

suatu bangsa.

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara”.1

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yaitu tempat

berlangsungnya proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar merupakan

dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pendidikan formal.

Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar

mengacu kepada apa yang dilakukan guru. Dua kegiatan tersebut menjadi

terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa.

Seiring dengan dinamisnya kultur masyarakat yang selalu berubah,

idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini,

tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan

membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan

memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang.

Beberapa pandangan modern berpendapat: menurut John Dewey, yang

dikutip oleh Asep Suryana dan Suryadi “pendidikan suatu proses

1 Undang-undang RI NO, 20 Thn 2003, Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2008)

hlm. 13

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

2

pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi secara sengaja

dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial”.2

Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diamati dari dua

sisi yaitu tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan oleh

guru. Pemahaman seorang siswa berhubungan dengan daya serap seorang

siswa dalam pembelajaran. Daya serap siswa adalah kemampuan atau

kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam menyerap

pelajaran oleh setiap siswa. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di

sekolah adalah adanya perbedaan daya serap individual di antara anak yang

satu dengan anak yang lainnya walaupun dalam lingkungan dengan umur

yang sama dan kelas yang sama.

Bagi seorang guru kondisi diatas menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan seperti

menguasai materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata,

mengemas materi pelajaran kedalam cakupan dan kedalaman yang sesuai

dengan sasaran yang mudah dicerna oleh siswa, memiliki penguasaan tentang

teori dan keterampilan belajar dan memiliki pengetahuan tentang masa

pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang

bagaimana siswa bekerja.

Dalam pendidikan banyak faktor yang mempengaruhi siswa belajar. Dari

sekian banyak faktor yang mempengaruhi itu secara garis besar dapat dibagi

kepada factor internal, meliputi: factor fisiologis dan fisikologis, seperti

keadan panca indera, intelegensi, bakat dan motivasi. Thomas F. Staton yang

dikutip oleh Sardiman mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa adalah motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi,

pemahaman dan ulangan.3 Menurut Muhibin Syah faktor psikologis yang

2 Asep suryana dan Suryadi, Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta: Direktoran Jenderal

Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009) hlm. 4

3 Sardiman Am, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT raja grafindo persada,

2004) hlm. 40

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

3

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran adalah tingkat

kecerdasaan dan intelegensi siswa.4

Bimbingan keagamaan yang lebih menarik kepada anak ialah mula-mula

yang mengandung gerakan shalat, pengalaman keagamaan yang menarik bagi

anak diantaranya shalat berjamaah karena shalat merupakan tiang pondasi

suatu agama dan termasuk salah satu rukun Islam. Apabila suatu keluarga

jarang pergi ketempat ibadah, anaknya akan kurang aktif dalam soal-soal

agama, demikianlah anak yang hidup dalam keluarga yang kurang

menjalankan agama dalam kehidupan sehari-hari, maka perhatian anak

terhadap agama akan kurang pula. Oleh karena itu betapa pentingnya

orangtua membimbing keagamaan anaknya di rumah. Bimbingan tersebut

sangat menunjang terhadap keberhasilan belajar agama disekolah dan

sekaligus memberikan pengaruh terhadap aktifitas belajar bagi anak di

sekolah.

Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses

pendidikan, karenanya harus didesain sedemikian rupa melalui perencanaan

yang sistematis dan inovatif. Ketika berbicara tentang pembelajaran tidak bias

lepas dari peran guru. Menurut Abdul Majid, “perencanaan pembelajaran

dapat diwujudkan manalaka guru mempunyai sejumlah kompetensi”.5

Sebelum merencanakan suatu pelajaran hendaknya guru harus melihat

kondisi siswanya. Pupuh Faturohman dan M. Sobry Sutikno berpendapat

bahwa, “peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi, munat,

bakat, perhatian, harapan, latar belakang sosio-kultural, menyatu dalam

sebuah system belajar di kelas dan poerbedaan-perbedaan ini harus dikelola

oleh guru untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal”.6

4 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: remaja rosda

karya, 1995) hlm. 46

5 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011) hlm.

3

6 Pupuh Faturohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2009) hlm. 116

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

4

Pada bidang study Fiqih ini tentu dalam pengajarannya guru dituntut

untuk memiliki kemampuan mengembangkan system belajar mengajar secara

kreatif, imajinatif, menguasai materi yang akan disampaikan serta mampu

membangkitkan minat belajar siswa dalam KBM agar tercipta suasana belajar

menarik dan menyengangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan

tercapai sesuai dengan harapan. Ketika melaksanakan pengelolaan

pembelajaran guru juga di tuntut untuk membuat perencanaan yang matang

dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan memperhatikan

taraf perkembangan intelektual serta perkembangan psikologi belajar siswa.

Hal ini biasanya terkait dengan metode pembelajaran karena metode

pembelajaran merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam

pembelajaran.

Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh

komponen ini, walaupun komponen-komponen lain itu lengkap jika tidak

dapat diimplementasikan melalui metode yang tepat maka komponen-

komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian

tujuan. Menurut Hamzah B. Uno “Tujuan pembelajaran merupakan salah satu

aspek yang dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab

segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.7

Banyak metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan

belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memrubah

hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode Role Playing. metode

ini merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat mengundang

hasil belajar siswa. Menurut M. Dalyono, “Pembelajaran aktif merupakan

salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan

partisipasi siswa.8

7 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 34

8 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005) hlm. 195

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

5

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar pembelajaran Fiqih itu lebih

menarik, maka perlu upaya pembelajaran yang tepat dan terarah, untuk itulah

peneliti melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Fiqih Ibadah Melalui Penerapan Metode Role Playing

Pada siswa kelas VII di MTs Assa’adatain Serua Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Fiqih Ibadah

2. Suasana belajar yang menciptakan kondisi yang kurang menyenangkan

dan menciptakan image buruk terhadap pelajaran Fiqih Ibadah

3. Pembelajaran cenderung dilakukan dengan ceramah dan penugasan

sehingga siswa kurang termotivasi dan aktif dalam proses belajar.

C. Pembatasan Masalah

Agar supaya pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah maka

pembahasannya hanya di batasi pada masalah Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Fiqih Ibadah materi shalat berjamah Melalui Penerapan Metode Role

Playing Pada siswa kelas VII A di MTs Assa’adatain Serua Tangerang

Selatan.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan masalah di atas, pembahasan dalam skripsi ini

dapat dirumuskan “penerapan metode Role Playing dalam meningkatkan

hasil belajar siswa pada pelajaran Fiqih di MTs Assa’adatain Serua.”

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Fiqih ibadah

melalui metode Role Playing.

2. Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun

secara praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam

menambah wawasan dan memberikan kontribusi bagi pengembangan

khasanah keilmuan terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar

siswa pelajaran fiqih Ibadah.

b. Kegunaan Praktis

Adapun secara praktis kegunaan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Bagi siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran fiqih Ibadah

2) Bagi guru

Upaya untuk memberikan masukan ketika membimbing,

mengarahkan dan mendidik siswa khususnya pada pelajaran fiqih

Ibadah yaitu shalat berjamaah melalui metode Role Palying,

sehingga lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa kelas VII A

MTs Assa’adatain Serua

3) Bagi sekolah

Memberikan masukan di dalam menentukan kebujakan,

mengembangkan dan merencanakan strategi dalam melaksanakan

pendekatan pembelajaran yang tepat dalam hal ini memilih dan

menggunakan metode pengejaran yang efektif guna meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah.

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak masih bayi (bahkan

dalam kandungan) hingga liang lahat.1

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut M. Ngalim Purwanto, belajar merupakan suatu perubahan

dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah

laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada

tingkah laku yang lebih buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan

yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-

perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan kematangan tidak

dianggap sebagai hasil belajar. Untuk dapat disebut belajar, maka

perubahan itu harus relative mantap, harus merupakan akhir dari pada

suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu

berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu

hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin

berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun.

Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti, perubahan

dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, ataupun sikap.2

1 Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) hlm. 3

2 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999) hlm. 81-

82

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

8

Menurut James O. Whittaker yang dikutip oleh Syaiful Bahri

Djamarah belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman.

Cronchbach, berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.3

Dari dua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau

latihan sehingga dapat mengembangkan pemikiran siswa.

Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di

dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.4

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu

dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka

lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Belajar sebagai perubahan perilaku yang relative tetap yang

disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.

Belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap

lingkungannya.5

Dari pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa

pengertian belajar adalah „perubahan‟ yang menyangkut pengetahuan,

3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Bandung: rineka cipta, 1999) hlm. 22

4 Ibid, hlm. 23

5 Dirman, Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajar yang Mendidik, (Jakarta: PT

RINEKA CIPTA, 2014) hlm. 5

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

9

sikap, prilaku, kebiasaan, kecakapan, keterampilan dan kepribadian yang

terjadi sebagai interaksi dengan lingkungan seperti guru, bahan ajar dan

lain-lain.

2. Jenis-jenis Belajar

Dalam proses belajar mengajar dikenal adanya bermacam kegiatan

yang memiliki corak yang berbeda antara satu denagn yang lainnya baik

dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan

tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul

dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga

bermacam-macam.6 Ada delapan jenis-jenis belajar antara lain:

a. Belajar dengan isyarat (signal learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons

bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil

sikap tidak bicara, lambaian tangan isyarat untung datang mendekat,

diam dan datang adalah respons. Jenis belajar semacam ini dilakukan

dengan merespons suatu isyarat.

b. Belajar dengan stimulus respons (stimulus respons learning)

Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan

emosional. Jenis belajar S-R, respons bersifat spesifik. 2X3=6 adalah

bentuk suatu hubungan S-R. mencium bau masakan sedap itupun

ikatan S-R. jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi

(S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal

ini berlaku pula pada jenis belajar stimulus respons.

c. Belajar dengan rangkaian (chaining)

Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian

antara berbagai S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam

rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan,

minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal.

6 http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/jenis-jenis-belajar.html?m=1. Di unduh pada

tanggal 01 September 2017 jam 14.00 WIB

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

10

d. Asosiasi verbal (verbal association)

Suatu kalimat “unsure itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi

verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsure berbangun limas

kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau

kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsure-

unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang

lain.

e. Belajar dengan diskriminasi (discrimination learning)

Jenis belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian,

seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang, ata tumbuh-

tumbuhan.

f. Belajar dengan konsep (concept learning)

Konsep merupakan symbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil

membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara

berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang

belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia,

reptilian, amphibian, burung, dan ikan.

g. Belajar dengan aturan (rule learning)

Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Jenis belajar ini banyak

terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika

dipanaskan, besar sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 180

derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining,

terutama jika aturan ini tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap

dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.

h. Belajar dengan pemecahan masalah (problem solving learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan, ini memerlukan

pemikiran. Upaya memecahkan masalah dilakukan dengan

menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu.

Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat

adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah,

seperti mengenal tiap unsur dalam masalah, mencari hubungannya

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

11

dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan

pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba.7

Setiap jenis belajar merupakan prasyarat bagi jenis belajar

diatasnya. Sebaliknya tiap jenis belajar memerlukan penguasaan pada

jenis belajar pada tingkat dibawahnya. Untuk belajar memecahkan

masalahnya, misalnya perlu dikuasi sejumlah aturan yang relevan dan

untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu.

3. Macam-macam Teori Belajar

Sebelum memahami beberapa teori belajar, perlu dipahami

perbedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Siregar dan Nara

membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran dengan cara

melihar dari posisional teorinya.8

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mngenai teori-teori

belajar, yaitu: teori belajar behavorisme hanya berfokus pada aspek

objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui prilaku

untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak, dan pandangan

konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses dimana pelajar aktif

membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

a. Teori belajar Behaviorisme

Adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner

tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori

ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang

berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik

pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran

behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang

tampak sebagai hasil belajar.9

7 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV WACANA PRIMA, 2009) hlm. 52-

53

8 Dirman, op.cit., hlm. 10

9 Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011 ) hlm, 25

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

12

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,

mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon

atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau

pembiasaan semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila

diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

b. Teori belajar Kognitivisme

Teori ini mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes

terhadap teori prilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model

kognitif ini memiliki persfektif bahwa para peserta didik memproses

informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan,

dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang telah

ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Menurut teori ini, proses belajar akan belajar dengan baik bila

materi pelajaran yang beradaptasi secara tepat dan serasi dengan

struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Teori belajar kognitif

ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa

yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan

dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil, tetapi pada

kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamannya.

c. Teori belajar Humanistik

Menurut teori ini, tujuan belajar untuk memanusiakan manusia.

Proses belajar akan berhasil jika si pelajar telah memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya

harus belajar agar lambat laun ia mencapai aktualisasi diri dengan

sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami prilaku belajar

dari sudut pandang prilakunya bukan dari sudut pandang

pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator

bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi keasdaran

mengenai makna kehidupan siswa.10

10 Ibid, hlm. 26-27

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

13

d. Teori belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti sifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya

membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran

konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

dan tidak sekonyong-konyong.11

4. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, “proses belajar adalah kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya”.12

Howart Kingsley dikutip oleh Nana Sudjana dalam bukunya

membagi tiga macam hasil belajar mengajar, diantaranya:

a. Keterampilan dan kebiasaan.

b. Pengetahuan dan pengarahan

c. Sikap dan cita-cita.13

Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni:

a. Informasi ferbal

b. Keterampilan intelektual

c. Strategi kognitif

d. Sikap

e. Keterampilan motoris.14

11 Eveline Siregar, op.cit., hlm. 30

12

Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), Cet ke-17, hlm. 22

13

Ibid, hlm. 23

14

Ibid, hlm. 23

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

14

Penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia

menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siwa,

hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.15

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil

belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.16

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain, kognitif, afektif, dan

psikomotor. Rinciannya:

a. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,

dan penilaian.

b. Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu, menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks lain.

c. Ranah psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi,

neuromuscular (menghubungkan. mengamati).17

15 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) hlm. 250-

251

16

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006) hlm. 30

17

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) hlm. 102-103

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

15

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan

afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses

pembelajaran di sekolah.

5. Pengukuran Hasil Belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah

laku siswa setelah melakukan proses belajar. Maka pengukuran

yang dilakukan guru bisa menggunakan tes sebagai alat pengukur.

Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur

hasil kemampuan siswa. Tes hasil belajar yang dikembangkan

disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif. Untuk

penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat

kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.18

Menurut Sudjana yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul

Haris ada dua kriteria yang bersifat umum dalam pengukuran

hasil belajar, yaitu:

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada

pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi

dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu

mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri. Untuk

mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut prosesnya dapat

dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:

1) Apakah pengajaran direncanakan dan disiapkan terlebih

dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik

?

18 Trianto, mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, (Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP,2009) hlm. 236

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

16

2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,

kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan, pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang

dikehendaki dari pengajaran itu ?

3) Apakah guru memakai multi media ?

4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol

dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya ?

5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa

dalam kelas ?

6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar

cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar ?

7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,

sehingga menjadi laboraturium belajar ?

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya.

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan

pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah

beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam

menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil

atau produk yang dicapai siswa:

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses

pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku

secara menyeluruh ?

2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses

pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa ?

3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama

diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup

mempengaruhi perilaku dirinya ?

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

17

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh siswa

merupakan akibat dari proses pengajaran ?.19

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar” perlu dilakukan

analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di

dalam kegiatan belajar itu. Di muka telah dikatakan bahwa belajar

merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses sudah tentu harus ada yang

diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau

output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu

dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan system ini

sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan system,

kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:20

Gambar di atas menunjukan bahwa masukan mentah (raw

input) merupakan bahan baku yang perlu diolah , dalam hal ini

diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar

19 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010)

hlm. 15

20

Ngalim Purwanto, op.cit, hlm 106

INSTRUMENTAL INPUT

TEACHING – LEARNING PROCESS OUTPUT RAW INPUT

ENVIRONMENTAL INPUT

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

18

(teaching-learning process). Terhadap/di dalam proses belajar

mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan

yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan

berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan

dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya

keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut

berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.

Didalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud

masukan mentah atau raw input adalah siswa. Sebagai raw input, siswa

memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis.

Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya,

dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah,

minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan

kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana

proses dan hasil belajarnya.

Yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang disengaja

dirancang dan dimanipulasikan adalah, kurikulum atau bahan pelajaran,

guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen

yang berlaku disekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan system

maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan

paling menentukan dalam mencapaian hasil/output yang dikehendaki,

karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses

belajar-mengajar itu akan terjadi didalam diri pelajar.21

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian dan Fungsi Metode Pengajaran

Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut Syaiful Bahri Djaramah yang dikutip dalam buku “Profesi

21 Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 107

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

19

dan Etika Keguruan” metode adalah suatu cara yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.22

Menurut Muhibbin Syah, “metode secara harfiah berarti cara,

dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai cara melakukan

suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan

menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis”.23

Mengajar yang dalam bahasa inggrisnya disebut teaching,

dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan kognitif pada

peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan

tentang sesuatu dalam rangka menumbuhkan kemampuan efektif

dan psikomotorik pada peserta didik. Dengan demikian, pengajaran

lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta

menumbuhkan penghayatan dan pengalaman yang benar.

Sebuah penghayatan dan pengalaman yang benar, dan kokoh

antara lain harus disertai dengan pemahaman dan wawasan yang

benar yang dihasilkan melalui kegiatan pengajaran.24

Metode pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam

rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaptif

maupun generative. Metode pembelajaran sangat erat kaitannya

dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru, yang

keduanya disingkat menjadi SOLAT (style of learning and

teaching).25

22 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013) hlm. 191

23

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2011), Cet ke-17, hlm. 198

24

Abuddin Nata, Perspektif IslamTentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP, 2009) hlm. 175

25

Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014) hlm. 37

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

20

2. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran

Agar penggunaan metode lebih efektif maka ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan guru dalam pelaksanaan

pembelajaran.26

a. Metode harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Belajar

merupakan akibat dari kegiatan siswa. Pada dasarnya belajar itu

berwujud mengalami, memberi reaksi, melakukan dan menurut

prinsip ini seseorang belajar melalui reaksi atau melalui mandiri

yang merupakan landasan dari semua pembelajaran.

b. Metode harus dimanfaatkan hukum pembelajaraan. Kegiatan

metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan

efisien sesuai dengan hukum-hukum dasar yang mengatur

pengoperasiannya. Hukum-hukum dasar menyangkut kesiapan,

latihan dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam

segala jenis pembelajaran.

c. Metode harus berawal dari apa yang sudah diketahui siswa.

Memanfaatkan pengalaman lampau siswa yang mengandung

unsure-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi

pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran.

Hal tersebut dapat dicapai dengan sangat baik melalui korelasi

dan pembandingan.

d. Metode harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu

dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran.

Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.

e. Metode harus memperhatikan perbedaan individual dan

menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan cirri-ciri

pribadi seperti kebutuhan, minat, serta kematangan mental dan

fisik.

26 Ramayulis, op.cit, hlm. 198

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

21

f. Metode harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para

siswa. Prosedurnya harus memberikan peluang bagi kegiatan

berfikir dan kegiatan perorganisasianyang seksama.

g. Metode harus disesuaikan dengan kemajuan siswa dalam hal

keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan, dan sikap siswa,

karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi

perkembangan.

h. Metode harus menyediakan bagi siswa pengalaman-pengalaman belajar

melalui kegiatan belajar yang banyak dan bervariasi. Kegiatan –

kegiatan yang banyak dan bervariasi diberikan untuk memastikan

pemahaman.27

3. Macam-macan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak

memungkinkan siswa belajar proses, bukan hanya belajar produk.

Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi

kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan

tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap),

maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode

pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu

lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses.28

Beberapa metode pengajaran:

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran, yang

dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan

secara langsung di hadapan peserta didik.

Kekurangan metode ceramah antara lain cenderung

membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan

hanya mengandalkan ingatan guru, kemungkinan adanya materi

27 Ramayulis, op.cit, hlm. 199

28

Sumiati dan Asra, op.cit., hlm. 91

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

22

pelajaran yang tidah dapat diperoleh sepenuhnya oleh peserta

didik.

b. Metode Tanya jawab

Metode taanya jawab ini lah cara penyajian pelajaran dalam

bentuk pertanyaan, yang dikemukakan oleh guru yang harus

dijawab oleh siswa. Menurut sejarahnya metode ini termasuk

yang tertua. Socrates yang hidup pada tahun 469-399 SM

misalnya, telah menggunakan metode Tanya jawab ini dalam

mengembangkan pemikiran filsafatnya serta dalam

mengajarkannya kepada masyarakat Yunani saat itu.

Dalam praktiknya, metode Tanya jawab ini dimulai dengan

mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran

ynag akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses

Tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak

lanjut.29

c. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan

meragakan atau mempertunjukan kepada peserta didik tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari,

baik yang sebenarnya maupun tiruannya.

Metode demonstrasi ini didasarkan pada asumsi bahwa

mengerjakan dan melihat langsung lebih baik dari pada hanya

sekedar mendengar, adanya perbedaan pada sifat pelajaran yang

antara lain adanya pelajaran yang mengharuskan peragaan, serta

adanya perbedaan tipe belajar peserta didik, yakni ada yang tipe

visual, auditif, motorik, dan campuran.30

29 Abuddin Nata, op.cit, hlm. 181-182

30

Ibid, hlm. 183

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

23

4. Metode Pembelajaran Role Playing

a. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing

Role Playing atau bermain peran adalah sejenis

permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan

sekaligus melinatkan unsur senang.

Metode Role Playing adalah metode yang melibatkan

interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau

situasi. Siswa melakukan peran sesuai dengan tokoh yang

dilakoni, mereka berinteraksi dengan lainnya melakukan peran

terbuka. Metode ini dapat dipergunakan dalam mempraktikkan

isi pelajaran yang baru, siswa diberi kesempatan untuk

memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang

akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini

menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran

yang diperagakan siswa.31

b. Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran Role Playing

Tujuan metode ini, sesuai dengan jenis belajar adalah

sebagai berikut:

1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan

tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-

keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan

reaktif.

2) Belajar melalui peniruan. Para siswa pengamat drama

menyamakan diri dengan pelaku dan tingkah laku mereka.

3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari

(menanggapi) prilaku para pemegang peran yang telah

ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan

prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang

31 martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press,

2007) cet ke 2, hlm. 167

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

24

mendasari perilaku keterampilan yang telah

didramatisasikan.

4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan.

Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan

mereka dengan mengulanginya dalam penampilan

berikutnya.32

c. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Metode Role Playing

1) Menyiapkan skenario atau topik masalah serta tujuan yang

hendak dicapai oleh pemeran.

2) Guru menunjuk siapa yang berperan dan menetapkan

pemain yang akan terlibat, peranan yang harus dimainkan

oleh para pemeran serta waktu yang disediakan.

3) Pemeran maju ke depan untuk mempraktekkannya.

4) Pemeran mengungkapkan perasaan atas peran yang

dilakoni nya.

5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya.33

d. Prosedur Metode Pembelajaran Role Playing

1) Pilihah tipe orang atau situasi yang diinginkan untuk

dipelajari siswa. Berikut ini beberapa contoh:

a) Seperti apa menjadi orang dalam satu periode yang

berbeda dalam sejarah.

b) Seperti apa menjadi orang dalam minoritas.

c) Seperti apa menjadi orang dari budaya yang berbeda.

d) Seperti apa menjadi orang dengan masalah khusus atau

berbagai tantangan.

32 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Ssistem, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2009) hlm. 199

33

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013) hlm.

207

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

25

2) Buatlah cara untuk mensimulasikan orang atau situasi itu.

Diantara cara untuk melakukan hal itu adalah sebagai

berikut:

a) Perintahkanlah kepada siswa untuk berpakaian sesuai

pakaian orang atau situasi itu, atau perintahkan mereka

membawa perlengkapan, alat-alat, atau barang-barang

lain milik orang atau situasi itu atau terlibat dalam

aktivitas tipikal orang tersebut.

b) Tanyakan pada siswa bagaimana simulasi dirasakan.34

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Role

Playing

Strategi pembelajaran dengan metode Role Playing ini memiliki

beberapa keuntungan untuk peserta didik seperti berikut:

1) Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi

situasi yag sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

2) Dapat mengembangkan kreativitas siswa karena melalui Role

Playing siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai

dengan topik yang diperankan.

3) Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

4) Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Adapun kelemahan dari strategi pembelajaran dengan metode

Role Playing ini yaitu:

1) Pengalaman yang diperoleh melalui Role Playing tidak selalu

tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

2) Pengelolaan yang kurang baik, sering menjadikan sebagai alat

hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

34 Melvin L Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:

PUSTAKA INSAN MADANI, 2009) cet ke 6, hlm. 199-200

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

26

3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi

siswa dalam melakukan peranan.35

C. Pembelajaran Fiqih di MTs

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Fiqih di MTs

Kata Fiqih secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman) berarti

faham yang mendalam, mengetahui batinya sampai

kedalamannya. Pada awalnya kata fiqih digunakan untuk semua

bentuk pemahaman atas Al-Quran, Hadits, dan bahkan sejarah.

Pemahaman atas ayat-ayat dan hadits teologi, dulu diberi nama

fiqih juga.

Fiqih disebut dengan ilmu atau pengetahuan, karena fiqih

memang sebuah ilmu atau pengetahuan. Dengan pengertian ilmu

berarti fiqih bukan agama., namun fiqih terkait dengan agama.

Secara istilah fiqih adalah ilmu tentang hokum-hukum syar‟i

yang bersifat amaliyah, yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil

yang tafshili. Menurut ulama lain fiqih adalah apa yang dicapai

oleh mujtahid dengan zannya.36

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun

2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan

Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, mata pelajaran fiqih

di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam

mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan

manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan

hubungan manusia dengan sesame yang diatur dalam fiqih

mu‟amalah.

35 Ibid, hlm. 208

36

Lukman Zain,Pembelajaran Fiqih, (Jakarta: direktorat jenderal pendidikan islam

departemen agama RI, 2009) hlm. 3

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

27

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam

dengan benar dalam melaksanankan ibadah kepada Allah dan

ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan

ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan tanggung

jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun

sosial.37

2. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Fiqih di MTs

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun

2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan

Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, ruang lingkup

pembelajaran fiiqh di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan

pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT

dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang

lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek Fiqih Ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah,

shalat fardhu, shalat sunnah, dan shalat dalam keadaan darurat,

sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah shalat,

puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan,

perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

b. Aspek fiqih mu‟amalah meliputi: ketentuan dan hukum jual

beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan

borg serta upah.38

37 Peraturan Menteri Agama RI No.02 Tahun 2008 tentang standar kelulusan dan standar isi

pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Media Pustama

Mandiri,2009),cet, I, hlm. 91

38 Ibid, hlm. 92

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

28

3. Materi Fiqih Ibadah di Kelas VII MTs

Materi fiqih ibadah tentang shalat berjamaah meliputi:

a. Pengertian shalat jamaah

Menurut bahasa, kata jamaah artinya kumpulan atau

bersama-sama, sedangkan menurut istilah shalat jamaah adalah

shalat yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua orang

atau lebih secara bersama-sama, dan salah satunya menjadi

imam, sedangkan lainnya menjadi makmum.

b. Hukum dan dalil shalat berjamaah

Shalat berjamaah hukumnya sunnah muakad (sunah yang

dikuatkan), yaitu sunah yang sangat dianjurkan dan Nabi saw

jarang sekali meninggalkannya.

Adapun dalil berkaitan dengan shalat berjamaah adalah:

الزكاة واركعوا مع الراكعي وأقيموا الصلاة وءاتوا

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah

beserta orang-orang yang rukuk”. (QS. Al Baqarah 2 : 43)

c. Syarat imam dan makmum

Syarat untuk melaksanakan shalat berjamaah minimal

harus ada dua orang atau lebih. Satu orang menjadi imam dan

yang lainnya menjadi makmum. Yang dimaksud imam dalam

shalat adalah seseorang yang diangkat untuk memimpin

pelaksanaan shalat berjamaah.

Secara umum ketentuan untuk menjadi imam meliputi,

orang yang lebih dalam ilmu agamanya, orang yang lebih fasih

bacaan AL-Qur‟annya dan banyak hafalannya, orang yang

lebih tua umurnya dan baik penampilannya, orang yang

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

29

berakhlak mulia, berdiri di depan makmum, dan berniat

menjadi imam.

Yang dimaksud makmum adalah orang yang mengikuti

shalatnya imam dalam shalat berjamaah. Syarat menjadi

makmum adalah, berniat menjadi makmum, mengetahui dan

mengikuti gerak gerik imam, tidak mendahului imam dalam

gerakan shalat, berada dalam satu tempat dengan imam, dan

tempat berdiri makmum tidak lebih maju kedepan daripada

imam.

d. Cara melakukan shalat berjamaah:

Tempat makmum tidak boleh di depan imam, yang

menjadi ukuran adalah tumit, yakni bagian belakang telapak

kaki. Apabila makmum terdiri dari dua orang atau lebih, maka

mereka semuanya berbaris di belakang imam. Tetapi, apabila

makmum hanya seorang maka dia berdiri di sebelah kiri imam

agak mundur sedikit ke belakang.

Makmum memulai pekerjaannya sesudah imam,

sedangkan imam mendahulukan selesainnya makmum dalam

setiap pekerjaan. Makmum bisa mengetahui perpindahan

gerakan imam dengan cara melihat langsung atau melihat

sebagian shaf, atau mendengar suara imam.39

39 Ibid, hlm. 38

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

30

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini peneliti sajikan penelitian yang menyangkut tentang

hasil belajar, untuk digunakan sebagai acuan dan referensi hasil

belajar siswa yang digunakan dalam obyek penelitian ini.

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya:

1. Siti Azizah dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Fiqih Melalui Penerapaan Metode Demonstrasi di

kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan”.

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama

Islam tahun 2014. Menunjukan bahwa hasil belajar siswa melalui

penerapan metode demonstrasi lebih baik dari pada menggunakan

metode ceramah. Karena siswa lebih aktif dan lebih memahami

dengan menggunakan metode tersebut.

2. Vionia Gemifanny dalam skripsinya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Melalui Metode Sosiodrama Pada Kelas IX di MTs Negeri 7

Model Jakarta”. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan

Pendidikan Agama Islam tahun 2017. Menunjukan bahwa hasil

belajar siswa melalui penerapan metode sosiodrama lebih baik dari

pada menggunakan metode ceramah. Karena siswa lebih tanggap

dan paham atas metode tersebut.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan identifikasi masalah dapat diambil hipotesa bahwa

penerapan metode Role Playing dengan langkah guru menyuruh

peserta didik untuk mempraktekkan gerakan shalat berjamaah secara

bersama-sama, dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih Ibadah di kelas

VII MTs Assa‟adatain.

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

31

F. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah

dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil suatu kerangka

pemikiran sebagai berikut:

Pembelajaran Fiqih Ibadah dilakukan dengan dengan metode

ceramah, Tanya jawab, dan penugasan baik individu maupun

kelompok. Hal tersebut bersifat membosankan dan kurang menarik,

menyebabkan siswa mengantuk dan kurang aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran. Siswa malas mengerjakan tugas dan malas

mendengarkan penjelasan guru. Kondisi tersebut menimbulkan

rendahnya hasil belajar siswa.

Metode pembelajaran yang disampaikan seorang guru dapat

memberikan pengaruh pada prestasi siswa. Sehingga dalam

pengajaran seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat

untuk digunakan.

Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk

lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran Fiqih Ibadah

dapat dilakukan dengan menerapkan metode Role Playing. Proses ini

lebih menyenangkan karena siswa dapat mempraktekkan atau

berperan langsung dalam kegiatan shalat berjamaah.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing

merupakan salah satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan

hasil belajar siswa. Jadi, peneliti berharap dengan menggunakan

metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar fiqih Ibadah

pada siswa kelas VII MTs Assa‟adatain Serua.

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah

Assa’adatain jl. Serua Raya No. 9 kec Bojongsari kota Depok.

Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap siswa kelas VII A pada

tahun ajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilaksanakan sekitar 3

bulan, dimulai dari bulan September-November 2017.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Peneliti

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan

Kelas. Kunandar dalam bukunya yang berjudul Langkah Mudah

Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru

menjelaskan bahwa,

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action

Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis

untuk meningkatkkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan

dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru)

mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam

pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang

diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki

situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya

untuk mengukur tingkat keberhasilannya.1

1 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Keguruan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010) hlm. 41

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

33

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru

bidang studi secara bergantian. Observasi dilakukan oleh peneliti

dan guru secara bergantian pula. Penelitian tindakan kelas (PTK)

dilakukan berdasarkan suatu siklus. Masing-masing siklus

meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.

Suatu siklus akan dilanjutkan apabila kriteria keberhasilan yang

diharapkan belum tercapai dan siklus akan berhenti apabila

kriteria keberhasilan telah tercapai.

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas2

2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan

menggunakan beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap,

secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:

a. Perencanaan

2 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011) hlm. 114

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Siklus II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

34

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan

tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana untuk mencari

tindakan yang akan dilakukan di kelas sehubungan dengan

rendahnya hasil belajar siswa. Rencana ini kemudian dituangkan

dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Pelaksanaan (Tindakan)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

perencanaan pembelajaran yang telah di susun. Tindakan inilah yang

menjadi inti dari PTK, dimana tindakan pelaksanaan ini dilakukan

dalam program pembelajaran apa adanya yang terjadi dalam kelas.

Langkah tindakan harus terkontrol secara seksama dan harus hati-hati

dan benar-benar terencana.3

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

berlangsung. Peneliti dibantu oleh obsever yang mengamati segala

aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada lembar observasi ini

ada beberapa indikator yang akan diamati yaitu perhatian siswa,

keaktifan siswa, rasa ketertarikan siswa, dan semangat siswa yang

dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan

menndokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses ataupun

hasil tindakannya.

d. Refleksi

Refleksi menurut Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama

adalah “memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan

oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu

PTK yang dilaksanakan”.4 Kegiatan refleksi dilakukan ketika

peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Data-data yang

diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.

Berdasarkan observasi tersebut guru dapat merefleksi diri

3 Kunandar, Op.Cit, hlm. 282

4 Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT

Indeks, 2010 ) hlm. 40

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

35

tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan

hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat

digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus

berikutnya.

C. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru. Selain mengajarkan

materi, peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta

mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM).

D. Tahapan Intervensi Tindakan

1. Tahap Pra Penelitian

Melakukan survei lapangan untuk memperoleh gambaran

kondisi sekolah. Survei dilakukan dengan wawancara kepada guru

bidang studi fiqih untuk mengetahui permasalahan yang ada di

sekolah. Survei juga dilakukan terhadap hasil belajar siswa dan

pendapat siswa tentang pembelajaran fiqih Ibadah yang selama ini

diterapkan.

2. Tahap Penelitian Siklus 1

a. Perencanaan

1) Menelaah tujuan kurikulum pada materi shalat wajib dengan

berjamaah

2) Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaraan (RPP) dan menyusun

LKS

3) Membuat dan mempersiapkan sumber, bahan, dan media

pembelajaran.

4) Menyusun instrumen penelitian.

5) Memvalidasi instrumen penelitian

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

36

b. Pelaksanaan Tindakan dan observasi

NO Tahap tindakan Kegiatan observasi

1. Pree-test Mengamati proses pelaksanaan

pree-test

2. Implementasi materi shalat

dengan menggunakan

metode Role Playing.

-mengamatai proses

implementasi

-mencari hal-hal yang terjadi

dalam proses pembuatan yang

tidak tercantum dalam materi

shalat wajib dengan berjamaah

dan pada manfaat

-mengamati proses pelaksanaan

pos-test

3. Pos-test Mengamati proses pengisian pos-

test

c. Refleksi

1) Menganalisis data-data yang diperoleh pada tahap tindakan dan

observasi

2) Mengambil kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan

penggunaan model pembelajaraan dengan menggunakan

metode Role Playing it is pada materi shalat berjamaah, sebagai

acuan/desain untuk menyusun desain siklus selanjutnya.

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

37

Langkah siklus I

Gambar 3.2 Desain Intervensi Tindakan

(Bagan Siklus PTK sumber KTI Prof Suharjono)

3. Tahap Penelitian Siklus II

1) Perencanaan

(a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi

dan penerapan alternatif pemecahan masalah.

(b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar

(c) Pengembangan progran tindakan II

2) Pelaksanaan Tindakan

(a) Guru melakukan apersepsi pada pelajaran yang sudah.

(b) Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan

tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

(c) Siswa tanya jawab tentang shalat berjamaah

(d) Siswa menceritakan tentang praktik shalat berjamaah

(e) Presentasi hasil diskusi

(f) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja.

(1) Rencana

(2) Tindakan

(3) Pengamatan

Analliis Hasil

(4) Refleksi

Evaluasi

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

38

3) Pengamatan (observasi)

(a) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan

dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung.

(b) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah

dikembangkan.

4) Refleksi

Guru menganalisa proses belajar mengajar yang sudah

dilaksanakan sehingga dapat dketahui sejauh mana tingkat ketercapaian

tujuan dari pembelajaran yang sudah direncanakan dengan

menggunakan Role Playing, dalam hal ini dapat dilihat melalui hasil

belajar pada pelajaran Fiqih Ibadah siswa-siswi kelas VII MTs

Assa’datain Serua. Dalam pelaksanaan siklus selanjutnya (Siklus II)

tahapan yang dilakukan harus sudah melalui tahapan revisi/perbaikan

dari siklus sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan

pemahaman siswa-siswi di kelas yang berdampak pada peningkatan

hasil belajar pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Role

Playing.

E. Hasil Penelitian yang Diharapkan

Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini

adalah hasil belajar siswa pada pelajaran Fiqih Ibadah setelah proses

pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing. Adapun

ketuntasan belajar yang diharapkan mencapai 100% dengan nilai

KKM 70.

F. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh merupakan hasil belajar siswa yang

mencakup pemahaman konsep dan aktivitas siswa dengan

menggunakan metode Role Playing.

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

39

G. Instrument Penelitian dalam Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu:

1. Instrumen tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (preetest) dan akhir (postest).

Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran

diberikan kepada siswa, karena itu pertanyaan yang tercantum

dalam pokok soal dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir adalah

bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah

diajarkan kepada siswa biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama

dengan naskah tes awal.

2. Instrumen non tes

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris, “penilaian non tes

merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran

mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian”.5

a. Lembar Observasi

Lembar observasi terbagi menjadi tiga, yaitu lembar

observasi guru dalam mengajar di kelas, lembar aktifitas belajar

siswa dikelas, dan lembar observasi pembelajaran di kelas.

Ketiga lembar observasi tersebut digunakan untuk mencatat

5 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010)

hlm. 67

Data Sumber data Instrumen

Pemahaman materi Siswa Pree-test dan pos-test

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

40

kegiatan guru, siswa dan proses belajar Fiqih Ibadah dengan

menggunakan metode Role Playing. Peneliti disini berperan

sebagai pengajar juga sebagai peneliti. Guru mata pelajaran

sesungguhnya hanya menjadi pengamat saja.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan melakukan wawancara biasa,

wawancara dilakukan dengan siswa maupun kolaborator

mengenai baik buruknya proses pembelajaran. Kemudian data

tersebut diolah berdasarkan variable yang dibutuhkan dalam

penelitian dengan merekap seluruh hasil wawancara tersebut dan

memberikan interprestasi yang tepat.

Dalam hal ini yang menjadi narasumber dalam proses

wawancara adalah siswa kelas VII A dengan nilah fiqih tertinggi

di kelas, siswa kelas VII A dengan nilai fiqih terendah di kelas,

dan guru mata pelajaran fiqih di kelas.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh

kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil

pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas,

pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa dan aspek

lainnya yang perlu dicatat.

H. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Teknik Analisis

Data

1. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

observasi secara terus-menerus dan triangulasi data. Triangulasi

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

41

adalah proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang.6

Triangulasi ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu

data. Keabsahan data dalam peneliti ini dilakukan dengan trigulasi

data dan trigulasi sumber data, yaitu menggunakan data dari

berbagai suasana, waktu, tempat dan jenis serta mengambil data

dari berbagai narasumber.

2. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data,

yaitu penelitian memberikan uraian mengenai hasil penelitian.

Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan penelitian

untuk mengurai data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan

hanya orang yang meneiti, tetapi juga orang lain yang juga ingin

mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat merupakan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa

dan guru pada proses pembelajaran, catatan lapangan dan respon

siswa terhadasp metode Role Playing.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau

penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap

siklus menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai

postes dan pretes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau

penguasaan konsep siswa stelah pembelajaran yang dilakukan

guru.

Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan

Normalized Gain:

Indeks N-Gain = skor tes akhir-skor tes awal

6 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

hlm. 128

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

42

Skor maksimum-skor tes awal

Dengan kategori:

g tinggi : nilai (g) > 0,70

g sedang : 0,70 > (g) > 0,3

g rendah : nilai (g) < 0,37

I. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang

dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas

(PTK) yang memiliki tahapan-tahapan dalam tiap siklusnya. Tahapan

tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan atau

pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan

perbaikan akan dilakukan apabila setelah tindakan siklus I selesai dan

belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan

ditindaklanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II

sebagai perbaikan pembelajaran.

7 Suherman, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Jakarta: UIN, 2008) hlm. 51

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Obyektif Sasaran Penelitian

1. Sejarah Singkat MTs Assa’adatain

Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan proses belajar

mengajar, menanamkan dan menyumbangkan berbagai nilai, ilmu

pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan wawasan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan

bahwa sekolah merupakan suatu lembaga formal pendidikan, yaitu

lembaga yang utuh dan bulat, memiliki makna sebagai satu

kesatuan dan didalamnya terdapat bagian-bagian yang saling

berperan dan berkaitan.

MTs. Assa’adatain Serua sebagai salah satu lembaga

pendidikan formal tidak terlepas mengembangkan cita-cita yang

diamanatkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 berikut

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Untuk menjelaskan

tentang profil MTs. Assa’adatain Jl. Serua Raya No. 9 Kec

Bojongsari kota Depok maka perlu mengetahui terlebih dahulu

sejarah awal berdirinya sekolah MTs. Assa’adatain Serua.

Pada tanggal 12 bulan Juli 1985 atas prakarsa ketua yayasan

yang pada saat itu dijabat oleh Ust. H. Zaini, secara resmi memulai

pendidikan formal pada jenjang jenjang Madrasah Tsanawiyah

pada yayasan Assa’adatain di sebuah lahan (tanah wakaf yayasan

yang diwakafkan oleh Bpk. H. Muhari) yang sebelumnya sudah di

jalankan pula pendidikan formal tingkat Madrasah Ibtidaiyyah

yang sudah dimulai pada beberapa tahun sebelumnya. Hingga saat

ini, jabatan ketua yayasan masih diemban oleh orang yang sama

yakni Ust. H. Zaini, sedangan untuk kepala sekolah di jabat oleh H.

Moch. Rojalih dan H. Nahrawi, Lc sebagai wakil kepala sekolah.

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

44

Sampai saat ini, MTs Assa’adatain masih terus konsisten dalam

menjalankan pendidikan formal di jenjang Tsanawiyyah atau

menegah pertama. Bahkan sekarang di beberapa sudut sedang

mengalami perbaikan juga penambahan sarana dan prasarana

dalam rangka mendukung terselenggaranya pendidikan secara

optimal.1

2. VISI, MISI, dan TUJUAN

Berdasarkan hasil dokumentasi di MTs Assa’adatain, berikut

dipaparkan visi, misi, dan tujuan MTs Assa’adatain.

a. VISI

“Terwujudnya Madrasah yang mampu melahirkan Generasi

berwawasan luas dalam bidang IMTAQ dan IPTEK untuk

mengabdi kepada Agama, Bangsa dan Negara”.

b. MISI

1) Membangun citra Madrasah sebagai tempat menuntut ilmu

dunia dan akhirat yang berbasis Islami

2) Menanamkan kecintaan kepada Agama, Bangsa, dan Negara.

3) Menanamkan nilai-nilai kepribadian yang Islami dan

mengembangkan Akhlaqul Karimah.

c. TUJUAN

1) Mampu berkreatifitas dalam bidang Agama dan

Pengetahuan.

2) Dapat melahirkan siswa yang kreatif dan inovatif dalam

bidang IMTAQ dan IPTEK.

3) Mampu melahirkan siswa yang berkualitas dalam bidang

IMTAQ dan IPTEK.2

1Hasil dokumentasi di MTs Assa’adatain Serua

2Ibid

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

45

3. Personal Pimpinan Sekolah

Kepala Sekolah : H. Moch. Rojalih, S.Pd.I

Wakasek Bid. Kurikulum : Juju Widyawati, S.Pd

Wakasek Bid. Kesiswaan : Ahmad Royani, S.Pd.I

Wakasek Bid. Sarpras/Humas : Rismawati, M.P

Kepala Tata Usaha : Atiyah, S.Pd.I

4. Guru dan Tenaga Kependidikan

Sebagian besar tenaga pengajar ataupun tenaga kependidikan yang

ada di MTs Assa’adatain berlatar belakang pendidikan S1 yang

berasal dari Universitas di sekitar Jakarta dan Jawa Barat.

Hasil dari dokumentasi saat penelitian, guru MTs Assa’adatain

berjumlah 13 orang. Kepala sekolah ditunjuk langsung oleh pihak

yayasan yang memayungi MTs Assa’adatain, tenanga pengajar di

MTs ini tidak hanya memegang satu mata pelajaran, dikarenakan

kurangnya tenaga pengajar yang berada di Mts Assa’adatain.3

Dalam upaya peningakatan kualitas pendidikan yayasan ini pun

sering melakukam program peningkatan kualitas guru. Ini

dilakukan agar meningkatnya kualitas pengajaran sesuai dengan

kurikulum yang berlaku saat ini.

Guna menunjang proses pembelajaran yang berlangsung di MTs

Assa’adatain guru-guru diwajibkan lulusan S1. Ini sesuai dengan

peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

5. Data Siswa

Siswa-siswa yang sekolah di MTs Assa’adatain ini berasal dari

wilayah seputar Serua, karena letak madrasah ini mudah diakses

untuk transportasi. Dari tahun ke tahun jumlah siswa yang berada

di MTs ini mengalami peningkatan.

3Ibid

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

46

6. Saran dan Prasarana

Sarana yang berada di sekitar MTs Assa’adatain cukup memadai. Tetapi

koleksi perpustakaan di sekolah ini belum lengkap. MTs Ass’adatain

hanya memiliki perpustakaan mini.

B. Deskripsi Data Sebelum Tindakan

Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra

penelitian) di MTs Assa’adatain. Kegiatan ini dilakukan sebelum

peneliti melakukan proses pembelajaran. Kegiatan pada penelitian ini

yaitu melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqih dan

siswa MTs Assa’adatain, serta melakukan observasi pada proses

pembelajaran di dalam kelas. Tindakan ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran

dan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah serta tanggapan dan

kendala yang dialami ketika proses pembelajaran terjadi. Sekolah

MTs Assa’adatain menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sebesar 70 untuk mata pelajaran Fiqih di kelas VII.

Kelas yang dijadikan objek penelitian di MTs Assa’adatain yaitu

kelas VII yang berjumlah 20 orang.

Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi

kelas, kondisi siswa, serta untuk mengetahui gambaran umum

mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang

dihadapi di kelas. Wawancara berisikan tentang tanggapan dan

kendala yang dialami ketika proses pembelajaran terjadi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqih di

MTs Assa’adatain sebagai berikut:

1. Sebagian siswa terlihat datar, kurang antusias dan ada beberapa

siswa yang tidak memperhatikan pada proses pembelajaran.

2. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, penugasan, dan

Tanya jawab.

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

47

3. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai atau hasil belajar dibawah

KKM yang diberikan.

4. Guru mata pelajaran Fiqih belum pernah mendengar metode Role

Playing.4

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas VII MTs

Assa’adatain sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa siswa memang menyukai pelajaran Fiqih

Ibadah namun ada juga beberapa yang menganggap kalau mata

pelajaran Fiqih Ibadah membosankan Karena cara mengajar guru

yang monoton.

2. Metode yang digunakan guru mata pelajaran Fiqih adalah ceramah

kemudian tanya jawab lalu penugasan.5

Selain dengan wawancara, peneliti melakukan observasi, observasi

dilakukan sebelum penelitian, hasil observasi dicatat dan terlampir.

Observasi proses pembelajaran dilakukan pada bulan September 2017

dan diperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi belajar siswa

serta kondisi lingkungan sekolah dan fasilitas penunjang proses

belajar yang ada. Observasi dilakukan dengan cara mengamati

langsung keadaan kelas pada saat proses belajar mengajar pada mata

pelajaran Fiqih Ibadah. Hasil observasi ini dijadikan data tambahan

dan data pelengkap yang berupa hasil pretest dan postest.

Adapun hasil observasi pembelajaran Fiqih Ibadah sebagai berikut:

1. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk bercerita yang tidak

berkenaan dengan materi. Sehingga tidak sedikit siswa yang

mengingat materi yang telah diajarkan.

2. Banyak siswa yang mengobrol pada saat guru sedang menjelaskan

materi.6

4Hasil wawancara dengan Bapak H. Nahrawi, Lc guru MTs Assa’adatain Serua, pada tanggal

18 September 2017

5Hasil wawancara dengan salah satu murid kelas VII MTs Assa’adatain Serua, pada tanggal

18 September 2017

6Hasil Observasi Pra Penelitian di MTs Assa’adatain Serua. Pada tanggal 18 September 2017

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

48

C. Hasil Analisis

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I

Adapun kegiatan perencanaan pada siklus I yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

materi pokok, shalat lima waktu

2) Memilih menggunakan metode Role Playing sebagai metode

kegiatan belajar mengajar.

3) Menyiapkan sumber dan alat belajar dalam mendukung

proses pelaksanaan pembelajaran.

4) Menyiapkan pedoman observasi guru dan siswa berupa

lembar observasi serta cacatan lapangan yang telah dibuat

sebelumnya. Dengan ini dapat digunakan untuk mengetahui

bagaimana proses pembelajaran berlangsung serta untuk

mengetahui sejauh mana siswa aktif dalam pembelajaran

Fiqih Ibadah.

5) Menyiapkan alat evalusi berupa tes hasil belajar, instrumen

tesnya dalam bentuk pilihan ganda untuk pretest dan protest

siklus I, soal pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan

awal siswa dan soal postest untuk mengetahui hasil belajar

siswa setelah pembelajaran dengan metode Role Playing.

b. Tahap Pelaksanaan

Siklus pertama dilaksanakan di kelas VII pada hari Selasa,, tanggal

26 September 2017. Dengan membahas materi “Shalat Lima Waktu”

Secara sistematis proses pembelajaran siklus I dapat digambarkan

sebagai berikut:

1) Kegiatan pendahuluan

Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu siswa

melaksanakan pretest untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang belum diajarkan. Selanjutnya guru

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

49

(peneliti) memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan

salam terlebih dahulu, guru memposisikan diri terlebih dahulu

berdiri di hadapan para siswa, kemudian guru melakukan

pembukan yang diawali dengan do’a lalu mulai memeriksa

kehadiran siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran, serta mengkondisikan siswa untuk nantinya

akan memainkan peran mereka masing-masing.

a) Kegiatan inti

Siswa mempraktekkan cara shalat dari niat sampai salam

dibawah bimbingan guru, siswa diberi waktu 10 menit

sebelum mempraktekkan shalat, guru terlebih dahulu

memperlihatkan kepada mereka cara shalat yang benar

sebagai berikut:

1- Niat shalat, guru membacakan niat shalat fardhu yang

akan di praktekkan.

2- Cara berdiri yang benar.

3- Takbiratul Ihram (posisi tangan dan membaca takbir).

4- Membaca Iftitah dengan suara yang dikeraskan.

5- Membaca Al-fatihah

6- Membaca Q.S pendek

7- Ruku, (kepala menghadap tempat sujud, posisi

punggung lurus, posisi tangan di lutut, membaca do’a

ruku).

8- I’tidal, (guru mempraktekkan cara I’tidal, posisi berdiri

ketika I’tidal, membaca do’a).

9- Sujud., (cara turun untuk sujud, posisi anggota sujud,

seperti kening hidung telapak tangan lutut dan kaki,

membaca do’a sujud, cara bangun dari sujud untuk

berdiri).

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

50

10- Duduk diantara dua sujud, (posisi kedua kaki dan jari

kaki, bacaan do’a untuk diantara dua sujud).

11- Doa Tasyahud, (posisi ketika duduk tasyahud, bacaan

tahiyat, bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad

SAW).

12- Salam.

13- Tertib.

2) Penutup

Guru menjelaskan kepada siswa apa yang telah dipelajari,

kemudian menyuruh siswa mempraktekkan cara shalat yang

baru saja di praktekkan oleh guru.

c. Tahap Observasi

1) Cacatan Lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran

pada saat siklus I berlangsung dengan menggunakan metode

RolePlaying diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:

Pada saat pembelajaran berlangsung, suasana kelas masih

kurang kondusif. Dari pengamatan penulis, ada beberapa

siswa yang tidak membantu teman yang lainnya, namun

dalam kegiatan, masing-masing siswa telah melaksanakan

sesuai dengan tahapan metode pembelajaran Role Playing.

Pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan

menggunakan metode pembelajaran Role Playing, siswa

masih terlihar mengandalkan teman yang lainnya dan siswa

masih terlihat pasif dalam pengerjaan Lembar Kerja Siswa

(LKS), siswa juga masih terlihat enggan bertanya kepada guru

(Peneliti) bila mengalami kesulitan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan saat

penelitian siklus I, dapat diketahui bahwa tindakan yang

diberikan dengan menerapkan metode pembelajaran Role

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

51

Playing pada siklus I belum sesuai dengan perencanaan yang

dibuat. Hal ini disebabkan siswa bingung karena belum

terbiasa dengan langkah-langkah metode Role Playing

sehingga belum menciptakan susasana pembelajaran yang

efektif.

2) Wawancara

Wawancara dilakukan kepada dua orang setelah pelaksanaan

tindakan siklus I selesai. Berikut hasil wawancara peneliti

kepada siswa yang terlibat dalam pembelajaran metode Role

Playing :

a) Masih bingung dengan metode Role Playing, tetapi

meskipun awalnya membingungkan, siswa senang karena

ada metode belajar baru yang belum pernah mereka ketahui

sebelumnya.

b) Sebagian besar siswa senang karena mereka menjadi aktif

di dalam kelas.

c) Siswa masih malu-malu memperagakan peran dan saling

tunjuk menunjuk apabila guru (Peneliti) menyuruh

memperagakan di depan.

3) Hasil Belajar

Hasil test pada siklus I materi shalat lima waktu dengan

diikuti oleh 20 siswa dan menggunakan metode Role Playing

terdiri dari data Pretest dan Postest.

Pretest diperoleh dari hasil test sebelum siswa mempelajari

materi tersebut dan belum diterapkannya metode Role

Playing, sedangkan nilai Postest diperoleh dari hasil belajar

siswa setelah diterapkannya metode Role Playing.

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

52

Table 4.1

Siklus 1

NO NAMA PRETEST POSTEST

1. Adinda Larasati 53 83

2. Ahmad Zeni Muslim 60 77

3. Akrom Damawi 57 73

4. Alwi Misbah R 47 77

5. Ayu Windasari 50 70

6. Bagus Sajiwo 47 70

7. Dea Damayanti 30 70

8. Egy Pratama Mas Putra 50 77

9. Khofifah 47 80

10. Muhammad Fauzi 40 73

11. Muhammad Hugi 40 70

12. Muhammad Rifa’i 40 63

13. Nila Zafiratun Nisa 47 63

14. Putri Aprianti 40 63

15. Renaldi 33 70

16. Ria Wulandari 40 73

17. Riska Widya Utami 47 57

18. Rivani Saskiya 37 70

19. Sandy Halumuan

Saputra 30 57

20. Vira Kholiza Hasan 30 50

JUMLAH 1872 1.390

RATA-RATA 43,74 69,5

Page 66: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

53

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa hasil

belajar pada saat Pretes nilai terbesarnya adalah 60, dan nilai

terkecil adalah 30 dengan jumlah 1872, dan nilai rata-rata

43,74. Sedangkan pada saat Postest, nilai terbesar adalah 83,

dan nilai terkecil adalah 50 dengan jumlah total 1390, dan

nilai rata-rata 69,5. Dengan begitu ketuntasan hasil belajar

dapat dilihat dari hasil postest dengan nilai KKM 70 yang

diperoleh pada siklus I adalah 69,5 hal ini menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan metode Role Playing mengalami

peningkatan. Namun penelitian ini harus dilanjutkan pada

siklus II, karena belum semuanya mencapai ketuntasan hasil

belajar.

d) Tahap Refleksi

Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terdapat

peningkatan hasil belajar siswa. Tetapi, peningkatan tersebut

belum maksimal, sehingga perlu adanya revisi pembelajaran

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil observasi

yang telah dilaksanakan pada siklus I terdapat beberapa kendala

dalam penerapan pembelajaran, diantaranya yaitu:

1) Siswa masih belum terbiasa menerapkan metode

pembelajaran Role Playing.

2) Masih banyak siswa yang kurang mendengarkan dan

memperhatikan ketika penyampaian materi. Untuk

selanjutnya guru harus lebih tegas terhadap siswa,

memperhatikan dan mendengarkan ketika penyampaina

materi.

e) Keputusan Siklus I

Peneliti bersama guru mata pelajaran Fiqih yang bertugas

sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus

Page 67: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

54

mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, tindakan yang

diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian.

Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator

keberhasilan.

Berdasarkan refleksi, siklus I ini dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar siswa belum mencapai KKM yang ditentukan sebesar 70.

Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.

Nilai rata-rata untuk pretest hanya sebesar 43,74, saat postest

nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 69,5. Meskipun

mengalami peningkatan pada saat postest namun masih ada

siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Oleh karena itu

perlu dilakukan tindak lanjut untuk memperoleh hasil belajar

siswa yang diharapkan. Penelitian ini dilanjutkan pada siklus II,

dengan memperbaiki desain pembelajaran, serta guru (Peneliti)

harus lebih berinteraksi dan membimbing siswa lebih baik lagi

dalam proses belajar.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a) Tahap Perencanaan

Kegiatan pada siklus II, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal

10 Oktober 2017 membahas materi tentang “Shalat Berjamaah”.

Perencanaan yang akan dilaksannakan pada siklus II

berdasarkan refleksi siklus I.

b) Tahap Pelaksanaan

Tahap dalam pelaksanaan pada siklus II sebenarnya sama saja

pada tahap pelaksanaan siklus I, hanya saja materi yang dibahas

berbeda. Pada siklus II materi yang dibahas tentang shalat

berjamaah. Namun dalam siklus II ini sudah terlihat perbaikan-

perbaikan dari siklus I.

Page 68: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

55

c) Tahap Observasi

1) Catatan Lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran

pada saat siklus II berlangsung dengan menggunakan metode

Role Playing, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:

Saat pembelajaran berlangsung suasana kelas sudah kondusif,

hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dan merasa

nyaman dengan pembelajaran Fiqih Ibadah di kelas dengan

menggunakan metode Role Playing. Semua siswa bergantian

dalam memerankan praktek shalat, seluruh siswa terlihat aktif

dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2) Wawancara

Berdasarkan catatan lapangan pada siklus II dapat diketahui bahwa

tindakan yang diberikan dengan menerapkan metode Role Playing

pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Suasana

pembelajaran dengan menerapkan metode Role Playing sudah

optimal. Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami langkah-

langkah metode pembelajaran Role Playing secara utuh, sehingga

dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.

Setelah pelaksanaan siklus II selesai, dilakukan wawancara

diluar kelas. Sama pada halnya siklus I. Wawancara

dilakukan kepada dua orang siswa. Pencatatan dilakukan oleh

peneliti dengan mewawancarai perwakilan dari siswa yang

lainnya.

a) Siswa sudah dapat dengan mudah menerapkan metode

pembelajaran Role Playing, meskupun awalnya masih

membingungkan menurut siswa, tetapi siswa merasa

senang karena ada metode belajar baru yang belum pernah

mereka dapatkan sebelumnya.

Page 69: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

56

b) Sebagian besar siswa senang dapat memerankan peranan

yang mereka dapat sehingga dapat mempraktekkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, dapat diketahui bahwa

siswa mulai terbiasa dan menyukai metode pembelajaran Role

Playing.

3) Hasil Belajar

Berdasarkan hasil tes (Pretest dan Postest) tentang shalat

berjamaah yang diperoleh pada siklus II, dengan jumlah siswa

20 orang dalam satu kelas. Data nilai pretest diperoleh dari

hasil tes sebelum siswa mempelajari materi tersebut dan

belum diterapkannya metode Role Playing, serta nilai postest

diperoleh dari hasil belajar siswa setelah diterapkannya

metode Role Playing.

Table 4.2

Siklus II

NO NAMA PRETEST POSTEST

1. Adinda Larasati 58 70

2. Ahmad Zeni Muslim 60 80

3. Akrom Damawi 49 77

4. Alwi Misbah R 50 80

5. Ayu Windasari 45 80

6. Bagus Sajiwo 40 70

7. Dea Damayanti 39 77

8. Egy Pratama Mas Putra 47 73

9. Khofifah 50 77

10. Muhammad Fauzi 48 73

Page 70: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

57

11. Muhammad Hugi 56 80

12. Muhammad Rifa’i 46 80

13. Nila Zafiratun Nisa 45 73

14. Putri Aprianti 50 80

15. Renaldi 47 70

16. Ria Wulandari 50 70

17. Riska Widya Utami 45 80

18. Rivani Saskiya 50 80

19. Sandy Halumuan Saputra 45 70

20. Vira Kholiza Hasan 50 80

JUMLAH 970 1520

RATA-RATA 48,5 76,0

Berdasarkan table 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa hasil belajar pada

saat Pretest nilai terbesarnya adalah 60, dan nilai terkecil adalah 39

dengan jumlah total 970 dengan nilai rata-rata 48,5. Sedangkan pada

saat Postest, nilai terbesar adalah 80, dan nilai terkecil adalah 70

dengan jumlah total 1520, dengan rata-rata 76,0. Dengan begitu

ketuntasan hasil belajar dapat dilihat dapat dilihat dari hasil Postest

dengan nilai KKM diatas 70 yang diperoleh pada siklus II adalah

76,0, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode Role Playing mengalami peningkatan.

d) Tahap Refleksi

Berdasarkan pengamatan selama penelitian siklus II

diperoleh keterangan bahwa pembelajaran Fiqih Ibadah di kelas

VII sudah mulai efektif. Siswa mulai terbiasa menggunakan

metode Role Playing. Siswa sepertinya lebih aktif saat proses

pembelajaran sehingga menciptakan keadaan pembelajaraan

yang lebih efektif dibandingkan dengan siklus I.

Page 71: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

58

Nilai rata-rata untuk Pretest siklus II (48,5) lebih meningkat

dibandingkan Pretest siklus I yang hanya sebesar 43,74. Setelah

dilakukan Postest pun nilai rata-rata Postest siklus II lebih tinggi

dibandingkan nilai Postest siklus I.

Seluruh siswa sudah memperoleh nilai standar KKM atau dapat

dikatakan keberhasilan mencapai 100%.

e) Keputusan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh dari hasil

belajar dan aktivitas belajar siswa juga respon siswa yang positif

tentang metode yang digunakan dalam belajar yaitu metode Role

Playing. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman dan

kemampuan siswa dalam memahami materi hukum islam

tentang Ibadah Shalat sudah mencapai kriteria yang diharapkan.

Hasil dari siklus II mencapai KKM, berarti tindakan sudah dapat

dihentikan dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan observasi peneliti sebelum

menerapkan metode Role Playing, berbagai masalah dalam

pembelajaran Fiqih Ibadah siswa kelas VII MTs Assa’adatain Serua

diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

adalah ceramah sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. Siswa

terlihat pasif karena siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran,

hal inilah yang membuat siswa kurang aktif dan membuat hasil

belajar mereka juga menurun.

Saat melakukan metode Role Playing di dalam proses

pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I telah berpusat pada

siswa, siswa lebih aktif dibandingkan guru. Metode Role Playinng

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat terlihat

pada nilai Pretest dan Postest pada siklus 1 dengan nilai rata-rata

Page 72: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

59

Pretest 43.74 mengalami peningkatan sebesar 48,5. Pada saat Postest

namun masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.

Sehingga dilanjutkan pada siklus II dengan perolehan nilai rata-rata

Pretest 48,5, yang kemudian juga mengalami peningkatan pada saat

Postest dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 76,0.

Setelah diterapkannya siklus I dan siklus II dapat dilihat ternyata

dengan diterapkannya metode Role Playing hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Fiqih Ibadah mengalami peningkatan dibandingkan

dengan sebelumnya, karena dengan menggunkan metode ini tiap

siswa dapat belajar lebih aktif.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam

penelitian seperti:

1. Penelitian ini hanya ditunjukkan pada pelajaran Fiqih pada pokok

bahasan Fiqih Ibadah tentang Shalat, sehingga belum bisa

digeneralisir pada pokok bahasan lain.

2. Kondisi siswa sempat bingung dengan proses pembelajaran

menggunakan metode Role Playing, karena siswa belum terbiasa

dengan pembelajaraan seperti itu.

3. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan kesiapan dan

pengaturan kelas yang baik.

4. Kontrol terhadap subjek penelitian hanya meliputi dua variable,

metode pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

Page 73: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan

bahwaPelaksanaan metode Role Playing cukup berhasil dengan baik,

hal tersebut ditunjukan bahwa:

1. Nilai siswa cenderung naik jika dilihat sesudah diterapkannya

metode ini. Hal ini terbukti siklus I saat pretes dengan jumlah

1872, dan nilai rata-rata 43,74. Sedangkan saat postest dengan

jumlah 1390, dan nilai rata-rata 69,5. Lalu siklus II saat pretes

dengan jumlah 970, dan nilai rata-rata 48,5. Sedangkan saat

postest dengan jumlah total 1520, dan nilai rata-rata 76,0.

2. Sesudah diterapkannya metode Role Playing ini siswa lebih

memahami penjelasan dari gurunya dan merasa senang.

B. Saran-saran

1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode Role Playing yang

dilaksanakan di MTs Assa’adatain Serua, hendaknya siswa diberi

rangkuman atau catatan tentang materi yang akan dibahas.

2. Siswa membutuhkan perhatian yang serius dari guru agar mereka

dapat belajar dengan aktif, apabila dalam mmahami pengetahuan

Agama yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, bukan

pengalaman empiris.

3. Hendaknya guru Fiqih terlibat langsung dengan siswa dalam upaya

menciptakan proses pembelajaran. Sehingga dapat memotivasi

belajar pada siswa agar siswa semangat dalam belajar Fiqih.

4. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih

banyak lagi berkenaan dengan materi Fiqih. Sehingga siswa tidak

kesulitan mencari sumber literartur yang lain.

Page 74: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu., dan Nabuko Cholid., Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi

Aksara, 2004.

Am, Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Grafindo

Persada, 2004

Asra dan Sumanti, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009.

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Dirman, Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2014.

Djaramah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar, Bandung: Rineka Cipta, 1999.

Dwitagama, Dedi., dan Kusuma Wijaya, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,

Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.

Hamalik, Oemar., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.

-----, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006.

Haris, Abdul., dan Jihad Asep, Evaluasi Pembelajaran, Yogjakarta: Multi

Presindo, 2010.

Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Gaung Persada Press, 2011.

Kementrian Agama RI, Fikih Kelas VII, Klaten: Al-Ahyar

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan

Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2010.

Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013.

Mudjiono, dan Dimyati., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Nata, Abuddin, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

1999.

Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia, 2013.

Page 75: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Silberman L Melvin, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009.

Siregar, Evelin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Galia Indonesia, 2011.

Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2013.

Suhana, Cucu, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Retika Aditama,

2014.

Suherman, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Jakarta: UIN, 2008.

Suryadi, dan Suryana Asep., Pengelolaan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam, 2009.

Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1995.

-----, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011.

Riyanto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-progsesif, Jakarta: Kencana

Prenada Group, 2009.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bandung: Citra

Umbara, 2008.

Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung

Persada Press, 2007.

Zain, Lukman, Pembelajaran Fikih, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam

Departemen RI, 2009.

Page 76: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Hasil Skor Pretest Siklus I

Skor Pre Test Siklus I

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA PRETEST KETERANGAN

1. Adinda Larasati 53 Tidak Lulus

2. Ahmad Zeni Muslim 60 Tidak Lulus

3. Akrom Damawi 57 Tidak Lulus

4. Alwi Misbah R 47 Tidak Lulus

5. Ayu Windasari 50 Tidak Lulus

6. Bagus Sajiwo 47 Tidak Lulus

7. Dea Damayanti 30 Tidak Lulus

8. Egy Pratama Mas Putra 50 Tidak Lulus

9. Khofifah 47 Tidak Lulus

10. Muhammad Fauzi 40 Tidak Lulus

11. Muhammad Hugi 40 Tidak Lulus

12. Muhammad Rifa’i 40 Tidak Lulus

13. Nila Zafiratun Nisa 47 Tidak Lulus

14. Putri Aprianti 40 Tidak Lulus

15. Renaldi 33 Tidak Lulus

16. Ria Wulandari 40 Tidak Lulus

17. Riska Widya Utami 47 Tidak Lulus

18. Rivani Saskiya 37 Tidak Lulus

19. Sandy Halumuan Saputra 30 Tidak Lulus

20. Vira Kholiza Hasan 30 Tidak Lulus

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Page 77: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Hasil Skor Postest Siklus I

Skor Pos Test Siklus I

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA POSTEST KETERANGAN

1. Adinda Larasati 83 Lulus

2. Ahmad Zeni Muslim 77 Lulus

3. Akrom Damawi 73 Lulus

4. Alwi Misbah R 77 Lulus

5. Ayu Windasari 70 Lulus

6. Bagus Sajiwo 70 Lulus

7. Dea Damayanti 70 Lulus

8. Egy Pratama Mas Putra 77 Lulus

9. Khofifah 80 Lulus

10. Muhammad Fauzi 73 Lulus

11. Muhammad Hugi 70 Lulus

12. Muhammad Rifa’i 63 Tidak Lulus

13. Nila Zafiratun Nisa 63 Tidak Lulus

14. Putri Aprianti 63 Tidak Lulus

15. Renaldi 70 Lulus

16. Ria Wulandari 73 Lulus

17. Riska Widya Utami 57 Tidak Lulus

18. Rivani Saskiya 70 Lulus

19. Sandy Halumuan Saputra 57 Tidak Lulus

20. Vira Kholiza Hasan 50 Tidak Lulus

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Page 78: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Table 4.1

Siklus 1

NO NAMA PRETEST POSTEST

1. Adinda Larasati 53 83

2. Ahmad Zeni Muslim 60 77

3. Akrom Damawi 57 73

4. Alwi Misbah R 47 77

5. Ayu Windasari 50 70

6. Bagus Sajiwo 47 70

7. Dea Damayanti 30 70

8. Egy Pratama Mas Putra 50 77

9. Khofifah 47 80

10. Muhammad Fauzi 40 73

11. Muhammad Hugi 40 70

12. Muhammad Rifa’i 40 63

13. Nila Zafiratun Nisa 47 63

14. Putri Aprianti 40 63

15. Renaldi 33 70

16. Ria Wulandari 40 73

17. Riska Widya Utami 47 57

18. Rivani Saskiya 37 70

19. Sandy Halumuan Saputra 30 57

20. Vira Kholiza Hasan 30 50

JUMLAH 1872 1.390

RATA-RATA 43,74 69,5

Page 79: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Soal Pretest dan Postest

Siklus I

Nama :

Kelas :

Beri tanda silang (x) pada jawaban yang paling tepat !

1. Shalat secara bahasa artinya….

a. Doa c. Dzikir

b. Sujud d. Mengingat

2. Perintah untuk mendirikan shalat terdapat dalam Al-Quran surat

Al Ankabut ayat…

a. 40 c. 43

b. 42 d. 45

3. Duduk diantara dua sujud disebut duduk…

a. Tawarruq c. Biasa

b. Iftirosy d. Tabbayun

4. Membaca surat atau ayat AL-Quran dalam shalat hukumnya…

a. Wajib c. Sunah

b. Makruh d. Mubah

5. Jumlah rakaat keseluruhan shalat dalam sehari semalam adalah…

a. 15 c. 17

b. 16 d. 18

6. Dibawah inimerupakan sunah-sunah ab’ad, kecuali…

a. Tasyahud awal c. Membaca iftitah

Page 80: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

b. Membaca shalawat Nabi d. Membaca

shalawat di awal

7. Berikut ini shalat wajib yang empat rakaat, kecuali…

a. Ashar c. Dzhuhur

b. maghrib d. Isya

8. dibawah ini yang tidak membatalkan shalat adalah…

a. khusyu c. Berbah niat

b. Terkena najis d. Berbicara

9. Lafal bacaan iftitah dibaca setelah…

a. Rukuk c. Sujud

b. Salam d. Takbiratul ihram

10. Kelak di akhirat amalan pertama kali dihisab adalah…

a. Haji c. Puasa

b. Zakat d. Shalat

Kunci jawaban

1. A

2. D

3. B

4. C

5. C

6. C

7. B

8. A

9. D

10. D

Page 81: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Hasil Skor Pra Penelitian Kelas VII

Skor Pretest Siklus II

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA PRETEST KETERANGAN

1. Adinda Larasati 58 Tidak Lulus

2. Ahmad Zeni Muslim 60 Tidak Lulus

3. Akrom Damawi 49 Tidak Lulus

4. Alwi Misbah R 50 Tidak Lulus

5. Ayu Windasari 45 Tidak Lulus

6. Bagus Sajiwo 40 Tidak Lulus

7. Dea Damayanti 39 Tidak Lulus

8. Egy Pratama Mas Putra 47 Tidak Lulus

9. Khofifah 50 Tidak Lulus

10. Muhammad Fauzi 48 Tidak Lulus

11. Muhammad Hugi 56 Tidak Lulus

12. Muhammad Rifa’i 46 Tidak Lulus

13. Nila Zafiratun Nisa 45 Tidak Lulus

14. Putri Aprianti 50 Tidak Lulus

15. Renaldi 47 Tidak Lulus

16. Ria Wulandari 50 Tidak Lulus

17. Riska Widya Utami 45 Tidak Lulus

18. Rivani Saskiya 50 Tidak Lulus

19. Sandy Halumuan Saputra 45 Tidak Lulus

20. Vira Kholiza Hasan 50 Tidak Lulus

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Page 82: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Hasil Skor Postest Siklus II

Skor Post Test Siklus II

Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII

NO NAMA POSTEST KETERANGAN

1. Adinda Larasati 70 Lulus

2. Ahmad Zeni Muslim 80 Lulus

3. Akrom Damawi 77 Lulus

4. Alwi Misbah R 80 Lulus

5. Ayu Windasari 80 Lulus

6. Bagus Sajiwo 70 Lulus

7. Dea Damayanti 77 Lulus

8. Egy Pratama Mas Putra 73 Lulus

9. Khofifah 77 Lulus

10. Muhammad Fauzi 73 Lulus

11. Muhammad Hugi 80 Lulus

12. Muhammad Rifa’i 80 Lulus

13. Nila Zafiratun Nisa 73 Lulus

14. Putri Aprianti 80 Lulus

15. Renaldi 70 Lulus

16. Ria Wulandari 70 Lulus

17. Riska Widya Utami 80 Lulus

18. Rivani Saskiya 80 Lulus

19. Sandy Halumuan Saputra 70 Lulus

20. Vira Kholiza Hasan 80 Lulus

Keterangan :

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 70

Page 83: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

Table 4.2

Siklus II

NO NAMA PRETEST POSTEST

1. Adinda Larasati 58 70

2. Ahmad Zeni Muslim 60 80

3. Akrom Damawi 49 77

4. Alwi Misbah R 50 80

5. Ayu Windasari 45 80

6. Bagus Sajiwo 40 70

7. Dea Damayanti 39 77

8. Egy Pratama Mas Putra 47 73

9. Khofifah 50 77

10. Muhammad Fauzi 48 73

11. Muhammad Hugi 56 80

12. Muhammad Rifa’i 46 80

13. Nila Zafiratun Nisa 45 73

14. Putri Aprianti 50 80

15. Renaldi 47 70

16. Ria Wulandari 50 70

17. Riska Widya Utami 45 80

18. Rivani Saskiya 50 80

19. Sandy Halumuan Saputra 45 70

20. Vira Kholiza Hasan 50 80

JUMLAH 970 1520

RATA-RATA 48,5 76,0

Page 84: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

CATATAN LAPANGAN SIKLUS 1

Tempat Penelitian : MTs Assa’adatain Serua

Hari/Tanggal : Selasa, 26 September 2017

Materi : Shalat lima waktu

Siklus : 1

A. Proses Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretest dan

postest. Jumlah soal sebanyak 10 butir jenis pilihan ganda masing-

masing pada soal pretest dan postest. Tes berlangsung selama 10 menit

baik pretest maupun postest dan diikuti oleh 20 siswa. Kemudian

dilanjutkan dengan menggunakan Role Playing.

B. Aktivitas Guru (Peneliti)

Sebelum pelajaran dimulai, guru (Peneliti) memberikan apersepsi,

guru (peneliti) menunjuk siswa untuk memerankan peranan yang guru

berikan, lalu guru menjelaskan materi serta melakukan evaluasi

pembelajaran.

C. Aktivitas Siswa

Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaraan Role Playing.

Ketika melakukan peranan masing-masing masih banyak siswa yang

bingung dan kurang mengerti. Hanya beberapa siswa saja yang aktif.

Setelah selesai setiap siswa melakukan evaluasi sebagai perbaikan

pada pembelajaran berikutnya.

Page 85: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

CATATAN LAPANGAN SIKLUS II

Tempat Penelitian : MTs Assa’adatain Serua

Hari/Tanggal : Selasa, 10 Oktober 2017

Materi : Shalat Berjamaah

Siklus : II

A. Proses Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran diawali dengan melaksanakan pretest dan

postest. Jumlah soal sebanyak 10 butir jenis pilihan ganda masing-

masing pada soal pretest dan postest. Tes berlangsung selama 10

menit baik pretest maupun postest dan diikuti oleh 20 siswa.

Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode Role Playing.

B. Aktivitas Guru (Peneliti)

Sebelum pelajaran dimulai, guru (Peneliti) memberikan apersepsi,

guru (peneliti) menunjuk siswa untuk memerankan peranan yang

guru berikan, lalu guru menjelaskan materi serta melakukan evaluasi

pembelajaran.

C. Aktivitas Siswa

Siswa sudah mulai terbiasa dengan metode Role Playing. Saat

memerankan yg diberikan oleh guru siswa sudah banyak mengerti

dan paham dengan metode ini. Banyak siswa yang bertanya saat

melaksanakan pembelajaraan. Setelah selesai, siswa melakukan

evaluasi sebelum melaksanakan postest.

Page 86: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

WAWANCARA PRA PENELITIAN DENGAN SISWA MTS

ASSA’ADATAIN

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana pendapatmu

tentang pembelajaran Fiqih

Ibadah di kelas ?

Pembelajaran fiqih Ibadah materinta

bagus, tentang ibadah sehari-hari.

2. Apakah kamu senang

dengan pembelajaran Fiqih

Ibadah ?

Ya cukup menyenangkan, tapi kadang

biasa saja.

3. Apakah kamu puas dengan

nilai Fiqih Ibadah yang

kamu peroleh ?

Kurang puas, dan akan coba lagi

dengan belajar yang sungguh-

sungguh.

4. Bagaimana pendapatmu

tentang cara guru mengajar

Fiqih Ibadah ?

Santai,, asyik dan tidak menakutkan.

5. Apakah kamu dapat

memahami materi yang

dijelaskan oleh gurumu ?

Dapat memahami materi, karena

gurunya pun menjelaskan dengan

sangat santai dan tidak terburu-buru.

6. Apakah kamu sudah

mengetahui tentang metode

pembelajaraan Role Playing

?

Pelum pernah dan tidak mengetahui

sebelumnya.

7. Apakah menurutmu

pelajaran Fiqih Ibadah

membosankan ?

Kadang ada materi yang

membosankan, tetapi kadang ada juga

materi yang menyengankan.

Mengetahui

Responden Peneliti

Adinda Larasati Vicky Kurniawati

Page 87: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

WAWANCARA PRA PENELITIAN DENGAN GURU FIQIH MTS

ASSA’ADATAIN

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana dengan nilai

hasil belajar Fiqih Ibadah di

kelas yang bapak ajarkan ?

Nilai hasil belajar siswa sebagian

besar masih standar KKM tetapi

ada juga yang masih di bawah

KKM.

2. Apa yang akan bapak

lakukan apabila ada salah

satu siswa yang nilainya

kurang bagus ?

Mengadakan remedial, dengan

memberikan tugas-tugas tambahan.

3. Apakah menurut bapak

siswa menyukai mata

pelajaran Fiqih Ibadah ?

Saya tidak bisa mengatakan itu,

tergantung kepada kepribadian

siswa dan itu tergantung pada guru

yang mengajarkannya juga.

4. Metode apa yang bapak

terapkan dalam

pembelajaran Fiqih Ibadah ?

Macam-macam, contohnya metode

ceramah pemberian tugas, atau

metode pembelajaran yang sudah

diterapkan.

5. Apakah model pembelajaran

Seeing How It Is pernah

bapak terapkan pada proses

pembelajaran Fiqih Ibadah ?

Belum pernah.

Mengetahui

Responden Peneliti

H. Nahrawi, Lc Vicky Kurniawati

Page 88: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

DAFTAR GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MTS

ASSA’ADATAIN

No Nama Sekolah

Jenis

Kelamin Jabatan

Pendidikan

Terakhir Mata pelajaran

L P NIP

1 H. Nahrawi, Lc L

Wakepsek/Guru S1 Bahasa Arab/

Fiqih

2 Drs. Syamsuddin L

Guru S1 IPS

3 A. Royani, S.Pd L

Wakabid

Kesiswaan/Guru S1 IPA

4 Aliyah, S.Ag

P Guru S1 Bahasa inggris

5 Cecep Solahudin, S.Pd.I L

Wakabid

Kesiswaan/Guru S1 SKI

6 Atiyah, S.Pd

P Administrasi/guru S1 Bahasa Sunda

7 Nurdin, S.Ag L

Wakabid Sapras/guru S1 Kewaranegaraan

8 Juju Widiawati, S.Pd

P Wakabid

Kurikulum/Guru S1 Seni Budaya

9 Ahmad Hubairi, S.Sos.I L

Pemb. Osis/guru S1 Aqidah Akhlak

10 Amelia, S.Pd.I

P Guru S1 Bahasa

Indonesia/Qurdits

11 Melyndha, S.Pd

P Guru S1 Kewarganegaraan

12 M. Syahril Akbar L

Guru SMA TIK

13 Afif Miftahudin L

Guru SM BTQ/Penjaskes

Jumlah L / P 8 5

JumlahSeluruhnya 13

Page 89: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

DATA SISWA MTS ASSA’ADATAIN

No Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX JUMLAH

L P JML L P JML L P JML L P JML

1. 2014/2015 38 32 70 23 25 48 32 32 65 93 89 135

2. 2015/2016 35 32 67 36 30 66 22 24 46 93 86 117

3. 2016/2017 36 50 86 35 30 65 36 27 63 107 107 252

Page 90: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

SARANA DAN PRASARANA MTS ASSA’ADATAIN

No

Jenis Ruangan

Jumlah Luas

Bangunan

M2

Ket Milik Menumpang

1. Ruang Belajar 6 -

2. Laboratorium - -

3. Perpustakaan 1 -

4. Ruang Kepala Sekolah 1 -

5. Ruang Guru 1 -

6. Ruang TU 1 -

7. Ruang Audio Visual - -

8. Ruang BK - -

9. Ruang OSIS 1 -

10. Ruang UKS -

11. Kantin 1

12. WC Guru -

13. WC Siswa 2

14. Ruang Ibadah 1

15. Ruang Koprasi 1

Page 91: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …

FOTO PENELITIAN

Page 92: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 93: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 94: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 95: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 96: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 97: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 98: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …
Page 99: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH IBADAH …