upaya guru pendidikan agama islam (pai) mengatasi...
TRANSCRIPT
i
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS
VIII DI SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN AJARAN
2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Niktan’ Nissa Mitza Gallish
NIM. 23010150015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS
VIII DI SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN AJARAN
2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Niktan’ Nissa Mitza Gallish
NIM. 23010150015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
يا أي ها الذين آمنوا اصبروا وصابروا ورابطوا وات قوا الله لعلكم ت ل وو
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung.
(QS. Ali „Imran: 200)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibuku tersayang, Bp. Nasori dan Ibu Yayas Setiya Purwaningsih
yang selalu membimbingku, memberikan nasehat, dan mendoakanku tanpa
henti.
2. Adikku, Lafzhi‟ Haq Manzil Gallish yang selalu menghiburku dan memberi
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Skripsiku, Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
proses skripsi ini.
4. Sahabat-sahabatku, Alm. Thuthut Riyana S, Sri Ulfatul Ummah, Chusnu
Ainin N, Umi Maghfiroh, kelas A dan teman-teman PAI angkatan 2015 yang
selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi dan doanya dalam
menempuh gelar sarjana ini.
5. Keluarga besar PPL IAIN Salatiga SMP Negeri 2 Tengaran tahun 2018, Ayu
Surya Nensy (Nensay), Kufa Adilah (beb Kuf), Yustita Amalia Eca (mbak
Yus), Mala Ilma Auliyak (Malaikat), Yunita Sari (Bu Yun), Amalia Ullayya
(biduan PPL), Muhamad Hilmi (Pak mancung), M. Agus Bastian (Malika),
A. Khoirurroziq (Si mlipir), kak Sendy Dwy (Bapak PPL), dan kak Sigit
Hermawan (Pak kumis), disaat susah dan senang selalu ditanggung bersama,
hingga terjalin ikatan kluarga Jamaah Rasan-rasan, yang selalu
menyemangati, menghibur dan memberikan doa serta motivasinya dalam
menempuh gelar sarjana ini bisa tercapai.
6. Terimakasih kepada Tim KKN desa Tempak dan Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandi yang telah memberikan pengalaman sangat berharga.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. yang selalu kita nanti syafa‟atnya. Penulis menyadari
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan bantuan telah
banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku rector IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Guntur Cahyono, M.Pd. yang telah
membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah membekali ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
x
Penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, serta para
pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 11 Juli 2019
Niktan‟ Nissa M.G
NIM: 23010-15-0015
xi
ABSTRAK
Gallish, Niktan‟ Nissa Mitza. 2019. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran
2018/2019. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si
Kata Kunci: Upaya guru, keulitan belajar, dan pembelajaran PAI
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) untuk
mengetahui penyebab kesulitan belajar pada pembelajaran PAI, (2) bagaimana
upaya guru pendidikan agama Islam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam
pembelajaran PAI, (3) serta pendukung dan penghambat guru mengatasi kesulitan
belajar siswa dalam pembelajaran PAI pada siswa di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 6 Salatiga.
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research), pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan mengadakan wawancara, observasi, dan dokumntasi. Keabsahan data
diperoleh melalui triangulasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi
data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, penyebab kesulitan belajar
siswa dari interen yaitu pemahaman siswa yang kurang, minat siswa yang kurang,
kurang dapat memanfaatkan waktu untuk belajar, kurang motivasi. Sedang
eksternal mengajar guru yang kurang dapat menggunakan metode yang tepat,
kurang perhatian orang tua, media massa, teman-teman yang kurang mendukung
siswa. Kedua, upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa yaitu: (1) memanfaatkan teknologi, (2) menjadi fasilitator, (3)
menjadi teladan yang baik, (4) pembelajaran yang menyenangkan, (5)
memberikan motivasi. Ketiga, pendukung dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa yaitu sarana dan prasarana yang lengkap, dan suasana yang membuat
nyaman siswa juga menjadi salah satu pendukung dalam proses pembelajaran
selama di sekolah. Sedangkan penghambat untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa minat siswa yang lemah, dan Orang tua yang kurang mendukung siswa
terutama dalam hal belajar agama Islam.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ...............................................................................i
LEMBAR BERLOGO IAIN...................................................................................ii
HALAMAN SAMPUL DALAM...........................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..................................vi
MOTO...................................................................................................................vii
PERSEMBAHAN................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
ABSTRAK.............................................................................................................xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Fokus Penelitian ...............................................................................................8
C. Rumusan Masalah.............................................................................................8
D. Tujuan Penelitian..............................................................................................9
E. Manfaat Penelitian............................................................................................9
xiii
F. Penegasan Istilah.............................................................................................10
G. Sistematika Penulisan.....................................................................................14
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori...............................................................................................16
1. Guru PAI.................................................................................................16
a. Pengertian Guru PAI........................................................................16
b. Fungsi dan Tugas Guru PAI.............................................................17
c. Syarat-syarat Umum Seorang Guru PAI..........................................23
d. Kompetensi Guru.............................................................................25
2. Pembelajaran PAI...................................................................................32
3. Kesulitan Belajar....................................................................................38
a. Pengertian Kesulitan Belajar...........................................................38
b. Macam-macam Kesulitan Belajar...................................................38
c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.................................................41
d. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar................................................50
B. Kajian Pustaka...............................................................................................54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..............................................................................................58
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................59
C. Sumber Data..................................................................................................59
D. Prosedur Pengumpulan Data.........................................................................60
E. Analisis Data.................................................................................................62
xiv
F. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................................64
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data..................................................................................................66
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 6 Salatiga............................................66
2. Letak Geografis SMP Negeri 6 Salatiga................................................67
3. Visi dan Misi SMP Negeri 6 Salatiga....................................................68
4. Keadaan Bangunan SMP Negeri 6 Salatiga...........................................69
5. Daftar Guru Mata Pelajaran....................................................................71
6. Daftar Informan......................................................................................72
7. Temuan Penelitian..................................................................................72
B. Analisis Data................................................................................................108
1. Penyebab siswa di SMP Negeri 6 Salatiga mengalami kesulitan
Belajar pada pembelajaran PAI.............................................................108
2. Upaya guru PAI di SMP Negeri 6 Salatiga menghadapi kesulitan
belajar siswa didalam kelas selama pembelajaran PAI.....................117
3. Faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 6
Salatiga……………………………………………………………….127
BAB V PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................................134
B. Saran............................................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Ruangan SMP Negeri 6 Salatiga.......................................................70
Table 4.2 Daftar Guru Mata Pelajaran SMP Negeri 6 Salatiga.......................71
Table 4.3 Daftar Informan SMP Negeri 6 Salatiga...........................................72
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Pernyataan Selesai Penelitian
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Hasil Wawancara
Lampiran 7 RPP
Lampiran 8 Daftar Nilai Tengah Semester 2 kelas VIII G
Lampiran 9 Dokumntasi
Lampiran 10 Daftar Nilai SKK
Lampiran 11 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah key term, „istilah kunci‟ yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar
memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan mereka. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenjang
pendidikan. Hal ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri (Muhibbin, 2017:63).
Bagi umat Islam, tentunya pendidikan agama wajib diikutinya.
Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti
nafsu yang murka, dan menjaga mereka suapaya tidak jatuh kelembah
kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya
melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan ke surga. Sebab itu, mereka
patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman
sejawatnya, dan bangsanya, berdasarkan cinta mencintai, tolong menolong
dan nasehat menasehati (Masduki, 2016: 65).
Dalam hal ini, pendidikan agama Islam mempunyai tujuan kurikuler
yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana
2
yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003, yaitu:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam
mewujudkan harapan setiap orang tua dan masyarakat, serta untuk
membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan
agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-
baiknya (Abdul, 2014: 23).
Aktivitas belajar (akademik) siswa di sekolah diharapkan dapat
belajar dengan baik, artinya tiap peserta didik yang mengikuti atau
mempelajari pelajaran-pelajaran tertentu (yang telah dikurikulumkan)
diharapkan dapat berhasil dalam mengikutinya, minimal para peserta didik
mampu lulus dari standar pembelajaran yang dirumuskan. Keberhasilan
belajar peserta didik di sekolah tidak terlepas dari peran guru mata
pelajaran dalam mengajar. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor yakni internal (intelegensi, bakat, minat, kepribadian/ emosi)
dan eksternal (sarana dan prasarana sekolah, dukungan dari guru,
dukungan dari keluarga, masyarakat dan lainnya). Guru mata pelajaran
merupakan faktor eksternal yang amat penting dalam mendukung
keberhasilan belajar siswa, karena guru mata pelajaran berperan sebagai
3
fasilitator langsung dalam mengajar peserta didik di sekolah (Yuni,
2016:12).
Guru memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar atau
mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,
melalui lembaga pendidikan sekolah (Suparian, 2006: 10). Guru juga
berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
pada anak didik dalam dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar
mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah (Muhamad, 2010: 128).
لو عليهم آياته هم ي ت يين رسولا من هو الذي ب عث ف الأم
يهم وي علمهم الكتاب والكمة وإن كانوا من ق بل لفي ضلال وي زك
بين ممArtinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
(As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata” (QS. Al-Jumu‟ah: 2)
Tugas seorang guru sangat berat, yang tidak saja melibatkan
kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan efektif dan psikomotorik.
Pendidik berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Selain itu, pendidik juga
mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu
pendidikan serta memberi teladan. Tugas guru adalah mendidik yang mana
4
sebagian dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh dan lain-lain (Sudarto, 2018: 120).
Kedudukan seorang guru dalam Islam dihargai tinggi bila orang
tersebut mengamalkan ilmunya. Tingginya kedudukan guru dalam Islam
merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan ilmu
pengetahuan, dan pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Bagi
yang belajar adalah calon pemimpin masa depan, dan yang mengajar
adalah guru. Tidak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan
tanpa adanya orang yang belajar dan mengajar. Tak terbayangkan
seandainya belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Karena Islam adalah
agama, maka pandangan tentang guru dan kedudukan guru tidak terlepas
dari nilai-nilai Islam (Muhamad, 2010:157). Khususnya untuk tugas guru
agama, disamping harus dapat memberikan pemahaman yang benar
tentang ajaran agama, juga diharapkan dapat membangun jiwa dan
karakter keberagamaan yang dibangun melalui pembelajaran agama
tersebut (Masduki, 2016:88).
Interaksi yang terjadi di dalam belajar mengajar, seorang guru
sebagai pengajar berusaha secara maksimal dengan menggunakan berbagai
keterampilan dan kemampuannya agar anak dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan situasi dimana
agar anak dapat belajar. Pembelajaran dilaksanakan secara sengaja untuk
mengubah dan membimbing siswa dalam mempelajarai sesuatu dari
lingkungan dalam bentuk ilmu pengetahuan untuk mengembangkan
5
kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik menuju kedewasaan siswa
(Irham dan Novan, 2017:132).
Perkembangan anak tidak selalu berjalan dengan baik seperti yang
diharapkan. Akan tetapi, adakalanya lambat atau mungkin berhenti sama
sekali. Dalam situasi ini, anak-anak yang mengalami perkembangan yang
lambat sangat membutuhkan bantuan atau bimbingan. Kaitannya dalam
upaya membantu anak, untuk mengatasi kesulitan atau hambatan yang
dihadapinya dalam perkembangan, terutama seorang guru perlu
memahami keadaan siswanya, baik itu potensi maupun kelemahannya,
masalah dan kesulitan-kesulitan dengan latar belakangnya. Untuk
mencapai kondisi seperti itu, guru perlu mendekati para siswa dengan
menjalin hubungan yang akrab atau bersahabat. Agar nantinya siswa akan
lebih terbuka dan mau mengemukakan segala persoalan dan hambatan
yang dihadapinya. Dengan begitu, guru dapat membantu para siswa dan
memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Apabila masalah tersebut tidak segera ditangani, maka akibatnya
akan lebih serius dan nantinya akan merugikan untuk dirinya maupun
orang disekitarnya. Seperti mengganggu stabilitas sosial maupun
menghambat tujuan pendidikan. Masalah yang sering muncul di sekolah
adalah masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para peserta
didik. Masalah ini merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan
perhatian serius oleh para pendidik atau guru. Hal ini dikarenakan, apabila
6
tidak segera ditangani akan berdampak negatif terhadap siswa itu sendiri
maupun terhadap lingkungannya.
Kesulitan belajar ditandai dengan kegagalan siswa dalam mencapai
tujuan belajar tertentu. Seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan
belajar bila yang bersangkutan menunjukan kegagalan tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajar (Yuni, 2016: 54). Jika dilihat dari
intelegensi siswa ini diprediksi mampu mencapai prestasi yang
semestinya. Namun, kenyataannya tidak sesuai dengan kemampuannya.
Hal ini, karena potensi yang ada pada siswa tersebut tidak dapat
berkembang secara optimal.
Peran seorang guru sangat penting, bukan hanya menyampaikan
materi pada siswanya saja, akan tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan siswanya agar mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu
juga guru memiliki peran sebagai pembimbing siswanya. Dalam upaya
membantu anak yang memiliki kesulitan belajar ini, guru perlu memiliki
pemahaman yang seksama tentang siswanya, baik itu potensi maupun
kelemahan yang dimiliki siswa. Agar tercapai kondisi itu, guru
memerlukan atau memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis
sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efekif dan efisien (Hergio,
2012: 61). Seperti, membina hubungan yang lebih baik dan lebih akrab
dengan siswa. Sehingga siswa dapat terbuka dengan guru akan
permasalahan yang dihadapi siswa dan dengan begitu guru dapat
7
membantu memecahkan masalah atau persoalan yang tengah dihadapi oleh
siswanya.
Salah satu pendidkan formal di kota Salatiga, yakni SMP Negeri 6
Salatiga ini telah menerapkan mata pelajaran Pendidikan Agama islam
dalam kurikulum sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh siswa yang
beragama Islam. Sesuai dengan informasi awal dari guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 6 Salatiga, bahwa
terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam adalah salah satu pelajaran yang diharapkan
dapat memberikan konstribusi kepada siswa untuk mempelajari serta
mempraktekkan ajaran agama Islam yang didalamnya terkandung banyak
nilai-nilai kehidupan. Mata pelajaran pendidikan agama Islam dirasa
sangat perlu, karena di dalam mata pelajaran ini dipelajari tema-tema yang
dapat mengantarkan manusia agar selalu bertaqwa kepada Allah SWT. dan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari agar senantiasa
bahagia dunia dan akhirat. Tentunya sangat disayangkan jika
pembelajaran pendidikan agama Islam siswa mengalami kesulitan belajar.
Melihat berbagai masalah yang muncul terkait dengan tuntutan dunia
pendidikan, kesulitan siswa dalam belajar dan cakupan mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang luas, maka guru adalah salah satu unsur
yang sangat berperan penting dalam keberhasilan siswa untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dengan memberikan motivasi,
8
memberikan solusi, sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka saya berinisiatif untuk
mengkaji lebih dalam permasalahan yang ada pada lembaga tersebut dan
menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul:
“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Mengatasi Kesulitan
Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di
SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019”
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian dalam skripsi ini yaitu:
1. Penelitian ini terfokus pada guru PAI kelas VIII SMP Negeri 6
Salatiga dan dilakukan di kelas VIII G.
2. Penyebab siswa mengalami kesulitan belajar pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Salatiga.
3. Upaya guru PAI mengatasi kesulitan belajar siswa dalam
pembelajaran terutama pelajaran PAI di SMP Negeri 6 Salatiga.
4. Faktor pendukung dan hambatan guru dalam mengatasi kesulitan
belajar pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 6 Salatiga.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas tadi,
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa penyebab siswa di SMP Negeri 6 Salatiga mengalami kesulitan
belajar pada pembelajaran PAI?
9
2. Bagaimana upaya guru PAI di SMP Negeri 6 Salatiga mengatasi
kesulitan belajar siswa didalam kelas selama pembelajaran PAI?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 6
Salatiga?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menjelaskan penyebab siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
mengalami kesulitan belajar pada pembelajaran PAI.
2. Untuk menjelaskan upaya guru PAI di SMP Negeri 6 Salatiga
menghadapi kesulitan belajar siswa didalam kelas selama
pembelajaran PAI.
3. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat guru PAI
dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada pembelajaran PAI di
SMP Negeri 6 Salatiga.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari tujuan penelitian diatas, maka diharapkan mampu
memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para
pembaca dan wawasan tentang upaya guru PAI menghadapi kesulitan
belajar siswa dalam pembelajaran terutama pendidikan agama Islam
atau PAI.
10
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan atau pemikiran bagi guru dalam upaya mengatasi
kesulitan belajar siswa.
b. Bagi Siswa, untuk memberdayakan siswa dalam aktivitas belajar
agar lebih semangat dalam belajar dan lebih termotivasi untuk
meningkatkan hasil belajar.
c. Bagi lembaga sekolah, dari hasil penelitian ini diharapkan mampu
dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk lebih
meningkatkan pemantauan keefektifan pelaksanaan program
bibingan di sekolah.
d. Bagi penuils, penelitan ini digunakan sebagai wahana untuk
berlatih menganalisis permasalahan kesulitan belajar yang terjadi
di lapangan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang kesulitan belajar yang sering dialami oleh
siswa.
F. Penegasan Istilah
Penegasan istilah berguna untuk memperjelas kata-kata atau istilah
yang digunakan dalam penelitian agar terhindar dari kesalah pahaman
penafsiran terhadap sebuah konsep. Adapun istilah-istilah yang terdapat
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
11
1. Guru
Menurut Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa guru adalah orang
yang pernah memberikan ilmu atau kepandaian tertentu kepada
seseorang atau kelompok, sedangkan guru sebagai pendidik adalah
seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara.
Zakiyah Derajat, juga berpendapat guru adalah pendidik
professional, karena secara implementasi ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul di pundak orang tua. Para orang tua tatkala menyerhkan
anaknya ke sekolah, berarti telah melimpahkan pendidikan anaknya
kepada guru (Latifah, 2017: 107-108).
Jadi, yang dimaksud dengan guru adalah orang yang memberikan
ilmu atau kepandaian mengenai pengetahuan yang didapat oleh
seorang guru kepada siswa serta menjadi orang tua pengganti dan
pengawas selama siswa berada di sekolah.
2. Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat
memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati
makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Abdul, 2014:12).
Sedangkan menurut Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama
Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan
12
pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada
generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada
Allah SWT. berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupannya (Abdul, 2014:12).
Jadi, dapat disimpulkan pendidikan agama Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan seorang guru dalam mempersiapkan siswa untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupannya.
3. Pembelajaran
Pembelajaran menurut Sugiono dan Hariyanto, didefinisikan
sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa
menuju proses pendewasaan diri. Pengertian tersebut menekankan
pada proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk
penyampaian materi tidak serta-merta menyampaikan materi, tetapi
lebih pada bagaimana menyampaiakan dan mengambil nilai-nilai dari
materi yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik bermanfaat
untuk mendewasakan siswa (Irham dan Novan, 2017:131).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah
kegiatan guru membimbing siswa dalam menyampaikan materi yang
diajarkan oleh guru untuk dapat dipahami siswa dan nantinya dapat
diamalkan siswa.
13
4. Kesulitan Belajar
Menurut Thursan, kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang
menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu
menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-
tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar (Thursan,
2010:22).
Menurut Muhibbin Syah, kesulitan belajar ini bukan hanya terjadi
pada siswa yang berkemampuan rendah, melainkan juga terjadi pada
siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga
dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal)
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya
kinerja akademik yang tidak sesuai dengan harapan (Muhibbin, 2017:
184).
Sedangkan menurut Lilik Sriyanti, hambatan belajar yang dapat
menjadi sumber kesulitan belajar yang bersumber dari dalam diri anak
anatara lain kurang minat belajar, kurang percaya diri, gangguan
panca indara, penyakit tertentu yang menghambat belajar, terlalu
banyak bekerja sehingga lelah dan kecerdasan yang rendah (Lilik,
2011: 128).
Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kesulitan
belajar adalah siswa yang mengalami hambatan dalam proses belajar
yang menyebabkan siswa tersebut mengalami tercapainya kinerja
akademik yang tidak sesuai dengan harapan. Kesulitan belajar juga
14
dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal), pada
siswa yang berkemampuan rendah, terjadi juga pada siswa yang
berkemampuan tinggi, yang bersumber dari dalam diri anak baik itu
faktor internal dan eksternal.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan tugas
skripsi yang bertujuan untuk memudahkan para pembaca, sehingga secara
sepintas akan dapat menggambarkan isi skripsi. Dengan penelitian ini,
penulisan membuat sistematika sebagai berikut:
BAB I, PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan skripsi.
BAB II, KAJIAN TEORI, mencakup upaya guru PAI yang
meliputi: pengertian guru, fungsi dan tugas guru, syarat-syarat umum
seorang guru PAI dan kompetensi guru, selanjutnya dipaparkan teori
tentang kesulitan belajar yang meliputi: pengertian kesulitan belajar,
macam-macam kesulitan belajar, dan faktor penyebab kesulitan belajar.
BAB III, METODE PENELITIAN, bagian ini memuat tentang
metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi: pendekatan
penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan kebsahan data dan tahap-
tahap penelitian.
15
BAB IV, PAPARAN DAN ANALISIS DATA, pada bab ini
membahas tentang gambaran umum SMP Negeri 6 Salatiga yang terdiri
dari sejarah berdiri, visi dan misi, keadaan geografis, keadaan guru, siswa
dan kariyawan, serta keadaan sarana dan prasarana; kemudian dipaparkan
penyebab kesulitan belajar siswa, upaya guru PAI mengatasi kesulitan
belajar siswa, serta faktor pendukung dan penghambat guru PAI mengatasi
kesulitan belajar siswa.
BAB V, PENUTUP, penutupan memuat kesimpulan, dan saran atau
rekomendasi yang diajukan.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Guru PAI
a. Pengertian Guru PAI
Guru adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Dalam ajaran agama Islam guru adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif,
potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru yang berarti
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Selain itu guru mampu
sebagai makhluk sosial dan makhluk individual yang mandiri
(Latifah, 2017: 21).
Dalam UU pasal 40 Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan tentang hak-hak dan kewajiban
pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut (Suparlan,
2006:59). Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai
17
2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
3) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas
hasil kekayaan intelektual; dan
4) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan diologis;
2) Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan
mutu pendidikan ; dan
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yng diberikan kepadanya.
b. Fungsi dan Tugas Guru PAI
Selain sebagai actor utama kesuksesan pendidikan yang
dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru, antara
lain:
1) Educator (Pendidik)
Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai
dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai
seorang pendidik, ilmu adalah syarat utama. Memebaca, menulis,
berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsive terhadap masalah
kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas guru.
18
2) Leader (Pemimpin)
Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa
menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju
tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang
pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, dan menghindari cara-
cara kekerasan. Sebagai seorang pemimpin, guru juga harus padai
membaca potensi anak didiknya yang beragam dan mampu
menggunakan multi pendekatan dalam mengajar demi
menyesuaikan potensi dan spesifikasi yang beragam dari murid-
muridnya. Senantiasa memberikan teladan yang baik kepada
murid-muridnya.
3) Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Guru
sebagai fasilitator setidaknya memiliki tujuh sikap sebagai berikut:
a) Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya
atau kurang terbuka.
b) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang
aspirasi dan perasaannya.
c) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan
kreatif, bahkan yang sulit sekalipun.
d) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan
peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran.
19
e) Dapat menerima komentar balik, baik yang bersifat positif
maupun negatif
4) Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik
bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun
kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya (Jamal,
2009:39).
Motivasai dapat muncul dalam diri seseorang apabila ada
stimulasi dari luar walaupun pada dasarnyamotivasi berasal dari
dalam diri, yang dapat dilihat dalam bentuk aktivitas. Di dalam
proses belajar, salah satu peran guru yang terpenting adalah
melakukan usaha-usaha dan menciptakan kondisi yang
mengarahkan anak didik melakuakn kegiatan membaca yang baik.
Guru perlu memperlihatkan sikap yang mampu mendorong anak
didik untuk aktif belajar secara sungguh-sungguh. Proses
pemeblajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga
terbentuk prilaku belajar siswa yang efektif (Kompri, 2015:241-
242). Berikut beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar siswa:
20
a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah
mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan
pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar
yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar
mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan
semakin kuat motivasi belajar siswa. oleh sebab itu, sebelum
proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan
terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para
siswapun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama
merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk
mencapainya.
b) Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka
memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan
minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam
mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa,
diantaranya:
1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan
kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia
dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk
21
kehidupannya. Dengan demikian guru perlu menjelaskan
keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
2) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan
kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk
dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman
siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang
terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat
menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal,
dan kegagalan itu dapat menumbunuh minat siswa untuk
belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia
mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
3) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara
bervariasi misal diskusi, kerja kelompok, eksperimen,
demonstrasi, dan lain-lain.
c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala
ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas
dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana
hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru
sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
d) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai.
Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang
22
dapat dilakuakn untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak
selamanya harus dengan kata-kata, senyuman dan anggukan
yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang
meyakinkan.
e) Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai
bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian
siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh
karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa
secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus
dilakukan secara objektif sesuai dengankemampuan siswa
masing-masing.
f) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan
dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai
mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar
secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau
“teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang
positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
g) Ciptakan persaingan dan kerja sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang
baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui
persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-
23
sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu,
guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk bersaing baik antara kelompok maupaun antarindividu.
Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya
menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan
tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan
cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan
persaingan antarkelompok (Kompri, 2015:253-255).
c. Syarat-syarat Umum Seorang Guru PAI
Secara umum syarat profesionalisme guru sebagai pendidik
dalam Islam adalah:
1) Sehat Jasmani dan Rohani
Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang
akan melamar menjadi guru. Jika guru mengidap penyakit menular
umpamanya, maka akan membahayakan kesehatan anak didiknya.
Disamping itu tentu saja guru yang berpenyakitan tidak akan
bergairah dalam mengajar. Dengan demikian, kesehatan badan
setidaknya akan sangat mempengaruhi semangat dalam bekerja
(mengajar).
2) Taqwa Keapada Allah SWT.
Seorang guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam,
tidak mungkin mendidik anak didik agar bertaqwa kepada Allah
jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada Allah SWT. Taqwa adalah
24
iman kepada Allah yang menumbuhkan karakter rendah hati dan
optimis. Bertaqwa adalah cinta kepada Allah, sedangkan cinta
akan menumbuhkan motivasi positif dan beraktivitas tinggi.
Sebab guru adalah teladan bagi anak didiknya, sejauhmana
seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
anak didiknya, maka sejauh itu pula ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik
dan mulia.
3) Berlaku Adil
Adil adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya
adalah tidak memihak antara yang satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, bertindak atasa dasar kebenaran, bukan
mengikuti kehendak hawa nafsu.
4) Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk
membuat kita patuh dan ditaati. Ada juga orang mengartikan
kewibawaan dengan sikap dan penampilan yang dapat
menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Sehingga dengan
kewibawaan tersebut, anak didik merasa memperoleh
pengayoman dan perlindungan.
25
5) Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni dan tidak tercampur dengan yang
lain. Sedangkan menurut istilah ikhlas adalah ketulusan hati
dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata
karena Allah.
6) Mampu Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Perencanaan adalah sesuatu pekerjaan mental yang
memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat
kedepan. Dengan demikian, seorang guru harus mampu
merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. sedangkan
evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan, sehingga dapat diketahui hasil-hasilnya. Program
evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran,
menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik yang
berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, maupun dengan
berbagai hal lainnya (Latifah, 2017: 25-29).
d. Kompetensi Guru
Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk
melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Kompetensi
diartikan oleh Cowell sebagai keterampilan atau kemahiran yang
bersifat aktif. Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,
26
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait
dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat
diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja
untuk menjalankan profesi tertentu (Jamal, 2009: 38).
Kompetensi guru akan mengantarkannya menjadi guru
profrsional yang diidampak anak didik. Secra sederhana, guru
professional adalah guru yang mengajar pada mata pelajaran yang
menjadi keahliannya, mempunyai semangat tinggi dalam
mengembangkannya, dan mampu menjadi pioneer perubahan di
tengah masyarakat. Mempunyai semangat tinggi dalam
mengembangkan ilmu akan melahirkan kreativitas dahsyat dalam
bidang yang digelutinnya. Disinilah, kompetensi kreatifitas akan
berkembang pesat. Ia akan menemukan cara baru, pendekatan baru,
dan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya (Jamal, 2009: 40).
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8
UU Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, meliputi kompetensi
pedagogis, kommpetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
(Jamal, 2009: 42).
1) Kompetensi Pedagogis
Kompetensi utama yang dimiliki guru agar pemeblajaran
yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogis.
Kompetensi pedagogis dalam standar nasional pendidikan,
27
penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Jamal,
2009: 59).
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang guru,
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogis merupakan
kemampuan guru dalam pengelolalaan pembelajaran peserta didik
yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan kurikulum atau silabus
d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran
f) Pemanfaatan hasil belajar
g) Evaluasi hasil belajar
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Jamal, 2009: 60).
Menurut sumber lain, kommpetensi pedagogis adalah
kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran
peserta didik. Selain itu, kemampuan pedagogis juga ditunjukkan
dalam membantu, membimbing dan memimpin peserta didik.
28
Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2007, kompetensi
pedagogis guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi
yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti seperti disajikan
berikut:
a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, cultural, emosional, dan intelektual.
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pemebelajaran
yang mendidik.
c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
f) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik
h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar
i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran (Jamal, 2009: 65).
29
Guru adalah kunci keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Tanpa pengajaran yang baik, pendidikan tidak akan berhasil. Ada
banyak faktor yang turut menentukan pengajaran yang baik,
yaitu:
a) Silabus atau kurikulum yang baik
b) Sumber pengajaran yang tepat
c) Metode pengajaran baru
d) Alat bantu baru
e) Masa depan guru yang baik (Jamal, 2009: 66).
2) Kompetensi Kepribadian
Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuan saja,
tapi juga dari aspek kepribadian yang ditampilkannya. Mampukah
menarik anak didik dan memunculkan aura optimis dalam
menghadapi berbagai tantangan hidup, atau kepribadian yang
acuh tak acuh, pesimis, dan tidak mampu memancarkan aura
optimis. Di sinilah, pentingnya kompetensi kepribadian bagi guru
agar pembelajaran berjalan dengan baik. Seorang guru harus
memiliki kepribadian sehat yang akan mendorongnya mencapai
puncak prestasi. Kepribadian yang sehat dapat diartikan
kepribadian yang secara fisik dan psikis terbebas dari penyakit,
tetapi bisa juga diartikan sebagai individu yang secara psikis
selalu berusaha menjadi sehat (Jamal, 2009: 103-104).
30
Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi
kepribadian guru meliputi:
a) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang
indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi
dalam bertindak sesuai dengan norma.
b) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan cirri-ciri,
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
yang memiliki etos kerja.
c) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukan dengan
tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan
masyarakat serta menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
d) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
prilaku yang disegani.
e) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan
menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius
(iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
prilaku yang diteladani peserta didik (Jamal, 2009: 116).
3) Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat pada umumnya dan para peserta
didik merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri
31
teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru merupakan tokoh
dan tipe makhluk yang diberi tugas dan beban membina dan
membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Hal ini
menjelaskan, bahwa kompetensi sosial guru merupakan
kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan
tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Kompetensi
sosial, merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi:
a) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
orang tua atau wali dari peserta didik
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta system nilai yang berlaku.
e) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat
kebersamaan (Jamal, 2009: 44).
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam mencangkup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuannya secara filosofis. Kompetensi ini juga disebut dengan
32
penguasaan sumber ajar atau sering disebut dengan bidang studi
keahlian. Kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu teknologi dan seni sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok
mata pelajaran yang diampunya.
b) Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau
seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau
koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan kelompok mata pelajaran (Jamal, 2009: 45).
2. Pembelajaran PAI
Pembelajaran menurut Sugiono dan Hariyanto, didefinisikan
sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa
menuju proses pendewasaan diri. Pengertian tersebut menekankan pada
proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk
penyampaian materi tidak serta-merta menyampaikan materi, tetapi
lebih pada bagaimana menyampaiakan dan mengambil nilai-nilai dari
materi yang diajarkan agar dengan bimbingan pendidik bermanfaat
untuk mendewasakan siswa (Irham dan Novan, 2017:131).
Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya yang
dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik untuk
mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. (Sudarto, 2018:41).
Penidikan Islam adalah proses mengarahkan manusia kepada kehidupan
33
yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajar atau pengaruh dari luar
(Tohirin, 2008:9).
GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama
Islam adalah usaha sadar untukm menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Usaha pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan
mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial,
sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai menumbuhkan
semangat fanatisme, menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta
didik dan masyarakat, menumbuhkan sikap lemah kerukunan hidup
beragama serta persatuan dan kesatuan nasional. Ujung akhirnya, tentu
bagaimana pendidikan agama Islam diharapkan mampu menciptakan
ukhuwah Islamiyah (Masduki, 2016: 62).
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuam, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi menusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
34
lebih tinggi (Abdul, 2014:16). Pendidikan agama Islam untuk sekolah
berfungsi sebagai berikut:
a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam
lingkup keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang
tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
35
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nirnyata), system dan fungsionalnya.
g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain (Abdul, 2014:15-16).
Proses pembelajaran berlangsung melalui interaksi antara guru
dan peserta didik dalam situasi pengajaran yang edukatif. Melalui
proses pembelajaran, siswa akan berkembang kearah pembentukan
manusia. Supaya pembelajaran berlangsung efektif, guru harus mampu
mewujudkan proses pembelajaran dalam suasana kondusif. Proses
pemebelajaran yang efektif dapat terwujud melalui kegiatan yang
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa, dalam keseluruhan kegiatan proses
pembelajaran, siswa merupakan subjek utama. Oleh karena itu,
dalam proses ini, hendaknya siswa menjadi perhatiaan utama dari
para guru. Semua bentuk aktivitas hendaknya diarahkan untuk
membantu perkembangan siswa. keberhasilan proses pembelajaran,
terletak dalam perwujudan diri siswa sebagai pribadi mandiri,
pelajaran efektif, dan pekerja produktif.
36
b) Interaksi edukatif antara guru dengan siswa, dalam proses
pembelajaran, hendaknya terjalin hubungan yang bersifat edukatif.
Guru tidak hanya sekedar menyampaikan bahan yang harus
dipelajari, tetapi sebagai figure yang dapat merangsang
perkembangan pribadi siswa. interaksi antara guru dengan siswa
hendaknya berdasarkan pada sentuhan-sentuhan psikoogi, yaitu
adanya saling memahami antara guru dengan siswa. rasa percaya diri
dapat ditumbuhkan dalam suasana seperti itu.
c) Suasana demokratis, dalam kelas akan banyak memberikan
kesempatan pada siswa untuk berlatih mewujudkan dan
mengembangkan hak dan kewajibannya. Suasana demokratis dapat
dikembangakana dalam proses pembelajaran melalui hubungan guru
dengan siswa. dalam suasana demokratis, semua pihak memperoleh
penghargaan sesuai dengan potensi dan prestasinya sehingga dapat
memupuk rasa percaya diri, dan pada gilirannya dapat berinovasi
dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
d) Variasi metode mengajar, dengan metode mengajar yang bervariasi,
berarti guru tidak mengajar dengan satu metode saja, tetapi berganti-
ganti sesuai dengan tujuan, bahan, situasi dan lain-lain. Dengan
metode yang bervariasi akan menimbulkan rasa senang pada siswa,
tidak cepat bosan atau jenuh. Siswa pun akan bersemangat untuk
belajar, sehingga memungkinkan memperoleh hasil pembelajaran
yang lebih baik.
37
e) Lingkungan yang kondusif, keberhasilan proses pembelajaran,
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Upaya menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi tercapainya pembelajaran dan
pengajaran sangat penting. Lingkungan yang kondusif adalah
lingkungan yang dapat menunjang bagi proses pembelajaran secara
efektif. Situasi dan kondisi sekolah memberikan arti baik kepada
siswa. Situasi dan kondisi sekolah yang tenang dan jauh dari
keramaian akan lebih baik dari pada sekolah yang dekat dengan
keramaian, hiruk pikuk, dan lain sebagainya (Baharuddin,
2016:213).
f) Sarana belajar yang menunjang. Proses pembelajaran berlangsung
secara efektif apabila ditunjang oleh sarana yang baik. sarana belajar
yang secara langsung terkait dengan proses pembelajaran adalah alat
bantu mengajar. Selain itu ada sarana lain, seperti laboratorium, aula,
lapangan olah raga, dan perpustakaan. Mengingat banyaknya alat
bantu mengajar, maka guru harus memilih jenis alat mana yang
benar-benar sesuai dan menunjang kegiatan pengajaran. Untuk
menentukan alat mana yang sesuai dan menunjang kegiatan
pembelajaran, mestilah melihat tujuan, bahan, metode, dan situasi
pengajaran (Tohirin, 2008:177).
38
3. Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas
dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Selain itu,
kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya
misbehavior seperti kesukaan sering tidak maasuk sekolah, dan sering
bolos. Oleh karena kesulitan belajar siswa biasanya terkait dengan
banyak faktor, maka alternatif solusinya pun biasanya akan
melibatkan banyak komponen, artinya komponen guru saja belum
memungkinkan untuk memberikan solusi secara tuntas.
Oleh karena itu, sangat bijaksana apabila guru termasuk guru
agama atau guru-guru pendidikan agama Islam, dalam membirakn
solusi terhadap kesulitan belajar siswa selalu berkoordinasi dengan
berbagai pihak terkait. Guru termasuk guru pendidikan agama Islam
terlebih dahulu melihat jenis kesulitan belajar siswa, lalu menentukan
pihak mana yang memungkinkan bisa dilibatkan, baru mengambil
langkah penyelesaiannya. Dengan perkataan lain, dalam
menyelesaikan kesulitan belajar siswa, melalui proses yang tidak
boleh dianggap sederhana (Tohirin, 2008:147).
b. Macam-macam Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya sebagai berikut:
39
1) Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana
proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons
yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan
belajar, potensi dasar tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah
dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang
menuntut gerakan lemah-gemulai.
2) Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar
yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukan adanya sub
normalitas mental, gangguan alat indar, atau gangguan psikologis
lainnya. Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi
atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat
menguasai permainan volley dengan baik.
3) Underachiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4) Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
40
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
5) Learning Diasbilities atau ketidak mampuan belajar mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya
(Ardhi, 2016 :3-4).
6) Tidak mempunyai motivasi belajar, yaitu anak yang menunjukkan
kurang semangat belajar, mudah putus asa, tidak bergairah
sekolah, tidak mempunyai tujuan studi, serta menunjukan usaha
belajar yang terlalu rendah (Lilik, 2011: 128).
7) Sangat cepat dalam belajar, anak yang berinteligensi tinggi atau
anak cerdas adalah anak yang daya tangkapnya cepat. Anak
berinteligensi cerdas dengan skor IQ antara 120-130 pada
umumnya daya serapnya tinggi. Anak golongan ini bukan bebas
dari masalah, dalam banyak kasus anak yang sangat cerdas justru
menimbulkan kesulitan baik bagi guru maupun orang tua, karena
anak cenderung melampaui kemampuan guru dan orang tuanya.
Dengan yang berdaya serap tinggi pada umumnya dapat
menangkap pelajaran dalam waktu yang singkat, dengan sedikit
penjelasan. Anak sangat cerdas bisa dihantui kebosanan
mengikuti pelajaran yang baginya dianggap kurang menantang
(Lilik, 2011: 128).
41
8) Penempatan kelas, penempatan kelas yang tidak tepat dapat
menjadi sumber terjadinya kesulitan belajar. Siswa sebaiknya
menempati kelas, sekolah, kelompok belajar yang sesuai dengan
bakat-minatnya, sesuai dengan kelompok umunya. Siswa yang
berbakat di bidang ilmu-ilmu sosial kemudian ditempatkan pada
jurusan IPA bisa mengalami kesulitan karena kesalahan dalam
penempatan kelas. Demikian juga anak yang berminat diaspek
tehnik dan berkeinginan sekolah di SMK (STM) tetapi dipaksa
sekolah di SMA, maka potensinya menjadi tidak optimal (Lilik,
2011: 128).
9) Kebiasaan belajar yang tidak baik, kesulitan belajar bisa timbul
pada anak yang mempunyai kebiasaan belajar yang tidak baik,
seperti menunda belajar. Belajar hanya bila aka nada ujian,
mempunyai kebiasaan menyontek atau meminjam pekerjaan
teman (Lilik, 2011: 129).
c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
1) Faktor Intern
(a) Fisiologi
(1) Karena Sakit
Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan
fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah.
42
Akibatnya rangsanagan yang diterima melalui indranya
tidak dapat diteruskan ke otak. Sehingga ia tidak dapat
masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan
ia tertinggal jauh dalam pelajarannya.
(2) Sebab Cacat Tubuh
Bagi orang-orang yang mengalami cacat tubuh seperti
buta, tuli, gangguan psikomotorik, bisu dan lain
sebagainya, apabila tidak mendapatkan placement dan
perhatian guru, pasti akan mengalami kesulitan belajar.
Sebab mereka tidak dapat memproses rangsangan dari
guru atau teman-temannya karena alat indra mereka
kurang berfungsi.
(b) Psikologi
(1) Inteligensi
Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90
tergolong lemah, akan mengalami kesulitan belajar.
Dalam hal ini, mereka dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu golongan Debil, golongan ini walaupun umurnya
telah memasuki 25 tahun, kecerdasan mereka setingkat
dengan anak normal umur 12 tahun. Golongan Embisil,
golongan ini hanya mampu mencapai tingkat anak
normal umur 7 tahun. Golongan Ediot, golongan ini
kecakapannya menyamai anak normal umur 3 tahun,
43
anak yang tergolong leemah mental ini sangat terbatas
kecakapannya. Jika mereka dihadapkan dengan
persoalan yang melebihi potensinya jelas ia tak mampu
dan banyak mengalami kesulitan.
Selain itu, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran
yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa. menurut asumsi sebagaian ahli, materi
yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan
masuk kealam bawah sadar atau mungkin juga
bercampur aduk dengan materi pelajaran baru
(Muhibbin, 2017:172).
(2) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang
dibawa sejak lahir. Setiap individu memiliki bakat yang
berbeda-beda. Seseorang yang berbakat music mungkin
dibidang lain ketinggalan. Seseorang yang berbakat di
bidang teknik tetapi dibidang olah raga lemah. Jadi,
seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan
bakatnya. Apabila seseorang anak harus mempelajari
bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah
putus asa serta tidak senang.
Seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai
dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus
44
mempelajarai bahan yang lain dari bakatnya ia akan
cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang
(Makmun, 2017:259).
(3) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu
pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang
tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan
bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai
dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus
anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena
itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak,
akibatnya timbul kesulitan.
(4) Motivasi
Mereka yang memiliki motivasi lemah, tampak acuh
tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju
pada pelajarannya, sering meninggalkan pelajaran yang
akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan
belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya
akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang
yang besar motivasinya akan gigih tidak mau menyerah,
45
giat membaca buku-buku untuk meningkatkan
prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya
mereka yang motivasinya lemah, nampak acuh tak acuh,
mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada
pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar
(Makmun, 2017:260-261).
(5) Tipe-tipe Khusus Seorang Pelajar
Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari
bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik,
dan gambar. Sebaliknya akan sulit apabila dihadapkan
dengan bahan-bahan dalam bentuk suara atau gerak.
Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan
yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu
guru menjelaskan ia akan cepat menangkap bahan, serta
kata dari teman (diskusi) atau suara radio ia akan mudah
untuk menangkapnya. Pembelajaran yang disajikan
dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan ia akan
mengalami kesulitan. Individu yang bertipe motorik,
mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan, gerakan-
gerakan dan sulit mempelajari bahan berupa suara dan
penglihatan.
Cara belajar anak didik yang hanya
menggantungkan diri dari hasil pelajaran yang diberikan
46
oleh guru di sekolah, tentu saja hasilnya kurang
memuaskan. Apaliagi, jika sepulang sekolah, anak tidak
mau belajar, maka hal ini tidak akan mendukung
terhadap keberhasilan pendidikan yang ditempuhnya.
Kebiasaan malas merupakan problem yang perlu diatasi
oleh orang tua terhadap kegiatan belajar anak didik di
rumah serta kegiatan lain yang dapat mendukung
keberhasilan dalam meraih prestasi belajarnya
(Baharuddin, 2016:204). TV, HP, buku-buku komik dan
lain sebagainya, hal ini akan menghambat belajar apabila
anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu,
hingga lupa akan tugasnya belajar (Ahmadi dan
Supriyono, 2004:78).
2) Faktor Ekstern
(a) Faktor Keluarga
(1) Orang Tua
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan
pendidikan anak-anakanya, mungkin acuh tak acuh, tidak
memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan
menjadi penyebab kesulitan belajar. Orang tua yang
bersikap kejam atau otoriter, akan menimbulkan mental
yang tidak sehat bagi anak serta akan berakibat anak
tidak dapat merasa tentram atau tidak sengan dirumah.
47
Begitu juga dengan sebaliknya, jika orang tua lemah,
suka memanjakan anak yang berakibat anak tidak
mempunyai kemampuan dan kemauan atau malas
berusaha maupun malas menyelesaikan tugas-tugas
sekolah, sehingga prestasinya menurun.
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-
anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari
akan ditiru oleh anak-anaknya. Karena sikap orang tua
yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya dibuang
jauh-jauh. Demikian juga belajar memerlukan bimbingan
dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab
belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang sibuk
bekerja, sibuk berorganisasi, berarti anak tidak
mendapatkan pengawasan dari orang tua, sehingga
memungkinkan akan banyak mengalami kesulitan belajar
(Makmun, 2017:266).
(2) Suasana Rumah
Suasana keluarga yang ramai atau gaduh, tidak
memungkinkan anak belajar dengan baik. anak akan
terganggu konsetrasinya, sehingga sukar untuk belajar.
Begitu juga dengan suasana rumah yang tegang, selalu
banyak cekcok diantara anggota keluarga selalu ditimpa
kesedihan, yang berakibat anak tidak tahan dirumah dan
48
lebih suka untuk pergi kesana-kemari, sehingga tidak
mustahil kalau prestasi belajar menurun. Untuk itu,
hendaknya suasana di rumah selalu dibuat
menyenangkan, tentram, damai dan harmonis, agar anak
betah tinggal dirumah, sehingga akan menguntungkan
bagi kemajuan belajar anak.
(3) Keadaan Ekonomi Keluarga
Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting
karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan
biaya. Misalnya untuk membeli alat-alat untuk sekolah
dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga miskin akan
merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-
macam untuk menyekolahkan anaknya. Selain itu,
keluarga miskin juga tidak dapat menyediakan tempat
untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar
tersebut merupakan salah satu sarana terlaksananya
belajar secara efisien dan efektif. Namun sebaliknya, jika
keluarga kaya, mereka akan menjadi enggan untuk
belajar karena terlalu banyak untuk bersenang-senang
serta dimanja oleh kedua orang tuanya.
49
(b) Faktor Sekolah
(1) Guru
Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar anak
apabila guru tidak jelas dalam menerangkan materi
kepada peserta didik, hubungan guru dengan peserta
didik yang kurang baik, seperti kasar, suka marah-marah,
suka mengejek, tidak pernah tersenyum dan masih
banyak lainnya.
Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar yaitu, metode belajar yang
menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada
aktivitas. Kemudian metode mengajar tidak menarik,
kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai
bahan. Selain itu, guru hanya menggunakan satu metode
saja dan tidak bervariasi. Hal ini menjunjukan metode
guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan diskusi,
tanya jawab, eksperimen, sehingga menimbulkan
aktivitas murid dan suasana menjadi hidup (Makmun,
2017:270).
(2) Alat-alat Pembelajaran
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat
penyajian pelajaran yang tidak baik. terutama pelajaran
yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium
50
akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Tiadanya alat-alat yang mendukung, akan membuat guru
cenderung menggunakan metode ceramah.
(c) Faktor Media dan Lingkungan Sosial
Faktor media meliputi televisi, surat kabar, internet,
buku-buku komik, bioskop, yang ada di sekeliling kita. Hal-
hal itu akan menjadi penghambat belajar apabila anak banyak
waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa tugasnya
sekolah. Teman bergaul juga memiliki pengaruh yang besar.
Jika anak bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia
juga akan mengalami malas belajar. Selain itu lingkungan
tetangga juga mempengaruhi anak, misal lingkungannya suka
bermain judi maka anak tidak suka untuk belajar, namun
sebaliknya jika lingkungan tetangganya dari pelajar,
mahasiswa, dosen dan lain sebagainya, maka akan
mendorong semangat belajar anak (Makmun, 2017:273).
d. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Apabila dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar kesulitan
belajar siswa dalam menerima pelajaran, maka perlu diadakan suatu
program perbaikan demi peningkatan prestasi belajar siswa sehingga
dalam pelajarannya mereka tidak jauh ketinggalan dari pada teman-
temannya (Baharuddin, 2016:215). Langkah-langkah yang perlu
ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar siswa, dapat
51
dilakukan melalui enam tahap. Berikut penjelasan enam tahap
tersebut:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuann untuk memahami anak secara
mendalam, kekuatan beserta kelemahannya yang menjadi peluang
pemicu kesulitan belajar. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam hal antara lain sebagai berikut:
(a) Interviu atau wawancara, baik wawancara terhadap anak
sendiri, wawanara terhadap guru, sahabat dekat, orang tua atau
family yang mengetahui banyak tentang anak
(b) Observasi atau pengamatan, dilakukan untuk melihat perilaku
keseharian anak, baik dalam pergaulan ataupun dalam aktivitas
belajar di kelas
(c) Dokumentasi, dilakukan dengan mempelajari dokumen tentang
anak, seperti data diri, hasil tes IQ, hasil kemajuan belajar dari
waktu ke waktu serta data lain
(d) Kunjungan rumah, dilakukan dengan mengunjungi rumah anak
agar menegtahui secara jelas kondisi keluarga serta kebiasaan
anak di rumah. Juga bermanfaat membangun hubungan lebih
dekat dengan orang tua
(e) Case study atau studi kasus, dilakukan dengan menemukan
letak kesulitan belajar melalui serangkaian langkah yang
lengkap dengan berbagai alat pengumpulan data sehingga
52
pemahaman terhadap kasus anak lebih komperhensip dan
mendalam
(f) Meneliti pekerjaan anak, untuk membandingkan hasil kerjanya
dengan kemampuan anak sebenarnya
(g) Melaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi bertujuan
menemukan potensi anak serta kelemahan yang dimiliki, atau
kekurangan yang dialami
Dalam pelaksanaannya, semua metode itu tidak mesti
digunakan bersama-sama, tetapi tergantung pada masalahnya,
kompleks atau tidak. semakin rumit masalahnya, maka semakin
banyak kemungkinan metode yang dapat digunakan (Lilik, :139).
2) Pengelolaan Data
Data yang telah terkumpul tidak aka nada artinya jika tidak diolah
secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik
jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih
mentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:
(a) Identifikasi kasus
(b) Membandingkan antarkasus
(c) Membandingkan dengan hasil tes
(d) Menarik kesimpulan
53
3) Diagnosis Data
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari
pengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil itu setelah
dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis dapat
berupa hal-hal sebagai berikut:
(a) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat
dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik
(b) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber
penyebab kesulitan belajar anak didik
(c) Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber
penyebab kesulitan belajar anak didik
Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan
meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan
terhadap hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan
yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan
ketelitian yang tinggi (Lilik, :140).
4) Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi
dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan
kegiatan penyusunan program dan penetapan mengenai bantuan yang
harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan
belajar (Lilik, :141).
54
5) Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan
adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami
kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap
prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
(a) Melalui bimbingan belajar individual
(b) Melalui bimbingan belajar kelompok
(c) Melalui remedial teaching atau reteaching untuk mata pelajaran
tertentu
(d) Tutor sebaya atau tutor serumah
(e) Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara
umum
(f) Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai
dengan karakteristik setiap mata pelajaran (Lilik, :141).
6) Evaluasi
Evaluasi di sisni dimaksudkan untuk mengetahui apakah
treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik (Lilik, :141).
B. Kajian Pustaka
Penelitian ini juga mengacu kepada skripsi yang sudah ada ataupun
yang sudah terkait dengan judul yang saya gunakan. Dalam penelitian ini
saya mengacu kepada skripsi yang sudah diselesaikan untuk menambah
pengetahuan saya tentang sistematika yang akan disusun dan yang akan
dibahas dalam skripsi saya.
55
Dalam penelitian yang saya lakukan, menggunakan penelitian
lapangan atau kualitatif berupa gambaran yang ada di lapangan dan
menggunakan penelitian yang relevan untuk data yang authentic serta
menggunakan penelitian yang relevan dengan skripsiyang sudah ada
sebagai acuan pengerjaan.
1. Muhammad Mubin dalam skripsi yang berjudul: “Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-
Qur‟an (Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran
2015/2016)”. Temuan penelitian menunjukan bahwa upaya yang
dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-
Qur‟an siswa di SMK Saraswati ini, yaitu melalui metode Halaqoh
atau membuat lingkaran bersama yang akan membantu siswa untuk
belajar mengingat huruf, mengenali dan menghafalkan huruf Al-
Qur‟an. Selain itu, problematika yang dialami siswa beragam, mulai
dari waktu yang tidak tersedia, suasana hati yang buruk, ajakan teman
untuk bermain serta orang tua siswa yang kurang mementingkan
pendidikan agama siswa. Sehingga, seorang guru terutama guru
pendidikan agama harus memiliki upaya agar siswa mau atau
berminat dengan pendidikan agama terutama dalam membaca Al-
Qur‟an.
2. Nila Intan Nita dalam skripsi yang berjudul: “Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati Salatiga
Tahun Pelajaran 2017/2018”. Temuan penelitian menunjukan bahwa
56
problem yang dihadapi dalam pengajaran bidang studi pendidikan
agama Islam di SMK Saraswati yaitu siswa banyak yang belum bisa
membaca Al-Qur‟an dengan baik sehingga kemampuan siswa dalam
memahami pendidikan agama Islam kurang, waktu pembelajaran
pendidikan agama Islam dirasa kurang karena materi yang
disampaikan banyak, dan guru yang susah dalam mengkondisikan
siswa dalam pembelajaran. Dalam mengatasi hal tersebut, SMK
Saraswati mengadakan kegiatan ekstrakurikuler BTQ, memberi
motivasi kepada siswa agar memiliki minat dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam, serta upaya guru dalam mengkondisikan
kelas dengan memberikan media pembelajaran disetiap pembelajaran
berlangsung.
Dalam penelitian yang relevan ini, saya sebagai peneliti mencari
sumber sebagai acuan untuk skripsi saya agar mempunyai perbandingan
antara skripsi yang sudah ada seperti yang ada di atas, perbedaan dengan
skripsi yang sudah jadi di atas dengan apa yang saya teliti sekarang tentang
objek dan tujuan yang berbeda.
Upaya guru di sini terletak perbedaan yang mencolok, seperti apa
yang saya teliti, tentang upaya guru PAI (Pendidikan Agama Islam), untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa pada pembelajaran pendidikan agama
islam di SMP Negeri 6 Salatiga, metode atau cara yang dilakukan juga
berbeda dengan apa yang di teliti di atas.
57
Dalam penelitian yang relevan ini kita bisa mengacu skripsi yang
sudah dibuat oleh orang lain sebagai acuan kita untuk membuat skripsi,
dalam hal ini banyak perbedaan pokok masalah dalam setiap judul yang
dijadikan penelitian yang relevan, seperti halnya yang di atas dengan judul
yang saya teliti tentu berbeda, dari letak geografis sumber data, tujuan
skripsi dan tujuan masalah yang akan dituju juga berbeda.
Walaupun terdapat perbedaan diantara judul di atas, tetapi masih ada
kemiripan yaitu tentang upaya guru dalam menghadapi masalah atau
kesulitan yang dihadapi oleh siswa di sekolah. Guru dituntut untuk
menyelesaikan atau memberi pemecahan masalah siswa untuk memberi
motivasi terhadap perkembangan mereka kedepannya. Dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan siswa diharapkan guru mampu untuk mendorong
siswanya untuk tetap mengikuti saran atau arahan yang diberikan oleh
guru.
Seperti halnya penelitian yang relevan di atas guru memberikan
solusi terhadap siswa untuk mengikuti arahan dari guru apa yang menjadi
kesulitan siswa diurai dan diselesaikan bersama dengan panduan guru
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi
siswa.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini saya meniti beratkan pada “Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 6
Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019”, dengan menggunakan jenis
pendekatan kualitatif.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research), yaitu penelitian pengumpulan data yang dilakukan di
lapangan.Menurut Milles dan Michael, penelitian kualitatif akan
mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dan
deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan
tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian
dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat
dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan
yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-
penemuan yang tidak terduga sebelumnya untuk membentuk kerangka
teoritis (Maslikhah, 2017: 319).
Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data dan statusnya diketahui
oleh subjek (guru PAI kelas VIII) atau informasi di lokasi penelitian yaitu
SMP Negeri 6 Salatiga. Namun objek (Siswa) yang sedang diteliti tidak
mengetahui maksud penelitian ini sehingga tidak ada kesan rekayasa,
justru akan menghasilkan data yang alami dan apa adanya untuk
59
mendapatkan hasil yang valid sesuai dengan kondisi yang terjadi di SMP
Negeri 6 Salatiga.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 6 Salatiga, Jl. Tegalrejo Raya kelurahan Tegalrejo
kecamatan Argomulya kota Salatiga. Membutuhkan waktu kurang lebih 2
bulan.
C. Sumber Data
Data merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari penelitian
kualitatif, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain (Moleon, 2009;157). Data dalam penelitian ini adalah subjek darimana
diperoleh informasi. Subjek dalam penelitian adalah informasi-informasi
yang diharapkan dapat memberikan informasi yang terkait dengan pokok-
pokok masalah yang akan dicarikan jawabannya. Sumber data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang bersumber dari orang pertama
atau informan yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang
permasalahan yang sedang diteliti. Bentuk data dari penelitian ini
yaitu, kata-kata yang diambil dari para informan atau responden pada
waktu mereka diwawancarai. Adapun yang termasuk data primer
dalam penelitian ini adalah hasil wawancara denganguru PAI kelas
60
VIII, guru PAI kelas VII, guru BK kelas VIII dan sebagian siswa kelas
VIII G di SMP Negeri 6 Salatiga untuk memberikan keterangan yang
relevan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneiliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data yang berbentuk
tulisan diperoleh saat berada di SMP Negeri 6 Salatiga, catatan
tersebut diperoleh dengan cara observasi dan dokumentasi.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu
pengamatan, wawancara, penelaahan dokumen (Moleon, 2009; 9). Agar
sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis, maka langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan seperangkat metode. Hal
ini dimaksudkan agar sebuh metode penelitian rasional dan terarah maka
peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yang tersebut di
bawah ini:
1. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara
langsung keadaan di lapangan agar penelitian memperoleh gambaran
yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti (Basrowi dan
61
Suwardi, 2008:93). Metode ini digunakan sebagai pengumpulan data
untuk mengamati dan mencatat fenomena sosial keagamaan (perilaku,
kejadian-kejadian, keadaan, benda dan symbol-simbol tertentu)
selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut
guna mengetahui upaya guru pendidikan agama Islam dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa selama pembelajaran PAI
berlangsung di kelas. Observasi saya gunakan untuk mendapatkan
data melalui pengamatan selama pembelajaran PAI berlangsung di
kelas VIII G.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pemberi pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas
pertanyaan (Basrowi dan Suwardi, 2008:127). Wawancara ini
dilakukan untuk, untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam kelas VIII di SMP
Negeri 6 Salatiga. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan
pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap
untuk mengumpulkan data yang dicari melalui pertanyaan atau lembar
62
wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan
tujuan penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang merupakan suatu cara
pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehigga akan diperoleh
data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan
Suwandi, 2008:158). Dalam penelitian ini yaitu melakukan
pengecekan secara langsung kepada siswa kelas VIII G SMP Negeri 6
Salatiga yang mengalami kesulitan belajar pendidikan agama Islam,
serta pengambilan gambar untuk memperkuat hasil penelitian.
E. Analisis Data
Analisis sata yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data
yang dikembangkan Miler dan Humberman. Teknik analisis data yang
dikemukakan oleh Miler dan Humberman mencakup tiga keguatan yaitu
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
dan pentransdormasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir
penelitian. Fungsinya yaitu untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu sehingga interprestasi bisa
63
ditarik. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data
yang benar-benar valid.
Tahap ini, sayapeneliti mereduksi data dengan membuat
rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting serta membuang yang dianggap tidak perlu data yang
dikumpulkan. Sehingga data yang direduksi memberikan gambaran
yang lebih spesifik dan mempermudah saya melakukan pengumpulan
data selanjutnya, serta mencari data tambahan jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan untuk menarikkesimpulan dan pengambilan tindakan.
Bentuk penyajian antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik,
jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca
dan menarik kesimpulan. Selain itu, dalam proses ini peneliti
mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi kategori yang ada
sesuai dengan rumusan masalahnya.
Pada tahap ini peneliti akan menyusun data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu. Prosesnya dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat
hubungan antarperistiwa untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi
dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
64
3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data
harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya
terjamin. Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang
terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan
penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-
ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah
terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan (Basrowi dan
Suwardi, 2008:209-210).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Data yang diperoleh di lapangan adalah fakta yang masih mentah
yang artinya masih perlu diolah atau dianalisis lebih lanjut agar menjadi
data yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal penting yang merupakan
bagian dari proses penelitan kualitatif adalah keabsahan data yang akan
erat kaitannya dengan validitas dan relibilitas. Pengecekan keabsahan data
atau validitas data merupakan pembentukan bahwa apa yang telah diamati
oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di dunia kenyataan
untuk mengetahui keabsahan data. Salah satu teknik untuk memperoleh
data yang valid dalam penelitian kualitatif adalah penggunaan teknik
trianggulasi.
65
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Dengan trianggulasi, peneliti dapat me-
recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode atau teori (Moleong, 2009: 332).
Penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru
PAI kelas VIII, guru PAI kelas VII, guru BK kelas VIII dansiswa kelas
VIII G sekolah SMP Negeri 6 Salatiga. Triangulasi ini adalah menggali
informasi yang dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode wawancara, observasi, dan dokumentasi, untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu. Data hasil dari observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial kemudia
dilakukan pencatatan. Data hasil dari wawancara adalah adanya pedoman
wawancara.
66
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 6 Salatiga
Awal berdirinya SMP Negeri 6 Salatiga ini sangat mendapat apresiasi
dari pemerintah kota Salatiga waktu itu. Dari data yang saya peroleh
selama observasi di SMP Negeri 6 Salatiga, saya mendapati bahwa SMP
Negeri 6 Salatiga ini disambut baik oleh warga masyarakat sekitar sekolah
ini. Masyarakat juga memiliki harapan pada sekolah agar dapat
membimbing murid yang berkualitas dan berpendidikan. SMP Negeri 6
Salatiga berdiri pada tahun 1982. Pertama kali dibuka terdiri dari 6 lokal
kelas yang mana terdiri dari 3 ruang untuk kelas belajar siswa, satu ruang
guru, dan satu ruang perpustakaan. Kesemua ruang kelas tersebut dan
fasilitasnya masih sederhana. Selang beberapa tahun berjalan, SMP Negeri
6 Salatiga berkembang dan berkembang pesat sampai seperti saat ini.
SMP Negeri 6 Salatiga merupakan lembaga pendidikan formal.
Meskipun merupakan lembaga pendidikan formal yang berbasiskan umum
sekolah ini lebih mengutamakan membentuk karakter anak didiknya untuk
menjadi insan kamil penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas moral
maupun spiritual yang tinggi. Dalam menghadapi persaingan yang ketat,
SMP N 6 telah membuat dan melaksanakan program yang bertujuan
67
membentuk pribadi yang sesuai dengan ajaran agama. Disamping itu juga
membentuk pribadi yang penuh tanggung jawab dan disiplin.
SMP N 6 Salatiga telah memberlakukannya sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal yang mampu menciptakan anak didik yang
berdaya saing unggul, berkualitas serta mandiri dan berwawasan luas
berorientasi ke depan. Tentunya semua itu didukung oleh guru yang
berkualitas dan berkepribadian unggul pula. Para guru pun telah
mengajarkan agar para siswanya untuk mengutamakan ajaran agama,
menjaga dan melestarikan ibadah keagamaan di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat.
2. Letak Geografis SMP Negeri 6 Salatiga
Sebidang tanah yang bertempat di Jl. Tegalrejo Raya kelurahan
Tegalrejo kecamatan Argomulya kota Salatiga, dibangunlah bangunan
untuk sekolah ditempat itu. SMP Negeri 6 Salatiga mendirikan bangunan
pada tanggal 9 Oktober 1982 yang di sahkan oleh Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Sekretaris Jendral Soetanto Wirjoprasonto. Dihari itu pula
SMP Negeri 6 Salatiga berdiri dan lahir sebagai sekolah yang sesuai
dengan tujuan SMP Negeri 6 Salatiga.
SMP N 6 Salatiga berada di Jl.Tegalrejo Raya Tegalrejo Salatiga,
Tepatnya di kecamatan Tegalrejo Salatiga. Lokasi SMP N 6 Salatiga
berada di daerah Salatiga dengan batas bagian timur adalah perumahan
Tegalrejo Salatiga, bagian utara supermarket Media Mart, bagian barat
Jl.Tegalrejo Raya Salatiga, dan bagian selatan SMA Negeri 2 Salatiga.
68
Lokasi yang dipilih oleh pihak sekolah sangat nyaman dan sejuk penuh
dengan tumbuhan yang membuat susasana sekolah menjadi sangat cocok
untuk para pelajar yang ingin belajar dengan tenang.
3. Visi dan Misi SMP Negeri 6 Salatiga
Masyarakat sekitar sekolah dan pihak sekolah menginginkaan sekolah
yang ideal. Untuk menjadi sekolah yang ideal SMP Negeri 6 Salatiga
memiliki visi dan misi untuk mewujudkan cita-cita yang di inginkan oleh
SMP Negeri 6 Salatiga dan masyarakat sekitar.
a. Visi
Unggul dalam mutu, berpijak pada iman dan taqwa, berwawasan
lingkungan.
Dengan motto : “ EKSIS BERSAHABAT” ( Edukatif, Kreatif,
Santun, Iman Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri, Harmonis, Aman, dan
Berbudaya Tertib).
b. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas SMP Negeri 6 Salatiga
mempunyai misi sebagai berikut :
1) Meningkatkan kedisiplinan belajar dan mengajar secara
berkesinambungan
2) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik
3) Mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif
69
4) Merealisasikan penghayatan, pengamalan keimanan dan
ketaqwaan melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing
5) Mewujudkan sekolah adiwiyata
4. Keadaan Bangunan SMP Negeri 6 Salatiga
Berselang jalannya waktu, pada tangga September 2002 SMP Negeri
6 Salatiga mengalami kemajuan yang pesat dengan membangun ruang
kelas baru. Pondasi yang digunakannya adalah batu kali, lantai kramik,
tiang kolom, dinding bata merah, rangka kap kayu Kalimantan, tutup atap
genteng, diatas tanah seluas + 14.100 m2 bersertifikat HP No. 04 An.
Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Hal ini telah di tetapkan atau disahkan
oleh walikota Salatiga waktu itu yaitu H. Totok Mintarto.
Bangunan yang dibangun oleh pihak SMP Negeri 6 Salatiga, memiliki
sertifikat hak milik dan memiliki surat ijin mendirikan bangunan. Selain
itu, juga memiliki system keamanan dalam bangunan, seperti bangunan
mampu menahan gempa > 7,5 sekala richter, memiliki system pangkalan
petir, memiliki system proteksi pasif umtuk mencegah kebakaran,
memiliki system proteksi aktif untuk mencegah kebakaran. Bangunan
yang dibangun juga memenuhi persyaratan untuk ruangan sehat seperti,
adanya ventilasi udara dan pencahaan yang cukup, memiliki sanitasi air
bersih, memiliki saluran air kotor atau air limbah, memiliki saluran air
hujan, bahan bangunan yang digunakan aman bagi kesehatan. SMP Negeri
6 Salatiga memiliki ruang laboratorium untuk mendukung proses belajar
70
anak didik, missal seperti perpustakaan, lab. IPA, keterampilan,
multimedia dan kesenian. Berikut daftar jumlah gedung atau ruang belajar
maupun tidak.
Tabel 4.1
Ruangan SMP Negeri 6 Salatiga
No Jenis Jumlah No Jenis Jumlah
1 Ruang Kelas
Belajar
24 11 Ruang Lab
Fisika
1
2 Ruang Tu 1 12 Ruang Lab
Biologi
1
3 Ruang Kepala
Sekolah
1 13 Ruang Lab
Bahasa
1
4 Ruang Waka
Sekolah
1 14 Ruang Agama 1
5 Ruang Guru 1 15 Dapur 1
6 Perpustakaan 1 16 Ruang BK 1
7 Lab. TIK 1 17 WC 6
8 Aula - 18 Koperasi 1
9 Musholla 1 19 Kantin 4
10 Ruang UKS 1 Jumlah 49
Terdapat juga ruang penunjang, seperti WC guru/siswa, BK, PMR/
gedung pramuka, UKS, OSIS, gudang, ruang ibadah, ruang ganti, koprasi,
hall/lobi, kantin, rumah pompa, bangsa/kendar, rumah penjaga dan pos
jaga. Selain itu juga terdapat ruang oleh raga seperti, sepak bola, lapangan
volly, basket, bulu tangkis, loncat tinggi/jauh, dan lapangan upacara.
71
5. Daftar Guru Mata Pelajaran
Tabel 4.2
Daftar Guru Mata Pelajaran SMP Negeri 6 Salatiga
No Nama Guru Mata Pelajaran
1 Siti Rochmatin, S.Ag Pendidikan Agama
2 Dra. Umi Hanik Pendidikan Agama
3 Agustina D.W.U, S.Th Pendidikan Agama
4 YosephW.E.T, S.Ag Pendidikan Agama
5 Ahmad Noor M., S.Pd.I Pendidikan Agama
6 Indri Sugiantono, S.Pd PPKn
7 Sri Sujadmi, S.Pd PPKn
8 Budi Widaya N, S.Pd PPKn
9 Tri Eliyawati, S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia
10 Musirin, S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia
11 Anif Rida, S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia
12 Parwati, S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia
13 Devita Rahmawati, S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia
14 Klara Sukma, S.Pd Bahasa dan Sastra Indonesia
15 Kuswati, S.Pd Matematika
16 Murtiningsih, S.Pd Matematika
17 Alpha Mariyani, S.Pd Matematika
18 Siti Robitoh, S.Pd Matematika
19 M.Nurul Huda, S.Pd Matematika
20 Wiwik Indriyanti, S.Pd IPA
21 Dewi Ria R.A.S, S.Pd. Fis IPA
22 Windarti Yohanna, S.Pd IPA
23 Sarwo Sukono, S.Si IPA
24 Drs. Agus Supriyadi IPA
25 Puji Santoso, S.Pd IPS
26 Sri Sukaryati, S.Pd IPS
27 Prawito, S.Pd IPS
28 Inggrit P.D, S.Pd IPS
29 Ediyanto, S.Pd Bahasa Inggris
30 Th. Retno W, S.Pd Bahasa Inggris
31 Lila Kodarriya, S.Pd Bahasa Inggris
32 Elfiana Dewi P, S.Pd Bahasa Inggris
33 Fardi Setyatmojo, S.Pd Penjaskes
34 Panca Punjung S, S.Pd Penjaskes
35 Nur Abdilah Amin, S.Pd Penjaskes
36 Daryono Seni Budaya
37 Dra. Niswati Seni Budaya
38 Hesti Subekti, S.Pd Pakarya
72
39 Darmayani, S.Pd Pakarya
40 Prihati, S.Pd Bahasa Jawa
41 Maryatul Kiptiyah, S.S Bahasa Jawa
42 Hesti Juniarti, S.Pd BK
43 Erna Yuliani, S.Pd BK
44 Obrin Syahrial, S.Psi BK
6. Daftar Informan
Tabel 4.3
Daftar Informan SMP Negeri 6 Salatiga
No Nama Informan Waktu Wawancara Keterangan
1 Ahmad Noor M.,
S.Pd.I
2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah Guru PAI
2 Siti Rochmatin, S.Ag 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid
sekolah
Guru PAI
3 Obrin Syahrial, S.Psi 20 Mei 2019 pukul 09.30 di ruang BK Guru BK
4 HS, AZ, AK, dan YA 23 April 2019 pukul 10.00 di sekolah Siswa
7. Temuan Penelitian
Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru
SMP Negeri 6 Salatiga, ditemukan penyebab kesulitan belajar siswa pada
pembelajaran PAI, upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
dalam pembelajaran PAI dan faktor pendukung maupun penghambat
dalam upaya guru mengatasi kesulitan belajar siswa sebagai berikut:
a. Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Kegiatan belajar mengajar tidak selamanya berjalan dengan lancar.
Tidak jarang dijumpai beberapa siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran masih ada yang mengalami kesulitan belajar. Tidak jauh
berbeda dengan mata pelajaran lain, di dalam mata pelajaran
73
Pendidikan Agama Islam pun siswa ada yang mengalami kesulitan
belajar.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa narasumber, dapat
dikatakan bahwa siswa SMP Negeri 6 Salatiga terutama kelas VIII G
mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam, disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal maupun
eksternal diantaranya adalah siswa-siswa yang termasuk kurang
memahami materi, orang tua yang kurang perhatian, tidak mempunyai
motivasi dalam belajar dan sebagainya. Siswa yang mengalami hal ini,
cenderung menunjukkan kurang semangat dalam belajar. Selain itu,
siswa juga memiliki kebiasaan belajar yang tidak baik. Kebiasaan yang
tidak baik ini diantaranya yaitu menunda tugas atau belajar dengan
lebih asyik bermain HP, belajar hanya jika terdapat ujian saja.
Hasil wawancara diatas, dapat dikatakan bahwa siswa mengalami
kesulitan belajar disebabkan dua faktor yaitu faktor intern maupun
ekstern.
1) Penyebab dari intern siswa
Penyebab kesulitan belajar siswa dari intern siswa yaitu
kesulitan yang disebabkan oleh dari dalam diri siswa, yaitu:
a) Pemahaman siswa yang kurang terhadap materi yang diajarkan
Pemahaman siswa yang kurang akan suatu materi pelajaran,
adalah salah satu penghambat dari berjalannya suatu pembelajaran.
Biasanya hal ini diakibatkan kurangnya perhatian siswa di kelas
74
maupun siswa mengalami lupa akan materi yang diajarkan. Berikut
pernyataan dari bapak Muhib:
“Untuk siswa kelas VIII G mereka rata-rata mengalami
kesulitan belajar dalam hal pemahaman siswa yang kurang
akan materi yang telah disampaikan kepada guru dan juga
jarang aktivnya siswa dalam bertanya juga membuat bahwa
siswa sudah memahami apa yang disampaikan guru”
(Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Tidak aktifnya siswa dalam bertanya dengan guru tentang
materi yang todak dipahami oleh siswa, membuat guru
beranggapan bahwa siswa sudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Berikut pernyataan dari siswa:
“Materi yang diberikan oleh guru selama di kelas saya
memahami, tapi juga sering lupa dengan materi yang
disampaikan. Saya juga jarang bertanya karena malu.”
(Wawancara tgl. 23 April 2019 pukul 10.00 di sekolah).
Rasa malu untuk bertanya siswa juga menjadi penghambat
siswa dalam hal pemahaman siswa akan materi. Selain itu juga,
siswa yang sering lupa akan materi yang diajarkan oleh guru, juga
menjadi penghambat siswa untuk memahami materi.
b) Minat siswa yang kurang
Pembelajaran yang membuat siswa kurang berminat pada
suatu pelajaran, kemungkinan pembelajaran yang dihadapi oleh
siswa tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan
kecakapannya, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak, yang
mana nantinya akan banyak menimbulkan problem pada diri siswa.
75
“Saya lebih suka pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
olahraga dan juga bahasa Indonesia, kalau pelajaran PAI
lumanyan suka. Dulu sering ngaji tapi sekarang sudah tidak
jadi kalau ngaji kadang masih ada yang mudah dan ada yang
susah juga kadang juga lupa” (Wawancara tgl. 23 April 2019
pukul 10.00 di sekolah).
Siswa lebih suka pelajaran yang membuat mereka lebih
mudah untuk memahami materi, seperti yang diutarakan oleh siswa
bahwa mereka lebih menyukai pelajaran PKN, bahasa Indonesia
dan olahraga dibandingkan dengan Pendidikan Agama Islam.
Meskipun sebelumnya mereka pernah mengaji, akan tetapi karena
sudah lama tidak lagi mengaji, mereka sering mengalami lupa.
c) Kurang dapat memanfaatkan waktu untuk belajar
Siswa yang kurang memanfaatkan waktu luang mereka untuk
belajar, dapat menghambat atau membuat siswa mengalami
kesulitan belajar yang berakibat kurangnya pemahaman siswa
maupun prestasi siswa yang menurun.
“Kalau tidak ada PR atau ulangan, jarang sekali buka buku.
Paling seringnya mainan HP atau nonton TV kalau nggak
main sama teman-teman” (Wawancara tgl. 23 April 2019
pukul 10.00 di sekolah).
Waktu luang yang dimiliki siswa, tidak digunakan oleh siswa
ini untuk belajar. Akan tetapi siswa lebih suka menggunakannya
untuk menonton TV, lebih sering bermain telphon genggam atau
HP dan juga mereka gunakan untuk bermain dengan teman mereka.
76
d) Kebiasaan belajar yang salah
Setiap siswa memiliki karakteristik dalam belajar. Karena,
setiap pribadi siswa memiliki caranya sendiri untuk belajar. Baik
itu dari segi waktu, keadaan lingkungan maupun pelajaran yang di
minati siswa untuk dia pelajari. Seperti yang dipaparkan oleh
Bapak Muhib sebagai berikut:
"Setiap anak memiliki caranya sendiri untuk belajar mbak.
Contohnya saya, saya lebih nyaman untuk belajar itu, di
waktu setelah sholat subuh atau pagi hari. Disaat-saat seperti
itu, semua materi yang saya pelajari dapat masuk dan mudah
untuk saya pelajari. Cara yang saya pakai ini, belum tentu
bisa digunakan oleh orang lain. Karen setiap orang memiliki
cara sendiri agar nyaman dalam belajar. Begitu juga dengan
siswa, mereka memiliki caranya sendiri untuk belajar"
(Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Beberapa siswa memiliki caranya sendiri untuk memahami
pelajaran terutama pendidikan agama Islam. Namun, beberapa
siswa juga memiliki kebiasaan belajar yang tidak baik, seperti
pernyataan siswa sebagai berikut:
“Biasanya belajar di rumah kalau hanya ada PR atau ada
ulangan saja, nyontek pernah kalau emang soalnya susah
tanya sama teman” (Wawancara tgl. 23 April 2019 pukul
10.00 di sekolah).
Kebiasaan siswa yang belajar jika hanya ada PR dari sekolah
dan juga akan ada ulangan maupun ujian saja, membuat siswa
harus ekstra dalam memahami pelajaran yang akan dibuat ulangan.
Sehingga siswa mebebani dirinya sendiri dan membuat kapasistas
kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam sehari
sebelum ujian atau ulangan dimulai. Kebiasaan yang sring
77
dilakukan juga yaitu menyontek baik itu saat terdapat PR maupun
ulangan. Seringnya siswa menyontek ini, akan membuat siswa
tidak dapat memahami materi pelajaran yang digunakan sebagai
tugas oleh guru maupun ulangan harian.
e) Kurang motivasi dalam belajar
Kurangnya motivasi dari diri siswa juga menjadi hambatan
dalam prestasi siswa selama berada di sekolah. Siswa yang tidak
memiliki target tertentu dalam belajar dan juga tidak mengetahui
ilmu yang mereka gunakan untuk apa, akan mnejadi penghabat
siswa dalam hal belajar. Seperti yang diutarakan oleh bapak Obrin
sebagai berikut:
“Kalau di kelas VIII G itu cenderung kurangnya mendapat
motivasi baik dari siswa sendiri maupun dari dukungan orang
tua, misalnya ada orang tuanya yang baik tapi anaknya
seenak mereka sendiri, tidak memiliki taget-target khusus
pada diri siswa gimana saya harus memiliki nilai tuntas”
(Wawancara, 20 Mei 2019 pukul 09.30 di ruang BK).
Keinginan siswa yang tinggi namun siswa kurang mendapati
motivasi dan kebingungan dalam hal apa yang harus diperbuat
merupakan salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan belajar,
seperti yasng diutarakan oleh siswa sebagai berikut:
“Inginnya bisa dapat nilai bagus disetiap pelajaran, bisa dapat
pringkat di sekolah, dan bisa mengaji dengan lancar, tapi
masih bingung harus bagaimana caranya” (Wawancara tgl.
23 April 2019 pukul 10.00 di sekolah).
78
Siswa memiliki keinginan yang tinggi dalam hal belajar,
namun salah satu penghalang yang membuat siswa tidak dapat
mencapai keinginan mereka yaitu masih bingungnya siswa dalam
hal cara agar keinginan siswa tercapai dan juga motivasi diri
sendiri.
2) Penyebab ekstern siswa
Penyebab kesulitan belajar siswa dari ekstern siswa yaitu yang
disebabkan dari luar atau lingkungan siswa, yaitu:
a) Mengajar guru yang kurang dapat menggunakan metode yang tepat
Seorang guru juga dapat menjadi salah satu penyebab siswa
mengalami kesulitan belajar. Hal ini bisa terjadi ketika dalam
pembelajaran antara guru dan siswa kurang berkomunikasi, atau
beberapa strategi pembelajaran yang disiapkan oleh guru kurang
diterima oleh siswa.
“Kalau pembelajarannya tidak menyenangkan cepat membuat
saya bosan dan terkadang membuat saya mengantuk di kelas”
(Wawancara tgl. 23 April 2019 pukul 10.00 di sekolah).
Ketika anak mulai mengikuti pembelajaran sebagaimana
seharusnya. Namun, ketika minat siswa mulai hilang akan sebuah
mata pelajaran, akan mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Selain
itu, jika guru mengajar tidak tepat dalam pemilihan metode dalam
pembelajaran, hal itu akan membuat siswa tidak dapat mengikuti
pembelajaran karena kejenuhan. Siswa ini cenderung tampak tidak
memperdulikan pembelajaran yang sedang berlangsung dan tidak
79
memiliki semangat dalam belajar terutama pada pembelajaran
pendidikan agama Islam. Sehingga, selama pembelajaran
berlangsung siswa sering kali mengalami bosan atau jenuh.
Beberapa siswa, disaat pembelajaran sudah dimulai, mereka
mulai menunjukan gejala- gejala merasa bosan atau jenuh di dalam
kelas. Dimulai dari mengantuk atau bermain dengan alat tulis
mereka maupun mulai mengobrol dengan temannya. Hal ini sesuai
dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dimana diantara
mereka ada yang asik bermain dengan alat tulis mereka dan juga
mulai berbicara sendiri dengan temannya. (Observasi tgl. 5 April
2019, pukul 09.30 – 11.30 di sekolah).
b) Kurang perhatian orang tua
Peran orang tua juga sangat penting dalam menjadikan siswa
itu berhasil atau tidaknya dalam belajar. Dukungan dari orang tua
dapat membantu menumbuhkan sikap siswa menjadi lebih baik di
lingkungan keluarga, di masyarakat, maupun selama berada di
sekolah.
“Orang tua saya tidak pernah mengawasi saya belajar
dirumah, orang tua saya langsung istirahat setelah pulang dari
kerjanya” (Wawancara tgl. 23 April 2019 pukul 10.00 di
sekolah).
Pengawasan orang tua terhadap siswa selama belajar di
rumah sangatlah dibutuhkan oleh siswa agar siswa mendapat
perhatian dari orang tua mereka selama belajar. Namun
pengawasan yang kurang dari orang tua juga mengakibatkan siswa
80
menjadi mengalami kesulitan belajar. Sebab dalam hal ini, siswa
belajar atau tidak, tidak pernah mendapat pengawasan dari orang
tua siswa.
c) Media massa
Zaman yang serba maju akan teknologi, membuat banyak
orang tidak ingin tertinggal akan kemajuannya tersebut. Apalagi
informasi terbaru dan cepat tersaji, membuat banyak orang
ketagihan akan teknologi. Salah satunya yaitu HP, yang mana
siswa lebih sering bermain HP dibandingkan dengan belajar selama
di rumah, berikut pernyataannya:
“Saya lebih seringnya bermain HP di rumah dari pada
belajar” (Wawancara tgl. 23 April 2019 pukul 10.00 di
sekolah).
Terlalu seringnya siswa bermain dengan HP dibandingkan
dengan belajar, akan mengganggu siswa dalam hal baik
pemahaman siswa tentang suatu materi pelajaran maupun siswa
lupa dengan apa yang siswa pelajari.
d) Teman-teman yang kurang mendukung siswa
Teman-teman terdekat juga memiliki pengaruh yang besar
terhadap tingkat keberhasilan siswa maupun kegagalan siswa
dalam belajar. Teman yang mengajak kepada hal yang baik akan
membawa siswa juga ke hal-hal yang baik. Begitu juga sebaliknya,
jika membawa pengaruh buruk maka siswa hanya akan
memperburuk keadaanya. Berikut penrnyataan dari siswa:
81
“Teman-teman saya tidak pernah mengajak untuk mengaji
bersama justru teman-teman saya kalau di kelas sering ngajak
gojek terutama saat pembelajaran” (Wawancara tgl. 23 April
2019 pukul 10.00 di sekolah)
Teman-teman yang biasa mengajak kepada hal-hal yang
buruk, hanya akan membuat siswa yang awalnya kesulitan belajar
menjadi tambah kesulitannya. Artinya pengaruh dari teman itu
juga penting, sehingga mencari pertemanan yang memang dapat
membawa siswa menjadi lebih baik.
b. Upaya guru mengatasi kesulitan belajar siswa
Menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar, terutama
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, bukanlah hal yang mudah
untuk diselesaikan. Akan tetapi, bagaimana keprofesionalan dan
ketekunan seorang guru dalam mengatasi siswa tersebut. Bebagai
macam cara mulai dari pembimbingan siswa dalam pembelajaran
maupun pendekatan dengan siswa. Kesabaran seorang guru, juga
menjadi tantangan tersendiri saat menghadapi siswa tersebut. Sehingga,
guru harus pandai mencari cara atau metode yang sesuai dalam
mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar agar siswa tersebut
setidaknya dapat sedikit dengan sedikit memahami materi pendidikan
agama Islam.
Hal ini juga dilakukan oleh bapak Muhib mengatasi kesulitan
belajar siswa di kelas VIII G dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam. Menurut bapak Muhib, diantara kelas VIII yang memiliki
kesulitan belajar pendidikan agama Islam yang menghasilkan
82
banyaknya siswa memiliki pemahaman atau nilai pelajaran pendidikan
agama Islam jauh dari kata berhasil adalah kelas VIII G. Selain itu,
bapak Obrin selaku guru BK kelas VIII juga memiliki pendapat yang
sama dengan bapak Muhib. Sehingga di kelas VIII G ini, bapak Muhib
mencari cara atau metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam sesuai dengan keadaan siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Negeri 6
Salatiga, guru PAI khususnya kelas VIII memiliki jalan keluar atas
permaslahan kesulitan belajar siswa. Pada awalnya saat dihadapkan
oleh siswa khususnya kelas VIII, dimana Bapak Muhib mendapatkan
kelas yang sangat ramai, berikut pernyataan beliau:
"Saat saya dihadapkan dengan murid-murid yang memiliki
kemampuan tinggi maupun sedang dalam masalah kognitif, dan
juga dari segi sikap saat pertama kali mengajar, siswa-siswanya
dalam mengikuti pembelajaran PAI memang agak
ramai"(Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Hal ini lah, yang membuat guru PAI menacari cara agar murid
mampu mengikuti dan memahami materi yang di sampaikan oleh
gurunya, dan nantinya dapat dimanfaatkan ilmu mereka kepada
masyarakat, sekolah maupun rumah. Berikut penejlasan Bapak Muhib
mengenai kesulitan belajar:
"Penanganan untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar ini,
diperlukan beberapa trik diantaranya yaitu pemberian tugas pada
siswa. Misal memberikan tugas untuk mencari artikel. Dengan ini,
siswa dapat mencari, menemukan dan paling tidak menyimpulkan
artikel tersebut. Sedangkan selama disekolah, penting sekali
memberikan motivasi kepada siswa. Sebab ilmu agama ini bukan
saja ilmu akhirat, akan tetapi ilmu dunia juga terdapat dalam ilmu
83
agama. Jika ingin selamat akhiratnya, maka harus selamat di
dunianya. Masalah kognitif yang sering dialami oleh siswa, Dalam
hal ini tugas guru PAI adalah menyampaikan, mengarahkan
terlepas anak itu paham atau tidak, yang membuat paham anak
adalah sang pencipta yaitu Allah bukan guru yang mana tugasnya
hanya menyampaikan ilmu, mengarahkan dan membimbing.
Sedangkan yang membuat anak itu pintar adalah Allah SWT.
Namun, tugas guru agama terutama agama Islam yang paling
penting adalah mendoakan anak didiknya agar mudah memahami
materi dalam belajar. Kemudian sikap guru, yang mana nantinya
akan menjadi contoh anak didiknya, bukan hanya di kelas saja tapi
di luar kelas juga harus memberi contoh yang baik untuk anak
didik" (Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Penanganan yang dilakukan oleh bapak Muhib selaku guru
pendidikan agama Islam kelas VIII terutama di kelas VIII G ini,
mengungkapkan bahwa menangani siswa yang mengalami kesulitan
belajar adalah dengan bimbingan seorang guru. Mulai dari memberikan
dan mengarahkan tugas, yang mana tugas ini menyangkut materi
pendidikan agama Islam namun juga mengikuti perkembangan zaman
dengan melibatkan media serta teknologi informasi. Penganan yang
paling penting lagi yaitu, pemberian motivasi agar anak memiliki
semangat dan minat untuk mengikuti pembelajaran pendidikan agama
Islam yang mana nantinya siswa akan memiliki rasa ingin tahu serta
siswa tidak mengalami kesulitan belajar pendidikan agama Islam.
Berikut upaya guru PAI kelas VIII dalam menangani kesulitan
belajar siswa di kelas VIII G dalam pelajaran PAI:
1) Pemanfaatan Teknologi
Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat mengikuti zaman yang
nantinya dapat dimanfaatka sebagai media pembelajaran. Pemanfaatan
84
pencarian artikel di internet adalah salah satu cara agar anak mau
membaca materi yang terdapat dalam artikel. Sebab, anak lebih
cenderung memanfaatkan internet sebagai permainan online saja.
Siswa juga menjadi tidak mengetahui bahwa di internet memiliki
banyak materi yang belum mereka tau. Disini lah, guru PAI kelas VIII
khusus nya, memiliki ide untuk membuat anak agar tidak
memanfaatkan internet hanya untuk bermain saja. Seperti yang di
katakan Bapak Muhib:
"Untuk membuat siswa lebih memahami materi yang saya
sampaikan di sekolah, terkadang saya memberikan tugas di rumah
untuk mencari artikel dari internet sesuai dengan materi yang saya
sampaikan sebelumnya. Dengan ini, siswa dapat mencari artikel
tentang materi tersebut, kemudian siswa dapat menemukan materi
dan yang pastinya siswa membaca artile tersebut dan paling tidak
siswa mampu menyimpulkan artikel tersebut" (Wawancara tgl. 2
April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Salah satu bentuk usaha dari guru PAI khususnya kelas VIII
adalah pemanfaatan internet ini, sangat membantu siswa yang mana
awalnya siswa susah memahami salah satu materi. Namun, dengan
adanya pemberian tugas di rumah untuk mencari artikel di internet
siswa dapat memahami materi yang sebelumnya di sampaikan oleh
bapak Muhib di sekolah.
Selain itu selama pembelajaran berlangsung bapak Muhib juga
memanfaatkan media pembelajaran LCD yang sudah tersedia di
sekolah. Hal ini dikarenakan, siswa lebih mudah untuk memahami
sebuah materi ketika mereka mendapatkan materi dengan cara melihat
85
sesuatu yang menarik dan itu bisa berbentuk power point maupun
video yang ditampilkan.
Memberikan kermudahan siswa dalam memahami materi, bapak
Muhib memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah disediakan
oleh pihak sekolah SMP Negeri 6 Salatiga. Diantaranya yaitu
menggunakan media pembelajaran proyektor atau LCD, baik itu
penyampaian dengan video maupun menyampaikan dengan power
point. Sehingga siswa menjadi tertarik dan lebih atau mau
memperhatikan materi yangdisampaikan bapak Muhib. Selain itu,
untuk menambah minat siswa akan pembelajaran pendidikan agama
Islam ini, bapak Muhib memanfaatkan masjid sekolah sebagai area
pembelajaran pendidikan agama Islam. Masjid sekolah SMP Negeri 6
Salatiga, juga sudah dilengkapi dengan media pembelajaran yang
mendukung, seperti adanya LCD, papan tulis, maupun meja-meja
siswa untuk menulis. Sarpras yang mendukung proses pembelajaran
ini, memudahkan guru untuk mencari cara agar siswa tidak jenuh
selama pembelajaran berlangsung (Observasi tgl. 5 April 2019, pukul
09.30 – 11.30 di sekolah).
Selain itu, dalam wawancara dengan empat siswa kelas VIII G,
memiliki pendapat menurut keempat siswa yang saya wawancarai,
ketika guru memanfaatkan media pembelajaran menggunakan laptop
dan LCD yang biasanya di tayangkan video tentang materi yang
diajarkan serta penampilan materi yang menarik melalui power point
86
dapat menjadikan siswa tersebut tidak merasa bosan dan mudah
memahami tentang materi yang diajarkan oleh guru.
Penamfaatan sarana dan prasarana dalam bidang teknologi yaitu
LCD, memudahkan guru dalam mengajarkan suatu materi kepada
siswa. Sehingga siswa, tertarik dengan dengan apa yang dia lihat dan
sedikit demi sedikit siswa memperhatikan pembelajaran dengan
seksama.
2) Menjadi Fasilitator untuk Siswa
Terkadang kesulitan belajar siswa yang sangat terlihat jelas
adalah seringnya siswa lupa akan apa yang pernah disampaikan atau
diajarkan oleh seorng guru. Seperti yang dikatakan oleh empat siswa
dalam wawancara yang saya lakukan dengan keempat siswa, mereka
mengaku bahwa mereka terkadang mengalami lupa akan apa yang
diajarkan oleh guru. Materi yang sudah lama diajarkan atau sudah
berganti bab, dan ketika siswa disuruh mengulang oleh guru mereka,
siswa mulai mengalami lupa akan yang diajarkan guru. Apalagi pada
saat mereka menerima tugas, terkadang siswa juga lupa akan apa yang
ditugaskan oleh guru.
Setiap siswa pernah mengalami yang namanya lupa. Namun jika
hal itu sering dialami oleh siswa akan berakibat buruk bagi siswa. Hal
ini juga terjadi pada saat melakukan observasi setelah jam istirahat.
Para siswa kembali lagi ke masjid sekolah dan memulai pembelajaran
pendidikan agama Islam. Sebelum memulai pembelajaran, bapak
87
Muhib mengecek kesiapan siswa dalam belajar. Semua siswa sudah
siap memulai pelajaran, akan tetapi terdapat satu siswa yang lupa
membawa buku pendidikan agama Islam sehingga menghambat
pelajaran. Disini bapak Muhib menangani siswa ini dengan cara bicara
atau pendekatan kepada siswa alasan mengapa siswa lupa membawa
buku pendidikan agama Islam. Setelah bertanya-tanya, bapak Muhib
memberi tahukan atau mengingatkan siswa tersebut agar besok jangan
lupa membawa buku pendidikan agama Islam. Penanganan yang
dilakukan bapak Muhib, dilakukan dengan kesabaran dan juga
bijaksana kepada siswa tersebut, agar siswa tidak lagi mengulang
kesalahan yang sama dan juga siswa lainnya yang membawa buku
tidak merasa iri dengan siswa yang tidak membawa buku (Observasi
tgl. 5 April 2019, pukul 09.30 – 11.30 di sekolah).
Kejadian yang terjadi dalam pembelajaran ini, yaitu siswa
mengalami lupa membawa buku pendidikan agama Islam sehingga
menghambat pembelajaran. Bapak Muhib menangani siswa yang lupa
membawa buku ini, tidak dengan hukuman melainkan memberikan
arahan atau pendekatan dengan kepada siswa agar nantinya tidak lupa
lagi membawa buku pendidikan agama Islam.
"Saya tidak begitu memberlakukan hukuman kepada siswa yang
bersalah, karena bukan hak saya untuk memberi hukuman untuk
siswa. Mungkin hanya sebatas menegur atau mengingatkan siswa.
Namun, saya juga suka memberi hadiah bagi siswa yang ketika
ulangan mendapat nilai bagus sebagai bentuk penghargaan
terhadap siswa tersebut" (Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00
di sekolah).
88
Hal ini juga di lakukan oleh ibu Rohmantin, namun bedanya ibu
Rohmantin memberikan hukuman namun berupa hal-hal yang
mendidik siswa bukan dalam bentuk menyakiti siswa, berikup
pernyataan beliau:
“Saya berlakukan hukuman maupun hadiah, namun hukuman
yang saya berikan disini lebih mengarah kepada pelajaran.
Misalnya, ketika saya melakukan pembelajaran di masjid dan
terdapat siswa yang terlambat, saya suruh untuk sholat Dhuha dan
bersalaman kepada teman-temannya untuk minta maaf bahwa dia
terlambat dan membuat teman-temannya menjadi terhambat
dalam belajar. Sehingga, siswa tersebut tidak mengulang kembali
tindakan yang dia lakukan tadi. Sedangkam hadia, saya berikan
kepada siswa yang mendapatkan nilai bagus, dan hal ini mampu
memberikan dorongan bagi siswa untuk mendapatkan hadia
dengan cara belajar dan mendapatkan nilai bagus. Selain itu
memberi pujian juga termasuk hadiah untuk siswa, siswa akan
merasa senang ketika mereka dipuji atas hasil yang mereka
lakukan” (Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid
sekolah).
Pemberian hukuman ini, bertujuan agar siswa tidak mengulangi
kelasahan yang sama. Selain itu, pemberian hadiah juga dilakukan
agar siswa memiliki semangat lagi dalam memperhatikan guru dan
siswa yang lainnya juga memiliki semangat untuk mendapatkan
hadiah ketika mereka mendapatkan nilai bagus.
Permasalahan lupa ini, Bapak Muhib memulai dengan cara
pembiasaan di sekolah. Mulai dari sholat duha beserta bacaan-bacaan
shalat, membaca doa setelah shalat duha, serta pembacaan Asmaul
Khusna, sebelum pembelajaran dimulai, kemudia dilanjut dengan
pembiasaan shalat Jum‟at di masjid sekolah. Hal ini, bertujuan agar
89
anak terbiasa untuk melakukan amalan-amalan seperti yang
dilakukannya selama di sekolah.
"Penanganan masalah lupa pada siswa ini saya lakukan dengan
cara pembiasaan. Misal pembiasaan sunnah yaitu sholat Duha,
membaca Asmaul Khusnah dan pembiasaan yang wajib yaitu
sholat dzuhur berjamaah di masjid sekolah, kemudian sholat
Jum'at terutama yang laki-laki wajib untuk sholat berjamaah di
masjid" (Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Pembiasaan yang dilakukan oleh para siswa ini, bertujuan agar
siswa dapat memahami dan sedikit demi sedikit siswa mengingat-
ingat apa yang sudah mereka pelajari di sekolah. Kegiatan sholat
duha, ternyata sudah diberlakukan dan dilaksanakan sebelum
pembelajaran dimulai.
Sebelum memulai pembelajaran pendidikan agama Islam, bapak
Muhib membimbing siswa untuk melaksanakan sholat dhuha
berjamaah yang mana di dalam sholat tersebut untuk dua rakaat
pertama para siswa mengeraskan bacaan sholat. Hal ini dilakukan,
untuk memudahkan siswa yang tidak hafal atau lupa akan bacaan
sholat menjadi ingat dan hafal dengan bacaan sholat. Mengeraskan
bacaan sholat di dua rakaat pertama ini, dilakukan secara rutin kepada
kelas VIII G dan kelas lainnya dengan tujuan yang sama yaitu, agar
siswa menjadi hafal dan dapat mempraktekannya di masyarakat.
Kemudian didua rakaan terakhir, siswa membaca bacaan sholat
sendiri-sendiri dan di lanjutkan dengan membaca doa setelah sholat
dhuha. Membaca doa sesudah sholat dhuhapun, siswa lakukan dengan
90
mengeraskan bacaan hingga mereka sedikit demi sedikit hafal akan
doa tersebut. Sholat dhuha ini dilakukan siswa atau diadakan oleh
guru, sebagai bentuk rasa syukur siswa maupun guru karena telah
diberi kesehatan, keselamatan dan kelancaran dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam (Observasi tgl. 5 April 2019,
pukul 09.30 – 11.30 di sekolah).
Para guru pendidikan agama Islam melakukan bimbingan dan
pembiasaan sholat duha kepada siswa ini dilakukan dengan tujuan
agar siswa dapat melakukan sholat duha dengan benar dan baik.
Selain itu, siswa juga dapat mengingat bacaan-bacaan sholat serta doa
setelah sholat duha. Hal ini dilakukan, agar siswa melakukan sholat
duha ini mereka praktekan bukan hanya di sekolah saja, melainkan
juga di lingkungan rumah maupun di masyarakat.
3) Menjadi teladan yang baik
Menjadi seorang guru, dituntut untuk dapat menjadi teladan yang
baik bagi siswanya. Apa lagi saat berada di lingkungan masyarakat,
guru memberi contoh yang baik sesuai dengan aturan agama maupun
norma yang berlaku. Karena ini adalah salah satu tugas dari seorang
guru yang harus di lakukan.
"Siswa juga bisa belajar dari apa yang dia lihat dan nantinya akan
dia tiru atau ikuti. Sehingga sikap guru, yang mana nantinya akan
menjadi teladan bagi anak didiknya, harus mampu memberi
contoh yabg baik. Bukan hanya di kelas saja tapi di luar kelas
juga harus memberi contoh yang baik untuk anak didik"
(Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
91
Siswa cenderung melakukan berbagai macam hal sesuai dengan
apa yang dia lihat. Cara siswa mempelajari tingkah laku yang akan
dijadikan sebagai panutannya dan nantinya akan ditiru, dimulai dari
siswa melihat apa yang dia lihat lalu menirunya. Hal inilah mengapa
seorang guru harus menjadi teladan yang baik untuk siswa-siswanya,
mulai dari guru berpakaian, tindakan selama dikelas, cara bicara, dan
lain sebagainya.
Selama pembelajaran, penampilan seorang guru sangat
diperhatikan oleh bapak Muhib. Penampilan yang paling utama adalah
menunjukan kerapian dan kebersihan, mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki semuanya tampak rapi dan bersih. Selain itu tindakan yang
bapak Muhib berikan selama menghadapi siswa dikelas, yaitu dengan
disiplin dan bijaksana, sehingga siswa segan dengan guru dan lebih
menghormati (Observasi tgl. 5 April 2019, pukul 09.30 – 11.30 di
sekolah).
Memberikan contoh yang baik kepada siswa, dimulai dari diri
sendiri bagaimana menjaga kerapian, kebersihan maupun keindahan
baik berpaiakan, memakai sepatu dan lain sebagainya. Tindakan-
tindakan selama di kelas juga harus diperhatikan, mulai bagaimana
cara bicara yang baik, menulis atau menghapus papan tulis, cara
menangani siswa, dan lain sebagainya. Hal ini diharapkan, siswa mau
mencontoh gurunya dari cara berpakaian yang sopa, rapi dan bersih,
92
tingkah laku atau sopan santun, sehingga nantinya siswa saat berada
dimasyarakat mau mencontoh guru mereka.
4) Pembelajaran yang menyenangkan
Masalah yang sering terjadi di dalam kelas yaitu kejenuhan dalam
pembelajaran yang dirasakan oleh siswa. Kejenuhan ini diakibatkan
oleh pembelajaran yang tidak menyenangkan atau kurang menarik.
Disinilah tugas guru untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi
menyenangkan dan membuat siswa memiliki minat yang tinggi akan
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Masalah kejenuhan ini, juga
diakui oleh siswa melalui wawancara mengatakan bahwa terkadang
mereka mengalami jenuh atau bosan ketika pembelajaran yang sedang
berlangsung tidak menyenangkan dan terlalu serius. Selain itu juga
siswa mengatakan biasanya mereka merasa mengantuk di kelas. Akan
tetapi mereka juga mengatakan, mereka tidak merasa bosan dan
menagntuk ketika pembelajaran tidak terlalu serius dan
menyenangkan. Sehingga mereka lebih suka pembelajaran yang serius
tapi santai.
Bisa dikatakan, dari pemaparan diatas bahwa siswa mengalami
kejenuhan atau bosan serta merasa mengantuk pada saat pembelajaran
yang mereka lakukan terlalu serius dan tidak menyenangkan untuk
siswa. Sehingga bapak Muhib menggunakan beberapa cara agar siswa
tidak merasa bosan selama pembelajaran berlangsung. Sebelum
pembelajaran dimulai, bapak Muhib mengarahkan para siswanya
93
menuju ke masjid sekolah untuk melakukan sholat duha dan juga
untuk menjadikan suasana belajar yang berbeda.
Pertemuan kali ini, bapak Muhib mengarahkan siswa-siswanya
menuju ke masjid sekolah. Hal ini dilakukan bapak Muhib, untuk
melakukan pembelajaran yang menyenangkan dengan tidak hanya
berada di dalam kelas saja, namun dengan belajar di dalam masjidpun
juga dapat menyenangkan dan juga siswa mendapat suasana yang
berbeda. Diharapkan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik
selama berada di masjid sekolah. Tujuan lain yaitu untuk
memperkenalkan siswa kepada fungsi masjid yang bukan hanya untuk
sholat saja. Akan tetapi fungsi masjid yang lain adalah sebagai tempat
menimba ilmu, baik itu dalam bentuk ceramah, mengaji maupun tukar
fikiran satu dengan yang lain (Observasi tgl. 5 April 2019, pukul
09.30 – 11.30 di sekolah).
Menghindari rasa bosan akan suasana kelas dalam pembelajaran,
bapak Muhib mengadakan pembelajaran didalam masjid. Suasana
yang membuat siswa nyaman dalam belajar akan memudahkan siswa
lebih memperhatikan guru saat pembelajaran dimulai. Hal ini juga
sesuai dengan yang dikatakan oleh ibu Rochmantin dalam wawancara.
“Untuk menghindari kejenuhan siswa, saya menggunakan masjid
sekolah untuk sebagai tempat pembelajaran PAI. Disini, mereka
lebih santai dan enjoy, paling tidak siswa dapat merasakan
lingkungan yang berbeda dari saat mereka berada dikelas”
(Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid sekolah).
94
Selain itu, untuk menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan
lagi, seorang guru harus tau metode pembelajaran apa yang tepat
digunakan sesuai dengan keadaan siswa di kelas. Metode
pembelajaran yang tepat diberikan kepada siswa akan memudahkan
seorang guru untuk menyampaikan materi dan juga memudahkan
siswa memahami materi yang disampaikan guru.
"Untuk menghadapi siswa terutama di kelas VIII G yang mana
kelas ini beda dari pada kelas yang lain, saya menggunakan
metode ceramah, kemudian metode langsung praktek maksudnya,
setelah siswa mendapatkan materi yang sudah di dapat, mereka
dapat langsung mempraktekannya di kelas" (Wawancara tgl. 2
April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Menghadapi siswa yang merasa jenuh dikelas, bapak Muhib
melakukan metode ceramah yang mana setelah melakukan metode
ceramah langsung menjelaskan dengan praktek. Metode inipun juga
dipakai oleh ibu Rochmantin, berikut penjelasannya:
“Setiap pembelajaran saya menggunakan metode pembelajaran
yang campuran, hal ini dikarenakan setiap kelas atau siswa
memiliki tingkat pemahaman mereka masing-masing. Jadi mana
yang cocok untuk digunakan ketika siswa bisa memahami materi
yang kita sampaikan, maka metode itulah yang saya pakai untuk
pembelajaran di kelas tersebut. Metode pembelajaran dengan
ceramah itu wajib, tidak mungkin jika agama itu tanpa adanya
menggunakan ceramah dan juga saya menggunakan metode
praktek atau demonstrasi. Contohnya saja dalam bab mengenai
sholat, pertama saya menggunakan metode ceramah atau
menjelaskan materi terlebih dahulu mengenai sholat, mulai dari
pengertian, manfaat, bacaannya, tata cara nya dan kemudian baru
praktek di mushola dengan geraknnya dan bacaan-bacaan dalam
sholat. Sehingga siswa dapat memahami dengan baik tentang bab
sholat ini yang nantinya akan mereka gunakan sehari-hari”
(Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid sekolah).
95
Metode ceramah ini, harus ada dalam setiap pembelajaran. Seperti
yang diakatakn oleh ibu Rochmantin bahwa agama tidak mungkin
dijelaskan tanpa adanya metode ceramah. Penjelasan-penjelasan
melalui metode ceramah ini harus ada untuk memberikan atau
memahamkan anak akan materi yang disampaikan oleh guru. Praktek
yang dilakukan oleh guru ini, bertujuan agar siswa lebih mudah lagi
dalam memahami materi yang disampaikan melalui metode ceramah.
Beberapa siswa, disaat pembelajaran sudah dimulai, mereka mulai
menunjukan gejala- gejala merasa bosan atau jenuh di dalam kelas.
Dimulai dari mengantuk atau bermain dengan alat tulis mereka
maupun mulai mengobrol dengan temannya. Hal ini sesuai dengan
observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dimana diantara mereka ada
yang asik bermain dengan alat tulis mereka dan juga mulai berbicara
sendiri dengan temannya. Sehingga, guru harus mencari cara agar
materi yang disampaikan dapat di terima siswa dan dipahami siswa.
Maka dari itu, pembelajaran pendidikan agama Islam ini, juga
dilakukan bapak Muhib dengan membuat kelompok belajar siswa.
Disini siswa diberi tugas untuk mencari dan merangkum tugas materi
yang tadi sudah disampaikan oleh bapak Muhib yang mana setiap
kelompoknya terdiri dari empat siswa agar nantinya dapat membuat
siswa menjadi lebih fokus dan memudahkan siswa dalam mengerjakan
tugas. Para siswa mulai antusias mencari jawaban dari tugas yang
diberikan bapak Muhib, meskipun ada beberapa siswa di dalam
96
kelompok berbicara bukan masalah tugas melainkan maslah yang lain
dengan temannya. Namun bapak Muhib, memberikan batasan waktu
dalam mengerjakan tugas kelompok belajar. Hal ini, membuat siswa
lebih terpacu dan lebih fokus untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan agar selesai tepat waktu (Observasi tgl. 5 April 2019, pukul
09.30 – 11.30 di sekolah).
Menjadikan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas
membuat para siswa menjadi semangat dan tidak merasa bosan selama
pembelajaran. Diawal pembelajaran siswa mengalami jenuh, sehingga
bapak Muhib membuat kelompok-kelompok belajar siswa dengan
tujuan agar siswa tidak mengalami jenuh dan juga sedikit demi sedikit
memahami materi yang disampaikan oleh bapak Muhib sabelumnya.
5) Memberi motivasi
Guru adalah motivator bagi siswanya, berbagai macam cara
diberikan oleh guru agar siswanya tidak lagi memiliki masalah
terutama dalam hal kesulitan belajar. Seperti yang dikatakan oleh
bapak Obrin sebagai berikut:
“Tipe-tipe anak itukan bermacam-macam, ada yang ditegur atau
diajak bicara, siswa tersebut mau mendengarkan ada juga siswa
yang mendapatkan perhatian khusus. Untuk siswa yang
mendapatkan perhatian khusus biasanya kami menyarankan
kepada orang tua, siswa tersebut untuk mengikuti les privat bukan
bimbel, karena jika dasarnya siswa ini belum bagus kalau
mengikuti bimbel maka siswa tersebut akan kesulitan, namun
sebaliknya jika siswa memiliki dasar yang bagus mengikuti
bimbel akan semakin bagus lagi. Kami menyarankan les privat
ini, agar siswa lebih dapat memahami materi dan mau bertanya
apa yang siawa tersebut anggap sulit kepada guru les privatnya.
97
Apalagi les privat itu guru les akan lebih terfokus pada siswa”
(Wawancara tgl, 20 Mei 2019 pukul 09.30 di ruang BK).
Memberikan motivasi kepada siswa untuk memiliki semangat
dalam belajar, dilakukan seorang guru agar nantinya siswa menjadi
lebih berminat dan juga memiliki rasa ingin tau yang tingggi, dengan
begitu siswa akan mudah menerima materi yang disampaikna guru.
Seperti yang dilakukan oleh bapak Muhib, dalam memberikan
motivasi untuk meningkatkan semagat belajar siswa.
“Motivasi ini berupa, bahwa yang semua di lakukan di dunia
akan dimintai pertanggung jawaban nanti di akhirat, dan
pertanggung jawaban ini bukan berbentuk kelompok tetapi
individu. Memotivasi anak sangat penting dan dilakukan sedini
mungkin. Terutama dalam tanggung jawab kita sebagai manusia
itu lebih berat dan besar dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Karena kita membawa misi Khalifatul fil Ard, dan misi ini tidak
bisa dilakukan oleh makhluk-makhluk lainnya” (Wawancara tgl.
2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Motivasi yang dilakukan oleh bapak Muhib ini yaitu memberikan
penyadaran kepada siswa akan apa yang nantinya mereka peroleh dari
apa yang mereka tanam. Memberikan pengertian tentang amal atau
perilaku baik maupun buruk yang mereka berikan selama berada di
dunia, mereka akan mendapatkannya nanti diakhirat sesuai dengan
amalan yang mereka lakukan selama di dunia. Sehingga bapak Muhib
ini, menerangkan materi dengan memberikan motivasi sesuai dengan
kehidupan sekitar masyarakat.
Proses pembelajaran pendidikan agama Islam, diawali dengan
membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan absen yang
98
dilakukan oleh bapak Muhib untuk mengecek kehadiran siswa-
siswanya. Jam pertama pembelajaran, bapak Muhib membahas soal-
soal yang terdapat di lembar kerja siswa atau LKS materi tentang
makanan dan minuman halal. Bapak Muhib dalam membahas soal-
soal yang terdapat dalam LKS ini, selalu memberikan beberapa
motivasi-motivasi yang sesuai materi dengan kehidupan nyata.
Motivasi ini diberikan oleh bapak Muhib, agar siswa dapat
mengetahui apa yang dibolehkan untuk dilakukan menurut agama
Islam dan apa yang tidak boleh untuk dilakukan menurut agama.
Seperti yang dijelaskan bapak Muhib kepada siswanya, bahwa
makanan maupun minuman yang baik dan halal akan membawa pada
jasmani dan rohani yang sehat, sedangkan makanan maupun minuman
yang tidak baik dan haram akan membawa kepada jasmani dan rohani
yang tidak sehat. Diberikannya motivasi-motivasi ini, diharapkan
siswa akan mengetahui ajaran agama Islam dan juga memiliki minat
maupun rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran pendidikan
agama Islam. (Observasi tgl. 5 April 2019, pukul 09.30 – 11.30 di
sekolah).
Observasi yang saya lakukan ini, memperlihatkan bapak Muhib
memerikan motivasi sesuai dengan apa yang sedang beliau ajarkan
kepada siswa-siswanya dan disangkut pautkan dengan kehidupan
sehari-hari, yang mana nantinya siswa akan mengetahui apa yang
99
mendatangkan manfaat untuk diri mereka dan apa yang membawa
keburukan untuk mereka.
“Memberi motivasi kepada siswa agar mau atau semangat dalam
belajar PAI, yaitu memberi tahukan akan manfaat-manfaat yang
nantinya akan diterima siswa baik itu di dunia maupun di akhirat
ketika mereka mau mempelajari ilmu-ilmu yang pernah mereka
pelajari. Misal ketika mereka belajar mengaji, maka manfaat yang
akan mereka terima bukan hanya pahala untuk bekal di akhirat
saja, tapi di duniapun juga mendapat manfaat yaitu berupa rizki
baik itu bersifat materi maupun non materi. Jadi, kita beri
motivasi bagaimana siswa agar suka akan materi tersebut dengan
kita hubungkan dengan kehidupan sehari-hari” (Wawancara tgl.
24 April 2019 pukul 9.00 di masjid sekolah).
Berdasarkan paparan ibu Rochmantin, motivasi yang diberikan
selama pembelajaran, yaitu mengaitkan materi yang sedang dibahas
dengan kehidupan sehari-hari. Memberikan motivasi seperti ini, siswa
akan memiliki semangat belajar atau rasa ingin tahu tentang hal-hal
yang berhubungan dengan agama dan kehidupan sehari-hari.
Setidaknya siswa mulai sedikit demi sedikit memahami makna atau
manfaat mempelajari pendidikan agama Islam untuk pedoman hidup
mereka nantinya.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa
Mengatasi kesulitan belajar siswa tidaklah mudah, banyak hal yang
harus dilalui oleh seorang guru untuk menyelesaikannya.
Penyelesaiannyapun juga dibutuhkan cara-cara khusus dan tepat pada
sasaran. Jika salah dalam penanganan maka akan berakibat lebih buruk
lagi. Sehingga untuk menyelesaikannya juga dibutuhkan dukungan-
100
dukungan baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah dan
masyarakat. Setiap permasalahan yang akan diselesaikan pasti terdapat
pendukung dan juga penghambatnya, berikut adalah pemaparan faktor
pendukung dan juga faktor penghambat dalam menangani kesulitan
belajar siswa menurut bapak Muhib dan ibu Rochmantin.
1) Faktor pendukung
a) Sarana dan prasarana yang sudah lengkap
Kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah menjadi salah
satu pendukung sebuah pembelajaran. Selama proses belajar
mengajar berlangsung sarpras ini sangat dibutuhkan oleh seorang
guru. Baik itu berbentuk elektronik maupun non elektronik.
Mengatasi kesulitan belajar siswa juga dibutuh dukungan melalui
sarana dan prasarana di sekolah. Di SMP Negeri 6 Salatiga ini,
sudah di lengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung
berlangsungnya proses pembelajaran.
Observasi yang saya lakukan di SMP Negeri 6 Salatiga, sarana
dan prasarana yang berada di sekolah ini sudah terpenuhi dan
lengkap. Setiap kelas memiliki LCD dan papan tulis putih dalam
keadaan baik dan memudahkan untuk berjalanannya proses
pembelajaran. Masjid sekolah sebagai tempat beribadah, juga
dilengkapi dengan LCD maupun meja kecil dengan tujuan untuk
pembelajaran di dalam masjid sekolah. Selain itu masjid sekolah
101
juga luas, sehingga cukup menampung tiga kelas. (Observasi tgl. 5
April 2019, pukul 09.30 – 11.30 di sekolah).
Sarana sekolah yang lengkap, sangat mendukung untuk proses
pembelajaran di kelas. Siswa akan tertarik dengan pembelajaran
yang sudah didukung untuk mereka belajar. Seperti yang dikatakan
oleh ibu Rochmantin sebagai berikut:
“Faktor pendukung dalam menangani siswa, alkhamdulillah
media pembelajaran di sekolah sudah cukup baik. Mulai dari
papan tulis, dan di setiap kelas sudah dilengkapi dengan LCD
untuk mendukung pembelajaran semakin lebih efektif.
Penampilan video maupun gambar dan materi (power point),
menambah wawasan siswa dan mempermudah pemahaman
siswa akan materi yang disampikan. Sarpras sekolah juga
dalam keadaan baik” (Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul
9.00 di masjid sekolah).
Menurut bapak Muhib, pendukung untuk menangani kasus
seperti ini, dibutuhkan sarpar yang baik pula, dan sarpras yang ada
di SMP 6 Salatiga sudah lengkap dan juga dalam keadaan baik.
Seperti yang beliau tuturkan sebagai berikut:
“Faktor pendukung semuanya sudah mendukung, dan sarpras
juga mendukung. Mulai dari LCD di setiap kelas, papan tulis,
maupun perpustakaan dan masjid sudah dilengkapi dan
disediakan. Jadi dalam pembelajaranpun juga sudah
dimudahkan dengan adanya sarpras tersebut, untuk mengatasi
siswa yang kesulitan belajar adanya sarpras ini juga membantu
sekali” (Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Sarpras yang mendukung akan memberikan kemudahan
seorang guru dalam menyampaikan setip materi yang akan
disampaikan kepada siswanya. Selain itu, siswa juga terbantu
102
dalam belajar maupun memperhatikan atau memahami materi yang
disampaikan seorang guru.
b) Suasana sekolah yang nyaman
Suasana di sekolah juga menjadi salah satu faktor pendukung
dari kelancaran proses belajar dan mengajar. Sekolah yang
memiliki lokasi tenang tanpa ada kebisingan kendaraan maupun
kerumunan orang, akan membuat pembelajaran lebih tenang dan
lancar. Berikut menurut bapak Muhib:
“Kondisi sekolah yang nyaman, lingkungan yang mendukung
dan kondusif dimana disini tidak bising dengan keramaian
kendaraan, serta guru-guru yang ramah, baik pada guru yang
lain maupun dengan siswa” (Wawancara tgl. 2 April 2019
pukul 9.00 di sekolah).
Selain itu, seperti yang dikatakan oleh bapak Obrin sebagai
berikut:
“Di SMP Negeri 6 ini pertama kali yang dilakukan adalah
membuat siswa nyaman dan aman terlebih dulu dan bisa
menyerap apa yang dimiliki siswa dan dikembakan”
(Wawancara, 20 Mei 2019 pukul 09.30 di ruang BK).
Kenyamanan yang diberikan sekolah bukan hanya dalam hal
keadaan lingkungan sekolah saja, namun sambutan yang baik dari
guru kepada siswa juga menjadi kenyamanan tersendiri. Sehingga
siswa menjadi lebih nyaman dan aman ketika mereka berada di
sekolah.
103
2) Faktor penghambat
a) Minat siswa
Minat siswa sangat berperan penting dalam keberlangsungan
sebuh pembelajaran. Sebab, ketika siswa belajar dan tidak memiliki
minat dalam pembelajaran terutama pada pendidikan agama Islam,
akan menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Pembelajaran
yang membuat siswa kurang dalam minatnya, kemungkinan
pembelajrana yang dihadapi oleh siswa tidak sesuai dengan
kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapannya, tidak sesuai
dengan tipe-tipe khusus anak, yang mana nantinya akan banyak
menimbulkan problem pada diri siswa.
Siswa yang memiliki minat lemah terutama dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, adalah siswa yang lebih
suka akan pembelajaran yang menyenangkan dengan didukung
suasana yang cocok untuk belajar. Menurut ibu Rochmantin
sebagai berikut:
“Ada siswa yang memiliki minat besar ada juga siswa yang
memiliki minat lemah. Siswa yang memiliki minat belajar PAI
tinggi atau besar rata-rata adalah siswa yang keingin tauan atau
keingin bisaan mereka dalam hal mengaji maupun ibadah dan
mengikuti ekstra keagamaan Islam di sekolah yang tinggi.
Sedangkan siswa yang lemah dalam minat belajar PAI adalah
siswa yang rata-rata tidak dapat mengaji dan biasanya
dirumah, siswa tidak mendapatkan pengarahan dari orang tua
untuk meningkatkan ke Isalaman mereka melalui ibadah,
meskipun di sekolah siswa sudah diajarkan dan dibimbing agar
mau beribadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini, minat siswa
dalam pelajaran PAI menjadi kurang. Maka dari itu, guru
agama wajib kerja keras untuk menciptakan siswa berminat
104
dengan pelajaran PAI” (Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul
9.00 di masjid sekolah).
Minat lemah yang dimiliki oleh beberapa siswa ini disebabkan
dengan tidak pernahnya mereka dikenalkan agama Islam oleh
orang tua mereka misal dalam bentuk mengaji. Sehingga beberapa
siswa tersebut tidak memiliki minat atau ketertarikan dengan
pembelajaran pendidikan agama Islam. Selain itu, tergantung pada
guru juga selama pembelajaran berlangsung di dalam kelas yang
monoton, seperti yang diutarakan oleh bapak Muhib sebagai
berikut:
“Minat belajar yang dimiliki pada siswa baik itu tinggi maupun
rendah, itu tergantung pada guru bagaimana mengajarkan
materi kepada siswa. Bagaimana guru menyampaikan materi
selama pembelajaran, menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Jika tidak menyenangkan dan cenderung
monoton, siswa tidak akan tertarik atau berminat dengan
pelajaran ang diampu oleh guru tersebut” (Wawancara tgl. 2
April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Minat siswa yang lemah, juga tergantung bagaimana guru
tersebut menyampaikan materi pelajaran kepada siswa selama
pembelajaran berlangsung. Guru yang hanya menyampaikan materi
tidak jelas dan membuat siswa kebingungan dalam pelajaran, serta
tanpa adanya kreativitas maupun metode dalam pembelajaran,
cenderung membuat siswa tidak berminat dengan apa yang
disampaikan oleh guru.
105
b) Orang tua yang kurang mendukung
Selama berada di sekolah, siswa mendapatkan pengawasan
oleh bapak dan ibu guru. Mulai dari bagaimana siswa belajar di
kelas, sikap selama berada di sekolah, dan pergaulan dengan teman
sebayanya. Pengawasan yang dilakukan oleh bapak maupun ibu
guru, hanya sebatas waktu selama pelajaran di sekolah. Setelah
selesai sekolah, siswa kembali di awasi oleh orang tua. Namun,
tidak semua siswa dapat diawasi orang tua selama siswa tersebut
dirumah. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Muhib:
"Terbatasnya waktu siswa di sekolah untuk bertemu seorang
guru, selama di sekolah semua tingkah laku siswa baik maupun
buruk, guru bisa langsung menangani disaat itu juga selama di
sekolah. Tapi, setelah selesai sekolah pengawasan baik itu
tingkah laku siswa maupun ia belajar, kami kembalikan ke
orang tua untuk mereka awasi. Selama berada di rumah, ada
sebagaian siswa yang tidak di awasi oleh orang tua mereka.
Karena sebagian besar orang tua siswa ini adalah pekerja baik
bapak maupum ibu mereka. Sehingga selama dirumah, siswa
ini kurang mendapat pengawasan kedua orang tuanya"
(Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Diutarakan juga hal yang sama oleh ibu Rochmantin selaku
guru pendidikan agama Islam kelas VII.
“Kesulitan siswa ini, diawali dari lingkungan rumah yang
biasanya tidak mendukung siswa untuk belajar agama terutama
dalam hal ke-Islaman, misalnya dalam hal mengaji dan sholat.
Saya juga sempat bertanya kepada siswa yang belum bisa
mengaji, kalau dirumah sempat mengaji atau tidak? Siswa
menjawab bapak dan ibu saya tidak bisa mengaji dan tidak
pernah mengajarkannya, jadi saya juga tidak bisa mengaji.
Namun sebagai guru, kita harus memberi arahan dan
membimbing siswa agar bagaimana caranya siswa bisa
mengaji. Maka dari itu, untuk siswa yang belum bisa mengaji
saya arahkan untuk berdampingan dengan siswa yang bisa
106
mengaji agar nantinya siswa ini mau belajar sedikit demi
sedikit dan nantinya siswa ini mampu membaca Al-Qur'an”
(Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid sekolah).
Peran orang tua juga sangat penting dalam menjadikan siswa
itu berhasil atau tidaknya dalam belajar. Dukungan dari orang tua
dapat membantu menumbuhkan sikap siswa menjadi lebih baik di
lingkungan keluarga, di masyarakat, maupun selama berada di
sekolah. Seperti yang dikatakan oleh bapak Muhib:
"Setiap anak atau siswa, membutuhkan seorang figur atau
contoh yang nantinya dapat mereka tiru maupun sebagai
motivasinya dalam menggapai cita-cita anak. Karena anak itu,
cenderung belajar melalui apa yang dia lihat, lalu mereka tiru
sesuai dengan figur atau contoh yang mereka lihat. Misalnya,
di sekolah siswa mendapat materi tentang sholat lima waktu.
Namun, karena di rumah siswa ini tidak pernah melihat orang
tuanya sholat, maka dia juga tidak akan melakuka sholat lima
waktu" (Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Inilah mengapa peran orang tua di rumah sangat penting dan
sangat dibutuhkan anak atau siswa yang mana orang tua merupakan
contoh untuk mereka selama di rumah. Tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh siswa baik atau tidaknya, maupun keaktifannya
untuk belajar, bukan hanya guru saja tapi orang tua juga wajib
mengawasi anak mereka terutama selama berada di rumah.
Pembelajaran pertama yang didapatkan oleh seorang siswa
yaitu berada dilingkungan keluarga. Baik atau buruknya situasi
maupun kondisi di lingkungan keluarga menentukan baik atau
buruknya keadaan siswa. Salah satunya yaitu masalah kesulitan
belajar siswa dengan pelajaran pendidikan agama Islam. Apa lagi
107
jika lingkungan keluaraga tidak mendung siswa untuk belajar
agama Islam.
“Kesulitan siswa ini, diawali dari lingkungan rumah yang
biasanya tidak mendukung siswa untuk belajar agama terutama
dalam hal ke-Islaman, misalnya dalam hal mengaji dan sholat.
Saya juga sempat bertanya kepada siswa yang belum bisa
mengaji, kalau dirumah sempat mengaji atau tidak? Siswa
menjawab bapak dan ibu saya tidak bisa mengaji dan tidak
pernah mengajarkannya, jadi saya juga tidak bisa mengaji”
(Wawancara tgl. 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid sekolah).
Hal yang sama juga diutarakan oleh bapak Muhib.
“Untuk faktor pengahambat disini yaitu dari pihak keluarga itu
sendiri. Guru di sekolah sudah mengarahkan ke hal yang baik,
namun dirumah tidak didukung, siswa hanya sebatas
mengetahui dan melakukan di sekolah saja. Misalnya, di
sekolah sudah di ajarkan sholat duha, tapi di rumah belum tetu
di ajarkan. Siswa juga butuh figure atau contoh yang baik
terutama dalam bidang agama seperti sholat maupun mengaji”
(Wawancara tgl. 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah).
Pemaparan diatas, dapat diambil pengertian bahwa sebenarnya
keberhasilan seorang siswa dalam belajar karena adanya dukungan
dari keluarga. Namun, ketika keluarga tidak pernah memberi
arahan maupaun contoh dalam bidang agama Islam, justru akan
membuat siswa menjadi tampak kesusahan ketika mendapati
pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.
108
B. Analisis Data
Setelah semua data dipaparkan, pada bagian ini peneliti akan
memberikan analisis dari data yang sudah dipaparakan tersebut. Analisis ini
akan membahas dan menghubungkan antara kajian pustaka dengan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Negeri 6 Salatiga.
Terkadang apa yang ada di dalam kajian pustaka dengan kenyataan yang ada
di lapangan tidak sama dengan atau sebaliknya. Keadaan inilah yang perlu
dibahas lagi, sehingga perlu penjelasan lebih lanjut antara kajian pustaka yang
ada, dengan dibuktikan dari kenyataan yang ada. Berkaitan dengan judul
skripsi ini, dan untuk menjawab fokus penelitian yang telah tercantum pada
bab awal, maka dalam analisis ini akan membahas satu persatu fokus
penelitian yang ada.
1. Penyebab siswa di SMP Negeri 6 Salatiga mengalami kesulitan belajar
pada pembelajaran PAI
Setiap siswa di sekolah, memiliki karakteristik untuk memahami
sebuah materi atau pelajaran tertentu. Sistem belajar apa yang dimiliki
siswa, agar dapat memahami suatu materi yang diajarkan oleh seorang
guru. Namun, terkadang siswa memiliki kesulitan-kesulitan dalam setiap
menjalani pemahaman materi yang diajarkan oleh guru. Salah satu
kesulitan pada siswa yang sering dijumpai yaitu kesulitan belajar siswa.
Akibat dari kesulitan belajar ini, menimbulkan hasil belajar siswa kurang
maksimal atau di bawah rata-rata.
109
Kesulitan belajar siswa, adalah kondisi dimana siswa memiliki
gangguan baik itu dari dirinya sendiri maupun lingkungan, yang
mengakibatkan siswa terganggu dalam pengembangan kemampuan.
Gangguan pada lingkungan biasanya diakibatkan dari keluarga atau
orang tua dan guru yang mengajar di sekolah. Sedangkan, dari diri siswa
yaitu minat yang kurang akan suatu pelajaran, tidak adanya motivasi
pada diri siswa dan keadaan siswa yang kurang baik atau sakit. Hal inilah
yang bisa mengganggu perkembangan kemampuan siswa, yang
seharusnya siswa mampu menjadi tidak mampu.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
ini termasuk kedalam kebiasaan belajar siswa yang salah. Setiap siswa,
memiliki cara sendiri untuk memahami suatu materi pelajaran. Berbagai
macam cara dilakukan sebagaian siswa agar dapat memahami suatu
materi pembelajaran atau hasil belajar yang lebih baik lagi. Namun, juga
terdapat bebrapa siswa yang hanya belajar jika ujian atau ulangan akan
datang. Kebiasaan belajar yang tidak baik, kesulitan belajar bisa timbul
pada anak yang mempunyai kebiasaan belajar yang tidak baik, seperti
menunda belajar. Belajar hanya bila akan ada ujian, mempunyai
kebiasaan menyontek atau meminjam pekerjaan teman (Lilik, 2011:
129).
Cara belajar yang dilakukan oleh siswa yang hanya akan belajar
ketika diadakannya ulangan atau ujian, akan menjadi kebiasaan buruk
untuk siswa. Hal ini, akan membuat siswa menjadi sulit dalam belajar
110
dan memahami materi. Sehingga, hasil belajar siswa tidak maksimal dan
pemahaman siswa akan meteri yang rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat diketahui bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa
kelas VIII G di SMP Negeri 6 Salatiga dalam mengikuti pembelajaran
pendidikan agama Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan eksternal diantaranya yaitu minat siswa, orang tua, guru dan cara
belajar yang salah, berikut penjelasannya:
a. Penyebab dari intern siswa
1) Pemahaman siswa yang kurang terhadap materi yang diajarkan
Pemahaman siswa akan suatu materi memang sangat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Siswa yang mengalami pemahaman yang kurang
terhadap materi, guru harus mempunyai penyelesaian yang dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Apabila
dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar kesulitan belajar siswa
dalam menerima pelajaran, maka perlu diadakan suatu program
perbaikan demi peningkatan prestasi belajar siswa sehingga dalam
pelajarannya mereka tidak jauh ketinggalan dari pada teman-
temannya (Baharuddin, 2016:215).
Penyebab dari kurang pahamnya suatu materi yang diteriam
oleh siswa, bisa diakibatkan dari siswa yang salah satunya yaitu
lupa akan materi yang disampaikan oleh guru. Lupa dapat terjadi
111
karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan
atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagaian ahli, materi yang
diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk kealam
bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi
pelajaran baru (Muhibbin, 2017:172).
2) Minat siswa yang kurang
Kesukaan siswa akan suatu materi pelajaran, membuat siswa
akan lebih mempelajari dari pada materi pelajaran yang tidak
disukai oleh siswa. Keahlian yang dimiliki siswa atau bakat dalam
pelajaran yang disukai akan lebih mudah dipelajari oleh siswa.
Seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya.
Apabila seorang anak harus mempelajarai bahan yang lain dari
bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang
(Makmun, 2017:259).
Tidak bisanya suatu materi yang dipelajari oleh siswa,
dikarenakan siswa tidak begitu berbakat dalam materi pelajaran
yang memang bukan keahlian siswa. Sehingga, siswa akan
mengalami cepat bosan di dalam kelas dan menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar pada materi pelajaran yang memang
bukan yang siswa sukai.
3) Kurang dapat memanfaatkan waktu untuk belajar
Siswa yang kurang memanfaatkan waktu luang mereka untuk
belajar, dapat menghambat atau membuat siswa mengalami
112
kesulitan belajar yang berakibat kurangnya pemahaman siswa
maupun prestasi siswa yang menurun. Televisi, surat kabar,
internet, buku-buku komik, bioskop, yang ada di sekeliling kita.
Hal-hal itu akan menjadi penghambat belajar apabila anak banyak
waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa tugasnya sekolah
(Makmun, 2017:273).
Waktu luang yang dimiliki siswa, tidak digunakan dengan
baik oleh siswa untuk belajar, akan tetapi siswa gunakan untuk
menonton TV atau main dengan teman-temannya serta bermain HP
yang membuat mereka lupa akan waktu belajar. Sehingga siswa
tidak sempat untuk mengulang materi yang di pelajari selama
sekolah.
4) Kebiasaan belajar yang salah
Kebiasaan belajar siswa yang hanya dilakukan disaat akan
adanya ujian maupun hanya ada PR, akan menjadi penyebab siswa
mengalami kesulitan belajar. Apa lagi siswa hanya mengandalkan
belajar dari penyampaian guru selama berada di sekolah. Jika anak
didik hanya menggantungkan diri dari hasil pelajaran yang
diberikan oleh guru di sekolah, tentu saja hasilnya kurang
memuaskan. Apa lagi, jika sepulang sekolah, anak tidak mau
belajar, maka hal ini tidak akan mendukung terhadap keberhasilan
pendidikan yang ditempuhnya. Kebiasaan malas merupakan
problem yang perlu diatasi oleh orang tua terhadap kegiatan belajar
113
anak didik di rumah serta kegiatan lain yang dapat mendukung
keberhasilan dalam meraih prestasi belajarnya (Baharuddin,
2016:204).
Siswa yang hanya mengandalkan belajar di sekolah dari
pengajaran guru, dan juga tidak dipelajari lagi setelah pulang
sekolah, akan mengakibatkan siswa menjadi berkurang akan
pemahaman materi pelajaran. Kebiasaan siswa yang belajar jika
hanya ada PR dari sekolah dan juga akan ada ulangan maupun
ujian saja, membuat siswa harus ekstra dalam memahami pelajaran
yang akan dibuat ulangan. Sehingga siswa mebebani dirinya sendiri
dan membuat kapasistas kemampuan siswa untuk memahami
materi pelajaran dalam sehari sebelum ujian atau ulangan dimulai.
5) Kurang motivasi dalam belajar
Motivasi belajar yang kurang dimiliki oleh siswa menjadikan
siswa tersebut tidak memperdulikan pelajaran yang dipelajarinya.
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan
belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan gigih tidak mau
menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan
prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka
yang motivasinya lemah, nampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
114
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, akibatnya banyak
mengalami kesulitan belajar (Makmun, 2017:260-261).
Belum termotivasinya siswa akan pelajaran yang dipelajarinya
dan tidak tahu pelajaran yang siswa pelajari untuk apa, akan
membuat siswa tidak memperhatikan pelajaran yang dihadapinya.
Sehingga, siswa tidak memiliki target tertentu dalam pelajaran
tersebut. Bahkan sebagian memiliki target hanya saja tidak
mengetahui caranya dan membuat siswa menjadi malas dalam
belajar.
b. Penyebab dari ekstern siswa
1) Mengajar guru yang kurang dapat menggunakan metode yang tepat
Cara mengajar guru yang salah di dalam kelas, mejadikan
siswa akan sulit menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Mulai dari rasa bosan di kelas dan akibatnya menjadikan siswa
tidak memperhatikan pelajaran dan bermain sendiri selama berada
dikelas. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar yaitu, metode belajar yang menyebabkan murid pasif,
sehingga anak tidak ada aktivitas. Kemudian metode mengajar
tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai
bahan. Selain itu, guru hanya menggunakan satu metode saja dan
tidak bervariasi. Hal ini menjunjukan metode guru yang sempit,
tidak mempunyai kecakapan diskusi, tanya jawab, eksperimen,
115
sehingga menimbulkan aktivitas murid dan suasana menjadi hidup
(Makmun, 2017:270).
Pemberian metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan
keadaan siswa, akan membuat siswa menjadi pasif dan tidak aktif
di dalam kelas. Siswa cenderung hanya akan memperhatikan
namun tidak memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Akibatnya siswa akan merasa jenuh dan melakukan kesibukan
sendiri selama berada di kelas.
2) Kurang perhatian orang tua
Selain guru, peran orang tua di dalam keberhasilan belajar
siswa juga sangat penting. Perhatian orang tua yang diberikan
kepada siswa, akan menjadi penyemangat siswa dalam belajar.
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala
yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-
anaknya. Karena sikap orang tua yang bermalas-malasan tidak
baik, hendaknya dibuang jauh-jauh. Demikian juga belajar
memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan
tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang
sibuk bekerja, sibuk berorganisasi, berarti anak tidak mendapatkan
pengawasan dari orang tua, sehingga memungkinkan akan banyak
mengalami kesulitan belajar (Makmun, 2017:266).
Guru adalah pengawas siswa selama berada di sekolah,
sedangkan orang tua menjadi pengawas belajar siswa selama
116
berada di rumah. Apapun yang dilakukan oleh orang tua selama
berada di rumah juga akan ditiru oleh siswa. Pengawasan orang tua
terhadap siswa selama belajar di rumah sangatlah dibutuhkan oleh
siswa agar siswa mendapat perhatian dari orang tua mereka selama
belajar. Namun pengawasan yang kurang dari orang tua juga
mengakibatkan siswa menjadi mengalami kesulitan belajar. Sebab
dalam hal ini, siswa belajar atau tidak, tidak pernah mendapat
pengawasan dari orang tua siswa.
3) Media Massa
Zaman yang serba maju akan teknologi, membuat banyak
orang tidak ingin tertinggal akan kemajuannya tersebut. Apalagi
informasi terbaru dan cepat tersaji, membuat banyak orang
ketagihan akan teknologi. Salah satunya yaitu HP, yang mana
siswa lebih sering bermain HP dibandingkan dengan belajar selama
di rumah. Faktor media meliputi TV, HP, buku-buku komik dan
lain sebagainya, hal ini akan menghambat belajar apabila anak
terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa
akan tugasnya belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2004:78).
Penggunaan media massa seperti HP, dapat memiliki dampak
buruk terutama kepada siswa. Hal ini bisa terjadi jika siswa
menggunakannya terlalu sering sehingga lalai dengan apa yang
seharusnya dilakukan siswa yaitu belajar dan akibatnya membuat
siswa mengalami kesulitan belajar.
117
4) Teman-teman yang kurang mendukung siswa
Teman sepermainan juga memiliki pengaruh yang besar dalam
baik atau buruknya siswa di dalam kelas. Teman bergaul yang
pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak.
Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah,
maka ia akan malas belajar, sebab cara anak yang bersekolah
berlainan dengan anak yang tidak sekolah. Kewajiban orang tua
adalah mengawasi mereka serta mencegah agar mengurangi
pergaulan dengan mereka (Makmun, 2017:273).
Pengaruh dari teman-teman sekitar akan cepat di terima oleh
siswa, karena keseharian saling bersama dan disaat bermainpun
juga bersama. Sehingga, ketika teman yang mengajak kepada hal
yang baik akan membawa siswa juga ke hal-hal yang baik. Begitu
juga sebaliknya, jika membawa pengaruh buruk maka siswa hanya
akan memperburuk keadaanya.
2. Upaya guru PAI di SMP Negeri 6 Salatiga menghadapi kesulitan belajar
siswa didalam kelas selama pembelajaran PAI
Mengatasi kesulitan belajar yang ada pada siswa, adalah tantang
tersendiri untuk seorang guru, semua yang akan dipelajari bersama
dengan siswa juga harus tersusun secara sistematis, sehingga
menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa. Setiap
118
kelas, memiliki kemampuan yang berbeda-beda, terutama dalam hal
memahami sebuah materi. Cara memahami siswa akan materi yang
berbeda-beda inilah yang menjadikan seorang guru harus mengupayakan
agar siswa memahami materi yang ia sampaikan. Terutama kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar dalam memahami suatu materi. Guru
harus mencari cara agar siswa sedikit demi sedikit memahami materi
yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Negeri 6
Salatiga ditemukan upaya guru pendidikan agama Islam kelas VIII
mengatasi kesulitan belajar PAI di kelas VIII G sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Teknologi
Pesatnya kemajuan teknologi, memudahkan orang untuk
mendapatkan atau mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai
sumber. Teknologi informasi memiliki pengaruh besar dalam bidang
pendidikan yang mana dengan teknologi ini, memudahkan siswa
maupun guru untuk mencari bahan atau materi yang sedang
dipelajari. Selain itu, kemajuan teknologi ini, membantu
memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan juga
menambah informasi yang dibutuhkan oleh guru untuk disampaikan
kepada siswa. Sehingga, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan
melalui buku saja, akan tetapi mereka juga mendapatkan wawasan
yang lebih luas dari guru mereka.
119
Teknologi informasi ini, dimanfaatkan seorang guru untuk
memenuhi kebutuhan baik itu dalam mengajar maupun menambah
wawasan atau bahan materi. Guru harus memiliki kompetensi
professional, yaitu merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam mencangkup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuannya
secara filosofis. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan
sumber ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian (Jamal,
2009: 45).
Pemanfaat teknologi informasi ini, juga dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam kelas VIII dalam memberikan tugas siswa
sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini,
dilakuakan oleh guru agar siswa dapat lebih memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
b. Menjadi fasilitator untuk siswa
Mengatasi siswa dalam masalah kesulitan belajar pada suatu
pembelajaran, salah satu cara adalah guru sebagai fasilitator siswa.
Membantu atau membimbing setiap kesulitan siswa dalam
pembelajaran, akan membantu siswa sedikit demi sedikit mengatasi
kesulitan belajarnya. Guru bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat, sebagai
fasilitator setidaknya memiliki tujuh sikap yaitu tidak berlebihan
mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka,
120
dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi
dan perasaannya, mau dan mampu menerima ide peserta didik yang
inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun. lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta
didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran, serta dapat
menerima komentar balik, baik yang bersifat positif maupun
negative (Jamal, 2009:39).
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan
pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan pembeljaran.
Usaha guru dalam memfasilitasi pembelajaran, secara tidak
langsung guru telah mengajak dan membawa siswa yang ada di
kelasnya untuk berpartisipasi. Sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dari peran aktif siswa. Aktifnya siswa di
dalam kelas, menumbuhkan rasa ingin tau pada diri siswa akan
suatu materi pembelajaran dan secara tidak langsung siswa mulai
memiliki semangat untuk belajar serta siswa akan mulai memahami
materi yang mereka terima dari guru.
Pembimbingan atau pendampingan guru pendidikan agama
Islam di SMP Negeri 6 Salatiga kepada siswa selama pembelajaran,
terutama saat menjalankan sholat fardhu baik itu sholat Dzhuhur
maupun sholat Jum‟at serta sholat sunnah Duha yang dilakukan
sebelum pembelajaran pendidikan agama Islam dimulai,
merupakan cara agar siswa dapat melaksanakan dan juga
121
menghafal bacaan sholat yang nantinya dapat mereka praktekan di
lingkungan rumah maupun masyarakat. Pembimbimbingan ini,
merupakan salah satu cara agar siswa dapat memahami dan mudah
dalam menghafalkan bacaan sholat.
c. Menjadi teladan yang baik
Guru merupakan salah satu panutan bagi siswa selama berada
di sekolah. Sehingga, guru dituntut untuk memiliki sikap, perilaku,
moral, dan sopan santun yang baik. Hal ini harsu miliki guru karena,
siswa cenderung akan mengikuti maupun meniru hal apa saja yang
mereka lihat. Oleh sebab itu, memiliki sikap, maupun perilaku yang
baik bukan hanya ditunjukan kepada siswa di sekolah saja, akan
tetapi di luar sekolah atau masyarakat juga harus diterapkan.
Selama pembelajaran berlangsung, perilaku atau sikap guru
harus diperhatikan sedemikian rupa yang mana nantinya akan
membuat siswa lebih menghormati guru serta siswa akan merasa
bahwa mereka benar-benar diperhatikan oleh gurunya. Guru
memiliki kewibawaan yang mana kewibawaan berarti hak
memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita patuh dan ditaati.
Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan sikap dan
penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat.
Sehingga dengan kewibawaan tersebut, anak didik merasa
memperoleh pengayoman dan perlindungan (Latifah, 2017: 25-29).
122
Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi
kepribadian guru meliputi Memiliki kepribadian yang mantrap dan
stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum,
norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi
dalam bertindak sesuai dengan norma. Memiliki kepribadian yang
dewasa, dengan cirri-ciri, menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja, memiliki
kepribadian yang arif, yang ditunjukan dengan tindakan yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta
menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, memiliki
kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki prilaku yang disegani
memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan
tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur,
ikhlas, suka menolong), dan memiliki prilaku yang diteladani
peserta didik (Jamal, 2009: 116).
Salah satu komptensi yang harus ada dan dimiliki oleh guru
yaitu kompetensi kepribadian yang mana dalam kompetensi ini
guru dituntut untuk memiliki sifat atau prilaku yang baik dan
nantinya akan menjadi teladan bagi siswa-siswanya.
Selama pembelajaran berlangsung, guru pendidikan agama
Islam SMP Negeri 6 Salatiga memberikan kesan pertama kepada
siswa dengan sopan santun mulai dari berbicara hingga cara guru
123
berpakaian rapi dan bersih. Menyampaikan materi kepada siswa
dengan bijaksana dan wibawanya, sehingga membuat siswa
menghormati guru. Tindakan-tindakan kecil yang dilakukan oleh
guru pendidikan agama Islam terutama kelas VIII ini, akan dapat
membuat siswa menjadikan gurunya sebagai contoh atau dapat
ditiru oleh siswa.
d. Pembelajaran yang menyenangkan
Sebagi seorang guru, harus pandai dalam mengelola kelas,
menjadikan suatu pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan
bagi siswa. Sebab, pembelajaran yang menyenangkan akan
mengurangi rasa bosan atau jenuh pada diri siswa selama
pembelajaran berlangsung, Dalam mempersiapkan pembelajaran
dibutuhkan yang namanya perencanaane yaitu, sesuatu pekerjaan
mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan
melihat kedepan. Dengan demikian, seorang guru harus mampu
merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. sedangkan
evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan, sehingga dapat diketahui hasil-hasilnya. Program
evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran,
menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik yang
berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, maupun dengan berbagai
hal lainnya (Latifah, 2017: 25-29).
124
Perencanaan yang dilakukan oleh guru, agar selama
pembeljaran berlangsung dapat berjalan dengan lancar dan siswa
mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru. Namun,
dalam perencanaan ini dibutuhkan kreatifitas seorang guru dalam
mengajar. Kompetensi pedagogis yaitu kemampuan seorang guru
dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu,
kemampuan pedagogis juga ditunjukkan dalam membantu,
membimbing dan memimpin peserta didik. Menurut Permendiknas
nomor 17 tahun 2007, kompetensi pedagogis guru mata pelajaran
terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10
kompetensi inti yaitu menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, spiritual, sosial, cultural, emosional, dan
intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pemebelajaran yang mendidik. Mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, menfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan
125
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Jamal,
2009: 65).
Hal ini dilakukan, agar siswa mampu mengikuti
pembelajaran serta aktif di dalamnya, sehingga siswa dapat
memahami materi salah satu pembelajaran yang dihadapinya.
Pembelajaran yang menyenangkan, dapat juga memicu guru untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang
dapat menarik perhatian siswa dalam menyampaikan materi
pelajaran. Memberikan siswa pembelajaran yang menyenangkan,
diharapkan selain siswa memahami materi, juga akan tercapai
pembelajaran yang bermakna dan terkesan bagi siswa.
Memberikan pembelajaran yang menyenangkan di SMP
Negeri 6 Salatiga, memulai dengan membuat siswa nyaman dengan
situasi sekolah, setelah itu barulah bagaimana guru mengajar agar
siswa menjadi nyaman selama pembelajaran berlangsung bersama
dengan guru mereka. Guru pendidikan agama Islam kelas VIII,
membuat pembelajaran pendidikan agama Islam yang
menyenangkan dengan memberikan metode-metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakter setiap kelas, serta memberikan
bimbingan prakterk langsung ketika materi ini membutuhkan
praktikum.
126
e. Memberi motivasi
Setiap proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu
aspek yang sangat penting untuk menumbuhkan semangat siswa
dalam belajar. Terkadang prestasi siswa yang menurun bukan
hanya disebabkan oleh kemampuanya yang rendah, namun bisa
jadi menurunnya prestasi siswa dikarenakan kurangnya motivasi
belajar pada diri siswa. Proses pembelajaran akan berhasil ketika
siswa memiliki motivasi belajar. Oleh sebab itu, guru perlu
menumbuhkan motivasi belajar pada diri siswa. Guru sebagai
motivator, harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur
kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup
keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya, dan
bagaimanapun berat tatangannya (Jamal, 2009:39).
Memberi motivasi belajar pada siswa, akan menumbuhkan
semangat belajar pada siswa. Hal ini ditujukan agar siswa memiliki
rasa tertarik atau minat yang tinggi terhadap suatu pembelajaran,
sehingga kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sedikit demi
sedikit akan teratasi dan akan tercapai hasil belajar yang baik.
Pemberian motivasi kepada siswa agar nantinya mereka
bersemangat dalam belajar terutama pendidikan agama Islam,
dilakuakn oleh guru pendidikan agama Islam SMP Negeri 6
Salatiga dengan memberikan motivasi ini sesuai dengan materi
yang disampaikan guru. Secara langsung, siswa memiliki semangat
127
untuk rasa ingin tahu yang lebih, terhadap materi yang disampaikan
oleh guru. Sehingga, siswa dapat memahami materi pendidikan
agama Islam dan juga mau mempraktekannya.
3. Faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP Negeri 6 Salatiga
Mengatasi kesulitan belajar siswa tidaklah mudah. Selain upaya-
upaya yang dilakukan seorang guru, dukungan dari berbagai pihak juga
sangat dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Namun,
terkadang juga terdapat hambatan dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa. Hambatan inilah yang membuat lambatnya siswa teratasi oleh
upaya-upaya yang dilakukan guru.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Negeri 6
Salatiga ditemukan faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan
agama Islam kelas VIII mengatasi kesulitan belajar PAI di kelas VIII G
sebagai berikut:
a. Faktor pendukung
1) Sarana dan prasarana
Sarana maupun prasarana lengkap yang disediakan oleh
sekolah, merupakan salah satu hal terpenting dalam mendukung
proses pembelajaran yang lebih. Selain itu, kelengkapan sarana
dan prasarana juga dapat membatu seorang guru dalam mengatasi
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Jika sarana dan
prasarana tidak lengkap, hal ini bisa menjadi salah satu hambatan
128
dalam pembelajaran. Alat pelajaran yang kurang lengkap
membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran
yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan
banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Tiadanya alat-alat
yang mendukung, akan membuat guru cenderung menggunakan
metode ceramah (Ahmadi dan Supriyono, 2004:78).
Sarana dan prasarana yang berada di SMP Negeri 6 Salatiga,
sudah sangat lengkap, sehingga mendukung para guru untuk
memudahkan proses pembelajaran. Setiap kelas dilengkapi
dengan papan tulis dan juga LCD untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi serta siswa juga tertarik akan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru. Masjid yang terdapat di dalam
komplek sekolah, juga menjadi salah satu pendukung
pembelajaran yang dimiliki oleh guru agama Islam. Apa lagi di
masjid ini, semua yang berhubungan dengan proses pembelajaran
juga tersedia, baik itu papan tulis, LCD, maupun meja-meja kecil
untuk memudahkan siswa menulis.
Seperti yang dikatakan oleh guru pendidikan agama Islam
terutama kelas VIII, bahwa sarana dan prasarana yang disediakan
oleh sekolah sudah melengkapi dan menjadi pendukung
kelancaran proses pembelajaran. Hal inilah, yang memudahkan
guru dalam mencari cara untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
129
kelas VIII G terutama dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam.
2) Suasana sekolah yang nyaman
Suasana sekolah yang membuat siswa nyaman, akan menjadi
siswa merasa lebih tenang dan aman selama berada di sekolah.
Jauh dari keramaian kendaraan yang lewat maupun keramaian
orang, yang mana nantinya akan mengganggu proses
pembelajaran di sekolah. Situasi dan kondisi sekolah memberikan
arti baik kepada siswa. Situasi dan kondisi sekolah yang tenang
dan jauh dari keramaian akan lebih baik dari pada sekolah yang
dekat dengan keramaian, hiruk pikuk, dan lain sebagainya
(Baharuddin, 2016:213).
Selain itu, keberadaan seorang guru juga mempengaruhi
kenyamanan siswa selama berada di sekolah. Kepribadian
seorang guru yang baik, akan membuat siswa merasa senang dan
nyaman. Sifat-sifat atau karakteristik guru yang disenangi oleh
siswa adalah guru-guru yang demokratis, suka bekerja sama, baik
hati, sabar, adil, konsisten, bersifat terbuka, suka menolong, dan
ramah tamah (Oemar, 2014:39). Siswa yang nyaman dengan guru
di sekolah, mereka akan merasa aman dan merasa dilindungi
selama berada di sekolah.
130
b. Faktor penghambat
1) Minat siswa
Setiap siswa memiliki ketertarikan yang berbeda-beda akan
suatu mata pelajaran. Ketertarikan siswa akan pelajaran
menentukan minat atau tidaknya siswa akan pelajaran di sekolah.
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan
kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan
tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya.
Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak,
akibatnya timbul kesulitan (Ahmadi dan Supriyono, 2004:78).
Minat merupakan suatu hal yang penting dimiliki oleh siswa
dalam belajar agar menumbuhkan rasa keingin tahuan siswa
terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan siswa dapat
sepenuhnya fokus pada materi, sehingga menghasilkan hasil
belajar yang memuaskan. Namun pada kenyataannya, minat yang
dimiliki siswa ini, tergantung pada kemampuan siswa terhadap
pelajaran yang mereka terima. Kemampuan siswa yang kurang
pada salah satu pelajaran yang terdapat di sekolah, membuat
siswa tidak memiliki minat pada pelajaran tersebut.
Minat siswa di SMP Negeri 6 Salatiga terutama kelas VIII G
terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam masih kurang.
131
Hal ini disebabkan, siswa yang masih belum lancar dengan
membaca Al-Qur‟an. Ketidak lancaran siswa dalam membaca Al-
Qur‟an, berpengaruh kepada materi yang disampaikan oleh guru,
siswa kurang memahami apa materi yang disampaikan oleh guru.
2) Orang tua yang kurang mendukung
Peran orang tua sangat penting dalam pencapaian
keberhasilan belajar siswa di sekolah. Orang tua yang tidak atau
kurang memperhatikan pendidikan anak-anakanya, mungkin acuh
tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya,
akan menjadi penyebab kesulitan belajar. Orang tua yang
bersikap kejam atau otoriter, akan menimbulkan mental yang
tidak sehat bagi anak serta akan berakibat anak tidak dapat merasa
tentram atau tidak senang dirumah. Begitu juga dengan
sebaliknya, jika orang tua lemah, suka memanjakan anak yang
berakibat anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan atau
malas berusaha maupun malas menyelesaikan tugas-tugas
sekolah, sehingga prestasinya menurun.
Orang tua memiliki peranan penting dalam membentuk siswa
menjadi orang yang berhasil atau tidak dalam belajar. Perhatian
yang kurang diberikan oleh orang tua kepada siswa, akan
menimbulkan hal yang buruk kepada diri siswa sendiri, begitu
juga sebaliknya. Namun, kebanyakan orang tua hanya
menganggap siswa sekolah, dan tidak memperdulikan bagaimana
132
siswa ini belajar. Orang tua hanya melakukan pekerjaan dan
menerima hasil dari belajar siswa. Jika hasil yang didapat siswa
buruk, terkadang orang tua bukannya memberi motivasi tapijustru
memberi siswa amarah. Sehingga membuat siswa merasa tidak
nyaman berada dirumah sendiri.
Orang tua siswa di SMP Negeri 6 Salatiga ini, kedua-duanya
rata-rata adalah pekerja. Kedua orang tua yang bekerja, terkadang
kurang memberikan perhatian kepada belajar siswa. Selain itu,
orang tua yang kurang mendukung mendukung dalam
keberagamaan Islam, juga menjadi faktor siswa mengalami
kesulitan belajar terutama pada pendidikan agama Islam.
Keluarga adalah pendidikan pertama yang diterima oleh
sisiwa. Bukan hanya seorang guru saja yang bertanggung jawab
atas belajar siswa selama di sekolah, tetapi orang tua juga harus
ikut bertanggung jawab memperhatikan belajar siswa selama
berada di rumah. Namun, terkadang banyak orang tua yang tidak
memperhatikan siswa belajar atau percaya sepenuhnya bahwa
guru dapat membuat pintar anak mereka. Guru menyampaikan
atau menularkan ilmu-ilmunya untuk siswa-siswanya, akan tetapi
tergantung bagaimana siswa ini dapat menerima dan mengolah
materi yang disampaikan oleh guru atau tidak.
Guru pendidikan agama Islam kelas VIII menerangkan
bahwa, guru memberikan atau menyampaikan materi kepada
133
siswa selama berada di sekolah, siswa juga diajarkan untuk
melakukan ibadah seperti sholat berjamaah baik itu sholat fardhu
maupun sholat sunnah, sehingga siswa mendapat pengawasan
penuh dari guru selama berada di sekolah. Akan tetapi selama
berada dirumah, terutama untuk siswa yang orang tuanya pekerja,
siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua mereka. Di SMP
Negeri 6 Salatiga rata-rata orang tua dari siswa semuanya pekerja,
sehigga siswa kurang mendapat pengawasan dari orang tua.
Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena
belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya. Misalnya
untuk membeli alat-alat untuk sekolah dan biaya-biaya lainnya.
Maka keluarga miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan
biaya yang bermacam-macam untuk menyekolahkan anaknya.
Selain itu, keluarga miskin juga tidak dapat menyediakan tempat
untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar tersebut
merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien
dan efektif. Namun sebaliknya, jika keluarga kaya, mereka akan
menjadi enggan untuk belajar karena terlalu banyak untuk
bersenang-senang serta dimanja oleh kedua orang tuanya
(Ahmadi dan Supriyono, 2004:78).
134
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian penelitian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa,
upaya guru pendidikan agama Islam kelas VIII mengatasi kesulitan belajar
sisiwa dalam pembelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 6 Salatiga tahun
ajaran 2018/2019, dapat di simpulkan beberpa hal sebagai berikut:
1. Penyebab siswa mengalami kesulitan belajar terutama siswa kelas VIII G
terdapat dua faktor penyebab yaitu intern dan ekstern. Penyebab dari
intern yaitu pada pemahaman siswa yang kurang terhadap materi yang
diajarkan yang mana hal ini disebabkan oleh tidak pernahnya siswa
bertanya kepada guru dan seringnya lupa akan materi, minat siswa yang
kurang akan pembelajaran PAI yang mana siswa lebih berminat dengan
materi yang mereka suka, kurang dapat memanfaatkan waktu terutama
untuk belajar mereka lebih memilih untuk bermain HP, kebiasaan belajar
yang salah dimana siswa hanya akan belajar ketika terdapat ulangan saja,
dan kurang motivasi dalam belajar yang mana siswa memiliki keinginan
namun tidak ada yang mendukung siswa sehingga siswa tidak tahu harus
bagamaina untuk dapat menggapai apa yang ingin dicapai siswa.
Sedangkan penyebab dari ekstern, yaitu mengajar guru yang kurang
dapat menggunakan metode yang tepat sehingga menyebabkan siswa
cepat mengalami bosan, kurang perhatian orang tua yang mana siswa
tidak pernah mendapat pengawasan dari orang tua selama siswa belajar,
135
media massa dimana siswa lebih sering bermain dengan HP
dibandingkan belajar, dan teman-teman yang kurang mendukung siswa
terutama pada pembelajaran PAI yang mana teman-teman siswa jarang
mengajak siswa untuk hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.
2. Upaya guru pendidikan agama Islam kelas VIII dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa terutama kelas VIII G dalam pembelajaran PAI
yaitu dengan cara memanfaatkan fasilitas terutama dalam hal media
teknologi informasi dan komunikasi, dengan menghubungakan materi
yang sedang dibahas oleh guru dan memadukannya dengan pencarian
artikel melalui internet serta memanfaatkannya dengan memadukan
metode pembelajaran yang siswa akan tertarik dan memiliki minat akan
mengikuti pembelajaran. Guru sebagai fasilitator, guru membimbing
siswa dengan memberikan arahan kepada siswa untuk melakukan hal
yang baik maupun melalui pembiasaan kepada siswa agar mudah dalam
menghafalkan suatu materi, bahkan pendekatan dengan siswa agar siswa
merasa nyaman dan aman selama pembelajaran berlangsung. Guru
menjadi teladan yang baik untuk siswanya mulai dari cara berpakaian
maupun sikap selama berada di sekolah maupun di luar sekolah sebab
siswa lebih cenderung suka mempraktekan apa yang mereka lihat.
Memberikan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa melalui
berbagai macam metode sesuai dengan karakter kelas masing-masing
agar siswa memiliki semangat dalam belajar terutama pendidikan agama
Islam. Memberikan motivasi kepada siswa tentang manfaat yang
136
terkandung dalam setiap materi pendidikan agama Islam, dengan maksud
agar siswa memiliki semangat dan berminat dalam mempelajari
pendidikan agama Islam.
3. Faktor pendukung dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yaitu srana
dan prasarana yang dimiliki sekolah yang tersedia, sarana dan prasarana
yang lengkap memudahkan guru untuk memanfaatkannya selama berada
di sekolah dalam pembelajaran. Selain itu, suasana yang membuat
nyaman siswa juga menjadi salah satu pendukung dalam proses
pembelajaran selama di sekolah. Sedangkan untuk faktor penghambat
adalah minat siswa yang lemah terutama pada pembelajaran PAI yang
mana bagi siswa yang belum bisa mengaji akan memiliki minat yang
lemah terhadap pembelajaran PAI. Orang tua yang kurang mendukung
siswa terutama dalam hal belajar agama Islam juga menjadi salah satu
penghambat dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, orang tua yang
sibuk bekerja dan tidak sempat memperkenalkan dengan agama Islam
atau membuat suasana yang ke-Islaman, menjadi salah satu hambatan
dalam proses belajar siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama
Islam.
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian di atas, maka saran
ditujukan kepada:
137
1. Pembaca
Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kesadaran para pembaca,
sehingga para pembaca yang budiman akan mengetahui bagaimana siswa
mengalami kesulitan belajar dan bagaimana mengatasi siswa yang
mengalami kesulitan belajar terutama pada materi pendidikan agama
Islam, sehingga pembaca akan menyadari pentingnya memberikan
bimbingan kepada siswa tentang agama Islam agar siswa dapat
berprilaku atau mempraktekan materi pendidikan agama Islam baik itu di
sekolah maupun di lingkungan rumah.
2. Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP Negeri 6 Salatiga
Semua upaya yang telah dilakukan guru pendidikan agama Islam di
SMP Negeri 6 Salatiga secara optimal kami harapkan akan dapat terus
berlanjut. Meneruskan program-program yang sudah berjalan secara
opotimal dan semakin meminimalisir kesulitan belajar yang dialami
siswa dan hambatan-hambatan yang ditemui, baik itu dari segi siswanya
maupun pihak gurunya.
3. Siswa Kelas VIII G
Setiap pembelajaran, diusahakan siswa mau memperhatikan materi
yang disampaikan oleh guru dengan sungguh-sungguh terutama pada
pembelajaran pendidikan agama Islam yang mana pendidikan ini akan
membawa manfaat baik itu di dunia maupun di akhirat. Mengikuti
ekstrakurikuler yang berbasis agama Islam, baik itu yang berhubungan
dengan baca tulis Al-Qur‟an atau BTQ serta yang berhubungan dengan
138
seni ke-Islaman baik itu kaligrafi atau rebana. Selain itu, jangan menyia-
nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna, manfaatkan waktu
sebaik mungkin untuk belajar baik itu pendidikan agama Islam maupun
pendidikan umum serta meningkatkan bakat yang dimiliki siswa.
4. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini, diharapkan dapat
digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai salah satu referensi dalam
melakukan penelitian. Sebab penelitian yang dilakukan masih jauh dari
kata sempurna, diharapkan akan ada banyak penelitian untuk tema-tema
seperti ini dan dapat dikaji lebih dalam lagi. Hal ini dilakuakn, agar
kesulitan belajar siswa terutama pada pembelajaran pendidikan agama
Islam dapat diatasi.
139
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Asmani, Jamal. 2009. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press
Baharuddin. 2016. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Basrowi, dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Duriyat, Masduki. 2016. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung : Alfabeta
Hakim, Thursan. 2010. Belajar Secara Efektif. Yogyakarta: Niaga Swadaya
Husien, Latifah. 2017. Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru Press
Irham, Muhammad dan Novan Ardy. 2017. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media
Khairani, Makmun. 2017. Psikologi Belajar.Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul. 2014. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Makmur, Jamal. 2009. Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional.
Jogjakarta: Power Books (Ihdina)
Maslikhah. 2017. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trust Media Publishing
Moleon. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Banun; PT Remaja Rosdakarya
140
Muhammad Mubin. 2016. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an (Studi Kasus di SMK Saraswati
Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi. IAIN Salatiga
Nila Intan Nita. 2018. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. IAIN
Salatiga
Novitasari, Yuni. 2016. Bimbingan dan Konseling Belajar (Akademik). Bandung:
CV Alfabeta
Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Printing, Sudarto. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama
Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing
Suprian. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing
Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Belajar. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
PENELITIAN UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 SALATIGA,
TAHUN AJARAN 2018/2019
A. Guru PAI kelas VIII
Narasumber : Guru PAI kelas VIII
Nama : Bapak Ahmad Noor Muhib Hidayatulloh, S.Pd.I
1. Sejak kapan bapak mulai mengajar di SMP 6 Salatiga?
2. Bagaimana kesan pertama bapak terhadap SMP 6 Salatiga ini, khususnya
terhadap siswanya?
3. Bagaimana tentang minat belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islamnya?
4. Dalam kegiatan pembelajaran, apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
5. Media dan metode apa yang bapak gunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam?
6. Menurut bapak kesulitan belajar itu apa?
7. Bagaimana upaya guru mengatasi siswa saat berada di dalam kelas atau
pembelajaran PAI dimulai?
8. Bagaimana cara bapak menangani siswa yang sering mengalami kejenuhan
dan lupa selama pembelajaran?
9. Bagaimana cara Bapak untuk memotivasi siswa agar peserta didik mampu
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
10. Adakah tindakan seperti hukuman atau hadiah bagi siswa selama
pembelajaran PAI berlangsung?
11. Bagaimana cara bapak memberikan penanaman nilai-nilai Islam pada siswa?
12. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam menghadapi siswa yang
mengalami kesulitan belajar?
13. Apa tarjet bapak kedepannya untuk para siswa sendiri, terutama dalam
bidang agama Islam?
B. Guru PAI kelas VII
Narasumber : Guru PAI kelas VII
Nama : Ibu Siti Rochmatin, S.Ag
1. Bagaimana tentang minat belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islamnya?
2. Dalam kegiatan pembelajaran, apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
3. Media dan metode apa yang bapak gunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam?
4. Menurut ibu kesulitan belajar yang terjadi pada siswa itu apa?
5. Bagaimana sikap guru saat menghadapi siswa yang mengalami kesulitan
belajar selama pembelajaran?
6. Bagaimana cara ibu menangani siswa yang sering mengalami kejenuhan dan
lupa selama pembelajaran?
7. Bagaimana cara ibu untuk memotivasi siswa agar peserta didik mampu
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
8. Adakah tindakan seperti hukuman atau hadiah bagi siswa selama
pembelajaran PAI berlangsung?
9. Bagaimana cara ibu memberikan penanaman nilai-nilai Islam pada siswa?
10. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam menghadapi siswa yang
mengalami kesulitan belajar?
11. Apa tarjet ibu kedepannya untuk para siswa sendiri, terutama dalam bidang
agama Islam?
C. Guru BK kelas VIII
Narasumber : Guru BK kelas VIII
Nama : Bapak Obrin Syahrial, S.Psi
1. Bagaimana menurut bapak tentang kesulitan belajar siswa?
2. Apa penyebab siswa mengalami kesulitan belajar?
3. Bagaimana tentang kesulitan belajar siswa kelas VIII terutama di kelas VIII
G?
4. Menurut bapak adakah kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh
guru?
5. Bagaimana cara BK menangani atau mengatasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar?
6. Bagaimana cara dari BK memberikan motivasi kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar?
D. Siswa kelas VIII G
Narasumber : Siswa kelas VIII G
Nama : HS, AZ, AK, dan YA
1. Pelajaran apa yang kamu sukai?
2. Apakah kamu menyukai pelajaran PAI?
3. Apakah kamu pernah mengaji?
4. Bagaimana pendapat kamu selama pembelajaran PAI dimulai?
5. Adakah kesulitan selama pembelajaran PAI?
6. Apakah kamu sering jenuh selama pembelajaran PAI?
7. Apakah teman-teman kamu sering mengajak untuk mengaji, atau mungkin
belajar agama bersama?
8. Selama di rumah, lebih sering main HP atau belajar ??
9. Selama di rumah, apakah kalian pernah belajar PAI?
10. Apa yang diinginkan kamu selama pembelajaran PAI agar mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik?
11. Apakah orang tua kamu sering mengawasi kamu belajar dirumah
12. Apa yang kamu inginkan di sekolah terutama pada pelajaran PAI
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA
PENELITIAN UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 SALATIGA,
TAHUN AJARAN 2018/2019
A. Guru PAI kelas VIII
Narasumber : Guru PAI kelas VIII
Nama : Ahmad Noor M., S.Pd.I
Waktu wawancara : 2 April 2019 pukul 9.00 di sekolah
Peneliti: Sejak kapan bapak mulai mengajar di SMP 6 Salatiga?
Informan: Saya mulai mengajar PAI di SMP N 6 Salatiga sejak tahun 2017,
kurang lebih 2 tahun lebih 3 bulan
Peneliti: Bagaimana kesan pertama bapak terhadap SMP 6 Salatiga ini,
khususnya terhadap siswanya?
Informan: Kesan pertama di SMP N 6 Salatiga, saya sangat senang dengan
kondisi sekolah yang nyaman, lingkungan yang mendukung dan kondusif dimana
disini tidak bising dengan keramaian kendaraan, serta guru-guru yang ramah
baik pada guru yang lain maupun dengan siswa. Sedangkan untuk kesan
pertama untuk siswa, saya dihadapkan dengan siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi maupun sedang dalam masalah kognitif, sedang dari segi
sikap saat pertama kali mengajar, siswa-siswanya dalam mengikuti
pembelajaran PAI memang agak ramai. Namun dengan berjalannya waktu,
alkhamdulillah sudah tidak begitu ramai seperti saat pertama kali saya
mengajar. Akan tetapi, semua itu kembali pada profesional seorang guru dalam
menghadapi siswa, terutama di dalam kelas agar pembelajaran menjadi lebih
kondusif.
Peneliti: Bagaimana tentang minat belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islamnya?
Informan: Awal sebelum pembelajaran PAI selama satu tahun dimulai, saya
memulai pertemuan pertama dengan mengadakan kontrak belajar dengan siswa.
Kontrak belajar ini saya adakan agar nantinya pembelajaran PAI selama satu
tahun tidak ada masalah baik itu persiapan untuk memulai pembelajaran,
bagaimana pembelajaran nantinya, lalu apa saja yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan selama pembelajaran dimulai, hal ini diatur dalam kontrak
belajar di awal smester satu. Untuk menumbuhkan minat belajar pada siswa, itu
tergantung pada guru bagaimana mengajarkan materi kepada siswa agar
pembelajaran menyenangkan dan tidak monoton
Peneliti: Dalam kegiatan pembelajaran, apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Informan: Sebelum saya mengajar di kelas, pertama yang saya lakukan adalah
persiapan pembelajaran dengan RPP. Sebab seorang guru pokok pertama yang
harus disiapkan adalah RPP. Karena RPP ini menyesuaikan dengan keadaan
siswa di dalam kelas. Setiap kelas, memiliki karakter siswa yang berbeda-beda,
hal ini lah mengapa RPP digunakan untuk proses pembelajaran di dalam kelas
baik itu dari segi metode, media dan penanganan selama berada di dalam kelas.
Kemudian yang harus di persiapkan adalah media pembelajaran, sebab siswa
itu cenderung suka melihat, mengamati, kemudian meniru atau
mempraktekannya
Peneliti: Media dan metode apa yang bapak gunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
Informan: Untuk menghadapi siswa terutama di kelas VIII G yang mana kelas
ini beda dari pada kelas yang lain, saya menggunakan metode ceramah,
kemudian metode langsung praktek maksudnya, setelah siswa mendapatkan
materi yang sudah di dapat, mereka dapat langsung mempraktekannya di kelas
Peneliti: Menurut bapak kesulitan belajar itu apa?
Informan: Menurut saya, kesulitan belajar itu, tergantung pada diri sendiri atau
anak. Jadi masing-masing anak memiliki ciri khas sendiri untuk belajar. Baik itu
suasana, waktu maupun keadaan, yang menurut anak ini lebih nyaman untuk
belajar. Contohnya saya, saya lebih nyaman untuk belajar itu, di waktu setelah
sholat subuh atau pagi hari. Disaat-saat seperti itu, semua materi yang saya
pelajari dapat masuk dan mudah untuk saya pelajari. Cara yang saya pakai ini,
belum tentu bisa digunakan oleh orang lain. Karen setiap orang memiliki cara
sendiri agar nyaman dalam belajar. Begitu juga dengan siswa, mereka memiliki
caranya sendiri untuk belajar. Selain itu, kesulitan belajar yang terjadi pada
siswa ini, karena terbatasnya waktu di sekolah untuk bertemu seorang guru
kemudian selama berada di rumah, siswa ini tidak ada yang mengawasi. Karena
sebagian besar orang tua siswa ini adalah pekerja baik bapak maupum ibu
mereka. Sehingga selama dirumah, siswa ini kurang mendapat pengawasan
kedua orang tuanya. Apa lagi setiap anak atau siswa, membutuhkan seorang
figur atau contoh yang nantinya dapat mereka tiru maupun sebagai motivasinya
dalam menggapai cita-cita anak. Karena anak itu, cenderung belajar melalui
apa yang dia lihat, lalu mereka tiru sesuai dengan figur atau contoh yang
mereka lihat. Misalnya, di sekolah siswa mendapat materi tentang sholat lima
waktu. Namun, karena di rumah siswa ini tidak pernah melihat orang tuanya
sholat, maka dia juga tidak akan melakuka sholat lima waktu. Untuk siswa kelas
VIII G mereka rata-rata mengalami kesulitan belajar dalam hal pemahaman
siswa yang kurang akan materi yang telah disampaikan kepada guru dan juga
jarang aktivnya siswa dalam bertanya juga membuat bahwa siswa sudah
memahami apa yang disampaikan guru
Peneliti: Bagaimana upaya guru mengatasi siswa saat berada di dalam kelas atau
pembelajaran PAI dimulai?
Informan: Penanganan untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar ini, di
perlukan beberapa trik diantaranya yaitu pemberian tugas pada siswa. Misal
memberikan tugas untuk mencari artikel, untuk membuat siswa lebih memahami
materi yang saya sampaikan di sekolah, terkadang saya memberikan tugas di
rumah untuk mencari artikel sesuai dengan materi yang saya sampaikan
sebelumnya. Dengan ini, siswa dapat mencari artikel tentang materi tersebut,
kemudian siswa dapat menemukan materi dan yang pastinya siswa membaca
artile tersebut dan paling tidak siswa mampu menyimpulkan artikel
tersebutDengan ini, siswa dapat mencari, menemukan dan paling tidak
menyimpulkan artikel tersebut. Sedangkan selama disekolah, penting sekali
memberikan motivasi kepada siswa. Sebab ilmu agama ini bukan saja ilmu
akhirat, akan tetapi ilmu dunia juga terdapat dalam ilmu agama. Jika ingin
selamat akhiratnya, maka harus selamat di dunianya. Masalah kognitif yang
sering dialami oleh siswa, dalam hal ini tugas guru PAI adalah menyampaikan,
mengarahkan terlepas anak itu paham atau tidak, yang membuat paham anak
adalah sang pencipta yaitu Allah bukan guru yang mana tugasnya hanya
menyampaikan ilmu, mengarahkan dan membimbing. Sedangkan yang membuat
anak itu pintar adalah Allah SWT. Namun, tugas guru agama terutama agama
Islam yang paling penting adalah mendoakan anak didiknya agar mudah
memahami materi dalam belajar. Kemudian sikap guru, yang mana nantinya
akan menjadi contoh anak didiknya, bukan hanya di kelas saja tapi di luar kelas
juga harus memberi contoh yang baik untuk anak didik
Peneliti: Bagaimana cara bapak menangani siswa yang sering mengalami
kejenuhan dan lupa selama pembelajaran?
Informan: Selama proses pembelajaran, agar siswa tidak mengalami kejenuhan
semua itu tergantung pada guru bagaimana mengajarkan materi kepada siswa
agar pembelajaran menyenangkan dan tidak monoton. Jika guru hanya
melakukan pengajaran yang monoton atau dari hari ke hari seperti itu saja
tanpa ada sedikit kreativitas, akan menambah siswa menjadi lebih jenuh.
Masalah lupa yang sering dialami oleh siswa, Penanganan masalah lupa pada
siswa ini saya lakukan dengan cara pembiasaan. Misal pembiasaan sunnah yaitu
sholat Duha, membaca Asmaul Khusnah dan pembiasaan yang wajib yaitu
sholat dzuhur berjamaah di masjid sekolah, kemusian sholat Jum'at terutama
yang laki-laki wajib untuk sholat berjamaah di masjid
Peneliti: Bagaimana cara Bapak untuk memotivasi siswa agar peserta didik
mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Informan: Motivasi ini berupa, bahwa yang semua di lakukan di dunia akan
dimintai pertanggung jawaban nanti di akhirat, dan pertanggung jawaban ini
bukan berbentuk kelompok tetapi individu. Memotivasi anak sangat penting dan
dilakukan sedini mungkin. Terutama dalam tanggung jawab kita sebagai
manusia itu lebih berat dan besar dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Karena kita membawa misi Khalifatul fil Ard, dan misi ini tidak bisa dilakukan
oleh makhluk-makhluk lainnya
Peneliti: Adakah tindakan seperti hukuman atau hadiah bagi siswa selama
pembelajaran PAI berlangsung?
Informan: Saya tidak begitu memberlakukan hukuman kepada siswa yang
bersalah, karena bukan hak saya untuk memberi hukuman untuk siswa. Mungkin
hanya sebatas menegur atau mengingatkan siswa. Namun, saya juga suka
memberi hadiah bagi siswa yang ketika ulangan mendapat nilai bagus sebagai
bentuk penghargaan terhadap siswa tersebut
Peneliti: Bagaimana cara bapak memberikan penanaman nilai-nilai Islam pada
siswa?
Informan: Penanaman nilai-nilai Islan terutama dalam Islam Rahmatan
Lilalamin, menekankan bahwa Islam agama yang berbeda dari agama yang lain.
Islam itu tidak mengajarkan kekerasan, Islam itu tidak mengajarkan tentang
permusuhan, Islam juga tidak mengajarkan prilaku sombong dan congkak,
sehingga setiap akan memulai pembelajaran saya memberi siswa penanaman
nilai-nilai Islam tersebut
Peneliti: Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam menghadapi siswa
yang mengalami kesulitan belajar?
Informan: Maslah faktor pendukung semuanya sudah mendukung, artinya
bapak dan ibu guru sudah mendukung, sekolah mendukung dan sarpras juga
mendukung. Mulai dari LCD di setiap kelas, papan tulis, maupun perpustakaan
dan masjid sudah dilengkapi dan disediakan. Jadi dalam pembelajaranpun juga
sudah dimudahkan dengan adanya sarpras tersebut, untuk mengatasi siswa yang
kesulitan belajar adanya sarpras ini juga membantu sekali. Namun Untuk faktor
pengahambat disini yaitu dari pihak keluarga itu sendiri. Guru di sekolah sudah
mengarahkan ke hal yang baik, namun dirumah tidak didukung, siswa hanya
sebatas mengetahui dan melakukan di sekolah saja. Misalnya, di sekolah sudah
di ajarkan sholat duha, tapi di rumah belum tetu di ajarkan. Siswa juga butuh
figure atau contoh yang baik terutama dalam bidang agama seperti sholat
maupun mengaji
Peneliti: Apa tarjet bapak kedepannya untuk para siswa sendiri, terutama dalam
bidang agama Islam?
Informan: Saya menginginkan, setelah lulus dari SMP ini para siswa sudah
lulus dalam Iqro'. Sebab banyak siswa SMP yang masih Iqro'. Ada juga yang
tidak bisa membaca maupun menulis Al-Qur'an sama sekali. Paling utama
adalah tentang akhlak dan budi pekerti siswa setelah lepas dari SMP N 6
Salatiga, baik dengan sesama temannya, baik dengan adik tingkatnya, maupun
dengan yang lebih tua, disitulah hal yang paling penting. Mau siswa itu pintar
atau kurang pintar akan tetapi budi pekerti yang siswa miliki baik, itu menjadi
niali plus bagi saya. Disinalah terdapat tugas penting guru PAI yaitu dalam hal
membentuk sikap anak menjadi pribadi yang lebih baik
B. Guru PAI kelas VII
Narasumber : Guru PAI kelas VII
Nama : Siti Rochmatin, S.Ag
Waktu wawancara : 24 April 2019 pukul 9.00 di masjid sekolah
Peneliti: Bagaimana tentang minat belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islamnya?
Informan: Ada yg besar ada yg lemah, siswa yang memiliki minat belajar PAI
tinggi rata-rata adalah siswa yang keingin tauan atau keingin bisa mereka
dalam hal mengaji maupun ibadah dan mengikuti ekstra keagamaan Islam di
sekolah yang tinggi. Sedangkan siswa yang lemah dalam minat belajar PAI
adalah siswa yang rata-rata tidak dapat mengaji dan biasanya dirumah, siswa
tidak mendapatkan pengarahan dari orang tua untuk meningkatkan ke Isalaman
mereka melalui ibadah, meskipun di sekolah siswa sudah diajarkan dan
dibimbing agar mau beribadah kepada Allah SWT. Minat siswa dalam pelajaran
PAI kurang, disebabkan tidak masuknya pelajaran PAI dalam UN. Apa lagi
orang tua selalu mengarahkan anak-anak mereka untuk belajar apa yang
nantinya digunakan untuk UN, yang mana UN ini dipergunakan untuk masuk
kejenjang sekolah selanjutnya. Maka dari itu, guru agama wajib kerja keras
untuk menciptakan siswa berminat dengan pelajaran PAI
Peneliti: Dalam kegiatan pembelajaran, apa saja yang Bapak/Ibu persiapkan
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Informan: RPP itu wajib, sebelum pembelajaran di mulai, saya selalu
menekankan siswa untuk sholat Dhuha berjamaah di mushola terlebih dahulu.
Kemudian setelah selesai sholat, saya ajak siswa-siswa ini mengaji, dengan
membentuk kelompok agar nantinya yang tidak dapat mengaji bisa belajar
dengan temannya yang bisa mengaji
Peneliti: Media dan metode apa yang bapak gunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
Informan: Setiap pembelajaran saya menggunakan metode pembelajaran yang
campuran, hal ini dikarenakan setiap kelas atau siswa memiliki tingkat
pemahaman mereka masing-masing. Jadi mana yang cocok untuk digunakan
ketika siswa bisa memahami materi yang kita sampaikan, maka metode itulah
yang saya pakai untuk pembelajaran di kelas tersebut. Metode pembelajaran
dengan ceramah itu wajib, tidak mungkin jika agama itu tanpa adanya
menggunakan ceramah dan juga saya menggunakan metode praktek atau
demonstrasi. Contohnya saja dalam bab mengenai sholat, pertama saya
menggunakan metode ceramah atau menjelaskan materi terlebih dahulu
mengenai sholat, mulai dari pengertian, manfaat, bacaannya, tata cara nya dan
kemudian baru praktek di mushola dengan geraknnya dan bacaan-bacaan dalam
sholat. Sehingga siswa dapat memahami dengan baik tentang bab sholat ini yang
nantinya akan mereka gunakan sehari-hari
Peneliti: Menurut ibu kesulitan belajar yang terjadi pada siswa itu apa?
Informan: Kesulitan belajar siswa disini itu lebih kepada pemahaman akan
materi yang belum pernah mereka pelajari. Contohnya itu pada siswa yang
belum bisa mengaji, karena dirumah tidak pernah mengaji atau siswa yang
memang dulu pernah mengaji tapi lama tidak pernah mereka gunakan dan
menjadi lupa, sehingga saat mereka dihadapkan pada materi tajwid, siswa ini
akan kesulitan dalam memahami dan praktek membacanya atau masih tertatih-
tatih dalam membaca
Peneliti: Bagaimana sikap guru saat menghadapi siswa yang mengalami
kesulitan belajar selama pembelajaran?
Informan: Guru harus sabar menghadapi siswa yang mengalami kesulitan
belajar, guru juga harus membimbing siswanya agar mau belajar sedikit demi
sedikit. Seperti memberi semangat kepada siswa agar mau belajar mengaji
dirumah, mengarahkan atau menganjurkan siswa untuk mengikuti
ekstrakurikuler keagamaan Islam misal mengikuti ekstra BTQ, dan memberi
motivasi kepada siswa tentang banyaknya manfaat membaca Al-Qur'an baik
manfaat di dunia maupun di akhirat, Al-Qur'an itu adalah obat dari segala
macam penyakit bagi orang yng beriman, dengan membaca Al-Qur'an akan
mendapat kasih sayang dari Allah dimana setiap membaca satu ayat akan
mendapat sepuluh pahala, agar siswa ini memiliki semangat untuk belajar
membaca Al-Qur'an yang awalnya tidak bisa menjadi bisa dan lancar
Peneliti: Bagaimana cara ibu menangani siswa yang sering mengalami
kejenuhan dan lupa selama pembelajaran?
Informan: Dalam hal ini, guru harus menciptakan agar suasana kelas atau
pembelajaran tidak menjadi jenuh untuk siswa-siswanya. Untuk menghindari
kejenuhan siswa, saya menggunakan masjid sekolah untuk sebagai tempat
pembelajaran PAI. Disini, mereka lebih santai dan enjoy, paling tidak siswa
dapat merasakan lingkungan yang berbeda dari saat mereka berada dikelas.
Kemudian untuk menghilangkan kejenuhan siswa yaitu dengan menampilkan
atau menayangkan vidio pada siswa. Misal menayangkan vidio tentang Umar
bin Khattab, bagaimana kepemimpinannya, sikap Khalifah ini, sehingga siswa
dapat belajar, mengetahui dan mengambil inti sari dari tayangan vidio Umar bin
Khattab. Kebanyakan siswa pernah mengalami lupa materi yang kemarin pernah
diajarkan, hal ini sudah biasa dikarenakan mereka jarang sekali
mempelajarinya kembali di rumah. Untuk mengatasi hal ini, sebelum materi
dimulai, saya mberi pancingan atau mengulang kembali materi yang pernah
saya ajarkan kepada siswa. Dengan memberi pancingan-pancingan ini, secara
otomatis siswa ada yang teringat akan materi yang pernah dipelajari
sebelumnya
Peneliti: Bagaimana cara ibu untuk memotivasi siswa agar peserta didik mampu
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Informan: Dengan memberi tahukan akan manfaat-manfaat yang nantinya akan
diterima siswa baik itu di dunia maupun di akhirat ketika mereka mau
mempelajari ilmu-ilmu yang pernah mereka pelajari. Misal ketika mereka
belajar mengaji, maka manfaat yang akan mereka terima bukan hanya pahala
untuk bekal di akhirat saja, tapi di duniapun juga mendapat manfaat yaitu
berupa rizki baik itu bersifat materi maupun non materi. Jadi, kita beri motivasi
bagaimana siswa agar suka akan materi tersebut dengan kita hubungkan dengan
kehidupan sehari-hari
Peneliti: Adakah tindakan seperti hukuman atau hadiah bagi siswa selama
pembelajaran PAI berlangsung?
Informan: Saya berlakukan hukuman maupun hadiah, namun hukuman yang
saya berikan disini lebih mengarah kepada pelajaran. Misalnya, ketika saya
melakukan pembelajaran dimasjid dan terdapat siswa yang terlambat, saya
suruh untuk sholat Dhuha dan bersalaman kepada teman-temannya untuk minta
maaf bahwa dia terlambat dan membuat teman-temannya menjadi terhambat
dalam belajar. Sehingga, siswa tersebut tidak mengulang kembali tindakan yang
dia lakukan tadi. Sedangkam hadia, saya berikan kepada siswa yang
mendapatkan nilai bagus, dan hal ini mampu memberikan dorongan bagi siswa
untuk mendapatkan hadia dengan cara belajar dan mendapatkan nilai bagus.
Selain itu memberi pujian juga termasuk hadiah untuk siswa, siswa akan merasa
senang ketika mereka dipuji atas hasil yang mereka lakukan
Peneliti: Bagaimana cara ibu memberikan penanaman nilai-nilai Islam pada
siswa?
Informan: Penanaman akidah itu wajib kepada siswa. Misal ketika membaca
Al-Qur'an satu samapai tiga ayat, saya jelaskan terlebih dahulu, artinya apa,
kandungan isi suratnya apa, agar siswa tau agama Islam itu mengajarkan
seperti apa, Al-Qur'an itu isinya apa. Disinilah kita tanamkan kecintaan akan Al-
Qur'an sehingga siswa mampu atau dapat memantapkan akidah mereka dalam
agama Islam
Peneliti: Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam menghadapi siswa
yang mengalami kesulitan belajar?
Informan: Faktor pendukung dalam menangani siswa, alkhamdulillah media
pembelajaran di sekolah sudah cukup baik. Mulai dari papan tulis, dan di setiap
kelas sudah dilengkapi dengan LCD untuk mendukung pembelajaran semakin
lebih efektif. Penampilan video maupun gambar dan materi (power point),
menambah wawasan siswa dan mempermudah pemahaman siswa akan materi
yang disampikan. Sarpras sekolah juga dalam keadaan baik. Sedangkan faktor
penghambat ini diawali dari lingkungan rumah yang biasanya tidak mendukung
siswa untuk belajar agama terutama dalam hal agama misal dalam hal mengaji.
Saya juga sempat bertanya kepada siswa yang belum bisa mengaji, kalau
dirumah sempat mengaji atau tidak? Siswa menjawab bapak dan ibu saya tidak
bisa mengaji dan tidak pernah mengajarkannya, jadi saya juga tidak bisa
mengaji. Namun sebagai guru, kita harus memberi arahan dan membimbing
siswa agar bagaimana caranya siswa bisa mengaji. Maka dari itu, untuk siswa
yang belum bisa mengaji saya arahkan untuk berdampingan dengan siswa yang
bisa mengaji agar nantinya siswa ini mau belajar sedikit demi sedikit dan
nantinya siswa ini mampu membaca Al-Qur'an
Peneliti: Apa tarjet ibu kedepannya untuk para siswa sendiri, terutama dalam
bidang agama Islam?
Informan: Tetap Iman dan Islam. Siswa mampu mengajak kebaikan di
lingkungan rumah mereka. Kemudian menjadi anak yang soleh dan solehah.
Kemudian siswa yang sukses, karena orang-orang yang sukses adalah orang
yang mampu mendekatkan diri kepada Allah
C. Guru BK kelas VIII
Narasumber : Guru BK kelas VIII
Nama : Obrin Syahrial, S.Psi
Waktu wawancara : 20 Mei 2019 pukul 09.30 di ruang BK
Peneliti: Bagaimana menurut bapak tentang kesulitan belajar siswa?
Informan: Kesulitan belajar siswa adalah suatu kondisi peserta didik yang
nengalami kesulitan yang disebabkan oleh gangguan baik itu internal maupun
eksternal. Gangguan tersebut, dapat mengganggu dalam mengembangkan
kemampuan siswa sehingga menjadi terbatas
Peneliti: Apa penyebab siswa mengalami kesulitan belajar?
Informan: Kalau disini kesulitan belajar yang dialami siswa hampir semua,
dalam artian kesulitan dalam hal tertentu baik itu dari dalam maupun dari luar.
Misalnya dari dalam, siswa ini belajar akan tetapi secara psiologinya terganggu
atau sakit. Dulu pernah ada siswa yang terkena sakit diabetes, setiap kali siswa
ini merasa kelelahan, dia mengalami penurunan baik itu secara fisik atau
kemampuan dalam berfikir, padahal siswa tersebut pandai, akan tetapi karena
sakit siswa tersebut menjadi terganggu dalam belajar dan hasil belajarnya
menjadi menurun. Sedangkan secara fisiologisnya, siswa tersebut cenderung
merasa tidak nyaman di lingkungan sekitar dan lambat dalam menyesuaikan
diri, sehingga di SMP Negeri 6 ini pertama kali yang dilakukan adalah membuat
siswa nyaman dan aman terlebih dulu dan bisa menyerap apa yang dimiliki
siswa dan dikembakan. Secara eksternal rata-rata siswa disini kurang
mendapatkan perhatian dari orang tua, bagi orang tua menyediakan uang untuk
siswa sekolah itu sudah cukup akan tetapi terkadang orang tua lupa akan
mendampingi siswa, disisi lain orang tua kurang memberi motivasi kepada
siswa, misal siswa mendapat nilai jelek bukannya diberi semangat justru diberi
amarah, sehingga secara psikisnya terganggu dab secara eksternalnya pun juga
terganggu, sehingga hal ini membuat siswa mengalami kesulitan belajar
Peneliti: Bagaimana tentang kesulitan belajar siswa kelas VIII terutama di kelas
VIII G?
Informan: Kalau di kelas VIII G itu cenderung kurangnya mendapat motivasi
baik dari siswa sendiri maupun dari dukungan orang tua, misalnya ada orang
tuanya yang baik tapi anaknya seenak mereka sendiri, tidak memiliki taget-target
khusus pada diri siswa gimana saya harus memiliki nilai tuntas
Peneliti: Menurut bapak adakah kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan
oleh guru?
Informan: Beberapa siswa memiliki pandangan atau stetmen tersendiri, misal
pada pelajaran matematika menurut siswa matematika itu sulit, karena siswa
menganggap matematika sulit siswa tersebut dibisa dalam pelajaran
matematika, misal lagi yaitu agama dalam hafalan menurut siswa itu sulit, jadi
setiap anak bermacam-macam memili kesulitan belajar dan kesulitan ini setiap
mata pelajaran berbeda-beda. Belum lagi dengan gurunya, kami tidak menutup
kemungkinan setiap guru itu memiliki cara atau trik sendiri, terkadang siswa
tidak dapat mengikuti pola belajar yang diterapkan oleh guru, padahal di SMP
itu memiliki banyak guru dan setiap mata pelajaran berbeda guru, sehingga
siswa harus dapat beradaptasi dengan gurunya dan pembelajarannya. Tapi
terkadang ada guru yang sudah menannyakan kepada siswa akan kejelasan
materi, tetapi siawa tersebut hanya diam dan takut untuk bertanya, sehingga
membuat guru berfikir bahwa siswa sudah memahami akan materi yang
diajarkan
Peneliti: Bagaimana cara BK menangani atau mengatasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar?
Informan: Di tempat kami ini jika terdapat masalah atau permasalahan pada
siswa, kami mengundang siswa tersebut terlebih dulu, kemudian melakukan
bimbingan kelompok dan konseling, kemudian kita lihat progresnya bagaimana,
usaha siswa untuk maju itu bagaimana kita ikuti, jika belum kami akan
membicarakan hal ini kepada orang tua siswa. Kemudian setiap menjelang akhir
semester, dari beberapa siswa yang memiliki masalah kita tanya kepada orang
tua kenapa anak seperti ini. Jadi sebisa kami, kami upayakan untuk membantu
menyelesaikan masalah anak
Peneliti: Bagaimana cara dari BK memberikan motivasi kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar?
Informan: Tipe-tipe anak itukan bermacam-macam, ada yang ditegur atau
diajak bicara siswa tersebut mau mendengarkan ada juga siswa yang
mendapatkan perhatian khusus. Untuk siswa yang mendapatkan perhatian
khusus biasanya kami menyarankan kepada orang tua, siswa tersebut untuk
mengikuti les privat bukan bimbel, karena jika dasarnya siswa ini belum bagus
kalau mengikuti bimbel maka siswa tersebut akan kesulitan, namun sebaliknya
jika siswa memiliki dasar yang bagus mengikuti bimbel akan semakin bagus lagi.
Kami menyarankan les privat ini, agar siswa lebih dapat memahami materi dan
mau bertanya apa yang siawa tersebut anggap sulit kepada guru les privatnya.
Apalagi les privat itu guru les akan lebih terfokus pada siswa
D. Siswa kelas VIII G
Narasumber : Siswa kelas VIII G
Nama : HS, AZ, AK, dan YA
Waktu wawancara :23 April 2019 pukul 10.00 di sekolah
Peneliti: Pelajaran apa yang kamu sukai?
Informan: Saya lebih suka pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, olahraga
dan juga bahasa Indonesia
Peneliti: Apakah kamu menyukai pelajaran PAI?
Informan: Kalau pelajaran PAI lumanyan suka
Peneliti: Apakah kamu pernah mengaji?
Informan: Dulu sering ngaji tapi sekarang sudah tidak jadi kalau ngaji kadang
masih ada yang mudah dan ada yang susah juga kadang juga lupa
Peneliti: Bagaimana pendapat kamu selama pembelajaran PAI dimulai?
Informan: Bapaknya baik, kalau ngajar jelas, kadang kalau ngajar ada
humornya, kadang juga pakai laptop atau LCD
Peneliti: Adakah kesulitan selama pembelajaran PAI?
Informan: Materi yang diberikan oleh guru selama di kelas saya memahami,
tapi juga sering lupa dengan materi yang disampaikan. Saya juga jarang
bertanya karena malu.
Peneliti: Apakah kamu sering jenuh selama pembelajaran PAI?
Informan: Kalau pembelajarannya tidak menyenangkan cepat membuat saya
bosan dan terkadang membuat saya mengantuk di kelas
Peneliti: Apakah teman-teman kamu sering mengajak untuk mengaji, atau
mungkin belajar agama bersama?
Informan: Teman-teman saya tidak pernah mengajak untuk mengaji bersama
justru teman-teman saya kalau di kelas sering ngajak gojek terutama saat
pembelajaran
Peneliti: Selama di rumah, lebih sering main HP atau belajar ?
Informan: Saya lebih seringnya bermain HP di rumah dari pada belajar
Peneliti: Selama di rumah, apakah kalian pernah belajar PAI?
Informan: Kalau tidak ada PR atau ulangan, jarang sekali buka buku. Paling
seringnya mainan HP atau nonton TV kalau nggak main sama teman-teman
Peneliti: Apakah orang tua kamu sering mengawasi kamu belajar dirumah?
Informan: Orang tua saya tidak pernah mengawasi saya belajar dirumah,
orang tua saya langsung istirahat setelah pulang dari kerjanya
Peneliti: Apa yang diinginkan kamu selama pembelajaran PAI agar mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik?
Informan: Pakai LCD atau laptop pembelajarannya tidak mudah bosan dan
memahami materi juga mudah
Peneliti: Apa yang kamu inginkan di sekolah terutama pada pelajaran PAI?
Informan: Inginnya bisa dapat nilai bagus disetiap pelajaran, bisa dapat
pringkat di sekolah, dan bisa mengaji dengan lancar, tapi masih bingung harus
bagaimana caranya
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
FOTO OBSERVASI DAN WAWANCARA
1. Wawancara dengan bapak Muhib
2. Wawancara dengan ibu Rochmantin
3. Wawancara dengan bapak Obrin
4. Wawancara dengan siswa kelas VIII G
5. Observasi
a. Sholat Duha Berjama‟ah
b. Proses Pembelajaran PAI
c. Sholat Jum‟at Berjama‟ah
Lampiran 10
SATUAN KREDIT KEGIATAN (SKK)
Nama : Niktan‟ Nissa Mitza G Jurusan :Pendidikan Agama Islam (PAI)
NIM : 23010-15-0015 Dosen P.A : Guntur Cahyono, M.Pd.
No Jenis Kegiatan Waktu
Kegiatan Keterangan Skor
1
SEMINAR NASIONAL
“Jendral Sudirman Inspirasi Anak
Bangsa”
11 November
2015 Peserta 8
2
SEMINAR NASIONAL
“Pendidikan Agama Islam Menjadi
Pelopor Kebangkitan Nasional di Era
Modern”
21 Mei 2016 Peserta 8
3
SEMINAR NASIONAL
“Reaktualisasi Cantik Dhohir dan Batin
dalam Kacamata Islam”
18 November
2017 Peserta 8
4
UPTPB
Intensive English Language Program
(SIBI)
22 Februari-
10 Juni 2016 Peserta 6
5
UPTPB
Intensive Arabic Language Program
(SIBA)
22 Februari-
10 Juni 2016 Peserta 6
6
KEPUTUSAN REKTOR IAIN
SALATIGA
“Tentang Penyelenggaraan, Pemateri
dan Moderator Orientasi Pengenalan
Akademik dan Kemahasiswaan IAIN
Salatiga Tahun 2017”
27 Juli 2017 Anggota 6
7
KEPUTUSAN KOMANDAN
BRIGSUS RACANA KUSUMA
DILAGA-WORO SRIKANDI
21 November
2017 Anggota 6
“Tentang Penetapan Nomor Regristrasi
Brigsus”
8
PENDIDIKAN TAMU RACA
(DIKTARA) TAHUN 2017
“Gerbang Awal Generasi Pramuka
Perguruan Tinggi yang Berdedikasi dan
Profesional”
21-25
September
2017
Reka Kerja 5
9
AMALAN RAMADHAN RACANA
(ARR) IAIN SALATIGA
Dsn. Brangkongan Lor Rt. 01/Rw. 06,
Desa Ujung-ujung, Kec. Pabelan, Kab.
Semarang
1-4 Juni 2017 Reka Kerja 5
10
KEGIATAN GLADI WIRA BRIGSUS
(GWB) KE-23
Kampus 1 IAIN Salatiga dan Lapangan
Dsn. Krajan Pabelan Kab. Semarang
oleh Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi IAIN Salatiga
28-31
Oktober 2016 Peserta 5
11
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
CALON PRAMUKA PANDEGA
(PLCPP) XXVI
Buper Puskepram Candra Birawa Kota
Semarang
30
September-
02 Oktober
2016
Fasilitator 4
12
AMALAN RAMADHAN RACANA
(ARR) IAIN SALATIGA
“Bersama Masyarakat Kita Baktikan
Diri Menuju Pramuka Pandega yang
Religius”
23-26 Juni
2016 Peserta 4
13
LATIHAN GABUNGAN
PERGURUAN TINGGI KE XI
(LATGAB PERTI XI) SE-JAWA DAN
MADURA
Oleh Brigade Khusus (BRIGSUS)
Naga Sandhi Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi IAIN Salatiga Bersama
Brigade Khusus Nogo Sosro-Sabuk
16-18
September
2016
Peserta 4
Inten Racana Sunan Kudus-Robi'ah Al
Adawiyyah STAIN Kudus
14
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
CALON PRAMUKA PANDEGA
(PLCPP) XXV
“Racana sebagai Garda Terdepan
Pelaku Perubahan”
25-27
September
2015
Peserta 4
15
PELATIHAN KEPRAMUKAAN
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga
19-21 Juli
2018 Peserta 4
16
ORIENTASI PENGENALAN
AKADEMIK DAN
KEMAHASISWAAN (OPAK) IAIN
SALATIGA
“Penguatan Nilai-nilai Islam Indonesia
Menuju Negara yang Aman dan
Damai”
14 Agustus
2015 Peserta 3
17
ORIENTASI PENGENALAN
AKADEMIK DAN
KEMAHASISWAAN (OPAK) FTIK
“Integritas Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus Edukatif
Humanis dan Religius”
13 Agustus
2015 Peserta 3
18
UPT PERPUSTAKAAN IAIN
SALATIGA
Library User Education ( Pendidikan
Pemustaka)
21 Agustus
2015 Peserta 3
Lampiran 11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Niktan‟ Nissa Mitza Gallish
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 23 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Alamat : RT 4/ RW 1 Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang
No. HP : 081325123093
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri Tegalrejo 1, Salatiga Lulus Tahun 2009
2. MTs Miftahul Ulum, Mranggen, Demak Lulus Tahun 2012
3. SMA Negeri 2 Salatiga Lulus Tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 11 Juli 2019
Niktan‟ Nissa M.G
NIM: 23010-15-0015