upaya guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak...

106
i UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ) SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : AAN AFRIYAWAN NIM : 11110197 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: vuongxuyen

Post on 08-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MEMBINA AKHLAK SISWA

( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AAN AFRIYAWAN

NIM : 11110197

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi Ini dengan sombong, Karena

Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu

tidak akan sampai setinggi gunung”.(QS. Al Isra’ 37)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT. Sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah mendorong untuk selalu

memperjuangkan mimpi-mimpi saya:

1. Kepada ayah saya Subandi dan ibu saya Rubiyati, yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat kepada saya agar menjadi orang yang baik dan

bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

2. Dosen-dosen fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan yang telah memberikan

ilmu, motifasi, dan segala inspirasi untuk menjadi bekal dimasa yang akan

datang.

3. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi, dan memberikan motifasi supaya

terus semangat dalam menyelesaikan skripsi.

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrokhim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya

sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada rasulullah SAW. Beserta keluarga,

sahabat, dan pengikutnya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan

selesainya skripsi ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sedalam-

dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua jurusan (PAI).

4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktu dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir

ini.

5. Bapak M. Ghufron, M. Ag. selaku pembimbing akademik (PA). yang

dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya dari awal perkuliahan

hingga saat ini.

6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga. Yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

ix

7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan

dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulisan dalam

menyelesaikan studi di IAIN Salatiga

Semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Kurang lebihnya

mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 30 Maret 2016

Penulis

x

ABSTRAK

Afriyawan, Aan. 2016. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Membina Akhlak.

Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa. Dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua, akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak, 2). Kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan diantaranya: Memberikan nasihat, membangun pembiasaan, memberikan teladan, menyediakan fasilitas yang mendukung, dan berkomunikasi dengan berbagai pihak, (2) Permasalahan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah: kurangnya kesadaran dari siswa, fasilitas dan sarana yang kurang lengkap, serta pengaruh dari lingkungan pergaulan.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………. i

HALAMAN LOGO ……………………………………………… ii

NOTA PEMBIMBING ……..……………………………………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. iv

DEKLARASI……………………………………………………… v

MOTTO…………………………………………………………….. vi

PERSEMBAHAN ………………………………………………… vii

KATA PENGANTAR…………………………………………….. viii

ABSTRAK ……………………………………………………….. x

DAFTAR ISI ……………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL ………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………… 1

B. Fokus Penelitian ………………………………………………. 6

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7

D. Kegunaan Penelitian……………………………………………. 7

E. Penegasan Istilah ………………………………………………. 8

F. Metode Penelitian ……………………………………………… 11

G. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam ……………………….. 18

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam…………………. 18

xii

2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam …….…….. 19

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam……………………… 21

4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam 29

B. Karakteristik Siswa ……………………………………………. 31

1. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan ………………….. 32

2. Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan …………… 33

3. Aspek-aspek Perkembangan ………………………………. 36

C. Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa …………….. 40

1. Pengertian Akhlak …………………………………………. 40

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak …………………….. 41

3. Ruang Lingkup Akhlak Islami ……………………………. 46

4. Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa …………. 48

D. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ……………… 50

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Siswa SMP Negeri 1 Bandungan ………………….. 54

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Bandungan ……………. 54

2. Letak Geografis …………………………………………… 56

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 1 Bandungan ……….. 57

4. Keadaan Guru dan Siswa ………………………………….. 58

5. Sarana dan Prasarana ……………………………………… 59

6. Struktur Organisasi ………………………………………… 60

B. Temuan Penelitian …………………………………………….. 63

1. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan ……………….. 63

xiii

2. Pelaksanaan Upaya Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1

Bandungan …………………………………………………. 64

3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina

Akhlak Siswa ………………………………………………. 72

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Keadaan Sekolah SMP Negeri 1 Bandungan………….. 77

B. Analisis Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan…………… 78

C. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SMP Negeri

1 Bandungan……………………………………………………. 78

D. Analisis Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina

Akhlak………………………………………………………….. 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 88

B. Saran-saran …………………………………………………….. 88

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 91

xiv

Daftar Tabel

Data guru SMP Negeri 1 Bandungan tahun ajaran 2015/2016…….. 58

Data jumlah siswa SMP Negeri 1 Bandungan……………………... 59

Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut usia……………….. 59

Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut agama…………….. 59

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupkaan faktor penting bagi kehidupan manusia untuk

tumbuh kembangnya. Seperti yang diungkapkan Mudyaharjo (2010:3)

pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi

hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Selain itu peran

pendidikan agama juga sangat penting karena agama mengajarkan norma-

norma dalam kehidupan.

Pendidikan Agama Islam merupakan progam pengajaran pada

lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap

siswa dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam.

Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertakwa serta memiliki budi

pekerti luhur, Sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang

diakatakan Djamarah (2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik

adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam.

Guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang cukup

penting dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru

Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam

pembentukan watak dan kepribadian siswanya. Selain itu, dalam

berinteraksi dengan masyarakat guru juga dianggap sebagai orang yang

2

serba bisa. Melalui Pendidikan Agama Islam, guru mampu menanamkan

nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru sering disebut sebagai pemimpin masyarakat (Social Leader)

dan pekerja sosial (Social Worker), khususnya dalam masyarakat

paguyuban. Dalam masyarakat pedesaan, sebagai misal, guru sering

didudukkan pada status sebagai sumber pengetahuan ketika media

informasi masih amat terbatas. Guru sering menduduki posisi sebagai

tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia menjadi satu-satunya

sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, guru

dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru. Dalam masyarakat

peguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan petitih bahwa guru kencing

berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang dilakukan seorang guru

akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya (Suparlan, 2005:21-22)

Tugas dan tanggung jawab seorang guru memanglah sangat berat.

Karena seorang guru mempunyai amanah untuk mewujudkan tercapainya

tujuan pendidikan yang baik. Orang tua memang mendapatkan amanah

langsung dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Namun karena

kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki orang tua terbatas,

maka para orang tua mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada

guru-guru disekolah.

Hal ini yang akan membuat tanggung jawab seorang guru menjadi

semakin besar. Terlebih adalah guru agama Islam. Yang memiliki

tanggung jawab terhadap sisi keagamaan seorang anak. Termasuk

3

pendidikan kecerdasan yang meliputi keagamaan. Pendidikan keindahan

atau estetika, pendidikan kesusilaan atau moral, dan pendidikan sosial

dalam masyarakat. Seorang guru terlebih guru agama tentunya akan

dipandang lebih dalam masyarakat. Oleh sebab itu tingkah laku dan

tindakan seorang guru akan menjadi faktor penting terhadap pandangan

masyarakat tentang seorang guru agama. Maka selain harus pandai dalam

hal akademik. Seorang guru agama juga harus memiliki akhlak yang baik.

Akhlak merupakan sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang

tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa

perbuatan baik yang disebut dengan akhlak mulia, atau perbuatan buruk

yang disebut dengan akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya

(Asmaran, 2002:1). Maka akhlak merupakan tingkah laku seseorang yang

mencerminkan sifat kepribadianya.

Akhlak merupakan hal yang paling dasar yang harus dibentuk.

Karena akhlaklah yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya karakter

atau sifat manusia. Dan akhlak juga haruslah ditanamkan sejak dini pada

diri seseorang. Agar nantinya tertanam dengan sempurna pada jiwa orang

tersebut.

Hal ini tentu saja berbeda dengan etika, moral, dan susila. Meskipun

keseluruhan memiliki makna yang hampir sama. Perbedaan yang

mendasar antara akhlak dengan etika, moral, dan susila adalah : Pertama,

objek pembahasanya. Etika, moral, dan susila cenderung membahas

mengenai perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, sumbernya.

4

Etika.moral, dan susila, bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Ketiga,

fungsinya. Etika, moral, susila berfungsi sebagai penilai terhadap suatu

perbuatan yang dilakukan oleh manusia (Nata, 2002:87-94).

Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan

kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa,

dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua,

akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Perkembangan

teknologi dan informasi sering kali berdampak pada tingkah laku siswa.

Guru dan orang tua hendaknya bekerja sama dalam megawasi anak

didiknya dalam bergaul dan mengikuti perkembangan teknologi.

Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan

seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak

menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak

diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini

menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan

perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut.

Sesuai dengan visi sekolah SMP Negeri 1 Bandungan yaitu “menuju

sekolah berprestasi dan berketerampilan yang dilandasi budi pekerti luhur”

tentunya seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki upaya yang

lebih untuk mewujudkan hal itu. Mengingat Bandungan merupakan

lingkungan yang penuh dengan tempat-tempat hiburan malam.

Lingkungan seperti ini tentunya sangat berpengaruh terhadap

perkembangan akhlak lebih khususnya pada anak SMP Negeri 1

5

Bandungan. Maka perlu adanya pembinaan akhlak melalui pendidikan

keluarga maupun pendidikan sekolah supaya mereka tidak terpengaruh

dengan lingkungan sekitar, sehingga dengan adanya pembinaan akhlak

tersebut, anak akan berkembang secara positif dan menjadi pribadi yang

berakhlak mulia.

Dari hasil observasi peneliti yang telah dilakukan di SMP Negeri 1

Bandungan pada tanggal 8 Januari 2016. Perilaku siswa SMP Negeri 1

Bandungan sebagian besar cukup sopan. setiap bertemu guru menyapa dan

bersalaman, murah senyum dengan guru maupun dengan peneliti. Jiwa

solidaritas antar sesama cukup baik. meskipun perilaku siswa di SMP

Negeri 1 Bandungan cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya

pembinaan akhlak bagi para siswa. Karena selama observasi, peneliti

masih mendapati adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa.

Diantaranya adalah seringnya masuk sekolah terlambat dengan berbagai

alasan, masuk sekolah dengan melompat pagar, adanya siswa yang

merokok sepulang sekolah, juga perkataan kotor yang masih sering

terucap dikalangan siswa. Hal inilah yang mendasari pembinaan akhlak

perlu dilakukan supaya terbentuk pribadi yang mempunyai akhlak mulia,

baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Dari hasil pemaparan di atas pendidikan akhlak mempunyai peranan

penting terhadap perilaku dalam pergaulan seseorang. khususnya pada

anak usia pra remaja yang sedang berada dalam masa peralihan sehingga

emosi mereka masih sangat labil dan mudah dipengaruhi orang lain. Maka

6

perbaikan akhlak merupakan suatu misi utama yang dilakukan oleh guru

Pendidikan Agama Islam kepada anak didik. Misi tersebut akan berhasil

apabila ada kerja sama antara semua pihak yang terkait. Upaya dalam

pembinaan akhlak merupakan salah satu hal terpenting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Upaya tersebut nantinya akan

sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai

akhlak itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana upaya

guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP

khususnya pada siswa SMP Negeri 1 Bandungan. Maka dalam penelitian

ini peneliti memberi judul “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di

SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”.

B. Fokus penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas. Maka yang akan menjadi fokus

pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana upaya pembinaan akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan?

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi guru dalam upaya pembinaan

akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan?

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Bentuk-bentuk upaya pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1

Bandungan.

2. Permasalahan apa saja yang dihadapi guru dalam upaya pemembinaan

akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk pengetahuan

betapa pentingnya pembinaan akhlak untuk anak usia sekolah. Agar

nantinya hal ini dapat menjadi pelajaran serta membentengi peserta

didik agar tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan yang kurang baik.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan kepada peneliti selaku mahasiswa

Pendidikan Agama Islam. Bagaimana cara membina akhlak siswa.

Terlebih bila nantinya peneliti ditempatkan di wilayah yang sama

seperti SMP Negeri 1 Bandungan.

b. Bagi masyarakat umum

Sebagai pendidikan tentang pentingnya pembinaan akhlak

remaja bagi kelangsungan masa depanya. Dan juga untuk

8

membentengi remaja terhadap pergaulan lingkungan yang kurang

baik, yang akan berakibat terhadap akhlaknya.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap persepsi dan agar lebih

mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi “UPAYA GURU

PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi kasus di SMP

Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”. Peneliti merasa perlu untuk

menjelaskan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut.

Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Guru Pendidikan Agama Islam

Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik

dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi

kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru

agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam

dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta

membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi

keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Akhlak

Akhlak adalah sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang

tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir

berupa perbuatan baik disebut dengan akhlak mulia. Atau perbuatan

buruk disebut dengan akhlak yang tercela (Asmaran, 2002:1).

9

Maka yang dimaksud dengan upaya guru Pendidikan Agama Islam

dalam membina akhlak adalah segala usaha keagamaan yang dilakukan

guru untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu untuk

mengembangkan potensi keagamaan siswa serta memiliki berbudi pekeri

yang luhur.

Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil

indikator upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak

yaitu:

1. Usaha guru memotivasi siswa

2. Program sekolah

3. Kesadaran siswa

4. Kedisiplinan siswa

5. Penanaman nilai nilai keislaman

6. Kegiatan siswa di sekolah

7. Teladan guru

8. Fasilitas sekolah

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik

penelitian (Mulyana, 2010:145). Jadi metode merupakan cara untuk

menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian

adalah suatu teknik penelitian secara sistematis yang diperluas dengan

menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur,

dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem secara lebih baik

10

dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa. Penelitian merupakan

pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan

masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan

menggunakan data-data yang valid (Kasiram, 2008:36).

Apabila kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat

serta hasil penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jika ditinjau dari segi rujukan primernya, maka penelitan ini

adalah penelitian lapangan. yang bermaksud untuk mengetahui data

responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang

bertujuan studi mengenai suatu kegiatan sosial dengan sedemikianrupa

sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik

mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan

menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci

dan akurat mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembinaan akhlak, kegiatan yang dilakukan, serta faktor pendukung

dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis ststistik

atau cara kuantifikasi lainya. Jelas bahwa pengertian ini

mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang

11

bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha

kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan dalam penelitian kualitatif

(Moleong, 2011:6 )

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data yang

ada di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain

selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang

keabsahan hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi

penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas siswa di

dalam maupun luar sekolah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

informasi dengan pengamatan perilaku siswa.

3. Lokasi penelitian

Adapun lokasi yang akan menjadi target penelitian adalah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandungan Kabupaten

Semarang.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat

penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang

diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

12

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara

langsung tentang strategi pembinaan akhlak di SMP Negeri 1

Bandungan Kabupaten Semarang yang dilakukan oleh guru agama

Islam, kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan

strategi tersebut, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil

wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam,

dan sampel siswa, serta pengamatan.

a. Data Sekunder

Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai

macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan

dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder

ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang

telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

5. Prosedur pengumpulan data

Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan

metode pengumpulan data dalam memudahkan jalannya penelitian.

Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (

interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

13

2011:186). Peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala

sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan, siswa SMP Negeri 1

Bandungan. dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian.

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada

orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono,

2011:144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono

(2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan

untuk mendapatkan data tambahan tentang upaya guru Pendidikan

Agama Islam dalam membinan akhlak siswa.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240).Metode ini

digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian

secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi

geografis, monografis dan struktur organisasi yang ada.

14

6. Analisis data

Menurut pendapat Moleong (2009:190), proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya

ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,

proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam

satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada

langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat

koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan

pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah tahap

penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori

substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

7. Pengecekan keabsahan data

Menurut Moleong (2009:173) untuk menetapkan keabsahan

(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga

kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik sendiri-sendiri.

Pada kriteria credibility menggunakan beberapa teknik pemeriksaan

yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan

15

triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan kepastian

menggunakan teknik auditing.

8. Tahap-tahap penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan

memafaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan

menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat

melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya

peneliti berbaur mejadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek

agar tidak ada dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti

juga harus berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari

informasi subyek mudah menjawabnya. Sambil berperan serta,

peneliti juga mencatat data yang diperlukan.

c. Tahap analisis data

Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2009:103),

adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini

peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan

kode, dan mengategorikannya.

16

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai

berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan

teoritik mengenai: karakteristik anak usia SMP, konsep

guru pendidikan agama Islam, strategi pembinaan akhlak,

bentuk kegiatan dalam pembinaan akhlak, serta faktor

pendukung dan penghambat strategi tersebut.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran

umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data

hasil penelitian.

BAB IV: PEMBAHASAN

Memuat tentang pembahasan dari data yang telah di

dapat yang meliputi upaya pembinaan akhlak, bentuk

kegiatan dalam pembinaan akhlak, kendala dalam

17

pembinaan akhlak, serta solusi yang diterapkan untuk

menghadapi kendala pembinaan akhlak.

BAB V: PENUTUP

Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam dalam bahasa arab dikenal dengan

sebutan “al mu’alim” atau “al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu

pada majelis ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al

mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang yang

mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia

(Suparlan, 2005:12).

Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik

dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif,

potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu

pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah, seorang pendidik

yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah

pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang

berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan

akhirat.

Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Arifin (dalam

Syafaat, 2008:16) adalah proses yang mengarahkan manusia kedalam

kehidupan yang lebih baik. dan yang mengangkat derajat

19

kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan

kemampuan ajaranya (pengaruh dari luar).

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar siswa dalam

meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008:75-76).

Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa, guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang dengan tugas

utama mendidik, serta membimbing siswanya, Agar menjadi pribadi

yang berakhlak mulia berdasarkan kepada Al Quran dan sunnah, sesuai

dengan tujuan Pendidikan Agama Islam.

2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Daradjat (2011:41-44), dilihat dari ilmu pendidikan

Islam untuk menjadi guru yang baik dan dapat memenuhi tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya, hendaknya guru harus:

a. Takwa kepada Allah SWT

Guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin

mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri

tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab guru adalah teladan bagi anak

didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi

umatnya. Jika seorang guru mampu memberi teladan yang baik

20

kepada semua anak didiknya, maka kemungkinan besar guru

tersebut akan berhasil mencetak generasi penerus bangsa yang baik

dan berakhlak mulia.

b. Berilmu

Ijazah bukan semata mata secarik kertas. Tetapi suatu bukti

bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan

kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan.

Gurupun harus mempunyai ijazah supaya dibolehkan mengajar.

Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat

meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi. maka

terpaksa menyimpang untuk smentara, yakni menerima seorang

guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal, ada

patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu

pendidikan. dan pada giliranya makin tinggi pula derajat

masyarakat.

c. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi

mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap

penyakit menular, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya.

Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah

mengajar. guru yang sakit sakitan kerapkali terpaksa absen dan

tentunya merugikan anak didiknya. Akan tetapi hal itu tidak bisa

dijadikan patokan, sebab tidak sedikit guru yang memiliki kelainan

21

(cacat sejak lahir) tapi memiliki talenta yang bagus diperbolehkan

mengajar pada suatu lembaga khusus yang mendidik anak-anak

berkebutuhan khusus.

d. Berkelakuan baik

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan. Guru

harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka

meniru. Diantara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik

pada anak dan ini hanya mungkin terjadi jika guru itu berakhlak

baik pula. Guru yang berahlak tidak baik tidak akan dipercayakan

pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik adalah

yang sesuai dengan ajaran Islam.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru

memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta

memiliki tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua

terdapat nilai-nilai amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang

guru, baik manfaat di dunia maupun di ahirat.

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru

umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu

pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih

banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas

lagi. Akan tetapi peranan guru Pendidikan Agama Islam selain

berusaha memindahkan ilmu, juga harus menanamkan nilai-nilai

22

agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan

antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan umum. Diantara peran guru

seperti yang dikutip dari Mulyasa (2011:37-64) ialah sebagai berikut :

a. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkunganya. Oleh karena

itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b. Guru sebagai pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah

melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan

tugas yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang

sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum

diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi

setandar yang dipelajari.

c. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya bertanggung jawab

atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan

tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan

mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam

dan kompleks.

23

d. Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut

guru untuk bertindak sebagai pelatih.

e. Guru sebagai penasihat

Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi

orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai

penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasihati orang.

f. Guru sebagai inovator

Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut

untuk menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai

pembaharu yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan

pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu

belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar

dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan

sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat.

g. Guru sebagai model dan teladan

Perilaku guru di sekolah selalu menjadi figur dan dijadikan

dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini

wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang

melakukan modelling untuk mengubah tingkah lakunya. Sebagai

teladan bagi peserta didik dan orang-orang di sekitarnya,

24

mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang

menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala

sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat

pada umumnya.

h. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia

pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan

seorang pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu

panutan bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan

pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan

masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran

agamanya.

i. Guru sebagai peneliti

Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda.

Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh

orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak

dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka

memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu.

Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan cara

yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang

berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran

yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan,

serta kebutuhan peserta didik tersebut.

25

j. Guru sebagai pendorong kreativitas

Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak

memiliki motivasi belajar. apalagi menciptakan hal-hal baru yang

dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator, guru

berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif

dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. karena peserta didik akan

sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.

k. Guru sebagai pembangkit pandangan

Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap

martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang

guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan

memperbudak orang lain. melainkan menjadi orang yang

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi

kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

l. Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu.

Serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali

memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik,

maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua

perananya.

26

m. Guru sebagai pemindah kemah

Guru adalah seorang pemindah kemah yang suka memindah

mindahkan dan membantu peserta didik meinggalkan hal lama

menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha

keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan

kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membatu menjauhi

dan meninggalakanya untuk mendapatkan cara-cara baru yang

lebih sesuai. Guru dan peserta didik bekerjasama mempelajari cara

baru, dan meninggaalkan kepribadian yang telah membantunya

mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa

kini.

n. Guru sebagai pembawa cerita

Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat

pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana

memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,

menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh

manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka.

Serta untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan

dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di

masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan

gagasan kehidupan di masa mendatang.

27

o. Guru sebagai aktor

Guru adalah seorang aktor yang memainkan perannya di

depan peserta didik sesuai dengan naskah yang telah dibuatnya.

Sebagai seorang aktor guru harus benar-benar membawa para

penontonnya larut dalam cerita yang sedang dilakonkannya. Pesan-

pesan yang dibawakannya merupakan hal penting yang harus

disampaikan kepada peserta didik. Untuk itu seorang guru

hendaknya mengetahui, menguasai, serta dapat mengarahkan

situasi yang akan terjadi, menguasai materi yang akan dibawakan,

mengetahui kehendak para peserta didiknya, menguasai media

yang akan digunakan dalam pelakonannya, memperhitungkan

waktu yang akan digunakan untuk membawakan suatu naskah

tertentu.

p. Guru sebagai emansipator

Guru harus membina kemampuan peserta didik untuk

menginformasikan apa yang ada dalam pikirannya. Jika

kemampuan tersebut telah dimiliki, perasaan rendah diri berangsur-

angsur hilang dan bebaslah peserta didik dari keadaan yang tidak

menyenangkan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai emansipator.

Karena benda yang digarap bukan benda mati, guru berkewajiban

mengembangkan potensi peserta didik sedemikian rupa sehingga

menjadi pribadi yang kreatif. Karena itu guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan,

28

memberikan balikan, memberikan kritik, dan sebagainya sehingga

mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar.

q. Guru sebagai evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang

paling kompleks, karena melibatkan latar belakang dan hubungan,

serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan

dengan konteks yang hampir tidak mungin dapat dipisahkan

dengan setiap penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian,

karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil

belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran oleh peserta didik.

r. Guru sebagai pengawet

Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan dan

meneruskan semua warisan budaya kepada generasi berikutnya.

Seluruh warisan budaya yang berupa pengetahuan, ide-ide, atau

nilai-nilai yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu harus

tetap dijaga dan dilestarikan sebagai dasar untuk memperoleh

pengetahuan dan nilai-nilai baru. Guru sebagai pelaksana

pendidikan hendaknya bersikap positif terhadap hasil budaya

masyarakat terdahulu dan menyampaikannya kepada peserta didik.

Tugas ini harus dilakukan guru dalam hubungannya sebagai

pengawet kebudayaan masyarakat.

29

s. Guru sebagai kulminator

Dalam setiap proses pembelajaran guru harus mampu

menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu, kemudian maju

ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan

suatu kulminasi pada suatu unit tertentu dari suatu kegiatan

pembelajaran. Kemampuan ini nampak dalam bentuk menutup

pembelajaran, menarik atau membuat kesimpulan bersama peserta

didik, melaksanakan penilaian, mengadakan kenaikan kelas dan

mengadakan karya wisata. Guru adalah orang yang mengarahkan

proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir. Dengan

rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu

tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui

kemajuan belajarnya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru

Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat kompleks dan

harus mampu mengajarkan, membimbing, serta menanamkan nilai-

nilai moral keagamaan kepada siswa sehingga menjadi pribadi yang

berakhlak mulia dan mempunyai jiwa sosial serta budi pekerti yang

baik.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan

mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik

aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Potensi peserta didik

30

ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat keilmuan

tertinggi dan mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya

pengembangan potensi peserta didik tersebut dilakukan dengan

penyucian jiwa dan mental, penguatan metode berfikir, penyelesaian

masalah kehidupan, mentransfer pengetahuan dan keterampilannya

melalui teknik mengajar, motivasi, memberi contoh, memuji dan

mentradisikan keilmuan. Maka Tugas pendidik dalam proses

pembelajaran secara berurutan adalah (1) menguasai mata pelajaran,

(2) menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah

menerima dan memahami pelajaran, (3) melakukan evaluasi

pendidikan yang dilakukan, dan (4) menindak lanjuti hasil evaluasinya

( Roqib, 2009:50).

Bagi guru Pendidikan Agama Islam tugas dan kewajiban

sebagaimana yang dikemukakan diatas merupakan amanat yang

diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan

guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung

jawab. Alah SWT menjelaskan dalam (Al Qur'an Surat An Nisa', 4 :

58).

31

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An Nisa' : 58).

Tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa setiap

tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas

pertimbangan secara profesional. Pekerjaan guru menuntut

kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi dan persyaratan

para "pekerja pendidikan" atau orang orang yang disebut pendidik ini

patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh sungguh

pula.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat

berat. Dipundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai

atau tidak. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru

adalah mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri setiap anak

didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat

tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan berakhlak mulia

sehingga mereka siap menghadapi segala tantangan di masa depan.

B. Karakteristik Siswa

Menurut Seels dan Richey (dalam Budiningsih, 2004:16) adalah

bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan

proses belajar. Karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan

bagian-bagian pekribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk

kepentingan rancangan pembelajaran. Anak usia SMP memiliki

32

karakteristik sendiri-sendiri dan berbeda satu sama lain, tergantung dari

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Teori-teori dan prinsip pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran moral di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan

berpijak pada informasi tentang karakteristik siswa dan budayanya. Pada

tahap penalaran moral dimana remaja berada, pada tahap kepercayaan atau

eksistensial/iman di mana mereka berada, bagaimana empati dan peran

sosial mereka. Ini semua amat diperlukan oleh para guru, pendidik,

teknolog dan perancang pembelajaran dalam upaya pengembangan

program-program pembelajaran moral dan produksi sumber-sumber

belajra moral. Maka ini semua harus dijadikan pijakan dalam

mengembangkan program-program pembelajaran dan pembinaan

moral/akhlak bagi remaja. Pembahasan tentang karateristik perkembangan

ini peneliti lebih menekankan pana anak usia SMP/ MTs.

1. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Chaplin (dalam Mar’at, 2010:5) pertumbuhan diartikan

sebagai suatu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-

bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Maka

pertumbuhan merupakan perubahan fisik anak, seperti badan tumbuh

menjadi besar, tambah tinggi, pada anak perempuan payudara menjadi

besar, pinggul melebar, pada anak laki-laki mulai tumbuh kumis, bulu-

bulu halus, dan lain sebagainya.

33

Sedangkan arti perkembangan menurut Monks (dalam Mar’at,

2010:4) adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak

dapat diulang kembali. Pekembangan menunjukan pada perubahan

yang bersifat tetap dan tidak padat diputar kembali. Perkembangan

juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke

arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,

berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Contoh

perkembangan selama masa kanak-kanak menginjak remaja adalah

mengalami perkembangan dalam struktur fisik dan mental, jasmani

dan rohani. Sebagai ciri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan.

Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang bersifat terus

menerus meskipun perkembanganya semakin hari semakin pelan,

setelah mencapai titik puncaknya. Sedangkan pertumbuhan lebih

cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh

yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun

menuju keruntuhanya.

2. Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan Anak

a. Fase perkembangan remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka, dalam

Yusuf (2001:184) Masa remaja ini meliputi:

34

1) Remaja awal 12-15 tahun

2) Remaja madya 15-18 tahun

3) Remaja ahir 19-22 tahun

Sehingga dapat diketahui bahwa anak usia sekolah menengah

Pertama telah memasuki masa remaja awal (12-15 tahun). Pada

masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan

menolongnya teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.

Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang

bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini

sering disebut masa merindu puja, yaitu sebagai gejala remaja.

Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita

hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan.

Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah:

1) Tidak adanya pedoman untuk merindukan sesuatu yang

dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang

dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali

remaja hanya mengetahui sesuatu bahwa dia menginginkan

sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkanya.

2) Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-

pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi

personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif

meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif,

35

mengagumi, dan memujanya dalam hayalan (Yusuf, 2001:26-

27).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasannya fase

perkembangan anak usia remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu,

remaja awal, remaja madya dan remaja akahir. Yang mana pada

anak usia remaja awal fase perkembangannya memerlukan

dukungan dari lingkungannya dan orang-orang yang ada

didekatnya, dan membutuhkan teman yang dapat turut merasakan

suka dan dukanya. Jadi anak usia remaja awal mengalami

perkembangan emosi yang masih cenderung naik turun atau labil.

b. Tugas-tugas perkembangan remaja

Menurut zulkifli (2012:76-78), tugas-tugas perkembangan

masa remaja umumnya berkenaan dengan pencapaian dan

persiapan memasuki kehidupan fase berikutnya (dewasa), yaitu:

1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin. Dalam

hal ini seorang remaja mencapai pola hubungan baru yang lebih

matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin

sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku dalam

masyarakat.

2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita selaras

dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya. Maka

seorang remaja harus mempunyai keinginan untuk menerima

36

dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung

jawab di tengah-tengah masyarakatnya.

3) Menerima keadaan fisik sendiri. Artinya seorang remaja harus

menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria atau wanita

dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya

masing-masing.

4) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Artinya

seorang remaja harus mempersiapkan diri untuk mencapai

karier tertetu dalam bidang ekonomi.

5) Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk hidup

berkeluarga. Yaitu seorang remaja harus mempersiapkan diri

untuk memasuki dunia perkawinan atau kehidupan berkeluaga

(sebagai suami istri).

Jadi tugas-tugas perkembangan merupakan persiapan remaja

untuk menghadapi fase perkembangan yang akan datang,

diantaranya yaitu mengenai perubahan cara pandang dalam

bergaul, menerima kekurangan fisik, mempersiapkan diri untuk

berkarir, serta menentukan pendamping hidup untuk kelangsungan

masa depanya.

3. Aspek-aspek Perkembangan

Aspek perkembangan remaja menurut Syamun Yusuf LN dalam

Syafaat (2008:103-104):

37

a. Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa

rentangan kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang

sangat pesat. Menurut Singgih dan Yulia (2012:4-5) perubahan

fisik meliputi perubahan yang mudah diamati maupun yang sulit

diketahui prosesnya. Yang mudah tampak antara lain adalah

perubahan tinggi badan. Perubahan fisik yang mudah diamati

sekaligus sulit diketahui prosesnya adalah berkaitan dengan

pelaksanaan tugas dan peran dewasa sebagai laki-laki dan

perempuan. Perubahan yang erat dengan proses persiapan fisik,

yang terjadi di dalam tubuh dan sulit diamati, justru sering

menimbulkan persoalan yang sukar diatasi. Misanya, suasana hati

yang bergelora dan mencekam diri, dan muncul silih berganti,

begitu sulit dimengerti sehingga sukar diredakan. Umumnya,

keguncangan suasana di dalam diri belum pernah dialami pada

masa-masa sebelumnya.

b. Perkembangan intelektual

Ditinjau dari perkembang intelektual, masa remaja sudah

mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat

berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata

lain, operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta

sistem sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada

berfikir konkrit. Karena itu mereka telah mampu mengkritik orang

38

tuanya, guru, pemimpin yang menurut penilaian objektifnya

kurang baik. Maka orang tua dan guru harus memberikan teladan

yang baik.

c. Perkembangan emosi

Aspek ini remaja mencapai puncak emosional. Pertumbuhan

fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan

emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya,

seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan

dengan lawan jenis.

d. Perkembangan sosial

Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk

memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik

menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun persaannya.

Pada aspek ini remaja cenderung suka menilai orang-orang

disekitarnya. Remaja yang baik akan memberikan penilaian yang

baik pada sesuatu hal yang benar-benar baik dan akan menirunya.

Sesuatu hal yang buruk akan dinilainya buruk pula dan berusaha

untuk menjauhinya.

e. Perkembangan moral

Masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja

berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi

juga psikologisnya. Menurut penulis, aspek perkembangan moral

39

erat kaitannya dengan perkembangan sosial. Karena pada

perkembangan sosial remaja suka menilai orang lain, sedangkan

pada perkembangan moral remaja melakukan perbuatan-perbuatan

yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Hal ini bisa saja terjadi

karena remaja telah melihat atau menilai perbuatan orang lain yang

telah dikerjakan dan dianggapnya baik.

f. Perkembangan kepribadian

Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik, sikap

kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu

yang beragam.

g. Perkembangan kesadaran agama

Pada masa ini seseorang memiliki kemampuan berfikir

abstrak yang memungkinkannya dapat mentransformasikan

keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas

keabstrakan Tuhan yang maha adil dan maha kasih sayang.

Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam perlu

memahami perkembangan perasaan remaja yang tak menentu itu. Guru

juga perlu mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja

yang sedang dalam masa puber, mengenai apa saja yang wajib

dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, guru juga harus

berperan aktif dalam mengatasi kesulitan siswanya.

40

C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa

Pembinaan akhlak terjadi di semua lingkup kehidupan, baik

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada pembahasan ini,

penulis hanya menyajikan pembinaan akhlak di lingkungan sekolah. Akan

tetapi sesungguhnya pembinaan akhlak pada seseorang akan maksimal jika

ketiga komponen di atas dapat sejalan serta mendukung sepenuhnya

terhadap pembinaan akhlak.

1. Pengertian Akhlak

Menurut Djatnika (dalam Daud, 2008:346) akhlak dalam bahasa

Indonesia berasal dari bahasa arab “akhlaq” bentuk jamak kata

“khuluq” atau “al-khulq” yang berarti berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku, atau tabi’at.

Secara etimologis, kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal

dari bahasa arab “al-akhlaq”. Ia merupakan bentuk jama’ dari kata al-

khuluq yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak. Dengan demikian,

maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang digunakan untuk

mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik

atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai

baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam sendiri (Halim,

2000:7-8)

Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran, 2002:3) Akhlak

adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-

41

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.

Menurut pendapat Mahmud (2004:26-27) kata khuluqiyah atau

Akhlak lazim disebut dengan moral. Yaitu sebuah sistem yang lengkap

yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang

membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini

membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya

berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya

dalam kondisi yang berbeda-beda.

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak

Islam memberikan petunjuk dan mengarahkan umat manusia

untuk selalu berbuat baik dan berjalan di jalan yang benar. Islam tidak

akan membiarkan kehidupan manusia penuh kontradiksi

(pertentangan), oleh karena itu pembinaan akhlak perlu dilakukan

dengan dasar dan tujuan tetentu.

a. Dasar pembinaan akhlak

Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soeamanto dalam

Syafaat ,dkk (2008:153), pembinaan adalah menunjuk kepada

suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa

yang telah ada.

Dasar dan tujuan pembinaan akhlak terikat erat dan hampir

sama dengan dasar dan tujuan pendidikan Islam. Dasar ideal

pendidikan Islam menurut Syafaat, dkk (2008:17-29) adalah

42

identik dengan ajaran Islam itu sendiri, yaitu berasal dari Al-

Qur’an dan Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan lebih lanjut

dalam pemikiran para ulama. Berikut adalah penjelasan tentang

dasar-dasar tersebut:

1) Al Qur’an

Al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup manusia, bagi

yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat

pahala. Seperti difirmankan dalam surat An-Nahl 89:

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(QS. An-Nahl: 89)

Al Qur’an merupakan firman allah yang tidak ada

keraguan di dalamnya, yaitu sebagai petunjuk bagi orang-orang

yang bertakwa. Selain itu, Al Qur’an juga sebagai penawar atau

obat berbagai penyakit, dan Al Qur’an sebagai petunjuk arah

ketika seorang hamba berada dalam kesesatan.

43

2) Sunnah

Dasar yang kedua adalah Sunnah Rasulullah SAW atau

hadis yaitu perkataan, perbuatan, serta pengakuan Rasulullah.

Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia

dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Sebagaimana dalam

firman Allah dalam surat Al Ahzab:21.

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.( QS. Al Ahzab: 21)

3) Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat

Pada masa khulafaur rasyidin sumber pendidikan dalam

Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al Qur’an dan

sunnah, juga perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat.

Perkataan para sahabat dapat dikuatkan karena Allah sendiri di

dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 100 yang memberikan

pernyataan:

44

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”.( QS. At-Taubah: 100)

4) Ijtihad

Ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum atau

tuntunan suatu perkara yang ada kalanya tidak terdapat di

dalam Al Qur’an maupun sunnah. Ijtihad dilakukan untuk

menjelaskan suatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak

terdapat keterangan dari Al Qur’an maupun sunnah.

Menurut Rachmat (dalam Syafaat, 2008:29) ijtihad

adalah pengerahan segala kesanggupan seseorang faqih (pakar

fiqih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum

sesuatu melalui dalil syara’ (agama). Dalam istilah inilah

ijtihad banyak dikenal dan digunakan, bahkan banyak para

fuqaha (para pakar hukum Islam) yang menegaskan bahwa

ijtihad itu bisa dilakukan di bidang fiqih.

Maka dengan kata lain, ijtihad berarti usaha keras dan

bersungguh-sungguh yang dilakukan oleh para ulama’, untuk

45

menetapkan suatu hukum perkara atau suatu ketetapan atas

suatu perkara tertentu.

b. Tujuan pembinaan akhlak

Menurut Mahmud (2004:160) pembinaan akhlak mempunyai

tujuan diantaranya yaitu:

1) Mempersiapkan manusia yang beriman yang selalu beramal

shaleh. Tidak ada sesuatu pun yang menyamai amal sholeh

dalam mencerminkan akhlak mulia ini. Tidak ada pula yang

menyamai akhlak mulia dalam mencerminkan keimanan

seseorang kepada Allah.

2) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang menjalani

kehidupanya sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa

yang di perintahkan agama dan meninggalkan apa yang

diharamkan.

3) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang bisa berinteraksi

secara baik dengan sesama, baik dengan non-muslim maupun

muslim. Maupun bergaul dengan orang-orang ada

disekelilingnya dengan mencari ridho Allah yaitu mengikuti

ajaran-Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya.

4) Mempersiapkan insan beriman dan soleh, yang mau merasa

bangga dengan persaudaraanya sesama muslim dan selalu

memberikan hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan

46

memberi hanya arena Allah, dan sedikitpun tidak kecut oleh

celaan orang khasad selama dia berada di jalan yang benar.

5) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang merasa bahwa

dia bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai

daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang siap melaksanakan

kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam

selama dia mampu.

6) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang merasa bangga

terhadap loyalitasnya kepada agama Islam, dan berusaha sekuat

tenaga demi tegaknya panji-panji Islam dimuka bumi. Atau

insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan

jiwanya demi tegaknya syariat Islam.

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari

pembinaan akhlak adalah untuk mewujudkan masyarakat yang

beriman yang senantiasa berjalan diatas kebenaran. Masyarakat

yang konsisten dengan nilai-nilai keadilan dan kebaikan.

Disamping itu juga untuk menciptakan masyarakat yang

berwawasan demi tercapainya kehidupan manusia yang

berlandaskan pada nilai-nilai sosial.

3. Ruang Lingkup Akhlak Islami

Menurut Nata (2002:147-152) ruang lingkup akhlak Islami

adalah:

47

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sekurang-kurangnya ada 4

alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama,

karena allah yang telah menciptakan manusia. Kedua,karena Allah

yang telah memberikan perlengkapan panca indera. Ketiga, karena

Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang

diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah

yang memuliakan manusia dengan diberikanya kemampuan

menguasai daratan dan lautan.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Al Quran telah merinci bebrapa perlakuan yang berkaitan

terhadap sesama manusia. petujuk mengenai hal ini bukan hanya

dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti,

membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan

yang benar, melainkan juga sampai pada menyakiti hati dengan

jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib

itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada

yang disakiti hatinya itu.

c. Akhlak terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu

yang ada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,

48

maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang

diajarakan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi

manusia sebagai kholifah. Kekholifahan menurut adanya interaksi

antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.

Kekholifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta

bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

akhlak Islami adalah bagaimana seorang menjadi makhluk yang mulia

dihadapan Allah, serta memiliki sifat saling menghargai sesama

manusia. dan mencintai lingkungannya.

4. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina Akhlak

Siswa

Pembinaan akhlak menurut Nata (2002:162-164) dapat dilakukan

dengan beberapa cara diantaranya yaitu:

a. Pembinaan akhlak dapat dibentuk melalui pembiasaan yang

dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Bekenaan

dengan ini imam Al Ghazali mengatakan bahwa kepribadian

manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha

pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan

berbuat jahat, maka ia akan menjadi jahat. Maka akhlak harus

diajarakan dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah

laku yang mulia.

49

b. Dalam tahap tertentu pembinaan akhlak, khususnya akhlak

lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama

kelamaan terasa tidak lagi dipaksa. Misanya seorang yang ingin

menulis dan mengatakan kata-ata yang bagus mulanya ia harus

memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan

kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembiasaan ini sudah

berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi

sebagai paksaan.

c. Pembinaan akhlak melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak

hanya dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, interusi dan

larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak

cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan

jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan

pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari.

Pendidikan tidak akan sukses jika tidak disertai dengan pemberian

contoh teladan yang baik dan nyata.

d. Pembinaan akhlak dapat ditempuh dengan menganggap diri

sebagai yang banyak kekurangan dari pada kelebihanya. Dalam

hubungan ini Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki

dirinya berakhlak utama hendaknya ia lebih dahulu mengetahui

kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi

sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan. Namun ini bukan

berarti menganggap dirinya orang yang paling bodoh, paling

50

miskin, dan sebagainya dihadapan orang lain, dengan tujuan justru

merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela

dalam Islam.

e. Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan

memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut

hasil peelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berada

menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya

lebih menyukai pada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulakan bahwa pebentukan

akhlak harus dibiasakan sejak kecil. Meskipun ada beberapa tahap

yang memerlukan pemaksaan. Selain itu perlu adanya ketadanan dari

lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

D. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak

Sekolah adalah lingkungan kedua dalam pembinaan akhlak setelah

lingkungan keluarga. Ini menjadi tugas dan tanggung jawab semua guru,

khususnya guru Pendidikan Agama Islam untuk membina akhlak siswanya

agar tujuan pendidikan Islam tercapai. Oleh karena itu dalam pembinaan

akhlak harus mendapat petunjuk dan nasehat yang terus menerus agar

dapat meresap dalam hati, dan dapat diterapkan dengan baik dalam

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Dalam pembinaan akhlak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

proses pembinaanya. Menurut Nata (2002:165-169) Berikut ini beberapa

faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak, diantaranya adalah:

51

1. Menurut aliran natifisme bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan yang

bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika

seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada

yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. maka

dapat dikatakan aliran ini tampak kurang menghargai peranan

pembinaan dan pendidikan.

2. Menurut aliran empirisme faktor yang paling berpengaruh terhadap

pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan

sosial, termasuk pembinaaan dan pendidikan yang diberikan. Jika

pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka

baiklah anak itu, demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu

lebih percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan

dan pengajaran.

3. Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor

dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus,

atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan

kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia

dibina secara intentif memalui berbagai metode. Aliran ini tampak

sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahamai berdasarkan ayat

dan hadits dibawah ini.

52

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An Nahl:78)

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi

untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari.

Potensi tersebut harus disukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran

dan pendidikan. Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan Lukmanul

Hakim kepada anakny seperti yang tersurat dalam (QS. Luqman:13-

14) yang berbunyi:

“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman:13-14)

Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan

pendidikan yang dilakukan Luqmanul Hakim, juga berisi materi

pelajaran, dan yang paling utama di antaranya adalah pendidikan

tauhid atau keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu

53

dasar yang kokoh bagi pembentukan akhlak. Teori konvergensi

tersebut di atas, juga sejalan dengan hadis nabi yang berbunyi.

دانه فأبواه الملة) هذه على رواية: (وفى الفطرة على يـولد مولود كل يهو

رانه سانه، أوينص ون هل جمعاء، بهيمة تولد كما أويمج جدعاء؟ من فيها تحس“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah” (dalam riwayat lain disebutkan: Dalam keadaan memeluk agama ini) Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana seekor binatang dilahirkan dalam keadaan utuh (sempurna), apakah kalian mendapatinya dalam keadaan terpotong (cacat)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak

pada anak ada dua hal yaitu faktor dari dalam (potensi fisik,

intelektual, dan hati yang dibawa sejak lahir). Dan faktor dari luar

yaitu kedua orang tua, guru, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di

masyarakat. Melalui kerjasama yang baik antara ketiga lembaga

pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap), dan psikomotorik (keterampilan) yang diajarkan akan

terbentuk pada diri anak. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah

insanul kamil atau manusia seutuhnya.

54

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran SMP Negeri 1 Bandungan

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Bandungan

SMP Negeri 1 Bandungan awalnya adalah SMP Negeri 3

Bawen yang beroperasi sejak tanggal 5 Oktober 1994, berdasarkan

surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor

0260/0/1994, dengan Nomor Induk Sekolah (NSS) :

201032221001. Seiring berjalannya waktu dalam umur yang masih

realtif muda yaitu hanya dengan 13 tahun berubah statusnya

menjadi sekolah yang berstandar nasional (SSN) tertanggal 24

April 2007 dengan SK No : 818a/C.3/Kep/2007. sekaligus

perubahan nama sekolah menjadi SMP Negeri 1 Bandungan karena

adanya perluasan wilayah. Yang semula Dsn Jimbaran berada di

wilayah Kec. Bawen kemudian berganti di wilayah Kec.

Bandungan. Pada tanggal 1 Oktober 2009 nilai SSN untuk SMP

Negeri 1 Bandungan 367,65. Hal ini sesuai SK Dikdasmen No :

4520/C.C3/MN/2009. Selain itu SMP N 1 Bandungan merupakan

sekolah yang mempunyai nilai akreditasi A dengan perolehan

nilai terakhir 92,18. Prestasi yang telah dicapai SMP Negeri 1

Bandungan memang tergolong bagus, namun masih perlu

ditingkatkan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

Adapun profil dari SMP Negeri 1 Bandungan yaitu:

55

a. Identitas sekolah

Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 BANDUNGAN

NPSN / NSS : 20320283 / 201132211105

Jenjang Pendidikan : SMP

Status Sekolah : Negeri

b. Lokasi sekolah

Alamat : JIMBARAN

RT/RW : 2/2

Nama Dusun : JIMBARAN

Desa/Kelurahan : Jimbaran

Kode pos : 50665

Kecamatan : Kec. Bandungan

Lintang/Bujur : -7.1899000/110.3553000

c. Data pelengkap sekolah

Kebutuhan Khusus : -

SK Pendirian Sekolah : 0260/O/1994

Tgl SK Pendirian : 1994-10-05

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah

SK Izin Operasional : 0260/O/1994

Tgl SK Izin Operasional : 05/10/1994

SK Akreditasi :

Tgl SK Akreditasi :

No Rekening BOS : 3-101-02617-4

56

Nama Bank : BPD JATENG

Cabang / KCP Unit : BABADAN

Rekening Atas Nama : SMPN 1 BANDUNGAN

MBS : Ya

Luas Tanah Milik : 9450 m2

Luas Tanah Bukan Milik : 0 m2

d. Kontak sekolah

Nomor Telepon : 0298711576

Nomor Fax : 02987136107

Email : [email protected]

Website : http://www.smpn1bandungan.blogspot.com

2. Letak Geografis

Secara geografis SMP Negeri 1 Bandungan terletak di Rt 2/2 Dsn.

Jimbaran, Ds. Jimbaran, Kec. Bandungan. jika ditinjau dari wilayah-

wilayah sekitarnya adalah:

a. Sebelah barat : Sawah warga

b. Sebelah timur : Sawah warga

c. Sebelah selatan : Lapangan desa Jimbaran

d. Sebelah Utara : Sawah warga

Secara geografis sekolah ini cocok untuk kegiatan proses belajar

mengajar karena SMP Negeri 1 Bandungan mudah dijangkau dengan

kendaraan mobil atau sepeda motor.

57

3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah SMP Negeri 1 Bandungan

a. Visi sekolah

Menuju sekolah berprestasi, berketerampilan dan berjiwa

nasionalis yang berdasarkan pada iman dan taqwa.

b. Indikator visi:

1) Terwujudnya standar pendidikan

2) Terwujudnya peningkatan ketrampilan

3) Terwujudnya jiwa nasionalisme

4) Terwujudnya layanan terhadap masyarakat

5) Terwujudnya tatakrama sekolah

6) Terwujudnya pendidikan berkarakter

c. Misi sekolah

1) Mewujudkan standar pendidikan

2) Mewujudkan peningkatan ketrampilan

3) Mewujudkan jiwa nasionalisme

4) Mewujudkan layanan terhadap masyarakat

5) Mewujudkan tatakrama sekolah

6) Mewujudkan pendidikan berkarakter

d. Tujuan sekolah

Pada akhir tahun pelajaran 2015/2016 diharapkan :

1) Memenuhi akan standar pendidikan

2) Memenuhi akan peningkatan ketrampilan

3) Memenuhi akan jiwa nasionalisme

58

4) Memenuhi akan layanan terhadap masyarakat

5) Memenuhi akan tatakrama sekolah

6) Memenuhi akan pendidikan berkarakter

4. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan guru

Guru merupakan sosok yang berperan penting dalam

pendidikan dan pengajaran di sekolah., karena keberadaan guru

sangat sentral dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah guru

di SMP Negeri 1 Bandungan pada tahun Ajaran 2015/2016 ada 42

orang yang terdiri dari 29 guru tetap, 1 guru tidak tetap, dan 12

staff tata usaha. Untuk lebih jelas penulis akan memaparkan secara

rinci yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel I Data Guru SMP Negeri 1 Bandungan Tahun Ajaran 2015/2016

Jumlah Guru/Staff Keterangan Guru Tetap (PNS) 26 Orang Guru Tidak Tetap/Guru Bantu 1 Orang Guru PNS Dipekerjakan (DPK) - Guru Honorer 3 Orang Staf Tata Usaha 12 Orang PNS: 5 PTT: 7

59

b. Keadaan Siswa

Mengenai keadaan siswa SMP Negeri 1 Bandungan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel II Data Siswa

Jumlah Peserta Didik L P Total 266 313 579

Tabel III Data Siswa Menurut Usia

Usia L P Total < 13 TAHUN 45 62 107 13 - 15 TAHUN 197 239 436 > 15 TAHUN 24 12 36 Total 266 313 579

Tabel IV

Data Siswa Menurut Agama Agama L P Total

Islam 261 309 570 Kristen 2 2 4 Katholik 3 2 5 Hindu 0 0 0 Budha 0 0 0 Konghucu 0 0 0 Lainnya 0 0 0 Total 266 313 579

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah semua sarana dan

prasarana yang dimiliki dan dipergunakan dalam rangka pelaksanaan

belajar mengajar. Dalam proses belajar di sekolah, sarana dan

prasarana merupakan faktor yang sangat menunjang dan merupakan

syarat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Tanpa sarana yang

60

memadai, proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik,

akan tetapi apabila sarana prasaran dalam suatu lembaga pendidikan

sangat memadai maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan

lancar dan maksimal. (data lebih lengkap penulis sertakan dalam

lampiran)

6. Stuktur Organisasi

Sekolah merupakan lembaga tempat berlangsungnya kegiatan

pendidikan. Pihak-pihak yang berperan dalam kegiatan belajar

mengajar antara lain, guru, kepala sekolah, komite sekolah dan

pemerintah. Tentunya dalam suatu lembaga pendidikan mempunyai

struktur organisasi, berikut ini penulis akan memaparkan struktur

organisasi SMP Negri 1 Bandungan:

61

STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 1 BANDUNGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Komite Sekolah Kepala Sekolah

Wakasek

Unit Perpustakaan Tata Usaha

Urusan Kesiswaan Urusan Kurikulum Urusan Prasarana Urusan Humas

Jabatan

Wali kelas VIII A Wali kelas VII D Wali kelas VII A Wali kelas VIII D Wali kelas IX A Wali kelas IX D

Wali kelas VII B Wali kelas VII E Wali kelas VIII B Wali kelas VIII E Wali kelas IX B Wali kelas IX E

Wali kelas VIII F Wali kelas IX C Wali kelas IX F Wali kelas VIII C Wali kelas VII F Wali kelas VII C

Guru

Siswa

Masyarakat

62

STRUKTUR TUGAS PELAKSANAAN TU

SMP NEGERI 1 BANDUNGAN

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Wakasek

Tata Usaha

Standar Pembiayaan

Standar Penilaian

Standar Sarana dan Prasarana

Standar Pengelolaan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar Proses

Standar Isi

Standar Kelulusan

63

B. Temuan Penelitian

1. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan

SMP Negeri 1 Bandungan merupakan salah satu sekolah

menengah pertama berbasis negeri yang ada di Bandungan. Siswanya

juga bervariasi karena mereka berasal dari latar belakang orang tua

yang berbeda dan daerah dengan adat yang berbeda-beda. Perilaku

mereka pun bervariasi, ada anak yang perilakunya baik, tetapi juga ada

anak yang perilakunya masih kurang.

Berikut wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SMP

Negeri 1 Bandungan SG pada (10/02/2016:09.19) beliau mengatakan:

“…kalau dibilang baik ya baik. tapi ada sebagian siswa yang

akhlaknya masih kurang baik…”.

Demikian juga dengan penuturan dari siswa AM pada

(20/02/2016:11.07) dia mengatakan:

“…kadang ada yang cuma wudhu terus mengisi absen, kalo ditanya

jawabnya sudah sholat, terus kalo infaq, ada yang cuma menutupi

tanganya di atas kotak tapi tidak memasukan apa-apa”.

Akhlak setiap orang memang berbeda-beda tidak akan pernah ada

yang sama. Anak kembar pun akan berbeda satu sama lain. Hal ini

dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti salah satunya faktor keluarga

yang berbeda. Ketika seorang anak di lingkungan keluarganya sudah

ditanamkan dengan akhlak Islami. Maka sifatnya pun akan

mencerminkan akhlak Islami. Demikian juga dengan anak sama sekali

64

tidak pernah dikenalkan dengan akhlak Islami. Maka pebuatanya pun

juga akan jauh dari kata Islami.

2. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan

Pembinaan akhlak merupakan prioritas utama dalam pendidikan

karena harapan terbesar bertumpu pada siswa sebagai penerus generasi

bangsa yang Islami. Cerminan akhlak yang baik dapat dilihat dari

aktifitas ibadah dan tutur kata serta perilaku seseorang. Semakin baik

akhlak seseorang maka akan terlihat pula semakin tinggi semangatnya

dalam beribadah dan semakin terarah perilakunya. Dengan demikian,

maka dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akhlak siswa

SMP Negeri 1 Bandungan, pembinaan akhlak harus didukung dengan

fasilitas yang memadai. Sehingga di kemudian hari akhlak siswa dapat

menerapkan apa yang ia dapatkan di sekolah ke dalam lingkungan

keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan peranan guru agama Islam selain

berusaha memindahkan ilmu (transfer of head), ia juga harus

menanamkan nilai-nilai (transfer of heart) agama Islam kepada anak

didiknya agar mereka bisa menghubungkan antara ajaran agama dan

ilmu pengetahuan. Ketika nilai-nilai ajaran Islam itu benar-benar

tertanam dalam jiwa siswa. Maka akan tercapailah kepribadian yang

berakhlakul karimah. Untuk dapat mewujudkannya, maka guru

pendidikan agama Islam harus mempunyai metode yang jitu dalam

pembinaan akhlak siswa. Karena dengan menggunakan metode yang

65

tepat maka upaya-upaya yang guru lakukan akan membuahkan hasil

maksimal seperti yang diharapkan. Pada penelitian ini dalam

mengumpulkan data, peneliti menggunakan sampel penelitian yaitu

guru pendidikan agama Islam, serta data pendukung yang diperoleh

dari wakil kepala sekolah, dan beberapa orang siswa. Berdasarkan

hasil dari wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, dalam

membina akhlak siswanya baik di dalam maupun di luar kelas beliau

menggunakan beberapa upaya, diantaranya:

a. Pemberian nasihat

Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang

diberikan berdasarkan kebenaran dengan maksud untuk menegur

dan membangun seseorang dengan tujuan yang baik. Nasehat

selalu bersifat mendidik. Dalam memberikan nasehat harus

berdasarkan kebenaran.

Sebagaimana wawancara peneliti dengan guru Pendidikan

Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00) beliau mengatakan:

“Kita selalu memberikan nasihat yang baik mas kepada siswa.

Nasihat dalam bersikap nasihat dalam memilih teman dan

sebagainya…”.

Kemudian juga penuturan guru Pendidikan Agama Islam

TBP pada (09/02/2016:11.21) beliau mengatakan:

“Untuk membentengi siswa ya dengan nasihat pasti mas,

kemudian dengan menanamkan akidah yang benar…”.

66

Dan juga diperkuat dengan pendapat dari siswa AM pada

(20/02/2016:11.07) dia mengatakan:

“Kalau pak taufiq biasanya di nasihati dulu kak, biasanya di

panggil ke kantor kemudian dinasihati, kalau masih belum jera

dan masih melanggar baru diberikan hukuman”.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

nasehat masih menjadi dasar utama untuk mendidik dan menegur

seseorang. tetapi memang semua teguran itu berdasarkan sebuah

kebenaran.

b. Membangun pembiasaan

Pembiasaan merupakan sebuah proses pendidikan.

Pendidikan yang instan berarti melupakan dan meniadakan

pembiasaan. Karakter seseorang dapat diciptakan melalui latihan

dan pembiasan. Ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan,

maka akan menjadi suatu dorongan bagi yang melakukanya,

kemudian akan menjadi kebiasaan, dan pada waktunya akan

menjadi perilaku yang sulit untuk ditinggalkan. Hal ini berlaku

untuk hampir semua hal.

Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam

TBP pada (09/02/2016:11.00) beliau menuturkan bahwa:

“Kita menerapkan untuk selalu berdoa sebelum pelajaran,

kemudian agar anak terbiasa membaca Al Quran kita juga

mengadakan tadarus Al Quran 10 menit sebelum pelajaran

67

dimulai, selain untuk membiasakan anak membaca Al Quran juga

untuk menngontrol sejauh mana siswa dapat membaca Al

Quran…”.

Kemudian di perkuat dengan jawaban dari guru Pendidikan

Agama Islam AK (09/02/2016:11.00). beliau menuturkan bahwa:

“Progam yang dijalankan… di dalam kelas kita selalu berdoa

setiap sebelum pelajaran, untuk membiasakan anak selalu berdoa

sebelum memulai sesuatu. Kemudian ada juga infaq setiap hari

jumat untuk membiasakan siswa bershodaqoh, setiap harinya kita

juga selalu mengadakan sholat dzuhur berjamaah di mushola”.

Kemudian diperkuat lagi dengan jawaban dari wakil kepala

sekolah SG (10/02/2016:09.19) Beliau menuturkan:

“Progam pembinaan akhlak… kita ada sholat dzuhur berjamaah,

kemudian untuk membiasakan anak beramal kita adakan infaq

setiap hari jumat…”.

Kemudian penuturan dari siswa AF pada (20/02/2016:11.07)

dia mengatakan:

“Suka. Karena kita jadi biasa berbuat baik. yang dirumah tidak

pernah infaq jadi berinfaq, terus yang tidak terbiasa ngaji bisa

ngaji di sekolah. Yang tidak pernah sholat bisa sholat berjamaah”.

Dari pemaparan guru pendidikan agama Islam dan wail

kepala sekolah di atas. Pembiasaan merupakan hal yang sangat

diterapkan selain dari penanaman akidah yang baik. karena ketika

68

seorang anak sudah dibiasakan melakukan hal-hal yang baik. maka

tanpa ia sadari dengan sendirinya akan tergugah untuk

melaksanakanya. Bahkan ketika kebiasaan itu belum dilakukan

maka akan ada rasa yang kurang pada diri seseorang.

c. Kateladanan

Tanggung jawab seorang guru tidaklah terbatas dalam

memberikan pengetahuan kepada anak didik, akan tetapi ia juga

terikat dalam tugas mengembangkan pikiran dan upaya upaya

untuk melatih anak didiknya secara fisik dan juga sosialnya.

Seorang guru adalah sebagai contoh terhadap siswa.

Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting

dalam menentukan baik buruknya siswa. Jika seorang guru itu

jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan

diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama,

maka si anak juga akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan

akhlak yang mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-

perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula

sebaliknya jika guru adalah seorang pembohong, pengkhianat,

orang yang kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan tumbuh

dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina pula.

Berikut wawancara penulis dengan wakil kepala sekolah

(10/02/2016:09.19) ketika penulis menanyakan perihal sholat

dhuha.

69

“kalau untuk progam sholat dhuha kita belum ada mas karena

terhalang jam pelajaran. Karena kita masih menggunakan

kurikulum KTSP jadi untuk pendidikan agama sendiri masih dua

jam pelajaran. Karena kita kan basicnya adalah sekolah negeri

bukan madrasah. Kalau digunakan untuk sholat dhuha nanti

malah materi pembelajaran menjadi kacau. Tetapi untuk guru

guru sendiri ketika waktu istirahat ada yang melaksanakan sholat

dhuha. Kadang juga ada anak yang ikut melaksanakan sholat

dhuha itu. Ya meskipun kita terhalang jam pelajaran yang kurang

tetapi kita juga berusaha memberikan contoh yang baik untuk

anak-anak…”.

Kemudian juga diperkuat dengan penuturan dari siswa LF

pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan:

“Sama kak, pak Taufiq orangnya santai, penyampaian materinya

juga mudah dipahami, banyak bercanda juga jadinya tidak jenuh.

Terus kalau menyuruh sesuatu pak Taufiq juga ikut melaksanakan

jadi kalau mau melanggar rasanya tidak enak sendiri kak”.

Suri tauladan memang progam pendidikan yang sangat

efektif. Karena anak juga akan melihat seorang guru bukan hanya

dari tutur katanya saja. Akan tetapi tingkah laku pun juga akan

menjadi pertimbangan. Kalau seorang guru memerintahkan untuk

sholat dhuha, akan tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan maka

70

peritahnya hanya akan jadi omongan yang didengar, bukan untuk

dilaksanakan bagi si anak.

d. Ketersediaan fasilitas yang mendukung

Guna menunjang keberhasilan guru agama Islam dalam

pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan yang

diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa. Kegiatan-

kegiatan tersebut bisa berjalan efektif apabila sarana dan

prasarananya memadahi, namun apabila sarana dan prasarananya

tersebut kurang maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan

maksimal.

Berikut wawancara penulis dengan wakil kepala sekolah SG

pada (10/02/2016:09.19).

“….kita juga mengadakan extra BTQ untuk memfasilitasi siswa

yang masih kesulitan dalam membaca Al Quran…”.

Pendapat diatas juga diperkuat dengan pemaparan dari guru

Pendidikan Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00) beliau

mengatakan :

“…untuk siswa yang belum lancar membaca Al Quran kita juga

ada extra BTQ. Disana siswa diajarkan bagaimana cara membaca

Al Quran yang baik dan benar…”.

Demikian juga dengan pemaparan dari guru Pendidikan

Agama Islam TBP pada (09/02/2016:11.21) beliau mengatakan:

71

“…untuk kedepanya kita juga akan mengadakan rokhis. Yaitu

organisasi yang khusus menangani masalah keagamaan di

sekolah. Agar nantinya kagiatan keagamaan di sekolah bisa

terkontrol dengan baik…”.

Fasilitas juga menjadi faktor maksimal atau tidaknya semua

metode ataupun progam dalam pendidikan. Karena tanpa adanya

sarana yang memadahi maka progam tidak akan dapat berjalan

secara maksimal.

e. Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak

Dalam melaksanakan agenda kegiatan baik di sekolah

maupun di lingkungan masyarakat tentu saja banyak pihak yang

terkait dan membatu demi kelancaran kegiatan yang ada. Maka

hubungan yang baik antara semua lembaga menjadi sangat penting.

Ketika semua pihak ikut terlibat maka akan meringankan pekerjaan

sekaligus rasa solidaritas akan terbentuk. Tak lain hanya dengan

suatu proses pendidikan.

Berikut wawancara penaliti dengan wakil kepala sekolah SG

pada (10/02/2016:09.19) beliau mengatakan:

“Kita mengawasi yaa.. dengan memantau mas. kemudian

memberi peringatan untuk anak yang melanggar, terus kita hukum

kalau dengan peringatan tidak bisa. Kemudian bekerjasama

dengan masyarakat. ketika anak diluar kita kan tidak tau apa yang

mereka lakukan. Kita bekerjasama dengan orang tua dan

72

masyarakat utuk mengawasi anak. Ketika ada anak yang

melanggar kita himbau untuk kesediaanya melapor kepada sekolah

kemudian bisa kita tindak”.

Pendapat ini sejalan dengan penuturan dari guru Pendidikan

Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00). beliau mengatakan

bahwa:

“Iya. Untuk menjadi imam sholat kita juga ada jadwalnya dari

bapak guru-guru yang ada di sini mas…”.

Kemudian dedua pendapat itu di perkuat dengan penuturan

dari guru Pendidikan Agama Islam yang lain TBP pada

(09/02/2016:11.21) belau mengatakan:

“Pasti mas. Karena tidak mungkin guru 1 mematau sekian ratus

siswa. Pastinya guru lain juga ikut membantu lah meski hanya

dengan membantu mengawasi”.

Dari pemaparan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa.

Manusia memang makhluk yang tidak bisa lepas dari orang lain.

Manusia makhluk yang saling membutuhkan dalam segala urusan.

Seperti yang telah di jelaskan dalam pemaparan diatas.

3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak Siswa SMP

Negeri 1 Bandungan

Dalam menjalankan suatu progam seseorang maupun lembaga

pasti ada sesuatu yang menjadikan pendorong maupun penghambat

progam itu. Demikian pula dengan pembinaan akhlak yang dilakukan

73

guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Bandungan. Berikut

hal-hal yang menjadi penghambat pelaksanaan pembinaan akhlak

siswa:

a. Kurangnya minat dan kesaradan siswa

Permasalahan utama yang menjadi kendala dalam pembinaan

akhlak baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah

tentang persoalan minat dan kesadaran dari seseorang. seorang

anak cenderung akan memilih hal-hal yang menyenangkan meski

itu buruk, daripada hal-hal yang membosankan padahal itu baik

untuk mereka. Contoh sederhana adalah ketika waktu istirahat di

sekolah, seorang siswa akan memilih bermain dan tongkrong

bersama dengan teman-temanya. Padahal hal itu belum tentu baik

untuk mereka. Ada kegiatan lain yang sebenarnya bermanfaat

untuk mereka. Membaca buku di perpustakaan, tadarus, atau sholat

dhuha. Tetapi hal ini adalah sangat membosankan. Ini menjadi

tugas bagi semua orang yang ada di lingkungan pendidikan.

Bagaimana caranya merubah hal yang membosankan itu menjadi

sesuatu yang asyik dan menyenangkan. Sehingga nantinya anak

akan dengan sendirinya meninggalkan kegiatan-kegiatan yang

kurang bermanfaat.

Berikut wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SG

pada (10/02/2016:09.17). beliau mengatakan:

74

“Mungkin.. kurang adanya kesadaran dari anak itu sendiri mas.

Karena karekter dan latar belakang anak juga kan berbeda-

beda…”.

Hal ini juga sejalan dengan pemaparan salah seorang siswa

AM pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan:

“…kadang ada yang cuma wudhu terus mengisi absen, kalo

ditanya jawabnya sudah sholat, terus kalo infaq, ada yang cuma

menutupi tanganya di atas kotak tapi tidak memasukan apa-apa”.

Kesadaran siswa memang menjadi masalah yang mendasar

bagi kelangsungan pembinaan akhlak pada seseorang. ketika anak

belum menyadari akan apa yang baik dan apa yang tidak baik

untuk dirinya. Maka pembinaan akhlak belum lah dapat maksimal

dan pengawasan pun harus selalu ditingkatkan.

b. Sarana yang kurang

Guna menunjang keberhasilan guru agama Islam dalam

pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan

yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa.

Kegiatan-kegiatan tersebut bisa maksimal apabila sarana dan

prasarananya cukup, namun apabila sarana dan prasarananya

tersebut kurang maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan

maksimal

Berikut wawancara penulis dengan guru Pendidikan Agama

Islam TBP pada (09/02/2016:11.21) beliau mengatakan:

75

“Belum sepenuhnya, tapi sebagian besar memang sudah ada. Al

Quran yang untuk dibaca sehari-hari sebelum jam pelajaran kita

juga masih belum ada, jadi kita masih mewajibkan untuk

membawa dari rumah…”.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh wakil kepala sekolah

SG pada (10/02/2016:09.17)

“…Untuk sarana kalau saya bilang mencukupi tapi belum

sepenuhnya, bisa di bilang 90% lah. Karena namanya barang

dipakai pasti ada yang rusak, ada yang tidak layak pakai dan

sebagainya…”.

Sarana juga menjadi faktor penunjang pembinaan akhlak.

Apabila pembinaan akhlak dilakukan dengan dengan baik akan

tetapi sarana tidak mendukung. Maka hasinya pun juga akan

kurang maksimal. Berbeda dengan adanya sarana dan pembinaan

yang baik maka akan lebih optimal hasil yang akan dicapai.

c. Lingkungan

Pergaulan anak diluar sekolah juga sangat berpengaruh besar

terhadap perkembangan akhlak mereka, karena ketika pergaulan

mereka itu baik maka akan baik pula akhlaknya. Pengaruh dari

pergaulan itu sangat cepat, apabila ada pengaruh yang buruk maka

akan mambawa dampak yang buruk pula bagi anak. Besarnya

pengaruh dari pergaulan di masyarakat tidak terlepas dari adanya

norma dan kebiasaan yang ada, apabila kebiasaan yang ada di

76

lingkungan positif maka akan berpengaruh positif pula terhadap

diri anak dan kebiasaan yang negatif dalam lingkungan masyarakat

maka juga akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak.

Berikut wawancara penulis dengan guru Pendidikan Agama

Islam AK pada (09/02/2016:11.00) beliau mengatakan:

“…Mungkin juga faktor lingkungan pergaulan yang kurang baik

kemudian menjadi kebiasaan sehingga ada sebagian dari siswa

yang perilakunya kurang baik dan ucapanya kotor”.

Kemudian di perkuat dengan penuturan dari wakil kepala

sekolah SG pada (10/02/2016:09.19):

“… faktor keluarga juga berpengaruh mas. Karena anak yang

terlahir dari keluarga seperti itu otomatis juga akan terpengaruh.

Dan itu tidak bisa disalahkan karena itu profesi. Saya seorang

guru maka pekerjaan saya adalah mendidik. Sedangkan mereka

profesinya itu. Maka pekerjaanya adalah melayani orang yang

butuh seperti itu. Dan itu semua masih legal dan tidak bisa

disalahkan memang…”.

Lingkungan juga merupakan faktor yang sangat penting

untuk kelangsungan pembinaan akhlak. Khususnya adalah

lingkungan pergaulan. Karena secara tidak langsung anak yang

berada di dalam lingkungan yang baik maka akan ikut menjadi

baik. demikian pula sebaliknya.

77

BAB IV

PEMBAHASAN

4. Analisis keadaan sekolah SMP Negeri 1 Bandungan

SMP Negeri 1 Bandungan adalah salah satu sekolah

menengah pertama yang berada di wilayah Bandungan yang

didirikan pada tahun 1994. Lokasi SMP Negeri 1 Bandungan juga

sangat strategis untuk pembelajaran karena lokasinya yang mudah

dijangkau oleh kendaraan. Baik kendaraan roda dua maupun roda

empat.

SMP negeri 1 Bandungan juga memiliki 42 tenaga pengajar yang

sangat mumpuni dalam bidang akademik. Hal ini sangat efektif untuk

menunjang proses pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1

Bandungan.

Sarana serta prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Bandungan

juga tergolong sangat lengkap. Karena hampir semua sarana prasarana

guna menunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah ada.

Mulai dari mushola hingga peralatan untuk kegiatan ekstra rebana.

Akan tetapi masih diperlukan adanya penambahan sarana dan

prasarana yang lebih lengkap untuk menunjang proses pembelajaran di

sekolah. Seperti mushaf Al Quran hendaknya sekolah menyediakan

secara khusus untuk dibaca pada saat sebelum jam pelajaran

Pendidikan Agama Islam dimulai.

78

5. Analisis Mengenai Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan

Jumlah siswa SMP Negeri 1 Bandungan sampai tahun ajaran

2015/2016 berjumlah 579 siswa. Mereka berasal dari berbagai daerah

sekitar Bandungan dengan latar belakang yang berbeda dan adat

istiadat yang berbeda pula.

Akhlak mereka juga sangat berfariasi ada anak yang rajin, ada

anak yang malas, ada anak yang pandai dan ada yang kurang pandai,

ada anak yang baik dan juga ada anak yang nakal. Hal ini juga akan

berpengaruh terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan

oleh guru. Karena anak yang baik akan lebih mudah diatur dari pada

anak yang nakal.

Secara umum akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan sudah baik,

ramah, juga sopan. Akan tetapi masih diperlukan adanya pembinaan

akhlak karena masih ada sebagian siswa yang nakal, suka membolos

saat jamaah sholat dzuhur, dan sering adanya perkataan kotor yang

diucapkan.

6. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1

Bandungan

Dalam upaya membina akhlak siswa di SMP Negeri 1

Bandungan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam menerapkan

bebrapa metode. Diantaranya adalah:

79

f. Pemberian nasihat

Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang

diberikan berdasarkan kebenaran dengan maksud untuk menegur

dan membangun seseorang dengan tujuan yang baik. Nasihat selalu

bersifat mendidik. Dalam memberikan nasihat kepada orang lain

seseorang harus memiliki kemampuan tertentu. Diantaranya adalah

kemampuan untuk membedakan hal yang benar dan hal yang salah.

Diantara bentuk nasihat yang dilakukan di SMP Negeri 1

Bandungan adalah:

a. Nasihat yang dilakukan oleh guru PAI pada saat pembelajaran

b. Nasihat yang disampaikan oleh ustadz ketika ada peringatan

hari besar yang dilaksanakan di sekolah

c. Nasihat yang diberikan oleh para guru saat do’a bersama

menjelang ujuan.

Pemberian nasihat yang dilakukan di SMP Negeri 1

Bandungan, dalam hal ini adalah nasihat secara umum yaitu

pemberian nasihat untuk memotifasi siswa. Baik dalam

pembelajaran, beribadah, berperilaku dan lain sebagainya.

Contoh pemberian nasihat oleh guru Pendidikan Agama

Islam ketika pembelajaran di dalam kelas adalah nasihat untuk

memotifasi siswa supaya rajin belajar. Kemudian nasihat supaya

menurut kepada orang tua dan guru. Serta nasihat dalam memilih

teman dan pergaulan.

80

Nasihat oleh ustadz kepada siswa saat peringatan hari besar

Islam seperti isra’ mi’raj dan maulid Nabi. Biasanya nasihat itu

lebih ditekankan pada aspek keagamaan, diantaranya adalah

nasihat agar tertib dalam beribadah, taat kepada Allah serta

rasulnya, juga nasihat untuk hormat dan patuh terhadap orang tua

dan guru.

Menjelang ujian ada doa bersama yang dilaksanakan di SMP

Negeri 1 Bandungan. Di ahir kegiatan biasanya kepala sekolah

memberikan pengarahan untuk siswanya mengenai pelaksanaan

ujian, juga memberikan nasihat supaya tidak mencontek saat ujian.

Juga memotifasi agar siswa lebih rajin belajar.

g. Membangun pembiasaan

Pembiasaan adalah model pendidikan yang sifatnya

memaksa. Akan tetapi hal ini dapat membentuk kesadaran apabila

dilakukan berulang-ulang.

Dalam membagun pembiasaan guru SMP Negeri 1

Bandungan melakukanya dengan:

a. Membiasakan siswa untuk membaca Al Quran kurang lebih 10

menit setiap jam pelajaran Penddidikan Agama Islam.

b. Membiasakan seluruh siswa untuk sholat berjamaah, yaitu

dengan mengadakan sholat berjamaah di mushola sekolah.

Imamnya adalah seluruh bapak guru muslim yang sudah

terjadwal untuk menjadi imam.

81

c. Membiasakan untuk bersodaqoh, yaitu dengan cara

mengadakan infaq setiap hari jumat yang di laksanakan

sebelum jam pelajaran pertama dimulai di kelas masing-

masing.

d. Membiasakan berdo’a setiap sebelum melakukan pekerjaan,

yaitu dengan mengadakan do’a bersama setiap hari sebelum

pelajaran dimulai.

Pembiasaan dengan membaca Al Quran setiap 10 menit

sebelum pelajaran adalah bertujuan mengajarkan kepada siswa

untuk mengenal Al Quran. Serta mengamalkan isi yang terkandung

dalam Al Quran. Sekaligus untuk mengontrol sejauh mana siswa

dapat membaca Al Quran.

Pembiasaan sholat jamaah dimaksudkan untuk membangun

kesadaran siswa akan pentingnya sholat berjamaah. Karena sholat

sejatinya adalah kewajiban bagi setiap muslim.

Infaq yang dilakukan setiap hari jumat adalah bertujuan untuk

membentuk siswa yang peduli terhada sesama. Serta mau berbagi

dengan orang lain. Serta manciptakan rasa syukur terhadap nikmat

Allah yang telah diberikan kepadanya.

h. Kateladanan

Tanggung jawab seorang guru tidaklah terbatas dalam

memberikan pengetahuan kepada anak didik, akan tetapi seorang

guru juga bertugas untuk mengembangkan pikiran, melatih anak

82

didiknya secara fisik dan juga jiwa sosialnya. Seorang guru adalah

sebagai contoh terhadap siswa. Oleh karena itu, masalah

keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik

buruknya siswa. Jika seorang guru mempunyai sifat jujur, dapat

dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka

dalam diri siswa akan tumbuh sifat kejujuran, terbentuk dengan

akhlak yang mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-

perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula

sebaliknya jika guru adalah seorang pembohong, pengkhianat,

orang yang kikir, penakut, dan hina, maka anak akan tumbuh

dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina.

Keteladanan yang diperlihatkan di SMP Negeri 1 Bandungan

yaitu:

a. Dalam hal kedisiplinan, seorang guru akan masuk sekolah dan

mengisi presensi sebelum jam 7 pagi. Hal ini dilakukan untuk

menjadi contoh bagi siswa agar tidak ada yang masuk sekolah

terlambat.

b. Dalam hal ibadah, seorang guru Pendidikan Agama Islam

walaupun tidak memerintahkan siswa untuk sholat dhuha, akan

tatapi mereka melaksanakanya. Hal ini agar perbuatanya itu

bisa ditiru oleh siswa.

83

c. Perilaku dan sopan santun, selama di sekolah seorang guru

laki-laki maupun perempuan berpakaian bertutur kata sopan

layaknya seorang guru. Hal ini dilakukan agar siswa

menirukan dan tidak mengeluarkan bajunya saat di sekolah.

Teladan memang progam pendidikan yang sangat efektif.

Karena siswa akan melihat seorang guru bukan hanya dari tutur

katanya saja. Akan tetapi tingkah laku akan menjadi pertimbangan.

Jika seorang guru memerintahkan untuk sholat dhuha, tetapi ia

sendiri tidak pernah melakukan maka perintahnya hanya menjadi

omongan yang didengar siswa, bukan untuk dilaksanakan.

i. Ketersediaan fasilitas yang mendukung

Guna menunjang keberhasilan guru agama Islam dalam

pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan yang

diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa. Kegiatan-

kegiatan tersebut bisa berjalan efektif apabila sarana dan

prasarananya memadahi, namun apabila sarana dan prasarananya

tersebut kurang maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan

maksimal.

Dalam konteks ini faslitas yang dimaksud adalah kegiatan

yang dilaksanakan sebagai progam pendukung terlaksananya

progam pembinaan akhlak. Fasilitas yang ada di SMP Negeri 1

Bandungan memang tergolong mencukupi. Karena hampir semua

kegiatan keagamaan dilaksanakan diantaranya adalah:

84

a. Ektra BTQ yang dilaksanakan setiap hari rabu. Dengan

dibimbing oleh guru Pendidikan Agama Islam serta siswa

senior yang lebih pandai dalam membaca Al Quran.

b. Peringatan hari besar seperti maulid Nabi. Dilaksanakan untuk

mengenalkan siswa kepada Nabi Muhammad. Agar siswa

dapat meniru serta beriman kepada Nabinya.

c. Peringatan Isra’ Mi’raj. Untuk mengenalkan kekuasaan Allah

yang di berikan kepada Nabi, sekaligus menganalkan dasar

perintah sholat kepada umat muslim

d. Rohis. Yaitu organisasi yang bertugas menangani kegiatan

keagamaan di sekolah. Dengan harapan akan adanya lebih

banyak kegiatan keagamaan. sehingga tercipta suasana sekolah

yang religius

j. Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak

Dalam melaksanakan agenda kegiatan di sekolah tentu saja

banyak pihak yang terkait dan membatu demi kelancaran dalam

pelaksanaan kegiatan. Maka hubungan yang baik antara semua

lembaga menjadi sangat penting. Ketika semua pihak ikut terlibat

maka akan meringankan pekerjaan sekaligus rasa solidaritas akan

terbentuk.

Diantara komunikasi yang dilakukan SMP Negeri 1

Bandungan yaitu:

85

a. Dengan orang tua siswa. Pada saat penerimaan raport di akhir

semester. Melalui orang tua siswa guru menghimbau untuk

lebih memperhatikan dalam pendidikan anak dirumah. Supaya

terjadi kesinambungan antara pendidikan di sekolah dengan

pendidikan di lingkungan keluarga.

b. Dengan perangkat desa, yaitu dengan bekerja sama dalam

melaksanakan kegiatan keagamaan. Dengan cara mengundang

perangkat desa setempat dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan sekolah.

c. Dengan masyarakat. Menjalin kerjasama dengan masyarakat

dilakukan untuk membantu mengontrol akhlak siswa ketika di

luar lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan melalui himbauan

kepada masyarakat pada saat sekolah mengadakan acara

keagamaan yang di buka untuk umum.

7. Analisis Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak

Siswa SMP Negeri 1 Bandungan

Berikut hal-hal yang menjadi penghambat pelaksanaan

pembinaan akhlak siswa:

d. Kurangnya kesaradan siswa

Permasalahan utama yang menjadi kendala dalam pembinaan

akhlak baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah

tentang persoalan minat dan kesadaran dari seseorang. seorang

anak cenderung akan memilih hal-hal yang menyenangkan meski

86

itu buruk, daripada hal-hal yang membosankan padahal itu baik

untuk mereka.

Diantara kurangnya kesadaran siswa adalah dalam hal:

a. Kedisiplinan. Dalam hal kedisiplinan siswa SMP Negeri

Bandungan terbilang cukup baik. Akan tetapi masih ada

diantara siswa yang datang ke sekolah terlambat,

b. Keagamaan. Diatara siswa yang dengan tertib melaksanakan

sholat jamaah, masih ada sebagian siswa yang membolos dan

tidak melaksanakan sholat berjamaah. Dalam berinfaq

sebagian siswa juga ada yang tidak mengisi infaq

c. Dalam sopan santun. Masih ada sebagian siswa yang kurang

sopan dalam bertutur kata bahkan kata yang tidak pantas di

ucapkan seorang siswa masih sering terdengar. Dalam

berpakaian ada sebagian siswa yang sengaja mengeluarkan

bajunya saat di sekolah

e. Sarana yang kurang

Guna menunjang keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam

dalam pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan-

kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak

siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa maksimal apabila sarana

dan prasarananya mencukupi, namun apabila sarana dan

prasarananya tersebut kurang mencukupi maka kegiatan tidak akan

berjalan dengan maksimal.

87

Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Bandungan

terbilang sudah mencukupi untuk sarana kegiatan pembelajaran.

Tetapi masih ada sebagian saranan yang kurang. Diantaranya

adalah:

a. Kurangnya mushaf Al Quran. Sehingga untuk membaca Al

Quran setiap sebelum mulai jam pelajaran Pendidikan Agama

Islam, siswa diwajibkan untuk membawa mushaf sendiri-

sendiri dari rumah.

b. Mushola yang terlalu sempit. Mushola yang terlalu sempit

menyebabkan pelaksanaan sholat berjamaah harus dilakukan

secara bergantian.

f. Lingkungan

Selain lingkungan keluarga dan lingkungan sokolah.

Lingkungan masyarakat juga menjadi lembaga pendidikan yang

sangat berpengaruh terhadap akhlak dan perilaku anak. ketika

pergaulan lingkungan mayarakat mereka baik maka akan baik pula

akhlaknya. Diantara faktor lingkungan yang menjadi penghambat

pembinaan akhlak adalah:

a. Banyaknya tempat karaoke di sekitar lokasi sekolah.

b. Banyaknya hotel yang dibuka untuk umum

c. Banyaknya warung yang menyediakan minum-minuman keras

ilegal.

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah adanya pembahasan dan dilakukanya analisis mulai dari bab

I sampai dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan yang ada

dalam penelitian. maka ada beberapa hal yang menjadi garis besar sebagai

kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina

akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan diantaranya: pemberian

nasihat, membangun pembiasaan, keteladanan, ketersediaan fasilitas

yang mendukung, dan komunikasi dengan semua pihak.

2. Kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam, diantaranya

adalah: kurangnya kesadaran dari siswa, sarana yang kurang, serta

pengaruh dari lingkungan pergaulan.

Dengan demikian, upaya yang dilakuka guru Pendidikan Agama

Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan cukup baik.

Akan tetapi masih diperlukan adanya peningkatan demi tercapainya

pendidikan akhlak yang lebih baik lagi.

B. Saran-saran

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini,

tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak

siswa SMP Negeri 1 Bandungan. maka peneliti sedikit menyampaikan

saran sebagai berikut:

89

1. Bagi guru

Untuk guru Pendidikan Agama Islam maupun guru umum, hendaknya

meningkatkan kerjasama dalam membina akhlak siswa sekaligus

dalam mengawasi akhlak siswa. Supaya akhlak siswa dapat terkontrol

dengan baik. Juga kegiatan-kegiatan keagamaan hendaknya lebih

ditingkatkan untuk memfasilitasi anak didik yang ingin memperdalam

ilmu-ilmu keagamaan. Seperti tilawah Al Quran, rabana, dan kegiatan-

kegiatan lainya yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk

berakhlak Islami.

2. Bagi lembaga

Ketersediaan sarana dan prasarana hendaknya lebih ditingkatkan. Hal

ini guna memaksimalkan pelaksanaan pembinaan akhlak yang

dilakukan di sekolah. Karena kurangnya sarana dan prasarana yang ada

secara tidak langsung akan mempengaruhi jalanya proses pembinaan

akhlak. Dan sebaliknya sarana dan prasarana yang lengkap akan sangat

mendukung kelancaran prosesnya.

3. Bagi siswa

Hendaknya siswa lebih bisa menentukan apa yang baik untuk dirinya

serta apa yang tidak baik untuk dirinya. Karena kelangsungan masa

depan siswa besok bergantung pada perilaku siswa hari ini. Maka

apabila seorang siswa hari ini bisa memilih hal yang baik, maka

kedepan ia juga akan lebih baik. Tetapi bila siswa memilih hal yang

buruk maka masa depanya pun juga belum tentu kejelasanya.

90

Bentengilah diri kalian dengan akhlak mulia. Karena dengan akhlak

yang mulia siapapun dan dimanapun pasti akan diterima oleh

masyarakat. Sebaliknya dengan akhlak yang buruk seseorang pasti

akan dikucilkan bahkan lebih dari itu akan dianggap sampah oleh

masyarakat.

91

DAFTAR PUSTAKA

Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Budiningsih, Asri. 2004. Perkembangan Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daradjat, Zakia. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Daud, Mohammad. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kasiram, Muh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press.

Mahmud, Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.

Moleong, Lexi J. 2011. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Muhaimain. 2008. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin Azzet, Akhmad. 2011. Menjadi Guru Faforit. Jogjakarta: Ar-ruzz

Media.

Mulyana, deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muyaharjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group

Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.

92

Putra, Nusa. 2012. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Lkis.

Singgih dan yulia. 2012. Psikologi untuk Muda Mudi. Jakarta: Libri.

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif R & D. Bandung: Alfa Beta.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparta, Munzier. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Prenanda Media

Syafaat, aat. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

Syam, Nur. 2014. Akidah Akhlak. Jakarta: Departemen Agama

Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zulkifli. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.