upaya ditreskrimsus polda lampung dalam ...digilib.unila.ac.id/54961/3/skripsi tanpa bab...

74
UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN DATA DAN INFORMASI KARTU KREDIT (CARDING) (Studi pada Polda Lampung) (Skripsi) Oleh : YUDHA TRI ANDHIKA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 08-Aug-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM

MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN DATA DAN

INFORMASI KARTU KREDIT (CARDING)

(Studi pada Polda Lampung)

(Skripsi)

Oleh :

YUDHA TRI ANDHIKA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,
Page 3: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM

MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENCURIAN DATA DAN

INFORMASI KARTU KREDIT (CARDING)

(Studi pada Polda Lampung)

Oleh :

YUDHA TRI ANDHIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,
Page 5: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,
Page 6: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,
Page 7: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

RIWAYAT HIDUP

Yudha Tri Andhika dilahirkan di Jakarta pada 20 Juli 1996,

sebagai anak tunggal, buah hati pasangan Bapak Triyono dan

Ibu Hj. Susilowati S.Pd

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis, yaitu :

1. TK Trijaya II Pinang Tangerang, diselesaikan tahun 2002

2. SD AL ASHAR Pinang Tangerang, diselesaikan tahun 2008

3. SMP NEGERI 75 Jakarta, diselesaikan tahun 2011

4. SMA NEGERI 85 Jakarta, diselesaikan tahun 2014

Penulis tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung

melalui jalur Ujian Mandiri Lokal UML pada Pertengahan Juli 2014. Di

pertengahan tahun 2016 penulis memfokuskan diri untuk lebih mendalami Hukum

Pidana. Semasa Perkuliahan penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa (HIMA)

Hukum Pidana. Pada awal Tahun 2018 penulis mengabdikan diri guna

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dengan mengikuti

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pandan Sari Selatan Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Pringsewu.

Page 8: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

MOTTO

“Fiat Iustitia, Et Pereat Mundus”

Keadilan akan tetap ada meskipun dunia akan musnah.

(Philipp Melanchthon)

Selalu camkan di dalam pikiranmu bahwa resolusi diri sendiri

untuk sukses lebih penting dibandingkan yang lain

(Abraham Lincoln)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)

kepadamu,dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (ni’mat)-Ku.“

(QS. Al-Baqarah:152)

Page 9: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya skripsi kecilku

ini kepada inspirasi terbesarku:

Ayahandaku Triyono dan Dra. Susilowati, M.M. Yang senantiasa membesarkan, mendidik,

membimbing, berdoa, berkorban dan mendukungku tanpa aku harus merasakan kesusahan

dan kerja keras yang berarti sejak aku lahir. Terimakasih untuk semua

kasih sayang dan pengorbanannya serta setiap doa’nya yang selalu

mengiringi setiap langkahku menuju keberhasilan

Kakak-kakakku Anang Febrianto, A.Md., Lili Ariani, A.Md. dan

Khoirunnisa, S.H. terimakasih atas motivasi dan doa untuk keberhasilanku.

Terima kasih atas kasih sayang tulus yang diberikan, semoga suatu saat dapat membalas semua budi baik dan nantinya dapat menjadi

anak yang membanggakan kalian.

Dosen Pembimbingku dan Dosen Pembahasku, terima kasih untuk

bantuan dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

Almamater Universitas Lampung Fakultas Hukum

Tempat aku menimba Ilmu dan mendapatkan pengalaman berharga

yang menjadi awal langkahku meraih kesuksesan.

Page 10: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

SANWACANA

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan Nikmat, Hidayah dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat

waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Suri Tauladan Rasulullah

Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabat serta seluruh Umat Muslim.

Skripsi dengan judul ”Upaya Ditreskrimsus Polda Lampung Dalam

Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Data Dan Informasi Kartu Kredit

(Carding) Studi pada Polda Lampung” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan

kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M. P, selaku Rektor Univesitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung beserta staf yang telah memberikan bantuan dan

kemudahan kepada Penulis selama mengikuti pendidikan;

Page 11: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

3. Bapak H. Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana yang

telah meluangkan waktu, untuk memberikan masukan dan pengarahan kepada

penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini;

4. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. selaku pembimbing satu, yang telah

meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini;

5. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. selaku pembimbing dua yang telah

meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan

pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini;

6. Ibu Nikmah Rosidah. S.H., M.Hum. selaku pembahas satu dan juga penguji

utama yang telah memberikan masukan, saran dan pengarahannya dalam

penulisan skripsi ini.

7. Bapak Muhammad Farid, S.H., M.H. selaku pembahas dua yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini;

8. Ibu Rehulina T, S.H., M.H. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi selama ini;

9. Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah meluangkan waktu

untuk selalu memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan, dan juga bantuannya

kepada penulis serta kepada staf administrasi Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

10. Seluruh Karyawan Fakultas Hukum terutama Karyawan Gedung A Ibu As,

Bude Siti dan Pakde Misio untuk selalu mengingatkan penulis agar segera

menyelesaikan studi, memberikan masukan, dan motivasi dalam penulisan ini;

Page 12: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

11. Narasumber dalam penulisan skripsi ini Bapak Kompol Ketut Suryana, S.H.,

M.M. selaku Kepala Subdirektorat II pada Kepolisian Daerah Lampung, Ibu

Meilan Susanti, S.E., M.M. selaku Analis Penelitian pada Bank Indonesia

Wilayah Lampung, Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H. selaku Dosen Bagian

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung yang sangat membantu

dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, terima

kasih untuk semua kebaikan dan bantuannya.

12. Kedua Orang Tuaku yang selalu menjadi inspirasi terbesar bagi penulis

Ayahandaku Triyono dan Dra. Susilowati, M.M. serta Kakak-kakakku Anang

Febrianto, A.Md. dan Lili Ariani, A.Md. Terimakasih atas dukungan dan

doanya, gapailah cita-cita kita bersama hingga tercapai menjadi orang Hebat

membanggakan kedua orangtua kita amin;

13. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta dan tersayang yang selalu memberikan

semangat dan motivasi Ervina Natalia, Sarah Rizky Ariani, Rosi Destiana

Putri, Oren Basta untuk setiap cerita bersama kalian, suka duka selama 3,6

tahun ini dan seterusnya semoga persahabatan dan persaudaraan kita kekal

selamanya;

14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh

Pangestu, Aji Alief, Dio Buana, Ilham Panunggal, Liony Nike Ovinda,

Nicolia Gleradea, Rangga Viladika dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. Terimakasih atas do’a dan bantuannya;

15. Keluarga baruku KKN Desa Sumber Agung Kecamatan Bandar Surabaya

Murtika Resha, Gardina Juviandini, Resti Anggraini, Nurhidayat, Doni

Page 13: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

Mailana, Danu Firmansyah terimakasih atas 40 hari yang sangat berharga dan

pengalaman yang luar biasa dan tak akan telupakan;

16. Khoirunnisa, S.H. dan Ahmad Rizqi yang sudah memberikan dukungan

selama pengerjaan skripsi.

17. Kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

18. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung;

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya. Akhir kata atas bantuan, dukungan, serta doa dan semangat dari

kalian, penulis yang hanya mampu mengucapkan mohon maaf apabila ada

yang salah dalam penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah

wawasan keilmuaan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis

Yudha Tri Andhika

Page 14: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ...................................................... 5

C. Tujuandan Kegunaan Penelitian ......................................................... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ...................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana .......................................................... 12

B. Pengaturan tentang Tindak Pidana Pencurian Data dan

Informasi Kartu Kredit (Carding) ....................................................... 18

C. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Kepolisian ......................................... 26

D. Pengertian Kartu Kredit ...................................................................... 29

E. Pengertian Data dan Informasi ............................................................ 38

F. Pencurian Data dan Informasi ............................................................. 35

G. Upaya penanggulangan Tindak Pidana ............................................... 40

H. Faktor-faktor yang Menghambat Penegakan Hukum ......................... 42

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ............................................................................ 46

B. Sumber dan Jenis Data ........................................................................ 47

C. Penentuan Narasumber ....................................................................... 48

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................... 49

E. Analisis Data ....................................................................................... 50

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya Ditreskrimsus Dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Pencurian Data dan Informasi Kartu Kredit (Carding) ....................... 51

B. Faktor Penghambat Upaya Ditreskrimsus Polda Lampung

Dalam Menanggulangi Pencurian Data Informasi Kartu

Kredit (Carding) ................................................................................... 63

Page 15: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

V. PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................... 76

B. Saran ..................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telekomunikasi dan informasi akibat perkembangan teknologi komputer,

mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat karena berbagai informasi dapat

disajikan dengan canggih dan mudah diperoleh, dan melalui hubungan jarak

jauh memanfaatkan teknologi telekomunikasi dapat digunakan untuk bahan

melakukan bisnis selanjutnya. Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi tidak

bertemu secara langsung, cukup melalui peralatan computer dan komunikasi,

kondisi yang demikian merupakan pertanda dimulainya era cyber dalam bisnis.1

Munculnya teknologi-teknologi baru seperti internet dan yang lainnya harus

diakui manakah yang lahir dari rahim teknologi. Namun demikian perkembangan

positif ilmu pengetahuan dan teknologi informasi juga dibarengi dengan aspek

negatif yang melekat padanya yaitu dengan munculnya kejahatan-kejahatan baru

yang sangat kompleks disertai dengan modus operasi yang baru sama sekali.2

Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang semakin populer di masyarakat

dunia bahkan Indonesia. Kartu kredit sebagai alat bayar merupakan jenis Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu Kredit (APMK) yang keberadaannya paling

1Niniek Suparni, Cyberspace Problematika dan Aplikasi Pengaturannya, Sinar Grafika, Jakarta,

2009, hlm.1. 2Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara, Rafika Aditama, Bandung, 2005,

hlm. 33-36.

Page 17: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

2

lama digunakan di negeri ini sejak era 1980-an. Pada awalnya, pemegang kartu

kredit masih terbatas pada kelompok-kelompok sosial tertentu dan

penggunaannya ditujukan untuk pembayaran yang bersifat khusus. Perkembangan

tersebut sebenarnya didorong oleh berbagai faktor yang berkenaan dengan

pengunaan kemudahan, kepraktisan dan citra diri pemegang kartu.

Oleh karena itu, bisnis kartu kredit menjadi salah satu mesin profit setiap bank

dan lembaga bukan bank baik dalam meraih customer atau pengguna baru

maupun mencetak portofolio bisnis secara variatif. Namun praktek industri kartu

kredit di Indonesia belum sepenuhnya aman dari tangan-tangan jahil atau pelaku

kejahatan kartu kredit.

Carding adalah bentuk cyber crime yang masih menjadi modus operandi para

pelaku atau fraudster. Carding sendiri merupakan tindakan pidana yang bersifat

illegal interception, dan kemudian menggunakan nomor kartu kredit tanpa

kehadiran fisik kartunya untuk belanja di toko online (forgery). Modus ini dapat

terjadi akibat lemahnya sistem otentikasi yang digunakan dalam memastikan

identitas pemesanan barang di toko online.

Kejahatan carding mempunyai dua ruang lingkup, nasional dan transnasional.

Secara nasional adalah pelaku carding melakukannya dalam lingkup satu negara.

Transnasional adalah pelaku carding melakukkannya melewati batas negara.

Berdasarkan karakteristik perbedaan tersebut untuk penegakan hukumnya tidak

bisa dilakukan secara tradisional, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan

hukum tersendiri.

Page 18: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

3

Sifat carding secara umum adalah non-violence kekacauan yang ditimbulkan

tiadak terliahat secara langsung, tapi dampak yang di timbulkan bisa sangat besar.

Karena carding merupakan salah satu dari kejahatan cybercrime berdasarkan

aktivitasnya. Salah satu contohnya dapat menggunakan nomor rekening orang lain

untuk belanja secara online demi memperkaya diri sendiri. Yang sebelumnya

tentu pelaku (carder) sudah mencuri nomor rekening dari korban

Pelaku carding (khususnya pada jenis card not-present) bisa berada di wilayah

yurisdiksi negara manapun. Konsep yurisdiksi dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016. memberlakukan undang undang

tersebut untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum di luar wilayah

hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia

dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia

(Pasal 2 UU ITE).

Tindak pidana carding ini menggunakan sarana komputer dan atau jaringan

komputer maka dapat menjadi salah satu jenis kejahatan yang dapat dimasukkan

dalam legislasi kejahatan dunia maya (cyber crime law) menurut ITU (ITU Too

lKit for Cybercrime Legislation, Draft Rev.February, 2010), sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa otorisasi sesuai dengan aturan prosedur

pidana dan hukum lainnya di negara ini, memotong, dengan cara teknis, transmisi

data komputer non-publik, isi data, atau data lalu lintas, termasuk emisi elektro

magnetik atau sinyal-sinyal dari komputer, sistem komputer, atau jaringan yang

membawa atau memancarkan sinyal-sinyal dimaksud, ke atau dari

sebuahkomputer, sistem komputer dan / atau sistem yang terkoneksi, atau

jaringan maka dianggap telah telah melakukan suatu pelanggaran pidana dengan

jumlah denda dan / atau penjara”.

Page 19: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

4

Ditreskrimsus bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional,dan administrasi penyidikan

PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ditreskrimsus

menyelenggarakan fungsi penyelidikkan dan penyidikan tindak pidana khusus,

antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi dan tindak pidana tertentu di daerah

hukum Polda Lampung, penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta

mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Ditreskrimsus.

Ditreskrimsus terdiri dari 4 subdit yang mempunyai kewenangan untuk

menangani tindak pidana khusus yang telah ditentukan masing-masing subdit

mengenai tindak pidana perbankan, uang palsu, pencucian uang, dan kejahatan

dunia maya (tindak pidana cybercrime) termasuk dalam subdit III.

UU yang dapat mengatasi masalah ini seperti yang sekarang telah adanya

perangkat hukum yang satu ini berhasil digolkan, yaitu Undang-undang Nomor 11

tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah undang-

undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur tindak pidana cyber

kemudian digantikan dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016.

Berdasarkan Surat Presiden RI.No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005,

naskah UU ITE secara resmi disampaikan kepada DPR RI. Pada tanggal 21 April

2008, undang-undang ini di sahkan.

Page 20: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

5

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membuat skripsi yang berjudul:

Upaya Ditreskrimsus Polda Lampung dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Penyalahgunaan Kartu Kredit (Carding) Menurut Undang-Undang ITE Nomor 11

Tahun 2008 yang dirubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 (Studi

pada Polda Lampung).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah upaya ditreskrimsus dalam menanggulangi tindak pidana

pencurian data dan informasi kartu kredit (carding)?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat upaya ditreskrimsus dalam

menanggulangi tindak pidana pencurian data dan informasi kartu kredit

(carding)?

Adapun ruang lingkup penelitian ini merupakan kajian hukum pidana yang

mengkaji Upaya Ditreskrimsus Polda Lampung Dalam Menanggulangi tindak

pidana pencurian data dan informasi Kartu Kredit (Carding). Sedangkan lokasi

penelitian berada pada wilayah hukum Polda Lampung dan waktu penelitian

dilaksanakan pada Tahun 2018. Tindak Pidanapencurian data dan informasi kartu

kredit (carding) yang akan diteliti adalah upaya ditreskrimsus dalam

penanggulangan tindak pidana baik secara preventif maupun secara represif.

Page 21: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini ada dua hal, yaitu:

1. Untuk mengetahui upaya ditreskrimsus dalam menanggulangi tindak pidana

pencurian data dan informasi kartu kredit (carding).

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat upaya ditreskrimsus

dalam menanggulangi tindak pidana pencurian data dan informasi (carding).

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

a. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan pemikiran-pemikiran hukum secara praktis

mengenai upaya ditreskrimsus dalam menanggulangi tindak pidana

penyalahgunaan kartu kredit (carding) khususnya pengaturannya dalam peraturan

perundang-undangan serta tindakan ditreskrimsus dalam memecahkan persoalan

terhadap faktor-faktor yang menghambat upaya penanggulangan tersebut

b. Secara Praktis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

khususnyabagi penegakhukum dan pihak-pihak terkait dalam hal mengenai upaya

ditreskrimsus dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan kartu kredit

(carding), selain itu sebagai informasi dan pengembangan teori serta tambahan

kepustakaan bagi praktisi maupun akademisi.

Page 22: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah abstaksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar

yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian

hukum.3 Berdasarkan definisi tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Upaya penanggulangan kejahatan menurut Hoelnagels ditetapkan menjadi 3 cara

yaitu:

1) Penerapan hukum pidana (criminal law application);

2) Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment);

3) Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaan lewat media masa.

Penerapan hukum pidana menitikberatkan pada upaya yang bersifat represif

(penindakan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi dalam sarana penal,

sedangkan pencegahan tanpa pidana, dan cara mempengaruhi pandangan

masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa

menitikberatkan pada upaya yang bersifat preventif (pencegahan/ penangkalan)

sebelum kejahatan terjadi dikelompokkan dalam sarana non penal.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penegakan Hukum”, menyebutkan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum dalam upaya penanggulangan tindak pidana,

3Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia. 1986, hlm. 124-125.

Page 23: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

8

yaitu:

1) Faktor hukumnya sendiri, yaitu ada kemungkinan terjadi ketidak cocokan

dalam peraturan perundang-undangan mengenai bidang-bidang kehidupan

tertentu. Kemungkinan lainnya adalah ketidakcocokan antara peraturan

perundang-undangan dengan hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan.

Kadangkala ketidakserasian antara hukum tertulis dan hukum kebiasaan

dan seterusnya.

2) Faktor penegak hukum, yaitu Salah satu kunci dari keberhasilan dalam

penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak

hukumnya sendiri. Penegak hukum antara lain mencakup hakim, polisi,

jaksa, pembela, petugas pemasyarakatan, dan seterusnya.

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum, yaitu seperti

mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi

yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Kurangnya

fasilitas yang memadai menyebabkan penegakan hukum tidak akan

berjalan dengan semestinya.

4) Faktor masyarakat, yakni bagian yang terpenting dalam menentukan

penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi

kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan

penegakan hukum yang baik. Sebaliknya semakin rendah tingkat

kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin sukar untuk

melaksanakan penegakan hukum yang baik.

5) Faktor kebudayaan, yaitu budaya sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

di dasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup. Kebudayaan

Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat, sehingga

berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan

nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat.

2. Konseptual

Konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan antara konsep-konsep

khusus yang merupakan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang digunakan

dalam penulisan atau penelitian.4 Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai

pengertian pokok-pokok istilah yang akan digunakan sehubungan dengan objek

dan ruang lingkup penulisan sehingga mempunyai batasan yang jelas dan tepat

dalam penggunaannya. Adapun istilah serta pengertian yang dipergunakan dalam

penelitian ini meliputi:

4Soerjono Soekanto. Op. Cit., hlm. 103.

Page 24: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

9

1) Upaya adalah suatu usaha untuk mencari suatu maksud atau tujuan,

memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar.5

2) Ditreskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di

bawah Kapolda. Bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan administrasi

penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3) Penanggulangan berarti suatu usaha atau cara yang dilakukan untuk

menyelesaikan suatu masalah.

4) Tindak pidana adalah keadaan yang dibuat seseorang atau barang sesuatu

yang dilakukan dan perbuatan itu menunjuk baik pada akibatnya atau yang

menimbulkan akibat.

5) Tindak pidana pencurian adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah

dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan disengaja oleh seseorang

yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-

undang telah dapat dinyatakan sebagai satu tindakan yang dapat dihukum.

6) Data adalah fakta berupa angka, karakter, symbol, gambar, tanda-tanda,

isyarat, tulisan, suara, bunyi yang merepresentasikan keadaan sebenarnya

yang selanjutnya digunakan sebagai masukan suatu Sistem Informasi

7) Informasi adalah hasil proses atau hasil pengolahan data meliputi : Hasil

gabungan, hasil analisa, hasil penyimpulan, dan hasil pengolahan system

informasi komputerisasi

8) Kartu kredit adalah sebuah alat pembayaran pengganti uang tunai dalam

bentuk kartu yang diterbitkan oleh bank untuk memudahkan para nasabahnya

bertransaksi

9) Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu

kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di

internet.

5Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Pusat Bahasa, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, hlm. 1787.

Page 25: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

10

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka

penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan,

permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian teoritis

dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka memuat upaya penanggulangan tindak pidana, fungsi, tugas dan

wewenang Ditreskrimsus polda, tinjauan umum tindak pidana, pengaturan tentang

tindak pidana,tindak pidana pencurian data dan informasi kartu kredit (carding),

serta faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian memuat pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan

narasumber, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang membahas permasalahan

permasalahan yang ada, yaitu: mengenai upaya ditreskrimsus dalam

menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan kartu kredit (carding) dan faktor-

faktor penghambat dalam upaya ditreskrimsus dalam menanggulangi tindak

pidana pencurian data dan informasi kartu kredit (carding).

Page 26: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

11

V. PENUTUP

Penutup berisi atas simpulan yang memuat rangkuman pokok pikiran penelitian

yang telah dilakukan dan saran yang berkaitan dengan penulisan skripsi.

Page 27: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana

Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dikenal

dengan istilah strafbaar feit dan dalam kepustakaan tentanghukum pidana sering

mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuatundang-undang merumuskan

suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan

pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang

mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum sebagai istilah yang

dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum

pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-

peristiwa yang konkret dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana

haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk

dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan

masyarakat.6

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana

merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat

atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah

6Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, hlm.62

Page 28: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

13

laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

dilarang oleh undang-undang harus dihindari dan arang siapa melanggarnya maka

akan dikenakan pidana.

Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh

setiap warga Negara wajib dicantumkan dalam undang-undang maupun peraturan-

peraturan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.7

Adapun beberapa pengertian tindak pidana menurut pendapat ahli adalah sebagai

berikut :

Moeljatno mendefinisikan perbuatan pidana sebagai perbuatan yang dilarang oleh

suatu aturan hukum, larangan mana disertai sanksi yang berupa pidana tertentu

bagi barang siapa melanggar larangan tersebut, larangan ditujukan kepada

perbuatan (suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang),

sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian

itu.

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang,

melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang

yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan

dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan

apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan

pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan.8

7P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti. Bandung.

1996. hlm. 7 8Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001.

hlm. 22

Page 29: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

14

Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hokum pidana, tindak

pidana adalah pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan atau

kejahatan yang diartikan secara yuridis atau secara kriminologis. Barda Nawawi

Arief menyatakan “tindak pidana secara umum dapat diartikan sebagai perbuatan

yang melawan hukum baik secara formal maupun secara materiil”.

Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang

berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala

sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan unsur objektif adalah

unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam

keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus di lakukan.9

Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana adalah:

1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);

2) Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti yang

dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP;

3) Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam

kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain.

4) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat di

dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP.

5) Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana

menurut Pasal 308 KUHP.

Unsur Objektif dari suatu tindak pidana itu adalah:

a) Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid;

b) Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai negeri di

dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai

pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam kejahatan

menurut Pasal 398 KUHP.

9 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1997,

hlm. 193

Page 30: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

15

c) Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab

dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam

dengan pidana, dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat

aktif yaitu melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh undang-undang, dan

perbuatan yang bersifat pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya

diharuskan oleh hukum.10

Hukum pidana dikenal delik formil dan delik materiil. Bahwa yang dimaksud

dengan delik formil adalah delik yang perumusannya menitikberatkan pada

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh Undang-Undang. Di

sini rumusan dari perbuatan jelas, misalnya Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana tentang pencurian. Adapun delik materiil adalah delik yang

perumusannya menitik beratkan pada akibat yang dilarang dan diancam dengan

pidana oleh undang-undang. Dengan kata lain, hanya disebut rumusan dari akibat

perbuatan, misalnya Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan

terhadap kepentingan umum. Pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan

hukuman yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan.

Pelanggaran sendiri mempunyai artian sebagai suatu perbuatan pidana yang

ringan dan ancaman hukumannya berupa denda atau kurungan, sedangkan

kejahatan adalah perbuatan pidana yang berat. Ancaman hukumannya berupa

hukuman denda, hukuman penjara, hukuman mati, dan kadangkala masih

10

Teguh Prasetyo,Hukum Pidana. PT Raja Grafindo. Jakarta 2010 hlm 48

Page 31: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

16

ditambah dengan hukuman penyitaan barang-barang tertentu, pencabutan hak

tertentu, serta pengumuman keputusan hakim.11

Perbuatan pidana dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

1) Perbuatan pidana (delik) formil, adalah suatu perbuatan pidana yang sudah

dilakukan dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang

dirumuskan dalam Pasal undang-undang yang bersangkutan. Contoh:

Pencurian adalah perbuatan yang sesuai dengan rumusan Pasal 362 KUHP,

yaitu mengambil barang milik orang lain dengan maksud hendak memiliki

barang itu dengan melawan hukum.

2) Perbuatan pidana (delik) materiil, adalah suatu perbuatan pidana yang

dilarang, yaitu akibat yang timbul dari perbuatan itu. Contoh: pembunuhan.

Dalam kasus pembunuhan yang dianggap sebagai delikadalah matinya

seseorang yang merupakan akibat dari perbuatan seseorang.

3) Perbuatan pidana (delik) dolus, adalah suatu perbuatan pidana yang dilakukan

dengan sengaja. Contoh: pembunuhan berencana (Pasal 338KUHP)

4) Perbuatan pidana (delik) culpa, adalah suatu perbuatan pidana yang tidak

sengaja, karena kealpaannya mengakibatkan luka atau matinya seseorang.

Contoh: Pasal 359 KUHP tentang kelalaian atau kealpaan.

5) Delik aduan, adalah suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan

orang lain. Jadi, sebelum ada pengaduan belum merupakan delik. Contoh:

Pasal 284 mengenai perzinaan atau Pasal 310 mengenai Penghinaan.

6) Delik politik, adalah delik atau perbuatan pidana yang ditujukan kepada

keamanan negara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contoh:

Pasal 107 mengenai pemberontakan akan penggulingan pemerintahan yang

sah.12

Wirjono Prodjodikoro menjelaskan hukum pidana materiil dan formiil sebagai

berikut:

a) Penunjuk dan gambaran dari perbuatan-perbuatan yang diancam dengan

hukum pidana.

b) Penunjukan syarat umum yang harus dipenuhi agar perbuatan itu merupakan

perbuatan yang menbuatnya dapat dihukum pidana.

c) Penunjuk jenis hukuman pidana yang dapat dijatuhkan hukum acara pidana

11

Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2004. hlm.

60. 12

Ibid, hlm 63.

Page 32: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

17

berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana, oleh karena itu

merupakan suatu rangkaian yang memuat cara bagaimana badan-badan

pemerintah yang berkuasa, yaitu Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan

bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.13

Pompe menjelaskan pengertian tindak pidana menjadi dua definisi, yaitu :

1) Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang

dilakukan karena kesalahan sipelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

2) Definisi menurut hokum positif adalah suatu kejadian yang oleh peraturan

undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

Tinjauan tindak pidana terkait unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan dari dua

sudut pandang yaitu :

a. Sudut Teoritis

Unsurtindak pidana adalah :

1) Perbuatan;

2) Yang dilarang (oleh aturan hukum);

3) Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).

b. Sudut Undang-Undang

1) Unsur tingkah laku: mengenai larangan perbuatan;

2) Unsur melawan hukum: suatu sifat tercelanya dan terlarangannya dari satu

perbuatan, yang bersumber dari undang-undang dan dapat juga bersumber dari

masyarakat;

3) Unsur kesalahan: mengenai keadaan atau gambaran batin orang sebelum atau

pada saat memulai perbuatan;

4) Unsur akibat konstitutif: unsur ini terdapat pada tindak pidana materiil

(materiel delicten) atau tindak pidana akibat menjadi syarat selesainya tindak

13

Laden Marpaung,Azas-Teori-Praktik Hukum Pidana, SinarGrafika,Jakarta 2005,hlm21

Page 33: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

18

pidana, tindak pidana yang mengandung unsure akibat sebagai syarat pemberat

pidana, dan tindak pidana dimana akibat merupakan syarat terpidananya

pembuat;

5) Unsur keadaan yang menyertai: unsur tindak pidana berupa semua keadaan

yang ada dan berlaku dalam mana perbuatan dilakukan;

6) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana, unsur ini hanya

terdapat pada tindak pidana aduan yaitu tindak pidana yang hanya dapat

dituntut pidana jika ada pengaduan dari yang berhak mengadu;

7) Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana: unsur ini berupa alasan

untuk diperberatnya pidana, dan bukan unsur syarat untuk terjadinya atau

syarat selesainya tindak pidana sebagaimana pada tindak pidana materiil

8) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana, unsur keadaan-keadaan

tertentu yang timbul setelah perbuatan, yang menentukan untuk dapat

dipidananya perbuatan;

9) Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana, unsur kepadasi apa rumusan tindak

pidana itu ditujukan tersebut, contoh; “barang siapa” (bijdie) atau “setiap

orang”.14

Setiap Tindak Pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang dibagi

menjadi 2 macam unsur, yakni unsur-unsur subyektif dan unsur-unsur obyektif.

B. Pengaturan tentang Tindak Pidana Pencurian Data dan Informasi Kartu

Kredit (Carding)

Saat ini di Indonesia belum memiliki UU khusus Cyber Law yang mengatur

mengenai Cybercrime, walaupun UU tersebut sudah ada sejak tahun 2000 namun

belum disahkan oleh Pemerintah dalam upaya menangani kasus-kasus yg terjadi

khususnya yang ada kaitannya dengan cyber crime. Dalam menangani kasus

carding para Penyidik (khususnya Polri) melakukan analogi atau perumpamaan

dan persamaan terhadap pasal-pasal yang ada dalam KUHP Pasal yang dapat

dikenakan dalam KUHP pada Cybercrime. Sebelum lahirnya UU No.11 tentang

14

Adami Chazwi, PelajaranHukum Pidana,Bagian1; StelselPidana, Teori- Teori Pemidanaan

&Batas Berlakunya Hukum Pidana. Jakarta. PT Raja Grafindo.hlm 79-80

Page 34: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

19

Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), maka mau tidak mau Polri harus

menggunakan pasal-pasal di dalam KUHP seperti pasal pencurian, pemalsuan dan

penggelapan untuk menjerat para carder, dan ini jelas menimbulkan berbagai

kesulitan dalam pembuktiannya karena mengingat karakteristik dari cybercrime

sebagaimana telah disebutkan di atas yang terjadi secara nonfisik dan lintas

negara.

Di Indonesia, carding dikategorikan sebagai kejahatan pencurian, yang dimana

pengertian Pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam

pasal 362 KHUP yaitu: “Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya

atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan

hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun

atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.

Untuk menangani kasus carding diterapkan Pasal 362 KUHP yang dikenakan

untuk kasus carding dimana pelaku mencuri nomor kartu kredit milik orang lain

walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor kartunya saja yang diambil

dengan menggunakan software card generator di Internet untuk melakukan

transaksi di e-commerce. Setelah dilakukan transaksi dan barang dikirimkan,

kemudian penjual yang ingin mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena

pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan transaksi.

Kemudian setelah lahirnya UU ITE, khusus kasus carding dapat dijerat dengan

menggunakan pasal 31 ayat 1 dan 2 yang membahas tentang hacking. Karena

dalam salah satu langkah untuk mendapatkan nomor kartu kredit carder sering

Page 35: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

20

melakukan hacking ke situs-situs resmi lembaga penyedia kartu kredit untuk

menembus sistem pengamannya dan mencuri nomor-nomor kartu tersebut.

Bunyi pasal 31 yang menerangkan tentang perbuatan yang dianggap melawan

hukum menurut UU ITE berupa illegal access:

Pasal 31 ayat 1: “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronika dan atau

dokumen elektronik dalam suatu komputer dan atau sistem elektronik secara

tertentu milik orang lain.”

Pasal 31 ayat 2: “Setiap orang dengan sengaja atau tanpa hak atau melawan

hukum melakukan intersepsi atau transmisi elktronik dan atau dokumen

elektronik yang tidak bersidat publik dari, ke dan di dalam suatu komputer dan

atau sistem elektronik tertentu milik orang lain, baik yang tidak menyebabkan

perubahan, penghilangan dan atau penghentian informasi elektronik dan atau

dokumen elektronik yang ditransmisikan.”

Jadi sejauh ini kasus carding di Indonesia baru bisa diatasi dengan regulasi lama

yaitu pasal 362 dalam KUHP dan pasal 31 ayat 1 dan 2 dalam UU ITE.

Penanggulangan kasus carding memerlukan regulasi yang khusus mengatur

tentang kejahatan carding agar kasus-kasus seperti ini bisa berkurang dan bahkan

tidak ada lagi. Tetapi selain regulasi khusus juga harus didukung dengan

pengamanan sistem baik software maupun hardware, guidelines untuk pembuat

kebijakan yang berhubungan dengan computer related crime dan dukungan dari

lembaga khusus.

Page 36: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

21

Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan

penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik,

khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum

yang dilaksanakan melalui sistem elektronik. Carding sendiri merupakan bagian

cybercrime dalam transaksi perbankan yang menggunakan sarana internet sebagai

basis transaksi khususnya sistem layanan perbankan online (online banking).

Terjadinya carding oleh pelaku (carder) dengan cara memperoleh data kartu

kredit secara tidak sah dengan memanfaatkan teknologi informasi (Internet) yaitu

menggunakan nomor kartu kredit orang lain untuk melakukan pemesanan barang

secara online. Komunikasi awalnya dibangun melalui e-mail untuk menanyakan

kondisi barang dan melakukan transaksi. Setelah terjadi kesepakatan, pelaku

memberikan nomor kartu kreditnya dan penjual mengirimkan barangnya.

Carding sendiri merupakan tindakan pidana yang bersifat illegal interception, 1

dan kemudian menggunakan nomor kartu kredit tanpa kehadiran fisik kartunya

untuk belanja di toko online (forgery). Modus ini dapat terjadi akibat lemahnya

sistem otentikasi yang digunakan dalam memastikan identitas pemesanan barang

di toko online.

Mengingat tindak pidana carding ini menggunakan sarana komputer dan atau

jaringan komputer maka dapat menjadi salah satu jenis kejahatan yang dapat

dimasukkan dalam legislasi kejahatan dunia maya (cyber crime law) menurut ITU

(ITU ToolKit for Cybercrime Legislation, Draft Rev. February, 2010), sebagai

berikut:

Page 37: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

22

”Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa otorisasi sesuai dengan aturan prosedur

pidana dan hukum lainnya di negara ini, memotong, dengan cara teknis, transmisi

data komputer non-publik, isi data, atau data lalu lintas, termasuk emisi

elektromagnetik atau sinyal-sinyal dari komputer, sistem komputer, atau jaringan

yang membawa atau memancarkan sinyal-sinyal dimaksud, ke atau dari sebuah

1”.

Beberapa contoh dari Illegal Interception yaitu antara lain: penggunaan kartu asli

yang tidak diterima oleh pemegang kartu sesungguhnya (non received card), kartu

asli hasil curian/ temuan (lost/ stolen card), kartu asli yang dirubah datanya

(altered card), kartu kredit palsu (totally counterfeit), penggandaan sales draft

oleh oknum pedagang kemudian diserahkan kepada oknum merchant lainnya

untuk diisi dengan transaksi fiktif (record of charge pumping atau multiple

imprint), dan lain-lain.

Faktor perlindungan nasabah bank atas terjadinya carding dikarenakan semakin

berkembangnya layanan jasa e-commerce di Indonesia sekarang ini. Dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang-undang Nomor 19 Tahun

2016 tentang Informasi dan Transaksi elektronik dapat menjamin kepastian

hukum di bidang e-commerce. Belanja online kini bukan lagi istilah yang asing

bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan. Hal

tersebut disebabkan semakin banyaknya issuer kartu kredit dari kalangan

perbankan yang mengembangkan internet payment gateway (IPG) sebagai suatu

bisnis yang mendatangkan keuntungan. Di masa mendatang, layanan e-commerce

tampaknya akan menjadi sebuah tren yang meningkat seiring dengan kemajuan

dunia telekomunikasi.

Kartu kredit adalah alat bayar yang tidak memiliki jaminan (unsecured loan) yang

diberikan oleh bank penerbit kepada nasabah bank karena kredibilitas yang

Page 38: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

23

bersangkutan. Pengaturan kartu kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

dan juga kebijakan masing-masing bank (self-regulatory bank). Oleh karena itu

dalam prakteknya bank akan memberikan pengaturan yang menyangkut pedoman

kerja bagi semua pejabat yang berwenang terhadap perkreditan dalam mengelola

bisnis, sehingga tercapai keseimbangan antara kuantitas dan kualitas dalam

portofolio dan risiko kredit. Selain itu seorang karyawan bank yang terlibat dalam

aktivitas perkreditan harus mengetahui ketentuan dan peraturan eksternal yang

berkaitan dengan bisnis yang dijalankan seperti peraturan pemerintah, ketentuan

Bank Indonesia, serta peraturan dari Master Card International dan Visa

International.

Mengingat perkembangan kartu kredit masih terbilang relatif baru dibandingkan

dengan alat bayar lainnya, seperti uang tunai, cek dan sebagainya, maka tentang

berlakunya kartu kredit tidak diketemukan dasar hukumnya yang tegas dalam

Kitab Undang-Undang. Karenanya baik KUH Dagang maupun KUH Perdata

tidak menyebut-nyebut istilah Kartu kredit. Beberapa peraturan yang sifatnya

untuk memenuhi kebutuhan bagi kelancaran atau kemudahan dalam lalu lintas

pembayaran yaitu:

a) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988, tentang

Lembaga Pembiayaan.

b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan dan tata cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan.

Page 39: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

24

c) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

d) Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 7/52/PBI/2005 dan PBI Nomor:

11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

Dengan Menggunakan Kartu.

Sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004,

khususnya terkait dengan tugas Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang antara lain

melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa

sistem pembayaran dan mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk

menyampaikan laporan tentang kegiatannya.

Tindakan Carding merupakan tindak kejahatan yang marak dilakukan dengan

modus menggunakan kartu kredit milik orang lain yang seharusnya dimiliki

secara fisik dan digunakan oleh pemilik yang telah disetujui sebelumnya oleh

Bank Issuer/Penerbit Kartu Kredit tersebut, dengan melalui proses

persetujuan/approval berdasarkan ketentuan internal bank tersebut. Kejahatan ini

dapat dilakukan dengan menggunakan fisik kartu maupun melalui elektronik/

online dengan pencantuman data-data kartu kredit tersebut untuk melakukan

transaksi elektronik/ online.

Berkaitan dengan istilah “Daftar Hitam” yang digunakan, sebagai informasi,

Daftar Hitam Nasional (DHN) pada dasarnya merupakan informasi mengenai

identitas pemilik rekening yang melakukan penarikan Cek dan/ atau Bilyet Giro

Page 40: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

25

Kosong baik melalui kliring maupun loket bank (over the counter). Sehingga,

tidak ada hubungannya dengan pemberian kredit tanpa agunan dalam bentuk kartu

kredit seperti yang disebutkan Saudara sebelumnya.

Untuk mengetahui status fasilitas kartu kredit yang Saudara terima (apabila

terbukti ada), Saudara dapat menemukan hal tersebut pada Sistem Informasi

Debitur Bank Indonesia (“SID BI”), termasuk informasi perihal data-data lainnya

seperti agunan, penjamin dari Bank atau Lembaga Pembiayaan. Data demikian

dapat Saudara peroleh dikarenakan SID BI merupakan sistem yang

mempertukarkan informasi debitur dan fasilitas kredit dari Bank dan Lembaga

Pembiayaan yang berisi data-data sebagaimana disebutkan sebelumnya dan

Informasi Debitur Individual (“IDI”) Historis, yang merupakan laporan yang

dapat dicetak dan berisi mengenai data-data debitur beserta data fasilitas kredit

yang diperoleh. IDI diberi tambahan kata “Historis” karena mencakup data

kualitas pembayaran fasilitas kredit selama 24 bulan terakhir.

Pihak yang dapat memperoleh IDI Historis adalah anggota BIK (Bank dan

Lembaga Pembiayaan) serta masyarakat. Sekedar informasi tambahan, Otoritas

Jasa Keuangan (“OJK”) dalam proses membangun Sistem Informasi Debitur

(“SID”) yang akan diawasi olehnya. Rencananya, SID ini akan berisi data-data

nasabah perbankan, pasar modal, dana pensiun, asuransi serta data sarana

umum (public utility), sebagai bentuk pengalihan fungsi pengawasan dari Bank

Indonesia ke OJK. OJK menargetkan, SID ini sudah bisa beroperasi pada tahun

2016 mendatang.

Page 41: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

26

Untuk kasus carding, merujuk pada best practice, dapat dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut.

1) Melakukan permintaan IDI Historis melalui Bank atau Lembaga Pembiayaan,

atau dapat juga melalui Gerai Info Bank Indonesia atau Kantor Bank

Indonesia setempat (daerah) atau secaraonline melalui website Bank

Indonesia.

2) Melakukan pengaduan pada Bank tempat Saudara mengajukan fasilitas kartu

kredit tersebut, dengan menemui Customer Care Group pada Bank tersebut

dan membawa dokumen IDI Historis milik Saudara serta menceritakan

kronologis kasus yang Saudara hadapi, dengan mengutamakan asas

musyawarah untuk mufakat demi keuntungan dan kepentingan bersama.

3) Apabila permasalahan/kasus tersebut Saudara pandang tidak dapat ditangani

dengan baik oleh Customer Care Group pada Bank tersebut, maka, Saudara

dapat melanjutkan dengan penyelesaian secara hukum, yaitu dengan

mengajukan kasus tersebut untuk diselesaikan melalui Alternatif

Penyelesaian Sengketa (APS) dengan mengajukan pengaduan ke Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) atau dengan mengajukan gugatan

perdata ke Pengadilan Negeri.

C. Tugas, Fungsi dan Wewenang Pokok Kepolisian Republik Indonesia

Kepolisian Negara Republik Indonesia telah mempunyai seperangkat aturan

mengenai tugas dan wewenang yang diatur secara tegas dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas dan

wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 13 sampai

Page 42: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

27

dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, fungsi kepolisian adalah

salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, Kepolisian Negara

Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang

meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib, dan tegaknya

hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi

hak asasi manusia

Tugas kepolisian dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tugas represif dan

preventif. Tugas represif ini merupakan tugas kekuasaan eksekutif yaitu

menjalankan peraturan atau perintah dari yang berkuasa apabila telah terjadi

peristiwa pelanggaran hukum. Sedangkan tugas preventif kepolisian adalah

menjaga dan mengawasi agar peraturan hukum tidak dilanggar oleh siapapun.

Tugas utama dari kepolisian adalah memelihara keamanan di dalam negeri. Dalam

Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 dalam

Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok kepolisian adalah :

a. Memelihara kamanan dan ketertiban masyarakat

b. Menegakan hukum

Page 43: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

28

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat15

Kewenangan dalam pemahaman umum terdapat dalam pasal 15 dan 16 Undang-

undang Republik Indonesia tentang Kepolisian, merupakan sebuah kesempatan

kebebasan untuk berbuat dan/atau tidak berbuat sesuatu secara bertanggungjawab.

Agar dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian sebagaimana yang telah diuraikan

diatas dapat berjalan dengan baik, pelaksanaan tugasnya dapat dipatuhi,

dihormati, oleh masyarakat dalam rangka penegakkan hukum maka oleh undang-

undang Polri diberi kewenangan secara umum yang cukup besar antara lain :

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif

kepolisian

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang

i. Mencari keterangan dan barang bukti

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat terdapat

dalamPasal 30 UUD 1945 dan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

15

Viswandro. Maria Matilda. Bayu Saputra. Mengenal Profesi Penegak Hukum. Putaka Yustisia.

Yogyakarta. 2015 hlm. 20-21

Page 44: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

29

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pemaknaan akan pelindung, pengayom dan pelayanan masyarakat bisa beragam

dari berbagai tinjauan, namun untuk kesamaan persepsi bagi kita dan langkah bagi

kita, pemaknaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Perlindungan

Anggota kepolisian memiliki kemampuan dan mengaplikasikan kemampuannya

memberikan perlindungan bagi warga masyarakat,sehingga terbebas dari rasa

takut dan ancaman bahaya serta merasa tentram dan damai.

2. Pengayom

Anggota kepolisian haruslah memiliki kemampuan dan menerapkannya dalam

memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan, ajakan, pesan dan nasehat

yang dirasakan bermanfaat bagi masyarakat sesuai dengan bidangnya.

3. Pelayanan

Anggota kepolisian dalam setiap langkah merupakan suatu pengabdiannya untuk

masyarakat dan Negara Republik Indonesia. Pengabdiaannya dilakukan secara

bermoral, beretika, bermartabat dan proporsional.

D. Pengertian Kartu Kredit

Kartu kredit merupakan sebuah kartu yang dikeluarkan oleh bank tertentu kepada

pengguna sehingga penggunanya dapat membeli barang maupun jasa dari

perusahaan yang menerima kartu tersebut tanpa pembayaran uang secara tunai ”

hutang”. Dapat juga dibilang kartu kredit ialah uang elektronik yang dikeluarkan

Page 45: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

30

oleh suatu instansi sehingga dapat memungkinkan pengguna kartu tersebut untuk

memperoleh kredit dalam transaksi yang pengembaliannya dapat dilakukan secara

angsuran, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kartu Kredit merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat

digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang

diinginkannya di tempat-tempat yang dapat menerima pembayaran dengan

menggunakan kartu kredit (merchant). Kartu kredit juga dapat diartikan sebagai

salah satu fasilitas dari perbankan yang memudahkan transaksi nasabah. Anda

tinggal menggesek credit card dan kita tinggal membayarnya saat tagihan tiba.

Baik tagihan lembaran fisik yang dikirmkan ke rumah ataupun e-statement yang

dikirimkan via email.

Dibandingkan dengan jenis kredit konsumsi lain yang ditawarkan oleh bank, kartu

kredit merupakan jenis kredit yang mudah disetujui jika telah memenuhi syarat

diterima kartu kredit yaitu fotocopi KTP, slip gaji atau surat keterangan

penghasilan, dan foto dan surat keterangan lain yang dianggap perlu.

Bahkan pada perkembangan saat ini, jika calon pemegang kartu kredit

mengajukan permohonan kartu kredit telah memiliki kartu kredit sebelumnya,

maka calon pemegang kartu kredit yang bersangkutan hanya perlu menyerahkan

fotokopi tagihan kartu kredit tersebut.

Selain kemudahan dalam mengajukan permohonan, kelebihan kartu kredit adalah

Page 46: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

31

lingkup penggunaannya yang sangat luas, dari transaksi kecil sampai transaksi

besar. Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang

mobile sangat membutuhkan alat transaksi ini. 16

Masyarakat biasanya memakai kartu kredit untuk pembayaran transaksi yang

dilakukan melalui internet, toko online, maupun toko-toko yang menyediakan alat

gesek. Pada transaksi yang dilakukan melalui internet, pihak card holder memiliki

kewajiban untuk membayar barang yang dibelinya dan mempunyai hak untuk

menerima barang yang telah dibelinya dari merchant, dan sebaliknya merchant

memiliki kewajiban untuk mengirim barang itu dalam keadaan baik dan

spesifikasinya sesuai dengan apa yang dipesan oleh card holder dan berhak untuk

menerima pembayaran. Perkembangan penggunaan kartu kredit yang begitu pesat

ini disebabkan karena masyarakat merasakan semakin pentingnya penggunaan

kartu kredit sebagai alat pembayaran dan mengambil uang tunai mengingat

kepraktisan, rasa nyaman dan aman yang ditimbulkan. Kegiatan itu juga tidak

terlepas dari pembebanan pajak sebagai kewajiban masyarakat untuk

membebankan pajak pada setiap transaksi atau fasilitas atau biaya yang harus

dibayar atas penggunaan fasilitas atau kepimilikan suatu barang.

Jenis-jenis Kartu Kredit

Sekarang kita beralih membahas apa jenis-jenis kartu kredit.Kartu kredit dapat

digolongan kedalam fungsi dan wilayah berlakunya.17

16

Kasmir, 2010. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Sunaryo. 2008. Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika

17 Sunaryo. 2008. Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika

Page 47: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

32

a. Berdasarkan Fungsinya

1. Credit Card

Kartu kredit adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran

transaksi jual beli barang atau jasa dimana pelunasan atau pembayarannya

kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan cara mencicil sejumlah

minimum tertentu. Jumlah cicilan tersebut dihitung dari nilai saldo tagihan

ditambah bunga bulanan.

Tagihan pada bulan yang lalu termasuk bunga (retail interest) merupakan pokok

pinjaman pada bulan berikutnya. Misalnya tagihan bulan sebelumnya adalah Rp.

1.000.000,00. Pembayaran minimum ditetapkan misalnya 10% dari total tagihan

dengan pembayaran minimum sebesar Rp.50.000,00. Dari angka tersebut maka

pemegang kartu harus membayar cicilan sebesar 10 % x Rp. 1.000.000,00 = Rp.

100.000,00. Sekiranya hasil perkalian dari tagihan tersebut kurang dari Rp.

50.000,00, maka jumlah cicilan bulan yang bersangkutan minimum Rp.

50.000,00.

Misalnya jumlah tagihan sebesar Rp.200.000,00, maka jumlah cicilan adalah 10

% x Rp. 200.000,00 = Rp. 20.000,00. Karena jumlah tersebut kurang dari RP.

50.000,00, maka pemegang kartu harus mencicil minimal Rp. 50.000,00. Apabila

card holder melakukan melampaui kredit limit, smaka pembayaran minimum

adalah sebanyak kelebihan dari kredit limit ditambah 10 % dari total kredit limit.

Pembayaran tersebut sudah harus dilakukan paling lambat pada tanggal jatuh

tempo setiap bulan yang ditetapkan oleh issuer untuk setiap pemegang kartu.

Page 48: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

33

Keterlambatan pembayaran akan mengakibatkan kena denda keterlambatan atau

late charge. Kartu kredit dapat digunakan pula untuk melakukan penarikan uang

tunai baik langsung melalui teller pada kantor bank yang bersangkutan maupun

ATM (automated teller machine) di mana ada tertera logo atau nama kartu yang

dimiliki, baik di dalam maupun di luar negeri. Kartu kredit yang umum digunakan

dalam transaksi ini adalah Visa dan Master Card.

2. Charge Card

Charge Card adalah kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran suatu

transaksi jual beli barang atau jasa dimana nasabah harus membayar kembali

seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan atau bulan berikutnya dengan atau

tanpa biaya tambahan. Misalnya, total nilai transaksi pada bulan sebelumnya

adalah Rp. 1.000.000,00, maka pada saat tagihan diterima dari perusahaan kartu

maka jumlah tagihan tersebut (atau ditambah biaya lainnya bila ada) harus dibayar

seluruhnya paling lambat pada tanggal jatuh tempo pembayaran setiap bulan yang

sebelumnya telah ditetapkan oleh issuer.

3. Debit Card

Debit Card berbeda dengan kedua kartu plastik yang telah disebutkan di atas.

Pembayaran atas transaksi jual beli barang atau jasa dengan menggunakan kartu

debit ini pada prinsipnya merupakan transaksi tunai dengan tidak menggunakan

uang tunai akan tetapi pelunasannya atau pembayarannya dilakukan dengan cara

mendebit (mengurangi) secara langsung saldo rekening simpanan pemegang kartu

Page 49: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

34

yang bersangkutan dan dalam waktu yang sama mengkredit rekening penjual

(merchant) sebesar jumlah nilai transaksi pada bank penerbit (pengelola).

Mekanisme pembayaran dengan debit card yang sedang dikembangkan saat ini

adalah pemegang kartu menyerahkan kartu debitnya pada kasir di counter

penjualan (at the point of sales). Kemudian dengan menggunakan alat elektronik

yang on line dengan bank, saldo rekening pemegang kartu akan langsung terlihat

pada monitor yang selanjutnya akan didebit sebesar jumlah nilai transaksinya

dengan mengkredit rekening merchant. Seperti halnya dengan kartu kredit, jenis

kartu debit ini dapat digunakan pula untuk menarik uang tunai baik melalui

counter bank maupun melalui mesin kas otomatis atau ATM yang berfungsi

sebagai cash card.

4. Cash Card

Cash Card pada dasarnya adalah kartu yang memungkinkan pemegang kartu

untuk menarik uang tunai baik langsung pada kasir bank maupun melalui ATM

bank tertentu yang biasanya tersebar di tempattempat strategis, misalnya di hotel,

pusat-pusat perbelanjaan dan wilayah perkantoran. Dengan melakukan perjanjian

kerja sama terlebih dahulu, pemegang cash card salah satu bank dapat pula

menggunakannya pada bank lainnya. Jadi berbeda dengan tiga kartu plastik yang

telah dijelaskan terdahulu, cash card tidak dapat digunakan sebagai alat

pembayaran dalam melakukan transaksi jual beli barang atau jasa sebagaimana

dengan credit card, debit card, atau charge card.

Page 50: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

35

Penerbitan kartu khusus untuk tujuan penarikan uang tunai dari bank ini pada

dasarnya hanya untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan kepada

nasabah yang sebelumnya telah memiliki simpanan di bank yang bersangkutan.

Beberapa bank telah memberikan pelayanan ATM 24 jam. Bank biasanya

menentukan limit uang tunai yang dapat ditarik atau ditransfer melalui ATM

misalnya, secara harian atau mingguan. Tergantung bagaimana perjanjian bank

dengan nasabah pemegang kartu.

Untuk melakukan penarikan melalui ATM tersebut pemegang kartu diberikan

nomor identifikasi pribadi (personal identification number) PIN dan untuk demi

keamanan, pemegang kartu harus menjaga kerahasiaan PIN tersebut. Kartu ini

memungkinkan pemegangnya menarik uang tunai dengan cara yang sangat cepat,

mudah, dan praktis tanpa komunikasi sama sekali dengan petugas bank, cukup

dengan memasukkan kartu pada ATM dan memasukkan PIN melalui tombol-

tombol pada keyboard ATM.

Di samping pelayanan penarikan uang tunai, maka cash card dengan melalui

ATM beberapa fungsi bank dapat pula dilakukan antara lain meminta informasi

saldo rekening. Informasi tersebut lengkap dengan tanggaltanggal mutasi debit-

kredit bisa dilihat langsung melalui monitor atau atas instruksi, informasi tersebut

dapat langsung di-print out. Dengan semakin canggihnya perkembangan

teknologi, pemegang kartu dapat pula melakukan transfer antar rekening secara

global dengan electronic fund transfer, EFT.

Page 51: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

36

Cash card saat ini di Jakarta telah banyak dikeluarkan oleh bank yang telah

memiliki fasilitas ATM. Semakin banyak jumlah dan luas jaringan on line ATM

ini akan semakin memudahkan pelayanan nasabah. Misalnya seorang nasabah

pemegang cash card yang memiliki rekening tabungan di suatu Bank di Blok M

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan menggunakan cash card, pemegang kartu

tersebut dapat melakukan penarikan langsung uang tunai mellalui ATM di Ujung

Pandang atau kota-kota lain di mana memungkinkan penggunaan kartunya pada

ATM bank yang bersangkutan.

5. Check Guarante Card

Kartu ini pada prinsipnya dapat digunakan sebagai jaminan dalam penarikan cek

oleh pemegang kartu. Kartu jenis ini sangat populer di Eropa terutama Inggris. Di

samping itu, kartu tersebut dapat juga digunakan dalam melakukan penarikan

uang melalui ATM.

b. Berdasarkan Wilayah Berlakunya

Dilihat dari wilayah berlakunya, kartu plastik ini dapat dibedakan antara kartu

plastik yang berlaku secara domestik (lokal) dan Internasional.

1. Kartu Kredit Nasional

Kartu Kredit Nasioanl merupakan kartu plastik yang hanya berlaku dan dapat

digunakan di suatu wilayah tertentu saja, misalnya Indonesia. Dengan semakin

pesatnya penggunaan kartu plastik ini menyebabkan beberapa perusahaan

pengecer dan perusahaan jasa penerbit kartu plastik sendiri (umumnya charge

card) guna memberikan pelayanan yang lebih mudah dan praktis bagi nasabahnya,

Page 52: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

37

misalnya Hero, Astra Card, Golden Truly, Garuda Executive Card.

2. Kartu Kredit Internasional

Kartu Kredit Internasional adalah kartu yang dapat digunakan dan berlaku sebagai

alat pembayaran Internasioanl. Pasar kartu kredit internasional dewasa ini

didominasi oleh dua merek kartu yang telah memiliki jaringan antar benua, yaitu

Visa dan Master Card. Kedua merek kartu tersebut masing-masing telah memiliki

lebih dari 100 juta pemegang kartu yang tersebar di kota-kota seluruh dunia dan

dapat digunakan untuk melakukan transaksi hampir di semua kota. Pemegang

kedua kartu tersebut lebih dari separuhnya dipegang oleh penduduk Amerika

Serikat. Selebihnya Jepang, Inggris, Kanada, dan sebagian kecil negara-

negaralainnya. Kartu kredit Internasional yang dapat dipergunakan untuk

melakukan transaksi di berbagai tempat di dunia adalah sebagai berikut:

a) Visa

Visa adalah kartu kredit Internasional yang dimiliki oleh perusahaan kartu Visa

International. Pelaksanaan operasionalnya berdasarkan lisensi dari Visa

Internasional dengan sistem franchise.

b) Master Card

Kartu kredit ini dimiliki oleh Master Card Internasional dan beroperasi

berdasarakan lisensi dari Master Card International.

c) Dinners Club

Diners Club dimiliki oleh Citicorp. Cara operasinya dilakukan dengan cara

mendirikan subsidiary atau dengan cara franchise.

d) Carte Blanc

Page 53: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

38

Kartu ini juga dimiliki oleh Citicorp dan beroperasi persis sama dengan Dinners

Club yaitu dengan membentuk subsidiary atau dengan franchise.

e) American Express

Kartu kredit ini dimiliki oleh American Express Travel Related Services

Incorporated dan beroperasi dengan mendirikan subsidiary. American Express ini

pada prinsipnya adalah charge card namun dapat memberikan fasilitas credit line

kepada pemegang kartu.

c. Berdasarkan Afiliasinya

1) Co-Branding Card

Yaitu kartu plastik yang dikeluarkan atas kerjasama antara institusi pengelola

kartu kredit dengan satu atau beberapa bank, contoh : Visa dan Masdter Card.

2) Affinity Card

Yaitu kartu plastik yang digunakan oleh sekelompok atau golongan tertentu,

misalnya kelompok profesi, kelompok mahasiswa dan lain-lain, contoh : Ladies

Card, IMA Card, Bankers Card dan lain-lain.

E. Pengertian Data dan Informasi

Data adalah fakta mentah atau rincian peristiwa yang belum diolah, yang

terkadang tidak dapat diterima oleh akal pikiran dari penerima data tersebut, maka

dari itu data harus diolah terlebih dahulu menjadi informasi untuk dapat di terima

oleh penerima. Data dapat berupa angka, karakter, simbol, gambar, suara, atau

tanda-tanda yang dapat digunakan untuk dijadikan informasi. Suatu informasi bisa

saja menjadi data apabila informasi tersebut digunakan kembali untuk pengolahan

Page 54: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

39

sistem informasi selanjutnya. Dalam dunia komputer data adalah segala sesuatu

yang disimpan di dalam memori menurut format tertentu.

Data adalah fakta berupa angka, karakter, symbol, gambar, tanda-tanda, isyarat,

tulisan, suara, bunyi yang merepresentasikan keadaan sebenarnya yang

selanjutnya digunakan sebagai masukan suatu Sistem Informasi. Data adalah

deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi (data is the description of

things and events that we face). Data adalah kenyataan yang menggambarkan

suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Data adalah bahan yang akan

diolah/diproses berupa angka-angka, huruf-huruf, simbol-simbol, kata-kata yang

akan menunjukkan situasi dan lain lain yang berdiri sendiri. Dalam bahasa sehari-

hari data adalah fakta tersurat (dalam bentuk catatan atau tulisan) tentang suatu

obyek. Dalam dunia komputer, data adalah segala sesuatu yang dapat disimpan

dalam memori menurut format tertentu. Data adalah fakta yang sudah ditulis

dalam bentuk catatan atau direkam ke dalam berbagai bentuk media 8. Data

merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk

menghasilkan informasi.

Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang sudah dapat diterima oleh

akal pikiran penerima informasi yang nantinya dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan. Informasi dapat berupa hasil gabungan, hasil analisa,

hasil penyimpulan, dan juga hasil pengolahan sistem informasi komputerisasi.

Informasi adalah data hasil pengolahan Sistem Informasi yang bermanfaat bagi

penggunanya.

Infomasi adalah hasil proses atau hasil pengolahan data meliputi : Hasil gabungan,

Page 55: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

40

hasil analisa, hasil penyimpulan, dan hasil pengolahan system informasi

komputerisasi. Informasi adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh komputer

dalam sebuah media penampil tersebut diatas, biasanya sebagai hasil dari sebuah

proses komputasi. Informasi adalah fakta tersembunyi dibalik himpunan fakta

yang sudah dicatat, dan baru diketemukan sesudah diolah atau dicerna. Informasi

adalah fakta tersirat yang muncul dalam benak teknisi itu sesudah mencermati dan

mengolahnya dengan tertib, berdasarkan model yang diyakini sebagai hal yang

benar ada dalam keseluruhan persoalan tersebut.

Ada beberapa perbedaan di antara data dengan informasi seperti Data lebih

cenderung ke penjelasan singkat atau sebuah gagasan yang belum menjelaskan

sebuah peristiwa atau hasil kegiatan, data juga tidak bisa digunakan untuk

pengambilan keputusan sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data

yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data terkadang tidak dapat

digunakan dan diterima oleh akal pikiran penerima, sedangkan informasi dapat

berguna dan dapat diterima oleh akal pikiran penerima. Data mempunyai lingkup

lebih detail dan bersifat teknis, sedangkan informasi menghasilkan penjelasan

yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan.

F. Pencurian Data dan Informasi

Pencurian data adalah tindak kriminal dalam dunia internet, dimana akan ada

penyusup masuk kedalam data pribadi seseorang lalu mengambilnya tanpa i;in. -

ata yang telah diambil digunakan oleh penyusup untuk bermacam kejahatan.

Berbagai cara yang diambil penyusup untuk mengambil data tersebut, hal ini telah

Page 56: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

41

dibuktikan bahwa dibalik lalu lintas internet, banyak penyusup yang mencari

celah untuk mengambil data tersebut. Data yang mereka incar adalah data yang

cukup penting, misalnya data negara. Oleh karena itu, seorang ahli informasi dan

jaringan haruslah lihai untuk menyembunyikan data tersebut agar tidak adanya

penyusup yang masuk ke dalam data.

Dalam tindakan pencurian data ini menelan banyak kerugian, diantaranya adalah

seperti Data pribadi diubah, data pribadi yang telah disini dengan benar, diubah

oleh penyusup agar menimbulkan kesalahan pada aslinya, hal ini dilakukan

biasanya untuk menjatuhkan harga diri seseorang. Kerugian materi, adanya bank

via internet menambah penyusup agar masuk kedalam sistem agar mengalihkan

uang ke rekening yang salah. Biasanya penyusup mengambil uang dari sini.

Informasi penting; akhir-akhir ini banyak pejabat yang telah disadap atau diikuti,

penyusup melakukan banyak cara untuk mengambil informasi yang sebenarnya

terjadi dan di publikasikan kepada publik, tentunya ini merugikan pejabat

tersebut.

Hukum pencurian data

Pasal 30 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 ayat 3 : Setiap orang dengan

sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses computer dan/atau system

elektronik dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau

menjebol sistem pengaman (cracking, hacking, illegal access). Ancaman pidana

pasal 46 ayat 3 setiap orang yang memebuhi unsure sebagaimana dimaksud dalam

pasal 30 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) dan/atau

Page 57: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

42

denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). Pasal 378

KUHP dapat dikenakan untuk penipuan. Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk

kasus pencemaran nama baik dengan menggunakan media Internet.

G. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal, kebijakan kriminal ini pun tidak

terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy) yang

terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social-

welfarepolicy) dan kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindugan masyarakat

(social-defence policy).18

Upaya untuk melakukan penanggulangan kejahatan mempunyai dua cara dalam

hal penggunaan sarana yaitu melalui sarana sistem peradilan pidana (penal)

tindakan represif yaitu upaya setelah terjadinya kejahatan, dan sarana (non penal)

tindakan preventif yaitu mencegah sebelum terjadinya kejahatan. Perbedaan

keduanya dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Tindakan Represif

Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak

hukum sesudah terjadinya tindakan pidana. Tindakan respresif lebih dititik

beratkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana, yaitu antara lain dengan

memberikan hukum (pidana) yang setimpal atas perbuatannya.

18

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 73.

Page 58: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

43

Tindakan ini sebenarnya dapat juga dipandang sebagai pencegahan untuk masa

yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparat penegak hukum dalam

melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di

pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana.

Penangulangan kejahatan secara represif ini dilakukan juga dengan teknik

rehabilitas, menurut Cressey terdapat dua konsepsi mengenai cara atau teknik

rehabilitasi, yaitu:

a) Menciptakan sistem program yang bertujuan untuk menghukum penjahat,

sistem ini bersifat memperbaiki antara lain hukuman bersyarat dan hukuman

kurungan.

b) Lebih ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubah menjadi orang

biasa, selama menjalankan hukuman dicarikan pekerjaan bagi terhukum dan

konsultasi psikologis, diberikan kursus keterampilan agar kelak

menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Tindakan represif juga disebutkan sebagai pencegahan khusus, yaitu suatu usaha

untuk menekankan jumlah kejahatan dengan memberikan hukuman (pidana)

terhadap pelaku kejahatan dan berusaha pula melakukan perbuatan denganjalan

memperbaiki si pelaku yang berbuat kejahatan. Jadi lembaga permasyarakatan

bukan hanya tempat untuk mendidik narapidana untuk tidak lagi menjadi jahat

atau melakukan kejahatan yang pernah dilakukan. memberikan definisi putusan

Kemudian upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.

2) Peradilan yang efektif.

3) Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.

Page 59: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

44

4) Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi.

5) Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.

6) Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan timbulnya kejahatan.

7) Pembinaan organisasi kemasyarakatan.

2. Tindakan Preventif

Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau menjaga

kemungkinan akan terjadinya kejahatan. Menurut A. Qirom Samsudin M, dalam

kaitannya untuk melakukan tindakan preventif adalah mencegah kejahatan lebih

baik daripada mendidik penjahat menjadi baik kembali, sebab bukan saja

diperhitungkan segi biaya, tapi usaha ini lebih mudah dan akan mendapat hasil

yang memuaskan atau mencapai tujuan.

Bonger berpendapat cara menanggulangi kejahatan yang terpenting adalah:

1) Preventif kejahatan dalam arti luas, meliputi reformasi dan prevensi dalam arti

sempit.

2) Prevensi kejahatan dalam arti sempit meliputi moralistik yaitu

menyebarluaskan sarana-sarana yang dapat memperteguhkan moral seseorang

agar dapat terhindar dari nafsu berbuat jahat. Abalionistik yaitu berusaha

mencegah tumbuhnya keinginan kejahatan dan meniadakan faktor-faktor yang

terkenal sebagaipenyebab timbulnya kejahatan. Misalnya memperbaiki ekonmi

(pengangguran, kelaparan, mempertinggi peradapan, dan lain-lain);

3) Berusaha melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kejahatan dengan

berusaha menciptakan:

a. Sistem organisasi dan perlengkapan kepolisian yang baik;

b. Sistem peradilan yang objektif; dan

c. Hukum (perundang-undangan) yang baik.

4) Mencegah kejahatan dengan pengawasan dan patrol yang teratur.

Page 60: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

45

H. Faktor-faktor yang Menghambat Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar oleh

setiap orang demi tercapainya suatu keadilan yang diinginkan setiap orang.

Hukum dapat berjalan secara efektif apabila penegakannya dapat dilakukan secara

benar sehingga masyarakat dapat merasakan adanya perlindungan hukum.

Beberapa faktor yang menghambat penegakan hukum adalah sebagai berikut:19

a) Faktor hukum, yaitu penerapan peraturan yang relevan dengan situasi dan

norma yang ada di dalam masyarakat;

b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum, penegak hukum yang dimaksud adalah mereka yang

berada di bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan

pemasyarakatan;

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan; dan

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor diatas saling berkaitan dan merupakan esensi dari penegakan

hukum, tetapi faktor penegak hukum menempati titik sentral hal itu disebabkan

karena peraturan disusun oleh penegak hukum, penerapannya dilaksanakan oleh

penegak hukum dan penegak hukum merupakan panutan yang dicontoh oleh

masyarakat luas.

Penegak hukum di dalam proses penegakan hukum seharusnya dapat menerapkan

dua pola yang berpasangan yakni pola isolasi dan pola integrasi. Pola-pola

tersebut merupakan titik-titik ekstrim, sehingga penegak hukum bergerak antara

kedua titik ekstrim tersebut. Artinya, kedua pola tersebut memberikan batas-batas

sampai sejauh mana kontribusi penegak hukum bagi kesejahteraan masyarakat.

19

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2002, hlm. 5.

Page 61: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian Hukum adalah suatu penelitian yang mempunyai obyek hukum, baik

hukum sebagai suatu ilmu atau aturan-aturan yang sifatnya dogmatis maupun

hukum yang berkaitan dengan perilaku dan kehidupan masyarakat. Menurut

pendapat Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah,

yang didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisisnya. 20

Proses pengumpulan dan penyajian data penelitian ini digunakan pendekatan

secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif

dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang

berupa peraturan perundang-undangan, dokumen hukum lainnya serta hasil

penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Pendekatan yuridis normatif

dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group discussion). Sedangkan

Pendekatan yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Pendekatan

yuridis empiris adalah penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau

penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan yang dilanjutkan dengan

20

Soerjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers. Jakarta. 2004. hlm.1

Page 62: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

47

observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan

data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap penelitian.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Adapun jenis dan

sumber data yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini terbagi atas dua

yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.

Dengan begitu, data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

wawancara ataupun diskusi dengan pihak kepolisian dari Subditreskrimsus II

Kepolisian Daerah Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan dengan

melalui studi peraturan perundang-undangan, tulisan atau makalah-makalah,

buku-buku, dokumen, arsip, dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal

yang bersifat teoritis, konsep-konsep dan pandangan-pandangan, doktrin, asas-

asas hukum, serta bahan lain yang berhubungan dan menunjang dalam penulisan

skripsi ini.21

Jenis data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945;

21Ibid, hlm. 12.

Page 63: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

48

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang bersifat memberikan

penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisa serta memahami bahan hukum primer, yang berupa jurnal, buku-

buku, makalah yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam

penulisan skripsi ini.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, terdiri

dari literatur-literatur, media massa, dan lain-lain.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah pihak-pihak yang menjadi sumber informasi dalam suatu

penelitian dan memiliki pengetahuan serta informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan yang dibahas. Narasumber ditentukan secara purposive

yaitu penunjukan langsung dengan narasumber yang hanya ditunjuk menguasai

permasalahan dalam penelitian ini. Adapun narasumber dalam penelitian ini

sebanyak 4 (lima) orang yaitu:

1. Pihak kepolisian dari Bidang Reserse Polisi Daerah

Lampung

: 1orang

2. Pihak Dinas Kominfo Provinsi Lampung

3. Pihak Bank Indonesia Wilayah Provinsi Lampung

4. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Lampung

: 1 orang

: 1 orang

: 1 orang

+

4 orang

Page 64: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

49

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut:

a) Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan serangkaian kegiatan studi dokumenter dengan

cara membaca, mencatat, mengutip buku-buku atau referensi dan menelaah

peraturan perundang-undangan,dokumen dan informasi lain yang berkaitan

dengan permasalahan.

b) Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan cara wawancara terpimpin, yaitu dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang

ada dalam penelitian ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan kepada

pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk mendapatkan data,

tanggapan, dan juga jawaban dari responden. Selain itu untuk melengkapi

data-data dan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Prosedur Pengolahan Data

a) Seleksi Data

Yaitu kegiatan memilih data yang akan digunakan yang sesuai dengan objek yang

akan dibahas serta memeriksa, meneliti kembali mengenai kelengkapan,

kejelassan dan kebenarannya.

Page 65: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

50

b) Klasifikasi Data

Yaitu pengelompokan data yang telah dievaluasi menurut kerangka yang

ditetapkan.

c) Sistematisasi Data

Yaitu data yang telah dievaluasi dan diklasifikasi kemudian disusun demi

menciptakan keteraturan dalam menjawab permasalahan sehingga mudah untuk

dibahas.

E. Analisis Data

Hasil pengumpulan dan pengolahan data tersebut kemudian dianalisis

menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan data

secara bermutu dalam bentuk kalimat-kalimat yang tersusun secara teratur, runtun,

logis, tidak tumpang tindih dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data

dan pemahaman hasil analisis.22

Analisis ini tidak diperoleh melalui bentuk

hitungan.23

Hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan

secara induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat

khusus yang kemudian diambil kesimpulan secara umum.

22

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004,

hlm. 127. 23

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014, hlm. 12.

Page 66: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

V. PENUTUP

A. Simpulan

a. Upaya Polda Lampung dalam penanggulangan pencurian data dan informasi

kartu kredit di Wilayah Hukum Kepolisian daerah Lampung

Upaya penanggulangan pencurian data dan informasi oleh Polda Lampung

dilakukan dengan tiga cara yaitu Pre-emtif atau pembinaan upaya-upaya awal

yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana,

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif

yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya

preventif ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya, dan

Represif atau penindakan upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak

pidana/kejahatan yang tindakan berupa penegakan hukum (law enforcement)

dengan menjatuhkan hukuman.

b. Faktor yang menghambat Kepolisian dalam penanggulangan penccurian data

dan informasi kartu kredit di Wilayah Kepolisian Provinsi Lampung

Terdapat beberapa masalah yang menjadi faktor sulit nya melakukan penyidikan

tindak pidana penurian data dan informasi kartu kredit (carding) yaitu fator

internal dan eksternal. Faktor internal tersendiri terdiri dari :

Page 67: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

77

a. Faktor hukum nya sendiri yaitu Undang-Undang, yaitu perUndang-

Undangan Informasi Transaksi Elektronik yang masih belum ditegakan

dengan efektif.

b. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, yaitu

terbatas nya jumlah serta pengetahuan dari personel dalamdivisi khusus

cyrbercrime, dan peralatan yang masih belum memadai.

c. Faktor Penegak Hukumnya yaitu kurangnya kejujuran, etika dan moral

dari aparat penegak hukum, khusus terhadap tindak pidana mayantara

dilihat dari kuantitas maupun kualitas penegak hukum di Indonesia belum

mendukung terlebih dari sisi profesionalisasinya, karena jumlah penegak

hukum yang memiliki keahlian di bidang tersebut masih terbatas.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor yang berasal dari luar yaitu sulitnya

berkoordinasi dengan pihak yang bersangkutan dalam masalah ini misalnya bank.

Dan faktor dari masyarakat yang kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang

carding.

B. Saran

1. Pemerintah di harapkan lebih memperhatikan simtem peraturan perundang-

undangan yang berlaku, apakah peraturan tersebut masih layak atau tidak

diberlakukan seiring perkembangan zaman demi menghadapi era globalisasi

yang kian pesat, sistem peraturan perundang-undangan diharapkan akan selalu

Page 68: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

78

satu langkah di depan dalam mengantisipasi kejahatan yang akan terjadi di

masa mendatang.

2. Kepolisian Daerah Lampung hendaknya dapat bertindak lebih aktif dalam

menerima laporan masyarakat serta meningkatkan sarana dan prasarana yang

di butuhkan untuk mengungkap dan menangkap para pelaku, serta penambahan

personel dan pelatihan yang baik juga sangat dibutuhkan dengan

memperbaharui peralatan dan sumber daya manusia, dengan peralatan yang

memadai maka akan lebih mudah dalam penyidikan dan bisa mengurangi

tindak pidana pencurian data dan informasi kartu kredit tersebut, hendaknya

Kepolisian juga lebih aktif dalam mendengar aduan serta keluhan masyarakat

yang terkait dengan Transaksi Elektronik.

Page 69: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Achmad, Deni dan Firganefi. 2016. Pengantar Kriminologi dan Viktimologi

Justice Publisher, Bandar Lampung.

Alfitra. 2014. Modus Operandi Pidana Khusus di Luar KUHP, Jakarta. RAS.

Andrisman, Tri. 2009. Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum

Hukum Pidana Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

−−−−−−−−. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti.

−−−−−−−−. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Bandung. Citra Aditya Bakti.

−−−−−−−−. 2003. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

−−−−−−−−. 2005. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

Hukum Pidana, Bandung. Citra Aditya Bakti.

−−−−−−−−. 2006. Tindak Pidana Mayantara, Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Page 70: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

Atmasasmita, Ramli. 1993. Kapita Selekta Kriminologi, Bandung. Amrico.

----------. 1996. Sistem Peradilan Pidana, Bandung. Bina Cipta.

Bahri, Syaiful. 2009. Perkembangan Stelsel Pidana di Indonesia. Yogyakarta:

Total Media.

Chazawi, Adami. 2002. Hukum Pidana (Stelsel Tindak Pidana) Teori-Teori

Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

−−−−−−−−. 2006. Kejahatan Terhadap Harta Benda. Jakarta: Bayu Media.

Effendi, Erdianto. 2011. Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT.Refika

Aditama.

Hamzah, Andi. 1990. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta. Ghalia

Indonesia.

−−−−−−−−. 2011. Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di Dalam KUHP.

Bandung: Sinar Grafika.

Hamzah, Andi dan Zainal. 2001. Bentuk-Bentuk Perwujudan Delik. Jakarta: Bina

Ilmu Jaya.

Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan,

Jakarta. Refika Aditama.

Ilyas, Amir. 2009. Asas-asas Hukum Pidana (Memahami Tindak Pidana dan

Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan). Yogyakarta:

Mahakarya Rangkang.

Jonkers. J.E. 1987. Hukum Pidana Hindia Belanda. Jakarta. Bina Aksara.

Page 71: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

Jovan, FN. 2006. Pembobol Kartu Kredit Menyingkap Teknik dan Cara Kerja

Para Carder di Internet, Jakarta. Mediakita.

Kansil, C.S.T dan Kansil, S.T Christine. 2000. Kamus Istilah Aneka Hukum.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Maskun. 2013. Kejahatan Siber Cyber Crime, Jakarta. Kencana Media.

Moeljatno. 1987. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

−−−−−−−−. 1998. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana.

Bandung. Bintang Indonesia.

Muladi dan Arief, Barda Nawawi. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana.

Semarang: Alumni.

P.A.F, Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Cipta

Aditya Bakti.

PB, Triton. 2006. Mengenal E-Commerce dan Bisnis Di Dunia Cyber,

Yogyakarta. ARGO Publisher.

Prakoso, Arbintoro. 2013. Kriminologi dan Hukum Pidana, Yogyakarta.

Laksbang Grafika.

Prakoso, Djoko dan Imunarso, Agus. 1987. Hak Asasi Tersangka dan Peranan

Psikologi dalam Konteks KUHAP. Jakarta: Bina Aksara.

Prasetya, Rudi. 1989. Perkembangan Korporasi dalam Proses Modernisasi.

Semarang: UNDIP.

Prasetyo, Teguh. 2010. Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Bandung. Nusa

Media.

Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegakan Hukum. Yogyakarta: Genta Publishing.

Page 72: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Jogjakarta, Pustaka

Yustisia.

Soesilo, R. 1985. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta

Komentar-Komentarnya, Bogor. Politeia.

Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

−−−−−−−−. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarto. 1985. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

−−−−−−−−. 1997. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

−−−−−−−−. 2007. Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Suhariyanto, Budi. 2012. Tindak Pidana Teknologi Informai (Cyber Crime)

Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada.

Suparni, Niniek. 2009. Cyberspace Problematika dan Aplikasi Pengaturannya,

Jakarta. Sinar Grafika.

Sutarman, 2007. Cyber Crime-Modus Operandi dan Penanggulangannya.

Yogyakarta..Laksbang PRESSindo.

Sutedi, Adrian. 2007. Hukum Perbankan-Suatu Tinjauan Pencucian Uang,

Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika.

Syani, Abdul. 1989. Sosiologi Kriminalitas, Remadja Karya, Bandung.

Theo, Lamintang dan Lamintang, P.A.F. 2013. Kejahatan Terhadap Harta

Kekayaan. Bandung: Sinar Grafika.

Page 73: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990. Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Balai Pustaka.

Wahid, Abdul dan M Latib, 2005. Kejahatan Mayantara, Bandung. Rafika

Aditama.

Widjojo, Hadi Widyopramono. 2005. Cybercrimes dan Pencegahannya, Jurnal

Hukum Teknologi, Jakarta. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Zaidan, M Ali. 2010. Kebijakan Kriminal, Jakarta. Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Internet :

http://techno-inspiring.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal tanggal 17

April 2018)

http://newjohnyuwss.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 19 April 2018)

Page 74: UPAYA DITRESKRIMSUS POLDA LAMPUNG DALAM ...digilib.unila.ac.id/54961/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf14. Sahabat-sahabat kelas paralel 2014 Ujang Dwi Wijaya Wahab Lubis, Hafizh Pangestu,

http://tekno.liputan6.com (Diakses pada tanggal 28 April 2018)

http://m.detik.com (Diakses pada tanggal 15 Mei 2018)

www.academia.edu (Diakses pada tanggal 20 Mei 2018)

Alimelisabeth.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 22 Mei 2018)

www.beritagar.id (Diakses pada tanggal 14 Juli 2018)

https://media.neliti.com/media/publications/45391-ID-penjelasan-hukum-

restatement-tentang-bukti-permulaan-yang-cukup.pdf (Diakses pada

tanggal 16 Juli 2018)

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/pengantar-ilmu-

hukum-dan-tata-hukum-indonesia-c-s-t-kansil-

21386.htmlhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50576/3/Chapt

er%2520II.pdf+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses pada tanggal 22

Juli 2018)

http://wikipedia.com (Diakses pada tanggal 27 Juli 2018)

http://herybastyani.blogspot.co.id/2013/06/analisis-kasus-

penggelapan.html (Diakses pada tanggal 30 Juli 2018)