untuk pendadaran kp.doc

67
PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN LAPORAN KERJA PRAKTEK Dibuat sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Pertambangan Oleh : ALNAHWAN 03013120003 ZALLYKHA FAHAMZAH 03013120052 FIRMANSYAH ADI PRIANTO 03013120032

Upload: yolanda-muliana-panjaitan

Post on 29-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

pendadaran

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk Pendadaran KP.doc

PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS

DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Dibuat sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

ALNAHWAN 03013120003ZALLYKHA FAHAMZAH 03013120052FIRMANSYAH ADI PRIANTO 03013120032

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2005

Page 2: Untuk Pendadaran KP.doc

PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS

DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Disetujui untuk Jurusan Teknik

Pertambangan oleh Dosen Pembimbing :

Rr. Harminuke Eko Handayani, ST, MT.

Page 3: Untuk Pendadaran KP.doc

PENGENDALIAN WELL KICK PADA OPERASI PEMBORAN MIGAS

DI PT. MEDCO E&P INDONESIA SUMATERA SELATAN

ABSTRAK( Alnahwan, Zallykha Fahamzah, Frimansyah Adi Prianto, 2005, 31 Halaman )

Pemboran sumur minyak dan gas bumi merupakan adalah suatu kegiatan yang padat modal dan berisiko tinggi terhadap peralatan dan jiwa manusia yang melaksanakan pemboran. Salah satu masalah yang sangat dihindari dalam pemboran minyak dan gas bumi adalah semburan liar ( Blow Out ) karena dapat meyebabkan kebakaran terhadap instalasi pemboran dan dapat membahayakan jiwa pekerja di tempat tersebut. Awal terjadinya semburan liar ( Blow Out ) adalah adanya Kick di dalam lubang bor. Kick adalah masuknya fluida dari formasi yang dibor karena tekanan dari formasi tidak dapat ditahan oleh tekanan dari dalam lubang bor itu sendiri. Fluida formasi dapat berupa gas, minyak, atau air. Bila Kick tidak dapat dikendalikan dan dibuang maka dapat menyebabkan fluida formasi naik ke permukaan secara tidak terkendali dan membahayakan peralatan dan manusia yang berada di instalasi pemboran. Kick yang tidak dapat dikendalikan akan memyebabkan semburan liar ( Blow Out ). Untuk pengendalian awal agar tidak terjadi Kick yaitu tetap menjaga berat jenis lumpur pemboran agar dapat menahan tekanan dari formasi yang dibor. Bila Kick sudah terjadi maka secepatnya lakukan usaha mengeluarkan fluida Kick tersebut agar tidak terjadi semburan liar.

Page 4: Untuk Pendadaran KP.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Kerja

Prakek ini disusun dengan tujuan sebagai syarat memenuhi mata kuliah Kerja Praktek

pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Hasan Basri, Dekan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

2. Ir. Abu Amat Hak, MS., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Sriwijaya

3. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST, MT., Sekretaris Jurusan Teknik

Pertambangan Universitas Sriwijaya sekaligus Pembimbing Laporan Kerja

Praktek Penulis

4. Ir. Syarbini Husein Alam, Koordinator Kerja Praktek

5. Bapak Adrian Agung dan Michael Runtuwene, Pembimbing lapangan

6. Semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan laporan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

ini, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga

Laporan Kerja Praktek ini dapat berguna bagi kemajuan kita bersama.

Inderalaya, April 2005 Penulis

Page 5: Untuk Pendadaran KP.doc

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii

DAFTAR TABEL............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1B.Manfaat dan Tujuan.......................................................................... 2C. Pembatasan Masalah....................................................................... 2D. Metode Pembahasan....................................................................... 3

II. GAMBARAN UMUM TENTANG PT. MEDCO E&P INDONESIA

A. Sejarah PT. MEDCO E&P INDONESIA....................................... 4B. Area Kerja PT. MEDCO E&P INDONESIA................................. 7C. Produksi .......................................................................................... 11D. Drilling Departement...................................................................... 13E. Kebijakan Tentang Keselamatan Kerja.......................................... 14F. Kebijakan Tentang Pelestarian Lingkungan................................... 15

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sebab-sebab Well Kick................................................................... 16B. Gejala Terjadinya Well Kick.......................................................... 19C. Peralatan Deteksi Well Kick........................................................... 21D. Prosedur Menutup Sumur (Shut-in Procedure)............................... 23E. Mematikan Sumur........................................................................... 23

Page 6: Untuk Pendadaran KP.doc

IV. PEMBAHASAN

A. Perencanaan Sumur......................................................................... 26B. .Pada Waktu Operasi Pemboran...................................................... 27C. Pencegahan Terjadinya Well Kick.................................................. 28D. Penanganan Well Kick.................................................................... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..................................................................................... 31B. Saran............................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: Untuk Pendadaran KP.doc

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Lapangan Kaji-Semoga................................................. 8

2. Skema Proses Produksi..................................................................... 13

3. Pit Level Indikator............................................................................ 21

4. Susunan Trip Tank............................................................................ 22

5. Sistem Sirkulasi Kick........................................................................ 25

6. Skema Pengendalian Kick................................................................ 30

Page 8: Untuk Pendadaran KP.doc

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I. Volume Produksi Minyak Bumi........................................................ 12

II. Volume Produksi Gas Bumi.............................................................. 12

Page 9: Untuk Pendadaran KP.doc

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Kaji-Semoga Plant................................................................................ A-1

B. Drilling Program................................................................................... B-1

C. Kill Sheet.............................................................................................. C-1

Page 10: Untuk Pendadaran KP.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengaruh kebutuhan hidup manusia terhadap sumber energi alam,

khususnya minyak dan gas bumi semakin besar dan meningkat. Meskipun saat ini

telah banyak dilakukan riset-riset untuk mencari minyak dan gas bumi, tetapi

sumber energi ini tetap menduduki urutan pertama dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak di dunia. Dengan

keadaan ini negara Indonesia mendapatkan keuntungan dalam hal perekonomian

negara, karena minyak bumi bisa dijadikan salah satu sumber pemasukan devisa

Indonesia dibidang ekspor migas. Hal ini banyak mengundang banyak investor

asing dan lokal yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia khususnya dalam

bidang perminyakan.

Untuk dapat mengolah sumber energi migas agar dapat di produksi secara

optimal, amat diperlukan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.

Perguruan Tinggi sebagai salah satu jalur untuk menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas telah berupaya agar dapat mencetak tenaga-tenaga

profesional antara lain melalui pengetahuan teori yang diberikan melalui

perkuliahan dan Kerja Praktek.

Page 11: Untuk Pendadaran KP.doc

Dengan Kerja Praktek mahasiswa diharapkan akan mampu untuk

memecahkan berbagai masalah yang akan dihadapi pada dunia kerja nanti sesuai

dengan bidang yang ditekuninya.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa

Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya adalah untuk memenuhi persyaratan

akademis pada Jurusan teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.

Tujuan dari Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan

Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya adalah:

1. Menerapkan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dangan kondisi

lapangan yang sebenarnya, khususnya dalam bidang pemboran minyak.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan teknologi baik secara umum maupun

secara khusus.

3. Menambah wawasan mengenai dunia kerja sebagai persiapan untuk

memasuki lingkungan kerja.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini penulis mencoba membahas

tentang pengendalian well kick pada operasi pemboran minyak bumi di PT.

MEDCO E&P Indonesia field Kaji-Semoga Sumatera Selatan

Page 12: Untuk Pendadaran KP.doc

D. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan dalam menyusun laporan Kerja Praktek

ini adalah :

1. Metode wawancara dan tanya jawab dengan dan crew yang ada di lapangan.

2. Metode literature yang berkaitan dengan kegiatan perminyakan.

Page 13: Untuk Pendadaran KP.doc

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah PT.MEDCO E&P Indonesia

Sejarah PT. MEDCO E&P Indonesia di Sumatera Selatan dimulai dari

tahun 1912 yang dilakukan oleh Standard Oil Of New Jersey yang memulai

usaha mencari minyak bumi di Indonesia melalui Nederlanse Kominglijge

Petroleum Maatschappij (NKPM). Pada tahun 1913 menemukan ladang minyak

pertama di Cepu, Jawa Tengah. Pada tahun 1921, NKPM menemukan ladang

minyak Talang Akar di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

yang merupakan ladang minyak terbesar di Asia Tenggara pada era sebelum

Perang Dunia II. Sejak saat itu perusahaan mengalami perkembangan pesat,

beberapa sumber minyak di Talang Akar mampu menghasilkan minyak sepuluh

ribu sampai dua belas ribu barel per hari ( 10.000-12.000 BOPD ). Pada tahun

1925, dibangun kilang minyak Sungai Gerong dengan kapasitas tiga ribu lima

ratus barel per hari ( 3.500 BPD ) dan memasang pipa 6 inch yang

menghubungkan kilang tersebut dengan ladang minyak sejauh seratus tiga

puluh kilometer ( 130 km ) dan tahun 1927 menemukan ladang minyak

Pendopo.

Pada tahun 1932 NKPM menjadi bagian dari Standard Vaccum Oil

Company (STANVAC). Perusahaan induk PT. STANVAC Indonesia adalah Esso

Eastern Inc. (EEI), yang berkedudukan di Boston, Texas, USA dan merupakan

Page 14: Untuk Pendadaran KP.doc

anak perusahaan dari Exxon Corporation. EEI melakukan usahanya dalam

bidang eksplorasi ,Produksi minyak dan gas bumi, penyulingan, pengangkutan,

dan pemasaran minyak mentah serta gas alam di ASIA dan AUSTRALIA.

Sejarah perminyakan Sumatera Selatan pun tak luput dari alur sejarah

perjuangan hingga bangsa Indonesia mampu melewati masa revolusi fisik yang

sangat berat. Seiring dengan era kemerdekaan, PT. STANVAC kembali lagi

beroperasi setelah terhenti pada zaman pendudukan Jepang. Pada tahun 1954,

PT. STANVAC mulai melaksanakan program Indonesianisasi yakni

mempersiapkan pekerja Indonesia agar dapat melaksanakan pekerjaan sejajar

dengan para pekerja asing.

Pada tahun 1963 PT. STANVAC Indonesia menandatangani kontrak

karya (Contract of Work) dengan pemerintah RI (diwakili oleh PERTAMINA).

Penyerahan kegiatan pemasaran dalam negeri ke PERTAMINA sebagai

pelaksana kontrak karya yang dimulai dengan suplai gas untuk PT. PUSRI di

Palembang. Pada waktu yang sama PT. STANVAC Indonesia mendapat izin

untuk mengadakan kegiatan eksplorasi di Kampar Blok, Riau.

Pada tahun 1985 PT. STANVAC Indonesia mengembangkan lapangan

Tabuan di Sumatera Selatan yang merupakan lapangan produksi PSC pertama

yang dikelola oleh PT. STANVAC Indonesia. Pada tahun ini pula PT

STANVAC Indonesia berhasil menemukan lapangan minyak Jene di wilayah

South Sumatera Extension ( SSE ) yang merupakan sukses terbesar sejak

penemuan lapangan minyak Talang Akar.

Page 15: Untuk Pendadaran KP.doc

Kemudian pada tahun 1988 PT. STANVAC Indonesia menandatangani dua

buah kontrak Production Sharing Contrac (PSC) / Joint Operating

Arrangement ( JOA ) bersama dengan PERTAMINA untuk wilayah Blok Musi

Kelingi di Sumatera Selatan dan Blok Gundih di Jawa Tengah dan Jawa Timur

yang dilanjutkan dengan melakukan survey seismic yang terbesar. Dari survey

seismic diketahui bahwa kedua wilayah tersebut tidak memiliki prospek

ekonomis. Pada tahun 1996 PT. MEDCO ENERGI Corporation Tbk (MEC)

mengambil alih seluruh saham pada PT. STANVAC Indonesia. Dengan

pengambil alihan ini MEC mengganti nama PT. STANVAC Indonesia menjadi

PT. EXSPAN SUMATERA. Pada tahun 1996 itu pula kemampuan para putra

bangsa terbukti dengan ditemukannya cadangan minyak yang besar di

Lapangan Kaji-Semoga di Kabuapaten Musi Banyuasin. Penemuan lapangan

minyak ini dilanjutkan dengan pembangunan stasiun pengumpul minyak yang

diresmikan pada tahun 1998. pembangunan stasiun ini dilengkapi pula dengan

membangun stasiun booster ( penguat ) di Tempirai, Pengabuan, dan Serdang

untuk meningkatkan pengiriman minyak ke kilang Plaju. Kemudian pada tahun

2000 PT. EXSPAN SUMATERA dan PT. EXSPAN KALIMANTAN menjadi

PT. EXSPAN NUSANTARA. Saat berubah nama pun, perusahaan yang

melakukan usaha eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di tujuh

provinsi lainnya di Indonesia ini konsisten memiliki karyawan yang seluruhnya

adalah putra-putri Indonesia. Sejak 19 April 2004, PT. Exspan Nusantara

memiliki nama baru yakni PT. MEDCO E&P Indonesia.

Page 16: Untuk Pendadaran KP.doc

B. Area Kerja PT. MEDCO E&P Indonesia

Area kerja PT. MEDCO E&P Indonesia di Sumatera Selatan, berada

didaerah :

1. East Area yang terdiri dari Kaji-Semoga (Blok Rimau), Tabuan, Langkap,

Kerang, West Iliran dan Rimbabat (Blok Old Rimau)

a. Lapangan Kaji Semoga

Lapangan Kaji–Semoga terletak di Sumatera Selatan yang berada di

Kecamatan Lais kabupaten Musi Banyuasin (Gambar 1). Penemuan

lapangan Kaji-Semoga merupakan penemuan ladang minyak on shore

yang terbesar di Indonesia akhir-akhir ini. Stasiun pengumpul minyak

Kaji-Semoga merupakan yang terbesar diantara lapangan-lapangan

minyak di area kerja PT. Medco E&P Indonesia ( Lampiran A ). Puncak

produksi Kaji-Semoga adalah 90.000 BOPD. Dan produksi sekarang ini

sekitar 30.000 BOPD.

b. Lapangan Tabuan, Langkap dan Kerang

Lapangan Tabuan, Langkap, dan Kerang terletak di Kabupaten Musi

Banyuasin, merupakan lapangan tua yang untuk sementara ditinggalkan.

Potensi lapangan-lapangan ini adalah 1200 BOPD.

c. Lapangan West Iliran dan Rimbabat

Lapangan West Iliran merupakan lapangan gas supplier untuk fuel

( bahan bakar ) bagi kegiatan lapangan Tabuan, Langkap,dan Kerang.

Sedangkan Lapangan Rimbabat menghasilkan minyak ( oil ).

Page 17: Untuk Pendadaran KP.doc

Mu si Ri ver

Kerang

S.M

u s i

T. Laban

Langkap

TabuanKaji

Semoga

Palembang

Plaju Refinery

N

BLOK RIMAU

BLOK SSE

(Sumber : PT. Medco E&P Indonesia)

GAMBAR 1

PETA LOKASI LAPANGAN KAJI-SEMOGA

2. West Area (Exstention Area) yang terdiri dari Jene, Pian, Teras, Rambutan,

Gunung Kembang, Lagan, Soka, Ibul.

a. Lapangan Jene

Lapangan Jene terletak di exstention area Kabupaten Musi Rawas,

Sumatera Selatan. Lapangan minyak ini dikembangkan pada tahun 1986.

Pada awal produksinya dapat dihasilkan lebih dari 30.000 barrel minyak

mentah. Produksi saat ini 2000 BOPD.

Page 18: Untuk Pendadaran KP.doc

Lapangan Jene ini mempunyai reservoir yang bentuknya memanjang

sedangkan minyak dan gas ditemukan pada Formasi Baturaja.

Pada awal masa produksinya, yaitu pada tahun 1986 minyak dapat

mengalir dengan sendirinya (Natural Flow), setelah 2-3 tahun minyak

yang diproduksinya mulai berkurang karena penurunan tekanan reservoir.

Untuk mengatasi hal ini digunakan metode gas lift dan pemeliharaan

tekanan reservoir dengan water injection dengan mengangkat minyak ke

permukaan.

b. Lapangan Ibul

Lapangan Ibul terletak di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan.

Lapangan Ibul dilengkapi dengan station produksi yang berfungsi untuk

menampung dan mengalirkan minyak ke Plaju. Potensi lapangan Ibul

adalah 500 BOPD.

c. Lapangan Pian , Teras , Rambutan , Lagan Dan Gunung Kembang

Lapangan Pian, Teras, Gunung Kembang Terletak di Kabupaten

Musi Rawas, Lapangan Lagan terletak di Kabupaten Lahat dan Lapangan

rambutan terletak di Kabupaten Muara Enim.

Lapangan-lapangan tersebut merupakan penghasil gas yang

memasok kebutuhan gas yang diperlukan oleh PT PUSRI. Pasokan gas

terakhir rata-rata 50 MMSCFD.

Page 19: Untuk Pendadaran KP.doc

d. Lapangan Soka.

Lapangan Soka terletak di Kabupaten Musi Rawas yang merupakan

sumur baru penghasil minyak cukup besar. Perkiraan puncak produksi

dapat mencapai 5000 BOPD.

e. Stasiun Booster Pengabuan dan Serdang.

Stasiun Booster adalah stasiun yang berfungsi untuk memperkuat

aliran minyak dari stasiun pengumpul menuju ke kilang minyak. PT

Medco E&P Indonesia di Sumatera Selatan Memiliki dua stasiun Booster

yaitu stasiun Booster Serdang dan stasiun Booster Pengabuan yang

berfungsi mengalirkan minyak dari stasiun pengumpul minyak Kaji

menuju Kilang Minyak Pertamina Sungai Gerong. Dengan mengunakan

pompa untuk menambah tekanan sehingga menghasilkan rate yang tinggi.

3. Pasemah Blok.

Pada tahun 1994 PT Stanvac Indonesia telah melakukan satu pemboran

taruhan yaitu Ruas-1 yang tidak berhasil menemukan cadangan hidrokarbon.

PT Medco E&P Indonesia mulai membor dua sumur pada tahun 2000

yaitu Kerah-1 dan Imus-1. Kedua sumur tersebut belum menunjukkan

Prospek wilayah Pasemah. Kegiatan pemboran masih dilanjutkan hingga

tahun 2001

Page 20: Untuk Pendadaran KP.doc

C. Produksi

Jumlah produksi rata-rata minyak dan gas yang dihasilkan oleh PT. Medco

E&P Indonesia di Sumatera Selatan dari tahun 1990-1996 mengalami penurunan,

untuk mengatasi hal tersebut maka PT Medco E&P Indonesia pada tahun 1996

meningkatkan kegiatan eksplorasi dan menemukan cadangan minyak dan gas

yang cukup besar di lapangan Kaji-Semoga.

Di field Kaji-Semoga memiliki 184 sumur minyak dengan 4 buah sumur

natural flowing, 113 sumur yang masih berproduksi, 3 sumur masih dalam

pengeboran, 4 sumur dalam tahap completion, 3 sumur dalam keadaan pluged dan

37 sumur dalam keadaan shut-in. Untuk sumur yang sudah tidak natural flow lagi,

diproduksi dengan cara artificial lift melalui metode gas lift yaitu fluida dibantu

mengalir ke permukaan dengan bantuan gas.

Untuk satu sumur yang memakai sistem gas lift memerlukan 150–500

KCSFD gas. Rata-rata kedalaman sumur minyak di Kaji-Semoga adalah 2500-

3000 ft. Di lapangan ini menghasilkan 36.000 BOPD minyak bumi ( Tabel I ) dan

28 MMscfd gas bumi ( Tabel II ).

Minyak di Kaji-Semoga ini memiliki API Gravity sekitar 38,5 oAPI, yang

berarti bahwa minyak di Kaji-Semoga termasuk minyak ringan (Light Oil).

Selain memproduksi minyak bumi, di Kaji-Semoga juga memproduksi gas yang

digunakan untuk gas lift ( 29 MMscfd ), PLTG ( 5 MMscfd ), Gas Injection ( 7

MMscfd ), bahan 20aker ( 3,5 MMscfd ) serta untuk LPG Plant ( 17,5 MMscfd ).

Page 21: Untuk Pendadaran KP.doc

TABEL I

VOLUME PRODUKSI MINYAK BUMI

Tahun Volume Produksi ( BOPD )

1998 19.0001999 32.000

2000 53.000

2001 69.000

2002 71.000

2003 52.000

( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )

TABEL II

VOLUME PRODUKSI GAS BUMI

Tahun Volume Produksi ( MMscfd )

1999 9

2000 15

2001 25

2002 37

2003 29

( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )

Sebelum minyak dan gas bumi dari lapangan ini disalurkan kepada

konsumen, semua minyak dan gas bumi dari tiap lapangan dikumpulkan menjadi

satu di stasiun pengumpul kemudian didistribusikan ke konsumen melalui pipa

dan kapal tanker (Gambar 2).

Page 22: Untuk Pendadaran KP.doc

( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )

GAMBAR 2

SKEMA PROSES PRODUKSI

D. Drilling Departement

Departemen ini mempunyai tugas dalam hal pembuatan lubang sumur

minyak atau dengan kata lain melakukan kegiatan pemboran untuk menghasilkan

suatu sumur minyak yang nantinya siap untuk diproduksikan. Dalam melakukan

pemboran, departemen ini memiliki dua buah rig sendiri (EMSCO dan SKYTOP)

dan dua buah rig kontrak ( HPS dan SPA ) dengan kapasitas rata-rata 250.000 lbs.

Dalam kegiatannya Medco E&P Indonesia di bantu oleh Team Halliburton

yang terdiri dari Sperry Sun bertugas melakukan directional drilling (pemboran

berarah ) dan Baroid yang bertugas membuat dan mengontrol lumpur yang

KAJISATELIT

TERMINALTENGGULENG

PENGABUAN BOOSTER

STASIUNKERANG

STASIUN TABUAN

STASIUN KAJI

STASIUN SEMOGA

LAPANGAN KAJI

FSO LAKSMIATI

EKSPOR

LAPANGAN SEMOGA

LAPANGANKALABAU

STASIUNLANGKAP

SERDANG Kilang

BOOSTER Plaju

Page 23: Untuk Pendadaran KP.doc

digunakan selama pemboran berlangsung serta Halliburton Cementing Unit yang

bertugas melakukan penyemenan pada casing. Untuk operasi logging, dibantu

oleh Exspan Petrogas Intranusa Logging ( EPI Logging ).

Sumur-sumur minyak yang dibuat pada PT. Medco E&P Indonesia yang

berada di lapangan Kaji umumnya menggunakan sistem cluster dimana dari

sistem ini hanya ada satu sumur saja yang pemborannya secara vertical sedang

sumur-sumur yang lain pemborannya menggunakan sistem directional (berarah).

Untuk membuat suatu sumur minyak maka drilling engineer menyusun

suatu drilling program ( lampiran B ) yang nantinya digunakan sebagai panduan

dan rencana bagi rig crew serta kontraktor yang ikut andil dalam pemboran

sumur minyak agar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan di lapangan.

E. Kebijakan Tentang Keselamatan Kerja

Merupakan kebijakan PT MEDCO E&P Indonesia bahwa dalam melakukan

kegiatan usahannya, perusahaan akan selalu melindungi keselamatan pegawai,

pihak lain yang terkait dalam kegiatan usahanya, rekanan serta masyarakat umum

sehinga tidak satu pun kegiatan usaha mendahului pertimbangan akan

keselamatan kerja.

Perusahaan akan mencegah semua kecelakaan dan penyakit yang timbul

akibat perkerjaan dengan partisipasi aktif dari seluruh pegawai.

Perusahaan selalu berusaha mengidentifikasi dan menghilangkan atau

mengelolah resiko keselamatan kerja sehubungan dengan kegiatan.

Page 24: Untuk Pendadaran KP.doc

F. Kebijakan Tentang Pelestarian Lingkungan

Merupakan kebijakan PT. MEDCO E&P Indonesia untuk melaksanakan

kegiatan dengan cara yang berimbang antara kebutuhan lingkungan dan

kebutuhan ekonomi masyarakat dimana perusahaan melakukan kegiatannya untuk

mematuhi semua peraturan mengenai pelestarian lingkungan dan menerapkan

standar yang bisa di pertangungjawabkan.

Perusahaan berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang terus

menerus untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam semua kegiatan.

Page 25: Untuk Pendadaran KP.doc

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Pemboran sumur merupakan suatu kegiatan yang padat modal dan

berteknologi tinggi serta mempunyai resiko yang besar. Salah satu resiko ialah

apabila pemboran yang dilakukan tidak berhasil atau dry hole meskipun secara teknis

pemboran berjalan dengan lancar. Namun adakalanya hambatan yang terjadi

disebabkan oleh proses pemboran itu sendiri. Hambatan yang paling merugikan

adalah apabila terjadi semburan liar yang sering diikuti dengan terbakarnya seluruh

instalasi pemboran.

Semburan liar ini adalah peristiwa mengalirnya cairan formasi dari dalam

sumur secara tidak terkendali. Kejadian ini di awali dengan masuknya sedikit cairan

formasi kedalam lubang bor, yang biasanya disebut Kick. Bila Kick tidak dapat diatasi

secara baik maka dapat terjadi semburan liar (Blow Out).

A. Sebab-Sebab Well Kick

Well Kick adalah peristiwa dimana cairan formasi masuk kedalam lubang

bor bila well kick ini tidak segera ditangani secara benar akan mengakibatkan

semburan liar. Sebab-sebab Well Kick antara lain :

1. Lumpur pemboran terlalu ringan

Dalam hal ini tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan

formasi. Tekanan hidrostatis tergantung pada berat jenis (density) lumpur bor

Page 26: Untuk Pendadaran KP.doc

dan tinggi kolom lumpur. Secara matematik persamaan tekanan hidrostatis

adalah :

Ph = 0.052 x D x W

Dimana : Ph = Tekanan hidrostatis lumpur, psi

D = Kedalaman lubang bor, ft

W = Berat lumpur, ppg

Tekanan formasi digolongkan 3 klasifikasi yaitu :

1. Tekanan normal, dimana gradient tekanan formasi antara 0.433 – 0.465

psi/ft

2. Tekanan abnormal, dimana gradient tekan formasi lebih besar dari 0.465

psi/ft

3. Tekanan subnormal, dimana tekanan formasi mempunyai gradient yang

lebih kecil dari 0.433 psi/ft.

2. Swab Effect

Swab effect dapat terjadi pada saat mencabut rangkaian bor terlalu

cepat, viskositas lumpur yang tinggi dan clearance bit dengan dinding lubang

yang kecil. Kondisi ini menyebabkan lumpur yang berada diatas bit sulit

untuk turun kebawah sehingga seolah-olah antara lubang bor dan lubang

sumur seperti piston yang menyebabkan lubang dibawah bit menjadi vacum,

dan fluida formasi terhisap ke dalam lubang sumur. Fluida formasi ini

bercampur dengan lumpur sehingga menyebabkan berat jenis lumpur turun

atau menjadi lebih kecil.

Page 27: Untuk Pendadaran KP.doc

3. Squeeze Effect

Pada waktu menurunkan rangkaian bor terlalu cepat disertai dengan

lumpur yang kental dan clearance antara rangkaian bor dan dinding sumur

yang kecil akan terjadi squeeze effect atau efek tekan. Lumpur seolah-olah

tertekan ke formasi . Kalau tekanan hidrostatis melebihi tekanan rekah

formasi maka formasi akan pecah.

4. Menembus Formasi Gas

Pada waktu mata bor menembus formasi gas, cutting yang dihasilkan

berisi gas didalamnya. Gas tersebut keluar dari cutting lama-kelamaan banyak

terkumpul didalam lumpur dan menyebabkan berat jenis lumpur turun hingga

kurang dari tekanan reservoir (< Pr).

5. Hilang Lumpur (Lost Circulation)

Hilang lumpur ada kalanya terlalu besar sehingga permukaan lumpur

didalam lubang bor turun dan tekan hidrostatis lumpur dapat menjadi lebih

kecil daripada tekanan formasi. Hilang lumpur ini dapat terjadi karena

porositas formasi yang terlalu besar, formasi yang bergua (cavernous) atau

karena ada celah-celah dan retakan didalam formasi.

6. Pemompaan Yang Mendadak

Bila memulai sirkulasi kembali secara tiba-tiba, yaitu pemompaan

langsung pada tekanan tinggai akan dapat menyebabkan formasi mendapat

tekanan mendadak yang mengakibatkan formasi akan pecah dan lumpur

pemboran akan hilang kedalamnya.

Page 28: Untuk Pendadaran KP.doc

7. Viscositas Tinggi

Viscositas yang tinggi selain dapat mengakibatkan terjadinya squeeze

effect dan swab effect juga menyebabkan gesekan aliran lumpur yang tinggi

serta tekanan sirkulasi yang tinggi. Bila formasi tidak sanggup menahannya

maka formasi akan pecah.

B. Gejala Terjadinya Well Kick

Biasanya well kick diikuti dengan gejala-gejala yang dapat terlihat pada

peralatan kontrol. Gejala tersebut dapat terjadi satu-satu atau beberapa gejala

tampak sekaligus. Gejala-gejala tersebut adalah :

1. Kecepatan Pemboran Naik

Kecepatan pemboran dapat tiba-tiba naik atau drilling break yang

terjadi apabila pahat menembus formasi yang lebih lunak , tetapi mungkin

juga pahat menembus dengan tekanan tinggi sehingga perbedaan tekanan

hidrostatis dengan tekanan formasi berkurang. Kecepatan pemboran (ROP) =

f (Ph-Pf). makin kecil nilai (Ph- Pf), kecepatan pemboran akan naik. Bila (Ph-

Pf) < 0 maka cairan formasi akan masuk kedalam lubang bor.

2. Lost Circulation

Kehilangan lumpur yang cukup besar akan mengakibatkan turunnya

permukaan lumpur didalam lubang bor yang selanjutnya dapat mengakibatkan

well kick.

Page 29: Untuk Pendadaran KP.doc

3. Penambahan Volume Lumpur di Dalam Tanki.

Apabila terjadi penambahan lumpur didalam tanki maka ini

merupakan tanda yang jelas bahwa ada cairan formasi yang masuk ke dalam

lubang bor.

4. Pertambahan Kecepatan Aliran Lumpur

Bertambahnya kecepatan aliran yang datang dari dalam lubang

menandakan sudah terjadi kick. Kecepatan aliran lumpur dibaca oleh flow

sensor yang dipasang dengan flowline. Dengan masuknya fluida formasi

kedalam lubang bor maka kecepatan aliran yang mengalir di flowline akan

bertambah.

5. Berat Jenis Lumpur Turun

Bila terjadi kick di annulus, maka berat jenis lumpur akan turun.

Sehingga pada waktu mengukur berat jenis lumpur yang kembali dari dalam

lubang nilainya lebih kecil dari lumpur yang masuk kedalam lubang.

6. Tekanan Sirkulasi Rendah

Kalau hambatan pemompaan makin kecil maka akan menyebabkan

lumpur lebih mudah didorong, sehingga laju pemompaan bertambah.

7. Gas / Oil Cut Mud

Bila terdapat gelembung-gelembung gas atau lapisan minyak pada

permukaan lumpur ditanki, ini menunjukkan telah terjadi kick didalam lubang.

Page 30: Untuk Pendadaran KP.doc

C. Peralatan Deteksi Well Kick

Peralatan standar yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya well kick

adalah sebagai berikut :

1. Pit Level Indikator

Dipakai level measuring transducer pada setiap tanki lumpur sehingga

volume lumpur di tanki selalu dapat dipantau (Gambar 3)

(Sumber : PT. Medco E&P Indonesia)

GAMBAR 3

PIT LEVEL INDIKATOR

2. Pump Stroke Counter

Adalah alat penghitung jumlah langkah pompa yaitu untuk

menghitung kapasitas pemompaan pada setiap langkah pemompaannya.

Page 31: Untuk Pendadaran KP.doc

3. Flow Indikator

Terdapat pada flow line yaitu untuk mengamati adanya atau besarnya

aliran pada flow line.

4. Trip Tank

Untuk mengamati jumlah lumpur yang keluar atau masuk lubang bor

pada waktu operasi cabut masuk rangkaian bor ( Gambar 4 ).

( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )

GAMBAR 4

SUSUNAN TRIP TANK

5. Gas Chromatograph

Gas Chromatograph digunakan untuk menganalisa gas secara

kualitatif.

Page 32: Untuk Pendadaran KP.doc

D. Prosedur Menutup Sumur ( Shut-In Procedure )

Setelah diketahui adanya gejala kick maka kegiatan selanjutnya adalah

menutup sumur agar tidak menyembur keluar fluida yang ada di dalam lubang

sumur. Untuk menutup sumur ada prosedur yang harus diikuti yaitu :

1. Stop pemompaan lalu cek aliran, bila ada masih aliran maka berarti memang

telah terjadi kick.

2. Tutup Annular BOP

3. Buka HCR Valve di Choke Line

4. Catat tekanan di standpipe dan casing , serta penambahan volume di tanki

lumpur (Pit Gain)

E. Mematikan Sumur

1. Prinsip Operasi

Setelah diketahui bahwa terjadi kick sumur harus segera ditutup. Dan

semua persiapan cukup, maka tahap selanjutnya adalah mematikan sumur.

Maksud dari mematikan sumur adalah usaha agar dari dalam lubang bor tidak

ada fluida formasi yang dapat mengakibatkan blow out. Fluida formasi yang

tadinya mengisi lubang bor dibuang keluar dengan sirkulasi lumpur ( Gambar

5 ). Dalam mematikan sumur ada tiga cara atau metode penanganan di

lapangan yang dapat dilakukan adalah :

a. Driller’s Methode

b. Wait and Weight Methode

c. Concurrent Methode

Page 33: Untuk Pendadaran KP.doc

Dalam proses mematikan sumur ini diambil beberapa asumsi:

a. Pressure Drop dianggap terlalu kecil dibandingkan dengan pressure

drop dalam pipa bor, dan perubahan pressure drop di annulus juga

dianggap terlalu kecil dan diabaikan.

b. Lubang bor dianggap dalam keadaan tidak runtuh atau membesar.

2. Driller’s Methode

Cara ini sering disebut dengan two circulation methode yaitu :

a. Sirkulasi pertama mengeluarkan cairan kick dari dalam lubang bor

dengan lumpur lama.

b. Sirkulasi kedua mengganti lumpur lama dengan lumpur baru atau

lumpur berat.

3. Wait and Weight Methode

Cara ini juga sering disebut one circulation methode, intinya adalah

wait atau tunggu selama membuat lumpur bor dan sirkulasikan cairan kick

keluar dari lubang bor dengan lumpur berat. Untuk mengetahui berapa berat

lumpur yang harus ditambahkan dapat diperoleh dari Kill Sheet yaitu

lembaran rencana untuk mematikan sumur ( Lampiran C ).

4. Concurrent Methode

Dalam hal ini pemompaan dimulai dengan memompakan lumpur

lama, sementara sambil memompakan lumpur tersebut, lumpur diperberat.

Cara ini lebih cepat tetapi ada dua kegiatan yang harus dikerjakan pada saat

Page 34: Untuk Pendadaran KP.doc

yang bersamaan, yaitu memompakan lumpur dengan pola tertentu dan

mempeberat lumpur.

( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia)

GAMBAR 5

SISTEM SIRKULASI KICK

1

1 - Kick1 - Kick 2 - Closed BOP2 - Closed BOP 3 - Opened HCV 3 - Opened HCV 4 - Choke4 - Choke 5 - Gas Buster5 - Gas Buster 6 - Gas Vent ( away from rig )6 - Gas Vent ( away from rig )

23

4

5

6 7 (Bypass Line)

Page 35: Untuk Pendadaran KP.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

Semburan liar merupakan suatu peristiwa yang sangat merugikan dalam dunia

pemboran. Kejadian ini diawali dengan masuknya sedikit cairan formasi kedalam

lubang bor yang disebut well kick. Apabila well kick tidak dapat diatasi maka dapat

terjadi semburan liar. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh semburan liar adalah :

1. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi pemboran akan

habis terbakar.

2. Sumur yang telah mengalami semburan liar tidak dapat digunakan lagi

sehingga menyebabkan kehilangan biaya yang besar yang telah dikeluarkan

sebelum mengalami semburan liar.

3. Minyak dan gas terbakar dengan percuma sampai semburan liar

tersebut dapat dimatikan dengan kata lain hilangnya fluida reservoir.

4. Dapat menyebabkan kehilangan nyawa pekerja. Melihat begitu

besarnya kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian semburan liar, maka

perlu diperhatikan beberapa hal agar pemboran dapat berjalan dengan lancar dan

terjadinya semburan liar dapat dicegah sedini mungkin.

A. Perencanaan Sumur

Sebelum operasi pemboran dilakukan maka diperlukan perencanaan yang

baik yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran pemboran. Salah satunya

Page 36: Untuk Pendadaran KP.doc

adalah dalam hal pencegahan terjadinya semburan liar yang diawali dengan

terjadinya kick. Untuk itu maka diperlukan data-data yang lengkap dari daerah

yang akan dilakukan pemboran, sehingga dapat mengetahui kemungkinan

terjadinya semburan liar. Data-data yang diperlukan tersebut diperoleh dari tahap

eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya, atau dari data-data sumur yang

sudah dibor yang letaknya berdekatan dengan daerah yang akan dilakukan

pemboran.

B. Pada Waktu Operasi Pemboran

Selama operasi pemboran berlangsung, maka harus diperhatikan selalu

perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap penambahan kedalaman.

Perubahan-perubahan yang terjadi dapat diketahui pada peralatan pemboran yang

meliputi tanki lumpur, peralatan deteksi well kick. Jika pada saat operasi

pemboran terjadi perubahan-perubahan yang menunjukkkan akan terjadi kick

maka harus dapat ditangani dengan cepat dan tepat agar tidak sampai menjadi

semburan liar ( Gambar 6 ).

Pada waktu penarikan dan penurunan rangkaian bor harus dilakukan

secara hati-hati untuk menghindari terjadinya efek penyedotan atau penekanan

(swab dan squeeze). Density dari lumpur bor harus selalu dikontrol dan dijaga

agar tekanan hidrostatis tetap seimbang atau sedikit lebih besar (overbalance) dari

tekanan formasi ( Ph ≥ Pf ) sehingga cairan formasi tidak masuk kedalam lubang

bor. Dalam praktek lapangan diberikan faktor keselamatan sebesar sepuluh persen

Page 37: Untuk Pendadaran KP.doc

( 10 % ). Bila kondisi ini dapat terpenuhi maka kemungkinan semburan liar akan

dapat dihindarkan.

C. Pencegahan Terjadinya Kick

Untuk menghindarinya terjadinya kick maka yang diperhatikan adalah

sebagai berikut :

1. Mencabut rangkaian jangan terlalu cepat untuk menghindari terjadinya swab

effect.

2. Naikkan berat jenis lumpur sebelum menembus formasi gas dengan

menambahkan barite untuk menjaga agar tekan hidrostatis lebih besar dari

tekan reservoir ( Ph >Pr).

3. Hindari pemakaian lumpur dengan viskositas terlalu tinggi untuk menghindari

terjadinya squeeze effect, swab effect, gesekan aliran lumpur yang tinggi dan

tekanan sirkulasi yang tinggi.

4. Isi annulus pada saat pipa dicabut sebab lubang bor harus dijaga selalu penuh

agar tinggi kolom lumpur tidak turun untuk menjaga tekanan hidrostatis tidak

turun.

5. Hindari pemompaan awal yang tiba-tibat untuk menghindari terjadinya

pemompaan dengan tekanan yang langsung tinggi. Pada awal pemompaan

gunakan slow pump rate.

Page 38: Untuk Pendadaran KP.doc

Penyemenan harus baik terutama untuk formasi gas karena penyemenan

yang tidak baik dapat menyebabkan gas menembus annulus pipa selubung dan

dinding sumur.

D. Penanganan Well Kick

Dalam keadaan normal lubang bor akan selalu penuh dengan lumpur yang

memberikan tekanan hidrostatis kepada formasi.

Tekanan hidrostatis ini berfungsi untuk menahan tekanan formasi agar

cairan formasi tidak masuk kedalam lubang bor. Untuk ini diperlukan syarat agar

Ph > Pf . Dalam praktek lapangan diberikan faktor keselamatan sebesar sepuluh

persen ( 10 % ) yang dirumuskan:

Ph = 1.1 Pf

Keterangan : Ph = Tekanan Hidrostatis

Pf = Tekanan Formasi

Fungsi lain adalah untuk menahan dinding lubang bor agar tidak runtuh.

Karena pemboran menembus formasi maka cairan formasi dapat masuk dan

bercampur dengan lumpur bor. Bila fluida yang masuk jumlahnya sedikit maka

disebut water cut, oil cut, atau gas cut-in mud. Hal ini merupakan gejala bahwa

ada sesuatu yang tidak normal terjadi dalam lubang bor yang kemungkinan dapat

menyebabkan terjadinya well kick. Bila cairan formasi yang tercampur dalam

Page 39: Untuk Pendadaran KP.doc

lumpur cukup banyak maka disebut influx, yang bila tidak ditangani dengan baik

akan dapat menjadi kick dan berakhir menjadi semburan liar.

Pencegahan terhadap semburan liar dapat dikelompokkan pada masalah

lumpur serta cara kerja yang baik. Dalam pemboran diperlukan lumpur yang baik

untuk membersihkan lubang bor, menahan tekanan formasi dan menghindari

terjadinya efek penyedotan atau penekanan (swab dan squeeze).

Drilling Break

Loss Circulation

Penambahan Volume Lumpur di Dalam Tanki

Pertambahan Kecepatan Aliran Lumpur

Berat Jenis Lumpur Turun

Operasi Pemboran

Angkat Kelly Sampai Diatas Rotary Table, Lalu Stop Pompa

Lumpur Dari Sumur Masih Mengalir ?

Tidak

Teruskan Pemboran

Buka Hidrolik Choke Valve, Tutup Annular BOP

Ya

Catat : - Tekanan di standpipe- Tekanan di casing- Penambahan

Lumpur

Buat Kill Sheet

Page 40: Untuk Pendadaran KP.doc

( Sumber : PT. Medco E&P Indonesia )

GAMBAR 6

SKEMA PENGENDALIAN KICK

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Well Kick adalah masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor namun masih

bisa terkendali.

2. Blow Out adalah mengalirnya fluida formasi dari dalam lubang bor ke

permukaan tanah secara tidak terkendali sehingga dapat menimbulkan

kerugian baik materi maupun kehilangan jiwa.

3. Tanda-tanda akan terjadinya kick adalah drilling break, pertambahan volume

di tank lumpur, pertambahan kecepatan aliran lumpur dari dalam lubang bor,

berat jenis lumpur turun, dan tekanan sirkulasi rendah.

4. Bila telah ada gejala kick maka segera lakukan pengecekan terhadap aliran

lumpur dan segera tutup sumur.

5. Ada tiga ( 3 ) metode untuk mengeluarkan fluida kick dari lubang sumur yaitu

driller’s methode, wait and weight methode, dan concurrent methode.

Matikan Sumur

Page 41: Untuk Pendadaran KP.doc

6. Agar tidak terjadi kick maka di lapangan diberikan faktor keamanan ( safety

factor ) sebesar sepuluh persen ( 10 % ) terhadap tekanan hidrostatis lumpur,

sehingga tekanan hidrostatis lebih besar dari tekanan formasi.

B. Saran

1. Peralatan dan prosedur untuk mengetahui gejala well kick

sedini mungkin harus ada pada setiap operasi pemboran.

2. Lakukan pengecekan dan test pada semua peralatan

pencegah semburan liar.

3. Well kick merupakan kejadian yang dapat merugikan,

karena itu harus ditangani secara cepat dan tepat agar tidak menjadi semburan

liar.

4. Tenaga pelaksana yang terlibat dalam operasi pemboran

harus mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menanggani well kick.

5. Semua personil yang terlibat dalam operasi rig pemboran

harus mempunyai pengetahuan tentang well control

Page 42: Untuk Pendadaran KP.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. ---, 1982, Practical Well Control, Petroleum Extension Service, the University of Texas, Austin

2. ---, 1980, Blowout Prevention , Petroleum Extension Service, Houston, Texas, Third Edition

3. ---, 2002, Guide To Blowout Prevention , Well Control School, Lousiana.

4. A. Mudofir, S.T., 2004, Well Control Equipment, Pusdiklat Migas Cepu,

5. Sudarsono, Ir., 2004, Hole Problem dan Pengendalian Tekanan Formasi, Kursus Teknik Pemboran, Pusdiklat Migas, Cepu.

Page 43: Untuk Pendadaran KP.doc

LAMPIRAN A

KAJI-SEMOGA PLANT

Page 44: Untuk Pendadaran KP.doc

LAMPIRAN C

KILL SHEET

Page 45: Untuk Pendadaran KP.doc

LAMPIRAN B

DRILLING PROGRAM