untitled
DESCRIPTION
UntitledTRANSCRIPT
ANALISA KADAR BESI (Fe) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI IPA SUNGGAL
TUGAS AKHIR
OLEH : TIARA SARI SURBAKTI
NIM : 112410029
2014
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
ANALISA KADAR BESI (Fe) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI IPA SUNGGAL
Abstrak
Air baku untuk PDAM Tirtanadi sunggal adalah air sungai yang berasal dari sungai Belawan digunakan melalui beberpa tahapan, penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadap, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.
Air Reservoir adalah air yang telah melalui berbagai proses pengolahan dan dapat digunakan sebagai air minum, air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen.
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+ atau Fe3+. Kandungan maksimal ion Fe (Fe2+,Fe3+) pada air baku dan reservoir adalah 0,3 mg/L menurut Permenkes No. 492 /Per/Menkes/IV/ 2010. kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan faktor lingkungan dan area yang dilalui sungai tersebut. Karena sudah banyak permukiman, sehingga sungai tercemar zat kimia salah satunya besi ( Fe ).
Fe dapat ditentukan kadarnya secara kolorimetri dengan menggunakan ferro ver iron powder pillow, kemudian akan menghasilkan warna merah jingga pada sampel.Dari hasil analisis Besi ( Fe ) di dalam air baku diperoleh kadar 0,74 mg/l dan di dalam air reservoir diperoleh kadarn 0,13 mg/l. Kata Kunci : Air Baku, Air Reservoir, Besi ( Fe ),Kolorimetri.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 3
1.2.1 Tujuan ............................................................................ 3
1.2.2 Manfaat .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Air ................................................................................................. 4
2.2 Macam-Macam Air Menurut Farmakope ...................................... 5
2.2.1 Aqua Demineralisata ...................................................... 5
2.2.2 Aqua Destilarta .............................................................. 5
2.2.3 Aqua Pro Injections ...................................................... 5
2.2.4 Aqua Aromatika ........................................................... 5
2.2.5 Aqua Purificata............................................................. 5
2.2.6 Aqua Steril Pro Injections ............................................ 6
2.3 Sumber-Sumber Air .................................................................... 6
2.3.1. Air Laut ......................................................................... 6
2.3.2. Air Hujan ...................................................................... 6
2.3.3. Air Permukaan .............................................................. 7
2.3.4.Air Tanah ....................................................................... 7
2.3.5. Mata Air ........................................................................ 7
2.4 Pengolahan Air Di Pdam Tirtanadi Sunggal ............................ 7
2.5 Syarat Fisika Air Minum .......................................................... 11
2.6 Syarat Kimia Air Minum .......................................................... 12
2.7 Logam Besi ............................................................................... 13
2.8 Teori Umum Kolorimetri .......................................................... 14
2.8.1. Penetapan Kadar Besi Dalam Air
Secara Kolorimetri ................................................................. 15
BAB III METODE PENGUJIAN ................................................................. 16
3.1 Tempat ............................................................................. 16
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ...................................................... 16
3.2.1 Sampel ................................................................... 16
3.2.2 Alat ....................................................................... 16
3.2.3 Bahan .................................................................... 17
3.3 Prosedur ................................................................................ 17
3.3.1 Prosedur Analisa Besi ( Fe ) ................................. 17
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 19
4.1 Hasil ................................................................................... 19
4.2 Pembahasan ....................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 20
5.2 Saran ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22
LAMPIRAN ................................................................................................ 23
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Fe ............................................................ 23
Lampiran 2. Gambar Alat Colorimeter DR/890 ........................................ 27
Lampiran 3.Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor 492/Menkes/Per/Iv/2010 Tanggal 1 April 2010 ............................ 28
BAB I
ANALISA KADAR BESI (Fe) PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI IPA SUNGGAL
Abstrak
Air baku untuk PDAM Tirtanadi sunggal adalah air sungai yang berasal dari sungai Belawan digunakan melalui beberpa tahapan, penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadap, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.
Air Reservoir adalah air yang telah melalui berbagai proses pengolahan dan dapat digunakan sebagai air minum, air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen.
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+ atau Fe3+. Kandungan maksimal ion Fe (Fe2+,Fe3+) pada air baku dan reservoir adalah 0,3 mg/L menurut Permenkes No. 492 /Per/Menkes/IV/ 2010. kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan faktor lingkungan dan area yang dilalui sungai tersebut. Karena sudah banyak permukiman, sehingga sungai tercemar zat kimia salah satunya besi ( Fe ).
Fe dapat ditentukan kadarnya secara kolorimetri dengan menggunakan ferro ver iron powder pillow, kemudian akan menghasilkan warna merah jingga pada sampel.Dari hasil analisis Besi ( Fe ) di dalam air baku diperoleh kadar 0,74 mg/l dan di dalam air reservoir diperoleh kadarn 0,13 mg/l. Kata Kunci : Air Baku, Air Reservoir, Besi ( Fe ),Kolorimetri.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai Belawan merupakan sumber air baku untuk PDAM Tirtanadi
Sunggal, Sungai Belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan
melintasi Kecamatan Sunggal telah melewati banyak permukiman. Sehingga
kemungkinan air sungai Belawan sudah tercemar oleh sampah hasil
pembuangan masyarakat sekitar baik sampah rumah tangga maupun sampah
industri rumah tangga.
Sampah berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik ( sampah yang dapat diuraikan )
yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, daun kering, dan
sebagainya. Sampah anorganik ( sampah yang tidak dapat diuraikan ) yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, botol, gelas, salah
satunya kaleng yang sudah berkarat dan sebagainya. Sehingga aliran sungai
Belawan sudah tercemar oleh sampah anorganik yaitu besi yang terdapat
dalam kaleng yang berkarat tersebut ( Azwar,1996 ).
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+ atau
Fe3+. Kandungan maksimal ion Fe (Fe2+,Fe3+). Besi dalam air berbentuk ion
bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+) . Dalam bentuk ikatan dapat
berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur lain yang
mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari
dalam tanah sendiri di samping dapat pula berasal dari sumber lain
(Widowati, 2008).
Kadar besi dalam air baku menurut persyaratan yang telah ditetapkan
adalah 0,3 mg/l dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tanggal 14 Desember
Tahun 2001. Kadar besi dalam air hasil olahan ataupun air reservoir menurut
persyaratan yang telah ditetapkan adalah 0,3 mg/l dalam PERMENKES No.
492/ Menkes/Per/Iv/2010 Tanggal 19 April Tahun 2010 tentang persyaratan
kuliatas air minum.
Prinsip dasar metode kolorimetri adalah tercapainya kesamaan warna
bila jumlah penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi larutan persis sama.
Metode ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun
komponen yang belum berwarna. Namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat mengasilkan senyawa berwarna yang merupakan
fungsi dari kandungan komponennya ( Basset,1994 ).
Oleh karena itu saya tertarik untuk mengetahui kadar besi yang terdapat
pada air sungai Belawan yang digunakan untuk pengolahan di PDAM
Tirtanadi Sunggal menggunakan metode kolorimetri.
1.2 Tujuan Dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa kadar besi (Fe) yang
terdapat dalam air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dan untuk mengetahui
apakah air baku memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah No. 82 Tanggal 14 Desember Tahun 2001.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah berapa kadar besi (Fe) yang
terdapat dalam air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dan untuk
mengetahui apakah air baku memenuhi persyaratan yang ditetapkan
PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
1.2.2 Manfaat
Penetapan kadar besi (Fe) bermanfaat untuk menambah wawasan penulis
mengenai cara menganalisa besi (Fe) pada air baku dan air reservoir yang terdapat
di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal serta bermanfaat dalam mengetahui kualitas
baku mutu untuk air baku dan air reservoir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
( zat padat, air, atmosfer ). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya
30% berupa daratan ( dilihat dari permukaan bumi ). Udara mengandung uap air
sebanyak 15% di dalam atmosfer ( Gabriel, 2001 ).
Air memegang peranan penting dalam suatu komunitas, karena
penyediaan air merupakan suatu persyaratan penting bagi terbentuknya suatu
komunitas yang permanen. Air murni adalah berupa zat cair yang tidak
mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari unsur hidrogen dan unsur
oksigen dengan rumus kimia H2O. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya
berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari ( Linsley, 1986 ).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat
digantikan dengan senyawa lain. Sesuai fungsinya, air digunakan untuk berbagai
keperluan seperti : untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri,
pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik
di sungai maupun laut ( Linsley, 1986 ).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin menigkatnya
kesadaran akan kesehatan lingkungan, maka kebutuhan ini tidak diimbangi
dengan meningkatnya ketersediaan air bersih yang cenderung menurun, terutama
kualitas air yang memburuk. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pengolahan
untuk memenuhi standar kualitas air yang telah ditetapkan ( Azwar, 1995 ).
2.2 Macam-Macam Air Menurut Farmakope
2.2.1 Aqua Demineralisata
Aqua demineralisata adalah air yang telah dihilangkan kation dan
anionnya ( FI ed III, 1979 ).
2.2.2 Aqua Destillata
Aqua destilata adalah air hasil penyulingan tidak sama dengan air mineral,
bahkan tidak ada kandungan mineralnya ( FI ed III, 1979 ).
2.2.3 Aqua Pro Injections
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan
dengan cara sterilisasi A atau C ( FI ed III, 1979 ).
2.2.4 Aqua Aromatika
Aqua aromatika adalah adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat
yang beraroma dalam air. Air aromatika harus mempunyai bau dan rasa yang
menyerupai bahan asal, bebas bau, tidak berwarna dan tidak berlendir
( FI ed II, 1972 ).
2.2.5 Aqua Purificata ( Air Murni )
Air murni adalah air ang dimurnikan dengan proses destilasi, perlakuan
dengan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai.
Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat
tambahan lain ( FI ed IV,1995 ).
2.2.6 Aqua Sterile Pro Injectione ( Air Steril Untuk Injeksi )
Adalah air untuk injeksi yang disterilkan disebut juga aqua bidestilata dan
dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau
bahan tambahan lainnya ( FI ed IV,1995 ).
2.3 Sumber-Sumber Air
Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk
penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air
bersih tidak akan berfungsi. Berikut ini adalah 5 macam sumber air minum yang
dapat digunakan:
2.3.1 Air Laut
Air ini rasanya asin karena mengandung garam NaCl. kadar garam NaCl
dalam air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk
diminum ( Sutrisno, 2004 ).
2.3.2 Air Hujan
Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air
hujan baru mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan
juga mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-
bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
2.3.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi, Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang kayu, daun, kotoran industri dan lainnya. Untuk
meminumnya harus melewati proses pembersihan yang sempurna
( Sutrisno, 2004).
2.3.4 Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zona jenuh
dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer
( Sutrisno, 2004 ).
2.3.5 Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah dengan hampir tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitasnya sama
dengan air dalam ( Sutrisno, 2004 ).
2.4 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal
Proses pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Sunggal
memerlukan unit-unit pengolahan. Unit-unit serta proses pengolahan air yang
terdapat di IPA Sunggal adalah sebagai berikut:
1. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu
di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung
air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar
sungai) dan tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel)
berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur
ketinggian air masuk ke intake. Bendungan dibuat dengan sistem melintang.
2. Intake
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadap air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan
kasar) yang berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran
besar ( > 10 cm) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah
masuknya kotoran–kotoran maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus
sungai ( > 5 cm). Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu ketinggian air
(sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan
saringan dilakukan secara periodik dan manual untuk menjaga kestabilan air
masuk.
3. Raw Water Tank (RWT)
Raw water tank atau bak air baku merupakan bangunan yang dibangun
setelah intake yang terdiri dari dua unit (empat sel). Setiap unit berdimensi 50 m x
25 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet
gate, sluice gate dan pintu bilas dua buah. Raw water tank berfungsi sebagai
tempat pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai
dengan sistem sedimentasi (pengendapan alamiah). Di IPA Sunggal volume air
baku pada dua RWT memiliki ± 14.000 m3. Waktu pengendapan (detention time)
untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar
menghasilkan air baku dengan turbidity (kekeruhan) rendah. Tiap sel dalam raw
water tank dibersihkan sekali dalam empat bulan, dan dilakukan secara bergilir
setiap bulannya. Hal ini dilakukan agar proses pengolahan air terus berjalan,
karena pada saat melakukan pembersihan, sel Raw Water Tank ditutup, sehingga
air baku dari intake tidak dapat masuk. Pembersihan sel Raw Water Tank
dilakukan pada malam hari secara manual dengan menggunakan nozle dan
dibuang ke lagoon.
Di Raw Water Tank ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut
prechlorination. Prechlorination berfungsi mengoksidasi zat-zat organik,
anorganik dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) dan membunuh spora
dari lumut, jamur dan juga menghilangkan polutan-polutan lainnya. Dosis klorin
yang diberikan adalan 2-3 g/m3 air, tergantung pada turbidity air.
4. Raw Water Pump (RWP)
Raw Water Pump atau pompa air baku berfungsi untuk memompakan air
dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas
setiap pompa adalah 110 l/detik dengan rata-rata 18 m, memakai motor AC
nominal 75 KW.
5. Clearator (Clarifier)
Bangunan clearator terdiri dari lima unit dengan kapasitas masing-masing
400 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang
bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator dilengkapi
dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter.
Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya
secara otomatis.
6. Filter
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan (lolos)
dari clearator. Filter yang dipakai di IPA Sunggal adalah sistem penyaringan
permukaan (surface filter). Filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya
berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter)
berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter
ini berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter.
7. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton dibawah tanah berdimensi 50 m x
40 m x 4 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah
melewati media filter. IPA Sunggal mempunyai dua buah reservoir (R1 dan R2)
dengan kapasitas total 12.000 meter3. Reservoir berfungsi untuk menampung air
bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi sebagai tempat
penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi
klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh untuk menetralisasi pH air karena
dengan adanya kandungan alum dalam air akan membuat pH air bersifat asam.
Kapur disalurkan dari saturator. Saturator adalah sebuah tabung besar yang
merupakan terminal larutan kapur untuk diinjeksikan ke air hasil olahan. Di
PDAM Tirtanadi terdapat dua saturator yang dialirkan ke masing-masing
reservoir 1 dan reservoir 2.
8. Finish Water Pump (FWP)
Finish water pump (FWP) IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi
untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir
distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi lima
jalur dengan kapasitas 150 liter/detik. Air hasil olahan tersebut dapat
didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan kualitas
air, perlu dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak diperlukan
agar kualitas air bersih dapat dijamin sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi aspek fisika,
kimia dan mikrobiologi.
9. Lagoon
Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengelohan dialirkan
ke lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman
dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah
diterapkan sejak tahun 2002 di IPA Sunggal dengan kapasitas 9.600 m3
(berdimensi 80 x 40 m).
Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah sebagai tempat lumpur .
jika sel telah penuh, lumpur akan disedot ke atas dan digunakan untuk menimbuh
tanah sekitar lagoon. Air dari sel pertama ini akan dialirkan ke sel berikutnya yang
difiltrasi dengan batu bronjong. Air dari sel kedua ini difiltrasi lagi dengan batu
benjong ke sel ketiga pada tiap-tiap unit produksi, dibuang ke lagoon untuk
diproses lagi menjadi air bersih. Sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke
badan air apabila sudah memasuki intake.
2.5 Syarat Fisik Air Minum
Air tidak boleh berwarna
Air tidak boleh berasa
Air tidak boleh berbau
Suhu air hendaknya dibawah udara sejuk (± 250C)
Air harus Jernih
2.6 Syarat Kimia Air Minum
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
Menururt Gabriel (2001), syarat air minum standart internasional ditunjukkan
dalam tabel berikut :
Syarat Air Minum Standart Internasional Kandungan kimia Diperkenankan Maksimum (kelebihan)
Total Solid 500 mg/l 1500 mg/l
Warna 5 unit 50 unit
Kekeruhan 5 unit 25 unit
Rasa Tidak berasa -
Bau Tidak berbau -
Besi ( Fe ) 0,3 mg/l 1 mg/l
Mangan ( Mn ) 0,1 mg/l 0,5 mg/l
Tembaga ( Cu ) 1,0 mg/l 1,5 mg/l
Zink ( Zn ) 5,0 mg/l 15 mg/l
Calcium ( Ca ) 75 mg/l 200 mg/l
Magnesium ( Mg ) 50 mg/l 150 mg/l
Sulfate ( SO4 ) 200 mg/l 400 mg/l
Chloride ( Cl ) 200 mg/l 600 mg/l
Ph 7 – 8,5 < 6,5 atau > 9,2
Magnesium dan sodium sulfate
500 mg/l 1000 mg/l
Phenolic substans 0,001 mg/l 0,002 mg/l
Dalam peraturan menteri kesehatan nomor 492/Menkes/per/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum tertera pada lampiran 3 halaman 28.
2.7 Logam Besi
Besi adalah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada dalam air dapat bersifat :
Terlarut sebagai Fe2+ (Fero) atau Fe3+ (Feri)
Tersuspensi sebagai butir koloidal ( diameter < 1 µm ) atau lebih besar
Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganik ( seperti
tanah liat ) (Kusnaedi, 2006).
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi
dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini
dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. Dalam air minum
Fe menimbulkan rasa, warna ( kuning ), pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan. Zat besi merupakan suatu komponen
dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di
dalam tubuh. Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin, yang
memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan menghantarkannya ke
jaringan tubuh ( Susilawati, 2011).
Besi merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan
oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh
1.5380 C, dan titik didih 2.8610 C. Fe menempati urutan sepuluh besar sebagai
unsur bumi. Fe menyusun 5 – 5,6 % dari kerak bumi dan menyusun 35% dari
masa bumi. Fe menempati berbagai lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat
pada lapisan terluar kerak bumi. Beberapa tempat di bumi bisa mengandung Fe
mencapai 70% (Widowati, 2008).
2.8 Teori Umum Kolorimetri
Adalah suatu metode analisis kimia yang didasarkan pada tercapainya
kesamaan warna antara larutan sampel dan larutan standar. Dengan
menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detector mata.
Persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorbsi sinar tampak
adalah larutan harus berwarna. Oleh karena itu metode spektroskopi sinar
tampak disebut juga dengan metode kolorimetri dan alatnya disebut kolorimeter.
Kolorimeter didasarkan pada perubahan warna larutan yang sebanding dengan
perubahan konsentrasi komponen pembentuk larutan. Oleh karena itu aspek
kuantitatif merupakan tujuan pengukuran dengan metode ini.
Prinsip dasar dari metode kolorimetri visual adalah tercapainya kesamaan
warna bila jumlah molekul penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi larutan
persis sama. Metode ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna
ataupun komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan
fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti
jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah
sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.
Pemilihan metode kolorimetri untuk penetapan kadar didasarkan pada :
1. Metode kolorimetri sering kali akan memberikan hasil yang lebih tepat
pada konsentrasi rendah dibandingkan gravimetri , juga dapat lebih
sederhana dilakukannya.
2. Metode kolorimetri sering kali dapat diterapkan pada kondisi dimana tidak
terdapat prosedur gravimetri yang tepat.
3. Kolorimetri mempunyai keunggulan untuk penetapan rutin dari beberapa
komponen ( Basset, 1994 ).
2.8.1 Penetapan Kadar Besi Dalam Air Secara Kolorimetri
Larutan besi dapat diukur menggunakan alat kolorimetri. Cara pengujian
kadar besi didalam air dengan menggunakan kolorimetri fotolistrik. Dalam
metode ini menggunakan pereaksi ferro ver iron powder pillow untuk menjamin
stabilitas dari pereaksi. Ferro ver merupakan pereaksi yang berisi sodium
metabisulfite yang dikemas dalam bentuk powder pillow. Komponen zat pereaksi
ini akan bereaksi dengan besi dalam sampel sehingga membentuk warna merah
jingga. Intensitas warna yang terbentuk tergantung pada jumlah Fe yang terdapat
dalam sampel.
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat
Penetapan kadar Besi ( Fe ) dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirtanadi Sunggal, bagian Instalasi Pengolahan Air (IPA) di laboratorium
Pengendalian Mutu yang bertempat di Jln. Pekan Sunggal No. 1a Medan
Sunggal.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan
3.2.1 Sampel
Air baku untuk PDAM Tirtanadi sunggal adalah air sungai yang berasal dari
sungai Belawan digunakan melalui beberpa tahapan, penyedia air baku, meliputi
bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadap, alat pengukuran,
dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana
pembawa serta perlengkapannya.
Air Reservoir adalah Air yang telah melalui berbagai proses pengolahan
sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas
dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada
konsumen.
3.2.2 Alat
- Colorimeter DR/ 890
- Kuvet 25 ml
- Pipet volum 10 ml
3.2.3 Bahan
- Sampel air baku
- Sampel air reservoir
- ferro ver iron powder pillow
- tisu
3.3 Prosedur Analisa Kadar Besi
1. Dihidupkan DR/890 Colorimeter
2. Ditekan “PRGM” dan tekan tombol “3” dan “3” untuk analisa besi
3. Ditekan “ENTER” layar akan menampilkan mg/l Fe
4. Diisi kuvet pertama (sebagai blanko) dan kuvet kedua (sebagai sampel)
dengan 10 ml sampel air dengan menggunakan pipet volume, lakukan
sebanyak tiga kali.
5. Ditambahkan 1 bungkus Ferro ver iron powder pillow ke dalam kuvet,
sampel diaduk hingga larut.
6. Ditekan “TIMER” kemudian “ENTER” ditunggu selama 3 menit.
7. Dimasukkan kuvet blanko yang telah dibersihkan dengan tisu ke tempat
dudukan kuvet dan ditutup, lakukan sebanyak tiga kali.
8. Ditekan “ZERO” kemudian layar akan menampilkan 0.00 mg/l Fe
9. Dimasukkan kuvet sampel yang telah dibersihkan dengan tisu ke tempat
dudukan kuvet dan ditutup, lakukan sebanyak tigakali.
10. Ditekan “READ” dicatat hasil analisa besi yang ditampilkan di layar.
Kemudian dihitung kadar rata-rata dan data yang diambil adalah rata-
rata dari deviasi terkecil. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran
I halaman 23 – 26.
11. Ditampung sisa sampel yang telah tercemar bahan kimia dan sisa
kemasan bahan kimia yang baru atau yang kadaluarsa ke dalam wadah
yang aman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kadar besi ( Fe ) dalam air baku dan air reservoir pada tanggal 26 Februari 2014
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kadar Analisa Sampel No Sampel Air Baku Kadar (mg/l) Deviasi (%) Kadar
Sebenarnya (%)
1 Percobaan I 0,72 3,7 -
2 Percobaan II 0,74 0 0,74
3 Pecobaan III 0,73 3,7 -
Sampel Air Reservoir Kadar Deviasi
4 Percobaan I 0,14 1,36 -
5 Percobaan II 0,13 0 0,13
6 Percobaan III 0,14 1,36 -
4.2 Pembahasan
Dari tabel diatas kadar besi (Fe) dalam air baku yaitu 0,74 mg/l, hasil ini
menunjukkan bahwa kadar besi (Fe) dalam air baku melebihi kadar maksimal air
baku yaitu 0,3 mg/l menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tanggal 14 Desember
Tahun 2001, berarti air baku yang digunakan PDAM Tirtanadi Sunggal sudah
tercemar. Hal ini dikarenakan air yang digunakan air sungai Belawan yang
berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal telah
melewati banyak permukiman sehingga air sungai telah tercemar.
Kadar besi ( Fe ) dalam air reservoir ataupun air hasil olahanan yaitu 0,13
mg/l. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar besi dalam air hasil olahan lebih kecil
dari kadar maksimal air reservoir yaitu 0,3 mg/l menurut PERMENKES
No.492/Menkes/Per/Iv/2010 Tanggal 19 April Tahun 2010. Maka dari itu
PDAM Tirtanadi Sunggal sudah baik dalam proses pengolahan air sehinga air
hasil olahannya layak di konsumsi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Kadar besi dalam air baku adalah 0,74 mg/l, dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa air baku yang digunakan telah melewati batas kadar yang ditentukan yaitu
0,3 mg/l menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tanggal 14 Desember Tahun
2001.
- Kadar besi dalam air reservoir adalah 0,13 mg/l lebih rendah dari kadar
maksimum yaitu 0,13 mg/l menurut PERMENKES No. 492/Menkes/Per/2010
Tanggal 19 April Tahun 2010.
5.2 Saran
- Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal mencari alternatif lain pengganti
sumber air baku karena sumber air baku sungai Belawan pada tanggal 26
Februari 2014 yang digunakan telah tercemar.
- Disarankan kepada pemerintah agar mengelola permukiman yang
berada di sekitar aliran sungai Belawan agar tidak membuang sampah rumah
tangga maupun limbah industri rumah tangga tidak masuk ke dalam aliran
sungai Belawan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. ( 1996 ). Penghantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya. Halaman 31 - 32. Basset. ( 1994 ). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC Hal : 863 - 865.
Departemen kesehatan R.I. ( 1979 ) , Farmakope Indonesia ed.III, Jakarta. Halaman 96 - 97.
Departemen Kesehatan R.I. ( 1995 ) , Farmakope Indonesia ed. IV, Jakarta. Halaman 112.
Gabriel, J.F. ( 2001 ). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 38, 79 - 86.
Khopkar, S.M. ( 2007 ). Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : Indonesia University Press. Halaman 52 – 53, 57.
Kusnaedi. G. ( 2006 ). Belajar Dari Proses Pengolahan Air Minum Di IPA Sunggal. Buletin Tirtanadi ( Butir ). No. 4 : Halaman 7.
Linsley, K. R. ( 1986 ). Teknik Sumber Daya Air. Surabaya: Erlangga. Halalaman 99.
Ryadi. S. ( 1984 ). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halalaman 65. Sutrisno, T. ( 2002 ). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta. Halaman 1 - 2, 8, 12 - 19, 52 - 60. Widowati, W. ( 2008 ). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Andi. Halaman 209 -
210, 224 - 226, 230 - 234, 238.
Lampiran 1
Perhitungan kadar besi ( Fe ) dalam air baku pada tanggal26 Februari 2014
sebagai berikut.
Kadar besi dalam air baku
Percobaan 1 = 0,72 mg/l
Percobaan 2 = 0,74 mg/l
Percobaan 3 = 0,73 mg/l
Rata-Rata kadar besi dalam air baku
Rata-rata kadar besi percobaan 1 dan 2 ( Krt1) = (k1 + k2) x ½
= (0,72 + 0,74) x ½
= 0,73 mg/l
Deviasi kadar besi percobaan 1 dan 2 =
= x 100%
= 1,36 %
Rata-rata kadar besi percobaan1 dan 3 ( Krt2) = (k1 + k3) x ½
= (0,72 + 0,73) x ½
= 0,725 mg/l
Deviasi kadar besi percobaan 1 dan 3 =
= x 100%
= 0 %
Deviasi kadar besi percobaan 1 dan 3 =
HalamanKe 2 lanjutanLampiran I
= x 100%
= 0 %
Rata-rata kadar besi percobaan 2 dan 3 ( Krt1) = (k2 + k3) x ½
= (0,74 + 0,73) x ½
= 0,735 mg/l
Deviasi kadar besi percobaan 2 dan 3 =
= x 100%
=1,36 %
Dari hasil perhitungan yang di peroleh, maka kadar air baku yang diambil adalah
rata-rata 1 dan 3 yaitu 0,725 mg/l dengan deviasi terendah 0%.
Perhitungan kadar besi( Fe ) dalam air reservoir padatanggal 26 Februari 2014
sebagai berikut.
Kadar besidalamAir Reservoir Percobaan 1 = 0,14 mg/l
Percobaan 2 = 0,13mg/l
Percobaan3 = 0,14 mg/l
Rata – rata kadarbesidalamAir Reservoir
Rata-rata kadar besi percobaan1 dan 2 ( Krt1) = (k1 + k2) x ½
= (0,14 + 0,13) x ½
HalamanKe 3 lanjutanLampiran I
= 0,135 mg/l
Deviasi kadar besi percobaan 1 dan 2 =
= x 100%
= 3,7 %
Rata-rata kadar besi percobaan1 dan 3 ( Krt2) = (k1 + k3) x ½
= (0,14+ 0,14) x ½
= 0,14 mg/l
Deviasi kadar besi percobaan 1 dan 3 =
= x 100%
= 0 %
Rata-rata kadarbesipercobaan2 dan 3 ( Krt3) = (k2 + k3) x ½
= (0,13 + 0,14) x ½
= 0,135 mg/l
Deviasi kadar besi percobaan 2 dan 3 =
= x 100%
= 3,7 %
Dari hasil perhitugan yang di peroleh, makakadarair reservoir yang diambil adalah
kadar rata-rata air baku 1dan 3 yaitu0,14 mg/l dengan deviasi terendah 0%.
Halaman Ke 4 lanjutan Lampiran I
Hasil Perhitungan Kadar Besi DalamSampel Kedalam Bentuk Tabel Sebagai
Berikut
No Sampel Air Baku Kadar (mg/l)
Deviasi
( % )
Kadar sebenarnya ( % )
1 PercobaanI 0,72 3,7 -
2 Percobaan II 0,74 0 0,74
3 PecobaanIII 0,73 3,7 -
Sampel Air Reservoir
Kadar Deviasi
4 PercobaanI 0,14 1,36 -
5 PercobaanII 0,13 0 0,13
6 PercobaanIII 0,14 1,36 -
Keterangan : 1. Data Percobaan Air Baku 1 Dan 2
2. Data PercobaanAir Baku 1 Dan 3
3. Data PercobaanAir Baku 2 Dan 3
4. Data Percobaan Air Reservoir 1 Dan 2
5. Data Percobaan Air Reservoir 1 Dan 3
6. Data Percobaan Air Reservoir 2 Dan 3
Lampiran 2
Gambar. Alat Colorimeter DR/890
Lampiran 3
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010
Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
I. PARAMETER WAJIB
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi 1 ) E. Coli Jumlah per
100 ml sampel 0
2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel
0
b. Kimia an – organik 1 ) Arsen mg/l 0,01 2 ) Flourida mg/l 1,5 3 ) Total Kromium mg/l 0,05 4 ) Kadmium mg/l 0,003 5 ) Nitrit, ( sebagai NO2
- ) mg/l 3 6 ) Nitrat, ( sebagai NO3
- ) mg/l 50 7 ) Sianida mg/l 0,07 8 ) Selenium mg/l 0,1 2 Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik 1 ) Bau Tidak berbau 2 ) Warna TCU 15 3 ) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/l 500 4 ) Kekeruhan NTU 5 5 ) Rasa Tidak berasa 6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3 b. Parameter Kimiawi 1 ) Aluminium mg/l 0,2 2 ) Besi mg/l 0,3 3 ) Kesadahan mg/l 500 4 ) Khlorida mg/l 250 5 ) Mangan mg/l 0,4
6 ) Ph 6,5 – 8,5 7 ) Seng mg/l 3 8 ) Sulfat mg/l 250 9 ) Tembaga mg/l 2 10 ) Amonia mg/l 1,5
II. PARAMETER TAMBAHAN
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
1 KIMIAWI
a. Bahan Anorganik Air Raksa mg/l 0,001 Antimon mg/l 0,02 Barium mg/l 0,7 Boron mg/l 0,5 Molybdenum mg/l 0,07 Nikel mg/l 0,07 Sodium mg/l 200 Timbal mg/l 0,01 Uranium mg/l 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik ( KMnO4 ) mg/l 10 Deterjen mg/l 0,05 Chlorinated alkanes Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02 1,2-Dichloroethane mg/l 0,05 Chlorinated ethenes 1,2-Dichloroethene mg/l 0,05 Trichloroethene mg/l 0,02 Tetrachloroethene mg/l 0,04 Aromatic hydrocarbons Benzene mg/l 0,01 Toluene mg/l 0,7 Xylenes mg/l 0,5 Ethylbenzenes mg/l 0,3
HalamanKe 2 lanjutanLampiran 3
Styrene mg/l 0,02 Chlorinated benzenes 1,2-Dichlorobenzene ( 1,2-DCB ) mg/l 1 1,4-Dichlorobenzene ( 1,4-DCB ) mg/l 0,3 Lain – lain
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
Di ( 2–ethylhexyl) phthalate mg/l 0,008 Acrylamide mg/l 0,0005 Epichlorohydrin mg/l 0,0004 Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006 Ethylenediaminetetraacetic acid
(EDTA) mg/l 0,6
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2 c. Pestisida Alachlor mg/l 0,02 Aldicarb mg/l 0,01 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,0003 Atrazine mg/l 0,002 Carbofuran mg/l 0,007 Chlordane mg/l 0,0002 Chlortoluran mg/l 0,03 DDT mg/l 0,001 1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg/l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg/l 0,03 1,2-Dichloropropane mg/l 0,04 Isoproturon mg/l 0,009 Lindane mg/l 0,002 MCPA mg/l 0,002 Methoxychlor mg/l 0,02 Metolachlor mg/l 0,01 Molinate mg/l 0,006 Pendimethalin mg/l 0,02 Pentachlorophenol ( PCP ) mg/l 0,009 Permethrin mg/l 0,3 Simazine mg/l 0,002 Trifluralin mg/l 0,02
HalamanKe 3 lanjutanLampiran 3
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA
2,4-DB mg/l 0,090 Dichlorprop mg/l 0,10 Fenoprop mg/l 0,009 Mecoprop mg/l 0,001 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009 d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan Chlorine mg/l 5 Hasil Sampingan Bromate mg/l 0,01
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
Chlorate mg/l 0,7 Chlorite mg/l 0,7 Chlorophenols 2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg/l 0,2 Bromoform mg/l 0,1 Dibromochloromethane ( DBCM ) mg/l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg/l 0,06 Chloroform mg/l 0,3 Chlorinated acetic acid Dichloroacetic acid mg/l 0,05 Trichloroacetic acid mg/l 0,02 Chloral hydrate Halogenated acetonitrilies Dichloroacetonitrile mg/l 0,02 Dibromoacetonitrile mg/l 0,07 Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg/l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS Gross alpha activity Bq/l 0,1 Gross beta activity Bq/l 1
Halaman Ke 4 lanjutanLampiran 3