untitled

Download Untitled

If you can't read please download the document

Upload: anna-andany-lestari

Post on 07-Aug-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DISPLASIA BRONKOPULMONER DEFINISI adalah cedera pada paru-paru akibat terapi oksigen konsentrasi tinggi dan pemaka ian ventilator. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada bayi prematur. Tabel 1 Definisi dysplasia bronkopulmoner: kriteria diagnosis (Jobe 2001) USIA GESTASIONAL < 32 MINGGU 32 MINGGU Waktu penentuan diagnostik 36 minggu pascakonsepsi atau saat diizinkan pula ng, bergantung pada yang mana yang lebih dulu Terapi oksigen>21% untuk minimal 28 hari Usia > 28 hari tetapi 2 dinyatakan mature lung function) Manifestasi Klinis Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin b erat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehing ga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul iaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sia nosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan fot o thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sed ikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak retiku logranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara te rlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapa ngan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronch ogram udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) seh ingga jantung tak dapat dilihat. Evaluasi respiratory distress skor Downe 0 1 2 Frekuensi napas 80 x/menit Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan oksigen Sianosis menetap Air entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Merintih(grunting) Tidak merintih Dapat didengar dengan stetoskop Dapat di dengar tanpa alat bantu Skor 39C o Air ketuban bercampur mekonium o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam) Bila suhu aksiler 34- 36,5 C atau 37,5-39C. tangani untuk masalah suhu abnormal da n nilai ulang setelah 2 jam: Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan an tibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi taha pan tersebut diatas. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 ja m, terapi untuk kemungkinan besar sepsis Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertah ap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyu su, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kemb ali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada ala san bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan. Gangguan nafas berat Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggu nakan salah satu cara alternatif pemberian minuman. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentika n pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit. Penatalaksanaan medis: Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah: Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru Fenobarbital Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhent ian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992) Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami misalnya manusia , didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfakta n buatan ). Komplikasi Komplikasi jangka pendek dapat terjadi : 1. kebocoran alveoli : Apabila dicuriga i terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan geja la klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubah an jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi. 3. Perdara han intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS denga n ventilasi mekanik. Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke ot ak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1. Bronchopul monary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tinggin ya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, a danya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, te rjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.