untitled
TRANSCRIPT
ARTIKEL ILMIAH
Pengembangan Paket Pembelajaran dengan Menggunakan Model ADDIE pada Mata Pelajaran PKn Melalui Pendekatan Dilema Moral
untuk Pebelajar Kelas IV Sekolah Dasar
Oleh : WINDYO SUPARSONO
SDN Saringrmbat I Singgahan Tuban, [email protected], HP.08125947170
Abstract: The effort to solve the problem about moral implication on the fourth grade students of SDN Saringembat I in civics subject need a learning package by using moral dilemma approach. The goals of this research are 1) to know the respons of the students class four about learning package of civics subject with dilemma moral approach to be used as learning material about determining attitude towards the influence of globalisaation on their environment. 2) to know the beneficial of learning package using moral dilemma approach is able to increase the learning outcome about determining attitude towards the influence of globalisation in their environment on students class four. 3) to know the beneficial of the learning package with moral dilemma approach is able to increase the learning mastery about determining attitude towards the influence of globalisation on their environment of the students class four.
A. Pendahuluan
Usia sekolah pada sekolah dasar merupakan waktu yang tepat dalam
penanaman moral sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, maka
sesuai dengan model pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa
melalui integrasi pada mata pelajaran tidak dapat dipisahkan dengan proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan,
dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif
menetap pada diri orang lain.
Dalam definisi tersebut terkandung suatu makna bahwa dalam kegiatan
pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan
metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang 1
diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan
pada kondisi pembelajaran yang telah ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya
merupakan inti dalam perancangan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
mengarahkan terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada diri pebelajar
setelah berlangsungnya pembelajaran.
Berkaitan dengan upaya peningkatan mutu yang berawal dari masalah
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dan adanya kebijakan pemerintah tentang Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa (PBKB) yang pelaksanaannya diintregasikan dalam mata
pelajaran, maka perlu adanya pengembangan paket pembelajaran yang telah
ada sebelumnya. Salah satu dalam pengembangan penelitian ini yaitu, mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar.
Pengembangan paket pembelajaran ini merupakan salah satu bagian dari
kawasan teknologi pendidikan yaitu pengembangan. Kawasan pengembangan
mencakup pengembangan teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi
berbasis komputer dan multi media. Adapun paket pembelajaran dalam
pengembangan dengan pendekatan moral di sini adalah seperangkat sumber
belajar yang terdiri dari panduan guru dan bahan ajar
Adapun dipilihnya pendekatan dilema moral dalam paket pembelajaran
ini karena konsep pengembangan paket pembelajaran dengan pendekatan
moral merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dapat dilakukan oleh perancang pembelajaran dengan pijakan asumsi-asumsi
tertentu tentang hakekat disain pembelajaran.
Dari simpulan tersebut cukup beralasan bagi peneliti untuk memberi
kemudahan belajar melalui pengembangan paket pembelajaran PKn dengan
pendekatan dilema moral untuk pebelajar kelas IV SDN Saringembat I
Singgahan Tuban.
Adapun tujuan yang diharapkan dalam pengembangan paket pebelajaran
ini antara lain 1) Untuk mengetahui tanggapan pebelajar kelas IV SDN
Saringembat I terhadap paket pembelajaran PKn dengan pendekatan dilema
2
moral untuk digunakan sebagai bahan ajar tentang menentukan sikap terhadap
pengaruh globalisasi di lingkungannya 2) Untuk mengetahui pemanfaatan
paket pembelajaran dengan pendekatan dilema moral dapat meningkatkan
hasil belajar tentang menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi di
lingkungannya pada pebelajar kelas IV SDN Saringembat I, 3) Untuk
mengetahui pemanfaatan paket pembelajaran dengan pendekatan dilema
moral dapat meningkatkan ketuntasan belajar tentang menentukan sikap
terhadap pengaruh globalisasi di lingkungannya pada pebelajar kelas IV
SDN Saringembat I.
Sedangkan tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk berbagi informasi
yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang penulis telah laksanakan
sehingga berguna sebagai referensi untuk penelitian sejenis dan sebagai bahan
pertimbangan untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya agar lebih sempurna.
B. Kajian Teori
1. Kedudukan Pengembangan Paket Pembelajaran dalam Teknologi
Pendidikan
Kehadiran teknologi pendidikan pada umumnya dimaksudkan untuk
lebih memudahkan manusia belajar. Tujuan utama teknologi pendidikan
adalah mengidentifikasi dan memecahkan belajar yang berkaitan dengan
masalah-masalah belajar manusia. Oleh karena itu, prinsip utama teknologi
pendidikan adalah memberikan perhatian pada kepentingan pebelajar.
Agar dapat tercapai maksud tersebut, teknologi pendidikan
melakukan upaya penyediaan dan pemanfaatan sumber belajar dengan
jalan melaksanakan pengembangan, menyelenggarakan dan
mengembangkan proses pembelajaran dengan kriteria (1) interaksi belajar
yang mengacu pada aktifitas belajar, dan (2) situasi belajar yang sesuai
dengan kemampuan pebelajar (Miarso, 2004).
Sumber belajar terdiri dari enam komponen, yaitu (1) pesan, (2)
orang, (3) material, (4) peralatan, (5) tekhnik, (6) lingkungan (AECT,
1986). Diantara keenam sumber belajar tersebut yang paling dominan
3
dalam proses pembelajaran adalah material atau bahan pembelajaran yang
diperuntukkan bagi pebelajar.
Pengembangan paket pembelajaran merupakan salah satu kegiatan
praktek teknologi pendidikan. Pengembangan adalah suatu proses
penemuan ide dasar prototipe produk tertentu sebagai hasil dari adanya
perekayasaan. Dalam hal ini adalah pengembangan paket pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan dilema moral pada mata pelajaran PKn
untuk pebelajar SD kelas IV di SDN Saringembat I Kecamatan Singgahan.
2. Pembelajaran Pendidikan Moral
Pembelajaran terus berkembang dari masa kemasa. Praktik
pembelajaran telah dimulai semenjak manusia itu ada, semenjak jaman
megalitikum hingga jaman megapolitan sekarang ini (Mustaji, 2010).
Konsep tentang belajar terus berkembang mulai dari yang sederhana
hingga yang paling canggih. Lingkungan yang berubah telah membuat
berbagai konsep pembelajaran terus berkembang. Menurut Degeng (2004),
pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan pebelajar.
Sementara itu makna pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam
Taufik (2005) merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.
Menurut Nurlaela (2010) dijelaskan bahwa keefektifan pembelajaran
dapat diukur dari aspek-aspek kecermatan, penguasaan perilaku yang
dipelajari, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi
dari apa yang dipelajari. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan
rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan atau
jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Untuk daya tarik
pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan pebelajar
untuk tetap/terus belajar.
Adapun pembelajaran yang dimaksud dalam pengembangan ini adalah
sebagai perangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk
4
mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Jadi,
perangkat yang dipergunakan untuk pembelajaran tersebuat adalah suatu
pendekatan dilema yang diadaptasi dari Kolhberg untuk diaplikasikan
dalam pembelajaran mata pelajaran PKn, dengan menggunakan metode
diskusi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.
Pendidikan moral merupakan bagian lingkungan yang berpengaruh,
dirancang secara sengaja untuk mengembangkan dan mengubah cara-cara
orang berpikir dan bertindak dalam situasi moral. Dalam hal bertindak
dalam situasi moral dapat dijelaskan sebagai perilaku moral, yaitu perilaku
yang mampu menyesuaikan dengan kode moral dari kelompok sosialnya.
Perilaku moral dikendalikan oleh konsep moral yaitu aturan-aturan
dalam bertingkah laku dimana anggota masyarakatnya berperilaku sesuai
dengan pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan masyarakat
tersebut. Sedangkan perilaku immoral adalah perilaku yang gagal
menyesuaikan pada harapan sosial (Prianto. 2005). Perilaku tersebut tidak
dapat diterima oleh norma-norma sosial, perilaku unmoral adalah perilaku
yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya.
Perilaku-perilaku tersebut cenderung terlihat pada masa kanak-kanak.
Ketika masih kanak-kanak, pebelajar tidak diharapkan untuk mengenal
seluruh tata krama dari suatu kelompok. Oleh sebab itu dengan adanya
pendidikan moral di sekolah, merupakan suatu hal yang tak dapat
dielakkan. Hal ini berarti tugas lembaga pendidikan bukan hanya
membantu pebelajar untuk meningkatkan kemampuan intelektual saja,
tetapi sekaligus juga kemampuan mengembangkan moral.
Piaget menganggap bahwa pendidikan moral dapat dilihat melalui
dua cara. Pertama, pandangan yang beranggapan bahwa pebelajar adalah
entitas pencari stimulus dan bukan merupakan makhluk yang secara
keseluruhan belajar lewat pengkondisian. Pendapat ini bias dimengerti
karena kondisi pembelajaran yang direkayasa tidak dengan begitu saja
menghasilkan sesuatu sebagaimana yang diharapakan. Hal demikian itu
5
terjadi disebabkan adanya perkembangan struktural (structural
developmental) yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhinya.
Pandangan perkembangan strukltural ini mengemukakan gagasan bahwa
manusia mempunyai kapasitas bawaan tertentu yang mempengaruhi
pengalaman-pengalaman interaktif yang dimiliki sebelumnya dan yang
menentukan pengaruh timbal balik dari pengalaman dan perkembangan
selanjutnya. Setiap orang dalam interaksi sosialnya, akan saling
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Dalam proses saling
mempengaruhi itu manusia akan selalu berupaya mengorganisasi diri (self
organizing). Perkembangan struktural selamanya dibentuk oleh struktur
yang dimiliki sebelumnya.
Kedua, Piaget menyatakan kajian perkembangan moral merupakan
suatu bidang dengan kajian perkembangan intelektual. Eksistensi tahap-
tahap atau struktur berpikir manusia dapat dilihat dengan jelas. Demikian
juga pemikiran moral seseorang yang berwujud tingkat pertimbangan
moralnya dapat diidentifikasi dari tipe dan bentuk-bentuk penalaran
moralnya. Perbedaan karakteristik penalaran moral menunjukkan
perbedaan perkembangan moral seseorang. Tahap-tahap penalaran moral
merupakan inti dari pendekatan perkembangan structural pada pendidikan
moral. Struktur berpikir manusia merupakan unsur utama yang
menentukan proses tahapan isi moral seseorang (Sumantri. 2005).
Dengan demikian, pandangan ini beranggapan bahwa proses
perkembangan moral seseorang tumbuh secara bertahap berurutan melalui
beberapa tahap penalaran moral. Kapasitas letak penalaran moral yang
lebih tinggi secara potensial terbentuk melalui interaksi individu secara
terus menerus dengna lingkungannya. Karena itu, lingkungna yang benar
(sesuai) secara esensial akan mampu merangsang meningkatkan tahap
penalaran dan mengubah moralitas, maka setiap individu akan tetap berada
pada tahap nya semula dan tidak akan berubah atau berkembang kearah
yang lebih tinggi.
6
3. Pendekatan Dilema Moral
Pendekatan dilema moral adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran moral dengan menggunakan isu-isu moral yang di dalamnya
mengandung konflik-konflik nilai sebagai bahan ajar utama, dan
dilaksanakan dengan metode diskusi.
Berdasarkan hasil penelitian Apriono (2002), pendekatan dilema
moral digunakan sebagai strategi untuk menggali nilai-nilai moral yang
disusun dalam bentuk konflik nilai yang membutuhkan pilihan untuk
menentukan salah satu nilai moral yang diyakini.
Konflik nilai yang dimaksud adalah suatu benturan tuntutan yang
terkait dengan nilai moral yang secara sengaja dimunculkan dalam teks
dilema moral, untuk merangsang munculnya keputusan moral dan
pertimbangan-pertimbangan moral pebelajar. Oleh karena itu, guru
menyediakan bahan ajar yang dilengkapi dengan teks dilema moral.
Penggunaan metode dalam menyajikan pendekatan dilema moral
yang sesuai di sekolah dapat meningkatkan tingkat pertimbangan moral
pebelajar. Dalam hal ini, metode diskusi akan lebih mampu meningkatkan
pertimbangan moral pebelajar, karena prakarsa belajar datang dari
pebelajar sendiri..Jelaslah di sini bahwa pertimbangan moral bukanlah
suatu proses menanamkan bermacam-macam peraturan dan sifat-sifat baik
bagi pebelajar, melainkan suatu proses yang membutuhkan perubahan
struktur kognitif, yang hal itu tergantung dari perkembangan kognitif dan
rangsangan-rangsangan dari kelompok sosialnya. Kohlberg lebih
menekankan pada pentingnya norma-norma suatu lingkungan kelompok
sebaya, yang ternyata begitu kuat mempengaruhi maju mundurnya proses
pertimbangan moral pebelajar.
4. Model Pengembangan ADDIE
Model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate)
muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan
Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam
7
membangun perangkat dan infrastruktur program pembelajaran yang
efektif, dinamis dan mendukung kinerja pembelajaran itu sendiri
Model ADDIE menyajikan desain pembelajaran tahap demi tahap
yang membantu merencanakan pembelajaran secara khusus pada tiap
tahapnya dan merancang program pembelajaran. Model desain ADDIE
membentuk pemetaan terhadap seluruh rancangan pembelajaran. Model
ADDIE membantu peserta dalam menganalisis kebutuhan pembelajaran,
mendesain dan mengembangkan materi serta strategi,
mengimplementasikan pembelajaran serta mengevaluasi keefektifan
pembelajaran.
5. Hipotesis
Dengan adanya paket pembelajaran yang terdiri dari bahan ajar dengan
pendekatan dilema moral dan panduan guru akan memberi kemudahan belajar
bagi pebelajar dalam memahami materi menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi di lingkungannya.
Kemudahan belajar bagi pebelajar ditunjukkan dengan adanya
peningkatan hasil belajar, yaitu rata-rata nilai tes terjadi peningkatan antara
sebelum diberikan bahan ajar dengan pendekatan dilema moral (prestest)
dengan sesudahnya (posttest). .
Dari uaraian di atas, maka hipotesis dalam pengembangan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H0 = tidak ada perbedaan rata-rata nilai tes antara sebelum dan setelah
menggunakan bahan ajar dengan pendekatan dilema moral.
Ha = ada perbedaan rata-rata nilai tes antara sebelum dan setelah
menggunakan bahan ajar dengan pendekatan dilema moral.
Pengembangan ini menghasilkan produk paket pembelajaran yang terdiri
dari:
1. Buku Panduan Guru.
Spesifikasi produknya antara lain berisi:
8
a. Strategi pembelajaran dalam penyampaian bahan ajar untuk
kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi
dengan menggunakan pendekatan dilema moral menggunakan metode
diskusi.
b. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
c. Petunjuk penilaian
Spesifikasi produknya antara lain berisi:
1) Kunci jawaban dari soal-soal latihan
2) Rubrik skor.
2. Bahan ajar.
Spesifikasi produknya antara lain berisi:
a. Panduan mempelajari bahan ajar.
b. Tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
c. Uraian materi pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Kelas IV sekolah dasar kompetensi dasar
menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
d. Teks dilema moral mengacu pada nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang dimodifikasi dari bahan ajar.
e. Soal-soal latihan
Keistimewaan bahan ajar ini adalah adanya contoh kasus atau
dilema moral untuk satu permasalahan tentang perilaku yang harus
dilaksanakan sesuai nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia dalam
menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi. Pebelajar diberikan
contoh praktis permasalahan moral dalam kehidupan sehari-hari, dengan
demikian akan melatih pebelajar untuk memecahkan permasalahan moral
bersama teman-temannya secara terbuka dengan menggunakan metode
diskusi.
Secara spesifik produk paket pembelajaran ini mempunyai
keistimewaan yaitu memberikan kemudahan guru untuk membelajarkan
pendidikan moral yang lebih bersifat aplikatif pada kehidupan pebelajar
9
sehari-hari. Bagi pebelajar, dapat memberikan keterbukaan untuk
berpendapat mengenai suatu kasus atau permasalahan yang sering
muncul dalam kehidupannya.
C. Metode Pengembangan
Jenis penelitian yang sesuai dengan permasalahan dalam kajian ini
adalah penelitian pengembangan. Menurut Sugiono (2010), penelitian
pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini ditujukan
untuk pengembangan paket pembelajaran, yang diharapkan dapat
menghasilkan produk yang meliputi, bahan ajar dan panduan guru.
Berdasarkan pendapat di atas, kaitannya dengan pengembangan paket
pembelajaran yang berisi bahan ajar dan panduan guru, sudah tepat apabila
dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan. Sebab dalam
pengembangan ini : 1) masalah aktual yang terjadi dalam pembelajaran PKn
di kelas IV SD untuk kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi di lingkungannya belum ada bahan ajar yang mengembangkan
aspek afektif. 2) menghasilkan produk paket pembelajaran.
Metode penelitian pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu :
(1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba
produk. (Sugiyono, 2010) Dalam kegiatan penelitian ini model penelitian
yang dipilih yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-
Evaluate). Alasan memilih model pengembangan ADDIE yaitu suatu model
perencanaan pembelajaran yang efektif dan efisien serta prosesnya bersifat
interaktif, dimana hasil evaluasi setiap fase dapat membawa pengembangan
ke fase sebelumnya. (Riyanto. 2007).
Prosedur pengembangan bertujuan memaparkan langkah-langkah
prosedural yang ditempuh oleh pengembang dalam membuat produk.
Menurut Suparno, (2010). Prosedur penelitian dan pengembangan merupakan
paparan tentang langkah-langkah yang akan digunakan oleh pengembang
dalam menghasilkan produk tertentu berdasarkan model yang digunakan.
10
Prosedur pengembangan akan memberi petunjuk langkah-langkah prosedural
yang dilalui sampai menjadi produk yang akan dispesifikasikan.
Rancangan pengembangan paket pembelajaran dengan model ADDIE
dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 1 Adaptasi model desain pembelajaran ADDIE Piskurich
(dalam Prawiradilaga, 2009)
Piskurich (dalam Prawiradilaga, 2009) menjelaskan bahwa model
ADDIE sebagai sebuah sistem mengaitkan seluruh proses yang satu dengan
proses yang lain secara berkesinambungan. ADDIE memberikan keleluasaan
bagi para pengembang untuk mempersiapkan rancangan pembelajaran yang
tepat sesuai kebutuhan.
D. Uji Coba Hasil Pengembangan
1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan bersumber dari angket,
dan hasil belajar. Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah sebagai berikut
a. Angket, yaitu bertujuan untuk mengevaluasi rancangan paket
pembelajaran dengan pendekatan dilema moral. Angket diberikan
kepada ahli disain pembelajaran, ahli isi/materi, uji coba perorangan,
uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar (lapangan).
Tujuannya adalah untuk kegiatan perbaikan produk.
b. Tes, yaitu penilaian hasil belajar yang dilaksanakan dalam 2 (dua)
kegiatan, yaitu melalui pretest dan posttest.
2. Desain Uji Coba
Uji coba hasil pengembangan (produk), dalam hal ini adalah
paket pembelajaran mata pelajaran PKn untuk kompetensi dasar
menentukan sikap pengaruh globalisasi di lingkungannya. Uji coba ini
merupakan rangkaian dari pengembangan paket pembelajaran. Tahapan
dalam uji coba ini meliputi kegiatan sebagai berikut.
11
Analysis
Evaluation Disign
DevelopmentImplementation
a. Rancangan produk paket pembelajaran.
b. Uji ahli isi/materi
c. Uji ahli disain pembelajaran
d. Uji coba perorangan
e. Uji coba kelompok kecil.
f. Uji Coba kelompok besar (lapangan).
3. Lokasi Uji Coba
Hasil pengembangan paket pembelajaran PKn dengan pendekatan
dilema moral ini diujicobakan di kelas IV SDN Saringembat I
Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban.
4. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba pengembangan paket terdiri dari
a. Ahli disain pembelajaran.
b. Ahli isi mata pelajaran PKn
c. Pebelajar kelas IV SDN Saringembat I untuk pelaksanaan ujicoba.
1) Uji coba perorangan sebanyak 3 anak;
2) Uji coba kelompok kecil sebanyak 9 anak;
3) Uji coba kelompok besar (lapangan) sebanyak 32 anak.
d. Pebelajar kelas IV SDN Saringembat II sejumlah 25 anak untuk uji
validitas dan reabilitas soal tes hasil belajar.
5. Jenis Data
Jenis data dari uji coba yang dilakukan ini berupa data kuantitatif
dan data kualitattif.
a. Data kuantitatif diperoleh dari angket yang
disebarkan kepada subjek uji coba dan hasil belajar yang diperoleh
dari hasil pretest dan posttes.
b. Data kualitatif berupa tanggapan dan saran-
saran perbaikan yang diperoleh dari catatan pada angket uji ahli isi
12
dan uji desain pembelajaran maupun saran dari uji perorangan,
kelompok kecil dan kelompok besar.
6. Teknik Analisis Data
a. Analisis Angket
Teknik analisa data yang digunakan untuk mengolah data dari
hasil tinjauan ahli isi, ahli disain pembelajaran, uji coba perorangan,
uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar dalam skor dengan
skala 1 sampai dengan 5.
Setelah skor diketahui, selanjutnya dianalisis dengan rumus:
Keterangan :
P = persentase penilaian
∑ xi = Jumlah jawaban dari validator
∑ x = Jumlah jawaban tertinggi/skor maksimal
Untuk menguji hasil angket perorangan, kelompok kecil dan
kelompok besar ditambah dengan perhitungan persentase seluruh
subyek.
Selanjutnya untuk menghitung persentase keseluruhan
subyek/komponen digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = persentase keseluruhan subyek/komponen
∑ p = Jumlah persentase keseluruhan komponen
∑ n = Banyaknya komponen
Teknik persentase di atas digunakan untuk menyajikan data yang
merupakan frekuensi atas tanggapan subjek uji coba tehadap produk
pengembangan yang diperoleh melalui angket dari masing-masing subjek.13
Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan dalam
merevisi produk dari uji coba kelompok kecil dan besar, maka dibuat tabel
berdasarkan skor ideal yang digunakan untuk seluruh item Tabel
digunakan untuk mengklasifikasi kualifikasi tingkatan yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
Tabel Konversi Tingkat Pencapaian dengan skala 5
Tingkat Kualifikasi Keterangan
85% - 100% Sangat Tinggi Tidak perlu direvisi
75% - 84% Tinggi Tidak perlu direvisi
65% - 74% Cukup Direvisi
55% - 64% Kurang Direvisi
0 – 54% Sangat Kurang Direvisi
Adapun data kualitatif diperoleh dari deskripsi saran/komentar
yang disampaikan oleh ahli isi dan ahli desain pembelajaran. Tujuan dari
data ini akan digunakan perbaikan produk setelah dilakukan revisi sesuai
saran/komentar.
b. Analisis Hasil Belajar
Data interval dari nilai prettest dan posttest digunakan untuk
mengetahui adanya peningkatan hasil belajar apabila menggunakan paket
pembelajaran dengan pendekatan dilema moral. Desain uji cobanya
menggunakan uji t dua sample berpasangan (paired t-test) yaitu salah satu
pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas yang
dicirikan dengan adanya hubungan nilai pada setiap sampel yang sama
(berpasangan). Ciri-ciri yang sering ditemui pada kasus yang berpasangan
adalah satu individu dekenai 2 (dua) buah perlakuan yang berbeda
Memperhatikan pendapat di atas, maka sudah tepat dalam
pengembangan produk paket pembelajaran ini yang tidak menggunakan
kelas kontrol menggunakan uji t berpasangan. Sebab perlakuan subyek
hanya pretest – pemberian produk paket pembelajaran – posttes.
14
c. Ketuntasan Belajar
Analisis ketuntasan belajar digunakan untuk mengetahui daya
serap pebelajar setelah menggunakan paket pembelajaran dengan dilema
moral yang diukur dari hasil belajar melalui posttes.
Kriteria untuk mengukur daya serap dan ketuntasan belajar adalah
sebagai berikut.
a. Secara perorangan (individual), dianggap telah tuntas belajar apabila
daya serap mencapai nilai ≥70.
b. Secara klasikal, dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai 80%
(sesuai dengan KTSP SDN Saringembat I) dari jumlah pebelajar yang
mencapai daya serap dengan nilai ≥70.
Menurut Sudjana (2005), untuk mengetahui ketuntasan
belajar (TB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut.
∑ Pebelajar yang memperoleh skor ≥ 70TB = --------------------------------------------- X 100%
∑ Seluruh pebelajar
E. Hasil Pengembangan dan Pembahasan
Pengembangan paket pembelajaran yang terdiri dari bahan ajar dan
panduan guru setelah mengalami penilaian dan uji coba, maka secara
langsung kedua produk tersebut di implementasikan dalam pembelajaran
pada subyek sesungguhnya, yaitu pebelajar kelas IV SDN Saringembat I.
Proses pembelajaran dengan materi tentang menentukan sikap terhadap
pengaruh globalisasi dilaksanakan selama 4 (empat) kali pertemuan.
Spesifikasi dalam pembelajaran dengan menggunakan paket pembelajaran
ini, yaitu adanya pendekatan dilema moral yang ditulis pada bahan ajar dalam
proses pembelajaran. Melalui metode diskusi, pebelajar diberi permasalahan
yang berkaitan dengan konflik moral atau peristiwa dilematis untuk memilih
satu masalah atau jawaban yang sesuai dengan moral pebelajar.
Pada proses pengambilan keputusan inilah, peran guru sangat
menentukan. Sebab dalam pelaksanaan diskusi untuk membuat kesepakatan
15
tentang penentuan sikap peran guru adalah sebagai mediator dan sekaligus
memimpin diskusi.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dimulai dari uji ahli, uji disain
pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba
kelompok besar, maka paket pembelajaran diimplementasikan pada subyek
sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan terhadap hasil
belajar pebelajar digunakan alat ukur berupa tes belajar, yaitu pretest dan
posttest.
Hasil yang diperoleh melalui Paired sample test, yaitu sebagai berikut:
(1) Tabel paired sample statistic menunjukkan rata-rata (mean) penilaian
sebelum dan sesudah menggunakan paket pembelajaran PKn dengan
pendekatan dilema moral. Prestest dari 32 pebelajar adalah sebanyak
64.1562, sementara setelah diberikan paket pembelajaran hasil posttest
sejumlah 78.6250. (2) Pada tabel pair sample correlation hasil uji
menunjukkan bahwa korelasi antara dua variable (pretest dan posttest), yaitu
sebesar .0,932 dengan taraf signifikansi 0.000. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh nilai sig. sebesar 0.000, dimana nilai α = 0.05 lebih besar dari sig.
maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya ada perbedaan hasil belajar setelah
menggunakan bahan ajar dengan pendekatan dilema moral. (3) hasil uji
hipotesis dalam tabel paired sample test, nilai t adalah sebesar 16.02821
dengan signifikansi 0.000. karema sig. < 0.05, maka dapat disimpulkan Ho
ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan pada rata-
rata nilai pretest dan rata-rata nilai posttest pada proses pembelajaran
menggunakan bahan ajar dengan pendekatan dilema moral.
Adapun untuk ketuntasan belajar dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
dengan pendekatan dilema moral dapat menuntaskan pebelajar dengan rata-
rata 93,75% atau sudah melebihi batas ketuntasan secara klasikal yang
ditetapkan, yaitu 80%.
F. Simpulan dan Saran
16
Kesimpulannya bahwa pemanfaatan bahan ajar dengan pendekatan
dilema moral paling dominan untuk meningkatkan hasil belajar dibanding
peran guru maupun media visual (power point) dalam pembelajaran untuk
kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi di
lingkungannya pada pebelajar kelas IV SD Negeri Saringembat I Kecamatan
Singgahan Kabupaten Tuban.
Saran pengembangan produk selanjutnya, bahwa peran guru dalam
menyampaikan mata pelajaran PKn kepada pebelajar dibutuhkan kemampuan
dalam mengembangkan bahan ajar. Oleh sebab itu disarankan untuk
menggunakan pendekatan dilema moral dalam mengembangkan kompetensi
yang berkaitan dengan aspek penanaman karakter bangsa Indonesia kepada
pebelajar
DAFTAR PUSTAKA
AECT. 1986. Association for Educational Communication and Technology. Terjemahan oleh Yusuf Hadi Miarso. 1986. Jakarta: CV Rajawali.
Apriono. Djoko. 2002. Pengembangan Pendekatan Dilema Moral pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas II SMP di Tuban. Tesis. Universitas Negeri Malang.
Degeng, I.N.S. 2004. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI (Pengembangan Keterampilan Instruktur) untuk Quantum Teaching.
17
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Mustaji. 2010. Pendekatan Konstruktivistik Teori dan Penerapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Unesa University Press.
Nurlaela, Luthfiyah. 2010. Model Pembelajaran, Gaya Berlajar, Kemampuan Membaca dan hasil Belajar. Kajian Empirik pada Latar Sekolah Dasar. Unesa University Press.
Prianto. Puji Lestari 2005. Perkembangan Moral dan Sosial pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Desain Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group.
Riyanto. Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Unesa Press.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sumantri, Mulyani. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Unversitas Terbuka. Depdiknas.
Suparno. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Solusi bagi Guru. Modul PGSD. Universitas Negeri Malang.
Taufiq, Agus. 2005. Pendekatan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Universitas Terbuka. Depdiknas.
BIODATA PENULIS
1. Nama : WINDYO SUPARSONO
2. Tempat dan tanggal lahir : Tuban, 23 Oktober 1962
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan Terakhir : Pascasarjana (S.2)
18
166
6. Prodi : Teknologi Pendidikan Universitas Negeri
Surabaya.
7. Alamat rumah :
a. Jalan :
b. Kelurahan/Desa : Sadang, RT.03, RW.06
c. Kecamatan : Jatirogo
d. Kabupaten : Tuban
e. Propinsi : Jawa Timur
f. Kode Pos : 62362
g. Email : [email protected].
h. No HP : 08125947170
8. Unit Kerja : SDN Saringembat I, Kec. Singgahan
Kabupaten Tuban.
9. Alamat Kantor : Jl. Kartini No 80 Saringembat
Kec. Singgahan Kabupaten Tuban.
19