untitled

Download Untitled

If you can't read please download the document

Upload: dexna-herlina-p-kadek

Post on 25-Jul-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Apa itu Trafo Arus, Current Transformer (CT) ? Salah satu bidang yang menjadi perhatian khusus di PLN adalah pengukuran. Selain di sisi pengukuran pada pemakaian tenaga listrik juga diaplikasikan pada sistem proteksi arus dan transfer energi antar unit. Salah satu peralatan yang selalu digunakan dalam pengukuran adalah Trafo Arus , Current Transformer yang biasanya di lapangan cukup disebut CT. CT adalah trafo yang menghasilkan arus di sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus primernya. CT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililit i oleh konduktor kawat tembaga. Output dari skunder biasanya adalah 1 atau 5 amp ere, ini ditunjukan dengan ratio yang dimiliki oleh CT tersebut. Misal 400:5, berarti sekunder CT akan mengeluarkan output 5 ampere jika sisi pri mer dilalui arus 400 Ampere. Dari kedua macam output tersebut yang paling banyak ditemui, dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5 ampere. Pada CT tertulis class dan burden, dimana masing masing mewakili parameter yang dimiliki oleh CT tersebut. Class menunjukan tingkat akurasi CT, misalnya class 1 .0 berarti CT tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%. Burden menunjukkan kemamp uan CT untuk menerima sampai batas impedansi tertentu. CT standart IEC menyebutk an burden 1.5 VA (volt ampere), 3 VA, 5 VA dst. Burden ini berhubungan dengan pe nentuan besar kabel dan jarak pengukuran. Dasar dari teori transformator adalah sebagai berikut : Apabila ada arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi mak a inti besi itu akan berubah menjadi magnit dan apabila magnit tersebut dikelili ngi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan mengelilingi magnit, sehingga akan timbul gaya gerak listrik (GGL) . Prinsip Kerja Transformator Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pa da kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang beru bah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekund er, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek in i dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance). Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber tegangan ya ng mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magn et yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya. Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan j umlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan: Vp = tegangan primer (volt) Vs = tegangan sekunder (volt) Np = jumlah lilitan primer Ns = jumlah lilitan sekunder Simbol Transformator Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder transformator ada dua jenis yaitu: 1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-b alik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np). 2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak -balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumpara n primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns). Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan seku nder adalah: 1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns). 2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).

3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer, Sehingga dapat dituliskan: Klasifikasi Current Transformer Spesifikasi pada CT antara lain: 1. Ratio CT, rasio CT merupakan spesifikasi dasar yang harus ada pada CT, d imana representasi nilai arus yang ada di lapangan di hitung dari besarnya rasio CT. Misal CT dengan rasio 2000/5A, nilai yang terukur di skunder CT adalah 2.5A , maka nilai aktual arus yang mengalir di penghantar adalah 1000A. Kesalahan ras io ataupun besarnya presentasi error (%err.) dapat berdampak pada besarnya kesal ahan pembacaan di alat ukur, kesalahan penghitungan tarif, dan kesalahan operasi sistem proteksi. 2. Burden atau nilai maksimum daya (dalam satuan VA) yang mampu dipikul ole h CT. Nilai daya ini harus lebih besar dari nilai yang terukur dari terminal sku nder CT sampai dengan koil relay proteksi yang dikerjakan. Apabila lebih kecil, maka relay proteksi tidak akan bekerja untuk mengetripkan CB/PMT apabila terjadi gangguan. 3. Class, kelas CT menentukan untuk sistem proteksi jenis apakah core CT te rsebut. Misal untuk proteksi arus lebih digunakan kelas 5P20, untuk kelas tarif metering digunakan kelas 0.2 atau 0.5, untuk sistem proteksi busbar digunakan Cl ass X atau PX. 4. Kneepoint, adalah titik saturasi/jenuh saat CT melakukan excitasi tegang an. Umumnya proteksi busbar menggunakan tegangan sebagai penggerak koilnya. Tega ngan dapat dihasilkan oleh CT ketika skunder CT diberikan impedansi seperti yang tertera pada Hukum Ohm. Kneepoint hanya terdapat pada CT dengan Class X atau PX . Besarnya tegangan kneepoint bisa mencapai 2000Volt, dan tentu saja besarnya kn eepoint tergantung dari nilai atau desain yang diinginkan. 5. Secondary Winding Resistance (Rct), atau impedansi dalam CT. Impedansi d alam CT pada umumnya sangat kecil, namun pada Class X nilai ini ditentukan dan t idak boleh melebihi nilai yang tertera disana. Misal: