untitled

Upload: aonk-tukidjo

Post on 21-Jul-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

aa1

123


Pengaruh Modernisasi Perikanan Terhadap Perubahan Sosial Suku Bajo di Desa Awesa ng Kec.Balaesang Tanjung Kab. Donggala A. Pendahuluan Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Peru bahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dal am cara berpikir dan interaksi sesama warga menjadi semakin rasional; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi menjadi makin komersial; perubahan t ata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesi alisasi kegiatan yang makin tajam; Perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiat an yang makin modern dan efisien dan lain sebagainya. Dari beberapa pendapat ahli ilmu sosial yang dikutip, dapat disinkronkan pendapat mereka tentang perubahan sosial, yaitu suatu proses perubahan, modifik asi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubung an sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek ke hidupan material maupun nonmateri. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada waktu tertentu dengan keadaan dimasa lampa u. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian anta ra unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Sehingga akan mengubah struktur dan fu ngsi sosial masyarakat tersebut. Begitupun halnya yang terjadi pada masyarakat peisisir atau masyarakat n elayan suku Bajo di Desa Awesang, yang mana pada tahun 2002 hingga kini telah me ngalami perubahan ke arah yang lebih baik dilihat dari pendidikan, kesejahteraan dan berdampak pada status sosialnya. Secara kultural, orang Bajo masih tergolong masyarakat sederhana dan hid up menurut tata kehidupan lingkungan laut, dikenal sebagai pengembara lautan (se a gypsies), yaitu hidup dengan mata pencaharian yang erat hubungannya dengan lau tan, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan menangkap ikan di lautan. Laut dan orang Bajo merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kultur orang Bajo. Karena itu, ada dua konsep utamanya yaitu: (1) Laut, adalah w ilayah perairan yang luas dan airnya asin yang memiliki berbagai fungsi. Laut ba gi orang Bajo mutlak adanya, karena selain sebagai tempat tinggal, juga sebagai tempat mencari nafkah hidupnya, (2) Orang Bajo, adalah sekelompok orang pengemba ra lautan yang berdomisili bersama keluarganya di laut atau pesisir pantai. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial.Mereka juga memiliki sistem nilai dan simb ol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.Faktor kebuda yaan inilah yang menjadi pembeda antara masyarakat nelayan dengan kelompok sosia l lainnya.Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung , menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelauta n. Sebagai komunitas, mereka juga memiliki struktur sosial tersendiri yang menyebabkan mereka mempunyai budaya, bahasa dan adat istiadat tersendiri. Sama h alnya dengan masyarakat lain, masyarakat Bajo juga memiliki masalah dalam kehidu pannya, bahkan cenderung kompleks. Mulai dari kemiskinan yang membelenggu, tingk at pendidikan yang rendah, pola kehidupan yang hanya bergantung pada laut, terti nggal baik dalam pembangunan maupun mental, eksploitasi hasil laut yang semua it u menyebabkan mereka terkadang tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2006 (Gilib, 2009 : 1) menyatakan jumlah desa pesisir tercatat 8.090 desa yang tersebar di seluruh pulau besar maupun kecil. Pada desa pesisir tersebut berdomisili 16 juta jiwa pe nduduk dan sekitar 4 juta jiwa berprofesi sebagai nelayan, 2,6 juta pembudidaya ikan, serta berprofesi lain-lainnya sebanyak 9,7 juta. Diantara 16 juta jiwa ter sebut ada sekitar 5,2 juta jiwa tergolong miskin. Hal inipun yang terjadi pada masyarakat bajo Desa Awesang, Kec.Balaesang Tanjung

Kab.Donggala. Masyarakat pesisir ini merupakan lapisan masyarakat yang paling m iskin jika dibandingkan dengan masyarakat lain di luar pesisir. Hal itu dikarena kan pendapatan yang diperoleh bersifat harian dengan jumlah yang tidak menentu. Selain itu pendapatan yang berfluktuasi tergantung pada musim dan status nelayan itu sendiri (pemilik kapal atau anak buah kapal). Berdasarkan ukuran yang dapa t dilihat yaitu dari rumah tempat tinggal, pakaian, gaya hidup, status sosial se cara umum tergolong tidak sejahtera. Beberapa pemukiman masyarakat nelayan terma suk kumuh dan sederhana.Hanya ada beberapa nelayan yang memiliki rumah relatif b agus dan itu dimiliki oleh pemilik kapal atau juragan. Beberapa hal yang menimbulkan kemiskinan pada masyarakat nelayan suku ba jo diantaranya adalah sumberdaya manusia yang rendah, keterbatasan penguasaan te knologi, budaya kerja yang belum mendukung kemampuan manajerial yang masih renda h, keterbatasan modal usaha, rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan d an kesejahteraan sosial masyarakat yang rendah sehingga mempengaruhi mobilitas s osial mereka. Hal yang sangat bertolak belakang apabila dibandingkan dengan sumb erdaya alam yang melimpah dari wilayah pesisir tempat tinggal mereka.Dimana pote nsi sumberdaya alam yang dimiliki oleh wilayah pesisir sangat bernilai ekonomis tinggi apabila dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya masing-masi ng.Misalnya, budidaya rumput laut, pengawetan ikan, dan lain sebagainya.Namun, h al itu tidak dapat dilakukan dan dikembangkan karena terhambat oleh kurangnya il mu pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mengelolanya menjadi bernilai e konomis. Melihat keadaan ini, pemerintah Prov. Sulteng bekerja sama dengan pelaku bisnis untuk membantu memperbaiki taraf hidup masyarakat nelayan yang direalisa sikan dalam bentuk modernisasi perikanan. Program tersebut antara lain bantuan m odifikasi sarana penangkapan, pemberian kredit bergulir pada masyarakat pesisir, serta penyuluhan lingkungan pesisir dan lautan. B. Aplikasi Modernisasi Perikanan dan Perubahan Sosial Masyarakat Bajo Pada dasarnya setiap program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat akan berdampak pada norma serta budaya lokal setempat. Demikian pula dengan kel estarian lingkungan laut, begitu juga dengan pantai yang menjadi sumber utama ma ta kegiatan nelayan. Kehidupan nelayan terutama pada lapisan buruh dalam kegiatan penangkapan ikannya tergantung pada hubungan dengan juragan (pemiliki modal dan kapal).Hal itu dikarenakan kekurangan modal atau finansial yang memadai.Kekurangan modal te rsebut semakin menambah beban, tantangan serta persaingan yang besar dalam rangk a pemanfaatan sumberdaya laut. Disatu sisi nelayan buruh dengan kemampuan dan ke terampilan menangkap ikan yang merupakan potensi, disisi lain tidak adanya modal adalah kendala, mengingat wilayah laut adalah wilayah terbuka yang dapat dimanf aatkan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk mengolah sumber daya alam y ang ada di dalamnya dan berlakunya hukum alam, siapa kuat dia adalah raha. Pembangunan sebagai hasil dari modernisasi ini ditanggapi beragam oleh b eberapa kelompok masyarakat nelayan di Desa Awesang ini.Dalam komunitas nelayan perubahan yang nampak adalah berubahnya pola kerja, sistem stratifikasi baik kar ena dasar penguasaan alat produksi maupun mencakup pula kekuasaan. Perubahan str atifikasi juga terjadi pada organisasi penangkapan sebagai implikasi dari alih t eknologi tersebut, sehingga kelembagaan nelayan yang telah terbangun sebelumnya biasanya akan terjadi perubahan juga. Modernisasi perikanan ini berdampak pada kehidupan sosial nelayan maupun komunitas nelayan tersebut. Dampak tersebut adalah perubahan pola kerja dari pe nggunaan teknologi lama yang masih sederhana yaitu perahu dayung menjadi teknolo gi baru berupa perahu motor tempel yang lebih modern, efektif dan efisien. Efekt ifitas dan efisiensi modernisasi tersebut menimbulkan diferensiasi yakni munculn ya unit-unit sosial baru yang berdampak pada perubahan struktur sosial masyaraka t nelayan. Perubahan tersebut terjadi pada level nelayan maupun komunitas. Pada level nelayan, diferensiasi tersebut menimbulkan nelayan terstratifikasi dalam b eberapa lapisan, misalnya nelayan pemilik kapal dan sebagainya yang dalam bahasa Bajo disebut punggawa dan pekerja disebut sawi. Perubahan lapisan nelayan terse

but jelas berdampak pada perubahan stratifikasi pada level komunitas sehingga st ruktur sosial berubah yang awalnya ascribed dan achieved status menjadi hanya ac hieved status saja. Dilihat dari pola kerja berdasarkan dimensi waktu yang digunakan, peruba han yang terjadi sangat signifikan.Yang mana dengan menggunakan teknologi lama, pola kerja dengan daya jelajah yang lebih dekat, waktu melaut lebih singkat, jum lah pekerja lebih sedikit serta pembagian tugas tidak ada atau ada tetapi tidak jelas.Sedangkan penggunaan teknologi baru (modernisasi) pola kerja daya jelajah lebih jauh, waktu melaut lebih panjang, tenaga kerja lebih banyak dan pembagian tugas lebih jelas.Selain itu pembagian hasil juga lebih terorganisir, sehingga s emakin baik teknologi penangkapan ikan yang digunakan maka semakin banyak hasil yang diperoleh dan hal itu berdampak pada semakin tingginya tingkat pendapatan n elayan. Selain kegiatan penangkapan ikan, kegiatan yang menjadi fokus perhatian saat ini adalah usahatani rumput laut.Harga rumput laut yang relatif tinggi di p asaran, menjadikannya komoditas utama pada masyarakat nelayan.Kegiatan ini domin an dilakukan oleh para wanita masyarakat bajo.Pendampingan yang dilakukan pemeri ntah daerah setempat secara berkala sangat dirasakan manfaatnya, berupa peningka tan pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir.Selain memberikan pelatihan budidaya rumput laut, aparat pemerintah setempat juga mengajarkan keterampilan m emanfaatkan hasil laut berupa kerang yang dapat menjadi barang bernilai ekonomis tinggi jika sudah berupa aksesoris dan sebagainya.Terbukti, saat ini beberapa k elompok wanita nelayan memanfaatkan hasil alam itu dan telah dipasarkan. Perubahan selanjutnya yang dialami oleh masyarakat bajo adalah mulai tum buhnya tingkat kesadaran akan kelestarian lingkungan alam dengan adanya gerakan sukarela menghijaukan kembali terumbu karang dan bakau, dengan adanya larangan u ntuk tidak melakukan penangkapan ikan menggunakan bom atau racun yang sangat mem bahayakan keberlangsungan ekosistem alam. Hal ini dilakukan karena daerah pesisi r Kecamatan Tiworo Kepulauan merupakan daerah pertemuan antara muara sungai deng an laut lepas menyebabkan kondisi air yang payau, sehingga menjadi daerah habit at ikan dan aneka satwa laut lainnya. C. Penutup Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan yaitu dengan adanya modernisasi perikanan membawa dampak pada berbagai segi kehidupan nelayan.Pengg unaan setiap jenis sarana tersebut menimbulkan konsekuensi atau dampak berupa po la kerja, struktur sosial serta tingkat kesejahteraan nelayan.Perubahan lainnya dari modernisasi adalah meningkatnya ilmu pengetahuan dan keterampilan masyaraka t nelayan dalam bidang budidaya rumput laut dan pemanfaatan hasil laut baik beru pa aksesoris dan sebagainya. Selain itu, kesadaran akan pentingnya menjaga keles tarian lingkungan alam yang sudah berorientasi pada keberlangsungan ekosistem al am.

DAFTAR PUSTAKA Aslan, La Ode Muhamad dan Nadia, La Ode Abdul Rajak.2009. Potret Masyarakat Pesi sir Sulawesi Tenggara.Kendari : Unhalu Press. Gilib.2009. Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis Kawasan Andalan pada Desa Pesis

ir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Muna. http://digilib.its.ac.id/public/ITS -Master-8704-4107205007 . Diakses 24 Juli 2010. Mamar, Sulaeman. 2005. Kebudayaan Masyarakat Maritim. Palu: Tadulako University Press.

Tugas ANTROPOLOGI MARITIM ( perubahan struktur sosial dalam masyarakat nelayan modern )

DISUSUN OLEH: NAIMATUL JANNAH B 301 09 022 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS TADULAKO 2012