untitled

Upload: dedy-setiawan

Post on 12-Jul-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Hipertensi 2.1.1 Konsep penyakit a. Pengertian Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit yang ditandai dengan mening katnya tekanan darah melebihi batas normal. Hipertensi terbagi atas dua yaitu Hi pertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi essensial/Hipertensi prime r) dengan Hipertensi yang diketahui penyebabnya (Hipertensi Sekunder) ( Dr. Asru l sani, 2010). Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian Hipert ensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, se bagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Aula sani, 2008). Tekanan darah adalah tenaga yang dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung melawan tahanan pembuluh darah. Atau dengan kata lain, tekanan darah ad alah sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh (A hmad setiawan, 2010). Dari beberapa penjelasan di atas mengenai pengertian Hipertensi atau tekanan dar ah tinggi dapat di simpulkan bahwa Hipertensi merupakan sindrom atau kumpulan ge jala kardiovaskuler yang progresif yang di tandai dengan meningkatnya tekanan da rah melebihi batas normal sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan sal ing berhubungan. b. Etiologi Penyebab dari hipertensi dibagi menjadi 2 golongan : 1. Hipertensi Essensial / Hipertensi Primer Terdapat sekitar 95% kasus hipertensi yang menyebabkan belum diketahui s ecara pasti/idiopatik. Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : genetik, usia, obesitas, konsumsi alkohol, merokok. 2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal Terdapat sekitar 3 % kasus hipertensi, penyebab spesifikasinya telah dik etahui. Hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Mansjoer, 1999: 548). Penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti namun para ahli mengung kapkan ada 2 faktor yang memiliki terjadinya penyakit hipertensi. a. Faktor yang tidak dapat dikontrol seperti keturunan : jenis kelamin, umu r. b. Faktor yang dapat dikontrol umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan, antara lain : kegemukan, kurang olah raga, Stress, konsumsi kopi, konsum si alkohol dan merokok, sserta konsumsi garam yang berlebihan.

c. Patofisiologi Peningkatan tekanan darah/Hipertensi dipengaruhi oleh curah jantung yang meningk at dan tekanan pada dinding perifer yang meningkat sebagai faktor seperti keturu nan, obesitas, konsumsi garam yang berlebihan, konsumsi alkohol, merokok. Olahra ga yang kurang berperan penting dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada tahap awal hipertensi primer, curah jantung meningkat dan tekanan p erifer normal disebabkan oleh peningkatan aktifitas saraf simpatik. Pada tahap s elanjutnya curah jantung dan tekanan perifer meningkat karena reflek antiregulas i (mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal) karena curah jantung meningkat terjadi konstriksi shugfer pre kapiler. Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan struktural pada pembuluh darah terjadi h ipertensi dinding pembuluh darah, sedangkan pada jantung terjadi pencegahan dind ing ventrikel adanya penyempitan pada dinding pembuluh darah dan mengakibatkan t erjadinya vasokontraksi pembuluh darah. Vasokontraksi dari pembuluh darah dapat mengakibatkan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan pelepasan renin, produksi renin di pengaruhi oleh stimulasi syaraf simpatis, renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi Angiotensin II yang merangsang skresr

aldosteron oleh kortek adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan p eningkatan volume intravaskuler. Akibat dari vasokontriksi pembuluh darah mengak ibatkan perifer meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini me nyebabkan kerusakan vaskuler. Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jela s pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan vaskuler dapat berupa perubahan vasku ler retina yang dapat mengganggu fungsi penglihatan (Tembayang, 2000: 899). d. Tanda dan Gejala Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Gejala yan g sering ditemukan sakit kepala, epitaksis, pusing, cepat marah, telinga berdeng ung, sukar tidur, rasa berat di tengkuk/leher, mata berkunang-kunang, mudah lel ah (Susalit, 2002: 459-460). e. Evaluasi diagnostik Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diper iksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya ke rusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiograf i, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmam puan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Pmeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fun gsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan dapat mengiden tifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya faktor resiko lainnya harus dikaji dan di evaluasi. f. Penatalaksanaan Tujuan dari penanganan adalah mencegah terjadinya mordibitas dan mortali tas. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasu k penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau,latihan dan re laksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antih ipertensi. Apabila hipertensi ringan berada pada resikomtinggi, atau bila tekana n darah diastoliknya menetap diatas 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 13 9 mmHg , maka perlu dimulai terapi obat-obatan. g. Komplikasi Komplikasi potensial yang mungkin terjadi mencakup penyakit jantung koroner, gag al jantung, gagal ginjal, kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak atau struke (Sri Rahayu, 2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung RSUD.dr Soetomo, 1997).

h. Dasar data pengkajian Hipertensi (Donges, 2000): a. Aktifitas/istirahat Gejala: Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. b. Sirkulasi Gejala: Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katub dan p enyakit serebrovaskuler, episode palpitasi dan perspirasi. Tanda: Tekanan darah meningkat (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah di perlukan untuk menegakan diagnosa); Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugulari s, dan radialis; Ekstermitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer); Pengisian kapiler: mungkin lambat/tertunda. c. Integritas ego Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia atau marah kro nik. Faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan) Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian. d. Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang di sukai, yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol,perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun), ri wayat penggunaan diuretik. Tanda: Berat badan normal atau obesitas, glikosuria (hampir 10% pasien hipertens i adalah diabetik) e. Neurosensori Gejala: Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital,gangguan pen glihatan. Tanda: Penurunan kekuatan genggaman tangan dan refleks tendon dalam. f. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai / klaudikasi, sakit kepala oksi pital berat, nyeri abdomen/massa. g. Pernapasan Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas / kerja, riwayat merokok. Tanda: Penambahan bunyi napas (krakles/mengi). h. Keamanan Gejala: Gangguan koordinasi atau cara berjalan Tanda: Episode unilateral transien, hipotensi postural. i. Pembelajaran atau penyuluhan. Gejala: Faktor-faktor resiko keluarga, penggunaan obat atau alkohol. i. Diagnosa yang muncul pada pasien Hipertensi menurut Donges, 2000 adalah: 1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload ,vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler. 2) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara supla i dan kebutuhan oksigen. 3) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan sehu bungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya. 5) Koping individual inefektif b/d krisis situasional/maturasional, perubah an hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tidak pernah olah raga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak real istik, metode kopinh tidak efektif. 6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit, program pengobatan b/d kur ang pengetahuan/daya ingat, keterbatasan kognitif .

2.2 Konsep Dasar Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga Keluarga adalah kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada hub ungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah. Sedangkan menurut Depkes RI dalam (Wahid, 2006), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdi ri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati & Dermaw an 2005) mengatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang terg abung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hi dup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya mas ing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan dan pert alian darah serta hidup dalam satu rumah tangga yang berinteraksi satu sama lain . Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang menggambarkan perke mbangan fisik, mental,emosional dan sosial dari setiap anggota keluarga.

2.2.2 Tipe Atau Bentuk Keluarga Menurut Sussman dan Maclin dalam (Setiawati & Dermawan, 2005), membagi bentuk-be

ntuk keluarga menjadi dua yaitu : a. Bentuk keluarga tradisional 1) Keluarga inti Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak hidup dalam rumah tangga yang sama . a) Keluarga-keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama b) Keluarga-keluarga orang tua campuran atau orang tua istri. 2) Pasangan inti Keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. a) Karier tunggal b) Keduanya berkarier 3) Keluarga dengan orang tua tunggal Satu yang mengepalai keluarga sebagai konsekuensi dari perceraian,ditinggalkan a tuau pisah. 4) Bujangan yang tinggal sendirian 5) Keluarga besar tiga generasi Mungkin menjadi cirri dari bentuk keluarga tertentu (nomor 1, 2, atau nomor 3 di atas) hidup dalam rumah tangga biasa. 6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia Suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah (anak sudah kuliah, bekerja ). 7) Jaringan keluarga besar, dua keluarga inti atau lebih dari kerabat prime r atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geograf is dan dalam sistem tukar menukar barang dan jasa. b Bentuk Keluarga Non Tradisional 1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah 2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah, perkawinan atas dasar hukum u mum. 3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo). 4) Keluarga gay / lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin sama yang hidu p bersama sebagai pasangan yang menikah. 5) Keluarga komuni, keluarga dengan lebih dari satu pasang monogamy dengan anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas,sumber-sumber, dan memi liki pengalaman yang sama, sosialisasi dari anak merupakan aktifitas kelompok. c. Tipe Keluarga Menurut Effendy dalam (wahid, 2006) 1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, i bu dan anak-anak. 2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sa nak saudara. 3) Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari wani ta dan pria yang menikah lebih dari 1 kali, dan merupakan satu keluarga inti. 4) Keluarga berkomposisi, adalah keluarga yang poerkawinannya berpoligami d an hidup secara bersama. 5) Keluarga duda atau janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi ka rena perceraian atau kematian. 6) Keluarga kabitas (Cahabitation) adalah 2 orang menjadi 1 tanpa pernikaha n pernikahan tapi membentuk suatu keluarga. 2.2.3 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga Siklus tugas dan perkembangan keluarga, menurut E.Duval dalam Setiawati dan Derm awan (2005) : a. Keluarga Dengan Melepaskan Anak Ke Masyarakat Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tuany a untuk memulai hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pa da tahapan ini antara lain: mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak unt uk mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalk an anak-anak. b. Keluarga Dengan Tahapan Berdua Kembali Tugas bagi keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai kehidupan

baru antara lain: menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan yang akan d atang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu, memperhatikan kesehat an masing-masing pasangan. c. Keluarga Dengan Tahapan Masa Tua Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluar ga pada tahapan ini adalah: saling memberikan perhatian yang menyenangkan antara pasangan, mempertahankan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiata n untuk mengisi waktu tua seperti dengan berolah raga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal sete lah kehidupan ini. 2.2.4 Kriteria Kesejahtaraan Keluarga Indonesia Menurut Soepratjitno, 2004, keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu : 1) Keluarga prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuh an dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papa n dan kesehatan. 2) Keluarga Sejahtera tahap I, adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuha n dasar secar minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan social psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi keluarga, interaksi de ngan lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. 3) Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi ke butuhan secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan social psikologisn ya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. 4) Keluarga sejahtera tahap III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi s eluruh kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur, juga berperan serta secara aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5) Keluarga sejahtera tahap III plus, adalah keluarga yang telah dapat meme nuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social, psikologis maupun p engembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. 2.3 Konsep Dasar Asuhan keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga bertujuan meningkatkan kemandirian k eluarga dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan keluarga. Pelaksanaan meng gunakan pendekatan proses keperawatan yang diawali dengan pengkajian sampai deng an evaluasi secara kesinambungan. Dasar dari proses keperawatan adalah menggunakan cara-cara ilmia h dalam menganalisa data sehingga mencapai kesimpulan yang logis dalam menyelesa ikan masalah secara rasional dan masuk akal. 2.3.1 Pengkajian Menurut Setiawati & Dermawan (2005) pengkajian merupakan tahap terpentin g dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal dari keluarga untu k mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. a. Model pengkajian Pengkajian keluarga menurut Friedman Friedman memberikan batasan 6 katagori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan sa at melakukan pengkajian: 1) Data pengenal keluarga. 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. 3) Data lingkungan. 4) Struktur keluarga. 5) Fungsi keluarga. 6) Koping keluarga. b. Tahap-tahap pengkajian Untuk mempermudah perawatan keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan ist ilah penjajakan: 1) Penjajakan I Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain: a) Data umum

b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga c) Lingkungan d) Struktur keluarga e) Fungsi keluarga f) Stress dan koping keluarga g) Harapan keluarga h) Data tambahan i) Pemeriksaan fisik Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi masalah kese hatan yang dihadapi keluarga. 2) Penjajakan II Pengkajian yang tergolong kedalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-dat a yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehat an sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah diantaranya: a) Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah keluarga. b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yan g tepat. c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga. d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mempeng aruhi kesehatan dan perkembangan keluarga pribadi anggota keluarga. e) Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara keseha tan. Pengumpulan data, analisa data, dan perumusan masalah. 1) Pengumpulan data, dapat dilakukan melalui cara: a) Wawancara: yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspe k fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya. b) Pengamatan (observasi): pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu dit anyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang b erkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya c) Studi dokumentasi: studi berkaitan dengan perkembangan kesehatananak, di antaranya melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), Kartu Keluarga dan catatan-catatan k esehatan lainnya. d) Pemeriksaan fisik: dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai ma salah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya: keham ilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit. 2) Analisa data Definisi Analisa Data: a) Analisa data merupakan kegiatan pemilihan data dalam rangka proses klasi fikasi dam validasi informasi untuk mendukung penegakan diagnose keperawatan kel uarga yang akurat. b) Review data yang dapat menghubungkan antara penyebab dan masalah yang di tegakkan. c) Menghubungkan data dari pengkajian yang berpengaruh kepada munculnya sua tu masalah. 2) Perumusan masalah Didalam merumuskan masalah di keluarga ada tiga keloimpok besar menurut Setiawat i & Dermawan, 2005 yaitu: a) Aktual, adalah masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala y ang jelas dan mendukung masalah benar-benar terjadi. b) Resiko tinggi, adalah masalah ini sudah ditinjukan dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani. c) Potensial, adalah status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin m eningkatan lebih optimal. 2.3.2 Diagnosa Keperawatan Setiawati & Dermawan (2005) mengatakan bahwa diagnosa keperawatan keluarga merup akan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan p engukuran dengan menunjukan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi , sampai masalah aktual.

a. Stuktur Diagnosa Keperawatan Keluarga Struktur diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari: 1) Problem/masalah 2) Etiologi/penyebab 3) Sign dan Symptom/tanda dan gejala b. Tipe Diagnosa Keperawatan Keluarga Tipe-tipe diagnosa keperawatan keluarga sebenarnya ada beberapa, diantar anya: 1) Masalah Keperawatan Aktual Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas dan mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi. a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b) Gangguan pola nafas 2) Masalah Keperawatan Resiko Masalah ini sudah ditunjukan dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masal ah kesehatan bila tidak segera ditangani. Contoh: a) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b) Resiko tinggi injuri 3) Masalah Keperawatan Potensial Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal. Contoh: a) Potensial peningkatan proses keperawatan b) Potensial kehamilan dengan status kesehatan normal c. Menetapkan Etiologi Menetapkan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan d engan model single diagnosa diangkat dari lima tugas keluarga antara lain: 1) Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan 2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan 3) Ketidakmampuan keluarga merawat angota keluarga 4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan 5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. d. Kriteria Penilaian Kriteria penilaian yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya, 1978, dikutip oleh Wahit, 2006. Tabel 2.1 Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga NO KRITERIA SKORE BOBOT 1

2

3 Sifat masalah Aktual Resiko Potensial Kemungkinan masalah untuk diubah: Mudah Sebagian Tidak dapat Potensial masalah dapat dicegah Tinggi Cukup Rendah 3 2

1 2 1 0 3 2 1 4 2 1 0

1

2

1 Menonjolnya masalah Segera diatasi Tidak segera diatasi Tidak dirasakan 1

Skoring : 1) Tentukan skor untuk setiap kriteria. 2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot. Skor X bob ot Angka tertinggi 3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria. 4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot. Faktor-yang mempengaruhi Penentuan prioritas : 1). Sifat masalah: dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling besar di berikan kepada keadaan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keada an sakit atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia, kemudian baru dibe rikan kepada hal-hal yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya kepada si tuasi krisis dalam keluarga di mana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian da lam keluarga. 2). Kemungkinan masalah untuk diubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi masala h dapat diubah adalah: a). Pengetahuan, teknologi dan tindakan-tindakan untuk menangani masalah. b). Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana . c). Sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan, keterampilan, dan waktu. d). Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas organisasi seperti posyandu, polindes dan lain-lain. 3). Potensi masalah untuk dicegah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mel ihat potensi pencegahan masalah adalah: a). Kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya perilaku atau masal ah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah. b). Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah. Lam anya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah yang menimpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah. c). Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencega h dan memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga. d). Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat p eka menambah potensi untuk mencegah masalah. 2.3.3 Perencanaan Rencana keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang di rencanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi ma salah kesehatan / masalah keperawatan yang telah diidentifkasi. Rencana keperwat an yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penye lesaian masalah (Wahid, 2006). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengem

bangkan keperawatan keluarga : a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh tentan g masalah atau situasi keluarga. b. Rencana yang baik harus realistik, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan. c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kes ehatan. Misalnya bila instansikesehatan pada daerah tersebut tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut d alam menyusun perencanaan. d. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai denga n prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk keluarga. e. Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis. Hal ini selain ber guna untuk anggota tim kesehatan lainnya, khususnya dalam mengingatperencanaan y ang telah disusun untuk keluarga tersebut. Disamping itu juga dapat membantu dal am mengevaluasi perkembangan masalah kelurga. Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga : 1) Menentukan sasaran atau goal. Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama kreluarga. Kalau keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah dite ntukan diharapkan mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasara n tersebut. 2) Menentukan tujuan atau objective. Objective merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objective yang baik adalah : spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realist ik dan ada batasan waktu. 3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah dan su mber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan ke luarga tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau mengh ilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga dala m melaksanakan tugas-tugas kesehatan. 4) Menentukan kriteria dan standart kriteria Kriteria merupakan tanda dan indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukan tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah terc apai. 2.3.4 Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk m engadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, ketidakmampuan yang dihadapi keluarga, hal tersebut harus menjadikan perhatian, sehingga perawat diharapkan memberikan kekuatan dan mengembangkan potensi-poten si yang ada sehigga keluarga dapat mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam kondisi ini untuk membangkitkan minat keluarga dala m berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami tehnik-tehnik motivasi (W ahid, 2006). Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini : a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan keb utuhan kesehatan dengan cara : memberikan informasi dalam, mengidentifikasi kebu tuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhad ap masalah. b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi s umber-sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsekuensi tiap t indakan. c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit de ngan cara : mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yan g ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menj adi sehat dengan cara : menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga da n melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. e. Memotifasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, den gan cara : mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan me mbantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan : a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan informa si tapi keliru. b. Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka melihat ma salah hanya sebagian. c. Keliru tidak mengkaitkan antara informasi yang diterima dengan situasi y ang dihadapi. d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi. e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial. f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku. g. Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya kep erawatan. h. Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat. Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat pula diakibatkan oleh faktor-fak tor yang berasal dari petugas, antara lain : a. Petugas cenderung mengguinakan satu pola pendekatan atau petugas kaku da n kurang fleksibel. b. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-fak tor sosial budaya. c. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan bermacammacam tehnik dalam mengatasi masalah yang rumit.

2.3.5

Evaluasi Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru ya ng sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu k ali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai d engan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan baik kepada individu maupun keluarga adalah : a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana kelua rga mengatasi masalah tersebut. b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai. c. Tentukan kriteria dan standart untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubunga n dengan sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yan g diinginkan. d. Tentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber dat a yang di perlukan. e. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan krteria dan st andart untuk evaluasi. f. Identifikasi penyebab atau akasan penampilan yang tidak optimal atau pel aksanaan yang kurang memuaskan. g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mung kin ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi