untitled

Upload: ccup473062

Post on 06-Jul-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOROSI SECARA UMUM 2.1. PENGERTIAN KOROSI Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang meru sak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan . Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ek straksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstrak si dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baj a paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang m enyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan te rjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda p otensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih d ari oksida. 2.2. SEBAB SEBAB KOROSI Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua , yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bah an meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari ling kungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat k imia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menye babkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an -organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses ko rosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses k orosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluo rida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam i ndustri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak ( NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sin tesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebaga i bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu dip eriksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-ga s asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yan g apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan denga n peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti o ksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat te naga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) un tuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx y ang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitr at (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam da n bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udar a yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komp onen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses koro si tidak dapat dihindari lagi. 2.3. AKIBAT KOROSI Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat ele ktrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik. Oleh sebab itu, dalam lingkunga n dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika

renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Da lam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam be ntuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa. 2.4. FAKTOR FAKTOR KOROSI 1. Kelembaban udara 2. Elektrolit 3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2) 4. Adanya O2 5. Lapisan pada permukaan logam 6. Letak logam dalam deret potensial reduksi 2.5. PENCEGAHAN KOROSI 1. Dicat 2. Dilapisi logam yang lebih mulia 3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi 4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan dihubungkan 5. Dicampur dengan logam lain Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dih indari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan m encegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan da pat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanga nan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpenga ruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri. Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendali an lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan ma salah korosi berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta p eralatan penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantis ipasi dan menangani masalah korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secar a keseluruhan. Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya menghamb at laju korosi harus terintegrasi dengan program perawatan dan perbaikan sehingg a diperoleh hasil yang terbaik. Pengendalian laju korosi melalui pengendalian li ngkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara dan pengendalian keas aman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkin dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya p engendalian korosi ini harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoper asian alat, mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya p engendaliannya perlu diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan y ang terlibat langsung dalam kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat dit empuh dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik : Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran, peng uapan serta pelepasan ke lingkungan dapat dihindari. Pengecekan bejana penyimpan bahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingg a adanya kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sed ini mungkin untuk menghindari efek yang lebih luas. Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban d an kebersihan dalam perusahaan. Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan yang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serang an korosi. Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi pe rlu disimpan di ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat te rlepasnya bahan-bahan korosif ke lingkungan. Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apa bila terbang terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut. Pendidikan tentang faktor-faktor penyebab korosi dan akibatnya perlu juga diberi

kan kepada karyawan yang bersentuhan langsung dengan pengoperasian alat, agar me reka selalu menjaga dan mau mengikuti instruksi-instruksi yang digariskan dalam kaitannya dengan perawatan peralatan elektronik. Hal yang tak kalah pentingnya dalam upaya menjaga peralatan dari masalah korosi ini adalah dukungan dan perhatian yang serius dari sistim manajemen. Pengawasan dan perhatian yang serius perlu diberikan oleh para pimpinan terhadap manajemen perawatan peralatan-peralatan elektronik. 2.6. DAMPAK KOROSI Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memaka i komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat bocor karena termakan korosi. D emikian juga besi untuk pagar tidak dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga ma mpu menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dar i jam digital hingga komputer, serta peralatan-peralatan canggih lainnya yang di gunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maup un di dalam rumah tangga. Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju se kalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani seca ra fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah kajian pa ra ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyu sutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan indust ri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan lebih lama. Banyak ne gara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara yang berbeda-be da, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 5,0 persen dari GNP. Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5 pe rsen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya lan gsung seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produks i dalam industri serta kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandin gkan biaya langsung. KOROSI EROSI KOROSI DALAM AIR TANAH Bagian-bagian Air Tanah Sebelum membicarakan korosi dalam air tanah, kiranya perlu diketahui bag ian-bagian air tanah Menurut letaknya, air tanah dapat dibagi menjadi sebagai be rikut: 1.Air permukaan, dimana komposisi zat terlarut tergantung pada tanah yang ditemp ati atau tempat tergenangnya. Pada umumnya zat yang terlarut jauh lebih rendah d ari air laut. Biasanya mengandung Ca2+, Mg2+,NH4+, Cl-, dan SO42-. Agresivitas k orosi air permukaan lebih rendah dari air laut. 2.Air tanah dangkal, seperti air sumur, komposisi zat terlarutnya sangat tergant ung pad tanah dimana sumur itu dibuat. Bila tanahnya banyak kapurnya maka it itu akan sadah. Korosivitasnya lebih rendah daripada air laut. 3.Air tanah dalam, pada umumnya bebas dari mikroba karena mendapat mendapat sari ngan alam yang sempurna, lebih jernih karena mendapat proses pendapatan yang lam a sekali. Kelemahannya jumlah ion yang terlarut akan cukup banyak karena kontak langsungantara air dengan tempat di dalam tanah sangat lama dan bergantung pada komposisi tanahnya sendiri, bisa mengandung mineral yang cukup tinggi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi korosi di Air tanah 1. Air mengandung CO2 Air dengan CO2 akan bereaksi membentuk H2CO3 dan kemudian H2CO3 akan terurai men urut persamaan reaksi sebagai berikut: H2O + CO2 H2CO3

H2CO3 H+ + HCO3Dari persamaan reaksi di atas dapat diketahui bahwa air yang mengandung CO2 akan menghasilkan HCO3- yang korosif. Jadi air tanah yang mengandung CO2 dapat menga kibatkan korosi. 2.Kesadahan Air Tanah Bila air mengandung banyak ion kalsium dan magnesium disebut air sadah yang teta p. Hal ini selain dapat menyebabkan korosi juga dapat menyebabkan hal- hal sebag ai berikut: 1.Pembuihan atau membentuk endapan bila kena panas 2.Pembentukan terak yang keras dan sukar dihilangkan 3.Adanya Oksigen terlarut dalam air Tanah Adanya oksigen dapat menyebabkan korosi telah dibuktikan oleh Evans. Untuk membu ktikannya Evans melakukan percobaan sebgai berikut: 2 plat besi yang sama dijadikan elektroda, yang satunya dimasukkan ke dalam pot yang berpori(porous),sedangkan yang satunya lagi tidak. Kedua elektroda terendam air dan dihubungkan dengan kawat halus melalui mpere meter. Pada waktu dihubungkan tidak terjadi perubahan arus, tetapi ketika elektroda yan g di luar pot dialiri udara, timbul arus. Hal ini berarti ada perbedaan potensia l, karena yang dialiri udara akan bersifat sebagai katoda. Hal ini disebabkan lo gam, yang kena korosi itu mengambil oksigen dari elektrolit, maka dengan diberi oksigen laju korosi akan dipercepat, hingga elektroda ini akan lebih negatif bil a dibandingkan dengan elektroda dalam pot. 4.pH air Air tanah dengan pH kecil ( bersifat sebagai asam ) merupakan lingkungan yang ko rosif yang bisa menimbulkan korosi pada logam. Pengendalian Setelah kita mengetahui faktor-faktor yang bisa menimbulkan korosi dalam air tan ah ,maka kita bisa melakukan usaha-usaha pengendalian terhadap korosi dalam air tanah. Adapun usaha-usaha yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut: 1.Menghilangkan Oksigen Usaha ini dimaksudkan agar air tidak mengandung zat-zat yang dapat mengoksidasi besi dalam suasana asam. Oleh karena itu, disamping kita melakukan penghilangan oksigen, juga perlu dilakukan penetralan . Adapun cara untuk menghilangkan oksig en dari dalam air ada bermacam-macam,yaitu: A.Menggunakan oxygen scavenger (penangkap oksigen) seperti hydrazine (N2H4) B.Pembubuhan Na2SO3 sehingga akan terbentuk Na2SO4 pada temperatur tinggi. C.Dengan pemanasan hingga O2 semuanya keluar 1.Pembubuhan Inhibitor Inhibitor akan menghambat laju korosi bila kita masukkan dalam air karena memben tuk lapisan protektif atau pelindung Inhibitor katodis akan membentuk lapisan hi droksida yang sukar larut. Sedangkan inhibitor anodis akan membentuk anion yang dengan ion logamdapat membentuk persenyawaan yang sukar larut. Dalam Praktiknya, inhibitor yang sering ditambahkan adalah: a.Alkali (inhibitor katodis) Biasanya dibubuhkan NaOH yang dapat membentuk hidroksida yang sukar larut dan da pat menetralkan lingkungan asam. b.Persenyawaan kromat atau bikromat (inhibitor anaodis ) Senyawa kromat yang sering dibubuhkan adalah Na2CrO4 a c.Fosfat (Na3PO4) Na3PO4 dapa terionisasi menjadi PO42- dimana dengan ion Fe3+ yang ada dalam ir a kan membentuk garam Fe2(PO4)3 yang merupkan lapisan tipis tetpi merupakan pelind ung terhadap terjadinya korosi. d.Silikat Biasanya natrium silikat (Na2SiO3) yang jika bereraksi dengan besi dapat membent uk besi silikat yang merupakan lapisan yang sukar larut dan pelindung dari koros i. Menghilangkan asam Karbonat agresif Adapun cara-cara untuk menghiolangkan asam karbonat adalah sebagai berikut: a.Dengan aerasi,mencampurkan air dengan udara sehimgga menurunkan kadar CO2 dala m air

b.Dicampur dengan kapur tohor (CaO) CaO dengan air dapat membentuk Ca(OH)2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut: CaO + H2O Ca(OH) 2 Ca(OH) 2 +H2CO3 Ca(HCO3)2 +2H2O Jadi asam karbonat dijadikan garam bikarbonat yang bila kena panas akan menjadi CaCO3. Kemudian CaCO3 akan bereaksi dengan CO2 dalam air membentuk garam bikarbo nat . Jadi CO2 yang agresif diubah menjadi garam bikarbonat yang tidak agresif. Air tanah mengandung beberapa zat dalamjumlah yang bervariasi terdiri dari CO32, HCO3-, Cl- , SO42- dan SiO2 dan kation Ca2+ , Na+, K+, dan sedikit sekali Mg2+ dan Al3+. Pada temperatur tinggi zat-zat tersebut akan membentuk endapan padas d inding logam yang panas. Endapan yang utama adalah CaCO3 dan CaSO4 dan didapat j uga NaSO4. Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi a kibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang di sebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian siste m industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikr oba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terj adi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan m enyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan per hatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena terseb ut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-pe nelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut. Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku indu triawan, dosen dan pendidik secara khususnya dan orang-orang yang berkompeten te rhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana b ahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan tanah di sekitar kita MIKROBA KOROSI Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang su hu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sed ikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan pro tozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. P engaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubun gan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapi san tipis saat 2 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter d i permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan koro si lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek da ri sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu : 1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak ad anya oksigen. 2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksig en. 3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua k ondisi. 4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit ok sigen. Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Je

nis-jenis bakteri yang berkembang yaitu : 1. Bakteri reduksi sulfat Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk menduk ung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya . Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfung si sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk mempro duksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenas e yang mengkonsumsi hidrogen. 2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam. 3 Bakteri besi mangan oksida Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan denga n bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemi spherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang. Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variabel-v ariabel yaitu : 1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan laju korosi tergantung karakteristik mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang berlainan. 2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah a kan mudah terganggu sedangkan kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan lebih ti pis dan padat. 3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolis me mikroorganisme. 4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk t umbuh, namun pada Organisme fakultatif jika O2 berkurang maka dengan cepat bakte ri ini mengubah metabolismenya menjadi bakteri anaerob. 5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan rendah, padatan ini menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas m ikroba. Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel diferens ial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen. Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi pertumbuhan ko rosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga korosi mikroba tidak terjadi denga n absennya bioflim. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local lingkungan misalny a pH yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi. Meskipun beberapa literaratur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang dih ubungkan dengan korosi di lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui ten tang mekanisme mikroorganisme saat inisiasi dan propagasi aktifitas korosi. material SS 316, umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri kurang dipahami, ha nya melihat inidikasi produksi asam atau serangan sulfida terlihat pada Gambar 2 . MASALAH MASALAH DI LAPANGAN Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebab kan oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu : a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS) menggunak

an pipa-pipa gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama instalas i, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi kat odik dengan potensial proteksi 850 mV (vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian pote nsial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa. Ke gagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang d isebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos. Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikro ba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang p it berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 0,47 mm/year)4, LUBANG KOROSI KERUSAKAN PADA PIPA AKIBAT KOROSI (KARAT) SECARA MIKROBIOLOGIS b.Korosi pada Pabrik Gula Industri gula, seperti proses industri lainnya tentu mengalami permasalahan koro si pada setiap tahapan prosesnya. Dengan adanya bahan konstruksi yang terbuat da ri logam, maka Pabrik Gula rentan terhadap serangan korosi. Korosi tidak dapat d ihindari, tetapi dapat diperlambat lajunya. Selama ini permasalahan korosi di pa brik gula kurang mendapat perhatian bahkan terkesan diabaikan, padahal biaya yan g ditimbulkan akibat adanya korosi tidaklah sedikit. Korosi berpotensi terjadi d i Pabrik gula karena bahan konstruksinya banyak terbuat dari logam khususnya bes i. Bhaskaran, dkk (2003) melakukan audit mengenai korosi di Pabrik Gula di India. D ari hasil audit tersebut dihasilkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh seluruh pa brik gula di India akibat masalah korosi sebesar US $ 14.000.000 atau hampir 140 milyar rupiah. Sedangkan studi yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa tota l biaya yang ditimbulkan akibat korosi untuk seluruh industrinya sebesar $ 296 m ilyar (Roberge, 1999 ). Jenis Korosi dan Mekanismenya Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya (Rober ge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang lo gam (Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara alami pada per mukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH). Pasivitas dari la pisan film ini akan rusak karena adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya adany a penurunan pH atau alkalinitas dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion kl orida. Pada proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut. Reaksinya : Fe > 2 Fe++ + 4eDengan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap t inggal pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektron-elektron 4e- yang tertinggal akan menuju kesana (oleh logam) dan bereaksi dengan O2 dan H2O. O2 + H2O + 4e- > 4 OHIon-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe++ dan membentuk 2 Fe(OH)2. Oleh kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3. Jenis-jenis korosi yang sering terjadi antara lain : a. Uniform attack Korosi yang terjadi di permukaan logam karena adanya kontak dengan lingkungan da n atmosfer. b. Pitting Corrosion Korosi secara lokal pada permukaan logam, berusaha menembus kedalam logam. Penye bab utamanya adanya serangan oleh ion klorida. c. Cavitation Damage Kerusakan material yang disebabkan oleh adanya kavitasi (terbentuk gelembung) da ri cairan dalam aliran

fluida pada fase antar muka padat cair. Contohnya di impeller pompa. d. Korosi Mikrobiologis Korosi yang disebabkan oleh mikroba, misal bakteri penghasil sulfat (sulfobrio) menghasilkan H2S atau H2SO4 yang bersifat korosif. Potensi Korosi di Pabrik Gula Peralatan di pabrik gula yang terbuat dari logam sangat rentan terhadap serangan korosi. Terlebih lagi Nira sebagai bahan baku proses pembuatan gula mempunyai k ondisi asam, sehingga berpotensi untuk menimbulkan korosi di peralatan. Proses p roduksi di pabrik gula secara garis besar dibagi menjadi empat tahapan proses, y aitu : Tahap 1 Ekstraksi tebu menjadi nira mentah (Gilingan) Tahap 2 Nira mentah menjadi Nira Encer (Pemurnian) Tahap 3 Nira Encer menjadi Nira Kental (Penguapan) Tahap 4 Nira Kental menjadi Gula Kristal (Kristalisasi dan Pemisahan) Pada tiap tahapan proses tersebut ada berbagai hal yang dapat menimbulkan serang an korosi. Stasiun Ketel (Boiler) Boiler atau ketel merupakan jantung dari pabrik gula. Fungsi dari ketel adalah u ntuk menyediakan uap yang digunakan untuk proses, yaitu di gilingan, pemanasan n ira, penguapan nira, pemasakan nira kental, dan pemutaran. Ketel terdiri pipa-pi pa dimana lingkungannya terus menerus kontak dengan air dan uap. Dengan adanya k ontak tersebut besar kemungkinan terjadinya erosi pada permukaan pipa. Stasiun Gilingan Gilingan berfungsi untuk memerah nira yang terdapat dalam tebu. Pada proses ini tebu digiling menggunakan rol yang terbuat dari bahan Stainless Steel atau Carbo n Steel. Potensi terjadinya korosi di rol gilingan cukup besar. Hal itu disebabk an karena keausan dari peralatan. Keausan terjadi karena adanya gesekan antara a mpas dengan rol gilingan. Dengan banyaknya gesekan yang terjadi maka rol akan me njadi aus, sehinggan menimbulkan korosi. Selain itu karakteristik dari Nira yang dihasilkan bersifat asam, sehingga menjadi media yang baik untuk terjadinya kor osi. Unit Pemurnian Proses pemurnian nira bertujuan untuk menghilangkan bukan gula yang ada dalam ni ra. Pada saat ini kebanyakan pabrik gula di Indonesia menggunakan proses sulfita si untuk memurnikan nira. Pada proses sulfitasi digunakan tobong belerang untuk memproduksi gas SO2 sebagai bahan pembantu. Pada proses pembuatan gas SO2 di tob ong belerang terjadi reaksi-reaksi : Unit Penguapan Proses penguapan di Pabrik gula menggunakan evaporator. Pada evaporator permasal ahan korosi menelan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan unit lain. Pada p roses penguapan nira akan diuapkan airnya dari % brix menjadi % brix. Pada prose s penguapan ini permasalahan yang sering terjadi adalah timbulnya kerak di dindi ng pipa evaporator (baik disisi nira maupun di sisi uap). Korosi dan erosi menja di salah satu masalah serius yang dihadapi oleh evaporator karena tingginya laju dari zat cair dan uap yang ada dalam evaporator. Selain itu kemungkinan terjadi nya entrainment di evaporator juga bisa menyebabkan terjadinya korosi. Karena it u berbagai upaya dilakukan untuk mencegah entraintment diantaranya dengan penggu naan mist eliminator. Perpipaan Pada industri gula perpipaan yang digunakan sebagian besar pipa tertutup, yaitu untuk mengalirkan nira, strop, air, uap, masakan. Pada sistem perpipaan rentan t erjadi korosi karena laju dari fluida yang besar dapat menyebabkan erosi pada pi pa. c. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran. Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masal ah cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar, setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi ya

ng disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam yang terbu at dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan pembelian. Ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding bagian dal am, kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal beru pa korosi pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat kelaru tan logam.

DAFTAR PUSTAKA 1. Hill, E.C, Microbial Aspects of Metallurgy, New York, American Elsevier, 1 970 2. Tatnall,R E., Introduction part I- Biofilm formation , Houston, NACE International,1993. 3. Gessy,G.G., Introduction part II-Biofilm Formation, Houston, Nace International, 1993. 4. Seon Yeob, Li dkk., Microbiologically influenced Cor rosion of underground pipelines under the disbonded coating, KOGAS, Korea. 5. Toat Nur Salam, Memprediksi kondisi pipa baja dalam tanah dengan metode uji arus secara kompterisasi, P2M LIPI, Serpong, 1999 6. Mars

GAMBAR-GAMBAR KOROSI