universitas padjadjaran fakultas ilmu...

174
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN PENYUSUNAN DATA BASE PENATAAN DAERAH DI KABUPATEN BANDUNG Oleh: Dr. A. Widanarto., Drs. M.Si UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN 2014

Upload: phamduong

Post on 06-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

LAPORAN PENELITIAN

KAJIAN PENYUSUNAN DATA BASE

PENATAAN DAERAH

DI KABUPATEN BANDUNG

Oleh:

Dr. A. Widanarto., Drs. M.Si

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

2014

Page 2: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

TAHUN 2014

Page 3: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

i

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Kajian Penyusunan Data Base Penataan Daerah di

Kabupaten Bandung, dilatarbelakangi oleh pengkajian potensi daerah dalam rangka

mengukur dan mengevaluasi variabel atau kriteria potensi daerah yang

dipersyaratkan untuk mengetahui kemungkinan penataan wilayah di Kabupaten

Bandung.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk

menentukan pilihan terbaik bagi Pengembangan dan Penataan Kewilayahan di

Kabupaten Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran tingkat kemampuan daerah dalam mengimplementasikan otonomi

daerah, dan untuk mengetahui kemungkinan pengembangan dan penataan seluruh

wilayah di Kabupaten Bandung untuk dilakukan pengembangan dan penataan di

tingkat kecamatan. Penelitian ini merupakan aplikasi model pengukuran dan

evaluasi terhadap kemampuan potensi yang akan mendiskripsikan dan

mengeksplanasikan tingkat kekuatan atau pengaruh variabel yang diamati terhadap

keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan, untuk meningkatkan penyelenggaraan

pelayanan umum, pembangunan dan demokratisasi.

Melalui pendekatan ini dapat diketahui secara obyektif dan mendalam

tingkat kemampuan potensi yang dimiliki kecamatan dalam penyelanggaraan

pemerintahan melalui pengukuran terhadap indikator dan sub indikator dari

berbagai variabel yaitu: demografi, orbitasi, pendidikan kesehatan, prasarana

ibadah, sarana olah raga, transportasi, komunikasi, penerangan umum, kesadaran

politik, keamanan dan ketertiban masyarakat, pertanian, perikanan, peternakan,

ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, sosial masyarakat, dan aspek

pemerintahan.

Data primer dan sekunder diambil dari 31 (tigapuluh satu) kecamatan di

Kabupaten Bandung, berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Suatu

kecamatan dapat dimekarkan jika kecamatan memiliki potensi dalam interval

tinggi (1.008 ≤ TS < 1.680). Dapat dimekarkan dengan syarat jika potensinya

dalam interval (644 ≤ TS < 1.008), dan dinyatakan tidak lulus atau ditolak

untuk dimekarkan jika masing-masing kecamatan hanya mencapai total skor

kurang dari 644.

Hasil penilaian dan pengukuran terhadap potensi kecamatan di Kabupaten

Bandung dapat dijelaskan sebagai berikut : Skoring data sekunder monografi

desa terhadap 31 kecamatan yang akan dimekarkan diperoleh hasil bahwa

terdapat 14 (empat belas) kecamatan dalam kategori layak dimekarkan yaitu,

kecamatan: Rancabali, Pangalengan, Pacet, Cicalengka, Nagreg, Rancaekek,

Majalaya, Ciparay, Baleendah, Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot,

Bojongsoang, dan Cileunyi.

Page 4: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

ii

ABSTRACT

The title of this research was A Study of the Creation of a Database for an

Arrangement of Localities in Bandung District. Its background was a study of local

potentials in attempt to measure and evaluate the variables or criteria of the local

potentials required to know a possible arrangement of localities in Bandung

District.

The research results were expectedly useful as a material in determining the

best choice for the Regional Development and Arrangement in Bandung District.

The objective of the research was to obtain a description on the capacity of

localities in implementing regional autonomy, and to know the possibility of

development and arranging the whole localities in Bandung District to perform

development and arrangement in kecamatan (sub district) level. The research was

an application of measurement and evaluation models to the capacity of the

potentials that describe and explain the strength level or effect of the observed

variables on the success of governmental implementation, in order to enhance the

implementation of public services, development, and democratization.

By the approach, it could be found out objectively and deeply the capacity

of the potensials that the sub-distric possess in implementing governance by

measuring the indicators and sub-indicators of some variables, namely:

demography,orbitation, health education, religious facility, sport facility,

transportation, communication, public lighting, political awareness, security and

social order, agriculture, fishoing, husbandry, labor, social-cultural, community

economy, social community, and administrative aspects.

Both primary and secondary data were obtained from 31 (thirty one) sub-

districs in Bandung District, in form of qualitative and quantitative data. A sub-

district might be split if it owns potentials at a high interval (1.008< TS<1.680). It

might be split on condition that its potentials were at an interval of (644< TS<

1.008), and decided as fail or rejected to be split if a sub-district achieved a total

score of less than 644.

The evaluation and measurement results of the potentials of sub-district in

Bandung District could be explained as follows: The scoring of village

monographic secondary data on the 31 sub-districs to be split produced a result

that there were 14 (fourteen) sub-districts falling into a category of being feasible

to split, namely: Rancabali, Pangalengan, Pacet, Cicalengka, Nagreg, Rancaekek,

Majalaya, Ciparay, Baleendah, Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot,

Bojongsoang, and Cilaunyi.

Page 5: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

iii

KATA PENGANTAR

Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah

diganti oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

bahwa Otonomi Daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan otonomi daerah sebagaimana dimuat dalam undang-undang

tersebut antara lain adalah untuk peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta

pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah

dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu cara mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat

adalah dengan membuat pusat-pusat pelayanan di tingkat kecamatan yang di

dahului dengan pemecahan beberapa kecamatan, agar daya jangkau pelayanannya

menjadi optimal. Di Kabupaten Bandung ada keinginan untuk melakukan

pemekaran kecamatan dengan maksud meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Adapun Kajian Penyusunan Database Penataan Daerah yang

dilakukan di Kabupaten Bandung meliputi 31 (tiga puluh satu) kecamatan.

Penyusunan Database Penataan Daerah yang dilakukan dalam bentuk

pemekaran kecamatan dengan harapan rentang kendali pemerintahan akan menjadi

lebih optimal dan institusi pelayanan menjadi lebih dekat dengan masyarakat,

terjaminnya rasa ketenteraman dan ketertiban, dan mampu mempercepat

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran kecamatan diharapkan akan

berdampak positif bagi peningkatan dan pemerataan pembangunan serta pelayanan

umum.

Hasil laporan akhir ini pada dasarnya masih sangat jauh dari harapan dan

kami mengharapkan masukan dari kawan-kawan. Oleh karena itu pada

tempatnyalah apabila kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

Page 6: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

iv

telah membantu kajian ini dari awal sampai akhir. Ucapan terima kasih dan

penghargaan saya sampaikan kepada :

1. Bupati Bandung beserta jajarannya yang telah memberikan kepercayaan untuk

menyelenggarakan penelitian ini;

2. Para Camat dan Perangkat Kecamatan se-KabupatenBandung.

3. Para surveyor.

Disadari bawah laporan akhir penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan

dan banyak kekurangan. Saran dan masukan yang bersifat membangun saya terima

untuk perbaikan.

Semoga rekomendasi hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi

Pemerintah Kabupaten Bandung dalam upaya peningkatan dan pemerataan

pembangunan dan pelayanan umum kepada masyarakat

Bandung, April 2014.

Peneliti,

Dr. Drs. A. Widanarto.,M.Si.

Page 7: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................

1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 7

1.3 Manfaat danTujuan Penelitian ............................................. 8

1.4 Kerangka Pemikiran ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 14

2.1. Perubahan Paradigma tentang Kecamatan Menurut UU

No. 22/1999 dan UU No. 32/2004 ............................... 14

2.1.1. Perubahan Paradigma tentang Kecamatan

Menurut UU No. 22/1999 ............................... 14

2.1.2. Perubahan Paradigma tentang Kecamatan Menurut

UU No. 32/2004 .......................................................... 16

2.2. Teori tentang Rentang Kendali Dalam Organisasi .................... 19

2.2.1. Definisi Azas Rentang Kendali Dalam Organisasi ......... 19

2.2.2. Penerapan Rentang Kendali Dalam Manajemen ........... 22

2.2.3. Memahami Hubungan Antara Rentang Kendali Dengan

Efektivitas Manajemen Pemerintahan Kecamatan

Melalui Pendekatan Sistem ......................................... 23

2.3. Teori Tentang Pemberian Pelayanan Umum ............................. 26

2.4. Kebijakan Tentang Pemekaran Kecamatan ............................... 29

Page 8: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

vi

2.5. Organisasi Kecamatan ............................................................... 33

2.6. Tugas dan Wewenang Camat ................................................... 38

2.7. Pendelegasian dan Penarikan Kewenangan ................................ 42

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 50

3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................... 50

3.2 Populasi dan Sampel ............................................................ 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 51

3.4 Operasionalisasi Variabel .................................................... 51

3.5 Teknik Pengolahan Data ...................................................... 54

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 60

4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung .......... 60

4.1.1 Potensi Wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung 60

4.1.2 Potensi Wilayah Kecamatan Rancabali Kab. Bandung...... 64

4.1.3Potensi Wilayah Kecamatan Pasirjambu K. Bandung.... 66

4.1.4 Potensi Wilayah Kecamatan Cimaung Kab. Bandung... 69

4.1.5 Potensi Wilayah Kecamatan Pangalengan Kb. Bandung 72

4.1.6 Potensi Wilayah Kecamatan Kertasari Kab. Bandung .. 75

4.1.7 Potensi Wilayah Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung 78

4.1.8 Potensi Wilayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.. 81

4.1.9 Potensi Wilayah Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung 84

4.1.10 Potensi Wilayah Kecamatan Cikancung Kab. Bandung 87

4.1.11 Potensi Wilayah Kecamatan Cicalengka Kab.Bandung 90

4.1.12 Potensi Wilayah Kecamatan Nagreg Kab. Bandung ... 93

4.1.13 Potensi Wilayah Kecamatan Rancaekek K Bandung .. 96

4.1.14 Potensi Wilayah Kecamatan Majalaya Kb. Bandung... 98

4.1.15 Potensi Wilayah Kecamatan Solokanjeruk K Bandung 101

4.1.16 Potensi Wilayah Kecamatan Ciparay Kab. Bandung... 104

Page 9: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

vii

4.1.17 Potensi Wilayah Kecamatan Baleendah Kab. Bandung....... 107

4.1.18 Potensi Wilayah Kecamatan Arjasari Kab. Bandung .......... 110

4.1.19 Potensi Wilayah Kecamatan Banjaran Kab. Bandung......... 114

4.1.20 Potensi Wilayah Kecamatan Cangkuang Kab. Bandung...... 117

4.1.21 Potensi Wilayah Kecamatan Pamengpeuk Kab. Bandung... 120

4.1.22 Potensi Wilayah Kecamatan Katapang Kab. Bandung.......... 123

4.1.23 Potensi Wilayah Kecamatan Soreang Kab. Bandung .......... 126

4.1.24 Potensi Wilayah Kecamatan Kutawaringin Kab. Bandung... 128

4.1.25 Potensi Wilayah Kecamatan Margaasih Kab. Bandung....... 131

4.1.26 Potensi Wilayah Kecamatan Margahayu Kab. Bandung........ 135

4.1.27 Potensi Wilayah Kecamatan Dayeuhkolot Kab. Bandung ... 137

4.1.28 Potensi Wilayah Kecamatan Bojongsoang Kab. Bandung.... 140

4.1.29 Potensi Wilayah Kecamatan Cileunyi Kab. Bandung.......... 144

4.1.30 Potensi Wilayah Kecamatan Cilengkrang K Bandung......... 146

4.1.31 Potensi Wilayah Kecamatan Cimenyan Kab Bandung........ 149

4.2. Pemetaan Kecamatan di Kabupaten Bandung ............................................ 154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 158

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 158

5.2. Saran ........................................................................................... 158

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 160

LAMPIRAN ......................................................................................................... 162

Page 10: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Variabel/kriteria ........ 56

Tabel 3.2. Variabel /Kriteria di atas rata-rata dengan skor 3,6 dengan

kategori potensi cukup ........................................................... 57

Tabel 3.3. Kategori dan PilihanTindakan ............................................... 58

Tabel 4.1. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Ciwidey

Kabupaten Bandung ............................................................... 60

Tabel 4.2. Prioritas Potensi Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung .. 63

Tabel 4.3. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung ............................................................... 64

Tabel 4.4. Prioritas Potensi Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung 66

Tabel 4.5. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pasirjambu

Kabupaten Bandung ............................................................... 67

Tabel 4.6. Prioritas Potensi Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung 69

Tabel 4.7. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cimaung

Kabupaten Bandung ............................................................... 70

Tabel 4.8. Prioritas Potensi Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung . 72

Tabel 4.9. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pangalengan

Kabupaten Bandung ............................................................... 73

Tabel 4.10. Prioritas Potensi Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung ................................................................................. 75

Tabel 4.11. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung ............................................................... 76

Tabel 4.12. Prioritas Potensi Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung . 78

Tabel 4.13. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pacet Kabupaten

Bandung ................................................................................. 79

Tabel 4.14. Prioritas Potensi Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung ....... 81

Tabel 4.15. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Ibun Kabupaten

Bandung ................................................................................. 82

Tabel 4.16. Prioritas Potensi Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung ........ 83

Tabel 4.17. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Paseh Kabupaten

Bandung ................................................................................. 84

Tabel 4.18. Prioritas Potensi Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung ...... 86

Tabel 4.19. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cikancung

Kabupaten Bandung ............................................................... 87

Tabel 4.20. Prioritas Potensi Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung 89

Page 11: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

ix

Tabel 4.21. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung ............................................................... 90

Tabel 4.22. Prioritas Potensi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung 92

Tabel 4.23. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Nagreg Kabupaten

Bandung ................................................................................. 93

Tabel 4.24. Prioritas Potensi Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung .... 95

Tabel 4.25. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Rancaekek

Kabupaten Bandung ............................................................... 96

Tabel 4.26. Prioritas Potensi Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung 98

Tabel 4.27. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Majalaya

Kabupaten Bandung ............................................................... 99

Tabel 4.28. Prioritas Potensi Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung . 101

Tabel 4.29. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Solokanjeruk

Kabupaten Bandung ............................................................... 102

Tabel 4.30. Prioritas Potensi Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten

Bandung ................................................................................. 104

Tabel 4.31. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Ciparay Kabupaten

Bandung ................................................................................. 105

Tabel 4.32. Prioritas Potensi Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung ... 107

Tabel 4.33. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung ............................................................... 108

Tabel 4.34. Prioritas Potensi Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung 109

Tabel 4.35. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung ............................................................... 111

Tabel 4.36. Prioritas Potensi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung ... 113

Tabel 4.37. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung ............................................................... 114

Tabel 4.38. Prioritas Potensi Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung . 116

Tabel 4.39. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cangkuang

Kabupaten Bandung ............................................................... 117

Tabel 4.40. Prioritas Potensi Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung 119

Tabel 4.41. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pamengpeuk

Kabupaten Bandung ............................................................... 120

Tabel 4.42. Prioritas Potensi Kecamatan Pamengpeuk Kabupaten

Bandung ................................................................................. 122

Tabel 4.43. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Katapang

Kabupaten Bandung ............................................................... 123

Tabel 4.44. Prioritas Potensi Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung 125

Page 12: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

x

Tabel 4.45. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Soreang

Kabupaten Bandung ............................................................... 126

Tabel 4.46. Prioritas Potensi Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung... 128

Tabel 4.47. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Kutawaringin

Kabupaten Bandung ............................................................... 129

Tabel 4.48. Prioritas Potensi Kecamatan Kutawaringin Kabupaten

Bandung ................................................................................. 131

Tabel 4.49. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung ............................................................... 132

Tabel 4.50. Prioritas Potensi Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung 134

Tabel 4.51. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Margahayu

Kabupaten Bandung ............................................................... 135

Tabel 4.52. Prioritas Potensi Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung 137

Tabel 4.53. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Dayeuhkolot

Kabupaten Bandung ............................................................... 138

Tabel 4.54. Prioritas Potensi Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten

Bandung ................................................................................. 140

Tabel 4.55. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Bojongsoang

Kabupaten Bandung ............................................................... 141

Tabel 4.56. Prioritas Potensi Kecamatan Bojongsoang Kabupaten

Bandung ................................................................................. 143

Tabel 4.57. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cileunyi

Kabupaten Bandung ............................................................... 144

Tabel 4.58. Prioritas Potensi Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung .. 146

Tabel 4.59. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cilengkrang

Kabupaten Bandung ............................................................... 147

Tabel 4.60. Prioritas Potensi Kecamatan Cilengkrang Kabupaten

Bandung ................................................................................. 149

Tabel 4.61. Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cimenyan

Kabupaten Bandung ............................................................... 150

Tabel 4.62. Prioritas Potensi Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung 152

Tabel 4.63. Rangkuman Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten

Bandung ................................................................................. 153

Tabel 4.64. Pemetaan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung ........ 154

Tabel 4.65. Perbandingan Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten

Bandung ................................................................................. 156

Page 13: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Masyarakat memerlukan pemerintah karena banyak bagian penting dari

kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi oleh organisasi lain seperti organisasi

swasta profit maupun organisasi non profit. Organisasi swasta profit akan gagal

memenuhi kebutuhan masyarakat menyangkut eksternalitas dan barang publik.

Begitu pula halnya dengan organisasi swasta non profit hanya mampu

memberikan pelayanan dalam skala kecil dan sederhana, serta terbatas pada

lapisan masyarakat tertentu.

Organisasi pemerintah selain memiliki misi menyelenggarakan

pelayanan publik, juga memiliki misi lainnya, seperti fungsi pengaturan

kehidupan masyarakat, baik menyangkut pengaturan persaingan maupun

pengaturan terhadap perlindungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

Rasyid (dalam Widodo, 2001:269) yang menyatakan bahwa :

Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi

untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang

memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan

dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama. Karenanya birokrasi

publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan

publik yang baik dan profesional. Pandangan umum mengakui bahwa

pemerintahan yang sentralistik semakin kurang populer, karena

ketidakmampuannya untuk memahami secara tepat nilai-nilai daerah

atau sentimen aspirasi lokal. Alasannya, warga masyarakat akan lebih

aman dan tentram dengan pemerintah daerah yang lebih dekat dengan

rakyat, baik secara fisik maupun psikologis. Dewasa ini dampak dari

globalisasi telah merubah lingkungan kehidupan manusia dari berbagai

aspek, masyarakat semakin cerdas dan kritis terhadap segala perubahan

yang terjadi. Kondisi ini pada gilirannya menuntut pemerintah dapat

menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat (Public Service)

dapat dilaksanakan secara responsif dan aspiratif.

Pemerintah dimaksud adalah pemerintah daerah (local government) yang

menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa “Pemerintah

Page 14: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

2

daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai

badan eksekutif daerah”. Pemerintah daerah inilah yang diberi kewenangan untuk

melaksanakan otonomi daerah. Hal ini sejalan dengan pendapat Common, Flynn

and Melon (1992:139) yang menyatakan Bahwa “…… one of It’s main

recommendations was to give much greater autonomy to managers at the local

level”. Namun kedekatan posisi saja belumlah menjamin terpenuhinya kebutuhan

masyarakat, karena yang lebih penting adanya hal dan kewenangan yang dimiliki

oleh pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan masyarakatnya.

Menurut Rasyid (1997), salah satu cara untuk mendekatkan pemerintah

kepada masyarakat adalah dengan menerapkan kebijakan desentralisasi,

sedangkan Riwu Kaho (1988) menyatakan bahwa “sebagai akibat dari

pelaksanaan desentralisasi timbullah daerah otonom”

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa daerah otonom

adalah “kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, yang

berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ndraha (2001) menyebutkan bahwa ada lima posisi daerah yaitu : (1)

sebagai masyarakat hukum, (2) sebagai unit usaha ekonomi, (3) sebagai suatu

lingkungan budaya, (4) sebagai satuan lingkungan, dan (5) sebagai subsistem

politik.

Dengan demikian akan semakin tepat bila desentralisasi tersebut

diselenggarakan oleh daerah sehingga masyarakat akan lebih dekat dengan

pemerintah yang akan sering terjadi kontak baik secara fisik maupun psikologis.

Daerah yang wilayahnya terlalu luas akan menyulitkan jangkauan pemerintah

untuk melayani masyarakatnya, daerah yang demikianlah yang perlu ditata

(pemekaran) menjadi beberapa daerah sehingga rentang kendali menjadi semakin

dekat dan pelayanan kepada masyarakat menjadi terjangkau, karena rentang

kendali dan proporsi perlakuan dan tindakan pelayanan yang tidak seimbang

adalah embrio awal untuk pembentukan suatu daerah otonom baru bukanlah

karena nuansa politis.

Page 15: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

3

Konsekuensi dari penataan (pemekaran) daerah secara praktis akan terjadi

perubahan struktur organisasi pemerintahan, perubahan luas wilayah yang diikuti

dengan perubahan batas-batas wilayah dan perubahan jumlah penduduk.

Perubahan ini akan berimplikasi terhadap perubahan-perubahan lain yang lebih

esensial, khususnya dalam upaya pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Penataan (Pemekaran dan Penggabungan) daerah dalam hal ini dapat

dipandang sebagai upaya pengembangan organisasi untuk menghadapi berbagai

tantangan perkembangan jaman dan tuntutan pelayanan dari masyarakat minimal

optimal terhadap pelayanan kebutuhan dasar manusia (basic Need) seperti

pendidikan dan kesehatan. Organisasinya diharapkan dapat menyesuaikan diri

dengan melakukan perubahan-perubahan berencana yang selanjutnya dapat

menjamin optimalisasi dan efektifitas pelaksanaan fungsi pemerintahan.

Sebagaimana dijelaskan oleh Sadu Wasistiono (2001) bahwa tujuan organisasi

pemerintahan daerah dibentuk adalah (1) untuk melayani kepentingan masyarakat

sebagai warga yang berposisi sebagai konsumen (Customer) dan pemegang saham

(stakeholders) dan (2) adanya misi tertentu yang harus dijalankan dalam rangka

pencapaian tujuan, bukan hanya sekedar menjalankan perundang-undangan.

Perubahan struktur organisasi dan rentang wilayah provinsi yang diikuti

dengan pengurangan jumlah kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan akan

berimplikasi terhadap perubahan rentang kendali pimpinan organisasi. Rentang

pengawasan yang dilaksanakan aparat akan lebih sempit dibanding sebelum

penataan (pemekaran), sehingga aparat mempunyai kesempatan yang lebih

banyak untuk memberikan perhatian dan pengendalian terhadap sumber daya

manusia dan sumber daya alam diwilayahnya. Pada hakekatnya pelayanan kepada

masyarakat tidaklah semata-mata aktivitas pemerintah. Keberhasilan jalannya

pemerintahan dan pembangunan justru memerlukan keterlibatan masyarakat.

Begitu pula keberhasilan penataan (pemekaran) daerah juga perlu didukung oleh

masyarakat termasuk pengawasan yang dijalankan masyarakat yang disebut

pengawasan sosial. Ramses (2003) mengatakan bahwa “pemekaran wilayah atau

tepatnya membagi suatu daerah otonom menjadi beberapa daerah, bertujuan untuk

Page 16: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

4

mendekatkan dan mengoptimalkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,

mempercepat pertumbuhan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di daerah tersebut. Partisipasi masyarakat akan meningkat karena

akses yang lebih terbuka serta pengawasan yang lebih efektif karena wilayah

pengawasan relatif lebih sempit”.

Perubahan luas wilayah atau batas-batas daerah membawa konsekuensi

terhadap jangkauan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat karena

peluang terjadinya gangguan pada saluran komunikasi dapat diperkecil. Dengan

semakin dekatnya jarak antara wilayah provinsi dengan kabupaten maupun

provinsi dengan kecamatan dan provinsi dengan kelurahan maka informasi dari

provinsi akan cepat sampai kepada masyarakat baik di kabupaten, kecamatan

maupun desa/kelurahan.

Struktur dan luas wilayah yang lebih sempit berimplikasi juga pada

aktifitas koordinasi struktur dengan unit organisasi yang ramping sesuai dengan

prinsip “ramping struktur kaya fungsi” dengan demikian koordinasi yang

dilakukan akan lebih mudah. Menurut Kristiadi (dalam Lotulung, 1994) bahwa

keuntungan organisasi ramping antara lain : (1) pelayanan kepada masyarakat

akan menjadi lebih baik karena prosedur lebih pendek dan pengambilan keputusan

lebih cepat, (2) komunikasi antar tingkatan manajemen menjadi lebih lancar, dan

(3) koordinasi akan menjadi lebih lancar.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dimensi utama yang

menjelaskan efektif tidaknya penataan (pemekaran) daerah adalah pengawasan,

komunikasi, dan koordinasi yang kesemuanya turut menentukan terhadap tingkat

pelayanan masyarakat. Semakin jauh penduduk dari pusat pemerintahan, semakin

kecil memperoleh sentuhan pelayanan. Permintaan terhadap pelayanan semakin

meningkat menuntut pusat-pusat pemerintahan memperluas daerah layanannya.

Akan tetapi pusat-pusat pelayanan memiliki keterbatasan (radius) jangkauan,

sehingga diperlukan pusat-pusat pelayanan lain yang dapat memenuhi kebutuhan

pelayanan masyarakat. Dengan demikian dengan adanya penataan (pemekaran)

daerah berarti menambah pusat-pusat pemerintahan sehingga pelayanan dapat

Page 17: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

5

menjangkau wilayah-wilayah pemukiman yang sebelumnya terpencil dan

pelayanan pemerintah dapat tersentuh secara merata ke seluruh masyarakat yang

pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah telah menetapkan kebijakan otonomi daerah yang luas, nyata

dan bertanggung jawab. Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah pada Bab I Pasal 1 huruf 5 dikemukakan bahwa “Otonomi

Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Implementasi kebijakan desentralisasi berdasarkan Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 telah berlangsung sejak Januari 2001, hingga saat ini

hampir 6 (enam) tahun (setelah dikeluarkannya Undang-undang nomor 32 Tahun

2004), telah banyak ditetapkan berbagai undang-undang tentang penataan daerah

(baik pemekaran/pembentukan provinsi, kabupaten dan kota).

Dalam perjalanan implementasi kebijakan otonomi daerah sejak

dikelurakannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 hingga digantinya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, telah banyak dilakukan pembentukan

daerah otonom baru. Hal ini dapat dimaklumi karena pemekaran/pembentukan

daerah dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan organisasi pemerintah kepada

masyarakat. Melalui pemekaran/pembentukan daerah diharapkan tujuan kebijakan

otonomi daerah seperti peningkatan pelayanan, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat dapat terwujud.

Adanya aspirasi yang berkembang yang menghendaki dilakukannya

pengembangan dan penataan daerah di Kabupaten Bandung perlu mendapat

respon dari berbagai pihak terutama dari jajaran DPRD Kabupaten sebagai wakil

rakyat dan pemerintah daerah. Hal ini seiring dengan penjelasan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 bahwa penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu

memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat

khususnya membuka isolasi wilayah adminsitrasi Kabupaten Bandung sebagai

Page 18: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

6

satu kesatuan masyarakat hukum, unit usaha ekonomi, lingkungan budaya, satuan

lingkungan, dan sebagai subsistem politik dari Provinsi Jawa Barat.

Persoalannya apakah aspirasi yang muncul ini dapat menjamin

peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di

Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Untuk kepentingan tersebut perlu terlebih

dahulu dilakukan pengkajian terhadap potensi dan masalah yang ada di Provinsi

Jawa Barat Khususnya di Kabupaten Bandung, sekaligus menggali aspirasi

masyarakat.

Pengkajian kemungkinan pengembangan dan penataan kewilayahan

(Daerah otonom) di Provinsi Jawa Barat khususnya pengembangan dan penataan

kewilayahan Kabupaten Bandung sejalan dengan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 Pasal 4 ayat (3) yang menyebutkan bahwa “pembentukan daerah

dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang

bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih”.

Salah satu prosedur pembentukan/pemekaran daerah menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 jo. PP Nomor 78 Tahun 2007 bahwa ada

kemauan politik dari pemerintahan daerah dan masyarakat yang bersangkutan.

Di samping itu pengkajian ini juga dimaksudkan untuk memenuhi syarat

lainnya, seperti tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 jo

PP Nomor 78 Tahun 2007 bahwa pemekaran daerah dapat dilakukan berdasarkan

kriteria kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah

penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan

terselenggaranya Otonomi Daerah. Dalam penjelasan peraturan pemerintah

dimaksud disebutkan pula bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan dan

penggabungan daerah otonom memerlukan penilaian dengan menggunakan

indikator yang tersedia.

Sehubungan dengan hal di atas, diperlukan pengkajian potensi daerah

dalam rangka mengukur dan mengevaluasi variabel atau kriteria potensi daerah

yang dipersyaratkan untuk mengetahui kemungkinan penataan wilayah di Provinsi

Jawa Barat khususnya Kabupaten Bandung melalui penelitian mendalam terhadap

“Kajian Penyusunan Data Base Penataan Daerah Kabupaten Bandung”

Page 19: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

7

1.2. Perumusan Masalah

Penataan/Pembentukan suatu daerah otonom setidaknya harus memenuhi

syarat administrasi, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat administrasi untuk

provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota

yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk

dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Sedangkan syarat

administrasi untuk kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/

kota dan bupati/walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan

Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.

Adapun syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan

daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial

budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan keamanan dan

faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah, sedangkan

syarat fisik meliputi paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan

provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk pembentukan kabupaten dan

4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana dan

prasarana pemerintahan.

Selain itu, dalam penjelasan Pasal 4 ayat (4) Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 disebutkan bahwa pemekaran suatu daerah menjadi 2 (dua) daerah

atau lebih setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan,

untuk provinsi adalah 10 tahun, kabupaten/kota 7 tahun sedang kecamatan 5

tahun.

Dalam konteks upaya pengembangan dan penataan wilayah di Provinsi

Jawa Barat khususnya Kabupaten Bandung, permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah potensi wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung dalam

mengimplementasikan otonomi daerah ?

2. Bagaimana pemetaan kecamatan di Kabupaten Bandung, sebagai peluang

untuk pemekaran kecamatan ?

Masalah penelitian dibatasi dengan fokus Peraturan Pemerintah Nomor

129 Tahun 2000 jo PP Nomor 78 Tahun 2007 berupa pengukuran dan penilaian

Page 20: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

8

terhadap variabel yang merupakan persyaratan pembentukan dan kriteria

pemekaran daerah, meliputi kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya,

sosial politik, jumlah penduduk/kependudukan, luas wilayah dan pertimbangan

lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah seperti faktor

keamanan, ketersediaan sarana pemerintahan, dan rentang kendali.

1.3. Manfaat dan Tujuan Kegiatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan

bagi DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk menentukan

pilihan terbaik bagi Pengembangan dan Penataan Kewilayahan di Kabupaten

Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui gambaran tingkat kemampuan daerah Khususnya

Kabupaten Bandung dalam mengimplementasikan otonomi daerah;

2. Untuk Mengetahui kemungkinan pengembangan dan penataan seluruh

wilayah di Kabupaten Bandung untuk dilakukan pengembangan dan

penataan di tingkat Kecamatan (pemekaran Kecamatan);

1.4. Kerangka Pemikiran

Penelitian penataan dan pengembangan Kabupaten Bandung akan dibagi

secara bertahap sesuai kerangka pemikiran sebagai berikut :

1. Pengembangan dan penataan di tingkat Desa (Pemekaran Desa)

Tujuan Kebijakan otonomi daerah sebagaimana dimuat dalam Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokratisasi,

keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat

dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Page 21: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

9

Sejalan dengan itu, maka otonomi daerah ditempatkan secara utuh pada

daerah kabupaten/kota, dan pemberian kewenangan otonomi kepada daerah

kabupaten/kota didasarkan kepada asas desentralisasi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab.

Tercapainya tujuan kebijakan otonomi daerah, sangat ditentukan oleh

tingkat kemampuan desa/kelurahan sebagai unit pemerintahan terkecil dan

terdekat dengan masyarakat dalam pemberian pelayanan umum, penyelenggaraan

pembangunan dan peningkatan demokratisasi.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa desa dapat

dibentuk di wilayah kecamatan dengan perda berpedoman pada Peraturan

Pemerintah. PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa lebih lanjut menetapkan

bahwa pembentukan desa baru wajib memperhatikan jumlah penduduk, luas

wilayah, sosial budaya, potensi kelurahan, sarana dan prasarana pemerintahan. PP

tersebut diperjelas dengan Permendagri yang mengatur tentang Pembentukan,

Penghapusan dan Penggabungan Desa.

Ketentuan tersebut membuka peluang untuk membentuk desa baru

dengan cara pemecahan desa sepanjang ada aspirasi masyarakat dan pembentukan

desa dapat memenuhi tujuan berupa terciptanya efektivitas penyelenggaraan

pemerintahan, pelayanan umum, pembangunan dan demokratisasi pada unit

pemerintahan terkecil.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka diperlukan pengukuran dan

penilaian terhadap potensi desa yang dimiliki dan dapat digunakan untuk menjadi

dasar layak tidaknya pembentukan desa baru.

Hasil pengukuran memperhatikan faktor utama yang terdiri dari

akumulasi jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dan faktor pendukung

yang merupakan jumlah skor tertentu dari tingkat kemampuan potensi yang

merupakan dasar penilaian apakah suatu desa layak atau tidak untuk dipecah.

Penilaian tingkat kemampuan potensi dalam rangka pemecahan Desa adalah

penilaian terhadap potensi desa induk dan rencana pembentukan desa. Hasil

penilaian dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tingkatan hasil penilaian, yaitu

Page 22: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

10

lulus/layak, lulus bersyarat/cukup layak dan tidak lulus/tidak layak. Hasil

penilaian yang merupakan rekomendasi kebijakan adalah sebagai berikut :

1) Jika calon desa induk dan calon desa pemecahan memenuhi syarat menurut

faktor utama dan lulus/layak menurut faktor pendukung, maka pilihan

tindakan yang diambil adalah diusulkan pemecahan desa atau pembentukan

desa baru;

2) Jika calon desa induk dan calon desa pemecahan memenuhi syarat menurut

faktor utama dan lulus bersyarat/cukup layak atau tidak lulus/tidak layak

menurut faktor pendukung, maka pilihan tindakan yang diambil adalah

diusulkan pemecahan desa atau pembentukan desa baru, diikuti dengan

pengembangan potensinya menuju lulus/layak dalam jangka waktu

tertentu;

3) Jika salah satu calon desa induk dan calon desa pemecahan tidak

memenuhi syarat menurut faktor utama dan lulus/layak, lulus

bersyarat/cukup layak atau tidak lulus/tidak layak menurut faktor

pendukung, maka tidak dapat diusulkan pemecahan desa atau

pembentukan desa baru.

2. Pengembangan dan penataan di tingkat Kecamatan (Pemekaran

Kecamatan)

Tujuan Perbaikan otonomi daerah sebagaimana dimuat dalam Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat, pengembangan kehidupan demokratisasi, keadilan, dan pemerataan,

serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar

daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan menurut UU No. 32 Tahun 2004, tujuannya adalah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Sejalan dengan itu, maka otonomi daerah ditempatkan secara utuh pada

Daerah Kabupaten/Kota, dan pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah

Page 23: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

11

Kabupaten/Kota didasarkan kepada asas desentralisasi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab.

Tercapainya tujuan otonomi daerah, sangat ditentukan oleh tingkat

kemampuan wilayah kerja kecamatan sebagai salah satu unit pemerintahan

terdekat dengan masyarakat dalam pemberian pelayanan umum, penyelenggaraan

pembangunan dan peningkatan demokratisasi. Pemekaran kecamatan bertujuan

untuk menciptakan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum,

pembangunan dan demokratisasi. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka

diperlukan pengukuran dan penilaian terhadap potensi kecamatan yang dimiliki

dan dapat digunakan untuk menjadi dasar layak tidaknya pemekaran kecamatan.

Adapun potensi yang dianggap reliabel dalam rangka pemekaran

kecamatan dapat diukur dan dinilai pada 19 (sembilan belas) variabel penelitian

antara lain demografi, orbitrasi, pendidikan, kesehatan, keagamaan, sarana olah

raga, transportasi, komunikasi, penerangan umum, politik, kamtibmas, pertanian,

perikanan, peternakan, kehutanan, pertambangan, ketenagakerjaan, sosial budaya,

ekonomi masyarakat, kondisi sosial masyarakat dan aspek pemerintahan.

Hasil pengukuran adalah jumlah skor tertentu dari tingkat kemampuan

potensi yang merupakan dasar penilaian apakah suatu kecamatan layak atau tidak

untuk dimekarkan. Penilaian tingkat kemampuan potensi dalam rangka pemekaran

kecamatan adalah penilaian terhadap potensi kecamatan induk dan kecamatan

rencana pemekaran. Hasil penilaian potensi dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga)

tingkatan hasil penilaian, yaitu tinggi, cukup, dan rendah.

Hasil penilaian yang merupakan rekomendasi kebijakan adalah

sebagai berikut :

1. Jika kecamatan induk dan kecamatan yang akan dibentuk potensinya tinggi,

maka pilihan tindakan yang diambil adalah mengusulkan pemekaran

kecamatan;

2. Jika kecamatan induk dan kecamatan yang akan dibentuk potensinya Cukup,

maka pilihan tindakan yang diambil adalah melakukan pemekaran kemudian

diikuti dengan pengembangan potensi dalam jangka waktu tertentu misalnya

Page 24: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

12

minimal 3 atau 5 tahun untuk dievaluasi. Jika tidak memenuhi persyaratan

dalam waktu tersebut, maka dapat diusulkan untuk digabung kembali dengan

kecamatan induk;

3. Jika kedua unit pemerintahan atau salah satu unit pemerintahan dimaksud

potensinya rendah, maka pilihan tindakan yang diambil adalah menunda

pemekaran kecamatan. Bagi kecamatan yang potensinya rendah disarankan

untuk melakukan pembinaan potensi menuju kategori cukup, dan setelah

potensinya cukup diadakan pengembangan potensi hingga layak untuk

diadakan pemekaran kecamatan. Namun, bila potensi kecamatan sangat

rendah maka tidak dapat dilakukan pemekaran kecamatan.

Selain itu, pembentukan kecamatan juga harus memperhatikan aspirasi

masyarakat yang berkembang. Jika hasil survey menunjukkan lebih dari 50%

masyarakat menghendaki pembentukan kecamatan baru, maka pemekaran dapat

dilakukan. Demikian juga, bila hasil survey tentang pelayanan kepada masyarakat

menunjukkan lebih dari 50% menjawab bahwa pelayanan kepada masyarakat

buruk atau rendah, maka pemekaran kecamatan dapat dilakukan.

Jika dicermati pola pengembangan kewilayahan di atas, tampaknya untuk

mendukung terwujudnya good governance (kepemerintahan yang baik) perlu

dilakukan kajian yang bersifat strategis yaitu Kajian Penyusunan Data Base

Penataan Daerah Kabupaten Bandung.

Page 25: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

13

Bagan 1.

Kerangka Pemikiran

Tahap I Pengembangan dan Penataan wilayah

di Tingkat Desa/Kelurahan

Pemekaran Desa/Kelurahan

Aspiran

Masyarakat

Potensi

Wilayah

Tingkat pelayaanan

dan ketersediaan

layanan

Tahap II Pengembangan dan Penataan wilayah di

Tingkat Kecamatan

Pemekaran Kecamatan

Aspiran

Masyarakat

Potensi

Wilayah

Tingkat pelayaanan

dan ketersediaan

layanan

Peningkatan kesejahteraan

masyarakat

Page 26: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

14

Page 27: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Paradigma tentang Kecamatan Menurut Undang–Undang

Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004

2.1.1. Perubahan Paradigma tentang Kecamatan Menurut Undang –

undang Nomor 22 Tahun 1999

Kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Pemerintahan di Daerah menawarkan perubahan yang signifikan dalam

sejarah pemerintahan daerah di Indonesia. Dikatakan demikian karena undang-

undang tersebut merupakan “kontra-konsep” terhadap undang-undang yang lama

karena adanya perbedaan filosofi serta paradigma yang mendasarinya. Secara

garis besar menurut Sadu Wasistiono (2005:4) perubahan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

a. Dari filosofi “keseragaman” berubah menjadi filosofi “keanekaragaman dalam

kesatuan. Berdasarkan filosofi ini, daerah diberi kebebasan yang luas untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.

b. Dari paradigma administratif yang mengutamakan daya guna dan hasil guna

pemerintahan menjadi paradigma demokratisasi, partisipasi masyarakat serta

pelayanan.

c. Tugas utama pemerintah daerah yang semula sebagai promotor pembangunan

berubah menjadi pelayan masyarakat.

d. Dari dominasi eksekutif (executive heavy) berubah ke arah dominasi

legislative (legislative heavy).

e. Pola otonomi yang digunakan adalah a-simetris, menggantikan pola otonomi

simetris.

f. Pengaturan terhadap desa yang terbatas, menggantikan pengaturan yang luas

dan seragam secara nasional.

Page 28: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

15

g. Penggunaan pendekatan “besaran dan isi otonomi” (size and content

approach) dalam pembagian daerah otonom, menggantikan pendekatan

berjenjang (level approach).

Berbagai perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah sebagaimana dikemukakan di atas, mencakup pula perubahan mengenai

kedudukan kecamatan dan camat. Dalam Pasal 1 huruf (m) Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 dinyatakan bahwa : “Kecamatan adalah wilayah kerja

Camat sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota”. Pasal tersebut

menunjukkan adanya dua perubahan penting yaitu sebagai berikut :

1) Kecamatan bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan seperti pada masa

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, melainkan wilayah kerja. Sebagai

wilayah kerja, kecamatan bukan lagi wilayah kekuasaan dari camat tetapi

areal tempat camat bekerja.

2) Camat adalah perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, bukan lagi

kepala wilayah administrasi pemerintahan seperti masa Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1974. Konsekuensi logisnya, camat bukan lagi penguasa

tunggal yang berfungsi sebagai administrator pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan.

Perubahan tersebut diatur lebih tegas di dalam pasal 66 Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999. Pada ayat (1) disebutkan bahwa : “Kecamatan merupakan

perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dipimpin oleh Kepala

Kecamatan”. Pada ayat (2) dikemukakan pula bahwa : “Kepala Kecamatan

disebut Camat”.

Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, diatur pula

tentang Kecamatan. Pada Pasal 120 ayat (2) dikemukakan bahwa : “ Perangkat

Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas

daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan”.

Perubahan kedudukan kecamatan dan kedudukan camat membawa

dampak pada kewenangan yang dijalankan oleh camat. Karena bukan lagi kepala

wilayah, camat tidak memiliki kewenangan atributif sebagaimana diatur pada

pasal 80 dan 81 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, kecuali diatur lebih lanjut

Page 29: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

16

dalam peraturan perundang-undangan lainnya di luar undang-undang. Di dalam

Pasal 66 ayat (4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dikemukakan bahwa :

“Camat menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/

Walikota”, artinya kewenangan yang dijalankan oleh camat merupakan

kewenangan delegatif yang diberikan oleh Bupati/Walikota. Delegasi kewenangan

tersebut dari pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat (Camat). Luas atau

terbatasnya delegasi kewenangan dari Bupati/Walikota kepada camat sangat

bergantung pada keinginan politis dari Bupati/ Walikota bersangkutan.

2.1.2. Perubahan Paradigma tentang Kecamatan Menurut Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 ternyata tidak berusia panjang.

Setelah dijadikan hukum positif selama lima tahun, undang-undang tersebut

diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Secara esensi menurut

Sadu Wasistiono, perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 antara lain :

1. Menggunakan filosofi keanekaragaman dalam kesatuan.

2. Paradigma politik yang digunakan adalah dalam rangka demokratisasi,

pemerataan dan keadilan.

3. Penambahan paradigma ekonomi dengan menekankan pada daya saing daerah

dalam menghadapi persaingan global melalui pemberdayaan masyarakat.

4. Penambahan paradigma administrasi dengan menekankan pada perlunya

efektivitas dan efisiensi.

5. Memberi tekanan pada pelayanan masyarakat sebagai fokus utama untuk

mencapai hasil berupa kesejahteraan rakyat.

6. Prinsip otonomi yang digunakan adalah otonomi yang seluas-luasnya, nyata

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keseimbangan hubungan antar

pemerintahan. Digunakan prinsip desentralisasi berkesimbangan.

Page 30: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

17

7. Perubahan pendekatan kewenangan menjadi pendekatan urusan

pemerintahan dalam pengalokasian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah.

Sedangkan esensi perubahan pada kecamatan, kelurahan dan desa dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengaturan Mengenai Kecamatan

Perubahan pengaturan mengenai kecamatan berdasarkan UU Nomor 32 Tahun

2004 secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kecamatan secara eksplisit dinyatakan sebagai perangkat daerah

Kabupaten/Kota.

b. Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya

memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota untuk

menangani sebagian urusan otonomi daerah.

c. Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi :

1). mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

2). mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum;

3) mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan;

4) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan

umum;

5) mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

kecamatan;

6) membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.

7) melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa

atau kelurahan.

d. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota dari PNS yang menguasai pengetahuan teknis

pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Page 31: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

18

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kecamatan lebih

banyak menjalankan fungsi mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang ada di

kecamatan, selain menjalankan fungsi - fungsi operasional yang didelegasikan

oleh Bupati/Walikota kepada Camat.

2. Pengaturan Mengenai Kelurahan

Perubahan pengaturan mengenai kelurahan berdasarkan Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Lurah memperoleh pelimpahan wewenang dari Bupati/Walikota;

b. Lurah mempunyai tugas lainnya, selain yang berasal dari pelimpahan

wewenang Bupati/Walikota, meliputi :

1) pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan ;

2) pemberdayaan masyarakat ;

3) pelayanan masyarakat ;

4) penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum ; dan

5) pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

c. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari PNS yang

menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Dalam melaksanakan tugasnya, Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/

Walikota melalui Camat.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Kelurahan lebih

banyak menjalankan fungsi pelaksanaan yang bersifat operasional, dengan

kewenangan yang didelegasikan secara langsung dari Bupati/Walikota tanpa

melalui Camat (seperti pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999).

3. Pengaturan Mengenai Desa

Perubahan pengaturan mengenai desa berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 32: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

19

a. Desa di Kabupaten/Kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan

statusnya menjadi Kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah Desa

bersama Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

b. Sekretaris Desa diisi dari PNS yang memenuhi persyaratan

Pengangkatannya dilakukan secara bertahap

c. Kepala Desa dipilih secara langsung oleh dan dari penduduk Desa, dengan

suara terbanyak (simple majority).

d. Pemilihan Kepala Desa dapat menggunakan hukum adat setempat,

sepanjang hukum adat tersebut masih berlaku.

e. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih

kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

f. Badan Perwakilan Desa (BPD) diganti dengan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) dengan fungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala

Desa, serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

g. Pendapatan Desa yang penting adalah bagi hasil pajak daerah dan retribusi

daerah Kabupaten/Kota serta bagian dari dana perimbangan keuangan

Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, bukan hanya

sekedar bantuan seperti yang diatur di dalam UU Nomor 22 Tahun 1999.

2.2. Teori tentang Rentang Kendali dalam Organisasi

2.2.1. Definisi Asas Rentang Kendali dalam Organisasi

Rentang kendali merupakan salah satu asas yang diperlukan untuk

menjalankan organisasi. Untuk memberikan kesamaan pandangan mengenai

pengertian rentang kendali, perlu terlebih dahulu dikemukakan beberapa definisi.

Fred Luthhans (1981:452) mendefinisikan ”rentang kendali sebagai

jumlah bawahan yang secara langsung melapor kepada atasan”. Luthans tidak

memberikan batasan mengenai berapa jumlah optimal dari bawahan yang melapor

kepada pimpinan tersebut.

Page 33: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

20

Chris Argyris (1960:13) menulis bahwa prinsip pengendalian

menyatakan bahwa efisiensi administrasi dapat ditingkatkan dengan membatasi

rentang kendali dari seorang pimpinan dengan membatasi rentang kendali dari

seorang pimpinan dengan tidak lebih dari lima atau enam bawahan yang bekerja

secara berkait.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa rentang kendali atau rentang

manajemen adalah jumlah bawahan yang secara langsung bertanggungjawab

kepada seorang atasan tertentu.

Mengenai batasan luasnya rentang kendali dalam suatu organisasi

ternyata terdapat perbedaan pendapat para ahli. Barkdull (Stoner, 1986a:355)

tidak memberikan batasan yang pasti mengenai luasnya rentang kendali yang

optimal, tetapi menyebutkan adanya tujuh faktor yang dipandang mempengaruhi

rentang manajemen yaitu :

1. kesamaan fungsi yang disupervisi;

2. jarak geografis dan fungsi yang disupervisi;

3. kerumitan fungsi yang disupervisi;

4. arahan dan pengendalian yang diperlukan bawahan;

5. koordinasi yang diperlukan supervisor;

6. perencanaan yang diperlukan supervisor;

7. bantuan organisasi yang diterima supervisor.

Berbeda dengan pendapat di atas, Pfiffner dan Sherwood (1961:315)

secara jelas mengemukakan bahwa jumlah orang-orang yang diawasi berkembang

antara 12 sampai 20 orang. Tetapi kepemimpinan eksekutif akan berjalan lebih

baik dengan kelompok yang lebih kecil.

Sedangkan Pariata Westra dan kawan-kawan (1977:315) menyebutkan

bahwa rentang kontrol untuk satuan utama berkisar antara 3-10 orang bawahan

sedangkan untuk satuan lanjutan berkisar antara 10-20 orang bawahan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cukup sulit untuk

menentukan secara tepat mengenai berapa banyak dan luasnya rentang kendali

Page 34: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

21

yang harus dijalankan oleh seorang manajer. Untuk itu Herbert A. Simon (Pfiffner

& Sherwood, 1961:154-155) mengungkapkan mengenai rentang kendali:

a. Pertama, tidak ada seorangpun yang secara nyata mengetahui dengan tepat

jumlah orang-orang yang dapat dikendalikan;

b. Kedua, kesemuanya bergantung pada beberapa faktor seperti kepribadian dari

eksekutifnya, rutinitas dari berbagai sifat pekerjaan, tingkatan penyebaran

geografis, perlunya segera suatu keputusan diambil dan tipe dari program yang

diadministrasikan, yang kesemuanya merupakan faktor-faktor utama yang

penting untuk mendefinisikan hubungan pengendalian.

Untuk mempermudah menentukan luasnya rentang kendali yang dapat

dijalankan oleh manajer, Karen dan Levhari (Stoner; 1986a:357-358) juga

memberikan pedoman. Pedoman tersebut mencakup faktor-faktor yang berkaitan

dengan situasi, bawahan dan manajer yaitu sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan situasi, rentang manajemen yang sesuai

relatif dapat luas apabila :

- pekerjaan cukup rutin;

- operasi cukup stabil;

- pekerjaan bawahan sama;

- pada umumnya bawahan dapat bekerja secara mandiri;

- prosedur dan metoda telah ditetapkan dengan baik dan telah diformalkan;

- pekerjaan tidak membutuhkan pengendalian atau supervisi yang tinggi.

2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan bawahan, rentang yang sesuai dapat luas

apabila :

- bawahan cukup terlatih baik dalam melaksanakan pekerjaan;

- bawahan tidak menyukai supervisi yang ketat dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Page 35: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

22

3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan manajer, rentang manajemen yang sesuai

relatif dapat luas apabila :

- manajer cukup terlatih dengan baik dan sangat mampu;

- manajer menerima bantuan dalam melaksanakan aktivitas supervisinya;

- manajer tidak banyak memiliki aktivitas tambahan yang non-supervisi;

- manajer lebih menyukai gaya supervisi yang cukup longgar daripada

supervisi yang ketat.

Melihat hubungan kerja antara Camat dengan pemerintahan Desa/

Kelurahan yang ada diwilayahnya maka rentang kendali yang dilaksanakan oleh

Camat adalah rentang kendali ke luar.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi luasnya rentang kendali keluar

yaitu :

a. kepribadian pemimpinnya;

b. jenis pekerjaan organisasi bawahan;

c. keadaan geografis;

d. jarak antara kecamatan dengan desa-desa yang dibina;

e. Sarana dan prasarana transportasi serta komunikasi.

2.2.2. Penerapan Rentang Kendali di Dalam Manajemen

Meskipun merupakan asas yang diperlukan untuk menjalankan

organisasi, dalam kegiatan manajemen rentang kendali kurang memperoleh

perhatian yang memadai. Padahal menurut Stoner (1986 : 350), ada dua alasan

utama mengenai pemilihan rentang manajemen merupakan hal yang penting :

Pertama, rentang manajemen mempengaruhi pendayagunaan manajer secara

efisien dan prestasi yang efektif dari bawahan mereka. Rentang yang terlalu luas

dapat berarti bahwa manajer yang bersangkutan terlalu memaksakan diri mereka

sendiri dan karenanya bawahan mereka menerima pedoman dan kontrol yang

terlalu sedikit. Rentang kendali yang terlalu sempit dapat berarti bahwa manajer

kurang didayagunakan. Kedua, ada hubungan antara rentang manajemen dengan

struktur organisasi.

Page 36: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

23

Selain pendapat di atas, ada berbagai alasan lain yang menunjukkan

bahwa asas rentang kendali semakin diperlukan, terlebih lagi pada manajemen

wilayah seperti yang dijalankan oleh para Camat. Alasan-alasan tersebut antara

lain :

a. Bahwa organisasi ibarat organisme yang hidup dan berkembang. Pertumbuhan

dapat bersifat horizontal yaitu melebar dengan cara menambah bagian-bagian

ataupun berkembang secara vertikal yaitu dengan menambah jenjang atau

adanya cabang-cabang diluar organisasi inti.

b. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan organisasi diperlukan lebih

banyak orang yang dipercaya untuk mengawasi bagian – bagian ataupun

cabang-cabang organisasi yang ada, sebab kemampuan seorang manajer untuk

mengawasi bawahannya relatif terbatas.

c. Adanya kecenderungan untuk mengadakan desentralisasi di dalam organisasi.

Hal ini disebabkan oleh semakin kompleksnya tujuan yang harus dicapai

ataupun semakin besarnya ukuran organisasi. John Naisbitt (1982) dalam

bukunya ”Megatrends” juga menyebutkan adanya kecenderungan perubahan

orientasi dari sentralisasi ke arah desentralisasi.

d. Dihubungkan dengan pokok pembahasan, maka terdapat kecenderungan

perkembangan jumlah organisasi pemerintah Desa sebagai subsistem

organisasi pemerintah Kecamatan akibatnya adanya pemecahan Desa ataupun

pembentukan Desa baru. Pemecahan Desa terutama disebabkan oleh

bertambahnya jumlah penduduk serta semakin kompleksnya tugas-tugas-tugas

yang harus ditangani oleh pemerintah Desa.

Rentang kendali Camat terhadap desa-desa/kelurahan yang ada

dibawahnya apabila bisa dioptimalkan maka dapat meningkatkan efektivitas

manajemen pemerintahan Kecamatan.

2.2.3. Memahami Hubungan antara Rentang Kendali dengan Efektivitas

Manajemen Pemerintahan Kecamatan Melalui Pendekatan Sistem

Dari berbagai uraian sebagaimana telah dikemukakan pada bagian

sebelumnya dapat diketahui bahwa berbicara mengenai efektivitas berarti

Page 37: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

24

berbicara mengenai hubungan antara sasaran yang telah ditetapkan dengan hasil

dicapai. Cara berpikir yang paling tepat untuk memahami hubungan tersebut

adalah memalui pendekatan sistem.

Berbagai pendapat mengenai sistem dan model berpikir sistem telah

dikembangkan para ahli. Bertalanffy (Suriasumantri; 1981:10) misalnya

mengemukakan bahwa sistem terbuka dapat ditandai dengan beberapa sifat

sebagai berikut :

1. Sistem itu mempunyai tujuan;

2. Suatu sistem merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh;

3. Sistem itu memiliki sifat terbuka;

4. Satu sistem mempunyai atau melakukan kegiatan transformasi;

5. Dalam sistem terdapat saling kaitan;

6. Sistem mempunyai mekanisme kontrol.

Untuk menyederhanakan uraian mengenai pengertian sistem sehingga

lebih mudah dipahami, maka sistem dapat digambarkan dalam berbagai model.

Dihubungkan dengan pokok pembahasan mengenai pemahaman hubungan antara

rentang kendali dengan efektivitas manajemen pemerintahan kecamatan, maka

model sistem tersebut dapat digambarkan kembali secara lengkap sebagai berikut

:

Page 38: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

25

GAMBAR 2.1

MODEL PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan sistem di atas sejalan dengan hakekat pengendalian. Menurut

Anthony, Dearden dan Bedford (1985:4) bahwa pengendalian adalah

mengarahkan seperangkat variabel (mesin, manusia, peralatan) kearah tercapainya

sasaran atau tujuan. Dalam suatu sistem, variabel tersebut menrupakan unsur

masukan dan sasaran merupakan untuk keluaran, sedangkan pengendalian

termasuk kedalam unsur proses. Oleh Anthony dan kawan-kawan (1985:4) juga

ditegaskan bahwa pengendalian adalah cara-cara untuk memastikan bahwa

anggota organisasi akan melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Dalam memahami hubungan antara rentang kendali dengan efektivitas

manajemen pemerintahan kecamatan diperlukan pendekatan sistem, sebab

menurut Winardi (1987:63) di dalam manajemen modern, pendekatan sistem

merupakan suatu ”conditio sine quanon”. Kecamatan dan Desa adalah salah satu

bentuk organisasi pemerintahan dengan manajemen modern sehingga memerlukan

pendekatan dan cara berpikir sistem.

Dari diagram di atas, secara teoritis dapat diketahui bahwa keluaran

suatu organisasi pemerintahan baik berupa pelayanan kepada masyarakat ataupun

pencapaian sasaran kegiatan akan ditentukan oleh unsur masukan dan proses.

Melalui penelitian, secara faktual akan dilihat mengenai seberapa jauh hubungan

Balikan : Tanggapan dari masyarakat

Masukan - Bahan/

peralatan - Orang - Dana - Rencana

kegiatan

Proses Prinsip-prinsip manajemen : rentang

kendali

Keluaran - Pelayanan

kepada masyarakat

- Pencapaian sasaran

kegiatan

Nilai Jual

Nilai jual dari pelayaan yang diberikan kepada

masyarakat

Dampak Dampak terhadap pelayanan dan pencapaian sasaran

Manfaat Manfaat dari pelayanan dan pencapaian sasaran

Page 39: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

26

antara perubahan proses terhadap keluaran. Perubahan proses berupa optimalisasi

rentang kendali camat terhadap desa bawahan.

Agar dapat diperoleh gambaran yang nyata mengenai hubungan tersebut,

maka untuk unsur masukan, unsur umpan balik maupun unsur lingkungan

digunakan asumsi bahwa kualitas dan kuantitas unsur-unsur tersebut relatif sama.

Oleh karena itu diperlukan lokasi penelitian sama yang memenuhi asumsi

tersebut.

Dengan lokasi penelitian yang sama diharapkan tersedianya lingkungan

politik dan ekonomi yang sama pula baik di lingkungan regional maupun di

tingkat lokal.

Umpan balik berupa tanggapan dari masyarakat menurut pendapat

Anthony dan Herzlinger (1980), kurang berpengaruh terhadap proses organisasi

nirlaba, terlebih lagi jika sumber dananya tidak langsung berasal dari masyarakat.

2.3. Teori Tentang Pemberian Pelayanan Umum

Wujud yang paling nyata dari tugas, kegiatan atau fungsi yang

dialaksanakan oleh suatu sistem pemerintahan adalah pelayanan masyarakat.

Keseluruhan aspek pemerintahan negara yang meliputi aspek kelembagaan,

ketatalaksanaan dan sumber daya manusia, senantiasa mengarah kepada upaya

peningkatan efisiensi dan profesionalisme fungsi pelayanan. Tugas umum

pemerintahan dan pembangunan memiliki pengertian yang saling memperkuat

karena pelayanan kepada masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya merupakan

hakekat dati tugas umum pemerintahan itu sendiri.

Menelusuri lebih jauh makna pelayanan, sebenarnya secara umum istilah

ini sering dipergunakan oleh berbagai pihak dengan istilah-istilah lain, misalnya

pelayanan publik, pelayanan masyarakat, pelayanan pemerintah, pelayanan

umum, pelayanan sipil dan lain sebagainya. Paham demokrasi yang sekarang ini

dianut pemerintah mempunyai konsekuensi bahwa pemerintah itu milik

masyarakat, sehingga lebih banyak memberi wewenang kepada masyarakat

daripada terus-menerus melayani masyarakat. Aparat pemerintah sebagai unsur

Page 40: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

27

pemerintah (melayani) terkait langsung dengan pelayanan kepada masyarakat

sebagai unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan pelayanan.

Pengertian pelayanan umum menurut Sadu Wasistiono (2001:51),

mengemukakan bahwa: ”Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh

pemerintah, pihak swasta, atas nama pemerintah maupun pihak swasta kepada

masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau

kepentingan masyarakat.” Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat,

maka pelayanan yang diberikan oleh pemerintah tidak hanya berfungsi sebagai

pemenuhan tuntutan dan kebutuhan akan barang dan jasa publik semata, tetapi

juga harus memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan. Sebab masyarakat

akan mempertanyakan apakah barang dan jasa publik yang diberikan pemerintah

dapat memberikan rasa puas atau hanya memenuhi kewajiban pemerintah semata,

lebih dari itu pemberian pelayanan yang berkualitas dan dapat memuaskan

masyarakat. Oleh karenanya fungsi pelayanan pemerintah selalu berkaitan dengan

kepentingan umum dan bukan dikonsepsikan untuk orang perorangan.

Ndraha (2000:21a), menunjukkan hubungan pemerintah (governance

relations), yaitu hubungan yang terjadi antara yang diperintah dengan pemerintah

satu terhadap yang lain pada satu posisi dan peran. Dalam kaitan itu, kualitas

pelayanan menjadi gejala atau masalah yang sering mewarnai interaksi tersebut.

Untuk itu pemerintah bukan lagi penentu kualitas pelayanan, akan tetapi

masyarakat sebagai pelanggan kebutuhan dan kepentingan yang ditawarkan

pemerintah. Pelangganlah yang paling tahu mana yang baik untuk kehidupannya.

Seperti dikemukakan Couper (dalam Osborne dan Gaebler, 1992:166), bahwa

“Quality is determined only by costumers”. Dalam kaitan itu, Couper (dalam

Osborne dan Gaebler, 1992: 169,172), dikatakan pemerintah perlu: Getting close

to the costumer, because the costumer are the most important people for an

organization”.

Dengan demikian baik buruknya produk layanan masyarakat yang

diberikan, lebih banyak bergantung pada sejauh mana tanggapan atau kepuasan

penerima pelayanan.

Kecamatan dan juga organisasi perangkat daerah lainnya, diarahkan

untuk menjadi organisasi yang memberikan pelayanan langsung kepada

masyarakat. Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat yang dilayaninya,

Page 41: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

28

diperlukan survey secara periodik melalui suatu alat ukur yang baku. Berkaitan

dengan hal tersebut, pada bulan Pebruari 2004, Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara telah mengeluarkan Keputusan Nomor Kep/25/M.PAN/2/2004 tentang

Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan

Instansi Pemerintah sebagai berikut:

1. Prosedur pelayanan yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

2. Persyaratan pelayanan yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

3. Kejelasan petugas pelayanan yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan

tanggungjawabnya);

4. Kedisiplinan petugas pelayanan yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku;

5. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan tanggung

jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;

6. Kemampuan petugas pelayanan yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang

dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada

masyarakat;

7. Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam

waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaran pelayanan;

8. Keadilan mendapatkan pelayanan yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

9. Kesopanan dan keramahan petugas yaitu sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta

saling menghargai dan menghormati;

10. Kewajaran biaya pelayanan yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap

besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

11. Kepastian biaya pelayanan yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan;

Page 42: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

29

12. Kepastian jadual pelayanan yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan;

13. Kenyamanan lingkungan yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang

bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada

penerima pelayanan;

14. Keamanan pelayanan yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-

resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

2.4. Kebijakan tentang Pemekaran Kecamatan

Pada masa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, mengingat kecamatan

adalah wilayah administrasi pemerintahan dalam rangka pelaksanaan asas

dekonsentrasi, pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri. Pada masa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, pembentukan

kecamatan cukup dilakukan dengan Peraturan Daerah (lihat Pasal 66 ayat 6

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999).

Perubahan yang menyangkut tentang kebijakan pemekatan kecamatan

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembentukan Kecamatan

Dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

dikemukakan bahwa : “Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota dengan

Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah”. Pada Pasal 4 ayat (4)

undang-undang tersebut dikemukakan bahwa pemekaran suatu daerah dapat

dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan.

Penjelasan Pasal 4 ayat (4) menyebutkan bahwa batas minimal usia

penyelenggaraan pemerintahan suatu kecamatan dapat dimekarkan adalah 5 (lima)

tahun.

Kecamatan dalam suatu kabupaten/kota yang jumlahnya cukup banyak

pada umumnya dikelola secara seragam, dalam arti mempunyai besaran

organisasi, anggaran, personil serta logistik yang serba seragam. Padahal beban

pekerjaan dan tanggung jawab untuk masing-masing jelas berbeda-beda. Agar

Page 43: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

30

TK = f (JP, LW, JK/D,STK, KP, KW, PPK)

diperoleh gambaran yang realistis, logis dan rasional sehingga dapat diukur

kinerjanya secara obyektif, diperlukan langkah membuat tipologi. Sekurang-

kurangnya ada 7 (tujuh) variabel yang dapat digunakan untuk menentukan

tipologi kecamatan yakni :

1) jumlah penduduk;

2) luas wilayah;

3) jumlah kelurahan/desa diwilayahnya;

4) sarana transportasi dan komunikasi;

5) kawasan potensial yang dapat dikembangkan ;

6) karakteristik wilayah ;

7) pola pendelegasian kewenangan.

Secara sederhana pembuatan tipologi kecamatan dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Tipologi kecamatan sebaiknya dibuat menurut ukuran kabupaten/kota

masing-masing, tidak dibuat seragam secara nasional, karena tidak akan

menggambarkan bobot pekerjaan yang sebenarnya. Masing-masing variabel diberi

bobot menurut tingkat kepentingannya di kabupaten/kota. Matriks pembuatan

tipologi dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Bobot kewenangan diberi skor kecil apabila kewenangan yang didelegasikan

kepada Camat dari Bupati/Walikota sifatnya seragam;

b. Bobot jumlah penduduk diberi bobot rendah atau tinggi, tergantung pada

keadaan masing-masing Kabupaten/Kota, apabila jumlahnya banyak seperti di

daerah perkotaan, berarti bobotnya besar.

c. Bobot luas wilayah juga ditentukan menurut karakteristik setempat. Untuk

daerah perkotaan, bobot luas wilayah mungkin kecil, sedangkan untuk

Kabupaten, bobot luas wilayah ini menjadi besar.

d. Bobot jumlah Desa atau Kelurahan ditentukan sendiri oleh masing-masing

Kabupaten/Kota. Apabila variasi antar kecamatan relatif kecil, bobotnya juga

kecil, begitu sebaliknya.

Page 44: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

31

e. Bobot sarana transportasi dan komunikasi juga ditentukan menurut

karakteristik Kabupaten/Kota bersangkutan. Bagi daerah dengan kualitas

transportasi terbatas, maka bobot untuk variabel ini lebih besar dibanding

variabel lain.

f. Bobot kawasan potensial yang ada di Kabupaten/Kota ditentukan sendiri

sesuai karakteristiknya, semakin luas kawasan potensial dalam satu kecamatan

berarti bobotnya semakin tinggi.

g. Bobot karakteristik wilayah dilihat dari bentuk geografi dan topografinya.

Apabila sangat bervariasi terdiri dari daratan dan kepulauan serta bergunung-

gunung, berarti bobotnya semakin tinggi.

Berdasarkan perhitungan bobot tersebut dapat dibuat tipologi kecamatan

A, B, dan C. Tipologi ini berguna untuk menentukan besarnya dana, jumlah,

personil, logistik serta susunan organisasi sebuah kecamatan. Secara logis dapat

dikatakan bahwa kecamatan tipe A memiliki bobot pekerjaan yang lebih berat

sehingga wajar kalau memperoleh dukungan anggaran, personil, logistik serta

organisasi yang lebih besar dibandingkan tipe B maupun tipe C. Tipologi ini

sekaligus juga dapat digunakan untuk jenjang karier PNS yang ditugaskan sebagai

Camat. Camat pemula sebaiknya ditempatkan di kecamatan tipe C, kemudian naik

ke tipe B dan selanjutnya ke tipe A.

Dalam pemekaran kecamatan disamping melihat aspek tipologi

sebagaimana tersebut di atas, sebaiknya perlu diidentifikasi karakateristik

lingkungan kecamatan, mengingat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

menggunakan filosofi “Keanekaragaman Dalam Kesatuan”. Keanekaragaman

tersebut sampai pula pada tingkatan kecamatan. Artinya delegasi kewenangan

kepada camat di dalam suatu Kabupaten/Kota juga tidak harus seragam,

melainkan disesuaikan dengan karakteristik lingkungan kecamatan bersangkutan.

Pendelegasian kewenangan yang seragam sebaiknya diberikan hanya pada

kecamatan di daerah perkotaan yang jumlah kecamatannya relatif terbatas serta

karakteristik wilayah, kegiatan perekonomian dan penduduknya relatif homogen.

Untuk kepentingan identifikasi kewenangan pemerintahan dari Bupati/

Walikota yang dapat didelegasikan kepada camat, perlu dilakukan identifikasi

Page 45: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

32

karakteristik lingkungan kecamatan. Secara garis besar, lingkungan kecamatan

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) lingkungan perdesaan ;

2) lingkungan perkotaan.

Lingkungan perdesaan itu sendiri masih dapat dibagi-bagi menjadi :

a) lingkungan persawahan ;

b) lingkungan perkebunan ;

c) lingkungan pertambangan;

d) lingkungan perhutanan;

e) lingkungan perikanan;

Sedangkan lingkungan perkotaan dapat dibagi-bagi menjadi:

a) lingkungan perumahan;

b) lingkungan perindustrian;

c) lingkungan pariwisata.

Kota-kota kecamatan di wilayah kabupaten selama ini seperti daerah

tidak bertuan. Kepentingan masyarakat kota tersebut seperti kebersihan,

pengendalian lingkungan, perparkiran, tata ruang kota, utilitas kota dan lain

sebagainya sepertinya tidak ada yang menangani secara sungguh-sungguh. Oleh

pemerintah kabupaten, masalah-masalah seperti itu dianggap terlampau kecil,

sedangkan bagi masyarakat kota hal tersebut merupakan kebutuhan dasar.

Agar kepentingan masyarakat kota-kota kecil dalam kabupaten dapat

terlayani dengan optimal, akan lebih baik apabila kewenangan pengelolaan kota

semacam itu didelegasikan kepada camat. Jadi untuk kecamatan perkotaan, camat

diangkat pula sebagai manajer kota. Pendelegasian ini hanya berlaku untuk camat

perkotaan di wilayah kabupaten, tidak berlaku untuk seluruh camat.

Identifikasi karakteristik kecamatan dapat dilihat dari mayoritas aktivitas

ekonomi, mayoritas jenis mata pencarian penduduk serta karakteristik

wilayahnya.

Page 46: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

33

Berdasarkan karakteristik lingkungan kecamatan, dapat disusun matriks

pendelegasian sebagian kewenangan dari Bupati/Walikota kepada camat sesuai

dengan situasi dan kondisi nyata di lapangan. Dengan cara demikian camat

diharapkan akan dapat memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat, karena

kewenangan yang didelegasikan kepadanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2.5. Organisasi Kecamatan

Untuk dapat menjalankan sebagian kewenangan pemerintahan dari

Bupati/Walikota yang didelegasikan kepadanya, Camat memerlukan dukungan

organisasi. Di dalam PP Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah, dibedakan antara Sekretariat Daerah sebagai unsur pembantu

pimpinan, Dinas Daerah sebagai unsur pelaksana serta Badan dan atau Kantor

sebagai unsur penunjang.

Sekretariat Daerah sebagai unsur pembantu pimpinan mempunyai fungsi :

1) pengkoordinasian perumusan kebijakan;

2) penyelenggaraan administrasi pemerintahan;

3) pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana;

4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Daerah sesuai tugas dan

fungsinya.

Dinas Daerah sebagai unsur pelaksana mempunyai fungsi :

1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

2) pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum;

3) pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

Badan dan atau Kantor sebagai unsur penunjang mempunyai fungsi :

1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

2) penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.

PP Nomor 8 Tahun 2003 tidak secara eksplisit menyebutkan kedudukan

kecamatan dan kelurahan, apakah sebagai unsur staf, unsur pelaksana ataukah

unsur penunjang. Tetapi apabila dilihat dari karakteristik pekerjaan yang

dijalankan oleh Camat yang bersifat operasional yakni melayani masyarakat

Page 47: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

34

secara langsung. Menurut Sadu Wasistiono (2004:15) “kecamatan lebih sesuai

dimasukkan ke dalam kategori unsur pelaksana. Untuk membedakannya dengan

Dinas Daerah sebagai unsur pelaksana kewenangan yang bersifat teknis, maka

kecamatan lebih tepat disebut UNSUR PELAKSANA KEWILAYAHAN.

Dinas Daerah menjalankan kewenangan yang bersifat teknis tertentu

seperti kesehatan, pendidikan. Sedangkan Camat dapat menjalankan kewenangan

pemerintahan apapun yang didelegasikan oleh Bupati/Walikota kepadanya dengan

batas wilayah kerjanya – sepanjang tidak bersifat sangat teknis. Dasar

pemikirannya adalah adanya keinginan politik dari Pemerintah Daerah untuk

menjadikan kecamataan sebagai pusat pelayanan masyarakat (PUSYANMAS).

Pemikiran tersebut sejalan dengan pendekatan “close to the customer” yang

sedang gencar dijalankan oleh sektor swasta. Bisnis perbankan dengan

membangun banyak ATM di tempat-tempat strategis merupakan contoh nyata dari

pendekatan “close to the customer”.

Karakteristik kewenangan pelayanan yang dapat dijalankan oleh Camat

yaitu sebagai berikut :

a) mudah, dalam arti tidak memerlukan persyaratan teknis tinggi;

b) sederhana; dalam arti tidak memerlukan prosedur yang banyak;

c) murah; dalam arti pembiayaannya lebih murah bagi masyarakat dibanding

apabila ditangani oleh Dinas teknis di ibukota Kabupaten/ Kota;

d) terjangkau oleh masyarakat setempat, baik dilihat dari lokasi maupun

waktunya.

Mengingat kewenangan yang didelegasikan kepada Camat kemungkinan

tidak seragam, maka organisasi kecamatan yang dibentuk seyogyanya mengikuti

jenis dan banyaknya kewenangan yang didelegasikan tersebut. Menurut Pasal 12

ayat (5) PP Nomor 8 Tahun 2003, pedoman organisasi kecamatan ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Sekarang telah terbit Kepmendagri

Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman Organisasi Kecamatan. Pada pasal 5

Kepmendagri tersebut dikemukakan bahwa susunan organisasi kecamatan terdiri

dari :

a. Camat;

Page 48: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

35

b. Sekretaris Kecamatan;

c. Seksi Pemerintahan;

d. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum;

e. Seksi lain dalam lingkungan kecamatan yang nomenklaturnya disesuaikan

dengan spesifikasi dan karakteristik wilayah kecamatan sesuai kebutuhan

Daerah;

f. Kelompok jabatan fungsional.

Di dalam PP Nomor 8 Tahun 2003 maupun Kepmendagri Nomor 158

Tahun 2004, disebutkan bahwa jumlah seksi sebanyak-banyaknya adalah lima

buah. Artinya, jumlah seksi di kecamatan tidak harus lima buah melainkan

bergantung pada beban kerja masing-masing kecamatan. Dalam rangka efektivitas

dan efisiensi, perlu dilakukan pembuatan tipologi kecamatan untuk menentukan

bobot pekerjaan dan besaran organisasinya. Tipologi ini kemudian diikuti dengan

pengalokasian besarnya biaya, jumlah pegawai serta jumlah logistik yang sesuai

dengan tipologinya.

Penyusunan organisasi kecamatan hendaknya mengikuti kecenderungan

bentuk organisasi abad ke-21 dengan ciri-ciri :

a) lebih ramping;

b) lebih cepat;

c) lebih terbuka;

d) lebih melebar.

(Gouillart & Kelly (1995); Belbin (1996), Mohrman et al (1998)).

Untuk kepentingan tersebut perlu lebih banyak dikembangkan jabatan-

jabatan fungsional, karena organisasi pemerintah pada dasarnya dibentuk guna

melayani kepentingan masyarakat. Jabatan fungsional itu sendiri diharapkan dapat

menjadi karier sepanjang hidup dari seorang pegawai negeri (longlife career),

sedangkan jabatan struktural merupakan jabatan tambahan yang bersifat

sementara. Dengan cara demikian, mobilitas pengisian jabatan struktural yang

jumlahnya relatif terbatas dapat dilakukan secara lebih dinamis. Pada sisi lain,

Page 49: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

36

kepastian karier pegawai negeri juga menjadi relatif lebih terjamin. Adapun

jabatan fungsional yang dapat dikembangkan di kecamatan antara lain :

a) arsiparis;

b) agendaris;

c) pustakawan, untuk melayani perpustakaan keliling apabila ada;

d) pranata komputer untuk pelayanan administrasi kependudukan dll;

e) bendaharawan;

f) penyelia kesehatan lingkungan dan masyarakat;

g) penyelia masalah-masalah sosial;

h) perencana pembangunan;

i) polisi pamong praja.

Di dalam PP Nomor 8 Tahun 2003 tidak ada lagi unit Cabang Dinas

Kabupaten/Kota yang berlokasi di kecamatan. Apabila Cabang Dinas di tingkat

kecamatan seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, pekerjaan umum, dihapus dan

organisasinya digabung ke kantor camat, maka masih terbuka peluang untuk

memasukkan jabatan fungsional lainnya seperti :

a) guru;

j) medis dan paramedis;

b) penyelia jalan, bangunan, dan jembatan,

c) penyuluh pertanian;

d) penyuluh keluarga berencana ke dalam kelompok jabatan fungsional di

kecamatan.

Bupati/Walikota maupun Gubernur sebagai Kepala Daerah perlu secara

strategis dan sistematis serta berkelanjutan mengkampanyekan pentingnya jabatan

fungsional dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat yang

berkualitas, sehingga jabatan tersebut memiliki daya tarik. Melalui pengembangan

jabatan fungsional sebenarnya dapat disusun suatu standar pelayanan bagi seorang

pejabat fungsional, baik berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani maupun

luasnya wilayah pelayanan.

Page 50: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

37

Seksi Seksi

Kelurahan DESA

Seksi Seksi Ketentraman

Dan Ketetiban Umum

Ujicoba menjadikan polisi pamong praja sebagai jabatan fungsional yang

kemudian akan membentuk organisasi fungsional sebagaimana diatur di dalam

peraturan pemerintah tentang satuan polisi pamong praja, merupakan langkah

maju menuju terbangunnya birokrasi yang profesional. Di dalam Pasal 15 PP

tersebut dikemukakan bahwa jabatan struktural pada Satuan Polisi Pamong Praja

hanya dapat diisi oleh pejabat fungsional polisi pamong praja. Pola ini sudah

digunakan di lingkungan organisasi perguruan tinggi negeri. Dengan

memberi peluang pejabat fungsional duduk dalam jabatan struktural, diharapkan

gengsi jabatan fungsional dalam pandangan PNS akan semakin meningkat.

Telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa pendelegasian

kewenangan dari Bupati/Walikota kepada Camat dilakukan melalui

Keputusan Bupati/Walikota, sedangkan untuk pembentukan organisasi

kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Alasannya adalah karena

pembentukan organisasi berkaitan dengan besaran personil, dana serta logistik

sehingga perlu dibicarakan dengan DPRD sebagai wakil rakyat.

Adapun susunan organisasi kecamatan sebagaimana tertera dalam

Lampiran II Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004 yaitu

sebagai berikut :

Gambar 2.2

STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN

Keterangan :

Garis hubungan operasional :

Garis hubungan koordinasi & fasilitasi :

C A M A T

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretaris

Kecamatan

Seksi

Pemerintahan

Page 51: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

38

Sumber : Lampiran II Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004

2.6. Tugas dan Wewenang Camat

Tugas adalah suatu pekerjaan yang berkaitan dengan status yang harus

ditunaikans, sedangkan kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate

power) atau kekuasaan yang terlembagakan (institutionalized power). Kekuasaan

itu sendiri adalah kemampuan yang membuat seseorang atau orang lain untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Menurut

Ensiklopedi Administrasi (1977 : 28), yang dimaksud dengan wewenang adalah :

“Hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas

serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil baik”. Pada sisi lain,

tanggung jawab adalah : “keharusan pada seseorang pejabat untuk melaksanakan

secara selayaknya segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya”. (Ensiklopedi

Administrasi, 1977 : 28). Sedangkan kewajiban adalah tanggung jawab yang

harus dilaksanakan. Antara tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab

mempunyai kaitan yang sangat erat. Dalam kenyataannya, keempat hal tersebut

dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan.

Menurut Terry (1960: 294) bahwa : “authority is the power or the right

to act, to command, or to exact action by others”. Terry (1960 : 299) selanjutnya

mengatakan bahwa : “delegation means conferring authority from one executive

or organizational unit to another in order to accomplish particular assignment”.

Dengan demikian, kewenangan berkaitan dengan kekuasaan atau hak untuk

melakukan atau memerintah, atau mengambil tindakan melalui orang lain.

Sedangkan pendelegasian dimaksudkan sebagai pelimpahan kewenangan dari

seorang eksekutif atau unit organisasi kepada yang lain untuk menyelesaikan

sebagian tugas-tugas tertentu. Artinya, pendelegasian kewenangan dapat berasal

dari seorang pejabat eksekutif ataupun dari satu unit organisasional. Pada bagian

lain, Terry (1960 : 300) mengemukakan bahwa ada dua alasan penting perlunya

pendelegasian kewenangan yakni :

1) Kemampuan seseorang menangani pekerjaan ada batasnya;

2) Perlu adanya pembagian tugas dan kaderisasi kepemimpinan.

Page 52: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

39

Di dalam melaksanakan pendelegasian kewenangan perlu didasarkan pada

berbagai prinsip. Koontz, O’ Donnell dan Weihrich (1980 : 425-428)

mengemukakan ada 7 (tujuh) prinsip yang diperlukan dalam melakukan

pendelegasian kewenangan yaitu :

1) Principle of delegation by results expected;

2) Principle of functional definition;

3) Scalar principle;

4) Authority level principle;

5) Principle of unity of command;

6) Principle of absoluteness of responsibility;

7) Principle of parity of authority and responsibility.

Prinsip pendelegasian berdasarkan hasil yang diperkirakan maksudnya

adalah bahwa pendelegasian diberikan berdasarkan tujuan dan rencana yang telah

disiapkan sebelumnya. Dengan demikian, perlu tidaknya sebuah kewenangan

didelegasikan akan bergantung apakah hasilnya diperkirakan akan

menguntungkan bagi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan pendelegasian

berdasarkan prinsip definisi fungsional dimaksudkan melimpahkan kewenangan

berdasarkan pertimbangan- pertimbangan fungsional agar pekerjaan atau tugas

tertentu dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien.

Pada sisi lain, pendelegasian kewenangan dilakukan dengan menganut

prinsip berurutan berdasarkan hierarkhi jabatan. Prinsip ini berkaitan dengan

prinsip keempat yakni prinsip jenjang kewenangan, artinya kewenangan

didelegasikan secara satu tahap demi satu tahap berdasarkan tingkat kewenangan

yang dimiliki pejabat atau satu unit organisasi tertentu.

Prinsip kelima menggambarkan bahwa meskipun telah ada

pendelegasian kewenangan, tetapi dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan

kesatuan komando, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran ataupun tumpang

tindih kegiatan dan tanggung jawab.

Prinsip keenam menggambarkan bahwa pendelegasian kewenangan

perlu diimbangi dengan tanggung jawab yang penuh tanpa terlampau banyak

Page 53: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

40

campur tangan dari pemberi delegasi. Termasuk kewenangan untuk mengambil

keputusan dan menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya.

Prinsip ketujuh yaitu keseimbangan antara kewenangan dan tanggung

jawab, artinya bahwa kewenangan yang didelegasikan harus dibarengi dengan

tanggung jawab yang seimbang. Semakin besar kewenangan yang diberikan

berarti semakin besar tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Telah dijelaskan bahwa kewenangan yang dijalankan oleh camat

merupakan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/

Walikota. Dengan demikian tugas camat adalah menjalankan sebagian tugas dan

kewajiban Bupati/Walikota di wilayah kerjanya, berdasarkan pendelegasian

kewenangan yang diberikan kepadanya.

Dengan demikian, kewajiban camat merupakan turunan atau derivasi

dari kewajiban Kepala Daerah tersebut. Dari ketujuh kewajiban Kepala Daerah di

atas, ada enam macam kewajiban yang dapat didelegasikan kepada camat dalam

rangka membantu Kepala Daerah. Sedangkan kewajiban yang tidak dapat

ditugaskan kepada camat hanyalah kewajiban nomor 7 yakni mengajukan

Rancangan Peraturan Daerah. Kewajiban lainnya dapat ditugaskan kepada camat

untuk dilaksanakan di wilayah kerjanya. Karena kewajiban yang dijalankan camat

berasal dari derivasi kewajiban Kepala Daerah (dalam hal ini Bupati/Walikota),

maka tanggung jawab terakhir mengenai pelaksanaan kewajiban tersebut tetap

berada di tangan Kepala Daerah bersangkutan, sedangkan camat yang

menjalankan kewajibannya berdasarkan perintah bertanggungjawab kepada yang

memberi perintah (Bupati/Walikota).

Sesuai dengan paradigma Reinventing Government maupun Good

Governance, pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/

Walikota kepada Camat harus dapat memaksimalkan nilai 4E, yakni :

a) efektivitas; (G.R. Terry, 1961)

b) efisiensi; (G.R. Terry, 1961).

c) equity/keadilan; (G. Frederickson, 1982)

d) ekonomik (E.S. Savas, 1987).

Page 54: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

41

Pendelegasian kewenangan bukan hanya sekedar memindahkan

kewenangan yang dijalankan secara langsung oleh Bupati/Walikota kepada

Camat, melainkan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberian

pelayanan kepada masyarakat serta penggunaan dana dan fasilitas publik untuk

kepentingan publik. Selain itu, pendelegasian kewenangan tersebut harus dapat

memenuhi dan meningkatkan rasa keadilan masyarakat, termasuk didalamnya

memperoleh akses pada fasilitas dan akses yang setara – terutama untuk kelompok

masyarakat yang selama ini terpinggirkan. Pada sisi lain, pendelegasian

kewenangan harus mampu menjadi pengungkit kegiatan ekonomi masyarakat

sehingga menjadi lebih produktif. Dengan perkataan lain, pendelegasian

kewenangan jangan sampai memperpanjang jenjang birokrasi dan menciptakan

ekonomi biaya tinggi yang membuat masyarakat menjadi tidak produktif dan

kalah bersaing dengan mancanegara.

Tujuan pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/

Walikota kepada Camat yaitu :

a) untuk mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dengan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat setempat.

b) untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat;

c) untuk mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota kepada Kepala

Desa/ Lurah;

d) untuk kaderisasi kepemimpinan pemerintahan.

Dilihat dari asal usul kewenangan yang dijalankan oleh camat, dapat

dibedakan antara kewenangan atributif dan kewenangan delegatif. Kewenangan

atributif adalah kewenangan yang melekat pada seseorang pejabat karena diatur

oleh peraturan perundang-undangan. Pada masa Undang-undang Nomor 5 Tahun

1974, camat sebagai kepala wilayah mempunyai kewenangan atributif

sebagaimana diatur di dalam Pasal 80 dan 81 undang-undang tersebut. Kepada

setiap orang yang telah dilantik sebagai kepala wilayah, maka pada dirinya secara

otomatis telah melekat kewenangan yang diatur di dalam pasal tersebut.

Sedangkan menurut Pasal 66 ayat (4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999,

kewenangan camat bersifat delegatif, artinya camat baru memiliki kewenangan

Page 55: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

42

apabila ada tindakan aktif dari Bupati/Walikota mendelegasikan sebagian

kewenangan pemerintahan kepadanya.

Apabila Bupati/Walikota belum mendelegasikan sebagian kewenangan

pemerintahan kepada Camat, apakah Camat tidak mempunyai kewenangan apa-

apa? Mengenai hal ini ada dua pendapat. Pendapat pertama, mengatakan bahwa

Camat praktis tidak lagi mampu menjalankan fungsi dengan baik, karena Camat

tidak dapat mengambil keputusan-keputusan strategis yang berkaitan kepentingan

publik karena dapat menimbulkan implikasi hukum yang melemahkan bagi

Camat. Pendapat kedua, menyebutkan bahwa di dalam pemerintahan tidak boleh

ada kekosongan kekuasaan, dengan demikian apabila belum ada ketentuan yang

seharusnya, maka ketentuan yang lama masih dapat digunakan, yang terpenting

pelayanan kepada masyarakat tidak terlantar (prinsip mengutamakan kepentingan

umum).

2.7. Pendelegasian dan Penarikan Kewenangan

Kebijakan perubahan pemekaran kecamatan tentunya diiringi juga

dengan pendelegasian maupun penarikan kewenangan yang dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1) Pendelegasian Kewenangan

Di dalam manajemen terdapat berbagai prinsip antara lain adanya

pendelegasian kewenangan dari pucuk pimpinan kepada orang atau unit yang

berada dibawahnya. Pendelegasian kewenangan adalah pelimpahan kewenangan

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang diberikan dari pihak atasan

kepada bawahan dengan ketentuan :

a). kewenangan tersebut tidak beralih menjadi kewenangan dari penerima

delegasi;

b). penerima delegasi wajib bertanggung jawab kepada pemberi delegasi;

c). pembiayaan untuk melaksanakan wewenang tersebut berasal dari pemberi

delegasi kewenangan.

Dikaitkan dengan pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan

Bupati/Walikota kepada camat, dapat dibedakan adanya dua pola yaitu :

Page 56: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

43

1. Pola seragam

2. Pola beranekaragam.

Pendelegasian dengan pola seragam yaitu mendelegasikan sebagian

kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada camat secara seragam

tanpa melihat karakteristik wilayah dan penduduknya. Pola ini dapat digunakan

untuk kecamatan yang wilayah dan penduduknya relatif homogen. Menurut Sadu

Wasistiono (2004:22) Pola pendelegasian secara seragam memiliki kelebihan dan

kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan Pola Pendelegasian Kewenangan Secara Seragam

a. Relatif lebih mudah membuatnya;

b. Relatif lebih mudah dalam pengaturan dan pengendaliannya;

c. Relatif lebih mudah dalam pembinaan personil, penentuan anggaran dan

logistik.

Kekurangan Pola Pendelegasian Kewenangan Secara Seragam

a. Kurang responsif terhadap kebutuhan masyarakat;

b. Penyediaan personil, anggaran dan logistik tidak sesuai dengan kebutuhan

nyata kantor camat sehingga sulit untuk mencapai efektivitas dan efisiensi.

c. Sulit untuk mengukur kinerja organisasi secara obyektif.

Pendelegasian dengan pola beranekaragam yaitu mendelegasikan

sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada camat dengan

memperhatikan karakteristik wilayah dan penduduk masing-masing kecamatan.

Pada pola ini ada dua macam kewenangan yang dapat didelegasikan yakni

kewenangan generik, yakni kewenangan yang sama untuk semua kecamatan, serta

kewenangan kondisional yaitu kewenangan yang sesuai dengan kondisi wilayah

dan penduduknya.

Kewenangan atributif yang bersifat generik misalnya dapat ditetapkan

dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri, seperti yang diamanatkan pasal 12 ayat

(5) PP Nomor 8 Tahun 2003. Di dalam Lampiran I Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman Organisasi Kecamatan antara

lain dimuat kewenangan-kewenangan pemerintahan yang didelegasikan kepada

Camat yaitu sebagai berikut :

Page 57: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

44

1) Bidang pemerintahan mencakup 17 aktivitas ;

2) Bidang ekonomi dan pembangunan mencakup 8 aktivitas;

3) Bidang pendidikan dan kesehatan mencakup 8 aktivitas;

4) Bidang sosial dan kesejahteraan rakyat mencakup 6 aktivitas;

5) Bidang pertanahan mencakup 4 aktivitas.

Kewenangan atributif yang diatur di dalam Kepmendagri tersebut di atas

bersifat ATRIBUTIF TENTATIF, karena Bupati/Walikota diberi peluang untuk

memilih sesuai karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah.

Di dalam pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158

Tahun 2004, dikemukakan kedudukan tambahan bagi Camat yaitu sebagai

koordinator pemerintahan di wilayah kerjanya. Kedudukan tambahan tersebut

menimbulkan konsekuensi logis adanya kewenangan atributif lainnya yakni

mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintah baik instansi vertikal maupun

dinas daerah yang ada di wilayah kecamatan.

Telah dijelaskan bahwa pola pendelegasian kewenangan yang serba

seragam maupun yang beraneka ragam memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dan kekurangan pola beranekaragam dapat diinventarisasi sebagai

berikut :

Kelebihan Pola Pendelegasian Kewenangan Secara Beranekaragam :

a. Lebih responsif terhadap kebutuhan pelayaanan masyarakat ;

b. Kebutuhan personil, anggaran dan logistik dapat dihitung secara obyektif

dan rasional;

c. Memudahkan dalam pengukuran kinerja.

Kelemahan Pola Pendelegasian Kewenangan Secara Beranekaragam :

a. Memerlukan waktu dan tenaga untuk menyusunnya;

b. Agak sulit dalam pengendalian dan pengawasan;

c. Memerlukan personil yang memiliki kualifikasi sesuai dengan kebutuhan

pelayanan masyarakat.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendelegasikan

kewenangan dengan menggunakan pola beranekaragam yaitu sebagai berikut :

1. Karakteristik geografis (daratan atau kepulauan, dataran atau pegunungan) ;

Page 58: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

45

2. Karateristik penduduk dilihat dari mata pencaharian dan tingkat

pendidikannya;

3. Karakteristik wilayahnya (perkebunan, perhutanan, perindustrian, perumahan,

pariwisata dlsb).

Adapun jenis-jenis kewenangan yang dapat didelegasikan kepada camat

dapat dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) macam sebagai berikut:

1. kewenangan perijinan;

2. kewenangan rekomendasi;

3. kewenangan koordinasi;

4. kewenangan pembinaan;

5. kewenangan pengawasan;

6. kewenangan fasilitasi;

7. kewenangan penetapan;

8. kewenangan pengumpulan data dan penyampaian informasi;

9. kewenangan penyelenggaraan.

Untuk dapat mengidentifikasi kewenangan pemerintahan yang dapat

didelegasikan kepada Camat, dapat dibuat matriks sebagai berikut:

Matrik Indentifikasi Kewenangan yg Mungkin

Dilimpahkan dari Bupati/Walikota kepada Camat

Bidang

Jenis

Kewenangan

Pem.

Umum Pertanian

Pekerjaan

Umum

-----dst

s/d 21 bid

Perijinan

Rekomendasi

Koordinasi

Pembinaan

Pengawasan

Fasilitasi

Penetapan

Pengumpulan Data &

Penyampaian Informasi

Penyelenggaraan

Matriks di atas disusun dengan memadukan antara jenis kewenangan

(ada 9 jenis) dengan bidang kewenangan yang dijalankan oleh pemerintah daerah

Page 59: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

46

kabupaten/kota (ada 21 bidang kewenangan). Melalui matriks tersebut barulah

diadakan rapat teknis antara dinas daerah dan atau badan/kantor dengan camat

untuk mencocokkan kewenangan yang mungkin dan mampu dilaksanakan oleh

camat.

Pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota

kepada camat dilakukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Bupati/Walikota,

bukan dengan Peraturan Daerah. Pertimbangannya adalah bahwa yang

didelegasikan adalah kewenangan pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat

bawahannya (camat).

Untuk menjalankan kewenangan yang telah didelegasikan oleh Bupati/

Walikota, camat memerlukan dukungan organisasi. Tugas pokok dan fungsi

organisasi kecamatan diatur dengan Peraturan Daerah, sama seperti pengaturan

tugas, pokok dan fungsi perangkat daerah lainnya, sebab pembentukan organisasi

akan berkaitan dengan personil dan pembiayaan yang memerlukan persetujuan

DPRD.

Pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota

kepada camat dapat dilaksanakan apabila memenuhi empat prasyarat sebagai

berikut:

1). Adanya keinginan politik dari Bupati/Walikota untuk mendelegasikan

sebagian kewenangan pemerintahan kepada camat;

2). Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota

untuk menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat bagi jenis-

jenis pelayanan yang mudah, murah, dan cepat.

3). Adanya kelegawaan dari dinas dan atau lemtekda untuk melimpahkan

sebagian kewenangan teknis yang dapat dijalankan oleh camat, melalui

keputusan Kepala Daerah.

4). Adanya dukungan anggaran dan personil untuk menjalankan kewenangan

yang telah didelegasikan.

Page 60: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

47

Adapun langkah-langkah teknis yang perlu dilakukan untuk dapat

merumuskan dan mengimplementasikan pendelegasian sebagian kewenangan

pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada camat yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan inventarisasi bagian-bagian kewenangan dari Dinas dan atau

Lemtekda yang dapat didelegasikan kepada camat melalui pengisian daftar

isian.

2. Mengadakan rapat teknis antara pimpinan dinas daerah dan atau lemtekda

dengan camat untuk mencocokkan bagian-bagian kewenangan yang dapat

didelegasikan dan mampu dilaksanakan oleh camat.

3. Menyiapkan rancangan keputusan Bupati/Walikota untuk dijadikan

Keputusan.

4. Menata-ulang organisasi kecamatan sesuai dengan besaran dan luasnya

kewenangan yang didelegasikan untuk masing-masing kecamatan.

5. Mengisi organisasi dengan orang-orang yang sesuai kebutuhan dan

kompetensinya, apabila perlu diadakan pelatihan teknis fungsional sesuai

kebutuhan.

6. Menghitung perkiraan anggaran untuk masing-masing kecamatan sesuai

dengan beban tugas dan kewenangannya, dengan mempertimbangkan

kemampuan keuangan pemerintah daerah bersangkutan.

7. Menghitung perkiraan kebutuhan logistik untuk masing-masing kecamatan.

8. Menyiapkan tolok ukur kinerja organisasi kecamatan.

Kebijakan pendelegasian sebagian kewenangan dari beberapa Bupati/

Walikota Kepada Camat sebagaimana terdapat dalam contoh berikut ini:

Page 61: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

48

TABEL 2.1

PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI/WALIKOTA

KEPADA CAMAT

No Lokasi Dasar Hukum Bidang Kewenangan

1 Kota Bandung Keputusan Walikota

No. 1342/2001

19 Bidang Kewenangan meliputi

96 rincian kewenangan

2 Kota Surabaya Keputusan Walikota

No. 55/2001

15 Bidang Kewenangan meliputi

68 rincian kewenangan

3 Kota Ternate Keputusan Walikota

No.27/2001

Masih menggunakan pola lama

tanpa ada rincian kewenangan

yang didelegasikan

4 Kabupaten

Bandung

Keputusan Bupati

No.21/2001

27 Bidang Kewenangan meliputi

109 rincian kewenangan

5 Kabupaten

Sumedang

Keputusan Bupati No.

44/2001

9 Bidang Kewenangan meliputi

18 rincian kewenangan

6 Kabupaten Agam Keputusan Bupati No.

182/2001

1 Bidang Kewenangan yaitu

pengelolaan pajak & retribusi

daerah meliputi 12 rincian jenis

pajak & retribusi daerah

7 Kabupaten

Lampung Uatara

Keputusan Bupati No.

299/2001

23 Bidang Kewenangan meliputi

317 rincian kewenangan

2) Penarikan Kewenangan

Sebagian kewenangan pemerintahan yang telah didelegasikan oleh

Bupati/Walikota kepada Camat pada suatu saat dapat saja ditarik kembali. Adapun

alasan penarikan kembali kewenangan yang telah didelegasikan antara lain :

1. Kewenangan yang telah didelegasikan tidak dilaksanakan dengan baik;

2. Obyek sasaran dari kewenangan tersebut tidak ada di kecamatan

bersangkutan. Misalnya kewenangan perijinan IMB untuk kecamatan yang

bercorak perkebunan, atau kewenangan pengelolaan kota untuk kecamatan

yang bukan perkotaan.

3. Setelah dilaksanakan ternyata pendelegasian kewenangan yang dijalankan

oleh camat justru menimbulkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan;

4. Pelaksanaan kewenangan yang didelegasikan dampaknya telah meluas

melampaui satu kecamatan, sehingga perlu ditarik kembali ke tangan Bupati/

Walikota.

5. Adanya kebijakan baru di bidang pemerintahan sehingga kewenangan yang

selama ini dijalankan oleh Camat dengan berbagai pertimbangan kemudian

Page 62: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

49

ditarik kembali dan atau dipindahkan pelaksanaannya kepada unit organisasi

pemerintahan yang lainnya. Misalnya kewenangan di bidang pertanahan,

kependudukan, pemilihan umum dan lain sebagainya.

Apabila pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/

Walikota kepada camat dilakukkan dengan Keputusan Bupati/Walikota, maka

penarikan kewenangannyapun harus dilakukan dengan Keputusan yang setingkat

yakni Keputusan Bupati/Walikota. Penarikan kembali kewenangan yang

didelegasikan harus dilakukan secara hati-hati dan cermat, jangan sampai

menimbulkan masalah di kemudian hari atau menimbulkan penolakan dari

masyarakat yang dilayani.

Page 63: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan aplikasi model pengukuran dan evaluasi

terhadap kemampuan potensi yang akan mendeskripsikan dan mengeksplanasikan

tingkat kekuatan atau pengaruh variabel yang diamati terhadap keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan di unit terkecil dan terdepan untuk meningkatkan

penyelenggaraan pelayanan umum, pembangunan dan demokratisasi.

Melalui pendekatan ini dapat diketahui secara obyektif dan mendalam

tingkat kemampuan potensi yang dimiliki kecamatan dalam penyelenggaraan

pemerintahan melalui pengukuran terhadap indikator dan sub indikator dari

berbagai variabel yaitu : demografi, orbitasi, pendidikan, kesehatan, prasarana

ibadah, sarana olah raga, transportasi, komunikasi, penerangan umum, kesadaran

politik, keamanan dan ketertiban masyarakat, pertanian, perikanan, peternakan,

ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, sosial masyarakat, dan

aspek pemerintahan.

Berdasarkan identifikasi terhadap tingkat kemampuan potensi tersebut,

dapat disusun berbagai alternatif desain pemekaran kecamatan, dan dapat

ditentukan pilihan prioritas tindakan guna peningkatan potensi kecamatan.

3.2. Populasi dan Sampel

Unit analisis dalam penelitian ini adalah 31 (tiga puluh satu) kecamatan

di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Satuan sampel yang menjadi obyek

penelitian ini adalah Camat.

Penarikan sampel sebagai obyek penelitian dalam ukuran dan jumlah

yang representatif, dengan menggunakan teknik penarikan total sampling atau

sampel jenuh, dimana setiap kecamatan diambil seluruhnya.

Page 64: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

51

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

kualitatif dengan sumber data terdiri atas :

1. Data Primer, diperoleh dengan penelitian lapangan, dilakukan dengan jalan

meminta data kepada pihak kecamatan, dengan mengisi kuesioner penelitian

yang telah disediakan.

2. Data Sekunder, dikumpulkan untuk melengkapi data primer, baik yang

tersedia di BPS setempat, Sekretariat Daerah, Bappeda, Dinas-dinas Daerah,

badan/kantor, kecamatan, dan instansi lain yang relevan dengan topik

penelitian ini. Data sekunder diperoleh melalui penelitian terhadap

dokumen, laporan dan bahan kepustakaan lainnya.

Teknik pengumpulan data yang dipilih dalam riset lapangan adalah :

1. Kuesioner, penyebaran angket atau daftar pertanyaan yang telah tersedia

yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kuesioner ini dimaksudkan untk

memperoleh data yang obyektif dan merupakan salah satu pengumpulan data

yang diketahui dan dipahami oleh responden sehingga hasilnya obyektif;

2. Studi Literatur, mengumpulkan data dengan mempelajari, menelaah dan

menganalisis literatur, dokumen, peraturan serta referensi lainnya yang erat

kaitannya dengan masalah yang diteliti

3.4.Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel dibatasi sebagai berikut :

a. Demografi, merupakan gambaran umum masyarakat yang dapat diukur

melalui indikator jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan luas wilayah.

b. Orbitasi, merupakan cermianan tingkat relokasi pelayanan kepada masyarakat

yang dapat diukur melalui indikator jarak dan waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan kecamatan.

Page 65: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

52

c. Pendidikan, merupakan salah satu unsur pelayanan dasar masyarakat yang

dapat diukur melalui indikator jumlah penduduk tamat pendidikan umum dan

khusus, prasarana pendidikan melalui jumlah gedung sekolah jumlah guru,

dan jumlah murid.

d. Kesehatan masyarakat, merupakan gambaran kondisi tingkat kesehatan

masyarakat setempat yang dapat diukur melalui indikator Akseptor KB,

jumlah tenaga medis, jumlah prasarana kesehatan posyandu, dan praktek

dokter.

e. Prasarana ibadah, merupakan salah satu penunjang kegiatan sosial budaya

masyarakat terutama dalam menciptakan kehidupan yang agamis dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dapat diukur melalui indikator

masjid, langgar/ surau dan tempat ibadah lainnya seperti gereja, pura dan

vihara.

f. Fasilitas olah raga, merupakan salah satu unsur penunjang kegiatan

masyarakat terutama dalam kegiatan kesegaran jasmani yang dapat diukur

melalui indikator tempat olah raga seperti bola volley, sepak bola, bola

tangkis, basket dan tenis meja.

g. Prasarana transportasi, merupakan salah satu penunjang kegiatan transportasi

masyarakat yang dapat diukur melalui indikator kendaraan roda empat

(mobil), dan roda dua (motor).

h. Fasilitas komunikasi, merupakan unsur vital bagi penggerak kagiatan utama

masyarakat yang dapat diukur melalui indikator TV, Radio, telepon dan kantor

pos/wartel dan sejenisnya.

i. Penerangan umum, merupakan unsur vital bagi penggerak kagiatan utama

masyarakat yang dapat diukur melalui indikator rumah tangga pelanggan

listrik dan lainnya.

Page 66: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

53

j. Kesadaran politik, merupakan cerminan kegiatan sosial politik masyarakat

yang dapat diukur melalui indikator jumlah hak pilih dan pengguna hak pilih,

jumlah TPS serta jumlah organisasi kemasyarakatan/ormas dan parpol.

k. Keamanan dan ketertiban masyarakat, merupakan salah satu unsur penting

dalam menciptakan rasa aman dalam kehidupan masyarakat yang dapat diukur

melalui indikator jumlah personil keamanan seperti hansip/kamra dan tempat

pos ronda/gardu.

l. Pertanian, merupakan salah satu unsur penunjang kegiatan masyarakat yang

dapat diukur melalui indikator jumlah luas tanah dan hasil pertanian.

m. Perikanan, merupakan salah satu unsur penunjang kegiatan masyarakat yang

dapat diukur melalui indikator jumlah hasil perikanan dan kepemilikan kolam

perikanan.

n. Peternakan, merupakan salah satu unsur penunjang kegiatan masyarakat yang

dapat diukur melalui indikator jumlah kepemilikan hewan peliharaan

besar/sedang dan kecil/unggas.

o. Ketenagakerjaan, merupakan salah satu unsur pembangunan dalam kegiatan

masyarakat yang dapat diukur melalui indikator jumlah penduduk yang

bekerja, mencari kerja dan tidak bekarja.

p. Sosial Budaya, merupakan unsur bagi penggerak kagiatan di masyarakat yang

dapat diukur melalui banyaknya tempat kesenian, panti dan tempat

pertunjukkan seni dan tempat wisata.

q. Ekonomi Masyarakat, merupakan salah satu pendukung kegiatan

perekonomian masyarakat yang dapat diukur melalui indikator jumlah tenaga

kerja, sarana perbelanjaan, dan masyarakat bermata pencaharian.

r. Sosial kemasyarakatan, merupakan gambaran kondisi sosial masyarakat yang

dapat dilihat melalui penyandang cacat dan pelanggaran hukum.

Page 67: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

54

s. Sosial masyarakat, merupakan unsur bagi penghambat bagi kagiatan di

masyarakat yang dapat diukur melalui banyaknya penduduk penyandang cacat

dan penduduk bermasalah.

t. Aspek pemerintahan, merupakan salah satu urat nadi penggerak pembangunan

yang dapat diukur melalui indikator penerimaan PBB, jumlah perangkat desa,

BPD, KPD, Keputusan Desa, Peraturan Desa.

3.5. Teknik Pengolahan Data

1. Aspek Potensi Wilayah

Data kualitatif dianalisis melalui pendekatan isi dan kedalaman

menterjemahkan suatu fenomena terhadap 19 variabel penelitian. Cara

mengakomodasi analisis kulitatif adalah dengan menstimulasi berbagai

kecenderungan jawaban kualitatif dari responden terhadap fenomena tersebut.

Dalam konteks ini sebagian dari data kualitatif direnovasi menjadi data

kuantitatif melalui non-parametric process. Sedangkan data kuantatif

dikategorikan, diklasifikasi dan diolah sebagai dasar pengukuran dan analisis

untuk memberikan penjelasan dan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan

variabel penelitian.

Kategori penilaian beradasarkan skala tertentu dan ditetapkan menurut

klasifikasi layak, cukup layak dan tidak layak berdasarkan jumlah skor tertentu

yang representatif. Setiap kategori menjadi penilaian menjadi dasar pilihan

tindakan untuk pemekaran kecamatan dan pendayagunaan potensi.

Metode penilaian ditetapkan melalui metode distribusi yaitu metode rata-rata

yang mempertimbangkan distribusi data. Perhitungan skor dengan metode ini

disesuaikan dengan kemencengan dan keruncingan kurva sebaran data. Setiap sub

indikator mempunyai skor 1 untuk nilai terkecil dan skor 6 untuk nilai terbesar.

Skoring dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Page 68: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

55

a. Menghitung rata-rata, standar deviasi, dan koefisiens kurtosis/skewness.

b. Menghitung batas 2 (nilai 2 X kurtosis/Skewness X standar deviasi), dan batas

1 (nilai 1 X kurtosis X standar deviasi) dan;

c. Menentukan kelas indeks untuk penentuan skor :

(i) Jika nilai indikator > rata-rata + batas 2, mendapat skor 6;

(ii) Jika rata-rata + batas 2 ≤ nilai indikator < rata-rata+batas 1, mendapat

skor 5;

(iii) Jika rata-rata + batas 1 ≤ nilai indikator < rata-rata, mendapat skor 4;

(iv) Jika rata-rata ≤ nilai indikator < rata-rata - batas 1, mendapat skor 3;

(v) Jika rata-rata - batas 1 ≤ nilai indikator < rata-rata - batas 2, mendapat

skor 2;

(vi) Jika nilai indikator ≤ rata-rata - batas 2, mendapat skor 1;

Asumsi yang digunakan di dalam pembobotan adalah setiap variabel atau

kriteria mempunyai bobot yang berbeda sesuai dengan perannya dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Bobot untuk

pelayanan dasar seperti : bobot demografi, orbitrasi, kesadaran politik, pertanian,

sosial budaya, dan aspek pemerintahan adalah 5, bobot sarana ibadah, sarana olah

raga, kamtibmas, perikanan, peternakan adalah 3, sarana kesehatan dan

pendidikan adalah 11, bobot fasilitas transportasi, komunikasi dan penerangan

umum adalah 7, bobot kondisi sosial masyarakat adalah 2. Selanjutnya, skor

minimal kelulusan adalah jumlah total skor sub indikator pada setiap

variabel/kelompok kriteria dikalikan dengan skor di atas rata-rata untuk setiap

variabel atau kelompok kriteria dikali bobot untuk setiap kelompok indikator.

Perhitungan skor total maksimum dan minimum dari setiap dan seluruh

variabel dapat dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Page 69: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

56

Tabel 3.1

Nilai maksimum dan minimum variabel/kriteria

TOTAL TOTAL

NO VARIABEL JUMLAH BOBOT NILAI NILAI SKOR SKOR

INDIKATOR MIN MAKS MINIMAL MAKSIMAL

1 2 3 4 5 6 7 8

1 DEMOGRAFI 3 5 1 6 15 90

2 ORBITASI 2 5 1 6 10 60

3 PENDIDIKAN 4 11 1 6 44 264

4 KESEHATAN 5 11 1 6 55 330

5 KEAGAMAAN 1 3 1 6 3 18

6 OLAH RAGA 1 3 1 6 3 18

7 TRANSPORTASI 1 7 1 6 7 42

8 KOMUNIKASI 1 7 1 6 7 42

9 PENERANGAN UMUM 2 7 1 6 14 84

10 KESADARAN POLITIK 3 5 1 6 15 90

11 KAMTIBMAS 2 3 1 6 6 36

12 PERTANIAN 2 5 1 6 10 60

13 PERIKANAN 2 3 1 6 6 36

14 PETERNAKAN 2 3 1 6 6 36

15 KETENAGAKERJAAN 3 3 1 6 9 54

16 SOSIAL BUDAYA 3 5 1 6 15 90

17 EKONOMI MASYARAKAT 3 7 1 6 21 126

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 2 2 1 6 4 24

19 ASPEK PEMERINTAHAN 6 5 1 6 30 180

JUMLAH 280 1.680

Skor minimal kelulusan adalah jumlah sub indikator pada setiap

variabel/kelompok kriteria dikali skor di atas rata-rata untuk setiap variabel atau

kelompok kriteria dikali bobot untuk setiap kelompok indikator. Asumsi yang

digunakan adalah nilai di atas rata-rata untuk setiap variabel adalah diatas 3,6.

Jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini :

Page 70: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

57

Tabel 3.2

Variabel/kriteria di atas rata- rata

Dengan skor 3,6 dengan kategori potensi cukup

SKOR TOTAL

NO VARIABEL JUMLAH BOBOT DI ATAS SKOR

INDIKATOR RATA-RATA

1 2 3 4 5 7

1 DEMOGRAFI 3 5 3,6 54

2 ORBITASI 2 5 3,6 36

3 PENDIDIKAN 4 11 3,6 158

4 KESEHATAN 5 11 3,6 198

5 KEAGAMAAN 1 3 3,6 11

6 OLAH RAGA 1 3 3,6 11

7 TRANSPORTASI 1 7 3,6 25

8 KOMUNIKASI 1 7 3,6 25

9 PENERANGAN UMUM 2 7 3,6 50

10 KESADARAN POLITIK 3 5 3,6 54

11 KAMTIBMAS 2 3 3,6 22

12 PERTANIAN 2 5 3,6 36

13 PERIKANAN 2 3 3,6 22

14 PETERNAKAN 2 3 3,6 22

15 KETENAGAKERJAAN 3 3 3,6 32

16 SOSIAL BUDAYA 3 5 3,6 54

17 EKONOMI MASYARAKAT 3 7 3,6 76

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 2 2 3,6 14

19 ASPEK PEMERINTAHAN 6 5 3,6 108

JUMLAH 1.008

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa skor di atas rata-rata adalah

1.008. Ini berarti suatu kecamatan yang akan dilakukan pemekaran kecamatan

dinyatakan lulus/memenuhi persyaratan atau mampu menyelenggarakan

pemerintahannya jika hasil pengukuran mencapai skor sama dengan atau lebih

dari 1.008. Atas dasar itu, dapat ditetapkan kategori penilaian terhadap

kemampuan daerah, seperti tersebut dalam tabel berikut :

Page 71: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

58

Tabel 3.3

Kategori dan pilihan tindakan

INTERVAL

NO KATEGORI SKOR KESIMPULAN

TOTAL

1 2 3 4

1 Potensinya Tinggi 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak dimekarkan

2 Potensinya Cukup 644 ≤ TS < 1.008

Cukup layak dimekarkan diikuti

pengembangan potensinya dalam

waktu tertentu

3 Potensinya Rendah 280 ≤ TS < 644

Tidak layak dimekarkan,

dikembangkan potensinya menuju

kategori Cukup Layak

Dapat dijelaskan bahwa seluruh perhitungan dan analisa statistik dalam

tulisan ini menggunakan alat bantu komputer dengan paket program SPSS For

MS Windows Release 15.0 dan Microsoft Excel.

Perbandingan sebagaimana dipaparkan di atas sifatnya adalah relatif,

artinya apabila terjadi perubahan data/informasi mengenai potensi masing-masing

indikator/sub indikator, maka perhitungan awal akan berubah. Perubahan ini

otomatis akan mempengaruhi perolehan skor total seluruh desa.

Selanjutnya membandingkan potensi kecamatan antara potensi tertinggi

dengan potensi terendah, adapun rumus-rumus yang digunakan adalah :

Selisih (Range) = Nilai Maksimal – Nilai Minimal

Persentase potensi = Nilai Range/Nilai Maksimal dikali 100%

Kriteria potensi kecmatan yang diasumsikan baik sehingga layak dimekarkan

adalah 20 – 30% dari potensi kecamatan terendah.

Page 72: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

59

3.6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat

selama kurang lebih 90 hari kalender sejak ditandatanganinya surat perjanjian

kerjasama (SPK), yaitu mulai awal Februari 2014 sampai dengan bulan April

2014.

Page 73: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

4.1.1. Potensi Wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan CiwideyKabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 808 atau 86,8%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.1.

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Ciwidey

Kabupaten Bandung

SKOR

NO VARIABEL SKOR KEC. CIWIDEY %

STANDAR

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 45 83,3

2 ORBITASI 36 20 55,6

3 PENDIDIKAN 158 88 55,6

4 KESEHATAN 198 187 94,4

5 KEAGAMAAN 11 18 166,7

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 55 101,9

11 KAMTIBMAS 22 18 83,3

12 PERTANIAN 36 30 83,3

Page 74: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

61

SKOR

NO VARIABEL SKOR KEC. CIWIDEY %

STANDAR

1 2 3 4 5

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 70 92,6

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 65 60,2

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 808 86,8

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 4 (empat) variabel penelitian yaitu: keagamaan, olah raga, kesadaran

politik, dan kondisi sosial masyarakat memiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada empatvariabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau di atas rata-rata pencapaian skor 86,8% yaitu kesehatan,

peternakan, ketenagakerjaan, dan ekonomi masyarakat.Potensi yang dimiliki

Kecamatan Ciwidey seperti variabel demografi, orbitasi, pendidikan, transportasi,

komunikasi, penerangan umum, kamtibmas, pertanian, perikanan, sosial budaya,

dan aspek pemerintahan memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian

skor 86,8%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Ciwidey dilihat dari variabel tersebut kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Page 75: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

62

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Ciwidey dengan nilai 808 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang cukup sebesar 86,8%, dimana :

1. Ada 4 dari 19 variabel penelitian (21%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Ciwidey secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Ciwidey memiliki skor 808 (86,8%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Ciwidey memiliki skor kurang dari 1.008 (644 ≤ 808<

1.008),yang berarti Kecamatan Ciwidey cukup layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Ciwidey Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 76: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

63

Tabel 4.2.

Prioritas Potensi Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN

TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana

transportasi umum yang

mencukupi bagi

masyarakat untuk

kelancaran aktivitas rutin

dan kemudahan

kepemilikan kendaraan

sendiri untuk menunjang

kegiatan keluarga yang

ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

2 PENDIDIKAN 158 - 88 = 70

Pemenuhan target wajib

belajar disertai

ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

3 ORBITASI 36 - 20 = 16

Pemenuhan pelayanan

kepada masyarakat

melalui jarak dan waktu

tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan

kecamatan yang mudah

dan cepat.

Variabel transportasi, pendidikan, dan orbitasi memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (86,8%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Ciwidey dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak dimekarkan diikuti

pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

Page 77: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

64

4.1.2. Potensi Wilayah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Rancabali Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.018 atau

101,4% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.3.

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Rancabali

Kabupaten Bandung

SKOR

N

O VARIABEL SKOR

KEC.

RANCABALI %

STANDA

R

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 40 74,1

2 ORBITASI 36 30 83,3

3 PENDIDIKAN 158 154 97,2

4 KESEHATAN 198 286 144,4

5 KEAGAMAAN 11 15 138,9

6 OLAH RAGA 11 18 166,7

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 15 69,4

12 PERTANIAN 36 35 97,2

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 55 101,9

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1018 101,4

Sumber : Pengolahan Data

Page 78: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

65

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 8 (delapan) variabel penelitian yaitukesehatan, keagamaan, olah raga,

transportasi, komunikasi, kesadaran politik, sosial budaya, dan kondisi sosial

masyarakat,memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

(≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor

dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada sebelas variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

dibawah rata-rata pencapaian skor 101,4% yaitu demografi, orbitasi, pendidikan,

pertanian, ketenagakerjaan, penerangan umum, kamtibmas, perikanan,

peternakan, ekonomi masyarakat, dan aspek pemerintahan.Potensi yang dimiliki

Kecamatan Rancabali dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti

potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Rancabali dengan nilai 1.018 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 101,4% dimana :

1. Ada 8 dari 19 variabel penelitian (42%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Rancabali secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Rancabali memiliki skor 1.018 (101,4%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Rancabali memiliki skor sama dengan minimal

kelulusan (1.008,0 ≤1.018< 1.680),yang berarti Kecamatan Rancabali

layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Rancabali Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 79: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

66

Tabel 4.4.

Prioritas Potensi Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan penguaan

kapasitas desa agar mampu

melayani masyarakat

2 KAMTIBMAS 22 - 15 = 7

Peningkatan peran serta

masyarakat dalam mewujudkan

keamanan, ketertiban dan

ketertiban melalui peningkatan

dan kelembagaan masyarakat

dengan aparat kecamatan,

kelurahan/desa dan kepolisian

dengan penyediaan sarana

poskamling

3 EKONOMI

MASYARAKAT 76 - 63 = 13

Membuka dan memberdayakan

Badan Usaha Milik Desa

(Bumdes), serta memfasilitasi

pembentukan dan peningkatan

peran lembaga keuangan, koperasi,

pasar dan pertokoan

Variabel aspek pemerintahan, kamtibmas, dan ekonomi masyarakat

memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata

pencapaian skor (101,4%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan

(100,0%), sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Rancabali dilihat dari

variabel tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas

masih perlu ditingkatkan untuk mencapai kategori menjadi Layak dimekarkan.

4.1.3. Potensi Wilayah Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Pasirjambu Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

Page 80: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

67

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 894 atau 92,9%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.5.

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pasirjambu

Kabupaten Bandung

z SKOR

N

O VARIABEL SKOR

KEC.

PASIRJAMBU %

STANDA

R

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 50 92,6

2 ORBITASI 36 25 69,4

3 PENDIDIKAN 158 88 55,6

4 KESEHATAN 198 176 88,9

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 45 125,0

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 24 111,1

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 55 101,9

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 115 106,5

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 894 92,9

Sumber : Pengolahan Data

Page 81: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

68

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian,

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaitukeagamaan, olah raga, kesadaran

politik, peternakan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, kondisi sosial

masyarakat, dan aspek pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada satu variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau diatas rata-rata pencapaian skor 92,9% yaitu kamtibmas. Ada

sembilan variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari standar

minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian sama

dengan atau dibawah rata-rata pencapaian skor 92,9% yaitu demografi, orbitasi,

pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, penerangan umum, perikanan,

dan ketenagakerjaan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Pasirjambumemiliki skor

di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawahrata-rata pencapaian skor

92,9%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Pasirjambu dilihat dari variabel tersebut kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Pasirjambu dengan nilai 894 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang cukupsebesar 92,9%,

dimana :

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata dari

skor Kecamatan Pasirjambu secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Pasirjambu

memiliki skor 894 (92,9%) dari minimal standar kelulusan, atau potensi

Kecamatan Pasirjambu memiliki skor dibawahminimal kelulusan (644 ≤ 894 <

1.008),yang berarti Kecamatan Pasirjambucukup layak untuk dimekarkan.

Page 82: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

69

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Pasirjambu Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.6

Prioritas Potensi Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

2 PENDIDIKAN 158 - 88 = 70

Pemenuhan target wajib belajar

disertai ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

3 ORBITASI 36 - 25 = 11

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan kecamatan

yang mudah dan cepat.

Variabel transportasi, pendidikan dan orbitasimemiliki skor di bawah rata-

rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (92,9%) dan

di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Pasirjambu dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan dari

Cukup layak menjadi Layak dimekarkan.

4.1.4. Potensi Wilayah Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cimaung Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 803 atau 86,4%

Page 83: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

70

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.7

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cimaung

Kabupaten Bandung

SKOR

NO VARIABEL SKOR KEC. CIMAUNG %

STANDAR

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 50 92,6

2 ORBITASI 36 20 55,6

3 PENDIDIKAN 158 99 62,5

4 KESEHATAN 198 121 61,1

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 50 92,6

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 40 111,1

13 PERIKANAN 22 21 97,2

14 PETERNAKAN 22 24 111,1

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 49 64,8

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 120 111,1

JUMLAH & RATA-RATA 1008 803 86,4

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 5 (lima) variabel penelitian yaitukeagamaan, kamtibmas, pertanian,

peternakan, dan aspek pemerintahan memiliki skor di atas rata-rata dari standar

Page 84: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

71

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada 6 variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

diatasrata-rata pencapaian skor 86,4% yaitu demografi, kesadaran politik,

perikanan, ketenagakerjaan, sosial budaya, dan kondisi sosial masyarakat. Ada 8

variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari standar minimal

kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian dibawah rata-rata

pencapaian skor 86,4% yaitu orbitasi, pendidikan, kesehatan, olah raga,

transportasi, komunikasi, penerangan umum, dan ekonomi masyarakat.Potensi

yang dimiliki Kecamatan Cimaung dilihat dari variabel tersebut kurang memadai,

yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cimaung dengan nilai 803 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang cukup sebesar 86,4%,

dimana :

1. Ada 5 dari 19 variabel penelitian (26%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cimaung secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cimaung memiliki skor 803 (86,4%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Cimaung memiliki skor di bawah minimal kelulusan

(644 ≤ 803 < 1.008),yang berarti Kecamatan Cimaungcukup layak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cimaung Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 85: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

72

Tabel 4.8

Prioritas Potensi Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

2 ORBITASI 36 - 20 = 16

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan kec.

yang mudah dan cepat.

3 KESEHATAN 198 - 121 = 77

Penurunan angka kematian bayi,

gizi buruk dan keluarga

prasejahtera, serta peningkatan

imunisasi bayi dan balita,

akseptor KB dan aktivitas PKK,

diikuti dengan peningkatan

sarana kesehatan dan tenaga

medis, serta jumlah jamban kel.

Variabel transportasi, orbitasi dan kesehatan memiliki skor di bawah rata-

rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (86,4%) dan

di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Cimaung dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan dari

Cukup layak menjadi Layak dimekarkan.

4.1.5. Potensi Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.223 atau

Page 86: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

73

117,8% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.9

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pangalengan

Kabupaten Bandung

SKOR

N

O VARIABEL SKOR

KEC.

PANGALENGAN %

STANDAR

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 70 129,6

2 ORBITASI 36 10 27,8

3 PENDIDIKAN 158 198 125,0

4 KESEHATAN 198 242 122,2

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 35 138,9

9 PENERANGAN UMUM 50 56 111,1

10 KESADARAN POLITIK 54 65 120,4

11 KAMTIBMAS 22 36 166,7

12 PERTANIAN 36 50 138,9

13 PERIKANAN 22 24 111,1

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 42 129,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 91 120,4

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 160 148,1

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.223 117,8

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 11 (sebelas) variabel penelitian yaitu demografi, pendidikan, kesehatan,

transportasi, komunikasi, kesadaran politik, kamtibmas, pertanian,

Page 87: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

74

ketenagakerjaan, ekonomi masyarakat, dan aspek pemerintahan memiliki skor di

atas rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%), dan di atas rata-rata

pencapaian skor 117,8 sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya

mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada empat variabel penelitian yang memiliki skor di atas rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian di

bawahrata-rata pencapaian skor 117,8% yaitu keagamaan, olah raga, penerangan

umum, dan perikanan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Pangalengan seperti

variabel orbitasi, peternakan, sosial budaya, dan kondisi sosial

masyarakat,memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawahrata-

rata pencapaian skor 117,8%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan

100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Pangalengan dilihat dari

variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih

perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Pangalengan dengan nilai 1.223 dapat disimpulkan

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 117,8%,

dimana :

1. Ada 11 dari 19 variabel penelitian (58%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Pangalengan secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Pangalengan memiliki skor 1.223 (117,8%) dari minimal standar

kelulusan, atau potensi Kecamatan Pangalengan memiliki skor lebih

dariminimal kelulusan (1.223 >1.008),yang berarti Kecamatan

Pangalenganlayak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini:

Page 88: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

75

Tabel 4.10

Prioritas Potensi Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ORBITASI 36 - 10 = 26

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan

kecamatan yang mudah dan

cepat.

2 SOSIAL

BUDAYA 54 - 50 = 4

Perlunya peningkatan

pembangunan bagi penggerak

kegiatan masyarakat melalui

banyaknya tempat kesenian,

panti, dan tempat pertunjukkan

seni dan tempat wisata

3 PETERNAKAN 22 - 21 = 1

Mendorong pertumbuhan sub

sektor peternakan melalui

bantuan modal dan teknis baik

peternakan besar, sedang

maupun unggas

Variabel orbitasi, sosial budaya, dan peternakan memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (117,8%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Pangalengan dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

mencapai kategori Layak dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam

waktu tertentu.

4.1.6. Potensi Wilayah Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Kertasari Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 743 atau 83,7%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Page 89: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

76

Tabel 4.11

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung

SKOR

N

O VARIABEL SKOR

KEC.

KERTASARI %

STANDAR

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 45 83,3

2 ORBITASI 36 45 125,0

3 PENDIDIKAN 158 66 41,7

4 KESEHATAN 198 143 72,2

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 35 69,4

10 KESADARAN POLITIK 54 50 92,6

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 35 97,2

13 PERIKANAN 22 21 97,2

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 743 83,7

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 2 (dua) variabel penelitian yaitu orbitasi dan keagamaan, memiliki skor di

atas rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel

penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan

berbagai tingkat capaian.

Page 90: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

77

Ada 7 variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

diatas rata-rata pencapaian skor 83,7% yaitu kesadaran politik, kamtibmas,

pertanian, perikanan, peternakan, ketenagakerjaan, dan kondisi sosial

masyarakat.Ada 10 variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

dibawah rata-rata pencapaian skor 83,7% yaitu demografi, pendidikan, kesehatan,

olah raga, transportasi, komunikasi, penerangan umum, sosial budaya, ekonomi

masyarakat, aspek pemerintahan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Kertasari

dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas

masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Kertasari dengan nilai 743 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang cukup sebesar 83,7%,

dimana :

1. Ada 2dari 19 variabel penelitian (11%) mencapai skor di atas rata-rata dari

skor Kecamatan Kertasari secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Kertasari memiliki skor 743 (83,7%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Kertasari memiliki skor di bawah minimal kelulusan

(743<1.008),yang berarti Kecamatan Kertasaricukup layak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Kertasari Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 91: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

78

Tabel 4.12

Prioritas Potensi Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

2 PENDIDIKAN 158 - 66 = 92

Pemenuhan target wajib belajar

disertai ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

3 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan penguaan

kapasitas desa agar mampu

melayani masyarakat

Variabel transportasi, komunikasi dan kondisi sosial masyarakat memiliki

skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian

skor (83,7%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Kertasari dilihat dari variabel

tersebutrelatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan dari kategori Cukup layak menjadi Layak dimekarkan.

4.1.7. Potensi Wilayah Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Pacet Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.117 atau

106,6% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Page 92: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

79

Tabel 4.13

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pacet

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. PACET %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 50 92,6

2 ORBITASI 36 20 55,6

3 PENDIDIKAN 158 176 111,1

4 KESEHATAN 198 242 122,2

5 KEAGAMAAN 11 15 138,9

6 OLAH RAGA 11 18 166,7

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 90 166,7

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 35 97,2

13 PERIKANAN 22 24 111,1

14 PETERNAKAN 22 27 125,0

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 55 101,9

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 150 138,9

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.117 106,6

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaitupendidikan, kesehatan, keagamaan,

olah raga, kesadaran politik, kamtibmas, perikanan, peternakan, dan aspek

pemerintahan memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

(≥100%) dan di atas rata-rata pencapaian skor, sedangkan variabel penelitian

Page 93: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

80

lainnya umumnya hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat

capaian.

Ada dua variabel penelitian potensi yang dimiliki Kecamatan Pacet seperti

variabelsosial budaya dan ekonomi masyarakat memiliki skor di atasstandar

minimal kelulusan dandi bawahrata-rata pencapaian skor 106,6%. Ada delapan

variabel penelitian potensi yang dimiliki Kecamatan Pacet seperti variabel

demografi, orbitasi, transportasi, komunikasi, penerangan umum, pertanian,

ketenagakerjaan, dan kondisi sosial masyarakat,memiliki skordi bawah standar

minimal kelulusan dan di bawah rata-rata pencapaian skor 106,6%sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Pacet dilihat dari variabel tersebut kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Pacet dengan nilai 1.117 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 106,6%, dimana

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Pacet secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Pacet

memiliki skor 1.117 (106,6%) dari minimal standar kelulusan, atau potensi

Kecamatan Pacet memiliki skor lebih dari minimal kelulusan (1.008,0

≤1.117< 1.680),yang berarti Kecamatan Pacet layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Pacet Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 94: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

81

Tabel 4.14

Prioritas Potensi Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan keluarga

yang ditunjang dengan perbaikan

prasarana jalan

2 ORBITASI 36 - 20 = 16

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan kecamatan

yang mudah dan cepat.

3 KOMUNIKASI 25 - 21 = 4

Penyediaan sarana komunikasi

yang mencukupi bagi masyarakat

untuk kelancaran aktivitas rutin

seperti TV, Radio, Telepon, dan

kantor pos.wartel dan sejenisnya

Variabel transportasi, orbitasi, dan komunikasi memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (106,6%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Pacet dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

mencapai kategori Layak dimekarkan.

4.1.8. Potensi Wilayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Ibun Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 969 atau 98,1%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Page 95: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

82

Tabel 4.15

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Ibun

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. IBUN %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 45 83,3

2 ORBITASI 36 15 41,7

3 PENDIDIKAN 158 99 62,5

4 KESEHATAN 198 220 111,1

5 KEAGAMAAN 11 15 138,9

6 OLAH RAGA 11 18 166,7

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 80 148,1

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 35 97,2

13 PERIKANAN 22 24 111,1

14 PETERNAKAN 22 24 111,1

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 12 83,3

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 145 134,3

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 969 98,1

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 8 (delapan) variabel penelitian yaitukesehatan, keagamaan, olah raga,

kesadaran politik, kamtibmas, perikanan, peternakan, dan aspek

pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

(≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor

dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Page 96: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

83

Potensi yang dimiliki Kecamatan Ibun seperti variabel demografi, orbitasi,

pendidikan, transportasi, komunikasi, penerangan umum, pertanian,

ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, dan kondisi sosial

masyarakat memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawahrata-

rata pencapaian skor 98,1%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan

100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Ibun dilihat dari variabel

tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Ibun dengan nilai 969 dapat disimpulkan cukup layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 98,1%, dimana

1. Ada 8 dari 19 variabel penelitian (42%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Ibun secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Ibun

memiliki skor 969(98,1%) dari minimal standar kelulusan, atau potensi

Kecamatan Ibun memiliki skor kurang dari minimal kelulusan

(969≤1.008),yang berarti Kecamatan Ibuncukup layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Ibun Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini:

Tabel 4.16

Prioritas Potensi Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

Page 97: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

84

2 ORBITASI 36 - 15 = 21

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan

kecamatan yang mudah dan

cepat.

3 PENDIDIKAN 158 - 99 = 59

Pemenuhan target wajib belajar

disertai ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

Variabel transportasi, orbitasi, dan pendidikan memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (98,1%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Ibun dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak dimekarkan diikuti

pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.9. Potensi Wilayah Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Paseh Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.005 atau

101,2% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini

Tabel 4.17

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Paseh

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. PASEH %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 15 41,7

Page 98: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

85

3 PENDIDIKAN 158 143 90,3

4 KESEHATAN 198 165 83,3

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 75 138,9

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 35 97,2

13 PERIKANAN 22 24 111,1

14 PETERNAKAN 22 24 111,1

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 60 111,1

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 70 92,6

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 145 134,3

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.005 101,2

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaitudemografi, keagamaan, transportasi,

kesadaran politik, perikanan, peternakan, ketenagakerjaan, sosial budaya, dan

aspek pemerintahan, memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal

kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya

mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada 10 variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

dibawah rata-rata pencapaian skor 101,2% yaitu orbitasi, pendidikan, kesehatan,

olah raga, komunikasi, penerangan umum, kamtibmas, pertanian, ekonomi

Page 99: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

86

masyarakat, dan kondisi sosial masyarakat.Potensi yang dimiliki Kecamatan

Paseh dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut

di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Paseh dengan nilai 1.005 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 101,2%,

dimana :

1. Ada 9dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata dari

skor Kecamatan Paseh secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Paseh

memiliki skor 1.005(101,2%), atau potensi Kecamatan Paseh memiliki

skor kurang dari minimal kelulusan (644 ≤ 1.005 < 1.008),yang berarti

Kecamatan Pasehcukup layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Paseh Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.18

Prioritas Potensi Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ORBITASI 36 - 15 = 21

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan kecamatan

yang mudah dan cepat.

2 KESEHATAN 198 - 165 = 33

Penurunan angka kematian bayi,

gizi buruk dan keluarga

prasejahtera, serta peningkatan

imunisasi bayi dan balita, akseptor

KB dan aktivitas PKK, diikuti

dengan peningkatan sarana

Page 100: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

87

kesehatan dan tenaga medis, serta

jumlah jamban keluarga

3 OLAH RAGA 11 - 9 = 2

Pembangunan dan penyediaan

sarana olah raga yang memadai

bagi aktivitas fisik masyarakat

Variabel kondisi orbitasi, kesehatan, dan olah raga memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (101,2%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Paseh dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak dimekarkan

4.1.10. Potensi Wilayah Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cikancung Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 993 atau

106,9% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.19

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cikancung

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

N

O VARIABEL STANDAR

KEC.

CIKANCUNG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 45 83,3

2 ORBITASI 36 35 97,2

3 PENDIDIKAN 158 110 69,4

4 KESEHATAN 198 198 100,0

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 15 138,9

Page 101: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

88

7 TRANSPORTASI 25 42 166,7

8 KOMUNIKASI 25 42 166,7

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 70 129,6

11 KAMTIBMAS 22 18 83,3

12 PERTANIAN 36 35 97,2

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 30 138,9

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 115 106,5

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 993 106,9

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 6 (enam) variabel penelitian yaitukeagamaan, olah raga, transportasi,

komunikasi, kesadaran politik, dan peternakan, memiliki skor di atas rata-rata dari

standar minimal kelulusan (≥100%)dan memiliki skor di atas rata-rata pencapaian

skor 106,9%, sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai

skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada tiga variabel penelitian yang memiliki skor di atas rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor di bawah rata-rata

pencapaian skor 106,9% yaitu kesehatan,ekonomi masyarakat dan aspek

pemerintahan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Cikancung seperti variabel

demografi, orbitasi, pendidikan, penerangan umum, kamtibmas, pertanian,

perikanan, ketenagakerjaan, sosial budaya, kondisi sosial masyarakat, memiliki

skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawahrata-rata pencapaian skor

106,9%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Cikancung dilihat dari variabel tersebut

kurangmemadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Page 102: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

89

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cikancung dengan nilai 993 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 106,9%,

dimana :

1. Ada 11 dari 19 variabel penelitian (58%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cikancung secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cikancung memiliki skor 993 (106,9%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Cikancung memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (644≤993<1.008),yang berarti Kecamatan Cikancung cukup

layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cikancung Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.20

Prioritas Potensi Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN

TINDAKAN

1 2 3 4

1 PENDIDIKAN 158 - 110 = 48

Pemenuhan target wajib

belajar disertai

ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

2 DEMOGRAFI 54 - 45 = 9

Jumlah penduduk, jumlah

KK dan Luas wilayah

merupakan potensi. Perlu

Efisiensi pemanfaatan

lahan untuk membangun

kawasan pemukiman dan

jadikan kecamatan,

kelurahan/desa sebagai

sumber penghidupan dan

kehidupan masyarakat

Page 103: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

90

3 PENERANGAN

UMUM 50 - 42 = 8

Penyediaan fasilitas

pelayanan bagi masyara-

kat dalam bidang prasa-

rana penerangan umum

seperti kemudahan pema-

sangan listrik dan lainnya

Variabel pendidikan, demografi, dan penerangan umum memiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(106,9%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cikancung dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.11. Potensi Wilayah Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.029 atau

100,9% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.21

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. CICALENGKA %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 15 41,7

3 PENDIDIKAN 158 209 131,9

4 KESEHATAN 198 143 72,2

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

Page 104: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

91

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 70 129,6

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 145 134,3

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.029 100,9

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 10 (sepuluh) variabel penelitian yaitudemografi, pendidikan, keagamaan,

olah raga, transportasi, komunikasi, kesadaran politik, kamtibmas, ekonomi

masyarakat, aspek pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Potensi yang dimiliki Kecamatan Cicalengka seperti variabel orbitasi,

kesehatan, penerangan umum, pertanian, perikanan, peternakan, ketenagakerjaan,

sosial budaya, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di bawah rata-rata dengan

tingkat capaian di bawahrata-rata pencapaian skor 100,9%dan di bawah rata-rata

daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan

Cicalengka dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cicalengka dengan nilai 1.029 dapat disimpulkan layak

dimekarkan,sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 100,9%, dimana :

Page 105: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

92

1. Ada 10 dari 19 variabel penelitian (53%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cicalengka secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cicalengka memiliki skor 1.029 (100,9%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Cicalengka memiliki skor kelulusan (1.029

≥1.008),yang berarti Kecamatan Cicalengkalayak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cicalengka Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada

Tabel di bawah ini:

Tabel 4.22

Prioritas Potensi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ORBITASI 36 - 15 = 21

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan waktu

tempuh ke pusat pemerintahan

kecamatan yang mudah dan cepat.

2 KESEHATAN 198 - 143 = 55

Penurunan angka kematian bayi, gizi

buruk dan keluarga prasejahtera,

serta peningkatan imunisasi bayi dan

balita, akseptor KB dan aktivitas

PKK, diikuti dengan peningkatan

sarana kesehatan dan tenaga medis,

serta jumlah jamban keluarga

3 PERTANIAN 36 - 30 = 6

Peningkatan produksi pertanian

melalui panca usaha tani,

pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian dengan bekerja sama

dengan koperasi dan pihak ketiga

yang menguntungkan bagi petani

Variabel orbitasi, kesehatan dan pertanianmemiliki skor di bawah rata-rata

dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (100,9%) dan di

bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi yang

dimiliki Kecamatan Cicalengka dilihat dari variabel tersebut relatif

Page 106: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

93

kurangmemadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan

untuk menjadi kategori Layak dimekarkan diikuti pengembangan potensinya

dalam waktu tertentu.

4.1.12. Potensi Wilayah Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Nagreg Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.029 atau

100,2% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.23

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Nagreg

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. NAGREG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 35 64,8

2 ORBITASI 36 50 138,9

3 PENDIDIKAN 158 176 111,1

4 KESEHATAN 198 286 144,4

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 15 138,9

7 TRANSPORTASI 25 42 166,7

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 35 69,4

10 KESADARAN POLITIK 54 55 101,9

11 KAMTIBMAS 22 15 69,4

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

Page 107: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

94

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.029 100,2

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaituorbitasi, pendidikan, kesehatan,

keagamaan, olah raga, transportasi, komunikasi, kesadaran politik, kondisi sosial

masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

(≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor

dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Potensi yang dimiliki Kecamatan Nagreg seperti variabel demografi,

penerangan umum, kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan,

ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, aspek

pemerintahanmemiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di

bawahrata-rata pencapaian skor 100,2%dan di bawah rata-rata daristandar

minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Nagreg

dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas

masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Nagreg dengan nilai 1.029 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 100,2%, dimana

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Nagreg secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Nagreg

memiliki skor 1.029 (100,2%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Nagreg memiliki skor lebih dari minimal kelulusan

(1.029≥1.008),yang berarti Kecamatan Nagreglayak untuk dimekarkan.

Page 108: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

95

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Nagreg Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.24

Prioritas Potensi Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa agar

mampu melayani masyarakat

2 DEMOGRAFI 54 - 35 = 19

Jumlah penduduk, jumlah KK

dan Luas wilayah merupakan

potensi. Perlu Efisiensi

pemanfaatan lahan untuk

membangun kawasan

pemukiman dan jadikan

kecamatan, kelurahan/desa

sebagai sumber penghidupan dan

kehidupan masyarakat

3 PENERANGAN

UMUM 50 - 35 = 15

Penyediaan fasilitas pelayanan

bagi masyarakat dalam bidang

prasarana penerangan umum

seperti kemudahan pemasangan

listrik dan lainnya

Variabel aspek pemerintahan, demografi, dan penerangan umum memiliki

skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian

skor (100,2%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Nagreg dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk menjadi Layak dimekarkan diikuti pengembangan potensinya

dalam waktu tertentu.

Page 109: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

96

4.1.13. Potensi Wilayah Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Rancaekekmelalui

skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap seluruh Kecamatan

di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.180 atau 104,6% dari standar

minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dlm Tabel di bawah ini :

Tabel 4.25

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Rancaekek

Kabupaten Bandung

SKOR

NO VARIABEL

SKOR

STANDAR

KEC.

RANCAEKEK %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 65 120,4

2 ORBITASI 36 40 111,1

3 PENDIDIKAN 158 231 145,8

4 KESEHATAN 198 209 105,6

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 14 55,6

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 56 111,1

10 KESADARAN POLITIK 54 90 166,7

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 60 111,1

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 91 120,4

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 12 83,3

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 150 138,9

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.180 104,6

Sumber : Pengolahan Data

Page 110: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

97

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 10 (sepuluh) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

kesehatan, penerangan umum, kesadaran politik, kamtibmas, sosial budaya,

ekonomi masyarakat, aspek pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari

standar minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya

umumnya hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat

capaian.

Potensi yang dimiliki Kecamatan Rancaekek seperti variabelkeagamaan,

olah raga, transportasi, komunikasi, pertanian, perikanan, peternakan,

ketenagakerjaan, kondisi sosial masyarakat,memiliki skordi bawah rata-rata

dengan tingkat capaian di bawahrata-rata pencapaian skor 104,6%dan di bawah

rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki

Kecamatan Rancaekek dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti

potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas,

dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi yang dimiliki Kecamatan

Rancaekek dengan nilai 1.180 dapat disimpulkan layak dimekarkan, sesuai

dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 104,6%,dimana :

1. Ada 10 dari 19 variabel penelitian (53%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Rancaekek secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Rancaekek memiliki skor 1.180 (104,6%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Rancaekek memiliki skor lebih dari minimal

kelulusan (1.180≥1.008),yang berarti Kecamatan Rancaekeklayak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Rancaekek Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 111: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

98

Tabel 4.26

Prioritas Potensi Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 14 = 11

Penyediaan sarana transportasi umum

yang mencukupi bagi masyarakat

untuk kelancaran aktivitas rutin dan

kemudahan kepemilikan kendaraan

sendiri untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

2 KEAGAMAAN 11 - 9 = 2

Pembangunan sarana ibadah yang

memadai bagi masyarakat seperti

masjid, surau/ langgar, gereja, pura

dan vihara dalam rangka

meningkatkan ketaqwaan dan

mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa berdasarkan

kesepakatan antar pemimpin umat

beragama dan penduduk setempat.

3 OLAH RAGA 11 - 9 = 2

Pembangunan dan penyediaan

sarana olah raga yang memadai

bagi aktivitas fisik masyarakat

Variabel transportasi, keagamaan dan olah raga memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (104,6%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Rancaekek dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

menjadi Layak dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam waktu

tertentu.

4.1.14. Potensi Wilayah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Majalaya Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.071 atau

Page 112: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

99

95,7% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam

Tabel di bawah ini :

Tabel 4.27

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Majalaya

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. MAJALAYA %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 65 120,4

2 ORBITASI 36 20 55,6

3 PENDIDIKAN 158 242 152,8

4 KESEHATAN 198 154 77,8

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 21 83,3

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 56 111,1

10 KESADARAN POLITIK 54 65 120,4

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 91 120,4

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 8 55,6

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 140 129,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.071 95,7

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 7 (tujuh) variabel penelitian yaitudemografi, pendidikan, penerangan

umum, kesadaran politik, ketenagakerjaan, ekonomi masyarakat, aspek

pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

Page 113: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

100

(≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor

di bawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada satu variabel penelitian potensi yang dimiliki Kecamatan

Majalayayaitu variabelkamtibmas memiliki skor di atas rata-rata dengan tingkat

capaian di bawahrata-rata pencapaian skor 95,7%dan di bawah rata-rata

daristandar minimal kelulusan 100%. Ada sebelas variabel penelitian potensi yang

dimiliki Kecamatan Majalayayaitu variabelorbitasi, kesehatan, keagamaan, olah

raga, transportasi, komunikasi, pertanian, perikanan, peternakan, sosial budaya,

kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat

capaian di bawahrata-rata pencapaian skor 95,7%dan di bawah rata-rata

daristandar minimal kelulusan 100%sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan

Majalaya dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Majalaya dengan nilai 1.071 dapat disimpulkan layak

dimekarkan,sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 95,7%, dimana :

1. Ada 7 dari 19 variabel penelitian (37%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Majalaya secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Majalaya memiliki skor 1.071 (95,7%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Majalaya memiliki skor lebih dari minimal

kelulusan (1.008 ≤1.071<1.680),yang berarti Kecamatan Majalaya layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Majalaya Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 114: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

101

Tabel 4.28

Prioritas Potensi Kecamatan Majalaya

Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 KONDISI

SOSIAL

MASYARAKAT

14 - 8 = 6

Perlunya pendidikan agama

dan kesadaran bersosial dan

bermasyarakat untuk menekan

permasalahan dan konflik

sosial

2 ORBITASI 36 - 20 = 16

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan

kecamatan yang mudah dan

cepat.

3 KESEHATAN 198 - 154 = 44

Penurunan angka kematian bayi,

gizi buruk dan keluarga

prasejahtera, serta peningkatan

imunisasi bayi dan balita,

akseptor KB dan aktivitas PKK,

diikuti dengan peningkatan

sarana kesehatan dan tenaga

medis, serta jumlah jamban

keluarga

Variabel kondisi sosial masyarakat, orbitasi, dankesehatan memiliki skor

di bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(95,7%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Majalaya dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori Layak dimekarkan.

4.1.15. Potensi Wilayah Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

Page 115: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

102

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 928 atau 96,8%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.29

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Solokanjeruk

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. SOLOKANJERUK %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 45 83,3

2 ORBITASI 36 40 111,1

3 PENDIDIKAN 158 154 97,2

4 KESEHATAN 198 187 94,4

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 18 83,3

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17

EKONOMI

MASYARAKAT 76 70 92,6

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 65 60,2

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 928 96,8

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 7 (tujuh) variabel penelitian yaitu orbitasi, keagamaan, olah raga,

transportasi, komunikasi, kesadaran politik, kondisi sosial masyarakat, memiliki

Page 116: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

103

skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel

penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan

berbagai tingkat capaian.

Ada dua variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-rata dari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau di atas rata-rata pencapaian skor 96,8% yaitu pendidikan dan

peternakan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Solokanjeruk seperti variabel

demografi, kesehatan, penerangan umum, kamtibmas, pertanian, perikanan,

ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, aspek

pemerintahanmemiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawah

rata-rata pencapaian skor 96,8%dan di bawah rata-rata daristandar minimal

kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Solokanjeruk dilihat

dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih

perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Solokanjeruk dengan nilai 928 dapat disimpulkan layak

dimekarkan,sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 96,8%, dimana :

1. Ada 7 dari 19 variabel penelitian (37%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Solokanjeruk secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Solokanjeruk memiliki skor 928 (96,8%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Solokanjeruk memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (928≤1.008),yang berarti Kecamatan Solokanjeruk cukup layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Solokanjeruk Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini:

Page 117: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

104

Tabel 4.30

Prioritas Potensi Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 65 = 43

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan penguaan

kapasitas desa agar mampu

melayani masyarakat

2 SOSIAL

BUDAYA 54 - 45 = 9

Perlunya peningkatan

pembangunan bagi penggerak

kegiatan masyarakat melalui

banyaknya tempat kesenian, panti,

dan tempat pertunjukkan seni dan

tempat wisata

3 PERTANIAN 36 - 30 = 6

Peningkatan produksi pertanian

melalui panca usaha tani,

pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian dengan bekerja sama

dengan koperasi dan pihak ketiga

yang menguntungkan bagi petani

Variabel aspek pemerintahan, sosial budaya dan pertanianmemiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(96,8%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Solokanjeruk dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.16. Potensi Wilayah Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan CiparayKabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.146 atau

Page 118: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

105

105,6% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.31

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Ciparay

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. CIPARAY %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 65 120,4

2 ORBITASI 36 40 111,1

3 PENDIDIKAN 158 253 159,7

4 KESEHATAN 198 165 83,3

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 21 83,3

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 63 125,0

10 KESADARAN POLITIK 54 85 157,4

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 21 97,2

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 145 134,3

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.146 105,6

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 7 (tujuh) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

penerangan umum, kesadaran politik, kamtibmas, aspek pemerintahan memiliki

skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%) di atas rata-rata skor

Page 119: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

106

pencapaian 105,6%, sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya

mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada duavariabel penelitian yang memiliki skor di atas rata-ratadari standar

minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian di bawah

rata-rata pencapaian skor 105,6% yaitu ketenagakerjaan dan ekonomi

masyarakat.Potensi yang dimiliki Kecamatan Ciparay seperti variabel kesehatan,

keagamaan, olah raga, transportasi, komunikasi, pertanian, perikanan, peternakan,

sosial budaya, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di bawahrata-rata

pencapaian skor 105,6%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan

100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Ciparay dilihat dari variabel

tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Ciparay dengan nilai 1.146 dapat disimpulkan layak

dimekarkan,sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 105,6%, dimana :

1. Ada 7 dari 19 variabel penelitian (37%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Ciparay secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Ciparay

memiliki skor 1.146 (105,6%) dari minimal standar kelulusan, atau potensi

Kecamatan Ciparay memiliki skor lebih dari 1.008 (1.146> 1.008),yang

berarti Kecamatan Ciparaylayak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Ciparay Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.32

Prioritas Potensi Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 KESEHATAN 198 - 165 = 33 Penurunan angka kematian bayi, gizi

buruk dan keluarga prasejahtera,

Page 120: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

107

serta peningkatan imunisasi bayi dan

balita, akseptor KB dan aktivitas

PKK, diikuti dengan peningkatan

sarana kesehatan dan tenaga medis,

serta jumlah jamban keluarga

2 KEAGAMAAN 11 - 9 = 2

Pembangunan sarana ibadah yang

memadai bagi masyarakat seperti

masjid, surau/ langgar, gereja, pura

dan vihara dalam rangka

meningkatkan ketaqwaan dan

mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa berdasarkan

kesepakatan antar pemimpin umat

beragama dan penduduk setempat.

3 OLAH RAGA 11 - 9 = 2

Pembangunan dan penyediaan

sarana olah raga yang memadai

bagi aktivitas fisik masyarakat

Variabel kesehatan, keagamaan, dan olah raga memiliki skor di bawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (105,6%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Ciparay dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan untuk

mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak dimekarkan diikuti

pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.17. Potensi Wilayah Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.095 atau

96,2% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam

Tabel di bawah ini :

Page 121: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

108

Tabel 4.33

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

N

O VARIABEL STANDAR

KEC.

BALEENDAH %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 75 138,9

2 ORBITASI 36 35 97,2

3 PENDIDIKAN 158 242 152,8

4 KESEHATAN 198 209 105,6

5 KEAGAMAAN 11 6 55,6

6 OLAH RAGA 11 6 55,6

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 70 138,9

10 KESADARAN POLITIK 54 75 138,9

11 KAMTIBMAS 22 18 83,3

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 55 101,9

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 95 88,0

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.095 96,2

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 8 (delapan) variabel penelitian yaitudemografi, pendidikan, kesehatan,

penerangan umum, kesadaran politik, ketenagakerjaan, sosial budaya, kondisi

sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

(≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor

dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Page 122: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

109

Ada dua variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-rata dari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

diatas rata-rata pencapaian skor 96,2% yaitu orbitasi dan peternakan.Ada sembilan

variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari standar minimal

kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian dibawah rata-rata

pencapaian skor 96,2% yaitu keagamaan, olah raga, transportasi, komunikasi,

kamtibmas, pertanian, perikanan, kondisi sosial masyarakat, aspek

pemerintahan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Baleendah dilihat dari variabel

tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Baleendah dengan nilai 1.095 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 96,2%, dimana :

1. Ada 8 dari 19 variabel penelitian (42%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Baleendah secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Baleendah memiliki skor 1.095 (96,2%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Baleendah memiliki skor di atasminimal

kelulusan (1.008 ≤ 1.095< 1.680),yang berarti Kecamatan Baleendah layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.34

Prioritas Potensi Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18 Penyediaan sarana transportasi

Page 123: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

110

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri untuk

menunjang kegiatan keluarga yang

ditunjang dengan perbaikan

prasarana jalan

2 KEAGAMAAN 11 - 6 = 5

Pembangunan sarana ibadah yang

memadai bagi masyarakat seperti

masjid, surau/ langgar, gereja, pura

dan vihara dalam rangka

meningkatkan ketaqwaan dan

mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa berdasarkan

kesepakatan antar pemimpin umat

beragama dan penduduk setempat.

3 OLAH RAGA 11 - 6 = 5

Pembangunan dan penyediaan

sarana olah raga yang memadai

bagi aktivitas fisik masyarakat

Variabel aspek transportasi, keagamaan, dan olah raga memiliki skor

dibawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(96,2%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Baleendah dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori menjadi Layak dimekarkan.

4.1.18. Potensi Wilayah Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Arjasari Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 881 atau 89,5%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Page 124: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

111

Tabel 4.35

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Arjasari

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. ARJASARI %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 45 83,3

2 ORBITASI 36 20 55,6

3 PENDIDIKAN 158 154 97,2

4 KESEHATAN 198 121 61,1

5 KEAGAMAAN 11 12 111,1

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 65 120,4

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 130 120,4

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 881 89,5

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 5 (lima) variabel penelitian yaitukeagamaan, olah raga, kesadaran politik,

kamtibmas, aspek pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Page 125: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

112

Ada lima variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau diatas rata-rata pencapaian skor 89,5% yaitu pendidikan,

penerangan umum, peternakan, ketenagakerjaan, kondisi sosial masyarakat. Ada

sembilan variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari standar

minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian sama

dengan atau dibawah rata-rata pencapaian skor 89,5% yaitu demografi, orbitasi,

kesehatan, transportasi, komunikasi, pertanian, perikanan, sosial budaya, ekonomi

masyarakat.Potensi yang dimiliki Kecamatan Arjasari memiliki skor di

bawahrata-rata dengan tingkat capaian di bawahrata-rata pencapaian skor

89,5%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Arjasari dilihat dari variabel tersebut kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Arjasari dengan nilai 881 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedangsebesar 89,5%,

dimana :

1. Ada 5 dari 19 variabel penelitian (26%) mencapai skor di atas rata-rata dari

skor Kecamatan Arjasari secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan Arjasari

memiliki skor 881 (89,5%) dari minimal standar kelulusan, atau potensi

Kecamatan Arjasari memiliki skor dibawah minimal kelulusan (644 ≤ 881<

1.008),yang berarti Kecamatan Arjasaricukup layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Arjasari Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 126: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

113

Tabel 4.36

Prioritas Potensi Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang dengan

perbaikan prasarana jalan

2 ORBITASI 36 - 20 = 16

Pemenuhan pelayanan kepada

masyarakat melalui jarak dan

waktu tempuh ke pusat

pemerintahan desa dan

kecamatan yang mudah dan

cepat.

3 KESEHATAN 198 - 121 = 77

Penurunan angka kematian bayi,

gizi buruk dan keluarga

prasejahtera, serta peningkatan

imunisasi bayi dan balita,

akseptor KB dan aktivitas PKK,

diikuti dengan peningkatan

sarana kesehatan dan tenaga

medis, serta jumlah jamban

keluarga

Variabel transportasi, orbitasi dan kesehatan memiliki skor di bawahrata-

rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (89,5%) dan

di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Arjasari dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan dari

Cukup layak menjadi Layak dimekarkan.

Page 127: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

114

4.1.19. Potensi Wilayah Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Banjaran Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.000 atau

96,9% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam

Tabel di bawah ini

Tabel 4.37

Potensi wilayah Pemerintahan Kecamatan Banjaran

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. BANJARAN %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 45 125,0

3 PENDIDIKAN 158 176 111,1

4 KESEHATAN 198 154 77,8

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 14 55,6

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 70 129,6

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 84 111,1

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 130 120,4

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.000 96,9

Sumber : Pengolahan Data

Page 128: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

115

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 8 (delapan) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

kesadaran politik, kamtibmas, ekonomi masyarakat, kondisi sosial masyarakat,

aspek pemerintahanmemiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan

(≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor

dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada dua variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

diatas rata-rata pencapaian skor 96,9% yaitu penerangan umum dan peternakan.

Ada sembilan variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

dibawah rata-rata pencapaian skor 96,9% yaitu kesehatan, keagamaan, olah raga,

transportasi, komunikasi, pertanian, perikanan, ketenagakerjaan, sosial

budaya.Potensi yang dimiliki Kecamatan Banjaran dilihat dari variabel tersebut

kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Banjaran dengan nilai 1.000 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 96,9%,

dimana :

1. Ada 8 dari 19 variabel penelitian (42%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Banjaran secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Banjaran memiliki skor 1.000 (96,9%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Banjaran memiliki skor di bawah minimal

kelulusan (644 ≤ 1.000< 1.008),yang berarti Kecamatan Banjarancukup

layak untuk dimekarkan.

Page 129: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

116

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Banjaran Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.38

Prioritas Potensi Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 14 = 11

Penyediaan sarana transportasi

umum yang mencukupi bagi

masyarakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan kemudahan

kepemilikan kendaraan sendiri

untuk menunjang kegiatan

keluarga yang ditunjang

dengan perbaikan prasarana

jalan

2 SOSIAL

BUDAYA 54 - 45 = 9

Perlunya peningkatan

pembangunan bagi penggerak

kegiatan masyarakat melalui

banyaknya tempat kesenian,

panti, dan tempat pertunjukkan

seni dan tempat wisata

3 PERTANIAN 36 - 30 = 6

Peningkatan produksi

pertanian melalui panca usaha

tani, pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian

dengan bekerja sama dengan

koperasi dan pihak ketiga yang

menguntungkan bagi petani

Variabel transportasi, sosial budaya dan pertanian memiliki skor dibawah

rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (96,9%)

dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Banjaran dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

Page 130: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

117

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan dari

Cukup layak menjadi Layak dimekarkan.

4.1.20. Potensi Wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cangkuang Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 819 atau 87,1%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.39

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cangkuang

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

N

O VARIABEL STANDAR

KEC.

CANGKUANG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 40 74,1

2 ORBITASI 36 50 138,9

3 PENDIDIKAN 158 55 34,7

4 KESEHATAN 198 209 105,6

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 21 83,3

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 35 69,4

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 15 69,4

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

Page 131: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

118

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 70 92,6

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 65 60,2

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 819 87,1

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 5 (lima) variabel penelitian yaituorbitasi, kesehatan, olah raga, kesadaran

politik, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada dua variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian di

atasrata-rata pencapaian skor 87,1% yaitu ketenagakerjaan dan ekonomi

masyarakat.Potensi yang dimiliki Kecamatan Cangkuang seperti variabel

demografi, pendidikan, keagamaan, transportasi, komunikasi, penerangan umum,

kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan, sosial budaya, aspek

pemerintahanmemiliki skordi bawah rata-rata dengan tingkat capaian di

bawahrata-rata pencapaian skor 87,1%dan di bawah rata-rata daristandar minimal

kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cangkuang dilihat

dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih

perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cangkuang dengan nilai 819 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 87,1%,

dimana :

1. Ada 5 dari 19 variabel penelitian (26%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cangkuang secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cangkuang memiliki skor819 (87,1%) dari minimal standar kelulusan,

Page 132: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

119

atau potensi Kecamatan Cangkuang memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (819 <1.008),yang berarti Kecamatan Cangkuangcukup layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cangkuang Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.40

Prioritas Potensi Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 PENDIDIKAN 158 - 55 = 103

Pemenuhan target wajib

belajar disertai ketersediaan

sarana dan prasana

pendidikan

2 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 65 = 43

Pemberdayaan perangkat

kecamatan,

kelurahan/desa dalam

meningkatkan penerimaan

PBB dan penguaan

kapasitas desa agar

mampu melayani

masyarakat

3 KAMTIBMAS 22 - 15 = 7

Peningkatan peran serta

masyarakat dalam

mewujudkan keamanan,

ketertiban dan ketertiban

melalui peningkatan dan

kelembagaan masyarakat

dengan aparat kecamatan,

kelurahan/desa dan

kepolisian dengan

penyediaan sarana

poskamling

Variabel pendidikan, aspek pemerintahan, dan kamtibmasmemiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(87,1%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

Page 133: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

120

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cangkuang dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.21. Potensi Wilayah Kecamatan Pamengpeuk Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Pamengpeuk Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 811 atau 86,2%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.41

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Pamengpeuk

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC.

PAMENGPEUK

%

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 40 74,1

2 ORBITASI 36 50 138,9

3 PENDIDIKAN 158 66 41,7

4 KESEHATAN 198 209 105,6

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 21 83,3

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 35 69,4

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 15 69,4

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

Page 134: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

121

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 56 74,1

18 KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT

14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 811 86,2

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 5 (lima) variabel penelitian yaituorbitasi, kesehatan, olah raga, kesadaran

politik, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada satu variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

diatas rata-rata pencapaian skor 86,2% yaitu ketenagakerjaan.Ada 13 variabel

penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari standar minimal kelulusan

(100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian dibawahrata-rata pencapaian

skor 86,2% yaitu demografi, pendidikan, keagamaan, transportasi, komunikasi,

penerangan umum, kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan, sosial budaya,

ekonomi masyarakat, aspek pemerintahan.Potensi yang dimiliki Kecamatan

Pamengpeuk dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Pamengpeuk dengan nilai 811 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 86,2%,

dimana :

1. Ada 5dari 19 variabel penelitian (26%) mencapai skor di atas rata-rata dari

skor Kecamatan Pamengpeuk secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Pamengpeuk memiliki skor 811 (86,2%) dari minimal standar kelulusan,

Page 135: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

122

atau potensi Kecamatan Pamengpeuk di bawah minimal kelulusan

(811<1.008), berarti Kec. Pamengpeuk cukup layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Pamengpeuk Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki pada Tabel di bawah ini:

Tabel 4.42

Prioritas Potensi Kecamatan Pamengpeuk Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN

TINDAKAN

1 2 3 4

1 PENDIDIKAN 158 - 66 = 92

Pemenuhan target

wajib belajar disertai

ketersediaan sarana&

prasana pendidikan

2 ASPEK

PEMERINTAHA

N

108 - 60 = 48

Pemberdayaan pe-

rangkat kecamatan,

kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas

desa agar mampu

melayani masyarakat

3 PENERANGAN

UMUM 50 - 35 = 15

Penyediaan fasilitas

pelayanan bagi

masyarakat dalam

bidang prasarana

penerangan umum

seperti kemudahan

pemasangan listrik dan

lainnya

Variabel pendidikan, aspek pemerintahan, dan penerangan umum

memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata

pencapaian skor (86,2%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan

(100,0%), sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Pamengpeuk dilihat dari

variabel tersebut relatif kurangmemadai, yang berarti potensi tersebut di atas

masih perlu ditingkatkan dari kategori Cukup layak menjadi Layak dimekarkan.

Page 136: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

123

4.1.22. Potensi Wilayah Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Katapang Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 950 atau 97,0%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.43

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Katapang

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. KATAPANG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 50 138,9

3 PENDIDIKAN 158 143 90,3

4 KESEHATAN 198 187 94,4

5 KEAGAMAAN 11 6 55,6

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 42 166,7

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 14 97,2

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 65 60,2

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 950 97,0

Sumber : Pengolahan Data

Page 137: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

124

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 7 (tujuh) variabel penelitian yaitu demografi, orbitasi, transportasi,

komunikasi, kesadaran politik, ketenagakerjaan, ekonomi masyarakat, memiliki

skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%) dan di atas rata-rata

pencapaian skor, sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai

skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada tiga variabel penelitian potensi yang dimiliki Kecamatan Katapang

seperti variabel penerangan umum, kamtibmas, dan kondisi sosial masyarakat,

memiliki skor di bawah standar minimal kelulusan dan di atas rata-rata

pencapaian skor 97,0%. Ada sembilan variabel penelitian potensi yang dimiliki

Kecamatan Katapang seperti variabelpendidikan, kesehatan, keagamaan, olah

raga, pertanian, perikanan, peternakan, sosial budaya, aspek

pemerintahanmemiliki skor di bawahstandar minimal kelulusan dan di bawah

rata-rata pencapaian skor 106,6%sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan

Katapang dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Katapang dengan nilai 950 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 97,0%,

dimana :

1. Ada 7 dari 19 variabel penelitian (37%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Katapang secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Katapang memiliki skor 950 (97,0%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Katapang memiliki skor kurang dari minimal kelulusan

(950 < 1.008),yang berarti Kecamatan Katapangcukup layak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Katapang Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 138: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

125

Tabel 4.44

Prioritas Potensi Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 KEAGAMAAN 11 - 6 = 5

Pembangunan sarana ibadah

yang memadai bagi

masyarakat seperti masjid,

surau/ langgar, gereja, pura

dan vihara dalam rangka

meningkatkan ketaqwaan dan

mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan kesepakatan

antar pemimpin umat

beragama dan penduduk

setempat.

2 ASPEK

PEMERINTAHA

N

108 - 65 = 43

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa

agar mampu melayani

masyarakat

3 SOSIAL

BUDAYA 54 - 45 = 9

Perlunya peningkatan

pembangunan bagi

penggerak kegiatan

masyarakat melalui

banyaknya tempat kesenian,

panti, dan tempat

pertunjukkan seni dan tempat

wisata

Variabel keagamaan, aspek pemerintahan, dan sosial budaya memiliki

skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian

skor (97,0%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Katapang dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan.

Page 139: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

126

4.1.23. Potensi Wilayah Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Soreang Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 862 atau 87,6%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.45

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Soreang

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. SOREANG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 50 92,6

2 ORBITASI 36 20 55,6

3 PENDIDIKAN 158 110 69,4

4 KESEHATAN 198 143 72,2

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 7 27,8

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 65 120,4

11 KAMTIBMAS 22 27 125,0

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 84 111,1

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 115 106,5

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 862 87,6

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 5 (lima) variabel penelitian yaitukesadaran politik, kamtibmas, ekonomi

Page 140: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

127

masyarakat, kondisi sosial masyarakat, aspek pemerintahanmemiliki skor di atas

rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian

lainnya umumnya hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat

capaian.

Ada tiga variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau di atas rata-rata pencapaian skor 87,6% yaitu demografi,

peternakan dan ketenagakerjaan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Soreang seperti

variabel orbitasi, pendidikan, kesehatan, keagamaan, olah raga, transportasi,

komunikasi, penerangan umum, pertanian, perikanan, sosial budaya memiliki skor

di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawahrata-rata pencapaian skor

93,0%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Soreang dilihat dari variabel tersebut kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yg dimiliki Kecamatan Soreang dengan nilai 862 dapat disimpulkan cukup layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 87,6% dimana :

1. Ada 5 dari 19 variabel penelitian (26%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Soreang secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Soreang memiliki skor 862 (87,6%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Soreang memiliki skor kurang dari minimal kelulusan

(862≤1.008),yang berarti Kecamatan Soreangcukup layak untuk

dimekarkan.

Berikut prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan Soreang

Kabupaten Bandung yg perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Page 141: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

128

Tabel 4.46

Prioritas Potensi Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN

TINDAKAN

1 2 3 4

1 TRANSPORTASI 25 - 7 = 18

Penyediaan sarana

transportasi umum yang

mencukupi bagi masya-

rakat untuk kelancaran

aktivitas rutin dan

kemudahan kepemilikan

kendaraan sendiri untuk

menunjang kegiatan ke-

luarga yang ditunjang

dengan perbaikan

prasarana jalan

2 ORBITASI 36 - 20 = 16

Pemenuhan pelayanan

kepada masyarakat

melalui jarak dan waktu

tempuh ke pusat

pemerintahan kecamat-

an yg mudah dan cepat.

3 PENDIDIKAN 158 - 110 = 48

Pemenuhan target wajib

belajar disertai

ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

Variabel transportasi, orbitasi, dan pendidikan memiliki skor di bawahrata-

rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor (87,6%) dan

di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%), sehingga potensi

yang dimiliki Kecamatan Soreang dilihat dari variabel tersebut relatif kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan

untukmencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak dimekarkan diikuti

pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.24. Potensi Wilayah Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Kutawaringin

Kabupaten Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian

terhadap seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 872

Page 142: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

129

atau 93,3% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.47

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Kutawaringin

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. KUTAWARINGIN %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 50 92,6

2 ORBITASI 36 30 83,3

3 PENDIDIKAN 158 110 69,4

4 KESEHATAN 198 110 55,6

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 28 111,1

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 63 125,0

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 24 111,1

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 130 120,4

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 872 93,3

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 6 (enam) variabel penelitian yaitutransportasi, penerangan umum,

kesadaran politik, kamtibmas, kondisi sosial masyarakat, aspek pemerintahan

memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal kelulusan (≥100%),

Page 143: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

130

sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor dibawah

rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada satu variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

diatas rata-rata pencapaian skor 93,3% yaitu peternakan.Ada 12 variabel

penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari standar minimal kelulusan

(100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian di bawah rata-rata pencapaian

skor 93,3% yaitu demografi, orbitasi, pendidikan, kesehatan, keagamaan, olah

raga, komunikasi, pertanian, perikanan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi

masyarakat. Potensi yang dimiliki Kecamatan Kutawaringin dilihat dari variabel

tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Kutawaringin dengan nilai 872 dapat disimpulkan

cukup layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar

93,3%, dimana :

1. Ada 6dari 19 variabel penelitian (32%) mencapai skor di atas rata-rata dari

skor Kecamatan Kutawaringin secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Kutawaringin memiliki skor 872 (93,3%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Kutawaringin memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (872 <1.008),yang berarti Kecamatan Kutawaringincukup layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Kutawaringin Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini:

Page 144: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

131

Tabel 4.48

Prioritas Potensi Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 KESEHATAN 198 - 110 = 88

Penurunan angka kematian

bayi, gizi buruk dan keluarga

prasejahtera, serta

peningkatan imunisasi bayi

dan balita, akseptor KB dan

aktivitas PKK, diikuti dengan

peningkatan sarana kesehatan

dan tenaga medis, serta

jumlah jamban keluarga

2 PENDIDIKAN 158 - 110 = 48

Pemenuhan target wajib

belajar disertai ketersediaan

sarana dan prasana pendidikan

3 EKONOMI

MASYARAKAT 76 - 63 = 13

Membuka dan

memberdayakan Badan Usaha

Milik Desa (Bumdes), serta

memfasilitasi pembentukan

dan peningkatan peran

lembaga keuangan, koperasi,

pasar dan pertokoan

Variabel kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat memiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(93,3%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Kutawaringin dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan

4.1.25. Potensi Wilayah Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Margaasih Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.018 atau

Page 145: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

132

99,8% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam

Tabel di bawah ini :

Tabel 4.49

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

N

O VARIABEL STANDAR

KEC.

MARGAASIH %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 50 138,9

3 PENDIDIKAN 158 176 111,1

4 KESEHATAN 198 198 100,0

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 6 55,6

7 TRANSPORTASI 25 42 166,7

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 15 69,4

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 50 92,6

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 105 138,9

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.018 99,8

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 10 (sepuluh) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

kesehatan, transportasi, komunikasi, kesadaran politik, ketenagakerjaan, ekonomi

masyarakat, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar

Page 146: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

133

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Potensi yang dimiliki Kecamatan Margaasih seperti variabel keagamaan,

olah raga, penerangan umum, kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan, sosial

budaya, aspek pemerintahan memiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat

capaian di bawahrata-rata pencapaian skor 99,8%dan di bawah rata-rata

daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan

Margaasih dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Margaasih dengan nilai 1.018 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 99,8%, dimana :

1. Ada 10 dari 19 variabel penelitian (53%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Margaasih secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Margaasih memiliki skor 1.018 (99,8%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Margaasih memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (1.018>1.008),yang berarti Kecamatan Margaasihlayak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Margaasih Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 147: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

134

Tabel 4.50

Prioritas Potensi Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHA

N

108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa

agar mampu melayani

masyarakat

2 OLAH RAGA 11 - 6 = 5

Pembangunan dan

penyediaan sarana olah raga

yang memadai bagi aktivitas

fisik masyarakat

3 KAMTIBMAS 22 - 15 = 7

Peningkatan peran serta

masyarakat dalam

mewujudkan keamanan,

ketertiban dan ketertiban

melalui peningkatan dan

kelembagaan masyarakat

dengan aparat kecamatan,

kelurahan/desa dan

kepolisian dengan

penyediaan sarana

poskamling

Variabel aspek pemerintahan, olah raga, dan kamtibmas memiliki skordi

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(99,8%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Margaasih dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori Layak dimekarkan diikuti pengembangan

potensinya dalam waktu tertentu.

Page 148: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

135

4.1.26. Potensi Wilayah Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Margahayu melalui

skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap seluruh Kecamatan

di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.022 atau 98,1% dari standar

minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel dibawah ini :

Tabel 4.51

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Margahayu

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

N

O VARIABEL STANDAR

KEC.

MARGAHAYU %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 55 152,8

3 PENDIDIKAN 158 198 125,0

4 KESEHATAN 198 209 105,6

5 KEAGAMAAN 11 6 55,6

6 OLAH RAGA 11 6 55,6

7 TRANSPORTASI 25 42 166,7

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 49 97,2

10 KESADARAN POLITIK 54 55 101,9

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 27 83,3

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 84 111,1

18

KONDISI SOSIAL

MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.022 98,1

Sumber : Pengolahan Data

Page 149: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

136

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

kesehatan, transportasi, komunikasi, kesadaran politik, ekonomi masyarakat,

kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal

kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya

mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Potensi yang dimiliki Kecamatan Margahayu seperti variabel keagamaan,

olah raga, penerangan umum, kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan,

ketenagakerjaan, sosial budaya, aspek pemerintahanmemiliki skor di bawah rata-

rata dengan tingkat capaian di bawah rata-rata pencapaian skor 98,1%dan di

bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang

dimiliki Kecamatan Margahayu dilihat dari variabel tersebut kurang memadai,

yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Margahayu dengan nilai 1.022 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 98,1%, dimana :

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Margahayu secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Margahayu memiliki skor 1.022 (98,1%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Margahayu memiliki skor lebih dari minimal

kelulusan (1.022>1.008),yang berarti Kecamatan Margahayulayak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Margahayu Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 150: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

137

Tabel 4.52

Prioritas Potensi Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHA

N

108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa agar

mampu melayani masyarakat

2 KEAGAMAAN 11 - 6 = 5

Pembangunan sarana ibadah

yang memadai bagi masyarakat

seperti masjid, surau/ langgar,

gereja, pura dan vihara dalam

rangka meningkatkan ketaqwaan

dan mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan kesepakatan antar

pemimpin umat beragama dan

penduduk setempat.

3 OLAH RAGA 11 - 6 = 5

Pembangunan dan

penyediaan sarana olah raga

yang memadai bagi aktivitas

fisik masyarakat

Variabel aspek pemerintahan, keagamaan dan olah ragamemiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(98,1%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Margahayu dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori Layak dimekarkan diikuti pengembangan

potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.27. Potensi Wilayah Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.017 atau

Page 151: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

138

95,8% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam

Tabel di bawah ini :

Tabel 4.53

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Dayeuhkolot

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. DAYEUHKOLOT %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 55 152,8

3 PENDIDIKAN 158 209 131,9

4 KESEHATAN 198 198 100,0

5 KEAGAMAAN 11 6 55,6

6 OLAH RAGA 11 6 55,6

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 56 111,1

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 18 83,3

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 21 97,2

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 77 101,9

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 10 69,4

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.017 95,8

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

kesehatan, transportasi, komunikasi, penerangan umum, kesadaran politik,

ekonomi masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal

Page 152: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

139

kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya

mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada satu variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau di atas rata-rata pencapaian skor 95,8% yaitu perikanan.Potensi

yang dimiliki Kecamatan Dayeuhkolot seperti variabel keagamaan, olah raga,

kamtibmas, pertanian, peternakan, ketenagakerjaan, sosial budaya, kondisi sosial

masyarakat, aspek pemerintahanmemiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat

capaian di bawahrata-rata pencapaian skor 95,8%dan di bawah rata-rata

daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan

Dayeuhkolot dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Dayeuhkolot dengan nilai 1.017 dapat disimpulkan

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 95,8%,

dimana :

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Dayeuhkolot secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Dayeuhkolot memiliki skor 1.017 (95,8%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Dayeuhkolot memiliki skor lebihdari minimal

kelulusan (1.017>1.008),yang berarti Kecamatan Dayeuhkolotlayak untuk

dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Dayeuhkolot Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini:

Page 153: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

140

Tabel 4.54

Prioritas Potensi Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHA

N

108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa

agar mampu melayani

masyarakat

2 KEAGAMAAN 11 - 6 = 5

Pembangunan sarana ibadah

yang memadai bagi

masyarakat seperti masjid,

surau/ langgar, gereja, pura

dan vihara dalam rangka

meningkatkan ketaqwaan dan

mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan kesepakatan antar

pemimpin umat beragama dan

penduduk setempat.

3 OLAH RAGA 11 - 6 = 5

Pembangunan dan

penyediaan sarana olah raga

yang memadai bagi aktivitas

fisik masyarakat

Variabel aspek pemerintahan, keagamaan dan olah ragamemiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(95,8%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Dayeuhkolot dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori Layak dimekarkan diikuti pengembangan

potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.28. Potensi Wilayah Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Bojongsoang Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

Page 154: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

141

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.044 atau

102,5% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji

dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.55

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Bojongsoang

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. BOJONGSOANG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 55 101,9

2 ORBITASI 36 55 152,8

3 PENDIDIKAN 158 198 125,0

4 KESEHATAN 198 209 105,6

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 35 138,9

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 56 111,1

10 KESADARAN POLITIK 54 65 120,4

11 KAMTIBMAS 22 21 97,2

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 21 97,2

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 84 111,1

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.044 102,5

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaituorbitasi, pendidikan, kesehatan,

transportasi, komunikasi, penerangan umum, kesadaran politik, ekonomi

Page 155: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

142

masyarakat, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar

minimal kelulusan (≥100%) dan di atas rata-rata skor pencapaian 102,5%,

sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya mencapai skor dibawah

rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada satu variabel penelitian yang memiliki skor di atas rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian di

bawah rata-rata pencapaian skor 102,5% yaitu orbitasi.Potensi yang dimiliki

Kecamatan Bojongsoang seperti variabelkeagamaan, olah raga, kamtibmas,

pertanian, perikanan, peternakan, ketenagakerjaan, sosial budaya, aspek

pemerintahanmemiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di

bawahrata-rata pencapaian skor 102,5% dan di bawah rata-rata daristandar

minimal kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan

Bojongsoang dilihat dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi

tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Bojongsoang dengan nilai 1.044 dapat disimpulkan

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 102,5%,

dimana :

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Bojongsoang secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Bojongsoang memiliki skor 1.044 (102,5%) dari minimal standar

kelulusan, atau potensi Kecamatan Bojongsoang memiliki skor lebih dari

minimal kelulusan (1.044>1.008),yang berarti Kecamatan

Bojongsoanglayak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Bojongsoang Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini:

Page 156: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

143

Tabel 4.56

Prioritas Potensi Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan,

kelurahan/desa dalam

meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa

agar mampu melayani

masyarakat

2 SOSIAL BUDAYA 54 - 45 = 9

Perlunya peningkatan

pembangunan bagi

penggerak kegiatan

masyarakat melalui

banyaknya tempat

kesenian, panti, dan tempat

pertunjukkan seni dan

tempat wisata

3 PETERNAKAN 22 - 18 = 4

Mendorong pertumbuhan

sub sektor peternakan

melalui bantuan modal dan

teknis baik peternakan

besar, sedang maupun

unggas

Variabel aspek pemerintahan, sosial budaya dan peternakanmemiliki

skordi bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian

skor (102,5%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Bojongsoang dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori Layak dimekarkan diikuti pengembangan

potensinya dalam waktu tertentu.

Page 157: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

144

4.1.29. Potensi Wilayah Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cileunyi Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 1.054 atau

99,8% dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam

Tabel di bawah ini :

Tabel 4.57

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cileunyi

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. CILEUNYI %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 65 120,4

2 ORBITASI 36 55 152,8

3 PENDIDIKAN 158 242 152,8

4 KESEHATAN 198 187 94,4

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 6 55,6

7 TRANSPORTASI 25 28 111,1

8 KOMUNIKASI 25 28 111,1

9 PENERANGAN UMUM 50 56 111,1

10 KESADARAN POLITIK 54 65 120,4

11 KAMTIBMAS 22 18 83,3

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 33 101,9

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 70 92,6

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 65 60,2

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 1.054 99,8

Sumber : Pengolahan Data

Page 158: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

145

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 9 (sembilan) variabel penelitian yaitudemografi, orbitasi, pendidikan,

transportasi, komunikasi, penerangan umum, kesadaran politik, ketenagakerjaan,

kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar minimal

kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya hanya

mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada sepuluh variabel penelitian potensi yang dimiliki Kecamatan Cileunyi

seperti variabelkesehatan, keagamaan, olah raga, kamtibmas, pertanian, perikanan,

peternakan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, aspek pemerintahanmemiliki

skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di bawah rata-rata pencapaian skor

99,8%dan di bawah rata-rata daristandar minimal kelulusan 100%, sehingga

potensi yang dimiliki Kecamatan Cileunyi dilihat dari variabel tersebut kurang

memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cileunyi dengan nilai 1.054 dapat disimpulkan layak

dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang tinggi sebesar 99,8%, dimana :

1. Ada 9 dari 19 variabel penelitian (47%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cileunyi secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cileunyi memiliki skor 1.054 (99,8%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Cileunyi memiliki skor lebih dari minimal kelulusan

(1.054>1.008),yang berarti Kecamatan Cileunyi layak untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cileunyi Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Tabel 4.58

Prioritas Potensi Kecamatan Cileunyi

Kabupaten Bandung

Page 159: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

146

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 OLAH RAGA 11 - 6 = 5

Pembangunan dan

penyediaan sarana olah

raga yang memadai bagi

aktivitas fisik masyarakat

2 ASPEK

PEMERINTAHA

N

108 - 65 = 43

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa

agar mampu melayani

masyarakat

3 PERTANIAN 36 - 30 = 6

Peningkatan produksi

pertanian melalui panca

usaha tani, pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian

dengan bekerja sama dengan

koperasi dan pihak ketiga

yang menguntungkan bagi

petani

Variabel olahraga, aspek pemerintahan, dan pertanian memiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(99,8%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cileunyi dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori Layak dimekarkan.

4.1.30. Potensi Wilayah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 812 atau 89,7%

Page 160: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

147

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.59

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cilengkrang

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. CILENGKRANG %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 35 64,8

2 ORBITASI 36 45 125,0

3 PENDIDIKAN 158 55 34,7

4 KESEHATAN 198 198 100,0

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 12 111,1

7 TRANSPORTASI 25 42 166,7

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 35 69,4

10 KESADARAN POLITIK 54 50 92,6

11 KAMTIBMAS 22 15 69,4

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 18 83,3

14 PETERNAKAN 22 18 83,3

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 60 111,1

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 60 55,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 812 89,7

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 6 (enam) variabel penelitian yaituorbitasi, kesehatan, olah raga,

transportasi, sosial budaya, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-

rata dari standar minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian

Page 161: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

148

lainnya umumnya hanya mencapai skor di bawah rata-rata dengan berbagai

tingkat capaian.

Ada dua variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau di atas rata-rata pencapaian skor 89,7% yaitu kesadaran politik

dan ketenagakerjaan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Cilengkrang seperti

variabel demografi, pendidikan, keagamaan, komunikasi, penerangan umum,

kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan, ekonomi masyarakat, aspek

pemerintahanmemiliki skor di bawah rata-rata dengan tingkat capaian di

bawahrata-rata pencapaian skor 81,0%dan di bawah rata-rata daristandar minimal

kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cilengkrang dilihat

dari variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih

perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cilengkrang dengan nilai 812 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 89,7%,

dimana :

1. Ada 6 dari 19 variabel penelitian (32%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cilengkrang secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cilengkrang memiliki skor 812 (89,7%) dari minimal standar kelulusan,

atau potensi Kecamatan Cilengkrang memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (812<1.008),yang berarti Kecamatan Cilengkrang cukup layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cilengkrang Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini:

Page 162: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

149

Tabel 4.60

Prioritas Potensi Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 PENDIDIKAN 158 - 55 = 103

Pemenuhan target wajib belajar

disertai ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

2 ASPEK

PEMERINTAHAN 108 - 60 = 48

Pemberdayaan perangkat

kecamatan, kelurahan/desa

dalam meningkatkan

penerimaan PBB dan

penguaan kapasitas desa agar

mampu melayani masyarakat

3 DEMOGRAFI 54 - 35 = 19

Jumlah penduduk, jumlah KK

dan Luas wilayah merupakan

potensi. Perlu Efisiensi

pemanfaatan lahan untuk

membangun kawasan

pemukiman dan jadikan

kecamatan, kelurahan/desa

sebagai sumber penghidupan

dan kehidupan masyarakat

Variabel pendidikan, aspek pemerintahan dan demografi memiliki skor

dibawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(89,7%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cilengkrang dilihat dari variabel

tersebut relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

4.1.31. Potensi Wilayah Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung

Hasil kajian terhadap potensi wilayah Kecamatan Cimenyan Kabupaten

Bandung melalui skoring atas 19 (sembilan belas) variabel penelitian terhadap

Page 163: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

150

seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung diperoleh skor sebesar 853 atau 93,8%

dari standar minimal kategori kelulusan (1.008) sebagaimana tersaji dalam Tabel

di bawah ini :

Tabel 4.61

Potensi wilayah pemerintahan Kecamatan Cimenyan

Kabupaten Bandung

SKOR SKOR

NO VARIABEL STANDAR KEC. CIMENYAN %

1 2 3 4 5

1 DEMOGRAFI 54 50 92,6

2 ORBITASI 36 50 138,9

3 PENDIDIKAN 158 99 62,5

4 KESEHATAN 198 132 66,7

5 KEAGAMAAN 11 9 83,3

6 OLAH RAGA 11 9 83,3

7 TRANSPORTASI 25 28 111,1

8 KOMUNIKASI 25 21 83,3

9 PENERANGAN UMUM 50 42 83,3

10 KESADARAN POLITIK 54 60 111,1

11 KAMTIBMAS 22 27 125,0

12 PERTANIAN 36 30 83,3

13 PERIKANAN 22 21 97,2

14 PETERNAKAN 22 21 97,2

15 KETENAGAKERJAAN 32 30 92,6

16 SOSIAL BUDAYA 54 45 83,3

17 EKONOMI MASYARAKAT 76 63 83,3

18 KONDISI SOSIAL MASYARAKAT 14 16 111,1

19 ASPEK PEMERINTAHAN 108 100 92,6

JUMLAH & RATA-RATA 1.008 853 93,8

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 19 variabel penelitian

ternyata 5 (lima) variabel penelitian yaituorbitasi, transportasi, kesadaran politik,

kamtibmas, kondisi sosial masyarakat, memiliki skor di atas rata-rata dari standar

Page 164: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

151

minimal kelulusan (≥100%), sedangkan variabel penelitian lainnya umumnya

hanya mencapai skor dibawah rata-rata dengan berbagai tingkat capaian.

Ada dua variabel penelitian yang memiliki skor di bawah rata-ratadari

standar minimal kelulusan (100%) dan memiliki skor dengan tingkat capaian

sama dengan atau di atas rata-rata pencapaian skor 93,8% yaitu perikanan dan

peternakan.Potensi yang dimiliki Kecamatan Cimenyan seperti variabel

demografi, pendidikan, kesehatan, keagamaan, olah raga, komunikasi, penerangan

umum, pertanian, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, aspek

pemerintahanmemiliki skor di bawahrata-rata dengan tingkat capaian di

bawahrata-rata pencapaian skor 93,8%dan di bawah rata-rata daristandar minimal

kelulusan 100%, sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cimenyan dilihat dari

variabel tersebut kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih

perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan secara umum bahwa potensi

yang dimiliki Kecamatan Cimenyan dengan nilai 853 dapat disimpulkan cukup

layak dimekarkan, sesuai dengan skor total potensi yang sedang sebesar 93,8%,

dimana :

1. Ada 5 dari 19 variabel penelitian (26%) mencapai skor di atas rata-rata

dari skor Kecamatan Cimenyan secara keseluruhan;

2. Hasil pengolahan data menggambarkan bahwa potensi Kecamatan

Cimenyan memiliki skor 853(93,8%) dari minimal standar kelulusan, atau

potensi Kecamatan Cimenyan memiliki skor kurang dari minimal

kelulusan (853≤1.008),yang berarti Kecamatan Cimenyan cukup layak

untuk dimekarkan.

Berikut disampaikan prioritas variabel potensi pemerintahan Kecamatan

Cimenyan Kabupaten Bandung yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini:

Page 165: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

152

Tabel 4.62

Prioritas Potensi Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung

NO VARIABEL SKOR PILIHAN TINDAKAN

1 2 3 4

1 PENDIDIKAN 158 - 99 = 59

Pemenuhan target wajib belajar

disertai ketersediaan sarana dan

prasana pendidikan

2 KESEHATAN 198 - 132 = 66

Penurunan angka kematian bayi,

gizi buruk dan keluarga

prasejahtera, serta peningkatan

imunisasi bayi dan balita,

akseptor KB dan aktivitas PKK,

diikuti dengan peningkatan

sarana kesehatan dan tenaga

medis, serta jumlah jamban

keluarga

3 EKONOMI

MASYARAK

AT

76 - 63 = 13

Membuka dan memberdayakan

Badan Usaha Milik Desa

(Bumdes), serta memfasilitasi

pembentukan dan peningkatan

peran lembaga keuangan,

koperasi, pasar dan pertokoan

Variabel pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat memiliki skor di

bawah rata-rata dengan tingkat capaian jauh di bawah rata-rata pencapaian skor

(93,8%) dan di bawah rata-rata dari standar minimal kelulusan (100,0%),

sehingga potensi yang dimiliki Kecamatan Cimenyan dilihat dari variabel tersebut

relatif kurang memadai, yang berarti potensi tersebut di atas masih perlu

ditingkatkan untuk mencapai kategori dari Cukup layak menjadi Layak

dimekarkan diikuti pengembangan potensinya dalam waktu tertentu.

Dari uraian di atas dapat dirangkum potensi wilayah kecamatan di

Kabupaten Bandung sudah layak, cukup layak atau tidak layak untuk dimekarkan

tercantum pada tabel di bawah ini.

Page 166: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

153

Tabel 4.63

Rangkuman Potensi Wilayah Kecamatan

di Kabupaten Bandung

TOTAL

SKOR INTERVAL SKOR KATEGORI

NO KABUPATEN KECAMATAN

1

BANDUNG

Ciwidey 808 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

2 Rancabali 1.018 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

3 Pasirjambu 894 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

4 Cimaung 803 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

5 Pangalengan 1.223 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

6 Kertasari 743 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

7 Pacet 1.117 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

8 Ibun 969 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

9 Paseh 1.005 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

10 Cikancung 993 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

11 Cicalengka 1.029 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

12 Nagreg 1.029 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

13 Rancaekek 1.180 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

14 Majalaya 1.071 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

15 Solokanjeruk 928 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

16 Ciparay 1.146 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

17 Baleendah 1.095 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

18 Arjasari 881 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

19 Banjaran 1.000 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

20 Cangkuang 819 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

21 Pamengpeuk 811 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

22 Katapang 950 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

23 Soreang 862 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

24 Kutawaringin 872 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

25 Margaasih 1.018 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

26 Margahayu 1.022 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

27 Dayeuhkolot 1.017 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

28 Bojongsoang 1.044 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

29 Cileunyi 1.054 1.008 ≤ TS < 1.680 Layak

30 Cilengkrang 812 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

31 Cimenyan 853 644 ≤ TS < 1.008 Cukup Layak

Page 167: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

154

TOTAL

SKOR INTERVAL SKOR KATEGORI

NO KABUPATEN KECAMATAN

JUMLAH 30.066

RATA – RATA 970

TOTAL SKOR MINIMAL 743

TOTAL SKOR MAKSIMAL 1.223

Sumber : Pengolahan Data

4.2. Pemetaan Kecamatan di Kabupaten Bandung.

Berdasarkan hasil analisa di atas, diperoleh pemetaan kecamatan di Kabupaten

Bandung sebagai berikut :

Tabel 4.64

Pemetaan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

KECAMATAN KECAMATAN

NO NOMINATIF NOMINATIF

CUKUP LAYAK DIMEKARKAN LAYAK DIMEKARKAN

1 Ciwidey Rancabali

2 Pasirjambu Pangalengan

3 Cimaung Pacet

4 Kertasari Cicalengka

5 Ibun Nagreg

6 Paseh Rancaekek

7 Cikancung Majalaya

8 Solokanjeruk Ciparay

9 Arjasari Baleendah

10 Banjaran Margaasih

11 Cangkuang Margahayu

12 Pamengpeuk Dayeuhkolot

13 Katapang Bojongsoang

14 Soreang Cileunyi

15 Kutawaringin

16 Cilengkrang

17 Cimenyan

Page 168: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

155

Berdasarkan tabel 4.64 terdapat 14 kecamatan dalam kategori layak

dimekarkan yaitu kecamatan Rancabali, Pangalengan, Pacet, Cicalengka, Nagreg,

Rancaekek, Majalaya, Ciparay, Baleendah, Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot,

Bojongsoang, dan Cileunyi. Sedangkan potensi wilayah kecamatan dalam

kategori cukup layak dimekarkan ada 17 kecamatan yaitu: Ciwidey, Pasirjambu,

Cimaung, Kertasari, Ibun, Paseh, Cikancung, Solokanjeruk, Arjasari, Banjaran,

Cangkuang, Pamengpeuk, Katapang, Soreang, Kutawaringin, Cilengkrang,

Cimenyan.

Kecamatan yang memiliki nilai skor minimal adalah Kecamatan Kertasari

sebesar 743. Kecamatan yang memiliki nilai maksimal adalah Kecamatan

Pangalengan sebesar 1.223. Perbedaan potensi wilayah kecamatan antara yang

terbesar dan terkecil sebesar 480 atau 65% dari potensi wilayah kecamatan yang

terkecil.

Selengkapnya perbandingan potensi per kecamatan antara potensi tertinggi

dengan terendah diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 169: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

156

Tabel 4.65

Perbandingan Potensi Wilayah Kecamatan

di Kabupaten Bandung

TOTAL

SKOR SELISIH PERSENTASE

JUMLAH

NOMINATIF

NO KECAMATAN DESA KECAMATAN

1 Ciwidey 7 808 65 9 1

2 Rancabali 5 1018 275 37 2

3 Pasirjambu 10 894 151 20 1

4 Cimaung 10 803 60 8 1

5 Pangalengan 13 1223 480 65 2

6 Kertasari 7 743 0 0 1

7 Pacet 13 1117 374 50 2

8 Ibun 12 969 226 30 1

9 Paseh 12 1005 262 35 1

10 Cikancung 9 993 250 34 1

11 Cicalengka 12 1029 286 38 2

12 Nagreg 6 1029 286 38 2

13 Rancaekek 13 1180 437 59 2

14 Majalaya 11 1071 328 44 2

15 Solokanjeruk 7 928 185 25 1

16 Ciparay 14 1146 403 54 2

17 Baleendah 8 1095 352 47 2

18 Arjasari 11 881 138 19 1

19 Banjaran 11 1000 257 35 1

20 Cangkuang 7 819 76 10 1

21 Pamengpeuk 6 811 68 9 1

22 Katapang 7 950 207 28 1

23 Soreang 10 862 119 16 1

24 Kutawaringin 11 872 129 17 1

25 Margaasih 6 1018 275 37 2

26 Margahayu 5 1022 279 38 2

27 Dayeuhkolot 6 1017 274 37 2

28 Bojongsoang 6 1044 301 41 2

29 Cileunyi 6 1054 311 42 2

30 Cilengkrang 6 812 69 9 1

31 Cimenyan 9 853 110 15 1

Jumlah Pemekaran 45

Sumber : Pengolahan Data

Page 170: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

157

Kecamatan yang memiliki potensi sama dengan atau lebih besar dari

potensi wilayah kecamatan terkecil sebesar 30%, maka dapat dikatakan

kecamatan itu memiliki potensi yang besar untuk dimekarkan. Berdasarkan tabel

4.65 diperoleh hasil dari jumlah kecamatan yang ada sebanyak 31 (tiga puluh

satu) kecamatan menjadi 45 (empat puluh lima) kecamatan nominatif apabila

dimekarkan. Kecamatan yang layak dan berpotensi lebih baik untuk dimekarkan

adalah Kecamatan Rancabali, Pangalengan, Pacet, Cicalengka, Nagreg,

Rancaekek, Majalaya, Ciparay, Baleendah, Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot,

Bojongsoang, dan Cileunyi. Dari 14 (empat belas) kecamatan yang layak

dimekarkan dibentuk masing-masing kecamatan induk dan kecamatan hasil

pemekaran, sehingga jumlah kecamatan yang layak dimekarkan dari 31 menjadi

45 kecamatan.

Page 171: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

158

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bandung didasarkan pada tingkat

kemampuan atau potensi masing-masing kecamatan melalui pengukuran dan

penilaian variabel utama dan variabel pendukung. Adapun 19 (sembilan belas)

variabel penelitian yaitu demografi, orbitasi, pendidikan, kesehatan, prasarana

ibadah, sarana olah raga, transportasi, komunikasi, penerangan umum,

kesadaran politik, keamanan dan ketertiban masyarakat, pertanian, perikanan,

peternakan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi masyarakat, sosial

masyarakat, dan aspek pemerintahan.

Suatu kecamatan dapat dimekarkan jika kecamatan memiliki potensi dalam

interval tinggi (1.008 ≤ TS < 1.680). Dapat dimekarkan dengan syarat jika

potensinya dalam interval (644 ≤ TS < 1.008), dan dinyatakan tidak lulus atau

ditolak untuk dimekarkan jika masing-masing kecamatan hanya mencapai

total skor kurang dari 644.

2. Hasil penilaian dan pengukuran terhadap potensi kecamatan di Kabupaten

Bandung dapat dijelaskan sebagai berikut :

Skoring data sekunder monografi desa terhadap 31 kecamatan yang akan

dimekarkan diperoleh hasil bahwa terdapat 14 (empat belas) kecamatan dalam

kategori layak dimekarkan yaitu kecamatan Rancabali, Pangalengan, Pacet,

Cicalengka, Nagreg, Rancaekek, Majalaya, Ciparay, Baleendah, Margaasih,

Margahayu, Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Cileunyi.

5.2. SARAN

Untuk menjamin keberhasilan implementasi penataan dan pengembangan

kewilayahan dapat dilihat dari kemampuan pemerintah dari tingkat yang terendah

Page 172: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

159

hingga yang tertinggi dalam menyelenggarakan pelayanan, pemerintahan dan

pembangunan secara efektif dan efisien dapat disusun rekomendasi sebagai

berikut :

1. Mengingat ada tiga alternatif yang disodorkan, diharapkan adanya pola

pengembangan yang berkelanjutan.

Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota, perlu kiranya

dibentuk pola pelimpahan sebagian kewenangan dari Bupati di Kabupaten

Bandung dikarenakan medan yang sangat berat.

2. Menyusun desain organisasi kecamatan menurut potensi dan karakteristik

kecamatan (tipologi kecamatan) serta pola dan sifat kewenangan camat yang

dilimpahkan dari Bupati;

Page 173: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

160

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Anthony, Robert N ; John Dearden ; Northon M. Bedford ; 1985, Sistem

Pengendalian Manajemen ; terjemahan ; edisi ke-5 Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Anthony, Robert N and Regma E. Herzlinger;1980, Management Control in

Nonprofit Organizations ; Revised Edition ; Richard D. Irwin, Inc.

Homewood, Illinois.

Arifin, Tatang .M ; 1984, Pokok-pokok Teori Sistem, Penerbit Rajawali, Jakarta.

Argyris, Chris, 1960, Understanding Organizational Behaviour, The Dorsey

Press, Inc. Homewood Illinois.

Herbert, Theodore .T, 1976, Organizational Behaviour – Readings and Cases,

Macmillan Publishing Co. Inc, Newyork.

Koontz, Harold, Cyril O’Donnell and Heinz Weihrich, 1980. Management.

Seventh Edition. McGraw-Hill International Book Company, Japan.

Luthans, Fred; Organizational Behaviour, 1981, Third Edition, McGraw Hill

International Book Company, Tokyo.

Naisbitt, John, 1984, Megatrends-The New Directions Tranforming Our Lives,

Future Macdonald & Co, London & Sydney.

Pariata Wastra, dkk, 1977, Ensiklopedi Administrasi, Penerbit Gunung Agung,

Jakarta.

Pfiffner, John .M and Frank .P. Sheerwood, 1960, Administrative – Organization,

Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, NJ.

Portner, Donald .E and Philip B. Apllewhite; 1961, Studies in Organizational

Behaviour and Management, International Texbook Company,

Newyork.

Sadu Wasistiono, dkk, penyunting, 2002. Menata Ulang Kelembagaan

Kecamatan. Pusat Kajian Pemerintahan STPDN. Penerbit PT Citra

Pindo, Bandung.,

---------------------, 2003. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Edisi Ketiga. Penerbit Fokusmedia, Bandung.

Page 174: UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/13-Kajian... · KAJIAN PENYUSUNAN DATA ... 4.1 Potensi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bandung

161

---------------------, 2003. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Edisi

Revisi. Penerbit Fokusmedia, Bandung.

---------------------, 2004. Modul Optimalisasi Peran dan Fungsi Kecamatan dalam

Rangka Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat, Bahan Penataran

Bagi Camat Seluruh Indonesia, Badan Diklat, Jakarta.

Stoner, James. A.F, 1986a, terjemahan jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta.

---------------------,1986b, terjemahan jilid II, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suriasumantri, Yuyun S, System Thinking, 1981, Penerbit Bina Cipta, Bandung.

Terry, George R, 1960. Principles of Management. Thrid Edition. Richard D.

Irwin Inc. Homewood Illinois.

Westra, Pariata; Sutarto dan Ibnu Syamsi, editor, 1977. Ensiklopedi

Administrasi. Penerbit Gunung Agung, Jakarta, 1977.

Winardi, 1987, Pengantar Ilmu Manajemen, (Suatu Pendekatan Sistem), Penerbit

Nova, Bandung.

B. PERATURAN

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaiaman telah diperbarui dengan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Penataan Daerah Otonom.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Kecamatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi

Pamong Praja.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman

Organisasi Kecamatan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.