universitas negeri jakarta jakarta 2015 · pdf filemikroalga adalah suatu organism mikroskopis...
TRANSCRIPT
i
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
WEEK OF WRITING (WOW) 2015
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH
FOTOBIOREAKTOR MIKROALGA BANTUAN ENERGI SURYA UNTUK
MENGURANGI EMISI CO2 DI DKI JAKARTA
SUB TEMA :
TEKNOLOGI TERBARUKAN
Diusulkan oleh :
Mochammad Aldi Mauludin (5215122659) Angkatan 2012
Dwi Oktaviani (3425122206) Angkatan 2012
Andi Nadia Salsabila (5315154506) Angkatan 2015
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA
2015
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... ......... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ......... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ......... iv
RINGKASAN ……………………………………………………………… …… . v
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. ......... 1
Latar Belakang ................................................................................................. ......... 1
Tujuan .............................................................................................................. ......... 2
Manfaat ............................................................................................................ ......... 2
GAGASAN ...................................................................................................... ......... 3
Kondisi kekinian pencetus gagasan ............................................................. ......... 3
Solusi yang pernah ditawarkan ................................................................... ......... 4
Gagasan Baru yang Diajukan ...................................................................... ......... 4
Pihak-pihak yang Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan ……... 6
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan ................................... ......... 7
BAB III. Kesimpulan ..................................................................................... ......... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ......... 9
LAMPIRAN…………………………………………………………………… .10
\
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rangkaian sistem fotobioreaktor ................................................... ......... 4
Gambar 2. Prototype Fotobioreaktor ............................................................... ......... 5
Gambar 3. Fase Dalam Manajemen Transisi .................................................. ......... 8
iv
DAFTAR ISI
Tabel 1. Luas Hutan Suaka Alam Dan Wisata di Provinsi Jawa Barat ........... ......... 3
v
RINGKASAN
Pemanasan global telah menjadi pusat perhatian (Center of Attraction)
seluruh dunia untuk dicarikan solusi agar dapat megurangi maupun
meminimalisasi dampaknya. Indonesia yang dahulu merupakan Negara agraris
kini telah mulai berangsur-angsur menjadi negara berbasis industri, sudah dapat
dirasakan dampak pengalihan tersebut khususnya di Ibu Kota Indonesia yaitu DKI
Jakarta, yaitu bertambahnya polusi yaitu emisi CO2 di atsmosfer, tidak hanya
berasal dari industri, emisi CO2 juga bersumber dari hasil pembakaran pada
kendaraan-kendaraan bermotor. Keadaan seperti ini tidak setimbang dengan ruang
terbuka hijau (RTH) yang disediakan pemerintah DKI Jakarta. Minimnya lahan
hijau menjadi masalah sendiri dalam uasaha mengatasi masalah tingginya tingkat
polusi di udara karena itu perlu adanya solusi meminimalisasi emisi CO2 di
atsmorfer.
Menyibak kekayaan Indonesia salah satunya yaitu kekayaan perairan, yang
kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), baik yang bersifat makroskopis maupun
mikroskopis, salah satu kekayaan laut Indonesia yang bersifat mikroskopis yaitu
mikroalga. Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang dapat hidup di
perairan tawar dan laut. Biomass mikroalga hanya 0,05 kali biomasa tumbuhan
laut namun kemampunyannya menyerap CO2 sama dengan tumbuhan darat.
Proses penyerapan CO2 oleh mikroalga terjadi pada saat fotosintesis, dimana CO2
digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada proses fotosintesis tersebut
selain memfiksasi gas CO2, juga memanfaatkan nutrien yang ada dalam badan air.
Pembudidayaan mikroalga tentunya akan bermanfaat besar untuk mengurangi
emisi CO2.
Fotobioreaktor (FBR) dapat digunakan untuk pembudidayaan mikroalga.
FBR merupakan reactor yang dirakit dari bahan tembus pandang (gelas, akrilik
dan plastik) yang dilengkapi dengan instalasi suplay media dan emisi gas untuk
mengkultur mikroalga dalam rangka penyerapan gas CO2. Fotobiorekator cocok
digunakan untuk lokasi yang terbatas seperti di industri maupun pusat perkotaan
karena desainnya dapat disesuaikan dengan lahan. Jika setiap gedung di perkotaan
dan industri-industri mempunyai fotobioreaktor maka emisi gas CO2 akan
berkurang. Maka dari itu pembudidayaan mikroalga menggunakan fotobioreaktor
dapat menjadi solusi pengurangan emisi gas CO2 pada lahan yang sempit seperti
industri dan pusat perkotaan.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global telah menjadi pusat perhatian (Center of Attraction)
seluruh dunia untuk dicarikan solusi agar dapat megurangi maupun
meminimalisasi dampaknya. Indonesia yang dahulu merupakan Negara agraris
kini telah mulai berangsur-angsur menjadi negara berbasis industri, sudah dapat
dirasakan dampak pengalihan tersebut khususnya di Ibu Kota Indonesia yaitu DKI
Jakarta, yaitu bertambahnya polusi emisi CO2 di atsmosfer, tidak hanya berasal
dari industri, emisi CO2 juga bersumber dari hasil pembakaran pada kendaraan-
kendaraan bermotor. Menurut IPCC (2006), gas-gas utama yang dikategorikan
sebagai gas rumah kaca dan mempunyai potensi menyebabkan pemanasan global
adalah CO2 dan CH4. Meskipun CO2 dan CH4 secara alami terdapat di atmosfer,
namun era industrialiasi sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 gas-gas tersebut
mengalami peningkatan jumlah yang pesat dan secara global. Gas CO2
mempunyai persentase sebesar 50% dalam total gas rumah kaca sementara CH4
memiliki persentase sebesar 20% (Rukaesih.2004).
Kepala Sub dit Registrasi dan Identifikasi Kendaraan (Regident)
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Latief
Usman, mencatat di tahun 2013 jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya
mencapai 16 juta unit. Jumlah kendaraan tersebut mengalami peningkatan sebesar
9,8 persen dari tahun 2012.Meningkatnya jumlah kendaraanakan berdampak
meningkatnya pula emisi CO2 di atsmorfer. Keadaan seperti ini tidak setimbang
dengan ruang terbuka hijau (RTH) yang disediakan pemerintah DKI Jakarta.
Minimnya jumlah lahan hijau menjadi masalah sendiri dalam uasaha mengatasi
masalah tingginya tingkat polusi di udara karena itu perlu adanya solusi
meminimalisasi emisi CO2 di atsmorfer.
Menyibak kekayaan Indonesia salah satunya yaitu perairan, yang kaya
akan Sumber Daya Alam (SDA), baik yang bersifat makroskopis maupun
mikroskopis, salah satu kekayaan laut Indonesia yang bersifat mikroskopis yaitu
mikroalga. Mikroalga adalah suatu organism mikroskopis yang hidup di perairan
tawar maupun laut. Sifatnya yang seperti tumbuhan darat dapat dimanfaatkan
untuk menyerap CO2. Menurut (Bishop, 2000). Biomass mikroalga hanya 0,05
kali biomasa tumbuhan laut namun kemampunyannya menyerap CO2 sama
dengan tumbuhan darat. Proses penyerapan CO2 oleh mikroalga terjadi pada saat
fotosintesis, dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada
proses fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga memanfaatkan
nutrien yang ada dalam badan air. Pembudidayaan mikroalga tentunya akan
bermanfaat besar untuk mengurangi emisi CO2. Oleh karena itu, fotobioreaktor
sebagai dapat dijadikan solusi untuk mengatasi emisi CO2 yang berlebih dan dapat
2
menjadi pemasok O2 di DKI Jakarta. Penempatan alat fotobioreaktor
memanfaatkan lahan kosong yaitu pada atap gedung bertingkat di DKI Jakarta
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui potensi mikroalga untuk mengurangi emisi CO2.
2. Mengetahui cara membudidayakan mikroalga menggunakan
fotobioreaktor di atap-atap gedung maupun di inndustri-industri.
Manfaat
Manfaat yang di harapakan dari penulisan ini yaitu :
- Bagi pemerintah Indonesia maupun dunia dapat menjadi alternatif
kebijakan yang diterakan sebagi solusi mengurangi dampak tingginya
emisi CO2.
- Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai cara
mengurangi emisi CO2 pada lahan yang terbatas
Kendaraan
bermotor dan
industrialisasi
meningkatkan
emisi CO2
Jakarta merupakan
kota industri yang
padat, ramai dan
sibuk
Pemanasan
global
Terbatasnya lahan
terbuka hijau
(RTH)
eksplorasi kekayaan
SDA perairan
Indonesia belum
optimal
Salah satu SDA
perairan
Indonesia:
mikroalga
fotobioreaktor mikroalga sebagai
pengasil O2 yang ditempatkan di
lahan atap gedung
Solusi
3
BAB II
GAGASAN
Kondisi kekinian pencetus gagasan
Gas rumah kaca dinilai sebagai salah satu penyebab pemanasan global
yang memiliki kontribusi cukup besar. Menurut IPCC(2006), gas-gas utama yang
dikategorikan sebagai Gas Rumah Kaca dan mempunyai potensi menyebabkan
pemanasan global adalah CO2 dan CH4. Gas CO2 mempunyai persentase sebesar
50% dalam total Gas Rumah Kaca sementara CH4 memiliki persentase sebesar
20% (Rukaesih.2004). Beberapa penelitian di dunia mengenai perubahan iklim
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia memberikan kontribusi
terhadap kenaikan temperatur di muka bumi selama setengah abad terakhir
(Clement, et al., 2010). Sektor transportasi dan industrilialisasi merupakan sektor
yang menghasilkan emisi cukup besar dari pembakaran bahan bakar fosil dan
memberi kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.Kota Jakarta dan Bekasi
merupakan wilayah yang perlu dikaji dan dicari solusi untuk menurunkan kadar
emisi CO2.
Jumlah kendaraan di Jakarata terus meningkat setiap tahunnya. Kepala
Subdit Registrasi dan Identifikasi Kendaraan (Regident) Direktorat Lalu Lintas
Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Latief Usman, mencatat di tahun
2013 jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya mencapai 16 juta unit. Jumlah
kendaraan tersebut mengalami peningkatan sebesar 9,8 persen dari tahun 2012. .
Meningkatnya jumlah kendaraan akan berdampak meningkatnya pula emisi CO2
di atsmorfer
Jumlah unit usaha industri besar di Bekasi semakin meningkat. Pada tahun
2008 terdapat 79 industri dan meningkat menjadi 115 di tahun 2009 sampai pada
tahun 2011 terdapat 121 industri. Banyaknya industri sangat tidak sebanding
dengan dengan kawasan hujaunya.
Tabel 1. Luas Hutan Suaka Alam Dan Wisata di Provinsi Jawa Barat
Sumber : http://pusdalisbang.jabarprov.go.id ( diakses bulan 6 Februari 2015 )
No Kabupaten/Kota
Hutan Suaka Alam dan Wisata (Ha)
2007 2008 2009
1 Kab. Bogor 33.440,54 33.784,56 41.456,62
2 Kab. Sukabumi 51.099,68 51.108,69 48.048,32
3 Kab. Cianjur 19.269,09 18.910,38 19.539,56
4 Kab. Bandung 12.449,16 18.423,45 13.374,71
7 Kab. Bekasi n/a n/a n/a
4
Pada tabel 1 terlihat bahwa Bekasi tidak terdapat hutan Suaka Alam sebagai
penyeimbang perubahan iklim akibat bertambahnya emisi CO2 yang dihasikan
dari industri-industri.
Solusi yang pernah ditawarkan
Beberapa solusi sudah dicanangkan pemerintah sebagai solusi mengurangi kadar
emisi CO2, yaitu :
Gerakan 1 Milyar Pohon
Gerakan ini akan menghabisi dana sebesar Rp 27 triliun yang digunakan untuk
penanaman pohon hingga lima tahun ke depan. Dengan dana tersebut pemerintah
menargetkan akan mendapat hasil berupa mengurangi emisi karbon hingga 26
persen pada 2020. Suhu di seluruh dunia akan meningkat hingga 6 derajat celcius
jika tidak ada tindakan segera untuk mengurangi emisi karbon dioksida. Global
Carbon Project menyatakan, emisi karbon meningkat 29 persen antara tahun 2000
hingga 2008 (1miliarpohon.com).
Konservasi kawasan dan keanekara-gaman hayati
Konservasi kawasan dan keanekaragaman hayati meliputi pengelolaan dan
pendayagunaan kawasan konservasi serta pemberdayaan masyarakat sekitar taman
nasional, taman wisata, taman hutan raya, kawasan suaka alam, hutan lindung dan
taman buru. Sedangkan Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya. Sampai tahun 2002, hutan konservasi di Indonesia
mencapai luas 18.344.410 di darat, dan 4.723.273 di laut. Hal itu dapat dilihat
pada tabel berikut (dishut.jabarprov.go.id).
Ruang Terbuka Hijau ( RTH )
Sudah dilakukan berbagai solusi untuk mengurangi kadar misi CO2 seperti
penerapan RTH ( Ruang Terbuka Hijau ) di beberapa wilayah di Jakarta. Pakar
tata kota dari Universitas Trisaksi Nirwono Yoga menilai, sejauh ini belum ada
lonjakan persentase yang berarti terhadap jumlah ruang terbuka hijau (RTH) yang
ada di Jakarta. Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta mencatat, selama
kurun waktu 2001 hingga 2012, luas ruang terbuka hijau (RTH) di Ibu Kota hanya
2.718,33 hektare. Angka ini sama saja dengan 10 persen dari total luas DKI
Jakarta, yaitu 66.233 hektar. Minimnya lahan kosong yang dapat digunakan untuk
ruang terbuka hijau menjadi kendala tersendiri. Maka dari itu diperlukan solusi
pengurangan emisi CO2 dengan kondisi minimnya lahan kosong.
Gagasan Baru yang Diajukan
Fotobioreaktor mikroalga merupakan suatu konsep yang menarik untuk
mengurangi emisi CO2 terutama di DKI Jakarta. Fotobioreaktor mikroalga dapat
diterapkan di atap-atap gedung maupun di insdustri-industri dengan lahan yang
sempit karena desain fotobioreaktor dapat disesuaikan dengan lahan. Meskipun
biomass mikroalga hanya 0,05 kali biomasa tumbuhan laut namun kemampuan
5
menyerap CO2 sama dengan tumbuhan darat (Bishop,2000). Mikroalga yang akan
digunakan dalam sistem fotobioreaktor yaitu Chlorella sp.
Chlorella,sp yang digunakan dalam fotobioreaktor di kultur dengan
memperhatikan beberapa prinsip, yaitu jumlah kepadatan sel sebanding dengan
meningkatnya jumlah kandungan pigmen yang dihasilkan (Amini 2004).
Sedangkan nilai pH optimum untuk pertumbuhan ganggang halus laut berkisar
antara 8,0 – 11,0 (Chumadi, dkk.1992). Maka dari itu pembudidayaan mikroalga
dilakukan di pada fotobioreaktor tertutup agar pertumbuhannya dapat terkontrol.
Sumber energi dari alat-alat penyusun fotobioreaktor menggunakan energi surya.
Hal ini dilakukakn sebagai upaya penghematan energi. Berikut ini adalah skema
fotobioreaktor mikroalga. Berikut ini rangkaian skema fotobioreaktor mikroalga.
Gambar 1. Rangkaian sistem fotobioreaktor
Prinsip kerja rangkaian fotobioreaktor tertutup tersebut dengan
penggunaan cahaya buatan dengan menggunakan lampu halogen Tungsten
sebesar 1000 Lux – 5000 Lux. Besarnya pencahayaan dilihat dari besar wadah
yang disinari. Lampu Halogen Tungsten mempunyai daya listrik sebesar 20 Watt.
Daya cukup besar dan mampu meningkatkan suhu didalam chamber yang sudah
dilapisi allumanium foil agar intesitas cahaya yang dihasilkan mendapat
penyinaran yang maksimal dan diberikan selama 7 jam penyinaran. Dengan itu,
suhu didalam chamber menjadi panas dan dibutuhkan penyesuaian suhu dengan
pendinginan melalui kipas pendingin. Suhu yang dapat diperbolehkan adalah 26 –
30 derajat celcius. Dangan dideteksi oleh sensor suhu LM-35.
Penginputan gas CO2 digunakan kompressor yang mengompresi gas CO2
menjadi tekanan tinggi yang dimasukan kedalam photobioreactor yang berisikan
chlorella vulgaris . Gas CO2 dapat diambil dari cerobong asap yang berasal dari
asap sisa pemanasan (boiler) yang banyak berada di industri atau pabrik. Gas CO2
diinjeksikan kedalam reaktor melalui batu aerasi. Selanjutnya, digunakan saluran
untuk mengambil gas O2 yang akhirnya di tamping ke tempat penampungan
didalam tempat penampungan dan selanjutnya dialirkan ke udara bebas.
6
Gambar 2. Prototype Fotobioreaktor
Fotobioreaktor mikroalga dapat menjadi solusi dalam upaya mengurangi
emisi gas CO2. Keuntungan pengembangan fotobioreaktor mikroalga untuk
mengurangi emisi gas CO2 adalah prosesnya berjalan alami seperti prinsip
ekosistem alam sehingga sangat ramah lingkungan dan tidak menghasilkan
limbah sekunder. Keunggulan lainnya adalah pada proses ini daur ulang nutrien
berjalan sangat efisien dan menghasilkan biomass yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan . Sedangkan kelemahannya dari penggunaan mikroalga
adalah prosesnya yang membutuhkan waktu yang relatif lama, memerlukan
cahaya dan beberapa fisiologi yang belum diketahui secara jelas. Oleh karena itu
dibutuhkan penelitian lebih lanjut menganai pengembangan fotobioreaktor
mikroalga baik dalam fisiologinya maupun desain alatnya.
Pihak-pihak yang Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan
Pelaksana Peranan
Kementrian perindustrian dan
Pemerintah kota
- Membuat kebijakan dengan industry
skala kecil ,menengah maupun besar
yang menghasilkan gas CO agar
mengurangi dampak negative terhadap
lingkungan dengan menggunakan
fotobioreactor ini.
- Membuat Perda (Peraturan daerah)
yang mewajibkan penggunaan gagasan
ini demi terciptanya udara yang bersih
dan sehat
Kementrian perguruan tinggi , riset dan
teknologi
- Menyediakan dana untuk mewujudkan
tercapainya gagasan
- Melakukan kerjasama dengan
perguruan tinggi untuk mempopulerkan
teknologi ini di kalangan kampus
- Mengadakan pameran teknologi guna
7
mensosialisasikan atau memperkenalkan
gagasan yang diajukan
- Melakukan sosialisasi ke pihak sekolah
maupun Umum tentang kebermanfaatan
gagasan ini
BPPT - Menjadi mediator serta partner dalam
upaya pengembangan dan inovasi baru
dari manfaat positif Photobioreactor
Haki Memberikan Hak paten terhadap konsep
Photobioreactor yang kami ajukan
sebagai penyedia oksigen tambahan
serta memperbaiki kualitas udara kota
besar di Indonesia khususnya dan juga
dapat diterapkan pada kota besar di
dunia.
BUMN dan Perusahaan Menyediakan dana sebagai bentuk CSR
dan kepedulian peremajaan lingkungan.
Lembaga swadaya masyarakat Mengawasi sekaligus menjaga agar
fasilitas ini tidak begitu saja dibiarkan
dan tetap berfungsi.
Masyarakat Menerapkan teknologi dari gagasan ini
sebagai upaya perbaikan udara di
sekitarnya.
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Langkah strategis perlu direncanakan dengan matang agar fotobioreaktor
mikroalga ini dapat terealisasi dengan baik, acceptable, dan berkelanjutan.
Menurut Kemp dan Loorbach (2005) dalam Rutger (2008), ada 4 manejemen
transisi yang diperlukan dalam fase ini (lihat gambar di bawah), antara lain:
Tahap 1: Membangun ruang transisi dan pembangunan visi
Pada tahap awal diperlukan sebuah pertemuan besar yang melibatkan orang-orang
yang terdiri dari perwakilan pemerintahan, perusahan-perusahan, dan pihak
institut/universitas untuk berkumpul, membahas konsep dan menyatukan
pandangan dan tujuan proyek Foto bioreaktor di Jakarta.
Tahap 2: Mengembangkan kerja sama dan agenda transisi,
Karena kompleksnya masalah yang akan dihadapi dalam meciptakan sebuah
pembangunan fotobioreaktor ini, maka diperlukan kerja sama yang baik antara
pihak-pihak yang berkemampuan menyelesaikannya. Kerja sama yang dimaksud
dapat berupa konsultasi, kerja sama pengerjaan proyek maupun penyampaian
informasi.
8
Tahap 3: Menggerakkan pihak-pihak yang terlibat dan melaksanakan proyek
transisi,
Tahap 4: Evaluasi, monitoring dan pembelajaran.
Kesulitan dan pengalaman yang ada dalam menciptakan dan penggunaan
Fotobioreaktor ini agar menjadi pembelajaran dari model atau sistemnya untuk
kedepannya.
Gambar 3. Fase Dalam Manajemen Transisi
Sumber: Kemp dan Loorbach, (2005) dalam Rutger (2008)
BAB III
KESIMPULAN
Rencana penerapan fotobioreaktor mikroalga dengan bantuan energi surya
di atap gedung dan di kawasan industri akan berdampak pada berkuragnya emsi
CO2. Hal tersebut juga tentunya akan mengurangi dampak negatif dari pemanasan
global bukan hanya masalah Indonesia namun juga telah menjadi masalah dunia.
Dengan memanfaatkan Chorella,sp sebagai mikroalga yang mempunyai
kemampuan menyerap sama dengan tumbuhan darat meskipun ukurannya hanya
0,05 biomass tumbuhan laut.
Tingginya jumlah gedung bertingkat dan minimnya lahan kosong di
Jakarta menjadi kendala pembuatan lahan terbuka hijau untuk mengurangi emisi
gas CO2. Oleh karena itu konsep fotobioreaktor mikroalga sangat cocok diterapkan
di Jakarta karena desain fotobioreaktor dapat disesuaikan dengan lahan sehingga
dapat diterapkan di lahan-lahan yang sempit seperti atap-atap gedung bertingkat
dan kawasan industri.
9
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Amini,S. 2004. Pengaruh Umur Ganggang Halus Laut jenis Chlorella,sp dan
Dunaliella,sp terhadap Pigmen Klorofil dan Karotenoid Sebagai Bahan Baku
Makanan Kesehatan. Jakarta: Seminar Nasional & Temu Usaha,
FakultasPertanianUniversitas Sahid.
Bishop, J.K.B. and R.E. Davis. 2000. Autonomous Observing Strategies for the
Ocean Carbon Cycle. Lawrence Berkeley National Laboratory. Paper LBNL-
46860.
Chumadi, dkk. 1992. Pedoman Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang.
Jakarta: Pusat PenelitiandanPengembangan Perikanan.
P r a n a y o g i , D . 2 0 0 3 . Studi Potensi Pigmen Klorofil dan Karotenoid dari
mikroalga Jenis Chlophyceae. Lampung: Universitas Lampung.
Streets et al., 2003. Biomass burning in Asia:annual and seasonal estimates and
atmospheric emissions.
T. Chrismadha et al. 2000. “Pengaruh Cahaya Intermitan Terhadap Fotosintesis
Kultur Alga Chlorella vulgaris”. Makalah dipresentasikan pada Seminar
Nasional Biologi VIII Bandung
Santoso et al.2011. “Mikro Alga Untuk Penyerapan Emisi CO2 Dan Pengolahan
Limbah Cair Di Lokasi Industri”. Jurnal Ilmu dan Teknologi kelautan Tropis,
Vol.3, 62-70.
10
LAMPIRAN