universitas indonesia putusan hakim …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-t32533-hendro...

145
UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM DILUAR DAKWAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA NARKOTIKA TESIS HENDRO WICAKSONO 1106031116 FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA JANUARI 2013 Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Upload: truongnga

Post on 29-Aug-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

UNIVERSITAS INDONESIA

PUTUSAN HAKIM DILUAR DAKWAAN DALAM PERKARA

TINDAK PIDANA NARKOTIKA

TESIS

HENDRO WICAKSONO

1106031116

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM PASCA SARJANA

JAKARTA

JANUARI 2013

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

UNIVERSITAS INDONESIA

PUTUSAN HAKIM DILUAR DAKWAAN DALAM PERKARA

TINDAK PIDANA NARKOTIKA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Magister Hukum

HENDRO WICAKSONO

1106031116

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM PASCA SARJANA

KEKHUSUSAN PRAKTEK PERADILAN

JAKARTA

JANUARI 2013

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : HENDRO WICAKSONO

NPM : 1106031116

Tanda Tangan :

Tanggal : 21 Januari 2013

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :

Nama : Hendro Wicaksono, SH.

NPM : 1106031116

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul Tesis : Putusan Hakim Diluar Dakwaan Dalam Perkara Tindak

Pidana Narkotika

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Hukum

pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 21 Januari 2013

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilaalamiin, puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, hanya atas berkat dan rahmat-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan judul “Putusan Hakim Diluar Dakwaan Dalam Perkara Tindak

Pidana Narkotika”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini

Penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Rosa Agustina, SH., MH., selaku Ketua Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan segenap jajaran Pimpinan

Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

2. Bapak Dr. Surastini Fitriasih, SH., MH. , selaku pembimbing yang banyak

memberikan masukan berharga dalam penulisan ini.

3. Bapak Prof. Mardjono Reksodiputro, SH., MA., Bapak Prof. Erman

Rajagukguk, SH., L.LM, Ph.D, Ibu Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH., MA.,

Ph.D, Bapak Prof. Hikmahanto Juwana, SH., L.LM, Ph.D, Topo Santoso,

SH., MH., Ph.D, Ibu Dr. Eva Achjani Zulfa, SH., MH., , serta Bapak/Ibu

Dosen Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang telah

memberikan banyak wacana dan cakrawala berpikir serta memberikan

banyak pengetahuan bagi Penulis.

4. Bapak Dr. H.M. Hatta Ali, SH., MH., selaku Ketua Mahkamah Agung RI dan

seluruh jajaran Pimpinan Mahkamah Agung RI atas kesempatan yang

diberikan kepada Penulis untuk mengikuti program tugas belajar.

5. Chief of United States Agency for International Development (USAID)

Indonesia - Changes for Justice (C4J) Programme, Ibu Dian Cahayani, dan

seluruh pelaksana program C4J, atas segala bantuan yang diberikan selama

Penulis mengikuti program beasiswa.

6. Papa Teguh Santoso dan Mama Siti Herminingsih, kedua orang tua Penulis

yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materiil dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

v

7. Noni Agustiana, Amk. Istriku serta kedua jagoan kecilku M.Raditya Caesare

Adroni dan M Adilla Satria Mahendra tercinta yang selalu memberikan

dukungan dan menjadi motivasi bagi Penulis.

8. Teman-teman seperjuangan kelas khusus Mahkamah Agung RI pada program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang senantiasa menjadi

teman diskusi dan membantu dalam mengumpulkan data penulisan ini, serta

atas persahabatan dan kebersamaannya selama menjalani tugas belajar.

9. Rekan-rekan hakim dan seluruh karyawan/karyawati Pengadilan Negeri Koto

Baru Kab Solok yang selalu mendukung Penulis selama menjalankan tugas

belajar.

10. Tanpa mengurangi rasa hormat Penulis, terima kasih juga Penulis sampaikan

kepada seluruh pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan bantuan selama Penulis menjalani studi pada

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Semoga amal baik dan bantuan yang diberikan oleh Ibu/Bapak, Saudari/Saudara

mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karena segala keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki, penulisan tesis ini sangat jauh dari sempurna, karena

itu Penulis terbuka atas segala saran, masukan, dan kritik yang membangun atas

penulisan ini. Sedikit yang dapat Penulis lakukan, tetapi semua Penulis baktikan

untuk pengetahuan dan penegakan hukum di Indonesia. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 21 Januari 2013

Penulis

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Hendro Wicaksono, SH.

NPM : 1106031116

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah Saya yang berjudul:

“Putusan Hakim Diluar Dakwaan Dalam Perkara Tindak Pidana

Narkotika’’, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas

Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan

nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 21 Januari 2013

Yang menyatakan

(HENDRO WICAKSONO, SH.)

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

vii

ABSTRAK

Nama : Hendro Wicaksono

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul :“Putusan Hakim Diluar Dakwaan Dalam Perkara Tindak

Pidana Narkotika’’

Permasalahan utama yang diangkat dari penelitian ini adalah tentang banyaknya

putusan diluar dakwaan dalam perkara narkotika khususnya yang diputus oleh

Pengadilan Negeri , secara normatif pasal 182 (4) KUHAP telah menentukan

bahwa musyawarah hakim untuk mengambil keputusan harus didasarkan atas

surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang.

Namun dalam prakteknya ditemukan banyak putusan perkara narkotika yang

diputus oleh hakim “diluar surat dakwaan” . Penelitian ini mengkaji landasan

pemikiran apa yang dipergunakan oleh hakim dalam memutuskan perkara pidana

narkotika dengan “putusan diluar dakwaan” .Metode penelitian ini adalah

pendekatan yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif ini dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka dan bahan primair berupa beberapa putusan Pengadilan

Negeri dan putusan Mahkamah Agung RI. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

putusan diluar dakwaan yang diterapkan oleh hakim didasari atas moral justice

dan social justice .

Kata kunci:

Putusan, Hakim, diluar dakwaan.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

viii

ABSTRACT

Name : Hendro Wicaksono

Study Program : Master of Law

Title : The Judge decision beyond of the indictment especially for

narcotic cases

The main problems of this research is about decision or judgement beyond of the

indictment especially for narcotic cases. That has been decided by the District

Court ( Pengadilan Negeri ) which has implied at the article of 182,(4). Criminal

Prosedure Court (KUHAP), has been determined that “The judges of delebration

to take the decision should be based on the indictment and proved of investigation

“. However, at the real condition were found many decisions of narcotic case

taked beyond the indictment. This research revewing what rationale that is used

by the judges in deciding narcotic criminal case by rulingout the indictment.

This reseach method is called normatif yuridical approach. Normatif yuridical

approach are doing by research from primary library materials, Distric Courts

decision and also takes from Supreme Court decision.

From the result of the research we have known that decision beyond indictment is

defined by the judge based on moral justice and social justice

Key words :

Judge decisions beyond of indictment

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i

Lembar Pengesahan ............................................................................... ii

Halaman Pengesahan ................................................................................ iii

Kata Pengantar ............................................................................... iv

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk

Kepentingan Akademis ............................................................................ v

Abstrak ........................................................................................... vi

Abstract ........................................................................................... vii

Daftar Isi ............................................................................................ viii

Daftar Tabel ............................................................................................ xii

Bab 1 Pendahuluan .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Permasalahan .............................................. 1

1.2. Pernyataan Permasalah.......................................................... 9

1.3. Pertanyaan Penelitian............................................................ 10

1.4. Tujuan Penelitian.................................................................. 10

1.5. Manfaat Penelitian................................................................ 10

1.6. Metode Penelitian................................................................. 11

1.7. Kerangka Teori...................................................................... 13

1.8. Kerangka Konsepsional........................................................ 18

1.9. Sistematika Penulisan.......................................................... 23

Bab 2 Tujuan Umum Mengenai Tindakan Pidana Narkotika, Jenis Surat

Dakwaan Dan Jenis Putusan Hakim .......................................... 25

2.1. Pengertian Narkotika ........................................................... 25

2.2.UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Pidana

Minimum Khusus..................................................................... 27

2.3. Pecandu dan Ketergantungan Narkotika… ......................... 29

2.4. Penggolongan Pelaku Tindak Pidana Narkotika ...................... 30

2.5.Penggolongan Jenis Narkotika dan Daftar Narkotika................ 32

2.6 Pengertian Umum Tentang Surat Dakwaan…………………. 40

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

x

2.7 Jenis-jenis Putusan Hakim………………………………… 43

2.7.1 Putusan Bebas…………………………………… 44

2.7.2 Putusan Pelepasan Dari Segala Tuntutan Hukum….. 46

2.7.3 Putusan Pemidanaan ………………………………. 48

Bab 3 Keadilan Substantif dan Batas Kewenangan Hakim Untuk

Menjatuhkan Putusan Berdasarkan Surat Dakwaan ..................... 50

3.1. Batasan Kewenangan Hakim Dalam Mengadili Perkara ........ 50

3.1.1. Independensi Kekuasaan Kehakiman ............................ 50

3.1.2. Wewenangan Hakim Dalam Mengadili Perkara Pidana… 56

3.1.3. Pembatasan Kewenangan Hakim.................................. 57

3.2. Kewenangan Hakim Untuk Menjatuhkan Putusan

Di Luar Pasal Dakwaan ........................................................... 60

3.2.1. Fungsi Surat Dakwaan Dalam Pemeriksaan

Persidangan ..…………….…….................................... 60

3.2.2. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Timbulnya

Perbedaan Fakta Persidangan Dengan surat

Dakwaan………...………………………...................... 63

3.2.3. Fungsi Substantif Dalam Putusan Hakim di Luar

Surat Dakwaan ..…..….……….................................... 65

Bab 4 Analisa Putusan Pengadilan Negeri dan Makamah Agung

RI Terkait Putusan Di luar Dakwaan ......................................... 69

4.1 Hasil Penelitian.…………...………………………… 69

4.1.1. Beberapa “Putusan Diluar Dakwaan”

Dalam Perkara Narkotika Oleh Hakim

Pengadilan Negeri................................................. 69

4.1.2. Beberapa Putusan Makamah Agung RI

Terkait “Putusan Diluar Dakwaan”

Dalam Perkara Narkotika………............................ 90

4.1.3 Hasil Wawancara.…………………………… 101

4.2. Putusan Hakim Ketika Menemukan Fakta Persidangan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

xi

Tidak Sesuai Dengan Dakwaan Dan Tuntutan Penuntun

Umum Dalam Perkara Narkotika.................................... 108

4.3. Dasar-dasar Pertimbangan Hakim Menjatuhkan

“Putsan Diluar Dakwaan” Dalam Perkara Narkotika............. 114

4.4 Pandangan Makamah Agung Terhadap

“Putusan Di luar Dakwaan” Yang Dijatuhkan Oleh

Pengadilan Tinggi Negeri Dan pengadilan Tinggi

Dalam Praktek Peradilan Pidana Di Indonesia………… 121

4.4.1. Pandangan Hakim Agung Yang Tidak

Membenarkan Putusan Di Luar Dakwaan

Untuk Kemudian Membebaskan Terdakwa.............. 121

4.4.2. Pandangan Hakim Agung Yang Membenarkan

Putusan Diluar Dakwaan…………............................ 123

Bab 5 Penutup ........................................................................................ 126

5.1. Kesimpulan........................................................................... 126

5.2. Saran .................................................................................... 127

Daftar Pustaka

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pasal Dakwaan dan Putusan Diluar Dakwaan...................... 109

Tabel 2. Pertimbangan Hal-hal Yang Memberatkan dan

Meringankan............................................................................ 112

Tabel 3. Barang Bukti Yang Diajukan Kepersidangan.......................... 115

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

13

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Narkotika pada dasarnya adalah obat atau bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Hal ini dinyatakan pada bagian pertimbangan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.1 Jadi sebenarnya narkotika adalah

sesuatu yang memiliki banyak manfaat, sedangkan yang dilarang adalah

penyalahgunaannya. Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan UU

tersebut dan di sisi lain narkotika dapat pula menimbulkan ketergantungan

yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa

pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.2

Di Indonesia, penyalahgunaan narkotika sudah sampai pada taraf

memprihatinkan, bukan hanya kuantitas penyalahgunaannya yang semakin

banyak dan meluas akan tetapi penggunanya juga telah menjalar hampir ke

semua lapisan masyarakat mulai dari pelajar dari segala tingkat, hingga

pejabat-pejabat negara pun terlibat dalam tindak pidana narkotika ini. Hal ini

dibenarkan oleh Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Gories

Mere yang menyatakan bahwa peredaran narkotika di Indonesia mempunyai

kecenderungan meningkat dan yang sangat disayangkan pengguna narkotika

saat ini sudah mulai dilakukan oleh aparat pemerintah dan penegak hukum.3

Sebagaimana pula dikemukakan oleh Direktur Penindakan dan Pengejaran

Narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Benny Joshua Mamonto,

bahwa berdasarkan data penelitian BNN dengan Universitas Indonesia pada

1 Indonesia, Undang-Undang tentang Narkotika, UU No. 35 Tahun 2009, LN Tahun 2009 No.

143, TLN No. 5062. 2 Ibid. 3 http://nasional.kompas.com / read / 2012 / 10 / 31 / 14280327 / Pengguna. Narkoba. 5.8. Juta.

Tahun. 2012.

1

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

14

tahun 2011 diketahui bahwa jumlah pengguna narkoba di tanah air mencapai

3,8 juta orang.4

Koran Tempo bahkan memuat editorial dengan tajuk “Tahun

Darurat Narkotik”. Dengan mengutip data yang dikeluarkan oleh Badan

Narkotika Nasional, dikatakan bahwa merajalelanya narkotik itu tergambar

dari jumlah pecandu yang terus melonjak.5 Terkait dengan peredaran dan

penggunaan narkotika di masyarakat maka pemerintah telah melakukan

upaya untuk melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana

narkotika dan sebenarnya telah banyak para pelaku mendapat putusan (vonis)

hakim, akan tetapi semakin hari pada kenyataannya justru sebaliknya

semakin intensif dilakukan penegakan hukum, semakin meningkat pula

peredaran serta perdagangan gelap narkotika tersebut.6

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tentunya

hanya akan menjadi suatu Undang-undang yang diam ketika tidak ada aparat

pelaksana untuk menjalankannya dan dalam sistem hukum di Indonesia suatu

hukum yang baik akan dapat berjalan apabila ada suatu substansi yang dapat

bermanfaat sebagai sarana penegak keadilan dan didukung oleh aparat

penegak hukum yang konsisten mengikuti substansi tersebut maupun

konsisten menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kewenangan negara untuk

memberikan sanksi pidana kemudian didelegasikan kepada para penegak

hukum yang bekerja dalam suatu sistem yang dikenal dengan nama Sistem

Peradilan Pidana. Mardjono Reksodiputro berpendapat Sistem Peradilan

4 http://www.tempo.co / read / news / 2012 / 03 / 15 / 064390473 / BNN – 38 – Juta – Warga –

Indonesia – Gunakan – Narkoba. 5 Redaktur Koran Tempo, “Tahun Darurat Narkotik”, Koran Tempo, (22 September 2011),

hlm. A2. Dari sekitar 1,75 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2005, pengguna narkotik

meningkat menjadi 1,99 persen pada tahun 2008, dan kini melonjak ke angka 2,2 persen dari

jumlah penduduk. Kerugian ekonomi akibat maraknya narkotik ditaksir lebih dari Rp. 50 Triliun

per tahun. 6 Berita-berita tentang tindak pidana narkotika ramai diberitakan di media masa mulai dari

berita ditangkapnya pengedar narkotika di kalangan pelajar, hingga berita ditangkapnya seorang

oknum hakim yang sedang pesta narkotika. Lihat: Fabian Januarius Kuwando, “Sambil Pesta

Sabu, Hakim Puji Bahas Kasus PTUN”, <http://megapolitan.kompas.com / read / 2012 / 10 / 23 /

11212281 / Sambil. Pesta. Sabu. Hakim. Puji. Bahas. Kasus. PTUN> , 23 Oktober 2012. Juga:

Chairul Akhmad, “Polisi Tangkap Pengedar Narkoba di Kalangan Pelajar”, <http: //www. republika. co. id / berita/nasional/hukum/11/10/14/lt24pj-polisi-tangkap-pengedar-narkoba-di-

kalangan-pelajar>, 14 Oktober 2011.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

15

Pidana (Criminal Justice System) adalah sistem dari masyarakat untuk

menanggulangi masalah kejahatan.7 Komponen-komponen yang bekerja

sama dalam sistem peradilan pidana adalah terutama instansi atau badan

yang kita kenal dengan nama: Kepolisian – Kejaksaan – Pengadilan dan

(lembaga) Pemasyarakatan.8

Struktur penegakan hukum di Indonesia mempunyai peranan

masing-masing dalam menjalankan fungsi hukum, seperti Polisi yang diberi

wewenang oleh Negara untuk memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada warga negaranya serta penegakan hukum yang tertuju

pada terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat, Jaksa yang diberi

wewenang oleh Negara untuk melakukan penuntutan terhadap seseorang atau

badan hukum yang diduga melawan hukum, yang bertujuan agar terciptanya

suatu hukum formil, dan Hakim yang diberi wewenang oleh Negara untuk

mengadili suatu perkara yang melawan hukum dan memutus sesuai dengan

hak asasi manusia, dan mempunyai tujuan dari putusan tersebut. Ketiga

aparatur tersebut ditambah dengan Lembaga Pemasyarakatan dan Penasihat

Hukum (Advokat) melengkapi sub sistem peradilan pidana dalam 5 (lima)

lembaga atau disebut Panca Wangsa penegak hukum.9 Adapun mengenai

Tujuan dari Sistem Peradilan Pidana menurut Prof. Mardjono dirumuskan

sebagai berikut:

- Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan.

- Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas

bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana.

- Mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak

melakukan lagi kejahatannya.10

7 Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, Kumpulan

Karangan Buku ketiga (Jakarta: Lembaga Kriminologi UI, 2007), hlm. 84. 8 Mardjono Reksodiputro, Op.cit., hlm. 85. 9 Lilik Mulyadi menyatakan bahwa sistem peradilan pidana di Indonesia mengenal 5 (lima)

institusi sub sistem peradilan pidana sebagai Panca Wangsa penegak hukum, yaitu Lembaga

Kepolisian (UU No. 2 Tahun 2002), Kejaksaan (UU No. 16 Tahun 2004), Peradilan (UU No. 49

Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas UU No. 2 Tahun 1986 ), Lembaga Pemasyarakatan

(UU No. 12 Tahun 1995) dan Advokat (UU No. 18 Tahun 2003). Lihat: Lilik Mulyadi, Bunga

Rampai Hukum Pidana; Perspektif, Teoretis dan Praktik, hlm. 7. 10 Mardjono Reksodiputro, Ibid., hlm. 85-86.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

16

Seperti kita ketahui proses peradilan pidana bertujuan untuk mencari

dan mendapatkan kebenaran materiil yaitu kebenaran yang selengkap-

lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum

acara secara jujur dan tepat atau due process of law, yaitu selain dari

penerapan hukum atau perundang-undangan secara formal, harus pula

memberikan jaminan perlindungan dan jaminan kepastian hukum terhadap

warganegara untuk memperoleh peradilan yang adil dan tidak memihak

berdasarkan hak asasi manusia.11

Menurut Mardjono Reksodiputro, due

process of law artinya adalah proses hukum yang adil merupakan lawan dari

arbitrary process atau proses yang sewenang-wenang (berdasarkan kuasa

aparat penegak hukum). Due process of law atau peradilan yang adil dalam

pengertian yang benar berintikan perlindungan terhadap kebebasan warga

negara sebagai tonggak utama sistem peradilan pidana dalam negara

hukum.12

Harry C. Bredemeire memandang bahwa tugas pengadilan adalah

untuk membuat suatu putusan yang akan mencegah konflik dan untuk

mewujudkan tugas tersebut, pengadilan membutuhkan tiga masukan (input)

yaitu:

1. Pengadilan membutuhkan analisis tentang hubungan sebab akibat,

antara hal-hal yang diputus dengan kemungkinan-kemungkinan yang

akan diderita dari akibat putusan tersebut.

2. Pengadilan membutuhkan evaluasi tuntutan-tuntutan yang saling

bertentangan dan mengantisipasi efek-efek dari suatu putusan.

3. Pengadilan membutuhkan suatu kemauan para pihak untuk

menggunakan pengadilan untuk menyelesaikan konflik.13

Dari segi hukum, putusan pengadilan merupakan tempat terakhir

bagi pencari kebenaran dan merupakan suatu landasan terakhir dalam suatu

penegakan hukum materiil. Maka dari itulah hakim merupakan penegak

hukum yang dapat mengadili suatu perkara sesuai dengan in book ataupun

sesuai hati nurani diluar dari undang-undang yang mengaturnya hingga

11 Ibid., hlm. 28. 12 Mardjono Reksodiputro, Op.Cit., hlm. 28 13

Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom Dan Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 140-141.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

17

mencapai tahap akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Badan

peradilan merupakan salah satu yang memegang peranan penting dalam

negara hukum yang menganut pembagian/ pemisahan kekuasaan. Kekuasaan

inilah yang pada akhirnya akan menentukan hukumnya.

Menurut Barda Nawawi Arief, kekuasaan kehakiman identik dengan

kekuasaan untuk menegakkan hukum atau kekuasaan penegakan hukum.14

Sedangkan Prof. Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa:

“Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara , bebas dari campur

tangan masyarakat, eksekutif, maupun legislatif. Dengan kebebasan

yang dimilikinya itu, diharapkan hakim dapat mengambil keputusan

berdasarkan hukum yang berlaku dan juga berdasarkan

keyakinannya yang seadil-adilnya serta memberikan manfaat bagi

masyarakat.”15

Seorang hakim juga diharuskan untuk tidak memihak (impartial

judge), yang didalamnya mengandung makna hakim diharuskan menjamin

pemenuhan perlakuan sesuai hak-hak asasi manusia khususnya bagi

tersangka atau terdakwa. Hal demikian telah menjadi kewajiban hakim untuk

mewujudkan persamaan persamaan kedudukan di depan hukum bagi setiap

warga negara (equality before the law).16

Hakim sebagai salah satu aparatur

penegak hukum, mempunyai peran penting dalam usaha menegakan hukum

dengan menjujung tinggi asas keadilan. Mengingat dalam suatu negara

hukum (rechtsstaat) seperti Negara Indonesia maka hakim dalam

menegakan hukum dan keadilan merupakan salah satu sendi dasar yang

pokok dan utama.17

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa: ”Hakim dan Hakim Konstitusi

wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

14 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, (Bandung , PT Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 27.

15 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan

Nasional, Lembaga Penelitian Hukum Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, (Bandung: Bina

Cipta, 1986), hlm. 319-320. 16 Andi Hamzah dan Bambang Waluyo, Delik-Delik Terhadap Penyelenggaraan Peradilan

(Conterm of Court), (Jakarta: Sinar Grafika, 1988), hlm. 11. 17 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana,( Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 33.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

18

keadilan yang hidup dalam masyarakat” dan juga pasal 10 ayat (1) UURI No

48 Tahun 2009 menentukan: “Pengadilan dilarang menolak untuk

memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan

dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadilinya.”18

Hakim didalam menjalankan tugas dan fungsinya wajib menjaga

kemandirian peradilan. Sebagaimana ditentukan dalam UU Kekuasaan

Kehakiman diatas, kebebasan pengadilan secara konstitusional dijamin dan

Peradilan bebas merupakan unsur yang essensial dan tidak dapat dihilangkan

dalam negara hukum di Indonesia, akan tetapi dalam kemandirian peradilan

tersebut hakim juga dibatasi dalam hal kewenangannya.19

Pembatasan

kewenangan hakim yang dimaksud disini adalah sebagaimana bunyi Pasal 1

ayat (8) Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) menyebutkan: “Hakim adalah pejabat negara yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.” Pengertian mengadili

diatur dalam Pasal 1 ayat (9) KUHAP yaitu serangkaian tindakan hakim

yang menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas

bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam UU ini.20

Namun, sering kali kemandirian dan kewenangan mengadili itu

menjadi dilema bagi hakim manakala terdapat benturan antara kepastian

hukum dengan rasa keadilan masyarakat. Sebagaimana yang terjadi dalam

penegakan kasus narkotika yang mengalami pergeseran makna bagi

pengguna yang tidak lagi menjadi pelaku kejahatan, melainkan sebagai

korban. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 memang sudah tepat

menempatkan pecandu narkotik bukan sebagai pelaku kejahatan, melainkan

sebagai korban. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011

tentang Wajib Lapor Pecandu Narkotik, pemerintah juga menanggung

18 Indonesia, Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009, LN No.

157 Tahun 2009 TLN No. 5076. 19 Ibid., Pasal 3 ayat (1). Lihat: Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas, (Jakarta: PT Erlangga,

1980), hlm. 294. 20 Lihat: Indonesia, Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, UU Nomor 8 tahun 1981.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

19

seluruh biaya pengobatan pecandu hingga sembuh. Hal ini sejalan dengan

trend penegakan hukum di dunia Internasional terhadap pelaku yang terbukti

sebagai korban penyalahgunaan narkotika tidak dikenakan pidana penjara

akan tetapi masuk ke dalam panti rehabilitasi yang ditunjuk pemerintah hal

seperti ini telah dijalankan di negara Malaysia dan Portugal.21

Dalam beberapa kasus, penegakan hukum terhadap tindak narkotika

ini ternyata memiliki dilema tersendiri. Perbuatan yang termasuk tindak

pidana narkotika pada umumnya adalah merupakan serangkaian perbuatan

yang saling berhubungan. Untuk dapat mengedarkan, menjual, mengekspor

narkotika tentu harus ada perbuatan memiliki atau setidaknya menguasai

narkotika. Demikian pula untuk adanya tindak pidana secara tanpa hak dan

melawan hukum menggunakan narkotika, tentu didahului pula dengan

adanya perbuatan menguasai atau memiliki, karena seseorang tidak mungkin

menggunakan sesuatu yang tidak berada dalam penguasaan atau

kepemilikannya. Sementara kedua tindak pidana tersebut diancam dengan

pidana yang jauh berbeda. Bahkan jika dikategorikan sebagai pecandu, maka

seseorang pelaku tidak dikategorikan sebagai pelaku kejahatan, melainkan

sebagai korban, yang tentu memerlukan perlakuan yang berbeda termasuk

juga oleh sistem peradilan pidana.22

Secara sederhana pelaku dalam tindak pidana Narkotika bisa

dikategorikan Produsen, Pengedar, Pengedar sekaligus

Pecandu/penyalahguna dan pecandu/penyalahguna. Produsen ini adalah

pihak berkaitan dengan proses produksi Narkotika tersebut, sedangkan

pengedar ini adalah pihak yang terlibat dalam proses distribusi narkotika.

Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika

21 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50d18088e9f22/kejaksaan-memandang-pasal-54-

uu-narkotika. “Pasal 54 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah wujud perubahan cara

pandang terhadap kejahatan yang harus diikuti aparat penegak hukum, termasuk jaksa. Apalagi

kemudian pemerintah menindaklanjutinya dengan PP No. 25 Tahun 2011. Jika hakim memutuskan terdakwa pecandu narkotika, maka jaksa punya diskresi untuk tidak mengajukan banding.”

22 Dalam pemeriksaan persidangan perkara narkotika, terkadang sulit untuk mengkategorikan

apakah seseorang terdakwa itu adalah sebagai pengguna, pemilik, pengedar, atau bahkan “bandar”

narkotika. Untuk itu tidak jarang pula rumusan surat dakwaan penuntut umum pada kenyataannya

berbeda dengan fakta persidangan, sehingga seseorang yang seharusnya lebih sesuai digolongkan sebagai pengguna, ia didakwa sebagai pemilik atau orang yang menguasai dikelompokkan dengan

orang yang menyediakan. Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

20

dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun

psikis sedangkan penyalahguna adalah orang yang memakai Narkotika yang

tidak ada alasan hak atau melawan hukum. Namun dalam penegakannya

sering terjadi penyalahgunaan kewenangan dari Aparat Penegak Hukum.

Salah satu bentuk penyalahgunaan wewenang tersebut yaitu dengan menjerat

pengguna narkoba dengan ketentuan yang jauh lebih berat, yaitu pasal 111

atau pasal 112 UU 35 Tahun 2009 (memiliki, menyimpan, menguasai,

menyediakan narkotika golongan I secara melawan hukum) yang diancam

dengan ancaman hukuman penjara minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun, dan

denda minimal Rp 800 juta, maksimal Rp 8 milyar.23

Padahal seharusnya

untuk pengguna (penyalahguna) narkotika lebih tepat di ancam dengan pasal

127 UU No 35 tahun 2009 dimana golongan I ancaman maksimumnya hanya

4 tahun. Sedangkan untuk Narkotika Golongan II paling lama 2 (dua) tahun

dan Narkotika Golongan III dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)

tahun tanpa adanya ancaman pidana denda.

Dalam hal ini, beberapa putusan pengadilan di Indonesia mengambil

terobosan untuk mempertimbangkan pasal-pasal ini, meskipun tidak ada

dalam dakwaan Penuntut Umum.24

Menghadapi hal demikian, Penulis

tertarik untuk menelitinya lebih jauh karena bagi hakim tingkat pertama yang

menjadi avant guard (garis depan) dalam menghadapi perkara-perkara di

masyarakat kesamaan persepsi dan pandangan dari Mahkamah Agung terkait

dengan proses pemeriksaan di dalam prakteknya dilapangan jika ditemukan

fakta hukum yang berbeda dengan dakwaan jaksa penuntut umum khususnya

perkara narkotika dapat menjadi suatu rujukan atau acuan dalam memutus

suatu perkara yang diajukan kepadanya dikemudian hari meskipun disadari

23 http://waktuterindah.blogspot.com/2012/05/penyalahgunaan-atau-kepemilikan.html 24 Beberapa putusan Pengadilan Tingkat pertama yang berani memutus “diluar dakwaan”

terhadap perkara Narkotika, seperti: putusan No 230/Pid.B/2011/PN.Bkl atas nama terdakwa Ibnu

Hajar bin Haji, putusan No 10/Pid.B/2012/PN Msb Atas nama terdakwa Muhammad Saleh Alias

Saleh Bin Ogu, Putusan No 55/Pid.B/2012/PN.M atas nama terdakwa Ramli Bin Alm M Daali,

putusan no 142/Pid.B/2011/PN.Bkl atas nama terdakwa Akhmad Marzuki bin Zahroh, putusan No

1608/Pid.B/2012/PN.Sby atas nama terdakwa Idris Lukman bin Lokman Hendrik,putusan

No.151/Pid.B/PN KTP atas nama terdakwa Widya Wati alias Widya binti Jali, Putusan No 923/Pid.Sus/2011/PN.TNG atas nama terdakwa M Arifin Bin Sukari, putusan no

448/Pid.B/2011/PN.Sby atas nama terdakwa Muhammad Syaiful Mujahid bin Hisbullah Cs.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

21

semua perkara adalah kasuistis sifatnya dan tidak ada perkara yang sama

persis antara yang satu dengan yang lain.

1.2. Pernyataan Permasalahan

Rumusan pasal-pasal tindak pidana dalam Undang-Undang

Narkotika membeda-bedakan ancaman pidana berdasarkan tingkat

keseriusan dari tindak pidana yang dilakukan. Karena itu Undang-Undang

Narkotika membuat klasifikasi dari masing-masing perbuatan, yang memang

memiliki kesulitan tersendiri untuk dirumuskan karena seringkali suatu

tindak pidana narkotika merupakan rangkaian perbuatan yang saling

berhubungan. Dalam beberapa kasus, Penulis melihat adanya perbedaan

pandangan terhadap rangkaian perbuatan tersebut, sehingga ada

kemungkinan pasal yang didakwakan oleh penuntut umum dipandang tidak

sesuai dengan fakta persidangan, sehingga pengadilan dihadapkan pada

perbedaan tersebut.

Dari beberapa putusan yang Penulis teliti, Penulis menemukan sikap

yang berbeda-beda dari para hakim dalam menjatuhkan putusan perkara

narkotika mulai dari tingkat Pengadilan Negeri hingga putusan Mahkamah

Agung RI, ada sebagian hakim memutus dengan menerobos pidana minimal

dengan tetap menggunakan pasal yang didakwakan, ada juga sebagian hakim

yang memutus membebaskan terdakwa jika tidak terbukti antara perbuatan

dengan pasal yang didakwakan, dan terakhir ada beberapa hakim yang

membebaskan terdakwa dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan dilanjutkan

dengan memutus terbukti bersalah seorang terdakwa dengan pasal yang tidak

didakwakan atau lebih banyak dikenal dengan “putusan diluar dakwaan” .

Dari perbedaan putusan tersebut, Penulis melihat adanya kesulitan

dari hakim untuk melepaskan diri dari adanya perbenturan antara upaya

untuk mencapai keadilan substantif dengan masalah keadilan prosedural

dalam mencapai suatu nilai keadilan.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

22

1.3. Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah yang akan diajukan dalam penulisan tesis ini,

dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan pokok sebagai berikut :

a. Bagaimana putusan hakim ketika menemukan fakta persidangan tidak

sesuai dengan dakwaan dan tuntutan Jaksa /Penuntut Umum dalam

perkara narkotika?

b. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

“putusan diluar dakwaan “ dalam perkara narkotika?

c. Bagaimana pandangan Mahkamah Agung dalam putusannya terhadap

“putusan diluar dakwaan” yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam praktek peradilan pidana di Indonesia?

1.4. Tujuan Penelitian

Dengan meneliti dan mencari jawaban atas permaslahan-

permasalahan tersebut maka kita dapat memperoleh gambaran dan pegangan

dalam menghadapi persoalan demikian. Sehingga tujuan yang hendak

dicapai adalah:

a. Untuk memahami sikap dan putusan yang dapat diambil oleh hakim ketika

menemukan fakta persidangan yang tidak sesuai dengan dakwaan dan

tuntutan Jaksa/Penuntut Umum

b. Untuk mengetahui batasan kewenangan hakim dalam menjatuhkan

putusan dan kewenangan hakim untuk menjatuhkan putusan di luar pasal

yang didakwakan oleh penuntut umum.

c. Untuk mengetahui pandangan Mahkamah Agung dalam putusannya

terhadap “putusan diluar dakwaan” yang dijatuhkan oleh Pengadilan

negeri dan Pengadilan Tinggi dalam praktek Peradilan pidana di

Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah

sebagai berikut :

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

23

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan

teoritis dan yuridis tentang batasan kewenangan hakim untuk menjatuhkan

putusan berdasarkan surat dakwaan, khususnya dalam perkara narkotika

yang menyangkut tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

menggunakan narkotika dengan tindak pidana tanpa hak dan melawan

hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika.

b.Secara praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

berupa bahan masukkan dan pertimbangan bagi komponen penegak hukum

dalam sistem peradilan pidana dalam mengambil kebijakan untuk

memperhatikan apakah hakim berwenang menjatuhkan Putusan di luar

pasal yang dakwaan oleh penuntut umum.

c. Dari penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi sebagai masukan

kepada pembuat undang-undang dalam merumuskan ketentuan tindak

pidana narkotika.

1.6. Metode Penelitian

Penyusunan tesis ini diawali dengan suatu penelitian yang

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai bahan

pembahasan dan analisis sehingga dapat dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan. Adapun metode pendekatan dan analisis yang

Penulis gunakan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

a. Spesifikasi penelitian

Penelitian ini menggunakan yuridis normatif, yaitu metode yang

menggambarkan atau memaparkan suatu fakta secara sistematis kemudian

analisisnya dilakukan secara yuridis dengan mengaitkan antara data-data

dan fakta yang diperoleh dengan doktrin-doktrin hukum dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif yang

menguji dan mengkaji data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dibahas. Kemudan penulis akan mengkaji secara yuridis tentang

penggunaan yurisprudensi atas putusan Mahkamah Agung yang dapat

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

24

memutus diluar dakwaan sepanjang pasal yang didakwakan tersebut

adalah serumpun dan dikenakan ancaman dibawahnya dalam sistem

peradilan pidana di Indonesia

c. Metode Pengumpulan data

Dalam penelitian hukum normatif ini selain data primer yang

diperoleh dari hasil wawancara penulis memperoleh data dari bahan-bahan

pustaka yang lazimnya disebut dengan data sekunder, yang mencakup

bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Selanjutnya akan penulis

pelajari serta mencantumkan teori-teori maupun konsep dari sejumlah

literatur baik buku-buku, jurnal, makalah, koran, dan karya tulis lainnya

yang berhubungan dengan materi dan masalah yang penulis teliti.

Penelusuran bahan-bahan kepustakaan ini akan meliputi:

1) Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan

seperti Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No 35 Tahun

2009 tentang narkotika, Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No 8 Tahun 1981

tentang KUHAP, putusan pengadilan, dan sebagainya.

2) Bahan-bahan hukum sekunder yang akan memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer antara lain rancangan undang-undang,

tulisan-tulisan ilmiah kalangan hukum, hasil penelitian dan

sebagainya.

3) Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder antara lain

berupa kamus, ensiklopedia dan lain sebagainya.

d. Metode analisis data

Setelah semua data terkumpul kemudian dilanjutkan dengan

menganalisis data tersebut hingga hasilnya akan disajikan secara deskriptif

analisis dengan diolah secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif

dilakukan dengan cara menganalisa bahan-bahan hukum berdasarkan

konsep, teori, peraturan perundang-undangan, pandangan pakar sebagai

dasar interpretasi penulis untuk mengambil kesimpulan dari masalah

penelitian.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

25

1.7. Kerangka Teori

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas,

penelitian ini akan merujuk pada kerangka teori sebagaimana diuraikan di

bawah ini. Substansi teori ini berhubungan dengan pemikiran atas tugas

utama pengadilan pidana yakni satu lembaga hukum yang memutuskan

apakah keadilan itu dan bagaimanakah keadilan itu dapat dicapai dimana hal

tersebut berkaitan dengan teori tentang keadilan dan teori tentang tujuan

hukum.

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dikatakan teori adalah suatu

kontruksi di alam cita atau ide manusia, dibangun dengan maksud untuk

menggambarkan secara reflektif fenomena yang dijumpai di alam

pengalaman (ialah alam yang tersimak bersarankan indera manusia) sehingga

tak pelak lagi bahwa berbicara tentang teori seseorang akan dihadapkan

kepada kedua macam realitas, yang pertama adalah realitas in abstracto yang

ada di alam ide imajinatif, dan kedua adalah padanannya yang berupa realitas

in concreto yang berada dalam pengalaman indrawi.25

a. Teori Keadilan

Gustav Radbruch, sebagaimana dikutip oleh Achmad Ali

menyimpulkan adanya 3 (tiga) tujuan ideal hukum, yaitu: keadilan,

kemanfaatan dan kepastian hukum.26

Tetapi tidaklah mudah mewujudkan

ketiga tujuan ideal tersebut sekaligus dalam praktek. Kerapkali terjadi

kontradiktif satu sama lain. Kepastian hukum berbenturan dengan

kemanfaatan dan keadilan ataupun sebaliknya. Karena itu menurut

Radbruch diperlukan asas prioritas untuk mengeliminirnya, yang

kemudian oleh Achmad Ali, dilengkapi menjadi asas prioritas yang

kasuistis. Bahwa terhadap kasus A mungkin prioritasnya pada

kemanfaatan, kasus B kepastian hukum dan kasus C keadilan hukum.27

25 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode Dan Dinamika Masalahnya,

(Jakarta: ELSAM-HUMA, 2002), hlm. 184. 26Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta:

Chandra Pratama, 1996), hlm. 95-96. 27

Bismar Siregar mengatakan hakim tidak boleh kaku melaksanakan peraturan hukum ”demi kepastian hukum”, tetapi wajib arif dan bijaksana, wajib memperhatikan nilai-nilai keadilan yang

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

26

Berkaitan dengan prinsip keadilan, John Rawl dalam teorinya

yang disebut sebagai keadilan prosedural murni, menyebutkan:

The procedure for determining the just result must actually be carried

out: for in these cases there is no independent criterions by reference

to which a definite outcome can be know to be just. Clearly we cannot

say that a particular state of affairs is just because it could have been

reached by following a fair procedure. This would permit far too

much and would lead to absurdly consequences.28

Bahwa prosedur atau cara untuk menuju hasil yang adil haruslah

benar-benar dijalankan sebab tidak ada kriteria independen yang bisa

dijadikan acuan agar hasil nyata bisa adil. John Rawls juga menyatakan

bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa kondisi tertentu adalah adil

karena ia bisa dicapai dengan mengikuti prosedur yang fair. Hal ini akan

terlampau banyak membiarkan dan secara absurd akan mengarah pada

konsekuensi-konsekuensi yang tidak adil.

b. Teori asas Legalitas

Asas legalitas pertama kali diciptakan oleh Paul Johan Anslem

von Feuerbach (1775-1833) seorang peneliti Jerman dalam buku Lehrbuch

des penlichen Recht pada tahun 1801. Menurut Bambang Poernomo apa

yang dirumuskan oleh Feuerbach mengandung arti yang sangat mendalam

dalam bahasa latin berbunyi : nulla poena sine lege; nulla poena sine

crimine; nullum crimen sine poena legali. Ketiga frasa tersebut kemudian

dikembangkan oleh Feuerbach menjadi adagium nullum delictum, nulla

poena sine praevia legi poenali.29

Makna asas legalitas yang tercantum dalam pasal 1 ayat

(1)KUHP dirumuskan dalam bahasa latin “Nullum delictum nulla poena

sine praevia legi poenali”, yang dapat diartikan harfiah dalam bahasa

terdapat dalam masyarakat dan Bismar Siregar menghimbau para hakim untuk tidak menumpukan

kepada kepastian hukum. Tegas urutan menjalankan peradilan yaitu yang pertama keadilan,

kebenaran, ketertiban dan kepastian hukum. Lihat: Bismar Siregar, Keadilan Hukum Dalam

Dalam Berbagai Aspek Hukum Nasional (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm. 158. 28 John Rawls, A Theory of Justice, (Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press,

1972), hlm. 86. 29

Eddy O. S Hiariej, Asas Legalitas&Penemuan Hukum dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), hlm. 7.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

27

Indonesia dengan “tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan

pidana yang mendahuluinya. Sering juga dipakai istilah latin Nullum

crimen sine lege stricta yang dapat diartikan dengan “tidak ada delik tanpa

ketentuan yang tegas”. Hazewinkel-Suringa memakai kata-kata dalam

bahasa Belanda “Geen delict, geen straf zonder een voorafgaande

strafbepaling.”30

Moelyatno dalam bukunya tentang Asas-asas Hukum Pidana

menulis bahwa asas legalitas mengandung tiga pengertian:

1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana

kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan

undang-undang.

2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan

analogy (kiyas).

3. Aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut.31

Sedangkan R. Soesilo berpendapat bahwa asas legalitas yang ada

dalam pasal 1 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)

Indonesia mengandung pengertian yaitu peristiwa pidana tidak akan ada,

jika ketentuan pidana dalam Undang-Undang tidak ada terlebih dahulu,

dengan adanya undang undang ini hakim terikat oleh Undang-Undang.32

Menurut asas legalitas untuk menjatuhkan pidana atau sanksi

kepada seseorang maka disyaratkan perbuatan atau peristiwa yang

diwujudkan tersebut haruslah lebih dahulu dilarang atau diperintahkan

oleh peraturan hukum pidana tertulis dengan kata lain harus ada peraturan

hukum pidana (strafrechtsnorm) dan peraturan pidana (strafnorm) lebih

dahulu daripada suatu perbuatan.33

Terkait asas legalitas ini penulis

melihat keberadaan pasal 182 ayat (4) membatasi hakim untuk

bermusyawarah dan memutuskan bersalah atau tidaknya seseorang hanya

didasarkan kepada surat dakwaan .

30 BPHN, Pengkajian Hukum tentang Asas-Asas Pidana Indonesia dalam perkembangan masyarakat kini dan mendatang, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

Hukum dan Ham RI, 2003), hlm. 17. 31 Moelyatno, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta: Bina Aksara,1987), hlm. 25. 32 R Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komnetar-komentarnya

lengkap pasal demi pasalnya, (Bogor: Politeia, 1996), hlm. 27. 33 Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Cet. ke-2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 42.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

28

c. Teori hukum responsif oleh Nonet-Selznick

Pandangan positivisme muncul akibat pengaruh perkembangan

masyarakat modern yang ditandai oleh majunya tingkat sosial ekonomi

sebagai akibat dari pesatnya industrialisasi. Cara berfikir masyarakat

zaman modern terutama selama masa pencerahan, pada umumnya bersifat

rasionalistis dan individualistis. Dalam rasionalisme itu orang berfikir

dengan bertolak dari ide-ide yang umum, yang berlaku bagi semua

manusia individual.34

Dikatakan oleh Satjipto Rahardjo bahwa

masyarakat, terutama masyarakat modern, sangat membutuhkan adanya

kepastian dalam berinteraksi dan tugas itu diletakkan dipundak hukum.

Kepastian hukum menjadi semacam idiologi dalam kehidupan berhukum,

sehingga diperlukan suatu pemahaman yang kritis mengenai kata tersebut.

Dengan menjadi idiologi, terjadi kecenderungan untuk

mencampuradukkan antara pernyataan dan kebenarannya.35

Berkaitan dengan persoalan hukum di atas, Philippe Nonet dan

Philip Selznick (Nonet-Selznick) dalam teorinya yang dikenal dengan teori

hukum responsif, menempatkan hukum sebagai sarana respons terhadap

ketentuan-ketentuan sosial dan aspirasi publik. Sesuai dengan sifatnya yang

terbuka, maka hukum mengedepankan akomodasi untuk menerima

perubahan-perubahan sosial demi mencapai keadilan dan emansipasi

publik.36

Perkembangan hukum acara pidana sekarang ini telah timbul

permasalahan tentang seseorang yang didakwa dengan pasal yang tidak

sesuai dengan fakta persidangan yang terjadi. Praktek peradilan pidana para

34 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Cet. ke-3 (Yogjakarta: Kanisius, 1995). 35 Kepastian hukum (rechtssicherkeit/security/rechtszekerheid) adalah sesuatu yang baru, yaitu

sejak hukum itu dituliskan, dipositifkan, dan menjadi publik. Kepastian hukum menyangkut

masalah ”law being written down”, bukan tentang keadilan dan kemanfaatan. Kepastian hukum adalah sicherkeit des rechts selbst (kepastian tentang hukum itu sendiri), sehingga terlihat bahwa

hukum hadir bukan lagi untuk melayani masyarakat dan mendatangkan kesejahteraan bagi

manusia, melainkan hadir demi dirinya sendiri. Lihat: Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat

Ketertiban, Bacaan Mahasiswa Program Doktor Ilmu hukum Universitas Diponegoro, (Jakarta:

UKI Press, 2006), hlm. 133-136. 36

Bernart L. Tanya, dkk, Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, (Surabaya: CV. Kita, tp.thn.), hlm. 239.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

29

hakim telah melangkah melebihi aturan hukum yang telah ada didalam

KUHAP dengan pertimbangan memberikan keadilan bagi pihak terdakwa

dalam suatu perkara. Praktik peradilan tersebut terlihat sebagai respons

terhadap perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

Hal ini seperti dalam teori hukum responsif yang dikemukakan

Nonet-Selznick, bahwa hukum dituntut menjadi sistim yang terbuka dalam

perkembangan yang ada dengan mengandalkan keutamaan tujuan (the

souvereignity of purpose), yaitu tujuan sosial yang ingin dicapainya serta

akibat yang timbul dari bekerjanya hukum itu.37

Hukum seperti ini yang

dibutuhkan dalam masa transisi. Artinya, ketika suatu aturan hukum yang

telah ada tidak lagi bisa menjawab permasalahan yang timbul akibat

perkembangan yang tidak terjangkau oleh aturan hukum tersebut, maka

hukum harus peka mengakomodasi perkembangan yang ada itu demi

mencapai keadilan dalam masyarakat.38

Atas dasar itu maka dalam doktrinnya Nonet-Selznick39

mengemukakan, pertama, hukum itu harus fungsional, pragmatik, bertujuan

dan rasional. Kedua, kompetensi menjadi patokan evaluasi terhadap semua

pelaksanaan hukum Karena kompetensi sebagai tujuan berfungsi sebagai

norma kritik, maka tatanan hukum responsif menekankan:

1) keadilan substantif sebagai dasar legitimasi hukum.

2) peraturan merupakan sub-ordinasi dari prinsip dan kebijakan.

3) pertimbangan hukum harus berorientasi pada tujuan dan akibat

bagi kemaslahatan masyarakat.

4) penggunaan diskresi sangat dianjurkan dalam pengambilan

keputusan hukum dengan tetap berorientasi pada tujuan.

5) memupuk sistim kewajiban sebagai ganti sistim paksaan.

6) moralitas kerjasama sebagai prinsip moral dalam menjalankan

hukum.

7) kekuasaan didayagunakan untuk mendukung vitalitas hukum dalam

melayani masyarakat.

8) penolakan terhadap hukum harus dilihat sebagai gugatan terhadap

legitimasi hukum.

37 Ibid., hlm. 239. 38 Ibid. 39

Philippe Nonet dan Philip Selznick, Hukum Responsif terjemahan (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 84.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

30

9) akses partisipasi publik dibuka lebar dalam rangka integrasi

advokasi hukum dan sosial.40

Dengan menarik teori hukum responsif di atas, dalam hal suatu

keputusan hukum berorientasi pada maksud mencari keadilan ataupun

kemanfaatan bagi masyarakat, seperti dalam putusan diluar dakwaan yang

dilakukan oleh seorang hakim, meskipun dalam aturan hukum yang telah ada

(KUHAP) hakim diharuskan memutus sebagaimana dakwaan jaksa/Penuntut

Umum, maka menurut teori hukum responsif sudah selayaknya hukum dapat

merespons perkembangan yang sedang terjadi tersebut dengan memberi

pertimbangan hukum yang berorientasi pada tujuan kemanfaatan bagi

masyarakat dalam perkataan lain hukum yang baik seharusnya menawarkan

sesuatu yang lebih daripada sekedar keadilan prosedural. Hukum yang baik

harus berkompeten dan juga adil hukum yang seperti itu seharusnya mampu

mengenali keinginan publik dan punya komitmen bagi terciptanya keadilan

substantif.

1.8. Kerangka Konsepsional

Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dijelaskan secara

singkat, sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap masalah yang

akan diteliti, yaitu sebagai berikut:

a. Hakim

Hakim yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hakim pada

Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada

dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, yaitu hakim pada

pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, yang bertugas memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara pidana.41

Lebih spesifik pengertian

hakim yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hakim sebagaimana

disebutkan dalam KUHAP, yaitu pejabat peradilan negara yang diberi

40 Philippe Nonet dan Philip Selznick, Op.Cit., hlm. 84. 41 Indonesia, Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009 LN No.

157 Tahun 2009 TLN No. 5076 jo. Pasal 1 angka 2 jo. Pasal 50 jo. Pasal 51 Undang-Undang tentang Peradilan Umum, UU No. 2 Tahun 1986 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang

No. 8 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 49 Tahun 2009.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

31

wewenang oleh undang-undang untuk mengadili, dengan pengertian

mengadili adalah:

“Serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan

memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak

memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini.”42

b. Penuntut Umum

Menurut Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia,

penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang

untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim, dengan

pengertian jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh UU

untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang

lain berdasarkan UU. Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian yang

diberikan dalam KUHAP, bahwa penuntut umum adalah jaksa yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan

melaksanakan penetapan hakim, dengan pengertian jaksa adalah pejabat

yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai

penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.43

c. Surat Dakwaan

KUHAP sendiri tidak memberikan pengertian tentang surat

dakwaan, dalam KUHAP hanya dinyatakan bahwa penuntut umum

melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar segera

mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan. Penuntut umum

42 Indonesia, Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU No. 1 Tahun 1981, LN Tahun 1981 No. 76, TLN No. 3209.Pasal 1 angka 8 jo. Pasal 1 angka 9

43 Indonesia, Undang-Undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia, UU No. 16 Tahun 2004, LN. Tahun 2004 No. 67, TLN No. 4401.Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 1 angka 2 jo. Pasal 1 angka 6 a

dan b KUHAP.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

32

membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta

berisi:

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,

kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.

b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana

yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak

pidana itu dilakukan.44

Dalam doktrin banyak disampaikan rumusan pengertian tentang

surat dakwaan, dikaitkan dengan hal-hal tersebut yang diatur dalam

KUHAP, Peneliti sependapat dengan pengertian surat dakwaan menurut

Yahya Harahap, bahwa surat dakwaan sebagai suatu surat atau akte yang

memuat rumusan tindak pidana yang disimpulkan dan ditarik dari hasil

pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim

dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.45

d. Putusan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 KUHAP, pengertian

putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam

sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau

lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur

dalam undang-undang (KUHAP). Adapun bentuk-bentuk putusan perkara

pidana, menurut Yahya Harahap adalah sebagai berikut: 1) Putusan bebas,

2) Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum, 3) putusan pemidanaan,

4) penetapan tidak berwenang mengadili, 5) putusan yang menyatakan

dakwaan tidak dapat diterima, 6) putusan yang menyatakan dakwaan batal

demi hukum.46

Putusan pengadilan merupakan sumber hukum ketika sudah

menjadi Yurisprudensi, untuk dapat dikategorikan sebagai yurisprudensi

44 Pasal 143 Ayat (1) dan (2) KUHAP. 45 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan

Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm. 375. 46 M. Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan, dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),

hlm. 347-358.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

33

maka suatu putusan pengadilan haruslah memenuhi beberapa persyaratan

sebagai berikut:

1. Harus sudah merupakan putusan yang berkekuatan hukum tetap.

2. Dinilai baik dalam arti menghasilkan keadilan bagi pihak-pihak

yang bersangkutan.

3. Putusan yang harus berulang beberapa kali atau dilakukan dengan

berpola yang sama dibeberapa tempat.

4. Norma yang terkandung di dalamnya memang tidak terdapat dalam

peraturan tertulis yang berlaku, atau kalaupun ada tidak begitu

jelas.

5. Dinilai telah memenuhi syarat sebagai yurisprudensi dan

direkomendasikan oleh tim eksaminasi atau tim penilai tersendiri

yang dibentuk oleh Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi

untuk menjadi yurisprudensi yang bersifat tetap.47

e. Narkotika

Narkotika yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika berbeda dengan rumusan narkotika dalam

undang-undang sebelumnya. Undang-Undang Narkotika No. 22 Tahun

1997 yang memuat ketentuan terpisah dari Undang-Undang Psikotropika

No. 5 Tahun 1997. Dengan berlakunya Undang-Undang No. 35 Tahun

2009, maka psikotropika golongan I dan golongan II sebagaimana

tercantum dalam Lampiran Undang-Undang No. 5 Tahun 1997

dipindahkan menjadi narkotika golongan I menurut Undang-Undang No.

35 Tahun 2009.48

Adapun pengertian Narkotika dalam Undang-Undang No. 35

Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang.”49

47 Jimly Asshiddiqie [ed.], Pengantar Ilmu Tata negara Jilid I, (Jakarta: Sekretariat Jenderal

dan Kepaniteraan MKRI, 2006) hlm. 177. 48 Pasal 153 Undang-Undang tentang Narkotika, No. 35 Tahun 2009. Berdasarkan undang-

undang ini pula maka Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 49 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

34

Sedangkan yang dimaksud Prekursor narkotika adalah zat atau

bahan pemula zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat

digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel

sebagaimana terlampir dalam UU. Pecandu Narkotika adalah orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.

Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan

untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang

meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya

dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik

dan psikis yang khas, Sedangkan Penyalah guna adalah orang yang

menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.50

Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

narkotika, pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan

atas:

a. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika

atau Prekursor Narkotika, sebagaimana diatur dalam Pasal 111,

Pasal 112, Pasal 117 dan Pasal 122 serta Pasal 129;

b. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor,mengekspor, atau menyalurkan Narkotika,

sebagaimana diatur dalam Pasal 113, Pasal 118 dan Pasal 123, serta

Pasal 129.

c. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk

dijual, menjual membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual

beli, menukar, atau menyerahkan atau menerima Narkotika,

sebagaimana diatur dalam Pasal 114, Pasal 119 an Pasal 124, serta

Pasal 129;

d. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,

mengangkut, atau mentransito Narkotika, sebagaimana diatur

dalam Pasal 115, Pasal 120 dan Pasal 125, serta Pasal 129.

e. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan

orang lain, sebagaimana diatur dalam Pasal 116, Pasal 121 dan

Pasal 126.

f. Perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri, sebagaimana

diatur dalam Pasal 127, yaitu orang yang menggunakan Narkotika

tanpa hak atau melawan hukum (Pasal 1 angka (15)). Sedangkan

50 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

35

Pecandu Narkotika, sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal

134, yaitu orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik

secara fisik maupun psikis (Pasal 1 angka (13).

g. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111, Pasal 112,

Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118,

Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124,

Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, sebagaimana diatur dalam

Pasal 132.51

1.9. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disajikan untuk mempermudah pembaca

dalam memahami materi yang selanjutnya akan dibahas dalam tesis ini.

Dengan adanya sistematika diharapkan pembaca dapat mengetahui secara

garis besar isi tesis ini. Hasil penelitian ini secara keseluruhan akan

dituangkan dalam sistematika sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab 1 ini penulis mengemukakan tentang alasan pemilihan tema

yang diuraikan pada sub bab latar belakang permasalahan, dari latar

belakang permasalahan tersebut disimpulkan suatu pernyataan

permasalahan yang selanjutnya dirumuskan dalam pertanyaan

penelitian. Selain itu dalam bab 1 ini juga dibahas manfaat dan tujuan

penelitian, kerangka teori, kerangka konsepsional, metode penelitian,

serta sistematika penulisan .

Bab 2 Tinjauan Umum Mengenai tindak Pidana Narkotika, Jenis Surat

Dakwaan dan Jenis Putusan Hakim

Dalam bab 2 ini Penulis membahas masalah tinjauan umum tindak

pidana narkotika khususnya pasal-pasal yang mengkualifikasikan

tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum menggunakan

Narkotika dengan tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika, jenis

dakwaan dan jenis putusan hakim

51 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

36

Bab3 Keadilan Substantif dan Batas Kewenangan Hakim Untuk

Menjatuhkan Putusan Berdasarkan Surat Dakwaan

Pada bab 3 ini penulis menguraikan masalah keadilan substantif yang

merupakan tujuan dari penegakan hukum yang akan dibandingkan

dengan batasan kewenangan hakim secara prosedural yaitu untuk

menjatuhkan putusan berdasarkan surat dakwaan.

Bab4 Analisa putusan Mahkamah Agung dalam perkara narkotika

dalam kaitan adanya putusan diluar dakwaan

Pada bab 4 ini penulis akan menganalisa putusan-putusan dalam

perkara narkotika yang diputus oleh Pengadilan Negeri dan

Mahkamah Agung yang mempertimbangkan berwenang/tidaknya

hakim menjatuhkan putusan di luar pasal yang didakwakan.

Bab 5 Penutup

Terakhir pada bab 5 sebagai penutup Penulis akan rumuskan

kesimpulan yang dihasilkan dari keseluruhan penelitian berikut saran

yang dapat Penulis berikan terkait dengan hasil penelitian Penulis.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

37

BAB 2

TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA

NARKOTIKA, JENIS SURAT DAKWAAN

DAN JENIS PUTUSAN HAKIM

2.1. Pengertian Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan.52

Narkotika adalah zat yang

bermanfaat dan berkhasiat, yang dibutuhkan bagi kepentingan umat manusia

terutama sudut medis.53

Pengertian narkotika menurut Soedjono adalah zat yang biasa

menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakanya

dengan memasukannya ke dalam tubuh. Pengaruh tubuh tersebut berupa

pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau

khayalan-khayalan. Sifat tersebut diketahui dan di temui dalam dunia medis

bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia

seperti di bidang pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit.54

Oleh karena

itu apabila penggunaan narkotika terjadi penyalahgunaan akan menimbulkan

dampak yang berbahaya bagi pemakai narkotika, dan menimbulkan

ketergantungan narkotika bagi si pemakai sehingga sipemakai menjadi

pecandu. Sedangkan secara terminologis dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia narkotika atau narkoba adalah obat yang dapat menenangkan

52 Indonesia, Undang-Undang tentang Narkotika, UU No. 35 Tahun 2009, LN Tahun 2009 No.

143, TLN No. 5062. 53 Soedjono, Narkotika dan Remaja, (Bandung: Alumni, 1989), hlm. 3. 54 Soedjono, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung: Alumni, 1987), hlm. 3.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

38

syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau

merangsang.55

Prof. Sudarto SH. dalam bukunya Kapita Selekta Hukum Pidana

mengatakan bahwa, “Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunani

“Narke”, yang berarti terbius sehingga tidak merasa apa-apa.”56

Sedangkan

Smith Kline dan Frech Clinical Staff mengemukakan definisi tentang

narkotika adalah:

“Narkotic are drugs which product insensibillity or stuporduce to their

depresant offer on the central nervous system, inclided in this definition

are opium-opium derivativis (Morphine, codein, methadone).”

Terjemahan bebasnya ialah Narkotika adalah zat-zat atau obat yang dapat

mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat

tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. Dalam definisi

narkotika ini sudah termasuk candu, zat-zat yang dibuat dari candu

(morphine,codein, methadone).57

Definisi lain dari Biro Bea dan Cukai Amerika Serikat dalam buku

“Narcotic Identification Manual”, sebagaimana dikutip Djoko Prakoso,

Bambang Riyadi dan Mukhsin dikatakan.

Bahwa yang dimaksud dengan narkotika ialah candu, ganja, kokain, zat-

zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni

morfine, heroin, codein, hasisch, cocain. Dan termasuk juga narkotika

sintetis yang menghasilkan zat-zat. Obat-obat yang tergolong dalam

Hallucinogen dan Stimulant.58

Dalam usaha untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba pemerintah sejak lama telah melakukan berbagai

upaya seperti:59

- Membentuk Badan Koordinasi Pelaksana (Bakorlak) Inpres No. 6

Tahun 1971 yaitu Badan Nasional yang khusus menangani masalah

penyalahgunaan zat dan obat terlarang;

55Anton M Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 609.

56 Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany dan Mukhsin, ”Kejahatan-kejahatan yang merugikan dan Membahayakan Negara”, (Penerbit Bina Aksara ), hlm. 480.

57 Ibid., hlm. 481. 58 Ibid. 59

AR Sujono SH.M.H dan Bony Daniel, KOMENTAR & PEMBAHASAN Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 45

41

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

39

- Mengeluarkan UU No 8 Tahun 1976 tentang pengesahan Konvensi

Tunggal Narkotika beserta protokol yang mengubahnya;

- Mengeluarkan UU No 9 Tahun 1976 tentang Narkotika. Dalam

Undang-undang ini kriminalisasi adalah terhadap perbuatan berupa:

a) Menanam, memiliki tanaman koka, ganja, papaver;

b) Memproduksi, mengolah, meracik koka, ganja, narkotika;

c) Memiliki dan menguasai koka, ganja dan narkotika;

d) Membawa,mengirim,mengangkut, menyelundupkan koka,

ganja, narkotika;

e) Mengimpor,mengekspor,menyalurkan, menjual,menjadi

perantara koka, ganja , narkotika;

f) Menggunakan terhadap atau memberikan kepada orang lain;

g) Menggunakan bagi diri sendiri;

- Mengeluarkan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

- Mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1996 tentang

Pengesahan Convention on Psychotropic substances 1971(Konvensi

Psikotropika 1971);

- Mengeluarkan UU No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

- Mengeluarkan UU No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;

- Mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang

Pengesahan United Nations Convention Against Illicit Traffic in

Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi

Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika,1988); dan terakhir

- Mengeluarkan UU No 35 Tahun 2009.

2. 2 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Pidana minimum

Khusus

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebagai

undang undang terbaru dalam guna pemberantasan tindak pidana narkotika

terdapat ancaman minimum khusus yang terdapat dihampir semua pasal

yang ada dalam ketentuan pasalnya hal ini adalah dalam rangka

melindungi masyarakat dari bahaya narkotika dan untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat

merugikan masyarakat60

.

Adanya pidana “minimum khusus” dalam UU no 35 Tahun 2009

tentang narkotika menunjukkan bahwa pembentuk undang-undang

memang menghendaki adanya aturan yang menyimpang dari aturan umum

60 Penjelasan umum undang-undang no 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

40

sebagaimana telah ditentukan KUHP, dan penyimpangan ini memang

dimungkinkan sebagaimana ketentuan pasal 103 KUHP yang berbunyi :61

Ketentuan-ketentuan yang tersebut di dalam delapan bab

pertama dari buku ini, juga berlaku terhadap perbuatan-

perbuatan yang menurut lain-lain peraturan perundangan

diancam dengan hukuman, kecuali jika ditentukan lain oleh

undang-undang oleh peraturan umum dari pemerintah atau oleh

sesuatu ordonansi

Terkait dengan minimum umum, maksimum umum dan

maksimum khusus pemidanaan dalam KUHP, dalam praktek tidaklah

menimbulkan kesulitan karena pedoman pemindanaan KUHP telah dibuat

secara lengkap. Menurut Barda Nawawi, “KUHP mengatur pidana

maksimum khusus beserta aturan/pedoman pemidanaannya dalam “satu

paket” sebagai “pasangan” yang tak terpisahkan. 62

Artidjo Alkostar (Tuada Pidana Mahkamah Agung RI)

menyampaikan berkaitan dengan pidana di bawah minimum khusus telah

pula menyampaikan”penentuan batasan minimal khusus berlatar belakang

kekurang percayaan terhadap hakim karena lazimnya yang ada adalah

ketentuan batas maksimum. Penjatuhan pidana minimum khusus ,

didasarkan kepada rasa keadilan dengan menggunakan hati nurani.

Permasalahan penegakan hukum seharusnya dibenahi melalui perbaikan

sistem dan peningkatan profesionalisme personil, bukan dengan cara

memangkas kewenangan berdasarkan kekurangpercayaan.63

Untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan

penyalahguna dan peredaran gelap Narkotika dan prekursor Narkotika

diatur mengenai penguatan kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan

Narkotika Nasional (BNN) yang merupakan lembaga non struktural yang

bertanggungjawab langsung kepada presiden. 64

.

61 AR Sudjono & Bony Daniel, Komentar &Pembahasan Undang-Undang No 35 tahun

2009 tentang Narkotika (Jakarta; Sinar Grafika,2011)hal 215

62 Ibid

63 Ibid

64 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

41

Untuk lebih menguatkan kelembagaan, diatur pula mengenai

seluruh harta kekayaan atau harta benda yang merupakan hasil tindak

pidana narkotika dan prekursos Narkotika berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dirampas untuk negara dan

digunakan untuk kepentingan pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika dan

upaya rehabilitasi medis dan sosial.65

2.3 Pecandu dan Ketergantungan Narkotika

Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara

fisik, maupun psikis66

. Pecandu narkotika adalah manusia yang memiliki

hak yang sama dengan manusia lainya. Pecandu juga memiliki hak asasi

yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi dalam keadaan apapun.

Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia dalam pasal 1 (satu) yang menyebutkan: “Semua umat manusia

dilahirkan bebas dan sama dalam hak dan martabat. Mereka dikarunai akal

dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam

persaudaraan.”

Ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk

menggunakan narkotika secara terus menerus, dengan takaran yang

meningkat agar menghasilakan efek yang sama dan apabila

penggunaannya dikurangi dan/a tau dihentikan secara tiba-tiba,

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas67

. Dengan diketahuinya

bahwa narkotika memiliki daya pencanduan, maka hal ini tentunya sangat

berbahaya bagi yang menggunakan narkotika di luar pengawasan seorang

dokter karena zat-zat yang terkandung dalam narkotika dapat

menimbulkan si pemakai bergantung hidupnya kepada obat-obat narkotika

65 Ibid.

66 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 67 Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

42

atau yang biasa di sebut ketergantungan. Secara umum ketergantungan

narkotika dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:

1. Ketergantungan Primer

Ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi yang pada

umumnya terdapar pada orang dengan kepribadian yang tidak kuat.

2. Ketergantungan Simtomatis

Yaitu penyalahgunaan zat sebagai salah satu gejala tipe

kepribadian yang mendasari, pada umumnya terjadi pada orang

dengan keperibadian psikopatik (antisocial) criminal, dan

pemakaian zat untuk kesenangan semata.

3. Ketergantungan Reaktif

Yaitu terutama terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu,

pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer

group preasure)

Sedangkan bagi Pemakai narkotika berdasarkan sudut pandang

permasalahannya dibedakan dalam tiga golongan, yaitu:

1. Dari segi hukum, ada yang berpendapat bahwa pemakai dapat dikenakan

sangsi karena telah melanggar peraturan/perundangundangan. Dalam hal

ini pemakai dapat dikategorikan sebagai “criminal”.

2. Dari segi psikososial, ada yang berpendapat bahwa pemakai adalah

“korban” dari mereka yang bertanggung jawab, yaitu pengedar dan

lingkungan pergaulan, sehingga kepada mereka (pemakai) perlu

dilakukan tindakan rehabilitasi bukanya hukuman.

3. Dari segi kesehatan,ada yang berpendapat bahwa pemakai adalah

“pasien” yang perlu memperoleh terapi bukannya hukuman.

2.4. Penggolongan Pelaku Tindak Pidana Narkotika

Pelaku tindak pidana narkotika memiliki peran, kedudukan, dan

sanksi yang berbeda, baik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya maupun berdasarkan peran dan dampak yang dapat

ditimbulkan dari perbuatannya. Penggolongan pelaku tindak pidana

narkotika dapat dilihat dari beberapa aspek sebagaimana telah diuraikan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

43

dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang telah diundangkan pada

tanggal 12 Oktober 2009 serta ketentuan perundang-undangan lainnya yang

berkaitan dengan tindak pidana narkotika. Ketentuan pidana terhadap

pelaku tindak pidana narkotika dalam undang undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika diatur dalam Pasal 111 sampai dengan Pasal 147.

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009

tentang narkotika, pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat

digolongkan atas:

a. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika, sebagaimana diatur dalam Pasal 111, Pasal 112,

Pasal 117 dan Pasal 122 serta Pasal 129;

b. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,

mengekspor, atau menyalurkan Narkotika, sebagaimana diatur dalam

Pasal 113, Pasal 118 dan Pasal 123, serta Pasal 129.

c. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,

menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan atau menerima Narkotika, sebagaimana

diatur dalam Pasal 114, Pasal 119 an Pasal 124, serta Pasal 129;

d. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,

mengangkut, atau mentransito Narkotika, sebagaimana diatur dalam

Pasal 115, Pasal 120 dan Pasal 125, serta Pasal 129.

e. Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan

orang lain, sebagaimana diatur dalam Pasal 116, Pasal 121 dan Pasal

126.

f. Perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri, sebagaimana

diatur dalam Pasal 127, yaitu orang yang menggunakan Narkotika

tanpa hak atau melawan hukum (Pasal 1 angka (15)). Sedangkan

Pecandu Narkotika, sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal

134, yaitu orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika

dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik

maupun psikis (Pasal 1 angka (13)).

g. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal

113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119,

Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal

126, dan Pasal 129, sebagaimana diatur dalam Pasal 132.68

68 Undang Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

44

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda. Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika

tersebut.

2.5. Penggolongan Jenis narkotika dan Daftar Narkotika

Didalam Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Narkotika

digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu :

1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan.

2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mengakibatkan potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan.69

Yang termasuk dalam daftar Narkotika Golongan I70

:

1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya

termasuk

buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah

tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan

sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan

kadar morfinnya.

69 Lihat Penjelasan pasal 6 ayat (1) huruf a.UU No 35 Tahun 2009

70 Lampiran 1 UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

45

3. Opium masak terdiri dari :

a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu

rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan

peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan

maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk

pemadatan.

b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan

apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga

Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.

5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam

bentuk

serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga

Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau

melalui perubahan kimia.

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang

dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua

bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman

ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo

kimianya.

10. Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.

11. Asetorfina : 3-0-acetiltetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-

6, 14-endoeteno-oripavina

12. Acetil – alfa – metilfentanil : N-[1-(α-metilfenetil)-4-piperidil]

asetanilida

13. Alfa-metilfentanil : N-[1 (α-metilfenetil)-4-piperidil] propionanilida

14. Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-metil-2-(2-tienil) etil]-4-iperidil]

priopionanilida

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

46

15. Beta-hidroksifentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil]

propionanilida

16. Beta-hidroksi-3-metilfentanil :

N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-metil-4 piperidil] propio-nanilida.

17. Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina

18. Etorfina: tetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-

oripavina

19. Heroina : Diacetilmorfina

20. Ketobemidona : 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4 propionilpiperidina

21. 3-metilfentanil : N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida

22. 3-metiltiofentanil : N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]

propionanilida

23. MPPP : 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester)

24. Para-fluorofentanil : 4‘-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionanilida

25. PEPAP : 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester)

26. Tiofentanil : N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida

27. BROLAMFETAMINA, nama lain DOB: (•})-4-bromo-2,5-dimetoksi-

α -metilfenetilamina

28. DET : 3-[2-( dietilamino )etil] indol

29. DMA : ( + )-2,5-dimetoksi- α -metilfenetilamina

30. DMHP : 3-(1 ,2-dimetilheptil)-7 ,8,9, 10-tetrahidro- 6,6,9-trimetil-6H-

dibenzo[b, d]piran-1-ol

31. DMT : 3-[2-( dimetilamino )etil] indol

32. DOET : (•})-4-etil-2,5-dimetoksi- α -metilfenetilamina

33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-etil-1-fenilsikloheksilamina

34. ETRIPTAMINA : 3-(2aminobutil) indole

35. KATINONA : (-)-(S)- 2-aminopropiofenon

36. ( + )-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25 : 9,10-didehidro-N, N-

dietil-6-metilergolina-8 β – karboksamida

37. MDMA : (•})-N, α -dimetil-3,4- (metilendioksi)fenetilamina

38. meskalina : 3,4,5-trimetoksifenetilamina

39. METKATINONA : 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

47

40. metilaminoreks : (•})-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina

41. MMDA : 5-metoksi- α -metil-3,4- (metilendioksi)fenetilamina

42. N-etil MDA : (•})-N-etil- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin

43. N-hidroksi MDA : (•})-N-[ α -metil-3,4-

(metilendioksi)fenetil]hidroksilamina

44. paraheksil : 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo

[b,d] piran-1-ol

45. PMA : p-metoksi- α -metilfenetilamina

46. psilosina, psilotsin : 3-[2-( dimetilamino )etil]indol-4-ol

47. PSILOSIBINA : 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat

48. ROLISIKLIDINA, nama lain PHP,PCPY : 1-( 1-

fenilsikloheksil)pirolidina

49. STP, DOM : 2,5-dimetoksi- α ,4-dimetilfenetilamina

50. TENAMFETAMINA, nama lain MDA : α -metil-3,4

(metilendioksi)fenetilamina

51. TENOSIKLIDINA, nama lain TCP : 1- [1-(2-tienil)

sikloheksil]piperidina

52. TMA : (•})-3,4,5-trimetoksi- α -metilfenetilamina

53. AMFETAMINA : (•})- α –metilfenetilamina

54. DEKSAMFETAMINA : ( + )- α –metilfenetilamina

55. FENETILINA : 7-[2-[( α -metilfenetil)amino]etil]teofilina

56. FENMETRAZINA : 3- metil- 2 fenilmorfolin

57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP : 1-( 1- fenilsikloheksil)piperidina

58. LEVAMFETAMINA, nama lain levamfetamina : (- )-(R)- α

metilfenetilamina

59. levometamfetamina : ( -)- N, α -dimetilfenetilamina

60. MEKLOKUALON : 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon

61. METAMFETAMINA : (+ )-(S)-N, α –dimetilfenetilamina

62. METAKUALON : 2- metil- 3-o-to lil-4(3H)- kuinazolinon

63. ZIPEPPROL : α - ( α metoksibenzil)-4-( β-metoksifenetil )-1-

piperazinetano

64. Opium Obat

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

48

65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II

1. Alfasetilmetadol : Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4- difenilheptana

2. Alfameprodina : Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4- propionoksipiperidina

3. Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

4. Alfaprodina : alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

5. Alfentanil : N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-tetrazol-1- il)etil]-4-

(metoksimetil)-4-pipe ridinil]-N- fenilpropanamida

6. Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

7. Anileridina : Asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4- karboksilat

etil ester

8. Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana

9. Benzetidin : asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4- karboksilat

etil ester

10. Benzilmorfina : 3-benzilmorfina

11. Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina

12. Betametadol : beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3–heptanol

13. Betaprodina : beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina

14. Betasetilmetadol : beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4- difenilheptana

15. Bezitramida : 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3- propionil-1-

benzimidazolinil)-piperidina

16. Dekstromoramida : (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-

pirolidinil)butil]-morfolina

17. Diampromida : N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida

18. Dietiltiambutena : 3-dietilamino-1,1-di(2’-tienil)-1-butena

19. Difenoksilat : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)- 4fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

20. Difenoksin : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4- fenilisonipekotik

21. Dihidromorfina

22. Dimefheptanol : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

23. Dimenoksadol : 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

49

24. Dimetiltiambutena : 3-dimetilamino-1,1-di-(2'-tienil)-1-butena

25. Dioksafetil butirat : etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat

26. Dipipanona : 4, 4-difenil-6-piperidina-3-heptanona

27. Drotebanol : 3,4-dimetoksi-17-metilmorfinan-6s,14-diol

28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina

dan kokaina.

29. Etilmetiltiambutena : 3-etilmetilamino-1, 1-di-(2'-tienil)-1-butena

30. Etokseridina : asam1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil]- 4fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

31. Etonitazena : 1-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil-5-

nitrobenzimedazol

32. Furetidina : asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksietil)4 fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester)

33. Hidrokodona : Dihidrokodeinona

34. Hidroksipetidina : asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

35. Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina

36. Hidromorfona : Dihidrimorfinona

37. Isometadona : 6-dimetilamino- 5 -metil-4, 4-difenil-3- heksanona

38. Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona

39. Fenampromida : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida

40. Fenazosina : 2'-hidroksi-5,9-dimetil- 2-fenetil-6,7- benzomorfan

41. Fenomorfan : 3-hidroksi-N–fenetilmorfinan

42. Fenoperidina : asam1-(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4- fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

43. Fentanil : 1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina

44. Klonitazena : 2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil-5- nitrobenzimidazol

45. Kodoksima : dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima

46. Levofenasilmorfan : (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan

47. Levomoramida : (-)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4- (1pirolidinil)butil]

morfolina

48. Levometorfan : (-)-3-metoksi-N-metilmorfinan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

50

49. Levorfanol : (-)-3-hidroksi-N-metilmorfinan

50. Metadona : 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona

51. Metadona intermediat : 4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenilbutana

52. Metazosina : 2'-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan

53. Metildesorfina : 6-metil-delta-6-deoksimorfina

54. Metildihidromorfina : 6-metildihidromorfina

55. Metopon : 5-metildihidromorfinona

56. Mirofina : Miristilbenzilmorfina

57. Moramida intermediat : asam (2-metil-3-morfolino-1, 1difenilpropana

karboksilat

58. Morferidina : asam 1-(2-morfolinoetil)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

59. Morfina-N-oksida

60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya

termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-

Noksida

61. Morfina

62. Nikomorfina : 3,6-dinikotinilmorfina

63. Norasimetadol : (•})-alfa-3-asetoksi-6metilamino-4,4-

difenilheptana

64. Norlevorfanol : (-)-3-hidroksimorfinan

65. Normetadona : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona

66. Normorfina : dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina

67. Norpipanona : 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona

68. Oksikodona : 14-hidroksidihidrokodeinona

69. Oksimorfona : 14-hidroksidihidromorfinona

70. Petidina intermediat A : 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina

71. Petidina intermediat B : asam4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

72. Petidina intermediat C . . .

72. Petidina intermediat C : Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat

73. Petidina : Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

51

74. Piminodina : asam 4-fenil-1-( 3-fenilaminopropil)- pipe ridina-4-

karboksilat etil ester

75. Piritramida : asam1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4(1- piperidino)-

piperdina-4-karboksilat amida

76. Proheptasina : 1,3-dimetil-4-fenil-4- propionoksiazasikloheptana

77. Properidina : asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat isopropil

ester

78. Rasemetorfan : (•})-3-metoksi-N-metilmorfinan

79. Rasemoramida : (•})-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)-

butil]-morfolina

80. Rasemorfan : (•})-3-hidroksi-N-metilmorfinan

81. Sufentanil : N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil -4- piperidil]

propionanilida

82. Tebaina

83. Tebakon : Asetildihidrokodeinona

84. Tilidina : (•})-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3- sikloheksena-1-

karboksilat

85. Trimeperidina : 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

86. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.

DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN III

1. Asetildihidrokodeina

2. Dekstropropoksifena : α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-

butanol propionat

3. Dihidrokodeina

4. Etilmorfina : 3-etil morfina

5. Kodeina : 3-metil morfina

6. Nikodikodina : 6-nikotinildihidrokodeina

7. Nikokodina : 6-nikotinilkodeina

8. Norkodeina : N-demetilkodeina

9. Polkodina : Morfoliniletilmorfina

10. Propiram : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2- piridilpropionamida

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

52

11. Buprenorfina : 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpropil]-

6,14-endo-entano-6,7,8,14- tetrahidrooripavina

12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas

13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika

14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika

2. 6. Pengertian Umum Tentang Surat Dakwaan

Secara faktual tentang pemikiran, pemahaman, dan pembahasan

terhadap surat dakwaan dalam teoritik dan praktek cukup banyak

mengundang asumsi para doktina dan praktisi hukum. Terminologi “surat

dakwaan”baru dikenal ketika mengintrodusir ketentuan pasal 14 huruf d ,

pasal 140 ayat (1)dan pasal 143 KUHAP,sedangkan apabila kita merujuk

kepada sistem hukum Eropa Kontinental maka surat dakwaan biasa disebut

dengan istilah”acte van verwijzing” hal yang berbeda penyebutan surat

dakwaan di Inggris dan negara-negara sistem Anglo Saxon dikenal dengan

nama “Imputation” atau “Bill of Indictment”.71

M. Yahya Harahap memberi batasan tentang surat dakwaan adalah

suatu surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan

kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan

penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam

pemeriksaan di muka sidang pengadilan.72

Adapun Harun M. Husein

memberikan batasan tentang surat dakwaan sebagai berikut:73

“Surat dakwaan ialah suatu surat yang diberi tanggal dan ditandatangani

oleh penuntut umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap

terdakwa, perumusan tindak pidana yang didakwakan dengan unsur-

unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana

yang bersangkutan disertai dengan uraian tentang waktu dan tempat

71 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya,

(Bandung ,PT Alumni, 2006)hal 89 72 M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan

Penuntutan edisi Kedua,(Jakarta, Sinar grafika,2000) hal 385 73

Harun M Husein, Surat Dakwaan Teknik Penyusunan, Fungsi dan Permasalahannya, (Jakarta,Rineka Cipta,1994)hal 43

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

53

tindak pidana dilakukan oleh terdakwa, surat yang menjadi dasar dan

batas ruang pemeriksaan di sidang pengadilan.”

Sedangkan A. Karim Nasution memberikan batasan mengenai

surat dakwaan sebagai berikut:74

“Suatu surat atau akta yang memuat suatu perumusan dari tindak pidana

yang dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat

pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk

melakukan pemeriksaan yang bila ternyata cukup terbukti, terdakwa

dapat dijatuhi hukuman”.

A. Soetomo memberikan batasan tentang surat dakwaan yang pada

intinya adalah sebagai berikut:75

“Surat yang dibuat atau disiapkan oleh Penuntut Umum yang

dilampirkan pada waktu melimpahkan berkas perkara ke pengadilan yang

memuat nama dan identitas pelaku perbuatan pidana, kapan dan dimana

perbuatan dilakukan serta uraian secara cermat, jelas dan lengkap

mengenai perbuatan tersebut yang didakwakan telah dilakukan oleh

terdakwa yang memenuhi unsur-unsur pasal-pasal tertentu dan undang

undang tertentu pula yang nantinya merupakan dasar dan titik tolak

pemeriksaan terdakwa di sidang pengadilan untuk dibuktikan apakah

benar perbuatan yang didakwakan itu betul dilakukan dan apabila betul

terdakwa pelakunya yang dapat dipertanggungjawabkan untuk perbuatan

tersebut.“

Mr. I. A. Negerburgh berpendapat tentang surat dakwaan sebagai

berikut:76

“Surat dakwaan sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana, karena

ialah yang merupakan dasar dan menentukan batas-batas bagi

pemeriksaan hakim. Memang pemeriksaan itu tidak batal jika batas-batas

itu dilampaui, tetapi putusan hakim hanya boleh mengenai peristiwa-

peristiwa yang terletak dalam batas-batas itu. Oleh sebab itu, terdakwa

tidaklah dapat dihukum karena suatu tindak pidana yang tidak disebut

dalam surat tuduhan, juga tidak tentang tindak pidana yang walaupun

disebut didalamnya, tetapi tindak pidana tersebut hanya dapat dihukum

dalam suatu keadaan tertentu yang ternyata memang ada , tetapi tidak

dituduhkan”

74 A. Karim Nasution, Masalah Surat Tuduhan Dalam Proses Pidana, (Jakarta: PN.

Percetakan Negara RI, 1972), hlm. 75. 75 A. Soetomo, Pedoman Dasar Pembuatan Dasar Dakwaan dan Suplemen, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 1989), hlm. 4. 76 A. Karim Nasution, Loc Cit.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

54

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik inti persamaannya

terkait dengan apa yang dinamakan surat dakwaan adalah sebagai berikut:

1) Sebagai suatu akta, dalam surat dakwaan harus dicantumkan tanggal dan

tanda tangan pembuatnya. Tanpa mencantumkan tanggal dan tanda

tangan tersebut, surat dakwaan tidak bernilai sebagai suatu akta,

meskipun masih dapat disebut sebagai surat.

2) Surat dakwaan harus diuraikan tindak pidana apa yang didakwakan

beserta waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan oleh terdakwa.

3) Perumusan tindak pidana yang didakwakan harus dilakukan dengan

cermat, jelas, dan lengkap dikaitkan dengan unsur-unsur tindak pidana

yang sebagaimana dirumuskan dalam pasal pidana yang bersangkutan.

4) Surat dakwaan berfungsi sebagai dasar pemeriksaan di sidang

pengadilan.

Penuntut umum adalah istansi yang diberi berwenang oleh undang-

undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan serta

penetapan pengadilan. Salah satu wewenang utama Penuntut umum

melakukan tindakan penuntutan.77

Merujuk pasal 1 butir 7 dapat diketahui

bahwa “penuntutan adalah tindakan Penuntut umum untuk melimpahkan

perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan

supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.

Definisi pasal 137 KUHAP mempertegas lagi tugas dari Penuntut umum

yang berbunyi”Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap

siapa pun yang didakwa melakukan tindak pidana dalam daerah hukumnya

dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili”

sehingga dapat dikemukakan prinsip:78

77 M Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan edisi Kedua,(Jakarta, Sinar grafika,2000) hal 385

78 Ibid

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

55

- Hanya Penuntut umum saja yang berwenang menuntut atau melakukan

penuntutan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana. Insitusi

atau pejabat lain diluar Penuntut umum tidak mempunyai wewenang

melakukan penuntutan terhadap siapa pun yang didakwa melakukan

tindak pidana.

- Wewenang dan tindakan Penuntut umum tersebut dilakukan oleh Penuntut

umum dengan jalan “melimpahkan”perkaranya ke pengadilan yang

berwenang untuk mengadilinya

Sehingga berdasarkan kedua pasal yaitu pasal 1 butir 7 KUHAP dan

pasal 137 KUHAP dapat disimpulkan bahwa penuntutan berarti :

- Melimpahkan berkas perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang

- Untuk diperiksa dan diputus oleh hakim dalam sidang pengadilan

- Wewenang penuntutan perkara hanya semata-mata hak yang ada pada

penuntut umum.

2.7 Jenis-Jenis Putusan Hakim

Putusan hakim atau putusan pengadilan merupakan aspek penting

yang diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana. Dengan demikian

dapatlah dikonklusikan lebih jauh bahwasanya putusan hakim disatu pihak

berguna bagi terdakwa untuk memperoleh kepastian hukum (rechts

zekerheids) tentang statusnya dan sekaligus dapat mempersiapkan langkah

berikutnya terhadap putusan tersebut dalam artian dapat menerima putusan,

melakukan upaya hukum verzet, banding atau kasasi, melakukan grasi dan

sebagainya. Sedangkan dilain pihak hakim yang mengadili perkara

diharapkan dapat Putusan hakim atau putusan pengadilan merupakan aspek

penting yang diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana. Dengan

demikian dapatlah dikonklusikan lebih jauh bahwasanya putusan hakim

disatu pihak berguna bagi terdakwa untuk memperoleh kepastian

memberikan putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan dengan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

56

memperhatikan sifat baik atau sifat jahat dari terdakwa sehingga putusan

yang dijatuhkan setimpal sesuai dengan kesalahannya.79

2.7.1 Putusan bebas (Vrijspraak/Acquittal)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 putusan bebas diatur

didalam pasal 191 (1)KUHAP bahwa: “Jika pengadilan berpendapat

bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan

yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan,

maka terdakwa diputus bebas”.

Didalam penjelasan pasal 191(1) KUHAP tersebut dijelaskan

yang dimaksud dengan “perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan” adalah tidak cukup terbukti menurut

penilaian hakim atas dasar pembuktian dengan menggunakan alat bukti

menurut ketentuan hukum acara pidana ini. Secara sistematis ketentuan

pasal 191 ayat (1) KUHAP beserta penjelasannya menentukan putusan

bebas dapat terjadi apabila:80

- Dari hasil pemeriksaan di depan sidang pengadilan.

- Kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum dan karena itu,

majelis hakim menjatuhkan putusan bebas (Vrjspraak / acquittal)

kepada terdakwa:

Tidak terdapatnya alat bukti seperti ditentukan asas minimum

pembuktian menurut undang-undang secara negatif (negatief

wettelijke bewijs theorie) sebagaimana dianut KUHAP. Misalnya

hakim dalam persidangan menemukan satu alat bukti berupa

keterangan terdakwa saja (Pasal 184 ayat (1) huruf e KUHAP) atau

satu alat bukti petunjuk saja (Pasal 184 ayat (1) huruf e

KUHAP)atau satu alat bukti petunjuk saja (Pasal 184 ayat (1) huruf

d KUHAP).

79 Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktek, Teknik Penyususnan, dan Permasalahannya, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm 119.

80 Ibid., hal 157.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

57

Majelis hakim berpendirian bahwa terhadap asas minimum

pembuktian sesuai undang-undang telah terpenuhi, misalnya

adanya dua alat bukti berupa keterangan saksi (Pasal 184 ayat (1)

huruf a KUHAP) dan alat bukti petunjuk (Pasal 184 ayat (1) huruf

d KUHAP). Akan tetapi majelis hakim tidak dapat menjatuhkan

pidana karena tidak yakin akan kesalahan terdakwa .

Menurut pandangan doktrina bentuk putusan bebas/vrijpraak

dikenal ada beberapa bentuk , yaitu :

a. Pembebasan murni atau de “zuivere vrijispraak” dimana hakim

membenarkan mengenai “feiten”-nya (na alle noodzakelijke voor

beslissingen met juistheid te hebben genomen).

b. Pembebasan tidak murni atau”de onzuivere vrijspraak” dalam hal

“bedekte niet igheid van dagvaarding” (batalnya dakwaan secara

terselubung) atau “pembebasan yang menurut kenyataannya tidak

didasarkan pada ketidakterbuktian dalam surat dakwaan.

c. Pembebasan berdasarkan alasan pertimbangan kegunaan atau

de”vrijspraak op grond van doelmatigheid overwegingen” bahwa

berdasarkan pertimbangan haruslah diakhiri suatu penuntutan yang

sudah pasti tidak akan ada hasilnya (berustend op de overweging dat

een eind gemaakt moet worden aan een noodzakelijk op niets

uitlopende, vervolging).

d. Pembebasan yang terselubung atau de “bedekte vrijspraak”dimana

hakim telah mengambil putusan tentang “feiten”dan menjatuhkan

putusan “pelepasan dari tuntutan hukum”, padahal menurut pendapat

H.R putusan tersebut berisikan suatu “pembebasan secara murni”.81

Dalam praktek peradilan, jika seseorang terdakwa oleh majelis

hakim dijatuhi putusan “vrijspraak”, pada hakikatnya amar/diktum

putusannya haruslah berisikan :”pembebasan terdakwa secara sah dan

meyakinkan dari segala dakwaan; memulihkan hak terdakwa dari

81 Mr. J.M van Bemmelen, Ons Stracrecht, Deel I, Algemeen deel het materiele strafrechet,

H.D Tjeenk Wilink, (Groningen: 1971), hlm. 101.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

58

kemampuan, kedudukan serta martabatnya; memerintahkan terdakwa

segera dibebaskan dari tahanan setelah putusan diucapkan apabila

terdakwa ditahan; dan pembebanan biaya perkara kepada negara.”82

2.7.2 Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag van alle

Rechtsvervolging)

Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum (onslag van alle

rechtsvervolging) diatur dalam ketentuan pasal 191 ayat (2) KUHAP

dengan redaksional bahwa: “Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan

yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak

merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala

tuntutan hukum”.

Apabila dikonklusikan dan dijabarkan lebih jauh secara teoritik

dan praktik, pada ketentuan pasal 191 ayat (2) KUHAP terhadap putusan

pelepasan dari segala tuntutan hukum (onslag van alle rechtsvervolging)

terjadi jika:83

- Dari hasil pemeriksaan di depan sidang pengadilan.

- Perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum, tetapi perbuatan tersebut bukanlah

merupakan tindak pidana.

- Perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum, tetapi perbuatan tersebut bukanlah

merupakan tindak pidana.

- Perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi

amar/diktum putusan hakim melepaskan terdakwa dari segala tuntuan

hukum karena adanya alasan pemaaf (strafuitsluitings-grooden/feit de

axcuse) dan alasan pembenar (rechtvaardigings-grond), seperti:

a. Kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akalnya (Pasal 44 ayat

(1) KUHPidana).

b. Keadaan memaksa/overmacht (Pasal 48 KUHPidana).

82 Lilik Mulyadi, Op.cit., hlm. 159. 83 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

59

c. Pembelaan darurat/noodwer (Pasal 49 KUHPidana).

d. Melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan undang-undang

(Pasal 50 KUHPidana)

e. Melakukan perbuatan untuk menjalankan perintah jabatan yang

diberikan oleh kuasa yang berhak untuk itu (Pasal 51 KUHPidana).

Terkait dengan putusan bebas (vrijpraak/acquittal) dan putusan

pelepasan dari tuntutan (onslag van alle Rechtvervolging) M. Yahya

Harahap SH meninjau perbandingan itu dari berbagai segi, antara lain:

Ditinjau dari segi Pembuktian

Pada putusan pembebasan, perbuatan tindak pidana yang didakwakan

kepada terdakwa “tidak terbukti” secara sah dan meyakinkan menurut

hukum. Jadi, tidak memenuhi asas pembuktian menurut undang-undang

secara negatif serta tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian

yang diatur pasal 183 KUHAP. Lain halnya pada putusan pelepasan

dari segala tuntutan hukum. Apa yang didakwakan kepada terdakwa

cukup terbukti secara sah, baik dinilai dari segi pembuktian menurut

undang-undang maupun dari segi batas minimum pembuktian yang

diatur dalam pasal 183 KUHAP , akan tetapi perbuatan yang terbukti

tadi “tidak merupakan tindak pidana”. Tegasnya perbuatan yang

didakwakan dan yang terbukti tadi, tidak diatur dan tidak termasuk

dalam ruang lingkup hukum perdata, hukum asuransi, hukum dagang,

ataupun hukum adat .84

Ditinjau dari segi Penuntutan

Pada putusan pembebasan, perbuatan yang dilakukan dan didakwakan

kepada terdakwa benar-benar perbuatan tindak pidana yang harus

dituntut dan diperiksa di sidang “pengadilan Pidana”.Hanya dari segi

penilaian pembuktian, pembuktian yang ada tidak cukup mendukung

keterbukaan kesalahan terdakwa. Oleh karena itu kesalahan terdakwa

tidak terbukti. Karena kesalahannya tidak terbukti, terdakwa “diputus

bebas”, dan membebaskan dirinya dari ancaman pidana yang

84 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

60

diancamkan pada pasal tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Sedangkan pada putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum,

hakikatnya apa yang didakwakan kepadanya bukan merupakan

perbuatan tindak pidana. Barangkali hanya berupa kuasi tindak pidana,

seolah-oleh penyidik dan penuntut umum melihatnya sebagai perbuatan

pidana. Misalnya ,A dan B membuat transaksi pinjaman uang dengan

ketentuan pembayaran diajukan paling lambat 1 Januari 1984. Pada

batas waktu yang diperjanjian A tidak dapat memenuhi pelunasan

hutang. Atas kelalaian pembayaran tersebut B melaporkan A kepada

penyidik atas tuduhan penggelapan atau penipuan. Memang disini

seolah-oleh terjadi kuasi hukum. Bagi yang kurang teliti akan menilai

kasus itu merupakan perbuatan tindak pidana penipuan karena A telah

berbohong dan memperdaya B akan melunasi hutangnya pada tanggal 1

Januari 1984. Namun bagi yang teliti, sebenarnya tidak terjadi kuasi

hukum sebab apa yang terjadi benar-benar murni merupakan ruang

lingkup hukum perdata yang diatur dalam hukum perjanjian. Jadi, oleh

karena A didakwa melakukan perbuatan tindak pidana penipuan,

padahal apa yang didakwakan benar- benar bukan tindak pidana,

melainkan merupakan perbuatan yang diatur dalam hukum perjanjian,

sejak semula A tidak boleh dan tidak mungkin dituntut di hadapan

sidang peradilan pidana. Dia dapat digugat di hadapan sidang peradilan

perdata. Oleh karena sejak semula dia tidak boleh dituntut di depan

peradilan pidana, sudah semestinya dia dilepaskan dari segala tuntutan

hukum pidana. Dan dalam kasus tadi, si A hanya boleh digugat di

depan peradilan perdata.85

2.7.3 Putusan Pemidanaan (Veroordeling)

Putusan pemidanaan /veroordeling diatur oleh ketentuan pasal

193 ayat (1)KUHAP. Terhadap putusan pemidanaan dapat terjadi jika:86

a) Dari hasil pemeriksaan didepan persidangan.

85 Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 870-871. 86 Lilik Mulyadi, Op.Cit., hlm. 173.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

61

b) Majelis hakim berpendapat, bahwa:

- Perbuatan terdakwa sebagaimana didakwakan jaksa/penuntut umum

dalam surat dakwaan telah terbukti secara sah dan meyakinkan

menurut hukum;

- Perbuatan terdakwa tersebut merupakan ruang lingkup tindak pidana

(kejahatan/misdrijven atau pelanggaran/overtredingen); dan

- Dipenuhinya ketentuan alat-alat bukti dan fakta-fakta persidangan

(Pasal 183 ayat (1) KUHAP.

- Oleh karena itu, majelis hakim lalu menjatuhkan putusan

pemidanaan (veroordeling) kepada terdakwa.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

62

BAB 3

KEADILAN SUBSTANTIF DAN BATAS KEWENANGAN

HAKIM UNTUK MENJATUHKAN PUTUSAN

BERDASARKAN SURAT DAKWAAN

Pada dasarnya Hakim memiliki kebebasan dalam mengadili suatu

perkara, namun dalam menjalankan kebebasan tersebut Hakim juga dibatasi

oleh peraturan perundang-undangan. Pada bab ini dibahas tentang batasan

kewenangan Hakim dalam mengadili perkara pidana yang bertitik tolak dari

independensi kekuasaan kehakiman hingga kemudian adanya pembatasan

kewenangan tersebut. Dari pembahasan itu kemudian dibahas pula

kewenangan Hakim untuk menjatuhkan Putusan di luar dari pasal yang

didakwakan oleh Penuntut Umum.

3.1. Batasan Kewenangan Hakim dalam Mengadili Perkara

3.1.1. Independensi Kekuasaan Kehakiman

Setelah amandemen ketiga, UUD 1945 menggunakan istilah

“Negara Hukum”,87

yang disebut oleh Mahfud MD sebagaimana

dikutip oleh Bambang Kesowo sebagai istilah yang netral karena tidak

menyebut lagi Rechtsstaat maupun Rule of law, yang mendekatkan atau

menjadikan Rechtsstaat dan the Rule of law sebagai konsep yang saling

komplementatif dan konvergentif. Konsep negara hukum Indonesia

menerima prinsip kepastian hukum yang menjadi hal utama dalam

konsepsi Rechtsstaat, sekaligus juga menerima prinsip rasa keadilan

dalam the Rule of law.88

Dari uraian singkat di atas, dapat dilihat bahwa rechtsidee dari

negara hukum yang telah ditegaskan dalam amandemen ketiga UUD

87 Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Amandemen Ketiga, tanggal 9 November 2001.

88 Bambang Kesowo, “Negara Hukum, Program Legislasi Nasional, dan Kebutuhan Desain Besar Bagi Perencanaannya” (Makalah disampaikan pada Rapat Senat Terbuka dalam rangka Dies

Natalis ke-66 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 17 Februari 2012), hlm. 3.

24

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

63

1945, secara ideal dan ilmiah akan dibangun di atas keseimbangan

konsepsi baik Rechtsstaat maupun Rule of law, kongkritnya

mengupayakan keseimbangan diantara keduanya, antara prinsip

kepastian hukum dan keadilan.89

Untuk dapat mencapai cita-cita pembentukan negara hukum,

Republik Indonesia harus memenuhi unsur-unsur negara hukum.

Karena istilah negara hukum yang dikehendaki dalam amandemen

ketiga UUD 1945 adalah negara hukum sebagai konsep yang saling

komplementatif dan konvergentif dari konsep Rechtsstaat dan the Rule

of law, maka perlu dilihat unsur-unsur negara hukum tersebut baik

dalam konsepsi Rechtsstaat maupun the Rule of law. Rechtsstaat

maupun the Rule of law sama-sama memuat unsur “pembagian

kekuasaan” dan “peradilan bebas” sebagai karakteristiknya.

Terkait peradilan bebas atau yang umum disebut independensi

kekuasaan kehakiman (independence judiciary) ini adalah prinsip yang

berlaku universal, yang telah juga tercantum dalam Universal

Declaration of Human Rights,90

yang kemudian dijabarkan lebih lanjut

dalam Beijing Statement.91

Poin 3 Beijing Statement menyebutkan:

“Independence of the Judiciary requires that: a) the Judicial

shall decide matters before it in accordance with its impartial

assessment of the facts and its understanding of the law

without improper influences, direct or indirect, from any

source, and 2) the Judiciary has jurisdiction, directly or by

way of review, over all issues of a justiciable nature”.

Berkaitan dengan masalah independensi kekuasaan

kehakiman, Oemar Seno Adji menyatakan:

89 Ibid, hal. 5. 90 Pasal 10 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, yang diadopsi dan dinyatakan dalam

General Assembly resolution 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948, yang menyatakan: “Everyone

is entitled in full equality to a fair and public hearing by an independent and impartial tribunal, in

the determination of his rights and obligations and of any criminal charge against him.” 91 Beijing Statement of Principles of the Independence of the Judiciary in the Lawasia Region,

yang disepakati dalam Konferensi Ketua-ketua Mahkamah Agung se-Asia Pasifik ke-6 di Beijing tanggal 19 Agustus 1995 sebagaimana telah diamandemen dalam Konferensi ke-7 di Manila,

tanggal 28 Agustus 1997.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

64

“Suatu pengadilan yang bebas merupakan suatu syarat yang

indispensable dalam suatu masyarakat di bawah Rule of law.

Kebebasan demikian mengandung di dalamnya kebebasan dari

campur tangan dari badan-badan lain, baik dari eksekutif

maupun dari legislatif, meskipun ini tidak berarti bahwa

Hakim itu boleh bertindak sewenang-wenang.92

Secara lebih kongkrit, Ahmad Kamil dalam kesimpulannya

menyatakan bahwa:

“Kebebasan hakim mengandung pengertian bahwa para hakim

bebas untuk memeriksa fakta-fakta hukum di persidangan

tentang obyek sengketa yang diperiksa untuk ditentukan

hukum atas perkara itu, tanpa adanya tekanan langsung dan

tidak langsung kepada para Hakim. Untuk mendukung

kebebasan Hakim tersebut, maka pengadilan harus bebas dari

segala bentuk kekuasaan eksekutif, legislatif, dan tekanan

jurnalistik.93

Secara normatif independensi kekuasaan kehakiman di

Indonesia secara tegas disebutkan dalam Pasal 24 Ayat (1) Undang-

undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa

“Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”94

Kemudian dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Kekuasaan

Kehakiman disebutkan, “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan

negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasia dan Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi

terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.”95

Dari rumusan undang-undang tersebut, jelas bahwa konstitusi

dan undang-undang Indonesia sepakat bahwa independensi kekuasaan

kehakiman adalah satu prasyarat mutlak untuk cita-cita membentuk

92 Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1985), hlm. 20. 93 Ahmad Kamil, Filsafat Kebebasan Hakim, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 312. 94 Pasal 24 Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan

ke-3 tanggal 19 November 2001. 95

Indonesia, Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UUNo. 48 Tahun 2009, Lembaran Negara Tahun 2009 No. 157, Tambahan Lembaran Negara No. 5076.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

65

negara hukum. Penjabaran makna kekuasaan kehakiman yang merdeka

itu sendiri dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman disebutkan

sebagai berikut:

Pasal 3

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Hakim dan Hakim

Konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan.

(2) Segala Campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak

lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam

hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

(3) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dipidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan Pasal 3 Ayat (1) Undang-undang kekuasaan

kehakiman menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan “kemandirian

peradilan” adalah bebas dari campur tangan pihak luar dan bebas dari

segala bentuk tekanan baik fisik maupun psikis. Dari bunyi ketentuan

tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut apa saja campur tangan dalam

urusan peradilan yang dikecualikan dalam ketentuan Pasal 3 Ayat (2) di

atas. Setiap asas hukum tentu disepakati sebagai suatu asas dengan

melihat pada manfaat dan tujuan asas tersebut.

Penulis melihat tujuan dari diatur dan ditegakkannya asas

kekuasaan kehakiman yang merdeka, bukanlah ditujukan pada diri

pelaku kekuasaan kehakiman itu sendiri,96

apalagi diri hakim selaku

pribadi. Tujuan dari asas kekuasaan kehakiman yang merdeka pada

hakikatnya adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat

khususnya para pencari keadilan. Sebagaimana disebutkan dalam

Beijing Statement, adalah tugas dari pengadilan untuk menghormati dan

memperhatikan tujuan dan fungsi yang layak/tepat dari lembaga

pemerintahan lainnya, sebaliknya adalah tugas lembaga-lembaga

96 Yang dimaksud sebagai pelaku kekuasaan kehakiman adalah sebagaimana yang ditentukan

dalam UUD 1945, bahwa “Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya,

bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi adalah pelaku Kekuasaan Kehakiman.” Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Tahun 1945, perubahan III tanggal 19 November 2001,

Pasal 24 Ayat (1) dan 24 A Ayat (1).

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

66

tersebut untuk menghormati dan memperhatikan tujuan dan fungsi dari

pengadilan. Tujuan dan fungsi pengadilan yang dimaksud adalah

termasuk: a) untuk memastikan semua orang dapat hidup secara aman

di dalam negara hukum, b) mendorong, dalam batasan fungsi

pengadilan, ketaatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, dan

c) untuk menyelenggarakan hukum secara imparsial terhadap

seseorang, diantara orang-orang, dan negara.97

Atas dasar itu, maka esensi dari kekuasaan kehakiman yang

merdeka adalah untuk memberikan perlindungan dan memastikan agar

kekuasaan kehakiman tersebut dapat menjalankan fungsi dan tujuannya

dengan baik. Hal ini dikatakan juga dalam Beijing Statement bahwa,

“The maintenance of the independence of the judiciary is

essential to the attainment of its objectives and the proper

performance of its functions in a free society observing the

rule of law. It is essential that such independence be

guaranteed by the State and enshrined in the Constitution or

the law.”98

Dengan tercapainya fungsi dan tujuan dari kekuasaan

kehakiman, maka kepentingan masyarakat khususnya para pencari

keadilan juga akan terlindungi untuk mendapatkan suatu proses

peradilan yang baik yang akan membawa pada keadilan, yang lebih

lanjut akan mendatangkan kesejahteraan bagi keseluruhan masyarakat.

“The Judiciary is an institution of the highest value in every society,99

karena itu jika nilai tertinggi dalam masyarakat sudah sesuai fungsi dan

dapat mencapai tujuannya, maka fungsi dan tujuan masyarakat secara

keseluruhan juga dapat tercapai, yaitu kesejahteraan.

Sutanto mengutip kesimpulan hasil seminar Depkehham RI di

Jakarta bahwa kebebasan hakim mempunyai dua sisi, yaitu bebas dalam

arti terlepas dari pengaruh kekuasaan lain dan juga bebas untuk

mempersepsi dan menginterpretasi hukum dan mengadili menurut

97 Beijing Statement, Op. Cit. Pasal 5 dan Pasal 10. 98 Ibid., Pasal 4. 99 Ibid., Pasal 1.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

67

persepsi dan interpretasinya. Kebebasan untuk mempersepsi dan

menginterpretasikan hukum ini sebenarnya adalah alat yang penting

dalam upaya mencapai tujuan hukum, karena ditangan Hakimlah

hukum (undang-undang) itu menjadi hidup.100

Andi Hamzah membedakan antara pengertian "mandiri" dan

"independen" atau merdeka. Mandiri menurut Hamzah artinya berada di

bawah atap sendiri tidak berada di bawah atap departemen atau badan

lain. Sedangkan independen atau merdeka berarti di dalam memutus

perkara seperti dimaksud Paulus Effendi Lotulong dengan “bebas dari

pengaruh eksekutif maupun segala kekuasaan negara lainnya dan

kebebasan dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari

pihat pihak extra judisiil, kecuali dalam hal-hal yang di izinkan oleh

undang-undang”.101

Dikatakan oleh Hamzah, Dalam hal "mandiri", hakim dan

jaksa pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1959 berada dibawah

"atap" departemen (kementerian) kehakiman. Namun semua orang tahu

dari pengalaman empiris, bahwa baik hakim maupun jaksa sungguh-

sungguh independen pada waktu itu. Jaksa Agung Suprapto menangkap

menteri kehakiman yang secara administratif adalah atasannya. Itulah

bukti betapa independennya Jaksa Agung yang pensiun pada umur 65

tahun (teoritis seumur hidup) pada waktu itu. Di sini juga ternyata,

bahwa boleh saja tidak mandiri asal independen dalam menjalankan

tugasnya. Sebaliknya, sesudah tahun 1959 (tahun 1961 resminya)

kejaksaan "mandiri" mempunyai badan sendiri terlepas dari Departemen

Kehakiman namun independensinya hilang, karena Jaksa Agung bukan

lagi "Jaksa Agung pada Mahkamah Agung" tetapi menteri atau anggota

100 Sutanto, “Independensi Lembaga Peradilan di Indonesia”, (Makalah disampaikan dalam Diskusi Panel Pembangunan Hukum Arah Pengembangan Sistem Peradilan Indonesia,

diselenggarakan oleh BPHN Depkumham RI dan FH Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,,

tanggal 24-27 April 2007), hal. 3. 101 Andi Hamzah, “Kemandirian dan Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman”, (Makalah

Disampaikan Pada Seminat Pembangunan Hukum Nasional VIII Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003), hal. 8-

9.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

68

kabinet (pembantu presiden) bukan pensiun pada umur 65 tahun, tetapi

setiap saat dapat diganti oleh presiden. Dengan sendirinya dalam

menjalankan tugas penegakan hukum selalu harus waspada jangan

sampai menyinggung kepentingan politik Presiden yang ujung-ujungnya

menjadikan dia tidak independen.102

Jika jaksa tidak independen dalam

penuntutan, maka hakim pun menjadi tidak independen, karena

putusannya tergantung pada apa yang didakwakan jaksa.103

3.1.2. Wewenang Hakim dalam Mengadili Perkara Pidana

Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang

oleh undang-undang untuk mengadili, dengan pengertian mengadili

adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan

memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak

memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut tata cara yang

diatur dalam undang-undang ini (KUHAP).104

Wewenang Hakim dalam mengadili Terdakwa terhadap

dakwaan yang didakwakan kepadanya memiliki tiga kemungkinan.

Pertama, memutuskan Terdakwa bebas dari dakwaan jika pengadilan

berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan,105

memutuskan Terdakwa lepas

dari segala tuntutan hukum jika perbuatan yang didakwakan kepada

Terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak

pidana (misalnya terbukti sebagai perkara perdata, ada alasan pemaaf,

ataupun ada alasan pembenar),106

atau putusan pemidanaan jika

pengadilan berpendapat bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana yang didakwakan kepadanya.107

102 Ibid., hal 10 103 Ibid., hal. 9. 104 Pasal 1 Angka 8 jo. Pasal 1 Angka 9 KUHAP. 105 Pasal 191 Ayat (1) KUHAP 106 Pasal 191 Ayat (2) KUHAP. 107 Pasal 193 Ayat (1) KUHAP.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

69

Wewenang lainnya yang dimiliki Hakim dalam mengadili

perkara pidana antara lain:

a. Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang

pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan

penahanan (Pasal 20 ayat (3), dan Pasal 26 ayat (1)

KUHAP);

b. Memberikan penangguhan penahanan dengan atau tanpa

jaminan uang atau orang, berdasarkan syarat yang

ditentukan (Pasal 31 ayat (1) KUHAP);

c. Mengeluarkan “Penetapan” agar terdakwa yang tidak hadir

di persidangan tanpa alasan yang sah setelah dipanggil

secara sah kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa pada

sidang pertama dan berikutnya (Pasal 154 ayat (6)

KUHAP);

d. Menentukan tentang sah atau tidaknya segala alasan atas

permintaan orang yang karena pekerjaanya, harkat martabat

atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia dan minta

dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi (Pasal 170

KUHAP);

e. Mengeluarkan perintah penahanan terhadap seorang saksi

yang diduga telah memberikan keterangan palsu di

persidangan baik karena jabatannya atau atas permintaan

Penuntut Umum atau Terdakwa (Pasal 174 ayat (2)

KUHAP);

f. Memerintahkan perkara yang diajukan oleh Penuntut

Umum secara singkat agar diajukan ke sidang pengadilan

dengan acara biasa setelah adanya pemeriksaan tambahan

dalam waktu 14 (empat belas) hari akan tetapi Penuntut

Umum belum dapat juga menyelesaikan pemeriksaan

tambahan tersebut (Pasal 203 ayat (3) huruf (b) KUHAP).

g. Memberikan penjelasan terhadap hukum yang berlaku, bila

dipandang perlu di persidangan, baik atas kehendaknya

sendiri mapun atas permintaan terdakwa atau Penasehat

Hukum-nya (Pasal 221 KUHAP).

h. Memberikan perintah kepada seorang untuk mengucapkan

sumpah atau janji di luar sidang (Pasal 223 ayat (1)

KUHAP);

3.1.3. Pembatasan Kewenangan Hakim

Melihat begitu besarnya kewenangan Hakim, mulai dari

merampas harta kekayaan seseorang yang terbukti berasal dari tindak

pidana, mengurangi kekayaan orang dengan menjatuhkan pidana denda,

menjatuhkan pencelaan dengan perintah mengumumkan putusan

Hakim, pencabutan hak-hak tertentu, perampasan kemerdekaan, bahkan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

70

hingga menjatuhkan pidana mati, maka diperlukan adanya pengaturan

tentang pembatasan wewenang Hakim tersebut.

Sutanto mengatakan, walaupun pada asasnya lembaga

pengadilan di dalam memeriksa dan mengadili setiap perkara yang

diajukan kepadanya mempunyai kebebasan atau independensi, namun

kebebasan itu sendiri tidaklah bersifat mutlak dalam arti bebas tanpa

batas yang justru menjurus pada kesewenang-wenangan. Di dalam

menjatuhkan keputusannya Hakim mempunyai tanggung jawab penuh

kepada Tuhan Yang Maha Esa, pada pihak yang berperkara,

masyarakat, pengadilan banding atau kasasi, ilmu pengetahuan, bangsa

maupun negara.108

Menurut L. J. Van Apeldoorn, pembatasan kebebasan Hakim

adalah pengalaman bangsa Eropa, dimana pada masa lampau kebebasan

Hakim yang tidak terbatas membawa ketidakpastian hukum. Reaksi

keras dari Montesqueiu tampak dalam kata-kata: “para Hakim hanyalah

mulut yang mengucapkan kata-kata undang-undang, mereka adalah

mahluk yang tidak bernyawa yang tidak boleh melemahkan kekuatan

dan kekerasan undang-undang.”109

Kelonggaran baru diberikan dalam

Code Penal 1810, Hakim dibebaskan untuk memilih pidana minimum

dan maksimum yang diancamkan. Pembatasan kebebasan Hakim juga

ditentukan mengenai hal yang menentukan perbuatan apa yang diliputi

oleh suatu rumusan pasal.110

Dalam sistem hukum di Indonesia, wewenang Hakim tersebut

juga dibatasi oleh undang-undang yang menegaskan bahwa “Pengadilan

mengadili menurut hukum.”111

Sutanto membagi beberapa faktor yang

108 Sutanto, Op. Cit. hlm. 7 109 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Inleiding tot de studie van het Nederlandase

Recht) diterjemahkan oleh Oetarid Sadino, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1954), hlm. 392. 110 Pontang Moerad, Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara

Pidana, (Bandung: PT. Alumni, 2005), hlm. 221. 111 Pasal 4 Ayat (1) Undang-undang RI No. 48 Tahun 2009. Terhadap hal ini Bagir Manan

mengatakan, “hukum” dalam mengadili menurut hukum harus diartikan luas melebihi pengertian

hukum tertulis dan tidak tertulis. Hukum dalam kasus atau keadaan tertentu – meliputi pengertian-pengertian yang mengikat pihak-pihak, kesusilaan yang baik, dan ketertiban umum (goede zeden

en openbaar orde). Bagir Manan, Op. Cit. hlm. 9.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

71

dapat mempunyai pengaruh untuk membatasi kebebasan pengadilan di

Indonesia ke dalam dua kelompok, yaitu faktor yuridis yang terdiri dari

Pancasila, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, dan kepentingan

para pihak. Sedangkan faktor yuridis terdiri dari faktor ekonomi,

politik, dan faktor keamanan.112

Andi Hamzah berkesimpulan, dalam mengadili perkara pidana,

Hakim dibatasi oleh asas legalitas baik hukum substantif maupun

hukum acara dan apa yang didakwakan Jaksa.113

Kesimpulan itu ditarik

Andi Hamzah dari argumen bahwa Hakim tidak boleh memutus di luar

yang didakwakan Jaksa, karena dominus litis adalah Jaksa (yang

mewakili negara). Jaksa boleh menuntut satu feit (perbuatan) saja

walaupun Terdakwa melakukan lebih dari satu feiten (perbuatan), tetapi

yang satu itu sungguh-sungguh terjadi dan sungguh-sungguh dibuktikan

dengan alat bukti yang cukup ditambah dengan keyakinan Hakim.

Kebebasan menuntut Jaksa dilakukan pula oleh Jaksa di Amerika

Serikat dengan praktek plea bargaining, artinya jika Terdakwa

mengakui kesalahannya Jaksa dapat mengurangi delik yang akan

didakwakan. Oleh karena itu kebebasan atau kemerdekaan Hakim untuk

memutus perkara pidana tergantung pula pada bebas atau merdeka

tidaknya penuntut umum.114

Pembatasan wewenang Hakim secara prosedural yang

berkaitan dengan surat dakwaan inilah yang menjadi sentral dari

penelitian ini. Pasal 182 (4) KUHAP yang menentukan bahwa :

“Musyawarah tersebut ayat (3) harus didasarkan atas surat

dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan

di sidang pada Hakim mengadili perkara berdasarkan surat

dakwaan.”

Selanjutnya dalam pasal 197(1) huruf c juga disebutkan Surat

putusan pemidanaan memuat dakwaan sebagaimana terdapat dalam

112 Sutanto, Op. Cit. hlm. 7-15. 113 Andi Hamzah, Op. Cit. hlm. 11. 114 Ibid, hal. 8.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

72

surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa/Penuntut Umum dalam

persidangan.

3.2. Kewenangan Hakim untuk Menjatuhkan Putusan di Luar Pasal

Dakwaan Penuntut Umum

Andi Hamzah mengatakan, idealnya apa yang didakwakan Jaksa

ialah perbuatan yang sungguh-sungguh terjadi. Kemandirian putusan Hakim

ialah apa yang terbukti seperti sungguh-sungguh terjadi dan didakwakan

Jaksa, seperti juga dalam perkara perdata Putusan Hakim tergantung kepada

apa yang digugat.115

Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana jika fakta

yang terbukti di persidangan tidak sesuai dengan pasal yang didakwakan.

Secara normatif KUHAP menentukan, “jika pengadilan berpendapat bahwa

dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan Terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka

Terdakwa diputus bebas.”116

Bagaimana halnya jika walaupun perbuatan

Terdakwa tidak terbukti memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana yang

didakwakan, tetapi perbuatan Terdakwa memenuhi rumusan unsur tindak

pidana lain yang tidak didakwakan sebagaimana dalam perkara no.

810/K.Pid.Sus/2012 dan perkara no 2089/K.Pid.Sus/2011 yang akan penulis

bedah pada pembahasan Bab 4 nanti, tentu akan membawa pada

permasalahan keadilan, baik bagi masyarakat sebagai korban, atau sebaliknya

Terdakwa dan keluarganya.

Untuk melihat apakah Hakim berwenang menjatuhkan putusan di

luar pasal yang didakwakan, Penulis uraikan sebagai berikut:

3.2.1. Fungsi Surat Dakwaan Dalam Pemeriksaan Persidangan

Menurut Djoko Prakoso, peranan penting suatu surat

dakwaan dapat dilihat secara personal bagi para pihak yang terlibat

pemeriksaan sidang yaitu Hakim, Penuntut Umum dan Terdakwa atau

Penasehat Hukumnya. Fungsi ini dapat dipengaruhi oleh hak dan

115 Andi Hamzah, Op. Cit., hlm. 11. 116 Pasal 191 Ayat (1) KUHAP.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

73

kewajiban masing-masing sebagai penegak hukum. Bagi penuntut

umum dengan dibuatnya surat dakwaan merupakan dasar pelimpahan

perkara tersebut agar diperiksa dan diputuskan. Selanjutnya surat

dakwaan tersebut menjadi dasar pembuktian dan pembahasan yuridis

selama persidangan serta tuntutan pidana, dan pada akhirnya dapat

juga digunakan sebagai dasar melakukan upaya hukum baik upaya

hukum luar biasa maupun biasa.117

Fungsi surat dakwaan bagi seorang Hakim adalah sebagai

dasar pemeriksaan, memberikan batas ruang lingkup pemeriksaan,

dasar pertimbangan dan akhirnya menjadi dasar pengambilan

keputusan tentang dapat tidaknya seorang Terdakwa diminta

pertanggungjawaban atas perbuatan yang didakwakan terhadap

dirinya. Dengan adanya surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa

Penuntut Umum maka ruang lingkup pemeriksaan persidangan hanya

terbatas pada pencarian kebenaran atas apa yang disebutkan dalam

surat dakwaan tersebut. Hakim tidak boleh melakukan pemeriksaan

yang tidak berkaitan dengan Terdakwa dalam surat dakwaan.118

Seorang Terdakwa atau penasihat hukum mempunyai

kepentingan yang mendalam tentang surat dakwaan karena bagi

Terdakwa atau penasehat hukumnya, surat dakwaan merupakan dasar

bagi mereka melakukan pembelaan atas apa-apa yang didakwakan

terhadap Terdakwa. Oleh karena itu UU menentukan bahwa rumusan

surat dakwaan harus cermat, jelas, dan lengkap. Hal ini guna

memberikan perlindungan hak-hak Terdakwa dalam melakukan

pembelaannya. Karena apabila surat dakwaan tersebut tidak disusun

dengan cermat, jelas, dan lengkap, akan merugikan bagi pembelaan

Terdakwa atau Penasihat Hukumnya. Oleh karena itu UU memberikan

akibat batalnya surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan UU.119

117 Djoko Prakoso, Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara di Dalam

Proses Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 100-101. 118 Ibid, hal. 101. 119 Loc. cit.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

74

Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam surat edaran Jaksa

Agung yang menjadi pedoman pembuatan surat dakwaan bagi internal

Kejaksaan Agung Republik Indonesia, pada Bagian II Surat Edaran

tersebut dikatakan bahwa Surat Dakwaan menempati posisi sentral

dan strategis dalam pemeriksaan perkaa pidana di Pengadilan, karena

itu Surat Dakwaan sangat dominan bagi keberhasilan pelaksanaan

tugas penuntutan.120

Ditinjau dari berbagai kepentingan yang

berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana, maka fungsi surat

dakwaan dapat dikategorikan:

b. Bagi Pengadilan/Hakim, Surat Dakwaan merupakan dasar dan

sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar

pertimbangan dalam penjatuhan keputusan;

c. Bagi Penuntut Umum, Surat Dakwaan merupakan dasar

pembuktian/analisis yuridis, tuntutan pidana, dan penggunaan

upaya hukum;

d. Bagi Terdakwa/Penasihat Hukum, Surat Dakwaan merupakan

dasar untuk mempersiapkan pembelaan.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa fungsi utama surat

dakwaan adalah sebagai landasan utama pemeriksaan perkara pidana

di dalam persidangan, sebagai landasan utama maka konsekuensinya

adalah:

a. Pemeriksaan di dalam tahap pembuktian di persidangan harus

dibatasi hanya atas apa yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut

Umum melalui surat dakwaannya sebagai dasar pemeriksaan;121

b. Terdakwa hanya dapat dijatuhi hukuman, apabila telah terbukti

melakukan tindak pidana seperti yang telah didakwakan dalam

surat dakwaan;122

120 Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Surat Edaran Jaksa Agung tentang pembuatan Surat

Dakwaan, No. SE-004/J.A/11/1993 tanggal 16 Nopember 1993. 121 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan

Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 378. 122 Loc. cit.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

75

c. Tindak pidana yang terbukti di dalam persidangan harus sesuai

dengan tindak pidana yang dituduhkan dalam surat dakwaan;123

d. Jika salah satu unsur saja dari tindak pidana yang didakwakan tidak

ada atau lebih tegasnya tidak terbukti, maka dapat dikatakan bahwa

tindak pidana belum atau tidak terjadi.124

3.2.2. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Timbulnya Perbedaan Fakta

Persidangan dengan Surat Dakwaan

KUHAP mewajibkan surat dakwaan Penuntut Umum harus

menguraikan secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak

pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat

tindak pidana itu dilakukan.125

Perumusan surat dakwaan tersebut

didasarkan pada hasil pemeriksaan pendahuluan dimana dapat

diketemukan baik berupa keterangan Terdakwa maupun keterangan

saksi dan alat bukti yang lain termasuk keterangan ahli misalnya

visum et repertum, dapat diketemukan perbuatan sungguh-sungguh

dilakukan (perbuatan materil) dan bagaimana dilakukannya.126

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Penyidik dengan

mencantumkan pasal undang-undang pidana yang menjadi dasarnya

tidak mengikat Penuntut Umum untuk mengikutinya. Penuntut Umum

dapat membuat perubahan dengan fakta-fakta dan data serta

menyusun dakwaan berdasarkan perumusan delik tersebut. Penuntut

Umum dapat membuat perubahan pasal undang-undang yang

dicantumkan oleh Penyidik untuk menyesuaian dakwaan dengan

fakta-fakta dan data serta menyusun dakwaan berdasarkan perumusan

delik tersebut, hal ini dilakukan dengan cara pengembalian berkas

kepada Penyidik disertai pemberian petunjuk kepada Penyidik tentang

123 Loc. cit. 124 S. R. Sianturi, Azas-azas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. (Jakarta:

Peteheam, 1996), hlm. 207-208. 125 Pasal 143 Ayat (2) KUHAP. 126

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Cetakan Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 170.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

76

hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi sebagaimana diatur dalam

Pasal 138 Ayat (2) KUHAP.

Dalam prakteknya, sekalipun Penuntut Umum telah

menyusun surat dakwaan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari

pemeriksaan Penyidikan, sering terjadi pada tahap pemeriksaan

persidangan surat dakwaan tersebut justru berbeda dengan fakta-fakta

yang ada di persidangan, padahal fakta di persidangan itulah yang

digunakan Hakim dalam menjatuhkan Putusannya. Menurut Penulis,

beberapa faktor yang memiliki kemungkinan untuk dapat

mempengaruhi timbulnya hal tersebut antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Keterangan saksi-saksi di persidangan berbeda dengan keterangan

mereka di penyidikan, hal ini dimungkinkan karena pada tahap

penyidikan pemeriksaan dilakukan tertutup tanpa ada kewajiban

untuk memberikan keterangan di bawah sumpah, sementara di

persidangan saksi memberikan keterangan dalam persidangan yang

terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu seperti kesusilaan

dan pidana anak) dan di bawah sumpah, sehingga pada umumnya

saksi lebih leluasa memberikan keterangan di persidangan, yang

memungkinkan keterangan tersebut tidak sesuai dengan surat

dakwaan Penuntut Umum.

b. Adanya alat bukti tambahan di luar berkas penyidikan yang

diajukan di persidangan. Pada umumnya Terdakwa ataupun

Penasehat Hukumnya baru secara maksimal melakukan defense di

persidangan, dengan mengajukan bukti-bukti a de charge (bukti

yang mendukung kepentingan pembelaan Terdakwa) yang

mungkin bahkan tidak pernah dimunculkan sama sekali pada

pemeriksaan penyidikan, hal itu adalah hal yang menjadi bagian

dari strategi pembelaan Terdakwa.

c. Perbedaan pandangan/pendapat antara Penuntut Umum dengan

Majelis Hakim terhadap penafsiran atas suatu ketentuan

perundang-undangan. Perbedaan ini sangat mungkin terjadi bukan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

77

hanya antara Hakim dengan Jaksa apalagi dengan Penasehat

Hukum yang masing-masing memiliki perspektif dan interest yang

berbeda, juga karena pendapat diantara para ahli hukum maupun

praktisi juga sering berbeda. Hal demikian dipengaruhi antara lain

karena perbedaan latar belakang, budaya hukum, pendidikan

hukum, dan faktor-faktor lainnya. Terlepas dari adanya perbedaan-

perbedaan tersebut, harus kembali diingat bahwa hukum itu

memiliki tujuan, dan tujuan itulah yang harus dicapai dalam

penegakan hukum.

3.2.3 Keadilan Substantif Dalam Putusan Hakim di luar Surat

Dakwaan

Keadilan procedural adalah keadilan yang didasarkan pada

ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dari peraturan hukum formal,

seperti mengenai waktu dan syarat-syarat beracara di pengadilan

sedangkan keadilan substantive adalah keadilan yang didasarkan pada

nilai-nilai yang lahir dari sumber-sumber hukum yang responsif sesuai

hati nurani.

Mochtar Kusumaatmadja127

mengemukakan bahwa hakim

dalam memeriksa dan memutus perkara, bebas dari campur tangan

masyarakat, eksekutif maupun legislatif. Dengan kebebasan yang

demikian itu, diharapkan hakim dapat mengambil keputusan

berdasarkan hukum yang berlaku dan juga berdasarkan keyakinannya

yang seadil-adilnya serta memberikan manfaat bagi masyarakat.

Dengan demikian, maka hukum dan badan-badan pengadilan akan

dapat berfungsi sebagai penggerak masyarakat dalam pembangunan

hukum dan pembinaan tertib hukum.

.

127 Muchtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan

Nasional, Lembaga Peneliti Hukum Fakultas Hukum Universitas Padja, diedarkan oleh penerbit

Bina Cipta, Bandung, 1986, Hal 319-320

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

78

Setiap ketentuan peraturan perundang-undangan tentunya

diundangkan atas dasar filosofis, yuridis, dan sosiologisnya masing-

masing. Seperti halnya dalam perkara a quo, walaupun fakta yang

terbukti di persidangan dan pasal yang didakwakan adalah sama

menyangkut pelanggaran terhadap Undang-undang Narkotika, tetapi

antara perbuatan “memakai/menggunakan Narkotika” dengan

perbuatan “memiliki Narkotika” memiliki latar belakang, fungsi, dan

tujuan yang berbeda, yang karena perbedaan itu, maka pembuat

undang-undang merumuskannya dalam pasal yang berbeda dengan

ancaman pidana yang berbeda pula.

Terkait dengan pengertian dakwaan dihubungkan dengan

keadilan substantif dalam menjatuhkan putusan diluar dakwaan

penulis melihat bahwa surat dakwaan merupakan dasar bagi hakim

dalam melakukan pemeriksaan didepan persidangan dan pada

hakikatnya hakim tidak boleh mengubah surat dakwaan sebagaimana

ditentukan oleh putusan Mahkamah Agung Ri No 589K/Pid /1984

tanggal 17 Oktober 1984128

dan hakim juga dalam menjatuhkan

hukuman kepada terdakwa tidak diperkenankan menjatuhkan pidana

terhadap perbuatan yang tidak didakwakan oleh Penuntut Umum

dalam surat dakwaannya sebagaimana putusan Mahkamah Agung RI

No 321K/Pid/1983 tanggal 26 Mei 1984129

dan terkait tidak

diperkenankannya hakim menjatuhkan putusan diluar dakwaan

seperti dua putusan Mahkamah Agung RI sebagaimana disebutkan

diatas ada pandangan baru dari Mahkamah Agung RI No 693

K/Pid/1986 tanggal 12 Juli 1986130

dan putusan Mahkamah Agung RI

No 675K/Pid/1987 tanggal 21 Maret 1989 yang pada intinya

menyatakan Bahwa terdakwa dapat dijatuhi pidana dengan tindak

pidana sejenis yang sifatnya lebih ringan walaupun tidak didakwakan

128 Ketentuan-Ketentuan KUHAP dalam Yurisprudensi, (Jakarta: Proyek Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI, Tanpa Tahun), hlm. 70-82. 129 Majalah Varia Peradilan No 6 ,( Penerbit :Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), Maret , 1986

)Hal 117-121 130 Yurisprudensi Indonesia , Penerbit Mahkamah Agung RI , 1986 Hal 45

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

79

dan ada putusan Mahkamah Agung RI Nomor 818K/Pid/1984 tanggal

31 Mei 1985 yang pada pokoknya menyatakan apabila didakwa

dengan dakwaan tunggal melanggar pasal 310 KUHP tetapi yang

terbukti adalah pasal 315 KUHP maka terdakwa dapat dijatuhi

hukuman sesuai dengan pasal 315 KUHP walaupun tidak didakwakan

karena Mahkamah Agung RI berpendirian bahwa hal tersebut dapat

dilakukan sepanjang tindak pidana yang dilakukan adalah sejenis131

.

Keadilan substantif sebagai sumber keadilan prosedural

masih bersifat konsep parsial dan belum menjangkau seutuhnya ide-

ide dan realitas yang seharusnya menjadi bagian dari konsep dan

penegakan keadilan, akibatnya penegakan hukum menjadi kurang

atau bahkan tidak mampu menyelesaikan inti persoalan sebenarnya

suara orang atau masyarakat yang tertindas sebagai subjek yang

sangat memerlukan keadilan terabaikan sama sekali.132

Produk

peradilan berupa putusan hakim sering dianggap kontroversial

cenderung tidak dapat diterima oleh kalangan luas dikarenakan

produk hukum hakim tersebut tidak sejalan dengan nilai hukum dan

rasa keadilan dalam masyarakat yang menyebabkan putusan-putusan

yang dijatuhkan dianggap tidak berdasarkan kepada pertimbangan

hukum yang cermat (onvoeldoende gemotiverd).133

Para pencari keadilan (justiciabellen) tentu sangat

mendambakan perkara-perkara yang diajukan ke pengadilan dapat

diputus oleh hakim-hakim yang professional dan memiliki integritas

moral yang tinggi, sehingga dapat melahirkan putusan putusan yang

tidak saja mengandung aspek kepastian hukum (keadilan procedural),

tetapi juga berdimensikan legal justice, moral justice dan social

131 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya,

(Bandung ,PT Alumni, 2006)hal 95 132

Bambang Sutiyoso,Mencari format ideal Keadilan Putusan Dalam Peradilan,Jurnal Hukum

No 2 Vol 17 April 2010.

133 Ibid

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

80

justice. Karena keadilan itulah yang menjadi tujuan utama yang

hendak dicapai dari proses penyelesaian sengketa di pengadilan.134

Kalau dicermati kepala putusan hakim itu sendiri berbunyi

“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, oleh

karena itu pertimbangan keadilan sesungguhnya lebih dikedepankan

dalam memutus suatu perkara. Dalam hal ini memang sepenuhnya

diserahkan kepada majelis hakim yang menangani perkara tersebut.

Bismar Siregar menambahkan bahwa dasar seorang hakim dalam

mengambil putusan adalah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhahan

Yang Maha Esa”. Dengan demikian, dalam menetapkan putusannya,

pertama-tama seorang hakim bermunajat kepada Alloh SWT.135

Adanya benturan-benturan antara pemenuhan keadilan

prosedural di satu sisi dan keadilan substantif di sisi lain, memang

harus ada solusi dan opsi yang jelas dan harus diputuskan oleh Hakim

dengan argumentasi hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam hal ini kami berpendapat, semestinya hakim lebih dahulu

mengedepankan pilihan keadilan substantif, yang sesuai dengan hati

nurani dan rasa keadilan masyarakat. Oleh karena itu, hanya dalam

hal-hal kasuistik dan sangat eksepsional, yaitu terjadi pertentangan

yang tajam antara keadilan prosedural dan keadilan substantif,

keadilan prosedural bisa diabaikan. Tentunya tidak berarti semua

kasus harus boleh begitu saja keadilan prosedural dikalahkan. Hal ini

untuk menghindari apa yang dikemukakan oleh Machiavelli, yaitu

dihalalkannya segala cara untuk mencapai tujuan, atau dengan kata

lain jangan sampai keadilan prosedural diabaikan begitu saja untuk

mencapai tujuan tertentu yang sebenarnya tidak terlalu essensial

pemenuhannya.136

134 Ibid

135 Ibid

136 Ibid

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

81

BAB 4

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DAN

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TERKAIT

DENGAN PUTUSAN DILUAR DAKWAAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Beberapa “Putusan Diluar Dakwaan” dalam Perkara Narkotika oleh

Hakim Pengadilan Negeri

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, diperoleh data berupa

beberapa putusan Pengadilan Negeri dan Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia terkait dengan putusan diluar dakwaan dalam perkara

narkotika sebagai berikut:

I. Putusan No. 10 /Pid.B/2012/PN.Msb.

Dalam perkara ini yang menjadi terdakwa adalah Nama MS bin

UH Als S Bin OGU, Tempat Lahir: Sidrap, Umur/Tanggal Lahir: 34

Tahun/01 Januari 1978, Jenis Kelamin: Laki-Laki, Kebangsaan:

Indonesia, Adapun dakwaan jaksa /Penuntut Umum disusun secara

subsidairitas yaitu:

PRIMAIR :

Bahwa terdakwa MS bin UH alias S bin Ogu , pada Hari Rabu Tanggal

09 Nopember 2011 sekitar pukul 03.30 wita atau setidak-tidaknya pada suatu

waktu dalam bulan Nopember Tahun 2011 atau setidak-tidaknya masih dalam Tahun 2011, bertempat dalam WC, Kamar 107 Penginapan “Wisma Sidenreng”,

Jalan Jend. Ahmad Yani, Kelurahan Kappuna, Kecamatan Masamba, Kabupaten

Luwu Utara atau pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Masamba, yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara antara lain sebagai berikut :

- Awalnya terdakwa yang tidak mempunyai kapasitas sebagai sebagai Ilmuwan

/ Peneliti, Pedagang Besar Farmasi, Dokter, pihak apotek, pihak puskesmas, pihak rumah sakit ataupun pengguna serta tidak mempunyai izin dari Menteri

Kesehatan untuk melakukan perbuatan yang bersinggungan dengan Narkotika,

mendapatkan 1 (satu) paket shabu-shabu dari seseorang bernama LALIN

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

82

(DPO) pada Hari Senin tangal 07 Nopember 2011 sekitar pukul 08.00 Wita di

pinggir jalan di Kabupaten Sidrap yang mana kemudian 1 (satu) paket shabu-shabu tersebut lalu terdakwa bawa menuju kerumahnya di Malili ;

- Bahwa selanjutnya terdakwa pada Hari Selasa, Tanggal 08 Nopember 2011 sekitar pukul 19.00 Wita, di Desa Manurung, Kecamatan Malili, Kabupaten

Luwu Timur, terdakwa yang sementara berdiri dipinggir jalan kemudian

melintas teman terdakwa yakni ALDI dan MANSUR mengajak jalan-jalan ke

Burau yang mana akhirnya terdakwa kemudian ikut mobil ALDI dan MANSUR dengan terlebih dahulu terdakwa membawa 1 (satu) paket shabu-

shabu yang didapatkan dari LALIN serta 1 (satu) bong (botol mimuman bekas

coca cola) yang terdakwa rakit sendiri yang mana bong tersebut sebagai alat bantu apabila nantinya terdakwa akan menggunakan atau mengkonsumsi paket

shabu-shabu ;

- Bahwa setelah sampai dalam perjalanan ke Burau terdakwa bersama ALDI

serta MANSUR ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan ke Karetan di

Kabupaten Luwu namun dalam perjalan ke Karetan ketiganya lalu singgah di

Kafe Nusa di Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara untuk minum dan sekitar pukul 02.30 Wita terdakwa bersama ALDI serta MANSUR dengan

ditemani 3 (tiga) orang pelayan kafe kesemuanya naik mobil dan menuju

Wisma Sidenreng yang mana terdakwa lalu makan di kamar 108 dan setelah selesai terdakwa lalu masuk ke kamar 107 sampai kemudian terdakwa masuk

ke WC Kamar 107 tersebut bermaksud untuk menggunakan 1 (satu) paket

shabu-sabhu beserta 1 (satu) buah bong yang memang sudah terdakwa persiapkan dan bawa dari rumahnya namun saat itu lampu WC padam

sehingga terdakwa menyimpannya di WC kamar 107 tersebut dan keluar

hingga kemudian datang Tim Anti Narkoba dari Polres Luwu Utara langsung

melakukan penggeledahan badan terhadap terdakwa akan tetapi tidak ditemukan barang bukti sehingga Tim Anti Narkoba dari Polres Luwu Utara

melakukan pencarian di WC kamar 107 menemukan barang bukti berupa 1

(satu) buah sachet plastik warna bening yang berisikan butiran kristal warna putih (shabu-shabu) seberat 0,5 (nol koma nol lima) gram ditimbang dengan

plastiknya dan 1 (satu) buah botol plastik bekas coca-cola (bong) ;

- Berdasarkan hasil pemeriksaan Pusat laboratorium Forensik Polri

Laboratorium Forensik cabang Makassar No.Lab : 1255/KNF/XI/2011

tertanggal 11 Nopember 2011 yang ditanda tangani oleh An. Kepala

Laboratorium Forensik Cabang Makassar Dr. Nursamran Subandi, M.Si dengan pemeriksa Drs. Sugiharti, Hasura Mulyani, AMD dan Arianata Vira

T, S.Si yang isi kesimpulannya yaitu “ barang bukti setelah diperiksa sisanya

berupa: Kristal bening seberat 0,2372 gram (1 sachet plastik bening berisi

kristal bening) milik MS bin UH Als S Bin OGU Positif mengandung

Metamfetamina terdaftar dalam Golongan I Nomor urut 61 lampiran

Undang-undang R.I Nomor 35 tahun 2009 tentang Norkotika.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diancam pidana dan diatur dalam

Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

SUBSIDIAIR :

Bahwa terdakwa MS bin UH Als S Bin OGU , pada Hari Rabu

Tanggal 09 Nopember 2011 sekitar pukul 03.30 wita atau setidak-tidaknya pada

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

83

suatu waktu dalam bulan Nopember Tahun 2011 atau setidak-tidaknya masih

dalam Tahun 2011, bertempat dalam WC, Kamar 107 Penginapan “Wisma Sidenreng”, Jalan Jend. Ahmad Yani, Kelurahan Kappuna, Kecamatan Masamba,

Kabupaten Luwu Utara atau pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Masamba, yang tanpa hak atau melawan hukum, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan

tanaman, yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara antara lain sebagai berikut :

- Awalnya terdakwa yang tidak mempunyai kapasitas sebagai sebagai Ilmuwan / Peneliti, Pedagang Besar Farmasi, Dokter, pihak apotek, pihak puskesmas,

pihak rumah sakit ataupun pengguna serta tidak mempunyai izin dari Menteri

Kesehatan untuk melakukan perbuatan yang bersinggungan dengan Narkotika, mendapatkan 1 (satu) paket shabu-shabu dari seseorang bernama LALIN

(DPO) pada Hari Senin tangal 07 Nopember 2011 sekitar pukul 08.00 Wita di

pinggir jalan di Kabupaten Sidrap yang mana kemudian 1 (satu) paket shabu-shabu tersebut lalu terdakwa bawa menuju kerumahnya di Malili ;

- Bahwa selanjutnya terdakwa pada Hari Selasa, Tanggal 08 Nopember 2011

sekitar pukul 19.00 Wita, di Desa Manurung, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, terdakwa yang sementara berdiri dipinggir jalan kemudian

melintas teman terdakwa yakni ALDI dan MANSUR mengajak jalan-jalan ke

Burau yang mana akhirnya terdakwa kemudian ikut mobil ALDI dan MANSUR dengan terlebih dahulu terdakwa membawa 1 (satu) paket shabu-

shabu yang didapatkan dari LALIN serta 1 (satu) bong (botol mimuman bekas

coca cola) yang terdakwa rakit sendiri yang mana bong tersebut sebagai alat bantu apabila nantinya terdakwa akan menggunakan atau mengkonsumsi paket

shabu-shabu ;

- Bahwa setelah sampai dalam perjalanan ke Burau terdakwa bersama ALDI serta MANSUR ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan ke Karetan di Kbupaten

Luwu namun dalam perjalan ke Karetan ketiganya lalu singgah di Kafe Nusa di

Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara untuk minum dan sekitar pukul 02.30 Wita terdakwa bersama ALDI serta MANSUR dengan ditemani 3 (tiga)

orang pelayan kafe kesemuanya naik mobil dan menuju Wisma Sidenreng yang

mana terdakwa lalu makan di kamar 108 dan setelah selesai terdakwa lalu masuk ke kamar 107 sampai kemudian terdakwa masuk ke WC Kamar 107

tersebut bermaksud untuk menggunakan 1 (satu) paket shabu-sabhu beserta 1

(satu) buah bong yang memang sudah terdakwa persiapkan dan bawa dari

rumahnya namun saat itu lampu WC padam sehingga terdakwa menyimpannya di WC kamar 107 tersebut dan keluar hingga kemudian datang Tim Anti

Narkoba dari Polres Luwu Utara langsung melakukan penggeledahan badan

terhadap terdakwa akan tetapi tidak ditemukan barang bukti sehingga Tim Anti Narkoba dari Polres Luwu Utara melakukan pencarian di WC kamar 107

menemukan barang bukti berupa 1 (satu) buah sachet plastik warna bening

yang berisikan butiran kristal warna putih (shabu-shabu) seberat 0,5 (nol koma

nol lima) gram ditimbang dengan plastiknya dan 1 (satu) buah botol plastik bekas coca-cola (bong);

- Berdasarkan hasil pemeriksaan Pusat laboratorium Forensik Polri Laboratorium Forensik cabang Makassar No.Lab : 1255/KNF/XI/2011 tertanggal 11

Nopember 2011 yang ditanda tangani oleh An. Kepala Laboratorium Forensik

Cabang Makassar Dr. Nursamran Subandi, M.Si dengan pemeriksa Drs. Sugiharti, Hasura Mulyani, AMD dan Arianata Vira T, S.Si yang isi

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

84

kesimpulannya yaitu “ barang bukti setelah diperiksa sisanya berupa: Kristal

bening seberat 0,2372 gram (1 sachet plastik bening berisi kristal bening)

milik MS bin UH Als S Bin OGU Positif mengandung Metamfetamina

terdaftar dalam Golongan I Nomor urut 61 lampiran Undang-undang R.I

Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diancam pidana dan diatur dalam Pasal

112 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Dalam persidangan telah didengarkan keterangan saksi-saksi, yaitu

saksi M bin M, saksi AP alias A bin M, JP, A.A, A bin L dan BAP yang

dibacakan atas nama R binti R serta selanjutnya didengarkan juga

keterangan terdakwa MS Bin UH alias S bin Ogu

Barang bukti yang diajukan kepersidangan berupa Kristal bening

seberat 0,2372 gram (1 sachet plastik bening berisi kristal bening) Positip

mengandung Metamfetamina terdaftar dalam Golongan I Nomor urut 61

lampiran Undang-undang R.I Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratis Kriminalistik dari Pusat

laboratorium Forensik Polri Laboratorium Forensik Cabang Makassar

No.Lab : 1255/KNF/XI/2011 tertanggal 11 Nopember 2011 yang ditanda

tangani oleh An. Kepala Laboratorium Forensik Cabang Makassar Dr.

Nursamran Subandi, M.Si dkk.

Setelah melalui proses persidangan selanjutnya Jaksa/Penuntut

Umum membacakan tuntutannya sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Saleh bin Ogu tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “tanpa

hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,

menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I” sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (1) UU RI No. 35

Tahun 2009 tentang Narkotika sebagaimana dakwaan Primair kami

dan oleh karena itu membebaskan terdakwa dari dakwaan tersebut ;

2. Menyatakan Terdakwa Muhammad Saleh bin Ogu terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Memiliki,

menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

85

bukan tanaman” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

112 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

sebagaimana dakwaan subsidair kami ;

3. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Muhammad Saleh bin Ogu

dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama

Terdakwa berada dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa

tetap ditahan ;

4. Menghukum terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp.

800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) subsidiair 3 (tiga) bulan

penjara ;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

- 1 (satu) buah sachet plastik warna bening yang berisikan butiran

Kristal warna putih (shabu-shabu) seberat 0,2372 gram gram

beserta plastiknya

- 1 (satu) buah botol plastik bekas coca cola (bong)

- 1 (satu) buah pipet warna putih

Dirampas untuk dimusnahkan ;

6. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).

Terkait dengan tuntutan Jaksa /Penuntut Umum maka Majelis

hakim Pengadilan Negeri Msb memberikan putusan Menyatakan terdakwa

MS bin UH Als S Bin OGU tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan PRIMAIR

MAUPUN SUBSIDIAIR Jaksa Penuntut Umum dan membebaskan

Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan PRIMAIR MAUPUN SUBSIDIAIR

Jaksa Penuntut Umum tersebut , kemudian menyatakan terdakwa MS bin

UH Als S Bin OGU telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “PENYALAH GUNA NARKOTIKA

GOLONGAN I BAGI DIRI SENDIRI” dan menjatuhkan pidana kepada

Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan

6 (enam) bulan;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

86

Putusan tersebut di atas diambil setelah hakim mempertimbangkan

pertimbangan yang bersifat yuridis, yaitu antara lain :

a. Surat dakwaan dan Surat Tuntutan jaksa penuntut umum

Dalam pertimbangannya, hakim menyatakan bahwa oleh karena dakwaan

jaksa penuntut umum disusun dalam bentuk subsidairitas, maka hakim akan

mempertimbangkan terlebih dahulu dakwaan primair dari jaksa penuntut

umum, yaitu melanggar Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Republik

Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika untuk kemudian bila tidak

terbukti beralih ke dakwaan subsidair .

b. Fakta –fakta dipersidangan.

Dari fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan terbukti bahwa pada

hari Senin tanggal 7 Nopember 2011 terdakwa diberi 1(satu)paket shabu

dari Lalin (DPO) dan selanjutnya hari Rabu tanggal 9 Nopember 2011

terdakwa bertemu dengan saksi A P dan saksi M bin M yang mengendarai

mobil di pinggir jalan dan mengajak terdakwa untuk ikut bersama para

saksi, untuk kemudian pergi ke kafe dan dilanjutkan dengan pergi ke wisma

Sidenreng dan pada saat terdakwa sedang berada dikamar mandi untuk

memakai shabu tersebut akan tetapi tidak jadi digunakan karena tidak ada

pipet kemudian terdakwa menyimpannya di depan kloset WC di dalam

kamar No.107, disaat itulah datang petugas kepolisian menangkap terdakwa

berikut barang bukti setelah diperiksa sisanya berupa: Kristal bening

seberat 0,2372 gram (1 sachet plastik bening berisi kristal bening) milik

terdakwa,

c. Pertimbangan Hakim terkait dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dalam pertimbangannya mengenai dakwaan primair Pasal 114 ayat (1)

Undang-Undang No. 35 tahun 2009, majelis hakim menilai terdakwa tidak

dalam kapasitasnya sebagai menawarkan menjual, menjual, membeli,

menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika

dengan demikian dakwaan primair tidak terpenuhi dalam diri terdakwa,

selanjutnya dipertimbangkan dakwaan subsidair pasal 112 ayat (1) UU No

35 Tahun 2009 terhadap sub unsur memiliki, menyimpan, menguasai

atau menyediakan ini harus benar-benar dilihat berdasarkan fakta

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

87

yang terungkap dalam persidangan apakah terdakwa memiliki,

menyimpan, menguasai atau menyediakan dalam rangka untuk

diedarkan atau dipakai sendiri atau dengan kata lain digunakan

sendiri (penyalah guna). Dihubungkan antara SEMA no 4 tahun 2010

dan barang bukti yang ditemukan bersama terdakwa sebanyak 0,2372

(nol koma dua tiga tujuh dua) gram sehingga unsur pasal ini tidak

dapat diterapkan kepada terdakwa.

Selain pertimbangan yang bersifat yuridis, hakim juga memberikan

pertimbangan yang bersifat non yuridis, yaitu antara lain : hal-hal yang

memberatkan dan meringankan, yaitu :

Hal-hal yang memberatkan :

Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat

Hal-hal yang meringankan :

terdakwa belum pernah dihukum dan masih muda sehingga masih

diharapkan untuk dapat memperbaiki perbuatannya dimasa yang akan

datang;

Terdakwa sebagai salah satu korban peredaran narkotika ;

Adapun alasan/pertimbangan majelis hakim memutuskan “putusan

diluar dakwaan” adalah sebagai berikut :

1. bahwa ada dua hal pokok yang dapat ditemukan dari rumusan

pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yaitu pemberantasan peredaran tindak pidana narkotika

dan prekursor narkotika serta perlindungan terhadap pengguna

narkotika hal mana telah dirumuskan sebagai tujuan dari UU ini

sebagaimana bunyi Pasal 4 huruf c dan d sebagai berikut:

- memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika; dan

- menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi

penyalah Guna dan pecandu Narkotika, yang berarti ada

pemisahan besar berkaitan dengan pengaturan ketentuan pidana

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

pertama mengenai pemberantasan narkotika dan prekursor

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

88

narkotika dan kedua mengenai penyalah guna narkotika dan

pecandu narkotika;

2. bahwa oleh karena ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam

Pasal 111 sampai dengan Pasal 126 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, hanya dapat dikenakan kepada

seseorang dalam kerangka “peredaran” baik dalam perdagangan,

bukan perdagangan maupun pemindahtanganan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi, sehingga tidak boleh begitu saja secara serampangan

misalnya seorang penyalah guna narkotika diajukan kepersidangan

dan dikenakan ketentuan-ketentuan tersebut. Seorang penyalah

guna narkotika dalam rangka mendapatkan narkotika tentulah

dilakukan dengan cara membeli, menerima atau memperoleh dari

orang lain dan untuk itu narkotika yang ada dalam tangannya jelas

merupakan miliknya atau setidak-tidaknya dalam kekuasaannya

sehingga tentulah tidak tepat apabila dikenakan Pasal 111, 112,

114, 115, 117, 119, 122, 124 dan 125 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan anggapan pasal-pasal

tersebut mencantumkan larangan memiliki, menyimpan,

menguasai, membeli, menerima dan membawa oleh karena itu

meskipun penyalah guna kedapatan memiliki, menyimpan,

menguasai, membeli, menerima dan membawa dalam rangka untuk

menggunakan narkotika untuk dirinya sendiri maka tindak pidana

yang dikenakan haruslah Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika;

3. bahwa terhadap unsur “tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan” majelis perpendapat

bahwa terhadap sub unsur memiliki, menyimpan, menguasai atau

menyediakan ini harus benar-benar dilihat berdasarkan fakta yang

terungkap dalam persidangan apakah terdakwa MS bin UH Als S

Bin OGU memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

89

dalam rangka untuk diedarkan atau dipakai sendiri atau dengan

kata lain digunakan sendiri (penyalah guna);

4. bahwa Mahkamah Agung Republik Indonesia telah mengeluarkan

Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2010 sebagai pengganti Surat

Edaran Nomor 7 Tahun 2009 yang berisi hal-hal yang apa

seseorang dapat dikatakan sebagai penyalah guna, lahirnya Surat

Edaran ini adalah untuk memperjelas penafsiran siapa penyalah

guna narkotika dan secara kontrario menunjukkan jika seseorang

memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan lebih dari

jumlah yang ditentukan dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2010

tidak dapat serta merta dikatakan sebagai penyalah guna

narkotika.

5. bahwa mengingat azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya

ringan serta mengingat pula pasal yang akan diterapkan terhadap

terdakwa MS bin UH Als S Bin OGU masih dalam kualifikasi

yang sama yaitu Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan juga untuk

memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum maka sudahlah tepat

kiranya apabila kemudian Majelis menerapkan Pasal 127 ayat (1)

huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

walaupun tidak didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum;

6. bahwa yang dimaksud dengan penyalah guna seperti yang

ditentukan dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan

narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Penyalah guna disini

juga diawali dengan kata “setiap” maka semua orang tanpa

terkecuali sebagai pengguna narkotika termasuk pecandu

narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika dapat diancam

dengan ketentuan Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika ini;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

90

II. Putusan No. 55/Pid.B/2012/PN.M.

Dalam perkara ini yang menjadi terdakwa adalah Nama Lengkap:

R Bin Alm M. D, Tempat Lahir: Majene, Umur / Tanggal lahir: 38

Tahun/02 Juli 1974,

Dakwaan jaksa/Penuntut Umum disusun secara alternatif yaitu:

Kesatu :

Bahwa ia Terdakwa R bin Alm M.D, Pada hari dan tanggal 05 April 2012,sekitar pukul 21.30 wita atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih dalam bulan

April tahun 2012, bertempat di depan Pusat Pertokoan Lingkungan Battayang

Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kab. Majene, atau setidak tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan

Negeri Majene, tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,

menguasai atau menyediakan Narkotika golongan 1” bukan tanaman berupa 1(satu) paket butiran Kristal shabu-shabu dengan berat 0,0239 gram. yang

kejadiannya sebagai berikut :

--------Bahwa pada awalnya Saksi HASBI petugas dari satuan Reserse Narkoba Polres Majene memperoleh informasi dari masyarakat bahwa didepan Pusat

Pertokoan Lingk. Battayang Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kab.

Majene, akan terjadi transaksi Narkoba jenis shabu-shabu yang akan dilakukan Terdakwa, kemudian Saksi HASBI menghubungi rekannya Saksi BUDI

SANTOSO dan Saksi IDRIS untuk mengatur strategi, kemudian ketiga saksi

tersebut menuju kedepan Pusat Pertokoan Lingk, Battayang Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kab. Majene untuk menangkap para pelaku yang akan

melakukan transaksi Narkoba, setelah ketiga saksi berada disekitar tempat yang

dimaksud ketiga Saksi melakukan persembunyian tidak lama kemudian

Terdakwa melintas menuju motornya yang sedang terparkir dan pada saat Terdakwa hendak menstarter motornya ketiga Saksi langsung melakukan

penangkapan dan melakukan penggeledahan, namun tidak melakukan barang

bukti Terdakwa, kemudian Terdakwa langsung berkata kepada petugas dari satuan Reserse Narkoba Polres Majene “ada apa ini pak, saya tidak terima jangan

sampai bapak menyimpan Narkoba dimotor saya”. Padahal petugas dari Satuan

Reserse Naroba Polres Majene pada saat itu belum menyampaikan alasan

melakukan penangkapan, ketiga Saksi dari satuan Reserse Narkoba Polres Majene makin penasaran dan akhirnya melakukan pemeriksaan pada motor

Terdakwa, dan setelah beberapa saat melakukan pencarian pada saat itu, telah

berhasil menemukan 1 (satu) paket bungkusan plastik yang diselipkan pada lubang setir motor Terdakwa, yang diduga sebagai jenis shabu-shabu selanjutnya

Terdakwa dibawa kekantor Polres Majene untuk menjalani pemeriksaan.

---------Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam dengan Pidana dalam pasal 112

ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkoba.

Atau

Kedua :

--------Bahwa ia Terdakwa R BIN Alm.M. D, Pada hari dan tanggal 05 April

2012,sekitap pukul 21.30 wita atau setidak-tidaknya pada waktu lain yang masih

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

91

dalam bulan April tahun 2012, bertempat di depan Pusat Pertokoan Lingkungan

Battayang Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kab. Majene, atau setidak tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum

Pengadilan Negeri Majene, telah menghalangi atau mempersulit penyidikan serta

penuntutan pemeriksaan perkara tindak Pidana Narkotika dan/atau tindak pidana Prekursor Narkotika dimuka siding pengadilan. Yang kejadiannya sebagai

berikut. :

--------Bahwa pada awalnya Saksi HASBI petugas dari satuan Reserse Naroba Polres Majene memperoleh informasi dari masyarakat bahwa didepan Pusat

Pertokoan Lingk. Battayang Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kab.

Majene, akan terjadi tranSaksi Narkoba jenis shabu-shabu yang akan dilakukan Terdakwa, kemudian Saksi HASBI menghubungi rekannya Saksi BUDI

SANTOSO dan Saksi IDRIS untuk mengatur strategi, kemudian ketiga saksi

tersebut menuju kedepan Pusat Pertokoan Lingk, Battayang Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kab. Majene untuk menangkap para pelaku yang akan

melakukan transaksi Narkoba, setelah ketiga Saksi berada disekitar tempat yang

dimaksud ketiga Saksi melakukan persembunyian tidak lama kemudian

Terdakwa melintas menuju motornya yang sedang terparkir dan pada saat Terdakwa hendak menstrater motornya ketiga Saksi langsung melakukan

penangkapan dan melakukan penggeledahan, namun tidak melakukan barang

bukti Terdakwa, kemudian Terdakwa langsung berkata kepada petugas dari satuan Reserse Narkoba Polres Majene “ada apa ini pak, saya tidak terima jangan

sampai bapak menyimpan Narkoba dimotor saya”. Padahal petugas dari Satuan

Reserse Naroba Polres Majene pada saat itu belum menyampaikan alasan

melakukan penangkapan, ketiga Saksi dari satuan Reserse Narkoba Polres Majene makin penasaran dan akhirnyamelakukan pemeriksaan pada motor

Terdakwa, dan setelah beberapa saat melakukan pencarian pada saat itu, telah

berhasil menemukan 1 (satu) paket bungkusan plastik yang diselipkan pada lubang stir motor Terdakwa, yang diduga sebagai jenis shabu-shabu selanjutnya

Terdakwa dibawa ke kantor Polres Majene untuk menjalani pemeriksaan.

Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam dengan pidana dalam pasal 138

Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkoba.

Dalam persidangan telah didengarkan keterangan 6(enam orang

saksi), yaitu H (anggota Polisi), BS(anggota polisi),I Bin S (anggota

polisi), MS bin K,MD alias A bin D, SD alias D bin B. Selanjutnya telah

pula didengarkan keterangan saksi yang meringankan (a de charge) yaitu

saksi A.S Spd, saksi H. A A, saksi Hrf, serta terdakwa RAMLI Bin Alm

M. DAALI.

Barang bukti yang ditemukan polisi adalah : 1 (Satu) Paket butiran

Kristal bening dengan berat 0,0239 gram dirampas untuk dimusnahkan, 1

(satu) lembar kertas rokok warna kuning emas, 1 (satu) Unit sepeda motor

merk smash warna hitam Nomor Polisi DC 4923 PC;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

92

Setelah melalui proses persidangan selanjutnya Jaksa/Penuntut

Umum membacakan tuntutannya sebagai berikut :menyatakan Terdakwa R

Bin Alm M. D telah terbukti secara sah dan terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menyimpan, Narkotika

Golongan I bukan tanaman” sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana

dalam Pasal 112 Ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam

dakwaan kesatu, menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu

dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun 3 (tiga) bulan dan pidana

denda sebesar Rp. 800.000.000,- (Delapan ratus juta Rupiah) subsidair 4

(empat ) bulan kurungan dan menetapkan masa penahanan yang telah

dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan dan

agar Terdakwa tetap ditahan.

Terkait dengan tuntutan Jaksa /Penuntut Umum tersebut diatas

maka Majelis hakim Pengadilan Negeri Majene memberikan putusan

sebagai mana dibawah ini:

- Menyatakan bahwa Terdakwa RAMLI Bin Alm M. DAALI tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana dalam dakwaan kesatu ataupun dakwaan kedua penuntut

umum;

- Membebaskan Terdakwa dari dakwaan dakwaan-dakwaan tersebut;

- Menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Penyalahguna Narkotika golongan I bagi diri

sendiri”

- Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) bulan;

Putusan tersebut di atas diambil setelah hakim mempertimbangkan

pertimbangan yang bersifat yuridis, yaitu antara lain :

b. Surat dakwaan dan Surat Tuntutan jaksa penuntut umum

Dalam pertimbangannya, hakim menyatakan bahwa oleh karena dakwaan

jaksa penuntut umum disusun dalam bentuk alternative, maka hakim akan

mempertimbangkan terlebih dahulu kesatu dari jaksa penuntut umum, yaitu

melanggar Pasal 112 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No. 35

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

93

Tahun 2009 Tentang Narkoba untuk kemudian bila tidak terbukti beralih ke

dakwaan alternative kedua .

b. Fakta –fakta dipersidangan.

Dari fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan terbukti

bahwa pada hari Pada hari Kamis tanggal 05 April 2012 sekitar jam 21.00

wita didepan pusat pertokoan Lingk. Battayang Kel. Banggae Kec.

Banggae Kab. Majene polisi telah menemukan shabu seberat 0,0239 gram

distang motor sebelah kanan milik terdakwa, dipersidangan Terdakwa

pada pokoknya telah membantah keterangan Saksi Hasbi, Saksi Budi

Santoso, dan Saksi Idris Bin Sadri(saksi –saksi anggota kepolisian)

c. Pertimbangan Hakim terkait dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Dalam pertimbangannya mengenai dakwaan alternative kesatu Pasal

112 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009

Tentang Narkoba, majelis hakim menilai terjadi ketidakcocokan diantara

para saksi terkait dengan kepemilikan shabu yang diketemukan di stang

sebelah kanan motor terdakwa sehingga majelis tidak meyakini kepemilikan

terdakwa atas barang bukti shabu tersebut, selanjutnya dipertimbangkan

dakwaan alternative kedua pasal 138 Undang-undang Republik Indonesia

No. 35 Tahun 2009 Tentang narkotika dengan unsur menghalang-halangi

atau mempersulit penyidikan perkara tindak pidana narkotika

terhadap pasal ini hakim berpendapat perbuatan Terdakwa yang

menyangkali perbuatan yang dituduhkan kepadanya adalah hak bagi setiap

orang, bahkan sekalipun tuduhan tersebut kemudian terbukti, Terdakwa

tidak dapat dipersalahkan akibat mengingkari suatu fakta tindak pidana yang

telah dilakukan olehnya karena bahkan di depan pengadilanpun hukum

memberi hak ingkar (wraking sehingga unsur pasal ini tidak dapat

diterapkan kepada terdakwa.

Selain pertimbangan yang bersifat yuridis, hakim juga memberikan

pertimbangan yang bersifat non yuridis, yaitu antara lain : hal-hal yang

memberatkan dan meringankan, yaitu :

Hal-hal yang memberatkan :

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

94

- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan usaha pemerintah dalam

pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa bersikap sopan di persidangan;

- Terdakwa merupakan Tulang punggung keluarga;

- Terdakwa menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukannya yaitu

menggunakan Narkotika jenis shabu;

- Terdakwa belum pernah dipidana sebelumnya

Adapun alasan/pertimbangan majelis hakim memutuskan “putusan

diluar dakwaan” adalah sebagai berikut :

1. Majelis berpendapat bahwa selain lemahnya pembuktian,terdapat pula

berbagai ketidaklogisan dalam keterangan Saksi-Saksi yang diajukan

oleh Penuntut Umum, bahkan dalam hal tuduhan terbukti sekalipun

masih membutuhkan pertimbangan yang seksama karena kepemilikan

atau penguasaan narkotika dengan berat +/- 0,2 gram harus dilihat dari

segi kontekstualnya dengan melihat tujuan pemilikan atau penguasaanya

(vide: Putusan MA No. 1386K/Pid .Sus/2011) sehingga dengan demikian

timbul ketidakyakinan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan unsur ini

terpenuhi;

2. Bahwa unsur kedua menghalangi atau mempersulit penyidikan serta

penuntutan pemeriksaan perkara tindak Pidana Narkotika dan/atau tindak

pidana Prekursor Narkotika dimuka sidang pengadilan berdasarkan

pemeriksaan persidangan terdakwa tidak pernah terbukti melakukan

tindakan-tindakan yang bersifat menentang penegakan hukum Narkotika

yang dilakukan terhadapnya, perbuatan Terdakwa yang menyangkali

perbuatan yang dituduhkan kepadanya adalah hak bagi setiap orang,

bahkan sekalipun tuduhan tersebut kemudian terbukti, Terdakwa tidak

dapat dipersalahkan akibat mengingkari suatu fakta tindak pidana yang

telah dilakukan olehnya karena bahkan di depan pengadilan pun hukum

memberi hak ingkar (wraking) kepada Terdakwa dengan demikian unsur

ini tidaklah dapat dipandang terpenuhi menurut hukum ;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

95

3. Majelis Hakim yang mengadili perkara ini dengan kewajiban pro justitia

(demi keadilan) sebelum memutuskan perkara ini mempertimbangkan

hal-hal berikut:

- Bahwa dalam persidangan, Saksi Muhammad Syukri Bin Alm

Kasman menerangkan bahwa Terdakwa pernah menggunakan

Narkotika beberapa bulan sebelum kejadian tersebut, Keterangan

Saksi tersebut secara langsung bersesuaian dengan Keterangan

Terdakwa sendiri di depan persidangan yang mengatakan dirinya

pernah menggunakan Narkotika Bersama Saksi Muhammad Syukri

Bin Alm Kasman dan Lk. Syahrial;

- Bahwa Terdakwa dipersidangan menerangkan tentang dirinya yang

pernah diajak oleh Saksi Hasbi untuk menjadi Banpol guna menjerat

para pengguna Narkotika menandakan bahwa Saksi Hasbi telah telah

memiliki pengetahuan terhadap diri Terdakwa sebagai orang yang

mengerti masalah Narkotika;

- Bahwa keterangan Saksi SUPRIA DELI Alias DELI Bin BADDULU

yang pernah mendengar bahwa Terdakwa pernah menggunakan

Narkotika apabila dihubungkan dengan Keterangan Saksi Hasbi, Saksi

Budi Santoso, dan Saksi Idris Bin Sadri yang pada pokoknya

mengemukakan Bahwa Terdakwa telah termasuk dalam Daftar Target

Operasi Unit Narkotika Polres Majene dihubungkan pula dengan

keterangan Terdakwa dipersidangan tentang dirinya yang pernah

diajak oleh Saksi Hasbi untuk menjadi Banpol adalah suatu

kettingbewijs yang mengarah pada fakta bahwa benar Terdakwa

pernah menggunakan Narkotika;

- Bahwa meskipun hasil pemeriksaan urine dan darah Terdakwa

menunjukkan hasil negatif namun tidak dapat menggugurkan fakta

tersebut karena berdasarkan keterangan Terdakwa, dirinya memakai

Narkotika jauh sebelum penangkapan dilakukan terhadap dirinya

namun setidak-tidaknya masih dalam kurun waktu tahun 2012

sehingga menjadi bernilai wajar ketika hasil pemeriksaan tersebut

bernilai negatif karena tenggang waktu yang lama tersebut;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

96

- Bahwa hal tersebut yang menjadi dasar bagi Majelis Hakim yang

mengadili perkara ini untuk menetapkan fakta bahwa “Terdakwa

adalah orang yang pernah menggunakan Shabu-shabu”. dan oleh

karena suatu hal yang telah ditetapkan menjadi fakta persidangan

haruslah dinilai mutlak karena diyakini akan kebenarannya, maka

dalam hal diajukan tersendiripun akan tetap memiliki hasil yang sama

sebagaimana sifatnya sebagai suatu ‘Fakta’, berdasarkan hal tersebut

Majelis Hakim yang mengadili perkara ini berpandangan bahwa

dalam persidangan telah terungkap Fakta tentang perbuatan Terdakwa

yang dapat dipertimbangkan sebagai suatu Tindak Pidana;

4. Bahwa Terdakwa di depan persidangan memberi keterangan bahwa

dirinya pernah menggunakan shabu-shabu bersama Saksi Muhammad

Syukri Bin Alm Kasman dan Lk. Syahrial hal mana didukung pula oleh

keterangan Saksi Saksi Muhammad Syukri Bin Alm Kasman sendiri,

Saksi Supria Deli Alias Deli Bin Baddulu, Saksi Hasbi, Saksi Budi

Santoso dan Saksi Idris bin Sadri sebagaimana diuraikan sebelumnya,

5. Majelis Hakim yang mengadili perkara ini akan mengemukakan hal-hal

yang dapat dijadikan sebagai ratio decidendi atau setidak-tidaknya

sebagai obiter dicta dalam memutuskan hal demikian, yaitu:

- Bahwa Putusan Mahkamah Agung No. 47 K/Kr/1956 tanggal 2 Maret

1957, Putusan Mahkamah Agung Nomor: 68/K/Kr/1973 tanggal 16

Desember 1976, pasal 182 ayat 4 KUHAP, Pasal 191 ayat (1) dan (2)

KUHAP, serta Pasal 193 ayat (1) KUHAP menjadi dasar dalam

praktek Hukum Acara Pidana bahwa pemeriksaan persidangan harus

mengacu pada surat dakwaan, oleh karena itu putusan Hakim kerap

dibatasi ruang lingkupnya sebatas hal yang didakwakan, surat

dakwaan selalu dipandang sebagai suatu litis contestatio dalam

memeriksa perkara dan menjatuhkan putusan, namun Majelis Hakim

yang mengadili perkara ini berpendapat bahwa Hakim seharunya

tidaklah dikunci dalam upaya penegakan keadilan dengan

membatasinya secara mutlak berdasarkan dakwaan penuntut umum

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

97

hal mana tidak akan memberi ruang bagi Hakim dalam menjalankan

kewajibannya untuk menegakkan keadilan secara utuh;

- Bahwa penegakan Hukum Acara Pidana tidak dapat dipersamakan

dengan penegakan Hukum Acara Perdata dimana dalam Hukum Acara

Perdata terdapat larangan untuk menjatuhkan putusan yang bersifat

ultra petita dengan didasari filosofi bahwa tujuan hukum acara

perdata adalah penegakan hukum perdata materiel sebagai hukum

private;

- Bahwa dengan demikian, merupakan sesuatu yang rasional apabila

putusan Hakim dalam perkara perdata harus sebatas pada hal-hal yang

diminta oleh suatu pribadi yang berkedudukan sebagai penggugat

karena :

- Pribadi tersebutlah yang merasa dirugikan hak-haknya,

- Pribadi tersebutlah yang menggugat/menuntut haknya melalui

pengadilan, sehingga dengan demikian tidak akan terdapat bias

terhadap apa yang ingin digugat/dituntutnya;

- Bahwa dalam Hukum Acara Pidana yang bertujuan untuk

menegakkan Hukum Pidana Materil sebagai hukum publik,

seharusnya Majelis Hakim dapat mempertimbangkan dan

memutuskan suatu hal yang tidak dimintakan atau dituduhkan oleh

Penuntut Umum apabila terang bertujuan untuk menegakkan keadilan,

karena hakikatnya Penuntut Umum bukanlah prinsipal atau pihak

yang berkepentingan langsung, Penuntut Umum bukanlah pihak yang

dirugikan secara langsung, melainkan hanya merupakan perwakilan

dari Publik/Negara yang tidak secara mutlak dapat bersifat

representatif atas kehendak publik/negara atau dapat saja bias

terhadap kehendak Publik/Negara itu sendiri.

- Bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dalam perkara ini, Majelis

menilai Penuntut Umum telah tidak representatif dalam mewakili

kehendak publik/negara karena tidak menuangkan pasal 127 ayat 1

huruf a UURI No.35 2009 dalam dakwaan padahal negara/publik

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

98

menentang perbuatan tersebut dimana perbuatan tersebut sebenarnya

nampak dalam berkas perkara;

- Bahwa meski demikian Majelis Hakim menilai bahwa memutus suatu

hal yang tidak didakwakan oleh Penuntut umum bukan tanpa batasan

karena dapat menimbulkan pemeriksaan yang tidak terarah dalam

persidangan oleh karena itu perbuatan yang dapat dipertimbangkan

sebatas hal yang berkaitan langsung dengan apa yang didakwakan;

- Bahwa perbuatan Terdakwa yang dipersalahkan oleh Majelis Hakim

memiliki kaitan erat dan berhubungan langsung dengan perbuatan

yang didakwakan kepada Terdakwa dimana kedua hal tersebut diatur

dalam undang-undang khusus yang sama dengan rumpun yang sama

yaitu menyangkut kejahatan Narkotika;

- Bahwa meskipun berbeda konteks dalam hal fakta peristiwa namun

dalam putusan Mahkamah Agung No.2497/K/Pid.Sus/2011 terdapat

hal yang layak dijadikan bahan pertimbangan, dimana Terdakwa yang

sebelumnya didakwa tunggal dengan Pasal 112 (1) jo. Pasal 132 (1)

UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika diputus terbukti

melakukan tindak pidana yang diatur dalam pasal 127 ayat (1) huruf a

UU a quo.

- Bahwa setiap putusan yang membebaskan atau melepaskan Terdakwa

harus diikuti dengan pemulihan hak-hak Terdakwa dalam

kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya yang menurut

Majelis memiliki nilai ironi jika dari satu sisi telah terdapat fakta

hukum bahwa Terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana.

III. Putusan No. 151 /Pid.B/2011//PN.KTP

Dalam perkara ini yang menjadi terdakwa adalah W alias WIDYA,

lahir di Ketapang, umur 16 Tahun/05 Mei 1995, jenis kelamin Perempuan,

Kebangsaan Indonesia. Terdakwa W alias Widya didakwa oleh Jaksa

Penuntut Umum dengan dakwaan Subsidairitas:

PRIMER:

---------Bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 18 Juni 2011 sekitar pukul 13.30 Wib atau pada waktu lain dalam tahun 2011 bertempat di Losmen Wijaya Desa

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

99

Kendawangan Kiri Kec. Kendawangan Kab. Ketapang atau pada tempat lain dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Ketapang, permufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika

golongan I bukan tanaman, yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai

berikut:

Bahwa pada waktu dan tempat tersebut di atas terdakwa bersama-sama

dengan SY. M. Saunan Als Unan, Ahmat Saba’an als Amat dan Syafaredha Als Edha

(tersangka dalam berkas terpisah) datang dari pelabuhan Kendawangan menuju Losmen Wijaya dan sesampainya di Losmen Wijaya terdakwa dan kawan-kawan

memasuki kamar nomor 5, setelah sampai di kamar terdakwa dan kawan-kawan

berkumpul di atas tempat tidur untuk siap-siap mengisap sabu-sabu, kemudian Saunan als Unan menyiapkan peralatan untuk mengisap sabu-sabu tersebut lalu

Saunan als Unan mengisap sabu-sabu terlebih dahulu kemudian bergantian terdakwa,

saudari Edha dan terakhir baru saudara Amat. Sewaktu sedang mengisap sabu-sabu tersebut lah masuk anggota Polisi melakukan penggerebekan dan menangkap

terdakwa bersama kawan-kawan yaitu SY. M. Saunan Als Unan, Ahmat Saba’an als

Amat dan Syafaredha als Edha.

Bahwa narkotika jenis sabu-sabu yang disita dari terdakwa dan kawan-kawan

seluruhnya sebesart 0,8 (nol koma delapan) gram, kemudian disihkan untuk

pemeriksaan laboratorium dan berdasarkan Surat Keterangan Pengujian Badan POM RI. LP-185/N/PL-Pol/VI/2011 tanggal 22 Juni 2011 yang dibuat oleh Dra. Ketut

Ayu Sarwetini, Apt menyatakan contoh barang bukti Positif mengandung

metamphetamin yang termasuk jenis narkotika golongan I sesuaiu dengan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Dalam hal ini perbuatan tersebut dilakukan terdakwa tanpa hak dan tanpa izin

dari yang berwenang yakni Menteri Kesehatan RI.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 112

ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU. RI Nomor : 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo UU. RI No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak;

SUBSIDER:

------Bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 18 Juni 2011 sekitar pukul 13.30 Wib

atau pada waktu lain dalam tahun 2011 bertempat di Losmen Wijaya Desa Kendawangan Kiri Kec. Kendawangan Kab. Ketapang atau pada tempat lain dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Ketapang, permufakatan jahat tanpa hak atau

melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika

golongan I bukan tanaman, yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut:

Bahwa pada waktu dan tempat tersebut di atas terdakwa bersama-sama dengan SY. M. Saunan Als Unan, Ahmat Saba’an als Amat dan Syafaredha Als Edha

(tersangka dalam berkas terpisah) datang dari pelabuhan Kendawangan menuju

Losmen Wijaya dan sesampainya di Losmen Wijaya terdakwa dan kawan-kawan memasuki kamar nomor 5, setelah sampai di kamar terdakwa dan kawan-kawan

berkumpul di atas tempat tidur untuk siap-siap mengisap sabu-sabu, kemudian

Saunan als Unan menyiapkan peralatan untuk mengisap sabu-sabu tersebut lalu

Saunan als Unan mengisap sabu-sabu terlebih dahulu kemudian bergantian terdakwa, saudari Edha dan terakhir baru saudara Amat. Sewaktu sedang mengisap sabu-sabu

tersebut lah masuk anggota Polisi melakukan penggerebekan dan menangkap

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

100

terdakwa bersama kawan-kawan yaitu SY. M. Saunan Als Unan, Ahmat Saba’an als

Amat dan Syafaredha als Edha.

Bahwa narkotika jenis sabu-sabu yang disita dari terdakwa dan kawan-kawan

seluruhnya sebesart 0,8 (nol koma delapan) gram, kemudian disihkan untuk pemeriksaan laboratorium dan berdasarkan Surat Keterangan Pengujian Badan POM

RI. LP-185/N/PL-Pol/VI/2011 tanggal 22 Juni 2011 yang dibuat oleh Dra. Ketut

Ayu Sarwetini, Apt menyatakan contoh barang bukti Positif mengandung

metamphetamin yang termasuk jenis narkotika golongan I sesuaiu dengan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Dalam hal ini perbuatan tersebut dilakukan terdakwa tanpa hak dan tanpa izin dari yang berwenang yakni Menteri Kesehatan RI.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 114 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU. RI Nomor : 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo

UU. RI No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak;

Terhadap dakwaan tersebut Jaksa Penuntut Umum setelah melalui

persidangan maka menuntut terdakwa WIDYA WATI Als WIDYA Binti

JALI bersalah menyimpan dan menguasai sabu-sabu bersama-sama

sebagaimana diatur dalam pasal 112 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU. RI

Nomor : 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo UU. RI No. 3 Tahun 1997

Tentang Peradilan Anak sebagaimana yang kami bacakan dalam dakwaan

primaair dan menjatuhkan pidana dengan pidana penjara selama 5 (lima)

tahun dikurangi selama terdakwa menjalani masa penahanan serta

menghukum terdakwa untuk membayar denda sebesar Rp. 800.000.000,-

(delapan ratus juta rupiah) subsidair 2 (dua) bulan kurungan.

Selanjutnya Majelis hakim memutuskan terdakwa WIDYA WATI

Als WIDYA Binti JALI tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan Penuntut Umum dalam

dakwaan primair maupun subsidair untuk kemudian membebaskan terdakwa

WIDYA WATI Als WIDYA Binti JALI oleh karena itu dari dakwaan primair

maupun dakwaan subsidair tersebut dan menyatakan terdakwa WIDYA

WATI Als WIDYA Binti JALI telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana: “Penyalah Guna Narkotika Golongan I

Bagi Diri Sendiri” serta menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena

itu dengan pidana penjara selama: 1 (satu) tahun.

Adapun pertimbangan hakim memutus terdakwa dengan pasal

diluar dakwaan adalah sebagai berikut:

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

101

1. Bahwa terdakwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dipersidangan

tidak terbukti melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan dalam

dakwaan primair maupun dakwaan subsidair .

2. Bahwa terdakwa sebagaimana fakta yang terungkap dalam persidangan

ternyata telah mempergunakan/memakai narkotika golongan I, akan tetapi

Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaannya tidak mendakwa terdakwa

melakukan tindak pidana penyalah guna narkotika golongan I bagi diri

sendiri sebagaimana ditentukan dalam pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-

Undang Nomor. 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

3. Bahwa pasal 182 ayat (4) KUHAP pada pokoknya menentukan

‘musyawarah harus didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang

terbukti dalam pemeriksaan di sidang’dan apabila ketentuan pasal tersebut

diartikan secara kaku/strict law, maka terdakwa Widya Wati Als Widya

Binti Jali yang telah dinyatakan tidak terbukti dalam dakwaan primair

maupun dakwaan subsidair, pada hal secara fakta hukum sebagaimana

telah dipertimbangkan, sebenarnya terdakwa ada melakukan perbuatan

penyalahgunaan narkotika golongan I sebagaimana ditentukan dalam pasal

127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor: 35 tahun 2009 tentang

Narkotika, maka terdakwa tidak dapat diadili menurut ketentuan pasal

127 ayat (1) huruf a tersebut karena tidak didakwakan Jaksa Penuntut

Umum dalam dakwaannya, namun yang menjadi persoalan dalam hal ini

adalah apakah pantas dan adil membebaskan terdakwa begitu saja hanya

karena kekurang cermatan Jaksa Penuntut Umum menyusun dakwaannya.

Menurut pendapat Hakim hal tersebut adalah tidak adil karena akan

menciderai rasa keadilan masyarakat dan tidak mendidik bagi terdakwa,

sehingga menurut pendapat Hakim demi kepentingan keadilan (for the

interest of the justice), dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut harus

dibaca sebagai dakwaan berbentuk gabungan yaitu pertama: Primer

melanggar: 112 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika jo UU. RI No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan

Anak, Subsidair melanggar pasal 114 ayat (1) jo pasal 132 ayat (1) UU. RI

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo UU RI No. 3 Tahun 1997

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

102

Tentang Peradilan Anak. Atau kedua melanggar : pasal 127 ayat (1)

huruf a Undang-Undang Nomor: 35 tahun 2009 tentanag Narkotika;

4. Bahwa hakim mendasarkan putusan kepada Yurisprudensi Putusan

Mahkamah Agung RI. Nomor: 1671 K/Pid/1996 tanggal 18 Maret 1997

yang pada pokoknya menyatakan ‘menghukum terdakwa membantu

melakukan pembunuhan berencana (exs pasal 56 jo pasal 340 KUHP,

dakwaan alternatif yang tidak didakwakan Jaksa Penuntut Umum;

4.1.2. Beberapa Putusan Mahkamah Agung RI Terkait “Putusan Diluar

Dakwaan” dalam Perkara Narkotika

I. Putusan No 2089 K/Pid.S/2011 diputus tanggal 15 Desember 2011

dengan susunan majelis kasasi : Prof Dr Komariah E Sapardjaja SH

(sebagai ketua majelis), Dr Salman Luthan, S.H, M.H dan Suhadi, S.H,

M.H (masing-masing sebagai anggota Majelis), Atas nama terdakwa W

alias Widya binti J

Membaca putusan Pengadilan Negeri dengan amar :

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Terdakwa W alias Widya binti J tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan Penuntut Umum dalam dakwaan primair maupun subsidair;

2. Membebaskan terdakwa W alias Widya binti J oleh karena itu dari

dakwaan primair maupun dakwaan subsidair tersebut;

3. Menyatakan terdakwa W alias Widya binti J telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana: “Penyalah Guna

Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri;”;

4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjaraa selama: 1 (satu) tahun;

5. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

6. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;

7. Menetapkan barang bukti berupa :

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

103

- 3 (tiga) paket kecil sabu-sabu yang dibungkus dengan plastik seberat

0,8 gram;

- 1 (satu) buah bong terbuat dari botol minuman;

- 1 (satu) buah korek api gas;

- 1 (satu) buah botol kaca kecil bekas parfum fambo;

Dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dipergunakan dalam

perkara Pidana Nomor: 156/Pid.B/2011/PN-KTP lain a.n. terdakwa

Syarif Muhammad Saunan dkk;

8. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000

(seribu rupiah);

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Pontianak No. 177 / Pid. Sus /

2011 / PT. PTK. tanggal 16 September 2011 yang amarnya sebagai berikut:

- Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum

- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Ketapang tanggal 23 Agustus

2011;

- Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

Putusan Mahkamah Agung terkait putusan diluar dakwaan ini adalah

sebagai berikut :

MENGADILI

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JAKSA

PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI KETAPANG tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Pontianak Nomor:

177/Pid.Sus/2011/PT.PTK., tanggal 16 September 2011., yang menguatkan

putusan Pengadilan Negeri Ketapang Nomor : 151/Pid.B/ 2011/PN.KTP.,

tanggal 23 Agustus 2011;

MENGADILI SENDIRI :

1. Menyatakan Terdakwa W Alias W Binti JALI tersebut tidak terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan Jaksa/Penuntut Umum dalam dakwaan Primair

dan Subsidair ; Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan

Primair dan Subsidair tersebut ;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

104

2. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat

serta martabatnya ;

3. Menetapkan barang bukti, berupa :

- 3 (tiga) paket kecil shabu-shabu yang dibungkus dengan plastik seberat

0,8 gram ;

- 1 (satu) buah bong terbuat dari botol minuman ;

- 1 (satu) buah korek api gas ;

- 1 (satu) buah botol kaca kecil bekas parfum Fambo ;

Dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dipergunakan dalam perkara

Pidana Nomor : 156/Pid.B/2011/PN-KTP lain atas nama Terdakwa S M S,

Dkk;

4. Membebankan biaya perkara pada seluruh tingkat peradilan dan pada

tingkat kasasi ini kepada Negara ;

Bahwa alasan Mahkamah Agung memutus seperti tersebut diatas

adalah: Judex Facti telah salah menerapkan hukum, oleh karena telah

menyatakan Terdakwa bersalah dan menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

didasarkan pada ketentuan pidana Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang

No. 35 Tahun 2009 yang tidak didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum, lagi

pula fakta di persidangan membuktikan bahwa Terdakwa hanya menghisap

shabu-shabu, dengan demikian Terdakwa tidak terbukti melakukan tindak

pidana dalam dakwaan Primair dan Subsidair, dan harus dibebaskan dari

segala dakwaan Jaksa/ Penuntut Umum;

Bahwa dalam perkara ini salah seorang Hakim Anggota Majelis,

yakni: Hakim Agung Suhadi, SH., MH., berbeda pendapat (dissenting

opinion), dengan alasan pertimbangan sebagai berikut:

Terdakwa sudah terbukti melakukan perbuatan yang diatur dalam

dakwaan primair melanggar pasal 112 ayat (1)Jo Pasal 132 ayat (1) UU No

35 Tahun 2009 karena menurut keterangan para saksi dan keterangan

Terdakwa dihubungkan dengan barang bukti, telah terbukti Terdakwa dan

teman-temannya telah menghisap shabu-shabu di tepi pantai dan kemudian

perbuatan menghisap shabu-shabu tersebut diulangi lagi di kamar hotel dan

perbuatan Terdakwa sebelum atau pada saat menghisap shabu-shabu dapat

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

105

diartikan telah menguasai shabu-shabu tersebut tidaklah mungkin Terdakwa

dapat menghisap shabu-shabu tersebut walaupun sebentar tanpa menguasai

shabu-shabu tersebut terlebih dahulu.

Arti menguasai dalam unsur ini harus diartikan secara luas termasuk

pada saat ia menghisap sehingga perbuatan terdakwa bersama teman-

temannya sejak berada di tepi pantai maupun ketika berada di dalam kamar

hotel telah melakukan mufakat jahat yaitu melakukan perbuatan menghisap

shabu-shabu (narkotika golongan I) secara bersama-sama dan menghukum

Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun.

II. Putusan No 810 K/Pid.Sus/2012 diputus tanggal 14 Juni 2012 dengan

susunan majelis hakim kasasi : Dr Artidjo Alkostar, S.H, LL.M (sebagai

ketua majelis), Prof Dr Surya Jaya ,S.H, M.Hum dan Dr H Andi Samsan

Nganro, S.H, M.H.(masing-masing sebagai anggota majelis) Atas nama

terdakwa IDRIS LUKMAN BIN LOKMAN HENDRIK

Membaca putusan PN Surabaya No.1608/Pid.B/2011 /PN.SBY

tanggal 19 September 2011 dengan amar :

1. Menyatakan Terdakwa IDRIS LUKMAN bin LOKMAN HENDRIK

tersebut diatas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan

Kesatu dan dakwaan Kedua tersebut ;

2. Membebaskan Terdakwa dari dakwaan tersebut ;

3. Menyatakan Terdakwa IDRIS LUKMAN bin LOKMAN HENDRIK

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Menyalahgunakan Narkotika golongan I bagi dirinya sendiri”;

4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa IDRIS LUKMAN bin LOKMAN

HENDRIK oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun

dan 6 (enam) bulan ;

5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa sebelum

putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap akan dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

106

6. Memerintahkan agar Terdakwa segera menjalani perawatan/rehabilitasi

pada Rumah Sakit Rehabilitasi dan Ketergantungan Obat di RSUD Dr.

Sutomo Surabaya ;

7. Menetapkan masa menjalani pengobatan dan atau perawatan tersebut di

atas diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman ;

8. Menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) paket shabu seberat 0,2 (nol

koma dua) gram beserta pembungkusnya dirampas untuk dimusnahkan;

9. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.5.000,- (lima ribu rupiah) ;

Membaca putusan PT Surabaya No.774/PID/2011/PT. SBY. tanggal

13 Desember 2011 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

- Menerima permintaan banding dari Jaksa/Penuntut Umum tersebut;

- Memperbaiki putusan PN Surabaya tanggal 19 September 2011 Nomor :

1608/Pid.B/2011/PN.Sby., sekedar mengenai kualifikasi amar putusan.

Putusan Mahkamah Agung terkait putusan diluar dakwaan ini adalah

sebagai berikut:

MENGADILI

Menolak permohonan Kasasi dari Penuntut Umum: JAKSA /

PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI SURABAYA tersebut;

Membebankan terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara

dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah).

Bahwa alasan Mahkamah Agung memutus seperti tersebut diatas

adalah:

Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan tersebut tidak dapat

dibenarkan, oleh karena judex facti tidak salah menerapkan hukum karena

dari fakta-fakta hukum di persidangan ternyata Terdakwa hanya diajak oleh

saksi Eko untuk memakai atau menghisap Narkotika secara bergantian

sebanyak 4-5 kali dengan demikian Terdakwa terbukti memakai atau

menghisap Narkotika tetapi Terdakwa tidak terbukti pernah memiliki,

membawa atau menyimpan atau menguasai Narkotika, sedangkan uang untuk

membeli Narkotika adalah kepunyaan saksi Eko karena saksi Eko sendiri

yang membeli dari orang lain, maka dengan terbuktinya Terdakwa menghisap

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

107

atau memakai Narkotika maka Terdakwa seharusnya dipersalahkan

melakukan tindak pidana berdasarkan Pasal 127 ayat (1) Undang- Undang

No.35 Tahun 2009, dalam hal ini persoalannya sekarang, apakah Terdakwa

dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana yang tidak didakwakan oleh

Jaksa/Penuntut Umum di mana, sebenarnya Terdakwa harus dibebaskan

akibat kecerobohan Jaksa/Penuntut Umum yang tidak mendakwakan Pasal

127 ayat (1) Undang-Undang No.35 Tahun 2009, namun demikian judex facti

telah melakukan konstruksi hukum yang dibatasi penggunaannya dalam

hukum pidana, akan tetapi dalam rangka kemanfaatan dan keadilan sebagai

bagian dari tujuan hukum, maka putusan judex facti dapat dibenarkan, karena

telah mempertimbangkan pasal aturan hukum yang menjadi dasar

pemidanaan dan dasar hukum dari putusan serta pertimbangan keadaan-

keadaan yang memberatkan dan keadaan-keadaan yang meringankan sesuai

Pasal 197 ayat (1) f KUHAP ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula

ternyata, putusan judex facti (Pengadilan Tinggi) dalam perkara ini tidak

bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan

kasasi tersebut harus ditolak ;

III. Putusan No. 670 K/Pid.Sus/2012 tanggal 8 Mei 2012 dengan majelis hakim

kasasi: Djoko Sarwoko, SH.MH. (ketua), Prof. Dr. Komariah E Sapardjaja,

SH, dan Prof. Dr. Surya Jaya, SH, M.Hum. (anggota) , atas nama terdakwa

II MANSUR Bin MISNAN dan I. BAGUS KURNIAWAN bin

DHARMAN, bahwa MANSUR bin MISNAN Cs didakwa dengan dakwaan

tunggal melanggar pasal 112 ayat(1)Jo pasal 132 Undang-Undang No 35

Tahun 2009 tentang Narkotika.

Membaca tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri

Jakarta Barat tanggal 22 September 2011 antara lain menyatakan terdakwa

BAGUS KURNIAWAN bin DHARMAN dan terdakwa MANSUR Bin

MISNAN terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “Secara Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I bukan tanaman berupa

sabu dan percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

108

Narkotika dan Prekusor sebagaimana dalam pasal 112 ayat (1)Jo pasal 132

ayat (1) UURI No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dalam dakwaan tunggal

serta menjatuhkan pidana terhadap kedua terdakwa dengan pidana penjara

masing-masing selama 7(tujuh)tahun dikurangi selama para terdakwa berada

dalam tahanan dan denda sebesar Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah)subsider 4 (empat)bulan penjara.

Membaca putusan PN Jakarta Barat No.1581/Pid.Sus /2011/PN.Jkt.

Bar. tanggal 25 Oktober 2011 yang pada pokoknya menyatakan terdakwa-

terdakwa I Bagus Kurniawan bin Drahman dan terdakwa II Mansur Bin

Misnan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “Tanpa hak dan melawan hukum bermufakat memiliki narkotika

golongan I bukan tanaman , menjatuhkan pidana terhadap terdakwa-terdakwa

dengan pidana penjara masing-masing selama 5 (lima) tahun dan denda

sebesar Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan

apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara masing-masing 4

(empat) bulan.

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 480 / Pid / 2011

/ PT DKI tanggal 9 Desember 2011yang pada pokoknya menerima banding

dari terdakwa II Mansur bin Misnan serta menguatkan putusan PN Jakarta

Barat No 1581/Pid.Sus/2011/PN Jkt Bar. Terhadap putusan tersebut terdakwa

II Mansur bin Misnan mengajukan Kasasi berikut memori kasasinya, dan atas

permohonan tersebut Mahkamah Agung memutuskan:

MENGADILI

Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi /terdakwa II

Mansur bin Misnan tersebut;

Membatalkan putusan PT Jakarta Nomor : 480/Pid/2011/PT.DKI

tanggal 09 Desember 2011 yang menguatkan putusan PN Jakarta Barat

Nomor 1581/Pid.Sus/2011/PN Jkt Bar tanggal 25 Oktober 2011.

MENGADILI SENDIRI

1. Menyatakan terdakwa II MANSUR Bin MISNAN tidak terbukti secara

sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

109

dakwaan Jo pasal 112 ayat (1) Pasal 132 Undang-Undang No 35 Tahun

2009 tentang Narkotika ;

2. Membebaskan terdakwa II MANSUR bin MISNAN oleh karena itu dari

dakwaan tersebut ;

3. Menyatakan terdakwa II MANSUR bin MISNAN terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Menyalahgunakan

Narkotika Golongan I bukan Tanaman bagi Diri Sendiri” ;

4. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa II MANSUR bin MISNAN

dengan pidana penjara selama 2(dua)tahun dan pidana denda sebesar

Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila

denda tersebut tidak dibayar , maka diganti dengan pidana kurungan

selama 4(empat)bulan ;

5. Menetapkan lamanya terdakwa dalam tahanan sebelum putusan ini

mempunyai kekuatan hukum yang tetap akan dikurangkan seluruhnya dari

pidana penjara yang dijatuhkan;

6. Menetapkan barang bukti berupa: 1(satu) bungkus plastik klip berisikan

kristal warna putih dengan berat netto 0,0565 gram (sisa hasil labkrim

dengan berat netto 0,0452 gram) mengandung Metamfetamina dalam

golongan I dirampas untuk dimusnahkan .

7. Membebankan kepada pemohon kasasi /terdakwa II untuk membayar

biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini

sesesar Rp 2.500,00 (dua rbu lima ratus rupiah)

Bahwa alasan Mahkamah Agung memutus seperti tersebut diatas

adalah:

1. Mahkamah Agung berpendapat dakwaan tunggal pasal 112 ayat (1)

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang didakwakan

kepada terdakwa telah menyulitkan hakim (judex facti) didalam memutus

perkara berdasarkan fakta-fakta dipersidangan.

2. Mahkamah Agung berpendapat jika judex facti hanya mengikuti saja dan

menerapkan pasal dakwaan tunggal yang didakwakan Penuntut Umum

padahal fakta-fakta persidangan tidak mampu membuktikan terpenuhinya

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

110

unsur-unsur dalam dakwaan tunggal tersebut, maka hal tersebut

merupakan penerapan hukum yang keliru.

3. Mahkamah Agung berpendapat bahwa fakta-fakta dipersidangan telah

memenuhi unsur tindak pidana sebagaimana termuat dalam pasal 127 ayat

(1) UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu terdakwa telah terbukti

menggunakan narkotika golongan I bukan tanaman untuk dirinya sendiri .

4. Mahkamah Agung berpendapat bahwa walaupun pasal 127 (1)tidak

didakwakan padahal ternyata terbukti menggunakan narkotika tanpa ijin

yang nyata-nyata melawan upaya negara didalam pemberantasan

peredaran narkotika dan penyalahgunaan Narkotika maka membebaskan

terdakwa hanya karena alasan pasal 127 ayat (1)tidak didakwakan akan

tidak sejalan dengan semangat pemberantasan peredaran dan

penyalahgunaan narkotika tersebut, dengan berbagai alasan diatas

Mahkamah Agung berpendapat bahwa terdakwa harus dinyatakan terbukti

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam dalam

pasal 127 ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

IV. Putusan Kasasi NO. 566 K/Pid.Sus/2012 diputus tanggal 18 April 2012

dengan susunan majelis hakim kasasi : Prof Dr Komariah E Sapardjaja, SH,

(ketua majelis ), Prof Dr Surya Jaya ,SH,M.Hum dan H Suhadi, SH,(masing-

masing sebagai anggota majelis) , atas nama terdakwa SAIPULLAH bin H

MURSID, bahwa terdakwa didakwa dengan dakwaan dakwaan tunggal

melanggar pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Jo Pasal

112 ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Membaca tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri

Amuntai tanggal 1 November 2011 antara lain menyatakan terdakwa

SAIPULLAH bin H MURSID bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan

permufakatan jahat yang tanpa hak atau melawan hukum menguasai

NARKOTIKA Golongan I sebagaimana diatur dalam pasal 132 (1)ayat 1

Undang- Undang RI No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika serta menjatuhkan

pidana terhadap terdakwa SAIPULLAH bin H MURSID dengan pidana

penjara selama 5(lima) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

111

tahanan dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar

Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)subsider 4 (empat)bulan

penjara.

Membaca putusan Pengadilan Negeri Amuntai tanggal 14 November

2011 yang pada pokoknya menyatakan terdakwa SAIPULLAH bin H

MURSID telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Melakukan permufakatan jahat dengan tanpa hak menguasai

narkotika golongan ITanpa hak dan melawan hukum bermufakat memiliki

narkotika golongan I bukan tanaman , menjatuhkan pidana terhadap terdakwa

diatas dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan denda sebesar

Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)dengan ketentuan apabila denda

tidak dibayar wajib diganti dengan kurungan selama 4 (empat) bulan.

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Selatan di

Banjarmasin Nomor 116/Pid.Sus/2011/PT.BJM tanggal 15 Desember 2011

yang pada pokoknya menerima banding dari terdakwa serta menguatkan

putusan PN Amuntai No 125/Pid.Sus/2011/PN Amt tanggal 14 November

2011.

Terhadap putusan tersebut baik terdakwa dan juga Jaksa Penuntut

Umum mengajukan Kasasi berikut memori kasasinya , dan atas permohonan

tersebut Mahkamah Agung memutuskan :

MENGADILI

Menyatakan tidak dapat diterima permohonan kasasi dari pemohon

kasasi II/terdakwa: SAIPULLAH bin H MURSID;

Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi I : Jaksa/Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Amuntai ’

Memperbaiki putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Selatan di

Banjarmasin Nomor : 116/Pid.Sus/2011/PT.Bjm. tanggal 15 Desember 2011

yang memperbaiki putusan PN Amuntai nomor 125/Pid.Sus/2011/PN.Amt.

tanggal 14 November 2011sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai

berikut:

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

112

Menyatakan terdakwa SAIPULLAH bin H MURSID telah terbukti secara

sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”menyalah-

gunakan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri” 2009 tentang Narkotika ;

Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 2

(dua)tahun dan pidana denda sebesar Rp.800.000,-(delapan ratus juta

rupiah), dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka

diganti dengan pidana selama 3 (tiga) bulan ;

Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menetapkan terdakwa wajib menjalani rehabilitasi medis selama

6(enam)bulan di Rumah Sakit Jiwa ”Sambang Lihum Banjarmasin”;

Menetapkan bahwa selama terdakwa menjalani rehabilitasi medis,

diperhitungkan sebagai masa menjalani pidana;

Menetapkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) paket kecil berisi sabu-sabu dengan berat keseluruhan 0,71

gram yang telah disisihkan sehingga beratnya menjadi 20,95 miligram ;

- 1 (satu)paket kecil yang berisi sabu-sabu dengan berat keseluruhan 0,45

gram yang telah disisihkan sehingga beratnya menjadi 20,95 miligram;

- 1 (satu)buah pipet kaca ;

- 1 (satu)buah potongan sedotan plastik warna putih;

- 1 (satu)buah botol plastik dengan tulisan XYLTOL warna putih ;

- 2 (dua)buah botol plastik yang digunakan sebagai alat pembakar,

dirampas untuk dimusnahkan ;

Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara pada

tingkat kasasi ini sebesar Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah)

Bahwa alasan Mahkamah Agung memutus seperti tersebut diatas

adalah:

1. Mahkamah Agung berpendapat hakim terikat dengan surat dakwaan, dan

surat dakwaan harus menjadi dasar proses pemeriksaan di muka

pengadilan, akan tetapi dakwaan tunggal pasal 132 Jo pasal 112 Undang-

Undang Narkoba yang didakwakan Jaksa/Penuntut Umum sangat

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

113

menyulitkan hakim, karena kebebasan hakim untuk memutus sesuai

dengan rasa keadilan menjadi sangat terganggu;

2. Berdasarkan fakta terdakwa tertangkap tangan mengkonsumsi sabu-sabu

dikamar bersama temannya farhan dan Barang bukti sabu saat tertangkap

tangan seberat 0,71 gram dan 0,45 gram, dan terdakwa pernah menjalani

rehab medis selama 14 hari;

3. Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dihubungkan dengan tujuan

terdakwa menguasai atau memiliki maka penerapan pasal 132 Jo pasal 112

adalah tidak tepat, seharusnya terdakwa didakwa dengan pasal 127 UU No

35 Tahun 2009 akan tetapi pasal 127 tidak didakwakan ;

4. Mahkamah Agung berpendapat walaupun pemberantasan narkotika harus

gencar dilakukan karena akan merusak mental dan moral bangsa Indonesia

akan tetapi penjatuhan pidana yang hanya mengikuti dakwaan

Jaksa/Penuntut Umum saja akan mencederai rasa keadilan, akan tetapi

dipihak lain membebaskan terdakwa hanya karena alasan dakwaan yang

tidak didakwakan, juga tidak sejalan dengan semangat dan tujuan

pemberantasan tindak pidana narkotika.

4.1.3. Hasil Wawancara

Dalam Penelitian ini, di samping memperoleh putusan diluar

dakwaan, penulis juga melakukan wawancara dengan narasumber Hakim

Agung pada MA RI dengan maksud untuk menjawab permasalahan tentang

munculnya putusan diluar dakwaan serta bagaimana sikap Mahkamah

Agung sebenarnya terhadap putusan diluar dakwaan tersebut.137

Di kalangan Hakim Agung pada Mahkamah Agung terkait

dengan putusan diluar dakwaan masih ada 2 (dua) pandangan dimana

sebagian hakim agung berpendapat bahwa putusan hakim yang seperti itu

berarti melanggar asas legalitas sedangkan sebagian hakim yang lain

137 Hasil wawancara langsung tanggal 27 November 2012 dengan Hakim Agung Dr. Artidjo

Alkostar, SH. LLM. di Gedung Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

114

mengatakan boleh saja hakim memutus diluar dakwaan sepanjang hal

tersebut dilandasi oleh rasa keadilan bagi terdakwa.138

Terkait hal tersebut telah ada hasil rumusan rapat kamar pidana

Mahkamah Agung Republik Indonesia di Tangerang pada tanggal 8 s/d 10

Maret 2012 pertanyaan no 20 dengan permasalahan Perkara narkotika:

dalam hal fakta membuktikan bahwa terdakwa adalah pengguna (Jo. pasal

127 UU Narkotika) akan tetapi tidak didakwakan. Bagaimana bunyi putusan

akhir? Jawaban/solusi yang ditawarkan adalah tetap dihukum walaupun

dengan pidana yang minimal, kalau terbukti pemakai dengan dosis kecil,

dan urine positip (catatan : Pendapat terakhir beberapa Majelis Mahkamah

Agung RI, terbukti pasal yang didakwakan (biasanya pasal 112 Jo. pasal

132 ) tetapi menerobos pidana minimumnya.139

Hakim dapat mengacu kepada Yurisprudensi Mahkamah Agung

yang mana disebutkan bahwa hakim dapat memutus diluar dakwaan

sepanjang lebih ringan ancaman pidananya, dan hal itu dilakukan sepanjang

untuk rasa keadilan bagi pelaku. Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam

perkara pidana umum berlaku juga dalam perkara pidana khusus dalam hal

ini adalah dalam perkara narkoba.140

Terkait dengan adanya asas legalitas

bahwa hakim seharusnya memutus hanya terhadap dakwaan yang diajukan

oleh Penuntut Umum Artidjo Alkostar tidak sependapat karena hakim agung

sudah melihat kepada nilai sebagai bagian tertinggi dalam suatu piramida

hukum yang mana paling dasar disebutkan adalah norma, kemudian

dibagian tengah ada Asas serta paling tinggi adalah suatu nilai (filosofi

daripada hukum dan keadilan) itu sendiri.

Bahwa Artidjo Alkostar juga berpendapat bahwa tugas hakim

lainnya yang paling penting adalah berfikir dan berzikir yang diartikan

bahwa tugas hakim selain menemukan fakta materiil yang sesungguhnya

juga menggunakan hati nurani sehingga kedua komponen itu tidak dapat

138 Ibid. 139 Hasil rumusan rapat kamar pidana Mahkamah Agung RI tanggal 8 s/d 10 Maret 2012 yang

diikuti oleh 18 (delapan belas)Hakim Agung RI dan 8(delapan)Hakim Adhoc Tipikor pada

Mahkamah Agung RI 140 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

115

dipisahkan saat hakim mengambil suatu putusan hukum.141

Selanjutnya

ditambahkan oleh Artidjo Alkostar bahwa untuk dapat memutus diluar

dakwaan seorang hakim dituntut untuk berani dalam arti memang dalam

memutus seperti itu harus lepas dari segala kepentingan dan apabila hal itu

yang dilakukan maka seorang hakim tidak perlu takut untuk memutus

seperti itu sepanjang fakta-fakta dipersidangan bisa membuktikan bahwa

terdakwa hanyalah penyalahguna narkotika.

Bahwa memang dibutuhkan pengalaman dan jam terbang yang

cukup untuk sampai pada “keberanian” memutus seperti halnya putusan

diluar dakwaan dan sekali lagi Artidjo Alkostar menyatakan putusan

tersebut tidak salah, yang salah adalah ketika memutuskan hal seperti itu

ternyata belakangan diketahui ada “sesuatu”kepada hakim tersebut.142

Hakim Agung Artidjo Alkostar menyatakan dirinya pernah

beberapa kali membenarkan putusan pengadilan negeri yang memutus

diluar dakwaan tersebut karena menurut keyakinannya berdasarkan

pertimbangan hukum sudah sesuai dengan hukum yang berlaku dan beliau

juga mengatakan bahwa hal tersebut masih merupakan kewenangannya

sebagai Hakim Agung karena meskipun Hakim Agung adalah judek Juris

yang melihat dari persfektif yang berbeda dalam hal ini dicontohkan hakim

melihat fakta hukum untuk kemudian menerapkan hukum yang ada ,

sedangkan Hakim Agung melihat penerapan hukum yang diambil Judex

Facti dihubungkan dengan persoalan hukum yang ada , sehingga menurut

beliau pendapat yang menyatakan Hakim Agung melampaui

kewenangannya dikarenakan masih melihat fakta persidangan adalah

sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan.143

Penulis juga mewawancarai Hakim Agung Djoko Sarwoko, SH

MH (Tuada Pidsus pada Mahkamah Agung)144

terkait dengan fakta

persidangan yang berbeda dengan surat dakwaan yang pada pokoknya

141 Ibid 142 Ibid 143 Ibid 144

Wawancara langsung dengan Hakim Agung Djoko Sarwoko SH MH pada tanggal 27 November 2012 di Gedung Mahkamah Agung Republik Indonesia

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

116

hakim bukanlah corong undang-undang dan hakim berwenang untuk

menilai fakta-fakta yang ada dipersidangan tersebut dan hakim dapat

memutus perkara dibawah minimal khusus ataupun diluar dakwaan

sepanjang ada alasan dan argumentasi yang kuat yang mendasarinya serta

hal tersebut dirasa memenuhi rasa keadilan bagi terdakwa.

Penulis juga telah mewawancarai Hakim Agung Komariah E.

Sapardjaja terkait dengan putusan diluar dakwaan yang pada pokoknya

beliau mengatakan bahwa beliau pernah memutus bebas terhadap perkara

kasasi dalam perkara Narkotika yang diajukan kepadanya yang mana pada

perkara itu pada tingkat Pengadilan Negeri diputus dengan putusan diluar

dakwaan pasal 127 UU No 35 Tahun 2009.145

Pada putusan kasasi tersebut

salah satu hakim anggota yaitu Hakim Agung Suhadi, SH. MH. melakukan

dissenting opinion, akan tetapi perkembangannya sekarang ini banyak

Hakim Agung termasuk Hakim Agung Komariah E Sapardjaja yang

memutus dibawah minimal khusus perkara narkotika apabila dirasakan

tuntutan jaksa/Penuntut Umum dihubungkan dengan fakta-fakta

persidangan yang terungkap terlalu tinggi. Hal ini dilakukan karena putusan

bebas untuk terdakwa yang terbukti melakukan suatu delik akan tetapi tidak

didakwakan tidak sejalan dengan semangat dan tujuan pemberantasan

tindak pidana narkotika.146

Terkait dengan putusan dibawah minimum khusus dalam perkara

narkotika Komariah E. Sapardjaja mengatakan harus betul-betul dilihat

barang bukti yang relative kecil yang ditemukan ataupun dikonsumsi oleh

terdakwa sebagaimana batasan dalam SEMA No 4 Tahun 2010 tentang

Penempatan penyalahgunaan, korban penyalahgunaan dan pecandu

narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi social.147

KUHAP mensyaratkan hakim terikat dengan surat dakwaan dan

dakwaan harus menjadi dasar dalam proses pemeriksaan di muka

145 Wawancara langsung dengan Hakim Agung Prof Dr.Komariah E Sapardjaja,S.H pada

tanggal 14 Januari 2013 di Gedung Mahkamah Agung Republik Indonesia 146 Ibid 147 Ibid

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

117

pengadilan, akan tetapi hakim juga memiliki kebebasan untuk memutus

sesuai dengan rasa keadilan sehingga bila menemukan dakwaan yang tidak

tepat dalam persidangan maka hakim dapat menegur jaksa /penuntut umum

didalam pertimbangan dan bukan memutus diluar dakwaan. Hukum bukan

hanya undang-undang akan tetapi juga norma-norma yang ada

dimasyarakat. Terkait dengan hukum procedural dan hukum substantif

Komariah E. Sapardjaja mengatakan seharusnya tidak boleh lagi

dipertentangkan antara keduanya justru sebaliknya kedua hukum tersebut

haruslah saling melengkapi, meskipun memang dalam prakteknya antara

hukum procedural dan hukum substantive belum mendapatkan formula

yang tepat dan sampai sekarang para pakar hukum masih mengkaji kedua

hal tersebut seperti teori hukum integrative yang disampaikan oleh Prof. Dr.

Romli Atmasasmita, S.H., LL.M.148

Penulis juga telah mewawancarai Ahli Hukum Pidana Universitas

Indonesia Prof Mardjono Reksodiputro, SH. MA.149

yang berpendapat

bahwa dahulu dalam HIR ada kesempatan hakim untuk memperbaiki surat

dakwaan jaksa/ penuntut umum karena dahulu zaman HIR berlaku hakim-

hakim terdiri dari golongan kulit putih dan bersekolah tinggi sedangkan

Jaksa pada zaman HIR adalah terdiri dari golongan pribumi dan

berpendidikan setingkat dibawah para hakim, sekarang perbedaan

pendidikan antara hakim dan jaksa sudah tidak ada dalam arti dari tingkat

pendidikan antara hakim dan jaksa sudah sejajar sehingga adalah merupakan

hal yang pantas jika kelalaian penerapan hukum acara yang dilakukan jaksa

diberi sangsi bukan dalam arti pidana akan tetapi hakim dapat

membebaskan terdakwa.

Di luar negeri ada ketentuan jika seseorang tersangka harus

didampingi oleh seorang pengacara, dan polisi serta jaksa wajib menyatakan

hak-hak tersebut kepada tersangka dan jika polisi lalai dalam

memberitahukan hak-hak tersangka tersebut tersangka haruslah dibebaskan,

148 Ibid 149

Wawancara langsung dengan Prof Mardjono Reksodiputro SH.MA pada tanggal 14 Januari 2013.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

118

hal-hal seperti itulah cara KUHAP melindungi hak tersangka dan terdakwa

yang diputus melalui hakim karena KUHAP tidak ada sangsi pidana.

Berdasarkan wawancara dengan salah seorang Hakim perkara No

10 /Pid.B/2012/PN.Ms inisial DNK mengatakan bahwa dalam Undang

Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak secara tegas diatur

mengenai kualifikasi antara pengedar dan pemakai karena antara seseorang

yang hendak mengedarkan dengan seseorang yang hendak memakai untuk

diri sendiri tentunya didahului dengan unsur menguasai sehingga dalam

kasus ini Majelis hakim melihat berdasarkan fakta yang terungkap di

persidangan maka tidak ada keterkaitan antara terdakwa dengan pengedar

karena hasil test urine negatif akan tetapi jaksa selalu berpendapat bahwa

untuk dapat diterapkannya pasal 127 (1) UU NO 35 Tahun 2009 tentang

narkotika maka test urin haruslah positif untuk membuktikan bahwa

terdakwa adalah seorang pemakai narkotika.150

Bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan diluar dakwaan

pertama kali harus melihat apakah ada keterkaitan antara terdakwa dengan

pengedar yang kemudian hakim harus melihat barang bukti yang ditemukan

bersama terdakwa dihubungan dengan batasan yang ada dalam SEMA yang

mengatur tentang batas maksimal barang bukti terkait tindak pidana

narkotika apabila barang bukti yang ditemukan melebihi dari aturan SEMA

tersebut maka hakim selayaknya curiga bahwa terdakwa bukanlah

pemakai/penyalahguna akan tetapi sudah lebih dari kualifikasi itu.151

Bahwa terkait dengan asas legalitas hakim DNK menyatakan

hakim bukanlah corong undang-undang dan apabila melihat kasus-kasus

yang melibatkan anak pejabat ataupun artis BNN secara langsung bisa

merehap tersangka tanpa adanya penetapan hakim dan hal ini yang

mendasari hakim memutus seperti itu karena hakim ingin adanya persamaan

dimuka hukum yang berarti terhadap orang yang tidak mampu-pun haruslah

dikenakan pasal 127 UU No 35 Tahun 2009. Terkait tidak dimasukkannya

150 Wawancara melalui telepon dengan hakim anggota perkara no 10/Pid.B/2012/PN Msb tanggal 20 Desember 2012.

151 Ibid

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

119

terdakwa kedalam panti rehap hakim menjawab kami tidak

mempertimbangkan sejauh itu dan juga tidak ada surat keterangan dari

dokter ataupun instansi yang berwenang untuk menempatkan terdakwa ke

dalam panti rehap tersebut yang penting bagi majelis adalah memberikan

rasa keadilan terhadap terdakwa dihubungkan dengan fakta yang terjadi

dipersidangan karena jumlah barang bukti yang ditangkap bersama

terdakwa sangat kecil menurut hakim.152

Terkait dengan asas yang mengatakan bahwa apabila ada hal yang

bertentangan maka hakim harus memilih hal yang paling menguntungkan

bagi terdakwa dalam hal ini terdakwa haruslah dibebaskan maka hakim

DNK menjawab dalam perkara ini majelis menilai ada perbuatan salah yang

dilakukan oleh terdakwa akan tetapi tidak didakwakan sehingga majelis

tetap menghukum terdakwa dengan putusan diluar dakwaan itu dan alasan

mengapa majelis hakim memilih untuk memutus diluar dakwaan karena

apabila hakim memilih tetap menggunakan pasal yang didakwakan dan

kemudian menerobos pidana minimal justru akan menimbulkan persepsi

yang tidak baik karena menurut majelis unsur terbukti tapi tidak tepat

dengan kondisi terdakwa dikaitkan dengan fakta yang terungkap di

persidangan karena menurut majelis pasal yang didakwakan lebih tepat

untuk pengedar narkotika.153

Hakim DNK menyatakan bahwa antara pasal 127 UU No 35

Tahun 2009 dengan pasal 114 UU No 35 Tahun 2009 tidak serumpun akan

tetapi hal tersebut bisa menjadi alasan bagi hakim untuk menjatuhkan

putusan diluar dakwaan,dan yang menarik adalah hakim tetap menggangap

dakwaan sebagai dasar akan tetapi hakim juga melihat fakta dipersidangan

dan apabila ada fakta yang berbeda dengan BAP dan dakwaan maka hakim

lebih condong memilih fakta yang berbeda tersebut, hal berbeda dengan

pandangan jaksa yang melihat dakwaan sebagai fokus dari pemeriksaan.154

152 Ibid., “Intinya semua berpulang kepada hati nurani hakim”. 153 Ibid. 154 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

120

4.2. PUTUSAN HAKIM KETIKA MENEMUKAN FAKTA

PERSIDANGAN TIDAK SESUAI DENGAN DAKWAAN DAN

TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA

NARKOTIKA

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana, mengemukakan teori pemidanaan

atau penghukuman dalam hukum pidana dikenal ada tiga aliran yaitu:

a.Absolute atau vergeldings theorieen (vergelden/imbalan)Aliran ini

mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus dicari pada kejahatan itu

sendiri untuk menunjukkan kejahatan itu sebagai dasar hubungan yang

dianggap sebagai pembalasan, imbalan (velgelding) terhadap orang yang

melakukan perbuatan jahat. Oleh karena kejahatan itu menimbulkan

penderitaan bagi si korban.

b.Relative atau doel theorieen (doel/maksud, tujuan) Dalam ajaran ini

yang dianggap sebagai dasar hukum dari pemidanaan adalah bukan

velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari pidana itu. Jadi aliran ini

menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan pemidanaan itu, artinya

teori ini mencari manfaat daripada pemidanaan (nut van de straf)

c. Vereningings theorieen (teori gabungan)

Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnnya yang kurang dapat

memuaskan menjawab mengenai hakikat dari tujuan pemidanaan.

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak

pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, akan tetapi di

samping itu diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan

daripada hukum c. Vereningings theorieen (teori gabungan).155

Pengaturan mengenai putusan pemidanaan sendiri terdapat di dalam

ketentuan Pasal 193 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi :

155 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, (Jakarta ;Balai Lektur Mahasiswa

hal 56

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

121

“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan

pidana”.

Tabel 1. Pasal Dakwaan dan Putusan Diluar Dakwaan

NO. PUTUSAN

NAMA

TERDAKWA

PASAL DAKWAAN JAKSA

PENUNTUT UMUM

TUNTUTAN

PASAL YANG

DINYATAKAN

TERBUKTI OLEH

MAJELIS HAKIM

DAN PIDANANYA

No. 10 / Pid.B / 2012

/ PN.Msb

MS bin UH Alias S

bin Ogu.

Dakwaan:

Primair: Pasal 114 Ayat (1) Undang-

undang Republik Indonesia NO. 35

Tahun 2009 tentang narkotika

Subsidair: Pasal 112 Ayat (1)

Undang-undang Republik Indonesia NO. 35 Tahun 2009 tentang narkotika

Tuntutan:

Pasal 112 Ayat (1)

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa

MS bin UH Alias S bin Ogu selama 5

(lima) tahun ditambah pidana denda

sebesar Rp. 800.000.000 (delapan

ratus juta rupiah) subsidair 3 (tiga)

bulan penjara

1. Pasal 127 Ayat (1) huruf a

Undang-undang Republik

Indonesia NO. 35 Tahun

2009 tentang narkotika

2. Menyatakan terdakwa “MS bin UH Alias S bin Ogu

telah terbukti dan secara sah

penyalahguna narkotika

bagi diri sendiri” pidana

kepada terdakwa dengan

penjara selama 1 (satu)

tahun dan 6 (enam) bulan"

No. 55/ Pid.B/2012/

PN.M Ramli bin Alm. M.

Daa Ali

Dakwaan

Kesatu : Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No.35

Tahun 2009 tentang narkotika

Atau :

Kedua: Pasal 138 Undang-undang

Republik Indonesia No.35 Tahun

2009 tentang narkotika

Tuntutan :

Pasal 112 Ayat (1) Undang-undang

Republik Indonesia No.35 Tahun

2009 tentang narkotika menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama 4

(empat) tahun 3 (tiga) bulan dan

pidana denda sebesar Rp.

800.000.000 (delapan ratus juta

rupiah) subsidair 4 (empat) bulan

kurungan

1. Pasal 127 Ayat (1) huruf a

Undang-undang Republik Indonesia No.35 Tahun

2009 tentang narkotika;

2. Menyatakan terdak wa

terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana

“penyalahgunaan narkotika

golongan satu bagi diri

sendiri” menjatuhkan pidana

kepada terdakwa selama 8 (delapan) bulan

No. 151/PIT.B/2011/

PN.KTP

Widyawati Alias

Widya Binti Jali

Dakwaan:

Primair : Pasal 112 Ayat (1) JO

Pasal 132 Ayat (1) Undang-undang

Republik Indonesia No.35 Tahun

2009 tentang narkotika JO Undang-undang Republik Indonesia No.3

Tahun 1997 tentang peradilan anak

1. Menyatakan terdakwa

Widyawati Alias Widya

Binti Jali telah terbukti

secara sah dan bersalah

melakukan tindak pidana : “penyalahgunaan narkotika

golongan satu bagi diri

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

122

Susidair : Pasal 114 Ayat (1) JO

Pasal 132 Ayat (1) Undang-undang

Republik Indonesia No.35 Tahun

2009 tentang narkotika JO Undang-

undang Republik Indonesia No.3

Tahun 1997 tentang peradilan anak

Tuntutan :

Menyatakan terdakwa Widyawati

Alias Widya Binti Jali bersalah

menyimpan dan menguasai sabu-sabu

bersama sama sebagaimana diatur

dalam pasal 112 ayat (1) JO pasal

132 ayat (1) undang Republik

Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang

narkotika JO Undang-

undang Republik Indonesia No.3 Tahun 1997 tentang peradilan anak

menjatuhkan pidana penjara selama 5

(lima) tahun dan menghukum

terdakwa untuk membayar denda Rp

800.000.000 (delapan ratus juta)

Subsidair 2 (dua) bulan kurungan

sendiri”

2. Menjatuhkan pidana kepada

terdakwa selama 1 (satu) thn

Dari tabel diatas terlihat bahwa ternyata sudah banyak hakim-

hakim Pengadilan Negeri yang memutus “diluar dakwaan” terhadap perkara

narkotika, dan hakim-hakim tidak terpaku dengan pasal 182 ayat

(4)KUHAP yang mensyaratkan musyawarah putusan haruslah berdasarkan

dakwaan jaksa penuntut umum, kesemua putusan pengadilan Negeri

memutus “diluar dakwaan”Jaksa Penuntut umum, hal ini dapat diartikan

bahwa “putusan diluar dakwaan” dalam pertimbangan-pertimbangan

tertentu dapat dijatuhkan meskipun pengaturan mengenai hal tersebut belum

ada ataupun belum jelas.

Dari tabel ini juga terlihat perbedaan yang mencolok antara

tuntutan jaksa/penuntut umum dengan majelis hakim yang memutus perkara

ini hal ini merupakan dampak dari perbedaan pasal yang didakwakan

dengan dakwaan yang dinyatakan terbukti oleh majelis hakim dimana

dalam pasal 127 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan :

1. Setiap penyalah Guna :

a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat)tahun.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

123

b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2(dua)tahum.

c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1(satu)tahun.

2. Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 54, 55, dan pasal 103.

3. Dalam hal penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat

dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

narkotika. Penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial.

Dari definisi pasal 127 Undang-undang no 35 tahun 2009 tentang

narkotika telah jelas ditentukan batas maksimal bagi seseorang yang

terbukti melakukan penyalahgunaan narkotika dan batas maksimal tersebut

jauh dibawah dari ketentuan pasal yang didakwakan kepada terdakwa

seperti yang ada dalam tabel .

Meskipun terhadap penjatuhan pidana seperti ini masih sangat

menimbulkan pro dan kontra dan debatibel dikarenakan ada perbedaan

yang sangat tajam terkait dengan asas legalitas dan teori keadilan. Terkait

asas legalitas yang penulis maksudkan disini adalah berdasarkan pasal 3

KUHAP yang menyatakan Peradilan dilakukan menurut cara yang diatur

dalam undang-undang ini156

, dihubungkan dengan bunyi pasal 182(4)

KUHAP yang menyatakan: ”musyawarah tersebut pada ayat (3) harus

didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam

pemeriksaan di sidang”. Dan juga pasal 191 ayat (1) KUHAP yang

menyatakan : “Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan

di sidang pengadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, maka terdakwa

diputus bebas.”157

156 Pasal 3 KUHAP 157 Pasal 182 (4) KUHAP

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

124

Bagi pihak yang setuju terhadap penjatuhan putusan”diluar

dakwaan” , beranggapan hakim bukan sekedar “corong” Undang-undang

(la bouche de la loi) ketika hukum tidak jelas maka hakim dapat melakukan

interpretasi atau penafsiran hal ini sejalan dengan pendapat hakim Agung

Artidjo Alkostar yang menyatakan hakim bekerja dengan hati nurani dan

hakim harus berani melakukan terobosan hukum sepanjang tidak ada

kepentingan didalamnya .

Disatu sisi pihak yang tidak sependapat dengan putusan “diluar

dakwaan” putusan hakim yang seperti itu bertentangan dengan undang –

undang dan penegakan hukum dengan cara melanggar hukum dinilai

tidaklah tepat . Kebenaran prosedural harus tetap ditegakkan meskipun

secara substantif hal itu dirasakan tidak adil.

Tabel .2. Pertimbangan Hal-hal Yang Memberatkan dan Meringankan

NOMOR

PUTUSAN

P E R T I M B A N G A N

1. Hal-Hal Yang Memberatkan

2. Hal-Hal Yang Meringankan

No. 10 / Pid.B /

2012 / PN.Msb

MS bin UH Alias

S bin Ogu.

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat ;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa belum pernah dihukum dan masih

muda sehingga masih diharapkan untuk dapat

memperbaiki perbuatannya dimasa yang akan

datang ;

- Terdakwa sebagai salah satu korban peredaran

narkotika ; No. 55/

Pid.B/2012/

PN.M

Ramli bin Alm.

M. Daa Ali

Hal-hal memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan usaha

pemerintah dalam pemberantasan Penyalahgunaan

Narkotika

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

125

Hal-hal yang meringankan

- Terdakwa bersikap sopan di persidangan;

- Terdakwa merupakan Tulang punggung

keluarga;

- Terdakwa menyesal dengan perbuatan yang telah

dilakukannya yaitu menggunakan Narkotika jenis

shabu;

- Terdakwa belum pernah dipidana sebelumnya;

No.

151/PIT.B/2011/

PN.KTP

Widyawati Alias

Widya Binti Jali .

HAL YANG MEMBERATKAN :

- Bahwa terdakwa tidak mendukung upaya

Pemerintah dalam rangka pemberantasan

penyalahgunaan narkotika

HAL-HAL YANG MERINGANKAN :

1. Terdakwa bersikap sopan di persidangan;

2. Terdakwa belum pernah dihukum;

3. Terdakwa masih anak-anak sehingga terbuka lebar

kemungkinan dan kesempatan baginya untuk

memperbaiki diri sehingga dengan penjatuhan

hukuman yang lebih ringan diharapkan terdakwa

menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya

sendiri, keluarga maupun masyarakat di masa yang

akan datang;

4. Wali terdakwa menyatakan masih sanggup untuk

membina dan mendidik terdakwa;

Dari tabel diatas terlihat bahwa hakim sebelum memutus bersalah

kepada seseorang terdakwa terlebih dahulu mempertimbangan hal-hal yang

meringankan dan memberatkan dari diri terdakwa dan apabila kita melihat

tabel diatas maka terlihat bahwa pertimbangan hal-hal yang meringankan

lebih dominan daripada hal-hal yang memberatkan .

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

126

4.3. DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MENJATUHKAN “PUTUSAN

DILUAR DAKWAAN” DALAM PERKARA NARKOTIKA

Mahkamah Agung RI sebagai badan tertinggi pelaksana kekuasaan

kehakiman yang membawahi 4(empat) badan peradilan di bawahnya158

telah menentukan bahwa putusan hakim haruslah mempertimbangkan

segala aspek yang bersifat yuridis, filosofis, dan sosiologis sehingga

keadilan yang ingin dicapai, diwujudkan, dan dipertanggungjawabkan

dalam putusan hakim adalah keadilan yang berorientasi pada keadilan

hukum (legal justice), keadilan moral (moral justice) dan keadilan

masyarakat (sosial justice).159

Aspek Yuridis merupakan aspek yang pertama dan utama dengan

berpatokan pada undang-undang yang berlaku. Hakim sebagai aplikator

undang-undang harus memahami undang-undang dengan mencari undang-

undang yang berkaitan dengan perkara yang sedang dihadapi. Hakim harus

menilai apakah undang-undang tersebut adil, ada kemanfaatannya, atau

memberikan kepastian hukum jika ditegakkan, sebab salah satu tujuan

hukum itu unsurnya adalah menciptakan keadilan.160

Mengenai aspek filosofis merupakan aspek yang berintikan pada

kebenaran dan keadilan sedangkan aspek sosiologis mempertimbangkan

tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Aspek filosofis dan

sosiologis penerapannya sangat memerlukan pengalaman dan pengetahuan

yang luas serta kebijaksanaan yang mampu mengikuti nilai-nilai dalam

masyarakat yang terabaikan. Jelas penerapannya sangat sulit sebab tidak

mengikuti asas legalitas dan tidak terikat sistem. Pencantuman ketiga

unsure tersebut tidak lain agar putusan dianggap adil dan diterima

masyarakat.161

158 Peradilan Umum, Peradilan Agama , Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara 159 Mahkamah Agung RI, Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan

Makalah Berkaitan, (Jakarta: Pusdiklat MA RI, 2006), hlm. 2. 160 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2011), hlm. 126. 161 Ibid. hlm. 127.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

127

Keadilan hukum (legal justice) adalah keadilan berdasarkan hukum

dan perundang-undangan. Dalam arti hakim hanya memutuskan perkara

hanya berdasarkan hukum positif dan peraturan perundang-undangan.

Keadilan seperti ini keadilan menurut pengamat aliran legalistis positivism .

Dalam menegakkan keadilan ini hakim atau pengadilan hanya sebagai

pelaksana undang-undang belaka. Hakim tidak perlu mencari sumber-

sumber hukum diluar dari hukum tertulis dan hakim hanya dipandang

menerapkan undang-undang pada perkara-perkara konkrit rasional belaka.

Dengan kata lain, hakim sebagai corong undang-undang atau mulut UU162

Keadilan hukum (legal justice) hanya didapat dari undang –undang

justru pada suatu kondisi akan menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat,

sebab undang-undang tertulis yang diciptakan mempunyai daya laku

tertentu suatu saat daya laku tersebut akan mati, karena saat undang-undang

diciptakan unsure keadilannya membela rakyat, akan tetapi setelah

diundangkan , seiring dengan perubahan nilai-nilai keadilan masyarakat,

akibatnya pada undang-undang unsure keadilannya akan hilang.163

Keadilan

moral (moral justice) dan keadilan sosial (social justice) diterapkan hakim

dengan pernyataan bahwa: ”hakim harus menggali nilai-nilai hukum yang

hidup dalam masyarakat” yang jika dimaknai secara mendalam hal tersebut

sudah masuk kedalam perbincangan tentang moral justice dan social

justice.164

Tabel 3. Barang Bukti Yang Diajukan Kepersidangan

NOMOR

PUTUSAN

Barang Bukti yang Di ajukan Kepersidangan

No. 10 / Pid.B /

2012 / PN.Msb

MS bin UH Alias

- 1 (satu) buah sachet plastik warna bening yang

berisikan butiran kristal warna putih (shabu-

162 Ibid. 163 Ibid. 164 Ibid.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

128

S bin Ogu shabu) seberat 0,5 (nol koma lima) gram

ditimbang dengan plastiknya ;

- 1 (satu) buah botol plastik bekas coca cola

(bong) ;

- 1 (satu) buah pipet warna putih

No. 55/

Pid.B/2012/

PN.M

Ramli bin Alm.

M. Daa Ali

- 1 (Satu) Paket butiran Kristal bening dengan

berat 0,0239 gram;

- 1 (satu) lembar kertas rokok warna kuning

emas

- 1 (satu) Unit sepeda motor merk smash warna

hitam Nomor Polisi DC 4923 PC;

No.

151/PIT.B/2011/

PN.KTP

Widyawati Alias

Widya Binti Jali

- (tiga) paket kecil sabu-sabu yang dibungkus

dengan plastik seberat 0,8 gram;

- 1 (satu) buah bong terbuat dari botol

minuman;

- 1 (satu) buah korek api gas;

- 1 (satu) buah botol kaca kecil bekas parfum

fambo

Putusan No 810

K/Pid.Sus/2012

Atas nama IDRIS

LUKMAN BIN

LOKMAN

HENDRIK

1 (satu) paket shabu seberat 0,2 (nol koma dua)

gram beserta pembungkusnya

Putusan No. 670

K/Pid.Sus/2012

atas nama

terdakwa II

MANSUR Bin

MISNAN dan I.

BAGUS

KURNIAWAN

bin DHARMAN,

bahwa MANSUR

bin MISNAN Cs

1(satu) bungkus plastik klip berisikan kristal

warna putih dengan berat netto 0,0565 gram (sisa

hasil labkrim dengan berat netto 0,0452 gram)

mengandung Metamfetamina dalam golongan I

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

129

Putusan Kasasi

NO. 566

K/Pid.Sus/2012

atas nama

terdakwa

SAIPULLAH bin

H MURSID

- 1 (satu) paket kecil berisi sabu-sabu dengan berat

keseluruhan 0,71 gram yang telah disisihkan

sehingga beratnya menjadi 20,95 miligram

- 1 (satu)paket kecil yang berisi sabu-sabu dengan

berat keseluruhan 0,45 gram yang telah

disisihkan sehingga beratnya menjadi 20,95

miligram;

- 1 (satu)buah pipet kaca

- 1 (satu)buah potongan sedotan plastik warna putih

- 1 (satu)buah botol plastik dengan tulisan

XYLTOL warna putih

- 2 (dua)buah botol plastik yang digunakan sebagai

alat pembakar,

Dari tabel diatas terlihat bahwa semua putusan diluar

dakwaan yang dibuat oleh hakim semuanya memperlihatkan barang

bukti yang bisa dinilai kecil atau sedikit apabila merujuk kepada

SEMA No 4 tahun 2010 tentang batasan barang bukti yang dapat

dimintakan rehab ataupun dapat dinyatakannya seseorang tersangka

atau terdakwa sebagai penyalahguna masih dalam batasan SEMA

tersebut.

Majelis hakim dalam mempertimbangkan berat ringannya

hukuman kepada terdakwa salah satunya mengacu kepada bunyi

SEMA tersebut dan jika didapati bahwa barang bukti yang berada

dalam penguasaan terdakwa lebih dari ketentuan SEMA tersebut

maka hakim harus berfikir untuk tidak menetapkan seseorang

tersebut sebagai penyalahguna bagi diri sendiri.

Hakim menilai dengan jumlah barang bukti yang cukup kecil

tersebut , maka terhadap terdakwa tidaklah tepat diterapkan pasal 112

ataupun 114 UU No 35 Tahun 2009 dimana ancaman pidana terhadap

kedua pasal tersebut cukup tinggi ditambah dengan adanya pidana

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

130

tambahan berupa denda sebesar Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta

rupiah).

Majelis hakim Pengadilan Negeri MSB menjatuhkan putusan

diluar dakwaan dengan salah satu pertimbangannya adalah

memperhatikan asas peradilan yang yang cepat, sederhana dan biaya

ringan serta majelis hakim menganggap pasal yang dipilih masih

dalam kualifikasi yang sama yaitu Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika serta untuk

memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum selain itu Surat Edaran

Nomor 4 Tahun 2010 sebagai pengganti Surat Edaran Nomor 7 Tahun

2009 yang berisi hal-hal yang apa seseorang dapat dikatakan sebagai

penyalah guna, lahirnya Surat Edaran ini adalah untuk memperjelas

penafsiran siapa penyalah guna narkotika dan secara kontrario

menunjukkan jika seseorang memiliki, menyimpan, menguasai atau

menyediakan lebih dari jumlah yang ditentukan dalam Surat Edaran

Nomor 4 Tahun 2010 tidak dapat serta merta dikatakan sebagai

penyalah guna narkotika.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Majene dalam memutus

diluar dakwaan mendasari putusannya dengan putusan Mahkamah

Agung No 2497/K/Pid.Sus/2011 yang berisi meskipun Terdakwa yang

sebelumnya didakwa tunggal dengan Pasal 112 (1) jo. Pasal 132 (1) UU RI

No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika diputus terbukti melakukan tindak

pidana yang diatur dalam pasal 127 ayat (1) huruf a UU a quo. Selain itu

Majelis hakim juga berpendapat bahwa hakim seharusnya tidaklah

dikunci dalam upaya penegakan keadilan dengan membatasinya secara

mutlak berdasarkan dakwaan penuntut umum hal mana tidak akan memberi

ruang bagi Hakim dalam menjalankan kewajibannya untuk menegakkan

keadilan secara utuh selain itu juga majelis hakim berpendapat perbuatan

terdakwa yang dipersalahkan oleh Majelis Hakim memiliki kaitan erat dan

berhubungan langsung dengan perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa

dimana kedua hal tersebut diatur dalam undang-undang khusus yang sama

dengan rumpun yang sama yaitu menyangkut kejahatan Narkotika dan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

131

pertimbangan majelis hakim terakhir adalah setiap putusan yang

membebaskan atau melepaskan Terdakwa harus diikuti dengan pemulihan

hak-hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta

martabatnya yang menurut Majelis memiliki nilai ironi jika dari satu sisi

telah terdapat fakta hukum bahwa Terdakwa telah terbukti melakukan suatu

tindak pidana .

Majelis hakim Pengadilan Negeri KTP dalam memutus diluar

dakwaan mendasari putusannya dengan mempertanyakan pasal 182 ayat

(4) KUHAP pada pokoknya menentukan “musyawarah harus didasarkan

atas surat dakwaan” dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di

sidang dan apabila ketentuan pasal tersebut diartikan secara kaku/strict law,

maka terdakwa Widya Wati Als Widya Binti Jali yang telah dinyatakan tidak

terbukti dalam dakwaan primair maupun dakwaan subsidair, pada hal secara

fakta hukum sebagaimana telah dipertimbangkan, sebenarnya terdakwa ada

melakukan perbuatan penyalahgunaan narkotika golongan I sebagaimana

ditentukan dalam pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor: 35

tahun 2009 tentang Narkotika, maka terdakwa tidak dapat diadili menurut

ketentuan pasal 127 ayat (1) huruf a tersebut karena tidak didakwakan Jaksa

Penuntut Umum dalam dakwaannya dan majelis menilai tidaklah pantas dan

adil jika membebaskan terdakwa begitu saja hanya karena kekurang

cermatan Jaksa Penuntut Umum menyusun dakwaannya karena akan

menciderai rasa keadilan masyarakat dan tidak mendidik bagi terdakwa,

sehingga menurut pendapat Hakim demi kepentingan keadilan (for the

interest of the justice) dan Majelis hakim mendasarkan putusan kepada

Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI. Nomor: 1671 K/Pid/1996

tanggal 18 Maret 1997 yang pada pokoknya menyatakan ‘menghukum

terdakwa membantu melakukan pembunuhan berencana (exs pasal 56 jo

pasal 340 KUHP, dakwaan alternatif yang tidak didakwakan Jaksa Penuntut

Umum’

Terkait dengan Pertimbangan-pertimbangan Majelis hakim diatas

dihubungkan dengan hal-hal yang harus perhatikan oleh seorang hakim

dalam merumuskan suatu putusan seperti legal justice, moral justice dan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

132

sosial justice menurut pendapat penulis hakim pengadilan negeri sudah

masuk kepada pertimbangan moral justice dimana dari putusan-putusan

pengadilan negeri tersebut hakim menilai dakwaan jaksa berbeda dengan

fakta persidangan sehingga terhadap dakwaan jaksa tersebut haruslah

dinyatakan tidak terbukti , akan tetapi majelis hakim menilai bahwa

meskipun dakwaan jaksa tidak ada yang terbukti akan tetapi ada fakta

persidangan yang menyatakan bahwa terdakwa menggunakan narkotika

tersebut untuk dirinya sendiri sehingga hakim berdasarkan keadilan memutus

sebagaimana putusan yang diuraikan diatas.

Dihubungkan dengan asas legalitas menurut Penulis ada

penyimpangan terhadap penerapan Pasal 191 ayat (1) KUHAP yang

menyatakan : “Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di

sidang pengadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya tidak terbukti secara sah dan menyakinkan, maka terdakwa

diputus bebas”. Kenyataannya Majelis Hakim yang mengadili perkara-

perkara tersebut memilih tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum

dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP, akan tetapi dengan berpijak pada teori

keadilan, Yurisprudensi putusan MA, dan asas peradilan yang cepat sebagai

dasar hukum telah menjatuhkan putusan berupa menyatakan bersalah serta

menghukum terdakwa dengan putusan di luar dakwaan Jaksa penuntut

Umum. Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara tersebut

apabila berpedoman pada Pasal 191 ayat (1) KUHAP, seharusnya majelis

Hakim akan menjatuhkan putusan bebas kepada masing-masing terdakwa

karena dalam pemeriksaan di sidang pengadilan masing-masing terdakwa

tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum baik dalam dakwaan primair

ataupun dakwaan subsidairnya.

Dihubungkan dengan teori keadilan substantive menurut penulis

putusan tersebut bisa sudah benar , dihubungkan dengan teori keadilan

dimana dalam teori keadilan Gustav Radbruch, menyatakan adanya 3 (tiga)

tujuan ideal hukum, yaitu: keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Tetapi tidaklah mudah mewujudkan ketiga tujuan ideal tersebut sekaligus

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

133

dalam praktek karena itu menurut Radbruch diperlukan asas prioritas untuk

mengeliminirnya. Keberanian hakim untuk mengambil keputusan dengan

menjatuhkan putusan yang bijaksana sebenarnya merupakan sesuatu yang

harus ada dalam diri hakim termasuk memutus diluar dakwaan sepanjang

putusan tersebut tidak dilatari oleh kepentingan yang lainnya sebagaimana

pendapat hakim Agung Artidjo Alkostar .Radbruch menyatakan bahwa

keadilan harus dianggap sebagai salah satu kelompok dari ide hukum

komponen yang lainnya adalah finalisasi dan dan kepastian165

hukum dan

keadilan sebagai dua sisi dari mata uang, jika keadilan digambarkan sebagai

materi dan hukum sebagai bentuk, maka nilai keadilan, maka nilai keadilan

adalah materi yang harus mengisi bentuk hukum, sedangkan hukum

merupakan bentuk yang harus melindungi nilai keadilan.

4.4. PANDANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP “PUTUSAN

DILUAR DAKWAAN“ YANG DIJATUHKAN OLEH PENGADILAN

NEGERI DAN PENGADILAN TINGGI DALAM PRAKTEK

PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

Dari tiga putusan Mahkamah Agung RI terlihat sikap yang berbeda

diantara para hakim agung yang menangani perkara yang sejenis dalam hal ini

perkara narkotika yang dalam amar putusannya di pengadilan negeri sama-

sama memutus diluar dakwaan dari jaksa/penuntut umum.

4.4.1. Pandangan Hakim Agung yang tidak membenarkan putusan diluar

dakwaan untuk kemudian membebaskan terdakwa;

Majelis hakim I yang menangani perkara atas nama Widya wati

yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri dengan putusan diluar

dakwaan pada akhirnya memutus untuk membebaskan terdakwa dengan

pertimbangan bahwa Judex Facti telah salah menerapkan hukum, oleh

karena telah menyatakan Terdakwa bersalah dan menjatuhkan pidana

165 Boy Nurdin, Kedudukan dan Fungsi Hakim Dalam Penegakan Hukum Di Indonesia,

(Bandung ; Alumni, 2012) Hal 61

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

134

terhadap Terdakwa didasarkan pada ketentuan pidana Pasal 127 ayat (1)

huruf a Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 yang tidak didakwakan

oleh Jaksa/Penuntut Umum, lagi pula fakta di persidangan

membuktikan bahwa Terdakwa hanya menghisap shabu-shabu, dengan

demikian Terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana dalam

dakwaan Primair dan Subsidair, dan harus dibebaskan dari segala

dakwaan Jaksa/ Penuntut Umum.

Dalam putusan ini seorang hakim agung mengajukan

dissenting opinion dengan terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang

diatur dalam dakwaan primair melanggar pasal 112 ayat (1) Jo pasal

132 ayat (1) UU No 35 Tahun 2009 dengan hukuman penjara selama

1(satu) tahun yang berarti dibawah ancaman minimal khusus.

Dalam kasus pertama ini, penulis menilai hakim agung

berpegang kepada ajaran legalistic formalistis yang melihat kesalahan

dakwaan yang diajukan oleh jaksa /penuntut umum haruslah diberi

sangsi dengan putusan bebas hal ini sejalan dengan pendapat ahli

hukum Universitas Indonesia Prof Mardjono Reksodiputro SH MA

yang menyatakan bahwa KUHAP dibuat untuk melindungi terdakwa

dari kesewenang-wenangan aparat dalam melakukan tugas yudisialnya

dimana sebelum berlakunya KUHAP kesewenang-wenangan aparat

nampak begitu nyata dan tidak ada perlindungan bagi terdakwa ataupun

tersangka yang tersangkut masalah hukum .

Putusan hakim agung yang menyatakan penjatuhan pidana

berdasarkan putusan diluar dakwaan tidak dapat dibenarkan secara

hukum acara sudah benar dan tepat akan tetapi dengan tidak melihat

fakta persidangan yang terbukti bahwa terdakwa sebenarnya

menggunakan narkotika secara keadilan menurut penulis kurang

menggali sisi kemanfaatan dalam suatu putusan.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

135

4.4.2. Pandangan Hakim Agung yang membenarkan putusan diluar

dakwaan

Putusan No. 810 K/Pid.Sus/2012 Atas nama terdakwa IDRIS

LUKMAN BIN LOKMAN HENDRIK membenarkan putusan diluar

dakwaan dengan dasar pertimbangan majelis hakim melihat pada sisi

keadilan, karena majelis hakim juga sudah mempertimbangan

kecerobohan jaksa/Penuntut Umum yang tidak mendakwakan pasal 127

ayat (1) Undang-undang No 35 Tahun 2009. Majelis Hakim pun

sebenarnya sudah paham jika dakwaan tidak terbukti maka putusan

yang dijatuhkan tersebut seharusnya membebaskan terdakwa, tetapi

dalam rangka kemanfaatan dan keadilan sebagai bagian dari tujuan

hukum, maka Majelis hakim memutuskan untuk membenarkan putusan

judex facti terkait dengan putusan diluar dakwaan yang dijatuhkan.

Putusan No 670K/Pid.Sus/2012 atas nama MANSUR Bin

MISNAN yang dijatuhkan oleh Majelis Kasasi memutuskan putusan

diluar dakwaan dikarenakan jaksa /penuntut umum hanya membuat

dakwaan tunggal kepada terdakwa hal ini menurut majelis hakim

Mahkamah Agung dakwaan tunggal pasal 112 ayat (1) Undang-Undang

No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang didakwakan kepada

terdakwa telah menyulitkan hakim (judex facti) didalam memutus

perkara berdasarkan fakta-fakta dipersidangan dan Mahkamah Agung

berpendapat jika judex facti hanya mengikuti saja dan menerapkan pasal

dakwaan tunggal yang didakwakan Penuntut Umum padahal fakta-fakta

persidangan tidak mampu membuktikan terpenuhinya unsur-unsur

dalam dakwaan tunggal tersebut, maka hal tersebut merupakan

penerapan hukum yang keliru .

Terkait dengan pertimbangan Mahkamah Agung tersebut,

penulis berpendapat bahwa jika dikaitkan dengan asas legalitas yang

dianut oleh negara Indonesia maka putusan ini akan dirasa tidak tepat,

jika dilihat dari satu sisi putusan ini jelas menguntungkan terdakwa

dimana terdakwa diputus lebih rendah dari tuntutan jaksa akan tetapi

jika dipandang dari sisi sebaliknya maka putusan ini merugikan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

136

terdakwa karena seharusnya terdakwa diputus bebas jika dinilai oleh

hakim dakwaan jaksa tidak terbukti baik dakwaan primair maupun

subsidairnya.

Putusan No 566 K /PidSus/2012 atas nama terdakwa

SAIPULLAH bin H MURSID sedikit berbeda dengan kedua putusan

Mahkamah Agung RI sebelumnya, karena dalam putusan ini hakim

memperingatkan jaksa /Penuntut Umum terkait dakwaan tunggal yang

diterapkannya dalam perkara ini sangat menyulitkan hakim dan

kebebasan hakim untuk memutus sesuai rasa keadilan menjadi sangat

terganggu. Hakim dalam pertimbangannya menyatakan seharusnya

Jaksa /penuntut umum juga mendakwakan pasal 127 Undang-Undang

Narkotika dalam dakwaannya akan tetapi pasal 127 Undang-Undang

Narkotika tersebut tidak didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum.

Majelis hakim dalam pertimbangannya juga menyatakan bahwa

hanya mengikuti dakwaan jaksa/Penuntut umum dirasa akan

mencederai rasa keadilan, akan tetapi dipihak lain membebaskan

terdakwa hanya karena alasan dakwaan yang tidak didakwakan tidak

sejalan dengan dengan semangat dan tujuan pemberantasan tidak pidana

narkotika.

Selanjutnya hakim memutus dibawah minimal dan

menggunakan pasal 127 Undang-Undang Narkotika akan tetapi dalam

amar putusannya tersebut majelis hakim tetap memasang pidana denda

sebesar Rp.800.000.000,-(delapan ratus juta rupiah) yang mana pidana

denda seharusnya tidak ada apabila hakim merujuk kepada pasal 127

Undang-Undang Narkotika.

Berdasarkan pandangan-pandangan hakim tingkat pertama dan

hakim Mahkamah Agung diatas ternyata ada persamaan prinsip yang

dapat diambil ketika menghadapi perkara narkotika yang mana antara

dakwaan dengan fakta hukum tidak terdapat persesuaian yaitu hakim

dapat memutus diluar dakwaan jaksa penuntut umum sepanjang hal

tersebut telah benar-benar dipertimbangkan secara seksama dan matang

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

137

serta berdasarkan argumentasi yang kuat. Secara sekilas memang benar

putusan itu melawan hukum legalistic akan tetapi secara keadilan

putusan tersebut dapat dibenarkan karena hakim bukanlah corong

undang-undang.

Penulis mengambil sikap untuk mendukung pandangan hakim

yang dapat memutus diluar dakwaan dengan batasan yang ketat apabila

jaksa/penuntut umum hanya mendakwa terdakwa dengan dakwaan

tunggal yang jelas menyulitkan hakim memutus berdasarkan rasa

keadilan dan penulis masih menganggap dakwaan adalah dasar bagi

suatu pemeriksaan persidangan karena apabila putusan diluar dakwaan

dapat dilakukan secara serampangan akan mengakibatkan bias dalam

penegakan hukum .

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

138

BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hakim dalam menemukan fakta persidangan yang berbeda dengan

tuntutan tidak hanya berpaku kepada ketentuan pasal 182(4)KUHAP

yang mensyaratkan musyawarah untuk mengambil keputusan harus

didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam

pemeriksaan di sidang. Hal ini terlihat dari 3(tiga)putusan hakim

Pengadilan Negeri dan 3(tiga)putusan Kasasi Mahkamah Agung RI

tentang “putusan diluar dakwaan”dalam perkara narkotika .Hal ini

berarti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu hakim dapat

memutus “diluar dakwaan” yang diajukan Jaksa/Penuntut umum,

kendati pengaturan untuk hal tersebut tidak ada.

2. Putusan hakim yang “memutus diluar dakwaan” jaksa/penuntut umum

harus mencantumkan pertimbangan-pertimbangan yang matang

dengan argumentasi hukum yang kuat sebagai dasar dalam

memutuskan terdakwa terbukti dengan “pasal diluar dakwaan”, seperti

misalnya jumlah barang bukti yang ditemukan bersama terdakwa

hanya kecil atau sedikit, dan terdakwa bukan merupakan anggota

sindikat atau anggota jaringan peredaran narkotika akan tetapi masih

dalam kategori sebagai penyalahguna narkotika dan hakim dituntut

untuk lebih memperlihatkan semangat pemberantasan tindak pidana

narkotika dibandingkan memutus bebas hanya karena pasal 127 UU

No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak didakwakan .

3. Belum ada kesepahaman diantara hakim agung terkait dengan

“putusan diluar dakwaan” dalam perkara narkotika hal ini terbukti

masih ada dualisme putusan diantara hakim agung guna memutuskan

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

139

hal tersebut. Disatu pihak beberapa hakim agung membenarkan

“putusan diluar dakwaan” tersebut akan tetapi dipihak lain ada

beberapa hakim agung juga yang menentang “putusan diluar dakwaan”

dengan jalan membebaskan terdakwa apabila tidak terbukti pasal yang

didakwakan.

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berkaitan dengan putusan

diluar dakwaan tersebut dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Belum jelasnya pengaturan mengenai boleh tidaknya “putusan diluar

dakwaan” dalam penanganan tindak pidana narkotika menimbulkan

pro dan kontra dikalangan hakim dalam memutus perkara tersebut

dan diharapkan Hakim Agung sebagai Pembina hakim-hakim tingkat

pertama dan tingkat banding seyogjanya dapat memberikan putusan

yang dapat memberikan acuan/pedoman terkait dengan putusan diluar

dakwaan ini( Yurisprudensi tetap), agar jangan sampai hakim-hakim

khususnya tingkat pertama menjadi tidak mempunyai pegangan

apabila mendapati perkara yang seperti ini dan apabila hal tersebut

tidak dilakukan maka putusan diluar dakwaan akan tetap terjadi .

2. Dalam menjatuhkan putusan Hakim hendaknya senantiasa

mempertimbangkan unsur keadilan(gerechtigkeit), kepastian

hukum(Rechtsicherheit)dan kemanfaatan (zwechtmassingkeit) dalam

setiap putusannya dan apabila terjadi pertentangan diantara ketiga

unsur tersebut maka hakim hendaklah mendahulukan unsur keadilan

sehingga tercipta suatu putusan hakim yang mengandung legal

justice, moral justice, dan social justice

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

140

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku/Jurnal:

Abidin farid, Zainal., Hukum Pidana I Cet 2, Jakarta, Sinar grafika, 2007.

Ali, Achmad., Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom Dan Artikel Pilihan

Dalam Bidang Hukum, Jakarta: Kencana, 2008.

-----------------, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),

Jakarta: Chandra Pratama, 1996.

Apeldoorn, Van., Pengantar Ilmu Hukum, (Inleiding tot de studie van het

Nederlandase Recht) diterjemahkan oleh Oetarid Sadino, Jakarta: PT. Pradnya

Paramita, 1954.

AR Sujono SH.M.H dan Bony Daniel, KOMENTAR &PEMBAHASAN Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar Grafika,

2011.

Asshiddiqie [e], Jimly., Pengantar Ilmu Tata negara Jilid I, (Jakarta:Sekretariat

Jenderal danKepaniteraan MKRI, 2006.

Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany dan Mukhsin, ”Kejahatan-kejahatan yang

merugikan dan Membahayakan Negara”, Bina Aksara,

Hamzah, Andi., dan Waluyo, Bambang., Delik-Delik Terhadap Penyelenggaraan

Peradilan (Conterm of Court), Jakarta :Sinar Grafika, 1988.

Hamzah, Andi ., Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Cetakan

Kedua,Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Harahap, M. Yahya., Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

------------------, Pembahasan, Permasalahan, dan Penerapan

KUHAP:Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan

PeninjauanKembali, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Harun M Husein, Surat Dakwaan Teknik Penyusunan, Fungsi dan

Permasalahannya, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Huijbers I, Theo., Filsafat hukum Cet ke-3, Yogjakarta: Kanisius,1995.

Kamil, Ahmad., Filsafat Kebebasan Hakim, Jakarta: Kencana, 2012.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

141

Kusumaatmadja, Mochtar., Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam

Pembangunan Nasional, Lembaga Penelitian Hukum Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran, Bandung : Bina Cipta, 1986.

Moerad, Pontang., Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam

Perkara Pidana, Bandung: PT. Alumni, 2005.

Moelyatno, Asas-asas Hukum Pidana , Jakarta, Bina Aksara,1987.

Moelyono, Anton M., Kamus Besar Bahasa Indonesia cet II , Jakarta : Balai

Pustaka,1988.

Mr J.M van Bemmelen, Ons Stracrecht, Deel I, Algemeen deel het materiele

strafrechet, H.D Tjeenk Wilink, Groningen, 1971.

Mulyadi, Lilik., Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan

Permasalahannya, Bandung : PT Alumni, 2006.

-----------------, Hukum Acara Pidana, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996.

-----------------, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktek,

Teknik Penyususnan, dan Permasalahannya Bandung, PT Citra Aditya

Bakti, 2007.

-----------------, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan

Permasalahannya, Bandung ,PT Alumni, 2006.

Nasution, A Karim., Masalah Surat Tuduhan Dalam Proses Pidana,

PN.Percetakan Negara Ri ,1972.

Nawawi Arief, Barda., Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, Bandung , PT Citra Aditya Bakti, 2001.

Nonet, Philippe dan Selznick, Philip., Hukum Responsif terjemahan, Bandung:

Nusa media, 2010.

Nurdin, Boy., Kedudukan dan Fungsi Hakim Dalam Penegakan Hukum di

Indonesia, Bandung : Alumni,2012.

Prakoso, Djoko., Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara di

Dalam Proses Pidana, Yogyakarta: Liberty, 1988.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

142

Rawls, John ., A Theory of Justice ,Harvard University Press:

Cambridge,Massachusetts, 1972.

Reksodiputro, Mardjono., Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan

Pidana,Kumpulan Karangan Buku ketiga, Jakarta: Lembaga Kriminologi

UI, 2007.

Rifai, Ahmad., Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum

Progresif,Jakarta : Sinar Grafika, 2011.

Seno Adji, Oemar., Peradilan Bebas, Jakarta, PT Erlangga, 1980.

--------------------, Peradilan Bebas Negara Hukum, Jakarta: Erlangga, 1985.

Siregar, Bismar., Keadilan Hukum Dalam Dalam Berbagai Aspek Hukum

Nasional Jakarta: CV Rajawali, 1986.

Sianturi, S.R., Azas-azas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,

Jakarta: Peteheam, 1996.

Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komnetar-

komentarnya lengkap pasal demi pasalnya, Bogor, Politeia,1996.

Soedjono, D. Narkotika dan Remaja. Bandung: Alumni. 1989.

Soetomo. A., Pedoman Dasar Pembuatan Dasar Dakwaan dan Suplemen,

Jakarta: Pradnya Paramita,1989.

Tanya, Bernart L. Dkk., Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan

Generasi, Surabaya: CV. Kita, Surabaya

Wignjosoebroto, Soetandyo., Hukum: Paradigma, Metode Dan Dinamika

Masalahnya, Jakarta: ELSAM-HUMA, 2002.

----------------- Hukum Narkotika Indonesia.Bandung: Alumni. 1987.

B. Makalah:

Bambang, Kesowo., Negara Hukum, Program Legislasi Nasional, dan Kebutuhan

Desain Besar Bagi Perencanaannya, Makalah disampaikan pada Rapat

Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-66 Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tanggal 17 Februari 2012.

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

143

Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, Bacaan Mahasiswa Program

Doktor Ilmu hukum Universitas Diponegoro, Uki Press, Jakarta, 2006.

C. Peraturan Perundang-Undangan/Konvensi:

Republik Indonesia , Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana , No 8 tahun

1981.

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman No 48

Tahun 2009 LN No 157 Tahun 2009 TLN No 5076 jo. Pasal 1 angka 2 jo.

Pasal 50 jo. Pasal 51 Undang-Undang tentang Peradilan Umum, No. 2

Tahun 1986 sebagaimana diubah dengan Undang- Undang No. 8 Tahun

2004 dan Undang-Undang No. 49 Tahun 2009.

D. Internet

http://nasional.kompas.com/read/2012/10/31/14280327/Pengguna.Narkoba.5.8.Jut

a.Tahun.2012

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/15/064390473/BNN-38-Juta-Warga-

Indonesia-Gunakan-Narkoba

Chairul Akhmad, “Polisi Tangkap Pengedar Narkoba di Kalangan Pelajar”,

<http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/11/10/14/lt24pj-polisi-

tangkap-pengedar-narkoba-di-kalangan-pelajar>,14 Oktober 2011.

Fabian Januarius Kuwando, “Sambil Pesta Sabu, Hakim Puji Bahas Kasus

PTUN”,<http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/23/11212281/Samb

il.Pesta.Sabu.Hakim.Puji.Bahas.Kasus.PTUN> , 23 Oktober 2012

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50d18088e9f22/kejaksaanmemandang

-pasal-54-uu-narkotika

http://waktuterindah.blogspot.com/2012/05/penyalahgunaan-atau-

kepemilikan.html, diakses 25 Nopember 2012

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA PUTUSAN HAKIM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334083-T32533-Hendro Wicaksono.pdf · HENDRO WICAKSONO 1106031116 . FAKULTAS HUKUM . ... selaku Ketua Mahkamah

144

Putusan hakim..., Hendro Wicaksono, FH UI, 2013