universitas indonesia pembangunan dan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20298235-t29967-eva...
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN PELABUHAN
PULAU BAAI DI BENGKULU 1968-2010
TESIS
EVA RIANA
NPM 0906587483
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
DEPOK
JANUARI 2012
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN PELABUHAN
PULAU BAAI DI BENGKULU 1968-2010
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Humaniora
EVA RIANA
NPM 0906587483
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
DEPOK
JANUARI 2012
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Humaniora
Jurusan Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
(1) Prof. Dr. Susanto Zuhdi, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
tesis dan beliau juga telah begitu teliti membaca dan mengoreksi tesis ini
sehingga dapat selesai dengan baik.
(2) Instansi-instansi terkait pendukung penelitian: PT. (Persero) Pelindo II
Cabang Bengkulu, Administrator Pelabuhan Pulau Baai, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan
Propinsi Bengkulu, Badan Statistik Daerah Propinsi Bengkulu, Perpustakaan
dan Arsip Daerah Propinsi Bengkulu, PT. (Persero) Pelindo II Pusat,
Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Dirjen Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Perhubungan. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk
memperoleh data yang saya perlukan.
(3) Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Bapak Pieter H. B. Fina
(Kepala Administrator Pelabuhan Pulau Baai), Bapak Turniadi (Staf PT
Pelindo II Cab. Bengkulu), Bapak Amir Wijaya (Staf PT Pelindo II Cab
Bengkulu), Bapak Hermawan (Staf IT PT Pelindo II Cab. Bengkulu), Bapak
Sugeng Darojati (Staf Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu), Bapak Eko
Hadi Saputra (Staf Bappeda Propinsi Bengkulu), Bapak Arief Adhi Wibowo
(PT. (Persero) Pelindo II Jakarta) dan Ibu Feronika S P,S.S, MM.Tr (Kasubag
Dokumentasi dan Perpustakaan Balitbang Kementrian Perhubungan). Terima
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
kasih telah memberikan bantuan informasi, arahan dan kemudahaan selama
penelitian berlangsung.
(4) Prof. Susanto Zuhdi, Dr. Priyanto Wibowo dan Dr. Yuda B. Tangkilisan,
selaku tim penguji dalam ujian seminar proposal, ujian pra tesis dan ujian
tesis. Terima kasih telah memberikan koreksi dan saran yang sangat berarti
bagi penyempurnaan tesis ini.
(5) Dr. Priyanto Wibowo, selaku Kepala Departemen Sejarah, yang telah
memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama menjalankan masa
studi.
(6) Para dosen yang telah memberikan pencerahan dan ilmu yang bermanfaat
selama perkuliahan. Terima kasih ditujukan kepada Prof Dr. R.Z Leirissa
(Alm) sebagai guru terbaik yang mengajarkan metodologi sejarah, Prof. Dr.
A.B Lapian (Alm) sebagai inspirator penulisan Sejarah Maritim yang telah
memberikan saran dalam pemilihan periode penelitian, Prof. Dr Susanto
Zuhdi yang telah mempersuasi dan mendorong saya ―kembali ke kampung
halaman‖ untuk menentukan topik penelitian, Prof. Dr. Robert M.Z Lawang,
Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA, Dr. Saleh A. Djamhari, Wardiningsih, Ph.D,
Tri Wahyuning Mundaryanti, M.Si, Mona Lohanda, M.Phil, Dr. Djoko
Marihandono, Dr. Yuda B. Tangkilisan Dr. Mohammad Iskandar, Dr
Suharto, Dr. Masyhuri, Linda Sunarti, M.Hum, Muhammad Wasith, M.Hum
dan Bondan Kanumoyoso, M.Hum.
(7) Drs. Setiadi Sulaiman dan Drs. Abdul Syukur, M.Hum yang selalu
memberikan motivasi dan antusiasme yang besar untuk segera menyelesaikan
studi.
(8) Suami saya terkasih, Raden Danieli Sapyudin, sebagai pendamping yang
selalu sabar menemani disaat-saat yang sulit dan selalu memberikan
keyakinan dan ketegaran bahwa saya bisa melalukan yang terbaik.
(9) Orang tua saya tercinta yang telah memberikan dukungan materil dan moril
serta doa tanpa jeda. Ucapan terima kasih teruntuk bak dan mamak, Bapak H.
Rusdi Tolib dan Ibu Hj. Nasiah, mamah dan bapak mertua, Ibu Siti Masitoh
dan Bapak Rd. Oo Mustopa. Terim kasih telah begitu besar memberikan cinta
dan kekuatan untuk terus bertahan dalam perjuangan kehidupan.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
(10) Saudara-saudara terbaik saya yang telah memberikan motivasi kuat dan
bantuan materi yang tidak terhitung, kepada Ayuk Suprohaita dan Mas Edy
Budiyarso, Dang Hijrah Saputra dan Ayuk Nurmizen Okpiarwanty, Ceu
Ratna Yulia Dewi dan Kak Zainul, Aa Rojali Hikmat dan Teh Atin Kurnia,
Aa Cecep Lukman Yasin dan Kak Rahmah, Elis Nur Aisyah dan Deni
Kurniadi serta dede Septina Rahmawati. Tidak lupa pula ponakan-ponakan
tersayang yang selalu memberikan keceriaan: Rahmaditha Maharani, M.
Danish Rabbani, Hanifah, dan Sulthan Al Abqarry Saputra.
(11) Keluarga Bapak Zen Basri dan Ibu Misanah. Terima kasih telah memberikan
tempat tinggal dan suasana kekeluargaan yang nyaman selama penelitian di
Bengkulu.
(12) Teman-teman diskusi dan berbagi ilmu selama perkuliahan, Mas Tri Chandra
Aprianto, Setiady Sulaiman, Sugih Biantoro, Mbak Sri Sesanti
Mulyaningrum, Happy Emeralda, dan Mas Amin Rahayu. Terima kasih
untuk kebersamaan singkat yang penuh warna.
(13) Sahabat-sahabat yang selalu menabuh genderang semangat, Sitti Rizqiyah,
Fatty, Nofita Indah, Sari Mila, Rini Prilani, Winda Nurohma Eka, dan
Endang Istianti.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Karya ini menjadi persembahan saya kepada Propinsi
Bengkulu, Land of Rafflesia sebagai bentuk kecintaan saya atas tanah leluhur
yang tidak pernah hilang dalam ingatan meskipun jarak membentang
memisahkan.
Depok, 4 Januari 2012
Penulis
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Eva Riana
Program Studi : Ilmu Sejarah
Judul : Pembangunan dan Perkembangan Pelabuhan Pulau Baai
di Bengkulu 1968-2010
Tesis ini membahas proses pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Pulau
Baai di Bengkulu tahun 1968–2010. Fokus penelitian ini menekankan pada
perkembangan aktivitas pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang dalam
perdagangan antar pulau maupun luar negeri di Propinsi Bengkulu. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian sejarah dengan menyajikan hasil penelitian
dalam bentuk deskriptif-analisis. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan
lama Kerajaan Silebar yang direvitalisasi pada masa pemerintahan Orde Baru.
Latar belakang pembangunan kembali pelabuhan Pulau Baai ini untuk menunjang
aktivitas perdagangan komoditi ekspor yang dihasilkan oleh daerah belakang.
Perkembangan aktivitas pelabuhan mengalami kemajuan seiring dengan
peningkatan hasil produksi komoditi daerah belakang. Komoditi ekspor andalan
berasal dari sektor pertambangan yaitu batu bara dan sektor perkebunan yaitu
karet dan kelapa sawit olahan (Crude Palm Oil/CPO). Pelabuhan Pulau Baai
dalam pelaksanaan operasional mengalami kendala yaitu sedimentasi yang tinggi
yang menyebabkan alur pelayaran pelabuhan mengalami pendangkalan. Meskipun
terjadi sedimentasi yang menghambat, namun tidak mempengaruhi aktivitas
ekspor di Pelabuhan Pulau Baai yang semakin meningkat terutama sejak tahun
2000 dan mengalami kenaikan ekspor pada tahun 2010.
Kata kunci:
Pelabuhan, Pulau Baai, Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Eva Riana
Study Program: History Science
Topic : The Establishment and Development of Pulau Baai Port
in Bengkulu on 1968 – 2010
This thesis discusses the process of the establishment and development of the
Pulau Baai Port in Bengkulu on 1968 – 2010. It emphasizes on the export-import
activities of the port in the province of Bengkulu. This study uses the method of
historical research by presenting the research results in the descriptive-analytical
form. The study finds that the Pulau Baai Port is an old port of Silebar Empire
which revitalized during the reign of the Orde Baru era. The background of
rebuilding the Pulau Baai Port is to support the export of commodity from the
hinterland products. The development of port activities were in line with the
increase of the productions such as rubber, oil palm plantation (Crude Palm
Oil/CPO) and coal which become the main good of commodity. Despite the Pulau
Baai Port had obstacles as the consequence of high sedimentation the export
activity at the Pulau Baai Port was rising since 2000 and reached its peak in 2010.
Key words:
Port, Pulau Baai, Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ……………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ……………………… viii
ABSTRAK ………………………………………………………………… ix
ABSTRACT ………………………………………………………………… x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiv
DAFTAR AKRONIM ……………………………………………………… xv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………… 6
1.3 Batasan Masalah …………………………………………………… 6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….. 7
1.5 Tinjauan pustaka …………………………………………………… 8
1.6 Kerangka Konseptual ……………………………………………… 11
1.7 Metode dan Sumber Penelitian ……………………………………. 14
1.7.1 Metode Penelitian …………………………………………… 14
1.7.2 Sumber Penelitian …………………………………………… 15
1.8 Sistematika Penulisan ……………………………………………… 16
2. BENGKULU DAN GAMBARAN POTENSI DAERAH PEDALAMAN
2.1 Keadaan Geografis …………………………………………………. 18
2.1.1 Letak dan Luas Daerah ………………………………………. 18
2.1.2 Geomorfologi …………………………………………………. 19
2.1.3 Hidrologi ……………………………………………………… 20
2.1.4 Geologi ………………………………………………………… 21
2.2 Bengkulu: Dari Keresidenan Menjadi Propinsi ……………………… 22
2.3 Pembangunan Daerah Bengkulu Pasca Menjadi Propinsi…………… 25
2.4 Penduduk dan Transmigrasi ………………………………………… 30
2.5 Gambaran Daerah Pedalaman ……………………………………… 33
2.6 Masalah Transportasi dan Distribusi Komoditi ……………………. 37
3. REVITALISASI PELABUHAN PULAU BAAI 1968-1984
3.1 Sekilas Sejarah Pelabuhan Bengkulu di Pantai Barat Sumatera …… 44
3.2 Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1968-1984…………… 50
3.3 Masa Pembangunan Fisik Pelabuhan ………………………………… 56
3.4 Sarana dan Prasarana Pelabuhan ……………………………………... 59
3.5 Organisasi Pengelolaan Pelabuhan: PT (Persero) Pelindo II………….. 64
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
4. PERKEMBANGAN AWAL AKTIVITAS PELABUHAN PULAU BAAI
1984-1990
4.1 Pelabuhan dan Jaringan Daerah Belakang…………………………….. 67
4.1.1 Perkembangan Komoditi Andalan Daerah Belakang…………… 68
4.1.2 Akses Jaringan Pelabuhan dan Daerah Belakang………………. 83
4.2 Aktivitas Pelabuhan Pada Periode Awal ……………………………. 86
4.2.1 Kunjungan Kapal ……………………………………………… 86
4.2.2 Aktivitas Bongkar Muat .................................................……… 88
5. MASA PENINGKATAN MENUJU PUNCAK 1990-2010
5.1 Periode Pasang Surut 1990-2000 ………………………………........ 94
5.2 Periode Menuju Puncak.2000-2010…………………………………. 97
5.2.1 Kunjungan Kapal ……………………………………………… 98
5.2.2 Aktivitas Bongkar Muat ………………………………………. 99
6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 109
6.2 Epilog……………………………………………………………….. 110
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 113
LAMPIRAN
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perincian Pemasukan Transmigrasi Tahun 1975-1986.…………... 32
Tabel 4.1 Produksi Beras Pada Pelita III …………………………………… 70
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan PMDN Bidang Usaha Perkebunan
di Propinsi Bengkulu……………………………………………. 74
Tabel 4.3 Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Negara
di Propinsi Bengkulu………………………………………………... 75
Tabel 4.4 Produksi Tanaman Pekebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu
Pada Awal Pelita IV………………………………………………… 77
Tabel 4.5 Produksi Batu Bara di Propinsi Bengkulu
Tahun 1984 - 1989 ………………………………………………. 79
Tabel 4.6 Jumlah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
di Bengkulu ……………………………………………………….. 81
Tabel 4.7 Daerah Belakang Pelabuhan Pulau Baai …………………………. 85
Tabel 4.8 Kegiatan Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai
Tahun 1984-1988 …………………………………………………. 87
Tabel 4.9 Kegiatan Bongkar Muat dan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan
Pulau Baai Tahun 1984…………………………………………… 89
Tabel 5.1 Arus Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai
Tahun 2001-2010 ………………………………………………….. 98
Tabel 5.2 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan KegiatanPemuatan
Batubara Tahun 2009 …………………………………………… 105
Tabel 5.3 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan
Kegiatan PemuatanBatubara Tahun 2010 ………………………. 105
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Propinsi Bengkulu…………………………………………… 18
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pelabuhan Pulau Baai dan Pelabuhan Bengkulu
Lama …………………………………………………………….. 52
Gambar 4.1 Kegiatan Bongkar Muat Antar Pulau di Pelabuhan Pulau Baai
1984-1988 ………………………………………………………. 90
Gambar 4.2 Arus Ekspor Impor Melalui Pelabuhan Pulau Baai
1984-1988 ………………………………………………………... 92
Gambar 5.1 Volume Ekspor Baru Bara Melalui Pelabuhan Pulau Baai
1990-2000 ………………………………………………………… 95
Gambar 5.2 Volume Ekspor Karet Melalui Pelabuhan Pulau Baai
1990-2000 …………………………………………………………. 96
Gambar 5.3 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan Pulau Baai
2001-2010 …………………………………………....................... 99
Gambar 5.4 Arus Muat Barang di Pelabuhan Pulau Baai
2001-2010 ………………………………………………………... 101
Gambar 5.5 Volume Muat Antar Pulau Komoditi Batu Bara dan CPO
2001-2010 ………………………………………………………… 101
Gambar 5.6 Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai
2001-2010 ……………………………………………..………… 103
Gambar 5.7 Volume Ekspor Komoditi Andalan Melalui Pelabuhan Pulau Baai
2001-2010 ………………………………………………………… 103
Gambar 5.8 Arus Impor Barang di Pelabuhan Pulau Baai
2001-2010 ………………………………………………………. 107
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR AKRONIM
ACZ : Aannemers Combinatie Zinkweken
BPP : Badan Pengusahaan Pelabuhan
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CPO : Crude Palm Oil
DATI I : Daerah Tingkat I
DIP : Daftar Isian Proyek
DWT : Dead Weight Tonnage
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
GM : General Manager
GT : Gross Tonnage
GRT : Gross Register Tonnage
Ha : Hektar
ISPS : International Ship and Port Facility Security
KK : Kepala Keluarga
KP : Kuasa Pertambangan
KT : Kapal Tunda
KM : Keputusan Menteri
M LWS : Mean Lower Water Spring
MP : Motor Pandu
NES : Nucleus Estates Smallholder
PELNI : Pelayaran Nasional Indonesia
PERUM : Perusahaan Umum
PN : Perusahaan Negara
PT : Perseroan Terbatas
PTPN : PT. Perkebunan Nusantara
PELITA : Pembangunan Lima Tahun
PIR : Perkebunan Inti Rakyat
PBS : Perkebunan Swasta Besar
Pelindo : Pelabuhan Indonesia
REPELITA : Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
RUPSLB : Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
SFD : Saudi Fund for Development
SKB : Surat Keputusan Bersama
SBNP : Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
SR : Stripping Ratio
TGAL : Tanah, Gedung, Air dan Listrik
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hingga saat ini transportasi laut menempati posisi utama dalam
pendistribusian komoditas antar negara-negara di dunia. Hal ini dikarenakan
transportasi laut dipandang sebagai alternatif yang paling baik ditinjau dari segi
ekonomi dan efisiensi. Jumlah dan volume pendistribusian yang relatif bisa jauh
lebih besar juga merupakan salah satu alasan berkembang jenis transportasi laut
dan prasarana pendukungnya dalam hal ini pelabuhan.1
Pelabuhan merupakan salah satu mata rantai transportasi yang menunjang
roda perekonomian negara atau suatu daerah dimana pelabuhan itu berada.
Perindustrian, pertambangan, pertanian dan perdagangan pada umumnya
membutuhkan jasa transportasi termasuk jasa pelabuhan. Oleh sebab itu
pengembangan suatu pelabuhan bukan saja untuk kepentingan pelabuhan, tetapi
juga untuk berbagai sektor yang ditunjang.
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengkaji mengenai
pembangunan dan perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu pada tahun
1968-2010. Perkembangan yang dimaksud dalam penelitian di sini adalah suatu
proses pembangunan dan perkembangan insfrastruktur dalam hal ini pelabuhan
lama yang dibangun kembali dan diusahakan oleh pemerintah dalam upaya untuk
mendukung perkembangan ekonomi daerah.
Titik tolak periode penulisan ini dimulai pada saat Bengkulu secara resmi
menjadi Propinsi Daerah Tingkat I pada tahun 1968.2 Bengkulu mulai
membangun daerah secara otonom dan menata kehidupan ekonomi dengan
memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki. Propinsi Bengkulu berdiri
hampir bersamaan dengan dimulai program Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) yang dicanangkan oleh Pemerintah Orde Baru.3 Pembangunan Nasional
1Bambang Triatmodjo, Pelabuhan. Yogjakarta: Beta Offset, hal 2-4 2Bengkulu secara resmi menjadi propinsi yang ke-26 pada tanggal 18 November 1968 yang sebelumnya merupakan bagian dari Keresidenan Sumatera Selatan. 3Awal masa Orde Baru menerima beban berat dari buruknya perekonomian Orde Lama. Tahun
1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah Orde Baru berusaha keras
untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan mengendalikan inflasi, stabilitas politik
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pada masa Orde Baru berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur
Pemerataan. Adapun Trilogi Pembangunan terdiri dari; pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis. Strategi pembangunan pada masa Orde Baru
yang menekankan pada konsep pertumbuhan, stabilitas dan pemerataan menjadi
acuan perencanaan pembangunan nasional. Arah dan kebijakan pembangunan
disusun secara sentralistik dan bersifat top-down, sehingga perkembangan
pembangunan daerah dapat ditinjau dari program-program Repelita yang
dirancang oleh pemerintah pusat yang kemudian diselaraskan dengan program-
program pemerintah daerah.
Setelah berdiri menjadi propinsi, Bengkulu mulai melaksanakan program-
program pembangunan daerah yang dirancang selaras dengan program pemerintah
pusat yang merujuk pada program Repelita. Dalam perencanaan pembangunan
Propinsi Bengkulu periode awal berdiri, sasaran pembangunan difokuskan pada
upaya menata kehidupan ekonomi dengan melakukan program-program prioritas
yaitu perbaikan sandang, pangan, memperluas lapangan kerja dan perbaikan
sarana dan prasana pendukung gerak perekonomian. Pada Pelita I program
pemerintah dititikberatkan pada sektor pertanian untuk meningkatkan produksi
beras serta perbaikan infrastruktur transportasi yang berguna untuk mendorong
pemerataan pembangunan, mobilitas barang dan jasa serta pertumbuhan
ekonomi.4
Keadaan Bengkulu selama hampir 30 tahun setelah kemerdekaan merupakan
daerah yang terisoliasi sehingga pembangunan daerah Bengkulu tertinggal dari
daerah lain. Hal ini disebabkan oleh akses perhubungan darat yang terputus
seperti jalan dan jembatan yang mengalami kerusakan berat akibat strategi bumi
hangus pada masa perang revolusi. Dengan keadaan demikian, pembenahan
sarana perhubungan baik darat, laut dan udara merupakan prioritas utama dalam
tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI.
Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang
disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Program Repelita I mulai berlaku
tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan masa Orde Baru. Lihat Ikhtisar Repelita dalam tulisan Shinichi Ichimura (ed), Pembangunan Ekonomi
Indonesia: Masalah dan Analisis. Jakarta: UI Press, 1989, hal 9-10 4―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, hal 93
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
program pembanguan daerah Bengkulu untuk mendukung kelancaran roda
perekonomian.5
Perbaikan dan pembangunan sarana perhubungan dilakukan dengan
bertahap dan berkelanjutan. Dalam hal ini program peningkatan pembangunan
infrastruktur perhubungan dibarengi dengan kebutuhan sarana dan prasarana
tersebut untuk menunjang perkembangan ekonomi. Pada tahap Pelita I (1969-
1974) program pokok pemerintah dititikberatkan pada peningkatan usaha
pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pokok, maka pembangunan dan perbaikan
sarana prasarana transportasi difokuskan pada jalan dan jembatan. Selanjutnya,
dalam program Pelita II (1974-1979) lebih menekankan pada pemerataan
penduduk dan perluasan kesempatan kerja melalui transmigrasi, sedangkan pada
Pelita III (1979–1984) kebijakan ekonomi diarahkan pada peningkatan ekspor
dengan membuka sektor perkebunan dan pertambangan. Sejalan dengan kondisi
ini maka dibutuhkan pembangunan sarana transportasi laut dan prasarananya
dalam hal ini pelabuhan sebagai pintu gerbang ekspor impor barang dan
mobilisasi orang.
Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan samudera yang dibangun oleh
pemerintah pusat yang direalisasikan pada Pelita III (1979–1984). Pembangunan
pelabuhan ini sebenarnya telah diusulkan oleh pemerintah daerah jauh sebelum
Bengkulu menjadi propinsi pada tahun 1968, namun pembangunannya baru dapat
terealisasi pada tahun 1980. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama
yang dibangun kembali menjadi pelabuhan samudera. Latar belakang
pembangunan pelabuhan ini karena pada saat itu Pelabuhan Bengkulu Tapak
Paderi yang menjadi pintu gerbang ekspor-impor di Bengkulu mengalami kendala
operasional dan tidak dapat berfungsi optimal.
Pelabuhan Pulau Baai terletak di Teluk Pulau atau lebih dikenal Teluk
Silebar yang dahulu merupakan pintu masuk kapal-kapal asing yang ingin
menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Silebar.6 Komoditi perdagangan
5―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur..Op Cit hal 34 6Dahulu Bengkulu dikenal dengan sebutan Sillebar dan menghasilkan lada. Pada abad ke-16 Bengkulu berada di bawah pengaruh Banten. Ketika Kerajaan Banten terjadi perang saudara antara
Sultan Ageng Tirtayasa dan anaknya Sultan Haji yang dibantu VOC (Kompeni Belanda) pada
1682, dampaknya sampai ke Bengkulu. Rakyat Bengkulu memihak Sultan Ageng Tirtayasa yang
mempertahankan kemerdekaannya. Dengan kalahnya Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
utama daerah Bengkulu (Silebar) adalah lada. Daerah Bengkulu (Silebar) terkenal
sebagai penghasil dan pemasok lada karena Kerajaan Silebar telah menjalin
hubungan dagang dengan Kerajaan Banten yang pada saat itu pelabuhannya
menjadi bandar perdagangan yang ramai. Perkembangan pelabuhan Banten
menjadi bandar dagang pada masa pelayaran dan perdagangan niaga abad ke 16
berdampak positif bagi daerah Bengkulu menjadi terkenal sebagai daerah
penghasil lada. Hal inilah yang menjadi daya tarik kerajaan-kerajaan besar seperti
Kerajaan Aceh, Kerajaan Indrapura dan bangsa Barat (kolonial Inggris dan
Belanda) untuk datang dan berusaha memonopoli perdagangan lada di Bengkulu.
Pada masa Orde Baru, pelabuhan lama Kerajaan Silebar ini direvitalisasi
menjadi pelabuhan samudera untuk menunjang aktivitas ekspor-impor di Propinsi
Bengkulu dan memperlancar arus ekspor hasil produksi daerah belakang
(hinterland). Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai direalisasikan pada Pelita III
(1979-1984) sejalan dengan pembangunan ekonomi pada Pelita III yang
menitikberatkan pada peningkatan ekspor baik dari sektor non migas. Selain itu
program transmigrasi yang dimulai pada Pelita II menjadikan Bengkulu salah satu
daerah tujuan transmigrasi juga turut mendukung dibangun sebuah pelabuhan
yang berperan sebagai pintu gerbang arus masuk para transmigrasi ke daerah
Bengkulu.7
Secara geografis, Pelabuhan Pulau Baai sangat strategis dan terbuka untuk
perdagangan dalam negeri dan luar negeri karena berada di pantai barat Sumatera
dan langsung berhadapan dengan Samudera Indonesia. Selain itu keberadaan
dan VOC, pada 22 Agustus 1682 Sultan Haji menandatangani perjanjian VOC yang merugikan
kerajaan Banten. Inggris yang menjadi saingan Belanda di Banten terpaksa keluar. Inggris
kemudian menuju ke Bengkulu, mereka menetap disana dan berhasil menguasai perdagangan lada
sampai kurang lebih 150 tahun. Bengkulu menjadi satu-satunya koloni Inggris di Nusantara yang
akhirnya harus dilepaskan kepada Belanda sebagai konsekuensi perjanjian London 1824 (Treaty of London) pada 17 Maret 1824. Berdasarkan perjanjian tersebut Bengkulu ditukar dengan Tumasik
(Singapura) dan daerah semenanjung Malaka sebagai wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara.
Lihat Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia. Jakarta: Kompas, 2005. hal 117-
118 dan lihat juga Adrian B. Lapian, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984, hal 71 7Sasaran utama program transmigrasi adalah perluasan kesempatan kerja dan pemerataan
pembangunan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu peningkatan
pemanfaatan lahan produktif untuk pengembangan sektor perkebunan merupakan strategi untuk
meningkatkan nilai ekspor dari perkebunan yang diusahakan di daerah-daerah transmigrasi.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pelabuhan Pulau Baai juga didukung dengan daerah hinterland yang potensial,
terutama komoditi pertambangan, perkebunan dan pertanian. Dengan adanya
potensi daerah yang memadai serta didukung oleh pelabuhan sebagai salah satu
infrastruktur penggerak perekonomian, maka pembangunan pelabuhan menjadi
sangat penting guna menarik investor untuk menanamkan modal.
Pelabuhan Pulau Baai setelah resmi mulai beroperasi pada tahun 1984.
Perkembangan pelabuhan mengalami kemajuan yang pesat karena didukung oleh
hasil-hasil produksi dari daerah belakang yang meningkat dan membutuhkan
pendistribusian melalui pelabuhan. Gerak aktivitas pelabuhan semakin mengeliat
didorong oleh hasil produksi perkebunan yang diusahakan oleh rakyat dan
pemerintah berupa karet dan kopi yang semakin meningkat. Aktivitas ekspor dari
sektor perkebunan mulai menunjukan kemajuan yang berarti pada tahun 1991
dengan berhasil menyalurkan ekspor perdana langsung ke Amerika Serikat berupa
hasil produksi karet.8 Selain itu pertambangan batubara yang mulai dieksplorasi
pada Pelita III telah berproduksi dan menjadi komoditi ekspor andalan daerah
Bengkulu yang setiap tahun mengalami peningkatan permintaan. Selain itu dari
sektor perkebunan ekspor andalan dari Propinsi Bengkulu yang didistribusikan
melalui Pelabuhan Pulau Baai adalah karet dan Crude Palm Oil (CPO).9
Dalam perkembangan selanjutnya sampai akhir tahun 2000, pelabuhan ini
mengalami pasang surut akibat kendala operasional yang menyebabkan semakin
menurun aktivitas pelabuhan dan komoditas ekspor yang didistribusikan melalui
pelabuhan. Kendala operasional yang dihadapi Pelabuhan Pulau Baai adalah
masalah kondisi fisik alur pelayaran yang sangat dipengaruhi oleh sedimentasi di
mulut alur masuk. Pendangkalan yang terjadi di alur masuk pelabuhan
menghambat kapal-kapal yang akan masuk ke pelabuhan sehingga aktivitas
bongkar-muat dari kapal-kapal besar tidak dapat dilakukan di dermaga, tetapi
menggunakan tongkang.
Meskipun Pelabuhan Pulau Baai mengalami kendala opersional akibat
sedimentasi yang tinggi, namun aktivitas pelabuhan terus meningkat sejak tahun
8―Bengkulu kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 60 9Lihat Data Arus Ekspor Impor Pelabuhan Pulau Baai yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo
II Cabang Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
2000 dan mencapai puncak ekspor pada tahun 2010. Volume ekspor yang
meningkat secara signifikan pada tahun 2010 mencapai 2.052.155 ton merupakan
pencapaian tertinggi dalam sejarah aktvitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai proses
pembangunan dan perkembangan aktivitas pelabuhan Pulau Baai sejak tahun
1968-2010. Dari rumusan permasalahan tersebut, maka diajukan beberapa
pertanyaan penelitian mengenai:
1. Apa latar belakang yang mendorong dibangun kembali Pelabuhan Pulau
Baai? Apa saja faktor pendukung dan penghambat perkembangan Pelabuhan
Pulau Baai?
2. Bagaimana pasang surut aktivitas pelabuhan dalam masa awal
perkembangannya?
3. Mengapa aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai dapat terus meningkat
sampai tahun 2010?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka dalam
penelitian ini batasan spasial difokuskan di wilayah Propinsi Bengkulu sebagai
lokasi Pelabuhan Pulau Baai yang tepat berada di Kecamatan Silebar, Kotamadya
Bengkulu dengan batasan temporal pada periode 1968-2010. Batasan awal
periode ini dimulai saat Bengkulu menjadi propinsi secara resmi pada tahun 1968.
Tahun ini menjadi pijakan awal penataan kehidupan ekonomi daerah Bengkulu
dan upaya perencanaan pembanguan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pintu gerbang
ekspor dan impor yang dapat mendorong perkembangan dan kemajuan daerah
Bengkulu.
Batasan akhir dari penelitian ini adalah perkembangan terakhir pada tahun
2010 yang menunjukan masa puncak aktivitas ekspor Pelabuhan Pulau Baai yang
mencapai 2.052.155 ton. Puncak ekspor pada tahun 2010 merupakan pencapaian
tertinggi dalam sejarah aktvitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. Alasan penulis
membatasi penelitian sampai tahun 2010 karena berdasarkan sumber arus barang
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ekspor yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu
menyebutkan bahwa pada periode ini aktivitas pelabuhan ini mengalami masa
puncak yaitu peningkatan ekspor yang signifikan berasal dari komoditi batubara
yang mencapai 1.859.603 ton.10
Namun di sisi lain hal yang menarik penulis
temukan pada tahun 2010, berdasarkan pada literatur surat kabar menyebutkan
bahwa sepanjang tahun 2010, terjadi penurunan aktivitas pelabuhan yang
disebabkan oleh pendangkalan alur pelabuhan yang mengakibatkan banyak kapal
yang kandas di Pelabuhan Pulau Baai. Selama periode Januari-Oktober 2010
sebanyak 156 kapal berbagai ukuran kandas di alur pelayaran pintu masuk
pelabuhan Pulau Baai, dengan kata lain terhitung sekitar 15 unit kapal kandas tiap
bulan.11
Kondisi ini semakin mengkhawatirkan menyusul semakin parah
pendangkalan di jalur pelayaran yang mengakibatkan pelabuhan ini terancam
ditutup. Hal ini menjadi sangat kontradiktif mengingat pada tahun 2010 aktivitas
ekspor mengalami kenaikan yang tajam namun tidak terpengaruh oleh kendala
operasional yang dihadapi oleh pelabuhan. Berdasarkan gambaran ini peneliti
sangat tertarik untuk mengkaji mengapa Pelabuhan Pulau Baai dapat mencapai
masa puncak pada tahun 2010
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada perumusan dan pembatasan masalah diatas,
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pembangunan dan
perkembangan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu pada periode tahun 1968
sampai 2010.
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan bagi
kebijakan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi ekonomi daerah
yang didukung oleh pelabuhan sebagi satu subsistem dari sistem perekonomian
dan perdagangan yang mengerakan kemajuan daerah. Selain itu dalam bidang
akademis, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam
bidang penulisan Sejarah Maritim khususnya mengenai pelabuhan. Mengingat,
10Arus Barang Ekspor Melalui Cabang Pelabuhan Bengkulu Tahun 2001-2010. Sumber PT.
(Persero) Pelindo Cabang II Bengkulu, 2010 11―156 Kapal besar kandas di Pulau Baai‖. Bisnis, 09 November 2010. <http://www.bisnis.com>
Diunduh tanggal 10 Januari 2011
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas meliputi 2/3 lautan yang
membentang dari Sabang sampai Merauke, namun masih begitu banyak celah
topik penelitian Sejarah Maritim di Indonesia yang belum dijadikan kajian yang
khusus dan mendalam.
1.5 Tinjauan Pustaka
Studi Sejarah Maritim, khususnya tentang kota-kota pelabuhan di Indonesia
sebenarnya telah dirintis oleh beberapa penulis. Tulisan yang menjadi inspirasi
awal dari pemilihan topik ini adalah hasil penelitian tesis Susanto Zuhdi mengenai
perkembangan pelabuhan dan kota Cilacap pada tahun 1830-1942.12
Dalam
tulisan ini, didapatkan gambaran bagaimana hubungan antara perkembangan
pelabuhan mempengaruhi perkembangan kota, selain itu lokasi Cilacap yang
berada di daerah belakang yang membuat Cilacap hampir-hampir tidak dikenal,
tidak menjadikan pelabuhan di wilayah ini tidak memiliki arti penting dalam
jaringan pelayaran dan perdagangan. Meskipun pada akhirnya pelabuhan ini
runtuh, namun telah memberikan gambaran bahwa sebuah pelabuhan di lokasi
yang salah (tidak strategis) pernah juga jaya dalam dinamika pelayaran niaga.
Pola ini hampir sama dengan keberadaan Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu yang
berada di jalur pantai barat Sumatera, jalur pelayaran yang dipandang tidak
memiliki posisi strategis namun menjadi sebuah pelabuhan ekspor impor. Inilah
asumsi awal yang mendorong penulis untuk mencoba melihat bagaimana
perkembangan yang terjadi di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Buku selanjutnya yang patut dicatat sebagai acuan yang memberikan
wawasan dan perspektif baru dalam memandang tanah air serta urgensi Sejarah
Maritim adalah karangan Adrian B. Lapian yang berjudul Orang Laut, Bajak
Laut, Raja Laut. Tulisannya tentang sejarah laut di Laut Sulawesi telah
memberikan gambaran dalam memahami teori dan metodologi penulisan sejarah
maritim. Tidak hanya itu, tulisannya yang berjudul Sejarah Nusantara Sejarah
12 Hasil penelitian Susanto Zuhdi mengenai Perkembangan Pelabuhan dan Kota Cilacap Tahun
1830-1942 merupakan tesis pada Universitas Indonesia Program Studi Sejarah Program
Pascasarjana tahun 1991 telah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Cilacap (1830-1942):
Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan, Jakarta: KPG, 2002.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Bahari13
, telah membangkitkan kebanggaan dan jiwa kebaharian yang selama ini
terlupakan.
Mengenai pelabuhan dan jaringan perdagangan, tulisan karya Singgih Tri
Sulistiyono yang berjudul The Java Sea Network: Patterns in The Process of
National Economic Integration in Indonesia, 1870s-1970s pun memberikan
sumbangan pemikiran dalam melihat bagaimana jaringan laut telah mebanguan
integrasi ekonomi nasional di Indonesia.
Sejak abad ke-19, penulisan Sejarah Maritim telah berkembang dan cukup
banyak menjadi bahan kajian yang dilakukan oleh para peneliti asing. Penulisan
sejarah dengan perspektif baru ini awalnya dirintis oleh Ferdinand Braudel yang
mengkaji tentang perdagangan maritim di Laut Tengah.14
Selanjutnya, K.N
Chauduri15
mengenai pelayaran niaga di Lautan Hindia, kemudian Frank Broeze
mengkaji tentang kota pelabuahan di Asia Tenggara16
, Kenneth R. Hall17
mengkaji tentang perdagangan maritim dan perkembangan Negara di Asia
Tenggara dan J. Kathirithamby-Wells dengan bukunya The Southeast Asian Port
and Polity, Rise and Demise, yang lebih memfokuskan pada kajian bagaimana
muncul dan hancurnya pelabuhan dan pemerintah di Asia Tenggara. Berdasarkan
kajian literatur hasil penelitian beberapa penulis diatas menjadi kerangka konsep
dalam penelitian ini bahwa pelabuhan berperan penting sebagai pintu gerbang
perdagangan dan eksistensi pelabuhan tidak berdiri sendiri namun bersinergi
dengan daerah belakang (hinterland).
Sementara kajian Sejarah Maritim di wilayah Asia Tenggara khususnya
Indonesia yang dihasilkan oleh peneliti lokal masih belum cukup memadai.
Terlebih, untuk wilayah Sumatera khususnya Bengkulu yang berada di jalur
pantai barat Sumatera. Salah satu tulisan yang mendalam dan komprehensif
mengenai pelayaran pantai barat Sumatera adalah karya Gusti Asnan yang
13 Adrian B. Lapian, Sejarah Nusantara Sejarah Bahari. Pidato pengukuhan yang diucapkan pada
upacara penerimaan jabatan Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada
tanggal 4 Maret 1992 14 Braudel, Ferdinand. The Mediterranean and the Mediterranean World in The Age of Philip II.
Volume II.London: University of California Press, 1995. 15 Chauduri, K.N. Trade and Civilisation in the Indian Ocean, An Economic History from The Rise
of Islam to 1750. Cambridge: Cambridge University Press, 1985. 16 Broeze, Frank. Brides of the Sea: Port Cities of Asia From the 16th-20th Centuries, Kensington:
New South Wales University Press, 1989. 17 Hall, Kenneth R. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia. Honolulu:
University of Hawaii Press, 1985.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
berjudul Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera.18
Namun dalam tulisannya ini,
Gusti Asnan hanya membatasi pelayaran pantai barat Sumatera pada masa
kekuasaan kolonial Belanda yang hanya meliputi Indrapura di selatan hingga
Singkel di utara. Kawasan ini dalam literatur kolonial disebut Sumatra’s Westkust
karena secara administratif masuk dalam Government’s Sumatra Westkust pada
periode tahun 1819 hingga 1906.
Dalam pembahasannya, Gusti Asnan tidak memasukan Bengkulu dalam
kajiannya karena pada kurun waktu tersebut, Bengkulu merupakan salah satu
wilayah yang merdeka dari kekuasaan Belanda. Pada periode itu Bengkulu
dikuasai oleh Inggris dan menjadi satu-satunya daerah koloni Inggris di Sumatera.
Dalam situasi ini terjadi persaingan ketat antara kekuatan Belanda dan Inggris
dalam memperebutkan wilayah kekuasaan di Sumatera. Meskipun Gusti Asnan
tidak mengkaji Bengkulu dalam tulisannya, namun hasil penelitiannya ini telah
memberikan pemahaman situasi dan gambaran umum bagaimana dunia pelayaran
niaga pantai barat Sumatera pada periode abad ke-18.
Tulisan-tulisan selanjutnya dari beberapa literatur yang didapatkan
mengenai Bengkulu, lebih terfokus pada kajian sejarah sosial seperti tulisan yang
disunting oleh A.B Lapian berjudul Sejarah Sosial Daerah Bengkulu, tulisan
Agus Setiyanto mengenai Migrasi, Kolonisasi, dan Mobilitas Sosial Orang Bugis
di Bengkulu Abad XVI – XIX dan Oran-Orang Besar Bengkulu: Riwayatmu Dulu
lebih merujuk pada sejarah politik, tulisan Firdaus Burhan yang berjudul
Bengkulu dalam Sejarah yang lebih menekankan pada sejarah etnis, dan beberapa
karya lainnya yang lebih memfokuskan pada penguasaan politik dan ekonomi
kolonial Barat di Bengkulu yang disertai oleh reaksi pelawanan rakyat Bengkulu.
Penulisan Sejarah Maritim yang mengkaji khusus mengenai pelabuhan
secara spesifik belum ditemukan. Tulisan mengenai pelabuhan hanya menjadi
bagian kecil dalam lintas sejarah Bengkulu. Alasan inilah yang menjadi arti
penting mengapa kajian ini layak untuk mendapat perhatian lebih mendalam
Selain itu Bengkulu tidak hanya merupakan daerah yang memiliki pesisir pantai
18 Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2007. Buku
Gusti Asnan ini merupakan terjemahan dari disertasi doktoral pada Fachbereich fur
Sozialwissenschften, Universitat Bremen, Jerman yang berjudul Trading and Shipping Activities:
TheWest Coasts of Sumatera 1819-1906
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
yang potensial, namun juga pernah mencatat sejarah penting dalam pelayaran
niaga pada masa jayanya.
1.6 Kerangka Konseptual
Untuk memahami perkembangan pelabuhan dengan berbagai aspeknya,
maka perlu dipahami terlebih dahulu konsep dan teori mengenai pelayaran dan
pelabuhan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran menyebutkan pelayaran merupakan satu kesatuan
sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan
keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.19
Sedangkan kepelabuhan
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk
menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal,
penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
pemindahan intra dan/ atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional
dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.20
Arti pelabuhan yang dimaksud dalam Undang-Undang Pelayaran
menyebutkan bahwa pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik
turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.
Fungsi pokok pelabuhan adalah tempat untuk berlabuh kapal dan terminal
pemindahan barang dan penumpang. Fungsi lainnya adalah sebagai interface
(menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk
pemindahan dari kapal ke angkutan darat dan sebaliknya), sebagai link (mata
rantai dalam proses transformasi mulai dari tempat asal barang ke tempat tujuan),
sebagai gateway (pintu gerbang dari suatu negara atau daerah), dan sebagai
industry entity (pelabuhan dapat memiliku bagian industrial lengkap dengan
jaringan dan jasa transformasinya). Berdasarkan fungsi tersebut pelabuhan dapat
19Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, hal 2-3 20Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 …., Op Cit
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
mendorong pertumbuhan dan perkembangan perdagangan pelayaran dan industri
serta kota pelabuhan sendiri.21
Menurut Susanto Zuhdi, eksistensi dan peran pelabuhan tidak dapat
dilepaskan dari daerah belakang (hinterland), tempat produk ekspor (cash-crops)
dihasilkan, dan pasar dunia tempat komoditi itu dijual. Lalu lintas ekspor juga
diimbangi oleh kegiatan impor, yakni barang-barang yang didatangkan dari luar
negeri dan didistribusikan ke daerah-daerah pedalaman. Dilihat dari arus kegiatan
tersebut maka prasaranan dan sarana komunikasi dan transportasi memegang
peran penting.22
Selain itu untuk melihat dinamika dan gerak kerja sebuah
pelabuhan, dapat dikaji hubungan dan persaingan antara pelabuhan tersebut
dengan pelabuhan disekitarnya.23
Untuk menunjang fungsi pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang,
maka aktivitas yang terjadi di pelabuhan meliputi aktivitas bongkar dan muat
barang dari dan ke pelabuhan. Aktivitas bongkar merupakan kegiatan menurunkan
barang-barang yang didatangkan dari luar daerah, sedangkan aktivitas muat
merupakan kegiatan pengapalan barang-barang hasil produksi untuk
didistribusikan ke luar. Barang-barang yang dibongkar muat di pelabuhan berasal
dari perdagangan antar pulau dan antar negara. Arus barang bongkar dan arus
barang muat ditujukan untuk perdagangan dalam negeri disebut arus bongkar
muat antar pulau. Sedangkan arus barang bongkar dan arus barang muat yang
ditujukan untuk perdagangan luar negeri disebut ekspor dan impor. Arus barang
yang ditujukan untuk ke luar negeri disebut ekspor dan arus barang yang
didatangkan berasal dari luar negeri disebut impor.
Pembangunan suatu pelabuhan diperlukan untuk melayani dan
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah di belakangnya dan untuk menunjang
kelancaran perdagangan antar pulau maupun antar negara sehingga pelabuhan ini
banyak mendukung perkembangan kota di dekatnya atau daerah belakang.
Volume perdagangan penting untuk menentukan layak atau tidaknya pelabuhan
21Linda Sunarti, Pembangunan dan Perkembangan Swettenham di Malaysia 1900-1983. Tesis.
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
22Susanto Zuhdi, Perkembangan Pelabuhan dan Kota Cilacap Tahun 1830-1942.Tesis. Program
Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, hal 1-2 23Berdasarkan diskusi pada saat bimbingan tesis dengan Susanto Zuhdi pada tanggal 21 Desember
2011 di Ruang Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
tersebut dibangun. Ketersediaan hubungan dengan daerah pedalaman merupakan
pendukung utama di dalam menentukan lokasi pelabuhan. Kemajuan tersebut
akan didukung oleh adanya jalan raya yang baik, jalan kereta api maupun jalan air
yang menuju kota pedalaman. Tanpa prasarana tersebut keberadaan pelabuhan
tidak akan banyak berarti bagi perkembangan daerah.
Pembangunan pelabuhan memakan biaya besar yang nominalnya mencapai
ratusan miliyar. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan
yang matang untuk memutuskan pembangunan suatu pelabuhan. Keputusan
pembangunan pelabuhan biasanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
ekonomi, politik dan teknis. Ketiga dasar pertimbangan tersebut saling berkaitan,
tetapi biasanya yang paling menentukan adalah pertimbangan ekonomi. Beberapa
faktor yang memerlukan perhatian serta pertimbangan dalam pengembangan
pelabuhan ialah:
1. Pertumbuhan/perkembangan ekonomi daerah belakang (hinterland) dari
pelabuhan yang bersangkutan
2. Perkembangan industri yang terkait dengan pelabuhan
3. Data arus barang muatan (cargo flow), sekarang dan perkiraan yang akan
datang serta jenis dan macam komoditi yang akan keluar/masuk
4. Tipe dan ukuran kapal yang diperkirakan akan memasuki pelabuhan
5. Jaringan jalan (prasarana dan sarana angkutan dari/ke hinterland
6. Alur masuk/keluar menuju laut
7. Aspek nautis dan hidraulis
8. Dampak keselamatan dan lingkungan hidup
9. Analisis ekonomi dan keuangan. 24
Dengan melihat berbagai aspek pelabuhan tersebut maka terdapat beberapa
hal yang dapat dikaji di antaranya adalah peranan kawasan pedalaman terhadap
perkembangan pelabuhan, letak pelabuhan yang strategis, fasilitas pelabuhan,
kebijakan pemerintah terhadap perkembangan pelabuhan, perkembangan
pelabuhan dan dampak terhadap kawasan pedalamannya.
Dari kerangka teori di atas studi mengenai pelabuhan Pulau Baai di
Bengkulu, akan menitikberatkan pada proses pembangunan dan perkembangan
24 H. A. Abbas Salim, Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan. Jakarta: Pustaka Jaya, hal 102
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pelabuhan Pulau Baai, hubungan antara wilayah belakang dan pelabuhan dalam
rangka mendukung peran pelabuhan sebagai pintu gerbang arus distribusi hasil
produksi. Selain itu dalam penelitian ini akan mengkaji kendala operasional
pelabuhan dan kebijakan pemerintah dan PT Pelindo II dalam menanggulangi
masalah tersebut dalam upaya mengoptimalisasikan peran pelabuhan.
1.7 Metode dan Sumber Penelitian
1.7.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dan penyajian hasil
penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif-analisis yang lebih banyak
menguraikan kejadian dalam dimensi ruang dan waktu. Sesuai dengan kaidah-
kaidah penelitian sejarah, maka penelitian ini menempuh beberapa langkah atau
tahapan sebagai berikut25
:
a. Heuristik. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan beberapa sumber baik
sumber primer maupun sekunder.
b. Verifikasi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengujian otentitas dan
kredibilitas terhadap beberapa sumber yang telah diperoleh. Peneliti menguji
validitas sumber lisan dengan cara memilih verifikasi cross-check informasi
dengan sumber dokumen lain yaitu surat kabar umum dan majalah yang
sejaman dengan topik penelitian.26
Selain itu, peneliti juga menguji sumber
lisan melalui wawancara para sumber untuk menguji validitas data dan
melakukan wawancara disesuaikan dengan peran dan jiwa zaman para
sumber.
c. Interpretasi. Tahap ini peneliti mengelompokkan dan mengklasifikasikan
fakta-fakta yang terkait dan selanjutnya menganalisa dan mengadakan sintesa
berdasarkan pada bahan-bahan yang dijadikan sumber penelitian.
25 Lihat Renier, G.J. History its Purpose and Method.Terj. Muin Umar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997 dan Basri M.S. Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik)
Jakarta: Restu Agung, 2006.
26 P. Lim Pui Hen, James H. Morrison dan Kun Chong Guan (ed.), Sejarah Lisan di Asia
Tenggara, R. Z. Leirissa (alih bahasa), Jakarta: LP3ES, 2000, hal 14.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
d. Historiografi. Pada tahap ini peneliti mengungkapkan hasil penelitian dalam
bentuk tulisan yang sistematis dan logis. Pada tahap penulisan sejarah ini
menyajikan tiga bagian yaitu pendahuluan, hasil penelitian, dan kesimpulan.
1.7.2 Sumber Penelitian
Penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder, yang
didapat dari sumber tertulis dan lisan. Sumber tertulis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang dikumpulkan
disimpan oleh lembaga pemerintah maupun perorangan. Sumber tertulis berupa
arsip laporan pemerintah daerah mengenai perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi daerah seperti Monografi Daerah Bengkulu, laporan Memori Serah
Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Buku Data Pokok
Perencanaan Pembangunan Daeah yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda), laporan statistik mengenai perkembangan
ekonomi daerah dan demografi penduduk yang terangkum dalam Bengkulu
Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Mengenai arus
bongkar muat barang, penulis mendapatkan sumber laporan statistik mengenai
aktivitas pelabuhan pulau Baai yang dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II
Cabang Bengkulu dan Statistik Perhubungan dari Badan Pusat Statistik. Dalam
penelitian ini penulis juga mendapatkan sumber Master Plan dan Studi Tinjau
Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu yang dirancang oleh Departemen
Pehubungan, laporan mengenai hasil-hasil produksi daerah, ekspose yang
dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu dan Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu. Selain itu penulis juga
mendapatkan beberapa sumber kebijakan seperti Rencana Strategis (Renstra)
Pembangunan Propinsi Bengkulu, Program Strategis Sektor Perhubungan Propinsi
Bengkulu dan Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Propinsi Bengkulu sebagai
rujukan data untuk menganalisis arah dan rencana pengembangan pelabuhan
Pulau Baai dari segi kebijakan.
Untuk mendukung arsip dan dokumen yang berasal dari pemerintah, penulis
juga menggunakan sumber tertulis berupa surat kabar sejaman yang memberikan
gambaran umum situasi yang terjadi untuk digali lebih mendalam masalah yang
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ada dilapangan serta saling memperkuat data baik dari sumber laporan pemerintah
dan surat kabar.
Sumber tertulis yang mencatat tentang pembangunan dan perkembangan
pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu yang belum sepenuhnya mencukupi akan
dikombinsikan dengan sumber lisan yang didapat melalui pendekatan sejarah
lisan (oral history) yaitu dengan melakukan wawancara para pelaku sejarah yang
sejaman dan masih hidup sekarang ini.27
Para pelaku sejarah tersebut antara lain
pihak pemerintah yang mengeluarkan kebijakan, pihak kepelabuhan yang
mengatur dan mengelola pelabuhan, dan masyarakat umum sebagai pengguna
fasilitas pelabuhan. Disamping sumber tertulis dan sumber lisan, penulis juga
menggunakan sumber lain berupa peta lokasi daerah sebagai penunjang untuk
menggambarkan wilayah serta foto-foto dari koleksi lembaga atau perorangan.
Selain itu tinjauan langsung ke lokasi penelitian juga dilakukan untuk melihat
kondisi real yang terjadi dilapangan.
1.8 Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan hasil penelitian ini akan dijabarkan dalam
beberapa bab yang terdiri dari enam bab. Bab I Pendahuluan. Dalam bab I ini
berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah,
tinjauan pustaka, kerangka konseptual dan metode penelitian.
Bab II Bengkulu dan Gambaran Potensi Daerah Pedalaman. Dalam bagian
bab ini penulis mengambarkan bagaimana kondisi geografis Propinsi Bengkulu,
potensi sumber daya alam daerah pedalaman serta kilas balik mengenai keadaan
Bengkulu pasca menjadi propinsi, program pembangunan Propinsi Bengkulu
dalam bidang perhubungan darat dan laut sehingga dapat menggambarkan
bagaimana pentingnya pembangunan Pelabuhan Pulau Baai. Bab III Revitalisasi
Pelabuhan Pulau Baai 1968-1984. Dalam bab ini penulis menjabarkan latar
belakang pembangunan Pelabuhan Pulau Baai, tahap pembangunan pelabuhan
dan sarana dan prasarana pendukung, organisasi pengelolaan pelabuhan serta kilas
balik mengenai sejarah Pelabuhan Bengkulu di pantai barat Sumatera.
27 P. Lim Pui Hen, James H. Morrison dan Kun Chong Guan (ed.), Sejarah Lisan di Asia
Tenggara..Op Cit
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Bab IV Perkembangan Awal Aktivitas Pelabuhan Pulau Baai 1984-1990.
Dalam bab IV penulis mengkaji bagaimana perkembangan aktivitas pelabuhan
setelah difungsikan kembali, hubungan pelabuhan dengan daerah belakang serta
ketersediaan barang-barang komoditi sehingga mendukung gerak pelabuhan
sebagai pintu gerbang keluar masuk arus barang. Bab V Masa Peningkatan
Menuju Puncak 1990-2010. Dalam bab ini menggambarakan aktivitas pelabuhan
pada masa menuju puncak 1990-2010, faktor-faktor apa yang menyebabkan
Pelabuhan Pulau Baai mengalami kenaikan ekspor pada tahun 2010. Bab VI
Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan epilog yang berisi
pandangan penulis terhadap perkembangan Pelabuhan Pulau Baai mendatang
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 2
BENGKULU DAN GAMBARAN POTENSI DAERAH PEDALAMAN
2.1 Keadaan Geografis
2.1.1 Letak dan Luas Daerah
Secara geografis, Propinsi Bengkulu terletak di pantai barat Pulau Sumatera
tepatnya pada garis astronomis 2016 ‗9‖ – 3
0 31‘17‖ LS dan 101
01‘ – 103
041‘5‖
BT, membujur dari Utara ke Selatan, sejajar dengan pegunungan Bukit Barisan di
sebelah timur dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia di sebelah
barat. Propinsi Bengkulu memiliki panjang pantai sekitar ± 525 km dan luas
wilayah seluas 1.978.870 ha atau 19.788,7 km2 termasuk pulau-pulau yang
terletak di Samudera Indonesia.28
Gambar 2.1 Peta Propinsi Bengkulu
Propinsi Bengkulu secara administratif berbatasan dengan propinsi Sumatera
Barat di sebelah Utara, Propinsi Lampung di sebelah Selatan, Propinsi Jambi dan
Sumatera Selatan di sebelah Timur dan berbatasan dengan Samudera Indonesia di
sebelah Barat. Selain wilayah daratan terdapat pula tiga buah pulau yang menjadi 28 ―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI, 1979 hal 27
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
bagian dari daerah Bengkulu yaitu: Pulau Enggano yang berpenduduk lebih
kurang 1000 orang, Pulau Tikus yang hanya dihuni oleh Penjaga Mercu Suar dan
Pulau Mega yang hanya merupakan Pulau Karang.29
Daerah Bengkulu pada awal berdiri menjadi propinsi terdiri dari 3 (tiga)
Kabupaten dan 1 (satu) Kotamadya yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan dengan
luas 5.949 km2, Kabupaten Rejang Lebong dengan luas 4.110 km
2, Kabupaten
Bengkulu Utara dengan luas 9.585 km2 dan Kotamadya Bengkulu dengan luas
145 km2.30
Namun dalam perkembangannya kemudian terjadi pemekaran wilayah
sebagai konsekuensi pemberlakuan otonomi daerah tahun 1999. Kabupaten baru
hasil pemekaran wilayah tersebut adalah Kabupaten Muko-Muko dan Kabupaten
Bengkulu Tengah (pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara), Kabupaten
Kepahiang dan Kabupaten Lebong (pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong),
Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma (pemekaran dari Kabupaten Bengkulu
Selatan).
2.1.2 Geomorfologi
Secara geomorfologi Propinsi Bengkulu terletak di bagian barat Bukit
Barisan yang membelah daerah Bengkulu menjadi dua bagian, yaitu bagian barat
Bengkulu merupakan daerah pantai dengan dataran rendah yang agak landai dan
sempit dan di bagian timur merupakan daerah pegunungan dengan dataran tinggi
yang berbukit-bukit dengan keadaan permukaan yang bergelombang. Dataran
rendah dengan jalur ketinggian sekitar 0-100 m dpl yang diklasifikasikan sebagai
low land yang merupakan dataran pantai berada disebelah barat Propinsi
Bengkulu menelusuri pesisir pantai dari Utara sampai Selatan; Ketahun – Muko-
Muko dan peisisr kota Bengkulu – Manna – Padang Guci yang pada umumnya
datar, agak landai dan terdapat cekungan yang berada di belakang beting pasir,
sedangkan pesisir antara Ketahun – Kota Bengkulu dan Padang Guci – Manna –
Masat merupakan dataran pantai yang sempit dan langsung berbatasan dengan
pegunungan.
29―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Team Monografi Daerah Bengkulu Proyek Pengembangan
Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1979 hal 27 30 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 35-36
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Daerah dataran tinggi adalah di pedalaman yaitu sebelah Timur dataran
rendah dengan jalur ketinggian 100-1.000 m dpl yang merupakan lereng
pegunungan Bukit Barisan. Daerah dataran tinggi mendominasi daerah Bengkulu
dengan luas mencapai ± 1.270.435 Ha atau 64,20%. Topografi daerah ini
umumnya bergelombang sampai berbukit dengan bagian-bagian datar yang sempit
dan daerah cekungan seperti daerah Curup, Kepahyang dan Muara Aman. Di
celah bukit barisan terdapat dataran tinggi Rejang Lebong yang sekaligus
merupakan Kabupaten Rejang Lebong dengan ketinggian antara 600-800 m.31
Terdapat pegunungan dan bukit yang mendominasi hampir sebagian wilayah
Bengkulu bagian barat yaitu Bukit Kaba (tinggi 1936 m) merupakan gunung
berapi yang berada di sekitar kota Curup (Ibukota Kabupaten Rejang Lebong),
Gunung Sebelat (tinggi 2383 m), Gunung Hulu Palik (tinggi 2493 m), dan
Gunung Bungkuk yang dijadikan tanda daerah Bengkulu.32
Daerah pegunungan
ada disebelah Timur, yaitu berupa Bukit Barisan yang arahnya memanjang dari
Utara ke Selatan dengan ketinggian diatas 1.000 m dpl dan daerah ini berbatasan
langsung dengan Propinsi Sumatera Selatan dan Jambi.33
2.1.3 Hidrologi
Jajaran Bukit Barisan yang melintasi Pulau Sumatera merupakan garis
pemisah air (Water Shade) yang membagi hujan yang turun di daerah ini sebagian
mengalir ke arah timur (Selat Bangka) dan sebagian lagi ke arah barat yaitu
Samudera Indonesia. Sungai-sungai yang ada daerah Bengkulu hampir
keseluruhannya mengalir dan bermuara ke Samudera Indonesia. Satu-satunya
sungai yang mengalir ke arah Barat melalui celah-celah bukit adalah Sungai Musi.
Hulu sungai Musi berada di dataran tinggi Rejang Lebong dan berakhir di
Sumsang Propinsi Sumatera Selatan. Tipe sungai-sungai di daerah Bengkulu
merupakan sungai yang dangkal, hal ini disebabkan karena antara garis pemisah
air dengan Samudera Indonesia relatif pendek yakni sekitar 40-60 km sehingga
31Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur …Op.Cit hal 36-37 32―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Team Monografi Daerah Bengkulu…Op Cit, hal 27 33―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 5-6
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
sungai–sungai yang bermuara ke Samudera Indonesia tersebut beraliran pendek,
tidak lebar dan relatif deras.34
Kondisi aliran sungai seperti ini menguntungkan untuk sumber air irigasi
tetapi kurang baik fungsinya untuk lalu lintas. Sungai dalam bahasa Bengkulu
disebut Air. Di propinsi ini mengalir ± 120 sungai besar dan kecil yang berhulu
pada sisi Bukit Barisan dan mengalir ke Samudera Indonesia dan juga Propinsi
Sumatera Selatan. Adapun sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Indonesia
antara lain: Air Manjuto, Air Selagan, Air Ipuh, Air Sebelat, Air Lais, Air
Bengkulu, dan Air Seluma. Sedangkan sungai yang mengalir ke Sumatera Selatan
adalah Air Musi dan Air Betiti. Di antara sungai-sungai tersebut telah banyak
dimanfaatkan untuk keperluan air bersih seperti Air Bengkulu, untuk irigasi
seperti Air Manjuto, Air Lais dan Air Seluma dan angkutan sungai seperti Air
Ketahun.
2.1.4 Geologi
Daerah Bengkulu memiliki tanah yang umumnya subur, tidak terdapat tanah
gersang dan gundul. Struktur dan jenis tanah daerah Bengkulu berdasarkan Peta
Tanah Eksplorasi Sumatera Selatan tahun 1964 meliputi 15 wilayah satuan peta
dengan 11 jenis tanah yang berupa organosol, alluvial, regosol, renzina, latosol,
andosol, litosol, pedsolik dan pedsol.35
Sedangkan berdasarkan peta ―Geologie of Indonesia by Dit Geologie
Indonesia and published by the U.S Geological Survey 1965 maka secara geologi
dari pantai ke arah Bukit Barisan formasi batu-batuan dapat dibagi menjadi:
a. Sedimen quarter/resen berupa terumbu koral
b. Batuan tertier-neogen yang umumnya berupa berbagai sedimen
c. Batuan Miosen yang berupa batu tua (old andesits formation)
d. Batuan/formasi andesit tua dan disertai interupsi batuan asam yang
membawa mineral-mineral emas, perak, seng, timah hitam ataupun tembaga
34―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI hal 4 35Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur …Op Cit
hal 36-37
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
e. Batuan vulkanik muda/quarter dari jenis-jenis masa menengah, dan asam
berupa larva dan tufa. Kedua formasi batuan tersebut terakhir membentuk
pegunungan Bukit Barisan.36
2.2 Bengkulu: Dari Keresidenan Menjadi Propinsi
Berdasarkan sejarahnya, Bengkulu pernah berada di bawah kekuasaan
Inggris (1685-1825), Belanda (1825-1945) dan Jepang (1942-1945). Bengkulu
secara administrasi berbentuk keresidenan sejak tahun 1878 yang terdiri dari
daerah-daerah yang ada di Bengkulu dan ditambah dengan daerah Krui, Tanjung
Sakti, dan Muara Sindang. Namun setelah masa pendudukan Jepang tahun 1942,
daerah Krui, Tanjung Sakti dan Muara Sindang masuk ke dalam susunan
Keresidenan Palembang dan Lampung.37
Pasca kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seluruh daerah-
daerah di Indonesia menanti keputusan dari Pemerintah Pusat untuk
menyesuaikan diri dengan Negara Republik Indonesia yang baru merdeka.
Didahului oleh Keputusan Presiden tanggal 20 September 1945 maka Sumatera
dijadikan sebuah propinsi. Gubernur pertama yang diangkat menjadi wakil
pemerintah pusat dan berkuasa penuh untuk mengurus segala sesuatu di Sumatera
adalah Mr. Teuku Mohammad Hassan.38
Adanya Propinsi Sumatera ini, maka
satu per satu daerah diberi tanggungjawab dan secara resmi pemerintah di bawah
kekuasaan Republik Indonesia mulai berjalan.
Pada tanggal 3 Oktober 1945, Gubernur Sumatera mengangkat residen se-
Sumatera, termasuk pula keresidenan Bengkulu dengan residennya Ir. Indracaya
dan dilanjutkan dengan pembentukan KNI (Komite Nasional Indonesia)
Keresidenan.39
Meskipun sebelumnya sejak tahun 1878 secara administrasi
36Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur …Op Cit
hal 36-37 37Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu. Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan
Bengkulu menjadi Propinsi Bengkulu. Palembang: Sriwijaya Media Utama, 1993. hal 28 38Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Daerah Bengkulu. Proyek Penelitian Sejarah
dan Budaya. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1977/1978. hal 196-197 39Dengan adanya KNI ini maka Keresidenan Bengkulu sebagai daerah administrasi diberi hak
mengatur rumah tangganya sendiri antara tahun 1947-1950 yang kemudian berdasarkan Ketetapan
Gubernur Sumatera tanggal 12 April 1946 No 8/m.g.s KNI mengalami perubahan menjadi DPR
Keresidenan.,Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Daerah Bengkulu… Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Bengkulu berbentuk keresidenan namun secara resmi Keresidenan Bengkulu
dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945.
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Keresidenan
Bengkulu terlibat penuh secara aktif dalam gerakan melawan dan mengusir
penjajah, mulai dari gerakan merebut senjata dari tentara Jepang di Kepahiang,
Curup dan Manna, sampai pada perang melawan tentara Belanda yang berusaha
untuk mencengkramkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Dalam keadaan
perang menghadapi Belanda tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
No 10 Tahun 1948 yang menyatakan bahwa Propinsi Sumatera dipecah menjadi
tiga propinsi, yaitu terdiri dari Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Sumatera
Tengah dan Propinsi Sumatera Selatan.40
Pada tiap propinsi ini dijadikan
Pemerintahan militer dan Keresidenan Bengkulu menjadi bagian dari
Pemerintahan militer Propinsi Sumatera Selatan (1945-1968). Daerah Bengkulu
pada masa revolusi dijadikan pusat komando perjuangan daerah Sumatera Selatan.
Dalam strategi perang mempertahankan kemerdekaan, rakyat Bengkulu
menjalankan taktik perang gerilya dengan sistim bumi hangus. Banyak bangunan-
bangunan peninggalan Pemerintah Belanda seperti gedung-gedung, jembatan-
jembatan dihancurkan dalam rangka untuk memutuskan hubungan dalam gerak
para penjajah yang ingin kembali berkuasa. Sebagai akibar dari taktik bumi
hangus tersebut mengakibatkan daerah Bengkulu menjadi terisolasi baik antar
daerah Bengkulu sendiri maupun terhadap daerah luar.41
Setelah perang revolusi berakhir (1950-1968) merupakan periode dimana
Bengkulu menjadi daerah yang terisolasi dan terbengkalai. Keadaan Bengkulu
yang hancur akibat perang tidak segera dibangun kembali dan Bengkulu menjadi
daerah yang jauh dari sentuhan pembangunan selama periode yang cukup lama.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Alamsyah Ratu Prawira Negara dalam
sambutannya pada acara reuni para tokoh pejuang se-Sumatera bagian Selatan di
Bengkulu pada tanggal 16 Januari 1988.
Daerah Bengkulu seolah-olah hilang dari peta Indonesia. Pada waktu itu
banyak orang Indonesia tidak mengetahui bahwa daerah Bengkulu adalah
40Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Daerah Bengkulu …Op.Cit. hal 202-
203 41 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989 hal 34-35
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keadaan terisolir dan
terbengkalai yang cukup lama ini mengakibatkan daerah Bengkulu jauh
ketinggalan hampir dalam segala bidang dibandingkan dengan daerah lain.42
Kondisi daerah Bengkulu yang terisolasi mengakibatkan pembangunan
keresidenan Bengkulu sangat terbelakang dibandingkan daerah-daerah lainnya.
Upaya pembangunan untuk merehabilitasi sarana dan prasarana yang sudah
hancur tidak terealisasi, begitu pula pelaksanaan pembangunan untuk proyek-
proyek baru sama sekali tidak ada.43
Ketertinggalan pembangunan di segala bidang akibat keadaan yang
terisolasi inilah yang menjadi salah satu alasan Bengkulu ingin memperjuangkan
diri menjadi daerah tingkat I yang otonom. Di samping itu latar belakang adanya
rencana pemerintah pusat untuk menghapuskan sistem keresidenan termasuk
keresidenan Bengkulu menjadi bahan pertimbangan daerah Bengkulu menjadi
propinsi. Dengan sistem keresidenan dihapuskan, secara psikologis menyebabkan
kekhawatiran bagi rakyat Bengkulu bahwa daerah Bengkulu sebagai kesatuan
akan ikut lenyap dan hanya menjadi sebuah nama dari kota kecil saja. Padahal
bagi rakyat Bengkulu selama perjuangan perang kemerdekaan dan masa revolusi
fisik rakyat Bengkulu telah memberikan andil besar dengan pengorbanan materil
maupun jiwa raga mereka.44
Perang kemerdekaan telah menyebabkan hubungan lalu lintas antara pusat
keresidenan dan kabupaten Bengkulu Selatan putus sama sekali, demikian pula
hubungan lalu lintas antara pusat keresidenan dan kabupaten Bengkulu Utara.
Beberapa pusat-pusat pertanian seperti Kemumu, Aur Gading, pusat-pusat
perkebunan di Bukit Kaba dan Bukit Daun dan tambang-tambang emas di Lebong
Tandai dan Lebong Simpang juga hancur.
Sejak Sumatera Selatan menjadi Daerah Tingkat I yang terdiri dari
keresidenan-keresidenan Palembang, Bengkulu, Lampung dan Bangka-Belitung
dan berpusat di kota Palembang, dalam pelaksanaannya sebagai pusat
pemerintaahan belum dapat menaungi beberapa keresidenan yang ada di
42―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, hal 34-35 43Ibid 44Lihat Pendahuluan: Bahan Pertimbangan Untuk Pembentukan Daerah Tingkat I Bengkulu dalam
Buku Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi
Bengkulu…Op Cit hal 25-26
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
bawahnya. Hal ini karena Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai satu unit
pemerintahan terlalu besar untuk mengurus dirinya sendiri dengan beberapa
keresidenan.45
Alasan tersebut semakin memperkuat keinginan daerah keresidenan
Bengkulu memperjuangkan diri menjadi propinsi. Kebutuhan pembangunan
daerah yang belum dapat terlaksana sesuai harapan dalam waktu singkat
menyebabkan tidak ada solusi lain bagi daerah Bengkulu untuk menyelesaikan
persoalan tersebut selain dengan mengalihkan pusat kekuasaan politik di
Bengkulu sendiri. Selain itu dengan Bengkulu secara otonomi menjadi Daerah
Tingkat I diharapkan agar jarak antara Jakarta dan Bengkulu dapat dipersingkat
dan tidak lagi melalui Palembang.46
Keputusan Bengkulu untuk menjadi daerah tingkat I tidak hanya alasan
pembangunan yang terbengkalai saja. Namun bahan pertimbangan juga
berdasarkan pada penyelidikan mengenai luas daerah, jumlah penduduk, produksi
bahan makanan, hasil pertanian/perikanan serta kemungkinan bagi industri dan
pertambangan sehingga Keresidenan Bengkulu sanggup menjadi propinsi.47
2.3 Pembangunan Daerah Bengkulu Pasca Menjadi Propinsi
Setelah melalui perjuangan panjang akhirnya daerah Bengkulu menjadi
sebuah propinsi. Berdasarkan Undang-Undang No 9 tahun 1967 juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 1968 propinsi Bengkulu resmi berdiri pada tanggal
18 November 1968.48
Propinsi Bengkulu lahir pada masa Orde Baru dan hampir
bersamaan dengan saat dimulai pelaksanaan program Pembangunan Lima Tahun
(Pelita) pertama pada tahun 1969.49
Pembangunan di daerah Bengkulu merupakan
45 Lihat Pendahuluan: Bahan Pertimbangan Untuk Pembentukan Daerah Tingkat I Bengkulu dalam
Buku Kenang-Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi Propinsi
Bengkulu…Op Cit hal 25-26 46 Ibid 47 Ibid 48Rancangan Undang-Undang tentang pembentukan Propinsi Bengkulu disahkan menjadi Undang-
Undang oleh DPR-GR tanggal 28 Juli 1967 dalam Persidangan ke IV Rapat Pleno terbuka ke 83
dan kemudian diundangkan dan disahkan oleh Pj. Presiden R.I tanggal 12 September 1967
menjadi Undang-Undang 9 tahun 1967, dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 19 tahun 1967, dikutip dalam buku Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu menjadi
Propinsi Bengkulu hal 213-218. 49―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖ Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990. hal 1
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
bagian integral dari pembangunan nasional dan bertumpu pada Trilogi Pembangunan.
Makin berhasil pelaksanaan pembangunan maka makin nyata dukungannya kepada
peningkatan ketahanan nasional dan pemantapan perwujudan Wawasan Nusantara.
Sejalan dengan adanya Repelita yang dirancang oleh pemerintah pusat yang
bersifat top down, maka keadaan dan perkembangan pembangunan propinsi
Bengkulu dapat ditinjau melalui arah kebijakan program pemerintah yang
tertuang dalam Pembangunan Lima Tahun dan hasil pencapaiannya.
Setelah menjadi propinsi baru, keadaan pembangunan fisik di daerah
Bengkulu belum banyak yang dapat terlaksana. Pada periode awal Pelita I (1969-
1974) provinsi Bengkulu masih disibukkan dengan konsolidasi aparatur
pemerintahan baik dalam pembentukan kelembagaan maupun dalam merekrut
tenaga pegawai. Sebagai konsekuensi logis dari Propinsi Bengkulu yang baru
terbentuk maka aparatur pemerintah sangat minim. Dengan kata lain prasarana
fisik pamong praja (gedung kantor), personil, fasilitas lain-lainnya jauh masih
ketinggalan. Karena itu pada awal Pelita penataan aparatur pemerintahan menjadi
salah satu program pokok pembangunan.50
Masalah utama yang dihadapi pada Pelita I adalah masalah kekurangan dana
untuk mewujudkan pembangunan. Selama Pelita I dana yang tersedia sebesar Rp.
4.875.555.655 yang berasal dari sektoral/APBN, regional/ APBD, Inpres-Inpres
dan Banpres.51
Pada awal tahun 1969 penduduk propinsi Bengkulu sekitar 468.828 jiwa
atau dengan kepadatan 24 orang/km2. Jumlah pnduduk yang masih sangat jarang
berimbas pada tenaga kerja untuk pembangunan menjadi sangat kurang.
Sementara di pihak lain tanah/lahan usaha cukup banyak tersedia baik untuk
perluasan pertanian dan perkebunan maupun transmigrasi. Pada periode ini
pertambahan penduduk berupa tenaga kerja yang produktif sangat lambat.52
Penggunaan tanah yang produktif baru sedikit yaitu sekitar 130.000 Ha atau
6,56% dari luas daerah berupa pertanian ladang, sawah, kebun-kebun campuran
dan pekarangan. Prasarana produksi dan tingkat usaha tani masih terbatas dan
50―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖ Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990. hal 1 51 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 92-93 52 Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ekstensif. Selain itu rangsangan usaha tani masih kurang dan pemasaran hasil
pertanian yang sulit menjadi kendala produktivitas pertanian menjadi rendah.
Produksi pangan umumnya hanya untuk kebutuhan dan konsumsi daerah setempat
dan kadang-kadang mengalami kekurangan.53
Bidang pendidikan masih tertinggal baik mutu dan prasarananya. Sekolah
dari semua tingkatan umumnya masih minim, dan khususnya perguruan negeri
belum ada. Karena itu warga Bengkulu yang ingin melanjutkan pendidikannya
terpaksa belajar ke luar daerah yang umumnya adalah luar Jawa.54
Berkaitan dengan masalah yang dihadapi pada periode awal pembangunan
propinsi Bengkulu, program pokok Pelita I adalah penataan/komsolidasi aparatur
pemerintahan, pembangunan prasarana perhubungan dan pertanian. Pembangunan
dalam Pelita I masih bersifat sporadis dalam skala kecil sehingga belum banyak
yang dapat dicapai. Berdasarkan Repelita I, sasaran pembangunan dititikberatkan
pada peningkatan sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan serta
perbaikan sarana dan prasarana jalan guna membuka isolasi daerah.55
Perkembangan dan hasil yang dapat dicapai pada Pelita I di antaranya adalah
peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada jalan Negara
dan propinsi, pengembangan irigasi ± 22.467 Ha, pelaksanaan transmigrasi
sebanyak 1.688 KK atau ± 7.888 jiwa, pengembangan pendidikan dan
penambahan sekolah dan tenaga pengajar terutama untuk SD, SLTP dan SLTA.56
Selain itu program yang terlaksana pada Pelita I dalam pembangunan sektor lain
berupa penambahan jumlah gedung kantor, rumah dinas, sarana kesehatan, air
bersih, pelaksanaan pengerukan pelabuhan, perbaikan dan pemeliharaan
pelabuhan udara Padang Kemiling, peningkatan jaringan pos dan telekomunikasi
serta Radio Rakyat Indonesia (RRI) Bengkulu.57
Demikian pula dalam Pelita II (1974-1979) Propinsi Bengkulu masih
disibukkan oleh kegiatan konsolidasi aparatur pemerintah namun kegiatan
53 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 92-93 54Ibid 55Lihat dokumen Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I Tahun 1969/70 – 1973/74 <http://www.bappenas.go.id/node/42/1701/repelita-i-tahun-196970---197374/> Diunduh pada
tanggal 22 Juli 2011 56―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur….Ibid 57Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pembangunan sudah lebih banyak dibandingkan dengan Pelita Pertama. Sampai
pada awal Pelita ke tiga kondisi daerah Bengkulu masih dalam keadaan terisolasi
dimana hubungan antar daerah baik dalam Propinsi Bengkulu sendiri maupun ke
luar daerah masih sangat sulit, penduduk masih sangat kurang yaitu ± 654.000
jiwa, kehidupan ekonomi rakyat masih lemah, produksi bahan pangan masih
minus dan pendidikan masih ketinggalan jauh dibandingkan dengan daerah lain.58
Masalah pokok yang dihadapi pada Pelita II adalah masalah kekurangan
tenaga kerja dan dana. Tenaga kerja sebagai pemikir dan manpower, baik untuk
mengisi aparatur pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan belum memadai.
Pembangunan pertanian, transmigrasi, perhubungan, pendidikan, aparatur
pemerintah dan lain-lain belum banyak yang dapat dilaksanakan karena
keterbatasan dana pembangunan. Dana keseluruhan pada Pelita II sebesar Rp
48.475.575.000. Program pokok pada Pelita II yaitu melanjutkan konsolidasi
aparatur pemerintah dan pembangunan pertanian, transmigrasi dan prasarana
perhubungan.59
Meskipun pembangunan pada saat itu baru berkembang, namun masih
terbatas pada proyek-proyek skala kecil dan pada lokasi-lokasi yang mudah
terjangkau untuk pelaksanaannya, baik di bidang pertanian, transmigrasi,
pengairan maupun prasarana perhubungan, pendidikan dan aparatur
pemerintahan. Khususnya aparatur pemerintahan terutama bidang prasarana fisik,
pamong praja, merekrut dan menambah tenaga kerja, pengadaan fasilitas dan lain-
lain. Keadaan dan perkembangan pembangunan secara garis besar dijelaskan
sebagai berikut:60
1. Perhubungan darat baik dalam maupun luar daerah masih sulit kecuali jalan
negara jurusan Bengkulu-Lubuk Linggau sepanjang 140 km dengan jalan
kondisi cukup baik. Sedangkan akses menuju daerah yang lainnya sulit
ditempuh karena dalam keadaan rusak berat. Hubungan ke Utara (Muko-
Muko) dan Selatan (Bintuhan) sangat sulit. Jalan dan jembatan yang ada
58―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990. hal 1 59―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur, Op Cit hal 93 60―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖, Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu…Op
Cit hal 14-16
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
sebagian besar dalam keadaan rusak berat bahkan masih banyak yang belum
ada jembatan sama sekali
2. Perhubungan laut dan telekomunikasi masih sulit dan terbatas. Pelabuhan
laut tidak berfungsi, sedangkan rencana pelabuhan baru (Pulau Baai) masih
dalam taraf survei, kelayakan baik dari sudut ekonomi maupun dari sudut
teknis.
3. Perhubungan laut dan telekomunikasi masih sangat terbatas dengan
frekuensi 2 kali seminggu Jakarta-Bengkulu PP.61
Baru setelah Pelita III (1979-1984) pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan dengan pesat, isolasi terbuka, swasembada pangan tercapai, penduduk
berkembang dengan cepat melalui transmigrasi baik umum maupun spontan dan
pendidikan berkembang dengan pesat. Masalah pokok yang dihadapi Pelita III
adalah masalah perhubungan, kesejahteraan penduduk, kependudukan, tenaga
kerja serta pendidikan. Program pokok Pelita III adalah:
1. Peningkatan prasarana perhubungan darat, laut dan udara dan
telekomunikasi dalam rangka membuka isolasi.
2. Peningkatan pembangunan sektor pertanian dalam rangka untuk mencapai
swasembada pangan dan meningkatkan produksi tanaman eksport
3. Pembangunan daerah transmigrasi dalam rangka untuk memenuhi
kekurangan tenaga kerja dan pemerataan pembangunan.
4. Peningkatan pembangunan sektor pendidikan dengan penekanan pada
pendirian Perguruan Tinggi Negeri.62
Pembangunan pada Pelita III telah berkembang pesat dan menyeluruh baik
di bidang perhubungan, pertanian dengan pengairan dan transmigrasi maupun di
bidang pendidikan dan khusunya aparatur pemerintah telah memadai. Sejak
pembangunan berencana dilakukan mulai Pelita I, II dan seterusnya baru pada
Pelita III keadaan dan perkembangan pembangunan dirasakan lebih nyata
peningkatannya terutama karena disebabkan oleh aparatur pemerintah lebih
61 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Op Cit hal 94 62―22 Tahun Propinsi Bengkulu 18 November 1990‖Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Bengkulu, 1990… Op Cit hal 14
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
memadai, dana cukup besar, dedikasi dan kebijaksanaan pemerintah daerah serta
dukungan lapisan masyarakat.63
Perkembangan Bengkulu pada periode Pelita III dan IV membawa kemajuan
signifikan ditandai oleh terbuka akses jaringan perhubungan darat, laut dan udara
menuju Bengkulu yang selama ini terisolasi. Bengkulu mengalami perkembangan
pesat periode ini pada saat Gubernur Soeprapto yang memimpin Propinsi
Bengkulu selama dua periode. Kemajuan Bengkulu ditandai oleh pembangunan
infrastruktur yang ikut mendorong perkembangan perekonomian. Selain itu,
penggunaan lahan bagi pertanian dan perkebunan yang diusahakan oleh
pemerintah, swasta maupun rakyat berkembang pesat dengan peningkatan jumlah
hasil produksi daerah sehingga semakin menggiatkan laju pertumbuhan ekonomi
Bengkulu. Dalam bidang pertambangan juga mulai dieksplorasi dan dieksploitasi,
terutama batubara. Salah satu perusahaan pertambangan batubara yang berdiri dan
berproduksi adalah PT. Bukit Sunur pada tahun 1984.
2.4 Penduduk dan Transmigrasi
Penduduk Bengkulu terdiri dari beberapa suku bangsa Indonesia. Perincian
menurut golongan etnis masih dapat dilihat jelas, karena setiap suku ini
menggunakan bahasa dan juga adat istiadat sendiri. Kelompok etnis di daerah
Bengkulu terdiri dari: suku Melayu di Kotamadya Bengkulu; Suku Serawai, suku
Pasemah dan suku Kaur/Mulak berada di Kabupaten Bengkulu Selatan; suku
Rejang dan suku Lembak berada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten
Bengkulu Utara; suku Muko-Muko dan suku Enggano di Kabupaten Bengkulu
Utara. Kelompok-kelompok etnis ini merupakan penduduk asli di daerah
Bengkulu. Kelompok etnis yang ada di Bengkulu mengalami proses asimilasi
dengan suku-suku yang ada di daerah ini sendiri maupun suku pendatang dari luar
daerah maupun bangsa asing. Suku daerah lain atau bangsa asing yang banyak
memberi pengaruh terhadap kebudayaan suku asli Bengkulu adalah Minangkabau,
Banten dan Jawa, Bugis, India, Inggris dan Cina.64
63 Ibid 64―Monografi Daeah Bengkulu Jilid I‖. Tim Monografi Daerah Bengkulu. Proyek Pengembangan
Media Kebudayaan. Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Op.Cit, hal
31
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Suku bangsa lain datang ke Bengkulu karena perdagangan dan pelayaran
pada abad ke -16 dan sejak masa pemerintah Belanda, kelompok etnis ini
bertambah dengan kedatangan suku-suku bangsa di Indonesia melalui program
transmigrasi (koelie ordenantie) yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda
berdasarkan kebijakan Politik Etis.65
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Bengkulu menjadi salah satu daerah
tujuan transmigrasi yang pelaksanaan programnya dimulai pada Pelita II (1974-
1979). Berdasarkan sasaran Repelita II yang menitikberatkan pada pemerataan
pembanguan di luar Pulau Jawa melalui program transmigrasi. Tujuan program
transmigrasi adalah membuka kesempatan kerja dengan memperluas pemanfaatan
lahan-lahan tidur di luar Pulau Jawa untuk dikembangkan menjadi usaha
meningkatkan perekonomian dari sektor perkebunan dan pertanian.66
Pada awal tahun 1969 pasca Bengkulu menjadi propinsi, jumlah penduduk
sekitar 468.828 jiwa atau dengan kepadatan 24 orang/km2. Jumlah penduduk yang
masih sangat jarang sementara perbandingan tanah/lahan usaha cukup banyak
tersedia baik untuk perluasan pertanian dan perkebunan maupun transmigrasi.
Pada periode ini pertambahan penduduk berupa tenaga kerja yang produktif
sangat lambat sehingga berimbas pada pembangunan daerah yang kekurangan
tenaga kerja pelaksana pembangunan.67
Pertambahan penduduk propinsi Bengkulu dilihat dari pertumbuhannya
mengalami peningkatan cukup pesat terutama pada periode tahyn 1971-1980 dan
periode 1980-1990. Pertumbuhan pesat penduduk Bengkulu pada periode tersebut
didorong oleh angka kelahiran total yang tinggi dan juga dipengaruhi oleh
tingginya migrasi masuk ke Propinsi Bengkulu. Migrasi masuk terutama pada
transmigran dari Pulau Jawa dan Bali. Propinsi Bengkulu merupakan salah satu
propinsi di Pulau Sumatera yang ditetapkan menjadi pengembang daerah
transmigrasi dan sekitar sebagai daerah penerima transmigrasi dari Pulau Jawa
dan Bali. Selain transmigran, migrasi ke propinsi Bengkulu pada periode itu
65 Ibid 66Lihat Dokumen Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)<http://www.bappenas.go.id/node/42/1702/repelita-ii-tahun-197475---197879/ >
Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2011 67 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 93
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
terdiri dari para pendatang yang berasal dari propinsi terdekat seperti Sumatera
Barat, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara yang bertujuan untuk bekerja atau
berusaha sebagai pedagang, nelayan dan petani perkebunan.68
Berikut perincian
migrasi masuk ke Propinsi Bengkulu melalui program transmigrasi yang
dicanangkan oleh Pemerintah yang pelaksananya dimulai pada Pelita II.
Tabel 2.1 Perincian Transmigrasi Tahun 1975-1986
Tahun Target KK Realisasi
KK Jiwa
1974/1975 600 314 1.338
1975/1976 500 786 3.725
1976/1977 500 499 2.517
1977/1978 2.000 2.001 9.493
1978/1979 2.000 2.000 8.067
JUMLAH 5.600 5.600 25.140
1979/1980 2.000 2.000 7.846
1980/1981 2.000 2.000 8.634
1981/1982 3.050 2.901 12.127
1982/1983 6.145 6.145 26.634
1983/1984 1.200 1.149 5.285
JUMLAH 14.395 14.195 60.526
1984/1985 2.365 2.195 9.057
1985/1986 1.140 1.070 4.420
1986/1987 1.100 1.085 4.723
Berdasarkan data di atas, terjadi peningkatan jumlah para pendatang ke
daerah Bengkulu melalui transmigrasi pada tahun 1982/1983. Peningkatan jumlah
transmigrasi tersebut disebabkan oleh pada saat itu pemerintah mengupayakan
pengembangan daerah pedalaman dengan melakukan pembangunan sektor-sektor
perkebunan guna menunjang peningkatan komoditas hasil produksi daerah
Bengkulu. Pada transmigran tersebut ditempatkan dan bekerja di daerah-daerah
perkebunan yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Selain itu penduduk
transmigrasi juga melakukan usaha pembukaan lahan secara swadaya untuk
memanfaatkan lahan sehingga dapat produktif dalam bentuk perkebunan swadaya
dengan komoditi berupa kopi, cengkeh, lada dan lainya.
68
Bengkulu Dalam Angka Tahun 2001. Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu., 2001. hal 12-13
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
2.5 Gambaran Potensi Daerah Pedalaman
Secara administratif Propinsi Bengkulu pada awal berdiri memiliki 1
kotamadya yaitu Kota Bengkulu dan 3 kabupaten daerah tingkat II yaitu
Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Rejang
Lebong. Luas wilayah masing-masing daerah tingkat II adalah Kabupaten
Bengkulu Utara dengan luas 458,542 Ha, Kabupaten Bengkulu Selatan 594,914
Ha, Kabupaten Rejang Lebong 410.980 Ha dan Kotamadya Bengkulu 14.452
Ha.69
Daerah ini memiliki potensi dalam bidang perkebunan, pertanian dan
pertambangan sehingga menjadi daerah belakang dari Pelabuhan Pulau Baai
sebagai pemasok komoditi perdagangan. Dalam bahasan mengenai gambaran
potensi daerah pedalaman ini, pembahasan difokuskan pada potensi daerah
pedalaman sebagai daerah yang berkembang menjadi daerah pemasok komoditi
perdagangan. Sehingga dalam hal ini tidak mengkaji masalah pemekaran wilayah
dan perkembangannya, tetapi lebih menggambarkan secara umum potensi daerah
pedalaman yang terdiri dari tiga kabupaten (sebelum pemekaran) dan satu
kotamadya. Berikut gambaran daerah pedalaman Propinsi Bengkulu yang menjadi
daerah belakang (hinterland) Pelabuhan Pulau Baai.
Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 144,52 km² dan terletak di tepi pantai
pulau Sumatra yang menghadap ke Samudera India. Provinsi Bengkulu sendiri
terletak pada pantai barat pulau Sumatra pada posisi 101° 1' - 104° 46' BT dan 2°
16' sampai 5° 13' LS, yang membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan
berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dengan panjang pantai 525 km dan
luas teritorial 48.075 km². Kota ini terkenal karena pernah menjadi tempat
pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939-1942 pada masa Hindia-
Belanda. Selain itu, di kota ini terdapat benteng peninggalan Kerajaan Inggris,
Fort Marlborough, yang terletak di tepi pantai. Sekarang daerah pantai di dekat
benteng ini sedang diupayakan untuk dikembangkan untuk tujuan pariwisata
internasional. Di kota ini terletak satu-satunya universitas negeri di provinsi
Bengkulu, yaitu Universitas Bengkulu (UNIB). Kota Bengkulu sering dilanda
gempa tektonik yang berepisentrum di pertemuan lempeng tektonik Samudera
69―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 5-6
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
India dan lempeng tektonik Asia.70
Wilayah kotamadya Bengkulu dikembangkan
sebagai pusat perekonomian dan pariwisata. Daerah ini tidak dikosentrasikan pada
pengembangan wilayah perkebunan, namun kotamadya Bengkulu menjadi daerah
belakang dari Pelabuhan Pulau Baai sebagai daerah yang membutuhkan suplai
barang-barang konsumsi seperti Sembilan Bahan Pokok (sembako) dan Bahan
Bakar Minyak (BBM).
Kabupaten Bengkulu Utara memiliki luas wilayah 458,542 Ha. Ibu kotanya
ialah Arga Makmur. Wilayah Bengkulu Utara yang mencakup Pulau Enggano
merupakan kabupaten paling luas di provinsi Bengkulu. Tanah Bengkulu Utara
subur dan cocok untuk perkebunan. Kelapa sawit, kakao, karet, dan kopi adalah
andalan kabupaten ini, selain pernah menjadi tempat pendulangan emas oleh
bangsa Inggris mendulang emas dan hingga kini masih didulang secara
tradisional. Komoditas kayu gelondongan dan rotan juga dihasilkan di sini.
Penduduk asli Kabupaten Bengkulu Utara adalah suku Rejang. Suku bangsa
pendatang adalah Jawa, Bali, Minang, Sunda, dan Batak. Program transmigrasi
rutin diberlakukan sejak Gunung Agung di Bali meletus pada tahun 1963.71
Perkebunan kelapa sawit, merupakan areal perkebunan yang sangat luas di
Kabupaten Bengkulu Utara dan sangat diminati oleh para investor dan
masyarakat. Pola pembinaan perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara yang
menjadikan kemitraan sebagai basis utamanya adalah:
- Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), dikenal dengan adanya plasma
(milik masyarakat) dan inti (milik perusahaan).
- Pola PBS (Perkebunan Besar Swasta)
- Pola UPT (Unit Pelaksana Teknis), dimana dilakukan pembinaan secara
menyeluruh hingga kelembagaan petani.
- Pola Parsial/Swadaya.
Pekebunan kelapa sawit banyak diusahakan karena selain harganya yang
tinggi dan stabil, juga kelapa sawit merupakan bahan baku beberapa industri
besar, juga sebagai bahan baku BBM alternatif (Bio Diesel). Sebelum pemekaran
daerah Muko-Muko dan Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara adalah
70
Darliansyah Putra, ―Sejarah Terbentuknya Propinsi Bengkulu‖ <www.bengkulu-online.com>
Diunduh pada tanggal 12 Maret 2011 71
Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
penghasil kelapa sawit buah tanda segar dan CPO di Propinsi Bengkulu, karena
memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit terbanyak. Sekarang setelah pemekaran,
pabrik pengolah kelapa sawit hanya ada 4 (empat) yaitu PT. Agricinal, PT.
Puding Mas, PT. Alno dan PT. Sandabi. Sedangkan karet, merupakan unggulan
kedua yang diminati oleh para investor dan masyarakat. Di Kabupaten Bengkulu
Utara hanya ada satu pabrik pengolahan karet, yaitu PT. Pamorganda di
Kecamatan Putri Hijau.72
Pertambangan yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara di antaranya
adalah batubara. Kabupaten Bengkulu Utara adalah merupakan daerah penghasil
batubara terbesar di Propinsi Bengkulu. Beberapa perusahaan tambang batubara
yang melakukan eksploitasi di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut:
- PT. Rekasindo Guriang, lokasi penambangan di Kecamatan Putri Hijau.
Perusahaan ini juga mempunyai pelabuhan khusus batubara yang
berlokasi di Pasar Sebelat, Kecamatan Putri Hijau.
- PT. Injatama, lokasi penambangan di Desa Tanjung Dalam dan sekitar
Kecamatan Napal Putih. Perusahaan ini juga mempunyai pelabuhan
khusus batubara di Desa Pasar Ketahun, Kecamatan Ketahun.
- PT. Bara Adhipratama, lokasi penambangan di Desa Bukit Harapan dan
sekitarnya, Kecamatan Napal Putih.
Untuk jenis tambang emas dan perak produksi sampai bulan April 1995, dan
setelah bulan itu perusahan pertambangan tidak lagi berproduksi. Lokasi
penambangan tersebut berlokasi di Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih.
Setelah ditinggal oleh Perusahaan CV. Firman Ketahun, selanjutnya dikelola oleh
masyarakat secara tradisional.73
Kabupaten Rejang Lebong memiliki luas wilayah 4.109,8 km² dan populasi
sekitar 250.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Curup Terletak di Pegunungan Bukit
Besar dan berjarak 85 km dari Kota Bengkulu. Penduduk asli terdiri dari suku
Rejang dan suku Lembak. Suku Lembak mendiami Kecamatan Kota Padang,
Padang Ulak Tanding, dan Sindang Kelingi. Perkebunan rakyat yang terdapat di
72―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI hal 113. 73Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
kabupaten ini adalah perkebunan kopi dan karet. Palawija banyak ditanam di
lereng Bukit Kaba, sebagian lagi merupakan petani pembuat gula aren.
Kabupaten Rejang Lebong terkenal dengan daerah pertambangan emas
tepatnya di daerah Lebong Simpang. Daerah pertambangan di Rejang Lebong
sudah diekplorasi diusahakan oleh Perusahaan Hindia Belanda Mijnbouw
Maatschappij Simau sejak tahun 1930 sampai tahun 1940. Selama rentang waktu
tersebut emas dieksplotasi secara besar-besaran sampai akhirnya deposit emas di
Rejang Lebong dinyatakan habis dan tidak dikerjakan lagi oleh perusahaan
tersebut karena diperkirakan hasilnya sudah tidak memadai lagi. Selain itu pada
masa perang revolusi, pertambangan ini dibumihanguskan oleh Belanda sehingga
mengakibatkan daerah pertambangan rusak parah dan pertambangan ini akhirnya
hanya dilakukan oleh rakyat yang masih berusaha mencari emas secara pribadi
atau kelompok ataupun usaha kecil-kecilan.74
Pertambangan emas mulai kembali
diusahakan pada akhir Pelita III. Terdapat satu perusahaan pertambangan emas
yang melakukan usaha penggalian yaitu PT Lusang Mining yang mulai
berproduksi pada tahun 1985.75
Hasil pertambangan emas di Propinsi Bengkulu
masih berjumlah skala kecil dan hanya dipasarkan di dalam negeri.76
Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan dengan
daerah sekitarnya adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu,
sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan, sebelah Selatan
berbatasan dengan Propinsi Lampung dan sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Indonesia. Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki potensi yang sangat
besar terutama dalam bidang perkebunan. Hal ini ditandai oleh luas tanaman
perkebunan yang merata di seluruh kecamatan, dengan komoditi utama adalah
kelapa sawit 11.834 hektar dengan produksi 97.952,9 ton, kopi 3,055 hektar
dengan produksi 1.830 ton, karet 4.119 hektar dengan produksi 4.486,12 ton,
74Lihat Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi Bengkulu,
Dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Palembang: Penerbit Sriwijaya Media
Utama, 1993, hal 35 75―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op.Cit, hal
125-127 76―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994, hal 8
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
coklat 1.437 hektar dengan produksi 600 ton, kelapa 875 hektar dengan produksi
1.313 ton.77
Bidang pertambangan, Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki potensi bahan
galian yaitu Bahan Galian Golongan A, Galian B dan Bahan Galian C. Bahan
Galian A yang dimiliki oleh Bengkulu Selatan adalah minyak dan gas bumi.
Untuk Bahan Galian B yang dimiliki oleh Bengkulu Selatan adalah emas primer,
mineral sulfida, timbal dan seng, batubara, marmer dan biji besi. Bahan Galian
Golongan C seperti batu pasir, koral, dan batu kali. Bahan tersebut dikelola oleh
beberapa perusahaan. Namun bahan galian seperti granit, fosfat dan bentonit yang
tersebar di beberapa kecamatan belum disentuh78
2.6 Masalah Transportasi dan Distribusi Komoditi
Panjang daerah Bengkulu dari Utara sampai ke Selatan ± 550 km,
sedangkan lebarnya 140 km. Akses menuju dari Utara hingga ke Selatan
dihubungkan oleh satu jalan raya yang banyak melintasi sungai-sungai besar dan
kecil. Demikian juga dari barat sampai ke timur dihubungkan oleh satu jalan raya
yang pada saat Bengkulu masih menjadi keresidenan merupakan alat penghubung
antara Keresidenan Bengkulu dengan Keresidenan Palembang. Jalan raya dari
Utara ke Selatan menghubungkan kota-kota Muko-Muko, Ketahun, Lais,
Bengkulu, Tais, Manna dan Bintuhan, sedangkan jalan raya dari Barat ke Timur
menghubungkan kota-kota Bengkulu, Kepahyang, Curup dan Lubuk Linggau.
Pada umumnya hampir seluruh jalan-jalan yang ada di daerah Bengkulu dalam
keadaan rusak dan sangat terlantar. Selain itu jembatan yang menghubungkan
jalan-jalan tersebut juga dalam keadaan rusak parah. Kerusakan jalan dan
jembatan yang ada di Bengkulu merupakan akibat strategi bumi hangus yang
digunakan dalam perang revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan.79
Putusnya akses perhubungan ini tidak hanya akses menuju ke luar, namun
juga antar daerah dalam Keresidenan Bengkulu pun sulit dicapai. Perbaikan
saranan pehubungan pasca kemerdekaan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
77 “Potensi daerah dan peluang investasi Kabupaten Bengkulu Selatan‖ Diunduh 20 Desember 2011 <http://bengkuluselatankab.go.id/potensi-daerah> 78Ibid 79Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenangan Perjuangan Bekas Keresidenan Bengkulu
menjadi Propinsi Bengkulu,.. Op.Cit. hal 56-60
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
oleh Dati I Sumatera Selatan sebagai pusat Keresidenan Bengkulu. Kondisi
daerah Bengkulu yang terbengkalai tanpa pembangunan dan terisolasi dalam
waktu lama menyebabkan daerah Bengkulu terhambat perkembangannya. Untuk
itulah perjuangan Keresidenan Bengkulu menjadi daerah tingkat I merupakan
suatu urgensi untuk pembangunan dan perkembangan daerah Bengkulu
selanjutnya.80
Rehabilitasi akses perhubungan darat berupa jalan dan jembatan menjadi
program utama pada periode awal pembangunan daerah Bengkulu pasca menjadi
propinsi. Bengkulu lahir bertepatan dengan program rencana pembangunan lima
tahun yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru. Pada Pelita I (1969-1974)
pembangunan sektor perhubungan darat menjadi program penting untuk
membuka isolasi daerah-daerah terpencil sehingga mendorong perkembangan
daerah. Meskipun program pembangunan Propinsi Bengkulu pada tahap awal
Pelita I lebih terkonsentrasi pada penataan aparatur pemerintah, namun program
peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada jalan negara
dan propinsi sudah mulai terlaksana. Pembangunan infrastruktur berjalan bertahap
dan berkelanjutan sesuai dengan rencana Pelita yang terus disempurnakan.81
Hubungan darat untuk perpindahan barang dan orang mempergunakan
kendaraan bermotor dan gerobak yang ditarik hewan (kerbau dan sapi). Daerah
Bengkulu yang membujur dari Utara ke Selatan dan berada di antara beberapa
propinsi yang mengapitnya belum dapat terjalin interaksi antar daerah dengan
mudah. Hal ini disebabkan oleh sarana-prasarana perhubungan yang tidak
kondusif. Kondisi jalan yang paling baik pada saat itu adalah jalan raya negara
yang menghubungkan Propinsi Bengkulu dengan Propinsi Sumatera Selatan.
(Palembang). Akses yang menghubungkan Bengkulu-Palembang dapat melalui
dua jalur yaitu melewati Lubuk Linggau dan Pagar Alam.82
Sementara jalan raya menuju ke Utara (Bengkulu – Sumatera Barat) pada
saat ini belum dapat ditempuh dengan baik. Perjalanan hanya dapat ditempuh
80―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 35-36 81―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983”, Team Monografi Daerah Bengkulu. Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI, hal 21-23 82Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
sampai ke Muko-Muko dengan kendaraan jenis Jeep dalam keadaan tertentu saja.
Sebaliknya jalan raya ke arah selatan baru dapat ditempuh sampai Manna (Ibukota
Kabupaten Bengkulu Selatan). Sedangkan hubungan dengan Propinsi Lampung
masih terputus sama sekali.83
Kesulitan akses perhubungan darat tidak hanya terjadi saat menuju keluar
daerah, namun didalam daerah sendiri banyak terdapat daerah-daerah yang sukar
dicapai (terisolir). Keadaan ini tidak jauh berbeda pada Pelita II (1974-1979)
dimana keterbatasan sarana dan prasarana perhubungan juga masih mewarnai
permasalahan yang dihadapi daerah Bengkulu. Namun situasi ini kemudian
berubah dan mengalami perkembangan yang pesat memasuki Pelita III (1979-
1984) dan Pelita IV (1984-1989). Pada periode ini sarana perhubungan semakin
baik dengan adanya program Pelita yang mengarahkan kepada peningkatan
saranan perhubungan untuk memperlancar pertumbuhunan dan perkembangan
ekonomi daerah. Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah untuk membangun
pertumbuhan ekonomi dengan mendorong terciptanya industri manufaktur dan
peningkatan hasil produksi pertanian, perkebunan dan pertambangan, maka
pembangunan sarana dan prasarana perhubungan menjadi program yang vital.
Selain itu konsekuensi logis adanya pembangunan sarana perhubungan yang baik
akan menciptakan peluang investasi modal untuk mempercepat laju
pembangunan.84
Pada akhir Pelita IV, perhubungan darat sudah cukup lancar dengan
frekuensi yang memadai, semua ibukota kecamatan telah dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat. Hampir tidak ada lagi daerah terisolir dan sampai ke
daerah perbatasan telah dapat dicapai. Hanya kondisi jalan dan jembatan sebagian
belum mantap dan tempat-tempat mengalami kerusakan yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan. Pencapaian hasil pembangunan selama sepuluh tahun terhitung
sejak awal Pelita III sampai IV sangat signifikan dimana isolasi daerah Bengkulu
dapat terbuka baik melalui perhubungan, darat, laut dan udara. Pembangunan
yang telah dicapai ini terus dilanjutkan pada Pelita V (1989-1994). Kondisi jalan
semakin terus ditingkatkan dalam upaya memperlancar akses perhubungan darat
83―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 46-49 84Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
dari Propinsi Bengkulu dan propinsi tetangga. Jalan poros pantai barat mulai dari
perbatasan Propinsi Sumatera Barat sampai perbatasan Propinsi Lampung telah
dapat dilalui dengan kendaraan roda empat. Kemajuan dalam sektor perhubungan
yang juga dibarengi oleh peningkatan hasil produksi daerah Bengkulu dalam
bidang perkebunan dan pertanian sehingga hal ini saling bersinergi mempermudah
distribusi hasil-hasil produksi.
Sedangkan transportasi laut untuk menghubungkan daerah Bengkulu dengan
luar dalam upaya mendistribusikan barang yang masuk dan keluar juga
mengalami kendala. Daerah Bengkulu pada saat itu hanya memiliki pelabuhan
kecil di Kota Bengkulu yaitu Pelabuhan Bengkulu Lama yang berada di pantai
Tapak Paderi. Pelabuhan ini dibangun pada masa Inggris dan merupakan
pelabuhan pantai yang berada di tengah kota. Kondisi pelabuhan itu hanya dapat
disinggahi oleh kapal-kapal kecil dengan tonnage sangat terbatas. Semua kapal
samudera yang singggah di Pelabuhan Bengkulu akibatnya terpaksa berlabuh di
tengah lautan dan disana barulah kapal-kapal dapat membongkar dan menerima
penumpang dan muatan.85
Pada saat Bengkulu masih terisolasi dan sulit dicapai melalui perhubungan
darat, kedudukan perhubungan laut dalam hal ini Pelabuhan Bengkulu menjadi
sangat penting terutama dalam rangka mengangkut penumpang-penumpang yang
akan berpergian dari dan akan ke Pulau Jawa, atau mengangkut barang-barang
kebutuhan pokok bagi penduduk seperti beras, gula, rokok dari Pulau Jawa.
Keadaan sarana dan prasarana perhubungan darat yang tidak memungkinkan bagi
mobilisasi maka pelabuhan sangat berperan penting sebagai pintu utama masuk
dan keluarnya barang dan orang dari dan menuju ke daerah Bengkulu.86
Pelabuhan Bengkulu Lama (Tapak Paderi) mengalami masalah operasional
yaitu pendangkalan akibat sedimentasi sehingga dibutuhkan pengerukan dan
perawatan berkala. Pendangkalan ini menyebabkan banyak kapal-kapal
berkapasitas besar seperti kapal-kapal PELNI tidak dapat merapat dan bersandar
ke dermaga sehingga kapal-kapal harus membongkar muatan di tengah laut yaitu
85Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu
Menjadi Propinsi, Op Cit, hal 119-120 86Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
di Pulau Tikus.87
Aktivitas bongkar muat barang yang dilakukan dengan
menggunakan tongkang yang kemudian dibawa ke bibir dermaga mengakibatkan
peningkatan biaya bongkar muat dan mengurangi efisiensi waktu. Keadaan
demikian menjadi kendala perkembangan Pelabuhan Bengkulu dan pengunaan
pelabuhan. Seperti yang dijabarkan dalam buku Kenang-Kenangan Perjuangan
Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi mengenai kondisi fisik pelabuhan
Bengkulu.
Dalam waktu mendatang Pelabuhan Bengkulu masih tetap dapat
dipergunakan secara efisien dan menguntungkan, serta dapat menampung
seluruh kegiatan-kegiatan dalam waktu singkat, asal saja rehabilitasi
redetransport (tongkang-tongkang dan motor) waltransport, perbaikan pier
dan kade, pengerukan vaargeul dan perbaikan alat-alat navigasi
(tanda/lampu-lampu) dapat dilakukan. Keadaan gedung-gedung masih
cukup baik. Kapasitas pelabuhan ini (kalau tidak dirawat) masih belum
dipakai secara 100% dengan ukuran kenyataan kegiatan ekonomi dewasa ini
ketidakpastian datangnya kapal juga mempengaruhi merosotnya pemakaian
pelabuhan. (kapan barang tersedia, kapal tidak ada, kapan kapal tiba, barang
muatan tidak tersedia) akibatnya banyak kapal malas singgah di Bengkulu
dan sebaliknya. Pengusaha malas mengirim barang lewat Bengkulu.88
Pembangunan pelabuhan samudera menjadi harapan besar bagi rakyat
Bengkulu. Dengan pelabuhan samudera yang baru, kapal-kapal samudera dapat
mengangkut hasil-hasil hutan dan perkebunan dari Bengkulu ke Pulau Jawa.
Selain itu secara politis, kedudukan perhubungan laut sangat penting guna
menghubungkan daerah Bengkulu dengan pemerintah pusat di Jakarta.
Pada saat Bengkulu masih menjadi daerah yang sulit diakses dan minim
pembangunan, masalah perbaikan sistem perhubungan laut menjadi salah satu
prioritas kebutuhan mendesak yang menjadi pertimbangan dalam
memperjuangkan Keresidenan Bengkulu menjadi propinsi.89
Untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan baru telah dilakukan
kegiatan ke arah pembukaan pelabuhan yang dimulai dengan pemetaan,
pengukuran dalam, perbaikan jalan, pemotretan, peninjauan-peninjauan serta
87Wawancara Turniadi (49 tahun), Supervisi Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 bertempat di Kantor Pelabuhan Pulau
Baai 88Lihat Laporan Presedium Persiapan Propinsi Bengkulu Biro Ekonomi/Keuangan dan
Pembangunan.Rentjana Garis Besar Pembangunan Ekubang, hal 345-346 89Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu
Menjadi Propinsi,..Op Cit, hal 119-120
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
perencanaan kasar sementara. Pembangunan pelabuhan yang baru merupakan
proyek yang tidak mudah karena harus didasarkan pada perencanaan yang matang
dari segi lokasi dan biaya.90
Dalam laporan mengenai kondisi pelabuhan laut
Bengkulu dan rencana pembangunan pelabuhan baru dijelaskan:
Proyek ini memerlukan survey yang teliti, memperhatikan kelakukan alam,
antara lain arus dan pasang setempat, keadaan tanah sekitarnya, persiapan-
persiapan yang baik, pengamanan (misalnya malaria bestrijding,
pengeringan rawa-rawa, pencegahan pelumpuran, pendangkalan dan
sebagainya) supaya dapat dipergunakan ratusan tahun lamanya, setelah
mengeluarkan biaya-biaya yang maha besar, sehingga dapatlah dikatakan
proyek ini termasuk jangka panjang dan proyek nasional.91
Langkah-langkah kongret usaha pembukaan pelabuhan samudera mulai
dilakukan. Pada tanggal 31 Januari dan 1 februari 1967 dari Jakarta datang Ir Saad
dari Waskita Karya dan Ir Sudjono dari Departemen Maritim untuk mengadakan
peninjauan lokasi. Mereka optimis bahwa proyek pembangunan pelabuhan baru
ini akan terlaksana dan terus melakukan survey sehingga akan menelorkan
preliminary design dan melanjutkan menjadi final design.92
Berdasarkan hasil peninjauan dari segi teknis dan ekonomis, akhirnya lokasi
yang dipilih untuk dibangun pelabuhan samudera adalah Pelabuhan Pulau Baai
yang berjarak ± 15 km dari kota Bengkulu. Pertimbangan pemilihan di lokasi ini
karena melihat sebelumnya pelabuhan ini dahulu merupakan pelabuhan lama yang
sudah dibangun oleh Inggris pada saat berkuasa di Bengkulu. Menurut para ahli
pelabuhan dari pusat bahwa dilihat dari segi geografis di Pulau Baai (Sungai
Tanjung Aur) jika dibangun fasilitas pelabuhan yang baik akan menarik untuk
disinggahi bagi kapal-kapal besar dari Colombo, Singapura dan Australia yang
akan membuang sauh (bunkeren).93
Namun realisasi pembangunan pelabuhan samudera yang baru tidak dapat
serta-merta dilakukan mengingat Bengkulu masih menjadi Keresidenan. Proyek
ini membutuhkan dana yang besar dan waktu yang tidak singkat. Proyek
pembangunan pelabuhan adalah proyek nasional yang didanai oleh pusat sehingga
hal tersebut hanya dapat terlaksana jika Bengkulu menjadi daerah tingkat I.
90Laporan Presedium Persiapan Propinsi Bengkulu Biro Ekonomi/Keuangan…Op Cit, hal 347 91Laporan Presedium Persiapan Propinsi Bengkulu Biro Ekonomi/Keuangan dan
Pembangunan.Rentjana Garis Besar Pembangunan Ekubang. Hal 345-346 92 Ibid 93Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pada saat Bengkulu menjadi propinsi, prioritas pembangunan pelabuhan
belum dapat tercapai karena program pokok pembangunan yang utama pada
periode awal pembangunan yaitu konsolidasi aparatur pemerintahan dan
rehabilitasi sarana dan prasarana perhubungan darat. Dengan demikian, untuk
mengatasi masalah transportasi laut di Bengkulu adalah dengan melakukan
perbaikan sarana pelabuhan dan pengerukan.
Memasuki Pelita II, keadaan lalu lintas laut dan distribusi barang melalui
pelabuhan Bengkulu semakin sulit, pelabuhan ini tidak disinggahi oleh kapal
penumpang milik PELNI atau kapal besar lainnya. Kapal PELNI hanya sesekali
datang untuk mengambil hasil bumi di Bengkulu terutama kopi. Selain Pelabuhan
Bengkulu Lama, terdapat juga pelabuhan pantai atau perkampungan nelayan yang
ada disepanjang pantai Bengkulu, antara lain terdapat di kota-kota Muko-Muko,
Pasar Pantai, Ipuh, Manna, Bintuhan, Linau dan Pulau Enggano. Lalu lintas laut
di pelabuhan ini diselenggarakan oleh kapal rakyat yang berukuran kurang dari 50
ton menuju dalam daerah Bengkulu yaitu Muko-Muko, Ipuh, Manna, Bintuhan
dan Enggano serta menuju keluar daerah dengan tujuan Padang (Muara Padang),
Panjang (Lampung) dan Jakarta (Pasar Ikan). Selain itu hubungan lalu lintas
sungai merupakan hubungan rakyat biasa berupa sampan kecil dan rakit bambu.
Pada saat itu hanya sungai Ketahun yang memiliki perahu bermotor yang
menghubungkan Ketahun dan Napal Putih ke arah tambang emas Lebong
Tandai.94
Setelah melewati pengajuan pembangunan pelabuhan baru kepada
pemerintah pusat yang mana hal ini telah lama diperjuangkan sejak Bengkulu
berdiri, akhirnya pembangunan pelabuhan samudera baru dapat direalisasikan
pada Pelita III tahun 1978/1979. Proses perencanaan pembangunan pelabuhan
dilakukan dengan studi kelayakan dan pelaksanaan pembangunan fisik dimulai
pada tahun 1980.
94―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖. Tim Penyusun Monografi Daerah Bengkulu, hal
11
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 3
REVITALISASI PELABUHAN PULAU BAAI 1968-1984
3.1 Sekilas Sejarah Pelabuhan Bengkulu di Pantai Barat Sumatera
Secara historis, sebelum Kompeni Inggris (1685-1825) berkuasa, Bengkulu
merupakan daerah merdeka yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan lokal seperti
Kerajaan Anak Sungai (Manjuto) di Muko-Muko, Kerajaan Sungai Serut di
sekitar Bengkulu dan Kerajaan Sungai Lemau di daerah Pondok Kelapa, Kerajaan
Silebar di sekitar Bengkulu-Jenggalu dengan pelabuhannya Pulau Baai dan
Kerajaan Serawai di daerah Bengkulu Kerajaan-kerajaan yang berdiri di wilayah
Bengkulu terbentuk melalui konfederasi dari beberapa marga yang pada
umumnya bersifat genealogis.95
Asal nama Bengkulu berdasarkan sejarah pedagang Eropa di Banten, ada
yang menghubungkan nama Bengkulu dengan Banten-Kulon sehingga di peta
Barat namanya menjadi Bencoolen (Inggris) dan Bengkoelen (Belanda) berarti
tanah di bagian barat. Menurut beberapa sumber Palembang, kata Bengkulu
berasal dari kata ―Bangka Hulu‖ yaitu sungai yang mengalir di wilayah tersebut
(Bengkulu) dan juga daerah ini menjadi penyeimbang Pulau Bangka yang terletak
di bagian hilir Sungai Musi. Menurut masyarakat setempat, nama Bengkulu
dijelaskan berasal dari ungkapan ―empang-ka-hulu‘‘ (jangan ke hulu), yakni
upaya penduduk setempat untuk menahan ekspansi Aceh agar tidak masuk ke
bagian pedalaman.96
Berdasarkan asal nama tersebut dapat mengungkapkan bukti
bahwa adanya hubungan kegiatan pelayaran pelaut Banten yang mengarungi
Samudera Hindia sampai di Silebar (Bengkulu) dan pelayaran pelaut Aceh
sepanjang pantai barat pulau Sumatera sampai ke selatan.
Pelayaran niaga di Bengkulu menjadi ramai dimulai tahun 1511 saat Malaka
jatuh ke tangan Portugis. Akibat Malaka yang jatuh ke tangan Portugis
95Agus Setiyanto, ―Sejarah Bengkulu”, 29 Desember 2010.
<http://agussetiyanto.wordpress.com/tag/sejarah-bengkulu>. Lihat Aryandini Novita dan
Darmansyah, “Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial” yang mengutip sumber
tulisan Agus Setiyanto, Elite Pribumi Bengkulu Perspektif Sejarah Abad ke 19. Jakarta: Balai
Pustaka, 2001 96Adrian B. Lapian, Mendekati Sejarah Nusantara dari Laut. The Habibie Center. Years 1999-
2010. Makalah Presentasi Penerimaan Habibie Award 2010, Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya.
Jakarta: Penerbit Yayasan Sumber Data Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM
IPTEK), 2010, hal 24-25
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
menyebabkan para pedagang Islam mengalihkan jalur perdagangannya—yang
semula menggunakan Selat Malaka— dialihkan melalui pantai barat Sumatera
dan Selat Sunda. Akibatnya, Pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa bertambah
ramai dan sekaligus memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
beberapa kota pelabuhan di sepanjang pantai barat Sumatera seperti Aceh,
Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung. Posisi kota yang berada di muara sungai
membuat kota-kota ini menjadi pintu masuk yang strategis bagi dunia. Pelabuhan
yang diramaikan oleh para pedagang yang singgah menjadikankan wilayah di
jalur pantai barat Sumatera menjadi penting dalam dinamika pelayaran dan
perdagangan internasional. Tidak hanya sebagai pusat perdagangan, daerah-
daerah ini kemudian menjadi pusat penyebaran agama Budha dan Islam.
Peralihan jalur pelayaran melalui pantai barat Sumatera membawa pengaruh
yang besar terhadap perdagangan di Bengkulu. Pelabuhan-pelabuhan nelayan di
sepanjang pantai Bengkulu, seperti Muko-muko, Selebar, Seluma, Manna,
Bintuhan, dan Krui menjadi berkembang dan menjadi ramai.
Pada masa kejayaan jalur niaga di pantai barat Sumatera, Bengkulu
merupakan salah satu daerah yang berkembang menjadi kota pelabuhan.
Pelabuhan Bengkulu pada awalnya merupakan sebuah pelabuhan yang hampir-
hampir tidak dikenal (terra incognita)97
kemudian akhirnya dikenal oleh
pedagang Islam karena adanya pengalihan jalur pelayaran dari Selat Malaka ke
pantai barat Sumatera. Konsekuensi ini mengubah Pelabuhan Bengkulu
berkembang menjadi bagian penting dalam lintas perdagangan maritim sebagai
pengekspor komoditi lada. Sejak abad ke-16, Bengkulu menjadi penghasil lada
terbesar di samping Pelembang dan Lampung. Potensi yang dimiliki Bengkulu
inilah mengundang bangsa asing (terutama Belanda dan Inggris) datang untuk
menguasai perdagangan lada.98
Kedatangan bangsa Inggris ke Bengkulu dan akhirnya berkuasa selama 150
tahun merupakan konsekuensi dari kekalahan Inggris dalam persaingan dengan
VOC memperebutkan bandar perdagangan di Pelabuhan Banten. Pada tahun 1659
97Meminjam istilah Susanto Zuhdi dalam menjelaskan perkembangan Pelabuhan Cilacap. Lihat Susanto Zuhdi., Cilacap 1830-1942 Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan Di Jawa. Jakarta:
Gramedia, 2001, hlm xiv. 98Lihat Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia. Jakarta: Kompas, 2005, hal 117-
118
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
VOC menandatangani kesepakatan dengan Kesultanan Banten untuk
mendapatkan monopoli rempah-rempah di pelabuhan Banten. Dengan VOC
menguasai perdagangan di Banten maka Inggris terpaksa mulai mencari daerah
lain di pantai barat Sumatera yang menghasilkan rempah-rempah.
Awalnya Inggris ingin mendirikan pangkalan dagang di Aceh tapi ditolak
oleh sang Sultan Aceh, Sultan Zakiyat-ud-udin Inayat Syah. Inggris sebenarnya
berencana ingin ke Pariaman dan Barus di Sumatera Barat. Mereka kemudian
mengalihkan perhatian ke Bengkulu karena kebetulan penguasanya mengirimkan
surat lebih dahulu bahwa mereka sudi menerima Inggris dalam rangka mendirikan
pos perdagangan. Hal ini bisa dipahami karena wilayah Bengkulu selalu dalam
posisi terjepit oleh politik ekspansionis Kesultanan Banten di Selatan dan Aceh di
Utara. Di tahun 1685 Inggris sampai di Bengkulu dan diterima oleh penguasa
Bengkulu saat itu yaitu Orang Kaya Lela dan Patih Setia Raja Muda.99
Kedatangan Inggris pertama kali di Bengkulu, berlabuh di Muara Sungai
Bengkulu pada tanggal 24 Juni 1685. Rakyat Kerajaan Sungai Lemau dan
Kerajaan Silebar menyambut kedatangan bangsa Inggris dengan baik dan ramah.
Hal ini ada kaitan dengan situasi Kerajaan Banten di bawah kekuasaan Sultan
Haji. Semasa Banten dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan kemudian Sultan
Ageng Tirtayasa, Bengkulu merupakan daerah pengaruh politik Banten. Setelah
Sultan Ageng dapat dikalahkan oleh anaknya sendiri Sultan Haji (1683), dan
Sultan Haji pun menang karena bantuan VOC, maka Bengkulu merasa bebas atau
tidak ada kaitan lagi dengan kekuasan politik Banten.100
Pengaruh Inggris di Bengkulu dimulai pada tanggal 12 Juli 1685, ketika
Ralph Ord, wakil dari East Indian Company (EIC), menandatangani perjanjian
dagang dengan para pemimpin lokal di Bengkulu. Isi perjanjiannya adalah para
pemimpin lokal menyediakan lada bagi perusahaan ini sebagai imbalan pihak
Inggris akan membantu melindungi daerah Bengkulu dari usaha penjajahan
bangsa Belanda.
Dalam upaya menguasai Bengkulu, Inggris membangun perbentengan. Pada
awalnya, Inggris membangun benteng pada sebidang tanah yang berada di antara
99Firdaus Burhan, Bengkulu dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Pengembang Seni Budaya Nasional
Indonesia, 1988, hal 2-3 100Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
laut dan sungai Serut (Muara Sungai Bengkulu) pada tahun 1865. Benteng
pertama Inggris tersebut diberi nama Fort York. Bangunan ini murni berfungsi
sebagai tempat pertahanan utama Inggris (EIC) dalam mempertahankan daerah
penghasil rempah-rempahnya dari serangan Belanda dan Perancis. Fort York ini
didirikan di dekat sungai dan rawa mangrove yang tidak sehat dan menyebabkan
wabah malaria, maka Fort York ini ditinggalkan dan benteng pertahanan Inggris
dipindahkan ke daerah tepi pantai barat yang strategis yang kemudian terkenal
sebagai Fort Marlborough.101
Berdasarkan penelitian arkeologi kolonial di Bengkulu yang dilakukan oleh
Aryandini Novita dari Balai Arkeologi Palembang pada tahun 1998 yang
membahas tata ruang kota dan pola pemukiman di Kota Bengkulu pada abad
XVIII, menyimpulkan bahwa Inggris sebagai penguasa telah menempatkan
komponen-komponen kota berdasarkan fungsinya. Selain itu Bengkulu
dikembangkan sebagai sebuah kota yang perekonomiannya dititikberatkan pada
pelayaran dan perdagangan, sehingga Inggris menetapkan Pelabuhan Bengkulu
sebagai kawasan yang paling penting di antara kawasan-kawasan lainnya.102
Pelabuhan Bengkulu terletak 270 meter di sebelah barat dari Benteng
Marlborough, pada titik koordinat 3o 47' 8,2" LS dan 102
o 15' 6,4" BT.
Berdasarkan lukisan Joseph C. Stadler dalam buku Prints of South East in The
India Office Library diketahui pelabuhan tersebut merupakan milik Inggris (EIC).
Berdasarkan atas lukisan tersebut terlihat di Pelabuhan Bengkulu, Inggris
mendirikan bangunan yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan. Keterangan
pada lukisan tersebut menyebutkan juga perairan di Pelabuhan Bengkulu dangkal
dan terdapat dataran batu karang sehingga kapal-kapal yang datang ke Bengkulu
tidak dapat merapat, sehingga harus membongkar muatannya 0,5 mil dari
dermaga.103
Benteng Marlborough menjadi titik awal perkembangan Kota Bengkulu
101Benteng baru tersebut dinamakan ―Marlborough‖ untuk menghormati John Churchill, pahlawan
perang Inggris di Eropa, yang bergelar Duke of Marlborough. Pembangunan benteng Marlborough
dilakukan tahun 1714 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal (Inggris) yang dijabat oleh
Joseph Collet. Benteng yang selesai dibangun pada tahun 1719 itu menjadi cikal bakal Kota
Bengkulu 102
Aryandini Novita, Darmansyah, ―Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial‖.
<http://www.balarpalembang.go.id/BPA10.htm> Diunduh tanggal 20 Desember 2010
103Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
masa kolonial Inggris. Sebagai bagian dari sistem pertahanan, benteng sangat
berperan dalam pengamanan sebuah pemukiman. Oleh karena itu, lokasi benteng
seharusnya di wilayah-wilayah yang dianggap strategis. Benteng Marlborough
merupakan bangunan pertahanan yang melindungi Kota Bengkulu sebagai pusat
perdagangan lada Inggris.
Perkembangan pelabuhan pada masa itu dibarengi oleh pembangunan
Benteng yang berfungsi sebagai pelindung kawasan perekonomian, kawasan
pemerintahan dan juga pemukiman. Pendirian benteng yang dekat dengan
pelabuhan mempunyai lokasi yang strategis Benteng Marlborough terletak di
lokasi yang strategis karena berada di ketinggian ± 18 m di atas permukaan laut,
sehingga dapat menjadi tempat untuk mengamati pemukiman di sekitarnya yang
terdiri dari kawasan pemerintahan, kawasan perekonomian, dan kawasan hunian.
Dengan demikian, hal ini memungkinkan dengan mudah mengamati kapal-
kapal yang melintasi perairan Bengkulu. Selain itu pengawasan di atas bastion
benteng tersebut dapat mengamati titik terjauh hingga muara Sungai Selebar dan
Sungai Lemau yang merupakan lokasi kerajaan-kerajaan di Bengkulu pada masa
itu. Kedua sungai-sungai tersebut juga merupakan media transportasi untuk
mengangkut lada dari daerah pedalaman.104
Keadaan demikian sangat
menguntungkan Inggris untuk mempertahankan monopoli perdagangan lada di
Bengkulu. Letak pelabuhan yang berada di teluk juga dianggap menguntungkan
karena arus laut lebih tenang, sehingga kapal-kapal yang melintasi perairan
tersebut lebih aman serta abrasi pantai yang disebabkan oleh ombak lebih sedikit.
Di samping itu Benteng Marlborough yang terletak di ketinggian ± 18 meter
dari permukaan laut berfungsi juga untuk mengawasi lalu lintas kapal yang
berlayar di perairan Teluk Bengkulu dan kapal-kapal yang keluar masuk sungai-
sungai yang berada di sekitar Kota Bengkulu.105
Dari sumber sejarah diketahui
bahwa di perairan Bengkulu terdapat daratan batu karang sehingga kapal-kapal
yang masuk ke Pelabuhan Bengkulu harus membongkar muatannya di laut dan
dibawa oleh kapal-kapal yang lebih kecil. Hal itu dapat dijadikan pula oleh
104William Marsden, The History of Sumatra. Kuala Lumpur: Oxford University Press 1975, hal
145 105Aryandini Novita, Darmansyah, ―Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial‖.
<http://www.balarpalembang.go.id/BPA10.htm> Diunduh tanggal 20 Desember 2010
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Inggris untuk melindungi kapal-kapal dagangnya dari serangan darat. Setelah
dirasa cukup aman dan kondusif dengan adanya benteng tersebut, maka dibangun
pemukiman dan sarana pemerintahan di luar benteng yang kemudian menjadi
cikal bakal perkembangan kota.
Perkembangan kota dan pelabuhan Bengkulu semakin ramai dengan
kebijakan Inggris mengundang para pedagang Cina, Arab dan India untuk
berdagang dan bermukim di Bengkulu. Hal ini berdampak pada perkembangan
penduduk dan kawasan baru dengan kemunculan kawasan pemukiman Cina, Arab
dan India yang berada dekat dengan Benteng Malborough. Selain itu dengan
kedatangan bangsa asing ini yang membawa kebudayaan yang berbeda
memberikan pengaruh dan warna baru dalam kebudayaan lokal Bangkulu.
Pengaruh-pengaruh sosial budaya terlihat dalam seni budaya yang banyak
dipengaruhi oleh bangsa lain atau daerah lain, seperti Upacara Tabot (pengaruh
dari India), Mendundang Benih (pengaruh Majapahit), adat perkawinan (pengaruh
Pagaruyung) dan sebagainya.106
Inggris pada saat memegang monopoli perdagangan di Bengkulu
menempatkan Benteng Marlborough sebagai pelindung dari pusat
perdagangannya. Keberadaan pusat perdagangan ditunjang juga dengan
menempatkan pos-pos di wilayah-wilayah yang dianggap cukup memiliki akses
dalam jalur perdagangan, yaitu sungai-sungai di wilayah Bengkulu yang bermuara
di Samudera Indonesia. Pos-pos tersebut seperti Benteng Anna dan Victory di
Bengkulu bagian Utara dan Benteng Linau dan Muara Sambat di bagian Selatan
didirikan untuk melindungi wilayah-wilayah tersebut.
Pada masa pemerintahan Raffles, Pelabuhan Bengkulu merupakan
pelabuhan bebas bea (free port) yang pertama. Kolonel Belanda Nahyus memuji
kelancaran administrasi ekspor impor dan kerapian kota Fort Marlborough.
Perkembangan kota pada masa kolonial Inggris lebih terpusat di daerah pantai
yang menjadi pintu gerbang ekonomi.107
Setelah terjadi pengalihan kekuasaan ke tangan Belanda lewat perjanjian
106Adrian B. Lapian, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, 1978, hal 55 107Firdaus Burhan, Bengkulu dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Pengembang Seni Budaya Nasional
Indonesia, 1988 Op.Cit, hal 6-7
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
London (Treaty of London) pada 17 Maret 1824 berakhirlah kekuasaan Inggris di
Bengkulu dan perkembangan kota Bengkulu terus meluas hingga ke daerah
daratan yang menjauh dari garis pantai. Bengkulu akhirnya ditukar dengan
Tumasik atau Singapura dan daerah Semenanjung Malaka sebagai wilayah koloni
Inggris di Asia Tenggara.108
Perkembangan kota Bengkulu pada masa kolonial Belanda kurang
signifikan dibandingkan pada masa kolonial Inggris. Hal itu disebabkan Belanda
tidak memprioritaskan pembangunan kota Bengkulu sebagaimana Inggris yang
menganggap penting Bengkulu sebagai koloni Inggris satu-satunya di Sumatera.
Kebijakan Belanda di Bengkulu lebih menitikberatkan eksploitasi daerah daratan
pedalaman melalui Tanam Paksa, sehingga akhirnya perkembangan Pelabuhan
Bengkulu dengan perdagangan maritim menurun dan beralihlah konsentrasi
ekonomi daerah Bengkulu dari perdagangan menjadi agraris.109
3.2 Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1968-1984
Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang sudah berdiri sejak
zaman Kerajaan Silebar dan dibangun kembali menjadi pelabuhan samudera
untuk kebutuhan ekspor dan impor barang dari dan ke Bengkulu pada masa Orde
Baru. Sebelum Pelabuhan Pulau Baai dibangun, pelabuhan yang ada di Bengkulu
yang menjadi pintu gerbang lalu lintas ekspor impor barang adalah Pelabuhan
Bengkulu Lama (Pelabuhan Tapak Paderi) yang berada di pusat kota Bengkulu.
Namun pelabuhan ini dalam pelaksanaan operasionalnya mengalami kendala
pendangkalan terus-menerus sehingga menyebabkan pelabuhan tidak berfungsi
secara optimal. Kondisi pendangkalan semakin parah sehingga kapal-kapal besar
tidak dapat masuk ke Bengkulu sehingga menyulitkan aktivitas ekspor dan impor
barang dari dan ke Bengkulu. Untuk itu pembangunan pelabuhan Pulau Baai
dilakukan sebagai sarana mendukung gerak perekonomian Propinsi Bengkulu
108Adrian B. Lapian, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan..Op Cit 109Aryandini Novita, Darmansyah, ―Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu Masa Kolonial”. <http://www.balarpalembang.go.id/BPA10.htm> Diunduh tanggal 20 Desember 2010
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
yang mengalami kemacetan akibat arus lalu lintas perdagangan ekspor impor yang
tersendat.110
Nama ―Pulau Baai‖ jika dijabarkan terdiri dari dua kata Belanda yaitu
Poelou dan Baai yang artinya Pulau Teluk. Secara harfiah, kata Baai sendiri dalam
bahasa Inggris merujuk pada kata ―Bay‖ yang juga berarti teluk. Daerah Pulau
Baai ini secara alami sebenarnya merupakan sebuah teluk yang berbentuk
menyerupai pulau sehingga disebut Teluk Pulao. Teluk ini merupakan salah satu
teluk yang terbentuk akibat erosi air laut secara terus-menerus yang disebabkan
oleh gelombang air laut yang besar di sepanjang pantai Bengkulu.111
Dahulu pada
saat Bengkulu masih berdiri kerajaan-kerajaan, daerah Pulau Baai merupakan
daerah kekuasaan Kerajaan Silebar yang lebih dikenal sebagai Teluk Silebar.
Teluk ini menjadi pelabuhan pintu masuk kapal asing yang ingin mendarat ke
Bengkulu.112
Namun berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, Pulau Baai
diartikan sebagai pulau selamat tinggal (dalam bahasa Inggris ―Bye‖) karena
Pelabuhan Pulau Baai ini dahulu merupakan tempat masuk dan keluar kapal-kapal
asing yang datang dan pergi dari dan menuju Bengkulu. Menurut masyarakat
setempat, ketika kapal-kapal asing meninggalkan pelabuhan dengan melambaikan
tanggan dan mengucapkan salam perpisahan ―Bye‖ sehingga masyarakat terbiasa
menyebut pelabuhan tersebut Pulau Baai.113
Jika dikaitkan makna kata Pulau Baai
sebagai pelabuhan selamat tinggal, pelabuhan ini memang pada akhirnya
ditinggalkan ketika Kerajaan Silebar mengalami kemunduran. Perjanjian antara
pemerintah Inggris dan Kerajaan Silebar yang memberikan hak monopoli
perdagangan lada dan tanah kepada Inggris untuk membangun benteng
pertahanan menjadi titik legitimasi kekuasaan Inggris di Bengkulu dan
110 Wawancara Turniadi (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5
Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 111Secara geografis Bengkulu terletak di wilayah pantai barat Sumatera dan memiliki pantai yang
panjang dan curam dengan gelombang air laut yang besar sehingga terus-menerus menyebabkan
erosi. Akibat erosi air laut itu telah terbentuk beberapa teluk, yaitu Teluk Pulao, Teluk Sambat,
Teluk Krui, Teluk Terumbang, Teluk Belimbing. Lihat Agus Setiyanto, Orang-Orang Besar
Bengkulu Riwayatmu Dulu. Yogjakarta: Penerbit Ombak, 2001, hlm 1 112Encyclopeadie van Nederlandsch-Indie, Eerste deel, A.G (‗sGrabvenhage: Martinus-Nijhoff,
1917), hal 269 113Wawancara Bahari, (55 tahun) warga masyarakat nelayan yang tinggal di daerah Pulau Baai.
Wawancara dilakukan pada tanggal 6 Mei 2011 di kampung nelayan Selebar.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
kehancuran bagi kekuasaan Kerajaan Silebar.114
Pembangunan Benteng
Malborough beserta Pelabuhan Bengkulu menjadi cikal-bakal perkembangan awal
kota Bengkulu sehingga mematikan aktivitas perdagangan di Teluk Silebar (Pulau
Baai). Selain itu faktor yang menyebabkan daerah Pulau Baai pada saat itu
ditinggalkan karena masalah kesehatan dimana wilayah ini merupakan daerah
rawa yang rawan terjangkit wabah malaria.115
Pelabuhan Pulau Baai terletak di ibukota Propinsi Bengkulu yang jaraknya
dari kota Bengkulu + 20 km ke arah Selatan. Pelabuhan ini berada di Kecamatan
Selebar tepatnya pada posisi antara 03o 47‘ 30‘‘LS dan 102
o 15‘ 04‘‘ BT.
116
Gambar 3.1 Peta Lokasi Pelabuhan Pulau Baai dan Pelabuhan Bengkulu Lama117
114 Lihat ―Monografi Daerah Bengkulu Jilid I‖. Disusun oleh Tim Monografi Daerah Bengkulu,
hal 13 115 Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 116 ―Company Profil Pelabuhan Pulau Baai‖. PT. (Pesero) Pelabuhan Indonesia II Cabang
Bengkulu 117 Ibid
Pelabuhan Pulau Baai
± 20 km dari kota Bengkulu
Pelabuhan
Bengkulu Lama
(Tapak Paderi)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pelabuhan Pulau Baai merupakan satu satunya pelabuhan laut yang terbuka
untuk umum dan merupakan pelabuhan samudera di daerah Propinsi Bengkulu.
Posisinya sangat strategis berhadapan dengan Samudera Indonesia dan terbuka
untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri, sebagai pelabuhan alam
yang sangat terlindung dari gangguan gelombang laut karena kolam pelabuhan
dengan laut dibatasi olah lidah pasir118
yang lebarnya antara 800 – 1.000 m.119
Pelabuhan ini memiliki areal tanah daratan seluas 1.192,6 Ha dan kolam
pelabuhan dengan perairan dalam seluas 1.000 Ha dan perairan luar seluas
2.183,47 Ha.120
Keadaan hidro oceaonografi di daerah Pulau Baai. Pelabuhan Pulau Baai
terletak di bekas rawa dengan dasar pasir lembut dan panjang kolam 4 km, lebar
2,5 km dan mempunyai alur masuk pelabuhan sepanjang 800 m, lebar 80 m
dengan kedalaman -7 M LWS. Pelabuhan Pulau Baai juga didukung oleh Break
Water (Penahan Gelombang) di sebelah kiri sepanjang 652 m dan kanan
sepanjang 420 m. Kedalaman kolam mencapai -2 s/d -12 M LWS. Pelabuhan
Pulau Baai dapat disinggahi oleh kapal kapal dengan ukuran 35.000 DWT.121
Daerah pemanduan adalah berjarak 1 mil dari pantai keluar Pelabuhan Pulau
Baai Bengkulu. Posisi kedatangan kapal untuk berlabuh adalah 03o 52‘– 32‘‘ LS
dan 102o 15‘– 42‘‘ BT. Pelayanan untuk kapal pandu adalah prioritas utama untuk
kapal-kapal datang maupun berangkat tergantung dari pada keadaan cuaca.122
Karakteristik gelombang berubah-ubah tergantung musim dan kecepatan
angin. Tinggi gelombang pada umumnya rata-rata berkisar antara 0.1 s/d 2 m
sampai dengan maksimum 4 m pada kedalaman -15 M LWS (pada ujung Break
118 Lidah pasir ini terbentuk oleh angkutan pasir pantai (littoral sand drift) yang berasal dari
sebelah hulu (updrift) Tanjung Kerbau, Tanjung Kerbau itu sendiri merupakan terumbu koral yang
asalnya terlepas dari pantai, keberadaannya mula-mula berbentuk tombolo, kemudian tombolo
tumbuh dan menyatu dengan terumbu koral, sehingga arus pasir melewati terumbu koral tersebut
dan membentuk endapan berupa lidah pasir di Pulau Baai. Lihat ―Sejarah Singkat‖ dalam
Gambaran Umum Pelabuhan Bengkulu <www.bengkuluport.com> Diunduh tanggal 5 Maret 2011
Pukul 21.30 WIB 119―Company Profil Pelabuhan Pulau Baai”. PT. (Pesero) Pelabuhan Indonesia II Cabang
Bengkulu 120 Luas tanah daratan daerah lingkungan kerja pelabuhan mengacu pada SKB No.20 th 1991 dan
KM. 15 tahun 1991 tanggal 19 Februari 1991 antara Menteri Dalam Negeri dengan Menteri Perhubungan. Lihat ―Karakteristik Pelabuhan Pulau Baai‖ <www.bengkuluport.com> Diunduh
tanggal 5 Maret 2011 Pukul 21.30 WIB 121Ibid 122Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Water utama pada saat dibangun). Periode gelombang berkisar antara 8 s/d 15
detik. Panjang gelombang mencapai kejauhan berkisar antara 1 s/d 25 m. Arah
gelombang membentuk sudut berkisar antara 260 0 – 320
0 dari utara. Dari data ini
menunjukan gelombang pantai di Pelabuhan Pulau Baai merupakan gelombang
yang tinggi karena berhadapan dengan Samudera Indonesia yang gelombangnya
terkenal besar.123
Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang dibangun
kembali menjadi pelabuhan samudera. Pelabuhan ini dibangun karena
pelabuhan yang ada (Pelabuhan Bengkulu Tapak Paderi) selama ini sebagai
pintu masuk barang dan orang tidak dapat beroperasi secara optimal. Hal ini
disebabkan oleh kendala operasional yaitu pendangkalan yang terus
menerus terjadi sehingga mengakibatkan kapal-kapal dengan kapasitas
tonase yang besar tidak dapat bersandar ke dermaga pelabuhan.124
Kondisi
demikian sangat menghambat aktivitas lalu lintas barang dan orang melalui
pelabuhan untuk keluar masuk dari dan ke Bengkulu, di samping itu juga
masalah transporasi darat yang menghubungkan daerah Bengkulu dengan
daerah luar masih belum lancar. Sehingga kebutuhan transportasi laut
dimana pelabuhan sebagai prasarananya sangat dibutuhkan untuk
menunjang kelancaran arus lalu lintas barang hasil produksi maupun
konsumsi dan mobilitas orang dari dan menuju ke Bengkulu.
Usaha pengajuan usulan pembangunan pelabuhan yang baru telah
diajukan kepada pemerintah pusat jauh sebelum propinsi Bengkulu berdiri
pada tahun 1968. Pembangunan pelabuhan samudera menjadi prioritas
utama karena secara potensi, daerah Bengkulu menghasilkan komoditi
ekspor yang dapat menggerakan pertumbuhan daerah Bengkulu.125
Bengkulu lahir menjadi propinsi hampir bersamaan dengan awal
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dirancang oleh
Pemerintah Orde Baru. Rencana pembangunan daerah dibuat secara
123 ―Karakteristik Pelabuhan Pulau Baai‖ <www.bengkuluport.com> Diunduh tanggal 5 maret
2011 124 Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 125Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Perjuangan Bekas
Keresidenan Bengkulu Menjadi Propinsi. Palembang: Penerbit Sriwijaya Media Utama, 1993, hal
346
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
sentralistik mengacu kepada Repelita sebagai rancangan besar
pembangunan nasional yang ingin dicapai. Pelaksanaan pembangunan
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Pada Pelita I sasaran pembangunan dititikberatkan pada penataan
kehidupan perekonomian yang difokuskan pada penurunan inflasi dan
peningkatan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu
pembangunan sarana prasarana baru terbatas pada perbaikan jalan dan
jembatan untuk menunjang gerak perekonomian dan menghubungkan
daerah-daerah yang terisolasi.126
Pembangunan pelabuhan Pulau Baai baru dapat terealisasi pada Pelita
III. Pada periode ini perkembangan daerah Bengkulu sebagai daerah
transmigrasi dan sektor perkebunan sebagai penghasil komoditi ekspor
meningkat hasilnya sehingga dibutuhkan pelabuhan samudera yang
memadai untuk menunjang aktivitas perdagangan ekspor impor.
Pembangunan pelabuhan yang baru ini menjadi kebutuhan yang penting
karena kondisi Pelabuhan Bengkulu Lama yang semakin memburuk
sehingga menghambat aktivitas distribusi barang.
Di tingkat pusat, arah kebijakan pemerintah dalam pengembangan
pelayaran samudera diarahkan untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan
laut internasional dari dan ke luar negeri terutama untuk barang-barang
perdagangan ekspor Indonesia. Persaingan yang semakin tajam dalam bidang
pelayaran antar benua dapat mempengaruhi peranan pelayaran samudera
nasional. Mengingat hal itu maka khusus untuk pengangkutan barang-
barang pemerintah yang diimpor telah ditempuh kebijakan yang tertuang
dalam Keppres No. 18 Tahun 1982. Keppres itu menentukan bahwa
pengangkutan barang-barang pemerintah dari negara-negara lain agar
dilaksanakan oleh kapal-kapal nasional.127
Pelabuhan Pulau Baai dibangun pada periode ke III Pembangunan Lima
Tahun. Hal ini sesuai dengan sasaran program-program di bidang perhubungan
126Lihat Rencana Pembangunan Lima Tahun I <www.bappenas.go.id> Diunduh tanggal 10
Oktober 2011 Pukul 11.15 WIB 127Pidato Kenegaraan Tahun 1989 Bidang Perhubungan dan Pariwisata <www.bappenas.go.id>
Diunduh tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 13.00 WIB
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
laut pada Repelita III yang terus ditingkatkan untuk lebih memantapkan sistem
pelayaran yang terpadu, sehingga terdapat kesatuan antara pelayaran samudera,
pelayaran nusantara, pelayaran khusus, pelayaran lokal/rakyat dan pelayaran
perintis, yang kegiatannya lebih meluas ke seluruh pelosok tanah air.128
Selain itu
arah kebijakan pemerintah yang menitikberatkan pada peningkatan perdagangan
ekspor-impor pada Repelita III menjadi salah satu alasan Pelabuhan Pulau Baai
dibangun untuk mendukung program pemerintah pusat mengembangkan sektor
perdagangan ekspor di daerah-daerah sebagai penghasil komoditi.
3.3 Masa Pembangunan Fisik Pelabuhan
Pembangunan pelabuhan merupakan pembangunan insfrastruktur yang
memakan biaya yang besar. Oleh karena itu pembangunan tersebut harus melalui
proses perencanaan yang matang. Tahap perencanaan pembangunan pelabuhan
dimulai dengan penentuan lokasi pelabuhan yang akan dibangun dengan
melakukan studi tinjauan topografi dan geologi, tinjauan pelayaran dan tinjauan
sedimentasi.
Tahap perencanaan pembangunan pelabuhan Pulau Baai mulai dilakukan
dengan studi pendahuluan pada tahun 1978. Direktorat Jendral Perhubungan Laut
pada saat itu menunjuk Nedeco, konsultan dari Belanda untuk mencari lokasi
pelabuhan. Berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan Nedeco, di sepanjang
pantai barat Propinsi Bengkulu kondisinya kurang ideal untuk pembangunan
pelabuhan Samudera, karena kurang memenuhi tiga syarat yang terkait dengan
hidro-oseanografi yaitu gelombang relatif kecil atau perairan terlindung, transpor
sedimen kecil dan alur pelayaran tersedia.129
Hasil studi Nedeco dan
pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut tertuang dalam
laporan yang berjudul Preliminary Design of Harbour Entrance, Bengkulu/ Pulau
Bay Harbour Project130
menyebutkan pelabuhan Pulau Baai terpilih sebagai
128Pidato Kenegaraan Tahun 1980 Bidang Perhubungan dan Pariwisata <www.bappenas.go.id>
diakses tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 13.00 WIB 129Laporan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu: Teknik Penanggulangan Sedimentasi Pada Alur
Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu 130Microfilm Laporan Akhir: Penelitian Model Hidraulik Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu (Dua
Dimensi) Stabilitas Pemecah Gelombang dan Penetrasi Gelombang Februari 1986 Laboratorium
Teknik Pantai Yogjakarta
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
lokasi pelabuhan terbaik dari lokasi – lokasi yang ada (meskipun tidak sempurna).
Keunggulan lokasi Pulau Baai diantaranya adalah tersedia kolam labuh yang
cukup luas dan dalam, tersedia areal untuk pengembangan pelabuhan yang cukup
luas dan relatif dekat dengan ibukota propinsi.
Morphologi Pulau Baai sebelum dibangun merupakan suatu lagun atau
kolam yang terbentuk oleh lidah pasir yang membujur dari arah selatan ke utara.
Lidah pasir ini terbentuk oleh angkutan pasir pantai (littoral sand drift) yang
berasal dari sebelah hulu (updrift) Tanjung Kerbau, Tanjung Kerbau itu sendiri
merupakan terumbu koral yang asalnya terlepas dari pantai, keberadaannya mula-
mula berbentuk tombolo, kemudian tombolo tumbuh dan menyatu dengan
terumbu koral, sehingga arus pasir melewati terumbu koral tersebut dan
membentuk endapan berupa lidah pasir di Pulau Baai. Kolam yang terbentuk oleh
lidah pasir merupakan kolam yang ideal untuk dijadikan kolam pelabuhan karena
terlindung dari gelombang dan berukuran luas. Untuk itu harus ada alur masuk
yaitu dengan menembus lidah pasir dan membangun pemecah gelombang
ditempat masuk.131
Setelah melakukan studi tinjauan lokasi, Nedeco juga bekerja sama dengan
dengan konsultan lokal PT. Dwi Delta, Direktorat Jendral perhubungan laut serta
laboratorium Teknik Pantai UGM Yogyakarta untuk merancang pembangunan
pelabuhan Pulau Baai. Dalam studi ini dikaji mengenai tinjauan sedimentasi yang
hasilnya menyatakan bahwa adanya fenomena alam yaitu gerakan pasir dari
Selatan ke Utara sepanjang sisi pantai lokasi Pulau Baai (sedimen transport)
dengan perkiraan volume + 600.000–800.000 m3/tahun dan mengendap dialur
antara + 400.000–500.000 m3/tahun.132
Untuk mengantisipasi sedimentasi yang tinggi akibat adanya fenomena alam
tersebut dan juga mempertahankan kedalaman alur -10 M LWS maka dalam
rancangan pelabuhan Pelabuhan Pulau Baai, pihak konsultan Nedeco
merekomendasikan pembangunan sepasang Break Water133
sebelah Selatan (kiri)
131―Sejarah Singkat dalam Gambaran Umum Pelabuhan Bengkulu‖, lihat
<http://www.bengkuluport.com/> Diunduh tanggal 15 Maret 2011 132 ―Company Profile Pelabuhan Pulau Baai‖, PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2008 133Break Water (Pemecah Gelombang) adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah
perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan di laut
bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar dari laut.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
panjang 652 m, sebelah Utara (kanan) panjang 420 m‘ sebagai pelindung alur
pelayaran dan Sand Trap134
Break Water sebelah Selatan bagian kiri (South
Western) yang diprediksi dan diperhitungkan menampung pasir dengan kapasitas
4.000.000 m3. Namun demikian untuk mempertahankan agar pasir tidak masuk ke
alur pelabuhan maka daerah penampung pasir (Sand Trap) harus dilakukan
pengerukan setiap lima tahun.
Proyek Pelabuhan Samudera Pulau Baai secara fisik mulai dikerjakan tahun
anggaran 1980/1981. Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan semi alam
yaitu suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan
hanya pada alur masuk. Pembangunan pelabuhan ini memanfaatkan teluk yang
terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan. Pengerukan dan pemotongan
dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar
kapal.135
Proses pemotongan lidah pasir untuk pembuatan alur masuk kolam
pelabuhan dan Break Water Pelabuhan Pulau Baai dilaksanakan oleh kontraktor
ACZ (Aannemers Combinatie Zinkweken B.V) dari Belanda pada bulan Juli 1984.
Pengerukan awal dilakukan sampai mencapai kedalaman -6 M LWS dan
kemudian pada bulan Desember 1984 pengerukan alur masuk dilanjutkan sampai
mencapai kedalaman -10 M LWS.
Pembangunan fasilitas pelabuhan dilakukan dengan cara bertahap sejalan
dengan kebutuhan pengguna jasa pelabuhan. Pada awal pembangunan fisik
Pelabuhan Pulau Baai dilakukan kegiatan-kegiatan pembangunan dermaga, alur
masuk, pemecah gelombang, jalan angkutan, kantor, listrik, air bersih, telekom,
pagar pelabuhan. Biaya keseluruhan pembangunan sekitar Rp 61. 067. 797.400
yang merupakan anggaran dana yang bersumber dari pusat dalam bentuk Daftar
Isian Proyek (DIP).136
Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai ini selesai dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Desember 1984.
Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal
dapat melakukan bongkar-muat barang dengan mudah. Lihat Bambang Triatmodjo, Pelabuhan.
Yogjakarta: Beta Offset 1999, hal 125 134Sand Trap merupakan bangunan yang berfungsi sebagai penampung pasir saat terjadi sedimentasi 135Bambang Triatmodjo, Pelabuhan...Op Cit, hal 16 136 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. hal 35-36
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
3.4 Sarana dan Prasarana Pelabuhan
Pelabuhan Pulau Baai yang dibangun pada tahun 1980 mulai beroperasi
pada bulan Juli 1984. Sebagai pelabuhan yang baru berkembang, Pelabuhan Pulau
Baai melakukan upaya mengembangkan sarana dan prasarana pelabuhan untuk
mendukung dan meningkatan pelayanan pelabuhan sehingga dapat bersaing
dengan pelabuhan lain disekitarnya.
Pengembangan fasilitas pelabuhan terus dilakukan secara bertahap sejalan
dengan kebutuhan pengguna jasa dan pertumbuhan ekonomi perdagangan
nasional dan internasional. Dalam pelaksanaan operasionalnya, Pelabuhan Pulau
Baai memberikan pelayanan pelabuhan dalam bentuk pelayanan jasa kapal,
pelayanan jasa barang, pelayanan terminal dan pelayanan penyewaan Tanah,
Gedung, Air dan Listrik (TGAL).
Sarana, prasarana dan fasilitas pelabuhan merupakan syarat utama yang
harus ada guna mendukung pelayanan yang baik dan cepat. Adapun sarana,
prasarana dan fasilitas yang ada di Pelabuhan Pulau Baai pada saat awal
pembangunan dan kemudian berkembang sejalan dengan kebutuhan pengguna
pelabuhan yang semakin meningkat dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Pemecah Gelombang (Break Water)
Pemecah gelombang merupakan bagunan yang digunakan untuk melindungi
daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang yang besar
datang dari laut lepas akan dihalangi oleh bangunan ini. Apabila daerah perairan
sudah dilindungi secara alamiah, maka tidak diperlukan pemecah gelombang.137
Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan semi alam yang memanfaatkan
kolam pelabuhan yang terlindungi dari gelambang dengan cara menembus lidah
pasir sebagai alur masuk. Berdasarkan studi rancangan pelabuhan yang dilakukan
Nedeco, terjadi fenomena alam berupa pergerakan pasir (sedimen transport) dari
Selatan ke Utara sepanjang sisi pantai lokasi Pulau Baai. Untuk mengatasi
masalah tersebut dibangun sepasang penahan gelombang (break water) dimuka
alur masuk pelabuhan pada tahun 1982. Pada tahap awal pembuatan break water
direncanakan berukuran panjang 470 m (sebelah kiri) dan panjang 420 m (sebelah
kanan). Namun kendala teknis pelabuhan yang diprediksi akan mengalami
137Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Op Cit
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pendangkalan akibat sedimentasi maka dilakukan perpanjangan break water
sepanjang 257 m tahun 1989.138
- Alur pelayaran
Alur pelayaran merupakan jalur yang berfungsi untuk mengarahkan kapal-
kapal yang akan keluar-masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai
kedalaman dan lebar yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang
menggunakan pelabuhan. Apabila laut dangkal maka akan dilakukan pengerukan
untuk mendapatkan kedalaman yang diperlukan. Alur pelayaran Pelabuhan Pulau
Baai merupakan alur yang dibangun dengan cara menembus lidah pasir yang
secara alami melindungi kolam pelabuhan.139
Sebelum dibangun menjadi
pelabuhan samudera, Pulau Baai merupakan pelabuhan lama yang berada di Teluk
Silebar yang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Silebar. Pada saat itu kapal-
kapal yang ingin singgah dan menjalin perdagangan berlabuh di Teluk Silebar.
Namun sejalan dengan tuntutan perkembangan daerah Bengkulu yang
membutuhkan pelabuhan samudera, maka dibutuhkan alur pelayaran yang luas
dan dalam sehingga dapat disinggahi oleh kapal-kapal berukuran besar. Proses
pembangunan alur pelayaran Pelabuhan Pulau Baai dengan cara pemotongan
lidah pasir dikerjakan pada tahun 1982 oleh kontraktor dari Belanda ACZ
(Aannemers Combinatie Zinkweken B.V).140
Alur pelayaran pelabuhan Pulau Baai
memiliki panjang 1.000 m dan luas 400 m serta kedalaman berdasarkan rancangan
-10 M LWS untuk dapat menampung kapal yang masuk dengan kapasitas sampai
35.000 DWT. Pada saat perencanaan awal pembangunan pelabuhan, Nedeco
merekomendasikan agar dilakukan perawatan berkala untuk menjaga kedalaman
alur pelayaran dan mengatasi sedimentasi yang tinggi di daerah pantai sekitar
Pelabuhan. Alur pelayaran pelabuhan Pulau Baai ini dalam perkembangannya
selalu mengalami pendangkalan yang terus-menerus harus dilakukan pengerukan
sehingga tingkat kedalaman alur pelayaran ini mengalami fluktuasi. Pada tahun
1984, kedalaman alur pelayaran pelabuhan mencapai -10 M LWS sehingga
aktivitas pelayaran di pelabuhan ini berjalan lancar.
138Laporan Perkembangan Pelabuhan Bengkulu kepada Direksi & Komisaris PT. Pelabuhan Indonesia II (persero), 2008 139Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal 5
Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 140Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
- Kolam Pelabuhan
Merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk melakukan
bongkar-muat, melakukan gerakan untuk memutar (di kolam putar). Kolam
pelabuhan harus terlindungi dari gangguan gelombang dan mempunyai kedalaman
yang cukup. Salah satu pertimbangan pemilihan lokasi Pelabuhan Pulau Baai
untuk dibangun kembali menjadi pelabuhan samudera adalah kolam pelabuhan
yang luas. Selain itu kolam pelabuhan ini secara alami terlindungi oleh lidah pasir
sehingga kapal-kapal yang masuk dan berlabuh akan aman dari gangguan
gelombang. Luas kolam Pelabuhan Pulau Baai ini sekitar 1.000 Ha. Dengan
adanya kolam pelabuhan yang luas menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki
pelabuhan karena kapal-kapal dapat berlabuh melakukan aktivitas bongkar muat
dan melakukan gerakan memutar dengan aman.141
- Dermaga
Merupakan bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatkan kapal
dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Terdapat dua dermaga
yang dibangun di Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 1984 yaitu Dermaga
samudera dan Dermaga Lokal. Dermaga Samudera merupakan dermaga yang
diperuntukan untuk kapal-kapal yang berlabuh dan melakukan aktivitas bongkar
muat berupa barang-barang komoditi ekspor dan impor. Komoditi ekspor utama
dari daerah Bengkulu adalah batubara, sehingga untuk mendukung aktivitas muat
tersebut dermaga ini dilengkapi fasilitas conveyor belt. Dermaga Samudera
memiliki panjang 165 m, lebar 18 m dan kedalaman -10 M LWS. Konstruksi
bangunan dermaga ini terdiri dari tiang pancang pipa baja dan lantai dermaga
merupakan konstruksi beton bertulang. Selain itu dermaga samudera dilengkapi
dengan 11 buah bolder dan 20 buah fender.142
Selain Dermaga Samudera, pada tahun 1984 juga dibangun Dermaga Lokal
yang melayani kapal-kapal lokal yang akan berlabuh di dermaga Pelabuhan Pulau
Baai. Ukuran Dermaga Lokal memiliki panjang 124 m dan lebar 18 m. Dermaga
ini dibangun untuk menampung kapal dengan kapasitas 5 ton/m3 sehingga
141Wawancara Turniadi, (49 tahun), Supervisor Teknik Sipil. Wawancara dilakukan pada tanggal
5 Mei 2011 di Kantor PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 142Data Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai, dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, 2004
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
kedalamannya dirancang hanya mencapai -3,5 M LWS. Pengguna jasa pelabuhan
semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya daerah pedalaman yang
membutuhkan sarana pendistribusian hasil-hasil produksi. Pelabuhan Pulau Baai
menjadi satu jaringan pendisribusian komoditi yang dihasilkan daerah belakang
ke luar daerah sekaligus sebagai pintu gerbang bagi masuknya barang-barang
konsumsi yang tidak diproduksi oleh daerah belakang. Sejalan dengan kebutuhan
tersebut, maka pada tahun 1991 dibangun Dermaga Nusantara sebagai dermaga
untuk melayani kapal-kapal antar pulau yang akan berlabuh dan melakukan
aktivitas bongkar muat. Dermaga ini berukuran panjang 84 m, lebar 18 m dan
kedalaman -7 M LWS. Kapasitas muatan kapal yang dapat berlabuh di dermaga
ini berukuran 5 ton/m3 dan digunakan untuk aktivitas bongkar muat barang-
barang general cargo.143
- Gudang dan Lapangan Penumpukan
Pelabuhan Pulau Baai memiliki fasilitas gudang yang terdapat di belakang
dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan.
Pada tahun 1984 dibangun dua Gudang Samudera dan Gudang Lokal. Gudang
Samudera memiliki luas 2.450 m2
dengan panjang 70 m dan lebar 40 m.
Konstruksi bangunan Gudang Samudera yang dirancang permanen dari kuda-kuda
baja. Sedangkan Gudang Lokal dibangun pada tahun yang sama seluas 1. 750 m2
dengan panjang 50 m dan lebar 35 m. Konstruksi bangunan gudang ini pun sama
dengan Gudang Samudera dirancang permanen dari kuda-kuda baja. Selain
gudang, terdapat juga Lapangan Penumpukan Samudera (luas 2.500 m) dan
Lapangan Penumpukan Lokal (3.000 m) yang dibangun pada tahun 1989.144
Selain gudang dan lapangan penumpukan barang-barang umum, Pelabuhan Pulau
Baai juga menyediakan fasilitas stock pile batubara, stock pile cangkang, dan
storage tank CPO.
- Peralatan Bongkar Muat
Peralatan bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai seperti kran darat
berupa mobil crane sejumlah satu unit dengan kapasitan 25 ton. Selain itu
143Data Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai, dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, 2004 144Lihat Laporan Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai kepada Direksi PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
terdapat juga kendaraan untuk mengangkat/memindahkan barang seperti forklift
berjumlah 3 unit dengan kapasitas angkut 2 ton dan 3 ton. Pengadaan fasilitas
bongkar muat berupa mobil crane dan forklift sudah terealisasi pada awal
pelabuhan ini beroperasi tahun 1984.145
Fasilitas yang tersedia untuk mendukung aktivitas pelabuhan yaitu alat
penambat. Pelabuhan Pulau Baai memiliki satu unit kapal tunda (tug boat)
bernama K.T Selat Bunga Laut yang digunakan untuk menambatkan kapal pada
waktu merapat ke dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat
ke dermaga. Pengadaan fasilitas kapal tunda ini baru terealisasi dan beroperasi
pada tahun 1989.146
Pelabuhan Pulau Baai merupakan pelabuhan yang dikembangkan sebagai
pelabuhan ekspor dengan komoditi pertambangan batubara. Sejalan dengan usaha
pengalian pertambangan batubara yang mulai digiatkan pada tahun 1984,
Pelabuhan Pulau Baai sebagai terminal pendistribusian komoditi batubara dari
daerah Bengkulu maka dibangun fasilitas pendukung berupa conveyor belt147
untuk memperlancar aktivitas bongkar muat batubara. Fasilitas conveyor belt
berada di Dermaga Samudera berjumlah 2 unit. Pembangunan fasilitas ini
dilakukan secara simultan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna jasa
pelabuhan yaitu perusahaan pertambangan batubara dan juga peningkatan hasil
tambang batubara dari tahun ke tahun. Conveyor belt pertama - disebut conveyor
belt ―A‖- dibangun pada tahun 1989 mempunyai kapasitas muatan sebesar 500
ton/jam.148
Kemudian pada tahun 1995 dilakukan penambahan kembali fasilitas
conveyor belt ―B‖di Dermaga Samudera dengan daya tampung lebih besar yaitu
500-1.000 ton/jam. Dengan dibangunnya fasilitas conveyor belt ‗B‖ yang
bermuatan lebih besar maka pihak pelabuhan dapat meningkatkan pelayanan yang
lebih maksimal guna menarik para pengusaha pertambangan batubara untuk
menggunakan jasa Pelabuhan Pulau Baai.149
145Ibid 146Lihat Laporan Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai kepada Direksi PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu 147Conveyor belt merupakan fasilitas alat pengangkut berbentuk loader berjalan untuk pelayanan muatan kering berupa biji-bijian, pasir dan batu bara. 148Laporan Fasilitas Pelabuhan Pulau Baai kepada Direksi PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu 149Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
- Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
Pelabuhan Pulau Baai memiliki sarana bantu navigasi pelayaran berupa
menara suar yang terdapat di beberapa wilayah yaitu Kd Limun (1 unit), Pulau
Tikus (1 unit), Pulau Enggano (1 unit), Manna Bengkulu Selatan (1 unit),
Bengkulu Selatan (1 unit). Selain mercu suar, terdapat juga lampu penuntun kapal
(2 unit), lampu merah dan hijau (2 unit), rambu suar (6 unit), pelampung penuntun
(1 unit), tanda silang (4 unit), anak pelampung (4 unit).150
3.5 Organisasi Pengelolaan Pelabuhan: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II
Pelabuhan Pulau Baai merupakan salah satu cabang pelabuhan dibawah PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia II. Sejarah berdiri PT Pelabuhan Indonesia II
(Persero) tidak bisa dilepaskan dari keputusan pemerintah Republik Indonesia
yang membentuk Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan VIII
untuk mengelola pelabuhan di seluruh Indonesia pada tahun 1960. Keputusan ini
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 tahun 1960 tentang pengelolaan
pelabuhan umum yang dilakukan oleh Badan Perusahaan Pelabuhan (BPP).151
Dalam perkembangannya pemerintah mulai memisahkan aspek operasional
dan komersial yang ada dalam pengelolaan pelabuhan. Sejak tahun 1964 Badan
Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang terdiri dari PN Pelabuhan I Hingga
Pelabuhan VIII hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan aspek
komersialnya saja. Adapun aspek operasional pelabuhan dikordinasikan oleh
lembaga pemerintah yang disebut Port Authority.152
Seiring dengan perjalanan waktu, pemerintah kembali membuat peraturan
baru dalam hal pengelolaan pelabuhan. Pada tahun 1983, BPP diubah menjadi
Perusahaan Umum (Perum). Konsekuensinya, BPP hanya mengelola pelabuhan
umum yang diusahakan saja. Sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak
diusahakan dilakukan langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan.153
150PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data, Desember, 2006 151PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Profil Perusahaan. Diterbitkan oleh PT (Persero) Pelindo II 152Ibid 153Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Melalui keputusan itu, pemerintah juga sekaligus menyederhanakan jumlah
institusi yang mengurus pelabuhan umum yang diusahakan. Perdasarkan
Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 1983 juncto PP No 5 tanggal 5 Februari 1985
PERUM Pelabuhan dibagi menjadi empat wilayah operasi, termasuk salah
satunya Perum Pelabuhan II. Keempat PERUM itu merupakan Badan Usaha
Milik Pemerintah (BUMN) yang berada dibawah pembinaan Departemen
Pehubungan Republik Indonesia.
Namun status itupun kembali direvisi. Pada tahun 1992 keempat PERUM itu
diubah menjadi PT Pelabuhan Indonesia I sampai IV (Persero). Nama Perum
Pelabuhan II pun otomatis menjadi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
Keputusan itu berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH, Nomor 3 tanggal 1
Desember 1992 yang memuat bentuk Perusahaan Umum diubah menjadi
Perusahaan Perseroan untuk memenuhi ketentuan UU Nomor 1 tahun 1995
tentang perseroan terbatas.154
Kemudian perubahan tersebut juga ditetapkan melalui ketetapan Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 14 Januari 1998, dan
telah diaktanotariskan di hadapan notaries Imas Fatimah, SH, Nomor 4 tanggal 14
Januari serta telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI dengan
Surat Keputusan No C2 -17612-HT.01.01.TH.98 tanggal 6 Oktober 1998.155
Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) berkedudukan di Jakarta,
memiliki wilayah operasi di 10 propinsi dan mengelola 12 Pelabuhan yang
diusahakan yaitu: Pelabuhan Teluk Bayur di Propinsi Sumatera Barat, Pelabuhan
Jambi di Provinsi Jambi, Pelabuhan Boom Baru Palembang di Propinsi Sumatera
Selatan, Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu di Propinsi Bengkulu, Pelabuhan
Panjang di Propinsi Lampung, Pelabuhan Tanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal
Balam di Propinsi Bangka Belitung, Pelabuhan Banten di Propinsi Banten,
Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Sunda Kelapa di Propinsi DKI Jakarta,
Pelabuhan Cirebon di Propinsi Jawa Barat serta Pelabuhan Pontianak di Propinsi
Kalimantan Barat.156
154PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Profil Perusahaan. Diterbitkan oleh PT (Persero) Pelindo II 155Ibid 156Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Struktur organisasi Pelabuhan Bengkulu, dipinpin oleh seorang general
manager (GM) yang membawahi 5 (lima) manager untuk pelayanan jasa, usaha
terminal, teknik dan sistem operasi, keuangan dan sumber daya manusia dan
umum. Manager-manager itu membawahi beberapa asisten manager menurut
bidangnya. Selain membawahi manager-manager, GM juga membawahi pula
asisten GM kendali mutu. Lihat struktur Organisasi PT Pelabuhan Indonesia II
Cabang Bengkulu pada lampiran.157
157PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen
Kompilasi Data, Desember, 2006
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 4
PERKEMBANGAN AWAL AKTIVITAS PELABUHAN PULAU BAAI
1984-1990
Bab ini mendeskripsikan perkembangan awal aktivitas Pelabuhan Pulau
Baai setelah dibangun dan resmi beroperasi sehingga pelabuhan ini dapat
menjalankan fungsi dan perannya. Selain itu aktivitas pelabuhan tidak lepas dari
hubungannya dengan keberadaan daerah belakang yang menjadi pemasok
komoditi perdagangan yang menggerakkan pelabuhan. Untuk itu dalam bab ini
akan dibahas bagaimana hubungan pelabuhan dan jaringan daerah belakang yang
pada saat itu mulai berkembang menghasilkan komoditi perdagangan.
4.1 Pelabuhan dan Jaringan Daerah Belakang
Eksistensi Pelabuhan Pulau Baai didukung oleh perkembangan daerah
belakang (hinterland) yang memiliki potensi dalam bidang pertambangan dan
perkebunan. Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai menjadi penting untuk
mendistribusikan komoditi hasil produksi daerah belakang dan juga sebagai
sebagai pintu masuk lalu lintas arus barang ke Bengkulu. Akses jaringan
pelabuhan dengan daerah belakang dihubungkan dengan jalan raya. Barang-
barang yang dibongkar muat di pelabuhan diangkut mengunakan truk-truk untuk
dipasarkan, baik untuk keperluan konsumsi di dalam maupun sebaliknya untuk
keperluan pendistribusian barang keluar daerah Bengkulu melalui pelabuhan.
Jaringan dan perkembangan daerah belakang menghasilkan komoditi perdagangan
guna mendukung gerak pelabuhan dan juga akses jalan yang menghubungkannya.
Bengkulu memiliki beberapa komoditi yang potensial untuk diperdagangkan
baik untuk kebutuhan dalam negeri (antar pulau) maupun tujuan ke luar negeri
(ekspor). Komoditi tersebut berasal dari sektor perkebunan, pertambangan dan
industri berbasis agraris. Dari sektor perkebunan, komoditi potensial di antaranya
adalah karet, kelapa sawit, kopi, cengkeh, dan lada. Sektor pertambangan adalah
batubara yang sudah diproduksi mulai tahun 1984. Selain pertambangan, produk
industri pengolahan yang menjadi komoditi adalah kayu moulding, mebel rotan,
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
udang beku, bekicot dalam kaleng, karet mentah (crumb rubber), kopi dan kelapa
sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).158
Dari sejumlah komoditi yang ada, tidak semua didistribusikan melalui
Pelabuhan Pulau Baai. Komoditi andalan yang dimuat melalui Pelabuhan Pulau
Baai hanya hasil perkebunan karet, kelapa sawit (CPO) dan hasil pertambangan
batubara. Komoditi lain seperti kopi, lada, cengkeh dan produk industri seperti
kopi, kayu moulding, mebel rotan, udang beku, bekicot dalam kaleng,
didistribusikan melalui Pelabuhan Pulau Baai dalam berjumlah skala kecil.159
Volume ekspor komoditi yang rendah dari daerah Bengkulu melalui Pulau Baai
berkaitan dengan beberapa komoditi tersebut merupakan hasil produksi yang
musiman dan tergantung pada kondisi alam yang mempengaruhi keberhasilan
panen. Selain itu nilai tukar (terms of trade) dan permintaan pasar yang tidak
stabil menyebabkan beberapa jenis komoditi cenderung berfluktuasi setiap
tahun.160
Oleh karena itu pembahasan mengenai komoditi hasil produksi daerah
belakang difokuskan hanya pada komoditi andalan yang menjadi primadona dari
daerah Bengkulu yang dipasarkan melalui Pelabuhan Pulau Baai.
4.1.1 Perkembangan Komoditi Andalan Daerah Belakang
Sebelum tahun 1960 daerah Bengkulu telah mensuplai hampir semua
kebutuhan untuk Propinsi Bengkulu, bahkan sampai meluas ke daerah Sumatera
Selatan bagian barat. Di pasaran daerah ini cukup terkenal dengan apa yang
disebut ―beras lebong‖. Daerah Rejang Lebong menjadi gudang beras utama
daerah Bengkulu yang kemudian meluas ke daerah Kabupaten Bengkulu Selatan
dan Bengkulu Utara. Di daerah Bengkulu Utara sebelum perang kemerdekaan
juga merupakan daerah gudang beras seperti Kecamatan Lais dengan pusatnya di
Kemumu dan meluas area persawahan sampai Kecamatan Kerkap, Pondok
Kelapa, dan Kecamatan Taba Penanjung.161
158―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994 hal 8 159Lihat Data Arus Ekspor Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1990-2000 dan Data Arus Ekspor
Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010 yang dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu 160Profile Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989. hal 229 161Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Aspek Geografi Budaya
Dalam Wilayah Pembangunan Daerah Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1978 hal 60. Bandingkan
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Setelah Bengkulu menjadi propinsi, peningkatan sektor pertanian semakin
digalakan. Hal ini sesuai dengan program Pelita I dan Pelita II, sasaran
pembangunan diarahkan pada peningkatan sektor pertanian terutama beras untuk
memenuhi kebutuhan pangan162
. Pembangunan sub sektor tanaman pangan
khususnya beras menjadi salah satu prioritas utama dalam program pembangunan
di Propinsi Bengkulu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Bengkulu sendiri juga untuk menunjang kebutuhan pangan secara nasional.
Komoditi-komoditi sub sektor tanaman pangan terpenting Propinsi Bengkulu
terdiri atas beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
Program pembangunan pertanian yang dicanangkan pemerintah mulai
berkembang dengan membuka daerah-daerah baru, baik pertanian kering maupun
sawah dengan prasarana pengairan (irigasi sedang, kecil dan desa) serta
rehabilitasi dan pemeliharaan pengairan yang telah ada. Pembangunan pengairan
ditujukan untuk menunjang produksi pertanian dan pembangunan daerah pada
umumnya. Hal ini dilakukan melalui usaha-usaha pengaturan dan pengelolaan air
bersih beserta sumber-sumber air dengan kegiatan rehabilitasi, penyempurnaan
dan pembangunan irigasi serta pengembangan daerah rawa dan penyelamatan
hutan, tanah dan air. Pembangunan irigasi baru di antaranya Air Seluma dan Air
Lais yang pelaksanaannya dalam taraf pembangunan bendungan dan saluran
induk.
Sampai akhir Pelita II, penggunaan tanah produktif pada tahun 1975 baru
sekitar 203.100 Ha dan produksi pangan pada umumnya masih terbatas untuk
kebutuhan lokal, karena tingkat usaha tani belum berkembang dan sarana
penghubung yang sulit menghambat pemasaran produksi.163
dalam Profil Propinsi Bengkulu untuk Program Pembangunan Daerah Tk I Bengkulu Buku 1,
1978 hal 41 162Program Pemerintah Daerah yang pertama pada tahun 1974, yang dikenal dengan Tri Krida
Program Pemerintah Daerah, sejalan dengan Reoelita II telah menitikberatkan pada sektor
pertanian dengan meningkatkan sektor industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
Skala prioritas yang digariskan pada kebijakan umum Repelita II Propinsi Bengkulu: membuka
daerah terpencil, menambah dan membina tenaga kerja melalui kebijaksanaan transmigrasi dan
peningkatan usaha pertanian bahan pangan dan peningkatan serta perluasan areal tanaman perkebunan rakyat. Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Aspek
Geografi Budaya ….Ibid 163―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, hal 95
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Perkembangan sektor pertanian semakin menunjukan peningkatan pada
Pelita III dan IV. Tujuan pembangunan sektor pertanian di Propinsi Bengkulu
adalah untuk meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan para petani.
Sasaran pembangunan sektor pertanian pada Pelita III dan IV adalah usaha untuk
mencapai swasembada pangan. Dalam rangka untuk mencapai tujuan itu maka
selama Pelita III dan IV ditempuh usaha-usaha intensifikasi, diversifikasi,
rehabilitasi secara menyeluruh. Program intensifikasi meliputi pembukaan daerah-
daerah baru melalui kegiatan transmigrasi, rehabilitasi dan diversifikasi lahan
sawah dan lahan kering yang ditunjang oleh prasarana dan sarana pengairan yang
pelaksanaannya dilakukan di seluruh daerah tingkat II di Propinsi Bengkulu.164
Usaha peningkatan pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pada
Pelita III menunjukan hasil yang signifikan. Sejak tahun 1982 dan 1983 produksi
pertanian terutama beras mencapai surplus sehingga pada Pelita III sasaran
swasembada pangan tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.165
Tabel 4.1 Produksi Beras Pada Pelita III
Tahun Penduduk
(Orang)
Produksi
Beras
(Ton)
Konsumsi
Beras
(Ton)
Minus/Surplus
Beras (Ton)
1979 714.243 99.960 99.994 - 34
1980 773.507 109.797 102.690 + 7.107
1981 814.610 105.952 114.045 - 8.093
1982 858.143 142.124 120.140 + 21.984
1983 909.983 149.529 127.397 + 22.132
Propinsi Bengkulu mengalami surplus beras mulai tahun 1982 sebesar
21.984 ton dan pada tahun 1983 mengalami kenaikan menjadi 22.132 ton.
Peningkatan hasil produksi beras didukung oleh kebijakan pemerintah dalam
upaya meningkatkan pangan guna memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.166
164―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983 hal 58-60 165―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal
98-105 166Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Surplus produksi beras sampai akhir Pelita IV terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran peningkatan pada tahun 1984, surplus
produksi beras mencapai 20.555 ton, tahun 1985 surplus beras sebesar 20.427 ton
dan target swasembada pangan mencapai puncaknya pada tahun 1987 dengan
surplus sebesar 33.324 ton beras.167
Usaha intensifikasi melalui program Operasi Khusus (Opsus) dan usaha
ekstensifikasi melalui perluasan areal yang didukung oleh pembangunan proyek-
proyek irigasi serta sarana perhubungan yang semakin lancar, maka sasaran
pembangunan menuju swasembada pangan pada Pelita III dan IV dapat
terlaksana.168
Pada periode 1982-1989, program swasembada pangan dapat terlaksana
dengan produksi beras daerah Bengkulu mengalami peningkatan yang signifikan.
Namun kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan bertambah jumlah
penduduk. Dengan demikian untuk mencukupi kebutuhan tersebut, Propinsi
Bengkulu mendapat pasokan dari daerah lain terutama Pulau Jawa. Hal ini terlihat
dari aktivitas bongkar antar pulau di Pelabuhan Pulau Baai, beras menjadi salah
komoditi utama yang masuk ke Bengkulu secara kontinyu. Jumlah volume beras
yang masuk ke Propinsi Bengkulu bersifat fluktuatif berdasarkan permintaan
daerah yang disesuaikan dengan jumlah produksi beras yang dihasilkan di
daerahnya sendiri.169
Pada masa krisis ekonomi tahun 1998, jumlah volume beras yang masuk ke
Propinsi Bengkulu meningkat. Kondisi ini terus berlanjut sampai saat ini, Propinsi
Bengkulu mengalami defisit beras sehingga membutuhkan suplai yang
didatangkan dari daerah lain. Jumlah produksi beras yang menurun disebabkan
oleh peralihan lahan-lahan persawahan menjadi lahan perkebunan dengan
tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti kelapa sawit dan karet.
Selain itu rusaknya jaringan irigasi yang tidak terawat dengan baik mengakibatkan
semakin berkurang areal persawahan di Propinsi Bengkulu.
167―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal
98-105 168 Ibid 169Lihat lampiran Data Arus Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Pulau Baai Tahun 1990-
2000 yang dikeluarkan oleh PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu dan Arus Bongkar Muat
Barang di Pelabuhan Pulau Baai dalam buku Bengkulu Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Bidang Perkebunan. Jauh sebelum daerah eks Keresidenan Bengkulu
menjadi Propinsi pada tahun 1968, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, di
daerah ini sudah terdapat beberapa pusat pengembangan produksi, baik pangan
maupun hasil-hasil untuk diekspor. Daerah Bengkulu terkenal dengan bermacam-
macam hasil perkebunan besar atau onderneming seperti perkebunan teh di
Kabawetan, dan Bukit Daun termasuk daerah Rejang Lebong. Di daerah ini
dijumpai perkebunan kina, kopi, tembakau dan lainya. Perkebunan besar dan
kecil diusahakan mulai dari daerah pantai sampai ke pedalaman dengan tanaman
perkebunan seperti kelapa, cengkeh, lada, karet, kopi. Beberapa daerah penghasil
produk pertanian/perkebunan seperti beras dari daerah Bengkulu Selatan; kopi,
tembakau dan beras dari daerah Rejang Lebong; kelapa, karet, kopi, dari daerah
Bengkulu Utara.170
Pembangunan sektor perkebunan mulai ditingkatkan pada Pelita II dengan
melakukan peremajaan tanaman perkebunan yang berumur tua peninggalan masa
Hindia Belanda. Namun peremajaan ini dilakukan bertahap untuk
mempertahankan ketersediaan produksi tanaman perkebunan meskipun hasilnya
tidak mencukupi. Upaya ini dilakukan mengingat tanaman perkebunan yang baru
masih berumur muda dan belum dapat menghasilkan.
Hasil produksi perkebunan yang banyak di tanam di Propinsi Bengkulu,
antara lain kopi, kelapa sawit, karet, lada, cengkeh, kapuk, jahe, cassivera,
aren/enau, kemiri, pala, kelapa dan coklat.171
Komoditi kopi, karet dan kelapa
sawit merupakan hasil perkebunan yang paling diandalkan karena bernilai
ekonomi tinggi. Banyak perusahaan perkebunan swasta maupun negara tertarik
menginvestasikan modal untuk pengembangan perkebunan karet dan kelapa
sawit. Sedangkan komoditi kopi merupakan tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat.
Perkebunan di Propinsi Bengkulu diusahakan oleh masyarakat secara
swadaya (perkebunan rakyat) juga diusahakan secara besar-besaran oleh
perkebunan besar swasta dan perkebunan yang dikelola perusahaan negara dengan
pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan plasma (Nucleus Estate
170Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bengkulu Aspek Geografi Budaya Dalam
Wilayah Pembangunan Daerah Bengkulu…Op Cit, hal 56-57 171Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Smallholder/NES). Daerah penghasil perkebunan berada di daerah Bengkulu
terutama terdapat di Kecamatan Kepahyang. Kecamatan Curup dan Kecamatan
Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Selatan dan
Kabupaten Bengkulu Utara seperti Kecamatan Kerkap, Kecamatan Lais, dan
Kecamatan Taba Penanjung. Daerah-daerah ini memegang peranan penting dalam
perkebunan kopi, karet, cengkeh dan kelapa yang merupakan tanaman-tanaman
komoditi utama menunjang ekspor non migas.172
Perkebunan rakyat merupakan komponen kegiatan perekonomian yang
menonjol dalam kehidupan rakyat di Bengkulu terutama menghasilkan tanaman
ekspor berupa kopi, lada dan cengkeh. Sebelumnya, perkebunan rakyat
dilaksanakan secara tradisional dan kurang mendapat pembinaan dari Pemerintah.
Namun sejak pelaksanaan Pelita, pembinaan perkebunan rakyat di Propinsi
Bengkulu dilakukan melalui program intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi
tanaman perkebunan serta diversifikasi. Selain usaha pembinaan perkebunan
rakyat, dalam rangka menunjang program peningkatan produksi non migas, telah
dicadangkan lahan seluas 400.000 Ha untuk perkebunan besar baik dengan pola
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).173
Perkembangan luas lahan perkebunan di daerah Bengkulu mulai mengalami
kemajuan memasuki tahun 1984 (akhir Pelita III) dimana mulai masuk
penanaman modal ke daerah Bengkulu. Sebelumnya, pembangunan perkebunan
besar swasta di Propinsi Bengkulu jumlahnya sangat minim sekali karena fasilitas
perhubungan darat maupun perhubungan laut masih terbatas. Di samping masalah
transportasi yang terbatas, prosedur pemasaran belum merangsang pada investor
untuk menanamkan modal di bidang perkebunan.174
Pada akhir Pelita III (1979-1984), pembangunan perkebunan-perkebunan
yang dikelola swasta dan pemerintah mulai berkembang, hal ini disebabkan
karena fasilitas penunjang kelancaran produksi dan distribusi tumbuh dengan
baik. Konsekuensi logis dari peningkatan sarana dan prasarana perhubungan yang
172Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Aspek Geografi Budaya Wilayah
Pembangunan Daerah Bengkulu ….Op Cit hal 60 173Lihat ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989 hal 113, lihat juga Monografi
Daerah Bengkulu Tahun 1983, hal 67
174―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
semakin mempermudah pendistribusian, maka secara tidak langsung membuka
peluang untuk menarik minat investor untuk menanamkan modal.
Perkebunan Besar Swasta maupun Negara dikembangkan untuk
meningkatkan jumlah komoditi ekspor dari sektor non migas. Perkebunan-
perkebunan ini mengusahakan penanaman jenis tanaman yang bernilai ekonomis
tinggi di pasaran seperti karet, kelapa sawit, coklat dan aneka tanaman
perkebunan lainnya. Hasil produksi perkebunan yang bernilai ekspor ini telah
memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu usaha perkebunan yang memanfaatkan
lahan-lahan produktif yang masih belum tergarap mampu mendorong
perkembangan daerah Bengkulu melalui pemerataan pembangunan.
Memasuki Pelita IV, langkah awal pengembangan perkebunan besar
dirangsang dengan oleh Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Bengkulu No 241 Tahun 1983 yang berisi program pencadangan lahan seluas
400.000 Ha untuk pengembangan perkebunan. Program pencadangan lahan
perkebunan yang didukung oleh perkembangan infrastruktur perhubungan yang
semakin baik akhirnya mampu menarik penanam modal dari beberapa perusahaan
perkebunan.175
Di bawah ini daftar perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) bidang usaha perkebunan yang berdiri di Propinsi Bengkulu.176
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan PMDN Bidang Usaha Perkebunan
Di Propinsi Bengkulu
Nama Perusahaan Lokasi Bidang Usaha Luas Areal
PT. Onasis-Babatan Babatan Kelapa,
cengkeh
400 Ha
PT. Sahabat Mewah Bengkulu Kelapa sawit 5.000 Ha
PT. Daria Dharma Kec. Muko-Muko Bengkulu
Utara
Kelapa sawit 5.000 Ha
PT. Agricipal Kec. Muko-Muko Seblat Kelapa sawit 8.900 Ha
PT. Perkebunan XXIII Seluma Kab Bengkulu
Selatan. PB. Penajung, Talo
dan Pino
Karet, kelapa
dan kelapa
sawit
79.650 Ha
Jumlah 93.050 Ha
175―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur… Ibid 176―Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983 ….Op Cit hal 65
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Perusahaan yang berasal dari penanaman modal dalam negeri yang memiliki
areal yang paling luas dan sudah mengalami kemajuan adalah PT Perkebunan
(PTP) XXIII. Perusahaan perkebunan ini merupakan perusahaan milik negara
yang melakukan pengembangan perkebunan dengan pola Perkebunan Inti Rakyat
(PIR). Perkebunan Pola PIR yang dikelola oleh PTP XXIII yaitu PIR V dan PIR
VI dengan jenis tanaman karet berada di Kecamatan Seluma, Bengkulu Selatan.
Kemudian PIR VII dengan komoditi tanaman kelapa sawit berada di Kecamatan
Talo, Pino dan Seluma. Selain itu PTP XXIII juga mengembangkan Perkebunan
Inti Rakyat Khusus (PIRSUS) tanaman karet di Lais, Muara Santan dan Ketahun,
Kabupaten Bengkulu Utara.177
Pada tanggal 1 Oktober 1986 ditandatangani persetujuan bantuan dari Saudi
Fund for Development (SFD) sebesar SR 91,3 juta, equivalent Rp. 27,6 milyar
untuk pembangunan Perkebunan Inti Rakyat kelapa sawit (NES VII Talo/Pino),
Kabupaten Bengkulu Selatan yang realisasinya dimulai tahun 1987. Dari lahan
400.000 Ha yang dicadangkan sampai pertengahan tahun 1988 sudah tersalur
untuk perkebunan ± 245.000 Ha kepada 73 perusahaan terutama untuk tanaman
karet, kelapa sawit, coklat dan aneka tanaman perkebunan lainnya.178
Berikut
perkebunan besar swasta dan perkebunan yang dikelola pemerintah melalui pola
pengembangan Perkebunan Inti Rakyat yang mulai berkembang pada Pelita III.
Tabel 4.3 Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Negara
di Propinsi Bengkulu
No Uraian Jenis Komoditi Luas Areal
PTP XXIII
1 PIR/NES V Karet 6.250 Ha
2 PIR/NES VI Karet 25.000 Ha
3 PIR/NES VII Kelapa Sawit 51.000 Ha
4 PIRSUS Karet 25.000 Ha
Jumlah 107.250 Ha
Perkebunan Swasta Besar (PBS)
1 PT. Bio Tehnologie Nusantara Kelapa sawit 8.000 Ha
2 PT. Vivagrinusa Ubi kayu 2.000 Ha
3 PT. Tirta Selapan Indah Pabrik sirup 3.000 Ha
177―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal
114 178Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
No Uraian Jenis Komoditi Luas Areal
(Sambungan)
4 PT. Wisudharapuri Agro System Tebu 10.000 Ha
5 PT. Merdeka Jaya Pertenakan domba 200 Ha
6 PT. Tela Jaya Ubi kayu 1.000 Ha
7 PT. Usaha Sarana Kelapa sawit 5.000 Ha
8 PT. Kreasi Karet 2.400 Ha
9 PT. Bernat Mukti Kepala sawit 10.000 Ha
10 PT. Pantarai Utama Ubi kayu 3.000 Ha
11 PT. Dolog Martimbang Tebu 1.850 Ha
12 PT. Mahyudin Kelapa sawit 5.000 Ha
13 PT. Bumi Karya Makmur Kelapa sawit 6.000 Ha
14 PT. Sinar Alam Lestari Ubi kayu/pabrik 220 Ha
15 PT. Sri Nurasti Kelapa sawit/coklat 5.000 Ha
16 PT. Sumber Sarana Pembangunan Abaca 1.000 Ha
Jumlah 63.670 Ha
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 1984
Perkembangan perkebunan pola PIR/NES sampai dengan awal Pelita IV
dapat dikuti pada tabel di atas, dimana dari 4 (empat) perusahaan perkebunan
yang dikelola oleh PTP XXIII di Propinsi Bengkulu yang paling luas
menggunakan areal tanah adalah NES/PIR VII dengan luas areal 51.000 Ha.179
Di antara perusahaan besar swasta yang sudah mulai dengan kegiatan di
lapangan yang intensif adalah PT. Daria Darma untuk kelapa sawit seluas 10.000
Ha, PT. Agricinal untuk kelapa sawit seluas 8.900 Ha, PT. Bio Nusantara
Teknologi untuk kelapa sawit seluas 8.000 Ha.180
Dalam perkembangan
selanjutnya perkebunan-perkebuna besar ini menghasilkan komoditi unggulan
dari daerah Bengkulu yang dipasarkan ke luar melalui Pelabuhan Pulau Baai
maupun menggunakan transportasi darat. Komoditi unggulan tersebut adalah
kopi, karet dan kelapa sawit.
Selain perkebunan swasta besar, komoditi ekspor dari propinsi Bengkulu
berasal dari perkebunan rakyat dengan tanaman kopi sebagai jenis komoditi yang
sangat menonjol jumlahnya dibandingkan komoditi lainnya. Tanaman kopi
banyak dihasilkan dari daerah Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara dan
Kabupaten Bengkulu Selatan. Tanaman komoditi cengkeh banyak terdapat di
179―Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1993‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983,…Op Cit hal 66 180―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal
116
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Kebupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara dan juga terdapat di Kabupaten
Rejang Lebong serta Kotamadya Bengkulu. Untuk mengetahui hasil produksi dari
perkebunan rakyat sampai pada awal Pelita IV Propinsi Dati I Bengkulu dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.181
Tabel 4.4 Produksi Tanaman Pekebunan Rakyat di Propinsi Bengkulu
Pada Awal Pelita IV (Tahun 1984)
Jenis Komoditi Hasil Produksi (Ton)
Karet 5.769.380
Kelapa 6.335.880
Kopi 27.238.300
Kopra 45.240
Lada 186.720
Cassiavera 194.880
Cengkeh 1.629.140
Kemiri 215.500
Aren/Enau 1.822.150
Tebu 50.700
Tembakau 117.400
Jahe 702.500
Sumber: Dinas Perkebunan Tingkat I Bengkulu
Berdasarkan data diatas, kopi merupakan komoditi hasil pertanian rakyat
yang paling besar jumlahnya sebesar 27.238.300 ton. Kemudian diikuti oleh
kelapa, karet, aren dan cengkeh. Hasil produksi perkebunan rakyat ini tidak
banyak diekspor karena harga komoditi ini mengalami fluktuasi di pasaran. Selain
itu tanaman musiman ini juga dipengaruhi oleh jumlah panen yang tergantung
oleh lingkungan dan perawatan tanaman yang rentan terserang hama sehingga
hasil produksi mengalami pasang surut.
Bidang Pertambangan. Propinsi Bengkulu memiliki bahan tambang yang
cukup banyak jenis dan potensinya. Bahan tambang tersebut antara lain emas,
perak, tembaga, seng, timbal, mangan, titan, pasit besi, batubara, marmer, pasir
kwarsa, belerang, pospat, rembesan minyak, kaolin kapur, air mineral dan lainnya.
Beberapa bahan tambang sejak sebelum Indonesia merdeka telah ditambang oleh
181―Monografi Daerah Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983…. Op Cit hal 67
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
penjajah yaitu emas dan perak.182
Usaha memperluas penggalian tambang yang
potensial terus dilakukan. Namun baru Pada Pelita III dan IV, sesuai dengan
sasaran program pemerintah untuk meningkatkan sektor pertambangan sebagai
komoditi ekspor, maka eksplorasi dan eksploitasi pertambangan baik yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah maupun pihak swasta mulai
terlaksana. Pemerintah daerah mengupayakan penelitian mengenai kandungan
bahan galian yang potensial sehingga tersedia data bahan galian sebagai promosi
dan penarik minat investor.
Pada akhir Pelita III jumlah pergusaha pertambangan yang telah beroperasi
di Propinsi Bengkulu ada tiga perusahaan batubara dengan luas areal 20.925 dan
satu perusahaan tambang emas dengan luas areal 4.654 ha.183
Dalam pembahasan
ini lebih menekankan pada pertambangan batubara yang menjadi komoditi ekspor
andalan dari Propinsi Bengkulu.
Batubara menjadi komoditi ekspor utama sumber daya mineral yang
dimanfaatkan oleh Propinsi Bengkulu untuk meningkatkan jumlah pendapatan
daerah di sektor pertambangan. Potensi batubara banyak terdapat di pegunungan
sekitar daerah Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Utara.184
Setelah diadakan
penyelidikan mutu dan jumlah kandungan batubara di daerah ini baru pada tahun
1984 mulai dieksplorasi dan dieksploitasi.
Perusahaan pertambangan pertama yang berdiri pada periode itu adalah PT.
Bukit Sunur dan mulai berproduksi pada tahun 1985. Kemudian berdiri
perusahaan tambang lainnya yaitu PT. Danau Mas Hitan dan PT. Cipta Sumber
Alam yang mulai berproduksi pada tahun 1987. Ketiga Perusahaan pertambangan
barubara ini mengalami peningkatan produksi pada tahun 1989 dan memberikan
sumbangan nilai ekspor bagi pendapaatan daerah Bengkulu. Berikut produksi
batubara dari tahun 1984 sampai akhir Pelita IV185
182Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu
Menjadi Propinsi Bengkulu, Dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Palembang:
Penerbit Sriwijaya Media Utama, 1993. hal 35 183―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Op Cit hal 125 184Pemerintah Daerah Propinsi Bengkulu, Kenang-Kenangan Perjuangan Keresidenan Bengkulu
Menjadi Propinsi Bengkulu…Op Cit, hal 36 185―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op Cit hal
125
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Produksi Batubara di Propinsi Bengkulu Tahun 1984 s.d 1989
No Nama
Perusahaan
Produksi Dalam Ton Jumlah
Produksi
Pelita IV 1984 1985 1986 1987 1988 1989
1 PT. Bukit
Sumur
- 14.963 95.294,6 115.617,71 181.159,9 26.293.44 433.328,6
2 PT. Danau
Mas Hitam
- - - 146.901,75 305.196 10.056.03 462.158,8
3 PT. Cipta
Sumber Alam
- - - 14.095,31 - - 14.095,3
Jumlah 14.963 95.294,6 276.614,77 486.355,9 36.349,47 909.577,7
Dari data di atas menunjukan perusahaan batubara yang paling produktif
adalah PT. Bukit Sunur yang sudah mulai melakukan eksplorasi dan berproduksi
pada tahun 1985 dengan jumlah 14.963 ton. Selain itu PT. Danau Mas Hitam juga
merupakan perusahaan pertambangan batubara yang juga produksinya terus
mengalami kemajuan dan perusahaan ini mulai berproduksi pada tahun 1987
dengan jumlah 146.901,75 ton.186
Potensi pertambangan batubara di Propinsi Bengkulu yang paling menonjol
terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara. Selain itu terdapat juga di Bengkulu
Selatan dan Rejang Lebong, namun belum semua potensi tersebut dapat
diproduksi.
Kegiatan pengusahaan pertambangan di Bengkulu lebih banyak didominasi
oleh pengusahaan bahan galian batubara. Hal ini disebabkan potensi batubara di
Propinsi Bengkulu mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Dari
tahapan eksplorasi yang telah dilaksanakan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral Propinsi Bengkulu maupun pihak swasta, telah dilokalisir daerah-daerah
yang mengandung bahan galian batubara, beberapa lokasi baru dilaksanakan
tahapan eksplorasi, prospek dan pendahuluan sedangkan beberapa tempat sudah
rinci dan sudah ada yang ditambang (berproduksi). Cadangan batubara yang
terukur dari hasil penelitian Balitbang Propinsi Bengkulu menunjukan sebesar
122.913.304 ton dengan cadangan tertunjuk sebesar 169.295.783 ton. Hasil
penelitian tersebut juga memperlihatkan cadangan tereka sebesar 101.087.783,89
ton. Dari jumlah tersebut yang layak tambang sekitar 50 juta ton.187
186―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Ibid 187PT (Persero) Pelindo II Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu, Dokumen
Kompilasi Data, Desember 2006. hal 4-11
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Gambaran lain dari sisi pertambangan di Propinsi Bengkulu adalah kondisi
geologi Bengkulu yang sulit dimana dalam penjelasannya akan digambarkan
bertolak ukur dengan parameter yang disebut SR (Stripping Ratio). SR 8 berarti
diperlukan 8 m3 menggali tanah untuk mendapatkan batubara. Untuk kondisi
Bengkulu, SR berkisar antara 7-8.188
Untuk produksi batubara dengan kondisi
ekspoitasi SR sebesar ini diperlukan sisi teknis dan ekonomis yang baik. Apabila
secara teknis dan ekonomis kurang baik, walaupun dengan cadangan batubara
yang besar sekitar 50 juta ton di Bengkulu, akan sulit memanfaatkan cadangan
batubara yang ada. Ideal produksi batubara apabila SR adalah berkisar antara 5-6.
Kesulitan selama ini adalah sarana transportasi jalan darat, dimana untuk
mengangkut batu bara dari lokasi-lokasi jauh seperti di Bengkulu Utara (Ketahun,
dengan SR 8) ke Pelabuhan Pulau Baai diperlukan truk-truk kapasitas besar
dengan gandar 25 ton, sedangkan jalan-jalan yang ada di Bengkulu adalah dengan
kapasitas gandar 8 ton. Untuk dapat memanfaatkan batubara dengan SR tinggi
diperlukan perbaikan sarana jalan darat atau rel kereta api yang memadai untuk
angkutan batubara.
Selain pertanian, perkebunan dan pertambangan, di Propinsi Bengkulu
industri mulai berkembang memasuki Pelita IV sejalan dengan perkembangan
sektor perkebunan dan penanaman modal yang masuk ke Bengkulu. Bertitik tolak
dari Program Pelita IV Propinsi Bengkulu yaitu meningkatkan sektor Industri
dengan menitikberatkan pada industri pengolahan bahan dasar, maka awal Pelita
IV industri yang berkembang sebagian besar adalah jenis industri kecil,
sedangkan jenis industri lainnya masih belum berkembang.
Ditinjau dari kekayaan alamnya, sebagai sumber bahan baku propinsi
Bengkulu mempunyai prospek yang baik, terutama untuk industri besar yang
menunjang sektor pertanian, pertambangan dan perdagangan. Keadaan sektor
perindustrian pada awal Pelita IV masih terbatas pada industri-industri kecil
kerajinan rakyat seperti: industri bahan bangunan, industri makanan dan minuman
188Sumber wawancara dengan Sub Dinas Pertambangan Umum. Dinas ESDM Propinsi Bengkulu
yang dikutip dari PT (Persero) Pelindo II,Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan
Bengkulu…Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
industri pakaian jadi/barang dari kulit, industri kayu, hasil dari kayu dan
perabotan dan industri kerajinan rakyat.189
Perkembangan industri berbasis perkebunan mulai dibangun pada tahun
1988 sejalan dengan peningkatan hasil sektor perkebunan yang dikelola oleh
Pekebunan Besar Swasta (PBS). Pabrik-pabrik pengolahan didirikan seperti
pabrik kepala sawit mini di NES VII Pino Kabupaten Bengkulu Selatan dengan
kapasitas 5 ton/hari sawit tandan besar segar. Hasil perkebunan kelapa sawit
diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Industri pengolahan kelapa sawit mulai
meningkat jumlahnya di Propinsi Bengkulu pada era tahun 1990-an. Peningkatan
jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit dibarengi oleh perkebunan besar kelapa
sawit yang mulai berproduksi. Selain itu semakin luas areal lahan perkebunan
kelapa sawit memasuki tahun 2000 juga menjadi faktor pendukung perkembangan
industri ini. Berikut perkembangan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit di
Propinsi Bengkulu yang dilansir oleh Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu.
Tabel 4.6 Jumlah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Propinsi Bengkulu
No Nama Pabrik Lokasi Pabrik Kapasitas
Sudah Berproduksi (CPO) (ton/jam)
1 PT. Agricinal Seblat, Kab.Bengkulu Utara 60
2 PT. Mitra Puding Mas Idem 60
3 PT. Bio Nusantara Teknologi
Pondok Kelapa, Kab.
Bengkulu Utara 30
4 PT.Daria Darma Pratama Ipuh, Muko-Muko 60
5 PT.Agri Mitra Karya Penarik, Muko-Muko 30
6 PT. Bumi Mentari Karya Pondok Suguh, Muko-Muko 30
7 PT. Sentosa Jaya Abadi Lubuk Pinang, Muko-Muko 30
8 PT Agro Muko
Bunga Tanjung Estate Air Dikit, Muko-Muko 30
Sari Bulan Estate
Muko-Muko Utara, Muko-
Muko 60
9 PTPN VII Talo Pino Pring Baru, Seluma 30
10 PT. Agri Andalas Pasar Ngalam, Seluma 60
11 PT. Sandabi Indah
Padang Jaya, Kab. Bengkulu
Utara 30
12 PT. Muko-Muko Indah Lestari Penarik, Kab. Bengkulu Utara 45
Jumlah 13 Pabrik 555
Belum Berproduksi (CPO) 189―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 198‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,1983. hal 85
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
1 PT. Putra Yanggara Agro
Air Lakok, Batu Nau, Kab.
Bengkulu Utara 15
2 PT. Bengkulu Mandiri (BUMD) Kancing, Kab. Bengkulu Utara 30
3 PT. Seluma Indah Lestari Lanjuk, Seluma 45
4 PT. Bengkulu Mandiri (BUMD)
Tambangan, Kab. Bengkulu
Selatan 30
Jumlah 4 Pabrik 120
Produksi Minyak Goreng
1 PT. Bengkulu Mandiri (BUMD)
Tl. Denau, Kab. Bengkulu
Utara 200 lt/jam
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu, 2009
Dari sejumlah pabrik pengolahan kelapa sawit yang telah ada di Propinsi
Bengkulu, jumlah produksi masih tergolong rendah rata-rata 30 ton per jam
dengan akumulasi produksi dari seluruh pabrik berjumlah 555 ton/jam. Akibat
kapasitas dan volume produksi pabrik kelapa sawit di Propinsi Bengkulu yang
masih rendah, maka untuk memenuhi ekspor CPO Propinsi Bengkulu mendapat
pasokan dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung.190
Selain pabrik pengolahan kelapa sawit, di Propinsi Bengkulu juga berdiri
pabrik pengolahan karet dan pabrik pengalengan bekicot. Pabrik pengolahan karet
(crumb rubber) didirikan di NES V Bengkulu Selatan dengan kapasitas 20
ton/hari karet kering dan beroperasi sejak Januari 1989. Selain pabrik kelapa
sawit, terdapat pabrik pengalengan daging bekicot yang berada di Pondok Kelapa
Kabupaten Bengkulu Utara dengan produksi 1,5 ton/hari bekicot. Hasil
pengalengan daging bekicot ini menjadi salah satu komoditi ekspor dari industri
pengolahan dengan nilai ekspor US $ 31.670.191
Produk industri pengolahan yang menjadi komoditi ekspor dari Propinsi
Bengkulu adalah berasal dari pengolahan hasil perkebunan seperti CPO, karet
kering (crumb rubber), dan kopi. Dari hasil hutan berupa kayu moulding, kayu
gergajian dan mebel rotan. Untuk produk dari industri rumah tangga pada
umumnya untuk kebutuhan lokal dan perdagangan antar pulau.192
190Wawancara Turniadi (49 Tahun), Supervisor Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, wawancara dilakukan di kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu tanggal 5
Mei 2011 191‖10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur…Op. Cit, hal
124-125 192‖Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994. hal 8
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
4.1.2 Akses Pelabuhan dan Jaringannya
Daerah Bengkulu merupakan daerah yang terisoliasi pasca kemerdekaan.
Keadaan ini disebabkan oleh jalan dan jembatan yang menghubungkan daerah
Bengkulu dengan luar dan antar daerah dalam Propinsi Bengkulu dalam kondisi
rusak. Untuk itu program prioritas setelah daerah Bengkulu menjadi propinsi
adalah perbaikan sarana jalan dan jembatan untuk menjebol isolasi daerah
Bengkulu.
Perkembangan jalan mengalami peningkatan yang pesat pada Pelita III.
Hubungan antar daerah sudah dapat dicapai dengan lancar dengan menggunakan
kendaraan roda empat. Peningkatan sarana transportasi yang semakin lancar
memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan daerah belakang dalam
mendistribusikan hasil-hasil produksinya. Perkembangan akses jalan raya dan
sarana transportasinya juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
keberadaan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pintu gerbang lalu lintas barang.
Hubungan pelabuhan dan daerah belakang terjalin dengan baik dengan adanya
kelancara akses jalan sehingga keduanya saling bersinergi dan memainkan
perannya masing-masing.
Berdasarkan Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Propinsi Bengkulu,
Propinsi ini mempunyai prasarana jalan darat yaitu Jalan Negara sepanjang 721
,40 km, yang menghubungkan seluruh ibukota kabupaten atau kota maupun
kecamatan sampai ke masing-masing perbatasan dengan Propinsi Lampung,
Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Sumatera Selatan dan Ptopinsi Jambi.193
Panjang jalan Propinsi Bengkulu yang menghubungkan setiap kecamatan adalah
1.174 km. Jalan ini merupakan jaringan antar kecamatan atau kebupaten di
Propinsi Bengkulu dan jaringan-jaringan di propinsi lainya di Pulau Sumatera.194
Transportasi jalan yang ada di wilayah Propinsi Bengkulu dibagi dalam dua
bagian yaitu transportasi antar wilayah (inter-regional) dan transportasi
intrawilayah (intra-regional). Transportasi antarwilayah yaitu transportasi yang
menghubungkan antar Propinsi Bengkulu dengan propinsi yang lain melalui jalan
arteri primer antara lain:
193―Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Bengkulu‖, Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu,
2004 hal 3-28 194Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
1. Jalur lintas barat Sumatera yaitu jalur yang menghubungkan Bandar
Lampung-Krui-Bengkulu-Argamakmur-Muko-Muko-Painan-Padang
2. Jalur lintas Barat-lintas Tengah Sumatera yaitu jalur yang menghubungkan
Bengkulu-Curup-Lubuk Linggau195
Jalan antar wilayah, terdapat juga jaringan utama. Di Propinsi Bengkulu
jaringan jalan utama yang menghubungkan antar kota dan antar propinsi terbagi
menjadi tiga poros jalan:
1. Jalur Lintas Utara yang menghubungkan kota Bengkulu – Kerkap – Lais –
Muko-Muko – Propinsi Sumatera Barat. Jalur jalan ini melintasi wilayah
pesisir pantai Barat merupakan jalur jalan utama menuju Kabupaten
Bengkulu Utara. Kota kecamatan yang berada pada jalur ini adalah Pondok
Kopi, Kerkap, Lais dan Lubuk Durian
2. Jalur Lintas Selatan yang menghubungkan kota Bengkulu – Manna –
Bintuhan – Propinsi Lampung.
3. Jalur Lintas Tengah yang menghubungkan antar kota Bengkulu –
Kepahyang – Curup – Lubuk Linggau – Propinsi Sumatera Selatan. Jalan ini
sudah lama berkembang dan berfungsi sebagai jalur jalan regional.196
Transportasi inter wilayah (inter regional), yaitu transportasi yang
menghubungkan wilayah dalam Propinsi Bengkulu dan bersifat transportasi lokal,
antara lain:
1 Jalur jalan yang menghubungkan Kabupaten ke Kabupaten atau Kabupaten
ke kota
2 Jalur jalan yang menghubungkan antara kabupaten dan kecamatan-
kecamatan
3 Jalur jalan yang menghubungkan antara kecamatan ke desa-desa
Pelabuhan Pulau Baai yang berada di ibukota Propinsi Bengkulu memiliki
beberapa wilayah yang menjadi daerah belakangnya. Berikut daerah belakang
yang transaksi melalui Pelabuhan Pulau Baai dalam tabel di bawah ini:
195Khairul Amri, Analisis Sistem Transportasi di Propinsi Bengkulu dalam Mendukung Bengkulu Kota Pelajar, Prodi Teknik Sipil, Universitas Bengkulu dalam Jurnal Pendidikan Serunai, hal 64-
65 196Khairul Amri, Analisis Sistem Transportasi di Propinsi Bengkulu dalam Mendukung Bengkulu
Kota Pelajar, Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 4.7 Daerah Belakang Pelabuhan Pulau Baai197
No Daerah Tingkat II Luas (Km) Penduduk Komoditi Ekspor
Impor
1 Bengkulu Selatan 5.949,14 375.026 batubara, CPO
2 Rejang Lebong 4.109,80 450.164 kopi, jahe, sayur-mayur
3 Bengkulu Utara 9.585,24 473.818 batubara, karet, CPO,
cangkang
4 Kota Bengkulu 144,52 293.918 penumpang, BBM
5 Lebong 1.929,24 89.690 kopi
6 Kaur 2.365,05 112.628 CPO
7 Seluma 2.400,44 182.104 batubara, karet, biji besi
8 Kepahyang 704,57 116.882 kopi, teh
9 Muko – Muko 4.036,70 138.690 CPO, karet, kakao
Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Daerah Kabupaten Bengkulu Utara dan sekitarnya yang memiliki komoditi
hasil pertanian, seperti karet, minyak kelapa kawit (CPO), yang berasal dari
perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS) PT. Agromuko, PT. Arpinta, PT
Bunga Tanjung Estate, PT Alno, PT Mitra Puding Mas, PT. Agricinal, dan PT.
Bio Nusantara serta hasil tambang batubara. Selain itu daerah pemasok komoditi
berasal dari Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahyang termasuk
Pagar Alam dan sekitarnya menghasilkan komoditi pertanian dan perkebunan,
seperti karet, kopi, jahe, rebung kaleng. Selainjutnya daerah penghasil komoditi
juga berada di Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur
dan sekitarnya menghasilkan karet, minyak Kelapa Sawit (CPO), yang berasal
dari perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS) PT. Agriandalas, PTPN VII,
serta hasil tambang batubara.198
Komoditi hasil produksi daerah belakang yang paling dominan
didistribusikan melalui Pelabuhan Pulau Baai adalah batubara, karet, CPO.
Beberapa komoditi lainnya didistribusikan dalam jumlah kecil dan sebagian
dipasarkan melalui pelabuhan lain seperti Pelabuhan Padang, Pelabuhan
Palembang dan Pelabuhan Lampung. Kondisi demikian disebabkan oleh jarak
yang jauh antara daerah penghasil komoditi menuju ke Pelabuhan Pulau Baai
197―Hinterland yang Transaksi di Pelabuhan Pulau Baai‖ Laporan PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, lihat juga Data Company Profile Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Laporan PT
(Persero) Pelindo II Pada Acara Penyambutan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Pelabuhan Pulau Baai 198―Hinterland yang Transaksi di Pelabuhan Pulau Baai‖ Laporan PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
sehingga lebih memungkinkan menuju ke pelabuhan yang terdekat mengingat
efisiensi waktu dan biaya tempuh.199
4.2 Aktivitas Pelabuhan Pada Periode Awal
Setelah Pelabuhan Pulau Baai resmi beroperasi pada bulan Desember 1984,
kegiatan perekonomian pantai barat Sumatera khususnya Bengkulu mulai
bergairah dan berkembang. Pelabuhan Pulau Baai yang berperan sebagai pintu
gerbang lalu lintas barang dan orang bagi Propinsi Bengkulu telah memberikan
manfaat besar dalam mendorong perkembangan gerak perekonomian Kemajuan
aktivitas pelabuhan ini dibarengi oleh peningkatan hasil komoditi ekspor dari
daerah belakang yang semakin berkembang. Dengan demikian hubungan antara
perkembangan daerah belakang memberi dukungan terhadap keberadaan
pelabuhan sebagai pintu keluar pendistribusian komoditi yang dihasilkan ke
daerah lain. Sebaliknya peran pelabuhan juga sebagai pintu masuk arus lalu lintas
barang-barang konsumsi yang tidak dihasilkannya sendiri.
Berdasarkan hirarki peran dan fungsi pelabuhan di pantai barat Sumatera,
Pelabuhan Pulau Baai diklasifikasikan sebagai pelabuhan nasional utama tersier
yang melayani kegiatan pelayaran lintas propinsi dan internasional dalam jumlah
menengah.200
Dengan demikian, berdasarkan hirarki peran dan fungsi yang telah
ditetapkan tersebut, maka aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pulau Baai
meliputi aktivitas bongkar muat dalam negeri dan luar negeri (ekspor dan impor).
4.2.1 Kunjungan Kapal
Sejak uji coba Pelabuhan Samudera Pulau Baai pada 23 Juli 1984 dan
berjalan sukses, maka fungsi pelabuhan lama (Pelabuhan Tapak Paderi) dialihkan
fungsinya menjadi pelabuhan nelayan (perikanan). Pelabuhan Pulau Baai sejak
awal beroperasi hanya disinggahi oleh kapal-kapal barang dan belum berfungsi
untuk angkutan kapal penumpang. Kendati demikian, keberadaan pelabuhan ini
199Wawancara Sugeng Darojati, Kasi Kepelabuhan dan Perkapalan, Dinas Perhubungan Propinsi
Bengkulu. Wawancara tanggal 4 Mei 2011 di Kantor Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu. 200PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen
Kompilasi Data, Desember 2006
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
telah melancarkan perdagangan dari dan keluar negeri serta perdagangan antar
pulau.201
Arus kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai menurut jenis pelayarannya
terdiri atas pelayaran luar negeri, pelayaran dalam negeri, pelayaran perintis dan
kapal negara/ tamu. Selain Pelabuhan Pulau Baai terdapat juga beberapa
pelabuhan kecil yang penting bagi perekonomian rakyat di daerah Bengkulu
seperti pelabuhan alam di Muko-Muko, Ketahun, Manna, Bintuhan dan Pulau
Enggano (Malakoni). Pelabuhan-pelabuhan pantai tersebut hanya dapat dirapati
oleh kapal motor berukuran maksimum 60 ton. Barang yang dibongkar dan
dimuat yaitu hasil bumi dan barang kebutuhan rakyat setempat.202
Pelabuhan Pulau Baai setelah dapat beroperasi difungsikan sebagai simpul
untuk memperlancar hubungan dengan Pulau Enggano melalui pelayaran perintis.
Sebelumnya, terdapat kapal perintis menuju ke Pulau Enggano tetapi jadwalnya
sering tidak tentu dan home base di Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Untuk
mengatasi masalah tersebut kapal perintis telah diusahakan home base di
Pelabuhan Pulau Baai.203
Pada tahun pertama beroperasi 1984, kegiatan yang terjadi di pelabuhan
Pulau Baai antara lain tiap setengah bulan disinggahi oleh kapal perintis dengan
jalur: Jakarta-Enggano-Bengkulu-Padang yang membawa penumpang, ternak, dan
barang-barang. Hal ini terlihat dari kunjungan kapal yang ramai singgah ke
Pelabuhan Pulau Baai.204
Namun pada tahun berikutnya kunjungan kapal tidak
sebanyak pada awal kali pertama Pelabuhan Pulau Baai beroperasi. Kegiatan
kunjungan kapal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Kegiatan Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988205
Uraian 1984 1985 1986 1987 1988
Kapal 697 475 462 450 423
GRT 207.840 211.184 405.003 572.646 753.383
201Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1995, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1995. hal 55 202Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983, Op Cit hal 118 203 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Op Cit hal 139-140 204Ibid 205Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pada periode awal aktivitas kunjungan kapal berkisar pada aktivitas bongkar
muat barang dengan kapasitas ± 245.000 ton per tahun. Namun sejalan dengan
komoditi yang semakin berkembang dan meningkat, maka jumlah daya tampung
semakin meningkat. Kapasitas bongkar muat di Pelabuhan bertambah dengan
semakin meningkat barang-barang komoditi yang dimuat dikapal-kapal mencapai
± 600.000 ton per tahun.206
Peningkatan kapasitas tersebut disebabkan oleh
bertambah besar muatan kapal berupa muatan curah dan break bulk cargo207
.
Kunjungan dan kapasitas muatan kapal menunjukan peningkatan mulai tahun
1986 dengan adanya komoditi batubara (muatan curah kering) yang sudah
diproduksi dan dikapalkan melalui pelabuhan Pulau Baai.208
Kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai pada periode 1984-1988 berkisar
400-600 kapal per tahun. Dengan melihat jumlah kapal yang merapat dan arus
bongkar muat barang di pelabuhan ini jelas terlihat bahwa aktivitas di pelabuhan
tersebut masih rendah dan kapasitasnya banyak menganggur. Hal ini dapat
dipahami karena daerah belakang belum berkembang dan volume komoditi yang
dihasilkan daerah belakang masih rendah. Selain itu pada tahun 1984 sektor
perkebunan dan pertambangan masih baru diusahakan dan belum berproduksi
secara maksimal dan fasilitas pelabuhan belum sepenuhnya mendukung
kelancaran aktivitas bongkar muat seperti fasilitas conveyor belt yang baru
dibangun pada tahun 1989.
4.2.2 Aktivitas Bongkar Muat
Arus bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai terdiri dari arus
perdagangan dalam negeri (antar pulau) dan luar negeri (ekspor dan impor).
Kegiatan bongkar muat barang untuk perdagangan dalam negeri, luar negeri
(ekspor dan impor) dilakukan di Dermaga Samudera dan Dermaga Nusantara.
Setelah Pelabuhan Pulau Baai dapat berfungsi kembali manfaatnya dapat
dirasakan oleh masyarakat dengan suplai kebutuhan masyarakat berupa bahan
206―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1983 hal 119 207Break Bulk Cargo atau biasa disebut general cargo merupakan barang-barang umum yang dimuat secara terpisah, tidak menggunakan intermoda atau container. Barang-barang tersebut
seperti semen, minyak, biji-bijian yang dimuat dalam bentuk tas, gulung, tong, kotak-kotak,
kardus, drum, palet, karung, kendaraan, dan lain-lain. 208―Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983‖, Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
bangunan pupuk, BBM dan sembilan bahan pokok yang lancar. Hal ini menjadi
satu kontribusi yang berarti dari peran Pelabuhan Pulau Baai. Aktivitas bongkar
muat di Pelabuhan Pulau Baai pada periode awal dapat dilihat pada tabel di bawah
ini. Berikut kegiatan arus kapal beserta penumpang dan kegiatan bongkar muat
barang di Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 1984.
Tabel 4.9 Kegiatan Bongkar Muat dan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan
Pulau Baai Tahun 1984209
Perincian Satuan Bongkar Muat
Jumlah kapal buah 738 738
Penumpang orang 335 251
Ternak (Sapi, Kerbau) ekor 2.243 -
Barang-barang
Semen ton 47.187 -
Beras ton 10.987 -
Garam ton 1.660 -
Terigu ton 1.243 -
Gula Pasir ton 1.071 -
Pupuk ton 2.408 -
Air ton - 150
Rotan ton - 45
Karet M3 - 16
Kayu gergajian M3 4 13.866,4
Kayu log ton - 91.372,8
BBM ton 14.644,5 82,5
Aspal ton 498 -
Aspal Butas ton 25.200 -
Besi ton 1.335 -
Alat-alat berat ton 2.476 279
General cargo ton 104 13
Lain-lain M.T 27 121.173
Jumlah M.T 108.844,5 117.997,7
Sumber: Bagian Pengusahaan Pelabuhan Laut Bengkulu
Berdasarkan data di atas, jenis-jenis barang yang dibongkar di Pelabuhan
Pulau Baai berupa barang konsumsi seperti beras, terigu, gula pasir, semen, besi,
hewan, pupuk, BBM, aspal, minyak dan lain-lain. Untuk jenis barang yang dimuat
adalah karet, kayu bulat, kayu gergajian, rotan, dan hasil perkebunan lainnya.210
209 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur, Op Cit hal 117 210 Ibid
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pada tahun 1984, permintaan bahan bangunan berupa semen dan aspal
meningkat terkait dengan program pembangunan jalan dan jembatan yang
diperluas dan semakin ditingkatkan oleh pemerintah di Propinsi Bengkulu.
Barang-barang konsumsi yang dibongkar di Pelabuhan Pulau Baai didatangkan
dari Pulau Jawa.
Perkembangan aktivitas bongkar muat semakin meningkat setiap tahunnya.
Aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Pulau Baai menunjukan peningkatan yang
tidak drastis. Barang-barang yang dibongkar adalah barang-barang konsumi
seperti beras, gula, terigu, pupuk, BBM, semen dan aspal. Kenaikan permintaan
kebutuhan konsumsi yang mendorong peningkatan jumlah barang yang masuk.
Aspal, semen dan BBM merupakan barang konsumsi yang tingkat permintaannya
tinggi. Hal ini berkaitan dengan program pembangunan infrastruktur yang pada
saat itu sedang gencar dilaksanakan oleh pemerintah daerah propinsi Bengkulu.
Di sisi lain kenaikan yang signifikan terlihat pada aktivitas muat barang
antar pulau. Peningkatan aktivitas muat di Pelabuhan Pulau Baai didukung oleh
jumlah hasil komoditi daerah belakang yang semakin meningkat. Berikut kegiatan
bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai sampai tahun 1988 dapat dilihat
dalam grafik di bawah ini.
Gambar 4.1 Kegiatan Bongkar Muat Antar Pulau di Pelabuhan Pulau Baai
1984-1988
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1984 1985 1986 1987 1988
BongkarAntar Pulau 100,894 142,464 170,534 161,198 166,878
Muat Antar Pulau 68,129 52,907 77,069 128,687 326,008
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Komoditi yang dimuat untuk dipasarkan antar pulau di antaranya batubara,
kayu bulat, kayu gergajian, karet dan kopi. Komoditi dominan yang dimuat
berdasarkan jumlah volumenya adalah batubara, kayu bulat dan kayu gergajian.
Sedangkan untuk komoditi karet dan kopi dipasarkan dalam jumlah kecil dan
tidak selalu ada tiap tahunnya. Kondisi ini disebabkan oleh dua komoditi tersebut
jumlahnya masih terbatas karena perkebunan masih taraf baru mulai
dikembangkan dan belum dapat berproduksi. Sementara hasil komoditi kopi dan
karet yang ada berasal dari tanaman usia tua yang produksinya sudah tidak
optimal.211
Pada tahun 1987 dan 1988 terjadi peningkatan volume barang yang
dimuat melalui pelabuhan. Peningkatan volume tesebut berasal dari komoditi
batubara yang mulai meningkat produksinya. Sejak 1984 perusahaan
pertambangan batubara di Propinsi Bengkulu yang telah berproduksi aktif ada tiga
yaitu PT. Bukit Sunur, PT. Danau Mas Hitam dan PT. Cipta Sumber Alam.
Perusahaan tambang PT Bukit Sunur merupakan perusahaan yang memproduksi
batubara yang paling besar kapasitas produksinya mencapai 181.159,9 ton pada
tahun 1988.
Aktivitas bongkar muat antar pulau diprioritaskan untuk memenuhi
pengadaan dan penyaluran bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat. Pemasaran
dan penyaluran kebutuhan pokok di Propinsi Bengkulu relatif stabil dan
terdistribusi lancar sehingga tingkat harga barang-barang konsumsi tidak
mengalami lonjakan yang berbeda dari daerah lain.
Kebijaksanaan aktivitas pelabuhan diupayakan untuk menekan serendah
mungkin volume impor untuk semua barang keperluan dalam negeri dengan
tujuan menjaga daya saing industri dalam negeri. Sedangkan kegiatan ekspor
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) dengan mengganti
barang-barang baku menjadi barang jadi.212
Kontribusi penting Pelabuhan Pulau Baai sebagai saran penunjang gerak
perekonomian dalam perdagangan ekspor impor telah memberi dampak positif
211Lihat rincian data barang yang dibongkar dan dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai pada
lampiran yang dirangkum dari sumber Statistik Perhubungan Tahun 1986, Perwakilan Biro Pusat
Statistik Propinsi Bengkulu, 1986 dan Bengkulu Dalam Angka Tahun 1988, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dan Pemerintahan Daerah Tingkat I Bengkulu dan data juga dapat dilihat dalam
Bengkulu Dalam Angka Tahun 1989, Kantor Statistik Propinsi Bengkulu dan Pemerintahan
Daerah Tingkat I Bengkulu. 212Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, hal 227
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
bagi pertumbuhan ekonomi Propinsi Bengkulu. Keberadaan Pelabuhan Pulau Baai
menjadi salah satu daya tarik bagi para investor untuk menanamkan modal di
Propinsi Bengkulu. Perkembangan tersebut dapat dilihat dengan penaman modal
dalam negeri yang semakin marak menginvestasikan modal pada sektor
perkebunan. Kelancaran arus distribusi barang dari wilayah belakang ke
pelabuhan didukung oleh perkembangan transportasi jalan yang semakin baik.
Kegiatan ekspor mulai berkembang pada tahun 1982 seiring dengan
perbaikan prasarana perhubungan darat dan laut. Sedangkan kegiatan
perdagangan luar negeri di bidang impor di Propinsi Bengkulu telah berkembang
sejalan dengan pemasukan dalam barang-barang dalam rangka Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) dan proyek-proyek pemerintah.213
Berikut arus ekspor
impor melalui pelabuhan Pulau Baai selama periode awal beroperasi tahun 1984
sampai tahun 1988.214
Gambar 4.2 Arus Ekspor Impor Melalui Pelabuhan Pulau Baai 1984-1988
213Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, hal 227 214 ―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖Memori Serah Terima Jabatan Gubernur, Op Cit
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
1984 1985 1986 1987 1988
Ekspor 19.382 23,195 113,446 120,764 186,826
Impor 1.332 1,122 6,871 439 6,555
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Pada periode ini jenis komoditi ekspor antara lain kopi, kayu, rotan karet
dan batubara. Namun komoditi paling tinggi volume muatan yang dikapalkan
melalui Pelabuhan Pulau Baai adalah batubara, kayu bulat dan kayu gergajian.
Perolehan nilai ekspor antara komoditi pertanian dan pertambangan non migas
berimbang setiap tahun, hal ini menunjukan bahwa peranan kedua sektor tersebut
sangat vital bagi Propinsi Bengkulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sektor pertanian dan pertambangan non migas merupakan tulang punggung ekspor
Bengkulu.
Komoditi ekspor utama melalui Pelabuhan Pulau Baai pada periode 1984-
1988 didominasi oleh batubara, kayu bulat dan kayu gergajian. Untuk komoditi
karet dan kopi mengalami penurunan arus ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai.
Ekspor komoditi kopi mengalami penurunan drastis pada akhir tahun 1988-
1990.215
Hal ini erat kaitannya dengan serangan hama penyakit pada perkebunan
kopi rakyat. Selain itu banyak kebun kopi yang direhabilitasi sehingga belum
sempat menghasilkan. Pada tahun 1988 arus ekspor komoditi kayu juga mulai
menunjukan penurunan. Hal ini ditunjukan dengan volume ekspor yang semakin
berkurang. Penurunan ekspor kayu erat hubungannya dengan pertumbuhan
industri pengolahan kayu yang mengolah barang setengah jadi menjadi bahan jadi
seperti plywood dan furniture. Sebaliknya komoditi batubara pada periode yang
sama menunjukan kenaikan ekspor.216
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan ekspor batubara di pelabuhan
Pulau Baai menunjukan angka kenaikan yang progresif dan cukup tajam pada
tahun 1989. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi batubara dan juga
fasilitas pendukung aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pulau Baai. Pada tahun
1989 dibangun fasilitas conveyor belt217
dengan kapasitas 500 ton untuk
mempermudah aktivitas pengapalan muatan curah kering seperti barubara.
215Lihat rincian data barang yang dibongkar dan dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai Periode
1989–2000 pada lampiran yang dirangkum dari sumber Statistik Perhubungan Tahun 1988 dan sumber Bengkulu Dalam Angka Tahun 1988 dan Bengkulu Dalam Angka Tahun 1989. 216Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, Op Cit hal 228-229 217Fasilitas conveyor belt merupakan alat pengangkut berbentuk loader berjalan untuk pelayanan
muatan kering berupa biji-bijian, pasir dan batubara
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 5
MASA PENINGKATAN MENUJU PUNCAK 1990-2010
5.1 Periode Pasang Surut 1990-2000
Memasuki era 1990-an perkembangan aktvitas pelabuhan dan kemajuan
ekspor mulai merangkak naik setelah fasilitas pendukung pelabuhan ditingkatkan
dan komoditi perdagangan dari daerah belakang sudah menghasilkan. Volume dan
jenis komoditi yang dimuat melalui pelabuhan setiap periode mengalami
fluktuasi. Hal ini berkaitan dengan permintaan di pasar yang fluktuatif dan
ketersediaan komoditi dari daerah belakang juga mempengaruhi jumlah komoditi
yang didistribusikan. Walau begitu, terjadi peningkatan aktivitas di Pelabuhan
Pulau Baai. Jenis dan volume komoditi ekspor di Pelabuhan Pulau Baai pada
tahun 1990-2000 masih tetap diwarnai oleh komoditi barubara dan karet.
Dominasi terbesar muatan komoditi batubara tetap menjadi komoditi primadona
yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau Baai.
Komoditi karet mulai didistribusikan kembali pada tahun 1991 setelah
sebelumnya tahun 1989-1990 mengalami kekosongan muatan akibat kapasitas
produksi karet yang rendah dari daerah belakang. Karet berhasil diekspor kembali
langsung ke Amerika Serikat yang berasal dari hasil perkebunan pola
pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR).218
Pada tahun selanjutnya
perkembangan berbeda terjadi pada tahun 1998, jenis komoditi kelapa sawit
olahan (Crude Palm Oil) mulai muncul sebagai komoditi ekspor.219
Ekspor batubara pada periode ini mengalami peningkatan yang signifikan
pada tahun 1995. Kenaikan volume ekspor ini disebabkan oleh peningkatan
fasilitas pelabuhan yang mendukung aktvitas bongkar muat batubara dengan
kapasitas yang lebih besar. Pada tahun ini dibangun penambahan alat conveyor
belt kapasitas 1.000 ton. Dengan demikian dapat disimpulkan, fasilitas pelabuhan
yang baik akan sangat berpengaruh besar pada peningkatan kapasitas pelabuhan
dalam memuat komoditi perdagangan. Berikut gambaran ekspor batubara yang
218―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989-1994, .hal 60 219Lihat rincian data barang yang dibongkar dan dimuat melalui Pelabuhan Pulau Baai Periode
1989–2000 pada lampiran yang dirangkum dari sumber Statistik Perhubungan Tahun 198
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
dikapalkan melalui pelabuhan Pulau Baai pada periode 1989-2000 yang disajikan
dalam grafik.
Gambar 5.1 Volume Ekspor Batubara Melalui Pelabuhan Pulau Baai
1990-2000
Peningkatan volume ekspor dipengaruhi oleh tingkat permintaan pasar yang
tinggi. Selain itu dukungan dari daerah belakang sebagai pemasok komoditi juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap aktivitas ekspor. Pemasaran batubara
selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk kebutuhan ekspor ke
negara-negara Asia, seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, India, Thailand dan
Bangladesh.220
Arus komodiri ekspor pada era tahun 1990-an juga berasal dari karet yang
menjadi komoditi unggulan kedua setelah batubara. Komodiri karet mulai
diekspor kembali pada tahun 1991 yang sebelumnya mengalami kekosongan
produksi. Ekspor perdana komoditi karet pada tahun 1991 ini berasal dari
perkebunan pola pengembangan Perkebunan Inti Rakyat dengan negara tujuan
Amerika Serikat.221
Puncak ekspor karet dan puncak ekspor terjadi pada tahun
1995. Peningkatan areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Inti
Rakyat (PIR) telah menghasilkan peningkatan produksi yang signifikan. Selain
Amerika Serikat, negara tujuan ekspor komoditi karet adalah Singapura dan
220Profil Propinsi Bengkulu, Jakarta: Bumi Aksara, 1989 hal 229 221―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989-1994, .hal 60
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
383,311
36,311
6,30750,353
89,310
1,253,719
647,169650,361
949,542
1,210,770
668,646
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Belanda. Periode tahun 1990-2000 merupakan periode pasang surut dimana
volume komoditi ekspor karet mengalami kenaikan dan penurunan yang masih
terlihat tajam. Volume arus ekspor karet pada tahun 1990-2000 dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.
Gambar 5.2 Volume Ekspor Karet Melalui Pelabuhan Pulau Baai
1990-2000
Perkembangan arus ekspor komoditi perkebunan berupa kopi dan cengkeh
pada periode 1990-2000 mengalami penurunan produksi dan tidak mencukupi
untuk diekspor. Penurunan ini terjadi disebabkan oleh areal tanaman kopi yang
berkurang sebagai akibat penertiban petani pekebun kopi dari kawasan hutan
lindung, sedangkan untuk komoditi cengkeh mengalami penurunan akibat
serangan hama penyakit. Kedua komoditi ini meskipun tidak dapat diperuntukan
sebagai komoditi ekspor pada periode ini namun masih berproduksi dalam jumlah
kecil.222
Pada akhir era tahun 1990 jenis komoditi ekspor dari hasil perkebunan mulai
bertambah berupa kelapa sawit olahan (Crude Palm Oil/CPO) yang diekspor
melalui pelabuhan Pulau Baai. Meskipun kapasitas produksinya masih terbatas,
CPO mulai diekspor dengan jumlah 26,619 ton pada tahun 1998. Perkembangan
hasil produksi semakin meningkat pada tahun 2000 menjadi 130,329 ton.
Kemajuan ekspor CPO sejalan dengan makin berkembang pabrik-pabrik
222―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu
Periode 17 Juli 1989-1994, hal 60
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
0
716 635
320
644
3,553
1,663
682
3,445
1,005
0
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pengolahan minyak kelapa sawit di Propinsi Bengkulu yang sudah berproduksi.
Selain itu areal perkebunan kelapa sawit yang semakin meluas ikut mendukung
pencapaian hasil produksi CPO yang kian meningkat
5.2 Periode Menuju Puncak 2000-2010
Pelabuhan Pulau Baai mengalami kemajuan yang signifikan memasuki
periode 2000-2010. Pelabuhan ini meraih sertifikat ISO 9002 (level of service)
sejak tahun 2000 dan pada bulan Juli 2004 meraih sertifikat Comply ISPS-Code
(International Ship and Port Facility Security).223
Penghargaan yang telah
diberikan kepada Pelabuhan Pulau Baai tersebut memberikan gambaran bahwa
pelabuhan ini telah mampu melayani kegiatan pelayanan pelabuhan dengan baik
dan memenuhi standar fasilitas keamanan pelabuhan bagi pelayaran internasional.
Berdasarkan tatanan pelabuhan nasional sesuai dengan lampiran 1B
Kemenhub No 53 tahun 2003 mengenai Hirarki Peran dan Fungsi Pelabuhan Laut,
maka di propinsi Bengkulu ditetapkan Pelabuhan Pulau Baai merupakan
pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, berfungsi sebagai tempat
persinggahan kapal, tempat bongkar muat dan juga sebagai simpul kegiatan
ekspor dan impor bagi propinsi Bengkulu.224
Kemajuan daerah belakang yang semakin pesat dalam menghasilkan
komoditi perkebunan dan pertambangan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. Masa puncak pelabuhan ini
dilihat dari gambaran aktivitas pelabuhan Pulau Baai pada periode 2000-2010
yang semakin menunjukan kemajuan dari perkembangan awal pelabuhan. Namun
di sisi lain pada saat aktivitas pelabuhan mengalami masa puncak, pelabuhan
mengalami kendala operasional yaitu pendangkalan alur pelayaran akibat
sedimentasi. Hal ini berbanding terbalik, meskipun pelabuhan terkendala oleh
masalah alur yang dangkal namun aktivitas pelabuhan tetap berjalan dan
menunjukan peningkatan.
223―Company Profile Pelabuhan Pulau Baai‖, PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2000.
Berdasarkan wawancara dengan Turniadi (49 Tahun), Supervisor Teknik Sipil Pelabuhan Pulau Baai, wawancara dilakukan tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu. 224PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Master Plan Pelabuhan Bengkulu. Dokumen
Kompilasi Data, Desember 2006
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
5.2.1 Kunjungan Kapal
Memasuki tahun 2000 kegiatan kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai
meningkat jumlahnya berdasarkan isi kotor (Gross Tonnage/GT) dari
perkembangan periode sebelumnya. Hal ini dimungkinkan semakin besarnya
jumlah muatan komoditi yang mengalir dari daerah belakang ke Pelabuhan Pulau
Baai. Peningkatan jumlah muatan ekspor terutama dari batubara di Pelabuhan
Pulau Baai dibarengi oleh produksi baru bara yang meningkat dari tahun ke tahun.
Selain itu pemintaan pasar yang meningkat juga mendorong aktivitas ekpor yang
tinggi melalui Pelabuhan Pulau Baai. Berikut arus kunjungan kapal pada periode
2000-2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.225
Tabel 5.1 Arus Kunjungan Kapal Lewat Pelabuhan Pulau Baai
Tahun 2001-2010
Tahun Kapal (Unit) Gross Tonnage (GT)
2001 474 797,557
2002 402 593,755
2003 546 830,662
2004 607 922,311
2005 849 856,114
2006 872 930,637
2007 888 1,020,130
2008 872 934,575
2009 988 1,141,522
2010 1,171 1,525,483
Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Secara umum gambaran arus kunjungan kapal di Pelabuhan Pulau Baai pada
periode 2001-2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan periode awal. Hal
itu ditunjukan oleh jumlah isi kotor yang meningkat dari periode sebelumnya.
Meskipun pada periode 2001-2010 terjadi pasang surut namun terlihat tidak
mengalami kenaikan dan penurunan yang tajam.
Kunjungan kapal mulai menunjukan peningkatan pada tahun 2003 sebanyak
546 unit dan semakin meningkat pada tahun 2009 dan mencapai puncaknya pada
225Laporan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010 yang dikeluarkan
oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
tahun 2010. Kunjungan kapal yang meningkat terkait dengan aktivitas bongkar
muat antar pulau dan aktivitas ekspor yang turut mengalami peningkatan.226
Jika ditinjau dari operasional di lapangan, Pelabuhan Pulau Baai mengalami
pendangkalan alur masuk pelabuhan akibat sedimentasi. Namun hal ini tidak
berarti berpengaruh terhadap kunjungan kapal, hanya saja kapal-kapal yang
masuk pelabuhan menjadi terbatas pada ukuran-ukuran tertentu saja.227
Bisa
dikatakan, aktivitas ekspor impor dan bongkar muat antar pulau tetap berjalan
meskipun terkendala masalah operasional.
5.2.2 Aktivitas Bongkar Muat
Aktivitas bongkar muat antar pulau di Pelabuhan Pulau Baai bertujuan untuk
pengadaan dan pemenuhan suplai komoditi antar pulau dan juga barang konsumsi.
Arus bongkar barang di Pelabuhan Pulau Baai juga meningkat karena tingkat
permintaan barang konsumsi daerah Propinsi Bengkulu yang tinggi. Berikut arus
barang yang dibongkar di Propinsi Bengkulu periode 2001-2010.
Gambar 5.3 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010228
226Sumber data Arus Kunjungan Kapal dapat diunduh pada web <www.bengkuluport.com> 227Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu. Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Bengkulu: Laporan Akhir, 2004. hal 2-3 228Lihat Data Arus Barang Bongkat di Pelabuhan Pulau Baai Periode 2001-2010 pada lampiran.
Lihat juga laporan Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja
Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu
308,839
299,284 289,332
313,722 305,164
312,876 396,066
470,385
542,867
528,497
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (NOV)
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Berdasarkan tingkat volume barang yang masuk, barang-barang konsumsi
yang utama dibongkar di Pelabuhan Pulau Baai pada periode 2000-2010 adalah
Bahan Bakar Minyak (BBM), semen, pupuk, beras, aspal, garam dan alat berat.229
Barang-barang konsumsi ini didatangkan dari Pulau Jawa. Volume arus barang
bongkar yang meningkat dari tahun ke tahun didominasi oleh permintaan semen
dan BBM. Pada tahun 2007 arus barang bongkar menunjukkan kenaikan 296,066
ton. Kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 470, 385 ton dan puncak arus
bongkar terjadi pada tahun 2009 mencapai 542,867 ton. Sebaliknya arus barang
bongkar pada tahun 2010 terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2009. Hal
ini dimungkinkan karena aktivitas pelabuhan mengalami kendala akibat
pendangkalan di alur masuk pelabuhan yang membuat kapal-kapal yang datang
membawa barang yang akan dibongkar di Pelabuhan mengalami kemacetan.
Kondisi alur masuk pelayaran yang mencapai kedalan -3,5 M LWS menyebabkan
banyak kapal kandas dan tidak dapat masuk ke pelabuhan. Kapal-kapal
pengangkut barang yang berkapasitas sedang dan besar tidak dapat masuk ke
pelabuhan sehingga harus menunggu di pintu alur masuk untuk dipandu oleh
kapal pandu menuju dermaga. Keadaan ini mengakibatkan barang-barang seperti
semen, BBM terhambat dan kadang mengalami kekosongan karena keterlambatan
aktivitas bongkar di Pelabuhan Pulau Baai yang harus memakan waktu lama. Hal
ini tidak berimbas pada kelangkaan BBM yang sering terjadi di Propinsi
Bengkulu dan harga barang seperti semen, beras mengalami kenaikan dan mahal
di pasaran Propinsi Bengkulu.230
Aktivitas muat merupakan aktivitas pendistribusian barang keluar daerah
antar pulau guna memenuhi suplai barang dalam negeri. Berdasarkan jumlah
muatan barang yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau Baai untuk pelayaran
antar pulau menunjukan kenaikan yang lambat. Barang-barang utama yang dimuat
adalah batubara dan CPO. Untuk komoditi lain seperti kayu log, kayu gergajian,
karet dan cangkang terlihat dimuat dalam jumlah skala kecil dan tidak setiap
tahun secara regular dimuat. Konsekuensi logis dari jenis komoditi yang
229Ibid 230―Gara-Gara Pelabuhan Pulau Baai Dangkal, Pasokan BBM Terhambat‖. Diakses 23 Agustus
2010<http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/08/164004/126/101/Gara-
Gara_Pelabuhan_Pulau_Baai_Dangkal_Pasokan_BBM_Terhambat>
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
didistribusikan berkurang, maka mempengaruhi jumlah arus barang yang dimuat.
Dengan demikian kenaikan arus barang muat terlihat tidak signifikan. Berikut
arus barang muat melalui Pelabuhan Pulau Baai dapat dilihat dari grafik di bawah
ini.
Gambar 5.4 Arus Muat Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010
Arus barang muat dari segi jumlahnya didominasi oleh batubara.
Peningkatan arus barang muat melalui Pelabuhan menunjukan kenaikan pada
tahun 2008. Kenaikan barang muat pada tahun 2008 didominasi oleh komoditi
batubara yang berjumlah 133,062 ton dan CPO berjumlah 84,223 ton.231
Pada
tahun 2009 meningkat arus muat juga didominasi oleh batubara yang berjumlah
307,188 ton dan CPO berjulah 107,230. Puncak arus muat barang terjadi pada
tahun 2010 dimana jumlah batubara yang dimuat mencapai 359,170 dan CPO
mencapai 119,632 ton. Daerah tujuan muat batubara dan cangkang dalam
pelayaran antar pulau dikapalkan ke Padang, Sibolga dan Tarakan.232
Volume
muat batubara dan CPO dapat dilihat pada grafik berikut ini.
231Lihat Arus Barang Muat Melalui Pelabuhan Pulau Baai Pada Periode 2001-2010 pada lampiran. 232Ibid
87,227
117,638
175,566 188,536 169,345
138,938
116,417
218,644
411,418
478,802
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (NOV)
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Gambar 5.5 Volume Muat Antar Pulau Komoditi Batubara dan CPO 2001-2010
Arus muat barang dari komoditi batubara dan CPO mengalami kenaikan
disebabkan permintaan batubara di dalam negeri yang meningkat. Selain itu pada
tahun 2010 terjadi peningkatan produksi CPO dan batubara dari daerah
belakang.233
Pada tahun 2009, kegiatan pemuatan batubara mencapai 1.466.468
ton yang berasal dari 12 perusahaan batubara. Sedangkan pada tahun 2010
kegiatan pemuatan batubara meningkat mencapai 2.041.444 ton yang berasal dari
14 perusahaan batubara. Dari beberapa perusahaan yang melakukan kegiatan
pemuatan batubara di Pelabuhan Pulau Baai, PT Rekasindo dan PT Bukit Sunur
yang terbesar melakukan pemuatan.234
Dari keseluruhan total kegiatan pemuatan
batubara tersebut sebagian ditujukan untuk muatan antar pulau dan yang terbesar
ditujukan untuk muatan ekspor.
Aktivitas ekspor pada periode 2000–2010 mulai mengalami kemajuan pada
tahun 2004 dan terus meningkat dan mencapai puncak pada tahun 2010 dengan
jumlah 2.050.155 ton. Komoditi ekspor unggulan yaitu batubara, karet, cangkang
dan CPO. Komoditi ekspor yang dominan adalah batubara yang hampir mencapai
233Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu 234Lihat data Daftar Perusahaan Batu Bara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan Batu Bara Tahun
2009 dan Tahun 2010 pada lampiran, sumber Laporan PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu
dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Pelabuhan Bengkulu
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Batubara
CPO
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
mencapai 95 persen dari total volume ekspor Propinsi Bengkulu.235
Komoditi
ekspor yang menduduki peringkat kedua adalah karet dan dikuti oleh cangkang
dan CPO.236
Komoditi yang selalu rutin dimuat adalah batubara, sedangkan untuk
komoditi lain bersifat fluktuatif. Namun pada tahun 2003 karet mulai menjadi
komoditi yang kontinu diekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai. Berikut
peningkatan arus barang ekspor dapat dilihat pada grafik arus barang ekspor
melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010.
Gambar 5.6 Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010237
Peningkatan arus barang ekspor menunjukan kemajuan yang signifikan
mulai tahun 2007 mencapai 807,826 ton dan terus mengalami kenaikan pada
tahun 2008 sebesar 1,000,988 ton. Berdasarkan tingkat volumenya, ekspor
melalui Pelabuhan Pulau Baai berasal dari empat komoditi andalan yaitu batubara,
kemudian diikuti oleh karet, cangkang dan CPO. Puncak ekspor melalui
Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 2010 mencapai 2,052,155 ton dengan komoditi
utama batubara. Puncak ekspor pada tahun 2010 merupakan pencapaian tertinggi
235Bengkulu dalam Angka Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, 2000. 236PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Pelabuhan Bengkulu. Dokumen Kompilasi Data,
Desember 2006. 237 Data Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010, dikeluarkan oleh
PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
410,606 405,176 384,651
627,925 663,245
807,826
991,261
1,000,988
1,071,277
2,052,155
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (NOV)
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
ekspor batubara dalam sejarah aktvitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai.238
Berikut
volume arus ekspor komoditi andalan yang dikapalkan melalui Pelabuhan Pulau
Baai dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.7 Volume Ekspor Komoditi Andalan Melalui Pelabuhan Pulau Baai
2001-2010239
Berdasarkan grafik di atas, volume ekspor batubara mulai mengalami
peningkatan sejak tahun 2007 dengan jumlah 960,543 ton kemudian pada tahun
2008 mencapai 989.422 ton dan 2009 ton mengalami kenaikan menjadi 991.671
ton dan ekspor batubara mencapai puncaknya pada tahun 2010 dengan kenaikan
volume ekspor yang tajam mencapai 1.859.603.240
Keberhasilan ini didukung oleh
tingkat produksi batubara yang tinggi dari daerah belakang.241
Ekspor batubara
pada tahun 2009-2010 merupakan masa puncak ekspor yang dukung oleh
produksi batubara yang tinggi dari perusahaan-perusahaan batubara yang
melakukan kegiatan pemuatan di Pelabuhan Pulau Baai. Pada tahun 2009 terdapat
12 perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan
batubara dengan jumlah volume produksi yang meningkat. Gambaran 238Wawancara Turniadi (50 tahun), Supervisor Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu dan Amir Wijaya (49 tahun), Supervisor Administrasi Umum PT (Persero) Pelindo II
Cabang Bengkulu, wawancara dilakukan tanggal 5 Mei 2011 di Kantor PT Persero) Pelindo II
Cabang Bengkulu 239 Data Arus Barang Ekspor Melalui Pelabuhan Pulau Baai Tahun 2001-2010, dikeluarkan oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010 (Telah diolah kembali) 240 Lihat Data Arus Barang Ekspor…Ibid 241PT (Persero) Pelindo II. Studi Tinjau Ulang Pelabuhan Bengkulu, Dokumen Kompilasi Data,
Desember, 2006.
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Batubara
CPO
Karet
Cangkang
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
peningkatan produksi dan total volume kegiatan pemuatan batubara melalui
Pelabuhan Pulau Baai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.2 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan KegiatanPemuatan
Batubara Tahun 2009
No Nama Perusahaan Batubara Jumlah (dalam ton)
1 PT. Core Mineral Indonesia 590.566
2 PT Bukit Bara Sejahtera 188.479
3 PT Ratu Samban Mining 175 785
4 PT Bara Adipratama 158.415
5 PT Inti Bara Perdana 150.716
6 PT Titan 63.213
7 PT Mineral Anugerah Sejahtera 40.759
8 PT Panca Makmur Bersama 36.633
9 PT Sanfax 36.223
10 PT Indonesia Riau Sri Avantika 16.316
11 PT Emirat 7.541
12 PT Saribumi Adilestari 1.732
Jumlah 1.466.468
Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2009 (telah diolah)
Dari tabel di atas menunjukan peningkatan produksi batubara merupakan
faktor utama penggerak aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai meningkat.
Total jumlah produksi dari keseluruhan perusahaan batubara yang mencapai
1.466.468 ton dimuat terutama untuk tujuan ekspor ke luar negeri dan sebagian
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada tahun 2010 merupakan puncak ekspor batubara dengan pencapaian
volume ekspor yang naik secara signifikan mencapai angka 1,859,603 ton.
Peningkatan ini didukung oleh total volume produksi dari perusahaan-perusahaan
pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan. Berikut daftar
perusahaan batubara yang melakukan pemuatan di Pelabuhan Pulau Baai.
Tabel 5.3 Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan
Batubara Tahun 2010
No Nama Perusahaan Batubara Jumlah (dalam ton)
1 PT. Rekasindo 486.532
2 PT. Bukit Sunur 452.015
3 PT. Ratu Samban Mining 214.446
4 PT. Irsa 213.521
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
5 PT. Titan Mining 201.341
6 PT. Bara Adi Pratama 122.758
7 PT. Bar Indah Lestari 95.235
8 PT Cita Selaras 86.979
9 PT. Sanfax 47.759
10 PT. Indonesia Riau 40.583
11 PT. Panca Makmur Bersama 36.214
12 PT. Borneo 28.144
13 PT. Danau Mas Hitam 9.025
14 PT Iru 6.892
Jumlah 2.041.444
Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010 (telah diolah)
Perusahaan pertambangan batubara yang melakukan kegiatan pemuatan
batubara melalui Pelabuhan Pulau Baai pada tahun 2010 mengalami peningkatan
menjadi 14 perusahaan dengan total jumlah muatan mencapai 2.041.444 ton.
Perusahaan pertambangan batubara yang paling besar melakukan pemuatan
adalah PT Rekasindo dan PT Bukit Sunur.
Pada periode tahun 2007-2010 Pelabuhan Pulau Baai mulai mengalami
kenaikan aktivitas ekspor yang sebelumnya mengalami kondisi yang menurun
akibat pemanfaatan Pelabuhan Pulau Baai yang kurang optimal. Pada masa
puncak aktivitas ekspor yang mulai menunjukan kenaikan pada tahun 2007,
Pelabuhan Pulau Baai mengalami kendala operasional berupa sedimentasi yang
menyebabkan pendangkalan alur pelayaran. Puncak pendangkalan pelabuhan
terjadi pada tahun 2010 dengan kedalaman alur pelayaran mencapai -3,5 M LWS
yang sebelumnya -10 M LWS. Pendangkalan di pintu masuk pelabuhan ini
menyebabkan banyak kapal-kapal kandas dan kapal bertonase besar tidak dapat
masuk ke pelabuhan.
Namun, hal ini tidak menunjukan pengaruh yang berarti bagi aktivitas
ekspor dari Pelabuhan Pulau Baai. Dalam mengatasi kendala operasional tersebut
agar pelabuhan tetap dapat melakukan aktivitas muat, maka cara ang dilakukan
adalah dengan sistem transshipment. Komoditi ekspor yang akan dikapalkan
menggunakan kapal angkut berkapasitas 30 ribu ton dan tongkang menuju Pulau
Tikus dimana kapal-kapal besar pengangkut komoditi ekspor bersandar. Cara ini
menjadi tidak efisien dalam hal waktu dan biaya bongkar-muat. Namun tidak ada
cara lain, bagi kegiatan pemuatan batubara dari perusahaan-perusahaan
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
pertambangan batubara yang tergantung dengan pelabuhan ini dalam
mendistribusikan hasil produksi.242
Berdasarkan gambaran volume ekspor komoditi andalan pada tahun 2001-
2010, komoditas penopang diekspor dari pelabuhan Pulau Baai Bengkulu hanya
batubara, karet setengah jadi (crumb rubber) dan cangkang kelapa sawit,
sedangkan jenis kopi, kakao dan minyak mentah kelapa sawit (CPO) dikapalkan
dari pelabuhan daerah lain. Negara tujuan ekspor batubara dan cangkang yaitu
Malaysia, India, Thailand, Philipina dan Jepang. Untuk karet (crumb rubber)
diekspor ke negara Amerika melalui Singapura.243
Komoditi CPO dan kopi yang mengalami penurunan muatan melalui
Pelabuhan Pulau Baai disebabkan oleh pendangkalan alur masuk pelabuhan
menyebabkan kapal-kapal pelayaran pengangkut hasil produksi yang akan
diekspor berkurang. Kapal-kapal ini lebih memilih untuk singah ke pelabuhan lain
seperti di Pelabuhan Teluk Bayur dan Pelabuhan Panjang. Akibat kunjungan
kapal-kapal yang menurun maka produsen penghasil komoditi enggan
mendistribusikan ke Pelabuhan Pulau Baai. Perusahaan-perusahaan perkebunan di
wilayah Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan menyediakan CPO dan batubara.
Namun perusahaan ini mengalirkan hasil produksinya untuk didistribusikan
melalui pelabuhan lain yang terdekat. Seperti Perusahaan minyak kelapa
sawit/CPO di wilayah Bengkulu Utara mengekspor ke Padang, sedangkan
perusahaan minyak kelapa sawit/CPO Bengkulu Selatan diekspor ke Pelabuhan
Jambi, Pelabuhan Tanjung Api-Api (Palembang) dan Pelabuhan Panjang
(Lampung).244
Dengan demikian dapat dikatakan, puncak aktivitas ekspor dari
Pelabuhan Pulau Baai hanya berasal dari komoditi batubara dan karet.
Gambaran aktivitas impor di Pelabuhan Pulau Baai hanya berjumlah skala
kecil. Hal ini karena Pelabuhan Pulau Baai lebih dominan melayani aktivitas
ekspor. Arus barang impor yang masuk melalui Pelabuhan Pulau Baai dilihat dari
242Amin Wijaya, (48 tahun), Supervisor Administrasi Umum PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, tanggal 5 Mei 2011, di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu
243Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR
RI ke Pelabuhan Bengkulu 244 Wawancara Sugeng Darojati, (40 tahun), Kasi Kepelabuhan dan Perkapalan, Dinas
Perhubungan Propinsi Bengkulu, tanggal 4 Mei 2011, di Kantor Dinas Perhubungan Propinsi
Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
volume terbilang rendah hanya mencapai kisaran 1,000 ton sampai 23,000 per
tahun. Rendahnya arus barang impor dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 5.8 Arus Impor Barang di Pelabuhan Pulau Baai 2001-2010
Aktivitas impor melalui Pelabuhan Pulau Baai hanya berjumlah skala kecil.
Hal ini karena pelabuhan ini lebih banyak melayani aktivitas ekspor dari pada
impor. Dari segi jenisnya, barang impor yang masuk melalui Pelabuhan adalah
pupuk, beras, garam, gula pasir dan aspal. Pada tahun 2001 arus barang impor
yang masuk melalui Pelabuhan Pulau Baai hanya pupuk. Kemudian pada tahun
2002 barang impor yang masuk mencapai kenaikan yang cukup drastis dengan
adanya impor beras yang didatangkan dari India. Pada tahun 2007 arus barang
impor mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu tajam. Pada tahun 2007-2010
komoditi impor yang masuk ke Pelabuhan Pulau Baai berupa aspal curah yang
dari Singapura.245
245Laporan PT (Persero) Pelabuhan II Cabang Bengkulu dalam Kunjungan Kerja Komisi VI DPR
RI ke Pelabuhan Bengkulu
1,212
23,031
0 618
3,248
0
8,499
6,258
2,056 4,101
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (NOV)
Ton
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Usaha pengajuan usul pembangunan Pelabuhan Pulau Baai sudah
diupayakan sejak Propinsi Bengkulu berdiri pada tahun 1968. Namun realisasi
pembangunan fisik Pelabuhan Pulau Baai terlaksana pada tahun 1980. Hal ini
disebabkan karena prioritas pembangunan pada program Pelita I dan II lebih dulu
difokuskan konsolidasi aparatur negara, perbaikan infrastruktur jalan dan
jembatan serta pengembangan daerah belakang sebagai pemasok komoditi
perdagangan sehingga mendukung aktivitas pelabuhan.
Seiring dengan perkembangan daerah belakang yang semakin pesat
menghasilkan komoditi perdagangan, maka perkembangan aktivitas Pelabuhan
Pulau Baai yang mulai beroperasi tahun 1984 turut mengalami peningkatan.
Perkembangan daerah belakang yang menghasilkan komoditi ekspor andalan
seperti karet, kopi, kelapa sawit olahan dan batubara turut ikut mendorong
aktivitas pelabuhan semakin mengeliat memasuki era tahun 1990.
Berdasarkan temuan data aktivitas pelabuhan selama periode tahun 1984-
2010, pelabuhan ini lebih banyak didominasi oleh aktivitas ekspor dengan
komoditi utama yaitu batu-bara. Komoditi batubara menjadi tulang sendi utama
penggerak aktivitas ekspor di Pelabuhan Pulau Baai. Sedangkan komoditi andalan
lainnya dari sektor perkebunan seperti karet, kopi dan CPO mengalami fluktuasi
dan pasang surut setiap tahunnya sehingga tidak selalu kontinyu dimuat melalui
Pelabuhan Pulau Baai.
Kondisi demikian disebabkan oleh Pelabuhan Pulau Baai mengalami
kendala operasional berupa tingkat sedimentasi yang tinggi yang menyebabkan
pendangkalan di pintu alur masuk pelabuhan. Kendala operasional ini
menyebabkan biaya operasioanal pelabuhan yang besar karena dibutuhkan
pengerukan rutin setiap tahunnya.
Pada tahun 2010 merupakan puncak aktivitas pelabuhan. Namun di sisi lain
terjadi pendangkalan yang parah pada alur pelabuhan Pulau Baai hingga mencapai
kedalaman -3,5 M LWS. Kondisi alur pelabuhan yang semakin dangkal
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
menyebabkan kapal-kapal besar berukuran 15.000 ton tidak dapat masuk dan
kandas di pintu masuk pelabuhan. Namun situasi ini tidak berdampak pada
turunnya aktivitas ekspor di Pelabuhan ini. Dalam kondisi yang mengkhawatirkan
terancam lumpuh, Pelabuhan Pulau Baai mengalami kemajuan puncak ekspor
pada tahun 2010. Hal ini sangat kontradiktif, mengingat alur pelayaran merupakan
hal yang sangat vital sebagai pintu masuk kapal-kapal ke pelabuhan.
Muatan ekspor di Pelabuhan Pulau Baai yang mengalami puncaknya,
didominasi oleh batubara. Komoditi lain seperti CPO dan karet mengalami
penurunan. Dengan demikian dapat dikatakan, masa puncak aktivitas ekspor di
Pelabuhan Pulau Baai hanya bertumpu pada satu komoditi ekspor yaitu batubara,
tetapi tidak diimbangi dengan komoditi andalan lainnya
Pegembangan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pelabuhan utama pada
akhirnya menjadi dilematis karena di satu sisi berperan terhadap peningkatan
ekspor batubara yang mencapai puncaknya pada tahun 2010 tetapi di sisi lain
menurunkan jumlah jenis komoditi yang selama ini menjadi andalan Bengkulu
yaitu CPO dan karet. Kedua komoditi akhirnya harus didistribusikan melalui
pelabuhan daerah lain sehingga hal ini menyebabkan kerugian bagi pihak PT
(Persero) Pelindo II dan juga mengurangi pendapatan daerah. Tidak hanya itu,
dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya masalah
pendangkalan adalah arus suplai barang konsumsi yang tersendat karena aktivitas
bongkar muatan kapal di pelabuhan terlambat. Akibatnya tak jarang daerah
Bengkulu mengalami kelangkaan barang-barang konsumsi dan terpaksa
mendatangkan barang-barang tersebut dari pelabuhan daerah lain. Jadi, sudah
dipastikan harga barang-barang konsumsi di pasaran akan meningkat akibat tidak
optimalnya peran pelabuhan sebagai pintu gerbang lalu lintas barang.
6.2 Epilog
Jika dilihat dari potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Propinsi
Bengkulu, daerah ini besar peluangnya untuk menjadi daerah yang maju
perekonomianya terutama dari sektor perkebunan dan pertambangan. Namun
kemajuan suatu wilayah tidak dapat didukung hanya karena memiliki potensi
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
sumber daya alam saja, namun juga harus didukung oleh infrastruktur yang baik
sebagai akses transportasi pendistribusian hasil-hasil produksi tersebut.
Perkembangan perdagangan dunia pada masa globalisasi sekarang ini
membutuhkan akses transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan
lainnya bahkan negara satu dengan lainnya. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan
transportasi laut yang dapat mengakut komoditi perdagangan dalam skala besar
dengan waktu yang efisien. Di sinilah peran pelabuhan menjadi satu kebutuhan
penting untuk dikembangkan sebagai pintu gerbang lalu lintas komoditi
perdagangan baik tujuan antar pulau maupun antar negara.
Pelabuhan Pulau Baai yang didukung oleh daerah hinterland yang prospektif
menghasilkan komoditi yang bernilai ekspor tinggi, sudah selayaknya
dikembangkan dan diberikan perhatian khusus dalam hal peningkatan fasiltas
pelabuhan dan penaggulangan kendala operasional yang selama ini membuat
pelabuhan ini tidak berfungsi optimal.
Masa puncak ekspor yang selama ini dicapai bisa melebihi target jika
pengembangan infrastruktur ditingkatkan dan pelabuhan dalam kondisi yang
prima sehingga hal ini dapat mendukung pencapaian ekspor yang semakin
meningkat untuk waktu ke depan. Jika ditinjau dari posisi Pelabuhan Pulau Baai
yang berdampingan dengan Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Panjang dan
Pelabuhan Palembang yang sudah berkembang lebih dulu. Maka Pelabuhan Pulau
Baai juga dapat berkembang mengimbangi kemajuan pelabuhan-pelabuhan
tersebut.
Pelabuhan Pulau Baai mempunyai daerah hinterland yang juga berbatasan
dengan pelabuhan-pelabuhan tersebut. Namun jika dilihat dari segi jarak tempuh
yang menghubungkan daerah belakang dengan Pelabuhan Pulau Baai, sebenarnya
jarak tersebut lebih terjangkau, namun belum ada akses jalur transportasi kereta
api yang dapat mengangkut komoditi perdagangan tersebut secara massal.
Dengan pengembangan sektor perkebunan dan pertambangan daerah
belakang yang didukung oleh peningkatan infrastruktur transportasi jalur kereta
api serta pelabuhan dengan fasilitas yang baik, niscaya keterbatasan
perkembangan Propinsi Bengkulu yang selama ini terisolasi mampu menjadi
daerah yang maju.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Peran penting pelabuhan tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan daerah secara makro, namun juga memberikan sumbangan yang
besar terhadap kelancaran arus barang-barang konsumsi bagi masyarakat sehingga
jumlah dan harga barang konsumsi di pasaran dapat terkendali dan terjangkau
oleh masyarakat secara umum.
Sedangkan ditinjau dari kancah perdagangan global, Pelabuhan Pulau Baai
berada pada perairan Samudera Hindia yang sedang dikembangkan menjadi jalur
alternatif pelayaran akibat volume hilir mudik kapal-kapal dagang di jalur Selat
Malaka yang semakin meningkat. Orientasi perdagangan dunia sekarang telah
beralih ke negara-negara industri baru di kawasan Asia Timur, yang sudah pasti
pada masa yang akan datang perkembangan akitivitas perdagangan di jalur Selat
Malaka semakin padat dan ramai.. Perairan Samudera Hindia ini dapat dipakai
sebagai rute alternatif yang dapat dilalui oleh kapal-kapal dagang dan tanker-
tanker minyak, sehingga keberadaan sebuah pelabuhan dalam rute ini akan
semakin diperlukan. Dalam hal ini, Pelabuhan Pulau Baai telah menempati lokasi
yang strategis sehingga pelabuhan ini dapat dipersiapkan sebagai pelabuhan yang
dapat mampu menghadapi perkembangan globalisasi dan ikut berkontribusi bagi
kelancaran aktivitas perekonomian dunia.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arsip
Bengkulu Dalam Angka 1988, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Bengkulu Dalam Angka 1989, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Bengkulu Dalam Angka 1990, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Bengkulu Dalam Angka 2000, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Bengkulu Dalam Angka 2007, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Bengkulu Dalam Angka 2009, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Bengkulu Dalam Angka 2010, Kerja Sama Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu, Kantor Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1982, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1986, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1994, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1996, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 1998, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2001, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2006, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2007, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Statistik Perhubungan Propinsi Bengkulu 2009, Badan Pusat Statistik Propinsi
Bengkulu
Program Strategis Sektor Perhubungan Provinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan
Propinsi Bengkulu
Proposal Pembangunan Jalur Kereta Api Kora Padang-Pulau Baai dalam
Menunjang Pembangunan Wilayah Propinsi Bengkulu, Pemerintah Daerah
Provinsi Bengkulu Dinas Perhubungan, 2007
Proposal Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, Dinas Perhubungan
Provinsi Bengkulu, 2007
Proposal Studi Sedimentasi Di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, Dinas
Perhubungan Provinsi Bengkulu, 2007
Proposal Pengembangan Break Water Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, Dinas
Perhubungan Provinsi Bengkulu, 2007
Proposal Pengerukan Alur Pelabuhan Pulau Baai, Dinas Perhubungan Provinsi
Bengkulu, 2007
Monografi Daerah Bengkulu Jilid I. Tim Monografi Daerah Bengkulu. Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI
Monografi Propinsi Bengkulu Tahun 1983, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Bengkulu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Project Prospectus Development of Port Related Industry At Bengkulu Port,
Indonesia Port Corpration II, 1984
Laporan Tahunan Tahun Anggaran 1981/1982. Kantor Wilayah Departemen
Penerangan Propinsi Bengkulu. Proyek Operasi Penerangan Bengkulu
―10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
―Bengkulu Kini‖ Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Bengkulu Periode 17 Juli 1989 s/d 17 Juli 1994
Pendapatan Regional Propinsi Bengkulu 1983-1991. Perwakilan Biro Pusat
Statistik. Kantor Statistik Propinsi Bengkulu
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bengkulu. 22 Tahun Propinsi Bengkulu 18
November 1990. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Monografi Propinsi Bengkulu 1995, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Bengkulu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Indonesia Port Corpration II Corporate Primer, 1993
Buku Data Pokok Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Dati I Bengkulu
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 1995/1996
Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Bengkulu, Dinas Perhubungan Propinsi
Bengkulu, 2004
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Rencana Induk Pelabuhan Bengkulu Propinsi Bengkulu, Departemen
Perhubungan Republik Indonesia, 2008
Laporan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Bengkulu dalam Kunjungan
Kerja Komisi VI DPR-RI, 2008
Company Profile PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), 2008
Buku
Anwar, Rosihan. Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2005
Braudel, Ferdinand. The Mediterranean and the Mediterranean World in The Age
of Philip II. (Volume II) London: University of California Press, 1995.
Broeze, Frank. Brides of the Sea: Port Cities of Asia From the 16th
-20th
Centuries,
Kensington: New South Wales University Press, 1989.
Burhan, Firdaus. Bengkulu dalam Sejarah. Jakarta: Yayasan Pengembang Seni
Budaya Nasional Indonesia, 1988
Chauduri, K.N. Trade and Civilisation in the Indian Ocean, An Economic History
from The Rise of Islam to 1750. Cambridge: Cambridge University Press,
1985.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Dault, Adhyaksa. Pemuda dan Kelautan. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo, 2008
Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Ekonomi Indonesia Selama Empat
Tahap Pelita. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1989.
Hall, Kenneth. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia.
Honolulu: University of Hawaii Press, 1985.
Ichimura, Shinichi (Ed). Pembangunan Ekonomi Indonesia. Masalah dan
Analisis. Jakarta: UI Press, 1989
Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Yogjakarta: Penerbit
Ombak, 2007.
Lapian, Adrian B. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut. Jakarta: Komunitas
Bambu, 2008
______________, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke 16-17. Jakarta:
Komunitas Bambu, 2008
______________, Soewadji Sjafei (ed), Sejarah Sosial Daerah Bengkulu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984
Reid, Anthony. Pendahuluan: Pasar dan Misteri. Dalam Anthony Reid (Ed).
Sumatera Tempo Doeloe Dari Marco Polo sampai Tan Malaka. Jakarta:
Komunitas Bambu, 2010
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Yogjakarta: Gajah Mada University
Press, 1989.
Setiyanto, Agus. Orang-Orang Besar Bengkulu Riwayatmu Dulu. Yogjakarta:
Penerbit Ombak, 2001
___________, Elite Pribumi Bengkulu Perspektif Sejarah Abad ke 19. Jakarta:
Balai Pustaka, 2001
Soedjono, Wiwoho. Pengangkutan Laut Dalam Hubungannya Dengan Wawasan
Nusantara. Jakarta: Bina Aksara, 1983.
Susanto, Darwin. Menyibak Misteri Bangkahulu. Yogjakarta: Penerbit Ombak,
2010
Tim Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Provinsi Bengkulu, Sejarah
Daerah Bengkulu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan
Kebudayaan Daerah, 1977/1978
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Tim Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Provinsi Bengkulu.
Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Bengkulu. Departement Pendidikan
dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, 1978/1979
Triatmodjo, Bambang. Pelabuhan. Yogjakarta: Beta Offset, 2003
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,
P. Lim Pui Hen, James H. Morrison dan Kun Chong Guan (ed.), Sejarah Lisan di
Asia Tenggara, R. Z. Leirissa (alih bahasa), Jakarta: LP3ES, 2000
Purwaka, Tommy H. Pelayaran Antar Pulau Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara,
1993
Zuhdi, Susanto. Cilacap 1830-1942 Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan Di
Jawa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2001
Karya yang tidak dipublikasikan
Linda Sunarti, Pembangunan dan Perkembangan Swettenham di Malaysia 1900-
1983. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Makalah dan Jurnal
Novita, Aryandini dan Darmansyah, Perkembangan Arsitektur Kota Bengkulu
Masa Kolonial (Makalah)
Lapian, Adrian B. Mendekati Sejarah Nusantara dari Laut. The Habibie Center.
Years 1999-2010. Makalah Presentasi Penerimaan Habibie Award 2010,
Puri Ratna, Hotel Grand Sahid Jaya. Jakarta: Penerbit Yayasan Sumber Data
Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM IPTEK), 2010
Lapian, Adrian B. Sejarah Nusantara Sejarah Bahari. Pidato pengukuhan yang
diucapapkan pada upacara penerimaan jabatan Guru Besar Luar Biasa
Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tanggal 4 Maret 1992
Tata Kota Bengkulu Abad XVIII dalam Jurnal Arkeologi Siddhayatra Nomor
1/III/Mei/, 1998
Artikel Surat Kabar/Majalah Online:
Agus Setiyanto, Sejarah Bengkulu,
<http://agussetiyanto.wordpress.com/tag/sejarah-bengkulu> Diakses 29
Desember 2010
Gambaran Umum Pelabuhan Bengkulu: Sejarah Singkat,
<http://www.bengkuluport.com> Diakses 10 Desember 2010
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
156 Kapal besar kandas di Pulau Baai. Bisnis, 09 November 2010.
<http://www.bisnis.com> Diakses 10 Januari 2011
Dua Kapal Kandas di Pelabuhan Pulau Baai. Tempointeraktif: Sabtu, 26
September
2009<http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/09/26/brk,20090926-
199473,id.html> Diakses pada tanggal 29 September 2011
Pendangkalan Ancam Pelabuhan Baai. Media Indonesia: Jumat, 12 November
2010.
<http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/11/181306/126/101/Pendan
gkalan_Ancam_Pelabuhan_Baai> Dakses tanggal 26 Juni 2011
Gara-Gara Pelabuhan Pulau Baai Dangkal, Pasokan BBM Terhambat..Media
Indonesia,<http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/08/164004/126/1
01/Diakses 23 Agustus 2010
Pelindo Targetkan Kapalkan 3 Juta Ton Batu Bara, Diakses Minggu, 5 Desember
2010<http://www.metrotvnews.com/read/news/2010/12/05/35990/Pelindo-
Targetkan-Kapalkan-3-Juta-Ton-Batu-Bara> Diakses 22 Juni 2011
Pelindo Optimistis Pengapalan Batu Bara terus Meningkat. Diakses Rabu, 24
November2010<http://www.mediaindonesia.com/read/2010/11/11/183688/2
1/2/Pelindo_Optimistis_Pengapalan_Batu_Bara_terus_Meningkat>
Pelabuhan Pulau Baai Alami Pendangkalan Hebat. Diakses 20 Januari 2011.
<http://www.suarapembaruan.com/home/pelabuhan-pulau-baai-alami-
pendangkalan-hebat/2862>
Wawancara:
Amin Wijaya, (48 tahun), Supervisor Administrasi Umum PT (Persero) Pelindo II
Cabang Bengkulu, tanggal 5 Mei 2011, di Kantor PT (Persero) Pelindo II
Cabang Bengkulu
Bahari, (55 tahun), warga kampong nelayan desa Selebar, tanggal 6 Mei 2011, di
kampung nelayan desa Selebar
Eko Hadi Saputra, (33 tahun), Staff Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi
Bengkulu, tanggal 7 Mei 2011 di Kantor Bappeda Propinsi Bengkulu
Sugeng Darojati, (40 tahun), Kasi Kepelabuhan dan Perkapalan, Dinas
Perhubungan Propinsi Bengkulu, tanggal 4 Mei 2011, di Kantor Dinas
Perhubungan Propinsi Bengkulu
Turniadi, (50 tahun), Supervisor Teknik Sipil PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu, tanggal 5 Mei 2011, di Kantor PT (Persero) Pelindo II Cabang
Bengkulu.
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1
DATA FASILITAS PELABUHAN BENGKULU A.Fasilitas Kolam & Dermaga.
NO NAMA FASILITAS PANJANG LEBAR KEDALAMAN KET
(M') (M')
1 Kolam Pelabuhan 4.000 2.500 - 2 s/d -12 M LWS Baik
2 Break Water ( Penahan
Gelombang)
- Sebelah Kiri 652 6 - Baik
- Sebelah Kanan 420 6 - Baik
3 Alur Masuk Pelabuhan :
- Kanal 1.000 400 - 1 s/d -7 M LWS Baik
- Alur Pelayaran 1.900 80 - 7 M LWS Baik
4 Dermaga Samudera 165 18 - 7 M LWS Baik
5 Dermaga Nusantara 84 18 - 7 M LWS Baik
6 Dermaga Lokal 124 10 - 3 M LWS Baik
7 Dolpin Dermaga Samudera
- Breasting Dolpin 2 buah 5,5 6,5 - 10 M LWS Baik
- Moring Dolpin 4 buah 3,5 4 - 6 M LWS Baik
B.Fasilitas Tanah, Lapangan & Gudang Penumpukan
NO NAMA FASILITAS PANJANG LEBAR LUAS KET
(M') (M')
1 Tanah Daratan - - 1.192,6 Ha Baik
2 Kolam Pelabuhan :
- Perairan Dalam - - 1.000 Ha Baik
- Perairan Luar - - 2.183,47 Ha Baik
3 Gudang Samudera 70 35 2.450 M2 Baik
4 Gudang Lokal 50 35 1.750 M2 Baik
5 Lapangan Penumpukan
- Lapangan Samudera - - 1.100 M2 Baik
- Nusantara - - 6.772 M2 Baik
C. Fasilitas Peralatan
NO NAMA FASILITAS JUMLAH SATUAN KAPASITAS KET
1 Kapal Tunda 1 Unit 1.160 HP Baik
2 Kapal Pandu 1 Unit 400 HP Baik
3 Conveyor belt
- Conveyor Belt A 1 Unit 500 T/JAM Baik
- Conveyor Belt B 1 Unit 1000 T/JAM Baik
4 Crane IHI 1 Unit 25 TON Baik
5 Forklift Datsun 2 Unit 2 TON Baik
Forklift Toyota 1 Unit 3 TON Baik
6 Hoper Box 4 Buah 8 TON Baik
7 PMK 1 Unit 5 TON Baik
8 Air Minum (Bak Reservoir)
- Dermaga Samudera 1 Unit 50 TON Baik
- Dermaga Lokal 1 Unit 50 TON Baik
Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Struktur Organisasi Pelabuhan Bengkulu
PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA II CABANG BENGKULU
General Manager
Manager Pelayanan
Jasa
Supervisor Rendal
Supervisor Pelayanan, Kapal & Barang
Supervisor Pelayanan
Umum
Supervisor Pemandu &
Penunda
Supervisor TELKOM & Administrasi
Manager Usaha
Terminal
Supervisor Pelayanan
Bongkar Muat
Supervisor Peralatan
Supervisor Administrasi
Uster
Manager Teknik &
Sistem Operasi
Supervisor Teknik Sipil
Supervisor Alat Apung
Supervisor Sistem
Informasi
Manager Keuangan
Supervisor Anggaran & Akuntansi
Supervisor Pendapatan &
Pembend
Manager SDM & Umum
Supervisor Adm.Umum
& RT
Supervisor Sumber Daya
Manusia
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Peta Lay Out Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, 2010
(Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan
Batubara dan Cangkang Tahun 2009
No Nama Perusahaan Batubara Jumlah (ton)
1 PT. Core Mineral Indonesia 590.566
2 PT Inti Bara Perdana 150.716
3 PT Mineral Anugerah Sejahtera 40.759
4 PT Bara Adipratama 158.415
5 PT Bukit Bara Sejahtera 188.479
6 PT Ratu Samban Mining 175 785
7 PT Indonesia Riau Sri Avantika 16.316
8 PT Titan 63.213
9 PT Emirat 7.541
10 PT Panca Makmur Bersama 36.633
11 PT Saribumi Adilestari 1.732
12 PT Sanfax 36.223
Jumlah 1.466.468
Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2009
Daftar Perusahaan Batubara yang Melakukan Kegiatan Pemuatan
Batubara dan Cangkang Tahun 2010
No Nama Perusahaan Batubara Jumlah (ton)
1 PT. Bukit Sunur 452.015
2 PT. Danau Mas Hitam 9.025
3 PT. Irsa 213.521
4 PT. Rekasindo 486.532
5 PT. Indonesia Riau 40.583
6 PT. Titan Mining 201.341
7 PT. Bar Indah Lestari 95.235
8 PT. Borneo 28.144
9 PT. Ratu Samban Mining 214.446
10 PT. Bara Adi Pratama 122.758
11 PT Cita Selaras 86.979
12 PT. Sanfax 47.759
13 PT Iru 6.892
14 PT. Panca Makmur Bersama 36.214
Jumlah 2.041.444
Sumber: PT. (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu, 2010
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
DOKUMENTASI FOTO
Foto 1 Pelabuhan Bengkulu Lama, 1930 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 2 Kondisi kolam pelabuhan tahun 1980 sebelum pemotongan lidah pasir menjadi alur pelayaran
(Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 3 Alur masuk kolam Pelabuhan Pulau Baai setelah dilakukan pengerukan dan pemotongan lidah
pasir tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 4 Lay Out Pelabuhan Pulau Baai (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 5 Peresmian Pelabuhan Pulau Baai oleh Presiden Soeharto tahun 1984 (Repro Eva Riana
Sumber: “10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu”, Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 1984-1989)
Foto 6 Meriam yang ditemukan pada saat pengerukan alur pelabuhan (Dokumentasi Eva Riana)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 7 Kolam Pelabuhan Pulau Baai luas 1.000 Ha (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 8 Pemecah Gelombang (Break Water) dibangun tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II
Cab. Bengkulu
Foto 9 Kantor Pelabuhan Pulau Baai PT (Persero) Pelindo II Cabang Bengkulu (Dokumentasi Eva
Riana)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 10 Dermaga Lokal dibangun tahun 1980 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 11 Dermaga Samudera dibangun 1984 sebagai dermaga ekspor (Sumber: PT (Persero) Pelindo II
Cab. Bengkulu)
Foto 12 Dermaga Nusantara dibangun tahun 1991 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 13 Gudang Samudera dibangun tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 14 Gudang Lokal dibangun tahun 1984 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 15 Lapangan penumpukan yang dibangun tahun 1989 dan tahun 1995 (Dokumentasi Eva Riana)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 16 Fasilitas Conveyor Belt sebagai peralatan penunjang bongkar muat barang curah kering, 1989
(Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 17 Conveyor Belt A, peralatan bongkar muat batu bara dengan kapasitas 500 ton/jam di
Dermaga Samudera, 1989 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 18 Conveyor Belt B, kapasitas 1.000 ton/jam di Dermaga Samudera, 1995 (Sumber: PT (Persero)
Pelindo II Cab. Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 19 Aktivitas Muat Batu Bara ke Tongkang Menggunakan Conveyor Belt di Dermaga Samudera
Pulau Baai (Dokumentasi Eva Riana)
Foto 20 Mobil crane dioperasikan tahun 1984 (Dokumentasi Eva Riana)
Foto 21 Forklift dioperasikan tahun 1984 dan penambahan forklift tahun 2005 (Dokumentasi Eva
Riana)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 22 Kapal Tunda T.B Selat Bunga Laut, 1978 (Dokumetasi Eva Riana)
Foto 23 Motor Pandu Pelabuhan Pulau Baai, 2003 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 24 Mobil Pemadam Kebakaran (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 25 Reservoir Dermaga Nusantara, 2005 (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Figure 26 Kondisi Alur Pelayaran tahun 2002 yang dipertahankan kedalaman sampai – 10 M LWS
(Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 27 Kondisi Alur Pelayaran Tahun 2007 yang tidak dilakukan pengerukan (Sumber: PT (Persero)
Pelindo II Cab. Bengkulu
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 28 Kondisi alur pelayaran tahun 2010 mencapai kedalaman - 3,5 M LWS akibat sedimentasi
(Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu
Foto 29 Kondisi alur pelayaran akibat sedimentasi tahun 2010 dari foto udara (Sumber: PT (Persero)
Pelindo II Cab. Bengkulu)
Foto 30 Jalur masuk kapal tidak melalui alur pelayaran (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab.
Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
Foto 31 Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Pulau Baai (Sumber: Suara Pembaharuan)
Foto 32 Sedimentasi mengakibarkan kapal besar kandas di alur masuk pelabuhan dan ditarik
menggunakan motor pandu (Sumber: PT (Persero) Pelindo II Cab. Bengkulu)
Pembangunan dan..., Eva Riana, FIB UI, 2012