universitas indonesia karakteristik art deco pada eksterior
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
Karakteristik Art Deco Pada Eksterior Bangunan Villa Isola
Rancangan Charles Prosper Wolff Schoemaker Tahun 1932
Makalah Non-Seminar
Lutfiani Hakim
1206246093
Pembimbing
Mursidah, M. Hum
0706050099
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Program Studi Belanda
Depok
2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
i
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
ii
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
iii
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
iv
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
1
KARAKTERISTIK ART DECO PADA EKSTERIOR BANGUNAN VILLA
ISOLA RANCANGAN CHARLES PROSPER WOLFF SCHOEMAKER
TAHUN 1932
Lutfiani Hakim, Mursidah, M. Hum
Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia
Depok, Indonesia, 2016
Email: [email protected]
Abstrak
Tulisan ini membahas mengenai karakteristik Art Deco pada eksterior bangunan
Villa Isola rancangan Charles Prosper Wolff Schoemaker (1932). Tujuan dari
penelitian ini adalah memaparkan karakteristik Art Deco yang terdapat pada
eksterior bangunan Villa Isola. Metode yang digunakan dalam menganalisis
penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan studi pustaka dan studi
lapangan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Art Deco pada eksterior Villa
Isola memiliki kekhasan tertentu yang merupakan perpaduan dengan unsur lokal.
Kata Kunci: Art Deco, Bangunan, Schoemaker, Villa Isola.
The Characteristic Of Art Deco On The Exterior Of Villa Isola Design by Charles
Prosper Wolff Schoemaker In 1932
Abstract
This journal discusses over the characteristic of Art Deco on the exterior of Villa
Isola, design by Charles Prosper Wolff Schoemaker (1932). The purpose of this
study is to describe the characteristic of Art Deco on the exterior of Villa Isola. The
method that is used to analyze is descriptive analysis with literature study and
observation study. The results showed that the characteristic of Art Deco on the
exterior of the building, Villa Isola has the combination with local’s characteristic.
Keywords: Art Deco, Building, Schoemaker, Villa Isola.
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Artikel “Dunia Arsitektur” (n.d) mendefinisikan arsitektur sebagai berikut:
“Arsitektur adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan
binaan (lansekap), mulai dari lingkup makro - seperti perencanaan dan
perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap - hingga lingkup mikro -
seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, perabot, dan produk”1.
Arsitektur sendiri meliputi beberapa variabel penting, di antaranya adalah
ruang, struktur atau cara bangunan tersebut dilihat atau dinilai masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa arsitektur merupakan ilmu dan seni yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur perencanaan dan perancangan kota dalam lingkup
mikro maupun makro, yang bergantung pada beberapa variabel penting.
Arsitektur memiliki aliran-aliran tersendiri, sama halnya dengan bidang seni
lainnya. Salah satu aliran dalam arsitektur atau seni bangunan adalah Art Deco. Art
Deco merupakan sebuah konsep arsitektur yang sulit didefinisikan karena memiliki
arti yang cukup luas. Art Deco sendiri mengacu pada campuran gaya tradisional
namun inovatif. Gaya ini diperkenalkan pertama kali di Perancis pada tahun 1925
dalam sebuah pameran yang bernama, Exposition des Art Décoratifs 2e Industriels
Modernes. Pada tahun 1926 di kota New York, Amerika Serikat sudah ada
bangunan yang memperlihatkan gaya Art Deco yaitu pada bangunan The Chrysler
Building2.
Pada tahun 1930-an gaya bangunan ini masuk dan mulai berkembang di
Hindia-Belanda. Salah satu arsitek yang berjasa dalam menyebarkan dan
menerapkan aliran ini adalah Charles Prosper Wolff Schoemaker. Schoemaker
sendiri merupakan arsitek Belanda yang telah merancang beberapa bangunan di
Bandung bergaya Art Deco.
1 http://ft.uajy.ac.id/arsitek/dunia-ars/ diakses pada 8 November 2015 2 Strickland Ph.d , Carol. (2001). The Annotated ARCH, A Crash Course in the History of
Architecture. Kansas City: Andrews Mcmeel Publishing
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
3
Salah satu bangunan yang menerapkan aliran ini dan dirancang oleh
Schoemaker adalah Villa Isola. Villa Isola merupakan bangunan yang terletak di Jl.
Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung Utara yang dibangun pada tahun 1932. Awalnya
bangunan ini adalah rumah tinggal, kemudian beralih fungsi menjadi hotel dan
sekarang berfungsi sebagai gedung rektorat.
Ada beberapa tulisan yang berkaitan dengan Villa Isola dan Art Deco. Jurnal
ilmiah yang berjudul “Tinjauan Furnitur Art Deco Pada Villa Isola” (Saryanto dan
Riza Septiani Dewipada, 2005) membahas furnitur bergaya Art Deco yang ada
dalam bangunan Villa Isola. Jurnal berjudul “Relasi Arsitektur dan Pelestarian
Gedung Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia” (Ir. Alwin Suryono, MT,
2013) meneliti mengenai relasi arsitektur dan pelestarian gedung rektorat
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung. Penelitian yang membahas
mengenai eksterior bangunan Villa Isola sementara ini belum penulis temukan.
Oleh karenanya penulis tertarik untuk meneliti eksterior bangunan Villa Isola.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini akan membahas “Bagaimana ciri-ciri Art Deco pada eksterior
bangunan Villa Isola rancangan Charles Prosper Wolff Schoemaker?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri dari gaya
bangunan Art Deco pada eksterior bangunan Villa Isola yang dirancang oleh
Charles Prosper Wolff Schoemaker.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
dengan pendekatan studi pustaka dan studi lapangan. Penulis akan membagi
penelitian ini ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah studi pustaka. Hal tersebut
berguna untuk memperoleh informasi mengenai penelitian terdahulu serta
mengumpulkan data yang terkait dengan gaya bangunan Art Deco dan Villa Isola.
Tahap kedua adalah studi lapangan. Peneliti mendatangi langsung Villa Isola yang
sekarang sudah berubah fungsi menjadi gedung rektorat Universitas Pendidikan
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
4
Indonesia di Jl. Dr. Setiabudhi, Bandung Utara. Studi lapangan dilakukan untuk
mengamati detil-detil eksterior bangunan. Kemudian tahap terakhir yang dilakukan
adalah menganalisis eksterior bangunan Villa Isola dan mencocokkan dengan
informasi yang didapat mengenai Art Deco. Simpulan ditarik sesuai dengan analisis
yang telah dilakukan oleh peneliti.
II. LATAR BELAKANG TEORI
2.1 Art Deco
Art Deco (Decorative Art) atau seni dekoratif merupakan gaya yang muncul
pada tahun 1920-an yang kehadirannya dipengaruhi oleh gejolak sosial di
masyarakat yang menuntut pembaruan-pembaruan untuk memenuhi kebutuhan
pada zaman itu3. Gejolak di masyarakat tersebut menyebabkan munculnya paham-
paham baru. Revolusi industri juga menjadi salah satu faktor pendorong munculnya
Art Deco. Adanya perkembangan teknologi memungkinkan penggunaan material–
material seperti besi, baja, beton pada karya seni. Hal tersebut menyebabkan Art
Deco muncul tidak hanya pada karya seni, namun juga pada peralatan rumah
tangga, bidang fashion, perhiasan, furnitur hingga arsitektur baik interior maupun
ekterior.
Gaya yang berkembang pada era modern ini merupakan perkembangan dari
gaya sebelumnya, yang terkenal pada tahun 1890–1910, Art Nouveau. Art Nouveau
memiliki karakteristik utama kedinamisan, bentuk melengkung dan berombak,
serta ornamen seni4. Selain itu terdapat gaya lain yang merupakan cabang dari Art
Nouveau yaitu Amsterdam School dan De Stijl. Kedua gaya tersebut berasal dari
negeri Belanda. Perkembangan–perkembangan pada gaya modern membuat Art
Deco atau seni dekoratif memiliki bentuk yang lebih sederhana serta geometris.
Gaya ini juga mendapat inspirasi dari eksotisnya seni Afrika dan Oriental,
cita rasa tekstur dan ornamen, gambaran dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga,
3 Pratiwi, Ratna Sari. (2003). Skripsi Art Deco Pada Daerah Tropis. 4 Prodi Arsitektur, Universitas Tanjung Pura. Historical Architecture Style
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
5
hewan-hewan yang mistikal dan romantis seperti merak, anjing pacuan, kijang
betina, corak pancaran sinar matahari, dengan air terjun yang melimpah, mutiara
dan motif organik lainnya5. Penggunaan bentuk–bentuk seperti piramid, patung
Spinks, gadis–gadis dan garis–garis klasik serta zigzag pada seni zaman Mesir kuno
menjadi hal yang biasa digunakan.
Penggunaan istilah Art Deco pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968
di dalam sebuah buku yang ditulis oleh Bevis Hillier, yang digunakan untuk
menjelaskan keterkaitan antara seni dan pergerakan design pada masa itu. Puncak
dari keberadaan Art Deco pada pameran yang berlangsung di kota Perancis pada
April hingga Oktober 1925. Pameran tersebut bertempat di pusat kota Paris, yang
diorganisir oleh sang arsitek utama Charles Plument dan juga Louis Bonnier yang
bertanggung jawab perihal lansekap.6
Gambar 1. Poster Pameran di Paris7
Gaya bangunan Art Deco menerapkan karakteristik seperti penggunaan
unsur-unsur persegi yang diatur dalam bentuk yang geometris, yang kemudian
ditambahkan elemen-elemen melengkung. Penggunaan elemen melengkung
berguna untuk penampilan monolitik dengan menerapkan motif dekorasi. Untuk
bahan bangunan, digunakan semen, beton, batu-batu halus, dan terracotta. Untuk
unsur hiasan, Art Deco menggunakan baja dan alumunium yang dipadukan dengan
penggunakan kaca blok dan kaca piring hias (vitrolite).
5 Pratiwi, Ratna Sari. (2003). Skripsi Art Deco Pada Daerah Tropis. 6 Bayer, Patricia. (1992). Art Deco Archiceture: design, decoration and details from the twenties
and thirties. London: Thames & Hudson Ltd. 7 http://university.langantiques.com/index.php/Art_Deco_Era_Jewelry diakses pada 30 April 2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
6
Penerapan Art Deco pada awalnya hanya ditemukan pada furnitur, peralatan
rumah tangga, dan barang-barang hasil industri. Namun setelah pameran di Paris,
penggunaan Art Deco mulai banyak diterapkan pada arsitektur bangunan. Salah
satu penggunaan gaya Art Deco pada karya seni dapat dilihat pada penghargaan
Academy Award atau biasa disebut piala Oscar pada tahun 1928. Sedangkan
penerapan gaya Art Deco pada arsitektur dapat terlihat dalam pembangunan
perkotaan, yaitu bangunan yang bertingkat serta stuktur yang menjulang seperti
gedung pencakar langit di Manhattan dan Empire State Building. Penggunaan
material–material pada bangunan pencakar langit memiliki makna tersendiri, yaitu
melambangkan kedinamisan baik dalam struktur bangunan, bentuk, maupun
ornamen dekorasi.
Gambar 2. The Chrysler Building, New York8
Art Deco tidak hanya berkembang di Eropa, melainkan menyebar ke
berbagai negara dengan ciri khas dan karakteristik yang berbeda sesuai dengan
tempat Art Deco berkembang. Salah satu negara yang memperlihatkan
perkembangan Art Deco adalah Amerika, yang menyebut gaya ini sebagai regional
style. Setiap wilayah memiliki ciri khas tersendiri dengan corak rancangan yang
berubah sesuai dengan potensi dan kondisi lokal di setiap wilayah. Karya Art Deco
di Amerika yang hingga kini masih terkenal adalah di Miami dengan sentuhan khas
tropisnya. Berbeda dengan di New York, gaya tersebut tampil dalam bentuk
bangunan–bangunan pencakar langit yang mengutamakan unsur kedinamisan.
8 http://www.thecityreview.com/chryslerb.html diakses pada 30 April 2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
7
Perkembangan Art Deco diikuti dan berdampingan dengan sejumlah gaya
lainnya, dan terkadang beberapa karakteristik menyatu dengan Art Deco seperti
garis-garis pada gaya Modern Movement, Bauhaus, Rationalism, De Stijl and The
International Stijl, dan dekorasi serta elemen patung pada gaya Viennese Seccesion,
Dutch Expressionism (The Amsterdam School), Scandinavian Romanticism and
Neoclassicism, British Arts and Crafts, The Chicago School and Frank Lloyd
Wright’s successive Prairie School hingga Art Nouveau atau Jufendstil9. Adanya
percampuran dengan gaya-gaya arsitektur lainnya, membuat Art Deco menjadi
gaya bangunan yang unik dan spesial.
Dalam sebuah artikel yang berjudul “Art Deco and Moderne” (n.d)
disebutkan karakteristik dari Art Deco antara lain permukaan dinding bangunan
yang halus, penggunaan semen, batu dan logam, pemilihan warna yang hidup
dengan bentuk yang sederhana dan efisien, rancangan bangunan geometris
(termasuk zigzag), struktur bangunan tinggi seperti menara, menghadirkan
penekanan vertikal, penggunaan mesin dalam proses pembangunan dan bahan
metal untuk unsur-unsur dekorasinya.10
Art Deco dalam “What is Art Deco?” (n.d) diklasifikasikan berdasarkan
bentuknya menjadi Decorative Style, Streamline Modern, dan International
Modern11. Decorative Style merupakan jenis Art Deco yang mengutamakan
bentuk–bentuk geometris dengan menggunakan ukiran sebagai dekorasinya.
Streamline Modern mengutamakan bentuk yang melengkung atau silindris dan
berorientasi horizontal. International Modern disebut sebagai Umbrella Art Deco,
jenis ini mengutamakan bahan–bahan baru serta penggunaan teknik yang muncul
pada abad 20. Berikut ini bangunan-bangunan dengan klasifikasi gaya Art Deco
yang berbeda:
9 Bayer, Patricia. (1992). Art Deco Archiceture: design, decoration and details from the twenties
and thirties. London : Thames & Hudson Ltd. 10 http://architecturestyles.org/art-deco/ diakses pada 5 Desember 2015 11 http://www.artdecowa.org.au/artdeco.htm diakses pada 5 Desember 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
8
Gambar 3. Contoh Decorative Style12
Gambar di atas merupakan bangunan The Chrysler Building. Bangunan
tersebut termasuk decorative style karena penggunaan unsur-unsur ukiran serta
bentuknya yang geometris.
Gambar 4. Contoh Streamline Modern13
Bangunan di atas merupakan Club Moderne yang terletak di Anaconda,
Montana. Bangunan tersebut termasuk ke dalam bangunan bergaya Art Deco
dengan karakteristik Streamline Modern. Club Moderne mengutamakan bentuk
yang melengkung dan silindris.
12 http://www.thecityreview.com/chryslerb.html diakses pada 30 April 2016 13 http://troutunderground.com/2008/07/the-undergrounds-montana-fly-fishing-road-trip-wrapup/
diakses pada 5 Desember 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
9
2.2 Charles Prosper Wolff Schoemaker
Gambar 5. Charles Prosper Wolff Schoemaker14
Charles Prosper Wolff Schoemaker merupakan seorang arsitek yang berjasa
dalam pembangunan kota Bandung. Banyak bangunan di kota Bandung yang
merupakan hasil rancangannya dan bangunan-bangunan tersebut bergaya Art Deco.
Schoemaker adalah seorang arsitek Belanda yang besar di Hindia-Belanda. Pria
yang lahir di Banyu Biru, Semarang pada 25 Juli 1882 ini wafat di Bandung pada
22 Mei 1949. Setelah menyelesaikan pendidikannya di HBS di Nijmegen, ia
melanjutkan pendidikannya di Koninklijke Militaire Academie di Breda jurusan
teknik sipil.
Schoemaker pernah bekerja sebagai perwira di Batavia (1905-1911).
Kemudian dia bekerja sebagai seorang insinyur di Departement van Burgerlijke
Openbare Werken (1911-1914). Schoemaker juga pernah menjabat sebagai direktur
di Gemeentewerken te Batavia (1914-1917). Tidak hanya itu ia juga pernah bekerja
di Fa. Schlieper & Co (1917-1918), kemudian menimba ilmu di Amerika Serikat
dengan Frank Lloyd Wright. Schoemaker membuat firma arsitektur, C.P.
Schoemaker en Associatie, Architecten en Ingenieurs, bersama dengan saudaranya
pada tahun 1918. Dirinya pernah menjabat sebagai profesor sekaligus guru besar
arsitektur di Technische Hogeschool Bandoeng atau sekarang dikenal sebagai
14 https://javapost.nl/2015/02/23/op-zoek-naar-een-wolff-schoemaker/ diakses pada 30 April 2016)
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
10
Institut Teknologi Bandung (1924-1939). Schoemaker memulai debut arsitekturnya
di Hindia-Belanda sekitar tahun 1920.
Bangunan-bangunan yang dirancang oleh Schoemaker antara lain adalah
Gedung Asia Afrika, Villa Isola, Aula Barat - Timur ITB, Gedung PLN, Gereja
Kathedral di Jln. Merdeka, Gereja Bethel di Jln. Wastukencana, Masjid Cipaganti,
Bioskop Majestic, Villa Merah, dan Hotel Preanger. Bangunan-bangunan tersebut
menjadi ikon dari kota Bandung.
2.3 Perkembangan Art Deco di Kota Bandung
Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa. Kota ini
dikelilingi oleh gunung-gunung, antara lain Tangkuban Perahu, Burangrang, Bukit
Tunggul, Manglayang, dan gunung-gunung lainnya yang mengitari kota Bandung.
Gaya bangunan Art Deco merupakan salah satu gaya yang cukup terkenal
di Hindia-Belanda, khususnya di kota Bandung. Artikel “Vila Isola Bandung,
Bangunan Art Deco Terunik” (2014) mengungkapkan bahwa Bandung dinobatkan
oleh UNESCO sebagai kota yang memiliki bangunan bergaya Art Deco paling
banyak dan paling lengkap di dunia15.
Art Deco mulai masuk dan berkembang di kota Bandung sejak tahun 1920-
an. Hal tersebut diawali saat Gubernur Jenderal J.P. de Graaf van Limburg Stirum
ingin memindahkan ibu kota Hindia-Belanda ke Bandung pada tahun 1915.
Belanda mulai mendatangkan arsitek-arsitek untuk membangun dan membenahi
kota Bandung16. Gaya Art Deco di kota Bandung dikombinasikan juga dengan iklim
tropis di Indonesia. Selain itu untuk dekorasi banyak menggunakan ukiran dan
hiasan yang terdapat di candi–candi dan rumah tradisional di Indonesia. Adaptasi
gaya Art Deco dengan iklim tropis biasanya dalam bentuk kanopi, seperti yang
terdapat pada bangunan Hotel Preanger. Kanopi tersebut berfungsi sebagai
penghalang sinar matahari agar tidak langsung masuk. Selanjutnya pola–pola
15 http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/vila-isola-bandung-bangunan-art-deco-terunik
diakses pada 5 Desember 2015 16 http://www.wisatabdg.com/2013/09/bangunan-art-deco-di-kota-bandung.html diakses pada 5
Desember 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
11
rancangan bersifat sederhana seperti garis, menara berbentuk silinder dan diberi
unsur kedinamisan pada penataan interior bangunan.
Sesuai klasifikasi Art Deco, gaya Art Deco yang paling banyak ditemukan
di Indonesia adalah Floral Deco dan Streamline Deco. Floral Deco merupakan
gaya Art Deco yang mengutamakan unsur–unsur dekorasi floral. Contoh bangunan
bergaya tersebut antara lain Gereja Katedral St. Petrus, Gereja Bethel, Hotel
Preanger, dan Villa Isola yang dirancang oleh C.P. Wolff Schoemaker. Streamline
deco mengutamakan garis–garis lurus yang menekankan prinsip dinamis.
Bangunan yang termasuk streamline deco adalah Hotel Homann, Gedung Bank
BJB Pusat (Jln. Naripan), Vila Tiga Warna, dan Vila Dago Thee yang dirancang
oleh A.F. Albers.
Gambar 6. Gereja Katedral St. Petrus Bandung17
Gambar 7. Gereja Bethel Bandung18
17 http://www.jotravelguide.com/bandung_indonesia/index.php diakses pada 30 April 2016 18 http://www.kotakami.com/travelog/detail/79/napak-tilas-bangunan-heritage-di-kota-
kembang#.VygJBFR96o8 diakses pada 30 April 2016)
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
12
Gambar 8. Hotel Preanger Bandung19
Di antara beberapa bangunan tersebut, bangunan yang terkenal karena
rancangan dan kemewahannya adalah Villa Isola. Dalam artikel koran Volkskrant
tahun 2010 “Tropische kroonstukken Architectuur C.P. Wolff Schoemaker”
mengatakan bahwa vila yang modern dan paling indah dari Belanda terletak di
Indonesia, yaitu Villa Isola yang merupakan campuran gaya Art Deco, Frank Lloyd
Wright dan American streamline.20
Bangunan yang beberapa kali berganti fungsi ini dibangun oleh pengusaha
Belanda, Dominique Willem Beretty, yang dijadikannya sebagai tempat tinggalnya.
Pada masa itu dunia sedang dilanda krisis yang cukup berat, namun Berrety
merupakan seorang milyader sehingga di masa krisis, ia mampu membangun
bangunan yang megah21. Setelah Beretty meninggal yaitu pada tahun 1934,
kepemilikan bangunan ini berpindah tangan menjadi milik Hotel Savoy Homann.
Kemudian bangunan ini berfungsi sebagai hotel. Namun pada masa pendudukan
Jepang, bangunan ini digunakan sebagai markas tentara Jepang. Setelah masa
pendudukan Jepang berakhir atau setelah kemerdakaan Indonesia, bangunan ini
direnovasi dengan menambahkan satu lantai di atasnya dan berfungsi sebagai
gedung rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. Gedung ini berubah nama
menjadi Bumi Siliwangi22.
19 http://home.wxs.nl/~fleay000/index_files/Page377.htm diakses pada 30 April 2016 20 http://www.volkskrant.nl/archief/tropische-kroonstukken-architectuur-c-p-wolff-
schoemaker~a1006584/ diakses pada 5 Desember 2015 21 http://geospotter.org/952/villa-isola-bandung-sebuah-kisah-tragis diakses pada 5 Desember 2015 22 http://tempatwisatadibandung.info/villa-isola/ diakses pada 5 Desember 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
13
III. ANALISIS
3.1 Bagian – Bagian Bangunan
Bangunan rancangan Charles Wolff Schoemaker yang dahulu dikenal
sebagai Villa Isola saat ini bernama Bumi Siliwangi. Nama Bumi Siliwangi berawal
dari pembuatan soneta yang berjudul “Bumi Siliwangi” yang dibuat oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1954, Muhammad Yamin, yang berisi
mengenai keindahan alam Parahyangan23.
Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu bangunan utama dan taman-
taman yang ada di sekitar bangunan. Bangunan utama Villa Isola memiliki bentuk
oval pada bagian tengah bangunan yang disebut bagian utara dan selatan,
sedangkan untuk sisi timur dan barat atau yang terletak di sudut-sudut bangunan
berbentuk ¼ lingkaran. Depan bangunan yang menghadap ke arah selatan (bagian
selatan bangunan) terdapat anak tangga yang cukup banyak yang mengikuti bentuk
bangunan yang melengkung pada sisi selatan.
Gambar di bawah ini merupakan blue print dari Villa Isola ketika masih
berfungsi sebagai rumah tinggal Willem Beretty. Bangunan Villa Isola memiliki
dua orientasi arah yaitu bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara lebih rendah
dari permukaan tanah dan bagian selatan bangunan merupakan bagian depan dari
bangunan ini. Bangunan memiliki ruangan yang berfungsi sebagai ruang olahraga,
ruang tidur, kamar mandi, toilet, dan dilengkapi teras di bagian luar bangunan. Pada
sudut barat bangunan terdapat ruang tidur, ruang koper, sekretaris, dan kantor.
Untuk sudut sebelah timur ruangan berfungsi sebagai ruang penyimpanan anggur.
Lantai terbawah dari bangunan ini langsung menuju ke taman sebelah selatan.
23 http://www.pedidikanindonesia.com/2015/02/41-fakta-unik-dan-misteri-gedung-isola.html
diakses pada 10 April 2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
14
Gambar 9. Blue Print Villa Isola24
Selain bangunan utama, bangunan ini juga dilengkapi dengan taman–taman
yang terletak di sisi utara dan selatan bangunan. Salah satu sudut bangunan ini
dirancang menghadap salah satu pemandangan alam yang ada di kota Bandung
yaitu gunung Tangkuban Perahu. Di bawah ini merupakan salah satu sisi bangunan
yang menghadap ke arah gunung Tangkuban Perahu, yang berada di sebelah utara
bangunan utama.
Gambar 10. Tampak Gunung Tangkuban Perahu25
3.1.1 Bangunan Utama
Bangunan utama Villa Isola memiliki luas 12.000 m2 dan didirikan di atas
lahan seluas 7,5 ha terdiri dari 4 lantai, yang mana lantai paling bawah lebih rendah
24 Sumalyo, Yulianto (1995) Cetakan II. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press) 25 (Sumber Gambar: http://www.wikiwand.com/de/Villa_Isola diakses pada 30 April 2016)
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
15
dari jalan dikarenakan topografi yang tidak rata. Bangunan utama Villa Isola
memiliki bentuk yang unik dengan warna yang sederhana. Jika dilihat dari kejauhan
bangunan ini memiliki ukuran yang sama antara bagian bangunan kiri dan kanan.
Gambar di bawah ini merupakan bangunan Villa Isola bagian selatan dan utara.
Gambar 11. Tampak Selatan Bangunan Utama Villa Isola26
Gambar 12. Tampak Utara Bangunan Utama Villa Isola27
Pada awal bangunan Villa Isola terdapat ruangan yang berfungsi sebagai
ruang tidur, ruang keluarga dan ruang makan. Lantai dasar digunakan sebagai
tempat hiburan, tempat bermain anak, bar, ruang kantor yang dilengkapi
perpustakaan, dapur, kamar mandi, dan toilet. Terdapat pula ruang keluarga yang
sangat besar atau salon di lantai dasar. Ruangan yang terdapat di lantai dua
bangunan ini hanya ruang tidur, yang terletak berhadapan satu sama lainnya. Setiap
ruang tidur dilengkapi dengan teras dan balkon untuk melihat pemandangan ke luar.
Lantai tiga bangunan ini terdapat ruang pertemuan yang cukup besar yang
dilengkapi dengan bar serta terdapat pula ruang tidur untuk tamu yang dilengkapi
26 (Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Pada 20 November 2015) 27 (Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Pada 20 November 2015)
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
16
dengan kamar mandi sendiri. Terdapat pula akses untuk menuju ke atap melalui
lantai tiga bangunan ini. Hal menarik dari bangunan ini adalah terdapat taman dan
teras terbuka yang terletak di atap bangunan.
Gambar 13. Lantai Dasar Villa Isola28
Gambar 14. Lantai Dua Villa Isola29
28 Sumalyo, Yulianto (1995) Cetakan II. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
29 Sumalyo, Yulianto (1995) Cetakan II. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
17
Gambar 15. Lantai 3 Atau Bagian Teras Villa Isola30
Gambar 16. Atap Bangunan Villa Isola31
Fungsi ruangan yang berbeda tersebut merupakan fungsi ketika bangunan
ini masih menjadi kediaman Beretty. Namun semenjak bangunan ini berubah fungsi
menjadi gedung rektorat, fungsi di setiap lantai pun menjadi ruang kantor untuk
rektor serta jajarannya dan juga ruang untuk menyimpan arsip-arsip.
30 Sumalyo, Yulianto (1995) Cetakan II. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press 31 Sumalyo, Yulianto (1995) Cetakan II. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
18
3.1.2 Lingkungan Sekitar Bangunan
Gambar 17. Villa Isola Dari Masa Ke Masa32
Gambar di atas merupakan Villa Isola dari masa ke masa. Dua gambar di
bagian atas merupakan Villa Isola tidak lama setelah pembangunannya, yaitu pada
1934. Sedangkan gambar di bagian kiri bawah merupakan bangunan pada tahun
2002 dan gambar di bagian kanan bawah, bangunan pada tahun 1983. Tidak hanya
bangunan utama, Villa Isola juga memiliki dua taman di sekitarnya, yaitu taman
utara dan taman selatan. Pada taman utara terdapat patung 3 dewi.
Gambar 18. Patung 3 Dewi Yang Terletak di Taman Utara33
Taman bagian selatan Villa Isola tidak jauh berbeda dengan taman bagian
utara. Jika pada bagian utara terlihat gunung Tangkuban Perahu maka pada bagian
selatan pemandangan yang terlihat adalah kota Bandung.
32 http://www.moorsmagazine.com/kunst/tropicalmodernity/ diakses pada 30 April 2016 33 Dokumentasi Pribadi Pada 21 April 2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
19
Gambar 19. Pemandangan Taman Selatan Villa Isola34
3.2 Ciri - Ciri Art Deco Pada Eksterior Villa Isola
Art Deco pada setiap wilayah memiliki ciri-ciri yang berbeda karena
disesuaikan dengan unsur-unsur yang terdapat di wilayah tersebut. Secara umum
Villa Isola memiliki gaya Art Deco tipe streamline deco karena mengutamakan
bentuk melengkung dan silindris. Perpaduan dengan unsur wilayah sendiri dapat
dilihat pada pola rancangan yang sederhana serta mengadaptasikan iklim tropis
dalam rancangannya. Karakteristik Art Deco pada bangunan Villa Isola terlihat
jelas pada bentuk bangunannya yang simetris, memiliki lengkungan dan silindris,
dinding bangunan yang sederhana, serta perpaduan unsur lokal seperti penggunaan
kaca yang banyak dan adanya unsur pemikiran Jawa yaitu penggunan orientasi
utara dan selatan.
3.2.1 Bentuk Simetris
Salah satu ciri khas Art Deco pada bangunan utama Villa Isola merupakan
bentuk bangunan yang simetris. Setiap sisi bangunan jika ditarik garis lurus di
tengah bangunan memiliki ukuran yang sama antara kiri dan kanan bangunan.
Bentuk bangunan yang simetris ini disebut dengan golden section karena memiliki
ukuran yang sama antara kanan dan kiri. Gambar berikut ini merupakan Villa Isola
bagian selatan, dengan perbandingan jumlah kaca yang sama banyaknya jika ditarik
garis lurus di tengah bangunan.
34 Dokumentasi Pribadi Pada 21 April 2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
20
Gambar 20. Bangunan Utama Bagian Selatan35
Sedangkan pada bagian utara bangunan ini memiliki tiang di tengah
bangunan yang semakin memperlihatkan kesimetrisan bangunan ini. Tiang tersebut
membagi dua menara silindris yang jika ditarik garis lurus maka akan memiliki
ukuran yang sama. Kedua menara tersebut pun memiliki ukuran yang sama
besarnya.
Gambar 21. Bangunan Utama Bagian Utara36
3.2.2 Bentuk Lengkung dan Silindris
Tidak hanya bentuk simetris, bangunan ini juga kaya dengan unsur
lengkungan yang terlihat pada setiap sisi bangunan. Lengkungan pada setiap bagian
bangunan seolah-olah memiliki ukuran derajat yang sama jumlahnya. Gambar di
bawah ini menunjukkan kelengkungan yang dimiliki oleh Villa Isola yang terletak
pada salah satu sudut bangunan. Kaca–kaca pada bangunan pun dibuat melengkung
35 Dokumentasi Pribadi Pada 20 November 2015 36 Dokumentasi Pribadi Pada 21 April 216
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
21
dengan bentuk yang menjorok ke dalam bangunan. Selain memiliki bentuk yang
simetris menara yang terletak di bagian utara juga memiliki bentuk yang silindris
dan terlihat lebih melengkung dibandingkan dengan bangunan lainnya.
Gambar 22. Salah Satu Sudut Bumi Siliwangi37
Gambar 23. Menara Bagian Selatan Villa Isola38
3.2.3 Bentuk Dinding
Karakteristik Art Deco lainnya pada bangunan ini adalah permukaan dinding
yang halus dan pemilihan warna yang sederhana dan efisien. Tekstur dinding Villa
Isola terasa halus tanpa adanya motif-motif menonjol pada dinding-dinding
bangunan. Selain itu sang arsitek memilih menggunakan satu warna untuk dinding
bangunan yaitu warna putih. Penggunaan satu warna pada bangunan ini
memberikan kesan yang sederhana dan lebih efisien karna tidak memerlukan warna
37 Dokumentasi Pribadi Pada 20 November 2015 38 Dokumentasi Pribadi Pada 20 November 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
22
cat lain. Kedua hal tersebut merupakan ciri dari Art Deco yang cendurung
mengedepankan kesederhanaan dalam setiap rancangan.
3.2.4 Elemen–Elemen Lokal
Art Deco merupakan gaya yang memasukkan unsur-unsur lokal sebagai ciri
khasnya. Dalam merancang bangunan Villa Isola, sang arsitek memadukan unsur-
unsur tradisional yaitu penggunaan unsur pemikiran Jawa, yaitu bangunan memiliki
orientasi kosmis ke arah utara dan selatan. Hal tersebut dikarenakan untuk
menghindari sinar matahari langsung masuk. Bangunan juga dibuat berundak–
undak seperti candi di Jawa. Pembangunan bangunan yang dibuat seperti itu
dianggap untuk menangkap rezeki yang datang agar tidak lolos begitu saja. Selain
adanya unsur tersebut bangunan ini juga mengadaptasi iklim tropis di Indonesia
yaitu dengan penggunaan kaca yang banyak serta adanya kanopi untuk mengalirkan
udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan. Penerapan konsep
tersebut membuat bangunan ini seolah menyatu dengan alam. Selain itu pemakaian
banyak kaca juga merupakan salah satu ciri dekorasi gaya Art Deco.
Gambar 24. Penggunaan Kaca Yang Cukup Banyak39
IV. SIMPULAN
Art Deco merupakan salah satu gaya yang muncul pada periode perang dunia
kedua. Gaya yang diperkenalkan pertama kali di Paris (Perancis) ini merupakan
salah satu gaya arsitektur yang terkenal di Indonesia, khususnya di kota Bandung.
39 Dokumentasi Pribadi Pada 20 November 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
23
Salah satu bangunan di kota Bandung yang memilik gaya tersebut adalah Villa Isola
yang merupakan rancangan dari arsitek Belanda, Charles Prosper Wolff
Schoemaker. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1932 ini beberapa kali berubah
fungsi. Awalnya bangunan ini merupakan rumah tinggal Beretty, kemudian
menjadi hotel dan saat ini adalah gedung rektorat Universitas Pendidikan Indonesia.
Selain fungsi bangunan yang berubah nama bangunan pun ikut berubah menjadi
Bumi Siliwangi.
Bangunan yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Bandung ini
memiliki karakteristik Art Deco. Hal tersebut dapat dilihat melalui eksterior
bangunan ini. Jika dibandingkan dengan karakteristik Art Deco bangunan ini
memiliki bentuk yang simetris pada bagian utara dan selatan bangunan. Ruangan
yang berada di sudut bangunan memiliki bentuk dan ukuran yang sama besarnya
yaitu ¼ lingkaran. Selain bentuk dan ukuran ruangan, bangunan ini juga memiliki
kaca dengan jumlah yang sama banyaknya. Hal tersebut juga menandakan
bangunan ini simetris. Selain simetris bangunan ini juga dirancang dengan bentuk
yang melengkung dan silindris. Pada bagian utara bangunan terdapat dua menara
yang silindris dan simetris. Permukaan dinding yang halus dan pemilihan warna
sederhana dan efisien menjadi salah satu karakteristik dari Art Deco yang dimiliki
oleh bangunan ini. Art Deco pada setiap wilayah memiliki karakteristik yang
berbeda dikarenakan adanya perpaduan dengan unsur-unsur lokal dari setiap
wilayah. Perpaduan tersebut pada bangunan ini berupa orientasi dua arah mata
angin, utara dan selatan, penggunaan kaca yang banyak, serta bangunan dibuat
berundak-undak seperti candi.
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
24
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bayer, Patricia. (1992). Art Deco Architecture: design, decoration and detail
from the twenties and thirties. London: Thames & Hudson Ltd
Dana, Djefry W. (1990). Ciri Perancangan Kota Bandung. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Sevilla, Consuelo dan tim. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press)
Strickland Ph.d , Carol. (2001). The Annotated ARCH, A Crash Course in the
History of Architecture. Kansas City: Andrews Mcmeel Publishing.
Sumalyo, Yulianto (1995) Cetakan II. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Artikel Ilmiah :
Pratiwi, Ratna Sari. (2003). Art Deco Pada Daerah Tropis. Skripsi.
Prodi Arsitektur, Universitas Tanjung Pura. Historical Architecture Style. Materi
Ajar
Website :
Antique Jewelry University (n.d). Art Deco Era Jewelry. Diakses dari
[http://university.langantiques.com/index.php/Art_Deco_Era_Jewelry] paa 30
April 2016
Architectural Styles of America and Europe (n.d). Art Deco and Moderne.
Diakses dari [http://architecturestyles.org/art-deco/] pada 5 Desember 2015
Art Deco Society of Western Australia (Inc.) (n.d). What is Art Deco?. Diakses
dari [http://www.artdecowa.org.au/artdeco.htm] pada 5 Desember 2015
Bandung Trip Advice. Diakses dari
[http://home.wxs.nl/~fleay000/index_files/Page377.htm] pada 30 April 2016
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
25
Chandler, Tom (2008, 17 Juli). The Underground’s Montana Fly Fishing Road
Trip Wrapup. Diakses dari [http://troutunderground.com/2008/07/the-
undergrounds-montana-fly-fishing-road-trip-wrapup/] pada 30 April 2016
Hartiono, Dibyo (n.d). Decorative Art in Architecture as a Part of Bandung
History. Diakses dari [http://www.iis.u-
tokyo.ac.jp/~fujimori/heritage/artdeco.html] pada 8 Desember 2015
Heidi, Dressler (n.d). Art Deco in Architecture. Diakses dari
[http://www.kalamazoomi.com/deco/decointr.htm] pada 18 Maret 2016.
Het Nieuwe Instituut (n.d). Charles Prosper Wolff Schoemaker. Diakses dari
[http://zoeken.hetnieuweinstituut.nl/nl/personen/detail/7c325db9-5f5c-5c20-841c-
6c42e65da4d2] pada 5 Desember 2015
Java Post (2015, 23 Februari). Op zoek naar Wolff Schoemaker. Diakses dari
[https://javapost.nl/2015/02/23/op-zoek-naar-een-wolff-schoemaker/] pada 30
April 2016
Jotravelguide.com (n.d). Bandung, Indonesia. Diakses dari
[http://www.jotravelguide.com/bandung_indonesia/index.php] pada 30 April 2016
Mardiana, Dian (2015, 12 Juni). Villa Isola – Sejarah Gedung Paling Misterius Di
Bandung. Diakses dari [http://tempatwisatadibandung.info/villa-isola/] pada 5
Desember 2015
Mona (2014, 16 Desember). Napak Tilas Bangunan Heritage Kota Kembang.
Diakses dari [http://www.kotakami.com/travelog/detail/79/napak-tilas-bangunan-
heritage-di-kota-kembang#.VygbjlR96o9] pada 30 April 2016
Moors Magazine (n.d). Tropical Modernity – Leven en werk van C.P Wolff
Schoemaker. Diakses dari
[http://www.moorsmagazine.com/kunst/tropicalmodernity/] pada 30 April 2016
Motulz (2014, 6 Agustus). Villa Isola Bandung: Sebuah Kisah Tragis. Diakses
dari [http://geospotter.org/952/villa-isola-bandung-sebuah-kisah-tragis] pada 5
Desember 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016
26
National Geographic Indonesia (2014, 27 April). Villa Isola Bandung, Bangunan
Art Deco Terunik. Diakses dari
[http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/vila-isola-bandung-bangunan-art-
deco-terunik] pada 5 Desember 2015
Suprapto (2015, 8 April). Isola, Villa di Tengah Kampus. Diakses dari
[http://rri.co.id/voi/post/berita/155178/warna_warni/isola_villa_di_tengah_kampu
s.html] pada 21 Maret 2016.
The Midtown Book (n.d). The Chrysler Building/The Kent Building. Diakses dari
[http://www.thecityreview.com/chryslerb.html] pada 30 April 2016
Universitas Atmajaya Yogyakarta: Fakultas Teknik (n.d). Dunia Arsitektur.
Diakses dari [http://ft.uajy.ac.id/arsitek/dunia-ars/] pada 8 November 2015
Volkskrant Online (2010, 17 Juli). Tropische kroonstukken Architectuur C. P.
Wolff Schoemaker. Diakses dari [http://www.volkskrant.nl/archief/tropische-
kroonstukken-architectuur-c-p-wolff-schoemaker~a1006584/] pada 5 Desember
2015
Wikiwand (n.d). Villa Isola. Diakses dari
[http://www.wikiwand.com/de/Villa_Isola] pada 30 April 2016.
Wisata Bandung (2013, 12 September). Bangunan Art Deco Peninggalan Belanda
di Kota Bandung. Diakses dari [http://www.wisatabdg.com/2013/09/bangunan-
art-deco-di-kota-bandung.html] pada 5 Desember 2015
Karakteristik art ..., Lutfiani Hakim, FIB UI, 2016