universitas airlangga direktorat pendidikan tim...

16
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya page 1 / 5

Upload: lamdang

Post on 08-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 5

Page 2: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD

empty

page 2 / 5

Page 3: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents

No Title Page

1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT TAG OUT

(LOTO) PADA MEKANIK DI PLANT DEPARTMENT

1 - 13

2 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA

PEKERJA GERINDA DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

14 - 24

3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNSAFE ACTION PADA PEKERJA DI BAGIAN

PENGANTONGAN UREA

25 - 34

4 HUBUNGAN ANTARA STRESOR KERJA DENGAN INSOMNIA PADA PEKERJA BERGILIR

BAGIAN CENTRAL PROCESSING AREA DI JOB P-PEJ TUBAN

35 - 45

5 PENILAIAN RISIKO PAPARAN ASAP KENDARAAN BERMOTOR PADA POLANTAS

POLRESTABES SURABAYA TAHUN 2014

46 - 57

6 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SELAMAT PADA PENGEMUDI

PENGANGKUT BAHAN KIMIA BERBAHAYA PT ANEKA GAS INDUSTRI, SIDOARJO

58 - 70

7 PENILAIAN EMERGENCY RESPONSE PREPAREDNESS UNTUK PROTEKSI

LEDAKAN PADA AREA PELEBURAN BESI PADA PT. “X” (Berdasarkan

Internasional Sefety Rating System)

71 - 81

8 HUBUNGAN ANTARA KNOWLEDGE, ATTITUDE, PRACTICE SAFE BEHAVIOR PEKERJA

DALAM UPAYA UNTUK MENEGAKKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

82 - 93

9 ANALISIS PERILAKU AMAN TENAGA KERJA MENGGUNAKAN MODEL PERILAKU ABC (

Antecedent Behavior Consequence)

94 - 106

10 IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO PADA PROSES

BLASTING DI PT CIBALIUNG SUMBERDAYA, BANTEN

107 -

116

page 3 / 5

Page 4: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Vol. 3 - No. 1 / 2014-01

TOC : 7, and page : 71 - 81

PENILAIAN EMERGENCY RESPONSE PREPAREDNESS UNTUK PROTEKSI LEDAKAN PADA AREA

PELEBURAN BESI PADA PT. “X” (Berdasarkan Internasional Sefety Rating System)

PENILAIAN EMERGENCY RESPONSE PREPAREDNESS UNTUK PROTEKSI LEDAKAN PADA AREA

PELEBURAN BESI PADA PT. “X” (Berdasarkan Internasional Sefety Rating System)

Author :

Putri Anggitasari | [email protected]

Fakultas Kesehatan Masyarakat

M. Sulaksmono | [email protected]

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstract

ABSTRACT The high potential hazards that occur in the process of smelting iron are a blast to fire.

This study was conducted to analyze the Emergency Response Preparedness program (ERP) in the

area of smelting ironin accordance with International Safety Rating System (ISRS). This research was

conducted with cross-sectional, observational study using quantitative approach. Interviews were

conducted in 72 person of emergency teams. Sampling is done by purposive sampling technique.

Samples were taken from four staff Safety Health Environment, the person in charge of the Electric

Arc Furnace, six teams of emergency. The risk of causing an explosion to fire was electrical surge,

Scrap wet circumstances, easily exploded Scrap, Scrap Errors when screening, shell leaks due to

corrosion, Scrap interfere with the shell, the shell layer is exposed to the burner. International Safety

Rating System expected score is 670 and PT.X scored 620 with the percentage of 92.5%.

Administrative elements scored 32 points with the percentage of 91.4%, Emergency Response

Analysis scored 140 points with the percentage of 96.5%, Emergency Preparedness in Corporate

Affairs scored 43 points with the percentage of 71.7%, Control of Energy Resources scored 20.5

points with the percentage of 82 %, Protection and Rescue System scored 141 points with the

percentage of 94%, the Emergency Response Team scored 40 points with the percentage of 90%,

System Assessment scored 30 points with the percentage of 100%, First Aid in Accidents scored 78.5

points with the percentage of 98.1%, The Organized Foreign Assistance scored 25 points with the

percentage of 100%, Post-incident planning scored 20 points with the percentage of 100%,

Emergencies Communication scored 20 points, Communication to the Community has not been

executed at PT. X. The biggest potential dangers on the area of the Electric Arc Furnace and in the

whole factory are a blast to fire. Emergency system which applied in the PT. X is in conformity with

the standard of International Safety Rating System. The needs to be added are the training for the

emergency teams and maintenance of several signs. So that workers can easily understand the

emergency at PT. X. Keywords: Emergency Preparedness Response, the International Safety Rating

System (ISRS), potential fire

Keyword : Emergency, Preparedness, Response, the, International, Safety, Rating, System, (ISRS),

potential, fire,

Daftar Pustaka :

1. Abrianto Akuan, (2009). Tungku Peleburan Logam. Bandung : Universitas Jendral Ahmad Yani

2. Aditya, Oka, (2005). Emergency Preparedness PT. Pupuk Sri widjajau dari International Safety

Rating System (ISRS)Tahun 2005. Jakarta : FKM UI

3. Bird.Frank E, (1994). International Safety Rating System. International Loss Control Institute.

Høvik, Norway : Internasional Sefety Reating System Sixth Revised Edition

4. Depnaker, RI, (1980). Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No.Per 04/MEN/1980

Tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR. Jakarta : Depnaker, RI

5. FEMA 141, (1993). EmergencyManagement Guide for Business and Industry. Maryland; FEMA

page 4 / 5

Page 5: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Publications Internasional Loss Control Institute. . Høvik, Norway : Internasional Sefety Reating

System Sixth Revised Edition. DNV

6. FEMA, (2000). What Is mitigation?, Mitigation: Reduction Risk througt Mitigation. Washington,

DC : FEMA

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum , (2008). Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No:

26/KPT/M/2008. Jakarta : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

8. National Fire Protection Assosiation, (2008). NEPA Glossary of Terms. Quincy, MA : National

Fire Protection Assosiation

9. OSHAS 18001, (2007). Occupational Health and safety Managemen system Requirements.

Cheshire : OSHAS 18001

10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI , (1998). Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03

/MEN/1998 tentang kecelakaan kerja. Jakarta : Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI

11. PP 05/MEN/1996, (1996). program tanggap darurat yang sudah diatur. Jakarta : PP

05/MEN/1996

12. Ramli, Suhatman, (2010). Manajemen Kebakaran. Jakarta : Dian Rakyat

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper :

journal.unair.ac.id/filerPDF/k328cab552f7full.pdf

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

page 5 / 5

Page 6: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

71

PENILAIAN EMERGENCY RESPONSE PREPAREDNESS UNTUK PROTEKSILEDAKAN PADA AREA PELEBURAN BESI PADA PT. “X”

(Berdasarkan Internasional Sefety Rating System)

Putri Anggitasari, M. SulaksmonoDepartemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas AirlanggaEmail : [email protected]

ABSTRACTThe high potential hazards that occur in the process of smelting iron are a blast to fire. This studywas conducted to analyze the Emergency Response Preparedness program (ERP) in the area ofsmelting ironin accordance with International Safety Rating System (ISRS). This research wasconducted with cross-sectional, observational study using quantitative approach. Interviews wereconducted in 72 person of emergency teams. Sampling is done by purposive sampling technique.Samples were taken from four staff Safety Health Environment, the person in charge of the ElectricArc Furnace, six teams of emergency. The risk of causing an explosion to fire was electrical surge,Scrap wet circumstances, easily exploded Scrap, Scrap Errors when screening, shell leaks due tocorrosion, Scrap interfere with the shell, the shell layer is exposed to the burner. International SafetyRating System expected score is 670 and PT.X scored 620 with the percentage of 92.5%.Administrative elements scored 32 points with the percentage of 91.4%, Emergency ResponseAnalysis scored 140 points with the percentage of 96.5%, Emergency Preparedness in CorporateAffairs scored 43 points with the percentage of 71.7%, Control of Energy Resources scored 20.5points with the percentage of 82 %, Protection and Rescue System scored 141 points with thepercentage of 94%, the Emergency Response Team scored 40 points with the percentage of 90%,System Assessment scored 30 points with the percentage of 100%, First Aid in Accidents scored 78.5points with the percentage of 98.1%, The Organized Foreign Assistance scored 25 points with thepercentage of 100%, Post-incident planning scored 20 points with the percentage of 100%,Emergencies Communication scored 20 points, Communication to the Community has not beenexecuted at PT. X. The biggest potential dangers on the area of the Electric Arc Furnace and in thewhole factory are a blast to fire. Emergency system which applied in the PT. X is in conformity withthe standard of International Safety Rating System. The needs to be added are the training for theemergency teams and maintenance of several signs. So that workers can easily understand theemergency at PT. X.

Keywords: Emergency Preparedness Response, the International Safety Rating System (ISRS),potential fire

ABSTRAKTingginya potensi bahaya yang terjadi pada proses peleburan besi adalah ledakan hingga terjadikebakaran. Penelitian ini dilakukan untuk Menganalisis program Emergency Responce Preparedness(ERP) pada area peleburan besi sesuai dengan Internasional Safety Rating System (ISRS).Penelitianini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional, penelitian dilakukan secara observasional denganmenggunakan pendekatan kuantitatif. Wawancara dilaksanakan pada 72 orang tim emergency.pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel diambil dari empat stafsafety, satu penanggung jawab Electric Arc Furnace, enam tim emergency. Risiko yang menimbulkanterjadinya ledakan sampai kebakaran yang adalah Konsleting listrik, Keadaan Scrap yang basah,Scrap bersifat mudah meledak, Kesalahan pada saat screening Scrap, kebocoran shell karena korosi,Scrap mencampuri shell, Lapisan shell yang terkena burner. Nilai harapan Internasional SafetyRating System adalah 670 dan PT.X mendapatkan nilai 620 dengan persentase 92,5%. Elemenadministrasi mendaptkan nilai 32 poin persentase 91,4 %, Analisis Respon Keadaan Darurat nilainya140 poin persentase 96,5 %, Persiapan Keadaan Darurat di Luar Perusahaan nilainya 43 persentase71,7%, Pengawasan Terhadap Sumber Emergi nilainya 20,5 poin persentase 82%, SistemPerlindungan dan Penyelamatan nilainya 141 poin persentase 94%, Tim Tanggap Darurat nilainya 40

Page 7: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

72 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:71-81

poin persentase 90%, Sistem Pengkajian nilainya 30 poin persentase 100%, Pertolongan Pertama padaKecelakaan nilainya 78,5 poin persentase 98,1%, Bantuan dari Luar yang Terorganisir nilainya 25poin persentasenya 100%, Perencanaan Pasca Kejadiaan nilainya 20 poin persentasenya 100%,Komunikasi Keadaan darurat nlainya 20 poin, Komunikasi Kepada Masyarakat belum dijalankanpada PT. X. Potensi bahaya terbesar pada area Electric Arc Furnace maupun pada seluruh pabrikadalah ledakan hingga terjadinya kebakaraan. Sistem emergency yang diterapkan pada PT. X sudahsesuai dengan standar Internasional Safety Rating System. Hanya perlu ditambahkan pelatihan padatim emergency dan perawatan pada beberapa rambu. Sehingga pekerja bisa mudah memahami systememergency pada PT. X.

Kata Kunci: Emergency Responce Preparedness, International Safety Rating System (ISRS),potensi kebakaran

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yangsangat pesat di Indonesia khususnya padabidang industri, serta seiring denganlajunya program pembangunan nasionalpada bidang industri pulamakamempunyai dampak yang positif dannegatif,khususnya dampak langsungkepada manusia. Di satu pihak akanmemberikan keuntungan berupamemberikan lapangan pekerjaan,mempermudah komunikasi dantransportasi serta akhirnya meningkatkanekonomi dan sosial masyarakat. Di pihaklain dapat timbul dampak negatif yaitumeningkatnya jumlah angka kecelakaankerja. Menurut Peraturan Menteri TenagaKerja RI Nomor : 03 /MEN/1998kecelakaan kerja adalah suatu kejadianyang terjadi di lingkungan kerja yang tidakdiinginkan berakibat cedera pada manusia,kerusakan barang, gangguan terhadappekerjaan dan pencemaran lingkungan.Salah satu jenis kecelakaan yang sering dijumpai dan menimbulkan kerugian yangamat sangat besar adalah kebakaran.

Banyaknya kecelakaan yang terjadimembawa kerugian yang menimpa, bukanhanya kerugian material namun jugakerugian yang berdampak langsungterhadap lingkungan, kehidupanmasyarakat dan juga adanya korban jiwa.Oleh sebab itu setiap perusahaandiwajibkan untuk menyelenggarakanprogram tanggap darurat dan bencana yangsudah diatur dalam UU No. 24 tahun 2007,selain itu setiap perusahaan juga wajib

untuk menyelenggarakan SistemManajamen Keselamatan dan KesehatanKerja (SMK3) yang didalamnya terdapatelemen yang wajib dilakukan oleh suatubadan usaha yaitu menyelenggarakanprogram tanggap darurat yang sudah diaturdalam PP 05/MEN/1996. Tujuan darikebijakan yang sudah dipaparkan diatasuntuk mengurangi korban dan kerusakanalat perusahaan yang disebabkan karenakecelakaan ataupun keadaan darurat.

Menurut Federal EmergencyManagement Agency (FEMA) dalamEmergency managemen Guide forBusiness dan industry (1993) keadaandarurat merupakan seluruh kejadian yangtidak direncanakan yang mengakibatkankematian atau injury yang signifikan padapekerja ataupun masyarakat sekitar. Ataudapat diartikan suatu kejadian yang dapatmematikan suatu usaha, kegiatanoperasional yang terhenti, kerusakan fisikataupun lingkungan dan segala sesuatuyang dapat berpotensi mengalami kerugiankeuangan ataupun reputasi suatuperusahaan dimata masyarakat. Tujuansuatu industri menggunakan programEmergency Response Preparedness (ERP)adalah untuk mencegah keadaan daruratyang saat itu terjadi dan melindungipekerja serta masyarakat sekitar dalamsuatu bahaya dan mengamankan area laindari tersebarnya efek dari sumber bahayatersebut. Pada penelitian kali ini penelitimengamati salah satu perusahaan baja,dalam perusahaan ini terdapat proses

Page 8: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

Putri A.S dan M, Sulaksmono, Penilaian Emergency Response Preparedness…73

peleburan besi dari padat menjadi cair,proses ini menggunakan pembakaransampai kurang lebih 1500°C. Pada prosesini banyak sekali potensi bahaya yangterjadi, bahaya yang paling besar terjadiadalah ledakan dan kebakaran yangmengakibatkan kerusakan alat, hilangnyajam kerja sampai kehancuran pabrik.Potensi bahaya yang sangat besar tersebutharus dicegah dengan menerapkan sistemEmergency Response Preparedness (ERP)yang dapat menanggulangi danmengantisipasi jika terjadi keadaan daruratseperti kebakaran atau sampai terjadinyaledakan.

Pada tahun 2004 area peleburanbesi ini mengalama ledakan yang dahsyat,sehingga berdampak pada seluruh sistemdan produksi yang ada pada PT.X ini. 13orang mengalami luka berat dandievakuasi kerumah sakit terdekat (SuaraMerdeka,2004). Dikabarkan satu orangmeninggal dunia karena melakukan prosespenyelamatan ledakan secara manual.Pekerja yang terpapar langsung denganbara api proses peleburan besi ini tidakmenggunakan Alat Pelindung Diri (APD)yang sesuai dengan tingkat risikobahayanya. Potensi bahaya yang terjadipada area peleburan besi ini sangat tinggioleh sebab itu harus diadakan sistemkeselamatan kerja yang ketat dalam areaini. PT X ini sudah mengelola danmejalankan pengendalian bahaya, denganmenerapkan Sistem ManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)berdasarkan OHSAS 18001 yangterintegrasi dengan ISO 14001 dan ISO9001. Pada OHSAS 18001, diwajibkanuntuk menyelenggarakaan sistem kesiapsiagaan dan respon terhadap keadaandarurat yang terjadi. Analisis programEmergency Response Prepaaredness(ERP) pada area PT X ini bertujuan untukmeminimalisir dampak suatu kejadiaanyang tidak diinginkan baik finansialataupun nonfinansial bagi kelangsunganproduksi suatu perusahaan. KejadianEmergency pada PT X ini meliputiKebakaran, Keracunan bahan makanan

dan minuman, tumpahan atau bocoranbahan berbahaya / kimia / gas dan atauKegagalan Operasi Water Treatment,Ledakan, Demontrasi / Huru-Hara,Bencana Alam (Gempa Bumi dan Banjir).Dari beberapa kejadian emergency yangterjadi di PT. X tersebut yang berpotensibahayanya sangat tinggi pada areapeleburan besi adalah kebakaran danledakan, oleh sebab itu penerapan danevaluasi penerapan program EmergencyResponse Preparedness (ERP) sangatdiperlukan secara khusus.

METODE

Berdasarkan ruang lingkuppermasalahan dan tujuannya, ditinjau darisegi tempatnya, maka penelitian initermasuk dalam penelitian lapangan,sedangkan ditinjau dari segi waktu, desainpenelitian ini adalah cross sectional karenapengamatan dilakukan pada suatu periodewaktu tertentu. Menurut cara pengambilandata, penelitian ini bersifat observasionalkarena peneliti mengamati secara langsungkejadian yang terjadi di lapangan.

Populasi penelitian diambil dariseluruh pekerja yang bertanggung jawablangsung dalam sistem EmergencyResponce Preparedness. Populasi yangterlibat langsung dalam sistem Emergencyresponce Preparedness berjumlah 72responden.

Pada peneitian kali ini pengambilansampel dilakukan dengan teknik NonProbability Sampling lebih tepatnyamenggunakan teknik purposive sampling.responden yang dipilih adalah 10responden, yang diambil dari beberapadepartemen yang memahami sistemEmergency Responce Preperedness.Responden tersebut adalah pimpinandepartemen SHE, tiga orang staft SHEyang bertugas dalam sistem EmergencyResponce Preperedness, kepaladepartemen EAF-SMS, lima orang timtanggap darurat.

Penelitian dilakukan pada areapeleburan besi ERM-SMS pada PT. X di

Page 9: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

74 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:71-81

Surabaya. Waktu penelitian dilakukanpada bulan juni 2014, tepatnya padatanggal 9 juni – 14 juni 2014.

Variabel yang diambil adalahLedakan hingga terjadi kebakaran,Administrasi dan Persiapan keadaandarurat di luar perusahaan

Teknik pengumpulan data yaituData primer diperoleh dari hasilwawancara mengenai sistem EmergencyResponce Preparedness kepada pimpinandepartemen SHE, tiga orang staft SHEyang bertugas dalam sistem EmergencyResponce Preperedness, kepaladepartemen EAF-SMS, lima orang timtanggap darurat dan Data sekunderdiperoleh dari penelusuran dokumen yangberkaitan dengan Emergency ResponcePreperedness dan melakukan observasilangsung kelapangan mengenai sistemEmergency Responce Preperedness.

Setelah data didapatkan kemudiandilakukan pengolahan dan analisis datayang terdiri dari Pengeditan, yaitupengecekan kelengkapan data dankesesuaian isi instrumen pengumpulandata. Pengeditan ini bertujuan untukmerapikan data agar mudah dalampengolahannya. Melakukan validasi data,yaitu dengan cara membandingkan dataprimer dan sekunder. Memberikanpenilaian pada setiap variabel, yaitudengan mengacu pada sistem penilaianInternasional Safety Reating System(ISRS). Kemudian diolah untuk melihatpresentase yang didapat dari nilai tertinggiyang diraih. Hasil yang didapatmenunjukkan presentase pelaksanaanEmergency Response Preparedness (ERP)yang dilakukan perusahaan dibandingkandengan Internasional Safety ReatingSystem (ISRS). Skrining, yaitumembandingkan hasil wawancara, telaahdokumen, observasi dengan kriteria yangditetapkan oleh Internasional SefetyReating System (ISRS). Setelah dianalisisdan pengolahan data, maka untukmenjawab tujuan yang akan dicapai

dilakukan analisis kualitatif. Analisi inidilakukan terhaadap aspek yang ditelitidengan mengacu kepada hasil penelitiandan penelurusan pustaka.

HASIL

Risiko yang Mengakibatkan LedakanHingga Munculnya Api atau Kebakaran

Menurut salah seorang penanggungjawab pada area EAF terdapat beberaparisiko yang menimbulkan terjadinyaledakan sampai kebakaran yang sangathebat, risiko tersebut yaitu Konsletinglistrik, Keadaan Scrap yang basah karenahujan atau pada saat penyimpanan Scrapyang terbuka, Scrap memiliki sifat mudahmeledak jika terjadi tekanan yang tidakstabil, Kesalahan pada saat scrrning Scrappada saat memasukkannya pada tungkupembakaran, Terjadinya kebocoran shellakibat adanya korosi, Tercampurnya Scrappada lapisan shell, Lapisan shell yangterkena burne

Hasil Penilaian Emergency responcepreparedness sesuai ISRS

Berdasarkan hasil pengumpulandata dan penilaian Emergencu ResponsePreparedness berdasarkan InternationalSafety Rating System (ISRS) pada areaElektrik Art Furnice pada industri baja PT.X didapatkan bahwa ada 5 elemen yangmencapai nilai yang sempurna yaitu 100%.Kelima elemen itu adalah analisis keadaandarurat, sistem pengkajian, bantuan dariluar yang terorganisir, perencanaan pascakejadian dan sistem komunikasi dalamkeadaan darurat.Sedangkan yangmendapatkan nilai yang terendah adalahelemen ke empat yaitu keadaan darurat diluar perusahaan. Namun secarakeselauruhan elemen emergency responsepreparedness pada area Electric ArcFurnace PT. X sudah baik dan sesuaistandart yang dianjurkan dan dinilai padaperusahaan tersebut sudah memiliki sistememergency yang terstruktural.

Page 10: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

Putri A.S dan M, Sulaksmono, Penilaian Emergency Response Preparedness…75

Tabel 1. HasilPenilaian Emergency responce preparedness sesuai ISRSElemen Nilaimaksimal Nilai yang

DiperolehPersentase Kategori

Administrasi 35 32 91,4 % BaikAnalisisKeadaanDarurat 30 30 100 % Baik

RencanaKeadaandaruratan 145 140 96,5 % BaikKeadanDarurat di Luar Perusahaan 60 43 71,7 % Cukup

KontrolTerhadapSumberEnergi 25 20,5 82 % BaikSistemPerlindungandanpenyelamatan 150 141 94 % Baik

Tim Emergency 50 40 90 % BaikSistemPengkajian 30 30 100 % Baik

PertolonganPertamaPadaKecelakaan 80 78,5 98,1 % BaikBantuanLuar yang Terorganisir 25 25 100 % Baik

RencanaPascaKejadian 20 20 100 % Baik

SistemKomunikasidalamKondisiDarurat 20 20 100 % BaikKomunikasidenganMasyarakat - - - -

Total 670 620 92,5 % Baik

Hasil Sub ElemenAdministrasi (35poin)

Pada penilaian administrasi poinmaksimal yang diperlukan adalah 35 poindengan mensyaratkan 3 hal pada elemenpenilaiaan ini, yaitu adanya koordinatorpenangggulangan keadaan darurat, adanyapelibatan supervisor untuk membantu

tugas koordinator dalam pengembangandan pengaturan sistem keadaan darurat,serta pelatihan bagi koordinator darisupervisor yang membantu. Hasilpenilaian elemen administrasi didapatkanbahwa memperoleh 32 poin denganpersentase 91,4 % dengan predikatkategori baik.

Tabel 2. Hasil Penilaian Sub Administrasi pada Elemen Emergency ResponcePreparedness berdasarkan ISRS

Kriteria Ya Tidak NilaiAda koordinator yangditunjukuntukmengembangkandanmenganturkeseluruhanpersiapankeadaandarurat

15

Setiapdepartemenatauseksikerjaditunjukuntukmembantudalampengembangandanpengaturansitemkeadaandarurat

10

Koordinator yang ditunjukmenerimapelatihan yangdapatmemudahkandalammenjalankantugas

7

Total 32

x100% 91,4%

Hasil SubElemenPersiapanKeadaanDarurat diLuar Perusahaan (60 poin)

Pada penilaian elemen persiapankeadaan darurat di luar perusahaan poinmaksimal yang diperlukan adalah 60poin dengan mensyaratkan 3 hal pentingyaitu gambaran potensi keadaan daruratdiluar perusahaan, serta perlengkapanyang dibutuhkan jika terjadi keaadaandarurat diluar perusahaan.

Elemen ini merupakam elemenyang tidak terpisahkan dengan persiapankeadaan darurat, hal ini dilakukaansebagai wujud perhatian perusahaanterhadap keselamatan dan keamanankaryawan.

Hasil penilaian terhadap elemenpersiapankeadaaan darurat ini didapatkanbahwa memperoleh 43 poin dengan besarpresentase sebesar 71,7% yang dapatdikategorikan cukup

Page 11: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

76 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:71-81

Tabel 3. Hasil Penilaian Sub Persiapan Keadaan Darurat di Luar Perusahaan pada ElemenEmergency Responce Preparedness berdasarkan ISRS

Kriteria Ya Tidak NilaiEmergency preparedness termasuktanggapdaruratkondisi di

luarperusahaan (10) 10

Rencanatanggapdaruratsudahtermasuktumpahandariangkutanyang membawabahanberbahaya (10)

0

Penyediaanbantuanataukonsultasidariahli yangmenguasaikondisidarurattumpahandariangkutan (5)

0

Sistemkomunikasiuntukpelaporankeadaandaruratdiluarpersahaan (5)

5

Terdapatkoordinatorkeadaandaruratdiluarperusahaandancaramenghubunginya:

1. Ketua tim emergency (5)2. Ahli yang kompeten (5)3. Kewenangan (5)4. Manajeman yang tepat (5)

5555

Tersediaperalatanpenunjangdalamkondisi emergency (10) 8

Total 43

x100% 71,7 %

Hasil SubElemenPerlindungandanPenyelamatan(150 poin)

Pada penilaian elemen sistemperlindungan dan penyelamatanpoinmaksimal yaang diperlukan adalah150 poin dengan mensyaratkan aspekpenting, yaitu sistem pemadamankebakaran, sistem perlindungan terhadap

kebakaraan, prosedur pengolahan danpelepasan material, pencaahayaan danenergi dalam keadaan daarurat seratperlengkapan lain dalam keadaan darurat.Hasil penilaiaan terhadap elemen sistemperlindungan dan penyelamatan inididapatkan bahwa memperoleh 141 poindengan presentase sebesar 94 % yangdikategorikan baik.

Tabel 4. Hasil Sub Elemen Perlindungan dan Penyelamatan

Kriteria Ya Tidak NilaiSurveiterhadapfasilitas 3 tahunterakir (10/60)

1. Sistem pemdaman kebakaran2. Sistem perlindungan kebakaran3. Deteksi bahaya dan sistem alarm4. Kontrol tumpahan dan kebocoran serta prosedur

pembersihan material5. Pencahaayaan dan sumber tenaga cadangan pada

saat kondisi darurat6. Peralatan dan penyelamatan lainnya

10

10

10

10

10

10

Page 12: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

Putri A.S dan M, Sulaksmono, Penilaian Emergency Response Preparedness…77

PEMBAHASAN

Risiko yang Mengakibatkan LedakanHingga Munculnya Api atau Kebakaran

Electric Arc Furnace (EAF)merupakan suatu alat untuk meleburkanbaja, dengan menggunakan elektrodabentuk EAF seperti cangkir raksasa yangdilengkapi 3 buah elektroda. Cara kerjaEAF, sama seperti pada las listrik, di manaelektroda tersebut diberikan arus listrikyang akan mengeluarkan percikan bungaapi. Temperatur yang dibutuhkan untukmelebur baja sekitar 1.600 - 1.650 °C dan

membutuhkan energi listrik sebesar85.000 - 100.000 kWh (SMK3LH, 2012).

Dalam proses peleburan besi padaarea EAF PT. X ledakan merupakanpotensi bahaya yang sangat mungkin

terjadi pada pabrik baja ini.berdasarkan hasil wawancara ledakan inibisa terjadi karena adanya prosespembakaran yang dibantu oleh gas-gasyang berpotensi menimbulkan bahayaledakan hingga terjadilah kebakaran hebat.Menurut penanggung jawab area EAF PT.X, paling sering ledakan terjadi karenaadanya proses peleburan bahan baku yangdigunakan tercampur oleh kadar air yangbegitu tinggi, sehingga air yang berlebihan

tersebut mengakibatkan reaksi sehinggaterbentuk gas H2 yang sangat berpotensimenimbulkan ledakan. (AbriantoAkuan,2009).

Kebakaran yang terjadi Karenabahan scrap yang mudah meledak jikaterpapar air yang berlebihan dan terdapatkorosi pada area pelapisnya maka scraptersebut jika komponen bahanpenunjangnya tidak seimbang pada saatskrining makan ledakan besar yang akanterjadi. Karena ledakan tersebut makamunculah api yang bisa mengakibatkankebakaran yang sangat dahsyat dan dapatmenyalur kebebrapa area lain selain areaEAF.(Damkar-PB prov. DKI Jakarta,2013)

Hasil Penilaian Emergency responcepreparedness sesuai ISRS

Berdasarkan hasil pengumpulan datadan penilaian Emergency ResponcePreparedness berdasarkan InternationalSafety Rating System (ISRS) pada areaElektrik Arc Furnice pada industri baja PT.X didapatkan bahwa ada 5 elemen yangmencapai nilai yang sempurna yaitu 100%. Kelima elemen itu adalah analisiskeadaan darurat, sistem pengkajian,bantuan dari luar yang terorganisir,

Berapapersen yang sesuai (10/60)1. Sistem pemadaman (%x10)2. Sistem perlindungan kebakaran (%x10)3. Sistem alarm dan deteksi bahaya (%x10)4. Predur pembersihan terhadap tumpahan dan

kebocoran (%x10)5. Lampu darurat (%x10)

108

10

8

8

Evaluasiberdasarkanstandar1. Setiap 2 tahun (20)2. Setiap 3 tahun (10)3. Setiap 5 tahun (5)4. Belum dilakukan (0)

20

Tindak lanjut atau tindakan perbaikan (10) 10Total 141

x100% 94 %

Page 13: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

78 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:71-81

perencanaan pasca kejadian dan sistemkomunikasi dalam keadaan darurat.Sedangkan yang mendapatkan nilai yangterendah adalah elemen ke empat yaitukeadaan darurat di luar perusahaan.Namun secara keselauruhan elemenemergency responce preparedness padaarea EAF PT. X sudah baik dan sesuaistandart yang dianjurkan.

Berdasarkan hasil diatas sudahsangat jelas bahwa PT. X sudahmenerapkan sistem emergency Responcepreparedness yang sudah bagus sesuaidengan International safety Rating System(ISRS). Menurut Oka Aditya (2005)mengatakan bahwa Emerhency responcePrearedness sangat bergantung bagaimanasistem yang dibuat untuk mempersiapkankeadaan darurat sebelum keadaan daruratitu sendiri terjadi, hal ini sering disebutsebagai sistem mitigasi keadaan darurat.Pada perusahaan peleburan besi ini sudahmenerapkan sistem mitigasi keadaandarurat seperti mitigasi struktural danmitigasi non struktural. Mitigasi strukturalini seperti membuat bangunan denganbahan yang tidak budah terbakar ataubangunan yang tahan menahan panastinggi, selain itu perusahaan juga membuatruangan kedap api yang digunakan sebagairuang kontol dan tempat beristirahatpekerja jika sudah mengalami kepanasanyang maksimal. Selain itu ruang kontrolini juga dapat digunakan sebagai tempapenyelamatan awal jika terjadi ledakanataupun adanya percikan api yangmenimbulkan kebakaran. Dengan adanyahal diatas jadi dapat disimpulkan bahwaapabila mitigasi keadaan darurat padaperusahaan sudah berjalan dengan baikmaka dapat dikatakan sistem EmergencyResponce Preparedness sudah berjalandengan baik pula.(FEMA. 2000)

Hasil Sub Elemen Administrasi (35poin)

Berdasarkan International SaferyRating System, seorang koordinatoremergency responce preparedness adalahyang memiliki kewanangan akses ke pada

atasan untuk memastikan seluruhpersyaratan atapun elemen dalam sistemsudah dijalankan dengan baik. Sehinggatugas utama seorang koordinator adalahmembuat serangkaian prosedur tanggapdarurat yang digunakan untukmengembangkan dan mengantur kesiapsiagaan petugas tanggap darurat ataupunkaryawan jikala terjadi keadaan yangemergency. Menurut NFPA 1600 seorangkoordinator itu merupakan orang yangditunjuk langsung perusahaan yangmemiliki wewenang dalam membuat danmenjalankan program tanggap daruratdalam suatu peusahaan. Dalam PT. X inikoordinator yang ditunjuk perusahaanadalah direktur dari departemen SHE yagdisebut sebagai Chief . Chief bertugas dankewenangan untuk memproses insidensesegera mungkin dan memastikan tidakada injuri pada personil tanggap darurat.peran Chief yang sangat berat yaitumengkoordinasikan enam sub bagiandalam tim emergency untuk salingberkomunikasi dengan baik jika terjadikeadaan darurat. Keenam sub bagiantersebut adalah fire brigade commander,rescue commander, evacuationcommander, healthy commander,environmental sopporing commander dankominikasi (SMK3LH, 2013). Sesuaidengan yang telah disyaratkan oleh NFPA1600 (2007) bahwa koordinator dibantuataupun didampingi suatu kelompok yangmempumiliki tugas dan bertanggungjawab atas pengimplementasian,pengevakuaisan, dan sistem review dalamprosedur tanggap darurat.

PT. X juga berkerjasama denganbeberapa lintas sektor seperti beberaparumah sakit terdekat dengan pabrik,beberaapa industri yang dapat membantuproses evakuasi, kepolisian daerahsetempat yang berwewenang atasterjadinya tindakan yang tidak diinginkanseperti keadaan emergency dan beberapapemadam kebakaran. Seluruh kerjasamalintas sektir tersebut secara keseluruhandiatur oleh seorang koordinator agar padasaat terjadi keadaan emergency bisa cepat

Page 14: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

Putri A.S dan M, Sulaksmono, Penilaian Emergency Response Preparedness…79

dihubungi. Selain kerjasama lintas sektorterdapat kerja sama antar departemen,koordinator menunjuk beberapa anggotadari departemen untuk dijadikan sebagaitim tanggap darurat perusahaan. Hal inibertujuan untuk memperluas sumber dayapekerja yang kompeten atau terlatihsebagai tim penyelamatan pada masing-masing departemen. Nantinya tim tanggapdarurat yang dipilih tersebut memberikanseluruh ilmu yang didapat dari pelatihantim tanggap darurat kepada seluruh pekerjapada masing-masing. International SafetyRating System telah disyaratkan bahwaseorag koordinator memiliki akseslangsung terhadap senior management.Dalam hal ini PT. X juga memiliki strukturorganisasi yang mana seorang koordinatoratau biasa disebut Chief memilikiwewenanglangsung untuh berhibungandengan senior managementatau biasadisebut Advisor.

Sedangkan koordinator pada PT. Xhanya melakukan beberapa pelatihan sajasehingga poin yang didapat hanya 7 poinkarena masih ada pelatihan yang belumdiikuti oleh koordinator tanggap daruratpada PT. X ini. pelatihan yang belumdilakukan oleh perusahaan adalahpelatihan penanggulangan bom danpelatihan tentang pelepasan bahanberbahaya. Namun pihak perusahaan akanmengupayakan pelatihan ini terselanggaraagar tim tanggap darurat yang sudahterbentuk memiliki kemampuan yanglengkap dalam sistem emergency.Pelatihan yang diikuti oleh Sesuai denganNFPS 1600 yang mensyaratkan agarkoordinator dan tim tanggap darurat harusmempunyai pengetahuan dan kemampuanyang memadai dalam mangatasi keadaandarurat, maka perusahaan terus berupayauntuk mengadakan beberapa pelatihanyang belum dijalankan oleh perusahaan.

Hasil Sub Elemen Persiapan KeadaanDarurat di Luar Perusahaan (60 poin)

Perencanaan tanggap darurat di PT.X sudah tertera dalam SMK3LH yangsudah dibuat oleh perusahaan, perencanaan

ini juga dapat digunakaan pekerja jikaberada diluar perusahaan. Namun tidaksepenuhnya menjadi tanggung jawabperusahaan, jika pekerja mendapatkankejadian darurat pada luar perusahaanmisalnya kecelakaan lalu lintas pihakperusahaan hanya memberikan bantuansesuai dengan persyaratan yang berlaku.

PT. X ini tidak membuat rencanatanggap darurat terhadap tumpahan bahankimia diarea perusahaan, karena pihakperusahaan tidak begitu mengolah bahanbahaya kimia yang berlebihan yaangmengakibatkan ledakan ataau kebocoranpada kendaraan/truk. Kendaraan/trukhanya digunakan untuk memuat besi tuauntuk digunakan sebagai bahan pembuatanbiji besi.

Sistem pelaporan keadaan daruratdiluar perusahaan misalnya kecelakaanlalu lintas juga sama halnya dengankeadaan darurat didalam perusahaan.Pekerja yang mengalami keadaan daruratdiluar perusahaan seperti kecelakaan lalulintas, secepatnya harus menghubunginomor telpon posko keadaan daruratperusahaan, yaitu pos scurity dandepartemen SHE. Pencegehan yangdilakukan oleh perusahaan mengenaikeadaan darurat diluar perusahaan adalahdengan memberikan safety induction,safety talk yang dilakukan oleh staffdepartemen SHE secara rutin setiapharinya. Selain itu perusahaan jugamemasang beberapa poster yangmengingatkan pekerja untuk berhati-hatibaik didalam perusahaan ataupun diluarperusahaan.

PT. X telah menyediakan peralatanemergency yang menunjang seperti P3Kyang terpasang pada masing-masingdepartemen, memberikan fasiltias APDsecara lengkap kepada pekerja sepertihelm, safety shoes, masker, jaket untukpekerja. Untuk pengunjung yang memilikiurusan dengan perusahaan mendapatkanpinjaman oleh perusahaan, hal ini terjadikarena peraturan perusahaan yangmenyatakan bahwa seluruh orang yangberada di area perusahaan harus

Page 15: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

80 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:71-81

menggunakan peralatan safety minimalhelm dan safety shoes.

Jika terjadi keadaan darurat padaluar perusahaan, sistem pelaporannya jigasama dengan terjadinya keadaan daruratdidalam perusahaan. Segala keseluruhankeadaan darurat diketuai oleh Chief yangberwewenang memberikan perintahapapun, baik bantuan atauoun pertolonganpertamam.

Hasil Sub Elemen Perlindungan danPenyelamatan

Penilaian elemen sistem perlindungandan penyelamatan poin maksimal yaangdiperlukan adalah 150 poin denganmensyaratkan aspek penting, yaitu sistempemadaman kebakaran, sistemperlindungan terhadap kebakaraan,prosedur pengolahan dan pelepasanmaterial, pencaahayaan dan energi dalamkeadaan daarurat serat perlengkapan laindalam keadaan darurat. Hasil penilaiaanterhadap elemen sistem perlindungan danpenyelamatan ini didapatkan bahwamemperoleh 141 poin dengan presentasesebesar 94 % yang dikategorikan baik.

PT. X sudah memiliki fasilitaspenyelamatan dan perlindungan jika terjadiemergency, seperti mobil pemedamkebakaran, mobil ambulan, klinik denganfasilitas dokter yang selalu ada pada saatjam kerja berlangsung, alat pemadamankebakaran yang lengkap pula sepertiAPAR, Hidrant dan peralatan P3K. Hal inidilakukan mengingat berbahayanya prosesproduksi yang terjadi pada area EAF yangmemaksa perusahaan untuk menyiapkanperalatan pemadaman kebakaran atau alatemergency secara lengkap. (Suhatman,2010a)

Sistem pemadaman kebakaran yangdijalankan pada perusahaan ini ada duayaitu sitem pemadaman aktif dan sistempemadaman pasif. Berdasarkan keputusanmenteri dan pekerja umum No:26/KPT/M/2008 tentang persyaratan teknisSistem proteksi kebakaran pada bangunangedung dan lingkungan, sistem proteksikebakaran aktif adalah sitem perlindungan

terhadap bahaya kebakaran yangdilaksanakan peralatan yang dapatdilakukan secara manual. Alat inidigunakan dengan mudah oleh pekerjadika terjadi keadaan emergency, biasanyasistem proteksi kebakaran aktif inidigunakan sebagai langkah awal ataupertolongan pertama jika terjadikebakaran. Sedangkan sitem protrksikebakaran pasif adalah sistem proteksiterhadap kebakaran yang dilaksanakandengan melakukan pengaturan terhadapkomponen bangunan gedung atau bidangyang terstruktur yang digunakan untukperlindungan dari kerusaakan fisik.

Berdasarkan Per 04/MEN/1980 TentangSyarat Pemasangan dan PemeliharaanAPARPeralatan yang sering digunakan jikaterjadi kebakaran ringan pada area EAFadalah APAR. Pada PT.X apar yangdisediakan ada 4 jenis APAR, yaitu APARCO2, APAR Foam, APAR dry powder,APAR water.

Selain APAR peralatan lain yangdigunakan yang digunkan untukpenyelamatan adalah adanya ambulanyang dapat digunakan untuk memindahkankorban jika membutuhkan perawatanmedis yang lebih memadai, klinik yangdidalamnya terdapat dokter yang ada padasaat jam kerja berlangsungdokter yangbertugassudahmemilikikemampuan yangterujijikaterjadikorbankarenakabakarabatauledakan. Selain itu terdapat peralatantambahan yang digunkan dalampenyelamatan yaitu lampu darurat jikadiperlukan apalagi jika terjadi keadaandarurat pada malam hari.

KESIMPULAN

Pada area EAF yang menimbulkanpotensi ledakan hingga terjadinyakebakaran dahsyat adalah karena adanyakonsleting listrik, keadaan Scrap yangbasah karena hujan atau pada saatpenyimpanan Scrap yang terbuka, scrapmemiliki sifat mudah meledak jika terjaditekanan yang tidak stabil, kesalahan padasaat scrrning Scrap pada saat

Page 16: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim ...journal.unair.ac.id/downloadfull/K38634-227ba9c3e7fullabstract.pdf · 1 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN LOCK OUT

Putri A.S dan M, Sulaksmono, Penilaian Emergency Response Preparedness…81

memasukkannya pada tungku pembakaran,terjadinya kebocoran shell akibat adanyakorosi, tercampurnya Scrap pada lapisanshell, lapisan shell yang terkena burner.

Dari ke-13 eleman yang sudahdinilai berdasarkan ISRS diatas mayoritasseluruh elemen sudah sesuai denganprosedur yang diberikan oleh ISRS. namunpada elemen ke-4 dan 13 masihmembutuhkan perhatian khusus dariperusahaan untuk penerapan danpembuatan sistem yang belum dijalankandengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abrianto Akuan. 2009. Tungku PeleburanLogam. Universitas Jendral AhmadYani. Bandung

Aditya, Oka. 2005. EmergencyPreparedness PT. Pupuk Sri widjajaudari International Safety RatingSystem (ISRS)Tahun 2005. Skripsi.FKM UI.

Bird.Frank E,1994. International SafetyRating System. International LossControl Institute. 1994. .InternasionalSefety Reating System Sixth RevisedEdition. DNV

Damkar-PB prov. DKI Jakarta, 2013.http://www.jakartafire.net/pengetahuan/index.php?act=materidetil&idb=505(sitasi 18 februari 2014)

Depnaker, RI., 1980. Peraturan MenteriTenaga Kerja & Transmigrasi No.Per04/MEN/1980 Tentang SyaratPemasangan dan Pemeliharaan APAR.Jakarta

FEMA 141.1993. EmergencyManagementGuide for Business and Industry.Maryland; FEMA PublicationsInternasional Loss Control Institute.1996. Internasional Sefety ReatingSystem Sixth Revised Edition. DNV

FEMA. 2000. What Is mitigation?,Mitigation: Reduction Risk througtMitigation, Washington, 2000

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No:26/KPT/M/2008 tentang persyaratanteknis Sistem proteksi kebakaran padabangunan gedung dan lingkungan

Modul OHSAS 18001:2012, Surabaya PT.X, 2012

National Fire Protection Assosiation,2008. NEPA Glossary of Terms

OSHAS 18001, 2007.Occupational Healthand safety Managemen systemRequirements

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 03 /MEN/1998 tentang kecelakaankerja

PP 05/MEN/1996. Tentang programtanggap darurat yang sudah diatur.

Ramli, Suhatman. 2010a. ManajemenKebakaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Suara Merdeka. 2004. Melaporkan PT.Ispat indo terjadi ledakan dan 13orang luka-luka

SMK3LH, modul SMK3LH-ISP-PR-14PROSEDUR KEADAANDARURAT, Surabaya: PT.X, 2012

SMK3LH, modul SMK3LH-ISP-PR-14PROSEDUR KEADAANDARURAT, Surabaya: PT.X, 2012