undercover: deretan bahan makanan alami yang meracuni ginjal

Upload: indah-bieber-fever

Post on 12-Jul-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yang butuh data ini kontak emailku [email protected]

TRANSCRIPT

Undercover: Deretan Bahan Makanan Alami yang Meracuni Ginjal Pada manusia, ginjal merupakan organ multifungsi yang berperan dalam men gatur osmolaritas dalam tubuh, konsentrasi garam dan pH darah, ekskresi sisa met abolisme, serta pengatur tekanan darah.1 Banyak penyakit dan beberapa keadaan ya ng dapat mengganggu fungsi fisiologis ginjal, termasuk salah satunya adalah gaga l ginjal kronik yang berupa keadaan yang irreversibel atau tidak dapat disembuhk an dan berujung pada kematian. Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bul an, kerusakan yang terjadi berupa suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomeru lus (LFG) yang bersifat tidak reversibel, dan terbagi dalam beberapa stadium ses uai dengan jumlah nefron yang masih berfungsi.2 Penyakit gagal ginjal kronik ini adalah masalah yang sangat serius karena menyerang segala segmen usia, dari ana k-anak hingga orang dewasa, dan terjadi baik pada laki-laki maupun pada perempua n. Pada tahun 1972, American Society of Pediatric Nephrology memperkirakan di antar a anak yang berumur < 16 tahun terdapat 2.5-4 / 1juta populasi menderita gagal ginjal kronik per tahunnya.3 Di negara Inggris pada tahun 1997- 1999, penderita gagal ginjal terminal per tahun pada anak berumur < 18 tahun adalah 7.4 / 1juta populasi, dimana anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan, dengan rasio 1.76:1. Sedangkan di Indonesia, menurut data yang diperoleh dari beberapa pusat nefrolog i mengungkapkan bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronik setiap tahunnya terus bertambah dan diperkirakan pertumbuhannya berkisar 10% selama setiap tahun deng an insidensi dan prevalensi masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk da n 200 - 250/ 1 juta penduduk.4 Dengan jumlah penduduk bangsa Indonesia yang menc apai 241 juta, maka setiap hari diperkirakan ada 586 pasien baru yang harus mela kukan cuci darah untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kondisi pasien dengan gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) masi h dapat melakukan aktivitas hidup jika memperhatikan kualitas hidup yang cukup b aik.5 Kualitas hidup ini dapat dijaga dan ditingkatkan dengan cara menyeimbangka n asupan makanan yang dikonsumsi, menghindari stres, menjauhi rokok dan alkohol, menjaga tekanan darah dalam keadaan normal, dan teratur berolahraga. Sedangkan tindakan terapi medis yang diberikan kepada penderita CKD salah satunya adalah d engan dialisa atau cuci darah yang menelan biaya jutaan rupiah dengan fungsinya yang hanya mampu menggantikan sebagian fungsi ginjal. Dialisa saat ini hanya mam pu mengeluarkan 48 sampai maksimum 52% saja dari toksin uremik.5 Oleh karena itu , penderita CKD memerlukan pengawasan khusus dalam intake makanan, minuman, dan obat-obatan agar tidak terjadi akumulasi sisa metabolisme yang berlebihan di gin jal.6 Dengan melihat dari aspek pentingnya fungsi ginjal bagi kesehatan secara menyelu ruh, faktor ekonomi, insidensi kasus, dan masa depan dari penderita CKD yang beg itu sulit, maka alangkah baiknya jika pencegahan CKD mulai dijadikan sebagai pr ioritas. Masyarakat harus waspada dengan CKD dan harus meningkatkan kualitas hid upnya karena CKD merupakan preventable disease , yang dapat dicegah dengan gaya hidup ang sehat. Selain menghindari rokok, alkohol, keadaan stres, dan mengatur tekanan darah, ha l yang paling penting yang dapat dipraktikkan masyarakat dalam kehidupan seharihari adalah dengan menghindari makanan-makanan yang dapat mengganggu kesehatan g injal, di mana masyarakat menganggap bahwa semua makanan yang sehat pasti aman d ikonsumsi bagi tubuh tanpa menimbulkan efek samping dan efek toksisitas. Sebagia n besar masyarakat hanya mengetahui bahwa makanan yang berbahaya bagi ginjal adalah makanan yang mengandung zat pengawet, pewarna, perasa, dan zat adiktif la in. Namun masyarakat belum banyak mengenal zat yang secara alami terdapat dalam bahan makanan dan jika terakumulasi dapat membahayakan ginjal. Salah satu bahan makanan yang dapat menjadi racun bagi ginjal adalah jengkol. Je ngkol atau Jering atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, yang banyak dikonsumsi oleh negara Mala ysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang per hari konsum sinya dapat mencapai 100 ton. Di samping rasanya yang lezat bagi penggemar jengk

ol, jengkol ternyata mengandung zat yang disebut asam jengkolat (jencolid acid) yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap dan membentuk kristal padat yang mengakibatkan orang tersebut sukar mengeluarkan air seni. Jika pH darah dal am keadaan netral, maka kristal padat tidak akan terbentuk, namun ketika pH dara h < 7, asam jengkolat akan membentuk kristal padat yang tidak larut dalam air. Kandungan asam jengkolat pada biji jengkol berkisar antara 1-2% dari berat jengk ol. Asam jengkolat terdapat dalam bentuk bebas sehingga mudah mengendap dan memb entuk kristal padat. Asam jengkolat juga ikut berpartisipasi dalam pembentukan b au jengkol yang khas dan berbau tajam karena memiliki unsur sulfur. Asam jengkol at dapat mengakibatkan jengkolan, yaitu berupa kumpulan gejala merasakan nyeri d i perut, mual, muntah , susah buang air kecil, dan pada tingkatan yang lebih parah volume air kencing yang dikeluarkan akan berkurang dan kadang-kadang disertai bercak darah. Oleh ka rena itu konsumsi jengkol harus sangat dibatasi bahkan dihindari bagi orang-oran g yang rentan mengalami jengkolan. Selain jengkol, makanan lain yang harus diwaspadai adalah bayam. Bayam dapat men jadi pencetus batu ginjal karena mengandung oksalat yang tinggi yaitu sekitar 10 mg. Asam oksalat bersama dengan mineral kalsium dalam tubuh lainnya membentuk senyaw a yang tak larut dan tak dapat diserap tubuh. Senyawa ini berupa kristal yang me ngendap dalam jaringan dan menjadi penyebab sekitar 80 % penyakit batu ginjal pa da orang dewasa. Secara umum, kandungan oksalat juga tinggi pada makanan seperti kacang, mentega kacang, produk kedelai, pretzel, roti gandum, buah berri, anggur, wortel, seledr i, terong, buah zaitun, kentang, ubi jalar (sweet potato) dan cokelat. Makanan dengan kandungan oksalat menengah, yang berisi 2-10 mg oksalat contohnya yogurt, apel, persik, pir, nanas, oatmeal, brokoli selada, jagung, tomat dan ba wang. Sedangkan makanan dengan kandungan oksalat rendah dengan 2 mg oksalat per porsi antara lain keju, susu, pisang, jeruk, alpukat, ceri, pasta putih, nasi putih, b acon, daging sapi, ham, ayam, kerang, kembang kol, mentimun dan jamur. Akan tetapi jumlah dari kandungan oksalat yang terlarut dan tidak terlarut pada setiap makanan jumlahnya berbeda-beda tergantung dengan kondisi tanah dan lingku ngan tempat tanaman tersebut tumbuh. Serta kandungan oksalat pada makanan juga d ipengaruhi oleh metode pengolahan makanan, pemasakan, serta ukuran penyajian. Antara 10 - 15 % oksalat ditemukan dalam urin seseorang yang memiliki batu kalsi um oksalat. Batu oksalat dapat terbentuk dari makanan, sedangkan sisanya diperki rakan dibentuk oleh tubuh sendiri. Namun, batu ginjal terjadi bukan karena asupa n oksalat semata, akan tetapi juga asupan protein, kalsium dan air yang turut be rpengaruh pada pembentukan batu oksalat. Menurut penelitian dari University Institute of Health Science Research (IUNICS) pada tahun 2006 7, terdapat dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kristal da lam ginjal. Yang pertama adalah adanya rongga/cavities yang dibentuk oleh kaliks ginjal dengan peningkatan urodinamik yang rendah sehingga menahan urin dalam wa ktu yang lama. Sedangkan yang kedua adalah terjadinya nekrosis pada sel epitel y ang menutupi papila renal yang dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan anti-adhe rent glikosaminoglikan yang melindungi uroepitelium ginjal. Kerusakan sel epitel ini dapat juga diakibatkan oleh lapisan sub-epitelial yang mengalami kalsifikas i. Ada beberapa macam tipe batu ginjal dan terapi diet yang dapat diberikan. Tipe b atu ginjal yang disebakan oleh adanya kristalisasi dari kalsium oksalat antara l ain adalah Calcium oxalate monohydrate papillary calculi, Calcium oxalate monohy drate unattached calculi, Calcium oxalate dihydrate calculi, Calcium oxalate dih ydrate/hydroxyapatite mixed calculi, dan Calcium oxalate/uric acid mixed calculi .7 Makanan lain yang juga membahayakan ginjal karena mengandung purin yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya batu ginjal dengan tipe uric acid calc uli adalah seafood, ikan dalam kemasan kaleng, telur ikan, daging, organ dalam/j eroan, dan meat extract (consomme, gravies).8 Sedangkan terapi diet bagi penderita CKD secara umum adalah dengan menghindari

makanan-makanan yang dapat menjadi racun bagi ginjal, tinggi protein, tinggi ka lsium, tinggi purin, melarang penggunaan obat-obatan yang memperberat kerja ginj al, dan menyarankan intake bahan makanan yang dapat menghambat proses kristalisa si batu ginjal. Citrat dan phytat adalah zat-zat yang dapat menghambat terbentuk nya batu ginjal yang dapat diperoleh melalui diet makanan. Citrat dapat diperole h dari jeruk, sedangkan phytat dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak serat. DAFTAR PUSTAKA 1. Pearce,.E.C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. 1995. 2. Kaufman JM., DiMeola HJ., Siegel NJ., Lytton B., Kasgharian M., Hayslett JP.,. Compensatory adaptation of structure and function following progressive r enal ablation. Kidney Int 1974;6: 10-7. 3. Fine RN. Renal transplantation for children the only realistic choice. Kid ney Int 1985; 1: 15-7. 4. Sidabutar, R.P., Suhardjono., Kapojos, E.J., Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Soeparman., et al., Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi kedua. Jakarta: Balai P enerbit FKUI. 1998. 5. Rahardjo.,J.P.Strategi Terapi Gagal Ginjal Kronik.Bunga Rampai Ilmu Peny akit Dalam. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1996. 6. Kartono,S.D., Darmarini, F. & Roza R. Penyusunan Diet pada Penderita Gag al Ginjal Kronik dengan Dialisis. Jakarta: Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 1992 7. Felix Grases, Antonia Costa-Bauza, dan Rafel M Prieto. Renal lithiasis a nd Nutrition. Nutrition Jurnal 2006, 5:23. Doi:10.1 186/1475-2891-5-23 8. Chol HK, Atkinson K, Karlson EW, Willet W, Curhan G. Purine-Rich Foods, Dairy and Protein Intake and the Risk of Gout in Men. N Engl Med 2004, 350:10931103