perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kajian...

97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN IMPLEMENTASI KEWENANGAN PENYIDIK UNTUK MELAKUKAN PENGAMBILAN SIDIK JARI DENGAN TEKNIK DAKTILOSKOPI DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA DI KEPOLISIAN RESORT SUKOHARJO Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Aris Setyowarman Wahyu Perdana NIM. E1107124 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 20-Sep-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KAJIAN IMPLEMENTASI KEWENANGAN PENYIDIK

UNTUK MELAKUKAN PENGAMBILAN SIDIK JARI DENGAN TEKNIK

DAKTILOSKOPI DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA DI

KEPOLISIAN RESORT SUKOHARJO

Penulisan Hukum

( Skripsi )

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Aris Setyowarman Wahyu Perdana

NIM. E1107124

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : ARIS SETYOWARMAN WAHYU PERDANA

NIM : E1107124

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

KAJIAN IMPLEMENTASI KEWENANGAN PENYIDIK UNTUK

MELAKUKAN PENGAMBILAN SIDIK JARI DENGAN TEKNIK

DAKTILOSKOPI DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA

DIKEPOLISIAN RESORT SUKOHARJO.

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan

hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan

gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 20 April 2011

Yang membuat pernyataan

Aris Setyowarman Wahyu Perdana

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Aris Setyowarman Wahyu Perdana. E1107124, 2011. KAJIAN

IMPLEMENTASI KEWENANGAN PENYIDIK UNTUK MELAKUKAN

PENGAMBILAN SIDIK JARI DENGAN TEKNIK DAKTILOSKOPI

DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA DI KEPOLISIAN

RESORT SUKOHARJO. Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti penting implementasi

kewenangan penyidik untuk melakukan pengambilan sidik jari dengan teknik

daktiloskopi dalam pengungkapan perkara pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo

serta hambatan yang ditemukan penyidik dalam pengungkapan perkara pidana

dengan menerapkan daktiloskopi dalam pengungkapan perkara pidana di

Kepolisian Resort Sukoharjo.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat

deskriptif, menggambarkan dan menguraikan tentang peranan imlplementasi

kewenangan penyidik untuk melakukan kegiatan pengambilan sidik jari dengan

teknik daktiloskopi dalam penyidikan perkara pidana. Jenis data yang digunakan

yaitu data Primer dan data sekunder. Adapun data sekunder terdiri dari bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan, dan wawancara.

Kemudian data yang di peroleh tersebut dianalisis secara kualitatif yang

dilaksanakan melalui tahapan pengumpulan data, mengklasifikasikan,

menghubungkan dengan teori dan masalah yang ada kemudian menarik

kesimpulan guna menentukan hasilnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, yaitu

peranan ilmu sidik jari khususnya daktiloskopi bagi penyidik dalam melaksanakan

penyidikan guna mengungkap suatu tindak pidana merupakan langkah penting

dalam penentuan kejelasan tindak pidana yang terjadi. Hal ini nantinya akan

mengarahkan tindakan-tindakan atau pemeriksaan selanjutnya, siapa orang yang

perlu dicurigai dan alat atau senjata apa yang digunakan dalam melakukan tindak

pidana. Hambatan yang terjadi Jejak yang ditinggalkan ditempat kejadian sering

menunjukkan bentuk yang tidak sempurna. Tidak sedikit ditemukannya sidik jari

yang tertinggal merupakan sidik jari orang yang mungkin tidak bersangkutan

sama sekali dengan korban maupun tersangka. Apabila ditemukan sidik jari

namun bentuknya tidak atau kurang sempurna sehingga menyulitkan petugas

dalam mengidentifikasinya dan Banyaknya masyarakat yang ingin melihat TKP

mengakibatkan TKP rusak sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan

pemeriksaan.

Kata Kunci : Penyidik, sidik jari, Daktiloskopi

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Aris Setyowarman Wahyu Perdana. E1107124, 2011. A STUDY ON THE

IMPLEMENTATION OF INVESTIGATOR’S AUTHORITY IN TAKING

FINGERPRINTS USING DACTILOSCOPY IN DISCLOSING THE

CRIMINAL CASE IN SUKOHARJO RESORT POLICE OFFICE. Law

Faculty of UNS.

This research aims to find out the importance of the implementation of

investigator’s authority in taking fingerprints using dactiloscopy in disclosing the

criminal case in Sukoharjo Resort Police Office as well as the obstacle the

investigators encounters in disclosing the criminal case applying the dactiloscopy

in disclosing the criminal case in Sukoharjo Resort Police Office.

This study belongs to an empirical law research that is descriptive in

nature, describing and elaborating about the role of the implementation of

investigator’s authority in taking fingerprints using dactiloscopy in investigating

the criminal case. The type of data used was primary data. The primary data

sources employed includes primary and secondary data sources. The secondary

data source consists of primary, secondary, and tertiary law materials. Techniques

of collecting data used were library study and interview. Then the data obtained

was analyzed qualitatively implemented using several steps: collecting data,

classifying, relating them to the theories and problems existing and then drawing a

conclusion to determine the result.

Considering the result of research and discussion, the following conclusion

can be drawn: the role of fingerprint, particularly dactiloscopy, for the investigator

in the investigation process to disclose a crime is an important step in determining

the clarity of crime occurring. It will later direct the subsequent actions or

examinations, who the suspect is and what tool or arm is used in committing

crime. The obstacles occurring is that the footprint left in the occurrence site

frequently shows imperfect shape, many fingerprints found come from any one

who are not relevant at all to the victim or suspect, if found, the fingerprints has

imperfect shape so that the officer finds difficulty in identifying it and many

people want to see the occurrence site leading to the damage of site so that the

officer finds difficulty in doing examination.

Keywords: Investigation, fingerprint, Dactiloscopy.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Selama darah masih mengalir, tidak pernah ada kata gagal.

Cepat atau lambat pasti akan berhasil

(penulis)

Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat

bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek

bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.

(Henry Van Dyke)

Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan

dalam perjalanan menggapainya

(Andrea Hirata)

Ujian karakter yang sejati bukanlah berupa banyak yang kita ketahui

dalam melakukan berbagai hal, tapi bagaimana kita bersikap ketika tidak tahu

harus melakukan apa

(JOHN HOLD)

“Hakim adalah mahasiswa hukum,

yang memberi nilai pada kertas ujiannya sendiri”

(H. L. Nencken)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

Tuhan yang telah memberikan berkatNya yang melimpah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendukung

kuliah,memberikan doa dan nasihat, semangat, cinta dan kasih

sayang tiada surutnya, serta kerja keras yang tak ternilai harganya

demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang Sarjana Hukum.

Adikku tersayang, yang selalu ada untuk membantu proses

belajarku selama menempuh dunia pendidikan.

Seseorang yang telah mengisi hidup penulis dan telah

menghembuskan makna kehidupan.

Keluarga besar Ksp Principium FH UNS.

Sahabat-sahabatku tersayang.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala

rahmad dan hidayah-Nya. Yang selalu memberikan jalan dan kemudahan kepada

penulis sehingga Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul, “KAJIAN

IMPLEMENTASI KEWENANGAN PENYIDIK UNTUK MELAKUKAN

PENGAMBILAN SIDIK JARI DENGAN TEKNIK DAKTILOSKOPI

DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA DI KEPOLISIAN

RESORT SUKOHARJO” dapat terselesaikan tepat waktu.

Banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi penulis dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan

dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua

pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung, secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada :

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-

syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan permasalahan yang

dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam

menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung,

secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya;

2. Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalan-Nya hingga

akhir jaman;

3. Keluargaku tercinta, Papa, Mama, dan Adik, untuk setiap doa, pengorbanan,

dan kasih sayang yang selalu diberikan.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4. Liana Margareta yang selalu ada memberikan semangat, nasehat serta

dukunganya dan kasih sayang yang selalu ada untukku walau terbentang

jarak.

5. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;

6. Pembantu Dekan I yang telah membantu dalam pemberian ijin dilakukannya

penulisan ini;

7. Ibu Sunny Ummul Firdaus S.H, M.H selaku pembimbing akademik penulis

yang membantu penulis dengan memberikan nasehat-nasehat dan selalu

memberikan arahan dalam kegiatan kuliah.

8. Bapak Kristiyadi, S.H., M.Hum., selaku pembimbing skripsi I dalam

penulisan hukum ini yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah

membimbing, mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan hukum ini;

9. Bapak Muhammad Rustamaji, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi II

yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan selama penulisan hukum

ini;

10. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum., selaku Ketua Laboratorium Ilmu

Hukum Fakultas Hukum UNS yang telah membantu penulis dalam menyusun

judul penulisan hukum ini;

11. Bapak Edy Herdyanto, S.H.,M.H., selaku ketua Bagian Hukum Acara

Fakultas Hukum UNS yang telah membantu penulis dalam menyusun judul

penulisan hukum ini;

12. Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama masa kuliah.

13. Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi Fakultas Hukun Universitas Sebelas

Maret, atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang

telah diberikan;

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

14. AKBP Pri Hartono Eling Lelakon SiK selaku kepala kepolisian Resort

Sukoharjo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

15. Ipda Mariman selaku Kaur Identifikasi kepolisian Resort Sukoharjo, yang

dengan senang hati telah membimbing dan membantu penulis selama

penelitian di kepolisian Resort Sukoharjo.

16. Bripka Agus serta Briptu Fendi yang telah meluangkan waktunya untuk

membantu penulis mendapatkan data.

17. KSP “Principium” Fakultas Hukum UNS yang menjadi rumah kedua penulis

di bangku perkuliahan dan teman-teman Principiumers Siska, Yovi, Yuni,

Gatot, Citra debi, Aryani, Shelma, Mas tejo, Aya, Bundo, Lili, Trisna,

Helena, Ardani, Atika, Alphi, Maya, Diah N.A, Bayu, Iffa, Anugrah, Citra

widi, Miqdad, Mia, Maulida, Kiki, Faradina, Lilin, dan temen-temen lain

yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena terlalu banyak cinta kasih

kalian, terus berkarya dan berprestasi.

18. Generasi Pejuang Himanoreg, terima kasih atas segalanya, tanpa himanoreg

hidup terasa hampa. Selama satu tahun lebih kita bersama mengendalikan

kapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja,

malang, candi sukuh terasa maknyus dalam relung hati. Tak terasa kita buat

catatan sejarah kecil yang menggembirakan, walaupun pada titik akhir serasa

hampa. Keyakinan dalam memori tetap ada, perjuangan cinta dari beberapa

personel, peristiwa hidup yang aneh, ucapan terima kasih dari yang

membutuhkan, senyuman kemenangan, tak berlebihan kalau kita sebut diri

kita sendiri generasi pejuang cinta.

19. Tomi, Arif “ito”, Pandhu, Ginanjar, Beni, laely, Mahendra, Ganyot, Himma,

Tari, Nova, Ayu, Ines, Berlian, yang setia mendengar keluh kesah penulis,

memberi bantuan, mendukung, menasehati, menyemangati bahkan terkadang

memarahi saat penulis malas mengerjakan skripsi..... Akhirnya satu episode

dalam hidupku terlewati dan aku senang kalian menjadi bagian dari episode

ini...Semoga dalam episode episode lain dihidupku, kalian tetap setia

menemani..... Thanks for everything....

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

20. Sahabat-sahabatku Gana, Vera, Putri, Dedi, Nisa, Erna, Ambon, Hujang,

Tama, Surya, Nur kholis, Yanuar, Cuy, Angga “koh”, Surya, Sapi, Viddya,

Sekar, Pradika, terima kasih untuk persahabatan kita selama ini, terima kasih

untuk bantuan, semangat, serta dukungan kalian. Semoga Persahabatan ini

tidak lekang oleh jarak dan waktu...

21. Anak – anak Keluarga Pengamen Surakarta yang selalu menjadi penyemangat

penulis dalam menghadapi kegetiran kehidupan. Salut atas perjuanganmu

teman dalam panasnya hujan dan guyuran cahaya matahari

22. Terima kasih atas wejangan hukum kepada pak taufiq (ketua PERADI Solo ),

pak Eko ( KPK ), pak Faroek ( Justice for the Poor Project ), teman-teman

PUKAT UGM, pak yusuf ( YAPPI ).

23. Wujud nyata yang hanya sementara berkunjung ke ruang hati, segala ketidak

langsungan melahirkan bulatan kemerahan, Sentralisasi beberapa dekade

memformat ketidakpastian diantara keindahan kepastian dan itu hanya

sementara, karena tetap ada yang Esa, Terima kasih “bidadari penyelamat

sementara”.

24. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang tidak bisa disebutkan satu per satu, you’re my inspiration,

tanpa kalian kuliahku selama di Fakultas Hukum UNS tidak akan berwarna.

25. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum UNS, mari wujudkan profesional

dan bermoral.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna,

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan

hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan penulis

terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta,20 April 2011

Aris Setyowarman Wahyu Perdana

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

E. Metode Penelitian................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori....................................................................................... 16

1. Tinjauan Tentang Penyidik .............................................................. 16

2. Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Penyidikan .......................... 21

a) Requisites for an Investigator (Kebutuhan Penyidik) ................ 21

b) Tools for an Investigatior (Alat Penyidikan) ............................. 21

3. Tinjauan Tentang Sidik Jari ............................................................ 26

a) Pengertian Sidik Jari ................................................................... 26

b) Macam-macam Sidik Jari ........................................................... 29

4. Tinjauan Tentang Sidik Jari ............................................................ 32

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 36

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Kewenangan Penyidik untuk Melakukan Pengambilan

Sidik Jari dengan Teknik Daktiloskopi dalam Pengungkapan Perkara

Pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo.................................................. 38

1. Tahap Pengamanan Tempat Kejadian Perkara .............................. 38

2. Tahap Pelaksanaan Olah Tempat Kejadian Perkara ...................... 39

3. Tahap Pengumpulan Barang Bukti ................................................ 39

4. Tahap Pemilihan Terhadap Benda-benda dimana Bekas Jari

Menempel...................................................................................... 40

5. Tahap Pengembangan dan Pengangkatan Sidik Jari Laten ........... 41

6. Tahap Pengambilan Sidik Jari di Tempat Kejadian Perkara ......... 44

7. Tahap Pengakhiran Olah Tempat Kejadian Perkara ...................... 47

8. Tahap Pengambilan Sidik Jari Pada Mayat ................................... 52

a) Mayat Masih Baru ................................................................ 52

b) Mayat Telah Kaku dan Mulai Membusuk ........................... 53

c) Mayat yang Sudah Membusuk, Mengering dan yang

Terendam Air ....................................................................... 54

9. Tahap Pemeriksaan Perbandingan Sidik Jari Laten ....................... 54

10.Tahap Perumusan Sidik Jari ......................................................... 56

11.Tahap Penyimpanan Kartu Sidik Jari dan Kartu Pembantunya .... 59

B. Hambatan-Hambatan yang Ditemukan dalam Pengambilan Sidik Jari

dengan Menerapkan Teknik Daktiloskopi yang Merupakan

Serangkaian Tindakan Penyidikan dalam Pengungkapan Perkara

Pidana ..................................................................................................... 72

1. Hambatan dari Luar ..................................................................... 72

2. Hambatan dari Dalam .................................................................. 73

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................. 75

B. Saran-Saran............................................................................................. 76

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skematik Data Analisis Model Interaktif

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Penampang Kulit

Gambar 1. Pola Golongan Sidik Jari

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia, dalam menjalankan kehidupan bernegara, memerlukan

adanya hukum untuk mengatur kehidupan masyarakat, sehingga segala bentuk

kejahatan dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya. Dengan adanya hukum dapat

menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun

penegak hukum itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kaidah-kaidah hukum

yang dapat dipergunakan oleh negara Indonesia dalam mengatur tatanan

kehidupan dalam masyarakat.

Salah satu fungsi keberadaan suatu hukum adalah untuk menetapkan

perbuatan yang harus dilakukan dan atau perbuatan yang boleh dilakukan serta

yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-

nyata berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin

akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak menurut

hukum. Sistem bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk

penegakan hukum. Dalam mewujudkan penegakan hukum tersebut, proses

penanganan perkara pidana haruslah dilaksanakan secara optimal, sehingga

haruslah dapat ditentukan secara cepat dan tepat tentang apakah suatu perkara

pidana akan dapat diajukan ke persidangan ataukah tidak.

Selain itu, dalam rangka menegakkan supremasi hukum, posisi Kepolisian

(yang berwenang melakukan penyidikan) dan Kejaksaan (yang berwenang

melakukan penuntutan) sangat penting dalam mewujudkan hukum in concreto.

Mewujudkan hukum in concreto bukan hanya merupakan fenomena pengadilan

atau hakim, tetapi termasuk dalam pengertian pemberian pelayanan hukum dan

penegakan hukum, sehingga Kepolisian dan Kejaksaan yang merupakan pranata

publik penegak hukum dalam sistem peradilan pidana juga mempunyai peran

krusial dalam perwujudan hukum in concreto.

Dalam perkara pidana dikenal adanya hukum acara pidana yang mengatur

bagaimana hukum pidana materiil dilaksanakan. Sedangkan pengadilan

merupakan salah satu lembaga negara yang berdiri sendiri untuk menegakkan

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peraturan perundang-undangan dalam pelaksaaananya. Suatu peraturan,

bagaimanapun baiknya peraturan itu mengatur tentang sesuatu aspek kehidupan di

dalam kehidupan bernegara, pastilah akan terjadi pelanggaran di dalam

pelaksanaanya. Maka lembaga peradilan itulah yang berfungsi sebagai lembaga

yang mengawasi pelaksaan dan memberi sanksi bagi pelanggar dari peraturan

tersebut.

Sehubungan dengan lembaga peradilan tersebut, diperlukan aparat yang

berfungsi sebagai aparat penegak hukum. Salah satu aparat penegak hukum itu

adalah Kepolisian Negara Repubik Indonesia yang bertugas sebagai penyidik

dalam mengungkap perkara atau kasus pidana yang nantinya akan diajukan ke

muka sidang pengadilan. Hukum Acara Pidana merupakan hukum yang memuat

peraturan-peraturan untuk melaksanakan hukum pidana materiil, karena hukum

acara pidana mempunyai fungsi sebagai alat untuk menyelesaikan segala

kepentingan yang berhubungan dengan perbuatan melawan hukum yang diatur

dalam hukum pidana materiil. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses

penyelesaian perkara pidana adalah penyidikan. Di dalam kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981,

yang disebut dengan tindakan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik

dalam hal ini dan menurut cara-cara yang diatur dengan undang-undang ini untuk

mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka (Pasal 1 ayat

(2) UU No.8 Tahun 1981). Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut

penyidikan adalah: Ketentuan tentang alat-alat penyidik, Ketentuan tentang

diketahuinya terjadinya delik, Pemeriksaan di tempat kejadian, Pemanggilan

tersangka atau terdakwa, Penahanan sementara, Penggeledahan, Pemeriksaan atau

interogasi, Berita Acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat),

Penyitaan, Penyampingan perkara, Pelimpahan perkara kepada penuntut umum

dan pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan (Andi Hamzah,

2002:118-119).

Proses untuk menentukan suatu berkas perkara guna menentukan lengkap

tidaknya berkas perkara tersebut untuk dilimpahkan di persidangan dalam

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

rangkaian proses peradilan pidana terletak pada tahap Prapenuntutan yang

menggambarkan adanya keterkaitan antara Penyidik dengan Penuntut Umum.

Apabila terdapat kekurangan di dalam berkas perkara, yang nantinya akan

menyulitkan Kejaksaan dalam melakukan penuntutan, maka berkas perkara dapat

dikembelikan kepada Penyidik untuk disempurnakan dengan disertai petunjuk

yang dianggap perlu.

Pada prinsipnya, ketentuan tentang Penyidikan dan Penuntutan dalam

KUHAP di atas menunjukkan hubungan yang erat antara penyidikan dengan

penuntutan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyidikan merupakan

kegiatan untuk mengumpulkan alat bukti mengenai adanya satu tindak pidana

beserta pelaku tindak pidana tersebut, sementara penuntutan merupakan kegiatan

yang ditujukan untuk mempertanggungjawabkan hasil dari kegiatan penyidikan di

forum pengadilan.

Oleh karena itu, pelaksanaan dari integrated criminal justice system

sebetulnya adalah untuk melaksanakan penegakan hukum yang terpadu dan

berkesinambungan untuk mendapatkan out put yang maksimal. Dalam hal ini,

penyidikan haruslah diarahkan kepada pembuktian di persidangan, sehingga

tersangka (pelaku tindak pidana) dapat dituntut dan diadili di persidangan.

Penyidikan yang berakhir dengan putusan (vrisjpraak) ataupun lepas dari segala

tuntutan (onslag van alle rechtsvervolging) dari Pengadilan terhadap pelaku

tindak pidana akan merugikan masyarakat dan lembaga penegak hukum itu

sendiri (http://lp3madilindonesia.blogspot.com/2011/01/antara-pentidik-dan-penu

ntut-umum.html) Diakses pada tanggal 26 Maret 2011 pukul 11:38:42 WIB.

Dalam setiap penyidikan perkara pidana dilakukan oleh penyidik, dalam

hal ini adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kegiatan penyidikan

merupakan kegiatan dalam rangka membuat suatu perkara menjadi terang atau

jelas dan dalam usaha untuk menemukan pelaku tindak kejahatan. Kegiatan

penyidikan yang pertama kali dilakukan oleh penyidik dalam mengungkap suatu

kejahatan adalah menemukan barang bukti maupun bekas-bekas kejahatan yang

tertinggal pada tempat kejadian pekara (TKP) atau bagian-bagian terjadinya

kejahatan.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Salah satu barang bukti pertama yang dicari oleh penyidik adalah

menemukan sidik jari pelaku kejahatan, hal ini termasuk dalam lingkup

kewenangan penyidik. Karena kewajibannya, penyidik dalam penyidikan

mempunyai wewenang yang salah satunya adalah mengambil sidik jari dalam

olah TKP (Pasal 7 ayat (1) butir f KUHAP). Ketika pertama kali penyidik datang

ke TKP hal yang pertama dilakukan adalah mencari bukti-bukti awal yang

tertinggal dan menganalisanya termasuk juga hal ini sidik jari mempunyai peran

penting yaitu menggidentifikasi untuk kemudian dicocokkan untuk mencari

keidentikan.

Barang bukti yang sah, yang dapat ditemukan penyidik pada tempat

kejadian perkara salah satunya adalah adalah sidik jari. Sidik jari merupakan

barang bukti yang baik dan efektif, yang dipergunakan oleh penyidik untuk

pembuktian di pengadilan. Dengan identifikasi sidik jari yang dilakukan oleh

penyidik dimaksudkan untuk menghindari adanya kekeliruan dalam pembuktian

di persidangan. Dengan begitu terlihat jelas bahwa sidik jari merupakan barang

bukti yang praktis dan akurat. Yang menjadi dasar bahwa sidik jari dapat

dikatakan sebagai alat bukti yang utama dalam mencari dan mengenali penjahat :

Sidik jari tiap orang tidak sama, Sidik jari manusia tidak berubah selama hidup,

Sidik jari dapat dirumus dan diklasifikasi secara sistematis (Markas Besar

Kepolisian Republik Indonesia, 1993:7).

Identifikasi sangat penting karena dapat menemukan pelaku tindak

kejahatan. Identifikasi terhadap pelaku dapat dilakukan melalui seluruh atau salah

satu cara: Tanda-tanda badaniah (signalement) seperti tinggi badan, warna kulit,

rambut, hidung, bentuk muka, sikap dan seterusnya, Foto atau potret si pelaku,

Jejak (sidik) jari (daktiloskopi), Modus operandi atau cara kerja si pelaku (Andi

Hamzah, 1986:13).

Identifikasi terhadap pelaku dapat dilakukan melalui seluruh atau salah

satu cara:

1. Tanda-tanda badaniah (signalement) seperti tinggi badan, warna kulit,

rambut, hidung, bentuk muka, sikap dan seterusnya,

2. Foto atau potret si pelaku,

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Jejak (sidik) jari (daktiloskopi),

4. Modus operandi atau cara kerja si pelaku (Andi Hamzah, 1986:13)

Identifikasi sidik jari mempunyai arti yang sangat penting bagi penyidik

untuk membuat terang suatu perkara pidana dan mengungkap siapa pelaku tindak

pidana tersebut, maka para penyidik harus berusaha untuk menjaga agar jangan

sampai barang bukti berupa sidik jari yang terdapat atau tertinggal di tempat

kejadian perkara menjadi hilang ataupun rusak. Hasil pemeriksaan tentang sidik

jari dilakukan oleh Petugas Unit Identifikasi Daktiloskopi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Sedangkan dalam penanganan masalah kriminal, seringkali mengalami

kesulitan dalam pemeriksaan barang bukti (BB) terutama dalam hal ini, berkaitan

dengan perkara pidana pembunuhan, pemeriksaan barang bukti yang berupa

jenazah. Apabila penyidik mengalami kesulitan di dalam pemeriksaan jenazah

guna dijadikan alat bukti yang sah di muka pengadilan nanti, hal itu bukan karena

penyidik tidak diberi wewenang untuk itu, tetapi karena dalam pemeriksaan

jenazah dan barang bukti sejenisnya diperlukan suatu ilmu khusus untuk

mengadakan pemeriksaan bukti-bukti itu.

Seperti benda mati yang lainnya, maka barang bukti yang berupa benda

mati tersebut sebetulnya sangat penting dalam mengungkap suatu perkara pidana

dimana dalam hal ini perkara pidana pembunuhan, tidak dapat menceritakan apa-

apa yang terjadi di sekitarnya atau apa yang telah terjadi pada benda mati itu

sendiri. Tetapi benda mati tersebut dapat memberikan suatu petunjuk yang dapat

mengungkapkan suatu pelaku melalui bukti-bukti tertentu yang tertinggal di TKP

maupun di tubuh korban. Pemeriksaan sidik jari sendiri merupakan pemeriksaan

yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.

Bukti tersebut pada akhirnya nanti dijadikan sebagai dasar pembuktian

suatu perkara pidana dipengadilan dan memiliki kekuatan sebagai alat bukti yang

sah sangat membantu hakim dalam menjatuhkan vonis, meskipun hakim itu dapat

memberikan vonis atas keyakinannya, tetapi hakim tetap terikat pada Pasal 183

KUHAP yang isinya adalah:

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi ia dan bahwa terdakwalah

yang bersalah melakukan.

Adapun alat bukti-alat bukti yang sah di jadikan dasar keyakinan hakim

dalam memutus suatu perkara telah ditentukan dalam Pasal 184 (1), sebagai

berikut : 1) keterangan saksi, 2) keterangan ahli, 3) surat 4) petunjuk, dan 5)

keteranga terdakwa.

Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat bahwa proses penemuan bukti

sangat berpengaruh pada proses pembuktian suatu tindak pidana dan

penyelesainnya. Dalam hal kasus pembunuhan ataupun kematian tidak wajar,

metode Daktiloskopi diterapkan untuk membantu proses penyidikan. Penyidik

dapat meminta keterangan ahli kedokteran kehakiman atau ahli yang berwenang

lainnya untuk memeriksa korban guna membantu pemeriksaan pada korban untuk

kepentingan peradilan.

Identifikasi sidik jari mempunyai arti yang sangat penting bagi penyidik

untuk membuat terang suatu perkara pidana dan mengungkap siapa pelaku tindak

pidana tersebut, maka para penyidik harus berusaha untuk menjaga agar jangan

sampai barang bukti berupa sidik jari yang terdapat atau tertinggal di tempat

kejadian perkara menjadi hilang ataupun rusak. Hasil pemeriksaan tentang sidik

jari dilakukan oleh petugas unit identifikasi Daktiloskopi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji implementasi kewenangan penyidik untuk melakukan kegiatan

pengambilan sidik jari dengan teknik daktiloskopi dalam suatu penyidikan perkara

pidana dan juga Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penyidikan untuk

menerapkan metode Daktiloskopi tersebut melalui penyusunan penulisan hukum

dengan judul “KAJIAN IMPLEMENTASI KEWENANGAN PENYIDIK

UNTUK MELAKUKAN PENGAMBILAN SIDIK JARI DENGAN TEKNIK

DAKTILOSKOPI DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA DI

KEPOLISIAN RESORT SUKOHARJO”.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting karena

merupakan suatu pedoman serta mempermudah penulis dalam membahas

permasalahan yang akan diteliti, sehingga sasaran yang hendak di capai jelas

sesuai dengan apa yang di harapkan.

Maka berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah dan pembatasan

masalah yang telah disebutkan di atas sekiranya perlu dirumuskan masalah-

masalah yang akan dibahas. Adapun permasalahan yang akan di kaji dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kewenangan penyidik untuk melakukan

pengambilan sidik jari dengan teknik daktiloskopi dalam pengungkapan

perkara pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo?

2. Hambatan-hambatan apakah yang ditemukan penyidik dalam

pengungkapan perkara pidana dengan menerapkan daktiloskopi dalam

pengungkapan perkara pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian tidak mungkin mungkin lepas dari tujuan tertentu

yang ingin dicapai, sesuai dengan tujuannya penelitian dapat didefinisikan sebagai

berikut : penelitian adalah usaha untuk mengemukakan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dilakukan dengan metode-

metode ilmiah (Sutrisno Hadi.1999:4).

Maksud adanya tujuan penelitian adalah untuk memberikan arah yang

tepat dalam proses penelitian yang dilakukan agar penelitian tersebut berjalan

sesuai dengan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu dalam penyusunan skripsi

ini tujuan yang dikehendaki penulis adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui implementasi kewenangan penyidik untuk melakukan

pengambilan sidik jari dengan teknik daktiloskopi dalam pengungkapan

perkara pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo; dan.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui penyidik dalam

pengungkapan perkara pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman pengetahuan

maupun pemahaman penulis terhadap teori-teori mata kuliah yang telah di

peroleh penulis serta sinkronisasinya dengan pelaksanaan teori-teori tersebut

dalam prakteknya.

b. Untuk memperoleh data yang lebih spesifik, lengkap dan jelas sebagai

bahan untuk menyusun penulisan hukum, sebagai persyaratan utama dalam

memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Universitas Sebalas

Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan

yang dapat diambil dari penelitian, sebab besar kecilnya manfaat penelitian akan

menentukan nilai-nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi manfaat dari

penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang Ilmu Hukum

Acara Pidana khususnya mengenai penerapan Daktiloskopi pada Ilmu

Kedokteran Kehakiman dalam proses pembuktian perkara pidana

pembunuhan.

b. Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemecahan-pemecahan atas

permasalahan yang dikaji.

c. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuhan terhadap

penelitian-penelitian sejenis pada tahap selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran agar Ilmu Kedokteran Kehakiman

lebih berguna lagi dalam proses pembuktian perkara pembunuhan.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

b. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui kemampuan

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama dibangku

kuliah.

E. Metode Penelitian

Sebelum menguraikan tentang metode penelitian, maka terlebih dahulu

akan dikemukakan pengertian tentang metode itu sendiri. Kata “metode” berasal

dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara kerja, upaya, atau jalan suatu

kegiatan pada dasarnya adalah salah satu upaya, dan upaya tersebut bersifat ilmiah

dalam mencari kebenaran yang dilakukan dengan mengumpulkan data sebagai

dasar penentuan kebenaran yang dimaksud (Koentjoroningrat, 1993 : 22).

Sedangkan penelitian menurut Sutrisno Hadi adalah usaha untuk

menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha

mana dilakukan dengan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1994 : 89). Dengan

demikian pengertian metode penelitian adalah upaya yang bersifat ilmiah dalam

mencari dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan metode ilmiah.

Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan suatu faktor yang

penting dan menunjang proses penyelesaian suatu permasalahan yang akan

dibahas, di mana metode merupakana cara utama yang akan digunakan untuk

mencapai tingkat ketelitian jumlah dan jenis yang dihadapi. Akan tetapi dengan

mengadakan klasifikasi yang didasarkan pada pengalaman, dapat ditentukan jenis-

jenis metode penelitian sedangkan Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan

preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Winarno

Surakhmat,1982:131).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis penelitian

Dalam usaha memperoleh data yang dipergunakan untuk menyusun

penulisan hukum, maka jenis penelitian yang digunakan adalah Empiris Yaitu

dengan melakukan pengkajian dan pengolahan terhadap data penelitian dengan

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

bertitik tolak pada aspek hukum normatif disertai dengan kajian teoritis hukum,

dengan didukung oleh fakta-fakta empiris dilapangan. Maka berdasarkan

pengertian tersebut diatas, metode penelitian ini dimaksudkan untuk

menggambarkan dan menguraikan tentang peranan implementasi kewenangan

penyidik untuk melakukan kegiatan pengambilan sidik jari dengan teknik

daktiloskopi dalam penyidikan perkara pidana.

2. Sifat penelitian

Dalam penelitian ini, sifat penelitian adalah deskriptif. Adapun pengertian

penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau hipotesa-hipotesa agar dapat membantu

didalam memperkuat teori-teori lama atau didalam penyusunan teori-teori baru

(Soerjono Soekanto, 2006 : 10).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian

kualitatif. Dengan mengutip pendapat Soerjono Soekanto (2006:10) menjelaskan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan

pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi verbal atau

nomatif dan bukan dalam bentuk angka-angka.

Penulis berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin

mengenai kewenangan penyidik sebagai penegak hukum dalam hal ini untuk

melakukan kegiatan pengambilan sidik jari dengan teknik daktiloskopi dalam

pengungkapan perkara pidana yang dilakukan di kepolisian resort Sukoharjo.

Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik

ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif khususnya

penyidik. wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data.

Observasi diharapkan mampu menggali implementasi kegiatan penyidikan yang

dilakukan oleh penyidik POLRI sehingga nantinya dapat digunakan untuk

mengungkap pelaku tindak pidana.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Penelitian menggunakan Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung

dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan,

yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara ataupun penyebaran

kuisioner. Penelitian hukum sebagai penelitian sosiologis empiris dapat di

realisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas hukum yang berlaku maupun

penelitian terhadap identifikasi hukum. Penelitian ini menggunakan beberapa

sumber data, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Merupakan sejumlah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data

untuk tujuan penelitian. Adapun data tentang penelitian ini diperoleh dari

Penyidik dan aparatur penegak hukum di wilayah hukum Sukoharjo dan juga

beberapa pihak yang terkait dengan permasalahan penelitian ini, sehingga

diharapkan agar hasil yang diperoleh merupakan hal yang obyektif dan sesuai

dengan obyek yang diteliti.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang tidak diperoleh secara langsung dari lapangan namun

diperoleh dari studi pustaka yang meliputi keterangan- keterangan yang diperoleh

dari mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dan dapat menunjang

permasalahan yang diteliti serta literatur-literatur atau buku-buku kepustakaan

mengenai Penyidikan maupun teknik-teknik Daktiloskopi, khususnya yang ada

hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder ini pun masih

dibagi menjadi tiga bagian lagi yakni:

1) Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan yang terdiri perundang-

undangan yang terkait dengan penulisan hukum skripsi ini.

2) Bahan Hukum Sekunder yakni bahan hukum yang berfungsi sebagai

penjelas dari bahan hukum primer yakni terdiri dari literatur-literatur

yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

3) Bahan Hukum Tersier yaitu bahan-bahan pendukung atau pelengkap

dalam penyusunan skripsi ini seperti kamus hukum dan juga ensiklopedia.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan

adalah sebagai berikut:

a. Studi Dokumen atau Kepustakaan

Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku

literatur hasil penelitian terdahulu serta membaca dokumen-dokumen yang

sesuai dengan obyek penelitian.

b. Wawancara

Merupakan cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung

pada sumber data (responden). Dalam hal ini responden adalah pejabat

kepolisian di polres Sukoharjo.

6. Teknik Analis Data

Analisis merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian

dalam bentuk laporan data yang diadakan suatu penganalisisaan data. Dalam

penelitian kualitatif, validitas data tidak tergantung pada banyak sedikitnya contoh

seperti pada penelitian kuantitatif.

Tujuan analisis didalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi

data sehingga data yang teratur serta tersusun baik akan menjadi lebih berguna.

Dalam penelitian ini teknis analis data yang digunakan adalah teknik analisis data

kualitatif. Menurut Sutopo, analisis data kualitatif adalah upaya berlanjut,

berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian

kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Adapun model analisis data yang

dipergunakan adalah model analisis data interaktif.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Model alisis ini dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skematik data analisis model interaktif

Komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemutusan perhatian kepada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data langsung terus

menerus bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

b. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Dalam mengumpulkan data, seorang penganalisa kualitatif mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsi.

Kesimpulan-kesimpulan dibuat secara longgar, tetap terbuka, tetapi

kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat

menjadi lebih rinci dan mengakar pada pokok. Kesimpulan-kesimpulan

juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mengkin

sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis

Sajian

Data

Penarikan

Kesimpulan

Reduksi

Data

Pengumpulan

data

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan

atau mungkin menjadi seksama dan makan tenaga dengan peninjauan

kembali (HB.Sutopo,1990 :8).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini terdiri dari empat (4)

bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup. Selain itu

ditambah dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Adapun sistematika yang

terperinci adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah

penelitian dan penulisan tentang kajian implementasi kewenangan

penyidik untuk melakukan pengambilan sidik jari dengan teknik

daktiloskopi dalam pengungkapan perkara pidana di kepolisian resort

Sukoharjo, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis memaparkan sejumlah landasan teori dari para pakar

dan doktrin hukum berdasarkan literature-literatur yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian yang diangkat. Tinjauan pustaka dibagi

menjadi dua (2) yaitu :

1. Kerangka teori, yang berisikan tinjauan mengenai pengambilan sidik

jari dengan teknik daktiloskopi dan penyidikan.

2. Kerangka pemikiran, yang berisikan gambaran alur berpikir dari penulis

berupa konsep yang dijabarkan dalam penelitian ini.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menguraikan pembahasan dan hasil perolehan dari

penelitian yang dilakukan. Berpijak dari rumusan masalah yang ada, maka

dalam bab ini penulis akan membahas dua (2) pokok permasalahan yaitu

Bagaimana implementasi kewenangan penyidik untuk melakukan

pengambilan sidik jari dengan teknik daktiloskopi dalam pengungkapan

perkara pidana di Kepolisian Resort Sukoharjo, Hambatan-hambatan

apakah yang ditemui penyidik dalam pengungkapan perkara pidana di

Kepolisian Resort Sukoharjo..

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan yang penulis ambil dari

hasil penelitian serta memberikan saran yang relevan dan bermanfaat bagi

semua pembaca dari skripsi ini terutama bagi yang sangat berkepentingan

dan juga pihak-pihak yang terkait dengan penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Penyidik

a. Pengertian Penyidik

Penyidik adalah orang yang melakukan penyidikan yang terdiri dari

pejabat seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 butir 1 KUHAP. Kemudian diperinci

dan dipertegas lagi pada Pasal 6 KUHAP. Selain yang di atur dalam Pasal 1 butir

1 dan Pasal 6 KUHAP, terdapat lagi Pasal 10 KUHAP yang mengatur tentang

adanya penyidik pembantu disamping penyidik. Penyidik pembantu sendiri bukan

harus dari Anggota POLRI, tetapi dapat diangkat dari kalangan pegawai negri

sipil POLRI, sesuai dengan keahlian khusus yang mereka miliki dalam bidang

tertentu.

Dalam Pasal 1 Butir ke-1 KUHAP dijelaskan pengertian penyidik.

”Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan”.

Dari pengertian tersebut di atas, dapat ditarik dua unsur penyidik, seperti

tercantum dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP, yaitu :

(1) Penyidik adalah :

a) Pejabat Polisi Negara Indonesia;

b) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang

khusus oleh undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)

akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Dalam Pasal 6 KUHAP tersebut di atas telah ditentukan mengenai instansi

atau kepangkatan seorang pejabat penyidik adalah :

a) Pejabat Peyidik Polisi

Untuk melakukan penyidikan, pejabat penyidik polisi harus

memenuhi syarat kepangkatan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (2)

KUHAP. Mengenai kedudukan dan kepangkatan pejabat penyidik

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kepolisian diatur dalam peraturan pemerintah yaitu PP No. 27 Tahun

1983.

Kepangkatan penyidik diatur dalam Bab II PP No. 27 Tahun 1983

tentang syarat kepangkatan dan pengangkatan penyidik, untuk syarat

kepangkatan dari penyidik adalah sebagai berikut:

a. Pejabat Penyidik Penuh

Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat penyidik

penuh harus memenuhi kepangkatan dan pengangkatan sebagai

berikut:

1) Sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua

Polisi;

2) Berpangkat Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua apabila

dalam sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik yang

berpangkat Pembantu Letnan Dua;

3) Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian RI.

b. Pejabat Penyidik Pembantu

1) Sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi;

2) Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan kepolisian negara

dengan syarat sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur

Muda (golongan II/A);

3) Diangkat oleh Kepala Kepolisian RI, atas usul komandan

atau pimpinan kesatuan masing-masing.

Khusus mengenai pengangkatan pegawai negeri sipil di

lingkungan kepolisian untuk menjadi pejabat penyidik

pembantu harus mempunyai keahlian dan kekhususan di bidang

tertentu. Syarat kepangkatan pejabat penyidik pembantu harus

lebih rendah dari pangkat pejabat penyidik penuh.

Dalam hal ini perlulah kiranya diutarakan di sini, bahwa

Surat keputusan Menteri Hankam/Pangab tanggal 13 Juli 1979

telah menentukan antara lain, bahwa penyidik pembantu yang

dijabat oleh pejabat kepolisian Negara harus berpangkat Sersan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dua s/d Sersan Mayor dan kepolisian khusus yang atas usul

komandan atau kepala Jawatan / Instansi sipil Pemerintah diangkat

oleh Kapolri. Penyidik pembantu harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama atau sekurang-kurangnya berpendidikan Sekolah

Bintara Polisi;

2. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan

dengan penyidikan;

3. Mempunyai kecakapan dan kemampuan baik psikis maupun

fisik untuk melakukan tugas penyidikan;

4. Berkelakuan baik atau tidak tercela (R. Soesilo, 1980:19).

Wewenang penyidik dari pejabat kepolisian negara Republik

Indonesia sesuai dengan Pasal 7 ayat 1 KUHAP adalah sebagai berikut:

1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

tindak pidana;

2. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian

3. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal dari tersangka

4. melakukan penagkapan, penggeledahan, penahanan dan

penyitaan

5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. mengambil sidik jari dan memotret seseorang

7. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi

8. mendatangkan orang ahli yang diperuntukkan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara

9. mengadakan penghentian penyidikan

10. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil mempunyai fungsi dan wewenang sebagai

penyidik. Pada dasarnya wewenang yang mereka miliki bersumber pada

ketentuan pidana khusus, yang telah menetapkan sendiri pemberian

wewenang penyidikan pada salah satu pasalnya. Jadi hanya terbatas

hanya sepanjang menyangkut tindak pidana yang diatur dalam undang-

undang khusus tersebut (M. Yahya Harahap, 2002: 113).

Masih menurut M. Yahya Harahap (2002:113), bahwa kedudukan

dan wewenang penyidik pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas

penyidikan adalah :

1. Penyidik pegawai negeri sipil kedudukannya dibawah

koordinasi dan pengawasan penyidik Polri,

2. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan

petunjuk kepada penyidik pegawai negeri sipil untuk

memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan,

3. Penyidik pegawai negeri sipil harus melaporkan kepada

penyidik Polri jika ditemukan bukti yang kuat untuk

mengajukan tindak pidananya ke penuntut umum,

4. Setelah penyidikan selesai, penyidik pegawai negeri sipil

menyerahkan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui

penyidik Polri. Penyidik Polri memeriksa hasil penyidikan

untuk menghindari pengembalian kembali hasil penyidikan

oleh penuntut umum kepada penyidik karena kurang lengkap,

5. Apabila penyidik pegawai negeri sipil menghentikan

penyidikan yang telah dilaporkan kepada penyidik Polri, maka

penghentian penyidikan tersebut harus diberitahukan kepada

penyidik Polri dan penuntut umum.

Peran penyidikan adalah menyediakan jawaban bagi pertanyaan: Siapa?

Apa? Kapan? Di mana? Bagaimana? Dan terkadang, Mengapa? Ketepatan

penyidikan dan kemampuan penyidik dapat menghasilkan penuntutan yang sukses

dan penghukuman bagi pelaku kejahatan atau pembebasan orang yang dituduh

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dengan sewenang-wenang. Penyidikan yang tidak tepat dapat menghasilkan

kegagalan penuntutan dan penghukuman terhadap orang yang keliru.

Pada penyidikan, ditekankan pada tindakan mencari dan mengupulkan

bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi jelas, serta dapat

menemukan dan menentukan pelakunya. Dari pengertian tersebut antara

penyelidikan dan penyidikan adalah dua tahap tindakan yang berwujud satu.

Antara kedua tindakan saling berkaitan dan saling melengkapi supaya dapat

diselesaikan pemeriksaan suatu peristiwa pidana (M.Yahya Harahap, 2002 : 109).

Tugas penyidik adalah melaksanakan penyidikan, yaitu serangkaiaan

tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang

dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna

menemukan tersangka (Nico Ngani, 1984 : 24).

Disamping itu penyidik juga mempunyai tugas :

1) Membuat berita acara tentang hasil pelaksanaan tindakannya;

2) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum atau jaksa; penyidik

yang dari pegawai negeri sipil menyerahkannya dengan melalui penyidik

yang dari pejabat kepolisian.

Penyerahan berkas perkara ini meliputi dua tahap, yaitu:

(a). Penyidik hanya menyerahkan berkas pidana;

(b). Dalam hal ini penyidik sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan

tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

Para penyidik dalam melaksanakan tugasnya harus menjunjung tinggi

hukum yang berlaku. Penyidik yang dari kepolisian negara mempunyai wewenang

melakukan tugas masing-masing pada umumnya di seluruh wilayah Indonesia,

khususnya di daerah hukum masing-masing di mana ia diangkat sesuai dengan

ketentuan Undang-undang (Soesilo R, 1980 : 76).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2. Beberapa Hal yang Berkaitan dengan Penyidikan

a. Requisites for an Investigator (Kebutuhan Penyidik)

Penyidik harus mengetahui dengan pasti apakah sebuah kejahatan telah

terjadi atau tidak bagaimana terjadinya kapan terjadi di mana terjadi siapa yang

melakukan kejahatan itu dan dalam kasus tertentu, mengapa kejahatan itu terjadi

(Andi Hamzah,2009:119). Untuk melakukan hal ini, penyidik harus memiliki:

a) kemampuan intelektual untuk mempelajari.

b) kekerasan hati dalam menghadapi rintangan.

c) integritas pribadi yang dapat tahan terhadap godaan fisik, emosional, dan

material.

d) pemahaman terhadap orang lain, proses mental mereka, budaya mereka,

kebiasaan mereka, dan lingkungan mereka.

e) pengetahuan tentang bantuan ilmu pengetahuan yang berguna dan

kemauan untuk menggunakannya.

f) kemampuan untuk mencapai kesimpulan berdasarkan bukti.

g) pemahaman tentang diri sendiri.

h) kemampuan untuk bertahan terhadap prasangka.

i) kesabaran untuk menunggu penilaian sampai bukti tersedia dan,

j) pengetahuan tentang teknik dan prosedur yang dibutuhkan dalam

penyidikan kriminal.

b. Tools for an Investigator (Alat Penyidikan)

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 KUHAP disebutkan bahwa

“Penyidikan” itu adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi

guna menemukan tersangkanya. Maka dalam menjalankan tugasnya maka

penyidik perlu melakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan suatu data

dengan mengunakan alat penyidikan yaitu antara lain :

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

a) Observasi.

Penyidik harus mampu mengamati dengan akurat semua yang dapat

diamati, menggunakan bahasa untuk menyampaikan kepada pihak lain apa yang

telah ia amati, dan menggambarkan dengan tepat apa yang ia amati. Tidak ada

detil yang dapat diabaikan atau diremehkan sebagai hal yang tak berarti. Penyidik

yang terlatih tidak hanya mengamati objek tetapi juga menempatkannya dalam

hubungannya dengan situasi. Situasi tersusun dari banyak detil, yang kesemuanya

harus dirangkum dalam sebuah deskripsi yang akurat. Foto TKP menghasilkan

rekaman peristiwa yang dapat digunakan sebagai bantuan dalam observasi, tetapi

foto bukanlah observasi. Observasi memberikan makna kepada apa yang terlihat

sebuah citra mental.

Deskripsi penting untuk mengomunikasikan observasi. Penggunaan kata

yang tepat, lisan, atau tertulis dalam berkomunikasi membutuhkan pengetahuan

tentang perbendaharaan dan komposisi kata-kata. Keadaan emosi, penyakit

ringan, cacat, prasangka, dan mitos dapat membatasi keakuratan pengamatan

saksi, bahkan penyidik. Banyak faktor dapat menyumbang observasi yang tidak

akurat dan kesalahan deskripsi selain faktor yang telah disebutkan. Para saksi

dapat mendeskripsikan kejadian yang bila dicari pembuktiannya tampak mustahil

karena saksi tersebut tidak dapat mengamati apa yang ia deskripsikan dari tempat

saksi itu mengadakan pengamatan. Deskripsi itu mungkin saja sama sekali hasil

karangan seorang saksi yang mencari pengakuan.

b) Penggunaan Pencatatan.

Catatan, umum dan pribadi, sering penting untuk suatu penyidikan.

Sejumlah informasi dibutuhkan untuk membangun sebuah kasus. Pengetahuan

mengenai banyak catatan dan informasi yang terkandung di dalamnya sangat

penting. Penyidik harus mengetahui siapa yang menguasai catatan yang

diinginkan dan bagaimana mendekati sumber ini. Sejumlah informasi mencatat

tentang batasan individu yang luar biasa. Sumber bervariasi mulai dari yang

mudah didapat, seperti buku petunjuk telefon, petunjuk kota, dan semacamnya,

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

hingga informasi yang sulit diperoleh yang disimpan oleh lembaga swasta,

semipublik, dan pemerintah.

c) Wawancara dan Interogasi.

Penyidik harus memiliki kemampuan untuk melakukan wawancara dan

mengumpulkan informasi dari berbagai jenis orang dari semua tingkat usia anak-

anak, pemilik bar, supir taksi, pengantar barang, wanita penghibur, penjaga pintu,

pegawai, ahli kecantikan, dan sebagainya. Pengetahuan mengenai “siapa

mengetahui apa” berkembang dengan pengalaman.

Interogasi adalah sebuah fungsi penyidikan. Tujuan interogasi adalah untuk

mendapatkan informasi tentang kejadian yang diselidiki dan tentang pelaku

kejahatan. Semua kategori orang dapat diinterogasi: saksi, korban, majikan, rekan

kerja, teman, kerabat, dan lain-lain. Interogasi bukanlah pengganti penyidikan

melainkan alat bantu penyidikan. Ada persyaratan legal yang melingkupi

interogasi yang harus dipahami oleh penyidik. Kegagalan memahami persyaratan

ini akan menyia-nyiakan penggunaan informasi yang didapat sebagai barang

bukti.

Informan rahasia dapat memberikan informasi yang berharga bagi penyidik,

atau sebaliknya tidak tersedia, mengenai kejahatan atau rencana suatu kejahatan.

Dalam beberapa hal, informan tersebut adalah seorang agen yang menyamar

sebagai warga sipil. Identitas mereka tidak disebutkan. Informan itu biasanya

terlibat dengan para pelaku kejahatan. Nilai dirinya bergantung pada informasi

yang ia kumpulkan melalui kedekatannya dengan pelaku kejahatan. Kontak

dengan informan harus diatur agar identitasnya tidak akan terbongkar.

Informan rahasia bertindak dengan motif yang bervariasi. Apa pun

motifnya, penyidik harus mencek ulang setiap detil informasi yang diberikan

informan sebelum melakukan tindakan apa pun.

d) Modus Operandi.

Metode operasi pelaku kejahatan, pemahaman tentang cara kejahatan

berlangsung, memungkinkan penyidik mengidentifikasi sebuah kejahatan sebagai

hasil kerja seorang pelaku kejahatan atau sebagai serangkaian kejahatan yang

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dilakukan oleh seorang pelaku kejahatan yang belum teridentifikasi. Hal itu juga

memungkinkan penyidik menggunakan berkas modus operandi (MO) yang

disimpan oleh lembaga penegakan yang lain. Berkas MO disimpan berdasarkan

alasan bahwa orang cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang unik bagi

tiap orang. Aspek dari perilaku semacam itu cenderung berulang. Cara sebuah

kejahatan berlangsung sering dapat menunjukkan identitas pelakunya. Perilaku itu

adalah karakteristik dari si pelaku tersebut.

e) Pengawasan.

Pengawasan adalah proses menempatkan orang, alasan, dan kendaraan di

bawah pengamatan tanpa diketahui. Tujuan pengawasan adalah untuk

mempelajari sebanyak mungkin aktivitas subjek, ke mana ia pergi, dengan siapa

ia berhubungan, dan hal serta orang seperti apa yang menarik perhatiannya.

Penyidik berupaya untuk tetap tak terlihat. Pengawasan dapat dilaksanakan

dengan berjalan kaki, mengendarai kendaraan, melalui udara, atau dari posisi

tetap.

f) Pekerjaan Tersembunyi.

Agen yang menyamar dapat menjadi sumber informasi. Agen semacam itu

dapat merupakan anggota dari lembaga penegak hukum. Agen tersebut, bekerja

dalam samaran, harus menghilangkan identitasnya sendiri dan memposisikan diri

sebagai orang lain untuk menempatkan diri dalam situasi yang ia selidiki.

Perubahan identitas menuntut agen tersebut untuk menjadi aktor yang sangat

handal, sering untuk mempertahankan nyawa dan anggota tubuhnya.

g) Ahli.

Penyidik harus mengumpulkan dan mengaplikasikan pengetahuan seorang

ahli dari kasus itu dan harus waspada terhadap banyaknya bidang tempat para ahli

dapat menguji bukti dan menyediakan informasi yang sulit diperoleh. Beberapa

bidang yang umum adalah ahli kimia forensik, penguji dokumen, ahli balistik, ahli

sidik jari, ahli penyakit, dan penguji kesehatan. Penting bagi penyidik untuk

melengkapi para ahli tersebut dengan bahan-bahan yang diperoleh selama masa

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

penyidikan. Dalam melakukannya, penyidik harus paham bagaimana melindungi

dan menjaga bukti-bukti yang disampaikan kepada para ahli. Penyidik harus

mengetahui apa yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari ahli tersebut.

Jika kasus itu maju ke pengadilan, ahli tersebut akan bersaksi di pengadilan atas

temuannya.

h) Laporan Tertulis.

Laporan penyidikan, yang mempertalikan secara rinci tentang apa yang

terjadi, bagaimana terjadinya, apa yang ditemukan, merupakan pernyataan resmi

dari penyidikan dan menjadi dasar pengajuan kasus ke pengadilan. Laporan

tersebut memungkinkan jaksa penuntut umum untuk memutuskan apakah telah

tersedia bukti yang cukup untuk membenarkan penuntutan. Orang yang diselidiki

seharusnya ditempatkan sebagai subjek dalam laporan. Menyebut orang tersebut

sebagai tersangka dapat dianggap membuat penilaian yang dapat digunakan untuk

menuduh bahwa penyidik bias.

i) Kesaksian Pengadilan.

Penyidik harus mengembangkan kemampuan bersaksi di pengadilan dengan

cara yang tidak memihak, objektif, dan tidak mengandung bias. Sikap pribadi

dalam pendirian saksi akan mempengaruhi hasil kasus itu. Penyidik tidak boleh

terlihat “mengejar” terdakwa, tampak bersemangat, atau memperlihatkan

keinginan khusus untuk mempertahankan tuduhan. Penyidik harus menceritakan

fakta-fakta yang diperoleh selama penyidikan dan harus mengingat bahwa dia

membatasi kesaksiannya pada fakta-fakta dalam lingkup pengetahuan pribadi.

Penyidik tak dapat menawarkan pilihan atau kesaksian seperti temuan para ahli.

j) Batasan Hukum.

Penyidik harus mematuhi batasan hukum dalam hal penahanan, pencarian,

dan penyitaan. Kegagalan mengikuti persyaratan hukum berakibat penolakan

terhadap bukti-bukti yang diperoleh dan kemudian hilangnya dasar tuntutan.

Penghargaan terhadap penegakan hukum bergantung pada besarnya tingkat

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

ketaatan terhadap hak warga negara untuk merasa aman baik bagi dirinya sendiri,

rumah, surat penting, dan efek dari penahanan, pencarian, dan penyitaan ilegal.

Jadi dapat di simpulkan Penyidikan itu adalah pencarian fakta yang

mengarah pada ditemukannya seseorang atau sekelompok orang yang telah

melakukan suatu tindakan yang dinyatakan ilegal oleh hukum di lingkungan itu.

Fakta yang mendukung kasus kejahatan disediakan melalui penyidikan. Jika fakta

itu dianggap memadai oleh lembaga penuntut, kasus akan dikembangkan untuk

menjadi dasar persidangan. Persidangan dapat berakhir dengan penghukuman,

hilangnya tuntutan karena bukti yang tidak mencukupi, atau dibebaskan karena

penyidikan tidak memberikan fakta yang diperlukan untuk menghukum

(http://www.reskrimum.metro.polri.go.id/news.php?id=5247).

3. Tinjauan Tentang Sidik Jari

a. Pengertian Sidik Jari

Untuk mengungkap suatu perkara tindak pidana, diperlukan bukti dan

sarana untuk pengungkapannya. Bisa dengan keterangan saksi, pengakuan korban

maupun tersangka, bisa juga dengan barang bukti kejahatan. Ada satu lagi alat

bukti yang dipakai oleh polisi untuk mengungkap pelaku kejahatan. Yakni dengan

sidik jari adalah suatu hasil reproduksi tapak-tapak jari, yang menempel pada

barang-barang di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).

Sidik jari juga merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam

mengidentifikasi seseorang. Bahkan sidik jari menjadi teknologi yang dirasa

cukup handal, karena terbukti relatif, akurat, aman, mudah dan nyaman untuk

dipakai sebagai identifikasi bila dibandingkan dengan sistem biometric yang

lainnya seperti retina mata atau DNA (Andika budi pratama, 2005:20).

Penerapan sistem sidik jari ini tidak hanya pada sistem absensi pegawai

perusahaan, tetapi berkembang juga dalam bidang kedokteran forensik, yaitu pada

proses Visum et repertum (VER). VER merupakan laporan tertulis dokter untuk

memberikan keterangan untuk kepentingan peradilan. Salah satu tahap VER

adalah sidik jari. Verifikasi ini dilakukan untuk mengetahui identitas seseorang

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

terhadap suatu masalah tindak pidana atau perdata, contohnya korban kecelakaan,

korban tenggelam, korban pembunuhan dan lain-lain.

Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja di

ambil atau dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda

karena pernah terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak (friction skin) tangan

atau kaki (A.Gumilang 1991: 82). Penyidikan merupakan kegiatan untuk

mengumpulkan barang bukti guna membuat terang/jelas tindak pidana yang

terjadi. Penemuan barang bukti yang paling baik dan efektif adalah berupa sidik

jari, karena sidik jari merupakan barang bukti yang pertama kali ditemukan oleh

penyidik pada tempat kejadian.

Sidik jari diproduksi oleh kulit friksi yaitu telapak tangan dan tapak kaki

yang membentuk suatu pola. Kelenjar keringat pada kulit menghasilkan keringat

dan sebum. Ketika kulit menyentuh suatu permukaan akan meninggalkan suatu

kesan berminyak (sidik jari). Sidik jari tersebut dapat dilihat baik dengan

menaburkan suatu bedak. Sidik jari tersebut dapat diangkat setelah

pengembangan. Sidik jari dapat tersisa selama bertahun-tahun bila tidak

dibersikan. FBI (Federal Bureau of Investigation) mempunyai lebih dari 100 juta

arsip sidik jari tetapi tidak ada satupun yang sama. Pola sidik jari dari suatu

individu tidak akan berubah sepanjang hidupnya.

Keuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya

yang murah. Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari

antemortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang

diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan

demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan

jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan

kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri

seseorang melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang

dipergunakan untuk berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal

ataupun sebagai pengganti tanda tangan (cap Jempol).

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari

epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari

kaki, yang juga dikenal sebagai “dermal ridges” atau “dermal papillae”, yang

terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan. Dari bayi pun,

kita semua sudah mempunyai sidik jari yang sangat identik dan tidak dimiliki

orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari dan telapak tangan dan kaki mulai

tumbuh di ujung jari sejak janin berusia empat minggu hingga sempurna saat

enam bulan di dalam kandungan (http://en.wikipedia.org/wiki/Fingerprint Diakses

pada tanggal 7 Desember 2010 pukul 02:11:10 GMT).

Detail anatomi ini memperkasar permukaan telapak tangan dan kaki

hingga memperkuat cengkeraman kala memegang atau berjalan. Benda yang

dipegang tidak mudah lepas. Secara resmi, istilah sidik jari digunakan pertama

kali oleh Dr. Nehemiah Grew yang memperkenalkan pada Royal Collage of

Physicians, London. JCA Mayer menyatakan bahwa tak ada 2 orang, kembar

sekalipun yang memiliki sidik jari sama persis walaupun masing-masing

mempunyai kemiripan individu. Tahun 1823, John E Purkinje dari University of

Breslau membuat klasifikasi sidik jari dalam sembilan golongan utama, walau

kemudian Francis Galton berpendapat bahwa hanya ada 3 golongan utama,

selebihnya adalah variasi.

Rumus sidik jari merupakan salah satu cara identifikasi. Dalam dunia

kepolisian, rumus jari digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi seseorang.

Karena sidik jari merupakan bentuk yang unik dan berbeda pada setiap orang,

maka rumus sidik jari pun akan berbeda pada tiap orang. Perumusan sidik jari

(classification formula ) merupakan pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom

kartu sidik jari yang menunjukkan interpretasi mengenai bentuk pokok, jumlah

bilangan garis, bentuk loop, dan jalannya garis (http://santai2008.wordpress.com/

2010/04/23/daktiloskopi-ilmu-sidik-jari/#more-827 Diakses pada tanggal 30

Oktober 2010 pukul 08:33:22 GMT).

Kesan peristiwa tindak pidana dibuat melalui keringat atau adanya zat

pencemar. Sidik jari itu biasanya tidak terlihat mata telanjang sehingga disebut

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

sidik jari laten. Sidik jari menjadi cara paling teliti sebagai bagian dari identifikasi

karena memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Sidik jari bersifat unik. Kemungkinan adanya dua pola sidik jari yang

identik pada anggota populasi dunia termasuk jari yang berbeda dari

tangan seseorang dan bahkan jari yang sama dari orang kembar sangat

kecil sekali. Keunikan ini didukung dengan perbandingan jutaan sidik

jari selama 80 tahun terakhir dan berdasarkan perhitungan statistik.

2. Sidik jari bersifat tidak varian. Kecuali perubahan ukuran besarnya

yang mengikuti pertumbuhan individu, rincian pola sidik jari tidak

berubah sepanjang hidup seseorang. Luka-luka hanya meninggalkan

bekas luka permanen jika sampai masuk jaringan kulit dalam. Bekas

luka permanen dapat digunakan juga untuk identifikasi. Pola garis pada

telapak tangan dan tapak kaki juga dapat berfungsi untuk identifikasi.

3. Tipe pola umum memungkinkan sidik jari diklasifikasikan secara

sistematis. Hal ini memungkinkan untuk menyusun arsip yang dapat

digunakan untuk menunjang identifikasi.

Karakteristik garis yang paling umum adalah ujung garis dan bifurkasi

(garis bercabang dua seperti sungai yang bercabang menjadi dua anak sungai).

Karakteristik umum lainnya adalah punggung bukit jari yang pendek, lampiran

(atau pengelompokan), dan noktah. Pola sidik jari dibagi menjadi bagian yang

melengkung, sangkutan, dan lingkar tergantung pada tidak adanya delta, satu atau

dua delta, jika delta itu tidak menyatu (bergabung) dengan inti sidik jari. Bentuk

delta merupakan bifurkasi tempat dua garis cabang saling menjauh dan bukannya

sejajar atau sepasang garis lekat yang memisah. Bentuk sangkutan memiliki satu

garis atau lebih yang melengkung balik, yaitu bagian garis permulaan dan bagian

akhir berkedudukan sejajar. Bentuk busur tidak berlengkung balik (Waluyadi,

2000 : 45).

b. Macam-macam sidik jari

Dari penjelasan yang ada di bukunya A. Gumilang membagi sidik jari

menjadi beberapa macam, antara lain:

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1. Latent prints (Sidik jari Laten).

Walaupun kata “laten” berarti tersembunyi atau tak tampak, pada

penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti kemungkinan

adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari alur-alur tonjolan

kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat

atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara elektronik,

kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten yang tak

terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-alur

tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam lipid)

walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.

Penemuan sidik jari laten pada barang bukti merupakan salah satu aspek

yang paling penting dalam identifikasi tindak pidana, karena secara umum sidik

jari merupakan bukti fisik yang paling kuat yang dapat dipaparkan di pengadilan.

Penemuan sidik jari laten ini umumnya tergantung pada penyertaan bahan pada

deposit sidik jari (keringat) laten atau pada reaksi kimia dengan sisa sidik jari

laten. Lapisan tipe sidik jari terdiri atas 98% samapi 99% air yang segera

menguap meninggalkan kira-kira 10-6 g residu yang hampir setara dengan

komposisi komponen inorganik (seperti garam) dan organik (misalnya asam

amino). Yang menjadi masalah besar dalam deteksi residu ini adalah kerumitan

kimianya serta amat beragamnya tekstur dan komposisi permukaan yang

dibutuhkan untuk mendeteksi sidik laten (http://metro.polri.web.id/perpus/390-

sidik-jari Diakses pada tanggal 7 Desember 2010 pukul 00:21:34 GMT).

Dari sekian banyak cara kimia dan fisika untuk olah sidik jari, hanya cara

pendebuan (penempelan secara fisik bubuk halus pada residu sidik jari) dan

perlakuan ninhydrin (reaksi ninhydrin dengan asam amino residu sidik jari untuk

membentuk produk bercitra biru lembayung) yang masih digunakan sampai saat

ini. Prosedur lain, seperti pengasapan dengan uap yodium atau cara nitrat perak

digunakan hanya dalam situasi tertentu (Pusat Identifikasi Polri, 2002 : 2).

2. Patent prints (Sidik jari Paten).

Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan kulit dari sumber yang tak

jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disababkan dari transfer

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena sudah dapat langsung

dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan diambil bukan dengan

diangkat, tetapi hanya dengan difoto.

3. Plastic prints (Sidik jari Plastik).

Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan alur- alur tonjolan kulit jari tau

telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan bentuk dari alur-alut

tersebut secara detail. Contoh umum: pada lilin cair, deposit lemak pada

permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi penyidik

juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik laten yang tak

tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada permukaan tersebut.

Usaha untuk melihat immpressi-impressi non plastik pun harus dilaksanakan

(A.Guminlang 1991: 84).

Metode yang lebih spesifik, seperti pembubuhan dengan bahan radioaktif,

dan metode yang lebih berorientasi instrumental, sebagaimana deposisi lapisan

logam dalam ruang hampa, otoradiografi (metode sinar X), dan aktivasi netron,

juga telah diselidiki. Metode ini jarang digunakan dalam tindakan polisi karena

penerapan yang sangat terbatas, mahal, dan terlalu rumit. Prosedur yang

dikembangkan di Jepang pada akhir tahun 1970-an, yakni dengan menggunakan

uap methyl atau ethyl-cyanoacrilate ester. Senyawa itu berubah menjadi polimer

pada residu sidik jari laten untuk membentuk produk putih. Prosedur ini kini

banyak dimanfaatkan untuk olah sidik jari pada permukaan yang licin (M.Karjadi

2006 : 67).

Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja

diambil atau dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda

karena pernah terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak (friction skin) tangan

atau kaki (Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1993:1).

Sidik jari dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan besar, yaitu:

1. ARCH (Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya

datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang

lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah, kecuali

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tented Arch (tiang busur). 50% dari seluruh sidik jari terdiri dari bentuk

Arch. Arch dibagi menjadi: Plain Arch dan Tented Arch

2. LOOP (Sangkutan) adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau

lebih datang dari salah satu sisi lukisan, melengkung menyentuh suatu garis

bayangan (imaginary line) yang ditark antara DELTA dan CORE dan berhenti

atau cenderung kembali ke sisi datangnya semula. 60-65% dari seluruh sidik

jari terdiri dari bentuk LOOP. LOOP terdiri dari: Ulnar Loop dan Radial

Loop.

3. WHORL (Lingkaran) adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai paling

sedikitnya dua buah Delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau

melingkar di hadapan kedua Delta. 30-35% dari seluruh sidik jari terdiri dari

bentuk Whorl (Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1993:3).

Mengenai sidik jari didasarkan atas 3 dalil yang nyata yaitu:

1) Setiap jari mempunyai ciri-ciri tersendiri ditinjau dari segi detailnya, dan

tidak sama dengan yang lain;

2) Ciri-ciri garis itu sudah membentuk sejak janin berumur kira-kira 120 hari

di dalam kandungan ibu, sampai hancur (decompostition) setelah

meninggal dunia;

3) Seperangkat sidik jari dapat dirumus, sehingga dapat diadministrasikan

(Markas Besar Kepolisian Negara Inonesia, 1993:3-4).

4. Tinjauan Tentang Metode Daktiloskopi

a. Pengertian Daktiloskopi

Untuk menetapkan identitas seseorang (personal identification) dapat

dilakukan melalui berbagai cara, antara lain, dengan cara mempelajari,

mengamati, dan meneliti profil wajah seseorang, pasfoto, bentuk kepala, bentuk

badan, gigi, sidik jari, atau suara. Identifikasi seseorang yang sering digunakan

dan dapat dijamin kepastian hukumnya adalah dengan cara memepelajari sidik jari

disebut sebagai Daktiloskapi. Daktiloskopi dilaksanakan atas dasar prinsip bahwa

sidik jari tidak sama pada setiap orang dan sidik jari tidak berubah selama hidup.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Daktiloskopi dalam perkembangnnya tidak saja diaplikasikan di bidang

kriminal, tetapi juga di bidang nonkriminal, misalnya, identifikasi bayi yang baru

lahir, administrasi personal, pemegang kartu pengenal/keterangan, penderita

amnesia, mayat yang tidak dikenal, dan untuk kepentingan yang lain seperti untuk

pengurusan klaim asuransi, pensiun, perbankan, ijazah, Kartu Tanda Penduduk,

Surat Izin Mengemudi, dan paspor.

Daktiloskopi berasal dari dua kata Yunani yaitu dactylos yang berarti jari

jemari atau garis jari dan scopein yang artinya mengamati atau meneliti. Dari

pengertian itu timbul istilah dalam bahasa Inggris yang kita kenal menjadi “Ilmu

Sidik Jari”. Kedua ilmu itu ditetapkan pada objek yang sama, garis papil, tetapi

tujuan Daktiloskopi tersebut lebih dititikberatkan untuk keperluan personal

identifikasi. Daktiloskopi berarti mengamati sidik jari, khususnya garis yang

terdapat pada ruas ujung jari, baik tangan dan kaki. Jadi, daktiloskopi berarti ilmu

yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali atau untuk

proses identifikasi orang (Materi ajar Departemen Daktiloskopi Umum. Mabes

Polri).

Haryadi Sigit mengemukakan suatu teori tentang perumusan sidik yang

menjadi titik dasar tata cara perumusan sidik jari yaitu:

“Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan penentuan

rumus sidik jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari

yang menunjukkan interprestasi mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis,

bentuk loop, dan jalannya garis yang diikuti pada bentuk whorl. Bentuk whorl

adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai paling sedikitnya 2 buah delta,

dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar di hadapan kedua delta.

Dan sampai sekarang ini proses identifikasi dan penentuan rumus sidik jari dari

sebagian besar pihak kepolisian masih dilakukan dengan cara konvensional.

Perangkat lunak yang direalisasikan ini digunakan untuk menghitung rumus sidik

jari pada jenis whorl” (Aryo Mahardiko,2007:34).

Penghitungan rumusnya berdasarkan beberapa parameter yaitu, letak core

(titik pusat), letak delta, bilangan garis antara delta dan core (ridge counting), dan

mengikuti jalannya garis pada bentuk whorl (ridge tracing). Perangkat lunak yang

direlisasikan telah mampu menentukan core, delta, ridge counting, ridge tracing,

dan menghasilkan rumus sidik jari pada bentuk pokok jenis whorl. Dengan tingkat

keberhasilan 100% untuk penentuan titik core, 80% untuk penentuan delta kiri,

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

40% untuk penentuan delta kanan, 80% untuk penentuan ridge counting dan ridge

tracing , dan 60% untuk penentuan rumus sidik jari (Aryo Mahardiko,2007 : 46).

Daktiloskopi atau yang lebih dikenal dengan sebutan ilmu sidik jari ini

telah mampu mendesak metode identifikasi lainnya karena keunikan dan

karakteristik fisik sidik jari yang berbeda pada tiap individunya, serta sangat

praktis dan akurat. Ilmu sidik jari didasarkan pada 3 dalil atau aksioma, yaitu :

1. Setiap jari mempunyai ciri-ciri garis tersendiri ditinjau dari segi

detailnya, dan tidak sama dengan yang lain.

2. Ciri-ciri garis itu sudah membentuk sejak janin berumur kira-kira 120

hari di dalam kandungan ibu, dan tidak berubah selama hidup, sampai

hancur (decomposition) setelah meninggal dunia.

3. Seperangkat sidik jari dapat dirumuskan, sehingga dapat

diadministrasikan (disimpan dan dicari kembali).

Sampai sekarang ini, sistem penghitungan rumus sidik jari yang dilakukan

oleh pihak kepolisian masih menggunakan cara konvensional, yang meliputi :

a) Pengambilan sidik jari menggunakan peralatan tinta daktiloskopi, plat

kaca, roller, penjepit kartu sidik jari dan kartu sidik jari itu sendiri.

Sidik jari direkam pada sehelai kartu sidik jari dimana terdapat kolom-

kolom untuk sidik jari yang digulingkan (rolled impression), kolom

sidik jari yang tidak digulingkan (plain impression) dan kolom

informasi beserta identitas orang yang diambil sidik jarinya.

b) Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan penentuan

rumus sidik jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu

sidik jari yang menunjukkan interprestasi mengenai bentuk pokok,

jumlah bilangan garis, bentuk loop, dan jalannya garis yang diikuti pada

bentuk whorl. Semua kegiatan diatas menggunakan bantuan kaca

pembesar dan diperiksa satu persatu oleh petugas.

c) Penyimpanan (filling) kartu sidik jari pada hakikatnya adalah

menempatkan suatu kartu sidik jari pada file menurut rumus sidik jari

yang tertera pada kartu sidik jari tersebut.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil,

dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena

pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan/kaki. Kulit telapak adalah kulit pada

bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari

dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana

pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain

yang dipisahkan oleh celah/alur yang membentuk lukisan tertentu. (A.M. Iqbal

Dkk, 2005 : 56) Kulit tapak terdiri dari dua lapisan:

(a) Lapisan dermal adalah kulit jangat/kulit yang sebenarnya, Kulit inilah yang

menentukan garis yang ada pada permukaan kulit telapak.

(b) Lapisan epidermal adalah lapisan kulit luar/garis papilar, Garis inilah yang

menjadi perhatian kita untuk menentukan bentuk pokok perumusan dan

perbandingan sidik jari.

Sedangkan untuk sidik jari yang mengalami kerusakan atau cacat dibagi

menjadi dua, yaitu :

1. Cacat sementara adalah cacat pada bagian kulit luar (epidermal) dan garis

yang cacat/rusak tersebut dapat sembuh kembali seperti semula.

2. Cacat tetap adalah cacat yang disebabkan ikut rusaknya garis sampai

lapisan dermal. Sidik jari yang cacat tetap atau sementara biasanya tidak

akan mempengaruhi identifikasi terhadap jari kecuali apabila sidik jari

rusak sama sekali. Ada tiga dalil atau aksioma yang melandasi

daktiloskopi (ilmu sidik jari), yaitu:

a) Sidik jari setiap orang tidak sama.

b) Sidik jari manusia tidak berubah selama hidup.

c) Sidik jari dapat dirumuskan dan diklasifikasikan secara matematis.

Ketiga dalil itu dicetuskan oleh Sir Francois Galton (1822-1916)

didasarkan pada hasil penelitian terhadap beribu-ribu sidik jari manusia yang telah

diteliti(http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=15%3Ap

emrosesan-sinyal&id=529%3Adaktiloskopi-ilmu-sidik-jari&option=com_content

&Itemid=15 Diakses pada tanggal 06 Desember 2010 pukul 23:20:10 GMT).

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Skematik kerangka pemikiran

Keterangan Skematik Kerangka pemikiran:

Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana, dalam proses penanganan perkara pidana meliputi

beberapa proses yang salah satunya adalah penyidikan. Persoalan yang terjadi

dalam penerapan KUHAP pada tingkat proses penyidikan adalah sadar atau tidak

sadar bahwa penyidikan ini sangat penting bagi seseorang yang diduga melakukan

tindak pidana, apakah dugaan itu benar atau tidak, karena hal ini memerlukan

kepastian hukum dan masa waktu yang dilakukan oleh penyidik dalam

memberikan status hukum bagi seseorang, ini dimulai dari tingkat penyidikan,

sebelum adanya proses hukum lain dan sampai pada pengadilan menjatuhi

putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisdje).

Penyidikan perkara pidana dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Indonesia

dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu menurut undang-undang khusus.

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Ayat (1) butir f KUHAP, penyidik Polri karena

KUHP KUHAP

Perbuatan tindak

pidana pencurian

dan pembunuhan

proses penyidikan

dilakukan oleh POLRI

pengambilan

sidik jari

Daktiloskopi

Hambatan

Alat Bukti

Tempat kejadian

Perkara

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kewajibannya mempunyai wewenang yang salah satunya adalah mengambil sidik

jari. Yang nantinya dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan

dalam tindak pidana pencurian maupun pembunuhan dimana pengungkapan

pelakunya dilakukan melalui pencarian sidik jari yang tertinggal di tempat

kejadian perkara. Untuk mengetahui sidik jari seseorang tersebut diperlukan ilmu

bantu yang nantinya dapat berperan dan membantu didalam proses penyidikan.

Ilmu bantu tersebut adalah daktiloskopi yaitu ilmu yang mempelajari sidik jari

untuk keperluan pengenalan kembali atau untuk proses identifikasi orang. Dengan

diketahuinya jati diri korban, pihak penyidik dapat melakukan penyidikan untuk

mengungkap kasus menjadi lebih terarah, oleh karena secara kriminologis

umumnya ada hubungan antara pelaku dengan korbannya. Bukti-bukti yang

diperoleh dari korban akan digunakan pihak Kepolisian untuk mengungkap

pelaku dalam puzzel kejahatan yang Sidik Jari sendiri merupakan Mozaik dari

pecahan Puzzel yang kemudian disusun guna mengungkap pelaku kejahatan.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Kewenangan Penyidik untuk Melakukan Pengambilan

Sidik Jari dengan Teknik Daktiloskopi dalam Pengungkapan Perkara

Pidana.

Guna mengetahui implementasi Kewenangan Penyidik untuk Melakukan

Pengambilan Sidik Jari dengan Teknik Daktiloskopi dalam Pengungkapan Perkara

Pidana, dalam hal ini penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian digunakan untuk

memperkuat pembuktian maupun kepastian mengenai diri seseorang yang diduga

terlibat dalam tindak pidana sehingga penyidikan dapat membuat terang suatu

tindak pidana yang terjadi. Implementasinya kewenangan penyidik untuk

melakukan pengambilan sidik jari dalam pelaksanaannya harus memenuhi

tahapan demi tahapan. Dalam Pengambilan Sidik Jari dengan Teknik

Daktiloskopi, menurut IPDA mariman tahapan-tahapan yang harus dilakukan itu

antara lain adalah:

1. Tahap Pengamanan Tempat Kejadian Perkara

Langkah pertama yang dilakukan penyidik dalam kegiatan pengambilan

sidik jari adalah mengamankan TKP. Menutup tempat kejadian perkara dengan

menggunakan Police Line agar masyarakat yang tidak berkepentingan jangan

sampai masuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar sebisa mungkin TKP jangan

sampai berubah atau rusak yang dapat mengacaukan penyidikan.

Setelah tiba di tempat kejadian perkara, maka yang harus dilakukan

penyidik adalah :

a. Menutup seluas-luasnya (seluas mungkin) tempat atau area dengan

Police Line/Tali/Alat lain, sesuai dengan situasi dan kondisi,

b. Segera memberitahukan kepada kepala atau atasannya,

c. Larangan siapapun masuk TKP kecuali petugas TKP,

d. Apabila korban luka bantu dengan Pertolongan Pertama Gawat Darurat

(PPGD), Apabila korban meninggal biarkan di posisi semula,

e. Menjaga keadaan tempat itu tidak berubah dari apa saja yang berada di

TKP.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Tahap Pelaksanaan Olah TKP

Tahap selanjutnya setelah mengamankan TKP adalah petugas harus segera

melakukan olah TKP. Langkah-langkah dalam melakukan olah TKP adalah :

a. Foto lokasi secara umum dari depan, samping kaki, belakang jika

TKP kebakaran foto lokasi dari arah ketinggian,

b. Beri nomor TKP secara berurutan terhadap tempat/benda/bekas lain

yang diduga berhubungan dengan kejadian tersebut,

c. Foto satu persatu secara berurutan sesuai dengan penomeran terhadap

tempat/benda/bekas lain yang diduga berhubungan dengan kejadian

tersebut baik secara umum maupun Close up,

d. Apabila ada korban manusia, pastikan apakah sudah meninggal atau

belum dengan meraba nadi atau dekatkan kaca dihidung atau mulut

korban,

e. Gambar atau beri tanda dengan kapur atau alat lain posisi mayat di

TKP sebelum diangkat,

f. Khusus mayat, difoto secara umum, Close up muka dan tempat lain

ditubuh mayat yang diduga ada bekas-bekas yang mencurigakan

(memar/luka),

g. Ambil dan amankan BB di TKP masukkan kedalam kantong plastik

beri nomor sesuai dengan nomor TKP (foto&catat), ikat dengan tali

dan diberi LAK dan distempel.

3. Tahap Pengumpulan Barang-Barang Bukti

Dalam tahapan ini, para penyidik mengumpulkan barang-barang bukti

yang diduga terkait dengan tindak kejahatan. Selain itu juga menemukan bekas-

bekas yang tertinggal di TKP, misalnya sidik jari laten, dan mencegah jangan

sampai bekas-bekas itu rusak dan juga mencegah jangan sampai timbul atau

adanya penambahan bekas-bekas baru karena akan mempersulit proses

pengambilan sidik jari laten di tempat kejadian perkara.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

4. Tahap Pemilahan Terhadap Benda-Benda Dimana Bekas Jari Menempel

Langkah-langkah dalam melakukan pencarian :

1. Menggunakan sarung tangan atau sapu tangan atau dengan cara lain waktu

sedang melakukan pencarian/ketika akan memegang benda, sehingga tidak

meninggalkan sidik jari sendiri pada benda tersebut,

2. Melakukan pencarian setelah pemotretan TKP selesai, dengan meneliti

tempat-tempat atau benda-benda yang diduga telah dipegang atau disentuh

oleh tersangka/pelaku, misalnya :

Dalam kasus pencurian dengan merusak/membongkar, pencarian dilakukan

pada:

a) Tempat tersangka masuk,

a. Obyek yang dirusak,

b. Benda-benda yang dipindahkan/diduga telah disentuh/dipegang

oleh tersangka,

c. Alat yang digunakan untuk pembongkaran/perusakan tersebut

(baik yang terrtinggal di TKP atau ditemukan kemudian),

d. Tempat tersangka keluar,

e. Harta milik yang ditemukan kemudian.

b) Dalam peristiwa pencurian mobil, yang kemudian ditemukan kembali,

pencarian dilakukan pada:

a. Pegangan pintu mobil,

b. Tempat duduk pengemudi termasuk jendela samping, kerangka

pintu dan jendela,

c. Pegangan versneling,

d. Kaca spion (dalam dan luar), dengan perhatian utama pada bagian

belakang kaca spion tersebut,

e. Kepala sabuk pengaman,

f. Benda-benda lain didalam mobil yang mungkin telah dipegang

tersangka (puntung rokok dalam asbak mobil, sobekan kertas,

tempat tissue, dan lain-lain)

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3. Memastikan letak sidik jari laten pada permukaan guna dikembangkan dan

diangkat/dipindahkan ke dalam lifter, dengan cara:

a) Dengan sorotan senter dari sudut tertentu, sidik jari laten pada permukaan

benda terlihat jelas,

b) Dengan mendekatkan kepala (petugas) pada permukaan benda yang

dilihatnya dari berbagai sudut,

c) Meniup permukaan benda sehingga memberi kelembaban yang

memungkinkan sidik jari laten dapat terlihat,

d) Langsung menaburi permukaan tersebut dengan serbuk.

4. Setelah pemberian serbuk, sidik jari laten tersebut dipotret terlebih dahulu

sebelum diangkat dengan lifter,

5. Benda-benda yang diduga mengandung sidik jari laten, yang dapat diangkat,

dapat dibawa ke kator untuk diproses dengan lebih teliti,

6. Orang-orang yang diduga ada kaitan dengan TKP jari mereka untuk

mempersempit pencarian tersangka atau pelaku,

7. Bila tersangka atau pelaku telah diketahui, tetapi tidak berada di TKP atau

belum tertangkap, catatlah namanya serta keterangan lainnya guna pencarian

di file sidik jari.

5. Tahap Pengembangan dan Pengangkatan Sidik Jari Laten

Langkah-langkah pengembangan dan pemindahan/pengangkatan:

1. Pengembangan

a) Dengan serbuk biasa

a. Jangan sekali-kali menghadap arah angin pada waktu

menggunakan serbuk,

b. Pilihlah serbuk yang warnanya kontras dengan permukaan

benda (serbuk warna gelap dengan permukaan terang dan

serbuk warna terang untuk permukaan gelap). Pada umumnya

digunakan serbuk warna hitam dan abu-abu serta digunakan

pada permukaan benda yang tidak menyerap keringat seperti

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kaca, porselin permukaan yang divernis/diplitur/dicat dan lain-

lain,

c. Lakukanlah percobaan terhadap semua jenis serbuk sebelum

digunakan,

d. Tuangkan sejumlah kecil serbuk di atas helai kertas,

e. Dengan hati-hati kuas dicelupkan ke dalam serbuk tersebut.

Kuas diketuk perlahan-lahan dengan jari untuk mengurangi

serbuk yang berlebihan,

f. Serbuk pada kuas tersebut kemudian dibubuhkan dengan hati-

hati pada permukaan yang dicurigai,

g. Bila sidik jari sudah terlihat, gerakkanlah kuas hati-hati sesuai

dengan arah garis-garis papiler. Semua serbuk yang berlebihan

harus disapu dari sidik jari laten tersebut,

h. Potretlah sidik jari laten tersebut sebelum diangkat atau

dipindahkan ke dalam lifter/selotip,

i. Sidik jari laten yang bercampur darah, debu atau yang terdapat

pada permukaan mentega, permukaan yang dilapisi debu,

jangan sekali-kali ditaburi / dikembangkan dengan serbuk.

Pemberian serbuk akan merusak sidik jari laten tersebut, karena

itu sidik jari laten yang demikian harus langsung dipotret.

b) Dengan serbuk magnet

a. Serbuk yang digunakan adalah serbuk yang mengandung

magnet (magnetic powder) dengan warna hitam, abu-abu dan

putih,

b. Cara pengembangan sidik jari dengan serbuk manet sama

dengan pengembangan sidik jari dengan serbuk biasa,

c. Jangan menggunakan serbuk magnet untuk mengembangkan

sidik jari laten yang terdapat pada benda-benda logam.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Pemindahan / Pengangkatan

a) Dengan lifter tembus pandang

a. Setiap sidik jari laten yang telah diberi serbuk, sebelum

diangkat / dipindahkan, sebaiknya dipotret terlebih dahulu,

b. Cara / teknik yang baik hanya dapat diperoleh melalui praktek

dan pengalaman, namun langkah-langkah yang perlu

diperhatikan :

c. Pengangkatan dengan lifter transparan pengangkat tembus

pandang yang berbentuk roll (selotip/isolasi) :

i. Dengan sekali tarik, lifter transparan ditarik dari

gulungannya dengan panjang secukupnya (ada petugas

yang lebih suka membiarkan pita tersebut dalam

gulungannya, tetapi ada yang lebih suka memotangnya

setelah ditarik dari gulungannya),

ii. Letakkan bagian lifter transparan yang berperekat tepat di

atas sidik jari laten yang telah diberi serbuk, kemudian

ditekan lurus dan kuat dengan jari,

iii. Urutlah lifter transparan tersebut tepat di atas sidik jari

laten dengan gerakan yang rata. Kini sidik jari laten telah

beralih ke dalam pita tersebut. Urut terus pita dengan

telunjuk agar sidik jari laten melekat dengan baik pada pita

tersebut,

iv. Tempatkan kartu alas (tempat menempelkan pita) dekat

lokasi yang didinginkan,

v. Angkat lifter transparan dari permukaan dengan sekali

tarik, kemudian tempelkan lifter transparan tersebut pada

kartu alas sedemikian rupa sehingga tidak terjadi

gelembung udara. Sidik jari laten yang telah berpindah ke

dalam pitra (lifter) tersebut mempunyai posisi yang sama

seperti ketika sidik jari laten tersebut masih di permukaan

asal.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b) Dengan Rubber Lifter / Lifter Karet

a. Pilihan jenis rubber lifter tergantung dari warna serbuk yang

digunakan untuk mengembangkan sidik jari laten tersebut

(serbuk putih-rubber lifter hitam; serbuk hitam-rubber lifter

putih),

b. Guntinglah rubber lifter tersebut sesuai dengan ukuran yang

diinginkan, kemudian penutup plastik bening dibuka,

c. Permukaan rubber lifter yang berperekat ditempelkan pada

sidik jari laten yang telah diberi serbuk tersebut, ditekan rata,

kemudian diurut dengan jari. Kini sidik jari laten telah

berpindah ke permukaan rubber lifter yang berperekat tersebut.

d. Angkatlah rubber lifter tersebut dari permukaan dan penutup

plastik bening tadi ditempelkan kembali pada rubber lifter

(tempat semula). Sidik jari laten yang telah berpindah ke dalam

rubber lifter tersebut, posisinya terbalik atau berlawanan

dengan posisi benda asal.

6. Tahap Pengambilan Sidik Jari di Tempat Kejadian Perkara

Langkah pengambilan sidik jari pada fomulir AK-23:

1. Pengambilan/perekaman sidik jari pada formulir AK-23 dilakukan dengan

cara menggulingkan dan dengan cara ditekan rata. Kolom 1 jempol kanan

sampai dengan kolom 10 kelingking kiri digunaka untuk pengambilan

sidik jari dengan digulingkan, sedangkan kolom tangan kiri empat bersama

dan sampai dengan kolom tangan kanan empat bersama digunakan untuk

pengambilan sidik jari dengan cara tekan rata,

2. Pengambilan sidik jari harus benar/baik (tidak terlalu tebal dan tidak

terlalu tipis, core dan delta harus terlihat/terekam, posisi sidik jari harus

berada pada tengah-tengah kolom) agar kartu sidik jari dapat diolah

dengan baik secara manual maupun secara komputer,

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3. Formulir AK-23 yang baku/standar adalah formulir yang terbuat dari

kertas tebal berwarna putih berukuran 20 x 20 cm, oleh karena itu tidak

dibenarkan menggunakan formulir yang berukuran dan berwarana lain,

4. Selalu menggunakan tinta daktiloskopi. Jika tidak ada, maka bias

menggunakan tinta stensil hitam. Jangan menggunakan tinta stempel atau

sejenisnya.

Langkah-langkah pengambilan sidik jari adalah sebagai berikut :

1. Menuangkan sejumlah tetes tinta daktiloskopi di plat kaca. Dengan

menggunakan roller, tinta daktiloskopi diratakan. Usahakan tinta agar

tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis,

2. Formulir AK-23 supaya diisi oleh yang akan diambil sidik jarinya dan

petugas,

3. Menempatkan formulir/kartu sidik jari tersebut pada penjepit sedemikian

rupa sehingga kolom untuk jari-jari tangan kanan siap untuk dipakai,

4. Memegang tangan kanan yang bersangkutan dan minta kepadanya untuk

berdiri di sebelah kanan anda sedikit ke belakang. Periksa jari-jari tangan

yang bersangkutan. Keringkan dan bersihkan jari-jari tersebut jika basah

atau kotor. Jika garis-garis pepilernya halus, anda hanya memerlukan

tekanan sedikit saja pada saat mengambil/merekam sidik jari yang

bersangkutan, tetapi apabila garis-garis papiler itu kasar/besar, anda harus

menekannya cukup kuat,

5. Meminta orang tersebut bersikap santai. Dengan tangan kanan anda,

peganglah ibu jari kanan orang tersebut (tangan kiri anda mengontrol

tekanan), gulingkan jari tersebut pada tepi plat kaca bertinta (jari diguling

dari sisi kuku satu ke sisi kuku yang lainnya). Buatlah sedemikian juga

untuk jari-jari tangan kanan yang lain, jari telunjuk dan akhirnya jari

kelingking,

6. Menggulingkan jari-jari itu satu kali kpada formulir atau kartu sidik jari

sesuai kolomnya masing-masing (1/3 ruas kedua dari ujung jari juga

terekam),

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

7. Menggeser formulir/kartu sidik jari sedemikian rupa sehingga kolom

untuk jari-jari kiri siap untuk digunakan. Berilah lagi tinta pada plat kaca

atau ratakan kembali tinta dengan roller jika perlu,

8. Meminta orang tersebut berdiri di sebelah kiri anda, peganglah tangan

kirinya dan lakukan prosedur seperti pada tangan kanan,

9. Menggeser formulir/kartu sidik jari sedemikian rupa sehingga kolom

“tangan kiri empat bersama” dan lainnya siap untuk digunakan. Ratakan

tinta kembali,

10. Meminta orang tersebut untuk meluruskan keempat jari tangan kirinya

berdampingan (telunjuk, jari tengah, jari manis, kelingking). Pegang jari-

jari tersebut dan tekan rata dengan tinta. Angkat dan ulangi pada kolom-

kolom yang tersedia. Lakukan prosedur ini pada ibu jari tangan kiri yang

bersangkutan,

11. Lakukan prosedur seperti pada butir (10) di atas untuk keempat jari tangan

kanan,

12. Teliti hasil pengambilan sidik jari tersebut. Jika hasilnya kurang baik

(terlalu tebal atau terlalu tipis), supaya diulangi pengambilannya dengan

formulir AKL-23 yang baru,

13. Menyuruh orang tersebut untuk membersihkan jari-jarinya dengan alat

pembersih yang tersedia (bensin, sabun dan lap),

14. Angkatlah / keluarkanlah kartu sidik jari tersebut dari penjepitnya dan

catatlah jika ada jari-jari yang buntung,

15. Merumus sidik jari tersebut dan mencatat rumus tersebut pada kolom yang

tersedia.

Langkah-langkah pengambilan sidik telapak tangan:

1. Menggulingkan roller bertinta pada telapak tangan yang bersangkutan dan

tekanlah pada plat kaca yang bertinta,

2. Tekan rata jangan terlalu kuat dan jangan sampai bergeser telapak tangan

yang bersangkutan pada kertas HVS khusus yang telah disediakan.

Lakukan untuk tangan kanan dan kiri,

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3. Jika hasilnya kurang baik (garis-garis papil kurang jelas/kabur), maka

ulangi prosedur tersebut sampai diperoleh hasil yang baik,

4. Catatlah : kasus, tanggal kejadian, nama tersangka atau korban mayat (jika

diketahui), tanggal pengambilan, nama dan paraf petugas yang

mengambil,

5. Buatlah berita acara sehubungan dengan kegiatan tersebut.

7. Tahap Pengakhiran Olah TKP

Apabila tahapan-tahapan dalam pelaksanaan olah TKP telah dirasa cukup

maka penyidik dapat segera melakukan pengakhiran Olah TKP, Langkah-langkah

dalam pengakhiran olah TKP antara lain:

a. Buat BAP olah TKP lengkapi dengan lampiran foto TKP dan Sket

TKP

b. Setelah semua barang bukti di foto di TKP lalu satu persatu secara

beruntun BB diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik

transparan, kemudian diberi nomor secara berurutan sesuai dengan

nomor di TKP, kemudian diikat dan diberi label selanjutnya di

bawa ke Mapolres/Mapolsek.

c. Ambil keterangan singkat saksi di TKP.

d. Apabila ada tersangka amankan segera ke satuan terdekat.

e. Kirim mayat ke Rumah Sakit untuk otopsi, beri label mayat di

jempol kaki.

f. Lakukan konsilidasi dengan anggota untuk mengecek alat TKP

maupun langkah-langkah selanjutnya.

Secara umum, Petunjuk teknis di Bidang Identifikasi didasarkan pada

beberapa hal, yaitu :

1. Penyelenggaraan daktiloskopi dalam mendukung tugas-tugas

kepolisian, terutama dalam proses penyidikan tindak pidana,

memegang peranan yang cukup penting,

2. Melalui penyelenggaraan daktiloskopi yang baik, identifikasi

tersangka dan/atau korban dalam proses penyidikan tindak pidana,

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

atau dalam proses penyelesaian kasus-kasus nonpidana, dapat

dilakukan secara cepat dan akurat,

3. Agar identifikasi tersangka dan/atau korban melalui sidik jari

(daktiloskopi) dapat dilakukan dengan baik, cepat dan akurat, maka

diperlukan suatu petunjuk teknis tentang pencarian sidik jari laten di

TKP.

Penyelenggaraan daktiloskopi dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugas

kepolisian, terutama dalam proses penyidikan tindak pidana, memegang peranan

yang cukup penting. Melalui penyelenggaraan daktiloskopi yang baik, identifikasi

tersangka dan atau korban dalam proses penyidikan tindak pidana, atau dalam

proses penyelesain kasus-kasus non pidana, dapat dilakukan dengan cepat dan

akurat. Agar identifikasi tersangka dan atau korban melalui sidik jari

(daktiloskopi) dapat dilakukan dengan baik, cepat dan akurat, diperlukan suatu

petunjuk teknis tentang pencarian sidik jari laten di TKP.

proses pengungkapan suatu tindak pidana yang telah terjadi tidak semudah

dan secepat seperti saat mengetahui informasi tentang adanya tindak pidana yang

dilakukan tersebut. oleh karena itu perlu dilakukan penyidikan terlebih dahulu

untuk memecahkan tindak pidana yang telah terjadi tersebut. ada kalanya dan

tidak sedikit suatu kasus tindak pidana yang tidak dapat dipecahkan akibat

keterbatasan bukti-bukti yang mengarahkan pada kebenaran kejadian tindak

pidana yang bersangkutan. Dan pada akhirnya kasus-kasus tersebut lenyap begitu

saja atau dalam bahasa hukumnya hal ini disebut sebagai “Dark number” atau

angka gelap dalam lenyapnya kasus yang tidak terselesaikan atau tidak dapat

diselesaiakan.

Bukti yang tertinggal dapat digunakan untuk mengungkap rahasia suatu

tindak pidana. Sidik jari atau finger prints dapat digunakan untuk menentukan

identitas seseorang secara pasti, karena sifat kekhususannya yang ada padanya dan

tidak akan berubah ataupun bisa diubah seumur hidup. Pengetahuan tentang sidik

jari atau daktiloskopi bagi setiap polisi sebenarnya merupakan keharusan yang

wajib dimengerti. Sudah banyak kasus-kasus tindak pidana yang dapat diungkap

pelaku tindak pidana dengan menggunakan sidik jari. Berdasarkan fakta yang ada

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

maka, harus hati-hati terhadap sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian

perkara.

Petugas pengambilan sidik jari harus memiliki keahlian khusus karena

apabila tanpa suatu keahlian khusus yang dipelajari maka pelaksanaan

pengambilan sidik jari tidak akan berjalan sempurna dan pelaksanaannya bisa

berakibat buruk bagi seseorang. Mengenai keahlian khusus tersebut diperoleh

melalui pendidikan kejuruan pertama (dikjur) yang dulu diberikan pada waktu

masih melakukan pendidikan sekolah kepolisian dan juga pelatihan-pelatihan

yang diadakan oleh Polda selama kurang lebih tiga bulan.

Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil,

dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena

pernah tersentuh dengan kulit telapak (Friction skin) tangan atau kaki. Kulit

telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan

sampai kesemua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit

sampai ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol

yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk

lukisan tertentu (Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia,1993:1). Kulit

telapak terdiri dari dua lapisan :

1. Lapisan dermal adalah kulit jangat/kulit yang sebenarnya karena lapisan

inilah yang menentukan bentuk dari garis-garis yang terdapat pada

permukaan kulit telapak.

2. Lapisan epidermal adalah lapisan kulit luar dimana terdapat garis-garis

halus menonjol keluar (yang selanjutnya disebut sebagai garis-garis

papilair).

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Gambar 3. Penampang Kulit Jari

Ada 3 (tiga) jenis sidik jari, yaitu:

1. VISIBLE IMPRESSION, yaitu sidik jari yang langsung dapat terlihat tanpa

mempergunakan alat-alat tambahan, seperti sidik jari yang diambil dengan

tinta, demikian pula sidik jari bekas darah, bekas cat yang masih basah dan

sebagainya, yang sering tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP),

2. LATENT IMPRESSION, yaitu sidik jari latent yang biasanya tidak dapat

langsung telihat, dan memerlukan beberapa cara pengembangan terlebih

dahulu untuk membuatnya tampak jelas, seperti sidik jari yang selalu ada

kemungkinannya untuk tertinggal di TKP,

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3. PLASTIC IMPRESSION, yaitu sidik jari yang berbekas pada benda-benda

yang lunak seperti sabun, gemuk, lilin, permen coklat dan sebagainya

(Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1993:4).

Mengenai sidik jari didasarkan atas 3 dalil yang nyata yaitu:

4) Setiap jari mempunyai ciri-ciri tersendiri ditinjau dari segi detailnya, dan

tidak sama dengan yang lain;

5) Ciri-ciri garis itu sudah membentuk sejak janin berumur kira-kira 120 hari

di dalam kandungan ibu, sampai hancur (decompostition) setelah

meninggal dunia;

6) Seperangkat sidik jari dapat dirumus, sehingga dapat diadministrasikan

(Markas Besar Kepolisian Negara Inonesia, 1993:3-4).

Sidik jari di bagi menjadi tiga golongan besar yaitu :

1. ARCH (busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya

datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke satu sisi

lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan

itu, dengan bergelombang naik ditengah-tengah.

2. LOOP (sangkutan) adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau

lebih datang dari salah satu sisi lukisan, melengkung menyentuh suatu

garis bayangan (imaginary line) yang ditarik antara DELTA dan CORE

dan berhenti atau cenderung kembali kesisi datang semula.

3. WHORL (lingkaran) adalh bentuk pokok sidik jari yang mempunyai

paling sedikit 2 buah Delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau

melingkar dihadapan kedua Delta.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 4. pola golongan sidik jari

Bentuk pokok tersebut terbagi lagi menjadi beberapa sub-group yaitu

bentuk busur terbagi menjadi plain arch dan tented arch, bentuk sangkutan

terbagi menjadi Ulnar loop dan Radial loop, sedangkan bentuk lingkaran terbagi

menjadi Plain whorl, Central pocket loop whorl, Doubel loop whorl dan

Accidental whorl. Menurut IPDA Mariman yang merujuk pada istilah teknis dan

bentuk pokok sidik jari Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut

terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya (Markas Besar

Kepolisian Republik Indonesia,1993:3-4).

8. Tahap Pengambilan Sidik Jari Pada Mayat

Setelah pemeriksaan TKP biasanya korban adalah sudah meninggal atau

menjadi mayat, untuk itu dalam pemeriksaan sidik jari mayat harus di periksa

terlebih dahulu sebelum mayat itu di kirim kan ke Rumah sakit untuk di lakukan

otopsi, pemeriksaan mayat berguna untuk mengidentifikasi identitas dari mayat

tersebut guna pemeriksaan yang lebih lanjut yang nantinya di gunakan untuk

bukti-bukti dan pembuatan BAP. Pada hakekatnya, teknik pengambilan sidik jari

mayat tergantung pada keadaan mayat tersebut. masing-masing keadaan

membutuhkan cara/teknik penanganan yang berbeda seperti berikut ini :

a. Mayat masih baru

Bila jari-jari mayat masih dapat digerakkan, maka mayat tersebut

ditelungkupkan lalu pengambilan sidik jari dilakukan seperti biasa. Bila jari-jari

mayat sulit digerakkan, cara pengambilan bisa tidak dapat digunakan.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pengambilan hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sendok mayat, yang

cara penggunaannya sebagai berikut :

1. Gunting formulir kartu sidik jari pada batas kolom tangan kiri dan

kanan.

2. Jepit potongan formulir tersebut pada kedua sisi sendok mayat

bagian yang cekung dengan kolom sidik jari menghadap ke luar

(dapat juga pada bagian cembung).

3. Bersihkan jari mayat dengan hati-hati, kemudian bubuhkan tinta

dengan alat pembubuh tinta atau dengan roller setelah tintanya

diratakan.

4. Capkan jari mayat tersebut dengan menekankannya pada kolom

sidik jari dari formulir yang terjepit disendok mayat. Geser formulir

menurut kolom sidik jarinya sehingga semua jari terekam.

5. Rekatkan hasil pengambilan tersebut pada sehelai formulir kartu

sidik jari dan rumuskanlah sidk jari tersebut.

b. Mayat telah kaku dan mulai membusuk

Bila jari-jari mayat menggenggam, maka jari-jari tersebut ditarik sehingga

menjadi lurus lalu dilakukan pengambilan dengan sendok mayat. Jika jari–jari

tersebut sulit diluruskan, sayatlah bagian dalam jari pada ruas kedua sehingga jari

dapat diluruskan, lalu pengambilan dilakukan dengan sendok mayat. Untuk ibu

jari, sayatan dilakukan antara ibu jari dan telunjuk. Jika mayat sudah mulai

membusuk (awal dekomposisi), biasanya kulit ari mulai terlepas. Bila keadaanya

demikian langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Periksa kulit jari tersebut apakah masih baik atau ada bagian yang

rusak. Bersihkan kulit jari tersebut dengan hati-hati.

2. Kulit dipasang kembali pada jari mayat atau dimasukkan dalam jari

petugas sehingga pengambilannya dapat dilakukan.

3. Jika kulit jari tersebut sudah terlepas sama sekali, kulit jari dioleskan

tinta kemudian dijepit diantara dua kaca dan dipotret (reproduksi). Hasil

potret kemudian ditempelkan pada kartu sidik jari.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Mayat yang sudah membusuk, mengering dan yang terendam air.

Mayat yang telah membusuk (dekomposisi) biasanya menyangkut mayat

yang ditemukan disemak-semak atau dikubur/ditimbun dengan tanah. Mayat yang

telah mengering (mumifikasi) biasanya ditemukan di tempat-tempat terbuka, garis

papilar jari mayat tidak langsung terkena tanah. Mayat terendam air (medok)

biasanya menyangkut mayat yang sudah lama terendam didalam air. Langkah

untuk pengambilan sidk jarinya adalah :

1. Periksa, apakah jari mayat masih lengkap. Jika tidak lengkap,

apakah jari tersebut hilang ketika masih hidup atau jari tersebut

dimakan binatang atau yang lainnya.

2. Bersihkan kotoran yang menempel pada kulit jari dengan hati-hati

3. Kulit jari diolesi tinta lalu dijepit diantara dua kaca dan dipotret,

kemudian hasilnya ditempelkan pada kartu sudik jari.

Perlu diingat bahwa pengambilan sidik jari mayat dimaksudkan sebagai

salah satu upaya untuk dapat mengidentifikasikan mayat tersebut. Oleh karena itu

segeralah mencari bahan pembandingnya di file atau sumber lain : KTP, ijasah,

SIM, benda milik korban yang dipegang, dll.

9. Tahap Pemeriksaan Perbandingan Sidik Jari Laten

Langkah-langkah dalam membandingkan sidik jari :

1. Sebelum sidik jari laten dibandingkan dengan sidik jari tersangka atau sidik

jari yang tersimpan dalam file atas nama orang tertentu, terlebih dahulu sidik

jari laten tersebut dibandingkan dengan sidik jari orang-orang yang secara sah

telah memegang sesuatu di TKP (elimination prints);

2. Menentukan asal jari :

a) Pada umumnya sidik jari laten berdampingan satu sama lain (letaknya

berdampingan / kombinasi). Untuk lebih memudahkan pemeriksaan, perlu

ditentukan terlebih dahulu dari jari / tangan manakah jari laten tersebut

berasal,

b) Beberapa hal berikut ini dapat menentukan asal jari / tangan dari suatu

sidik jari laten:

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

a. Umumnya orang selalu memegang benda dengan tangan kanan,

b. Jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking umumnya berada

berdampingan dan umumnya ibu jari berdiri sendiri

(bayangkan selalu bagaimana orang memegang benda),

c. Ukuran besar dan panjangnya jari serta hubungannya satu

dengan yang lain.

3. Menetukan persamaan / keidentikan dua sidik jari :

Ada 4 (empat) faktor yang harus dinilai :

a) Bentuk pokok lukisan :

a. Harus sama antara kedua sidik jari tersebut,

b. Walau sama, keidentikan belum dapat ditentukan jika faktor

lainnya belum / tidak terpenuhi.

b) Karakteristik garis-garis papiler sidik jari ( Galton Detail) :

a. Jenis dan bentuk galton detail pada kedua sidik jari tersebut harus

sama (sama-sama garis membelah, garis berhenti, pulau, dan lain-

lain),

b. Arah galton detail harus sama pula (garis membelah sama-sama

membelah ke atas atau ke bawah, dan sebagainya).

c) Jumlah titik persamaan (galton detail sama jenis, bentuk, arah dan posisi):

a. 12 (dua belas) atau lebih titik persamaan, keidentikannya pasti,

b. 8 (delapan) s/d 11 (sebelas) titik persamaan, keidentikannya masih

harus dikuatkan dengan hal-hal seperti : kejelasan sidik jari, adanya

core (titik pusat) dan delta, bentuk pokok lukisan yang jarang

dijumpai, dan lain-lain.

d) Hubungan antara titik-titik persamaan.

Jumlah interval garis papiler antara titik-titik persamaan di kedua sidik jari

tersebut harus sama.

4. Cara / teknik pemeriksaan perbandingan sidik jari

a) Sidik jari laten atau sidik jari yang dicurigai diletakkan berdampingan

dengan sidik jari yang diketahui dalam finger print comparator kemudian

dengan menggunakan peralatan tersebut di atas segeralah membandingkan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kedua sidik jari tersebut. Pemerikasaan pebandingan harus selalu dimulai

dari sidik jari laten (sidik jari yang dicurigai) ke sidik jari yang diketahui,

jangan sebaliknya.

b) Menentukan apakah kedua sidik jari tersebut mempunyai bentuk pokok

lukisan yang sama. Bila bentuk pokok tidak utuh, perhatikan apakah aliran

garis-garis papiler antara kedua sidik jari itu sama.

c) Bila bentuk pokok lukisan kedua sidik jari tersebut berbeda, sudah pasti

kedua sidik jari tersebut tidak identik, karena itu pemeriksaan lebih lanjut

tidak perlu dilakukan

d) Bila bentuk pokok lukisan atau garis papiler kedua sidik jari tersebut sama,

pemeriksaan yang rinci harus dilakukan lebih lanjut. Langkah-langkah

berikut dapat diikuti :

a. Menentukan salah satu galton detail pada sidik jari laten sebagai titik

awal. Kemudian periksalah galton detail yang sama pada sidik jari

yang diketahui dan tentukan pula sebagai titik awal,

b. Menentukan galton detail kedua, yang dekat titik awal, pada sidik jari

laten. Tentukan pula galton detail kedua yang kedua yang ini pada

sidik jari yang diketahui. Perhatikan posisi serta hubungan galton

detail kedua ini dengan titik awal baik pada sidik jari laten maupun

sidik jari yang diketahui. Ingat, interval garis papiler harus sama.

10. Tahap Perumusan Sidik Jari

Setelah melakukan pemeriksaan dan pengambilan sidik jari biasanya

penyidik menentukan dan mencari rumus dari sidik jari dari orang ataupun korban

guna kepentingan identifikasi lebih lanjut. Rumus sidik jari merupakan salah satu

cara identifikasi. Dalam dunia kepolisian, rumus sidik jari digunakan sebagai cara

untuk mengidentifikasi seseorang. Karena sidik jari merupakan bentuk yang unik

dan berbeda pada setiap orang, maka rumus sidik jari pun akan berbeda pada tiap

orang. Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan pembubuhan

tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang menunjukkan interpretasi

mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis, bentuk loop, dan jalannya garis.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Langkah-langkah perumusan sidik jari,yaitu:

1. Membubuhi blocking out yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom

sidik jari yang menunjukkan interpretasi mengenai bentuk pokok lukisan,

sesuai bentuk pokok lukisan yang ada.

2. Blocking Out

a) Bentuk pokok lukisan Whorl pada semua jari dinyatakan dengan huruf

besar W,

b) Khusus pada jari telunjuk baik kanan atau kiri, semua bentuk pokok

lukisan ditulis dengan huruf besar (A.T.R.U.W.),

c) Pada jari-jari yang lain ditulis dengan huruf kecil a,t,dan r dan

berbentuk garis diagonal (V) menghadap/berhadapan dengan delta.

Perhitungan garis pada loop ditulis pada kolom sudut kiri atas

(dinyatakan dengan angka) dan dengan salah satun huruf besar I dan O

untuk ke 6 dari jari telunjuk sampai jari manis. Sedangkan untuk

jempol dengan huruf SML sesuai dengan tabel perhitungan garis dan

huruf-huruf tersebut ditulis pada kolom sudut kanan atas,

d) Untuk bentuk pokok lukisan W penentuan I.M.O. mengikuti garis

(ridge tracing). Dimulai dari delta kiri dan bukan type lines. Delta

biasanya terdiri dari garis pendek maka tracing lines pindah pada baris

yang segera berada di luarnya, bila garis itu terputus juga maka tracing

dilanjutkan lagi ke garis yang segera berada di luarnya sampai

mencapai suatu titik / tempat yang sejajar dengan delta kanan.

Bilamana ridge tracing menuju ke dalam dengan jumlah hitungan

garis mencapai 3 ke atas dengan lambang I, bila menuju ke

dalam/keluar berjumlah kurang dari 3 atau tepat pada delta kanan

maka dilambangkan M. Bilamana ridge tracing menuju keluar dengan

jumlah 3 garis ke atas maka dilambangkan O.

Rumusan sidik jari terdiri dari :

1. PRIMARY

Perumusan primary sebagai pembilang diambil dari nomor genap, sedangkan

penyebut diambil dari nomor ganjil. Bila pembilang dan penyebut harus ditambah

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

1, perumusan primary pembilang penyebut paling besar adalah 32 dan paling

kecil adalah 1/1.

2. SECONDARY

Adalah rumus yang diperuntukkan bagi telunjuk kanan dan kiri, dinyatakan /

ditulis menurut bentuk pokok sidik jarinya.

Telunjuk kanan sebagai pembilang, ditulis di atas garis rumus dan telunjuk kiri

sebagai penyebut, ditulis di bawah garis rumus.

3. SUB SECONDARY

Dinyatakan dengan huruf besar setelah diketahui hitungan garis dari loop dan

mengikuti jalannya garis tengah dan jari manis kanan dan kiri (I.O.M.) serta

ditulis di sebelah kanan dari secondary dalam deretan rumus.

4. FINAL

Adalah bilangan garis diutamakan bentuk loop pada kelingking kanan yang

dinyatakan dengan angka (jumlah garis) dan ditulis sebelah kanan atas secondary,

sebelah kanan bawah sub secondary bila kelingking kiri berbentuk loop, dengan

catatan kelingking kanan bukan bentuk loop.

5. KEY

Adalah jumlah bilangan garis dari loop pertama yang terdapat pada rangkaian 8

sidik jari mulai dari jempol s/d jari manis kanan dan kiri. Key selalu dituliskan di

atas garis rumus (pembilang) dan ditempatkan pada paling kiri dari major.

Bilamana tidak terdapat bentuk loop dari ke-8 jari tersebut, maka rumus key

dihapus dan diganti dengan tanda dash (-) ditempatklan / ditulis seperti seperti key

bentuk loop pertama dari ke-8 jari.

6. MAJOR

Major dinyatakan dengan huruf tertentu bagi bentuk-bentuk lukisan yang terdapat

pada jempol kanan dan kiri, ditulis pada pembilang dan penyebut / di sebelah kiri

rumusan primary.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

7. SMALL LETTER (HURUF KECIL)

Digunakan untuk bentuk pokok lukisan Arch, Tented Arch dan Radial Loop (a,t

dan r) yang terdapat pada jari selain jari telunjuk kanan dan kiri.

Penempatan/peenulisan rumusnya ditulis sesuai dengan letaknya dilihat dari letak

rumus subsecondary.

a. Bentuk Arch dan Tented Arch pada jempol kanan dan kiri ditulis diantara

rumus primary dan secondary. Rumus major, karena ada Small Letter maka

diganti dengan tanda dash (-)

b. Bentuk Radial Loop pada jempol kanan dan kiri tidak menghapus rumus

major tetapi Radial Loop ditulis sebagaimana penulisan a dan t tersebut diatas.

c. Dengan demikian apabila Small Letter terdapat pada sub secondary, maka

rumusannya tidak lagi ditulis dengan huruf I.M.O. akan tetapi ditulis dengan

huruf kecil a,t,r.

d. Bilamana terdapat a,t,r maka perumusan sub secondary dimulai dari jari

tengah s/d kelingking.

11. Tahap Penyimpanan Kartu Sidik Jari dan Kartu Pembantunya

Tahap penyimpanan kartu sidik jari dan kartu pembantunya di gunakan

untuk memudahkan pencarian data-data mengenai seseorang dimana setiap orang

sesuai dengan sidik jarinya juga diklasifikasi tersendiri sehingga dapat

memudahkan untuk pencarian yang diperlukan untuk identifikasi lebih lanjut

terhadap informasi seseorang tersebut apabila terlibat dalam kejahatan dan hanya

meninggalkan sidik jari sebagai bukti utama dalam kejahatannya.

Langkah-langkah penyimpanan dan pencarian kembali :

1. Perumusan dan pembuatan kartu nama

Setiap kartu sidik jari (AK-23) harus dibubuhi rumus lengkap untuk kemudian

dibuatkan kartu nama (AK-24)

2. Penyimpanan, meliputi kegiatan :

a) Penyortiran:

a. Jenis kelamin (laki-laki/perempuan)

b. Golongan (tersangka/bukan tersangka)

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

c. Rumus pertama (primary clasification).

d. Penyortiran kartu nama menurut abjad awal

b) Penyimpanan:

a. Kartu sidik jari:

1) Tersangka

2) Bukan tersangka.

b. Kartu nama:

1) Tempat penyimpanan harus diadakan pemisahan antara

tersangka/bukan tersangka,

2) Apabila nama sama tetapi rumus sidik jari berbeda, disusun

menurut rumus pertama (penyebut yang lebih kecil di depan),

3) Pada waktu penyimpanan kartu nama yang baru harus

diperhatikan kemungkinan identiknya dengan karu nama yang

telah disimpan

4) Identik :

a. Kartu sidik jari dan karu nama yang identik harus dicabut

dari tempatnya masing-masing untuk diteliti. Pada tempat

kartu yang dicabut, diletakkan karu pengganti (AK-25 dan

AK-26)

b. AK-25 diisi dengan data seperti pada AK-23,

c. AK-26 diisi dengan data yang tedapat pada AK-24.

d. Kepastian mengenai identik atau tidaknya senantiasa

ditentukan dari sidik jari dengan melakukan pemeriksaan

secara seksama terhadap bentuk pokok lukisan serta detail

garisnya (galton detail),

e. Yang identik harus dibuatkan daftar riwayat (khusus untuk

tersangka) dengan mengisi formulir AK-27

c. Penyimpanan (filing) kartu sidik jari berikut kartu pembantunya secara

teratur pada setiap kesatuan mulai tingkat Polres.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

3. Urutan penyimpanan kartu sidik jari (filing sequence)

Penyimpanan kartu sidik jari pada hakekatnya adalah menempatkan kartu

sidik jari di file-nya menurut rumus sidik jari yang tertera pada kartu sidik jari

tersebut. Dalam penyimpanan kartu sidik jari, digunakan juga file pembantu

berupa kartu nama yang memuat data, antara lain nama serta rumus sidik jari

yang tertera pada kartu sidik jari yang bersangkutan dan kartu nama ini

disimpan menurut abjad file-nya. Urutannya adalah sebagai berikut :

a) Rumus Primary

Selalu berpedoman pada urutan penyebut 1 sampai 32, urutan

penyimpanan dalam masing-masing kelompok penyebut dilakukan

menurut urutan pembilang sebagai berikut :

1

1 -

1

2-

1

3-

1

10 dan seterusnya hingga

1

32

2

1-

2

2-

2

3-

2

10 dan seterusnya hingga

2

32

Dan seterusnya sampai:

32

1-

32

2-

32

3-

32

10 dan seterusnya hingga

32

32

b) Rumus Secondary

Urutan penyimpanan dimulai dari A

A hingga

W

W

Ututannya sebagai berikut:

A

A

A

T

A

R

A

U

A

W

T

A

T

T

T

R

T

U

T

W

R

A

R

T

R

R

R

U

R

W

U

A

U

T

U

R

U

U

U

W

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

W

A

W

T

W

R

W

U

W

W

c) Rumus Subsecondary (IMO):

III

III-

III

IIM-

III

IIO-

III

IMI-

III

IMM-

III

IMO-

III

IOI-

III

IOM-

III

IOO

III

MII-

III

MIM-

III

MIO-

III

MMI-

III

MMM-

III

MMO-

III

MOI-

III

MOM-

III

MOO

III

OII-

III

OIM-

III

OIO-

III

OMI-

III

OMM-

III

OMO-

III

OOI-

III

OOM-

III

OOO

d) Rumus Final

Urutan penyimpanannya didasarkan atas angka bilangan

garisnya. Angka bilangan garis yang terkecil di depan.

e) Rumus Key

Urutan penyimpanannya didasarkan atas angka bilangan garis

seperti pada rumus final.

f) Rumus Major

Urutan penyimpanannya didasarkan atas urutan SML untuk Loop,

dan IMO untuk Whorl.

Apabila Loop terdapat pada kedua jempol, urutan penyimpanannya

sebagai berikut:

S

S

S

M

S

L

M

S

M

M

M

L

L

S

L

M

L

L

Apabila Whorl terdapat pada kedua jempol, urutan penyimpannya

sebagai berikut:

I

I

I

M

I

O

M

I

M

M

M

O

O

I

O

M

O

O

Apabila Whorl terdapat pada jempol kanan dan Loop terdapat pada

jempol kiri, maka urutan penyimpanannya sebagai berikut:

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

S

I

S

M

S

O

M

I

M

M

M

O

L

I

L

M

L

O

Apabila Loop terdapat pada jempol kanan dan Whorl terdapat pada

jempol kiri, maka urutan penyimpanannya sebagai berikut:

I

S

I

M

I

L

M

S

M

M

M

L

O

S

O

M

O

L

g) Rumus Second Susecondary

Urutan penyimpanannya dimulai dari SSS

SSS hingga

LLL

LLL

Urutannya adalah sebagai berikut:

SSS

SSS

SSS

SSS

SSS

SSL

SSS

SMS

SSS

SMM

SSS

SML

SSS

SLS

SSS

SLM

SSS

SLL

SSS

MSS

SSS

MSM

SSS

MSL

SSS

MMS

SSS

MMM

SSS

MML

SSS

MLS

SSS

MLM

SSS

MLL

SSS

LSS

SSS

LSM

SSS

LSL

SSS

LMS

SSS

LMM

SSS

LML

SSS

LLS

SSS

LLM

SSS

LLL

Dan seterusnya hingga LLL

LLL : urutan penyebut adalah sama

seperti urutan pembilang diatas.

Kartu sidik jari biasanya disimpan dalam kelompok kartu sidik jari

kriminal (file sidik jari kriminal) dan kelompok sidik jari nonkriminal (file sidik

jari non kriminal). Masing-masing kelompok dapat dibagi lagi menurut jenis

kelamin, jenis kejahatan atau tujuan pengambil, dll.

Sidik jari merupakan alat bukti yang efektif, dan apabila semuanya itu

dilaksanakan dengan benar-benar maka akan sangat berguna. Mengingat akan

pentingnya sidik jari dalam membuat suatu perkara menjadi jelas, maka petugas

identifikasi Polres Sukoharjo dalam melakukan penyidikan harus menerapkan

teknik daktiloskopi yang tertuang dalam Petunjuk Teknis di Bidang Identifikasi

sesuai prosedur dan harus dilakukan secara urut berdasarkan tahapan-tahapan

diatas. Semua pelaksanaan kegiatan pengambilan sidik jari harus dilakukan secara

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

hati-hati, urut dan tersistematis untuk menghindarkan akan hilang atau rusaknya

barang bukti yang ditemukan.

Instansi yang paling banyak menyimpan rekaman sidik jari masyarakat

tentu adalah pihak kepolisian, terutama melalui Surat Keterangan Kelakuan Baik

(SKKB) yang kita buat. Sidik jari menjadi alat utama identifikasi karena

merupakan ciri unik yang selalu ada pada setiap individu. Dibandingkan garis

tangan atau tulisan tangan yang bisa berubah-ubah sesuai kondisi psikologis

seseorang. Sidik jari terdiri dari sulur-sulur yang membentuk pola tertentu. Pola

itulah, termasuk jumlah sulur pada tiap pola, yang menjadi bahan kajian. Namun,

karena lokasinya lebih mudah dicapai, sidik jari pada jari tanganlah yang selalu

lebih diperhatikan.

Karena keunikan tersebut sidik jari dipakai oleh kepolisian dalam

penyidikan sebuah kasus kejahatan (forensik). Maka pada saat terjadi sebuah

kejahatan, TKP akan di clear up dan dilarang bagi siapa saja untuk masuk karena

dikhawatirkan akan merusak sidik jari penjahat yang mungkin tertinggal dibarang

bukti yang ada di TKP. Tugas pokok Identifikasi Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah menyelenggarakan pengenalan kembali ciri-ciri manusia dan

barang. Selain itu berfungsi sebagai tanaga bantuan teknik kepolisian dibidang

daktiloskopi kriminal dan daktiloskopi umum, serta photografi kepolisian yang

melayani fungsi-fungsi, polsek, instansi dan masyarakat yang membutuhkan

terutama mendatangai Tempat Kejadian Perkara (TKP). Untuk mengetahui

seberapa besar peran sidik jari pada penyidikan dalam mengungkap suatu

tindakan pidana maka tentulah harus mengkaji berbagai kasus tindak pidana yang

melibatkan sidik jari sebagai alat bukti di dalamnya. Menurut kaur identifikasi

Polres Sukoharjo IPDA Mariman, kasus yang paling mudah untuk dibuktikan

kebenarannya dengan bantuan sidik jari salah satunya adalah pemalsuan ijazah.

Hal ini dikarenakan dalam ijazah tertera dengan jelas sidik jari pemilik ijazah

yang asli sehingga pemalsu pun tanpa disadari dengan mudah dapat terbukti

kesalahannya.

Contoh pada kasus lain yang memerlukan peranan sidik jari dalam

pengungkapannya adalah kasus pembunuhan yang tidak meninggalkan barang

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

bukti lain selain korban (mayat) yang sudah tidak bernyawa bahkan wajahnya pun

sudah tidak dapat dikenali lagi. Pada kasus seperti ini polisi hanya dapat

memeriksa identitas korbanseperti KTP (kartu tanda penduduk) yang seperti kita

ketahui bahwa KTP sekarang ini sudah tidak menyertakan lagi sidik jari (cap

jempol) pemilik identitas. Dengan adanya hal seperti ini maka akan sulit ditelusuri

siapa sebenarnya jati diri korban dan siapa kemungkinan tersangkanya. Namun

bila identitas yang didapat adalah SIM (Surat Izin Mengemudi) maka akan sedikit

membuka jalan bagi penyidik karena pada SIM masih terdapat sidik jari (cap

jempol) pemilik identitas.

Pemeriksaan sidik jari tidak hanya dilakukan pada orang yang masih hidup

saja, mayat pun jika jaringan kulitnya belum rusak maka dapat dilakukan

pengambilan sidik jari. Pada mayat hendaknya dilakukan pengambilan sidik jari

dengan segera sebelum jaringan kulit mayat rusak. Mayat yang tidak dikenalipun

dianggap perlu untuk segera dilakukan identifikasi sidik jari dimaksudkan agar

mayat tersebut dapat diidentifikasi dalam upaya mencari tahu tersangkanya atau

demi kejelasan peristiwa tindak pidana tersebut.

Pengambilan sidik jari mayat lebih sulit dari pada pengambilan sidik jari

orang hidup. Disamping ketelitian, ketekunan, dan kesabaran dan keberanian.

Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan sidik jari mayat adalah formulir

kartu sudik jari, sendok mayat, alat pembubuh tinta (plat kaca), roller dan tinta

daktiloskopi serta alat suntik, cairan pengembang jari mayat, cairan pembersih jari

mayat, cairan pembersih alat suntik dan jangan lupa menggunakan masker serta

sarung tangan karet.

Salah satu contoh kasus lain adalah pembunuhan yang terjadi di sebuah

hutan yang tertinggal di TKP hanya mayat, sandal dan baju. Dengan begitu sidik

jari pelaku yang tertinggal atau dalam istilah identifikasi disebut sidik jari latent

akan sangat penting untuk dianalisa sebagai data yang akan dihadirkan di

persidangan dengan bantuan lain misalnya bantuan saksi yang melihat korban

bersama tersangka sebelum kejadian sempat dilihat oleh saksi berjalan bersama

menuju hutan yang dimaksud. Dengan demikian maka sidik jari menjadi bukti

yang sangat kuat untuk meyakinkan kebenaran dari tindak pidana yang terjadi dan

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau mencurigai orang-orang yang

sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka.

Cara pengambilan sidik jari adalah dengan cara sidik jari direkam pada

sehelai kartu sidik jari (AK-23). Dimana pada kartu tersebut terdapat kolom-

kolom untuk sidik jari yang akan direkam dan kolom untuk informasi beserta

identitas orang yang diambil sidik jarinya. Hasil pengambilan harus bagus dan

bersih, karena rekaman sidik jari akan menjadi rekaman yang permanen dari

orang yang bersangkutan. Tidak semua penyidikan terhadap kasus kejahatan

menggunakan teknik daktiloskopi. Ada kasus-kasus tertentu yang dalam

penyidikannya tidak diperlukan teknik daktiloskopi, yaitu dalam hal suatu

kejahatan tersebut tertangkap tangan (pelaku sudah jelas-jelas tertangkap tangan

melakukan tindak kejahatan), pengakuan disertai dengan saksi-saksi yang

lengkap.

Berdasarkan laporan polisi No. Pol: LP/B/256/X/2004/OPS tanggal 8

oktober 2004 tentang terjadinya tindak pidana pencurian uang di SMPN 4

Sukoharjo telah dilakukan pemeriksaan perbandingan persamaan sidik jari di TKP

lebih tepatnya diperiksa pada tempat yang diragukan yakni pada meja kerja

karyawan bagian tata usaha SMPN 4 Sukoharjo. Maksud pemeriksaan sidik jari

tersebut adalah untuk mengetahui dan menentukan apakah sidik jari orang yang

tertinggal di TKP identik/sama atau non identik/tidak sama dengan sidik jari

orang yang disangka sebagai tersangka dalam kasus ini adalah Mulyo Widodo bin

Sumadi. Dan berdasarkan kesimpulan pemeriksaan yang didasarkan pada dalil-

dalil dalam Ilmu pengetahuan Daktiloskopi maka dapat disimpulkan bahwa antara

sidik jari latent yang terdapat pada meja karyawan bagian tata usaha SMPN 4

Sukoharjo yang pada waktu itu diangkat oleh IPTU Mariman pada tanggal 8

Oktober 2004 dinyatakan identik/sama dengan sidik jari telunjuk tangan kanan

atas nama Mulyo Widodo bin Sumadi, Sukoharjo 7 April 1984, swasta, Alamat

karangan RT 02 Rw 04 Desa Kepuh Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

(Berita Acara Pemeriksaan Sidik Jari No. Pol: LP/B/256/X/2004/OPS).

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Dengan demikian dapat disimpulkan dari kasus tersebut sidik jari

merupakan salah satu bukti yang dibutuhkan dalam mencari petunjuk untuk

mengetahui kebenaran siapa pelaku sebenarnya tindak pidana pencurian tersebut.

Berikut ini adalah contoh kasus lain yang juga menggunakan pemeriksaan sidik

jari guna menentukan kebenaran pelakunya:

Berdasarkan laporan polisi No. Pol: LP/B/76/IV/2007/OPS tentang

terjadinya tindak pidana penggelapan atau penipuan sertifikat tanah HM No. 1404

luas 578 M dilakukan pemeriksaan perbandingan persamaan cap jempol yang

terdapat pada surat kuasa jaminan kredit di kantor BKK polokarto dengan sidik

jari orang yang disangka sebagai pelaku penggelapan atau penipuan sertifikat

tanah yakni atas nama Pawiro Wiyono (Berita Acara Pemeriksaan Sidik Jari No.

Pol: LP/B/76/IV/2007/OPS). Namun pada hasil pemeriksaan sidik jari ternyata

menyatakan bahwa sidik jari non identik/tidak sama. Dengan demikian dapat

dipastikan bahwa pelaku bukanlah orang yang dituduhkan tersebut. dalam hal ini

pemilik sidik jari latent dapat dikatakan bukanlah orang yang dituduhkan.

Pada kasus yang lain misalnya pada kasus tindak pidana yang dilaporkan

pada tahun lalu dengan No. Pol: LP/B/302/V/2009/Sek.Grogol, mengenai tindak

pidana penganiayaan di Desa Pangkalan Rt 02 Rw 09, Kelurahan Telukan,

Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo yang juga dilakukan pemeriksaan

perbandingan sidik jari. Pada kasus ini yang menjadi tersangka atas hasil olah

TKP adalah orang yang bernama Wito Diharjo (Berita Acara Pemeriksaan Sidik

Jari No. Pol: LP/B/302/V/2009/Sek.Grogol). Dalam kasus ini telah dilakukan

pemeriksaan sidik jari kepada tersangka dan diperbandingkan dengan sidik jari

yang terdapat di TKP, hasilnya adalah identik atau sama. Maka dengan itu dapat

disimpulkan bahwa tersangka benar-benar merupakan pelaku penganiayaan yang

telah terjadi. Dengan adanya kebenaran mengenai kesamaan dari identifikasi sidik

jari maka tidak akan dapat disangkal oleh tersangka bahwa dirinya bukanlah

pelaku penganiayaan kerena tidak ada satupun yang memiliki sidik jari yang sama

dengan orang lain.

Masih ada lagi kasus yang menggunakan sidik jari dalam proses

penyidikannya seperti kasus yang tertera dalam BAP sidik jari dengan No. Pol:

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BA/1654/XII/2002/IDENT tentang Pencurian uang Brangkas di kantor Oriental

Grup Solo Baru C I,Grogol, Sukoharjo. Dalam kasus ini juga telah ditemukan

tersangkanya berdasarkan kecurigaan dan kesimpulan atas olah TKP yaitu Faizal

Kurniawan, Sukoharjo 17 Maret 1984, swasta, islam, alamat Gedangan Rt. 01

Rw. 01,Grogol, Sukoharjo (Berita Acara Pemeriksaan sidik jari dengan No. Pol:

BA/1654/XII/2002/IDENT). Berdasarkan pemeriksaan perbandingan sidik jari

yang telah dilakukan kesimpulannya adalah sidik jari tersangka identik atau sama

dengan sidik jari latent yang tertinggal di TKP.

Masih banyak lagi kasus-kasus yang serupa yang menggunakan

identifikasi sidik jari dalam penentuan benar atau tidaknya tersangka yang

melakukan perbuatan yang dituduhkan terhadapnya. Dalam keadaan seperti ini

sidik jari memanglah memiliki peranan yang sangat penting dalam mengungkap

kasus kusut yang mungkin susah untuk ditemukan kebenaran pelakunya. Dalam

keadaan yang mendesak sidik jari memang merupakan jalan terbaik untuk

dijadikan pilihan sebagai salah satu cara guna menambah bukti-bukti yang

mungkin kurang cukup untuk mencari kebenaran tindak pidana yang telah terjadi.

Fingerprint is one of the most mature biometric traits and considered

legitimate proof of evidence in courts of law all over worldwide. Fingerprints are,

therefore, used in forensic divisions worldwide for criminal investigations. More

recently, an increasing number of civilian and commercial applications are either

using or actively considering using fingerprint-based identification because of a

better understanding of fingerprints as well as demonstrated matching

performance than any other existing biometric technology.(terjemahan bebas:

Sidik Jari merupakan salah satu ciri-ciri biometrik paling sempurna dan bukti

yang sah dalam pengadilan hukum di seluruh dunia. Sidik jari, oleh karena itu,

digunakan dalam forensik di seluruh dunia untuk investigasi kriminal. Baru-baru

ini, peningkatan jumlah aplikasi sipil dan komersial baik menggunakan atau aktif

mempertimbangkan untuk menggunakan identifikasi sidik jari berdasar karena

pemahamannya lebih baik tentang sidik jari serta menunjukkan kinerja yang

sesuai dari pada teknologi biometrik lain yang ada). (Reducing Process-Time for

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Fingerprint Identification System International Journal of Biometrics and

Bioinformatics (IJBB) Volume 3, Issue , Febuary 2009).

Penyelesaian kasus tindak pidana saat ini lebih mengacu pada cara-cara

praktis yang lebih simpel misalnya dengan identifikasi pencarian petunjuk

mengenai ciri-ciri khusus seperti ciri-ciri perawakan ataupun wajah pelaku tindak

pidana guna mencari tau pelaku tindak pidananya. Namun dalam hal ini tidak

menutup kemungkinan untuk mencapai jalan buntu pula dan akhirnya harus

melibatkan ilmu sidik jari kembali guna memastikan ciri-ciri pelaku dengan lebih

akurat. Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan pada contoh-contoh kasus

sebelumnya yang jangka waktu dari tahun ke tahun cukup jauh maka dapat

dipahami bahwa tidak semua kasus memerlukan ilmu sidik jari dalam proses

pembuktiannya. Di negara ini masih kurang sekali pemakaian alat bukti sidik jari

dalam proses penyidikan maupun sebagai bahan pertimbangan hakim dalam

pengadilan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Polres Sukoharjo

khususnya dibidang identifikasi sidik jari, maka peranan sidik jari lebih jelasnya

peranan ilmu sidik jari (daktiloskopi) bagi penyidik dalam melaksanakan

penyidikan guna mengungkap suatu tindak pidana merupakan langkah penting

dalam penentuan kejelasan tindak pidana yang terjadi. Hal ini nantinya akan

mengarahkan tindakan-tindakan atau pemeriksaan selanjutnya, siapa orang yang

perlu dicurigai dan alat atau senjata apa yang digunakan dalam melakukan tindak

pidana.

Tahap penyidikan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh

petugas penyidik dalam melakukan tugasnya. Yang pertama dilakukan adalah

melakukan pengamanan Tempat Kejadian Perkara (TKP), dengan cara melarang

orang yang berkepentingan untuk mendekati TKP dalam jarak tertentu. Setelah itu

petugas melakukan pemeriksaan TKP dengan mencari dan mengumpulkan bukti-

bukti yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang telah terjadi. Bukti-bukti

yang berada di TKP, korban, tersangka, ataupun saksi serta menguji kebenaran

alat-alat bukti yang diperoleh. Untuk kepentingan identifikasi, maka petugas

melakukan pencarian terlebih dahulu terhadap sidik jari latent yang mungkin

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

ditinggalkan tersangka di TKP yakni dengan cara menggunakan senter dan

mencari pada permukaan benda yang diduga telah dipegang tersangka.

Benda yang telah ditemukan kemudian dibersihkan dengan cara meniup

permukaan benda sehingga memberi kelembaban yang memungkinkan agar sidik

jari latent dapat terlihat. Kemudian menaburi permukaan benda dengan serbuk

sidik jari. Sebelum sidik jari latent dikembangkan maka terlebih dahulu diadakan

pemotretan sidik jari yang telah terlihat dengan jelas untuk menghindari kalau

sidik jari itu rusak sebelum dikembangkan. Untuk pemotretan sidik jari diperlukan

kamera khusus yang memiliki sumber cahaya sendiridan fokus yang tetap dan

tentunya dilengkapi dengan baterai (Markas Besar Kepolisian Republik

Indonesia,1993:85). Kamera ini dapat memotret obyek sesuai dengan keadaan

sesungguhnya. Kemudian setelah pemotretan selesai, petugas penyidik

mengembangkan sidik jari latent tersebut dengan serbuk sidik jari.

Penggunaan serbuk itu adalah dengan menuangkan serbuk diatas

permukaan benda yang terdapat sidik jari latent, dan setelah sidik jari latent

tampak maka kuas digerakkan dengan hati-hati sesuai dengan garis papilar sidik

jari kemudian selanjutnya sidik jari dipindahkan pada lifter. Kemudian langkah

selanjutnya adalah dilakukan pengangkatan sidik jari latent. Cara pengangkatan

sidik jari latent adalah pengangkatan dengan menggunakan selotip (pita bening

yang satu sisinya berperekat). Cara lain adalah dengan menngunakan “rubber

filter” (lembaran karet berperekat pada salah satu sisinya yang ditutupi plastik

bening). Cara pengangkatan sidik jari latent dengan selotip dilakukan dengan cara

pertama-tama selotip diletakkan diatas sidik jari latent yang telah ditaburi serbuk

kemudian ditekan lurus dengan jari secara kuat, kemudian selotip diangkat dari

permukaan dengan sekali tarik dan ditempelkan pada kartu alas dan hindarkan

dari kemungkinan terjadi gelembung udara.

Langkah yang terakhir yakni dengan melakukan perbandingan sidik jari

latent dengan sidik jari tersangka. Jika hasilnya identik atau sama maka akan

dibuatkan berita acara perbandingan sidik jari, yang kemudian akan digunakan

sebagai dasar untuk penyidik guna melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap

tersangka dan dilakukan penangkapan terhadap tersangka. Sidik jari akan

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

dipergunakan untuk memperkuat pembuktian di persidangan dan membantu

penyidik sebagai saksi ahli, dalam hal pelaku tindak pidana yang dilakukan. Sidik

jari juga mendukung penyidik dalam memberikan informasi awal terhadap

peristiwa pidana yang terjadi, memberikan gambaran tentang bentuk kejadiannya

untuk penyidikan, mendukung penyidik dalam menentukan keterlibatan seseorang

kepada peristiwa tersebut, memberikan gambaran kepada pengadilan tentang

kasus tindak pidananya.

Setiap kegiatan pengambilan sidik jari laten di TKP maupun pemotretan

harus dibuatkan berita acara oleh petugas identfikasi. Hal itu harus dilakukan guna

kepentingan penyidikan. Apabila kegiatan tersebut menjadi satu dengan

pengolahan TKP, maka hasil kegiatan tersebut harus dituangkan dalam Berita

Acara Pengambilan Sidik Jari.

Sidik jari mempuyai peranan penting dalam usaha mengungkap para

pelaku atau membuat suatu perkara menjadi jelas, karena sidik jari merupakan

salah satu alat bukti yang sah yaitu sebagai alat bukti keterangan ahli. Sidik jari

dalam pembuktian perkara pidana merupakan alat bukti keterangan ahli, karena

keidentikan sidik jari dapat digunakan dalam menemukan pelaku tindak pidana.

Keterangan Ahli ini dituangkan dalam bentuk Berita Acara Pengambilan Sidik

Jari dengan dilampirkan Rumusan Sidik Jari seperti dalam Formulir AK-23 dan

Berita Acara Pemotretan untuk selanjutnya diserahkan kepada penyidik.

Bersamaan dengan Berita Acara Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP)

untuk selanjutnya dapat sebagai alat bukti di persidangan.

Pemeriksaan pendahuluan yang baik tanpa mengorbankan hak-hak

tersangka, jelas tidak lepas dari ilmu bantu didalam proses pemeriksaan.

Pemeriksaan perkara pidana dengan menggunakan daktiloskopi atau ilmu sidik

jari juga dapat mengurangi atau menghindarkan pemeriksaan perkara dengan

menggunakan kekerasan atau paksaan.. pemeriksaan perkara dengan

menggunakan kekerasan maupun paksaan menunjukkan ketidak mampuan

penyidik dalam melaksanakan tugasnya, selain itu juga merupakan pelanggaran

hak asasi manusaia sebagai tersangka apabila masih menerima perlakuan yang

tidak sepantasnya.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

B. Hambatan-Hambatan yang Ditemukan dalam Pengambilan Sidik Jari

dengan Menerapkan Teknik Daktiloskopi yang Merupakan Serangkaian

Tindakan Penyidikan dalam Pengungkapan Perkara Pidana.

Dalam melakukan kegiatan penyidikan terhadap suatu kasus, para

penyidik terkadang dihadapkan pada suatu kasus yang sulit dan rumit. Maka

dengan itu, para penyidik dituntut untuk mempunyai keahlian khusus dan

ketrampilan. Selain itu juga diperlukan pengalaman dengan cara belajar dari

seniornya di lapangan. Dalam melakukan penyidikan pastilah tidak selalu berjalan

lancar dan kadang menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan inilah yang

membuat penyidik kesulitan dalam mengungkap suatu kasus atau membuat jelas

suatu perkara pidana. Hambatan-hambatan itu bisa datang dari luar (ekstern)

maupun dari dalam (intern):

1. Hambatan dari luar

a. Jejak yang ditinggalkan ditempat kejadian sering menunjukkan bentuk

yang tidak sempurna, hampir semuanya memiliki kekaburan atau noda.

Hal ini mungkin diakibatkan karena suhu lokasi kejadian yang kurang baik

sehingga dapat mempermudah kerusakan sidik jari latent yang tertinggal.

Membandingkan sidik jari yang direkam dan didapatkan di tempat

kejadian belum merupakan ilmu khusus, tetapi tergantung pada keahlian

dan pengalaman ahli tersebut. jika memiliki sifat-sifat antara kedua jejak

(yang direkam dan didapatkan) maka identifikasi sudah dapat

dilaksanakan. Bahkan kaur identifikasi Polres Sukoharjo IPDA Mariman

mengatakan bahwa petugas yang sudah ahli dibidangnya pun harus

membuka catatannya ketika harus mencocokkan jenis sidk jari yang

diidentifikasi. Hal ini dikarenakan sidik jari tidak terlalu sering digunakan

dalam proses penyidikan.

b. Tidak sedikit ditemukannya sidik jari yang tertinggal merupakan sidik jari

orang yang mungkin tidak bersangkutan sama sekali dengan korban

maupun tersangka, sehingga ditakutkan akan adanya salah tangkap.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

c. Penggunaan sidik jari pada proses penyidikan untuk mengungkap suatu

tindak pidana terkadang dapat menemukan jalan buntu karena terkadang

tidak ditemukan sama sekali jejak-jejak sidik jari dari pelaku tindak pidana

sehingga untuk mengusut kasut lebih lanjut akan membutuhkan alat bantu

lain sehingga akan lebih menyulitkan.

d. Kesadaran masyarakat tentang pengamanan Tempat Kejadian Perkara

(TKP) masih kurang. Banyaknya masyarakat yang ingin melihat TKP

mengakibatkan TKP rusak, sehingga dengan begitu menyulitkan para

petugas dalam melakukan pemeriksaan. Hal ini terbukti secara fakta

seperti yang tampak akhir-akhir ini di layar televisi khususnya dalam

program berita. Progaram berita televisi yang menyajikan berita bencana

maupun berita kriminal yang menampakkan vidio rekamannya dapat

dilihat bahwa banyak penduduk sekitar bahkan penduduk yang sengaja

datang dari kampung halaman yang rumahnya jauh dari TKP sengaja

datang hanya untuk melihat keadaan TKP setelah kejadian yang

diberitakan. Mereka seolah-olah mendapatkan tempat rekreasi baru,

dengan keadaan seperti ini tidak menutup kemungkinan akan merusak dan

mengganggu proses penyidikan yang dilakukan oleh petugas.

2. Hambatan dari dalam

1. Perbedaan pendapat para ahli terjadi jika sifat-sifat jejak yang dianggap

secara minimum, terkadang ada yang berpendapat data tersebut kurang

lengkap.

2. Kurangnya bekal pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki petugas,

hanya sedikit petugas yang memiliki keahlian dalam ilmu tentang sidik jari

(dactiloscopy).

3. Faktor-faktor penghambat yang timbul dari obyek yang bersangkutan

yakni pada benda yang tertinggal di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

ataupun pada korban yang meninggal (mayat). Pada benda misalnya tidak

ditemukan sidik jari sama sekali pada benda-benda disekitar TKP atau

benda yang ditinggalkan tersangka. Dapat pula pada benda-benda tersebut

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

ditemukan sidik jari namun bentuknya tidak atau kurang sempurna

sehingga menyulitkan petugas dalam mengidentifikasinya. Sementara itu

pada mayat yang mungkin ditemukan di TKP terkadang tidak selalu

berkondisi baik, misalnya korban mutilasi yang tubuhnya terpisah-pisah

sehingga menyulitkan proses identifikasi atau korban yang kondisi

mayatnya sudah membusuk bahkan rusak. Kondisi seperti inilah yang

dapat menghambat pengambilan sidik jari guna identifikasi lebih lanjut.

Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor yang dapat menghambat

pelaksanaan pengambilan sidik jari yang dilakukan oleh petugas dilapangan.

Demikian merupakan gambaran nyata yang dapat menceritakan bahwa

pelaksanaan pengambilan sidik jari tidak selalu mudah seperti yang dibayangkan.

Dalam pengambilan sidik jari yang merupakan serangkaian penyidikan untuk

mengungkap suatu tindak pidana dapat dilakukan dengan mudah apabila tiada

penghambat dalam pelaksanaanya. Hambatan-hambatan tersebut kemungkinan

dapat dikurangi dengan cara meningkatkan ketrampilan petugas penyidik yang

ahli dibidangnya, tentunya juga dengan menambah petugas yang ahli untuk

diterjunkan dalam penyidikan khususnya dibidang identifikasi sidik jari karena

orang-orang yang dikatakan ahli dibidang identifikasi sidik jari ini dapat

dikatakan masih sangat kurang.

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis

seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka telah diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Polres Sukoharjo

khususnya dibidang identifikasi sidik jari, maka peranan ilmu sidik jari

khususnya daktiloskopi bagi penyidik dalam melaksanakan penyidikan

guna mengungkap suatu tindak pidana merupakan langkah penting dalam

penentuan kejelasan tindak pidana yang terjadi. Hal ini nantinya akan

mengarahkan tindakan-tindakan atau pemeriksaan selanjutnya, siapa orang

yang perlu dicurigai dan alat atau senjata apa yang digunakan dalam

melakukan tindak pidana. Sidik jari mempuyai peranan penting dalam

usaha mengungkap para pelaku atau membuat suatu perkara menjadi jelas,

karena sidik jari merupakan salah satu alat bukti yang sah yaitu sebagai

alat bukti keterangan ahli. Sidik jari dalam pembuktian perkara pidana

merupakan alat bukti keterangan ahli, karena keidentikan sidik jari dapat

digunakan dalam menemukan pelaku tindak pidana. Keterangan Ahli ini

dituangkan dalam bentuk Berita Acara Pengambilan Sidik Jari dengan

dilampirkan Rumusan Sidik Jari seperti dalam Formulir AK-23 dan Berita

Acara Pemotretan untuk selanjutnya diserahkan kepada penyidik.

Bersamaan dengan Berita Acara Pengolahan Tempat Kejadian Perkara

(TKP) untuk selanjutnya dapat sebagai alat bukti di persidangan.

2. Penyidik terkadang dihadapkan pada suatu kasus yang sulit dan rumit.

Maka dengan itu, para penyidik dituntut untuk mempunyai keahlian

khusus dan ketrampilan. Dalam melakukan penyidikan tidak selalu

berjalan lancar dan kadang menemui berbagai hambatan. Hambatan-

hambatan inilah yang membuat penyidik kesulitan dalam mengungkap

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

suatu kasus atau membuat jelas suatu perkara pidana. Hambatan-hambatan

itu bisa datang dari luar (ekstern), maupun dari dalam (intern):

a. Hambatan dari luar misalnya Jejak yang ditinggalkan ditempat

kejadian sering menunjukkan bentuk yang tidak sempurna, Tidak

sedikit ditemukannya sidik jari yang tertinggal merupakan sidik

jari orang yang mungkin tidak bersangkutan sama sekali dengan

korban maupun tersangka, Penggunaan sidik jari pada proses

penyidikan untuk mengungkap suatu tindak pidana terkadang

menemukan jalan buntu karena tidak ditemukan sama sekali jejak-

jejak sidik jari dari pelaku tindak pidana, Banyaknya masyarakat

yang ingin melihat TKP mengakibatkan TKP rusak, sehingga

dengan begitu menyulitkan para petugas dalam melakukan

pemeriksaan.

b. Hambatan dari dalam misalnya Perbedaan pendapat para ahli

terjadi jika sifat-sifat jejak yang dianggap secara minimum,

Kurangnya bekal pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki

petugas, Faktor-faktor penghambat yang timbul dari obyek yang

bersangkutan yakni pada benda yang tertinggal di Tempat Kejadian

Perkara (TKP) ataupun pada korban yang meninggal (mayat) tidak

ditemukan sidik jari sama sekali, apabila ditemukan sidik jari

namun bentuknya tidak atau kurang sempurna sehingga

menyulitkan petugas dalam mengidentifikasinya

B. Saran

Setelah mendalami apa yang telah penulis teliti dan uraikan, maka penulis

dapat mengemukakan beberapa saran yakni sebagai berikut:

1. Perlu adanya pembaharuan dibidang teknologi pemeriksaan atau

analisis sidik jari diharapkan dengan berkembangnya ilmu sidik

jari dapat memberikan sumbangan besar pada proses penyidikan

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

guna memperoleh alat bukti baru yang dapat menguatkan serta

dapat mengungkap tabir tindak pidana yang terjadi.

2. Pemerintah/aparat penegak hukum perlu adanya pembaharuan

dibidang penyimpanan data mengenai sidik jari Warga Negaranya,

sehingga diharapkan sidik jari setiap Warga Negara sejak lahir

dimiliki dan disimpan pada dokumen Negara yang secara otomatis

dan dapat diakses secara on line oleh pihak-pihak tertentu (aparat

penegak hukum dalam hal ini kepolisian). Hal tersebut

dimaksudkan agar mempermudah proses pencarian tersangka yang

belum diketemukan sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu guna

membantu proses membuat terang tindak pidana yang terjadi.

3. Diperlukan adanya kegiatan penyuluhan hukum kepada masyarakat

yang dilakukan oleh petugas kepolisian mengenai arti pentingnya

tempat kejadian perkara sehingga kerusakan TKP bisa

diminimalisasi karena TKP merupakan titik awal pengungkapan

peristiwa tindak pidana.

4. Perlu ditingkatkannya pengetahuan tentang identifikasi dan juga

penambahan ahli identifikasi di setiap jajaran Polres di seluruh

Indonesia, sehingga apabila terdapat kasus yang terjadi secara

bersamaan maka dapat diidentifikasi dengan cepat.

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

A.Gumilang, 1991. Kriminalistik Pengetahuan Tentang Teknik Dan Taktik

Penyidikan. Bandung : angkasa.

A.M. Iqbal dan Haryadi Sigit, 2005. Implementasi dan Analisis Performansi

Autentikasi Sistem Biometrik Sidik Jari. Bandung : Institut Teknologi

Bandung

Andi Hamzah, 1986. Pengusutan Perkara Kriminal Melalui Sarana Teknik

Dan Sarana Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia

____________, 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika

____________, 2009. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika

Andika budi pratama, 2005. Verifikasi citra sidik jari Poin Minutiae dalam Visum

et repertum juklak perkuliahan

Aryo Mahardiko, 2007. Perancangan Perangkat Lunak Penghitung Rumus Sidik

jari Standar Kepolisisan Republik Indonesia.

International Journal of Biometrics and Bioinformatics (IJBB) Volume 3 Febuary

2009, Reducing Process-Time for Fingerprint Identification System CSC

Journals, Kuala Lumpur, Malaysia,

Koentjoroningrat, 1993 Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:

Gramedia Jakarta.

Lexy J. Moleong, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Mabes Polri, 1993. Penuntun Daktiloscopy, Jakarta: Pusat Identifikasi POLRI

Mabes Polri, 2001. Bujuklak dan Bujuklap Proses Penyidikan Tindak Pidana,

Jakarta.

M.Karjadi, 2006. Tindakan Kewajiban dan Pengutusan Pertama di Tempat

Kejadian Perkara, Bogor : Politeia.

M.Yahya Harahap, 2002 pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP

Edisi Kedua. Jakarta:sinar Grafika.

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Nico Ngani., I Nyoman Budi Jaya dan Hasan Madani. 1984. Mengenal Hukum

Acara Pidana Seri Satu Bagian Umum Dan Penyidikan .Yogjakarta :

Liberty.

Pusat Identifikasi Polri. 1993. Penuntun Daktiloskopi. Mabes Polri

Soerjono soekanto, 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Soesilo R, 1980. Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminal. Bogor :

Politeia.

Sutopo, H.B. 1990. Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta : UNS Press

Sutrisno Hadi.1994 Metodologi research jilid 2 Sutrisno Hadi. Yogyakarta: Andi

Offset.

Waluyadi, 2000 Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Perspektif Peradilan Dan

Aspek Hukum Praktik Kedokteran, Jakarta : Djambatan.

Winarno Surakhmat,1982. Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Teknik, Bandung :

PT. Transito.P

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana(KUHAP).

WEBSIDE

Djulianto susantio. Panduan Praktis: Sidik Jari http://santai2008.wordpress.com/

2010/04/23/daktiloskopi-ilmu-sidik-jari/#more-827 Diakses pada tanggal

30 Oktober 2010 pukul 08:33:22 GMT

Dwiasi Wiyatputera. Mengenal Satuan Penyidikan di Direktorat Kriminal Umum

Polda Metro Jaya http://www.reskrimum.metro.polri.go.id/news.php?id=

5247. Diakses pada tanggal 17 Desember 2010 pukul 03:41:55 GMT.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN ...eprints.uns.ac.id/4451/1/187651111201107341.pdfkapal yang penuh warna. Deretan peristiwa dari tawangmangu, klaten, jogja, malang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Mujiarto Karuk. Sidik Jari http://metro.polri.web.id/perpus/390-sidik-jari Diakses

pada tanggal 7 Desember 2010 pukul 00:21:34 GMT.

M.Ridwan. Mencoba menetapkan genotip dirinya sendiri berdasarkan ukuran

jari Telunjuknya http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article

&catid=15%3Apemrosesan-sinyal&id=529%3Adaktiloskopi-ilmu-sidik-ja

ri&option=comcontent&Itemid=15. Diakses pada tanggal 06 Desember

2010 pukul 23:20:10 GMT.

Wikipedia. Fingerprint http://en.wikipedia.org/wiki/Fingerprint. Diakses pada

tanggal 7 Desember 2010 pukul 02:11:10 GMT.