undang-undang republik indonesia nomor 26...

114
Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 240 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan social sesuai dengan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiil Pancasila; c. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah; d. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; e. bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan; f. bahwa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti dengan undang-undang penataan ruang yang baru; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penataan Ruang; Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 25A, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Upload: dinhcong

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 240

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 26 TAHUN 2007

TENTANGPENATAAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara

kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat,ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumberdaya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, danberhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruangwilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umumdan keadilan social sesuai dengan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut penegakanprinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalamrangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan landasan idiilPancasila;

c. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara dansejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besarkepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangantersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan antardaerah dan antarapusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah;

d. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembangterhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penyelenggaraan penataanruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman,produktif, dan berkelanjutan;

e. bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasanrawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencanasebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan;

f. bahwa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah tidaksesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti denganundang-undang penataan ruang yang baru;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penataan Ruang;

Mengingat:Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 25A, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

Page 2: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 241

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasukruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainhidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana

dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yangsecara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputiperuntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,dan pengendalian pemanfaatan ruang.

6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagaiunsure penyelenggara pemerintahan daerah.

9. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagiPemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

10. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruangyang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melaluipelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatanruang.

12. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapatdiwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan polaruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

Page 3: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 242

14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuaidengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program besertapembiayaannya.

15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait

yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspekfungsional.

18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauanpelayanan pada tingkat wilayah.

19. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyaijangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

20. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.21. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam alam dan sumber dayabuatan.

22. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untukdibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,dan sumber daya buatan.

23. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasukpengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempatpermukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatanekonomi.

24. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan padawilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alamtertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangansatuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

25. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertaniandengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dandistribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

26. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasanperkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistemjaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhansekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.

27. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasanmetropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.

28. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karenamempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

29. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karenamempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,budaya, dan/atau lingkungan.

Page 4: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 243

30. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah, yang penataan ruangnya diprioritaskankarena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadapekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

31. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yangpenggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secaraalamiah maupun yang sengaja ditanam.

32. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatanruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

33. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.34. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang

penataan ruang.

BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 2Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakanberdasarkan asas:

a. keterpaduan;b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;c. keberlanjutan;d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;e. keterbukaan;f. kebersamaan dan kemitraan;g. pelindungan kepentingan umum;h. kepastian hukum dan keadilan; dani. akuntabilitas.

Pasal 3Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman,nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasionaldengan:

a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan

dengan memperhatikan sumber daya manusia; danc. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

BAB IIIKLASIFIKASI PENATAAN RUANG

Pasal 4Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

Page 5: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 244

Pasal 5(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal

perkotaan.(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan

kawasan budi daya.(3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah

nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan

perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.(5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan

strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruangkawasan strategis kabupaten/kota.

Pasal 6(1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi

ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, sertailmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.(2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah

kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer.(3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan

nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalambumi sebagai satu kesatuan.

(4) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruangudara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri.

BAB IVTUGAS DAN WEWENANG

Bagian KesatuTugas

Pasal 7(1) Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara memberikan

kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintahdaerah.

(3) Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengantetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 6: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 245

Bagian KeduaWewenang Pemerintah

Pasal 8(1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayahnasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruangkawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

b. pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; dand. kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang

antarprovinsi.(2) Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang nasional meliputi:

a. perencanaan tata ruang wilayah nasional;b. pemanfaatan ruang wilayah nasional; danc. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

(3) Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional meliputi:a. penetapan kawasan strategis nasional;b. perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;c. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dand. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

(4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hurufc dan huruf d dapat dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugaspembantuan.

(5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, Pemerintah berwenang menyusun danmenetapkan pedoman bidang penataan ruang.

(6) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),dan ayat (5), Pemerintah:a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:

1) rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataanruang wilayah nasional;

2) arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangkapengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan

3) pedoman bidang penataan ruang;b. menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

Pasal 9(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan olehseorang Menteri.(2) Tugas dan tanggung jawab Menteri dalampenyelenggaraan penataan ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mencakup:a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasanpenataan ruang;

Page 7: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 246

b. pelaksanaan penataan ruang nasional; danc. koordinasi penyelenggaraan penataan ruanglintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangkukepentingan.Bagian KetigaWewenang Pemerintah Daerah ProvinsiPasal 10(1) Wewenang pemerintah daerah provinsi dalampenyelenggaraan penataan ruang meliputi:a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasanterhadap pelaksanaan penataan ruang wilayahprovinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadappelaksanaan penataan ruang kawasan strategisprovinsi dan kabupaten/kota;b. pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi;c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategisprovinsi; dand. kerja sama penataan ruang antarprovinsi danpemfasilitasan kerja sama penataan ruangantarkabupaten/kota.(2) Wewenang pemerintah daerah provinsi dalampelaksanaan penataan ruang wilayah provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bmeliputi: . . .- 12 -meliputi:a. perencanaan tata ruang wilayah provinsi;b. pemanfaatan ruang wilayah provinsi; danc. pengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi.(3) Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,pemerintah daerah provinsi melaksanakan:a. penetapan kawasan strategis provinsi;b. perencanaan tata ruang kawasan strategisprovinsi;c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi;dand. pengendalian pemanfaatan ruang kawasanstrategis provinsi.(4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang kawasan strategis provinsisebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c danhuruf d dapat dilaksanakan pemerintah daerah

Page 8: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 247

kabupaten/kota melalui tugas pembantuan.(5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruangwilayah provinsi, pemerintah daerah provinsi dapatmenyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataanruang pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota.(6) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),dan ayat (5), pemerintah daerah provinsi:a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan:1) rencana umum dan rencana rinci tata ruangdalam rangka pelaksanaan penataan ruangwilayah provinsi;2) arahan peraturan zonasi untuk sistemprovinsi yang disusun dalam rangkapengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi; dan3) petunjuk . . .- 13 -3) petunjuk pelaksanaan bidang penataanruang;b. melaksanakan standar pelayanan minimalbidang penataan ruang.(7) Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapatmemenuhi standar pelayanan minimal bidangpenataan ruang, Pemerintah mengambil langkahpenyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.Bagian KeempatWewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/KotaPasal 11(1) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kotadalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasanterhadap pelaksanaan penataan ruang wilayahkabupaten/kota dan kawasan strategiskabupaten/kota;b. pelaksanaan penataan ruang wilayahkabupaten/kota;c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategiskabupaten/kota; dand. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.(2) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota

Page 9: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 248

dalam pelaksanaan penataan ruang wilayahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b meliputi:a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; danc. pengendalian pemanfaatan ruang wilayahkabupaten/kota.(3) Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasanstrategis kabupaten/kota sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c, pemerintah daerahkabupaten/kota melaksanakan:a. penetapan . . .- 14 -a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;b. perencanaan tata ruang kawasan strategiskabupaten/kota;c. pemanfaatan ruang kawasan strategiskabupaten/kota; dand. pengendalian pemanfaatan ruang kawasanstrategis kabupaten/kota.(4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pemerintahdaerah kabupaten/kota mengacu pada pedomanbidang penataan ruang dan petunjukpelaksanaannya.(5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat(4), pemerintah daerah kabupaten/kota:a. menyebarluaskan informasi yang berkaitandengan rencana umum dan rencana rinci tataruang dalam rangka pelaksanaan penataanruang wilayah kabupaten/kota; danb. melaksanakan standar pelayanan minimalbidang penataan ruang.(6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidakdapat memenuhi standar pelayanan minimal bidangpenataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapatmengambil langkah penyelesaian sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.BAB VPENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANGPasal 12Pengaturan penataan ruang dilakukan melalui

Page 10: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 249

penetapan ketentuan peraturan perundang-undanganbidang penataan ruang termasuk pedoman bidangpenataan ruang.Pasal 13(1) Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruangkepada . . .- 15 -kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintahdaerah kabupaten/kota, dan masyarakat.(2) Pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan melalui:a. koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dansosialisasi pedoman bidang penataan ruang;c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasipelaksanaan penataan ruang;d. pendidikan dan pelatihan;e. penelitian dan pengembangan;f. pengembangan sistem informasi dan komunikasipenataan ruang;g. penyebarluasan informasi penataan ruangkepada masyarakat; danh. pengembangan kesadaran dan tanggung jawabmasyarakat.(3) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerahkabupaten/kota menyelenggarakan pembinaanpenataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat(2) menurut kewenangannya masing-masing.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraanpembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan peraturan pemerintah.BAB VIPELAKSANAAN PENATAAN RUANGBagian KesatuPerencanaan Tata RuangParagraf 1UmumPasal 14(1) Perencanaan tata ruang dilakukan untukmenghasilkan:a. rencana . . .- 16 -a. rencana umum tata ruang; danb. rencana rinci tata ruang.

Page 11: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 250

(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a secara berhierarki terdiri atas:a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;b. rencana tata ruang wilayah provinsi; danc. rencana tata ruang wilayah kabupaten danrencana tata ruang wilayah kota.(3) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b terdiri atas:a. rencana tata ruang pulau/kepulauan danrencana tata ruang kawasan strategis nasional;b. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;danc. rencana detail tata ruang kabupaten/kota danrencana tata ruang kawasan strategiskabupaten/kota.(4) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b disusun sebagai perangkatoperasional rencana umum tata ruang.(5) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf a dan huruf b disusun apabila:a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikandasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangdan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/ataub. rencana umum tata ruang mencakup wilayahperencanaan yang luas dan skala peta dalamrencana umum tata ruang tersebut memerlukanperincian sebelum dioperasionalkan.(6) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf c dijadikan dasar bagipenyusunan peraturan zonasi.(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitianpeta rencana tata ruang diatur dengan peraturanpemerintah.Pasal 15 . . .- 17 -Pasal 15Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tataruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, danruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.Pasal 16(1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali.(2) Peninjauan kembali rencana tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

Page 12: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 251

menghasilkan rekomendasi berupa:a. rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlakusesuai dengan masa berlakunya; ataub. rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.(3) Apabila peninjauan kembali rencana tata ruangmenghasilkan rekomendasi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b, revisi rencana tata ruangdilaksanakan dengan tetap menghormati hak yangdimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tatacara peninjauan kembali rencana tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan peraturan pemerintah.Pasal 17(1) Muatan rencana tata ruang mencakup rencanastruktur ruang dan rencana pola ruang.(2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi rencana sistem pusatpermukiman dan rencana sistem jaringanprasarana.(3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi peruntukan kawasan lindung dankawasan budi daya.(4) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputiperuntukan . . .- 18 -peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarianlingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan,dan keamanan.(5) Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruangwilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30(tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.(6) Penyusunan rencana tata ruang harusmemperhatikan keterkaitan antarwilayah,antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenyusunan rencana tata ruang yang berkaitandengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagaisubsistem rencana tata ruang wilayah diatur denganperaturan pemerintah.Pasal 18

Page 13: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 252

(1) Penetapan rancangan peraturan daerah provinsitentang rencana tata ruang wilayah provinsi danrencana rinci tata ruang terlebih dahulu harusmendapat persetujuan substansi dari Menteri.(2) Penetapan rancangan peraturan daerahkabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota dan rencana rinci tata ruangterlebih dahulu harus mendapat persetujuansubstansi dari Menteri setelah mendapatkanrekomendasi Gubernur.(3) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana tata ruang wilayahprovinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danpenyusunan rencana tata ruang wilayahkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan peraturan Menteri.Paragraf 2Perencanaan Tata Ruang Wilayah NasionalPasal 19Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasionalharus . . .- 19 -harus memperhatikan:a. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;b. perkembangan permasalahan regional dan global,serta hasil pengkajian implikasi penataan ruangnasional;c. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhanserta stabilitas ekonomi;d. keselarasan aspirasi pembangunan nasional danpembangunan daerah;e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;f. rencana pembangunan jangka panjang nasional;g. rencana tata ruang kawasan strategis nasional; danh. rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tataruang wilayah kabupaten/kota.Pasal 20(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangwilayah nasional;b. rencana struktur ruang wilayah nasional yangmeliputi sistem perkotaan nasional yang terkaitdengan kawasan perdesaan dalam wilayahpelayanannya dan sistem jaringan prasarana

Page 14: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 253

utama;c. rencana pola ruang wilayah nasional yangmeliputi kawasan lindung nasional dan kawasanbudi daya yang memiliki nilai strategis nasional;d. penetapan kawasan strategis nasional;e. arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasiprogram utama jangka menengah lima tahunan;danf. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayahnasional yang berisi indikasi arahan peraturanzonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahaninsentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.(2) Rencana . . .- 20 -(2) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadipedoman untuk:a. penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional;b. penyusunan rencana pembangunan jangkamenengah nasional;c. pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang di wilayah nasional;d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dankeseimbangan perkembangan antarwilayahprovinsi, serta keserasian antarsektor;e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi;f. penataan ruang kawasan strategis nasional; dang. penataan ruang wilayah provinsi dankabupaten/kota.(3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang WilayahNasional adalah 20 (dua puluh) tahun.(4) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali 1 (satu) kalidalam 5 (lima) tahun.(5) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yangberkaitan dengan bencana alam skala besar yangditetapkan dengan peraturan perundang-undangandan/atau perubahan batas teritorial negara yangditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana TataRuang Wilayah Nasional ditinjau kembali lebih dari1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.(6) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diaturdengan peraturan pemerintah.

Page 15: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 254

Pasal 21(1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (3) huruf a diatur denganperaturan presiden.(2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana rinci tata ruangsebagaimana . . .- 21 -sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan Menteri.Paragraf 3Perencanaan Tata Ruang Wilayah ProvinsiPasal 22(1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsimengacu pada:a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;b. pedoman bidang penataan ruang; danc. rencana pembangunan jangka panjang daerah.(2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsiharus memperhatikan:a. perkembangan permasalahan nasional dan hasilpengkajian implikasi penataan ruang provinsi;b. upaya pemerataan pembangunan danpertumbuhan ekonomi provinsi;c. keselarasan aspirasi pembangunan provinsi danpembangunan kabupaten/kota;d. daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup;e. rencana pembangunan jangka panjang daerah;f. rencana tata ruang wilayah provinsi yangberbatasan;g. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;danh. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.Pasal 23(1) Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangwilayah provinsi;b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yangmeliputi . . .- 22 -meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnyayang berkaitan dengan kawasan perdesaandalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan

Page 16: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 255

prasarana wilayah provinsi;c. rencana pola ruang wilayah provinsi yangmeliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi;d. penetapan kawasan strategis provinsi;e. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yangberisi indikasi program utama jangka menengahlima tahunan; danf. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi yang berisi indikasi arahan peraturanzonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahaninsentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.(2) Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadipedoman untuk:a. penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang daerah;b. penyusunan rencana pembangunan jangkamenengah daerah;c. pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi;d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dankeseimbangan perkembangan antarwilayahkabupaten/kota, serta keserasian antarsektor;e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi;f. penataan ruang kawasan strategis provinsi; dang. penataan ruang wilayah kabupaten/kota.(3) Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsiadalah 20 (dua puluh) tahun.(4) Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditinjau kembali 1 (satu) kalidalam 5 (lima) tahun.(5) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yangberkaitan dengan bencana alam skala besar yangditetapkan . . .- 23 -ditetapkan dengan peraturan perundang-undangandan/atau perubahan batas teritorial negaradan/atau wilayah provinsi yang ditetapkan denganUndang-Undang, rencana tata ruang wilayahprovinsi ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kalidalam 5 (lima) tahun.(6) Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkandengan peraturan daerah provinsi.

Page 17: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 256

Pasal 24(1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (3) huruf b ditetapkan denganperaturan daerah provinsi.(2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana rinci tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan Menteri.Paragraf 4Perencanaan Tata Ruang Wilayah KabupatenPasal 25(1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupatenmengacu pada:a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional danrencana tata ruang wilayah provinsi;b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidangpenataan ruang; danc. rencana pembangunan jangka panjang daerah.(2) Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupatenharus memperhatikan:a. perkembangan permasalahan provinsi dan hasilpengkajian implikasi penataan ruang kabupaten;b. upaya pemerataan pembangunan danpertumbuhan ekonomi kabupaten;c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;d. daya . . .- 24 -d. daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup;e. rencana pembangunan jangka panjang daerah;f. rencana tata ruang wilayah kabupaten yangberbatasan; dang. rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.Pasal 26(1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangwilayah kabupaten;b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yangmeliputi sistem perkotaan di wilayahnya yangterkait dengan kawasan perdesaan dan sistemjaringan prasarana wilayah kabupaten;c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yangmeliputi kawasan lindung kabupaten dankawasan budi daya kabupaten;

Page 18: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 257

d. penetapan kawasan strategis kabupaten;e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupatenyang berisi indikasi program utama jangkamenengah lima tahunan; danf. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruangwilayah kabupaten yang berisi ketentuan umumperaturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuaninsentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.(2) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadipedoman untuk:a. penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang daerah;b. penyusunan rencana pembangunan jangkamenengah daerah;c. pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dankeseimbangan antarsektor;e. penetapan . . .- 25 -e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untukinvestasi; danf. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.(3) Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadidasar untuk penerbitan perizinan lokasipembangunan dan administrasi pertanahan.(4) Jangka waktu rencana tata ruang wilayahkabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.(5) Rencana tata ruang wilayah kabupatensebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjaukembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.(6) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yangberkaitan dengan bencana alam skala besar yangditetapkan dengan peraturan perundang-undangandan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayahprovinsi, dan/atau wilayah kabupaten yangditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tataruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.(7) Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkandengan peraturan daerah kabupaten.Pasal 27(1) Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (3) huruf c ditetapkan dengan

Page 19: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 258

peraturan daerah kabupaten.(2) Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tatacara penyusunan rencana rinci tata ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan Menteri.Paragraf 5Perencanaan Tata Ruang Wilayah KotaPasal 28Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupatensebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, danPasal 27 berlaku mutatis mutandis untuk perencanaantata . . .- 26 -tata ruang wilayah kota, dengan ketentuan selain rinciandalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:a. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbukahijau;b. rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbukanonhijau; danc. rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dansarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum,kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasibencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsiwilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomidan pusat pertumbuhan wilayah.Pasal 29(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalamPasal 28 huruf a terdiri dari ruang terbuka hijaupublik dan ruang terbuka hijau privat.(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kotapaling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luaswilayah kota.(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayahkota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luaswilayah kota.Pasal 30Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (3)disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarkipelayanan dengan memperhatikan rencana struktur danpola ruang.Pasal 31Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan danpemanfaatan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka

Page 20: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 259

nonhijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf adan huruf b diatur dengan peraturan Menteri.Bagian Kedua . . .- 27 -Bagian KeduaPemanfaatan RuangParagraf 1UmumPasal 32(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaanprogram pemanfaatan ruang besertapembiayaannya.(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilaksanakan dengan pemanfaatanruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikalmaupun pemanfaatan ruang di dalam bumi.(3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasukjabaran dari indikasi program utama yang termuatdi dalam rencana tata ruang wilayah.(4) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secarabertahap sesuai dengan jangka waktu indikasiprogram utama pemanfaatan ruang yang ditetapkandalam rencana tata ruang.(5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayahsebagaimana dimaksud pada ayat (3)disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatanruang wilayah administratif sekitarnya.(6) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikanstandar pelayanan minimal dalam penyediaansarana dan prasarana.Pasal 33(1) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruangyang ditetapkan dalam rencana tata ruangdilaksanakan dengan mengembangkanpenatagunaan tanah, penatagunaan air,penatagunaan udara, dan penatagunaan sumberdaya alam lain.(2) Dalam . . .- 28 -(2) Dalam rangka pengembangan penatagunaansebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan kegiatan penyusunan dan

Page 21: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 260

penetapan neraca penatagunaan tanah, neracapenatagunaan sumber daya air, neracapenatagunaan udara, dan neraca penatagunaansumber daya alam lain.(3) Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakanuntuk pembangunan prasarana dan sarana bagikepentingan umum memberikan hak prioritaspertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerahuntuk menerima pengalihan hak atas tanah daripemegang hak atas tanah.(4) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yangberfungsi lindung, diberikan prioritas pertama bagiPemerintah dan pemerintah daerah untuk menerimapengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atastanah jika yang bersangkutan akan melepaskanhaknya.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaantanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, danpenatagunaan sumber daya alam lainnyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan peraturan pemerintah.Paragraf 2Pemanfaatan Ruang WilayahPasal 34(1) Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional,provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan:a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasirencana tata ruang wilayah dan rencana tataruang kawasan strategis;b. perumusan program sektoral dalam rangkaperwujudan struktur ruang dan pola ruangwilayah dan kawasan strategis; danc. pelaksanaan pembangunan sesuai denganprogram pemanfaatan ruang wilayah dankawasan strategis.(2) Dalam . . .- 29 -(2) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategisoperasionalisasi rencana tata ruang wilayah danrencana tata ruang kawasan strategis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan kawasanbudi daya yang dikendalikan dan kawasan budidaya yang didorong pengembangannya.(3) Pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud

Page 22: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 261

pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melaluipengembangan kawasan secara terpadu.(4) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan sesuai dengan:a. standar pelayanan minimal bidang penataanruang;b. standar kualitas lingkungan; danc. daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup.Bagian KetigaPengendalian Pemanfaatan RuangPasal 35Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melaluipenetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberianinsentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.Pasal 36(1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 35 disusun sebagai pedoman pengendalianpemanfaatan ruang.(2) Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rincitata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.(3) Peraturan zonasi ditetapkan dengan:a. peraturan pemerintah untuk arahan peraturanzonasi sistem nasional;b. peraturan daerah provinsi untuk arahanperaturan zonasi sistem provinsi; danc. peraturan . . .- 30 -c. peraturan daerah kabupaten/kota untukperaturan zonasi.Pasal 37(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalamPasal 35 diatur oleh Pemerintah dan pemerintahdaerah menurut kewenangan masing-masing sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai denganrencana tata ruang wilayah dibatalkan olehPemerintah dan pemerintah daerah menurutkewenangan masing-masing sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.(3) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/ataudiperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar,batal demi hukum.(4) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui

Page 23: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 262

prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidaksesuai dengan rencana tata ruang wilayah,dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerahsesuai dengan kewenangannya.(5) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibatpembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat(4), dapat dimintakan penggantian yang layakkepada instansi pemberi izin.(6) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagiakibat adanya perubahan rencana tata ruangwilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah danpemerintah daerah dengan memberikan gantikerugian yang layak.(7) Setiap pejabat pemerintah yang berwenangmenerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarangmenerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencanatata ruang.(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehanizin dan tata cara penggantian yang layaksebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)diatur dengan peraturan pemerintah.Pasal 38 . . .- 31 -Pasal 38(1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agarpemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tataruang wilayah dapat diberikan insentif dan/ataudisinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.(2) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,yang merupakan perangkat atau upaya untukmemberikan imbalan terhadap pelaksanaankegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,berupa:a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidisilang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;c. kemudahan prosedur perizinan; dan/ataud. pemberian penghargaan kepada masyarakat,swasta dan/atau pemerintah daerah.(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,yang merupakan perangkat untuk mencegah,membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatanyang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,berupa:

Page 24: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 263

a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikandengan besarnya biaya yang dibutuhkan untukmengatasi dampak yang ditimbulkan akibatpemanfaatan ruang; dan/ataub. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaankompensasi, dan penalti.(4) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetapmenghormati hak masyarakat.(5) Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerahlainnya; danc. pemerintah kepada masyarakat.(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tatacara pemberian insentif dan disinsentif diaturdengan peraturan pemerintah.Pasal 39 . . .- 32 -Pasal 39Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal35 merupakan tindakan penertiban yang dilakukanterhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai denganrencana tata ruang dan peraturan zonasi.Pasal 40Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalianpemanfaatan ruang diatur dengan peraturanpemerintah.Bagian KeempatPenataan Ruang Kawasan PerkotaanParagraf 1UmumPasal 41(1) Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakanpada:a. kawasan perkotaan yang merupakan bagianwilayah kabupaten; ataub. kawasan yang secara fungsional berciriperkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebihwilayah kabupaten/kota pada satu atau lebihwilayah provinsi.(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a dan huruf b menurut besarannyadapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasanperkotaan sedang, kawasan perkotaan besar,

Page 25: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 264

kawasan metropolitan, atau kawasan megapolitan.(3) Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurutbesarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diatur dengan peraturan pemerintah.Paragraf 2 . . .- 33 -Paragraf 2Perencanaan Tata Ruang Kawasan PerkotaanPasal 42(1) Rencana tata ruang kawasan perkotaan yangmerupakan bagian wilayah kabupaten adalahrencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.(2) Dalam perencanaan tata ruang kawasan perkotaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlakuketentuan Pasal 29, dan Pasal 30.Pasal 43(1) Rencana tata ruang kawasan perkotaan yangmencakup 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten/kota pada satu atau lebih wilayahprovinsi merupakan alat koordinasi dalampelaksanaan pembangunan yang bersifat lintaswilayah.(2) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud padaayat (1) berisi arahan struktur ruang dan pola ruangyang bersifat lintas wilayah administratif.Pasal 44(1) Rencana tata ruang kawasan metropolitanmerupakan alat koordinasi pelaksanaanpembangunan lintas wilayah.(2) Rencana tata ruang kawasan metropolitan dan/ataukawasan megapolitan berisi:a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangkawasan metropolitan dan/atau megapolitan;b. rencana struktur ruang kawasan metropolitanyang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistemjaringan prasarana kawasan metropolitandan/atau megapolitan;c. rencana pola ruang kawasan metropolitandan/atau megapolitan yang meliputi kawasanlindung dan kawasan budi daya;d. arahan . . .- 34 -d. arahan pemanfaatan ruang kawasanmetropolitan dan/atau megapolitan yang berisi

Page 26: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 265

indikasi program utama yang bersifatinterdependen antarwilayah administratif; dane. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruangkawasan metropolitan dan/atau megapolitanyang berisi arahan peraturan zonasi kawasanmetropolitan dan/atau megapolitan, arahanketentuan perizinan, arahan ketentuan insentifdan disinsentif, serta arahan sanksi.Paragraf 3Pemanfaatan Ruang Kawasan PerkotaanPasal 45(1) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yangmerupakan bagian wilayah kabupaten merupakanbagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.(2) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yangmerupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten/kota pada satu atau lebih wilayahprovinsi dilaksanakan melalui penyusunan programpembangunan beserta pembiayaannya secaraterkoordinasi antarwilayah kabupaten/kota terkait.Paragraf 4Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan PerkotaanPasal 46(1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperkotaan yang merupakan bagian wilayahkabupaten merupakan bagian pengendalianpemanfaatan ruang wilayah kabupaten.(2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebihwilayah kabupaten/kota pada satu atau lebihwilayah provinsi dilaksanakan oleh setiapkabupaten/kota.(3) Untuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua)atau . . .- 35 -atau lebih wilayah kabupaten/kota yang mempunyailembaga pengelolaan tersendiri, pengendaliannyadapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud.Paragraf 5Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan PerkotaanPasal 47(1) Penataan ruang kawasan perkotaan yang mencakup2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kotadilaksanakan melalui kerja sama antardaerah.

Page 27: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 266

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan perkotaan diatur dengan peraturanpemerintah.Bagian KelimaPenataan Ruang Kawasan PerdesaanParagraf 1UmumPasal 48(1) Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkanuntuk:a. pemberdayaan masyarakat perdesaan;b. pertahanan kualitas lingkungan setempat danwilayah yang didukungnya;c. konservasi sumber daya alam;d. pelestarian warisan budaya lokal;e. pertahanan kawasan lahan abadi pertanian panganuntuk ketahanan pangan; danf. penjagaan keseimbangan pembangunanperdesaan-perkotaan.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindunganterhadap kawasan lahan abadi pertanian pangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diaturdengan Undang-Undang.(3) Penataan . . .- 36 -(3) Penataan ruang kawasan perdesaandiselenggarakan pada:a. kawasan perdesaan yang merupakan bagianwilayah kabupaten; ataub. kawasan yang secara fungsional berciri perdesaanyang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi.(4) Kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat berbentuk kawasan agropolitan.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan agropolitan diatur dengan peraturanpemerintah.(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan perdesaan diatur dengan peraturanpemerintah.Paragraf`2Perencanaan Tata Ruang Kawasan PerdesaanPasal 49Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang

Page 28: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 267

merupakan bagian wilayah kabupaten adalah bagianrencana tata ruang wilayah kabupaten.Pasal 50(1) Penataan ruang kawasan perdesaan dalam 1 (satu)wilayah kabupaten dapat dilakukan pada tingkatwilayah kecamatan atau beberapa wilayah desa ataunama lain yang disamakan dengan desa yangmerupakan bentuk detail dari penataan ruangwilayah kabupaten.(2) Rencana tata ruang kawasan perdesaan yangmencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupatenmerupakan alat koordinasi dalam pelaksanaanpembangunan yang bersifat lintas wilayah.(3) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud padaayat (2) berisi struktur ruang dan pola ruang yangbersifat lintas wilayah administratif.Pasal 51 . . .- 37 -Pasal 51(1) Rencana tata ruang kawasan agropolitanmerupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) ataubeberapa wilayah kabupaten.(2) Rencana tata ruang kawasan agropolitan memuat:a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruangkawasan agropolitan;b. rencana struktur ruang kawasan agropolitanyang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistemjaringan prasarana kawasan agropolitan;c. rencana pola ruang kawasan agropolitan yangmeliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya;d. arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitanyang berisi indikasi program utama yang bersifatinterdependen antardesa; dane. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruangkawasan agropolitan yang berisi arahanperaturan zonasi kawasan agropolitan, arahanketentuan perizinan, arahan ketentuan insentifdan disinsentif, serta arahan sanksi.Paragraf 3Pemanfaatan Ruang Kawasan PerdesaanPasal 52(1) Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yangmerupakan bagian wilayah kabupaten merupakan

Page 29: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 268

bagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.(2) Pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yangmerupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayahkabupaten dilaksanakan melalui penyusunanprogram pembangunan beserta pembiayaannyasecara terkoordinasi antarwilayah kabupatenterkait.Paragraf 4 . . .- 38 -Paragraf 4Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan PerdesaanPasal 53(1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperdesaan yang merupakan bagian wilayahkabupaten merupakan bagian pengendalianpemanfaatan ruang wilayah kabupaten.(2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasanperdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebihwilayah kabupaten dilaksanakan oleh setiapkabupaten.(3) Untuk kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua)atau lebih wilayah kabupaten yang mempunyailembaga kerja sama antarwilayah kabupaten,pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembagadimaksud.Paragraf 5Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan PerdesaanPasal 54(1) Penataan ruang kawasan perdesaan yangmencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupatendilaksanakan melalui kerja sama antardaerah.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruangkawasan perdesaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk kawasan agropolitan yang beradadalam 1 (satu) kabupaten diatur dengan peraturandaerah kabupaten, untuk kawasan agropolitan yangberada pada 2 (dua) atau lebih wilayah kabupatendiatur dengan peraturan daerah provinsi, dan untukkawasan agropolitan yang berada pada 2 (dua) ataulebih wilayah provinsi diatur dengan peraturanpemerintah.(3) Penataan ruang kawasan perdesaandiselenggarakan secara terintegrasi dengan kawasanperkotaan sebagai satu kesatuan pemanfaatan

Page 30: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 269

ruang wilayah kabupaten/kota.(4) Penataan . . .- 39 -(4) Penataan ruang kawasan agropolitandiselenggarakan dalam keterpaduan sistemperkotaan wilayah dan nasional.(5) Keterpaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)mencakup keterpaduan sistem permukiman,prasarana, sistem ruang terbuka, baik ruangterbuka hijau maupun ruang terbuka nonhijau.BAB VIIPENGAWASAN PENATAAN RUANGPasal 55(1) Untuk menjamin tercapainya tujuanpenyelenggaraan penataan ruang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pengawasanterhadap kinerja pengaturan, pembinaan, danpelaksanaan penataan ruang.(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, danpelaporan.(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintahdaerah sesuai dengan kewenangannya.(4) Pengawasan Pemerintah dan pemerintah daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukandengan melibatkan peran masyarakat.(5) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(4) dapat dilakukan dengan menyampaikan laporandan/atau pengaduan kepada Pemerintah danpemerintah daerah.Pasal 56(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 55 ayat (2) dilakukan denganmengamati dan memeriksa kesesuaian antarapenyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.(2) Apabila . . .- 40 -(2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti terjadipenyimpangan administratif dalam penyelenggaraanpenataan ruang, Menteri, Gubernur, danBupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian

Page 31: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 270

sesuai dengan kewenangannya.(3) Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakanlangkah penyelesaian sebagaimana dimaksud padaayat (2), Gubernur mengambil langkah penyelesaianyang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota.(4) Dalam hal Gubernur tidak melaksanakan langkahpenyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dan ayat (3), Menteri mengambil langkahpenyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur.Pasal 57Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraanpenataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56ayat (2), pihak yang melakukan penyimpangan dapatdikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.Pasal 58(1) Untuk menjamin tercapainya tujuanpenyelenggaraan penataan ruang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pulapengawasan terhadap kinerja fungsi dan manfaatpenyelenggaraan penataan ruang dan kinerjapemenuhan standar pelayanan minimal bidangpenataan ruang.(2) Dalam rangka peningkatan kinerja fungsi danmanfaat penyelenggaraan penataan ruang wilayahnasional disusun standar pelayananpenyelenggaraan penataan ruang untuk tingkatnasional.(3) Standar pelayanan minimal bidang penataan ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspekpelayanan dalam perencanaan tata ruang,pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatanruang.(4) Standar . . .- 41 -(4) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mencakup standar pelayanan minimalbidang penataan ruang provinsi dan standarpelayanan minimal bidang penataan ruangkabupaten/kota.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayananminimal bidang penataan ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur denganperaturan Menteri.

Page 32: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 271

Pasal 59(1) Pengawasan terhadap penataan ruang pada setiaptingkat wilayah dilakukan dengan menggunakanpedoman bidang penataan ruang.(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditujukan pada pengaturan, pembinaan, danpelaksanaan penataan ruang.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengawasan terhadap pengaturan, pembinaan, danpelaksanaan penataan ruang diatur denganperaturan Menteri.BAB VIIIHAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKATPasal 60Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:a. mengetahui rencana tata ruang;b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibatpenataan ruang;c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugianyang timbul akibat pelaksanaan kegiatanpembangunan yang sesuai dengan rencana tataruang;d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenangterhadap pembangunan yang tidak sesuai denganrencana tata ruang di wilayahnya;e. mengajukan . . .- 42 -e. mengajukan tuntutan pembatalan izin danpenghentian pembangunan yang tidak sesuai denganrencana tata ruang kepada pejabat berwenang; danf. mengajukan gugatan ganti kerugian kepadapemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatanpembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tataruang menimbulkan kerugian.Pasal 61Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatanruang dari pejabat yang berwenang;c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalampersyaratan izin pemanfaatan ruang; dand. memberikan akses terhadap kawasan yang olehketentuan peraturan perundang-undangandinyatakan sebagai milik umum.

Page 33: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 272

Pasal 62Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 61, dikenai sanksi administratif.Pasal 63Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 62 dapat berupa:a. peringatan tertulis;b. penghentian sementara kegiatan;c. penghentian sementara pelayanan umum;d. penutupan lokasi;e. pencabutan izin;f. pembatalan izin;g. pembongkaran bangunan;h. pemulihan . . .- 43 -h. pemulihan fungsi ruang; dan/ataui. denda administratif.Pasal 64Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata carapengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 63 diatur dengan peraturan pemerintah.Pasal 65(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan olehpemerintah dengan melibatkan peran masyarakat.(2) Peran masyarakat dalam penataan ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan,antara lain, melalui:a. partisipasi dalam penyusunan rencana tataruang;b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; danc. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatanruang.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara danbentuk peran masyarakat dalam penataan ruangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganperaturan pemerintah.Pasal 66(1) Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraanpenataan ruang dapat mengajukan gugatan melaluipengadilan.(2) Dalam hal masyarakat mengajukan gugatansebagaimana dimaksud pada ayat (1), tergugatdapat membuktikan bahwa tidak terjadipenyimpangan dalam penyelenggaraan penataan

Page 34: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 273

ruang.BAB IX . . .- 44 -BAB IXPENYELESAIAN SENGKETAPasal 67(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahappertama diupayakan berdasarkan prinsipmusyawarah untuk mufakat.(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan,para pihak dapat menempuh upaya penyelesaiansengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilansesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.BAB XPENYIDIKANPasal 68(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara RepublikIndonesia, pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugasdan tanggung jawabnya di bidang penataan ruangdiberi wewenang khusus sebagai penyidik untukmembantu pejabat penyidik kepolisian negaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamKitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berwenang:a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporanatau keterangan yang berkenaan dengan tindakpidana dalam bidang penataan ruang;b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yangdiduga melakukan tindak pidana dalam bidangpenataan ruang;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangsehubungan dengan peristiwa tindak pidanadalam bidang penataan ruang;d. melakukan . . .- 45 -d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumenyang berkenaan dengan tindak pidana dalambidang penataan ruang;e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yangdiduga terdapat bahan bukti dan dokumen lainserta melakukan penyitaan dan penyegelan

Page 35: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 274

terhadap bahan dan barang hasil pelanggaranyang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindakpidana dalam bidang penataan ruang; danf. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanadalam bidang penataan ruang.(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memberitahukan dimulainyapenyidikan kepada pejabat penyidik kepolisiannegara Republik Indonesia.(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakanpenangkapan dan penahanan, penyidik pegawainegeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabatpenyidik kepolisian negara Republik Indonesiasesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikankepada penuntut umum melalui pejabat penyidikkepolisian negara Republik Indonesia.(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipildan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.BAB XIKETENTUAN PIDANAPasal 69(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruangyang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalamPasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahanfungsi . . .- 46 -fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap hartabenda atau kerusakan barang, pelaku dipidanadengan pidana penjara paling lama 8 (delapan)tahun dan denda paling banyakRp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus jutarupiah).(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelakudipidana dengan pidana penjara paling lama 15

Page 36: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 275

(lima belas) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).Pasal 70(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuaidengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yangberwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61huruf b, dipidana dengan pidana penjara palinglama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan perubahan fungsi ruang,pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap hartabenda atau kerusakan barang, pelaku dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahundan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satumiliar lima ratus juta rupiah).(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelakudipidana dengan pidana penjara paling lama 15(lima belas) tahun dan denda paling banyakRp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).Pasal 71 . . .- 47 -Pasal 71Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yangditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf c, dipidanadengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dandenda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).Pasal 72Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadapkawasan yang oleh peraturan perundang-undangandinyatakan sebagai milik umum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyakRp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).Pasal 73(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yangmenerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata

Page 37: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 276

ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat(7), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud padaayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahanberupa pemberhentian secara tidak dengan hormatdari jabatannya.Pasal 74(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidanapenjara dan denda terhadap pengurusnya, pidanayang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupapidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali daripidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud padaayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahanberupa:a. pencabutan . . .- 48 -a. pencabutan izin usaha; dan/ataub. pencabutan status badan hukum.Pasal 75(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindakpidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntutganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindakpidana.(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdatasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakansesuai dengan hukum acara pidana.BAB XIIKETENTUAN PERALIHANPasal 76Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semuaperaturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataanruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidakbertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.Pasal 77(1) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semuapemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

Page 38: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 277

rencana tata ruang harus disesuaikan denganrencana tata ruang melalui kegiatan penyesuaianpemanfaatan ruang.(2) Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tataruang sebelumnya diberi masa transisi selama 3(tiga) tahun untuk penyesuaian.(3) Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkansebelum penetapan rencana tata ruang dan dapatdibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuaidengan prosedur yang benar, kepada pemegang izindiberikan penggantian yang layak.BAB XIII . . .- 49 -BAB XIIIKETENTUAN PENUTUPPasal 78(1) Peraturan pemerintah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahunterhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.(2) Peraturan presiden yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 5 (lima)tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan.(3) Peraturan Menteri yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 3 (tiga) tahunterhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.(4) Dengan berlakunya Undang-Undang ini:a. Peraturan Pemerintah tentang Rencana TataRuang Wilayah Nasional disesuaikan palinglambat dalam waktu 1 (satu) tahun 6 (enam)bulan terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan;b. semua peraturan daerah provinsi tentangrencana tata ruang wilayah provinsi disusunatau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan; danc. semua peraturan daerah kabupaten/kota tentangrencana tata ruang wilayah kabupaten/kotadisusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga)tahun terhitung sejak Undang-Undang inidiberlakukan.Pasal 79Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-

Page 39: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 278

Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501)dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.Pasal 80Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.Agar . . .- 50 -Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.Disahkan di Jakartapada tanggal 26 April 2007PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttd.DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 26 April 2007MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,ttd.HAMID AWALUDINLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 68Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA RIKepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,ttd.Wisnu Setiawan

Page 40: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 279

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 2009TENTANGPAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAHDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakannegara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsayang aman, tertib, sejahtera, dan berkeadilan;b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerahsebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganUndang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, makapenyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan denganmemberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertaidengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakanotonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraanpemerintahan negara;c. bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakansalah satu sumber pendapatan daerah yang penting gunamembiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;d. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepadamasyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukanperluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah danpemberian diskresi dalam penetapan tarif;e. bahwa kebijakan pajak daerah dan retribusi daerahdilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataandan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitasdengan memperhatikan potensi daerah;f. bahwa . . .- 2 -f. bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perludisesuaikan dengan kebijakan otonomi daerah;g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

Page 41: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 280

dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, danhuruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah;Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20 ayat(2), Pasal 22D, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIAdanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN:Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSIDAERAH.BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan:1. Daerah Otonom, yang selanjutnya disebut Daerah, adalahkesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-bataswilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusanpemerintahan dan kepentingan masyarakat setempatmenurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatdalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.2. Pemerintah . . .- 3 -2. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,adalah Presiden Republik Indonesia yang memegangkekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusanpemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi danTugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnyadalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atauwalikota, dan perangkat Daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah.5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnyadisingkat DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerahsebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.6. Kepala Daerah adalah gubernur bagi Daerah provinsi atau

Page 42: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 281

bupati bagi Daerah kabupaten atau walikota bagi Daerahkota.7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidangperpajakan daerah dan/atau retribusi daerah sesuaidengan peraturan perundang-undangan.8. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undanganyang dibentuk oleh DPRD provinsi dan/atau daerahkabupaten/kota dengan persetujuan bersama KepalaDaerah.9. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Gubernurdan/atau Peraturan Bupati/Walikota.10. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalahkontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orangpribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalansecara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerahbagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.11. Badan . . .- 4 -11. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yangmerupakan kesatuan, baik yang melakukan usahamaupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badanusaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalambentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembagadan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasikolektif dan bentuk usaha tetap.12. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikandan/atau penguasaan kendaraan bermotor.13. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan berodabeserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalandarat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motoratau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubahsuatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerakkendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alatalatberat dan alat-alat besar yang dalam operasinyamenggunakan roda dan motor dan tidak melekat secarapermanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan diair.14. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak ataspenyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat

Page 43: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 282

perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaanyang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.15. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak ataspenggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.16. Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah semua jenisbahan bakar cair atau gas yang digunakan untukkendaraan bermotor.17. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilandan/atau pemanfaatan air permukaan.18. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat padapermukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yangberada di laut maupun di darat.19. Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yangdipungut oleh Pemerintah.20. Pajak . . .- 5 -20. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakanoleh hotel.21. Hotel adalah fasilitas penyedia jasapenginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnyadengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, sertarumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).22. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yangdisediakan oleh restoran.23. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atauminuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup jugarumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dansejenisnya termasuk jasa boga/katering.24. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.25. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengandipungut bayaran.26. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.27. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yangbentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuankomersial memperkenalkan, menganjurkan,mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umumterhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapatdilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmatioleh umum.28. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan

Page 44: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 283

tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupundiperoleh dari sumber lain.29. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak ataskegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan,baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaanbumi untuk dimanfaatkan.30. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukanlogam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalamperaturan perundang-undangan di bidang mineral danbatubara.31. Pajak . . .- 6 -31. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempatparkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitandengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagaisuatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipankendaraan bermotor.32. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraanyang tidak bersifat sementara.33. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/ataupemanfaatan air tanah.34. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanahatau batuan di bawah permukaan tanah.35. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatanpengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.36. Burung Walet adalah satwa yang termasuk margacollocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,collocalia esculanta, dan collocalia linchi.37. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanadalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atauBadan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatanusaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.38. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah danperairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.39. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam ataudilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairanpedalaman dan/atau laut.40. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP,adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jualbeli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapattransaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandinganharga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehanbaru, atau NJOP pengganti.

Page 45: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 284

41. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajakatas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.42. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalahperbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkandiperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan olehorang pribadi atau Badan.43. Hak . . .- 7 -43. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atastanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dibidang pertanahan dan bangunan.44. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapatdikenakan Pajak.45. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputipembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan daerah.46. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalenderatau jangka waktu lain yang diatur dengan PeraturanKepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yangmenjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.47. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu)tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakantahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.48. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar padasuatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, ataudalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah.49. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai daripenghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi,penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutangsampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepadaWajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasanpenyetorannya.50. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnyadisingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajakdigunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ataupembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objekpajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah.

Page 46: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 285

51. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnyadisingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh WajibPajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumidan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah.52. Surat . . .- 8 -52. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkatSSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajakyang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atautelah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melaluitempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.53. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkatSKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukanbesarnya jumlah pokok pajak yang terutang.54. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnyadisingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untukmemberitahukan besarnya Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada WajibPajak.55. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yangselanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapanpajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaranpokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlahpajak yang masih harus dibayar.56. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan,yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah suratketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlahpajak yang telah ditetapkan.57. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnyadisingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yangmenentukan jumlah pokok pajak sama besarnya denganjumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidakada kredit pajak.58. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yangselanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapanpajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaranpajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripadapajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.59. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkatSTPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajakdan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau

Page 47: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 286

denda.60. Surat . . .- 9 -60. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yangmembetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/ataukekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalamperaturan perundang-undangan perpajakan daerah yangterdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang,Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan PajakDaerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak DaerahKurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak DaerahNihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, SuratTagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atauSurat Keputusan Keberatan.61. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan ataskeberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang,Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan PajakDaerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak DaerahKurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak DaerahNihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atauterhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketigayang diajukan oleh Wajib Pajak.62. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajakatas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yangdiajukan oleh Wajib Pajak.63. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yangdilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data daninformasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan danpenyerahan barang atau jasa, yang ditutup denganmenyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporanlaba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.64. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasaatau pemberian izin tertentu yang khusus disediakandan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untukkepentingan orang pribadi atau Badan.65. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usahadan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, ataukemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orangpribadi atau Badan.66. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikanoleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dankemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

Page 48: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 287

pribadi atau Badan.67. Jasa . . .- 10 -67. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh PemerintahDaerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karenapada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.68. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu PemerintahDaerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadiatau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam,barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu gunamelindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarianlingkungan.69. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yangmenurut peraturan perundang-undangan retribusidiwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.70. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yangmerupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untukmemanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari PemerintahDaerah yang bersangkutan.71. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkatSSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusiyang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atautelah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melaluitempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.72. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnyadisingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yangmenentukan besarnya jumlah pokok retribusi yangterutang.73. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yangselanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapanretribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaranretribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besardaripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidakterutang.74. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnyadisingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihanretribusi dan/atau sanksi administratif berupa bungadan/atau denda.75. Pemeriksaan . . .- 11 -75. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun

Page 49: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 288

dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yangdilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkansuatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusidan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah dan retribusi daerah.76. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah danretribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan olehPenyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yangdengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidangperpajakan daerah dan retribusi yang terjadi sertamenemukan tersangkanya.BAB IIPAJAKBagian KesatuJenis PajakPasal 2(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas:a. Pajak Kendaraan Bermotor;b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;d. Pajak Air Permukaan; dane. Pajak Rokok.(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Reklame;e. Pajak Penerangan Jalan;f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;g. Pajak . . .- 12 -g. Pajak Parkir;h. Pajak Air Tanah;i. Pajak Sarang Burung Walet;j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;dank. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.(3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurangmemadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah

Page 50: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 289

yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerahprovinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kotaotonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenisPajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dariPajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerahkabupaten/kota.Bagian KeduaPajak Kendaraan BermotorPasal 3(1) Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikandan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.(2) Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kendaraanbermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikandi semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yangdioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (limaGross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).(3) Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:a. kereta api;b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakanuntuk keperluan pertahanan dan keamanan negara;c. Kendaraan . . .- 13 -c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasaikedutaan, konsulat, perwakilan negara asing denganasas timbal balik dan lembaga-lembaga internasionalyang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dariPemerintah; dand. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam PeraturanDaerah.Pasal 4(1) Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadiatau Badan yang memiliki dan/atau menguasai KendaraanBermotor.(2) Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atauBadan yang memiliki Kendaraan Bermotor.(3) Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannyadiwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.Pasal 5(1) Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasilperkalian dari 2 (dua) unsur pokok:a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan

Page 51: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 290

b. bobot yang mencerminkan secara relatif tingkatkerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkunganakibat penggunaan Kendaraan Bermotor.(2) Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan diluar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan alat-alatbesar serta kendaraan di air, dasar pengenaan PajakKendaraan Bermotor adalah Nilai Jual KendaraanBermotor.(3) Bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) ataulebih besar dari 1 (satu), dengan pengertian sebagaiberikut:a. koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalandan/atau pencemaran lingkungan oleh penggunaanKendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalambatas toleransi; danb. koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaanKendaraan Bermotor tersebut dianggap melewati batastoleransi.(4) Nilai . . .- 14 -(4) Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkanHarga Pasaran Umum atas suatu Kendaraan Bermotor.(5) Harga Pasaran Umum sebagaimana dimaksud pada ayat(4) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagaisumber data yang akurat.(6) Nilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksudpada ayat (4) ditetapkan berdasarkan Harga PasaranUmum pada minggu pertama bulan Desember Tahun Pajaksebelumnya.(7) Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu KendaraanBermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan Bermotordapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruhfaktor-faktor:a. harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinderdan/atau satuan tenaga yang sama;b. penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum ataupribadi;c. harga Kendaraan Bermotor dengan merek KendaraanBermotor yang sama;d. harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatanKendaraan Bermotor yang sama;e. harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat KendaraanBermotor;

Page 52: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 291

f. harga Kendaraan Bermotor dengan KendaraanBermotor sejenis; dang. harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumenPemberitahuan Impor Barang (PIB).(8) Bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdihitung berdasarkan faktor-faktor:a. tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlahsumbu/as, roda, dan berat Kendaraan Bermotor;b. jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakanmenurut solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya, ataujenis bahan bakar lainnya; danc. jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-cirimesin Kendaraan Bermotor yang dibedakanberdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isisilinder.(9) Penghitungan . . .- 15 -(9) Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) dinyatakandalam suatu tabel yang ditetapkan dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dariMenteri Keuangan.(10) Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (9) ditinjau kembalisetiap tahun.Pasal 6(1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagaiberikut:a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama palingrendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggisebesar 2% (dua persen);b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua danseterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresifpaling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggisebesar 10% (sepuluh persen).(2) Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas namadan/atau alamat yang sama.(3) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum,ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan,lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI,Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkandengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendahsebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi

Page 53: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 292

sebesar 1% (satu persen).(4) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alatalatbesar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nolkoma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nolkoma dua persen).(5) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan denganPeraturan Daerah.Pasal 7 . . .- 16 -Pasal 7(1) Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutangdihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) dengan dasar pengenaanpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (9).(2) Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat Kendaraan Bermotor terdaftar.(3) Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukanbersamaan dengan penerbitan Surat Tanda NomorKendaraan Bermotor.(4) Pemungutan pajak tahun berikutnya dilakukan di kasdaerah atau bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.Pasal 8(1) Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saatpendaftaran Kendaraan Bermotor.(2) Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.(3) Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaankahar (force majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (duabelas) bulan, dapat dilakukan restitusi atas pajak yangsudah dibayar untuk porsi Masa Pajak yang belum dilalui.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaanrestitusi diatur dengan Peraturan Gubernur.(5) Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit10% (sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkankepada kabupaten/kota, dialokasikan untukpembangunan dan/atau pemeliharaan jalan sertapeningkatan moda dan sarana transportasi umum.Bagian KetigaBea Balik Nama Kendaraan BermotorPasal 9(1) Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalahpenyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor.(2) Termasuk . . .- 17 -

Page 54: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 293

(2) Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kendaraanbermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikandi semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yangdioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (limaGross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).(3) Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (2):a. kereta api;b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakanuntuk keperluan pertahanan dan keamanan negara;c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasaikedutaan, konsulat, perwakilan negara asing denganasas timbal balik dan lembaga-lembaga internasionalyang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dariPemerintah; dand. objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam PeraturanDaerah.(4) Penguasaan Kendaraan Bermotor melebihi 12 (dua belas)bulan dapat dianggap sebagai penyerahan.(5) Penguasaan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksudpada ayat (4) tidak termasuk penguasaan KendaraanBermotor karena perjanjian sewa beli.(6) Termasuk penyerahan Kendaraan Bermotor sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah pemasukan KendaraanBermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap diIndonesia, kecuali:a. untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yangbersangkutan;b. untuk diperdagangkan;c. untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabeanIndonesia; dand. digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dankegiatan olahraga bertaraf internasional.(7) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf ctidak berlaku apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turuttidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia.Pasal 10 . . .- 18 -Pasal 10(1) Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalahorang pribadi atau Badan yang dapat menerimapenyerahan Kendaraan Bermotor.(2) Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah

Page 55: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 294

orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahanKendaraan Bermotor.Pasal 11Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalahNilai Jual Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (9).Pasal 12(1) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkanpaling tinggi masing-masing sebagai berikut:a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen);danb. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satupersen).(2) Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat danalat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarifpajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagaiberikut:a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuhpuluh lima persen); danb. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nolkoma nol tujuh puluh lima persen).(3) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkandengan Peraturan Daerah.Pasal 13(1) Besaran Pokok Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotoryang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dengandasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 11.(2) Bea . . .- 19 -(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutangdipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan Bermotorterdaftar.(3) Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotordilakukan pada saat pendaftaran.Pasal 14Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajibmendaftarkan penyerahan Kendaraan Bermotor dalam jangkawaktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak saatpenyerahan.Pasal 15(1) Orang pribadi atau Badan yang menyerahkan KendaraanBermotor melaporkan secara tertulis penyerahan tersebut

Page 56: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 295

kepada gubernur atau pejabat yang ditunjuk dalam jangkawaktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak saat penyerahan.(2) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),paling sedikit berisi:a. nama dan alamat orang pribadi atau Badan yangmenerima penyerahan;b. tanggal, bulan, dan tahun penyerahan;c. nomor polisi kendaraan bermotor;d. lampiran fotokopi Surat Tanda Nomor KendaraanBermotor; dane. khusus untuk kendaraan di air ditambahkan pas dannomor pas kapal.Bagian KeempatPajak Bahan Bakar Kendaraan BermotorPasal 16Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah BahanBakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggapdigunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakaryang digunakan untuk kendaraan di air.Pasal 17 . . .- 20 -Pasal 17(1) Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalahkonsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.(2) Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalahorang pribadi atau Badan yang menggunakan Bahan BakarKendaraan Bermotor.(3) Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotordilakukan oleh penyedia Bahan Bakar KendaraanBermotor.(4) Penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagaimanadimaksud pada ayat (3) adalah produsen dan/atau importirBahan Bakar Kendaraan Bermotor, baik untuk dijualmaupun untuk digunakan sendiri.Pasal 18Dasar pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotoradalah Nilai Jual Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebelumdikenakan Pajak Pertambahan Nilai.Pasal 19(1) Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkanpaling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).(2) Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotoruntuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkanpaling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari

Page 57: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 296

tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untukkendaraan pribadi.(3) Pemerintah dapat mengubah tarif Pajak Bahan BakarKendaraan Bermotor yang sudah ditetapkan dalamPeraturan Daerah dengan Peraturan Presiden.(4) Kewenangan Pemerintah untuk mengubah tarif PajakBahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan dalam hal:a. terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130%(seratus tiga puluh persen) dari asumsi harga minyakdunia yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahunberjalan; ataub. diperlukan . . .- 21 -b. diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyakuntuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejakditetapkannya Undang-Undang ini.(5) Dalam hal harga minyak dunia sebagaimana dimaksudpada ayat (4) huruf a sudah normal kembali, PeraturanPresiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicabutdalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.(6) Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkandengan Peraturan Daerah.Pasal 20Besaran pokok Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yangterutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (6) dengan dasarpengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.Bagian KelimaPajak Air PermukaanPasal 21(1) Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilandan/atau pemanfaatan Air Permukaan.(2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Permukaan adalah:a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaanuntuk keperluan dasar rumah tangga, pengairanpertanian dan perikanan rakyat, dengan tetapmemperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturanperundang-undangan; danb. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaanlainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.Pasal 22(1) Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atauBadan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau

Page 58: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 297

pemanfaatan Air Permukaan.(2) Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atauBadan yang melakukan pengambilan dan/ataupemanfaatan Air Permukaan.Pasal 23 . . .- 22 -Pasal 23(1) Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah NilaiPerolehan Air Permukaan.(2) Nilai Perolehan Air Permukaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitungdengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktorfaktorberikut:a. jenis sumber air;b. lokasi sumber air;c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;e. kualitas air;f. luas areal tempat pengambilan dan/atau pemanfaatanair; dang. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan olehpengambilan dan/atau pemanfaatan air.(3) Penggunaan faktor-faktor sebagaimana dimaksud padaayat (2) disesuaikan dengan kondisi masing-masingDaerah.(4) Besarnya Nilai Perolehan Air Permukaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan PeraturanGubernur.Pasal 24(1) Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar10% (sepuluh persen).(2) Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan dengan PeraturanDaerah.Pasal 25(1) Besaran pokok Pajak Air Permukaan yang terutangdihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dengan dasar pengenaanpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4).(2) Pajak Air Permukaan yang terutang dipungut di wilayahdaerah tempat air berada.Bagian . . .- 23 -Bagian KeenamPajak Rokok

Page 59: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 298

Pasal 26(1) Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok.(2) Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputisigaret, cerutu, dan rokok daun.(3) Dikecualikan dari objek Pajak Rokok sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah rokok yang tidak dikenaicukai berdasarkan peraturan perundang-undangan dibidang cukai.Pasal 27(1) Subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok.(2) Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha pabrikrokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izinberupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.(3) Pajak Rokok dipungut oleh instansi Pemerintah yangberwenang memungut cukai bersamaan denganpemungutan cukai rokok.(4) Pajak Rokok yang dipungut oleh instansi Pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (3) disetor ke rekeningkas umum daerah provinsi secara proporsionalberdasarkan jumlah penduduk.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutandan penyetoran Pajak Rokok diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.Pasal 28Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkanoleh Pemerintah terhadap rokok.Pasal 29Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) daricukai rokok.Pasal 30 . . .- 24 -Pasal 30Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengancara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 29 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 28.Pasal 31Penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagiankabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluhpersen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat danpenegakan hukum oleh aparat yang berwenang.Bagian KetujuhPajak HotelPasal 32

Page 60: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 299

(1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan olehHotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjangsebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikankemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahragadan hiburan.(2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi,pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenislainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.(3) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah:a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan olehPemerintah atau Pemerintah Daerah;b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatankeagamaan;d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat,panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnyayang sejenis; dane. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yangdiselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkanoleh umum.Pasal 33 . . .- 25 -Pasal 33(1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yangmelakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badanyang mengusahakan Hotel.(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yangmengusahakan Hotel.Pasal 34Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atauyang seharusnya dibayar kepada Hotel.Pasal 35(1) Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%(sepuluh persen).(2) Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 36(1) Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengancara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal35 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34.(2) Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah daerahtempat Hotel berlokasi.

Page 61: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 300

Bagian KedelapanPajak RestoranPasal 37(1) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakanoleh Restoran.(2) Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualanmakanan dan/atau minuman yang dikonsumsi olehpembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.(3) Tidak termasuk . . .- 26 -(3) Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakanoleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batastertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 38(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badanyang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran.(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badanyang mengusahakan Restoran.Pasal 39Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaranyang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.Pasal 40(1) Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%(sepuluh persen).(2) Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 41(1) Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 40 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.(2) Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah daerahtempat Restoran berlokasi.Bagian KesembilanPajak HiburanPasal 42(1) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburandengan dipungut bayaran.(2) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. tontonan film;b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;c. kontes . . .

Page 62: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 301

- 27 -c. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;d. pameran;e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;f. sirkus, akrobat, dan sulap;g. permainan bilyar, golf, dan boling;h. pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainanketangkasan;i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusatkebugaran (fitness center); danj. pertandingan olahraga.(3) Penyelenggaraan Hiburan sebagaimana dimaksud padaayat (2) dapat dikecualikan dengan Peraturan Daerah.Pasal 43(1) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badanyang menikmati Hiburan.(2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yangmenyelenggarakan Hiburan.Pasal 44(1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yangditerima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraHiburan.(2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimanadimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiketcuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan.Pasal 45(1) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%(tiga puluh lima persen).(2) Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, konteskecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainanketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif PajakHiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuhpuluh lima persen).(3) Khusus Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakantarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%(sepuluh persen).(4) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 46 . . .- 28 -Pasal 46(1) Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 ayat (4) dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 44.

Page 63: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 302

(2) Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah daerahtempat Hiburan diselenggarakan.Bagian KesepuluhPajak ReklamePasal 47(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraanReklame.(2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dansejenisnya;b. Reklame kain;c. Reklame melekat, stiker;d. Reklame selebaran;e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;f. Reklame udara;g. Reklame apung;h. Reklame suara;i. Reklame film/slide; danj. Reklame peragaan.(3) Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:a. penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi,radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan,dan sejenisnya;b. label/merek produk yang melekat pada barang yangdiperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakandari produk sejenis lainnya;c. nama . . .- 29 -c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasangmelekat pada bangunan tempat usaha atau profesidiselenggarakan sesuai dengan ketentuan yangmengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;d. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atauPemerintah Daerah; dane. penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkandengan Peraturan Daerah.Pasal 48(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badanyang menggunakan Reklame.(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badanyang menyelenggarakan Reklame.(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secaralangsung oleh orang pribadi atau Badan, Wajib PajakReklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut.

Page 64: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 303

(4) Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga,pihak ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.Pasal 49(1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai SewaReklame.(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga,Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame.(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai SewaReklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitungdengan memperhatikan faktor jenis, bahan yangdigunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktupenyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame.(4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidakwajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan denganmenggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud padaayat (3).(5) Cara . . .- 30 -(5) Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimanadimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan PeraturanDaerah.(6) Hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimanadimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan PeraturanKepala Daerah.Pasal 50(1) Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%(dua puluh lima persen).(2) Tarif Pajak Reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 51(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 50 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (6).(2) Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah daerahtempat Reklame tersebut diselenggarakan.Bagian KesebelasPajak Penerangan JalanPasal 52(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenagalistrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperolehdari sumber lain.(2) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud

Page 65: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 304

pada ayat (1) meliputi seluruh pembangkit listrik.(3) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalansebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintahdan Pemerintah Daerah;b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yangdigunakan oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilanasing dengan asas timbal balik;c. penggunaan . . .- 31 -c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiridengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izindari instansi teknis terkait; dand. penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur denganPeraturan Daerah.Pasal 53(1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atauBadan yang dapat menggunakan tenaga listrik.(2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atauBadan yang menggunakan tenaga listrik.(3) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, WajibPajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.Pasal 54(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai JualTenaga Listrik.(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan:a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber laindengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalahjumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah denganbiaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalamrekening listrik;b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai JualTenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitastersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktupemakaian listrik, dan harga satuan listrik yangberlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan.Pasal 55(1) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggisebesar 10% (sepuluh persen).(2) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif PajakPenerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tigapersen).

Page 66: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 305

(3) Penggunaan . . .- 32 -(3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarifPajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar1,5% (satu koma lima persen).(4) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan PeraturanDaerah.Pasal 56(1) Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutangdihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 55 ayat (4) dengan dasar pengenaanpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54.(2) Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayahdaerah tempat penggunaan tenaga listrik.(3) Hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagiandialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.Bagian Kedua BelasPajak Mineral Bukan Logam dan BatuanPasal 57(1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahkegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuanyang meliputi:a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;j. garam batu (halite);k. grafit;l. granit/andesit;m. gips;n. kalsit;o. kaolin . . .- 33 -o. kaolin;p. leusit;q. magnesit;r. mika;s. marmer;t. nitrat;

Page 67: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 306

u. opsidien;v. oker;w. pasir dan kerikil;x. pasir kuarsa;y. perlit;z. phospat;aa. talk;bb. tanah serap (fullers earth);cc. tanah diatome;dd. tanah liat;ee. tawas (alum);ff. tras;gg. yarosif;hh. zeolit;ii. basal;jj. trakkit; dankk. Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan yang nyata-nyata tidak dimanfaatkan secarakomersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untukkeperluan rumah tangga, pemancangan tianglistrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon,penanaman pipa air/gas;b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan yang merupakan ikutan dari kegiatanpertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secarakomersial; danc. pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnyayang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 58 . . .- 34 -Pasal 58(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahorang pribadi atau Badan yang dapat mengambil MineralBukan Logam dan Batuan.(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalahorang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral BukanLogam dan Batuan.Pasal 59(1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuanadalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam

Page 68: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 307

dan Batuan.(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitungdengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilandengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenisMineral Bukan Logam dan Batuan.(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalahharga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat di wilayahdaerah yang bersangkutan.(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi Mineral BukanLogam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sulit diperoleh, digunakan harga standar yang ditetapkanoleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambanganMineral Bukan Logam dan Batuan.Pasal 60(1) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkanpaling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen).(2) Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkandengan Peraturan Daerah.Pasal 61(1) Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuanyang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) dengandasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 59.(2) Pajak . . .- 35 -(2) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutangdipungut di wilayah daerah tempat pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan.Bagian Ketiga BelasPajak ParkirPasal 62(1) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkirdi luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan denganpokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatuusaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraanbermotor.(2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah:a. penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah danPemerintah Daerah;b. penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yanghanya digunakan untuk karyawannya sendiri;c. penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan,

Page 69: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 308

konsulat, dan perwakilan negara asing dengan asastimbal balik; dand. penyelenggaraan tempat Parkir lainnya yang diaturdengan Peraturan Daerah.Pasal 63(1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yangmelakukan parkir kendaraan bermotor.(2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yangmenyelenggarakan tempat Parkir.Pasal 64(1) Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaranatau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggaratempat Parkir.(2) Dasar . . .- 36 -(2) Dasar pengenaan Pajak Parkir sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah.(3) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksudpada ayat (1) termasuk potongan harga Parkir dan Parkircuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir.Pasal 65(1) Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%(tiga puluh persen).(2) Tarif Pajak Parkir ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 66(1) Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengancara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal65 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 64.(2) Pajak Parkir yang terutang dipungut di wilayah daerahtempat Parkir berlokasi.Bagian Keempat BelasPajak Air TanahPasal 67(1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/ataupemanfaatan Air Tanah.(2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah:a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untukkeperluan dasar rumah tangga, pengairan pertaniandan perikanan rakyat, serta peribadatan; danb. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnyayang diatur dengan Peraturan Daerah.Pasal 68 . . .- 37 -

Page 70: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 309

Pasal 68(1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badanyang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan AirTanah.(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badanyang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan AirTanah.Pasal 69(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai PerolehanAir Tanah.(2) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitung denganmempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktorberikut:a. jenis sumber air;b. lokasi sumber air;c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;e. kualitas air; danf. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan olehpengambilan dan/atau pemanfaatan air.(3) Penggunaan faktor-faktor sebagaimana dimaksud padaayat (2) disesuaikan dengan kondisi masing-masingDaerah.(4) Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan dengan PeraturanBupati/Walikota.Pasal 70(1) Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%(dua puluh persen).(2) Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 71 . . .- 38 -Pasal 71(1) Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 70 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (4).(2) Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah daerahtempat air diambil.Bagian Kelima BelasPajak Sarang Burung WaletPasal 72(1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan

Page 71: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 310

dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.(2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah:a. pengambilan Sarang Burung Walet yang telahdikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);b. kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan SarangBurung Walet lainnya yang ditetapkan denganPeraturan Daerah.Pasal 73(1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadiatau Badan yang melakukan pengambilan dan/ataumengusahakan Sarang Burung Walet.(2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadiatau Badan yang melakukan pengambilan dan/ataumengusahakan Sarang Burung Walet.Pasal 74(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah NilaiJual Sarang Burung Walet.(2) Nilai . . .- 39 -(2) Nilai Jual Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antara hargapasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku didaerah yang bersangkutan dengan volume Sarang BurungWalet.Pasal 75(1) Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggisebesar 10% (sepuluh persen).(2) Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan denganPeraturan Daerah.Pasal 76(1) Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutangdihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dengan dasar pengenaanpajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74.(2) Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat pengambilan dan/ataupengusahaan Sarang Burung Walet.Bagian Keenam BelasPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan PerkotaanPasal 77(1) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanadalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

Page 72: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 311

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usahaperkebunan, perhutanan, dan pertambangan.(2) Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleksbangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya,yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleksBangunan tersebut;b. jalan . . .- 40 -b. jalan tol;c. kolam renang;d. pagar mewah;e. tempat olahraga;f. galangan kapal, dermaga;g. taman mewah;h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,pipa minyak; dani. menara.(3) Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi danBangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajakyang:a. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untukpenyelenggaraan pemerintahan;b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentinganumum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikandan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkanuntuk memperoleh keuntungan;c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala,atau yang sejenis dengan itu;d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutanwisata, taman nasional, tanah penggembalaan yangdikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belumdibebani suatu hak;e. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulatberdasarkan asas perlakuan timbal balik; danf. digunakan oleh badan atau perwakilan lembagainternasional yang ditetapkan dengan PeraturanMenteri Keuangan.(4) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajakditetapkan paling rendah sebesar Rp10.000.000,00(sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.(5) Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan PeraturanDaerah.

Page 73: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 312

Pasal 78 . . .- 41 -Pasal 78(1) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secaranyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/ataumemperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atasBangunan.(2) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanadalah orang pribadi atau Badan yang secara nyatamempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperolehmanfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.Pasal 79(1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaandan Perkotaan adalah NJOP.(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajaktertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai denganperkembangan wilayahnya.(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilakukan oleh Kepala Daerah.Pasal 80(1) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tigapersen).(2) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaanditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 81Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) dengan dasarpengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat(3) setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (5).Pasal 82 . . .- 42 -Pasal 82(1) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender.(2) Saat yang menentukan pajak yang terutang adalahmenurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.(3) Tempat pajak yang terutang adalah di wilayah daerah yangmeliputi letak objek pajak.

Page 74: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 313

Pasal 83(1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.(2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisidengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dandisampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanyameliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP olehSubjek Pajak.Pasal 84(1) Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan SPPT.(2) Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-halsebagai berikut:a. SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2)tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegursecara tertulis oleh Kepala Daerah sebagaimanaditentukan dalam Surat Teguran;b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar darijumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yangdisampaikan oleh Wajib Pajak.Bagian Ketujuh BelasBea Perolehan Hak atas Tanah dan BangunanPasal 85(1) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanadalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.(2) Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pemindahan . . .- 43 -a. pemindahan hak karena:1) jual beli;2) tukar menukar;3) hibah;4) hibah wasiat;5) waris;6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukumlain;7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;8) penunjukan pembeli dalam lelang;9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyaikekuatan hukum tetap;10) penggabungan usaha;11) peleburan usaha;12) pemekaran usaha; atau

Page 75: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 314

13) hadiah.b. pemberian hak baru karena:1) kelanjutan pelepasan hak; atau2) di luar pelepasan hak.(3) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah:a. hak milik;b. hak guna usaha;c. hak guna bangunan;d. hak pakai;e. hak milik atas satuan rumah susun; danf. hak pengelolaan.(4) Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atasTanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asasperlakuan timbal balik;b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahandan/atau untuk pelaksanaan pembangunan gunakepentingan umum;c. badan . . .- 44 -c. badan atau perwakilan lembaga internasional yangditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangandengan syarat tidak menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugasbadan atau perwakilan organisasi tersebut;d. orang pribadi atau Badan karena konversi hak ataukarena perbuatan hukum lain dengan tidak adanyaperubahan nama;e. orang pribadi atau Badan karena wakaf; danf. orang pribadi atau Badan yang digunakan untukkepentingan ibadah.Pasal 86(1) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan adalah orang pribadi atau Badan yangmemperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.(2) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanadalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hakatas Tanah dan/atau Bangunan.Pasal 87(1) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.(2) Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1), dalam hal:

Page 76: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 315

a. jual beli adalah harga transaksi;b. tukar menukar adalah nilai pasar;c. hibah adalah nilai pasar;d. hibah wasiat adalah nilai pasar;e. waris adalah nilai pasar;f. pemasukan dalam peseroan atau badan hukumlainnya adalah nilai pasar;g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalahnilai pasar;h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakimyang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilaipasar;i. pemberian . . .- 45 -i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutandari pelepasan hak adalah nilai pasar;j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hakadalah nilai pasar;k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;l. peleburan usaha adalah nilai pasar;m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atauo. penunjukan pembeli dalam lelang adalah hargatransaksi yang tercantum dalam risalah lelang.(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidakdiketahui atau lebih rendah daripada NJOP yangdigunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunanpada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yangdipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan.(4) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajakditetapkan paling rendah sebesar Rp60.000.000,00 (enampuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.(5) Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiatyang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungankeluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajatke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibahwasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek PajakTidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesarRp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).(6) Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) ditetapkan denganPeraturan Daerah.Pasal 88

Page 77: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 316

(1) Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen).(2) Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunanditetapkan dengan Peraturan Daerah.Pasal 89 . . .- 46 -Pasal 89(1) Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikantarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (2)dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 87 ayat (1) setelah dikurangi Nilai PerolehanObjek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 87 ayat (6).(2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yangterutang dipungut di wilayah daerah tempat Tanahdan/atau Bangunan berada.Pasal 90(1) Saat terutangnya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanahdan/atau Bangunan ditetapkan untuk:a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;c. hibah adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;e. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutanmendaftarkan peralihan haknya ke kantor bidangpertanahan;f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukumlainnya adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalahsejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusanpangadilan yang mempunyai kekuatan hukum yangtetap;i. pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutandari pelepasan hak adalah sejak tanggalditerbitkannya surat keputusan pemberian hak;j. pemberian . . .- 47 -

Page 78: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 317

j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalahsejak tanggal diterbitkannya surat keputusanpemberian hak;k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;l. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta;n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat danditandatanganinya akta; dano. lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenanglelang.(2) Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinyaperolehan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Pasal 91(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapatmenandatangani akta pemindahan Hak atas Tanahdan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkanbukti pembayaran pajak.(2) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negarahanya dapat menandatangani risalah lelang Perolehan Hakatas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajakmenyerahkan bukti pembayaran pajak.(3) Kepala kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukanpendaftaran Hak atas Tanah atau pendaftaran peralihanHak atas Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan buktipembayaran pajak.Pasal 92(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantoryang membidangi pelayanan lelang negara melaporkanpembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atasTanah dan/atau Bangunan kepada Kepala Daerah palinglambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.(2) Tata cara . . .- 48 -(2) Tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.Pasal 93(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantoryang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggarketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1)dan ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa dendasebesar Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

Page 79: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 318

untuk setiap pelanggaran.(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantoryang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggarketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1)dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesarRp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuksetiap laporan.(3) Kepala kantor bidang pertanahan yang melanggarketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (3)dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.BAB IIIBAGI HASIL PAJAK PROVINSIPasal 94(1) Hasil penerimaan Pajak provinsi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (1) sebagian diperuntukkan bagikabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutandengan ketentuan sebagai berikut:a. hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan BeaBalik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepadakabupaten/kota sebesar 30% (tiga puluh persen);b. hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar KendaraanBermotor diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar70% (tujuh puluh persen);c. hasil . . .- 49 -c. hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepadakabupaten/kota sebesar 70% (tujuh puluh persen);dand. hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkankepada kabupaten/kota sebesar 50% (lima puluhpersen).(2) Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan darisumber air yang berada hanya pada 1 (satu) wilayahkabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air Permukaandimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yangbersangkutan sebesar 80% (delapan puluh persen).(3) Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan dengan memperhatikan aspek pemerataandan/atau potensi antarkabupaten/kota.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bagi hasil penerimaanPajak provinsi yang diperuntukkan bagi kabupaten/kotasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi.

Page 80: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 319

BAB IVPENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATURDALAM PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAKPasal 95(1) Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.(2) Peraturan Daerah tentang Pajak tidak berlaku surut.(3) Peraturan Daerah tentang Pajak paling sedikit mengaturketentuan mengenai:a. nama, objek, dan Subjek Pajak;b. dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak;c. wilayah pemungutan;d. Masa Pajak;e. penetapan;f. tata cara pembayaran dan penagihan;g. kedaluwarsa;h. sanksi . . .- 50 -h. sanksi administratif; dani. tanggal mulai berlakunya.(4) Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengaturketentuan mengenai:a. pemberian pengurangan, keringanan, danpembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok pajakdan/atau sanksinya;b. tata cara penghapusan piutang pajak yangkedaluwarsa; dan/atauc. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan,keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan,konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengankelaziman internasional.BAB VPEMUNGUTAN PAJAKBagian KesatuTata Cara PemungutanPasal 96(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutangberdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendirioleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundangundanganperpajakan.(3) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakanberdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar denganmenggunakan SKPD atau dokumen lain yangdipersamakan.

Page 81: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 320

(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) berupa karcis dan nota perhitungan.(5) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiridibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atauSKPDKBT.Pasal 97 . . .- 51 -Pasal 97(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saatterutangnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan:a. SKPDKB dalam hal:1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atauketerangan lain, pajak yang terutang tidak ataukurang dibayar;2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada KepalaDaerah dalam jangka waktu tertentu dan setelahditegur secara tertulis tidak disampaikan padawaktunya sebagaimana ditentukan dalam suratteguran;3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi,pajak yang terutang dihitung secara jabatan.b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau datayang semula belum terungkap yang menyebabkanpenambahan jumlah pajak yang terutang.c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang samabesarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidakterutang dan tidak ada kredit pajak.(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) danangka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bungasebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yangkurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu palinglama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saatterutangnya pajak.(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBTsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakansanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100%(seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidakdikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelumdilakukan tindakan pemeriksaan.(5) Jumlah . . .- 52 -(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana

Page 82: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 321

dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksiadministratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluhlima persen) dari pokok pajak ditambah sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambatdibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluhempat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.Pasal 98Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Pajak yang dapatdipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dibayarsendiri oleh Wajib Pajak dan ketentuan lainnya berkaitandengan pemungutan Pajak diatur dengan PeraturanPemerintah.Pasal 99(1) Tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yangdipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBTsebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (3) dan ayat(5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian danpenyampaian SKPD atau dokumen lain yangdipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBTsebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (3) dan ayat(5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.Bagian KeduaSurat Tagihan PajakPasal 100(1) Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD jika:a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekuranganpembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salahhitung;c. Wajib . . .- 53 -c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupabunga dan/atau denda.(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf bditambah dengan sanksi administratif berupa bungasebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15(lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.(3) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempopembayaran dikenakan sanksi administratif berupa bungasebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih melalui STPD.Bagian Ketiga

Page 83: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 322

Tata Cara Pembayaran dan PenagihanPasal 101(1) Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempopembayaran dan penyetoran pajak yang terutang palinglama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnyapajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggalditerimanya SPPT oleh Wajib Pajak.(2) SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan PutusanBanding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harusdibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak danharus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)bulan sejak tanggal diterbitkan.(3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelahmemenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikanpersetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur ataumenunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bungasebesar 2% (dua persen) sebulan.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, danpenundaan pembayaran pajak diatur dengan PeraturanKepala Daerah.Pasal 102 . . .- 54 -Pasal 102(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB,SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, SuratKeputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidakatau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunyadapat ditagih dengan Surat Paksa.(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakanberdasarkan peraturan perundang-undangan.Bagian KeempatKeberatan dan BandingPasal 103(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepadaKepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:a. SPPT;b. SKPD;c. SKPDKB;d. SKPDKBT;e. SKPDLB;f. SKPDN; dang. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga

Page 84: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 323

berdasarkan ketentuan peraturan perundangundanganperpajakan daerah.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesiadengan disertai alasan-alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan ataupemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecualijika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktuitu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luarkekuasaannya.(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telahmembayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujuiWajib Pajak.(5) Keberatan . . .- 55 -(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatansehingga tidak dipertimbangkan.(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan olehKepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atau tandapengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatatsebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.Pasal 104(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (duabelas) bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harusmemberi keputusan atas keberatan yang diajukan.(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupamenerima seluruhnya atau sebagian, menolak, ataumenambah besarnya pajak yang terutang.(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatukeputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggapdikabulkan.Pasal 105(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanyakepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenaikeberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, denganalasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejakkeputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusankeberatan tersebut.(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban

Page 85: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 324

membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejaktanggal penerbitan Putusan Banding.Pasal 106 . . .- 56 -Pasal 106(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan bandingdikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihanpembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalanbunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama24 (dua puluh empat) bulan.(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dihitung sejak bulan pelunasan sampai denganditerbitkannya SKPDLB.(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkansebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupadenda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajakberdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajakyang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding,sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluhpersen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidakdikenakan.(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkansebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupadenda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajakberdasarkan Putusan Banding dikurangi denganpembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukankeberatan.Bagian KelimaPembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, danPenghapusan atau Pengurangan Sanksi administratifPasal 107(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya,Kepala Daerah dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB,SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalampenerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/ataukesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapanketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undanganperpajakan daerah.(2) Kepala . . .- 57 -(2) Kepala Daerah dapat:a. mengurangkan atau menghapuskan sanksiadministratif berupa bunga, denda, dan kenaikan

Page 86: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 325

pajak yang terutang menurut peraturan perundangundanganperpajakan daerah, dalam hal sanksitersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajakatau bukan karena kesalahannya;b. mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD,SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLByang tidak benar;c. mengurangkan atau membatalkan STPD;d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajakyang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuaidengan tata cara yang ditentukan; dane. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkanpertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajakatau kondisi tertentu objek pajak.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penguranganatau penghapusan sanksi administratif dan penguranganatau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.BAB VIRETRIBUSIBagian KesatuObjek dan Golongan RetribusiPasal 108(1) Objek Retribusi adalah:a. Jasa Umum;b. Jasa Usaha; danc. Perizinan Tertentu.(2) Retribusi . . .- 58 -(2) Retribusi yang dikenakan atas jasa umum sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan sebagaiRetribusi Jasa Umum.(3) Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b digolongkan sebagaiRetribusi Jasa Usaha.(4) Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digolongkansebagai Retribusi Perizinan Tertentu.Bagian KeduaRetribusi Jasa UmumPasal 109Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakanatau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingandan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

Page 87: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 326

pribadi atau Badan.Pasal 110(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk dan Akta Catatan Sipil;d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan PengabuanMayat;e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;f. Retribusi Pelayanan Pasar;g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dann. Retribusi . . .- 59 -n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.(2) Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapattidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecildan/atau atas kebijakan nasional/daerah untukmemberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.Pasal 111(1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf a adalahpelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling,puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakitumum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnyayang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola olehPemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatanadalah pelayanan kesehatan yang dilakukan olehPemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 112(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihansebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf badalah pelayanan persampahan/kebersihan yangdiselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernyake lokasi pembuangan sementara;b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau

Page 88: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 327

lokasi pembuangan sementara ke lokasipembuangan/pembuangan akhir sampah; danc. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhirsampah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum,taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.Pasal 113Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk dan Akta Catatan Sipil sebagaimana dimaksuddalam Pasal 110 ayat (1) huruf c adalah pelayanan:a. kartu . . .- 60 -a. kartu tanda penduduk;b. kartu keterangan bertempat tinggal;c. kartu identitas kerja;d. kartu penduduk sementara;e. kartu identitas penduduk musiman;f. kartu keluarga; dang. akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, aktaperceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, aktaganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.Pasal 114Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf d adalahpelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi:a. pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggaliandan pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat; danb. sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuanmayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.Pasal 115Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umumsebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf e adalahpenyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yangditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.Pasal 116(1) Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksuddalam Pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaanfasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran,los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khususdisediakan untuk pedagang.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola

Page 89: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 328

oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 117 . . .- 61 -Pasal 117Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf g adalah pelayananpengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotordi air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan,yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.Pasal 118Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf hadalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alatpemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alatpenyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alatpemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alatpenyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan olehmasyarakat.Pasal 119Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf i adalah penyediaanpeta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.Pasal 120(1) Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakussebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf jadalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakusyang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan dan/ataupenyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/ataudikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.Pasal 121(1) Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf k adalahpelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga,perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki,dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerahdalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.(2) Dikecualikan . . .- 62 -(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan pengolahan limbah cairyang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola olehPemerintah, BUMN, BUMD, pihak swasta, dan

Page 90: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 329

pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai,drainase, dan/atau sarana pembuangan lainnya.Pasal 122Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf l adalah:a. pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, danperlengkapannya; danb. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yangdiwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.Pasal 123(1) Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf m adalahpelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihanteknis oleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah:a. pelayanan pendidikan dasar dan menengah yangdiselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;b. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan olehPemerintah;c. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan olehBUMN, BUMD; dand. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihakswasta.Pasal 124Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf nadalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasidengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dankepentingan umum.Pasal 125 . . .- 63 -Pasal 125(1) Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atauBadan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasaumum yang bersangkutan.(2) Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atauBadan yang menurut ketentuan peraturan perundangundanganRetribusi diwajibkan untuk melakukanpembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotongRetribusi Jasa Umum.Bagian KetigaRetribusi Jasa UsahaPasal 126

Page 91: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 330

Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakanoleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersialyang meliputi:a. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaanDaerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;dan/ataub. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belumdisediakan secara memadai oleh pihak swasta.Pasal 127Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;c. Retribusi Tempat Pelelangan;d. Retribusi Terminal;e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;g. Retribusi Rumah Potong Hewan;h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;j. Retribusi . . .- 64 -j. Retribusi Penyeberangan di Air; dank. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.Pasal 128(1) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127 huruf a adalah pemakaiankekayaan Daerah.(2) Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penggunaantanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.Pasal 129(1) Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoansebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf b adalahpenyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, danfasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yangdisediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah fasilitas pasar yang disediakan,dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihakswasta.Pasal 130(1) Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 127 huruf c adalah penyediaan tempatpelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah

Page 92: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 331

Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasilbumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan sertafasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.(2) Termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah tempat yang dikontrak oleh PemerintahDaerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempatpelelangan.(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan,dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihakswasta.Pasal 131 . . .- 65 -Pasal 131(1) Objek Retribusi Terminal sebagaimana dimaksud dalamPasal 127 huruf d adalah pelayanan penyediaan tempatparkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum,tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkunganterminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola olehPemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah terminal yang disediakan, dimiliki,dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, danpihak swasta.Pasal 132(1) Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127 huruf e adalah pelayanantempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/ataudikelola oleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan tempat parkir yangdisediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah,BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 133(1) Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villasebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf f adalahpelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yangdisediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh PemerintahDaerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah tempatpenginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki,dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, danpihak swasta.

Page 93: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 332

Pasal 134(1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127 huruf g adalah pelayananpenyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternaktermasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewansebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki,dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan . . .- 66 -(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumahpemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki,dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 135(1) Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127 huruf h adalah pelayanan jasakepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkunganpelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolaoleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan jasa kepelabuhanan yangdisediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah,BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 136(1) Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahragasebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf i adalahpelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yangdisediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh PemerintahDaerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata,dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelolaoleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 137(1) Objek Retribusi Penyeberangan di Air sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127 huruf j adalah pelayananpenyeberangan orang atau barang dengan menggunakankendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola olehPemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelayanan penyeberangan yangdikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 138 . . .- 67 -

Page 94: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 333

Pasal 138(1) Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 huruf k adalahpenjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah,BUMN, BUMD, dan pihak swasta.Pasal 139(1) Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atauBadan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasausaha yang bersangkutan.(2) Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atauBadan yang menurut ketentuan peraturan perundangundanganRetribusi diwajibkan untuk melakukanpembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotongRetribusi Jasa Usaha.Bagian KeempatRetribusi Perizinan TertentuPasal 140Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinantertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atauBadan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasanatas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber dayaalam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu gunamelindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarianlingkungan.Pasal 141Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;c. Retribusi Izin Gangguan;d. Retribusi Izin Trayek; dane. Retribusi Izin Usaha Perikanan.Pasal 142 . . .- 68 -Pasal 142(1) Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 141 huruf a adalah pemberian izinuntuk mendirikan suatu bangunan.(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauanpelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai denganrencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengantetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB),

Page 95: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 334

koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggianbangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunanyang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syaratkeselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.(3) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pemberian izin untuk bangunan milikPemerintah atau Pemerintah Daerah.Pasal 143Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkoholsebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 huruf b adalahpemberian izin untuk melakukan penjualan minumanberalkohol di suatu tempat tertentu.Pasal 144(1) Objek Retribusi Izin Gangguan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 141 huruf c adalah pemberian izin tempatusaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yangdapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/ataugangguan, termasuk pengawasan dan pengendaliankegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegahterjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, ataukesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, danmemenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.(2) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah tempat usaha/kegiatan yang telahditentukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.Pasal 145 . . .- 69 -Pasal 145Objek Retribusi Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal141 huruf d adalah pemberian izin kepada orang pribadi atauBadan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpangumum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.Pasal 146Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 141 huruf e adalah pemberian izin kepada orangpribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usahapenangkapan dan pembudidayaan ikan.Pasal 147(1) Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadiatau Badan yang memperoleh izin tertentu dari PemerintahDaerah.(2) Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadiatau Badan yang menurut ketentuan peraturanperundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

Page 96: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 335

melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungutatau pemotong Retribusi Perizinan Tertentu.Pasal 148Teknis pemberian perizinan tertentu sebagaimana dimaksuddalam Pasal 141 dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.Bagian KelimaJenis, Rincian Objek, dan Kriteria RetribusiPasal 149(1) Jenis Retribusi Jasa Umum dan Retribusi PerizinanTertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1)dan Pasal 141, untuk Daerah provinsi dan Daerahkabupaten/kota disesuaikan dengan kewenangan Daerahmasing-masing sebagaimana diatur dalam peraturanperundang-undangan.(2) Jenis . . .- 70 -(2) Jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalamPasal 127, untuk Daerah provinsi dan Daerahkabupaten/kota disesuaikan dengan jasa/pelayanan yangdiberikan oleh Daerah masing-masing.(3) Rincian jenis objek dari setiap Retribusi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (1), Pasal 127, dan Pasal141 diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan.Pasal 150Jenis Retribusi selain yang ditetapkan dalam Pasal 110 ayat (1),Pasal 127, dan Pasal 141 sepanjang memenuhi kriteria sebagaiberikut:a. Retribusi Jasa Umum:1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak danbersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau RetribusiPerizinan Tertentu;2. jasa yang bersangkutan merupakan kewenanganDaerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;3. jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orangpribadi atau Badan yang diharuskan membayarretribusi, disamping untuk melayani kepentingan dankemanfaatan umum;4. jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadiatau Badan yang membayar retribusi denganmemberikan keringanan bagi masyarakat yang tidakmampu;5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakannasional mengenai penyelenggaraannya;

Page 97: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 336

6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien,serta merupakan salah satu sumber pendapatanDaerah yang potensial; dan7. pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaanjasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitaspelayanan yang lebih baik.b. Retribusi Jasa Usaha:1. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak danbersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau RetribusiPerizinan Tertentu; dan2. jasa . . .- 71 -2. jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifatkomersial yang seyogyanya disediakan oleh sektorswasta tetapi belum memadai atau terdapatnya hartayang dimiliki/dikuasai Daerah yang belumdimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.c. Retribusi Perizinan Tertentu:1. perizinan tersebut termasuk kewenanganpemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalamrangka asas desentralisasi;2. perizinan tersebut benar-benar diperlukan gunamelindungi kepentingan umum; dan3. biaya yang menjadi beban Daerah dalampenyelenggaraan izin tersebut dan biaya untukmenanggulangi dampak negatif dari pemberian izintersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dariretribusi perizinan;ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.Bagian KeenamTata Cara Penghitungan RetribusiPasal 151(1) Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkanperkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarifRetribusi.(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasaralokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untukpenyelenggaraan jasa yang bersangkutan.(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksudpada ayat (1) sulit diukur maka tingkat penggunaan jasadapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat olehPemerintah Daerah.(4) Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus

Page 98: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 337

mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerahdalam menyelenggarakan jasa tersebut.(5) Tarif . . .- 72 -(5) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahnilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkanuntuk menghitung besarnya Retribusi yang terutang.(6) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatditentukan seragam atau bervariasi menurut golongansesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarifRetribusi.Bagian KetujuhPrinsip dan Sasaran Penetapan Tarif RetribusiPasal 152(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi JasaUmum ditetapkan dengan memperhatikan biayapenyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuanmasyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalianatas pelayanan tersebut.(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biayaoperasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikanbiaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untukmenutup sebagian biaya.(4) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Pendudukdan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta hanyamemperhitungkan biaya pencetakan danpengadministrasian.Pasal 153(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarifRetribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untukmemperoleh keuntungan yang layak.(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayananjasa usaha tersebut dilakukan secara efisien danberorientasi pada harga pasar.Pasal 154 . . .- 73 -Pasal 154(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif RetribusiPerizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutupsebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberianizin yang bersangkutan.(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana

Page 99: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 338

dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin,pengawasan di lapangan, penegakan hukum,penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberianizin tersebut.Pasal 155(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahunsekali.(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks hargadan perkembangan perekonomian.(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.BAB VIIPENETAPAN DAN MUATAN YANG DIATURDALAM PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSIPasal 156(1) Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.(2) Peraturan Daerah tentang Retribusi tidak dapat berlakusurut.(3) Peraturan Daerah tentang Retribusi paling sedikitmengatur ketentuan mengenai:a. nama, objek, dan Subjek Retribusi;b. golongan Retribusi;c. cara . . .- 74 -c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yangbersangkutan;d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur danbesarnya tarif Retribusi;e. struktur dan besarnya tarif Retribusi;f. wilayah pemungutan;g. penentuan pembayaran, tempat pembayaran,angsuran, dan penundaan pembayaran;h. sanksi administratif;i. penagihan;j. penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa;dank. tanggal mulai berlakunya.(4) Peraturan Daerah tentang Retribusi dapat juga mengaturketentuan mengenai:a. Masa Retribusi;b. pemberian keringanan, pengurangan, danpembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokokRetribusi dan/atau sanksinya; dan/atau

Page 100: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 339

c. tata cara penghapusan piutang Retribusi yangkedaluwarsa.(5) Pengurangan dan keringanan sebagaimana dimaksud padaayat (4) huruf b diberikan dengan melihat kemampuanWajib Retribusi.(6) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat(4) huruf b diberikan dengan melihat fungsi objekRetribusi.(7) Peraturan Daerah untuk jenis Retribusi yang tergolongdalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahuludisosialisasikan dengan masyarakat sebelum ditetapkan.(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan mekanismepelaksanaan penyebarluasan Peraturan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur denganPeraturan Kepala Daerah.BAB VIII . . .- 75 -BAB VIIIPENGAWASAN DAN PEMBATALANPERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSIPasal 157(1) Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak danRetribusi yang telah disetujui bersama oleh gubernur danDPRD provinsi sebelum ditetapkan disampaikan kepadaMenteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuandimaksud.(2) Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota tentangPajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama olehbupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota sebelumditetapkan disampaikan kepada gubernur dan MenteriKeuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejaktanggal persetujuan dimaksud.(3) Menteri Dalam Negeri melakukan evaluasi terhadapRancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk menguji kesesuaian Rancangan PeraturanDaerah dengan ketentuan Undang-Undang ini,kepentingan umum, dan/atau peraturan perundangundanganlain yang lebih tinggi.(4) Gubernur melakukan evaluasi terhadap RancanganPeraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerahdengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umumdan/atau peraturan perundang-undangan lain yang lebih

Page 101: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 340

tinggi.(5) Menteri Dalam Negeri dan gubernur dalam melakukanevaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.(6) Hasil evaluasi yang telah dikoordinasikan dengan MenteriKeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapatberupa persetujuan atau penolakan.(7) Hasil . . .- 76 -(7) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernuruntuk Rancangan Peraturan Daerah provinsi dan olehgubernur kepada bupati/walikota untuk RancanganPeraturan Daerah kabupaten/kota dalam jangka waktupaling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanyaRancangan Peraturan Daerah dimaksud.(8) Hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksudpada ayat (6) disampaikan dengan disertai alasanpenolakan.(9) Dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan sebagaimanadimaksud pada ayat (6), Rancangan Peraturan Daerahdimaksud dapat langsung ditetapkan.(10) Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimanadimaksud pada ayat (6), Rancangan Peraturan Daerahdimaksud dapat diperbaiki oleh gubernur, bupati/walikotabersama DPRD yang bersangkutan, untuk kemudiandisampaikan kembali kepada Menteri Dalam Negeri danMenteri Keuangan untuk Rancangan Peraturan Daerahprovinsi dan kepada gubernur dan Menteri Keuanganuntuk Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota.Pasal 158(1) Peraturan Daerah yang telah ditetapkan olehgubernur/bupati/walikota disampaikan kepada MenteriDalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7 (tujuh)hari kerja setelah ditetapkan.(2) Dalam hal Peraturan Daerah bertentangan dengankepentingan umum dan/atau peraturan perundangundanganyang lebih tinggi, Menteri Keuanganmerekomendasikan pembatalan Peraturan Daerahdimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.(3) Penyampaian rekomendasi pembatalan oleh MenteriKeuangan kepada Menteri Dalam Negeri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat 20 (duapuluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Peraturan

Page 102: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 341

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(4) Berdasarkan . . .- 77 -(4) Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampaikanoleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri mengajukanpermohonan pembatalan Peraturan Daerah dimaksudkepada Presiden.(5) Keputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan PeraturanPresiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejakditerimanya Peraturan Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1).(6) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusanpembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), KepalaDaerah harus memberhentikan pelaksanaan PeraturanDaerah dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerahmencabut Peraturan Daerah dimaksud.(7) Jika provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerimakeputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (5) dengan alasan-alasan yang dapatdibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, KepalaDaerah dapat mengajukan keberatan kepada MahkamahAgung.(8) Jika keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)dikabulkan sebagian atau seluruhnya, putusan MahkamahAgung tersebut menyatakan Peraturan Presiden menjadibatal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.(9) Jika Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presidenuntuk membatalkan Peraturan Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (5), Peraturan Daerah dimaksuddinyatakan berlaku.Pasal 159(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 157 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 158 ayat(1) dan ayat (6) oleh Daerah dikenakan sanksi berupapenundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umumdan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi.(2) Tata cara pelaksanaan penundaan atau pemotongan DanaAlokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusisebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganPeraturan Menteri Keuangan.BAB IX . . .- 78 -BAB IX

Page 103: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 342

PEMUNGUTAN RETRIBUSIBagian KesatuTata Cara PemungutanPasal 160(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD ataudokumen lain yang dipersamakan.(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartulangganan.(3) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepatpada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiapbulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurangdibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.(4) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud padaayat (3) didahului dengan Surat Teguran.(5) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkandengan Peraturan Kepala Daerah.Bagian KeduaPemanfaatanPasal 161(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenisRetribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yangberkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayananyang bersangkutan.(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaanRetribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan Peraturan Daerah.Bagian . . .- 79 -Bagian KetigaKeberatanPasal 162(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatanhanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjukatas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesiadengan disertai alasan-alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jikaWajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangkawaktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luarkekuasaannya.(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud

Page 104: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 343

pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luarkehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayarRetribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.Pasal 163(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harusmemberi keputusan atas keberatan yang diajukan denganmenerbitkan Surat Keputusan Keberatan.(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahuntuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi,bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusanoleh Kepala Daerah.(3) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupamenerima seluruhnya atau sebagian, menolak, ataumenambah besarnya Retribusi yang terutang.(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatukeputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggapdikabulkan.Pasal 164 . . .- 80 -Pasal 164(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atauseluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikandengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dihitung sejak bulan pelunasan sampai denganditerbitkannya SKRDLB.BAB XPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARANPasal 165(1) Atas kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusi, WajibPajak atau Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonanpengembalian kepada Kepala Daerah.(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (duabelas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembaliankelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1), harus memberikan keputusan.(3) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)bulan, sejak diterimanya permohonan pengembaliankelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1), harus memberikan keputusan.

Page 105: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 344

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dan ayat (3) telah dilampaui dan Kepala Daerah tidakmemberikan suatu keputusan, permohonan pengembalianpembayaran Pajak atau Retribusi dianggap dikabulkan danSKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan dalam jangkawaktu paling lama 1 (satu) bulan.(5) Apabila Wajib Pajak atau Wajib Retribusi mempunyaiutang Pajak atau utang Retribusi lainnya, kelebihanpembayaran Pajak atau Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasiterlebih dahulu utang Pajak atau utang Retribusi tersebut.(6) Pengembalian . . .- 81 -(6) Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak atau Retribusisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalamjangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejakditerbitkannya SKPDLB atau SKRDLB.(7) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Pajak atauRetribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, KepalaDaerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (duapersen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihanpembayaran Pajak atau Retribusi.(8) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Pajak atauRetribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Kepala Daerah.BAB XIKEDALUWARSA PENAGIHANPasal 166(1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadikedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahunterhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecuali apabilaWajib Pajak melakukan tindak pidana di bidangperpajakan daerah.(2) Kedaluwarsa penagihan Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1) tertangguh apabila:a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; ataub. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baiklangsung maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksasebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsapenagihan dihitung sejak tanggal penyampaian SuratPaksa tersebut.(4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan

Page 106: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 345

kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajakdan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.(5) Pengakuan . . .- 82 -(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui daripengajuan permohonan angsuran atau penundaanpembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.Pasal 167(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadikedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahunterhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jikaWajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidangRetribusi.(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi,baik langsung maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihandihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusidengan kesadarannya menyatakan masih mempunyaiutang Retribusi dan belum melunasinya kepadaPemerintah Daerah.(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsungsebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapatdiketahui dari pengajuan permohonan angsuran ataupenundaan pembayaran dan permohonan keberatan olehWajib Retribusi.Pasal 168(1) Piutang Pajak dan/atau Retribusi yang tidak mungkinditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudahkedaluwarsa dapat dihapuskan.(2) Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan PiutangPajak dan/atau Retribusi provinsi yang sudah kedaluwarsasebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Bupati/walikota . . .- 83 -(3) Bupati/walikota menetapkan Keputusan PenghapusanPiutang Pajak dan/atau Retribusi kabupaten/kota yangsudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Page 107: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 346

(4) Tata cara penghapusan piutang Pajak dan/atau Retribusiyang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan KepalaDaerah.BAB XIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAANPasal 169(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet palingsedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahunwajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet sertatata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan KepalaDaerah.Pasal 170(1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakandaerah dan kewajiban Retribusi dalam rangkamelaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah dan Retribusi.(2) Wajib Pajak atau Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku ataucatatan, dokumen yang menjadi dasarnya dandokumen lain yang berhubungan dengan objek Pajakatau objek Retribusi yang terutang;b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempatatau ruangan yang dianggap perlu dan memberikanbantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atauc. memberikan keterangan yang diperlukan.(3) Ketentuan . . .- 84 -(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaanPajak dan Retribusi diatur dengan Peraturan KepalaDaerah.BAB XIIIINSENTIF PEMUNGUTANPasal 171(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak danRetribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaiankinerja tertentu.(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah.(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentifsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Page 108: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 347

Peraturan Pemerintah.BAB XIVKETENTUAN KHUSUSPasal 172(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lainsegala sesuatu yang diketahui atau diberitahukankepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan ataupekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan daerah.(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlakujuga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh KepalaDaerah untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah.(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) adalah:a. Pejabat . . .- 85 -a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksiatau saksi ahli dalam sidang pengadilan;b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan olehKepala Daerah untuk memberikan keterangan kepadapejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah yangberwenang melakukan pemeriksaan dalam bidangkeuangan daerah.(4) Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenangmemberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimanadimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan,memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang WajibPajak kepada pihak yang ditunjuk.(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalamperkara pidana atau perdata, atas permintaan hakimsesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum AcaraPerdata, Kepala Daerah dapat memberi izin tertulis kepadapejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenagaahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untukmemberikan dan memperlihatkan bukti tertulis danketerangan Wajib Pajak yang ada padanya.(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5)harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat,keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkarapidana atau perdata yang bersangkutan denganketerangan yang diminta.BAB XV

Page 109: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 348

PENYIDIKANPasal 173(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkunganPemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagaiPenyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi, sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.(2) Penyidik . . .- 86 -(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahpejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkunganPemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yangberwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan menelitiketerangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusiagar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebihlengkap dan jelas;b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau Badan tentangkebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungandengan tindak pidana perpajakan Daerah danRetribusi;c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orangpribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidanadi bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lainberkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakanDaerah dan Retribusi;e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahanbukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain,serta melakukan penyitaan terhadap bahan buktitersebut;f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidangperpajakan Daerah dan Retribusi;g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas orang, benda, dan/atau dokumen yangdibawa;h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak

Page 110: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 349

pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan . . .- 87 -k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaranpenyidikan tindak pidana di bidang perpajakanDaerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.BAB XVIKETENTUAN PIDANAPasal 174(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikanSPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkapatau melampirkan keterangan yang tidak benar sehinggamerugikan keuangan Daerah dapat dipidana denganpidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidanadenda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutangyang tidak atau kurang dibayar.(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikanSPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkapatau melampirkan keterangan yang tidak benar sehinggamerugikan keuangan Daerah dapat dipidana denganpidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidanadenda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutangyang tidak atau kurang dibayar.Pasal 175Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntutsetelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saatterutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atauberakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajakyang bersangkutan.(3) Pasal 176 . . .- 88 -Pasal 176Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannyasehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana

Page 111: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 350

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda palingbanyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak ataukurang dibayar.Pasal 177(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerahyang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajibanmerahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurunganpaling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda palingbanyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerahyang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atauseseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajibanpejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1)dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyakRp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan ataspengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkutkepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku WajibPajak atau Wajib Retribusi, karena itu dijadikan tindakpidana pengaduan.Pasal 178Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174, Pasal 176, danPasal 177 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.BAB XVII . . .- 89 -BAB XVIIKETENTUAN PERALIHANPasal 179Pada saat undang-undang ini berlaku, Pajak dan Retribusi yangmasih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai jenisPajak Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)dan jenis Pajak kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (2), dan Peraturan Daerah tentang Retribusimengenai jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksuddalam Pasal 110 ayat (1), jenis Retribusi Jasa Usahasebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, dan jenis RetribusiPerizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141,sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yangbersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima)

Page 112: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 351

tahun terhitung sejak saat terutang.BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUPPasal 180Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:1. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah mengenai jenisPajak provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(1) dan jenis Pajak kabupaten/kota sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 ayat (2) masih tetap berlaku untuk jangkawaktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya PeraturanDaerah yang baru berdasarkan Undang-Undang ini;2. Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah mengenai jenisRetribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal110 ayat (1), jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127, dan jenis Retribusi PerizinanTertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141, masihtetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelumdiberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasarkanUndang-Undang ini;3. Peraturan . . .- 90 -3. Peraturan Daerah Provinsi tentang Pajak Pengambilan danPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan tetapberlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diberlakukannyaUndang-Undang ini, sepanjang Peraturan DaerahKabupaten/Kota tentang Pajak Air Tanah belumdiberlakukan berdasarkan Undang-Undang ini;4. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah selain sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka2, dan angka 3 dinyatakan masih tetap berlaku paling lama1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang ini;5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PajakBumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PajakBumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3569) yang terkait dengan peraturan pelaksanaanmengenai Perdesaan dan Perkotaan masih tetap berlakusampai dengan tanggal 31 Desember 2013, sepanjangbelum ada Peraturan Daerah tentang Pajak Bumi danBangunan yang terkait dengan Perdesaan dan Perkotaan;

Page 113: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 352

dan6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang BeaPerolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 44, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3688) sebagaimanadiubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah danBangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor130, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3988) tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejakdiberlakukannya Undang-Undang ini.Pasal 181Ketentuan mengenai Pajak Rokok sebagaimana diatur dalamUndang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari2014.Pasal 182 . . .- 91 -Pasal 182Pada saat Undang-Undang ini berlaku:1. Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri DalamNegeri mengatur tahapan persiapan pengalihan Pajak Bumidan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai PajakDaerah dalam waktu paling lambat 31 Desember 2013; dan2. Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri DalamNegeri mengatur tahapan persiapan pengalihan BeaPerolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai PajakDaerah paling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunyaUndang-Undang ini.Pasal 183Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-UndangNomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4048) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.Pasal 184Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini ditetapkanpaling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang inidiundangkan.

Page 114: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 …abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2017/07/... · Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ... terintegrasi

Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal) 353

Pasal 185Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari2010.Agar . . .- 92 -Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan di Jakartapada tanggal 15 September 2009PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttdDR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONODiundangkan di Jakartapada tanggal 15 September 2009MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,ttdANDI MATTALATTALEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 130Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIAKepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Perekonomian dan Industri,SETIO SAPTO NUGROHO