undang-undang republik indonesia nomor. ……

72
C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. …… TAHUN …… TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; b. bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi nasional, mempunyai karakteristik pengangkutan secara masal dan keunggulan tersendiri, perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah baik nasional maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan rakyat; c. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur perkereta apian yang ada pada saat ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. d. bahwa untuk meningkatkan pembinaan dan penyelenggaraan perkeretaapian sesuai dengan perkembangan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia serta agar lebih berhasil guna dan berdaya guna dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai perkereta apian dalam Undang-undang; Mengingat : Pasal 5 ayat (l), Pasal 20 ayat (l) ,dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERKERETAAPIAN.

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. …… TAHUN ……

TENTANG

PERKERETAAPIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis

untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;

b. bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi tidak

dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi nasional, mempunyai karakteristik pengangkutan secara masal dan keunggulan tersendiri, perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah baik nasional maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan rakyat;

c. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur perkereta

apian yang ada pada saat ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. bahwa untuk meningkatkan pembinaan dan penyelenggaraan

perkeretaapian sesuai dengan perkembangan kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia serta agar lebih berhasil guna dan berdaya guna dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai perkereta apian dalam Undang-undang;

Mengingat : Pasal 5 ayat (l), Pasal 20 ayat (l) ,dan Pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945;

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERKERETAAPIAN.

Page 2: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 2

BAB 1 KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : 1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri dari prasarana kereta

api, sarana kereta api, sumber daya manusia norma, kriteria, standar dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api;

2. Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri

maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan urusan perjalanan kereta api;

3. Jaringan jalur kereta api adalah seluruh jalur kereta api yang terkait satu sama

lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan satu sistem; 4. Jalur kereta api khusus adalah jalur kereta api yang digunakan secara khusus

oleh badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatannya; 5. Fasilitas keselamatan perkeretaapian adalah perangkat bangunan, peralatan,

dan perlengkapan yang digunakan untuk menunjang kelancaran dan keselamatan perjalanan kereta api;

6. Sarana kereta api adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel; 7. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas

yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan; 8. Fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi

penyelenggaraan transportasi kereta api yang dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api;

9. Penyelenggaraan adalah kegiatan perkeretaapian yang meliputi perencanaan,

pembangunan, pengusahaan, pemeliharaan dan pengoperasian. 10. Pengguna jasa adalah setiap orang dan atau badan hukum yang

menggunakan jasa angkutan kereta api baik untuk angkutan orang maupun barang;

11. Badan penyelenggara adalah badan usaha yang melaksanakan

penyelenggaraan perkeretaapian. 12. Angkutan Kereta Api adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari

satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api

Page 3: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 3

13. Awak kereta api adalah mereka yang ditugaskan di dalam kereta api oleh badan penyelenggara selama perjalanan kereta api.

14. Petugas Prasarana Kereta Api adalah mereka yang ditugaskan oleh badan penyelenggara kereta api untuk merawat dan mengoperasikan prasarana kereta api;

15. Pengangkut adalah badan penyelenggara yang menyelenggarakan angkutan kereta api;

16. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perkeretaapian.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil dan merata, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kemandirian, transparansi, dan akuntabilitas.

Pasal 3 Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong dan penggerak pembangunan nasional.

BAB III

TATANAN PERKERETA APIAN

Pasal 4

(1) Perkeretaapian menurut karakteristik pengoperasiannya terdiri dari :

a. perkeretaapian antar kota; b. perkeretaapian perkotaan.

(2) Perkeretaapian antar kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a

mempunyai peran untuk melayani perpindahan orang dan atau barang antar kota.

(3) Perkeretaapian perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b

mempunyai peran melayani perpindahan orang di wilayah perkotaan dan atau perjalanan ulang alik.

(4) Jangkauan wilayah pelayanan perkeretaapian perkotaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) meliputi :

a. seluruhnya berada dalam wilayah administrasi kota; b. melebihi wilayah administrasi kota.

Page 4: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 4

(5) Ketentuan lebih lanjut perkeretaapian antar kota dan perkeretaapian perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV PEMBINAAN

Pasal 5

(1) Perkeretaapian dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh

Pemerintah. (2) Pembinaan perkeretapian diarahkan untuk meningkatkan peran serta angkutan

kereta api dalam keseluruhan moda transportasi secara terpadu serta terselenggaranya perkeretaapian yang selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, dan efisien.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi pengaturan,

pengendalian, dan pengawasan. (4) Dalam penetapan kebijakan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan di

bidang perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan memperhatikan pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat serta perkembangan global.

(5) Ketentuan mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat

(3)dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V

PENYELENGGARAAN

Pasal 6

(1) Penyelenggaraan perkeretaapian dilakukan oleh Badan Penyelenggara yang

dibentuk khusus untuk menyelenggarakan perkeretaapian dan dapat berbentuk :

a. badan usaha Milik Negara ; b. badan usaha Milik Daerah ; c. badan usaha swasta

(2) Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat untuk seluruh atau sebagian kegiatan penyelenggaraan perkeretaapian.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan perkeretaapian. Sebagimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 5: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 5

Pasal 7

(1) Untuk menunjang kegiatan Badan Usaha di bidang industri, pertanian,

pertambangan, dan kepariwisataan oleh Badan Usaha yang bersangkutan dapat diselenggarakan kereta api khusus.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kereta api khusus sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 8 (1) Untuk menyelenggarakan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6 wajib memiliki izin dari Pemerintah. (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. izin usaha; b. izin pembangunan; dan/atau c. izin pengoperasian.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2) diatur dalam peraturan pemerintah.

Pasal 9

(1) Badan Penyelenggara dalam menyelenggarakan perkeretaapian wajib memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam perizinan yang diberikan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada Pasal 8.

(2) Apabila Badan Penyelenggara tidak memenuhi sebagian atau seluruh

persyaratan perizinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan sanksi administrasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi sebagaiman dimaksud dalam ayat (2)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI PRASARANA KERETA API

Bagian Pertama

Page 6: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 6

Umum

Pasal 10

Prasarana kereta api meliputi : a. Jalur kereta api; b. Stasiun kereta api; c. Fasilitas operasi kereta api.

Pasal 11

(1) Prasarana kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 yang dioperasikan wajib memenuhi persyaratan keselamatan.

(2) Untuk memenuhi ketentuan sebagairnana dimaksud dalam ayat (1), terhadap

setiap prasarana kereta api dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Pemerintah.

(3) Persyaratan keselamatan, persyaratan dan tata cara pemeriksaan serta

pengujian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 12

(1) Pengoperasian prasarana kereta api hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang telah memenuhi kualifikasi keahlian yang dibuktikan dengan sertifikat tanda kecakapan pengoperasian prasarana kereta api yang diberikan oleh Pemerintah.

(2) Sertifikat tanda kecakapan pengoperasian prasarana kereta api sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) setelah lulus mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan. (3) Persyaratan keahlian dan tata cara mendapatkan kualifikasi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13

(1) Prasarana perkeretaapian dapat dibangun, dirawat dan dimiliki oleh:

a. Pemerintah, untuk prasarana kereta api yang saat ini dimiliki oleh Pemerintah dan prasarana kereta api yang dibangun oleh Pemerintah;

b. Pemerintah provinsi, untuk prasarana kereta api antar kota yang seluruh jaringannya dibangun dan dimiliki oleh pemerintah provinsi;

c. Pemerintah kabupaten/kota, untuk prasarana kereta api perkotaan yang seluruh jaringannya dibangun dan dimiliki oleh pemerintah kabupaten/kota;

d. Badan Penyelenggara, untuk prasarana kereta api antar kota dan/atau perkotaan yang dimiliki oleh penyelenggara yang bersangkutan.

Page 7: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 7

(2) Untuk mengusahakan prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c pemerintah dapat :

a. Membentuk badan usaha untuk menyelenggarakan prasarana kereta api; b. Menugaskan kepada badan penyelenggara perkeretaapian tertentu yang

ada. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pengusahaan

prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

(1) Setiap penggunaan prasarana kereta api oleh penyelenggara lain dapat

dipungut bayaran. (2) Besaran pungutan penggunaan prasarana kereta api ditetapkan oleh

penyelenggara prasarana kereta api dengan berdasarkan formula pungutan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 15

(1) Dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan rusaknya dan/atau tidak

berfungsinya prasarana kereta api. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 16

(1) Siapapun dilarang :

a. berada di daerah manfaat jalan kereta api; b. menyeret barang di atas atau melintasi jalur kereta api; c. menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain untuk angkutan

kereta api; d. berada di luar tempat yang disediakan untuk angkutan penumpang dari/atau

barang; e. mengganggu ketertiban dan/atau pelayanan umum.

(2) Badan Penyelenggara wajib menempatkan tanda larangan pada tempat-tempat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) secara jelas dan lengkap. (3) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi petugas

prasarana yang sedang melaksanakan tugas dan/atau seseorang yang mendapat izin dari yang berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Page 8: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 8

Jalur Kereta Api

Pasal 17 Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, meliputi : a. daerah manfaat jalan kereta api ; b. daerah milik jalan kereta api; c. daerah pengawasan jalan kereta api termasuk bagian bawahnya serta ruang

bebas di atasnya.

Pasal 18 (1) Daerah manfaat jalan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf

a, adalah jalan rel berserta bidang tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel.

(2) Daerah manfaat jalan kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diperuntukkan pula bagi penempatan fasilitas operasional sarana kereta api dan/atau saluran air dan/atau bangunan pelengkap lainnya.

(3) Jalan rel sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berada di :

a. permukaan tanah; b. bawah permukaan tanah; c. atas permukaan tanah.

Pasal 19

(1) Daerah manfaat jalan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,

termasuk tanah bagian bawahnya dan ruang bebas di atasnya, dikuasai oleh penyelenggara prasarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(2) Tanah yang terletak di daerah manfaat jalan kereta api sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diberikan hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Daerah manfaat jalan kereta api diperuntukkan bagi pengoperasian kereta api,

dan merupakan daerah yang tertutup untuk umum.

Pasal 20 (1) Batas daerah manfaat jalan kereta api untuk jalan rel di permukaan tanah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf a, adalah sisi terluar jalan rel beserta bidang tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel termasuk bidang tanah untuk penempatan fasilitas

Page 9: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 9

operasional sarana kereta api dan atau saluran air dan atau bangunan pelengkap lainnya.

(2) Batas daerah manfaat jalan kereta api untuk jalan rel di permukaan tanah yang

berada di terowongan, adalah sisi terluar konstruksi terowongan. (3) Jalan rel dipermukaan tanah yang berada di terowongan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) , harus memiliki ruang utilitas dan memenuhi persyaratan umur teknis.

(4) Batas daerah manfaat jalan kereta api untuk jalan rel di permukaan tanah yang

berada di jembatan adalah sisi terluar konstruksi jembatan.

Pasal 21 Batas daerah manfaat jalan kereta api untuk jalan rel di bawah permukaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf b, adalah sisi terluar konstruksi bangunan jalan rel di bawah permukaan tanah.

Pasal 22 Batas daerah manfaat jalan kereta api untuk jalan rel di atas permukaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf c, adalah sisi terluar dari konstruksi jalan rel dan atau sisi terluar bebas pada daerah manfaat jalan kereta api yang digunakan.

Pasal 23

(1) Daerah milik jalan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b

terdiri dari daerah manfaat jalan kereta api serta bidang tanah atau bidang lain di kiri dan di kanannya yang diperggunakan untuk pengamanan konstruksi jalan rel.

(2) Daerah milik jalan kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayata (1) termasuk

tanah bagian bawahnya dan ruang bebas diatasnya, dikuasai oleh Pemerintah. (3) Tanah yang terletak di daerah milik jalan kereta api sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diberikan hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Sepanjang tidak membahayakan konstruksi jalan rel, fasilitas operasional

sarana kereta api atau saluran air atau bangunan pelengkap lainnya, di daerah milik jalan kereta api diluar daerah manfaat jalan kereta api dapat diperggunakan untuk keperluan lain atas izin Menteri.

Pasal 24

(1) Batas daerah milik jalan kereta api untuk jalan rel yang terletak dipermukaan

tanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (3) huruf a adalah batas

Page 10: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 10

paling luar sisi kiri dan kanan daerah manfaat jalan kereta api, masing-masing selebar 6 (enam) meter.

(2) Batas daerah milik jalan kereta api untuk jalan rel yang terletak dibawah

permukaan tanah pada Pasal 18 ayat (3) huruf b adalah batas paling luar sisi kiri dan kanan serta bagian bawah daerah manfaat jalan kereta api, masing-masing selebar 2 (dua) meter, serta bagian atas hingga permukaan tanah.

(3) Batas daerah milik jalan kereta api untuk jalan rel yang terletak di atas

permukaan tanah sebagaimana dimkasud pada Pasal 18 ayat (3) huruf c adalah batas paling luar sisi kiri dan kanan daerah manfaat jalan kereta api, masing-masing selebar 2 (dua) meter.

Pasal 25

(1) Daerah pengawasan jalan kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal 17

huruf c terdiri dari daerah milik jalan kereta api beserta bidang tanah atau bidang lain di kiri dan kanannya untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api.

(2) Tanah di daerah pengawasan jalan kereta api dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sepanjang tidak membahayakan operasi kereta api.

Pasal 26

Batas daerah pengawasan jalan kereta api untuk jalan rel yang terletak dipermukaan tanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (3) huruf a, adalah batas paling luar sisi kiri dan kanan daerah milik jalan kereta api masing-masing selebar 9 (sembilan) meter.

Pasal 27

(1) Penyelenggara prasarana kereta api wajib memasang tanda atau patok batas-batas daerah manfaat jalan kereta api dan daerah milik jalan kereta api.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda atau patok batas-batas sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 28

(1) Dilarang membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul dan bangunan lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi serta menempatkan barang pada jalur kereta api baik yang dapat mengganggu pandangan bebas, maupun dapat membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 11: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 11

Pasal 29

(1) Dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan atau dapat diduga

mengakibatkan kejadian pergeseran tanah di jalur kereta api sehingga menggangu atau membahayakan perjalanan kereta api.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 30

(1) Untuk keperluan pengoperasian kereta api, jalur kereta api dikelompokkan dalam beberapa kelas.

(2) Pengelompokkan kelas jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

didasarkan pada : a. kecepatan maksimum yang diizinkan; b. beban gandar maksimum yang diizinkan; c. frekuensi lalu lintas kereta api.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelas jalur kereta api sebagaimana dimaksud

ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 31

(1) Untuk mewujudkan keterpaduan intra dan antar moda transportasi serta keterpaduan pembangunan perkeretaapian dengan sektor pembangunan lainnya ditetapkan rencana umum jaringan jalur kereta api.

(2) Rencana umum jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

terdiri dari :

a. rencana umum jaringan jalur kereta api antar kota ; b. rencana umum jaringan jalur kereta api perkotaan.

Pasal 32 (1) Rencana umum jaringan jalur kereta api antar kota sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a menghubungkan kota-kota dengan jarak sedang dan jarak jauh.

(2) Rencana umum jaringan jalur kereta api perkotaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b menghubungkan jalur kereta api dalam 1 (satu) kota dan atau kota-kota yang berdekatan tidak terbatas pada suatu wilayah administratif.

Page 12: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 12

Pasal 33

Rencana umum jaringan jalur kereta api antar kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a, ditetapkan oleh Pemerintah setelah mendapat pertimbangan dari Pemerintah Daerah.

Pasal 34

(1) Rencana umum jaringan jalur kereta api perkotaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (2) huruf b, yang seluruh jaringannya meliputi beberapa kota ditetapkan oleh Pemerintah setelah mendapat pertimbangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota

(2) Rencana umum jaringan jalur kereta api perkotaan sebagaimana dimaksud pada

Pasal 31 ayat (2) huruf b yang seluruh jaringannya hanya berada dalam satu wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 35

(1) Jaringan jalur kereta api khusus yang seluruh jaringannya meliputi beberapa

Kabupaten / Kota ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi setelah mendapat pertimbangan dari Pemerintah Kabupaten / Kota berdasarkan usulan penyelenggara kereta api khusus.

(2) Jaringan jalur kereta api khusus yang seluruh jaringannya berada dalam 1

(satu) wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan usulan penyelenggara kereta api khusus.

(3) Jaringan jalur kereta api khusus dapat disambungkan ke dalam jaringan jalur

kereta api umum. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persambungan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga Stasiun Kereta Api

Pasal 36

(1) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b berfungsi

untuk : a. keperluan naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang; b. keperluan operasi kereta api; atau

Page 13: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 13

c. keperluan naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang dan keperluan operasi kereta api.

(2) Kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan oleh badan penyelenggara, naik

turunnya penumpang dan/atau bongkarmuat barang hanya dapat dilakukan di stasiun.

Pasal 37

(1) Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang sebagaimana

dimaksud pada Pasal 36 ayat (1) huruf a harus dilengkapi dengan fasilitas : a. operasi kereta api; b. keselamatan; c. kenyamanan; d. kemudahan untuk naik turun penumpang.

(2) Stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (1) huruf a harus dilengkapi dengan fasilitas : a. operasi kereta api; b. keselamatan; c. kenyamanan; d. kemudahan untuk bongkar muat barang.

(3) Stasiun kereta api untuk keperluan operasi kereta api sebagaimana dimaksud

pada Pasal 36 ayat (1) huruf b harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan operasi kereta api.

Pasal 38

(1) Sepanjang tidak mengganggu fungsi stasiun kereta api sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a dan huruf c, di stasiun kereta api dapat diselenggarakan kegiatan usaha penunjang angkutan kereta api.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha penunjang diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Pasal 39 (1) Untuk keperluan operasi dan pengelolaan, stasiun kereta api dikelompokkan

dalam beberapa kelas. (2) Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

didasarkan pada : a. fasilitas yang tersedia; b. frekuensi lalu lintas kereta api;

Page 14: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 14

c. jumlah penumpang dan atau barang yang dilayani.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 40

(1) Terhadap penggunaan jasa pelayanan di stasiun dapat dikenakan pungutan. (2) Jasa pelayanan di stasiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. jasa tunggu penumpang dan jasa bongkar muat barang; b. fasilitas parkir kendaraan; c. jasa penitipan barang (locker); d. jasa fasilitas telekomunikasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jasa pelayanan di stasiun sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 41 (1) Pada setiap stasiun kereta api ditetapkan daerah lingkungan kerja dengan

batas-batas tertentu yang jelas. (2) Tanah yang ditetapkan sebagai daerah lingkungan kerja stasiun sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diberikan hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan mengenai batas daerah lingkungan kerja stasiun sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian keempat Fasilitas Operasi Kereta Api

Pasal 42

Fasilitas operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c meliputi : a. Peralatan persinyalan; b. Instalasi listrik; c. Peralatan telekomunikasi.

Page 15: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 15

Pasal 43 (1) Fasilitas operasi kereta api yang berupa peralatan persinyalan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 huruf a berfungsi sebagai :

a. petunjuk; b. Pengendali.

(2) Peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri

dari :

a. sinyal, yang berfungsi untuk menunjukkan kondisi operasi kereta api; b. tanda, yang berfungsi untuk menunjukkan isyarat yang akan dilaksanakan

kereta api; c. Marka, yang berfungsi sebagai pembatas atau pembeda.

(3) Peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, berfungsi

untuk mengendalikan peralatan persinyalan dan pergerakan sarana kereta api. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 44 (1) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf b, dipergunakan

untuk menggerakkan kereta api bertenaga listrik, dan bagi berfungsinya persinyalan listrik dan peralatan telekomunikasi.

(2) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :

a. pencatu daya listrik; b. peralatan transmisi.

(3) Penggunaan instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagalistrikan.

Pasal 45

(1) Peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c

berfungsi untuk penyampaian informasi dan atau komunikasi bagi kepentingan operasi kereta api.

Page 16: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 16

(2) Informasi dan atau kegiatan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),harus direkam.

Pasal 46

Penggunaan frekuensi telekomunikasi untuk kepentingan operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang telekomunikasi.

Bagian Kelima

Perawatan Prasarana

Pasal 47

(1) Prasarana kereta api agar tetap memenuhi persyaratan laik operasi, dilakukan perawatan prasarana kereta api.

(2) Pelaksanaan perawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan di

balai yasa dan/atau di tempat prasarana berada. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perawatan dan balai yasa diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Bagian Keenam Penggunaan Prasarana oleh Badan Penyelenggara lain

Pasal 48

(1) Penggunaan prasarana kereta api milik Pemerintah oleh Badan Penyelenggara

atau penggunaan prasarana kereta api antar Badan Penyelenggara dikenakan biaya.

(2) Besarnya biaya penggunaan prasarana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pemilik prasarana kereta api dengan badan penyelenggara yang menggunakannya.

BAB VII

PERPOTONGAN DAN PERSINGGUNGAN JALUR KERETA API DENGAN BANGUNAN LAIN

Bagian Kesatu

Perpotongan dan Persinggungan

Pasal 49

(1) Perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan yang disebut perlintasan dibuat dengan prinsip tidak sebidang.

Page 17: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 17

(2) Pengecualian terhadap prinsip sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dimungkinkan dengan mempertimbangkan keselamatan dan kelancaran, baik perjalanan kereta api maupun lalu lintas jalan serta teknologi.

(3) Ketentuan mengenai perpotongan dan pengecualiannya sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 50

(1) Pembangunan jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air dan atau

prasarana lain yang menimbulkan atau memerlukan persambungan, perpotongan atau persinggungan dengan jalur kereta api, dilaksanakan dengan cara yang tidak membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pembangunan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 51 (1) Pembangunan, pengoperasian, dan perawatan perlintasan yang dibuat setelah

diberlakukannya undang-undang ini menjadi tanggung jawab pembuat perlintasan.

(2) Pengoperasian, dan perawatan perlintasan sebidang yang telah mendapat izin

dan telah beroperasi sebelum diberlakukan undang-undang ini menjadi tanggung jawab penyelenggara prasarana kereta api kecuali yang diperjanjikan lain.

Pasal 52 (1) Untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai jalan,

perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin dan tidak ada penanggungjawabnya, wajib ditutup.

(2) Penutupan perlintasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penutupan perlintasan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 53

(1) Perpotongan di atas jalur kereta api dapat berupa :

a. kabel yang melintasi jalur kereta api; b. jalan layang;

Page 18: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 18

c. prasarana lain yang melintasi jalur kereta api. (2) Pembuatan perpotongan di atas jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) wajib memenuhi ketentuan persyaratan perpotongan di atas jalur kereta api.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perpotongan di atas jalur kereta

api sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 54

(1) Perpotongan di bawah jalur kereta api dapat berupa :

a. penanaman kabel atau pipa atau prasarana lain ; b. jalan di bawah jalur kereta api .

(2) Pembuatan perpotongan di bawah jalur kereta api sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) wajib memenuhi ketentuan persyaratan perpotongan di bawah jalur kereta api.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perpotongan di bawah jalur kereta

api sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 55

(1) Penanaman pipa atau kabel atau bangunan lain yang bersinggungan atau

sejajar dengan kereta api wajib memenuhi persyaratan teknis dan keselamatan yang ditentukan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan keselamatan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Bagian Kedua

Pembangunan Perpotongan dan Persinggungan

Pasal 56

(1) Pembangunan jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air dan/atau prasarana lain yang menimbulkan atau memerlukan persambungan, perpotongan atau persinggungan dengan jalur kereta api dapat dilakukan setelah mendapatkan izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh pemilik jaringan jalur

kereta api.

Page 19: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 19

(3) Pemilik jaringan jalur kereta api harus memberikan izin perpotongan atau persinggungan sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk kepentingan umum seperti jalan, kabel telkom, listrik, saluran air.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara perizinan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 57

Badan hukum atau instansi pembuat perpotongan dan/atau persinggungan bertanggung jawab terhadap pembangunan, perawatan dan pengoperasian perpotongan dan/atau persinggungan.

BAB VIII

SARANA KERETA API

Bagian Kesatu Persyaratan Teknis dan Kelaikan

Sarana Kereta Api

Pasal 58 (1) Sarana kereta api menurut jenisnya terdiri dari :

a. Lokomotif ; b. Kereta ; c. Gerbong ; d. Sarana untuk keperluan khusus .

(2) Setiap sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang

dioperasikan di jalan rel wajib memenuhi persyaratan keandalan dan kelaikan yang berlaku bagi masing-masing jenis sarana kereta api.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan keandalan dan persyaratan

kelaikan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Pemeriksaan dan Pengujian

Pasal 59 Untuk menjamin pemenuhan persyaratan kelaikan operasi sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) terhadap setiap sarana kereta api wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Pasal 60

Page 20: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 20

(1) Pemeriksaan sarana kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal 59 dilakukan secara berkala dan setiap akan dioperasikan.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara satu

persatu untuk masing-masing sarana kereta api dan secara keseluruhan dalam rangkaian kereta api.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh Badan

Penyelenggara. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan sarana sebagaimana dimaksud

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 61 (0) Pengujian sarana kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, terdiri dari

: a. Uji pertama ; b. Uji berkala ;

(2) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a. diwajibkan untuk

setiap sarana kereta api baru dan/atau sarana kereta api yang telah mengalami perubahan spesifikasi dan/atau bentuk

(3) Uji berkala sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) huruf b. diwajibkan untuk

setiap sarana kereta api yang telah dioperasikan. (4) Uji pertama dan uji berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

oleh Pemerintah.

Pasal 62

(1) Uji pertama sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 ayat (1) huruf a, terdiri :

a. Uji rancang bangun ; b. Uji fungsi.

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara uji pertama diatur

lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

Pasal 63 (1) Setiap sarana kereta api setelah dinyatakan lulus uji pertama diberikan sertifikat

uji pertama. (2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku selamanya

kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.

Page 21: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 21

(3) Sarana kereta api yang telah memperoleh sertifikat uji pertama kemudian mengalami perubahan spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib dilakukan kembali uji pertama.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tatacara pemberian sertifikat uji

pertama diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 64

(1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b. diwajibkan untuk setiap setiap sarana kereta api yang telah dioperasikan.

(2) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya berkaitan dengan uji

fungsi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu, persyaratan dan tatacara uji berkala

diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal 65 (1) Setiap sarana kereta api setelah dinyatakan lulus uji diberikan sertifikat uji

berkala yang diterbitkan oleh pemerintah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tatacara pemberian sertifikat uji

berkala diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Bagian Ketiga Perawatan Sarana

Pasal 66

(1) Sarana kereta api agar tetap memenuhi persyaratan laik operasi, dilakukan

perawatan sarana kereta api. (2) Pelaksanaan perawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan di

balai yasa dan/atau di dipo. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perawatan dan balai yasa diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat Awak Sarana Kereta Api

Pasal 67

Page 22: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 22

(1) Pengoperasian kereta api dilakukan oleh awak kereta api yang memiliki kualifikasi kecakapan yang dibuktikan dengan sertifikat yang diberikan oleh pemerintah.

(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh setelah lulus

mengikuti pendidikan dan atau pelatihan. (2) Ketentuan mengenai awak kereta api, pendidikan dan sertifikasi diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 68

(1) Untuk menjamin keselamatan perjalanan kereta api, Badan Penyelenggara wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istirahat awak kereta api.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja dan waktu istirahat awak kereta api

diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

BAB IX

RANCANG BANGUN DAN REKAYASA PERKERETAAPIAN

Pasal 69

(1) Untuk mengembangkan perkeretaapian dilakukan rancang bangun dan

rekayasa perkeretaapian. (2) Rancang bangun dan rekayasa perkereteapian sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dapat dilakukan oleh : a. pemerintah ; b. badan usaha ; dan c. lembaga penelitian.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X

LALU LINTAS KERETA API

Pasal 70

(1) Untuk keselamatan perjalanan kereta api, dalam pengoperasian kereta api digunakan prinsip berlalu lintas satu arah baik pada jalur tunggal maupun lebih dengan ketentuan :

a. pada satu petak blok hanya diizinkan dilewati oleh satu kereta api; b. menggunakan prinsip jalur kanan untuk jalur kereta api lebih dari satu.

Page 23: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 23

(2) Ketentuan lebih lanjut tata cara berlalu lintas serta pengecualian prinsip berlalu

lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 71

(1) Untuk keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban pengoperasian

yang dimulai dari keberangkatan kereta api di stasiun awal, bersilang dan bersusulan serta berhenti di stasiun, perjalanan kereta api digambarkan dalam grafik perjalanan kereta api.

(2) Grafik perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

dirubah apabila terdapat perubahan pada :

a. prasarana kereta api; b. jumlah sarana kereta api; c. petugas prasarana dan awak sarana kereta api; d. permintaan angkutan; e. keadaan memaksa.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan, penetapan, perubahan,

serta masa berlakunya grafik perjalanan kereta api diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 72

Apabila terdapat persambungan antara jalur kereta api perkotaan dengan kereta api antar kota dan/atau dengan jalur kereta api Badan Penyelenggara lain dan/atau dengan kereta api khusus, perjalanan kereta api diatur berdasarkan kesepakatan antar Badan Penyelenggara.

Pasal 73

Kereta api hanya dapat dioperasikan oleh masinis yang mendapat perintah tugas dari Badan Penyelenggara.

Pasal 74

Masinis kereta api yang menjalankan kereta api wajib mematuhi sinyal, tanda (semboyan) dan marka serta memperhatikan jalan rel yang akan dilewati.

Pasal 75

Page 24: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 24

Dalam hal terjadi perpotongan jalur kereta api dengan jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum atau lalu lintas khusus, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api.

Pasal 76

(1) Setiap orang dilarang :

a. berada di atap kereta; b. berada di lokomotif; c. memasuki ruang kerja awak kereta api; d. berada di kereta/gerbong yang peruntukannya bukan bagi penumpang.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi awak

kereta api yang sedang melaksanakan tugas dan/atau seseorang yang mendapat izin dari Badan Penyelenggara.

BAB XI

ANGKUTAN

Bagian Kesatu

Jaringan Pelayanan Kereta api

Pasal 77 (1) Pelayanan kereta api penumpang dan/atau barang dilayani dalam jaringan

pelayanan kereta api.

(2) Jaringan pelayanan kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan persambungan dari berbagai lintas pelayanan kereta api yang dipadukan dengan moda transportasi lainnya.

(3) Jaringan pelayanan kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi

jaringan pelayanan angkutan antar kota dan jaringan pelayanan angkutan perkotaan;

Page 25: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 25

(4) Jaringan pelayanan angkutan antar kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari : a. lintas utama; b. lintas cabang.

Pasal 78

(1) Jaringan pelayanan kereta api antar kota dan jaringan pelayanan kereta api

perkotaan yang meliputi beberapa kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 77 ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Jaringan pelayanan kereta api perkotaan yang berada dalam satu wilayah

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 77 ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

(3) Jaringan pelayanan kereta api antar kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 77

ayat (3) dapat menghubungkan kota-kota di dalam negeri dan kota-kota di luar negeri.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaringan pelayanan kereta api sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua

Angkutan Orang dengan Kereta Api

Pasal 79 (1) Angkutan orang hanya dilakukan dengan kereta penumpang; (2) Dalam kondisi tertentu badan penyelenggara dapat melakukan pengangkutan

orang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan gerbong. (3) Pengangkutan orang dengan menggunakan sarana kereta api lainnya

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mememuhi persyaratan keselamatan penumpang dan persyaratan minimal fasilitas pelayanan penumpang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan keselamatan penumpang dan

persyaratan minimal fasilitas pelayanan penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 80 alternatif 1

Page 26: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 26

Pelayanan kereta api penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 menurut kelas pelayanannya terdiri dari pelayanan kelas ekonomi dan pelayanan kelas non ekonomi.

Pasal 80 alternatif 2

(1) Pelayanan kereta api penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 menurut kelas pelayanannya terdiri dari pelayanan kelas ekonomi dan pelayanan kelas non ekonomi.

(2) Komposisi pelayanan ekonomi dan non ekonomi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 80 alternatif 3

Pengangkut wajib memberikan pelayanan kepada penumpang sesuai dengan tingkat pelayanan yang tercantum dalam syarat-syarat umum angkutan.

Pasal 81

(1) Pengangkut wajib memberikan pelayanan berupa perlakuan khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat dan/atau orang sakit.

(2) Pemberian perlakuan khusus dan kemudahan sebagaiman dimaksud dalam

ayat (1) tidak dipungut biaya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlakuan khusus dan kemudahan sebagaiman

dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

Pasal 82

Dilarang menjual karcis kereta api di luar tempat yang telah ditentukan oleh Pengangkut.

Pasal 83

(1) Penyelenggaraan pelayanan angkutan orang dilakukan setelah dipenuhinya syarat-syarat umum angkutan yang telah ditetapkan oleh pengangkut berdasarkan Undang-undang ini;

(2) Karcis penumpang merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan.

Pasal 84 Orang yang telah memenuhi syarat-syarat umum angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 wajib diangkut oleh pengangkut.

Pasal 85

(1) Dalam penyelenggaraan angkutan orang dengan kereta api, pengangkut wajib :

Page 27: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 27

a. mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas; b. menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang telah ditetapkan; c. mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif angkutan penumpang

kepada masyarakat di stasiun atau media lain; d. mematuhi jadwal keberangkatan kereta api; (2) Apabila terjadi pembatalan, penundaan keberangkatan, keterlambatan, atau

pengalihan pelayanan lintas kereta api, pengangkut wajib mengumumkan kepada masyarakat dan/atau penumpang.

Pasal 86

(1) Jika terjadi pembatalan keberangkatan perjalanan kereta api oleh pengangkut,

maka pengangkut wajib mengembalikan jumlah biaya yang telah dibayar oleh calon penumpang.

(2) Apabila dalam perjalanan kereta api terdapat hambatan atau gangguan yang

mengakibatkan kereta api tidak dapat melanjutkan perjalanan sampai stasiun tujuan yang disepakati, pengangkut wajib :

a. meneruskan perjalanan dengan kereta api lain yang setara pada kesempatan

pertama; atau b. meneruskan perjalanan dengan moda lain yang setara; atau c. memberikan kompensasi ganti rugi senilai harga tiket dengan kelas yang

setara hingga sampai ke stasiun tujuan yang disepakati.

Pasal 87

(1) Dalam penyelenggaraan angkutan orang dengan kereta api pengangkut berwenang untuk:

a. melaksanakan pemeriksaan terhadap pemenuhan syarat-syarat umum

angkutan bagi penumpang; b. melaksanakan penindakan atas pelanggaran terhadap syarat-syarat umum

angkutan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. menertibkan penumpang kereta api atau masyarakat yang mengganggu

perjalanan kereta. (2) Apabila dianggap membahayakan keselamatan,ketertiban dan kepentingan

umum pengangkut dapat membatalkan perjalanan kereta api.

Bagian Ketiga Angkutan Barang dengan Kereta Api

Pasal 88

(1) Angkutan barang dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan gerbong

dan atau kereta bagasi

Page 28: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 28

(2) Angkutan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari :

a. barang umum; b. barang khusus; c. bahan berbahaya.

Pasal 89

(1) Angkutan barang umum dan barang khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 88 ayat (2) huruf a dan huruf b, wajib memenuhi persyaratan :

a. pemuatan, pembongkaran dan susunan barang pada tempat-tempat yang telah ditetapkan sesuai dengan klasifikasinya;

b. keselamatan dan keamanan barang yang diangkut; c. gerbong yang digunakan sesuai dengan klasifikasi barang yang diangkut.

(2) Kereta api yang digunakan untuk mengangkut bahan berbahaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 88 ayat (2) huruf c. Wajib :

a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai sifat bahan berbahaya yang diangkut;

b. diberi tanda-tanda tertentu sesuai bahan berbahaya yang diangkut; c. disertai petugas yang memiliki kualifikasi tertentu sesuai sifat bahan

berbahaya yang diangkut. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkutan barang dengan kereta api

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 90

(1) Penyelenggaraan pelayanan angkutan barang dilakukan setelah dipenuhinya

syarat-syarat umum angkutan yang telah ditetapkan oleh pengangkut berdasarkan Undang-undang ini.

(2) Surat Angkutan Barang merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan.

Pasal 91

Barang yang telah memenuhi syarat-syarat umum angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) wajib diangkut oleh pengangkut.

Pasal 92

(1) Dalam penyelenggaraan angkutan barang dengan kereta api pengangkut

berwenang untuk:

a. melaksanakan pemeriksaan terhadap pemenuhan syarat-syarat umum angkutan barang;

Page 29: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 29

b. melaksanakan penindakan atas pelanggaran terhadap syarat-syarat umum angkutan sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

c. menurunkan barang yang diangkut pada stasiun terdekat apabila ternyata barang yang diangkut dapat membahayakan keselamatan dan keamanan angkutan atau perjalanan kereta api.

(2) Apabila barang yang akan diangkut dianggap membahayakan keselamatan

perjalanan kereta api dan/atau perjalanan kereta api dianggap membahayakan keselamatan, ketertiban dan kepentingan umum, pengangkut dapat membatalkan perjalanan kereta api.

Pasal 93

Pengirim barang bertanggung jawab atas kebenaran keterangan yang dicantumkan dalam surat angkutan barang, dan semua biaya yang timbul sebagai akibat keterangan yang tidak benar yang merugikan pengangkut atau pihak ketiga, menjadi beban pengirim barang.

Pasal 94

(1) Jika terjadi pembatalan keberangkatan perjalanan kereta api oleh pengangkut, maka pengangkut wajib mengembalikan jumlah biaya yang telah dibayar oleh pengirim barang.

(2) Apabila dalam perjalanan kereta api terdapat hambatan atau gangguan yang mengakibatkan kereta api tidak dapat melanjutkan perjalanan sampai stasiun tujuan yang disepakati, pengangkut wajib meneruskan perjalanan dengan :

a. kereta api lain yang sejenis; atau b. angkutan barang moda lain.

Pasal 95

(1) Setibanya barang di tempat tujuan, pengangkut segera memberitahu penerima

barang dengan cara yang secepat mungkin bahwa barang telah tiba dan dapat segera diambil;

(2) Biaya-biaya yang timbul karena penerima barang terlambat atau lalai mengambil barang menjadi tanggung jawab penerima barang.

Bagian Keempat Angkutan Kereta Api Khusus

Pasal 96

Page 30: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 30

(1) Pelayanan angkutan kereta api khusus semata-mata dipergunakan untuk menunjang badan usaha dalam melakukan kegiatan pokoknya.

(2) Pelayanan angkutan kereta api khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dapat dipadukan dengan jaringan pelayanan angkutan kereta api untuk umum. (3) Ketentuan mengenai pelayanan angkutan kereta api sebagaimana dimaksud

dalam aya (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kelima Tarif

Alternatif 1 Pasal 97

Susunan tarif jasa angkutan kereta api diatur dengan peraturan pemerintah

Pasal 98

Besaran tarif jasa angkutan kereta api ditetapkan oleh penyelenggara jasa angkutan kereta api dengan berdasarkan susunan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pasal 99 Apabila penyelenggaraan angkutan kereta api hanya dilakukan oleh 1 (satu) Badan Penyelenggara pada lintas tertentu atau seluruh lintas, besaran tarif ditetapkan oleh Pemerintah. Alternatif 2

Pasal 100

(1) Tarif jasa angkutan kereta api terdiri dari :

a. tarif angkutan orang; b. tarif angkutan barang.

(2) Tarif angkutan orang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari

:

a. tarif kelas ekonomi; b. tarif kelas non ekonomi.

Pasal 101

(1) Struktur tarif pelayanan ekonomi kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal

100 ayat (2) huruf a terdiri dari tarif dasar dan tarif jarak.

Page 31: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 31

(2) Struktur tarif pelayanan non ekonomi kereta api Pasal 100 ayat (2) huruf b terdiri dari, tarif dasar, tarif jarak, dan tarif pelayanan tambahan.

Pasal 102 (1) Tarif dasar dan tarif jarak sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 ayat (1)

ditetapkan batas atas dan batas bawah oleh pemerintah . (2) Tarif pelayanan non ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 ayat (2)

ditetapkan oleh pengangkut.

Pasal 103

Tarif angkutan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf b ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pengangkut dengan pengguna jasa.

Bagian Keenam Tanggung Jawab Pengangkut

Pasal 104

(1) Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang

karena meninggal dunia atau luka-luka yang timbul dari penyelenggaraan pengangkutan itu, kecuali apabila badan penyelenggara dapat membuktikan bahwa meninggal atau lukanya penumpang disebabkan oleh suatu kejadian yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarinya atau karena kesalahan penumpang sendiri.

(2) Kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian

yang nyata-nyata dialami, tidak termasuk keuntungan yang akan diperoleh atau bagian biaya atas pelayanan sudah dinikmati.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimulai sejak

diangkutnya penumpang dan berakhir ditempat tujuan yang disepakati. (4) Pengangkut tidak bertanggung jawab atas meninggal atau lukanya penumpang

yang tidak diakibatkan oleh pengoperasian kereta api.

(5) Pengangkut tidak bertanggung jawab terhadap kerugian atas barang bawaan penumpang, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan karena kesalahan atau kelalaian pengangkut;

Page 32: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 32

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (4), diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 105 (1) Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim

barang karena barang musnah, hilang atau rusak yang timbul dari penyelenggaraan angkutan, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa musnah, hilang atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarinya atau cacat dari barang tersebut atau kesalahan dari pengirim sendiri.

(2) Kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian

yang nyata-nyata dialami, tidak termasuk keuntungan yang akan diperoleh dan biaya jasa yang telah digunakan.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimulai sejak

diangkutnya barang sampai diserahkannya barang di tempat tujuan yang disepakati.

(4) Pengangkut tidak bertanggung jawab apabila kerugian itu disebabkan karena

dicantumkannya keterangan yang tidak benar dalam surat angkutan barang oleh pengirim barang.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 106

(1) Pengangkut tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga yang timbul dari penyelenggaraan pengangkutan, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan kesalahan pengangkut.

(2) Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti rugi dari pihak ketiga

kepada pengangkut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian.

Bagian Ketujuh Hak Pengangkut

Pasal 107

(1) Pengangkut mempunyai hak untuk menahan barang yang diangkut dengan kereta api, apabila pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian pengangkutan.

Page 33: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 33

(2) Pengirim atau penerima barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikenakan biaya penyimpanan atas barang yang ditahan.

(3) Apabila pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban setelah batas waktu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlampaui, pengangkut dapat menjual secara lelang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk memenuhi kewajiban pengirim dan atau penerima barang.

Pasal 108

Barang-barang yang tidak bertuan yang disimpan oleh pengangkut setelah lewat waktu sesuai dengan perjanjian pengangkutan, dapat dijual secara lelang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku atau dimusnahkan apabila sifatnya berbahaya atau dapat mengganggu dalam penyimpanannya

Bagian Kedelapan Jangka Waktu Pengajuan Ganti Rugi

Pasal 109

(1) Apabila pihak yang menerima barang tidak menyampaikan keberatan pada

waktu menerima barang dari pengangkut, dianggap barang telah diterima dalam keadaan baik.

(2) Apabila terdapat kerusakan barang pada saat barang diterima dari pengangkut,

penerima barang dapat mengajukan keberatan dan permintaan ganti rugi selambat-lambatnya tujuh hari setelah barang diterima.

(3) Apabila tidak diajukan keberatan dan permintaan ganti rugi dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hak untuk menuntut ganti rugi kepada pengangkut menjadi batal, kecuali penerima barang dapat membuktikan bahwa tidak diketahuinya kerusakan atau kehilangan disebabkan penipuan oleh pengangkut.

B A B XII

ASURANSI

Pasal 110

(1) Pengangkut wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104, Pasal 105 dan Pasal 106.

Page 34: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 34

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai wajib asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah;

Pasal 111

(1) Pengangkut wajib mengasuransikan awak sarana kereta api terhadap risiko

terjadinya kecelakaan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai asuransi awak sarana kereta api sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB XII

HAK BADAN PENYELENGGARA

Pasal 112 (1) Badan Penyelenggara dapat menuntut ganti rugi kepada pihak lain yang karena

kelalaian atau kesengajaannya menimbulkan kerugian terhadap prasarana dan sarana termasuk orang yang diperkerjakannya.

(2) Hak untuk menuntut ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kejadian yang menimbulkan kerugian.

BAB XIII

PENYIDIKAN

Pasal 113 (1) Selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pegawai Negeri Sipil tertentu

di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang perkereta apian, dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perkereta apian.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang untuk :

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan, pengaduan atau keterangan tentang adanya tindak pidana;

Page 35: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 35

b. memanggil dan memeriksa saksi dan/atau tersangka;

c. melakukan penggeledahan, penyegelan dan/atau penyitaan alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana;

d. melakukan pemeriksaan tempat yang diduga digunakan untuk melakukan

tindak pidana;

e. meminta keterangan kepada saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti dari orang dan/atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana;

f. membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan;

g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang

adanya tindak pidana. (3) Pelaksanaan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dan ayat (2),

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 114

Badan Penyelenggara yang mengoperasikan prasarana kereta api dan sarana kereta api tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan pasal 58 ayat (2) dipidana dengan pidana ....... dan/atau denda setinggi-tingginya …....

Pasal 115

Setiap orang berada di daerah manfaat jalan kereta api, menyeret barang di atas atau melintasi jalur kereta api, menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain untuk angkutan kereta api, berada di luar tempat yang disediakan untuk angkutan penumpang dari/atau barang, mengganggu ketertiban dan/atau pelayanan umum, dan memasuki atau berada di tempat tertentu dalam stasiun kereta api selain yang disediakan untuk angkutan penumpang dan/atau barang di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal ....16 ayat (1) dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi-tingginya …..

Pasal 116

Barang siapa membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul dan bangunan lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi serta menempatkan barang pada jalur kereta api baik yang dapat mengganggu pandangan bebas, maupun dapat membahayakan keselamatan perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi-tingginya ….

Pasal 117

Page 36: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 36

Barang siapa melakukan perbuatan yang mengakibatkan atau dapat diduga mengakibatkan kejadian pergeseran tanah di jalur kereta api sehingga menggangu atau membahayakan perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi -tingginya …..

Pasal 118

Badan Penyelenggara yang mengoperasikan sarana kereta api tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 58 ayat (2) dipidana dengan denda setinggi-tingginya …. ...

Pasal 119

Barang siapa mengoperasikan sarana kereta api tidak dapat menunjukan sertifikat keahlian sarana sebagaimana dimaksud pada Pasal 67 ayat (1) dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi -tingginya …. ... dan dapat dicabut sertifikat keahliannya.

Pasal 120

Badan Penyelenggara yang tidak mematuhi ketentuan waktu kerja dan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi -tingginya …. ... dan dapat dicabut sertifikat keahliannya.

Pasal 121

Masinis yang mengoperasikan kereta api tidak diberi perintah tugas dari Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi -tingginya …. .

Pasal 122

Masinis kereta api yang tidak mematuhi sinyal, tanda (semboyan) , dan marka dalam mengoperasikan kereta api sebagaimana dimaksud pada Pasal 74 dipidana dengan pidana ……dan/a tau denda setinggi-tingginya ….

Pasal 123

Setiap orang berada di atap kereta, berada di lokomotif, memasuki ruang kerja awak kereta api, dan berada di kereta/gerbong yang peruntukannya bukan bagi penumpang sebagaimana dimaksud pada Pasal 76 ayat (1) dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi -tingginya …..

Page 37: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 37

Pasal 124

Barang siapa menjual karcis kereta api di luar tempat yang telah ditentukan oleh Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada Pasal 82 dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setingg i-tingginya …. ..

Pasal 125

Barang siapa melakukan perbuatan yang mengakibatkan rusaknya, mengurangi nilai atau tidak dapat berfungsinya atau tidak berfungsi secara sempurna sarana dan/atau prasarana kereta api, dipidana dengan pidana ……dan/atau denda setinggi-tingginya ….

Pasal 126

Pengangkut yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama ….. bulan atau denda setinggi -tingginya Rp ……….. (……juta rupiah).

Pasal 127

Pengangkut yang tidak mengasuransikan awak sarana kereta api terhadap risiko kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama ….. bulan atau denda setinggi -tingginya Rp ……….. (……juta rupia h).

Pasal 128 Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 sampai dengan Pasal 127 Undang-undang ini adalah pelanggaran.

Pasal 129

Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 menyebabkan matinya orang, luka berat atau cacat dapat dipidana sesuai dengan ketentuan dalam hukum pidana.

BAB XV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 130

(1) Terhadap setiap kecelakaan kereta api harus dilakukan penelitian sebab-

sebabnya.

Page 38: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 38

(2) Penelitian kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan oleh Panitia yang pembentukan, susunan dan tugas-tugasnya diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 131

Pada tanggal mulai berlakunya undang-undang ini prasarana kereta api yang ada dan dimiliki oleh Pemerintah tetap menjadi milik Pemerintah.

Pasal 132 Pada tanggal mulai berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan mengenai perkeretaapian dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 133

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 134 Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal ……………………………... Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal ………………….

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

……………………………….. Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI/SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Page 39: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 39

ttd. …………………….

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN …………. NOMOR ……..

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI

Kepala Biro Hukum Perundang-undangan

ttd.

…………………………….

Pasal 8 (1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c.e meliputi

pengawasan : a. pelaksanaan norma ; b. pemenuhan standar; c. pemberlakukan pedoman dan prosedur ; d. sertifikasi kualitas sumber daya manusia perkereta apian ; e. sertifikasi kelaikan sarana dan prasarana perkereta apian ; f. penyidikan pelanggaran undang-undang perkereta apian ; g. perizinan; h. pelaksanaan Gapeka.

(3) Pengawasan pelaksanaan norma, pemenuhan standar, pemberlakukan

pedoman dan prosedur, sertifikasi kualitas sumber daya manusia, sertifikasi kelaikan prasarana dan sarana pekerekerataapian serta penyidikan pelanggaran undang-undang perkereta apian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,dan huruf f dilaksanakan oleh Pemerintah.

(4) Pengawasan perizinan dan pelaksaan Gapeka untuk perekereta apian antar

kota dilaksanakan oleh Pemerintah. (5) Pengawasan perizinan dan pelaksanaan Gapeka untuk perkereta apian

perkotaan dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/Kota. Catatan : ini penjelasan Bab pembinaan

Catatan : Perlu diberi penjelasan mengenai keselamatan operasi di dalam penjelasan

Usaha penunjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa usaha pertokoan, rumah makan, perkantoran dan atau akomodasi. Catatan : Ayat ( 2) masuk kedalam Penjelasan Pasal mengenai stasiun

Page 40: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

C:\KERETA API\RUU KA (jumat 28 Maret 2003) 40

Catatan : Perlu penjelasan mengenai pembatas dan pembeda pada pasal 43. Catatan : pada pasal perpotongan Dalam penjelasan perlu dimasukan tahapan peningkatan dari perlintasan yang sebidang yang ada menjadi tidak sebidang (ambil penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 13 tahun 1992) Catatan : Pada penjelasan pasal 50 mengenai perawatan perlintasan Yang dimaksud perawatan perlintasan adalah perawatan perangkat perlintasan tidak termasuk perawatan jalan umum yang ada di perlintasan Catatan : Dalam penjelasan pasal 76 tentang dalam kondisi tertentu pengangkutan orang dapat menggunakan gerbong perlu dijelaskan yang dimaksud kondisi tertentu tersebut. Catatan: Penjelasan pasal 82 ayat (2) huruf b perlu disebutkan hewan termasuk barang khusus. Perlu dijelaskan masalah laik operasi termasuk didalamnya kelebihan muatan. Catatan tanggal 4-03-2003 : - Masalah kewenangan, keselamatan, issue privatisasi perlu diatur secara tuntas

dalam revisi Undang-undang 13 Tahun 1992 - Definisi ”jalan rel” agar di jelaskan lebih terperinci. - Berkaitan dengan RUJJ kewenangan Propinsi dan Kabupaten/Kota perlu

diperjelas. - Masalah kewenangan kembali ke Undang – undang 22 Thn 1998 dan PP 25 Thn

2000. - Di tambahkan pengaturan mengenai ”Hak Tua”. - Dipertimbangkan penggunaan kata ”Commuter” untuk KA perkotaan, namun

definisi dari ”Commuter” sendiri perlu diperjelas atau perlu diperjelas pengertian perkotaan.

- Jadwal pembahasan akan dilaksanakan di Ruang Rapat Utama Dit. Perkeretaapian, tanggal 11 – 03 -2003 jam 10.00 WIB

- Rapat penyusunan di hotel La Meridien setelah seminar PSO hari Jumat dan Sabtu.

- Kemudian akan diseminarkan di Trisakti pada awal April 2003. - Untuk seminar akan mengundang Bpk.Lambock dari Sesneg, UI, dan Trisakti

sebagai Pembahas. - Pembahasan akhir setelah seminar di Trisakti.

Page 41: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

Penjelasan 28 maret 03 Prada.doc

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR …. TAHUN …………. TENTANG PERKERETAAPIAN

UMUM Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara masal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, dan tingkat pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalulintasnya seperti angkutan perkotaan. Menyadari akan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, maka peran perkeretaapian perlu lebih dimanfaatkan dalam upaya pengembangan sistim transportasi nasional secara terpadu, untuk itu penyelenggaraan perkeretaapian yang dimulai dari perencanaan, pembangunan, perawatan dan pengoperasiannya perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga dapat terwujud terselenggaranya angkutan keretaapi yang selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, dan efisien serta terpadu dengan moda transportasi lain yang pada akhirnya terdapat keserasian dan keseimbangan beban antar moda transportasi sehingga mampu meningkatkan penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas angkutan orang dan barang. Sejak diundangkannya Undang-undang nomor 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian, penyelenggaraan perkeretaapian telah menunjukkan peningkatan peran yang penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, memperlancar kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Adanya perkembangan tehnologi perkeretaapian, dan perubahan lingkungan global yang tidak terpisahkan dari sistem perdagangan global yang menitik beratkan pada asas perdagangan bebas dan tidak diskriminatif serta meningkatnya kemampuan sektor swasta, maka dipandang perlu mendorong peran swasta untuk ikut serta dalam penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Disamping itu dengan meningkatnya kebutuhan angkutan penumpang maupun barang dengan kereta api maka perlu diimbangi dengan peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa tersebut baik pelayanan sebelum keberangkatan, dalam perjalanan maupun setelah turun dari kereta api. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka peran pemerintah dalam penyelenggaraan perkerataapian perlu di titik beratkan pada pembinaan yang meliputi penentuan kebijakan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan dengan mengikut sertakan peran masyarakat sehingga diharapkan penyelenggaraan perkeretaapian dapat terlaksana secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Page 42: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

2

Dengan tetap berpijak pada arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional serta dengan memperhatikan perkembangan yang berlangsung baik secara nasional maupun internasional terutama di bidang perkeretaapian, norma hukum pembinaan dan penyelenggaraan perkeretaapian yang diatur dalam Undang-undang 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian perlu diganti. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Cukup jelas. Angka 2 Cukup jelas. Angka 3 Yang dimaksud menghubungkan berbagai tempat termasuk menghubungkan titik temu berbagai moda transportasi. Angka 4 Cukup jelas. Angka 5 Cukup jelas. Angka 6 Cukup jelas. Angka 7 Cukup jelas. Angka 8 Cukup jelas. Angka 9 Cukup jelas. Angka 10 Cukup jelas. Angka 11 Yang dimaksud dengan Badan Usaha dalam ketentuan ini adalah Badan Usaha yang tunduk pada hukum Indonesia. Angka 12 Cukup Jelas

Page 43: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

3

Angka 13 Yang dimaksud dengan awak kereta api dalam ketentuan ini adalah orang-orang yang terkait langsung dengan pengoperasian kereta api. Angka 14 Cukup Jelas. Angka 15 Cukup Jelas. Angka 16 Cukup Jelas. Pasal 2 Dalam ketentuan pasal ini yang dimaksud dengan : a asas manfaat yaitu, bahwa perkeretaapian harus dapat memberikan manfaat yang

sebesar besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan perikehidupan yang berkesinambungan bagi Warga Negara;

b asas adil dan merata yaitu, bahwa perkerataapian harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat;

c asas keseimbangan yaitu, bahwa perkerataapian harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan internasional;

d asas kepentingan umum yaitu, bahwa perkeretaapian harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas;

e asas keterepaduan yaitu, bahwa perkeretaapian harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang dan saling mengisi baik intra maupun antar moda transportasi;

f asas percaya pada diri sendiri yaitu, bahwa perkeretaapian harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian bangsa

g asas transparansi yaitu bahwa penyelenggaraan perkeretaapian dalam pelayanannya harus diketahui oleh masyarakat luas.

h asas akuntabilitas yaitu bahwa penyelenggaraan perkeretaapian harus dapat di pertanggungjawabkan terhadap setiap kebijakan yang dibuat.

Pasal 3 Secara masal dalam ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut orang dan/atau barang dalam jumlah atau volume besar setiap kali perjalanan Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Page 44: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

4

Ayat (3) Yang dimaksud dengan perjalan ulang alik dalam ketentuan ini adalah perjalanan dari asal ke pusat kegiatan secara rutin. Ayat 4 Cukup jelas Ayat 5 Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Pengertian dikuasai oleh negara adalah bahwa negara mempunyai hak penguasaan atas penyelenggaraan perkeretaapian yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Aspek Pengaturan mencakup perencanaan, perumusan, dan penentuan kebijaksanaan umum maupun teknis untuk mencapai tujuan berupa persyaratan keselamatan, peizinan dan penyelenggaraan perkeretaapian. Aspek pengendalian dilakukan baik dibidang pembangunan maupun operasi berupa pengarahan dan bimbingan terhadap penyelenggaraan perkeretaapian. Aspek pengawasan adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan perkeretaapian. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Sebagian penyelenggaraan perkerataapian dalam ketentuan ini bahwa penyelenggaraan dapat dilakukan untuk segmen tertentu misalnya penyelenggaraan prasarana atau angkutan atau perawatan. Ayat (3) Cukup jelas.

Page 45: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

5

Pasal 7 Ayat (1) Penggunaan kereta api khusus semata-mata hanya untuk menunjang kegiatan pokok dari badan usaha dibidang industri, pertanian termasuk kehutanan dan perkebunan, pertambangan, kepariwisataan, dan tidak diperggunakan untuk angkutan umum. Kegiatan kereta api khusus dibidang kepariwisataan dibatasi hanya pada taman rekreasi yang merupakan kesatuan dari usaha pokoknya dan tidak digolongkan sebagai angkutan umum. Penyediaan, perawatan dan pengoperasian prasarana dan sarana kereta api khusus dilakukan oleh badan usaha yang bersangkutan. Ayat (2) Dalam peraturan Pemerintah akan diatur antara lain mengenai tata cara dan syarat-syarat perizinan, kelaikan dan keselamatan operasi kereta api. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Sanksi administrasi dalam ketentuan ini dapat berupa peringatan tertulis, pembekuan, dan pencabutan izin Ayat (3) Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas.

Page 46: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

6

Pasal 11 Ayat (1) Yang dimaksud dengan memenuhi persyaratan keselamatan adalah kondisi prasarna siap pakai dan secara teknis laik untuk dioperasikan. Ayat (2) Hasil pemeriksaan dan pengujian dinyatakan dengan pemberian tanda lulus pemeriksaan dan pengujian. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Kualifikasi keahlian dalam ketentuan ini diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Page 47: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

7

Pasal 16 Ayat (1) Huruf a. Cukup jelas. Huruf b. Menyeret barang dalam pengertian ini adalah menyeret barang tanpa roda dan melintas jalur kereta api adalah melintasi jalur menjelang keretaapi lewat. Huruf c. Kepentingan lain yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah penggunaan jalur yang tidak sesuai dengan fungsinya antara lain berjualan, menggembala ternak, menjemur barang. Huruf d. Yang dimaksud dengan diluar tempat yang disediakan untuk angkutan penumpang dan/atau barang adalah tempat-tempat tertentu di dalam stasiun yang tidak disediakan untuk naik atau turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang. Huruf e. Yang dimaksud dengan mengganggu ketertiban dan/atau pelayanan umum antara lain duduk di atas atap kereta api atau tempat-tempat lain yang membahayakan. Termasuk dalam pengertian ini adalah perbuatan yang dapat membahayakan keselamatan perjalanan kereta api. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)] Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel termasuk lereng pada timbunan dan/atau galian. Ayat (2) Yang dimaksud dengan bangunan pelengkap lainnya adalah bangunan yang menunjang keselamatan pengoperasian kereta api. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas.

Page 48: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

8

Huruf b Cukup jelas Huruf c Jalan rel yang berada di atas permukaan tanah dapat berupa jalan rel layang atau jalan rel gantung. Pasal 19 Ayat (1) Yang dimaksud dengan ruang bebas di atasnya dalam ketentuan ini adalah ruang tertentu yang senantiasa bebas dan tidak mengganggu gerakan kereta api sehingga kereta api dapat berjalan dengan aman. Dalam menentukan ruang bebas harus memperhatikan gerakan kereta api dengan batas kelonggaran tertentu pada sisi kiri, kanan dan atas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan konstruksi jembatan dalam kententuan ini terdiri atas bangunan bagian atas yang dapat terbuat dari beton, baja, atau kayu dan bangunan bagian bawah yang terdiri atas pangkal, pilar, lantai penerjunan, krib dan lain-lainnya yang terkait dengan pengaman bangunan konstruksi. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas.

Page 49: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

9

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 25 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pandangan bebas dalam ketentuan ini adalah pandangan bebas masinis kereta api untuk melihat jauh ke depan dan pandangan bebas masyarakat pemakai jalan yang akan melintasi jalur kereta api. Ayat (2) Cukup jelas

Page 50: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

10

Pasal 29 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 30 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a. Cukup jelas. Huruf b. Yang dimaksud dengan beban gandar adalah beban yang dapat didukung jalan rel terhadap sarana yang melintasinya. Huruf c. Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 31 Ayat (1) Rencana umum tersebut, selainmemuat rencana jaringan jalur kereta api yang telah ada, juga memuat rencana jaringan kereta api yang akan dibangun. Ayat (2) Huruf a. Cukup jelas. Huruf b. Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Page 51: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

11

Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 36 Ayat (1) Huruf a. Cukup jelas. Huruf b. Untuk keperluan operasi kereta api dalam ketentuan ini mengingat kereta api memerlukan tempat untuk bersilang, bersusulan, berangkat, berhenti, serta menyusun rangkaian kereta api. Huruf c. Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud hal-hal tertentu adalah naik turunnya penumpang atau bongkar muat barang diluar stasiun yang disebabkan karena keadaan yang memaksa antara lain kerusakan sarana kereta api dan/ atau prasarana kereta api dan/ atau dalam rangka tugas-tugas keamanan.

Page 52: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

12

Pasal 37 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 38 Ayat (1) Kegiatan usaha penunjang pada ayat ini antara lain dapat berupa usaha pertokoan, restoran, perkantoran, perhotelan, sepanjang usaha penunjang tersebut tidak menggangu fungsi pokok stasiun. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 39 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas.

Page 53: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

13

Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 40 Ayat (1) Pengenaan pungutan dalam ketentuan ini sebagai pengganti dari penyediaan dan perawatan atas fasilitas yang telah disediakan. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 41 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 42 Huruf a Cukup jelas.

Page 54: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

14

Huruf b Instalasi listrik yaitu seluruh system pemberi tenaga listrik yang digunakan untuk memberikan tenaga listrik mulai dari sumber tenaga listrik, penyalurannya hingga pemakaian tenaga listrik tersebut. Huruf c Cukup jelas. Pasal 43 Ayat (1) Huruf a Peralatan persinyalan yang berfungsi sebagai petunjuk adalah suatu alat atau isyarat dalam bentuk warna atau cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu. Huruf b Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 44 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas.

Page 55: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

15

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 45 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kepentingan operasi kereta api dalam ketentuan ini adalah hal-hal yang menyangkut kelancaran, keamanan, dan keselamatan perjalanan kereta api. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Ayat (1) Yang dimaksud perawatan prasarana kereta api dalam ketentuan ini adalah perawatan atau perbaikan yang dilakukan baik secara rutin dan/atau berkala. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 48 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 49 Ayat (1) Yang dimaksud dengan jalan adalah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan. Yang dimaksud dengan prinsip tidak sebidang dalam ketentuan ini adalah prinsip letak jalan tidak berpotongan secara horizontal, melainkan dibangun di atas atau di bawah jalur kereta api. Prinsip ini berlaku pula untuk jalur kereta api khusus. Terhadap perlintasan antara jalur kereta api dengan jalan yang telah ada sebelum ditetapkannya undang-undang ini dan belum menerapkan prinsip tidak sebidang, secara berangsur-angsur sesuai dengan kemampuan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah diupayakan untuk dibuat tidak sebidang.

Page 56: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

16

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 50 Ayat (1) Pihak-pihak yang memerlukan persambungan, perpotongan, atau persinggungan dengan jalur kereta api dapat melakukannya setelah memenuhi persyaratan dan perizinan serta tidak membahayakan perjalan kereta api. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 51 Ayat (1) Yang dimaksud perawatan perlintasan dalam ketentuan ini hanya terbatas pada perawatan fasilitas perlintasan dan tidak termasuk perawatan jalan sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 52 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 53 Ayat (1) Huruf a. Cukup jelas Huruf b. Cukup jelas. Huruf c. Cukup jelas.

Page 57: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

17

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 54 Kewajiban mendahulukan perjalan kereta api ini didasarkan pertimbangan bahwa sifat pengoperasian kereta api sangat terbatas pada jalan rel tersebut dan keterbatasan teknis lainnya. Pasal 55 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 55 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 56 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 57 Cukup jelas.

Page 58: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

18

Pasal 58 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Ayat (2) Termasuk persyaratan keandalan dan kelaikan pada ketentuan ini adalah pemuatan penumpang dan/atau barang sesuai kapasitas yang ditentukan. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 59 Yang dimaksud pemenuhan persyaratan kelaikan operasi dalam ketentuan ini adalah kondisi sarana siap pakai dan secara teknis laik untuk dioperasikan. Pasal 60 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas.

Page 59: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

19

Pasal 61 Ayat (1) Hasil pemeriksaan dan pengujian sarana kereta api di dalamnya juga dimuat daya angkut maksimal yang diperkenankan, hal tersebut dimaksudkan agar dalam pengoperasiannya tetap diperhatikan batas muatan maksimum. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 62 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 63 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 64 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas.

Page 60: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

20

Pasal 65 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 66 Ayat (1) Yang dimaksud dengan perawatan sarana kereta api adalah perawatan atau perbaikan yang dilakukan secara rutin dan/atau berkala. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 67 Ayat (1) Sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi dan kelangsungan usaha, Badan Penyelenggara dituntut untuk secara berkesinambungan meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya manusia dibidang perkeretaapian melalui pendidikan dan pelatihan. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 68 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 69 Ayat (1) Cukup jelas.

Page 61: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

21

Ayat (2) Huruf a. Dalam mengembangkan rancang bangun dan rekayasa perkeretaapian, pemerintah menciptakan iklim dan mendorong berkembangnya industri perkeretaapian dalam negeri dengan teknologi tepat guna antara lain yang hemat energi dan berwawasan lingkungan, dengan demikian harus dilakukan upaya yang konsisten dalam rangka mengurangi, mencegah, dan mengendalikan dampak pencemaran yang timbul dan dapat membahayakan lingkungan. Huruf b. Cukup jelas. Huruf c. Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 70 Ayat (1) Huruf a. Yang dimaksud petak blok dalam ketentuan ini adalah bagian dari lintas mulai dari sinyal masuk sampai sinyal keluar di stasiun yang berdekatan. Huruf b. Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 71 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 72 Cukup jelas.

Page 62: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

22

Pasal 73 Cukup jelas. Pasal 74 Cukup jelas. Pasal 75 Kewajiban mendahulukan perjalanan kereta api ini didasarkan pertimbangan bahwa sifat pengoperasian kereta api sangat terbatas pada jalan rel tersebut dan keterbatasan teknis lainnya. Pasal 76 Ayat(1) Huruf a. Cukup jelas. Huruf b. Cukup jelas. Huruf c. Cukup jelas. Huruf d. Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 77 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.

Page 63: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

23

Ayat (3) Penyusunan jaringan pelayanan antar kota adalh untuk menghubungkan antar kota didalam negeri. Sesuai dengan kebutuhan, dapat pula menghubungkan antara kota didalam negeri dengan kota di luar negeri. Penyusunan jaringan pelayanan angkutan antar kota dan pelayanan angkutan kota kedalam satu system yang terpadu ditujukan untuk memperoleh efisiensi yang tinggi serta dalam rangka pemberian pelayanan yang sebaik-baiknya. Sistem angkutan kota pada dasarnya merupakan suatu jaringan pelayanan tersendiri yang tidak sama dengan jaringan angkutan antar kota. Namun demikian kedua system tersebut harus diintegrasikan agar memungkinkan pengguna jasa berpindah dari satu jaringan pelayanan ke jaringan kereta api yang lain, termasuk kemungkinan berpindah ke moda transportasi lainnya, karena merupakan satu system distribusi dan akumulasi bagi angkutan kota. Ayat (4) Huruf a. Pelayanan lintas utama dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk melayani angkutan yang bervolume besar dengan jarak tempuh yang jauh sehingga biaya angkutannya menjadi lebih murah. Huruf b Cukup jelas. Pasal 78 Ayat (1) Pengertian kota dalam ketentuan ini bukan berarti kota sebagaimana dimaksud di dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 79 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan kondisi tertentu dalam ketentuan ini adalah apabila kereta api penumpang tidak tersedia atau tidak mencukupi pada jalur tersebut sedangkan permintaan angkutan segera dilayani.

Page 64: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

24

Ayat (3) Persyaratan minimal fasilitas pelayanan penumpang dalam ketentuan ini berupa atap untuk pelindung panas dan hujan, sirkulasi udara, tempat untuk duduk, penerangan dan kebersihan. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 80 Cukup jelas. Pasal 81 Ayat (1) Pelayanan bagi penumpang yang penyandang cacat dan/atau orang sakit dimaksudkan agar mereka juga dapat menikmati pelayanan angkutan kereta api dengan baik. Yang dimaksud dengan perlakuan khusus dalam ketentuan ini dapat berupa pembuatan jalan khusus di stasiun dan sarana khusus untuk naik kereta api atau penyediaan ruang yang disediakan khusus bagi penempatan kursi roda atau sarana bantu bagi orang sakit yang pengangkutannya mengharuskan dalam posisi tidur. Yang dimaksud dengan cacat dalam ayat ini misalnya penumpang yang menggunakan kursi roda karena lumpuh, cacat kaki, tuna netra dan sebagainya. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 82 Cukup jelas. Pasal 83 Ayat (1) Syarat-syarat umum angkutan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini meliputi hak dan kewajiban pengguna jasa dan pengangkut yang antara lain memuat hal-hal sebagai berikut :

a. hak pengguna jasa untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati misalnya pemegang karcis tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan sesuai dengan karcis yang dimilikinya. Kewajiban pengguna jasa untuk membayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dimilikinya.

Page 65: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

25

b. Kewajiban pengangkut untuk mengangkut penumpang yang telah memiliki

karcis penumpang sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati. Demikian pula kewajiban pengangkut untuk membayar ganti rugi sesuai syarat-syarat umum yang telah disepakati, kepada pengguna jasa yang mengalami kerugian akibat dari kelalaian pengangkut. Memberikan pelayanan dalam batas-batas kelayakkan sesuai kemampuan pengangkut kepada pengguna jasa, selama menunggu keberangkatan dalam hal terjadi keterlambatan pemberangkatan karena kelalaian pengangkut.

c. Apabila calon pengguna jasa yang telah memiliki karcis kemudian membatalkan perjalanannya, maka berlaku ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam syarat-syarat umum angkutan.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan karcis dalam ketentuan ini dapat atas nama dan dapat tanpa nama. Huruf a Termasuk barang umum dalam ketentuan ini adalah hewan/ternak. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Pasal 84 Ketentuan wajib angkut ini dimaksudkan agar Badan Penyelenggara tidak melakukan perbedaan perlakuan terhadap pemakai jasa angkutan kereta api, sepanjang pengguna jasa telah memenuhi syarat-syarat umum angkutan yang ditetapkan berdasarkan undang-undang ini. . Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas.

Page 66: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

26

Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 85 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 86 Cukup jelas. Pasal 87 Ayat (1) Huruf b Penindakan terhadap penumpang yang membahayakan keselamatan dan keamanan penumpang lainnya dilakukan dengan menurunkan penumpang pada stasiun terdekat. Sedang penindakan terhadap penumpang yang tidak memiliki karcis pengangkut dapat mengenakan denda atau menurunkan penumpang di stasiun terdekat. Huruf c Dalam penertiban penumpang atau masyarakat dapat dilakukan bersama-sama dengan aparat keamanan. Pasal 88 Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan barang umum dalam ketentuan ini termasuk hewan/ternak. Huruf b Cukup Jelas. Huruf c Cukup Jelas. Pasal 89 Cukup jelas.

Page 67: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

27

Pasal 90 Ayat (1) Syarat-syarat umum angkutan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini meliputi hak dan kewajiban pengguna jasa dan pengangkut yang antara lain memuat hal-hal sebagai berikut :

a. hak pengguna jasa untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati, kewajiban pengguna jasa untuk membayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendaki.

b. Kewajiban pengangkut untuk mengangkut barang pengguna jasa yang telah memiliki surat angkutan barang. Demikian pula kewajiban pengangkut untuk membayar ganti rugi sesuai syarat-syarat umum yang telah disepakati, kepada pengguna jasa yang mengalami kerugian akibat dari kelalaian pengangkut.

c. Apabila pengguna jasa yang telah memiliki surat angkutan barang kemudian membatalkan pengiriman barangnya, maka berlaku ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam syarat-syarat umum angkutan.

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 91 Cukup jelas. Pasal 92 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 93 Cukup jelas. Pasal 94 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan kereta api sejenis ádalah kereta api yang mempunyai spesifikasi yang sama untuk angkutan barang

Page 68: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

28

Huruf b Cukup Jelas. Dalam angkutan barang maka tanggungjawab terakhir dengan diserahkanya barang ditempat tujuan yang disepakati. Pasal 95 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Biaya yang timbul karena penerima barang terlambat atau lalai mengambil barang antara lain biaya penyimpanan, biaya pengamanan dan biaya perawatan. Pasal 96 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 97 Cukup Jelas. Pasal 98 Cukup jelas. Pasal 99 Cukup jelas. Pasal 100 Cukup jelas. Pasal 101 Cukup jelas. Pasal 102 Cukup jelas. Pasal 103 Cukup jelas.

Page 69: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

29

Pasal 104 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat(4) Meninggal atau lukanya penumpang yang tidak diakibatkan oleh pengoperasian kereta api misalnya penumpang meninggal atau luka di dalam kereta api karena sakit atau karena kejahatan. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 105 Cukup jelas. Pasal 106 Cukup jelas. Pasal 107 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Tempat penyimpanan yang disediakan oleh pengangkut dapat berupa gerbong, gudang, dan ruang terbuka. Biaya penyimpanan antara lain sewa gerbong, biaya pembongkaran, biaya pemindahan, biaya penumpukan dan biaya sewa gudang. Ayat (3) Yang dimaksud dengan batas waktu dalam ketentuan ini adalah waktu yang disebutkan dalam syarat-syarat umum angkutan. Pasal 108 Cukup jelas.

Page 70: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

30

Pasal 109 Cukup jelas. Pasal 110 Ayat (1) Besarnya asuransi dalam ketentuan ini sekurang-kurangnya harus sama dengan ganti rugi yang akan diberikan kepada pengguna jasa yang menderita kerugian sebagai akibat pengoperasian kereta api. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 111 Cukup jelas. Pasal 112 Cukup jelas. Pasal 113 Ayat (1) Penyidikan pelanggaran terhadap undang-undang perkeretaapian memerlukan keahlian dalam bidang perkeretaapian sehingga perlu adanya petugas khusus untuk melakukan penyidikan disamping pegawai yang biasa bertugas menyidik tindak pidana, petugas dimaksud adalah pegawai negeri sipil dilingkungan Departemen yang membawahi bidang perkeretaapian. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Pelaksanaan penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 107 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Pasal 114 Cukup jelas. Pasal 115 Cukup jelas.

Page 71: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

31

Pasal 116 Cukup jelas. Pasal 117 Cukup jelas. Pasal 118 Cukup jelas. Pasal 119 Cukup jelas. Pasal 120 Cukup jelas. Pasal 121 Cukup jelas. Pasal 122 Cukup jelas. Pasal 123 Cukup jelas. Pasal 124 Cukup jelas. Pasal 125 Cukup jelas. Pasal 126 Cukup jelas. Pasal 127 Cukup jelas.

Page 72: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. ……

32

Pasal 128 Cukup jelas. Pasal 129 Ayat (1) Penelitian sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam ketentuan ini adalah bukan dalam kaitan dengan penyidikan (penegakkan hukum), melainkan semata-mata untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam rangka perbaikan teknologi dan agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi dikemudian hari. Apabila dalam kecelakaan tersebut memang terdapat unsur melawan hukum maka pemeriksaannya juga dilakukan oleh penyidik dalam rangka penegakan hukum. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 130 Cukup jelas. Pasal 131 Cukup jelas. Pasal 132 Cukup jelas. Pasal 133 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ……