umum

4
Pendidikan Terabaikan, IPM Rendah, Gubernur Gagal Senin, 27 Feb 2012 - 10:22:02 WIBKomentar : 0 Kategori: Opini Share on facebook Share on stumbleupon Share on twitter Share on email More Sharing Services 6 Oleh : Marthen Luther "Tahun 2012, anggaran pendidikan dalam RAPBD Kalbar dipatok hanya sekitar Rp31,2 miliar dari total APBD sekitar Rp2,1 triliun atau sekitar 3 persen. Hal ini diketahui dalam Prioritas Plafond Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2012" Sumber Foto : volarefm.com SuaraKalbar.com - Pendidikan sangat vital memajukan sebuah bangsa. Tidak salah kiranya UUD 1945 mengamanatkan agar anggaran pendidikan diberikan dalam jumlah yang besar dalam APBN.

Upload: elysa-ponti

Post on 06-Aug-2015

133 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: umum

Pendidikan Terabaikan, IPM Rendah, Gubernur GagalSenin, 27 Feb 2012 - 10:22:02 WIBKomentar : 0Kategori: OpiniShare on facebook Share on stumbleupon Share on twitter Share on email More Sharing

Services 6  Oleh : Marthen Luther

"Tahun 2012, anggaran pendidikan dalam RAPBD Kalbar dipatok hanya sekitar Rp31,2

miliar dari total APBD sekitar Rp2,1 triliun atau sekitar 3 persen. Hal ini diketahui dalam

Prioritas Plafond Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2012"

Sumber Foto : volarefm.com

SuaraKalbar.com - Pendidikan sangat vital memajukan sebuah bangsa. Tidak salah kiranya UUD 1945 mengamanatkan agar anggaran pendidikan diberikan dalam jumlah yang besar dalam APBN. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003  pasal 49, telah diatur bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Pendidikan hanya satu-satunya bidang yang langsung ditegaskan jumlah anggaran yang diberikan, sementara bidang yang lain tidak dicantumkan jumlahnya dalam konstitusi. Hal tersebut menasbihkan betapa pentinganya peranan pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan konstitusi. 

 

Page 2: umum

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

 

Diera otonomi daerah yang sudah berlangsung lebih sepuluh tahun ini, urusan pendidikan sepenuhnya diserahkan kedaerah. Berdasarkan pasal 10 ayat (3) UU nomor 32 tahun 2004, urusan-urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. Selain urusan-urasan tersebut, semua urusan telah diserahkan kepada pemerintah daerah baik pemerintah provinsi, kabupaten, maupun kota, termasuk urusan pendidikan.

 

Pendidikan masuk dalam salah satu pengukuran dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index (HDI). Sebagaimana diketahui, IPM adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

 

IPM ini sendiri mulai digunakan sejak tahun 1990 oleh pemenang nobel Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq. Mereka dibantu Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh program pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada laporan IPM tahunannya.

 

Tanggal 19 Januari 2012, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, mengeluarkan IPM masing-masing Provinsi di Indonesia. Menurut data tersebut peringkat pertama diraih Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, kedua Provinsi Sulawesi Utara, peringkat ketiganya Provinsi Riau, disusul peringkat empat  Daerah Istimewa (DI) Jogjakarta dan kelima Provinsi Kalimantan Timur.

 

Sementara Provinsi Kalimantan Barat berada pada peringkat 28 dari 33 Provinsi di Indonesia. 

Kondisi IPM yang rendah di Kabar tersebut bukan tanpa sebab. Dibidang pendidikan keberpihakan anggaran pemerintah daerah sangat rendah. Misalnya tahun 2011, pernah terjadi pemotongan anggaran pendidikan usulan SKPD Rp 118 Miliar tapi tertuang dalam PPAS 2012 Rp 31,2 Miliar. Padahal dibandingkan dengan anggaran

Page 3: umum

pendidikan tahun 2011 Rp 44 Miliar terjadi penurunan. APBD Provinsi Kalbar Tahun 2011 mencapai Rp 2,1 Triliun. Kondisi tersebut pernah disampaikan Ikhwani A Rahim, Ketua Fraksi PAN DPRD Provinsi Kalbar. 

 

Tahun 2012, anggaran pendidikan dalam RAPBD Kalbar dipatok hanya sekitar Rp31,2 miliar dari total APBD sekitar Rp2,1 triliun atau sekitar 3 persen. Hal ini diketahui dalam Prioritas Plafond Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2012. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, alokasi anggaran dalam PPAS biasanya tidak terlalu jauh berbeda dengan alokasi anggaran dalam APBD.

 

Menurut Dekan FKIP Untan Pontianak, Dr Aswandi, APBD Kalimantan Barat belum sepenuhnya terserap sebesar 20 persen untuk dunia pendidikan.  Pemerintah Provinsi Kalbar telah salah kaprah menjabarkan 20 persen APBD untuk pendidikan. APBD Kalbar memang telah mematok 20 persen untuk pendidikan, namun angka itu bukan murni untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Persentase sebesar itu juga termasuk didalamnya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.  Seharusnya untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan tidak dialokasikan di dinas pendidikan, tapi bisa oleh dinas terkait lainnya. Misalnya, untuk pembangunan jalan menuju ke sekolah bisa dibebankan pada dinas PU, tapi dalam hal ini dialokasi ke dinas pendidikan. Tentu saja hal ini tidak akan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.

 

Kondisi tersebut mengisyaratakan tentang konsep Pemprov Kalbar mengenai anggaran sektor pendidikan yang rendah. Walaupun Pemprov Kalbar mematok target target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar di tahun 2012 sebesar 70,22 persen atau naik dari tahun 2011 yang hanya sebesar 69,58 persen. Hal tersebut tidak akan terealisasi apabila pemerintah Provinsi Kalbar tidak serius dalam penganggaran bidang pendidikan. 

 

Menurut Amartya Sen, hasil yang diperoleh dari pengukuran IPM ini akan terlihat keberhasilan pemimpin negara atau pemimpin daerahnya. Berdasarkan kondisi tersebut, IPM rendah yang diperoleh oleh Pemprov Kalbar menandakan bahwa Gubernurnya telah gagal.

http://suarakalbar.com/berita-133-pendidikan-terabaikan-ipm-rendah-gubernur-gagal.html