ulama sunni menyensor dan menyembunyikan hadis dengan cara menampilkan sejarah yang indah indah saja...

Upload: calvinwordword

Post on 09-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ULAMA SUNNI MENYENSOR DAN MENYEMBUNYIKAN HADIS DENGAN CARA MENAMPILKAN

    SEJARAH YANG INDAH INDAH SAJA DAN CUMA MENAMPILKAN HADIS YANG SEJALAN DENGAN

    MAZHAB MEREKA DALAM KITAB KUNING

    Saat anda kecil banyak hadis disembunyikan ulama sunni

    Ketika anda besar maka anda bisa shock membaca hadis hadis sunni..

    Ternyata mereka MENYEMBUNYiKAN HADiS, MENGEDiT HADiS dan MENYENSOR HADiS !!!!

    .

    Ketika kelompok penguasa mendapatkan diri mereka sudah tidak mampu dan tidak layak bahkan

    secara keilmuan tidak bisa apa-apa, mereka kemudian mencoba menerapkan kebijakan-kebijakan

    lain untuk mengalihkan perhatian masyarakat akan kelemahan ini.

    Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain:

    1. Mencegah penebaran hadis-hadis Rasulullah saw. yang berisikan arahan-arahan tentang keilmuan

    dan dorongan meraih kesadaran dan aktif dalam kehidupan. Sebagai tambahan, dengan

    menyembunyikan hadis-hadis Rasulullah saw. mereka mengumumkan secara transparan bahwa

    Ahlul Bait yang diinginkan dan layak menjadi pemimpin dan khalifah itu bukanlah mereka. Dari sini

    terbongkar pula rahasia dari semboyan Hasbuna Kitabullah (kami cukup dengan Al-Quran) yang

    disampaikan untuk menantang Rasulullah yang dalam keadaan sakit ingin menuliskan sesuatu agar

    umat tidak tersesat sepeninggalnya.

  • Tampaknya pembatasan atau pelarangan penyebaran hadis-hadis Nabi dimulai sebelum kejadian itu.

    Semua ini dimulai ketika Quraisy melarang Abdullah bin Umar dan bin Al-Ash untuk menulis hadis.

    Kemudian para penguasa membakar buku-buku yang memuat hadis-hadis Rasulullah saw.

    Kasus pelarangan atas upaya bertanya kepada mereka tentang maksud ayat-ayat Al-Quran yang

    tidak diketahui jawabannya. Gejala ini menjauhkan umat dari semangat mengkaji, meneliti dan

    mempelajari Al-Quran setelah Sunah nabi dicampakkan dari sisi kitab suci ini. Pada akhirnya,

    perhatian hanya ditujukan kepada sisi lahir Al-Quran tanpa pendalaman dan pemahaman terhadap

    ayat-ayat dan hukum-hukumnya. Umar bin Khatthab mewasiatkan para pegawainya: Biarkan Al-

    Quran, riwayatkan saja hadis-hadis Rasulullah, dan aku adalah bagian dari kalian. Tidak itu saja, ia

    juga menyiksa setiap orang yang bertanya kepadanya tentang tafsir dari ayat-ayat Al-Quran.

    Pembukaan pintu ijtihad yang menentang teks-teks wahyu. Abu Bakar telah melakukan ijtihad dalam

    beberapa masalah. Salah satunya adalah penyitaan warisan Nabi saw. menahan dan mencegah Ahlul

    Bait untuk mendapatkan haknya dari khumus (seperlima), membakar rumah Fathimah Az-Zahra a.s.,

    fatwanya tentang masalah Kalalah dan tentang warisan seorang nenek. Hal yang sama juga

    dilakukan oleh Umar bin Khatthab. Ia membedakan pemberian harta dari Baitul Mal sebagai

    perbuatan yang menyimpang dari Sunah Rasulullah saw. Umar juga berijtihad melarang dan

    mengharamkan dua mutah; haji mutah (tamattu) dan nikah mutah. Dan masih banyak lagi ijtihad

    yang dilakukannya sebagaimana tercatat dalam buku An-Nash wa Al-Ijtihad. Tidak ketinggalan,

    Utsman pun melakukan ijtihad dengan memberhentikan Ubaidillah bin Umar dari jabatannya,

    pentawilan terhadap sejumlah hukum-hukum yang telah jelas berbeda dengan apa yang telah

    ditentukan oleh Rasulullah saw, sehingga kaum muslimin bangkit dan melakukan kudeta

    terhadapnya.

    Semua kasus ini dan lain-lainnya memunculkan sejumlah masalah dan musibah terhadap pemerintah

    dan masyarakat. Kompleksitas ini termasuk inti masalah yang menyebabkan penyimpangan jalur

    yang harus ditempuh oleh Islam yang, pada gilirannya, menjerumuskan semua komponen

    masyarakat ke dalam fitnah dan kesesatan sebagaimana yang diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib:

    Penyebab munculnya fitnah adalah hawa nafsu yang diikuti, bidah yang menggantikan wahyu ilahi

    sehingga Al-Quran tidak lagi diikuti, bahkan dipalingkan. Orang-orang menjadikan sekelompok

    manusia sebagai pemimpin dengan dua penyebab itu, bukan dengan dasar yang dibenarkan oleh

    agama. Seandainya kebatilan tidak dicampurkanadukkan dengan kebenaran, niscaya pencari

    kebenaran tidak akan tersesat. Seandainya kebenaran dipisahkan dari kebatilan, niscaya musuh-

    musuh Islam tidak mampu berbicara apa-apa. Namun yang terjadi adalah mereka meramu sebagian

    dari kebenaran dengan sebagian dari kebatilan. Pada waktu itulah setan menguasai teman-

    temannya. Hanya orang-orang yang mendapat kasih sayang dan rahmat-Nya meraih keselamatan.

  • Usaha Keras Menghidupkan Kembali Syariat Islam

    Ali bin Abi Thalib a.s. melihat kewajiban utama yang harus dilakukannya setelah wafat Rasulullah

    saw. adalah menjaga syariat Islam dari penyimpangan serta melindungi pemerintahan Islam dari

    ancaman dan tetap berjalan. Ia telah berusaha semaksimal mungkin di masa pemerintah tiga

    khalifah sebelumnya dengan mencoba melupakan kepedihan akibat haknya yang dirampas dalam

    mengatur urusan umat Islam secara langsung. Pada masa-masa itu, ia tidak sempat menjadi

    pemimpin umat, namun tetap melaksanakan langkah besar dalam menghidupkan Sunah Rasulullah

    saw. Dan ketika berdakwah menuju kehidupan, ia selalu bernaung di bawah Sunah Nabi. Tentunya

    tanpa mengurangi perhatian terhadap Al-Quran, tafsirnya, pendidikan umat dan memperbaiki

    kebobrokan seketika ditemukannya. Langkah-langkah yang telah ditempuh oleh Ali bin Abi Thalib

    dapat dilihat sebagai berikut:

    1. Membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada umat dan masyarakat Islam untuk berdialog

    dan bertanya tentang Al-Quran dan Sunah serta segala sesuatu yang berhubungan dengan syariat

    Islam dengan cara ilmiah dan umum, juga memberikan jawaban kepada penentang dan musuh-

    musuh yang membencinya.

    2. Perhatian kepada para pembaca Al-Quran dan melindungi kehidupan mereka, karena mereka

    mengikuti sunah Rasulullah saw. dalam mengajarkan Al-Quran. Pengajaran membaca Al-Quran

    dibarengi dengan usaha memperdalam, memahami dan mengamalkan apa yang tertera di

    dalamnya.

    3. Perhatian pada cara membaca Al-Quran bagi orang-orang non Arab atau orang-orang yang tidak

    dapat bertutur bahasa Arab dengan baik dan benar. Kemudian Ali bin Abi Thalib menyusun ilmu

    Nahwu untuk menuntun pengucapan Al-Quran secara benar.

    4. Ali bin Abi Thalib a.s. mengajak kaum muslimin untuk meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah saw.

    menyusun dan mempelajarinya. Beliau sendiri berkata: Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.

    5. Ali bin Abi Thalib menempatkan Al-Quran dan Sunah Rasulullah saw. sebagai sumber perundang-

    undangan. Di sisi lain, sumber-sumber seperti Istihsan, Qiyas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Ali bin

    Abi Thalib bukan sebagai sumber hukum syariat.

  • Ali bin Abi Thalib juga berusaha untuk menghidupkan kembali Sunah Rasulullah dalam perilaku,

    ibadah dan akhlaknya. Ia berupaya untuk memberantas gejala dan perilaku bidah yang muncul

    dalam syariat Islam sebagai hasil ijtihad dari ketiga khalifah sebelumnya.

    6. Ali bin Abi Thalib mampu membangun dan menyiapkan sekelompok kaum muslimin sebagai

    kader yang bergerak di tengah masyarakat Islam untuk ikut memberikan sumbangan dalam

    eksperimen kepemimpinan Islam dan ikut dalam melindungi kaum muslimin.

    Tampaknya, Ali bin Abi Thalib a.s. memulai proses pencapaian tujuan sejak Rasulullah saw. masih

    hidup bahkan sesuai dengan perintah beliau sendiri. Dapat disaksikan bagaimana Nabi memberikan

    kepadanya tanggung jawab penanganan masalah-masalah penting guna melindungi kaum muslimin

    yang memiliki kesadaran untuk menyesuaikan kehidupannya dengan Islam. Nabi juga mendorong

    kaum muslimin untuk berbuat dan bersikap di atas jalur Ali sehingga terbentuk sekelompok sahabat

    yang dikenal dengan sebutan Syiah Ali (pengikut Ali) semasa hidup Rasulullah saw. seperti; Ammar

    bin Yasir, Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghiffari, Jabir bin Abdullah Al-Anshari, Al-Miqdad bin Al-

    Aswad dan Abdullah bin Abbas. Mereka ini dikenal sebagai orang-orang yang setia pada Ali di segala

    kondisi, bahkan dalam keadaan yang paling sulit sekalipun setelah wafatnya Rasulullah saw.

    Ketika Ali bin Abi Thalib a.s. menjadi khalifah, sekelompok kaum muslimin yang loyal padanya.

    berkumpul di sekelilingnya. Ia semakin intens memperhatikan dan menyiapkan mereka untuk tugas-

    tugas khusus. Ia mengajarkan mereka beragam ilmu yang dapat diamalkan di berbagai dimensi

    kehidupan. Kemudian sesuai tugas masing-masing Kader-kader ini bangkit berjuang untuk

    menguatkan pilar-pilar Islam dan prinsip Imamah serta turut menjaga syariat Islam dari

    penyimpangan. Sikap mereka terhadap pemerintah yang zalim menunjukkan kepribadian-

    kepribadian yang agung. Mereka adalah orang-orang yang pantas dianugerahi medali kehormatan.

    Di antara mereka ialah Malik bin Al-Asytar, Kumail bin Ziyad An-Nakhai, Muhammad bin Abu Bakar,

    Hijr bin Adi, Amr bin Al-Humq bin Al-Khuzai, Shashaah bin Shuhan al-Abdi, Rasyid Al-Hijri, Hasyim

    Al-Mirqal, Qanbar, Sahl bin Hunaif dan lain-lain

    Fatimah Az Zahra As berpesan pada Imam Ali AS agar memakamkan jenazahnya pada malam hari

    karena tidak mau dishalatkan oleh kedua sahabat Nabi yang menzolimi beliau perihal tanah fadak

    dan ke-pemimpinan Imam Ali AS selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW.

    Rasa sakit hati beliau semakin memuncak ketika sahabat Umar ibn Khattab RA menyerbu rumah

    beliau dan menyeret Imam Ali AS selayaknya seekor anjing yang hina. Sayidah Fatimah yang ketika

    itu sedang hamil tua berusaha menolong suaminya, namun atas perintah Umar untuk mencegahnya.

    Pencegahan tersebut menggunakan kekerasan dengan memukul perut (sebagian riwayat rusuk)

    sayidah Fatimah AS sehingga beliau terjatuh dan keguguran.

  • Abu Bakr RA yang mengetahui hal ini segera meminta maaf di hari-hari terakhir Sayidah AS Fatimah

    karena takut akan kutukan tersebut. Namun sampai di akhir hayatnya, Sayidah Fatimah tetap

    bersikeras pada prinsipnya. Dan penyesalan Abu Bakr RA dan Umar ibn Khttab RA adalah karena

    tidak beroleh maaf dari Sayidah Fatimah.

    Coba baca kembali sengketa tanah Fadak mas, semuanya terbuka.

    Tidak ada yang aneh dengan baiat Imam Ali pada Abubakar Apakah aneh seorang Nabi Harun as

    terpaksa membiarkan kaum Musa as menyembah berhala sapi emas buatan Samiri, sehingga

    sepulangnya Musa as dari bukit Tursina, Musa as menarik janggutnya lantas Berkata Musa: Hai

    Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, kamu tidak mengikuti

    aku? Maka apakah kamu telah mendurhakai perintahku? Harun menjawab Hai putera ibuku,

    janganlah kamu pegang janggutku dan jangan kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu

    akan berkata : Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku. (QS

    Thaha ayat 92-94 ; Baca lebih seksama teks al-Quran ini dan renungkan kaitannya dengan kasus yg

    anda anggap aneh!)

    Sayyidah Fatimah Az-Zahra (as) wafat 6 bulan setelah ayahnya, Rasulullah Saw wafat. Sedangkan

    Abu Bakar wafat 2 1/2 tahun setelahnya dan Umar wafat pada 24 Hijriyah. Meskipun Abu Bakar dan

    Umar wafat jauh setelah wafatnya Sayyidah Fatimah (as) tetapi mengapa jasad Sayyidah Fatimah

    tidak dikuburkan di sebelah makam ayahnya yang sangat dicintainya, namun mengapa kedua

    sahabat ini justru bisa dimakamkan di samping Rasulullah Saw? Apakah mungkin Sayyidah Fatimah

    sendiri yang meminta agar dia dimakamkan jauh dari ayah yang sangat dicintainya itu? Jika benar

    begitu, mengapa?

    Banyak sejarah yang telah dimanipulasi untuk mengangkat derjat dan keutamaan beberapa

    sahabat Nabi. Sedangkan keluarga Nabi direndahkan. Seperti ucapan Ibnu Taymiah yang

    menyatakan bahwa Imam Ali AS bukan saudara Nabi Muhammad SaaW, sedangkan fakta

    menyatakan bahwa Imam Ali AS memang saudara Nabi Muhammad AS.

    Sejarah telah diatur dan kita hanya memiliki rekaan sebuah cerita sejarah kononnyaaku dari dulu

    mengkaji perihal sahabat yang diangkatkononnya penuh keistimewaan disisi nabi.aku tahu siapa

    abu bakar,umar,usman dan aisyah.kalau mereka hidup,mereka pasti malu kerana aku tahu siapa

    merekaapa tujuan abu bakar berdamping dengan Nabi,apa keistimewaan umar dalam

    islam?gagah?sebutkan nama orang yang mati ditangan umar?!10 orang pun cukuptak ada

    kanusman dan femili muawiyah

  • dan apa wasiat Nabi pada aisyah sebelum wafat.jgn sekali-kali keluar dari rumahtapi macammana

    pula dengan wataknya sebagai ketua peperangan antara beliau dan ali.Nabi sudah berkata bahawa

    baginda gedung ilmu dan ali pintunya.kenapa kita berpaksikan hadis sibapak kucing yang nyaris

    dihukum mati oleh umar.banyak lagi yang kita tenggelam oleh cerita rekaan antara zaman kita

    sehingga zaman nabi.contoh seperti politik sekarang.media sentiasa menggambarkan pemimpin arus

    perdana sebagai wira dan tiada ruang untuk kita lihat apa keburukannya.cukuplah berpegang pada

    al-quran dan sunah.sayangi ahlul bait.aku bukan sunnah mahupun syiahaku pencari kebenaran

    bila kita kaji perihal diatas kita akan dapat sedikit sebanyak fakta pada persoalan dimana dan

    mengapa makamnya fatimah dirahsiakan.apakah kerana bimbang ancaman musuh dalam

    selimut.lihat sahaja pada cara kematian ahlul bait yg lain selain fatimah.ali,hasan dan husin.tragis

    bukan.benar kita terleka pada sejarah peperangan aisyah dan ali.kenapa orang yang paling hampir

    dengan nabi saling berperang.bukan lah perselisihan kecil anak beranak jika sudah segerombolan

    angkatan perang tersedia.allah sahaja yang maha mengetahui.allahumasolli ala muhammad,awala

    ali muhammad.itu sahaja tanda kasihnya aku pada Nabi dan keluarga nabi

    bahwa tidak ada 1 orang pun yg boleh mengetahui makamnya selain para penguburAli bahkan

    membuat 7 kubur untuk mengecoh Abu n Umarketika Abu n Umar ingin mbongkar semua makam

    tuk dapat memandikan dan mensholati lagi jenazah Fatimah, Ali menjaga Baqi dengan membawa

    Zulfikar dan menyatakan akan terjadi pertumpahan darah bila tetap dlakukan pbongkaran. Abu n

    Umar pada akirnya mengalah agar tidak terjadi pertumpahan darah walau mereka terus bersedih

    dan menangis atas penolakan Fatimahbahkan Abu meminta semua membatalkan baiat atas

    dirinyanamun semua itu sudah tidak berlakufatimah telah murkasmua wasiat dilakukan karna

    rasa marah yg luar biasa terhadap abu n umar

    dan alasan kenapa fatimah, dan juga al-Hasan yang sungguh ingin dmakamkan di samping makam

    rosul tidak dapat terwujud karena penolakan dari Aisyah bahkan sampai jenazah al-Hasan yang

    merupakan ahlul bait..cucu kebanggaan Rosuldihujani dengan panah dan tombak(Semoga Allah

    menunjukkan jalan yang benar pada kita)

    .

    sungguh di luar apa yg telah saya ketahui apa yg terdapat dalam buku tersebutjika selama ini

    dalam buku2 plajaran kbanyakan mengagungkan Abu Bakar n Umarmbaca buku ini benar2 mbuat

    saya dalam keadaan bingung n berusaha mcari jawabsbgian besar teman bdiskusi menyatakan itu

    buku dari kelompok yg tlalu mengagungkan Ali.n ingin memecah belah Islam..tapi smakin saya

    mcari jawabanhampir semua buku dengan judul berbeda memiliki alur cerita yang sama hanya

    beda cara penyampaian

  • tapipatutkah juga keluarga Rosul dperlakukan sperti tu??sedang Rosul mengatakan pada mereka

    bahwa Fatimah adalah penghulu wanita di surga??ali adalah suami penghuni surgahasan dan

    husein adalah cucu yang dikasihinyamalah kaum muslim juga yang membunuh husein dengan

    sangat biadab..pbunuhan terkeji pertama yg ada di muka bumi..hingga seluruh binatang dan

    malaikat mengutuk perbuatan tersebut..bahkan jika boleh memilih mereka tidak ingin lagi berada di

    dunia..Maha Besar Allahsemoga apa yg kita ketahui bukanlah suatu kesesatan

    benar2 bingung.sgala yg awalnya stau qt baik..kok jadi buruk???

    tdk ada satupun yg mngetahui dimana kbradaan makam sayyidah fatimah,krna beliau mmng tidak

    inggin kuburanx diketahui oleh orng2 munafiq,beliau wafat dlm keadaan sakit hati yg tramat

    dlm,rosul jauh lbh mncintai putrix dibnding sapapun,fatimah bit atu minnifatimah adlh sbgian dr

    aq,mk jgn sekali2 mnyakiti sydh fatimah krna rosul akan trsakiti,dan apabila rosul sdh trsakiti mk

    allah akan murka kpdax,krna rosul mrpakan kekasih allah,dan allah tdk akan mnciptakan dunia dan

    seisix klo bkn krna rosulullah

    Inilah umat Islam sepeninggal Rasulullah SAWselalu mencakar dirinya sendiri dari dalam. ada

    teman mengatakan bahwa terkadang sejarah adalah milik siapa yang berkuasa saat itu,mungkin

    ada benarnya juga tapi kita lupa satu hal bahwa Allah menjadikan sejarah agar umat yang

    belakangan bisa belajar positif dan negatif-nyasejarah tersebut. Dienul Islam adalah agama

    pembawa kedamaian,kesejahteraan dan kemajuan,yang mendukung manusia selaku khalifah Allah

    dimuka bumi. Ia bukanlah agama yang membawa kebencian menjadi sesuatu yang absolut karena

    Sang Pencipta adalah Maha Pemaaf,jika produknya bertaubat. Marilah kita jalankan Dien ini sesuai

    dengan aslinya tanpa melibatkan oknum yang lain,biarlah mereka dan diri kita akan bertanggung

    jawab atas apa yang telah dilakukan dikehidupan dunia ini. Dien ini dilaksanakan dengan manual

    yang telah diberikan Penciptanya dan akal pikiran kita serta hati nurani sebagai nilai

    pembandingnya..

    Ada kisah yang menceritakan seorang shahabat bertanya pada Baginda Rasul tentang konsep dan

    hakikat dosa serta pahala lalu Rasul berkata Tanyalah hati nuranimu jika kamu melakukan

    sesuatu,jika hatimu gundah gulana dan rasa bersalah setelah melakukan sesuatu maka itulah

    perbuatan dosa..begitupun sebaliknya..WaLlaahu alam..Allahumma Sholli ala Muhammad wa ala

    aali Muhammad.

    Teka-teki yang hendak kita cari jawabannya. Sebenarnya jika kita kritis pula maka kita harus

    bertanya pula, kenapa Sy. Fathimah Zahro as mewasiatkan untuk dimakamkan pada malam hari?

    Kenapa sampai sekarang makam beliau masih teka-teki, artinya tidak diketahui secara jelas

    makamnya?

  • Kenapa, dan kenapa?

    Ada apa dibalik semua ini?

    Berikut ini adalah kisah seorang penuntut ilmu di Cairo, ketika sedang mengkaji sebuah

    kitab Shahih Muslim. Dia bersama seorang Syeikhnya sedang mencari hadits-hadit Nabi

    tentang keutamaan Madinah, ternyata yang dicarinya itu tidak ditemukan. Padahal

    seharusnya hadits-hadits ada di shahih Muslim. Nah siapa gerangan yang menyembunyikan

    sabda-sabda Rasulullah SAW?Selamat mengikuti.

    Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim

    Allhumma Solli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi

    Maarad Al-Kitab (World Book Exhibition)@ Cairo telah pun hampir ke penghujungnya. Saya

    hampir setiap hari turun maarad. Sehinggakan setiap hari jika bertemu dengan teman-

    teman setalaqqi saya mereka akan bertanya Lepas ini turun maarad ke?

    Mesti mereka heran Buku apa saja yang dibeli sampai perlu turun maarad tiap2 hari?!.

    Sebenarnya, turun maarad hampir setiap hari itu bukan menunjukkan betapa banyaknya

    buku yang dibeli tapi adalah untuk survey-survey kitab dari sudut harga, pencetakan,

    pentahqiq dan sebagainya.

    Tanpa disadari sebenarnya kita BELAJAR SAMBIL MEMBELI!!!! Itu juga dikira sebagai ilmu

    yang tidak diperolehi di kitab-kitab. Berharga bukan?!

  • Tips.

    Kalau mau tahu bagus atau tidak tahqiqnya sebuah kitab adalah dengan kita membaca

    muqaddimah Pentahqiq tersebut. Disitu, Pentahqiq ada menyebutkan kerja2 yang dilakukan

    dalam mentahqiq sesebuah kitab dan kita dapat lihat perbezaan yang wujud diantara

    pelbagai jenis pencetakkan.

    Tetapi ramai yang terlepas pandang akan bab ini. Yang penting bagi mereka asal murah

    dan asal cantik.

    Sebagai seorang yang bergelar Penuntut dan Pengkaji Ilmu, itu tidak sepatutnya berlaku.Kita

    sepatutnya bersifat MATANG dalam memilih buku.

    Berapa banyak buku yang luarannya cantik tapi didalamnya racun yang berbisa.

    Sekarang alfaqir lebih berhati-hati dalam membeli buku kerana 1 kejadian.

    Ketika itu, kami membaca kitab Sohih Muslim bersama seorang Sheikh, apabila sampai bab

    yang meriwayatkan tentang kelebihan madinah, seluruh hadits-hadits berkenaan itu

    dihapus, tidak ada dalam cetakan kitab hadits tersebut yang miliki teman alfaqir. Pada

    sangkaan alfaqir, mungkin hanya kesalahan dalam cetakan. Tapi, apabila dicari-cari hadits-

    hadits tersebut, tidak juga ketemui. Bila tanya teman lain, yang juga mempunyai sama

    cetakan, itu juga berlaku pada dirinya.

    Dahulu

    Kami pernah mendengar dari kalam masyayikh kami bahawa ada terdapat pihak-pihak

    tertentu sengaja menyembunyikan hadits-hadits yang kurang sesuai dengan pendapat

    mereka.

    Pada ketika itu

    Saya terfikir Tergamakkah mereka lakukan sedemikian?! Menyembunyikan Hadits-hadits

    Rasulullah untuk kepentingan sendiri?.

    Pada mulanya saya agak meragui kerana tidak tergambar iannya boleh berlaku sedemikian.

    Akan tetapi, apabila diri sendiri melihatnya dengan mata kepala, akhirnya diri ini akur akan

    kebenarannya.

    Kalau seandainya Imam Ali.as langsung menjadi khalifah setelah Nabi.saw sesuai dengan

    harapan Allah dan Rasul-Nya mungkin perselisihan antara sahabat tidak separah yang

  • sudah terjadi. Ketika mereka mengangkat Khalifah bukan sebagaimana yang dianjurkan

    olehRasul.saw maka kekacauanpun segara terjadi dan terus terjadi.

    Mungkin itu memang kehendak Allah untuk menguji kita mau ikut jalan yang mana, apakah

    jalan kebenaran dengan mengikuti anjuran Rasul.saw atau jalan yang batil yang dibuat oleh

    pelaku makar. Dan, saya kira itu wajar saja karena setiap Allah mengutus para rasul maka

    Dia juga menjadikan setan2 dari jenis jin dan manusia untuk menyimpangkan ajaran Rasul

    tersebut kejadian itu selalu terjadi pada setiap rasul dan terjadi pula bagi kerasulan

    Muhammad.saw

    kita hanya bisa menyesalkan ulama sunni yang menyembunyikan kebenaran kepada kita,

    seperti dalam Alquran Surat Al-baqarah ayat 159 Sesungguhnya orang-orang yang

    Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)

    dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu

    dilanati Allah dan dilanati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melanati.

    sebagai contoh, dulu saya membaca dalam kita bukhori, cetakan beirut yang tanggal

    penerbitannya sudah sangat tua (saya lupa tahun terbirny; mungkin 1923) bahwa rasulullah

    bersabda, tak henti-hentinya keamiran di tangan orang quraiys. dan yang menjadi

    pengganti sesudahku adalah 12 orang dari keturunan Quraisy, yaitu Ali, Hasan, Husein, dst

    s.d imam mahdi. tapi, pada kitab bukhori cetakan yang baru-baru ini hadits tersebut sudah

    tidak ditemukan dalam kitab bukhori.

    saya pikir, kok bisa-bisanya ya orang mengurang-ngurangkan kitab hadits, apa gak takut

    dosa

    contoh lain :

    Terdapat penghapusan besar-besaran secara sengaja akan keutamaan-keutamaan Ali dan

    Ahlul Baitnya dari kitab-kitab sejarah. Ini Ibnu Hisyam yang menukil Sirah Ibnu Ishak

    berkata di dalam mukaddimah kitabnya, Di dalam kitab ini ditinggalkan sebagian yang

    disebutkan oleh Ibnu Ishak dan begitu juga hal-hal yang buruk untuk dikatakan, dan

    beberapa hal yang tidak baik orang menyebutkannya

    Dia mengatakan kata-kata ini sebagai pengantar untuk menyembunyikan kebenaran. Di

    antara hal-hal yang tidak baik orang menyebutkannya adalah ajakan Rasulullah saw kepada

    Abu Thalib manakala Allah SWT memerintahkannya, Dan berilah peringatan kepada

    keluargamu yang terdekat. Thabari telah menyebutkannya beserta sanadnya. Dia

    mengatakan Rasulullah saw telah bersabda, Wahai putra-putra Abdul Muththalib! Demi

    Allah tidak ada seorang pun pemuda bangsa Arab yang telah membawa untuk kaumnya

    sesuatu yang lebih berharga dan lebih utama dari apa yang aku bawa untuk kalian. Aku

    datang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Dan Allah telah memerintahkan aku untuk

  • menyeru kalian agar menerimanya. Maka siapakah di antara kalian yang bersedia

    memberikan dukungan bagiku dalam urusan ini; dan sebagai imbalannya, ia akan menjadi

    saudaraku, washiku, serta menjadi khalifah (pengganti)ku di antara kalian?

    Semua yang hadir diam seribu bahasa, kecuali Ali yang termuda di antara mereka; ia berdiri

    dan berkata dengan lantangnya, Aku wahai Nabi Allah yang akan menjadi

    pembantumu! Kemudian Rasulullah saw berkata, Inilah saudaraku, washiku dan khalifahku

    di antara kalian! Dengar kata-katanya, dan taatlah kepadanya! Maka bangkitlah mereka

    sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, Lihatlah betapa dia telah memerintahkan

    Anda agar mendengarkan kata-kata anak Anda dan taat kepadanya.(Tarikh ath-Thabari,

    jld. 2, hal. 216 -217.)

    Apakah riwayat ini termasuk sesuatu yang buruk untuk dikatakan, sehingga harus dihapus

    sebagian kata-katanya?!

    Jangan membuat Anda heran Thabari menyebutkan kisah ini, karena dengan segera dia

    mencabut kembali perkataannya itu. Dia meriwayatkan kisah ini di dalam kitab tafsirnya

    dengan disertai penyimpangan. Dia mengatakan, Rasulullah saw bersabda, Maka siapakah

    di antara kalian yang bersedia memberikan dukungan bagiku; dan sebagai imbalannya, ia

    akan menjadi saudaraku dan seterusnya dan seterusnya. Kemudian Thabari melanjutkan,

    Kemudian Rasulullah saw berkata, Sesungguhnya inilah saudaraku dan seterusnya dan

    seterusnya, maka dengarkan kata-katanya, dan taatlah kepadanya.(Tafsir ath-Thabari, jld.

    19, hal. 72.)

    Apa yang dimaksud dengan kata-kata dan seterusnya dan seterusnya yang dikatakan oleh

    Thabari?!

    ini merupakan contoh yang jelas pengurangan riwayat.

    tapi, soal hadits dalam musnad ahmad tentang penegasan kepemimpinan ali belum tentu

    dihapus. jadi saya mufakat untuk menganggapnya tidak ada.

    rasulullah yang menyatakan, inilah ali, imam, wali, dan khalifah sesudahku. jadi dengan

    hadits ini sudah cukup menjelaskan bahwa Ali merupakan khalifah pertama.

    rasulullah saw bersabda : siapapun yang menjadikan aku sebagai khalifahnya, maka Ali

    adalah khalifahnya (al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz al-Umal, vol.XV. hal 123)

    rasulullah bersabda, Ali adalah saudaraku, pewaris dan khalifahku diantara kalian semua.

    taatilah dia, ikutilah dia, dan perhatikanlah ucapan-ucapannya. (ahmad bin hanbal, , al

    musnad Vol.. I hal 111, 159; ibn al-asir, al-Kamil Vol II. hal 22).

  • dan masih banyak lagi. saya tidak dapat menulis semuanya di sini.

    Saat ini saya lagi memfokuskan mencari dasar hak Ali untuk menjadi khalifah yang pertama

    berdasarkan Al Quran dan Mencari dukungan ayat Q.S 5:67.

    Logika saya jika ada ayat dalam al quran yang merekomendasikan Ali secara tegas/gamlang

    dan menguatkan untuk menjadi khalifah yang pertama setelah kepemimpinan Nabi maka

    kebenaran hak ali untuk menjadi khalifah yang pertama harus diyakini atau dibenarkan.

    Karena saya menganggap bahwa al Quran adalah hukum tertinggi dalam agama islam, jika

    didalam al quran sudah ditegaskan atau diperintahkan, maka hukum2 dibawahnya (seperti

    hadist, pendapat ulama dsb) harus ngikut ke hukum yang lebih tinggi diatasnya. (SESUAI

    DENGAN AZAS KEPATUHAN SUATU HUKUM). >

    Karena saya menganggap bahwa al Quran adalah hukum tertinggi dalam agama islam, jika

    didalam al quran sudah ditegaskan atau diperintahkan, maka hukum2 dibawahnya (seperti

    hadist, pendapat ulama dsb) harus ngikut ke hukum yang lebih tinggi diatasnya.

    setiap orang memiliki penerima wasiat (washi) dan ahli waris, dan Ali adalah penerima

    wasiat dan ahli warisku. (Ibnu Asakir, at-Tarikh, vol. III, hal 5; Riyad an-nadhiroh, vol.II,

    hal.178. )

    adakah jaminan dari Allah kalau kitab bukhori itu akan terjamin keasliannya hingga akhir

    zaman?

    Dari Situ

    Sangat PENTING!!! Talaqqi (ngaji langsung pada guru) hadits-hadits Rasulullah SAW dengan

    seorang sheikh (guru) yang mempunyai sanad pengriwayatan Hadits.

    ???? ??????? ???? ?? ??? ?? ???

    Kalau tidak kerana sanad, maka sesiapa saja akan berkata dengan apa yang dikehendakinya.

    Ya ALLAh, Jadikan kami seorang yang amanah dalam menyampaikan ILMU

    Seandainya sejak zaman dulu kitab kitab hadis sunni BEREDAR SESUAi VERSi ASLi nya

    seperti beredar nya ALQURAN di pasar pasar dan rumah penduduk maka MAZHAB SUNNi

    tidak akan tegak

    Banyak hadis yang telah disensor dari kita!! Ulama sunni meringkas hadis, mengedit hadis

    dan menyembunyikan hadis YANG MERUGiKAN MAZHAB MEREKA !!

  • Sunni dianggap menyembunyikan hadis-hadis yang menjelaskan, bahwa Ali merupakan

    khalifah setelah Nabi.

    Dalam tafsir al Quran ayat-ayat yang memihak syiah disembunyikan oleh orang Sunni

    atau disebarkan hadis hadis dhaif syiah yang mendeskriditkan Syiah.

    Menurut syiah bahwa al Quran dan hadis shahih yang diriwayatkan oleh orang Syiah

    kedudukannya adalah atas segala ilmu.

    Sewaktu anda belajar agama di waktu kecil, anda Cuma mampu menemukan kitab

    shahih Bukhari Muslim edisi ringkasan Lha, yang asli nya sudah disembunyikan

    .Ketika anda dewasa, di era digital internet ini anda AKAN TERPERANJAT ketika

    menemukan bahwa kebenaran syiah ternyata terselip dalam kitab hadis sunni.

    Ada ulama sunni berkata : Ada hadis Imam Ali yang memuji abubakar- Umar

    Usman dll dalam kitab hadis sunni

    Kitab hadis aswaja sunni memang punya beberapa versi cerita yang saling

    kontradiktif dalam persoalan imamah dll

    Dalam hadis Bukhari : Imam Ali mengklaim bahwa kekhalifahan adalah haknya, dan

    Imam Ali menyatakan Abubakar berbohong dan bertindak sewenang wenang

    Mungkinkah sesuatu yang bertentangan terjadi ??? Di satu sisi mencela, disisi lain

    memuji ???? tidak mungkin. Karena mustahil Imam Ali plin plan apalagi berdusta

    JAdi hadis yang dinisbatkan pada Ali yang menyatakan Abubakar lebih baik daripada

    dia sangat meragukan karena bertentangan dengan ucapan Imam Ali dalam hadis

    hadis lain.

    Berikut ini saya berikan contoh kontradiksi nya hadis Bukhari Muslim :

    1. Surat Al Lail ayat 1-3 dalam kitab Bukhari Muslim berbeda dengan yang ada

    dalam Al Quran

    2. Riwayat Aisyah tentang shalat dhuha saling bertentangan, riwayat pertama

    menyatakan boleh tapi riwayat kedua menyatakan tidak boleh

    3. Said bin Musaiyab menyatakan ia saksi wafat nya Abu Thalib, tapi realita fakta

    sejarah menyatakan Said dan Abu Thalib tidak pernah bertemu

    4. Hadis pelecehan terhadap para Nabi yang di bawakan Abu Hurairah

  • Kenapa bisa kontradiktif ??? Karena jalur perawi ada yang berdusta dan ada yang

    jujursemua dishahihkan Bukhari Muslim

    Di zaman Dinasti Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah syariat Islam yang sebenarnya

    tidak ditegakkan.. Penguasa bebas membunuh orang orang yang tidak bersalah tanpa

    pengadilan.. Kejahatan mereka terhadap umat benar benar diluar perikemanusiaan..

    Pemerintahan para penjahat

    Namun mazhab aswaja sunni menutup nutupi masalah ini dengan cara menampilkan

    yang baik baik saja dan menguburkan yang buruk buruk karena ulama sunni sangat

    berkepentingan agar mazhab mereka tetap tegak

    Namun seiring perjalanan waktu, kebenaran mulai terungkap. Aswaja mulai

    kelabakan maka mereka tidak mampu lagi melarang umat mempelajari

    syiah.Aswaja tidak mampu lagi membuang hadis hadis dalam kitab shahih nya

    karena umat sudah tahu.

    Hadis seperti penunjukan Imam Ali sebagai khalifah tidak mampu lagi

    disembunyikan sunni.. Mengingkari bukti wasiat Imamah Ali sama saja dengan

    mengingkari wasiat Nabi SAW, adalah zindiq jika mengingkari Sunnah Nabi yang

    mutawatir

    .

    Sejarah adalah ilmu yang membahas tentang peristiwa masa lalu. Dengan mengkaji sejarah,

    kita akan mengenal zaman dahulu, serta bagaimana dan dimana peristiwa itu yang

    mewarnainya. Para sejarahwan menyatakan bahwa sebuah peristiwa sejarah hanya bisa

  • diterima jika didasarkan pada data-data dan bukti akurat yang mendukung kebenarannya.

    Sebab, ada semacam sensitivitas yang tak terbantahkan dalam menukil peristiwa sejarah.

    Sensitivitas ini dirasakan pada semua hal menceritakan peristiwa di masa lalu baik yang

    berbentuk tulisan, penukilan secara lisan maupun benda-benda peninggalan masa lalu. Di

    dunia sinema dan pertelevisian, sejak beberapa dekade silam muncul kecenderungan

    sebagian kalangan untuk merambah peristiwa sejarah. Kecenderungan itu semakin

    mengkristal ketika karya-karya sinema dengan topik sejarah mendapat sambutan luas.

    Sejarah agama dan kehidupan para nabi utusan Allah seperti Nabi Isa as, Nabi Musa as, dan

    bahkan Nabi Muhammad Saw sudah pernah diangkat ke layar lebar oleh para produsen

    sinema. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya film-film seperti ini, yang jelas, film

    dengan durasi yang tentunya sangat terbatas ini hanya menggambarkan fase yang singkat

    dari kehidupan insan-insan agung itu. Di Iran, beberapa sutradara film punya pengalaman

    yang membanggakan dalam membuat film-film dan serial keagamaan. Diantara karya

    mereka adalah serial Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Ali Ridha as Nabi Isa as, Siti

    Maryam as, Nabi Yusuf as dan Nabi Ibrahim as. Karya-karya seniman sinema Iran ini juga

    sudah dinikmati oleh banyak umat Islam di berbagai negara.

    Serial terakhir yang dibuat dengan tema sejarah keagamaan adalah serial tentang

    kebangkitan Mukhtar bin Abu Ubaid al-Tsaqafi, dengan judul Mokhtar Nameh. Serial ini

    berkisah tentang pembantaian Imam Husain as di Karbala dan kebangkitan Mukhtar yang

    menuntut balas atas darah Imam Husain as. Serial yang berhasil menarik perhatian dan

    diminati secara luas ini didasarkan pada riwayat dan data sejarah yang akurat. Selain di Iran,

    film serial ini juag dinikamti oleh para pemirsanya di berbagai negara lewat parabola. Salah

    satu faktor yang membuat Mokhtar Nameh diminati adalah karena film ini dibuat dengan

    penuh kehati-hatian dalam menyampaikan fakta sejarah.

    Tidak semua orang menyukai serial Mokhtar Nameh. Sebab, sebagian kalangan di Dunia

    Arab tak bisa menerima pembeberan fakta sejarah ini. Ada kekhawatiran pada diri mereka

    akan terungkapnya hakikat sejarah bagi masayarakat umum. Penentangan pun bermunculan

    mengiringi sambutan baik dari banyak kalangan terhadap film ini. Sebagai reaksi

    pembalasan, para penentang itupun membuat serial tandiangan berjudul Muawiyah, Hasan

    dan Husein yang sudah mulai dibuat sejak tahun 2009. Film ini dibuat di beberapa negara

    Arab dan mulai ditayangkan sejak Ramadhan tahun ini, yaitu tahun 1432 Hijriah. Meski

    mengaku bahwa serial ini dibuat untuk mengungkap fakta sejarah permulaan Islam, para

    pembuat film menyusupkan kebohongan ke dalamnya. Kebohongan dan distorsi sejarah itu

    sedemikian jelas sehingga menuai kritik luas kalangan ulama, cendekiawan, sejawahran

    bahkan masyarakat luas hanya selang setelah penayangan beberapa episodenya.

    Serial Muawiyah, Hasan dan Husain dimulai dari peristiwa pemberontakan massa terhadap

    khalifah ketiga Utsman bin Affan sampai naiknya Imam Ali aske kursi khilafah. Kisah

  • berlanjut hingga khilafah Imam Hasan, hingga kehidupan di masa Imam Husein sampai

    kesyahidan beliau di Karbala. Para produser terkait mengaku bahwa film serial ini dibuat

    untuk memperkuat persatuan di antara umat Islam. Akan tetapi, fakta justru menunjukkan

    hal yang sebaliknya.

    Dengan menyaksikan film ini pemirsa akan menangkap adanya distorsi besar-besaran

    terhadap sejarah. Produsen film pada langkah awal berusaha membersihkan figur-figur

    jahat dalam sejarah seperti Muawiyah dan Yazid. Berbeda dengan yang digambarkan dalam

    film ini, kedua figur yang ingin dibersihkan adalah orang-orang yang oleh sejarah

    dikukuhkan sebagai pembunuh dua cucu kesayangan Nabi Saw, perampas kekhalifahan

    umat Islam dan yang paling bertanggung jawab dalam perubahan alur sejarah umat ini.

    Penulis naskah maupun sutradara film berusaha keras untuk menyembunyikan fakta

    permusuhan Muawiyah dan Nabi Umayyah terhadap keluarga Nabi Saw, padahal kisah

    permusuhan itu adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan. Mohammad Hoseein Rajabi

    Davani, peneliti sejarah Islam mengatakan, Serial ini mengesankan Muawiyah yang telah

    menyimpangkan sistem kekhalifahan Islam dari jalurnya sebagai figur yang baik. Sementara,

    sumber-suber otentik sejarah tak pernah mengenal Muawiyah seperti yang digambarkan itu.

    Bahkan, serial ini melupakan peran utama Yazid dalam tragedi Karbala dan pembunuhan

    atas Imam Husein, keluarga dan para sahabatnya. Serial ini secara jelas telah melakukan

    distorsi sejarah untuk kepentingan kelompok dan aliran pemikiran tertentu.

    Dari sisi lain, serial Muawiyah, Hasan dan Husein mengangkat sebuah kisah dusta dan

    riwayat palsu tentang Syiah dengan tujuan menciptakan perselisihan di tengah umat Islam.

    Dikisahkan dalam film ini bahwa Syiah adalah aliran yang kehadirannya dibidani oleh sosok

    manusia bernama Abdullah bin Saba. Bagaimanakah sejarah bercerita tentang Ibnu Saba

    dan sejauhmana perbedaannya dengan apa yang diklaim sutradara film Abdul Bari Abul

    Kheir. Thabari, sejarahwan abad ketiga hijriah menceritakan tentang seorang Yahudi yang

    menyatakan keislamannya di masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Dia yang bernama

    Abdullah bin Saba lalu berkelana ke sejumlah negeri termasuk Kufah, Basrah dan Syam

    untuk menyatakan pembelaannya kepada kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Menurut

    Thabari, Ibnu Saba adalah tokoh yang memprovokasi massa untuk memberontak dan

    membunuh khalifah Utsman.

    Thabari menukil kisah ini dari seorang perawi bernama Saif bin Umar yang oleh para ulama

    dan ahli sejarah disebut-sebut sebagai perawi yang tak bisa dipercaya. Saif terbukti sering

    memalsukan hadis. Ia sering menyebutkan nama sejumlah orang yang diklaim sebagai

    sahabat Nabi, padahal tak ada satupun data sejarah yang menyebutkan nama mereka.

    Banyak pula kisah dan peristiwa yang ia ceritakan tanpa ada seorangpun yang

    meriwayatkannya. Tak heran jika di kalangan para ahli sejarah dan ilmu Rijal, Saif bin Umar

    ditetapkan sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Yang menarik, Thabari sering menukil

  • kisah-kisah dari perawi ini. Kisah-kisah itulah yang di kemudian hari banyak dinukil oleh

    kalangan orientalis, termasuk kisah tentang keberadaan sosok Yahudi bernama Abdullah bin

    Saba.

    Meski banyak sejarahwan yang menafikan keberadaan orang bernama Abdullah bin Saba

    namun sejumlah kitab dan data sejarah, mengakui adanya orang dengan nama itu. Hanya

    saja, dia disebut dengan tegas sebagai orang kafir dan sesat. Para ulama seperti Syekh

    Thusi, Allamah Hilli dan Ibnu Daud termasuk di antara sekian ulama besar dalam sejarah

    Islam yang melaknat Ibnu Saba dan menyebutnya sebagai pembohong dan kafir. Meski

    demikian, masih ada sejumlah kalangan yang memasukkan Abdullah bin Saba ke dalam

    kelompok tokoh-tokoh penting sejarah Islam, salah satunya adalah pembuat film serial

    Muawiyah, Hasan dan Husein.

    Yang menarik, Allamah Thabathabai, penulis kitab tafsir al-Mizan sekitar 60 tahun dalam

    sebuah artikel menyatakan bahwa isu Ibnu Saba bukan hanya dituduhkan oleh kelompok

    Sunni fanatik, tetapi juga disebarluaskan oleh kalangan orientalis dan pendukung

    Wahhabisme untuk tujuan-tujuan busuk mereka. Allamah mengatakan, Jika satu atau dua

    abad yang lalu kisah fiktif Abdullah bin Saba bisa ditemukan secara singkat dalam buku-

    buku sejarah, kini kondisinya sudah berubah. Kisah ini sengaja dibesar-besarkan tanpa ada

    dorongan untuk melakukan penelitian terhadap kebenaran atau kebohongannya.

    Para ulama mengatakan, fiktif dan tidaknya tokoh bernama Abdullah bin Saba, tidak ada

    kaitan antara aliran Syiah dengannya. Apalagi, para ulama besar Syiah secara tegas

    menyebut Ibnu Saba sebagai orang terlaknat, pembohong dan kafir. Thaha Husein,

    cendekiawan Mesir mengatakan, membesar-besarkan tokoh bernama Abdullah bin Saba

    adalah kejahatan terhadap sejarah

    Bulan ramadhan tahun 1432 Hq, sejumlah saluran televisi berbahasa Arab secara serentak

    menayangkan film serial bertema sejarah Islam. Namun serial berjudul Muawiyah, Hasan

    dan Husein ini sarat dengan kebohongan, distorsi dan pemutarbalikan fakta sejarah. Tebar

    kebohongan seperti ini tentu saja tidak sejalan dengan nuansa ruhani yang menyelimuti

    umat Islam di bulan Ramadhan. Serial ini dengan jelas berusaha menebar kebencian dan

    perselisihan di tengah umat Islam. Tak heran jika lantas serial yang dibuat dengan dana

    raksasa yang dikucurkan oleh salah satu perusahaan Kuwait ini menuai kritik, bahkan

    kecaman dan penentangan luas, padahal para pembuat film mengklaim adanya dukungan

    kuat dari para ulama terhadap muatan dan isi film.

    Penentangan pertama muncul di Kuwait sendiri. Ayatollah Muhammad Baqir Muhri,

    pemimpin Syiah Kuwait melayangkan kecaman dan penentangannya. Muhri mengatakan,

    secara syariat, tidak ada satupun ulama dan tokoh Syiah yang mengizinkan pembuatan film

    ini. Sebab, film serial ini telah menghujat dua Imam Syiah dan melecehkan seluruh pengikut

  • Syiah. Pernyataan itu disampaikan Ayatollah Muhri untuk menjawab klaim pembuat film

    yang mengaku telah mengantongi izin dan dukungan dari para ulama Syiah dan Sunni.

    Di Iran, para ulama mengecam pembuatan film yang memutarbalikkan fakta sejarah ini.

    Ayatollah Makarim Shirazi, ulama dan marji Syiah mengeluarkan fatwa haram untuk

    pembuatan film yang merugikan Islam ini. Menurut beliau, penentangan muncul karena para

    pembuat film serial ini berusaha membersihkan dosa Muawiyah dan Yazid dari lembaran

    sejarah. Karenanya, serial ini bisa dimanfaatkan oleh musuh untuk kepentingannya.

    Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ayatollah Safi Golpeygani dan Ayatollah Jafar

    Subhani dua marji Syiah di kota Qom. Mereka menyatakan bahwa pembuatan film seperti ini

    akan menumbuhkan kemunafikan dan permusuhan di tengah umat Islam.

    Penentangan tidak hanya datang dari kalangan Syiah. Universitas al-Azhar Mesir juga

    mengumumkan penentangannya terhadap serial Muawiyah, Hasan dan Husein. Al-Azhar

    yang merupakan pusat keilmuan agama paling bergengsi di kalangan Ahlussunnah

    menyatakan bahwa penentangan ini terjadi karena film terkait menunjukkan wajah Ahlul

    Bait Nabi, sementara para ulama al-Azhar mengharamkan penayangan gambar insan-insan

    suci itu. Syeikh Ali Abdul Baqi, sekretaris Forum Kajian Islam al-Azhar mengatakan, Kami

    telah berulang kali menyatakan penentangan terhadap penyangan gambar para Nabi dan

    Ahlul Bait dalam sinema dan televisi. Mereka yang terlibat dalam dunia sinema harus

    memerhatikan pandangan fiqih ini.

    Sekitar delapan juta orang di Mesir yang tergabung dalam kelompok Syurafa menyatakan

    menolak serial Muawiyah, Hasan dan Husein. Menurut mereka, garis merah bagi mereka

    adalah Imam Hasan dan Imam Husain. Tak hanya bersikap, kelompok ini juga telah

    melakukan usaha keras untuk mencegah penayangan serial tersebut dari satelit Nile Sat,

    milik pemerintah Mesir. Akibat penentangan yang juga direstui oleh para ulama al-Azhar,

    televisi resmi Mesir tidak mengizinkan penayangan film ini, dan hanya sebagian televisi

    swasta yang menayangkannya.

    Seiring dengan itu, gugatan terhadap para pembuat film serial ini juga sudah diajukan untuk

    diproses secara adil. Fakta-fakta lain di balik skenario pembuatan serial Muawiyah, Hasan

    dan Husein bakal terkuak. Jika sebelum ini, para pembuat serial mengaku mengantongi

    restu dari para ulama Syiah dan Sunni, kini terungkap bahwa klaim itu tak lebih dari

    kebohongan yang mereka tebar. Untuk rakyat dan masyarakat umum, banyak fakta yang

    sudah terjelaskan.

    Di sini perlu dijelaskan bahwa fatwa haram penayangan gambar wajah Nabi Saw dan Ahlul

    Bait as bukan hanya pendapat para ulama al-Azhar. Sebab, hampir seluruh ulama baik Syiah

    maupun Sunni, memiliki pandangan yang sama dengan itu. Sayangnya, para pembuat film

    tak hanya memutarbalikkan dan mendistorsi sejarah tetapi juga menutup mata dari fatwa

  • mayoritas ulama ini. Tak heran jika langkah itu direaksi keras oleh para ulama dan

    masyarakat umum. Banyak orang di berbagai negara yang melaksanakan fatwa para ulama

    mereka yang mengharamkan film ini. Masyarakat yang menolak film ini juga melakukan aksi

    umum lewat media internet. Via internet, mereka mengumpulkan jutaan tanda tangan untuk

    menghentikan penayangan serial kontroversial tersebut. Puluhan laman jejaring sosial

    facebook yang menentang serial Muawiyah, Hasan dan Husein dengan anggota ribuan

    orang juga ikut meramaikan aksi ini.

    Beberapa episode dari serial Muawiyah, Hasan dan Husein sudah ditayangkan dan reaksi

    penentangan bahkan kecamanpun bermunculan. Semakin lama penentangan itu itu semakin

    meluas. Umumnya mereka yang menolak film serial ini menyebut penistaan terhadap Ahlul

    Bait Nabi as dan penafian peran utama Yazid dalam peristiwa Karbala dan pembantaian

    Imam Husein as sebagai alasan penentangan. Syeikh Abdul Mahdi Karbalai, wakil Ayatollah

    Sistani di Karbala mengatakan, Tidak ada ulama Syiah yang menyetujui film serial ini.

    Dalam banyak episodenya, film ini telah melakukan distorsi sejarah besar-besaran terkait

    Imam Hasan dan Imam Husein.

    Dr Mohammad Hossein Saei, pakar sejarah Islam menegaskan bahwa untuk mengetahui

    sejauhmana kebohongan yang sengaja ditebar dalam serial ini, cukup kita menyelidiki para

    pembuatnya. Penyandang dana serial ini adalah sebuah perusahaan Kuwait yang memiliki

    hubungan spesial dengan Wahid bin Talal, salah seorang pangeran Arab Saudi. Pangeran

    inilah pemiliki sejumlah stasiun televisi Arab yang menayangkan serial kontroversial

    tersebut. Stasiun-stasiun televisi ini umumnya menayangkan program-program yang

    bertujuan menyebarkan sekularisme dan gerakan anti Islam di Dunia Arab. Pemilik jaringan

    televisi itu punya hubungan perseroan dengan Robert Murdock, Zionis Amerika yang dikenal

    sebagai Raja Jaringan Informasi, dalam membangun sejumlah stasiun televisi.

    Di akhir pembahasan ini perlu kita singgung bahwa agenda membuat serial dan film yang

    menyudutkan keyakinan Islam bukan hal yang baru. Perang media dan informasi terhadap

    Islam sudah ada sejak lama bahkan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.

    Gerakan yang biasa disebut Islamophobia ini sebenarnya menunjukkan kekalutan kubu kafir

    terhadap pengaruh Islam yang semakin besar di dunia. Sebab, dalam beberapa dekade

    terakhir arus kebangkitan Islam kian membesar berkat teknologi modern di dunia informasi.

    Bisa dikata bahwa kubu anti Islam dengan berbagai sarananya, khususnya media-media

    massa yang ada dalam genggaman hegemoni AS telah menyulut sebuah perang informasi

    besar-besaran terhadap Islam. Mereka biasa memutakbalikkan fakta dan mendistorsi

    ajaran-ajaran agama ilahi ini termasuk juga sejarah para pemuka agama. Tujuannya adalah

    untuk memburukkan citra Islam dan melemahkan keimanan yang sudah ada. Namun

    mereka melupakan satu hal yang sangat penting, yaitu bahwa usaha apapun yang mereka

    lakukan untuk memadamkan cahaya Allah tak berbeda dengan upaya sepenggal awan untuk

  • menutupi cahaya dan panas matahari. Usaha mereka akan sia-sia sementara pancaran

    cahaya kebenaran dan nur Ilahi akan semakin besar untuk menerangi dunia

    .

    Di zaman Dinasti Umayyah, Abbasiyah dan Usmaniyah syariat Islam yang sebenarnya

    tidak ditegakkan.. Penguasa bebas membunuh orang orang yang tidak bersalah tanpa

    pengadilan.. Kejahatan mereka terhadap umat benar benar diluar perikemanusiaan..

    Pemerintahan para penjahat

    Namun mazhab aswaja sunni menutup nutupi masalah ini dengan cara menampilkan

    yang baik baik saja dan menguburkan yang buruk buruk karena ulama sunni sangat

    berkepentingan agar mazhab mereka tetap tegak

    Namun seiring perjalanan waktu, kebenaran mulai terungkap. Aswaja mulai

    kelabakan maka mereka tidak mampu lagi melarang umat mempelajari

    syiah.Aswaja tidak mampu lagi membuang hadis hadis dalam kitab shahih nya

    karena umat sudah tahu.

    Hadis seperti penunjukan Imam Ali sebagai khalifah tidak mampu lagi

    disembunyikan sunni.. Mengingkari bukti wasiat Imamah Ali sama saja dengan

    mengingkari wasiat Nabi SAW, adalah zindiq jika mengingkari Sunnah Nabi yang

    mutawatir

    Rasul bersabda tentang ummul muminin Aisyah:

    Diriwayatkan oleh Musa bin Ismail, dari Juwairiyah, dari Nafi, dari Abdullah yang berkata:

    Nabi saw sedang berkhotbah dan beliau menunjuk ke arah kediaman Aisyah sambil

    berkata: Disinilah akan muncul tiga fitnah sekaligus, dan dari situlah akan muncul tanduk

    setan. (Bukhari, Shahih dalam bab Ma jaa fi buyutil AzwajinNabi )

    Abdullah meriwayatkan dari Ubay dari Ikramah bin Ammar dari Ibnu Umar yang berkata:

    Rasululah saw keluar dari rumah Aisyah dan bersabda: Kepala kekufuran akan muncul dari

  • sini, dan dari sini akan muncul tanduk setan. (Imam Ahmad bin Hambal, Musnad, jilid 2,

    hlm. 23 )

    Rasul Allah saw keluar dari rumah Aisyah sambil berkata: Sesungguhnya kekafiran akan

    muncul dari sini akan muncul tanduk setan. (Imam Ahmad bin Hambal, Musnad, jilid 2,

    hlm. 26. )

    Perang Jamal, Aisyah Memerangi Imam Ali, Dua Puluh Ribu Muslim Mati !!

    Aisyah berangkat ke Makkah. Ia berhenti di depan pintu masjid menuju ke alHajar

    Kemudian mengumpul orang dan berkata: Hai manusia. Utsman telah dibunuh secara

    zalim! Demi Allah kita harus menuntut darahnya. Dia dilaporkan juga telah berkata: Hai

    kaum Quraisy! Utsman telah dibunuh. Dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. Demi Allah seujung

    kuku atau satu malam kehidupan Utsman, lebih baik dari seluruh hidup Ali. (Lihat

    Baladzuri, Ansab alAsyraf, jilid 5, hlm. 71.)

    Ummu Salamah Menasihati Ummulmuminin

    Ummu Salamah menasihati Aisyah agar ia tidak meninggalkan rumahnya: Ya Aisyah,

    engkau telah menjadi penghalang antara Rasul Allah saw dan umatnya. Hijabmu

    menentukan kehormatan Rasul Allah saw, AlQuran telah menetapkan hijab untukmu.

    Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku

    seperti orang orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan

    taatilah Allah dan RasulNya. (AlAhzab:33)

    Dan jangan engkau membukanya. Tempatmu telah pula ditentukan Allah SWT dan janganlah

    engkau keluar. Allahlah yang akan melindungi umatnya. Rasul Allah saw mengetahui

    tempatmu. Kalau Rasul Allah saw ingin memberimu tugas tentu telah beliau sabdakan

    ( Aisyah Ibnu Thaifur, Baldghat anNisa, hlm. 8; Mengenai nasihat Ummu Salamah kepada

    Aisyah, lihat juga Zamakhsyari, alFaiq, jilid 1, hlm. 290; Ibnu Abd Rabbih, Iqd alFarid, jilid

    3, hlm. 69; Syarh NahjulBalaghah, jilid 2, hlm. 79 ).

    Aisyah tidak peduli dan orang orang merasa heran. Ayat AlQuranyang memerintahkan para

    istri Rasul agar tinggal di rumah tidak dapat lagi menahannya.

    Aisyah tidak menghiraukannya. Thalhah, Zubair dan Abdullah bin Zubair pergi bergabung

    dengan Aisyah di Makkah. Demikian pula Banu Umayyah serta penguasa penguasa Utsman

    yang diberhentikan Ali dengan membawa harta baitul mal.

  • Diriwayatkan bahwa sekali seorang wanita bertanya kepada Aisyah tentang hukumnya

    seorang ibu yang membunuh anak bayinya. Aisyah menjawab: Neraka tempatnya bagi ibu

    yang durhaka itu!. Kalau demikian, tanyanya: bagaimana hukum seorang ibu yang

    membunuh dua puluh ribu anaknya yang telah dewasa?. Aisyah berteriak dan menyuruh

    orang melempar keluar wanita tersebut.

    Thalhah misan Aisyah, yang diharapkan Aisyah akan menjadi khalifah, meninggal dalam

    Perang Jamal. Ia dibunuh oleh Marwan bin Hakam anggota pasukannya sendiri, karena

    keterlibatannya dalam pembunuhan Utsman. Setelah memanah Thalhah, Marwan berkata:

    Aku puas! Sekarang aku tidak akan menuntut lagi darah Utsman! Zubair bin Awwam,

    iparnya, suami kakaknya Asma binti Abu Bakar meninggalkan pasukan setelah mendengar

    nasihat Ali. Ia dibunuh dari belakang oleh seorang yang bernama Amr bin Jurmuz.

    Aisyah punya kelebihan. Setelah menentang dua khalifah ia bisa berubah menjadi orang

    yang tidak berdosa.. Dan peran Aisyah dalam menentukan aqidah umat berlanjut sampai

    sekarang dengan hadis hadisnya yang banyak.

    Ummu Salamah, misalnya, yang juga ummulmuminin tidaklah mendapat tempat yang

    terhormat seperti Aisyah. Hal ini disebabkan karena Ummu

    Salamah berpihak kepada ahlulbait dengan sering meriwayatkan hadis hadis yang

    mengutamakan Ali, seperti hadis Kisa.

    Abu Bakar, ayah Aisyah, maupun Umar bin Khaththab menyadari kemampuan Aisyah, dan

    sejak awal mereka menjadikan Aisyah sebagai tempat bertanya. Ibnu Sad, misalnya,

    meriwayatkan dari alQasim: Aisyah sering diminta memberikan fatwa di zaman Abu Bakar.

    Umar dan Utsman dan Aisyah terus memberi fatwa sampai mereka meninggal. (Ibnu

    Sad, Thabaqat, jilid 3 hlm.3370.)

    Dari Mahmud bin Labid: Aisyah memberi fatwa di zaman Umar dan Utsman sampai

    keduanya meninggal. Dan sahabat sahabat Rasul Allah saw yang besar, yaitu Umar dan

    Utsman sering mengirim orang menemui Aisyah untuk menanyakan Sunnah. Malah Umar

    memberikan uang tahunan untuk Aisyah lebih besar 20% dari istri Rasul yang lain. Tiap istri

    Rasul mendapat sepuluh ribu dinar sedang Aisyah dua

    belas ribu. Pernah Umar menerima satu kereta dari Irak yang di dalamnya terdapat mutiara

    (jauhar) dan Umar memberikan seluruhnya pada Aisyah.

    Di samping pengutamaan Umar kepada Aisyah dalam fatwa maupun hadiah, Umar juga

    menahannya di Madinah dan hanya membolehkan Aisyah melakukan sekali naik haji pada

    akhir kekhalifahan Umar dengan pengawalan yang ketat. Umar menyadari betul peran

    Aisyah yang tahu memanfaatkan kedudukannya yang mulia di mata umat sebagai ibu kaum

  • muminin dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk mempengaruhi orang. Dengan

    demikian mereka saling membagi keutamaan.Sedangkan Utsman, terutama pada akhir

    kekhalifahannya, melalaikan hal ini.

    Dan di pihak lain, Ali seperti juga Fathimah sejak awal menjadi bulan bulanan

    ummulmuminin Aisyah. Kalau Muawiyah bersujud dan diikuti orang orang yang

    menemaninya, dan shalat dhuha enam rakaat saat mendengar Ali meninggal dunia di

    kemudian hari, sedangkan Aisyah melakukan sujud syukur ketika mendengar berita gembira

    ini seperti dilaporkan oleh AbulFaraj atIshfahani. (AbuFaraj alIshfahani, Maqatil

    athThalibiyin,hlm. 43.)

    Thabari, AbulFaraj alIshfahani, Ibnu Sad dan Ibnu alAtsir melaporkan bahwa tatkala

    seorang menyampaikan berita kematian Ali, ummulmumininAisyah bersyair: Tongkat

    dilepas, tujuan tercapai sudah Seperti musafir gembira pulang ke rumah!

    .

    Melihat tajuk di atas, sudah pasti meromangkan bulu roma para pencinta Nabi. tetapi

    bertenang, saya hanya membincangkan perkara ini, secara ilmiah, berdasarkan hadis-hadis

    dari sumber Ahlulsunnah wal Jamaah. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terpulang

    kepada masing-masing.

    Kecemburuan Aisyah kepada Fatimah(sa) dan suaminya adalah sangat berkaitan dengan

    cemburunya kepada Khadijah al Kubra, yang telah lama meninggal dunia. Ini dapat difahami

    dari kata-kata beliau sendiri yang diriwayatkan di dalam Qutub Sunni, seperti berikut:

    Aisyah berkata: Cemburuku terhadap istri-istri Rasul tidak seperti cemburuku kepada

    Khadijah karena Rasul sering menyebut dan memujinya, dan Allah SWT telah mewahyukan

    kepada Rasul saww agar menyampaikan kabar gembira kepada Khadijah bahwa Allah

    SWTakan memberinya rumah dari Permata di surga. Al-Bukhari, jilid 2, hlm. 277 dalam Bab

    Kecemburuan Wanita, Kitab Nikah

    Dan di bahagian lain: Aku tidak cemburu terhadap seorang dari istri-istrinya seperti aku

    cemburu kepada Khadijah, meski aku tidak mengenalnya. Tetapi Nabi sering mengingatinya

    dan kadang-kadang ia menyembelih kambing, memotong-motongnya dan membagi-

    bagikannya kepada teman-teman Khadijah. Al-Bukhari, jilid 2, hlm. 210, pada Bab Manaqib

    Khadijah.

    Di bahagian yang lain: Suatu ketika Halah binti Khuwailid, saudari Khadijah, minta izin

    menemui Rasul dan Rasul mendengar suaranya seperti suara Khadijah. Rasulullah terkejut

    dan berkata : Allahumma Halah!. Dan aku cemburu. Aku berkata: Apa yang kau ingat dari

  • perempuan tua di antara perempuan-perempuan tua Qurais dan Allah telah

    menggantinya dengan yang lebih baik.

    Apakah reaksi Rasulullah(sawa)?: Dan wajah Rasul Allah saww berubah, belum pernah aku

    melihat ia demikian, kecuali pada saat turun wahyu.Musnad Ahmad, jilid 6, hlm. 150, 154

    Rasulullah lalu bersabda: Allah tidak akan mengganti seorang pun yang lebih baik dari

    beliau. Dia beriman kepada ku tatkala orang lain mengingkariku. Dia membenarkan ku

    ketika orang lain mendustakanku. Dan dia membantuku dengan hartanya tatkala orang lain

    enggan membantuku. Allah SWT memberi anak-anak kepadaku melaluinya dan tidak

    melalui yang lain. Musnad Ahmad, jilid 6, hlm. 117; Sunan Tirmidzi, jilid 1, hlm.

    247;.Shahih Bukhari, jilid 2, hlm. 177, jilid 4, hlm. 36, 195; Musnad Ahmad jilid 6, hlm. 58,

    102, 202, 279; Ibnu Katsir,Tarik h, jilid 3, hlm. 128;al-Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 224.

    Dari sisi riwayat Ahlul Sunnah turut menukilkan bahawa Aisyah mempunyai rasa tidak

    senang akan sifat cintanya Rasulullah(sawa) kepada Imam Ali(as) melebihi cinta kepada

    dirinya sendiri dan bapanya.

    Imam Ahmad menukilkan di dalam kitabnya Musnad Ahmad, jilid 4, hlm. 275, yang berasal

    dari Numan bin Basyir: Abu Bakar memohon izin menemui Rasul Allah(sawa) dan ia

    mendengar suara keras Aisyah yang berkata: Demi Allah, aku telah tahu bahwa engkau

    lebih mencintai Ali dari ayahku dan diriku!, dan ia mengulanginya dua atau tiga kali.

    Ijtihad beliau bertentangan dengan firman Allah swt:

    Dan ia tiada berkata menurut keinginannya sendiri. Perkataannya itu tiada lain hanyalah

    wahyu yang diwahyukan kepadanya.Al-Quran, an-Najm (53:3)

    Ibn Abil-Hadid menceritakan: Aku membacakan pidato Ali mengenai Aisyah dari Nahjul-

    Balighah [7], kepada Syaikh Abu Ayyub Yusuf bin Ismailtatkala aku berguru ilmu kalam

    kepadanya. Aku bertanya bagaimana pendapatnya tentang pidato Ali tersebut.

    Ia memberi jawaban yang panjang. Aku akan menyampaikannya secara singkat, sebahagian

    dengan lafaznya sebahagian lagi dengan lafazku sendiri.(Abu Ayyub melihat dari kacamata

    yang umum terjadi. Penulis menerjemahkannya agak bebas).

    Abu Ayyub berkata: Kebencian Aisyah kepada Fathimah timbul karena Rasul Allah(sawa)

    mengawini Aisyah setelah meninggalnya Khadijah. Sedang Fathimah adalah putri

    Khadijah.Secara umum antara anak dan ibu tiri akal timbul ketegangan dan kebencian. Isteri

    akan mendekati ayahnya dan bukan suaminya, dan anak perempuan tidak akan senang

    melihat ayahnya akrab dengai ibu tirinya. Dia akan menganggap ibu tirinya merebut tempat

  • ibunya.Sebaliknya anak perempuan pula menjadi tumpuan kecemburuan dari pihak ibu

    tiri. Beban cemburu Aisyah kepada almarhumah Khadijah, berpindah kepada Fathimah.

    Nota: Maksud Ibn Abin Hadid adalah Khotbah 155 dalam Nahjul Balaghah tatkala Ali

    berkata tentang Aisyah: Kebencian mendidih dalam dadanya, sepanas tungku pandai besi.

    Bila ia diajak melakukan kepada orang lain seperti yang ia lakukan kepadaku, ia akan

    menolak. Tetapi hormatku kepadanya, setelah kejadian ini pun, tetap seperti semula.

    Besarnya kebencian kepada anak tirinya berbanding dengan kebencian pada madu beliau

    yang telah meninggal. Ini ditambah lagi apabila suaminya sering mengingati isterinya yang

    telah meninggal itu.

    Kemudian semua bersepakat bahawa Fathimah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah SWT

    melalui hadis Rasul, yang juga ayahnya,sebagai Penghulu Wanita Kaum Muminin yang

    kedudukannya sejajar dengan Asyiah, Mariam binti Imran dan Khadijah al-Kubra seperti

    yang tertera dalam hadis shahih Bukhari dan Muslim.

    Sebagai tambahan, telah menjadi satu pengetahuan yang umum bahawa Rasulullah

    memuliakan anak perempuannya dengan kemuliaan yang lebih dari apa yang disangka oleh

    orang ramai, malah melewati kasih sayang yang biasanya diberikan oleh seorang bapa

    kepada seorang anak.

    Dan Rasulullah(sawa) telah menyampaikannya terang-terangan kepada para sahabat

    baginda secara berulang di tempat dan kalangan yang berbeza, bahawa Fathimah adalah

    penghulu kaum wanita sekalian alam. Melalui hadis yang berasal dari Ali, Umar bin

    Khaththab, Hudzaifah Ibnu Yaman,Abu Said al-Khudri, Abu Hurairah dan lain-lain Rasul

    bersabda: Sesungguhnya, Fathimah adalah penghulu para wanita di syurga, dan Hasan

    serta Husain adalah Penghulu Pemuda di surga. Namun ayah mereka berdua (Ali) lebih

    mulia dari mereka berdua

    Rujukan Hadis: Tirmidzi,al-Jamiash-Shahih, jilid 5, hlm. 656, 661; Ahmad bin Hanbal,al-

    Musnad, jilid 3, hlm. 62, 64, 82, jilid 5, hlm. 391, 392; Ibnu Majah,as- Sunan, jilid 1, hlm.

    56; Al Hakim An-Nisaburi, A-Mustadrak ash-Shahihain, jilid 3, hlm. 167; Majma az-

    Zawaid, jilid 9, hlm. 183; al-Muttaqi,Kanz al-Ummal, jilid 13, hlm. 127,128;al- I sti ab,

    jilid4, hlm. 1495;Usdul-Ghabah, jilid 5, hlm. 574; Tarikh Baghdad, jilid 1, hlm. 140, jilid 6,

    hlm. 372 jilid 10, hlm. 230; Ibnu Asakir,at-Tarikh, jilid 7, hlm. 362.

    Atau hadis yang diriwayatkan Aisyah sendiri bahwa Rasul telah bersabda: Wahai Fathimah,

    apakah engkau tidak puas menjadi penghulu para wanita sejagat atau penghulu wanita

    umat ini atau penghulu kaum muminat?. Rujukan: Shahih Bukhari, jilid 8, hlm. 79; Shahih

  • Muslim, jilid 7, hlm. 142-144; Ibnu Majah, as-Sunan, jilid 1, hlm. 518; Ahmad bin

    Hanbal,al-Musnad, jilid 6, hlm. 282; al-Hakim an-Nisaburi, al-Mustadrak ala ash-

    Shahihain, jilid 3, hlm. 136.

    Rasul bersabda bahwa kedudukan Fathimah sama dengan kedudukan Mariam binti

    Imran dan bila Fathimah melewati di tempat wuquf, para penyeru berteriak dari arah

    arsy, Hai penghuni tempat wuquf, turunkan pandanganmu karena Fathimah binti

    Muhammad akan lewat . Hadis ini merupakan hadis shahih dan bukan hadis lemah.(al-

    Mustadrak, jilid 3, hlm. 153, 156; Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 218.)

    Ali menikahi Fatimah setelah dinikahkan Allah SWT di langit dan disaksikan para malaikat.

    [al-Mustadrak, jilid 3, hlm. 153, 156;Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 218.]

    Betapa kerapnya Rasulullah(sawa) bersabda: Barangsiapa menyakiti Fathimah, maka ia telah

    menyakitiku, Membencinya berarti membenciku , Beliau adalah sebagian dari diriku,

    Meraguinya bererti meraguiku [Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 220]

    Dan semua kemuliaan dan penghormatan ini tentu menambah kecemburuan Aisyah yang

    tidak berusaha sungguh-sungguh untuk melihat konteks ini dengan kenabian Rasul saww.

    Sifat beliau jauh sekali berbeza dengan Ummu Salamah(rh), yang juga merupakan seorang

    isteri Rasulullah(sawa), Ummul Mukminin, yang mencintai Ahlul Kisa bukan sahaja sebagai

    ahli keluarga tetapi juga sebagai orang yang disucikan di dalam Ayatul Tathir. (Al-Quran

    33:33)

    Biasanya bila seorang isteri merasa diperlakukan kurang baik oleh sesama wanita maka

    berita ini akan sampai kepada suami. Dan lumrah apabila isteri menceritakan perkara ini

    pada suaminya dimalam hari. Tetapi Aisyah tidak dapat melakukan perkara ini, keranana

    Fathimah adalah anak suaminya. Ia hanya dapat mengadu pada wanita-wanita Madinah dan

    tetangga yang bertamu ke rumahnya.

    Kemudian wanita-wanita ini akan menyampaikan berita kepada Fathimah, barangkali begitu

    pula sebaliknya. Dan yang jelas ia akan menyampaikannya kepada ayahnya, Abu Bakar.

    Kemampuan Aisyah untuk mempengaruhi orang sangatlah terkenal dan hal ini akan

    membekas pada diri Abu Bakar. Kemudian Rasulullah(sawa) melalui hadis yang demikian

    banyak, telah memuliakan dan mengkhususkan Ali dari sahabat-sahabat lain.

    Berita ini tentu menambah kepedihan Abu Bakar, kerana Abu Bakar adalah ayahnya Aisyah.

    Pada kesempatan lain sering terlihat Aisyah duduk bersama Abu Bakar dan Thalhah

    sepupunya dan mendengar kata-kata mereka berdua. Yang jelas pembicaraan mereka

    mempengaruhi Aisyah sebagaimana mereka juga terpengaruh oleh Aisyah.

  • Kemudian ia (Abu Ayyub) melanjutkan: Saya tidak mengatakan bahwa Ali bebas dari ulah

    Aisyah. Telah sering timbul ketegangan antara Aisyah dan Ali di zaman Rasulullah(sawa).

    Misalnya telah diriwayatkan bahawa suatu ketika Rasul dan Ali sedang berbicara. Aisyah

    datang menyela antara keduanya dan berkata : Kamu berdua berbicara terlalu lama!. Rasul

    marah sekali.Dan, di ketika lain tatkala terjadi peristiwa Ifk, menurut Aisyah, Ali

    mengusulkan Rasulullah(sawa) agar menceraikan Aisyah dan mengatakan bahawa Aisyah

    tidak lebih dari tali sebuah sandal. (Tapi ramai orang meragukan peristiwa Ifkyang

    diriwayatkan Aisyah ini. Dari mana misalnya orang ini mengetahui usul Ali kepada Rasul?

    Siapa yang membocorkannya?),.

    Di pihak lain Fathimah melahirkan ramai anak lelaki dan perempuan, sedang Aisyah tidak

    melahirkan seorang anak pun. Malah Rasulullah(sawa) menyebut kedua anak lelaki

    Fathimah, Hasan dan Husain sebagai anak-anaknya sendiri. Hal ini terbukti tatkala turun

    ayatmubahal ah [ Ali Imran : 61].

    Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan

    kamu),Maka Katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-

    anakkamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu; kemudian

    Marilahkita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya lanat Allah ditimpakan

    kepadaorang-orang yang dusta.

    Bagaimana perasaan seorang isteri, yang tidak dapat melihat bahawa suaminya adalah

    seorang Rasul Allah, bila suaminya memperlakukan cucu tirinya sebagai anaknya sedangkan

    ia sendiri tidak punya anak?.

    Kemudian Rasul menutup pintu yang biasa digunakan ayahnya ke masjid dan membuka

    pintu untuk Ali. Begitu pula tatkala Surat Baraah turun, Rasul Allah(sawa) menyuruh Ali,yang

    disebutnya sebagai dari dirinya sendiri, untuk menyusul Abu Bakar dalam perjalanan haji

    pertama. Dan agar Ali sendiri membacakan surat Baraah atau Surat Taubah kepada jemaah

    dan kaum musyrikin di Mina.

    Kemudian Mariah, isteri Rasul, melahirkan Ibrahim dan Ali menunjukkan kegembiraannya,

    hal ini tentu menyakitkan hati Aisyah.

    Yang jelas Ali sama sekali tidak ragu lagi, sebagaimana kebanyakan kaum Muhajirin dan

    Anshar, bahawa Ali akan menjadi khalifah sesudah Rasul meninggal dan yakin tidak akan

    ada orang yang menentangnya.

    Tatkala pamannya Abbas berkata, kepadanya:Ulurkan tanganmu, aku akan membaiatmu

    dan orang akan berkata Paman Rasul membaiat sepupu Rasul, dan tidak akan ada yang

  • berselisih denganmu!, Ali menjawab: Wahai paman,apakah ada orang lain yang

    menginginkannya?. Abbas menjawab: Kau akan tahu nanti! , Ali menjawab: Sedang saya

    tidak menginginkan jabatan ini melalui pintu belakang. Saya ingin semua dilakukan secara

    terbuka. Abbas lalu diam.

    Tatkala penyakit Rasulullah(sawa) semakin berat Rasul berseru agar mempercepat pasukan

    Usamah. Abu Bakar beserta tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar lainnya diarahkan oleh Rasul

    untuk turut serta di dalam pasukan itu. Maka Ali -yang tidak diikutkan Rasul dalam pasukan

    Usamah- dengan sendirinya akan menduduki jabatan khalifah itu -bila saat Rasulullah(sawa)

    tiba, karena Madinah akan bebas dari orang-orang yang akan menentang Ali. Dan ia akan

    menerimaj abatan itu secara mulus dan bersih. Maka akan lengkaplah pembaiatan, dan

    tidak akan ada lawan yang menentangnya.

    Itulah sebabnya Aisyah memanggil Abu Bakar dari pasukan Usamah yang sedang berkemah

    di Jurf -pada pagi hari Isnin, hari wafatnya Rasul dan bukan pada siang hari- dan

    memberitahu bahawa Rasulullah(sawa) sedang nazak.

    Dan tentang mengimami shalat, Ali menyampaikan bahwa Aisyahlah yang memerintahkan

    Bilal, maula ayahnya, untuk memanggil ayahnya mengimami shalat, kerana Rasul(sawa)

    sebagaimana diriwayatkan telah bersabda: Agar orang-orang shalat sendiri-

    sendiri, dan Rasul tidak menunjuk seseorang untuk mengimami shalat. Shalat itu adalah

    shalat subuh. Karena ulah Aisyah itu maka Rasul memerlukan keluar, pada akhir hayatnya,

    dituntun oleh Ali dan Fadhl bin Abbas sampai ia berdiri di mihrab seperti diriwayatkan.

    Setelah Abu Bakar dibaiat, Fathimah datang menuntut Fadak milik pribadi ayahnya tetapi

    Abu Bakar menolaknya dan mengatakan bahwa Nabi tidak mewariskan. Aisyah membantu

    ayahnya dengan membenarkan hadis tunggal yang disampaikan ayahnya bahwa Nabi tidak

    mewariskan dan apa yang ia tinggalkan adalah sedekah.

    Kemudian Fathimah meninggal dunia dan semua wanita melawat ke rumah Banu Hasyim

    kecuali Aisyah. Ia tidak datang dan menyatakan bahwa ia sakit. Dan sampai berita kepada

    Ali bahwa Aisyah menunjukkan kegembiraan.

    Kemudian Ali membaiat Abu Bakar dan Aisyah gembira. Sampai tiba berita Utsman dibunuh

    dan Aisyah orang yang paling kental menyuruh bunuh Utsman dengan mengatakan Utsman

    telah kafir. Mendengar demikian ia berseru: Mampuslah ia! Dan ia mengharap Thalhah

    akan jadi khalifah. Setelah mengetahui Ali telah dibaiat dan bukan Thalhah, ia

    berteriak:Utsman telah dibunuh secara kejam dan menuduh Ali sebagai pembunuh dan

    meletuslah perang Jamal. [ Ibn Abil Hadid , Nahjul Balaghah Jil. 2 hal. 192 -197] Demikian

    penjelasan Ibn Abil-Hadid.

  • Analisis Hadis Kitabullah Dan Sunnah

    Salam wa rahmatollah. Bismillah.

    Tajuk ini merupakan perbicaraan lama, yang pada mulanya, saya tidak mahu disentuh di

    dalam web ini. Ini kerana saya telah begitu menekankan hadis sebenar yang sahih lagi

    mutawattir adalah hadis Tsaqalain, yakni, Kitabullah dan itrati Ahlulbait. Bagaimanapun,

    kebelakangan ini, timbul kembali isu ini, tambahan pula ia ditimbukan oleh orang-orang

    yang suka-suka mendhaifkan sesuatu hadis, tanpa dalil yang mutlak, atau yang

    meyakinkan, demi mendhaifkan hadis Tsaqalain. Sia-sia. Ini adalah analisis hadis Kitabullah

    dan Sunnah, oleh saudara Secondprince. Selamat membaca.

    Al Quranul Karim dan Sunnah Rasulullah SAW adalah landasan dan sumber syariat Islam. Hal

    ini merupakan kebenaran yang sifatnya pasti dan diyakini oleh umat Islam. Banyak ayat Al

    Quran yang memerintahkan umat Islam untuk berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah

    SAW, diantaranya

    Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu

    maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah .Sesungguhnya Allah sangat keras

    hukumanNya. (QS ; Al Hasyr 7).

    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)

    bagi orang yang berharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

    menyebut Allah. (QS ; Al Ahzab 21).

    Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah .Dan barang

    siapa yang berpaling (dari ketaatan itu) maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi

    pemelihara bagi mereka. (QS ; An Nisa 80).

    Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan

    RasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan kami

    mendengar dan kami patuh. Dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Dan

    barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa

    kepadaNya maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS ; An Nur

    51-52).

    Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang

    mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu Ketetapan , akan ada bagi

    mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan

    RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS ; Al Ahzab 36).

  • Jadi Sunnah Rasulullah SAW merupakan salah satu pedoman bagi umat islam di seluruh

    dunia. Berdasarkan ayat-ayat Al Quran di atas sudah cukup rasanya untuk membuktikan

    kebenaran hal ini. Tulisan ini akan membahas hadis Kitabullah wa Sunnaty yang sering

    dijadikan dasar bahwa kita harus berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW

    yaitu

    Bahwa Rasulullah bersabda Sesungguhnya Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua

    perkara yang jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan sesat selamanya yaitu

    Kitabullah dan SunahKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga menemuiKu di Al Haudh..

    Hadis Kitabullah Wa Sunnaty ini adalah hadis masyhur yang sering sekali didengar oleh

    umat Islam sehingga tidak jarang banyak yang beranggapan bahwa hadis ini adalah benar

    dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Pada dasarnya kita umat Islam harus berpegang teguh

    kepada Al Quran dan As Sunnah yang merupakan dua landasan utama dalam agama Islam.

    Banyak dalil dalil shahih yang menganjurkan kita agar berpegang kepada As Sunnah baik

    dari Al Quran (seperti yang sudah disebutkan) ataupun dari hadis-hadis yang shahih.

    Sayangnya hadisKitabullah Wa Sunnaty yang seringkali dijadikan dasar dalam masalah ini

    adalah hadis yang tidak shahih atau dhaif. Berikut adalah analisis terhadap sanad hadis ini.

    Analisis Sumber Hadis Kitab Allah dan SunahKu

    Hadis Kitab Allah dan SunahKu ini tidak terdapat dalam kitab hadis Kutub As Sittah(Shahih

    Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Sunan An Nasai, Sunan Abu Dawud, dan Sunan

    Tirmidzi). Sumber dari Hadis ini adalah Al Muwatta Imam Malik,Mustadrak Ash Shahihain Al

    Hakim, At TamhidSyarh Al Muwatta Ibnu Abdil Barr,Sunan Baihaqi, Sunan Daruquthni,

    dan Jami As Saghir As Suyuthi. Selain itu hadis ini juga ditemukan dalam kitab-kitab karya

    Ulama seperti , Al Khatib dalam Al Faqih Al Mutafaqqih, Shawaiq Al Muhriqah Ibnu

    Hajar, Sirah Ibnu Hisyam, Al Ilma ila Marifah Usul Ar Riwayah wa Taqyid As Sima karya

    Qadhi Iyadh, Al Ihkam Ibnu Hazm danTarikh At Thabari. Dari semua sumber itu ternyata

    hadis ini diriwayatkan dengan 4 jalur sanad yaitu dari Ibnu Abbas ra, Abu Hurairah ra, Amr

    bin Awf ra, dan Abu Said Al Khudri ra. Terdapat juga beberapa hadis yang diriwayatkan

    secara mursal (terputus sanadnya), mengenai hadis mursal ini sudah jelas kedhaifannya.

    Hadis ini terbagi menjadi dua yaitu

    1. Hadis yang diriwayatkan dengan sanad yang mursal

    2. Hadis yang diriwayatkan dengan sanad yang muttasil atau bersambung

    Hadis Kitab Allah dan SunahKu Yang Diriwayatkan Secara Mursal

  • Hadis Kitab Allah dan SunahKu yang diriwayatkan secara mursal ini terdapat dalam kitab Al

    Muwatta, Sirah Ibnu Hisyam, Sunan Baihaqi, Shawaiq Al Muhriqah, danTarikh At

    Thabari. Berikut adalah contoh hadisnya

    Dalam Al Muwatta jilid I hal 899 no 3

    Bahwa Rasulullah SAW bersabda Wahai Sekalian manusia sesungguhnya Aku telah

    meninggalkan pada kamu apa yang jika kamu berpegang teguh pasti kamu sekalian tidak

    akan sesat selamanya yaitu Kitab Allah dan Sunah RasulNya.

    Dalam Al Muwatta hadis ini diriwayatkan Imam Malik tanpa sanad. Malik bin Anas adalah

    generasi tabiit tabiin yang lahir antara tahun 91H-97H. Jadi paling tidak ada dua perawi

    yang tidak disebutkan di antara Malik bin Anas dan Rasulullah SAW. Berdasarkan hal ini

    maka dapat dinyatakan bahwa hadis ini dhaif karena terputus sanadnya.

    Dalam Sunan Baihaqi terdapat beberapa hadis mursal mengenai hal ini, diantaranya

    Al Baihaqi dengan sanad dari Urwah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda pada haji wada

    Sesungguhnya Aku telah meninggalkan sesuatu bagimu yang apabila berpegang teguh

    kepadanya maka kamu tidak akan sesat selamanya yaitu dua perkara Kitab Allah dan Sunnah

    NabiMu, Wahai umat manusia dengarkanlah olehmu apa yang aku sampaikan kepadamu,

    maka hiduplah kamu dengan berpegang kepadanya.

    Selain pada Sunan Baihaqi, hadis Urwah ini juga terdapat dalam Miftah Al Jannah hal 29

    karya As Suyuthi. Urwah bin Zubair adalah dari generasi tabiin yang lahir tahun 22H, jadi

    Urwah belum lahir saat Nabi SAW melakukan haji wada oleh karena itu hadis di atas

    terputus, dan ada satu orang perawi yang tidak disebutkan, bisa dari golongan sahabat dan

    bisa juga dari golongan tabiin. Singkatnya hadis ini dhaif karena terputus sanadnya.

    Al Baihaqi dengan sanad dari Ibnu Wahb yang berkata Aku telah mendengar Malik bin Anas

    mengatakan berpegang teguhlah pada sabda Rasulullah SAW pada waktu haji wada yang

    berbunyi Dua hal Aku tinggalkan bagimu dimana kamu tidak akan sesat selama berpegang

    kepada keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah NabiNya.

    Hadis ini tidak berbeza dengan hadis Al Muwatta, karena Malik bin Anas tidak bertemu

    Rasulullah SAW jadi hadis ini juga dhaif.

    Dalam Sirah Ibnu Hisyam jilid 4 hal 185 hadis ini diriwayatkan dari Ibnu Ishaq yang

    berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda pada haji wada..,Disini Ibnu Ishaq tidak

    menyebutkan sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW oleh karena itu hadis ini tidak

    dapat dijadikan hujjah. Dalam Tarikh At Thabari jilid 2 hal 205 hadis ini juga diriwayatkan

    secara mursal melalui Ibnu Ishaq dari Abdullah bin Abi Najih. Jadi kedua hadis ini dhaif.

  • Mungkin ada yang beranggapan karena Sirah Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq sudah menjadi

    kitab Sirah yang jadi pegangan oleh jumhur ulama maka adanya hadis itu dalam Sirah Ibnu

    Hisyam sudah cukup menjadi bukti kebenarannya. Jawaban kami adalah benar bahwa Sirah

    Ibnu Hisyam menjadi pegangan oleh jumhur ulama, tetapi dalam kitab ini hadis tersebut

    terputus sanadnya jadi tentu saja dalam hal ini hadis tersebut tidak dapat dijadikan hujjah.

    Sebuah Pembelaan dan Kritik

    Hafiz Firdaus dalam bukunya Kaidah Memahami Hadis-hadis yang Bercanggah telah

    membahas hadis dalam Al Muwatta dan menanggapi pernyataan Syaikh Hasan As Saqqaf

    dalam karyanya Shahih Sifat shalat An Nabiy (dalam kitab ini As Saqqaf telah menyatakan

    hadis Kitab Allah dan SunahKu ini sebagai hadis yang dhaif ). Sebelumnya berikut akan

    dituliskan pendapat Hafiz Firdaus tersebut.

    Bahwa Rasulullah bersabda wahai sekalian manusia sesungguhnya Aku telah meninggalkan

    pada kamu apa yang jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan sesat

    selamanya yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya

    Hadis ini sahih: Dikeluarkan oleh Malik bin Anas dalam al-Muwattha no: 1619 (Kitab al-

    Jami, Bab Larangan memastikan Takdir). Berkata Malik apabila mengemukakan riwayat ini:

    Balghnibererti disampaikan kepada aku (atau dari sudut catatan anak murid beliau

    sendiri: Dari Malik, disampaikan kepadanya). Perkataan seperti ini memang khas di

    zaman awal Islam (sebelum 200H) menandakan bahawa seseorang itu telah menerima

    sesebuah hadis daripada sejumlah tabiin, dari sejumlah sahabat dari jalan-jalan yang

    banyak sehingga tidak perlu disertakan sanadnya. Lebih lanjut lihat Qadi Iyadh Tartib al-

    Madarik, jld 1, ms 136; Ibn Abd al-Barr al Tamhid, jld 1, ms 34; al-Zarqani Syarh al

    Muwattha, jld 4, ms 307 dan Hassath binti Abd al-Aziz Sagheir Hadis Mursal baina Maqbul

    wa Mardud, jld 2, ms 456-470.

    Hasan Ali al-Saqqaf dalam bukunya Shalat Bersama Nabi SAW (edisi terj. dari Sahih Sifat

    Solat Nabi), ms 269-275 berkata bahwa hadis ini sebenarnya adalah maudhu. Isnadnya

    memiliki perawi yang dituduh pendusta manakala maksudnya tidak disokongi oleh mana-

    mana dalil lain. Beliau menulis: Sebenarnya hadis yang tsabit dan sahih adalah hadis yang

    berakhir dengan wa ahli baiti (sepertimana Khutbah C penulis). Sedangkan yang berakhir

    dengan kata-kata wa sunnati (sepertimana Khutbah B) adalah batil dari sisi matan dan

    sanadnya.

    Nampaknya al-Saqqaf telah terburu-buru dalam penilaian ini kerana beliau hanya menyimak

    beberapa jalan periwayatan dan meninggalkan yang selainnya, terutamanya apa yang

    terkandung dalam kitab-kitab Musannaf, Mujam dan Tarikh (Sejarah). Yang lebih berat

    adalah beliau telah menepikan begitu sahaja riwayat yang dibawa oleh Malik di dalam kitab

  • al-Muwatthanya atas alasan ianya adalah tanpa sanad padahal yang benar al-Saqqaf tidak

    mengenali kaedah-kaedah periwayatan hadis yang khas di sisi Malik bin Anas dan tokoh-

    tokoh hadis di zamannya.

    Kritik kami adalah sebagai berikut, tentang kata-kata hadis riwayat Al Muwatta adalah

    shahih karena pernyataan Balghni atau disampaikan kepada aku dalam hadis riwayat Imam

    Malik ini adalah khas di zaman awal Islam (sebelum 200H) menandakan bahwa seseorang

    itu telah menerima sesebuah hadis daripada sejumlah tabiin, dari sejumlah sahabat dari

    jalan-jalan yang banyak sehingga tidak perlu disertakan sanadnya. Maka Kami katakan,

    Kaidah periwayatan hadis dengan pernyataan Balghni atau disampaikan kepadaku memang

    terdapat di zaman Imam Malik. Hal ini juga dapat dilihat dalam Kutub As Sunnah Dirasah

    Watsiqiyyah oleh Rifat Fauzi Abdul Muthallib hal 20, terdapat kata kata Hasan Al Bashri

    Jika empat shahabat berkumpul untuk periwayatan sebuah hadis maka saya tidak menyebut

    lagi nama shahabat.Ia juga pernah berkataJika aku berkata hadatsana maka hadis itu saya

    terima dari fulan seorang tetapi bila aku berkata qala Rasulullah SAW maka hadis itu saya

    dengar dari 70 orang shahabat atau lebih.

    Tetapi adalah tidak benar mendakwa suatu hadis sebagai shahih hanya dengan

    pernyataan balghni. Hal ini jelas bertentangan dengan kaidah jumhur ulama tentang

    persyaratan hadis shahih seperti yang tercantum dalam Muqaddimah Ibnu Shalah fi Ulumul

    Hadis yaitu

    Hadis shahih adalah Hadis yang muttashil (bersambung sanadnya) disampaikan oleh setiap

    perawi yang adil(terpercaya) lagi dhabit sampai akhir sanadnya dan hadis itu harus bebas

    dari syadz dan Illat.

    Dengan kaidah Inilah as Saqqaf telah menepikan hadis al Muwatta tersebut karena memang

    hadis tersebut tidak ada sanadnya. Yang aneh justru pernyataan Hafiz yang menyalahkan As

    Saqqaf dengan kata-kata padahal yang benar al-Saqqaf tidak mengenali kaedah-kaedah

    periwayatan hadis yang khas di sisi Malik bin Anas dan tokoh-tokoh hadis di zamannya.

    Pernyataan Hafiz di atas menunjukan bahwa Malik bin Anas dan tokoh hadis zamannya

    (sekitar 93H-179H) jika meriwayatkan hadis dengan pernyataan telah disampaikan

    kepadaku bahwa Rasulullah SAW atau Qala Rasulullah SAW tanpa menyebutkan sanadnya

    maka hadis tersebut adalah shahih. Pernyataan ini jelas aneh dan bertentangan dengan

    kaidah jumhur ulama hadis. Sekali lagi hadis itu mursal atau terputus dan hadis mursal

    tidak bisa dijadikan hujjah karena kemungkinan dhaifnya. Karena bisa jadi perawi yang

    terputus itu adalah seorang tabiin yang bisa jadi dhaif atau tsiqat, jika tabiin itu tsiqatpun

    dia kemungkinan mendengar dari tabiin lain yang bisa jadi dhaif atau tsiqat dan seterusnya

  • kemungkinan seperti itu tidak akan habis-habis. Sungguh sangat tidak mungkin mendakwa

    hadis mursal sebagai shahih Hanya karena terdapat dalam Al Muwatta Imam Malik.

    Hal yang kami jelaskan itu juga terdapat dalam Ilmu Mushthalah Hadis oleh A Qadir Hassan

    hal 109 yang mengutip pernyataan Ibnu Hajar yang menunjukkan tidak boleh menjadikan

    hadis mursal sebagai hujjah, Ibnu Hajar berkata

    Boleh jadi yang gugur itu shahabat tetapi boleh jadi juga seorang tabiin .Kalau kita

    berpegang bahwa yang gugur itu seorang tabiin boleh jadi tabiin itu seorang yang lemah

    tetapi boleh jadi seorang kepercayaan. Kalau kita andaikan dia seorang kepercayaan maka

    boleh jadi pula ia menerima riwayat itu dari seorang shahabat, tetapi boleh juga dari

    seorang tabiin lain.

    Lihat baik-baik walaupun yang meriwayatkan hadis mursal itu adalah tabiin tetap saja

    dinyatakan dhaif apalagi Malik bin Anas yang seorang tabiit tabiin maka akan jauh lebih

    banyak kemungkinan dhaifnya. Pernyataan yang benar tentang hadis mursal Al Muwatta

    adalah hadis tersebut shahih jika terdapat hadis lain yang bersambung dan shahih sanadnya

    yang menguatkan hadis mursal tersebut di kitab-kitab lain. Jadi adalah kekeliruan

    menjadikan hadis mursal shahih hanya karena terdapat dalam Al Muwatta.

    Hadis Kitab Allah dan SunahKu Yang Diriwayatkan Dengan Sanad Yang Bersambung.

    Telah dinyatakan sebelumnya bahwa dari sumber-sumber yang ada ternyata ada 4 jalan

    sanad hadis Kitab Allah dan SunahKu. 4 jalan sanad itu adalah

    1. Jalur Ibnu Abbas ra

    2. Jalur Abu Hurairah ra

    3. Jalur Amr bin Awf ra

    4. Jalur Abu Said Al Khudri ra

    Jalan Sanad Ibnu Abbas

    Hadis Kitab Allah dan SunahKu dengan jalan sanad dari Ibnu Abbas dapat ditemukan

    dalam Kitab Al Mustadrak Al Hakim jilid I hal 93 dan Sunan Baihaqi juz 10 hal 4 yang pada

    dasarnya juga mengutip dari Al Mustadrak. Dalam kitab-kitab ini sanad hadis itu dari jalan

    Ibnu Abi Uwais dari Ayahnya dari Tsaur bin Zaid Al Daily dari Ikrimah dari Ibnu Abbas

    bahwa Rasulullah SAW bersabda Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah

    meninggalkan pada kamu apa yang jika kamu pegang teguh pasti kamu sekalian tidak akan

    sesat selamanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah RasulNya.

    Hadis ini adalah hadis yang dhaif karena terdapat kelemahan pada dua orang perawinya

    yaitu Ibnu Abi Uwais dan Ayahnya.

  • 1. Ibnu Abi Uwais

    Dalam kitab Tahdzib Al Kamal karya Al Hafiz Ibnu Zakki Al Mizzy jilid III hal 127

    mengenai biografi Ibnu Abi Uwais terdapat perkataan orang yang mencelanya,

    diantaranya Berkata Muawiyah bin Salih dari Yahya bin Muin Abu Uwais dan

    putranya itu keduanya dhaif(lemah). Dari