ulama sebagai kekuatan politik: peran ulama nahdlatul...

86
ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalam Kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ahmad Mikail Diponegoro 1112112000027 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK:

Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalam Kemenangan

Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten

Ponorogo 2015

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ahmad Mikail Diponegoro

1112112000027

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

PERTANYAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

Ulama sebagai Kekuatan Politik: Peran Ulama Nahdlatul Ulama dala*rr-

Kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan umtuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri ruf$ Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya saya

atau mertpakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

21 Desember 2016

Page 3: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Ularna sebagai Kekuatan Politik: Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalam

Kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Pbnorogo

201s

yang telah diuji p'ada tanggal 21 Desemb er 2016.

Jakarta, 21 Desemb er 2016

Nama

NIM

Mengetahui,Ketua Program Studi

: Ahmad Mikail Diponegoro

:1112112000027

Menyetujui,Pembimbing,

JtvDr. Iding Rosyidin, M.SiNIP: 19701013200501 1003

)

Dr. Agus Nugraha, MANIP: 19680801200003 100

Page 4: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

PENGESAHAI\ PANITIA SKRIPSI

SKRIPSI

Ulama sebagai Kekuatan Politik: Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalamKemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo

2015

Oleh

Ahmad Mikail Diponegoro

trt2tt2ooo027

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri GfN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal2l Desember 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua,

uJk*Dr. Iding Rosyidin, M.SiNIP: 1970101 3200501 1003 NIP: I 9770 4242407IA20A3

Penguji I,

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal21 Desember2016

Ketua Program Studi Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

\Jtx^Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 19701 01 3200501 1003

IV

Dr. Nawirdddin, M.AgNIP: 1 97201052001 121003

M. Zak/Mubarok, M.SiNIP: I 97309272005011008

Page 5: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

v

ABSTRAK

Ahmad Mikail Diponegoro

1112112000027

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21 Desember 2016

Ulama sebagai Kekuatan Politik: Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalam

Kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015

xii + 74

Skripsi ini menganalisa ulama sebagai kekuatan politik terhadap

kemenangan Ipong Muclissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015.

Ulama yang sebelumnya kita kenal hanya berkutat dengan ilmu agama dan

memfokuskan diri untuk mendakwahkan Islam di masyarakat. Kini ternyata

bermain dengan politik terutama politik praktis. Dimaksud dengan ulama di sini

adalah mereka yang tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama Nahdlatul

Ulama, khususnya Dewan Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten

Ponorogo atau PCNU Kabupaten Ponorogo. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis peran dan faktor apa saja yang melatarbelakangi Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo untuk mendukung dan memenangkannya di Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo 2015 silam. Penelitian ini dilakukan melalui studi

pustaka dan wawancara. Penulis menemukan, bahwa adanya peran yang

dilakukan oleh Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo dalam kemenangan

Ipong Muchlissoni di Pilkada Kabupaten Ponorogo.

Dalam memenangkan Ipong Muchlissoni pada Pilkada Langsung 2015

silam, ulama yakni mereka yang tergabung dalam organisasi bernama Nahdlatul

Ulama terutama Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo. Memiliki peran

yang sangat penting guna meyakinkan masyarakat terutama nahdliyin untuk

memilih Ipong Muchlissoni sebagai Bupati mereka. Peran ulama yakni Dewan

Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo adalah: pengajian, menjadi tim sukses, dan

mensosialisasikan calon ke masyarakat. Peran tersebut nyatanya mampu

memenangkannya di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015.

Teori yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah teori perilaku pemilih

dan pilihan rasional. Dalam tulisan ini terlihat bahwa anggota Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo berhasil mempengaruhi dan meyakinkan para

pemilih di Kabupaten Ponorogo yang sebagaian besar adalah seorang nahdliyin

untuk memilih Ipong Muchlissoni sebagai Bupati mereka selanjutnya.

Kata kunci: Ulama, Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo, Pilkada

Langsung, Ipong Muchlissoni.

Page 6: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji Allah yang merajai segala raja dan menguasai segala ilmu

pengetahuan yang ada di muka bumi ini. Berkat rahman dan rahim-Nya penulis

menyelesaikan tugas akhir di waktu yang tepat. Shalawat beserta salam selalu dan

terus tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya

menuju jalan kebenaran yaitu Islam.

Skripsi merupakan awal dari kehidupan akademis penulis. Karena dari

skripsi ini penulis terpacu untuk memberikan karya tulis yang terbaik di masa

yang akan datang. Sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan di sana-sini,

penulis mengharapkan kritik dan saran. Penyelesaian sksipsi ini tentu tak lepas

dari campur tangan orang-orang di sekitar penulis baik langsung maupun tidak

langsung. Dengan bangga penulis ucapkan terima kasih yang kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.

Dede Rosyada, MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

HidayatullahJakarta, Prof. Dr. Zulkifli, MA.

3. Ketua Prodi Ilmu Politik, Dr. Iding Rasyidin, M.Si, dan Sekretaris Prodi

Ilmu Politik, Suryani M.Si.

4. Dosen pembimbing Dr. Agus Nugraha, MA, yang telah membimbing

penulis sehingga skripsi ini selesai di waktu yang tepat.

5. Kedua orang tua penulis, terima kasih atas kasih sayang yang telah

tercipta di dalam sebuah keluarga. Maaf jika penulis belum memberikan

yang terbaik kepada kalian berdua.

Page 7: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

vii

6. Kedua adik penulis, Fatahillah Muhammad Alwi dan Rachel Salwa

Fatimah.

7. K.H. Imam Sayuti Farid selaku ketua Dewan Syuriah PCNU Kabupaten

Ponorogo. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk penulis

wawancarai.

8. Drs. Bakhtiar Harmi selaku wakil ketua Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk

penulis wawancarai.

9. Drs. M. Muhsin, M.Ag. selaku wakil ketua Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk

penulis wawancarai.

10. K.H. Moh. Sholihan selaku wakil ketua Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk

penulis wawancarai.

11. K.H. Muchtar Sunarto selaku wakil ketua Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk

penulis wawancarai.

12. Teman-teman Ilmu Politik 2012 kelas A, Alfia, Cendy, Amin, Fauzan,

Sambung, Fahrul, Ferry, Kartika, Faqih, Devi, Alice, Nisa, Ruhul,

Fahmi, Rozi, Zizi, Bogel, Rahmat, Hatta, Mabrur, Cak Ipul, Helmi,

Yusuf, dan teman-teman yang lain yang tak mungkin penulis sebutkan

satu persatu. Terima kasih atas segalanya yang telah tercipta.

Page 8: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

viii

13. Tempat berkeluh kesah penulis ketika butuh ide dan semangat. Amin

dan Cendy terima kasih telah mendengarkan keluh kesah penulis selama

penyusunan skripsi ini.

14. Teman-teman KKN Lentera, terima kasih telah mewarnai kehidupan

penulis.

15. Teman-teman HmI Komisariat Fisip, terima kasih atas pengalaman yang

luar biasa yang telah penulis dapat. Maaf jika penulis sudah lama tidak

pernah berhimpun dengan kalian. Karena ada sesuatu yang harus digapai

dalam waktu dekat ini.

16. Terakhir kepada semua pihak, yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas dukungan moral dan matrial selama penulis kuliah

dan menyusun skripsi ini.

Segala terima kasih penulis haturkan kepada mereka yang telah membatu

penulis menyusun skripsi ini. Semoga Allah yang maha bijaksana membalas

segala kebaikan serta melindunginya dari kejahatan dunia.

Jakarta, 21 Desember 2016

Penulis

Page 9: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Pernyataan Masalah ................................................................ 1

B. Pertanyaan Masalah ................................................................ 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 12

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13

E. Metode Penelitian ................................................................... 15

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 18

BAB II KERANGKA TEORI ............................................................... 20

A. Perilaku Politik ...................................................................... 20

B. Perilaku Pemilih .................................................................... 23

C. Pilihan Reasional ................................................................... 25

BAB III NAHDLATUL ULAMA DAN PILKADA KABUPATEN

PONOROGO .......................................................................................... 30

A. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional .............................. 31

1. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada

masa Orde Lama ............................................................... 31

2. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada

masa Orde Baru ................................................................. 33

3. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada

masa Reformasi ................................................................. 35

4. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional paska

Reformasi dan Saat Ini ...................................................... 36

B. Nahdlatul Ulama dan Pilkada Kabupaten Ponorogo ............... 37

C. Sekilas Tentang Kabupaten Ponorogo ..................................... 42

D. Profil dan Perjalanan Karir Politik Ipong Muchlissoni .......... 46

Page 10: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

x

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA NAHDLATUL ULAMA DALAM

KEMENANGAN IPONG MUCHLISSONI DI PILKADA KABUPATEN

PONOROGO 2015 .................................................................................. 49

A. Proses Terpilihnya Soedjarno Menjadi Pasangan Ipong Muchlissoni di

Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo dan Pecahnya Suara Ulama

Nahdlatul Ulama ....................................................................... 51

B. Latar Belakang Ulama Nahdlatul Ulama “mendukungnya’ di Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo 2015 ....................................... 56

C. Peran Nahdlatul Ulama dalam Memenangkan Ipong Muchlissoni di

Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo ................................. 58

1. Pengajian ........................................................................... 60

2. Menjadi Tim Sukses ........................................................... 63

3. Mensosialisasikan Calon ke Masyarakat ............................ 64

BAB V PENUTUP .................................................................................. 66

A. Kesimpulan ............................................................................... 66

B. Saran .......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 68

Lampiran .................................................................................................. 72

Page 11: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.A. Hasil Rekapitulasi Pilkada Kabupaten Ponorogo

Tahun 2015 ................................................................................................ 11

Tabel III.A.1. Keterwakilan Nahdlatul Ulama dalam Parlemen ............... 32

Tabel III.C.1. Penduduk Kabupaten Ponorogo Menurut Jenis Kelamin

tahun 2000, 2010, dan 2014 ....................................................................... 43

Tabel III.C.2. Penduduk Kabupaten Ponorogo Berdasarkan

Profesi Pekerjaan ........................................................................................ 44

Page 12: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.C.I Kegiatan Pengajian Nahdlatul Ulama Bersama Timses

Ipong Muchlissoni-Soedjarno .................................................................... 62

Gambar IV.CI.2 Kegiatan Kampanye Ipong Muchlissoni yang Melibatkan

Ulama Nahdlatul Ulama ............................................................................. 63

Page 13: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Salah satu tokoh muslim Indonesia, M. Din Syamsuddin dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa keterkaitan antara Islam dan politik dalam

konteks sosio kultural dan sosio politik di masing-masing negara itu sejatinya

mendorong mereka (intelektual/ulama) untuk tetap terus merumuskan bentuk

polarisasi atau mencari pemecahan masalah serta mengimplikasikan ide-ide

mereka, khususnya dalam situsasi politik tertentu. Sehingga keberhasilan dan

kegagalan dalam memperoleh gambaran objektif dari tujuan umum polarisasi

tersebut dapatlah terukur.1

Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

kehidupan politik, dengan kata lain terjadi fusi partai politik. Dimana dari sekian

banyaknya partai politik yang ada dikelompokkan menjadi dua partai politik dan

satu organisasi pemerintah. Yaitu PDI (Partai Demokrasi Indonesia) yang

merupakan gabungan partai politik yang berasaskan nasional, sosial, dan kristen.

Lalu PPP (Partai Persatuan Pembangunan) yang merupakan gabungan partai

politik yang berasaskan Islam, dan satu organisasi pemerintah yaitu Golkar

(Golongan Karya). Pada masa ini terjadi hubungan antara Islam dan pemerintah

masa Orde Baru, dari sini kita dapat melihat bahwa mainstream orientasi politik

1 M. Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,

2012), 2.

Page 14: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

2

Islam ini memang terlihat semakin berkembang dengan seting kultural dan politik

yang khas di Indonesia.

Namun hal ini tidaklah berlaku kembali semenjak lengsernya Orde Baru

yang berganti ke masa reformasi, pada saat itu euforia politik sangat gencar dan

membuat warna-warni politik Islam serta melahirkan kelompok-kelompok Islam

yang baru. Tidak hanya partai politik yang berasaskan Islam saja yang lahir

menjadi berbagai kelompok, partai politik yang berasaskan nasionalis pun juga.

Bisa dikatakan pada masa itu keran demokrasi terbuka lebar untuk semua

kalangan.

Kajian tentang hubungan antara ulama dan politik adalah kajian yang sangat

unik dan telah menjadi objek di kalangan intelektual. Bahkan saat ini telah

berkembang dalam berbagai studi ilmu pengetahuan baik agama, fiqih, ilmu

pemerintahan, sosiologi, dan ilmu politik. Hal ini dikarenakan oleh keterlibatan

ulama dalam kancah perpolitikan di berbagai negara yang mayoritas penduduknya

memeluk agama Islam, dan selalu saja mempunyai pengaruh yang cukup besar.

Hubungan antara ulama dan politik adalah sesuatu yang wajar, karena Islam

sendiri tidak mengenal adanya pembatasan antara agama dan politik. Dengan kata

lain tidak ada institusi khusus dalam Islam yang hanya membahas masalah politik.

Hal ini sangat berbeda dengan agama Kristen yang menempatkan Gereja sebagai

institusi politik di sebuah negara.

Ulama yang tadinya hanyalah mengkhususkan diri pada ranah keagamaan

saja, saat ini sudah mulai merambah ke ranah sosial politik di masyarakat. Hal ini

dikarenakan ulama mempunyai kharismatik yang baik di masyarakat, maka tidak

Page 15: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

3

heran ulama menjadi salah satu sumber bertanya bila ada sebuah pertanyaan dan

diminta pandangan. Ditambah keberadaan ulama praktis sudah menjadi pemimpin

ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Secara dinamik berkembang lebih luas

dalam kehidupan di saat-saat tertentu misalkan menghadapi pemilu dan pilkada.2

Melalui berbagai peran yang diembannya baik dalam bidang keagamaan dan

bidang sosio-kultural, ulama kemudian tampil sebagai patron yang memiliki

kekuasaan hierarkis atas masyarakat. Ditinjau dari segi ilmu politik, ulama

merupakan aktor politik yang mempunyai sumber daya politik berbasis

kharismatik dan tradisional yang memungkinkan ulama membentuk sikap atau

preferensi politis tertentu dalam struktur sosial masyarakat di sekitarnya.3 Dengan

alasan bahwa ulama mempunyai kharismatik inilah yang membuat partai politik

berusaha merangkul ulama, dengan begitu partai politik tersebut mendapatkan

kemenangan yang diakibatkan oleh kharismatik sang ulama.

Ulama dalam pengertian Badruddin Subky, yakni sekelompok orang yang

menguasai kajian ilmu agama Islam, mampu membimbing umat berdasarkan al-

Quran dan hadist, mampu menghidupkan sunnah, mengembangkan ajaran agama

Islam secara totalitas, serta mampu memberikan suri tauladan yang luhur bagi

masyarakat.4 Bisa juga dikatakan bahwa ulama adalah pewaris nabi Allah, yang

bertugas menyampaikan risalah kepada manusia sepeninggal para nabi.

2

Mohammad Tholhah, Ahlussunah Wal-Jama’ah dalam Presepsi dan Tradisi NU

(Jakarta: Lantabora, 2005), 302-303. 3

Wasisto Raharjo Jati, “Ulama dan Pesantren dalam Dinamika Politik dan Kultur

Nahdlatul Ulama,”Jurusan Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM15Maret 2016, 2 [jurnal on-

line]; Tersedia di

http://www.academia.edu/2149949/Ulama_dan_Pesantren_dalam_Dinamika_Politik_dan_Kultur_

Nahdlatul_Ulama; Internet; diunduh pada 10 April 2016. 4 Badruddin Subky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani

Press, 1995), 153.

Page 16: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

4

Selanjutnya M. Tolchah Hasan menyatakan dalam penelitiannya yang

dikutip oleh Ahmad Fajri dalam karyanya yang berjudul Ulama dan Politik;

Analisis Fatwa dan Peran Politik Majelis Ulama Indonesia (MUI) Era Reformasi.

Dalam penelitiannya menyebutkan, bahwa setidaknya ada beberapa aspek yang

membentuk peran kepimpinan ulama hubungannya dengan sosial-politik terkait

kedudukannya sebagai bagian dari civil society. Pertama, yakni aspek intelektual,

aspek ini meliputi kemampuan keilmuan khususnya dalam bidang agama, serta

adanya pengakuan dari masyarakat. Kedua, aspek fungsional, yakni yang

berkaitan dengan peran nyata ulama secara konkrit dalam masyarakat sosial-

politiknya. Ketiga, yakni aspek status sosial, dimana mereka secara vertikal

(hierarki organisasi) maupun horizontal (dalam kumpulan masyarakat umum)

memiliki status yang cukup kuat untuk diakui keberadaannya. Keempat, yakni

aspek kekerabatan, adalah kemampuan ulama dalam membentuk atau menjalin

kekerabatan antara kelompok satu sama lain.5

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran ulama dapat

mengontrol kebijakan penguasa dan menciptakan pihak penguasa dan pihak

oposisi. Ulama pada dasarnya ditekankan pada dua peran yang dianggap penting.

Pertama, berdasarkan oleh bobot keilmuannya, maka para ulama sudah

sepantasnya sebagai pencerah alam pikiran umat. Artinya ikut serta dalam

mencerdaskan umat. Kedua, posisi sebebagi panutan umat, dalam artian khusus

keteladanan moral yang diajarkan dan dicontohkan ulama kepada umat.6

5 Ahmad Fajri, Ulama dan Politik; Analisis Fatwa dan Peran Politik Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Era Reformasi (Tangerang: Talenta Pustaka Indonesia, 2014), 38. 6 Wahid Hasyim, Mengapa Memilih NU? (Jakarta: PT Inti Sarana Aksara, 1985), 102-

103.

Page 17: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

5

Pada saat ini peran ulama tidak hanya berkaitan dengan ilmu agama saja,

melainkan juga berkaitan dengan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang ulama

diminta pandangannya mengenai berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Dengan demikian ulama dipandang mempunyai kharismatik oleh masyarakat.

Atas alasan tersebut partai politik mulai melirik ulama untuk di jadikan kantong

suara.

Dalam realitasnya, ulama atau kiai berpolitik memiliki dua aspek. Yaitu,

Pertama, kehidupan dunia akherat, hal ini terjadi karena berdasarkan garis besar

perjuangan yaitu agama Islam. Kedua, aspek lingkungan sosial sekitar tempat

tinggal ulama atau kiai berada. Seorang ulama atau kiai dalam mengembangkan

tujuan dalam membina umat pastilah memerlukan dana dan sarana yang mumpuni

dan inilah yang menjadi momok setiap ulama atau kiai di setiap mengemban tugas

suci ini. Hal inilah yang mendorong sang ulama atau kiai ikut aktif dalam dunia

politik. Dengan demikian, sang ulama atau kiai berharap mendapat bantuan yang

nantinya digunakan untuk membangun Madrasah Salafiyah, memperbesar

pesantren, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, berdiri sebuah organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama

yang awalnya menghindari peran politik langsung sejak terbentuk pada 1928.

Organisasi ini lebih suka menekan kesejahteraan sosial yang menjadi kewajiban

seorang muslim. Meskipun organisasi ini pernah bergabung pada kelompok-

kelompok muslim lainya pada tahun 1973 dalam membentuk Partai Persatuan

Pembangunan atau PPP. Nahdlatul Ulama, ketika itu mempunyai sekitar tiga

puluh juta pengikut kembali ke sikap apolitik mereka dengan memilih

Page 18: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

6

Abdurahman Wahid sebagai pemimpin mereka pada tahun 1984. Dengan

menekankan pada Indonesia yang pluralis, demokratis, dan non sekterian, Wahid

dengan semangat berpendapat bahwa agama dan politik terpisah, dan Islam tidak

menentukan bentuk negara apapun.7

Nahdlatul Ulama merupakan perkumpulan para kiai ataupun ulama yang

bangkit dan membangkitkan pengikutnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Maka dalam Nahdlatul Ulama kedudukan kiai ataupun ulama adalah sentral baik

sebagai pendiri, pemimpin, dan pengendali perkumpulan serta panutan warga

nahdliyin.8 Berdirinya organisasi ini berlatar belakang kebutuhan para kiai dan

santri akan legitimasi formal. Kebutuhan ini muncul atas dorongan lahirnya

berbagai macam organisiasi sosial yang memiliki corak yang berbeda-beda.

Seperti Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai organisasi yang berfokus pada

pendidikan dan budaya serta menjadi pelopor awal munculnya berbagai organisasi

di Indonesia.9

Proses panjang berdirinya Nahdlatul Ulama ini dikarenakan peran tokoh-

tokoh pendiri Nahdlatul Ulama seperti K.H Hasyim Asy’ri dan kiai muda Abdul

Wahab. Sebelum terbentuknya Nahdlatul Ulama, Kiai Abdul Wahab sepulangnya

dari Makkah merasa perlu adanya tindakan untuk melakukan pergerakan dalam

mendidik para kader dalam membentuk tashwir al-aftar, yaitu sebuah pertukaran

gagasan. Maka ide ini kemudian menjadi sebuah kursus perdebatan untuk anak-

7 Eickelman, dkk., Politik Muslim; Wacana Kekuasaan dan Hegemoni pada Masyarakat

Muslim. Penerjemah Endi Haryono, Rahmi Yunita (Yogya: PT Tiara Wacana Yogya, 1998), 66. 8

Ali Maschan Moesa, Kiai dan Politik; Dalam Wacana Civil Society (Surabaya:

LEPKISS, 1999), 67. 9

Einar Marhatan Sitompul, NU dan Pancasila: Sejarah dan Peranan NU dalam

Perjuangan Umat Islam di Indonesia dalam Rangka Penerimaan Pancasila sebagai Satu-satunya

Asas (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), 42.

Page 19: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

7

anak muda terutama kiai muda. Kegiatan ini telah diupayakan dari datangnya kiai

Abdul Wahab dari Makkah pada tahun 1914, akan tetapi sampai tahun 1918

kegiatan ini lebih berfokus membahas soal-soal yang membelah kelompok yang

lebih dekat dari salafiah dan kelompok madzhab dari kiai pesantren. Inti dari

diskusi ini adalah untuk membuka cakrawala pengetahuan dan memperluas ilmu

bagi kalangan pesantren. Kursus ini berjalan sampai organisasi Nahdlatul Ulama

berdiri pada 31 Januari 1926.10

Lahirnya Nahdlatul Ulama memunculkan harapan besar kepada para ulama

sebagai pengemban tradisi. Sebagai jami’yah keagamaan kegiatan yang dilakukan

oleh Nahdlatul Ulama adalah penekanan bermahzab, mengadakan pengajian

tentang aturan beragama yang baik diatas mimbar, dan menyelenggarakan

pendidikan.11

Hadirnya Masyumi pada masa Orde Lama menjadikan Nahdlatul Ulama

semakin terisolasi oleh kepentingan kelompok lain. Saat menyadari hal itu, pihak

Nahdlatul Ulama mengambil keputusan untuk keluar dari persatuan dengan alasan

adanya perbedaan watak Nahdlatul Ulama dengan kelompok intelektual Masyumi.

Yakni mengenai paham bentuk negara dan strategi politik. Melalui muhktamar ke-

19 di Palembang pada 1 Mei 1952 memutuskan untuk mendirikan sebuah partai

politik Nahdlatul Ulama sebagai sejarah baru dalam tubuh Nahdlatul Ulama.12

10

Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2010), 33-35. 11

Kang Young Soon, Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nadhatul Ulama (Jakarta:

UI Press , 2007), 86-88. 12

Chairul Anwar, Pertumbuhan dan Perkembangan NU (Surabaya: Duta Aksara Mulia,

2010), 259.

Page 20: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

8

Menghadapi pemilihan umum pada tahun 1955, dalam jangka waktu tiga

tahun Nahdlatul Ulama berhasil masuk dalam empat partai terunggul. Yaitu PNI,

Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan PKI. Dari delapan kursi menjadi empat puluh

lima kursi. Ini menandakan bahwa basis yang dimiliki Nahdlatul Ulama masih

kuat di pedesaan.13

Demikianlah pengamalan Nahdlatul Ulama dalam politik

praktis.

Partisipasi politik warga nahdliyin juga memiliki ciri yang khas, yakni

sangat setia dan memiliki ketaatan yang sangat tinggi terhadap ulama. Ulama

sebagai elite agama baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan

tingkat pusat terlibat dalam kegiatan politik. Hal ini dikerenakan ulama

mempunyai otoritas, dan terlibat dalam peran-peran sosial untuk kepentingan

masyarakat.14

Dalam organisasi, Nahdlatul Ulama menempatkan ulama atau kiai sebagai

Dewan Syuriah. Hal ini merupakan suatu penghormatan kepadanya. Dewan ini

biasanya berada di tingkat kota atau kabupaten. Dewan ini bertugas sebagai

penentu arah kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam tujuan organisasi,

memberikan bimbingan dan arahan dalam memahami Islam terutama Mazhab

empat, dan mengawasi serta memberikan koreksi sehingga pelaksanaan program

Nahdlatul Ulama berjalan diatas ketentuan jami’yah dan agama Islam.15

Dalam setiap pemilu, baik pemilu legislatif maupun eksekutif, para ulama

dan tokoh masyarakat selalu menjadi tokoh sentral. Mereka ini menjadi panutan

sebagian masyarakat dalam menentukan pilihannya, baik saat memilih calon

13

Eimar Martahan Sitompul, NU dan Pancasila ( Yogyakarta: LKIS, 2010), 19. 14

Imam Suprayogo, Kyai dan Politik (Malang: UIN Malang Press,2009), 44. 15

Marijan, Quo Vadis NU setelah Kembali ke Khittah 1926(Jakarta: Erlangga, 2004), 35.

Page 21: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

9

anggota legislatif di semua tingkatan, memilih partai, maupun memilih

bupati/walikota, gubernur, maupun presiden. Dalam pemilihan Bupati Ponorogo

pun, kecenderungan semacam itu juga terjadi. Calon bupati Ipong Muchlissoni

nyatanya berhasil terpilih menjadi bupati dalam Pilkada 9 Desember 2015.

Kemenangan Ipong itu tak bisa dilepaskan dari pengaruh dukungan para ulama

Nahdlatul Ulama di Kabupaten Ponorogo.

Ipong Muclissoni adalah seorang yang berlatar belakang pengusaha yang

sukses, dan kesuksesan ini juga berlaku dalam hal politik. Kita ketahui bersama

Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015 diikuti empat pasangan calon. Keempat

pasangan calon itu adalah Sugiri Sancoko-Sukirno dengan nomor urut 1 yang

diusung koalisi Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Hanura, dan PKS, pasangan

Amin-Agus Widodo bernomor urut 2 yang diusung PKB dan PDIP, pasangan

Misranto-Isnen dengan nomor urut 3 dari jalur independen, dan pasangan Ipong

Muchlissoni-Soedjarno bernomor urut 4 yang diusung koalisi Partai Gerindra,

PAN dan Partai Nasdem.16

Seperti beberapa daerah lainnya di Jawa Timur, Nahdlatul Ulama memiliki

pengaruh yang sangat kuat di Kabupaten Ponorogo. Mayoritas warga Ponorogo

adalah warga nahdliyin yang partisipasi politiknya lazim disalurkan ke partai yang

didirikan oleh ulama maupun tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, seperti PKB dan

16

Novika Dian Nugroho,“4 Calon Bupati Ponorogo Lolos Verifikasi Administrasi,”

tempo.co 24 Agustus 2015, [databaseon-line]; tersedia di

https://m.tempo.co/read/news/2015/08/24/058694555/4-calon-bupati-ponorogo-lolos-verifikasi-

administrasi; Internet; diunduh pada 7 Maret 2016.

Page 22: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

10

PPP.17

Di sini ada keunikan tersendiri, yaitu Ipong Muchlissoni-Soedjarno

bernomor urut 4 yang diusung koalisi Partai Gerindra, PAN dan Partai Nasdem

memenangkan Pilkada di Kabupaten Ponorogo. Mengalahkan petahana Amin-

Agus Widodo bernomor urut 2 yang diusung PKB dan PDIP. Dilihat dari partai

yang mengusung kedua calon tersebut, tampaklah keunikan yaitu Ipong

Muchlissoni yang diusung oleh Gerindra, PAN, dan Nasdem mampu

mengalahkan partai “tuan rumah” yaitu PKB.

Berdasarkan data yang masuk sebanyak 100 persen atau 1.721 TPS, Ipong-

Jarno meraih 219.916 suara atau 39,35 persen. Sementara di urutan kedua, Sugiri-

Sukirno yang diusung Partai Demokrat, Partai Gokar dan Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) meraih 205.670 Suara atau 36,80 persen. Sementara, bupati

petahana, H.Amin, SH dan Agus Widodo SE, M.Si yang diusung PDIP dan PKB

berada di urutan ketiga dengan perolehan 123.846 Suara atau 22,16 persen.

Terakhir, pasangan Prof. Dr. Misranto, SH. M.Hum dan Isnen Supriyono, S.Pd.

M.MPd berhasil meraih 9.426 Suara atau 1,69 persen.

17

M. Arwan I’ikaf, “Membaca Peta Pertarungan Politik Pilbup Ponorogo 2010,”

tabloidforsas 2 November 2016, [database on-line]; tersedia di

https://tabloidforsas.wordpress.com/2009/11/02/membaca-peta-pertarungan-politik-pilbup-

ponorogo-2010/; Internet; diunduh pada tanggal 7 Maret 2016.

Page 23: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

11

Tabel I.A. Hasil Rekapitulasi Pilkada Kabupaten Ponorogo Tahun 2015

Sumber: http://pacitanku.com/2015/12/11/ipong-muchlissoni-menangi-pilkada-ponorogo/

Dari data di atas dapat diketahui keunikan masalah ini yaitu kalahnya

pasangan yang didukung oleh partai “tuan rumah” yaitu PKB, dengan calon yang

didukung Partai Gerindra, PAN dan Partai Nasdem yang secara struktural tidak

mungkin warga warga nahdliyin memberikan suaranya karena perbedaan ideologi

yang mencolok.

Salah satu alasan yang menyebabkan kemenangan Ipong Muchlissoni selain

berlatar belakang seorang pengusaha, ia juga merupakan cucu dari Usman

Subandi merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo yang

cukup mempunyai pengaruh di masanya. Sekaligus orang pertama di Kabupaten

Ponorogo yang menjabat Ketua Gerakan Pemuda Anshor, salah satu organisasi

sayap perjuangan Nahdlatul Ulama. Ia lahir dan tumbuh dari keluarga tokoh-tokoh

Page 24: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

12

Nahdlatul Ulama di Kabupaten Ponorogo. Selama memimpin DPW PKB Provinsi

Kalimantan Timur, ia dikenal sebagai salah satu orang dekat Gus Dur.18

B. Pertanyaan Masalah

Dari latar belakang yang penulis paparkan, penulis dapat mengambil

beberapa pertanyaan masalah yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi ulama Nahdlatul Ulama

mendukung Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten

Ponorogo 2015?

2. Bagaimana bentuk peran ulama Nahdlatul Ulama dalam kemenangan

Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Penelitian ini bertujuan mengetahui apa saja yang melatarbelakangi

ulama Nahdlatul Ulama mendukung Ipong Muchlissoni di Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo 2015.

b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk peran ulama

dalam memenangkan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten

Ponorogo 2015.

18

Supriyadi,”Memahami Program Khusus Percepatan Perbaikan Jalan Desa Rp 300 Juta

Per-desa Per-Tahun,” disadur dari Jawa Pos 4 Agustus 2015, [database on-line]; tersedia di

http://ipongmuchlissoni.blogspot.co.id/2015/08/memahami-program-khusus-percepatan.html;

Internet; diunduh pada 8 Maret 2016.

Page 25: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

13

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Dengan skripsi ini akan menjadi bahan literature dan referensi tentang studi

ilmu politik mengenai permasalahan ulama sebagai kekuatan politik. Memberikan

bahan rujukan dan bahan kajian khususnya untuk akademis, mahasiswa, serta

mayarakat pada umumnya dalam memahami bahwa intelektual agama yakni

ulama secara langsung ataupun tidak terjun ke dunia politik.

b. Tujuan Praktis

Penulis mengharapkan karya ini menjadi salah satu karya ilmiah yang

menjadi acuan dalam memahami bahwa intelektual agama yaitu ulama secara

langsung ataupun tidak terjun ke dunia politik. Hal ini memang di rasa wajar,

karena ulama juga warga negara yang sah dan dilindungi segala haknya.

Termasuk hak untuk terjun ke dunia politik.

D. Tinjauan Pustaka

Sudah ada beberapa penelitian terkait ulama dan politik diantaranya adalah:

Pertama, skripsi yang berjudul Ulama dan Politik: Peran Ulama dalam

Kemenangan Racmat Yasin sebagai Bupati Bogor 2008, karya ini ditulis oleh

Abdul Latif N.S mahasiswa Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Dalam skripsi ini penulis yaitu Abdul Latif N.S , berusaha menggambarkan

peran ulama dalam kemenangan Racmat Yasin sebagai bupati Bogor yang

terpilih. Hal yang menyebabkan ulama mau memberikan perannya agar Racmat

Yasin yang berdampingan dengan Karyawan Faturahman memenangi pilkada

Page 26: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

14

tersebut adalah adanya faktor keturunan dari Racmat Yasin yang merupakan anak

dari salah satu ulama yang tersohor di Kabupaten Bogor yaitu K. H. Muhammad

Yasin.

Tidak hanya itu, ada faktor yang lainnya yaitu ulama mempunyai maksud

dan tujuan yang lainnya. Seperti ingin mempengaruhi sistem sosial politik dan

menyalurkan aspirasi masyarakat (jama’ahnya) sehingga menjadikan masyarakat

yang lebih baik. Dari pengertian ini bisa disimpulkan bahwa ulama turut berperan

aktif serta mengawal jalannya pilkada serta memastikan pasangan Racmat Yasin

yang berdampingan dengan Karyawan Faturahman memenangi pilkada tersebut.

Di sini ada keunikan, dimana ulama yang kita kenal sebagai orang yang

sangat mengerti berbagai masalah kegamaan berperan aktif dalam kegiatan

politik. Meskipun secara hukum hal ini wajar, karena ulama juga bagian dari

warga negara yang sah dan mempunyai hak politik.

Kedua, skripsi yang berjudul Kiai sebagai Kekuatan Politik (Studi kasus

Keterlibatan Kiai Dedi Suhandi pada Pilkada Kabupaten Serang 2010). Karya ini

ditulis oleh Sudirman mahasiswa Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2010.

Menurut pengamatan penulis, keterlibatan Kiai Dedi Suhandi dengan politik

di awali pada tahun 2004, sekaligus menjadi salah satu tim sukses calon Bupati

dan Wakil Bupati Kabupaten Serang yang digelar pada tanggal 9 Mei 2010.

Keterlibatan Kiai Dedi Suhandi tidak lepas dari sebuah kepentingan yang

diperjuangkan olehnya, kiai sebagai tokoh sentral di dalam tubuh masyarakat

menjadi sebuah panutan dan sendaran yang dianggap dapat membawa perubahan

Page 27: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

15

yang lebih baik. Ditambah dengan kharismatik yang dimiliki olehnya, menjadikan

beliau sebagai wadah aspirasi rakyat agar bisa menyampaikannya kepada

pemerintah daerah.

Selain itu, Kiai Dedi Suhandi juga mempunyai maksud lain yaitu

kepentingan pondok pesantren yang dikelolanya, Pondok Pesantren Darul Anwar.

Pondok pesantren ini dibawah naungan Yayasan Mathla’ul Anwar yang berdiri

sekitar tahun 1916, yayasan ini konsen kepada pendidikan. Yayasan ini juga

merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar setelah Nahdlatul

Ulama dan Muhammadiyah. Dengan dua organisasi besar tersebut, pengaruh Kiai

Dedi Suhandi untuk memobilisasi masa tidaklah terlalu sulit, karena pada

umumnya masyarakat telah mengenal baik kedua organisasi tersebut.

Dengan dasar itu Kiai Dedi Suhandi mendapat kemudahan untuk mengajak

masyarakat ikut andil dalam proses dan mendukung pasangan yang didukung oleh

Kiai Dedi Suhandi yaitu pasangan H. A. Taufik Nuriman dan Ratu Tatu

Chasanah. Dari langkah strategis tersebut Kiai Dedi Suhandi mampu memperoleh

dukungan yang cukup besar dan mampu memenangkan pasangan H. A. Taufik

Nuriman dan Ratu Tatu Chasanah menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Serang.

E. Metode Penelitian

Sebuah penelitian pastilah ada metode penelitian sebagai prosedur sebuah

penelitian. Dalam hal ini, penulis ingin mengatahui bagaimana peran ulama dalam

kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015,

dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Page 28: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

16

Kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam

mengungkapkan permasalahan kerja organisasi pemerintah, swasta, organisasi

kemasyarakatan, kepemudaan, keperempuanan, olahraga dan seni budaya,

sehingga dapat menjadikan suatu kebijakan yang dilaksanakan demi kesejahteraan

bersama. Penelian dengan pendekatan ini merupakan analis proses dari proses

berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika antar fenomena yang

diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian menggunakan

metode ini bertujan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang

dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari

bawah dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang

dihadapi.

Menurut Sugiyono, masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara,

tentatif, dan berkembang. Dalam penelitian ini juga terjadi ketiga kemungkinan

terhadap penelitian yang akan diteliti oleh seorang peneliti. yaitu; Pertama,

masalah yang dibawa oleh peneliti tetap sejak awal sampai akhir. Sehingga judul

proposal dan judul penelitiannya sama. Kedua, masalah yang dibawa peneliti

setelah memasuki penelitian berkembang, yaitu diperluas masalah yang disiapkan

dan tidak terlalu banyak perubahan sehingga judul penelitian cukup

disempurnakan. Ketiga, masalah yang telah dibawa peneliti ketika masalah

tersebut dibawa di lapangan berubah total, sehingga peneliti harus mengganti

Page 29: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

17

masalah tersebut. Sebab proposal yang ditulis peneliti berbeda dengan apa yang

terjadi dilapangan.19

Asumsi tentang gejala penelitian kualitatif adalah gejala objek itu sifatnya

tunggal dan parsial. Berdasarkan gejala tersebut peneliti dapat menentukan fokus

yang akan diteliti. Gejala itu bersifat holistik atau menyeluruh dan tak bisa

dipisahkan. Yaitu situasi sosial yang meliputi aspek tempat, aspek pelaku, dan

aspek aktivitas.

Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ini bertujuan untuk mendapat

pemahaman yang mendalam tentang masalah sosial yang dihadapi manusia bukan

mendeskriptifkan bagian dari permukaan dari suatu realitas sebagaimana yang

dilakukan oleh peneliti kualitatif. Penelitian menginterpretasikan bagaimana

subjek memperoleh makna dari lingkungan sekitar dan bagaimana memperoleh

makna dari perilaku mereka.

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pengertian wawancara dalam metode kualitatif memiliki sedikit perbedaan

seperti wawancara lainnya. Wawancara dalam metode kualitatif merupakan

pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului pertanyaan informal. Artinya

percakapan ini lebih sekedar berbagai informasi antara informal dan formal.

Dengan tujuan peneliti mendapat informasi yang sevalid-validnya dari informan.20

19

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik (Jakarta:PT Bumi

Aksara, 2013), 80-81. 20

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualititatif; Teori dan Praktik (Jakarta:PT Bumi

Aksara, 2013), 160.

Page 30: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

18

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu tehnik pengumpulan data yang sumbernya

adalah dokumen baik cetak dan elektronik. Dalam metode kualitatif teknik ini

bertujan untuk mengumpulkan data yang otentik sebagai pelengkap data

sebelumnya. Sehingga penelitian yang diteliti oleh peneliti dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Teknik Analisis Data

Dalam menganalis data, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Data yang diperoleh melalui wawancara dengan informan dideskriptifkan secara

menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian ini merupakan data utama yang

menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian.

F. Sistematika Penelitian

Dalam sistematika penelitian, penulis akan menjabarkan perbab, dengan

demikian penelitian ini tidak keluar jalur penelitian.

Bab I: pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah serta data yang

menguatkan penelitian ini dilakukan.

Bab II: pada bab ini menjelaskan mengenai teori yang dipakai oleh penulis

dalam meneliti masalah ini.

Bab III: pada bab ini menjelaskan tentang Ulama sebagai Kekuatan Politik.

Bab IV: pada bab ini menjelaskan beberapa temuan yang peneliti temukan,

dengan cara teknik pengumpulan data. Baik wawancara, dan dokumentasi.

Page 31: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

19

Bab V: penutup dan saran.

Page 32: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

20

BAB II

KERANGKA TEORI

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan pada bab I,

yang menjadi pertanyaan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana peran

ulama Nahdlatul Ulama dalam kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo 2015, serta faktor-faktor apa saja yang

melatarbelakangi ulama Nahdlatul Ulama mendukung Ipong Muclissoni. Untuk

menganalisa peran dan apa saja yang melatarbelakangi ulama Nahdlatul Ulama

mendukung dan memenangkan Ipong Muchlissoni di Pilkada Kabupaten

Ponorogo. Agar lebih sempurna, penulis mengawali penenelitian ini dengan

menjabarkan teori pendukung yang sekiranya dapat membantu menjawab

pertanyaan penelitian yang sudah dituangkan di bab sebelumnya.

A. Perilaku Politik

Dalam ilmu politik, kita mengenal pendekatan ilmu politik dengan perilaku.

Yang nantinya lebih kita kenal dengan konsep perilaku politik. Perilaku politik

menampilkan keteraturan yang perlu dirumuskan generalisasi-generalisasi yang

kemudian dibuktikan atau diverifikasi kebenarannya. Proses verifikasi ini

dilakukan mulai dari pengumpulan dan analisis data yang dapat diukur.21

Selanjutnya adalah pengertian dari perilaku politik tersebut. Perilaku politik

adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat diantara lembaga-lembaga

pemerintah dan diantara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam

21

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), 75.

Page 33: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

21

pembuatan, pelaksanaan, penegakan keputusan politik. Lalu perilaku politik ini

terbagi menjadi dua. Yakni, perilaku politik lembaga-lembaga dan pejabat

pemerintah, dan perilaku politik individu ataupun kelompok. Yang pertama

bertugas membuat, menegakan, dan melaksanakan keputusan politik, dan yang

kedua tidak mempunyai hak untuk mencampuri segala urusan politik. Namun,

yang kedua dapat mempengaruhi pihak pertama dalam menjalankan fungsinya.

Karena apapun keputusan politik pihak pertama menyangkut pihak kedua.22

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan

proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Interaksi antara pemerintah

dan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu

dalam masyarakat dalam rangka pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan

keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik.23

Dari penjelasan tersebut, dapat kita pahami bahwa yang melakukan kegiatan

politik adalah individu sedangkan perilaku politik lembaga pemerintah adalah

individu yang berpola tertentu. Di balik keputusan lembaga politik dan pemerintah

tentu saja ada pendorong yang memberikan saran maupun motivasi, dan yang

memberikan itu semua adalah individu.

Salah satu implikasi dari perilaku politik adalah partisipasi politik. Yang

berhak melakukan kegiatan politik adalah warga negara yang mempunyai jabatan

di pemerintahan dan warga negara biasa, dan yang berhak membuat dan

melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah. Namun masyarakat dapat dan

berhak ikut mepengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan tersebut,

22

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 20-21. 23

Sujijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik (Semarang: Ikip Semarang Press, 1995), 2.

Page 34: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

22

dan dengan adanya sikap tersebut maka masyarakat telah malakukan perilaku

politik tersebut. Dalam pelaksanaan pemilu di suatu negara ataupun dalam

pelaksanaan pilkada langsung di suatu daerah, perilaku politik dapat berupa

perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan dalam pelaksanaan

pemilu atau pilkada.24

Bisa disimpulkan bahwa di sini terdapat dua peran. Yaitu, peran pemerintah

dipegang oleh pemerintah dan peran politik dipegang oleh individu atau kelompok

di dalam masyarakat. Bisa juga disimpulkan bahwa suatu lembaga non politik bisa

mempengaruhi masyarakat guna menyampaikan aspirasinya ke pemerintah. Hal

ini dapat saja terjadi di masyarakat ketika sudah jenuh akan ketidakpedulian partai

politik terhadap aspirasi masyarakat. Ditambah bila lembaga non politik tersebut

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kebijakan pemerintah. Seperti

organisasi sosial-keagamaan Nahdlatul Ulama.

Meskipun Nahdlatul Ulama adalah organisasi sosial-keagaaman, namun

siapa sangka organisasi ini dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah daerah

maupun pusat dan dapat mempengaruhi pemilih sehingga memenangkan calon

yang mereka dukung dalam sebuah pemilihan umum. Pendekatan perilaku politik

ini juga nyatanya berlaku untuk memenangkan seorang calon pemimpin di sebuah

pemilihan umum baik itu tingkat nasional, provinsi, kabupaten, dan kota. Dalam

hal ini, pendekatan perilaku politik yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama

Kabupaten Ponorogo mampu memenangkan Ipong Muchlissoni dalam Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo 2015. Maksudnya adalah Nahdlatul Ulama

24

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 15-16.

Page 35: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

23

Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo

melakukan pendekatan kepada pemilih yang notabennya adalah nahdliyin untuk

memenangkan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015

silam.

Disini ada perluasan makna pendekatan perilaku politik, dari interaksi antara

pemerintah dengan masyarakat diantara lembaga-lembaga pemerintah dan

diantara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam pembuatan,

pelaksanaan, penegakan keputusan politik. Menjadi interaksi antara lembaga non

pemerintah dan non politik dengan masyarakat guna mencapai sesuatu, yang

dalam hal ini adalah kemenangan Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung

Kabupaten Ponorogo yang disebabkan oleh peran dari Nahdlatul Ulama melalui

Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo. Dari pengertian tersebut nyatahlah

bahwa pendekatan ini mengalami perluasan makna dan dapat digunakan untuk

memenangkan seorang calon di sebuah pemilihan langsung.

B. Perilaku Pemilih

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para

konsestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian

memberikan suaranya kepada konsestan yang bersangkutan.25

Dinyatakan sebagai

pemilih dalam Pilkada yaitu mereka yang telah terdaftar sebagai peserta pemilih

oleh petugas pendata peserta pemilih

Perilaku pemilih dapat ditunjukan dalam pemberian suara dan menentukan

pilihan pada sebuah pemilihan umum baik itu nasional, provinsi, dan

25

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 144.

Page 36: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

24

kota/kabupaten. Ramlan Surbakti mengartikan perilaku pemilih adalah segala

akivitas pemberian suara oleh individu yang bekaitan erat dengan kegiatan

pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih didalam suatu

pemilihan umum. Bila pemilih memutuskan untuk memilih maka pemilih akan

memilih atau mendukung kandidat tertentu.26

Perilaku pemilih dapat dianalisis

dengan tiga pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosioligis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian di Amerika

dan pendidikan Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk

menjelaskan perilaku memilih masyarakat Inggris, menyebut model ini sebagai

social determinism approach.

2. Pendekatan Psikologis

Pendekatan sosiologis berkembang di Amerika Serikat berasal dari Eropa

Barat, pendekatan Psikologis merupakan fenomena Amerika serikat karena

dikembangkan sepenuhnya oleh Amerika Serikat melalui Survey Research Centre

di Universitas Michigan. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut sebagai

Mazhab Michigan. Pelopor utama pendekatan ini adalah Angust Campbell.

3. Pendekatan Rasional

Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku pemilih oleh

ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi. Mereka melihatadanya

analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih (politik).27

26

Ramlan Surbakti, Partai, Pemilih dan Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997),

170. 27

Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004 ( Jakarta: Pustaka Eureka,

2006), 137-144.

Page 37: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

25

Perilaku pemilih sarat dengan ideologi yang melekat didalamnya. Ideologi

ini adalah hubungan antara pemilih dengan para peserta sebuah pemilihan umum.

Masing-masing peserta sebuah pemilihan umum membawa ideologinya msing-

masing, dan ideologi ini nyatanya sangat ampuh untuk mengingat para pemilih,

meskipun pemilih tersebut berbeda ideologi dengannya. Selain ideologi, para

peserta sebuah pemilihan umum semisal pilkada di sebuah kabupaten/kota

mempunyai visi dan misi tersendiri yang nantinya menjadi daya pemikatnya di

pertarungan demokrasi ini.

Dalam hal ini, Ipong Muchlissoni nyatanya mampu memenangkan Pilkada

Kabupaten Ponorogo 2015 lalu. Ia mendekati sebuah organisasi sosial-keagamaan

yang cukup mempunyai pengaruh yang cukup besar, organisasi terebut adalah

Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten

Ponorogo. Dengan berbagai cara ia mendekati organisasi ini dan meyakinkan

organisasi ini untuk mendukungnya akhirnya Nahdlatul Ulama Kabupaten

Ponorogo melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo mau

mendukungnya dan merestui pencalonannya di Pilkada Kabupaten Ponorogo

2015.

C. Pilihan Rasional

Pilihan rasional muncul semenjak akhir 1980-an menjadi pengaruh yang

sangat penting untuk memepengaruhi kehidupan ekomoni dan politik, mengingat

pada masa itu terjadi ekspansi kegiatan politik ke dalam beberapa kegiatan sosial

termasuk politik. Para pelaku pilihan rasional ini, terutama politisi, birokrat,

pemilih, dan pelaku ekonomi. Pada dasarnya egois dan mendasarkan segala

Page 38: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

26

kegiatan ini dengan teori ini dan mereka selalu mencari cara yang efisien untuk

mencapai tujuan tersebut.

Aplikasi teori ini sangat kompleks, model-model dan metode ekonomi

diaplikasikan terutama dalam penelitian mengenai pola-pola voting dalam sebuah

pemilihan umum, pembentukan kabinet, sistem pemerintahan parlementer, badan-

badan legislatif, dan pendirian partai politik dan kelompok kepentingan lainnya.

Salah satu reaksi terhadap pilihan rasional ini adalah timbulnya kembali perhatian

atas karya John Rawls yang berjudul A Theory of Justice. Dalam karyanya ia

mengatakan bahwa nilai-nilai seperti keadilan, persamaan hak, dan moralias

merupakan sifat manusia yang perlu diperhitungkan dan dikembangkan. Ia

memperjuangkan suatu keadilan yang dapat dinikmati oleh warga negara

termasuk mereka yang rentan dan miskin. Ia juga mendambakan suatu masyarakat

yang mempunyai suatu konsensus kuat mengenai asas-asas keadilan dan harus

dilakanakan oleh institusi-institusi politik. 28

Menurut perpektif pemilihan rasional ini, seorang warga negara beperilaku

rasional. Yakni, menghitung bagaimana caranya mendapatkan hasil yang

maksimal dengan ongkos minim. Faktanya sebagian negara penganut demokrasi

ikut dalam pemilu, hal ini juga terjadi di Indonesia. Secara tidak langsung seorang

pemilih akan memilih calon atau partai politik, ia pasti memikirkan dan

menghitung apa yang ia dapat ketika calon atau partai politik itu menang. Namun,

apa yang terjadi terhadap pemilih yang menggunakan rasionalitasnya untuk

28

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), 93-95.

Page 39: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

27

memilih seorang calon atau partai politik yang tidak mengharapkan apa-apa ketika

calaon atau partai politik yang ia pilih menang.

Anthony Downs melihat jawabannya adalah demokrasi, sedangkan Riker

dan Ordeshook meyakini bahwa “kewajiban warga negara” sebagai faktor penting

yang membuat warga tetap memilih di setiap pemilihan umum. Di pihak lain, ada

argumen yang meyatakan bahwa ongkos untuk berpartisipasi dalam pemilu sangat

kecil pada warga negara pada umumnya. Oleh karena itu, masyarakat dapat

berpartisipasi dalam pemilu.29

Teori pilihan rasional ini membutuhkan prayarat istitusional tertentu.

Evaluasi egosentrik, sosiotropik, retrospektif, dan prospektif diatas menyaratkan

adanya ini, sistem penghargaan dan hukuman terhadap petahana, yang merupakan

dasar dari model ini tidak mudah dilakukan oleh pemilih. Pemerintahan koalisi

dapat mengaburkan arti penting dari model ini untuk menjelaskan perilaku

pemilih. Sebab, pemerintah koalisi mengaburkan partai mana yang saat ini

berkuasa. Dalam konteks pemerintahan koalisi, perlu dilakukan modifikasi

terhadap kekuatan-kekuatan yang barsaing dalam sebuah pemilihan umum ke

dalam kelompok petahana melawan kelompok oposisi.30

Sehubungan dengan dinamika pilihan politik dalam beberapa kali pilkada di

beberapa daerah terutama di Kabupaten Ponorogo, pilihan rasional memberikan

perhatian lebih kepada faktor penujang utama yaitu ekonomi. Sebab, ekonomi

29 Saiful Munjani, dkk., Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam

Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta: Mizan Publika, 2012), 29-

30. 30

Saiful Munjani, dkk., Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam

Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta: Mizan Publika, 2012), 34.

Page 40: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

28

adalah salah satu pendorong mengapa pemilih mau memberikan suaranya pada

calon tertentu.

Secara sederhana, pemilih mau memilih seorang calon atau sebuah partai

politik karena ia sangat yakin bahwa calon atau sebuah partai poliik tersebut

mampu memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya terutama dalam hal

mencapai tingkat ekonomi tertentu. Lalu, dari mana seorang pemilih mengetahui

bahwa seorang calon ataupun sebuah partai politik mampu mebantunya untuk

mencapai tingkat ekonomi tertentu. Jawabannya adalah melalui janji politik

seorang atau sebuah partai politik di setiap kampanye pada masa kampanye pada

masa pemilihan umum. Biasanya janji kampanye seorang calon atau sebuah partai

politik dibawa oleh tim suksesnya di dalam berbagai kesempatan. Seperti

pertemuan, pengajian, ataupun ajakan secara pribadi untuk memilih seorang atau

sebuah partai politik tertentu.

Keunikan terjadi pada Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015 yang

memenangkan Ipong Muchlissoni sebagai Bupati terpilih. Yaitu berperannya

organisasi sosial-keagamaan sekuat Nahdlatul Ulama dalam memenangkan Ipong

Muchlissoni. Dengan segala cara ulama organisasi ini lakukan guna memengkan

Ipong Muchlissoni di pilkada kali ini. Lalu apa yang membuat ulama organisasi

ini mau mendukung dan alasan apa saja yang melatarbelakangi keperpihakannya

di pilkada kali ini. Jawabannya ada di bab IV dalam tulisan ini. Karena dalam bab

tersebut akan terkuak semua pertanyaan penelitian ini.

Bisa disimpulkan bahwa teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada

aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai

Page 41: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

29

maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya

untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai,

keperluan, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk

mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihannya.

Page 42: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

30

BAB III

NAHDLATUL ULAMA DAN PILKADA DI KABUPATEN

PONOROGO

Sejarah perpolitikan nasional membuktikan peran ulama dalam membangun

bangsa tak dapat dipungkiri. Ulama telah mengantarkan pada kemerdekaan dan

mempertahankannya, sebagaimana terjadi pada masa kedudukan Jepang, saat

ulama mulai terlibat politik (1942-1945). Ulama sebagai garda depan untuk

melawan jepang. Pada tahun-tahun berikutnya, ulama menceburkan diri pada

politik praktis.31

Fenomena ini masih berlaku hingga saat ini.

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan peran ulama terutama mereka

yang berhimpun dalam sebuah organisasi Nahdlatul Ulama dalam bidang politik.

Sebelum membahas peran apa saja yang dilakukan oleh ulama Nahdlatul Ulama

dalam hal politik di Kabupaten Ponorogo, dalam hal ini adalah Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo. Penulis mengawali dengan sedikit menjelaskan

peran ulama dalam perpolitikan nasional semenjak Orde Lama sampai saat ini dan

peran apa saja yang telah dilakukan ulama terutama dalam bidang politik. Dalam

bab ini pula, yang dimaksud dengan ulama adalah ulama yang berasal dari sebuah

organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama.

Meskipun Nahdlatul Ulama terkenal dengan tradisionalismenya, namun

dalam pemikiran politik Nahdlatul Ulama lebih modern dari pada

Muhammadiyah. Keterlibatan Nahdlatul Ulama dengan politik dilandasi oleh

31

Zuhairi Misrawi, “Ulama dan Politik Akomodasionis,” Harian Kompas, edisi 31

Agustus 2001, 4.

Page 43: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

31

paradigma keagamaan dan nilai organisasi yang dianutnya. Organisasi ini sangat

menghargai setiap warga negara yang menggunakan hak politiknya secara baik,

bersungguh-sungguh dan tanggung jawab. Meskipun dalam tubuhnya Nahdlatul

Ulama terjadi tarik ulur kepentingan diantara anggotanya.

A. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional

1. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada masa Orde Lama

Pada saat Orde Lama berlangsung, banyak sekali yang dilakukan oleh

Nahdlatul Ulama. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia turut

serta dan bertanggung jawab untuk memberikan perannya tidak hanya kepada

nahdliyin saja melainkan masyarakat dalam hal membangun cita-cita bangsa

Indonesia.

Seperti pada maklumat No. X tanggal 3 November 1945 yang menjelaskan

tentang pemberian kesempatan pada masyarakat untuk mendirikan partai-partai

agar dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran yang ada di masyarakat.32

Hal ini disambut baik oleh organisasi ini yang kemudian mengkordinir organisasi

organisasi Islam dalam wadah satu partai. Muktamar Islam Indonesia yang

diselengarakan di Yogyakarta pada tanggal 7-8 November 1945 memutuskan

untuk membentuk kembali Masyumi sebagai partai politik bukan sebagai

organisasi buatan jepang.33

Awal mula dukungan Nahdlatul Ulama terhadap Masyumi sangatlah

menggelora. Namun kemudian ada perbedaan kepentingan kelompok di dalam

32

Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa (Bandung: Mizan, 2001), 135. 33

M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam

Politik (Jakarta: Gramedia Putaka Utama, 1994), 103.

Page 44: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

32

tubuh Masyumi. Nahdlatul Ulama benar-benar tidak terwakili di pengurusan

Masyumi. Langkanya anggota Nahdlatul Ulama yang mempunyai latar belakang

pendidikan umum modern yang membuat Nahdlatul Ulama di parlemen

dipastikan mengemban menteri agama. Situasi inilah yang mengawali munculnya

problem antar Nahdlatul Ulama dan kaum pembaharu di Masyumi.34

Tabel III.A.1. Keterwakilan Nahdlatul Ulama dalam Parlemen

No Nama Kabinet Tahun periode Keterwakilan Nahdlatul

Ulama

1 Sjahrir I 14 November 1945 -

12 Maret 1946

-

2 Sjahrir II 12 Maret 1946 - 2

Oktober 1946

-

3 Sjahrir III 2 Oktober 1946 - 27

Juni 1947

Wahid Hasyim sebagai

Menteri Agama (NU)

4 Amir Syafruddin I 3 Juli 1947 - 11

November 1947

-

5 Amir Syafruddin II 11 November 1947 -

29 Januari 1948

K.H Masjkur sebagai

Menteri Agama (NU)

6 Hatta I 29 Januari 1948 - 4

Agustus 1949

K.H Masjkur sebagai

Menteri Agama (NU)

7 Darurat 19 Desember 1948 -

13 Juli 1949

K.H Masjkur sebagai

Menteri Agama (NU)

8 Hatta II 4 Agustus 1949 - 20

Desember 1949

K.H Masjkur sebagai

Menteri Agama (NU)

9 RIS 20 Desember 1949 - 6

September 1950

Wahid Hasyim sebagai

Menteri Agama (NU)

10 Susanto 20 Desember 1949 -

21 Januari 1950

K.H Masjkur sebagai

Menteri Agama (NU)

11 Halim RI 21 Januari 1950 - 6

September 1950

-

12 Natsir 6 September 1950 - 27

April 1951

Wahid Hasyim sebagai

Menteri Agama (NU)

13 Sukiman - Suwiryo 27 April 1951 - 3

April 1952

Wahid Hasyim sebagai

Menteri Agama (NU)

34

Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2010), 62 - 65.

Page 45: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

33

14 Wilopo – Prawoto 3 April 1952 - 30 Juli

1953

-

Sumber: Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) h. 62 - 65.

Akhirnya, Nahdlatul Ulama dalam sikapnya yang tertuang dalam Muktamar

ke 19 tahun 1951 di Palembang menyatakan keluar dari tubuh Masyumi.

Pelaksaan pendirian partai Nahdlatul Ulama sendiri keluar secara resmi pada 3

Juli 1952, ketika itu pula Nahdlatul Ulama secara resmi keluar dari Masyumi.35

Menghadapi pemilihan umum 1955 dalam jangka waktu tiga tahun,

Nahdlatul Ulama berhasil masuk dalam empat partai besar yaitu PNI, Masyumi,

Nahdlatul Ulama, dan PKI. Dari 8 kursi pada saat bergabung dengan Masyumi,

kini Nahdlatul Ulama menperoleh 45 kursi setelah berdiri sendiri menjadi partai

politik. Hal ini menandakan bahwa basis yang di miliki NU sangatlah kuat di

pedesaan.36

2. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru warga negara tidak punya hak untuk mengatur

kehidupan bernegara. Hal ini terjadi karena posisi negara saat itu sebagai pusat

segalanya dan mendominasi. Ini juga termasuk pada sistem kepartaian.

Pengalaman sebelumnya bersama Masyumi membuat Nahdlatul Ulama

mengadakan Konsesus Munas 1975 untuk memperkecil terjadinya konflik

khususnya dalam pembagian kursi.37

Namun nyatannya peleburan partai politik

ini lantas membuat Nahdlatul Ulama merasa kecewa, karena Nahdlatul Ulama

35

Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2010), 110. 36

Einar Marhan Sitompul, NU dan Pancasila (Jakrta: Pustaka Sinar Harapan, 1989), 119. 37

Chairul Anwar, Pertumbuhan dan Perkembangan NU (Surabaya: Duta Aksara Mulia,

2010), 315-338.

Page 46: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

34

merasa tidak merasa dianggap keberadaannya terutama para kiainya. Padahal di

setiap pemilu pada masa itu kiai Nahdlatul Ulama lah yang berdiri paling depan

untuk PPP. Dalam tubuh PPP sendiri pun, Nahdlatul Ulama termarginalkan.

Tekanan-tekanan tersebut akhirnya mendorong Nahdlatul Ulama bersikap radikal

dalam berbagai persolan.

Mitsuo Nakamura menjelaskan dalam analisisnya bahwa Nahdlatul Ulama

menjadi radikal secara politik karena tradisionalisme dan keagamaannya.

Nakamura menjelaskan letak tradisionalisme keagamaan yang dianut Nahdlatul

Ulama berasal dari Sunni Ortodoks.38

Itu artinya, Nahdlatul Ulama memandang

urusan dunia berpatok pada serba fiqih.

Keputusan kembali ke khittah berlatar belakang kelelahan serta kejenuhan

politik yang dialami oleh warga nahdliyyin. Gagasan ini pertama kali diungkapkan

pada Muktamar ke-22 di Jakarta tahun 1959, dan K.H. Achyat Chalimi selaku juru

bicara Nahdlatul Ulama cabang Mojokerto adalah tokoh yang pertama kali

menggagas gagasan ini. Namun, ketika itu gagasan tersebut belum diterima

banyak oleh kalangan Nahdlatul Ulama. Baru pada Muktamar di Situbondo tahun

1984 diputuskan bahwa Nahdlatul Ulama kembali ke khittah 1928.39

Itu artinya

Nahdlatul Ulama sudah tidak ada kaitannya dengan dunia politik dan bermain

dengan politik praktis, ditambah mempertegas bahwa Nahdlatul Ulama netral

dalam hal politik dan kembali menjadi sebuah organisasi keagamaan.

38

Mitsuo Nakamura, “ Tradisionalisme Radikal: Catatan Muktamar Semarang 1979”

dalam Greg Fealy, Greg Barton (eds.) Tradisionalisme Radikal, Persinggungan Nadhaltul Ulama-

Negara ( Yogyakarta: LkiS, 1997), 61. 39

Kacung Marijan, Quo Vadis NU: Setelah kembali ke Khittah 1928 (Jakarta: Erlangga,

1992) h. 136.

Page 47: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

35

Dr. Ali Maskur Musa dalam bukunya Nasionalisme di Persimpangan:

Pergumulan NU dan Paham Kebangsaan Indonesia mengatakan bahwa,

pemikiran politik Nahdlatul Ulama berkembang setelah organisasi ini kembali ke

khittah 1928. Hal ini merupakan landasan berfikir, bersikap, dan berindak

nahdliyin yang harus tercermin dalam tingkah laku perseorangan maupun

organisasi, serta dalam segala pengambilan keputusan. Kebijakan ini mempunyai

implikasi kelembagaan agar Nahdlatul Ulama lebih aktif mengambil peran politik

dalam pemikiran politik.40

3. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada masa Reformasi

Memasuki era reformasi muncul kekhawatiran dari generasi muda Nahdlatul

Ulama yang dekat dengan Gus Dur, dalam hal ini mereka senang dengan garis

“non-politis” yang dicetuskan olehnya. Nahdlatul Ulama merasa resah dengan

adanya pembentukan partai politik Nahdlatul Ulama yang baru yaitu PKB.

Kemunculan PKB dalam daftar nama partai politik di era reformasi ini

menimbulkan banyak tanda tanya, terutama pernyataan Nahdlatul Ulama kembali

ke khittah 1928. Pembentukan PKB dalam hal ini ditunjukan sebagai penyelamat

kader-kader Nahdlatul Ulama yang tersebar luas di Indonesia. Gusdur dalam hal

ini memberikan tanggapannya bahwa para aktivis dan simpatisan Nahdlatul

Ulama perlu dibimbing kembali dalam pilihan politiknya. Pernyataan Nahdlatul

Ulama kembali ke khittah 1928 di Orde Baru merupakan strategi politik yang

menguntungkan Nahdlatul Ulama.41

40

Dr. Ali Maskur Musa, Nasionalisme di Persimpangan: Pergumulan NU dan Paham

Kebangsaan Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2011), 10-11. 41

Andree Feillard, NU vis-a-vis Negara (Yogyakarta: LkiS, 2009), 428-429.

Page 48: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

36

Pada era reformasi, yang mendominasi peran ulama Nahdlatul Ulama adalah

Adurrahman Wahid atau yang lebih kita kenal Gus Dur. Kenapa demikian, karena

ia yang membentuk PKB sebagai wadah politik kader-kader Nahdlatul Ulama se-

Indonesia. Ia juga membuat statement bahwa hanya PKB partai satu-satunya yang

mendapat legitimasi Nahdlatul Ulama.

4. Peran Ulama dalam Perpolitikan Nasional pada Paska Reformasi dan

Saat Ini

Era reformasi telah membawa banyak perubahan, terutama dalam kehidupan

politik negara ini. Terbukanya ruang berekspresi dan berpendapat membuat

berbagai partai politik lahir dan bertarung di setiap pemilihan umum. Nahdlatul

Ulama pun demikian, Nahdlatul Ulama yang berhimpun dalam sebuah partai

politik yang bernama Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, nyatanya berhasil

merebut hati pemilih. Tidak hanya nahdliyin saja yang terpincut, pemilih yang

notabennya non muslim pun dibuat kepayang olehnya. Banyak hal yang membuat

partai politik berhasil merebut hati pemilih, salah satunya adalah figur Gus Dur

yang dikenal sangat humanis dan moderat.

Dalam perjalanannya, PKB dan Nahdlatul Ulama tidak selalu harmonis dan

satu kata meskipun dalam hati yang sama. Banyak momen yang membuktikan

para elit Nahdlatul Ulama tidak selalu mendukung PKB atau calon yang di usung

oleh partai ini, seperti halnya yang terjadi pada pilpres 2014. Perpecahan ini

dilatarbelakangi oleh rekrutmen, kapabilitas, reputasi, dan dijadikannya elit NU

sebagai tim sukses. Para pasangan calon presiden pada pilpres 2014 yang lalu

patut dicermati karena menggunakan Mahfud MD sebagai tim sukses pasangan

Page 49: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

37

Prabowo-Hatta,42

dan Khofiffah Indar Parawagsa sebagai tim sukses dari

pasangan Jokowi-JK.43

Pada paska reformasi terjadi perluasan makna mengenai elit politik dalam

tubuh Nahdlatul Ulama. Kita ketahui bahwa Nahdlatul Ulama erat kaitannya

dengan ulama ataupu kiai, namun dalam hal ini elit berasal dari kalangan non

ulama ataupun kiai. Melainkan dari kalangan akademisi. Jadi, peran ulama dalam

politik saat ini adalah sebagai elit agama yang mempunyai kekuatan politik yang

dapat mempengaruhi pemilih yang notabennya adalah murid atau santrinya, atau

pemilih yang menjadikan ia sebagai panutan agar memilih dan memenangkan

calon yang ia dukung. Ini merupakan ambisi pribadinya sebagai ulama yang

bermain politik praktis.

B. Nahdlatul Ulama dan Pilkada Kabupaten Ponorogo

Sebagai organisasi sosial-keagamaan dan menekan kesejahteraan sosial

yang menjadi kewajiban seorang muslim, Nahdlatul Ulama telah banyak

melakukan banyak hal untuk mewujudkan cita-cita awal berdirinya organisasi ini.

Di Kabupaten Ponorogo Nahdlatul Ulama telah banyak melakukan banyak hal,

mengingat kabupaten ini merupakan salah satu basis organisasi ini di Provinsi

Jawa Timur. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai apa saja yang telah

42

Ihsanuddin, “Maffud MD Didaulat Jadi Ketua Kepemenangan Prabowo-Hatta”,

kompas.com 20 Mei 2014 [database on-line]; tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/20/1311455/Mahfud.MD.Didaulat.Jadi.Ketua.Tim.Peme

nangan.Prabowo-Hatta; Internet; diunduh pada 14 September 2016. 43

Indra Akunto, “Khofifah yakin Warga NU Condong ke Jokowi-JK,” kompas.com 21

Mei 2014 [database on-line]; tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/1117194/Khofifah.Yakin.Warga.NU.Condong.ke.Jok

owi-JK; Internet; diunduh pada 14 September 2016.

Page 50: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

38

dilakukan oleh Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo, terutama PCNU (Pengurus

Cabang Nahdlatul Ulama) Kabupaten Ponorogo.

Dari sekian banyak pengurus PCNU Kabupaten Ponorogo yang dimaksud

dengan ulama yang menjadi elit politik dan menggunakan kekuatan intelektualnya

adalah Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo. Seperti yang dikatakan pada

awal bab ini, bahwa tidak hanya bertugas sebagai arah kebijaksanaan Nahdlatul

Ulama dalam urusan agama saja. Melainkan bertugas sebagai penentu arah

kebijaksaan dalam politik.

Dalam melakukan segala kegiatan sosial-keagamaan, Nahdlatul Ulama

selalu melibatkan masyarakat terutama nahdliyin. Diantaranya adalah Menggelar

Pelatihan Da'i - Da'iah Muda yang diadakan oleh PC.LDNU atau Pengurus

Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama.44

Dalam dunia kesehatan, PCNU

(Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) Kabupaten Ponorogo mengadakan operasi

katarak gratis. Kegiatan ini atas kerjasama PT.Sido Muncul Tbk, dengan PCNU

Kabupaten Ponorogo dan RSU Muslimat.45

Dalam usaha memperbaiki ekonomi masyarakat serta mendorong

produktifitas para pengusaha lokal, PCNU Kabupaten Ponorogo menghimpun

para pelaku ekonomi tersebut dalam Himpunan Pengusaha Nahdliyin atau HPN.

Serta membuat badan usaha sendiri atau BUM-NU.46

Dalam bidang agama,

44

Asrovi, “Pelatihan Da’i-Da’iah Muda Bersama PC.LDNU,” nuponorogo.org 28

Agustus 2016 [database on-line]; tersedia di http://www.nuponorogo.org/2016/08/pelatihan-dai-

daiah-muda-bersama-pcldnu.html; Internet; diunduh pada 20 September 2016. 45

PCNU Kabupaten Ponorogo, “Baksos Operasi Katarak Gratis,” nuponorogo.org 21 mei

2016 [database on-line]; tersedia di http://www.nuponorogo.org/2016/05/baksos-operasi-katarak-

gratis.html; Internet;diunduh pada 20 September 2016. 46

PCNU Kabupaten Ponorogo, “Badan Usaha Milik NU Raih Jura II pada Evenet Grebek

Suro 2016 Kab. Ponorogo” nuponorogo.org 1 Oktober 2016 [database online] tersedia di

Page 51: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

39

PCNU Kabupaten Ponorogo senantiasa mengajak semua kaum muslimin terutama

nahdliyin untuk menjadi pribadi muslim yang baik. Dengan cara memberikan

pengajaran agama yang mampu diserap oleh berbagai lapisan masyarakat melalui

pengajian, pondok pesantren, dan sekolah.

Dalam bidang politik, menurut pengamatan penulis kurang terlihat di

permukaan. Artinya PCNU Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah bermain

halus di bawah tanah. Ini dilakukan karena secara organisasi Nahdlatul Ulama

tidak bermain politik praktis, karena telah kembali ke khittah 1928. Mereka

bermain dalam tataran elit. Mengingat sebagian besar anggota Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo merupakan orang yang mempunyai pengaruh. Salah

satu alasannya adalah sebagain besar dari mereka ialah pimpinan atau pengurus

pondok pesantren yang tersebar di seluruh Kabupaten Ponorogo. Bisa kita

bayangkan seberapa besar masa mereka. Hal inilah yang membuat seorang atau

pasangan calon pejabat publik dapat memenangkan pertarungan politik mereka.

Peran Nahdlatul Ulama di Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo dalam politik sudah berlangsung semenjak Pilkada

Kabupaten Ponorogo tahun 2005 yang pemenangnya adalah Muhadi Suyono yang

berpasangan dangan Amin, dengan kendaraan politik PKB. Bahkan hingga sampai

pikada terakhir pun, Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo melalui Dewan

Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo masih berpartisipasi dalam politik terutama

dalam pilkada. Keunikan gaya komunikasi Nahdlatul Ulama adalah tidak

transparan dan terang-terangan mendukun seseorang dalam sebuah pemilihan

http://www.nuponorogo.org/2016/10/badan-usaha-milik-nu-raih-juara-ii-pada.html; Internet

diunduh pada 20 September 2016.

Page 52: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

40

umum. Artinya, Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo mengkapanyekan dengan permainan kata. 47

Misal:

“Pilih dia saja, karena ia adalah warga Nahdlatul Ulama dan orang tuanya

adalah seorang nahdliyin yang taat kepada Allah dan Rasul”

Atau

“Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo sangat mengharapkan bapak-ibu sekalian untuk mendukung

pak Ipong di Pilkada kali ini. Karena pak Ipong dikenal dekat dengan para ulama

Nahdlatul Ulama dan sangat dekat sekali dengan Gusdur semasa beliau masih

hidup”.

Permainan kata sering sekali digunakan dan didengar selama masa

kampanye dan tentu saja tidak selamanya di panggung politik. Bisa saja ketika

memberi sambutan dalam sebuah acara atau menjadi penceramah di berbagai

masjid di beberapa kesempatan.

Meskipun Nahdlatul Ulama adalah organisasi sosial-keagamaan, namun

nyatanya ia bermain dengan politik baik aktif maupun pasif. Dasar berpartisipasi

organisasi ini dalam politik adalah untuk mensejahterakan masyarakat dan

menselaraskan program organisasi dengan program pemerintah kabupaten.

Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo merasa ada beberapa kesamaan antara

program organisasi dengan program Kabupaten Ponorogo.

Keterpihakan Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo dalam pemilihan

umum terutama pilkada, diawali dengan pertemuan dikalangan internal organisasi.

Biasanya yang bertugas untuk memutuskan adalah Dewan Syuriah. Karena dewan

ini adalah penentu arah kebijakan organisasi. Dalam mendukung Nahdlatul Ulama

Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo tidak

47

Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 28 Desember 2016.

Page 53: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

41

terbuka karena melanggar khittah 1928. Meskipun demikian Nahdlatul Ulama

menggunakan badan otonomnya untuk mengkampanyekan calon yang direstui

oleh organisasi. Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo melalui Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo beranggapan bahwa, dengan cara demikian proses

mengkampanyekan calon yang direstui sampai ke semua lapisan masyarakat.48

Dalam organisasi ini menempatkan ulama atau kiai sebagai Dewan Syuriah.

Hal ini merupakan suatu penghormatan kepadanya. Dewan ini biasanya berada di

tingkat kota atau kabupaten. Dewan Syuriah bertugas sebagai penentu arah

kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam tujuan organisasi, memberikan bimbingan

dan arahan dalam memahami Islam terutama Mazhab empat, dan mengawasi serta

memberikan koreksi sehingga pelaksanaan program Nahdlatul Ulama berjalan

diatas ketentuan jami’yah dan agama Islam.49

Tidak hanya bertugas sebagai arah kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam

urusan agama saja, kini Dewan Syuriah bertugas sebagai arah penentu

kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam politik. Hal ini dinilai wajar, karena setiap

warga negara mempunyai hak politik dan hal ini juga berlaku kepada setiap

anggota Dewan Syuriah Nahdlatul Ulama.

Dalam melakukan dukungan politik di setiap pemilihan umum terutama

Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015, Nahdlatul Ulama Kabupaten

Ponorogo melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo tidak melalui

sebuah deklarasi. Artinya, tidak ada perjanjian politik didalamnya.50

Namun

48

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 29 Desember 2016

49 Marijan, Quo Vadis NU setelah Kembali ke Khittah 1926(Jakarta: Erlangga, 2004), 35.

50 Wawancara Pribadi dengan Drs. Bakhtiar Harmi, Ponorogo, 31 Desember 2016.

Page 54: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

42

pertanyataan itu terbantah, K.H. Imam Sayuti menyatakan bahwa ada perjanjian

politik secara tidak langsung antara Ipong Muchlissoni dengan Nahdlatul Ulama

Kabupaten Ponorgo. Seperti, akan diberikan hak memberikan saran ketika

perancangan RABD.51

Semakin ke sini, semakin unik Pilkada Kabupaten Ponorogo. terutama yang

diselengara pada tahun 2015 silam. Yaitu, Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo

melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo tidak mendukung calon yang

diusung oleh “partai tuan rumah” PKB, melainkan mendukung pasanganan yang

diusung oleh Partai Gerindra, PAN, dan NasDem.

C. Sekilas Tentang Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Ponorogo yang terletak pada koordinat antara 111°17’ – 111°52’

Bujur Timur dan 7° 49’ – 8°20’ Lintang Selatan mempunyai wilayah seluas

1.371,78 km² dengan ketinggian antara 143 sampai dengan 1.052 meter diatas

permukaan air laut. Kabupaten ini mempunyai keuntungan lokasi yang strategis,

yaitu terletak di sebagai pusat kegiatan regional Madiun-Pacitan-Trenggalek-

Wonogiri (Jawa Tengah) dan Magetan. Dengan demikian Kabupaten Ponorogo

mempunyai peranan yang sangat penting baik sebagai pusat penyuplai barang

kebutuhan pokok bagi daerah sekitarnya.52

Kabupaten ini mempunyai luas wilayah 1.371,78 Km2, habis terbagi

menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 307 kelurahan/desa, 1.002 lingkungan

51 Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 28 Desember 2016.

52 Ditjen Cipta Karya, “Profil Kabupaten Ponorogo,” pu.go.id 2008 [jurnal on-line]; tersedia di

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/ponorogo.pdf; Internet; diunduh pada 16

September.

Page 55: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

43

atau dusun, 2.274 Rukun Warga (RW), dan 6.869 Rukun Tetangga (RT).

Sedangkan jumlah penduduknya kabupaten ini sebanyak 865.809 jiwa. Dengan

pembagian 432.578 penduduk laki-laki dan 433.231 penduduk perempuan.53

Tabel III.C.1. Penduduk Kabupaten Ponorogo Menurut Jenis Kelamin

tahun 2000, 2010, dan 2014

Jenis kelamin 2000 2010 2014

Laki-laki 418.543 427.592 432.578

Perempuan 422.954 427.689 433.231

Jumlah 841.497 855.281 865.809 Sumber: https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Ponorogo-2015.pdf

Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Ponorogo yaitu 76.383 jiwa

atau sebesar 8,82 persen dari total penduduk di Kabupaten Ponorogo, disusul

Kecamatan Babadan (7,50 persen) dan Kecamatan Ngrayun (6,50 persen).

Kepadatan penduduk Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 tercatat 631

jiwa/Km2. Kecamatan Ponorogo merupakan kecamatan terpadat dengan

kepadatan 3.424 jiwa/Km2, hal ini ditunjang karena Kecamatan Ponorogo

merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat perekonomian di Kabupaten

Ponorogo. Sedangkan kepadatan terendah berada di Kecamatan Pudak sebesar

190 jiwa/Km2. Menurut komposisinya, mayoritas penduduk Kabupaten Ponorogo

berada pada usia produktif (15-64 tahun) yang mencapai 68,00 persen. Sementara

persentase penduduk usia muda (0-14 tahun) dan penduduk usia tua (65 tahun ke

53

Badan Statistik Nasional Kabupaten Ponorogo, “Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo

2015”, ponorogokab.bps.go.id 2015 [database on-line]; tersedia di

https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Ponorogo-Dalam-Angka-2015.pdf; Internet;

diunduh pada 20 September.

Page 56: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

44

atas) masing-masing 21,04 persen dan 10,96 persen. Penduduk lanjut usia

mayoritas berjenis kelamin perempuan (56,92 persen).54

Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 4.039 jiwa berprofesi sebagai

TKI/TKW, 12.550 jiwa berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil atau PNS, 16.972

jiwa berprofesi menjadi guru, dan sebanyak 45.867 jiwa berprofesi sebagai buruh

di berbagai industri.55

Berdasarkan data dari Kementerian Agama Kabupaten

Ponorogo, tercatat bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Ponorogo beragama

Islam 98,22%, diikuti Kristen Protestan 0,4%, Katholik 0,28%, Budha 0,5%, dan

Hindu 0,5%.56

Tabel III.C.2. Penduduk Kabupaten Ponorogo

Berdasarkan Profesi Pekerjaan

Profesi

Pekerjaan

TKI/TKW Pegawai

Negeri Sipil

atau PNS

Guru Buruh

Jumlah 4.039 jiwa 12.550 jiwa 16.972 jiwa 45.867 jiwa

Sumber: https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Ponorogo-2015.pdf

Setiap kabupaten atau kota mempunyai batas wilayah, ini dimaksudkan agar

segala pembangunan sarana dan prasarana menjadi terarah. Begitu juga dengan

54

Badan Statistik Nasional Kabupaten Ponorogo, “Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo

2015”, ponorogokab.bps.go.id 2015 [database on-line]; tersedia di

https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Ponorogo-Dalam-Angka-2015.pdf; Internet;

diunduh pada 20 September. 55

Badan Statistik Nasional Kabupaten Ponorogo, “Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo

2015”, ponorogokab.bps.go.id 2015 [database on-line]; tersedia di

https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Ponorogo-Dalam-Angka-2015.pdf; Internet;

diunduh pada 20 September. 56

Badan Statistik Nasional Kabupaten Ponorogo, “Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo

2015”, ponorogokab.bps.go.id 2015 [database on-line]; tersedia di

https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Ponorogo-Dalam-Angka-2015.pdf; Internet;

diunduh pada 20 September.

Page 57: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

45

Kabupaten Ponorogo. Di sebelah utara kabupaten ini perbatasan dengan

Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Nganjuk. Di sebelah

selatan kabupaten ini perbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Trenggalek. Di sebelah barat perbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Provinsi

Jawa Tengah. Di timur kabupaten ini perbatasan dengan Kabupaten Trenggalek

dan Kabupaten Tulungagung.57

Kabupaten Ponorogo dikenal dengan sebutan kota reog, karena di kota

Ponorog kesenian reog ini dilahirkan. Bahkan hingga saat ini setiap tanggal 1

Muharam atau 1 Suro, selalu diselenggarakan acara Grebeg Suro. Dalam acara

Grebeg Suro ini diadakan Festival Reog Nasional yang diikuti kelompok seni reog

dari berbagai kota di Indonesia. Acara lain adalah Kirab Pusaka. Pusaka yang

diarak dari makam Batoro Katong (pendiri Ponorogo) ke Pendopo Kabupaten

tersebut merupakan peninggalan pemimpin Ponorogo pada masa Kerajaan

Wengker. Acara ini diakhiri dengan Larung Do’a di Telaga Ngebel. Grebeg Suro

ini menjadi salah satu kalender wisata di Ponorogo dan Jawa Timur.58

Mempunyai lagenda sebagai berikut, mengutip buku Babad Ponorogo karya

Poerwowidjojo yang terbit pada tahun 1997. Diceritakan, bahwa asal-usul nama

Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro

Katong, Kiai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama,

57

Kemendagri, “Kabupaten Ponorogo,” kemendagri.go.id, 2011 [database on-line]; tersedia di

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/35/name/jawa-

timur/detail/3502/ponorogo; Internet: diunduh pada 20 September. 58

Badan Statistik Nasional Kabupaten Ponorogo, “Statistik Daerah Kabupaten Ponorogo

2015”, ponorogokab.bps.go.id 2015 [database on-line]; tersedia di

https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Ponorogo-Dalam-Angka-2015.pdf; Internet;

diunduh pada 20 September.

Page 58: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

46

bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Di

dalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan

dinamakan “Pramana Raga” yang akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi

Ponorogo. Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya

kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan, jasmani.

Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, watak manusia

tersimpan suatu rahasia hidupberupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan

dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah.

Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan

menempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.59

D. Profil dan Perjalanan Karir Politik Ipong Muchlissoni

Ipong Muchlissoni adalah salah seorang politisi yang berlatar belakang

seorang pengusaha yang bisa dikatakan sangat sukses. Meskipun ia adalah putra

Ponorogo, namun namanya sangat terkenal di Kota Samarinda. Tidak hanya

terkenal sebagai seorang pengusaha, Ipong Muchlissoni juga terkenal sebagai

politisi karena ia pernah menjadi anggota DPRD Kota Samarinda fraksi PKB dan

pernah maju dalam Pilkada Kota Samarinda tahun 2013 silam, meskipun tidak

dapat memenangkannya.

Ipong Muchlissoni, yang lahir di Lamongan 29 April 1967 merupakan

perantauan dari Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur yang mengadu

nasibnya di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan berhasil sukses.

59

Kemendagri, “Kabupaten Ponorogo,” kemendagri.go.id, 2011 [database on-line]; tersedia di

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/35/name/jawa-

timur/detail/3502/ponorogo; Internet: diunduh pada 16 September.

Page 59: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

47

Ipong memulai karir politik di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang saat itu

dipimpin Alm. KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur). Keterlibatannya di partai ini

membawanya duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur periode

1998-2004 dan 2004-2009. Ia akhirnya meninggalkan PKB setelah kisruh

melanda partai berlambang bola dunia dengan sembilan bintang ini.60

Setelah keluar dari PKB, ia kembali berpolitik dan memilih Gerindra

sebagai kendaraan politiknya. Dalam partai politik yang baru ini, ia menepati

posisi yang sangat strategis. Yaitu sebagai ketua DPC Gerindra Provinsi

Kalimantan Timur. Bahkan sampai ia kini menjabat sebagai Bupati Kabupaten

Ponorogo, ia tetap menjadi ketua DPC Gerindra Provinsi Kalimantan Timur.61

Alasan utama ia keluar dari partai berlambang bola dunia dengan sembilan

bintang ini adalah kurang sukannya Ipong terhadap gaya kepimpinan ketua umum

PKB yaitu Muhaimin Iskandar yang ia nilai tidak mencerminkan apa yang telah di

ajarkan Gusdur ketika ia menjadi ketua umum PKB. Dengan kata lain Ipong

Muchlissoni merupakan gusdur sentris.62

Meskipun gagal di Pilkada Kota Samarinda, tidak membuatnya jera untuk

berpolitik. Ia lantas memberanikan dirinya untuk maju dalam Pilkada Kabupaten

Ponorogo, dimana kabupaten tersebut merupakan asal-usul keluarga besarnya.

Dalam rangka maju dalam Pilkada Kabupaten Ponorogo, Ipong Muchlissoni

60

Suisylo Asmalyah, “Imaad-Ipong siap Menang dengan Sportif,” antarakaltim.com 24

Agustus 2013 [database on-line] tersedia di http://www.antarakaltim.com/berita/16114/imdaad-

ipong-siap-menang-dengan-sportif; Internet; diunduh pada 16 Oktober 2016. 61

Doan E Pardede, “Terpilih Jadi Buapati Ponorogo, Ipong Tetap Pimpimpin Gerindra

Kaltim,” tribunnews.com 1 Februari 2016 [database on-line] tersedia di

http://kaltim.tribunnews.com/2016/02/01/terpilih-jadi-bupati-ponorogo-ipong-tetap-pimpin-

gerindra-kaltim; Internet; diunduh pada 16 Oktober 2016. 62

Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 7 Juli 2016.

Page 60: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

48

berpasangan dengan Soedjarno ini diusung oleh Partai Gerindra, PAN dan Partai

Nasdem.

Page 61: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

49

BAB IV

ANALISIS PERAN ULAMA NAHDLATUL ULAMA DALAM

KEMENANGAN IPONG MUCHLISSONI DI PILKADA

LANGSUNG KABUPATEN PONOROGO 2015

Setelah penulis memparkan dan menjelaskan tentang apa itu ulama, apa itu

perilaku politik, perilaku pemilih dan teori pilihan rasional, serta penulis juga

menjelaskan perjalanan ulama dalam bidang politik terutama ulama yang

bernaung pada sebuah organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama, semenjak Orde

Lama sampai masa kini dan peran Nahdlatul Ulama melaui Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo. Nahdlatul Ulama merupakan salah satu organisasi sosial

keagamaan terbesar yang memiliki pengaruh dalam menentukan kebijakan

nasional maupun daerah.

Hal itu juga berlaku di Kabupaten Ponorogo yang merupakan salah satu

kantong suara PKB di Provinsi Jawa Timur. Dalam Pilkada Kabupaten Ponorogo

nyatanya peran ulama Nahdlatul Ulama dapat memenangkan pasangan Ipong

Muchlissoni-Soedjarno dapat menduduki kursi nomer satu di Kabupaten

Ponorogo. Meskipun pasangan ini diusung Partai Gerindra, PAN dan Partai

Nasdem yang notabenya bukan partai berbasis Nahdlatul Ulama.

Dalam bab ini, akan terkuak kenapa Ulama Nahdlatul Ulama yang dalam

hal ini adalah Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo “mendukung”

pasangan ini beserta peran apa saja yang dilakukan oleh Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo, sehingga dapat memenangkan Ipong Muchlissoni di

Page 62: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

50

Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015. Mengapa pasangan Amin-Agus Widodo

bernomor urut 2 yang diusung partai “tuan rumah” PKB dan PDIP yang

notabennya adalah petahana kalah dengan pendatang.

Dalam organisasi ini menempatkan ulama atau kiai sebagai Dewan Syuriah.

Hal ini merupakan suatu penghormatan kepadanya. Dewan ini biasanya berada di

tingkat kota atau kabupaten. Dewan Syuriah bertugas sebagai penentu arah

kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam tujuan organisasi, memberikan bimbingan

dan arahan dalam memahami Islam terutama Mazhab empat, dan mengawasi serta

memberikan koreksi sehingga pelaksanaan program Nahdlatul Ulama berjalan

diatas ketentuan jami’yah dan agama Islam.63

Tidak hanya bertugas sebagai arah kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam

urusan agama saja, kini Dewan Syuriah bertugas sebagai arah penentu

kebijaksanaan Nahdlatul Ulama dalam politik. Hal ini dinilai wajar, karena setiap

warga negara mempunyai hak politik dan hal ini juga berlaku kepada setiap

anggota Dewan Syuriah Nahdlatul Ulama. Penulis sengaja menggunakan kata

mendukung dalam tanda kutip (“mendukung”), hal ini dikarenakan secara

struktural organisasi ini tidak mendukung secara penuh Ipong Muchlissoni di

Pilkada Kabupaten Ponorogo. Ini disebabkan oleh pecahnya suara Nahdlatul

Ulama di kalangan anggota Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo.

Hal ini dikerenakan beberapa alasan seperti pilihan politik, kembalinya

oragnisasi ini ke khittah 1928, kedekatan salah satu anggota dari Dewan Syuriah

63

Marijan, Quo Vadis NU setelah Kembali ke Khittah 1926(Jakarta: Erlangga, 2004), 35.

Page 63: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

51

dengan calon lain. Kedekatan dalam hal ini bisa saja kedekatan emosional,

kedekatan kekerabatan, dan kedekatan ideologi.

A. Proses Terpilihnya Soedjarno Menjadi Pasangan Ipong Muchlissoni di

Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo dan Pecahnya Suara Ulama

Nahdlatul Ulama

Ada keunikan yang terjadi dalam menentukan Soedjarno menjadi

pasangannya guna maju dalam Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015.

Seperti yang kita ketahui, setiap individu di negeri ini jika ingin maju dalam

sebuah pertarungan politik pastilah melakukan berbagai cara termasuk konsolidasi

ke berbagai organisasi masyarakat. Ini dilakukan guna mendekatkan pemilih

untuk memilihnya. Hal ini juga dilakukan oleh Ipong Muchlissoni.

Ia melakukan konsolidasi ke berbagai organisasi kemasyarakatan, termasuk

ke Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo. Berawal dari keinginannya untuk

bersilaturahmi dengan Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo untuk membicarakan keinginannya untuk maju di Pilkada

Kabupaten Ponorogo. Namun, pada saat itu Nahdlatul Ulama melalui Dewan

Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo belum siap, karena belum adanya sikap yang

diambil pada Pilkada nanti. Ditambah Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo

melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo belum mengenal semua

calon yang akan bertarung pada Pilkada Kabupaten Ponorogo. Dengan kata lain

mereka masih menunggu kemungkinan mendukung calon lain selain Ipong.

Alasan terbesar Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten

Ponorogo mendukung Ipong Muchlissoni adalah ia melakukan komunikasi yang

Page 64: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

52

berkala dengan Nahdlatul Ulama, dan berperan sebagai perantara dalam hal

komunikasi dengan Nahdlatul Ulama adalah PMII yang notabennya adalah badan

otonom milik organisasi ini.64

Dengan komunikasi berkala tersebut, ia memahami apa yang dibutuhkan

oleh masyarakat terutama nahdliyin dan menemukan kesamaan visi dan misi

antara Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo

dengan dirinya. Seiring berjalannya waktu dan melalui proses yang panjang

akhirnya Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo

setuju untuk “mendukung” Ipong Muchlissoni. Dengan syarat ia harus

berpasangan dengan salah satu kader terbaik Nahdlatul Ulama Kabupaten

Ponorogo.65

Awalnya Ipong Muchlissoni memilih Fatchul Aziz yang waktu itu menjabat

sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Ponorogo untuk mendampinginya.

Dengan terpilihnya Fatchul Aziz sebagai pasangan Ipong Muchlissoni inilah

secara resmi Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo “mendukung” Ipong

Muchlissoni. Namun di tengah waktu mendekati pendaftaran, secara mengejutkan

Fatchul Aziz mengundurkan diri sebagai bakal calon Wakil Bupati Kabupaten

Ponorogo dengan pasangannya Ipong Muchlissoni. Keputusan Fatchul Aziz

segera mendapat respon dari Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo dalam

sebuah rapat yang memutuskan menawarkan kepada Ipong Muchlissoni beberapa

nama yang nantinya akan maju di pilkada Kabupaten Ponorogo. Namun pada

akhirnya Ipong Muchlissoni memilih sendiri bakal calon Wakil Bupati Kabupaten

64

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 12 Juli 2016 65

Wawancara Pribadi dengan Drs. Bakhtiar Harmi, Ponorogo, 9 Juli 2016.

Page 65: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

53

Ponorogo yang akan mendampinginya di Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015.

Terpilihlah Soedjarno yang berlatar belakang seorang birokrat untuk

mendampinginya dalam pertarungan di pilkada Kabupaten Ponorogo.66

Soedjarno akhirnya dikenalkan kepada Nahdlatul Ulama Kabupaten

Ponorogo melalui Dewan Syuriah dalam pertemuan di rumah Drs. Bakhtiar

Harmi. Namun sayangnya ketika pertemuan tersebut, tidak semua anggota Dewan

Syuriah hadir. Fenomena ini dapat dimengerti oleh Nahdlatul Ulama Kabupaten

Ponorogo, karena soal pilihan politik itu adalah masalah pribadi dan tidak bisa

diganggu gugat oleh pihak manapun. Meskipun suara Nahdlatul Ulama melalui

Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo terpecah, tapi sebagian besar anggota

Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo mendukung penuh dan merestui

majunya Ipong Muchlissoni-Soedjarno di Pilkada Kabupaten Ponorogo. Seketika

itu juga, Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo

melakukan konsolidasi ke seluruh badan otonom NU se-Kabupaten Ponorogo. Hal

ini berguna untuk membulatkan dukungan PCNU Kabupaten Ponorogo kepada

pasangan Ipong Muchlissoni-Soedjarno.67

Ipong menuturkan, sebelum menentukan calon Wakil Bupati yang maju

mendampinginya, dirinya sudah banyak menerima masukan nama tokoh dari

berbagai pihak. Setiap kelompok masyarakat yang mengusulkan kandidat Wakil

Bupati kepadanya, semuanya dilandasi niat baik. Tokoh-tokoh yang diusulkan

pun semuanya juga bereputasi baik. Setelah sekian lama memilih calon Wakil

Bupati yang akan mendampinya di Pilkada Kabupaten Ponorogo, terpilihlah

66

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 12 Juli 2016 67

Wawancara Pribadi dengan Drs. Bakhtiar Harmi, Ponorogo, 9 Juli 2016.

Page 66: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

54

Soedjarno sebagai pasangannya. Pemilihan Soedjarno oleh Ipong Muclissoni

untuk mendampinginya di Pilkada Kabupaten Ponorogo tahun 2015 silam berlatar

belakang keinginan Soedjarno untuk memajukan Kabupaten Ponorogo.

Menurutnya Soedjarno dikenal sebagai ahli anggaran pada masa pemerintahan

Markoem Singodimedjo. Ia sangat dikenal sebagai bupati tersukses yang pernah

memimpin Kabupaten Ponorogo.68

Ketidakhadiran beberapa anggota Dewan Syuriah pertemuan di rumah Drs.

Bakhtiar Harmi untuk memperkenalkan Soedjarno, ditambah mundurnya Fatchul

Aziz dari bakal calon Wakil Bupati meninggalkan dilema yang sangat mendalam.

Yaitu ketidaksamaan suara dalam mendukung Ipong Muchlissoni di Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo. Alasannya cukup beragam, ada yang beralasan

ingin kembali ke khittah 1928, ada juga yang beralasaan sudah mempunyai calon

yang sependapat dengannya mengenai pembangunan kabupaten ini.

Salah satu anggota Dewan Syuriah yang berpaling dari Ipong Muchlissoni

dan mendukung calon lain, yaitu Sugiri Sancoko adalah K.H. Moh. Sholihan. ia

berpendapat bahwa Sugiri ini sangat layak memimpin Kabupupaten Ponorogo,

ditambah beliau sangat menginginkan Kabupaten Ponorogo menjadi kota santri

yang berbudaya. Keinginan ini merupakan keinginan kedua belah pihak yang

tertuang dalam perjanjian politik.

Mengenai perjanjian politik ia secara diplomatis mengatakan, jika

komunikasi telah dibangun sejak lama. Berbagai diskusi dan masukan telah dikaji

68

Supriyaldi, “Ipong Buka Rahasia Menggandeng Djarno,” disadur dari Ponorogo Pos 19

Agustus 2015, [database on-line]; tersedia di

http://ipongmuchlissoni.blogspot.co.id/2015/08/ipong-buka-rahasia-menggandeng-djarno.html; diakses pada 16 Oktober 2016 pukul 11:29

Page 67: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

55

bersama yang bertujuan untuk memajukan Kabupaten Ponorogo dari berbagai

bidang. Kesepahaman inilah yang menjadi dasar dukungan ini dilakukan.

K.H. Moh. Sholihan menambahkan, pengalaman Sugiri Sancoko di Komisi

E DPRD Jatim merupakan modal yang baik untuk menciptakan dan menggali

UMKM yang ada di kabupaten ini. Kita melihat banyak sekali UMKM yang

belum tersentuh oleh pemerintah kabupaten, padahal mempunyai potensi

didalamnya. Selanjutnya alasan ia mendukung adalah karena Sugiri mempunyai

gaya kominikasi yang baik, meskipun Ipong Muchlissoni lebih baik darinya.

Ia menambahkan meskipun sebgian besar Dewan Syuriah PCNU Kabupaten

Ponorogo mendukung Ipong Muchlissoni, bukan berarti terpecah selamanya.

Perpecahan ini hanya berlaku pada pilkada kali ini saja, dan keberpihakannya

pada Sugiri Sancoko merupakan haknya dalam menentukan pilihan bukan atas

permintaan seseorang apa lagi permintaan dari Sugiri sendiri. 69

Ada yang mendukung calon lain, ada juga yang memutuskan untuk netral.

Salah satunya adalah K.H. Muchtar Sunarto. Alasan yang mendasarinya untuk

bersikap netral adalah khittah 1928 yang mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama

tidak boleh ikut dalam kegiatan politik. Artinya ia tidak memihak kepada calon

manapun. Mundurnya Fatchul Aziz dan terpilihnya Soedjarno menjadi Bakal

Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo mendampingi Ipong Muchlissoni bukanlah

alasan utama bersikap netral. Memang sejak bergulirnya wacana Nahdlatul Ulama

Kabupaten Ponorogo mendukung salah satu calon bupati, ia sudah tidak menyukai

sikap organisasi ini. Karena sudah keluar dari khitah 1928.

69

Wawancara Pribadi dengan K.H. Moh Sholihan, Ponorogo, 27 Desember 2016.

Page 68: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

56

Menurutnya kembali sudah saatnya Nahdlatul Ulama fokus pada tujuan wal

berdirinya organisasi ini, yaitu menciptakan masyrakat yang berkeadilan dalam

segala hal termasuk ekonomi. Lalu, jika Dewan Syuriah PCNU Kabupaten

Ponorogo memihak kepada seorang calon, maka akan menimbulkan kebingungan

diantara jamaahnya.70

B. Latar Belakang Ulama Nahdlatul Ulama “mendukungnya” di Pilkada

Langsung Kabupaten Ponorogo 2015

Alasan Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU Kabupaten

Ponorogo “mendukung” Ipong Muchlissoni karena Ia merupakan cucu dari

Usman Subandi yang merupakan tokoh Nadhlatul Ulama Ponorogo sekaligus

orang yang paling berpengaruh serta orang yang pertama di Kabupaten Ponorogo

yang menjabat Ketua Gerakan Pemuda Anshor. Yaitu salah satu organisasi sayap

perjuangan Nahdlatul Ulama. Ia lahir dan tumbuh dari keluarga tokoh-tokoh

Nahdlatul Ulama di Kabupaten Ponorogo. Selama memimpin DPW PKB Provinsi

Kalimantan Timur, ia dikenal sebagai salah satu orang dekat Gus Dur.71

Permasalahan keturunan ini hanyalah salah satu penunjang ketika

kampanye. Figur Ipong Muchlissoni dirasa paling layak dari segi finansial, gaya

komunikasi yang baik ke masyarakat, dan secara fisik mumpuni untuk

mengemban amanah ini. Alasan Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo “mendukung” Ipong Muchlissoni salah satunya adalah janji

70

Wawancara Pribadi dengan K.H. Muchtar Sunarto, Ponorogo 30 Desember 2016. 71

Supriyadi,”Memahami Program Khusus Percepatan Perbaikan Jalan Desa Rp 300 Juta

Per-desa Per-Tahun,” disadur dari Ponorogo Pos 4 Agustus 2015, [database on-line]; tersedia di

http://ipongmuchlissoni.blogspot.co.id/2015/08/memahami-program-khusus-percepatan.html;

Internet; diunduh pada 8 Maret 2016.

Page 69: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

57

politik yang ia paparkan ketika kampanye, dimana ia lebih menekankan pada

sektor ekonomi masyarakat. Selanjutnya Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo tertarik pada program prioritasnya. Seperti berusaha

menekan penyakit sosial dan ketimpangan sosial yang terjadi di Kabupaten

Ponorogo.72

Dalam segi pendidikan, Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo merasa sangat diuntungkan. Sebab ia menjanjikan akan

memberikan perhatian khusus kepada Madrasah Diniyah. Dimana madrasah

tersebut kurang diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Ponorogo. Janji politik

selanjutnya yang membuat Nahdlatul Ulama melalui Dewan Syuriah PCNU

Kabupaten Ponorogo adalah mengikut sertakan Nahdlatul Ulama dalam kegiatan

pemerintahan. Termasuk memberikan hak untuk memberi saran ketika ada

rancangan anggaran pembangunan daerah.73

Ipong Muchlissoni adalah seorang yang sukses dalam bidang ekonomi,

pernah menjadi ketua DPC Gerindra Provinsi Kalimantan Timur dikenal sangat

kental dengan ke Nahdlatul Ulama-annya, lalu ia dianggap cakap dan jujur.

Permasalahan ia diusung koalisi Partai Gerindra, PAN dan Partai Nasdem yang

notabennya bukanlah partai politik berbasis Nahdlatul Ulama. K.H. Imam Sayuti

Farid berpendapat, bahwa partai politik tersebut hanyalah kendaraan saja. Faktor

yang membuat Ipong Muchlissoni yang berpasangan dengan Soedjarno

memenangkan Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015 silam adalah mereka mampu

mendekatkan diri dengan nahdliyin. Pendekatan tersebut dilakukan dengan

72

Wawancara Pribadi dengan Drs. Bakhtiar Harmi, Ponorogo, 9 Juli 2016. 73

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 12 Juli 2016.

Page 70: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

58

komunikasi yang baik dan mengadakan beberapa kontrak politik dibeberapa desa

di Kabupaten Ponorogo.74

Di Pilkada Kabupaten Ponorogo Tahun 2015 silam terdapat keunikan yaitu

PKB yang notabenya adalah partai “tuan rumah” yang ketika itu mengusung

pasangan Amin-Agus Widodo yang pada saat itu merupakan pasangan petahana

kalah dengan pendatang. Yaitu pasangan Ipong Muchlissoni-Soedjarno diusung

Partai Gerindra, PAN dan Partai Nasdem yang notabenya bukan partai berbasis

NU.

K.H. Imam Sayuti Farid berpendapat bahwa kualitas pasangan yang diusung

oleh partai “tuan rumah” yaitu PKB sangat rendah. Serta masyarakat sudah terlalu

jenuh untuk dipimpin kembali oleh Pak Amin. Kejenuhan ini didasari oleh

kegagalannya memimpin Kabupaten Ponorogo. Selama ia menjabat, banyak

sekali ketimpangan sosial yang terjadi di kabupaten ini serta tidak meratanya

pembangunan baik sarana dan prasarana di Kabupaten Ponorogo.75

Bahkan pada

saat itu hubungan PKB dan Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo sedang tidak

harmonis.76

C. Peran Ulama Nahdlatul Ulama dalam Memenangkan Ipong

Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo

Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana peran Ulama Nahdlatul Ulama

yang merupakan elit politik Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo dalam Pilkada

Kabupaten Ponorogo tahun 2015, sebagai elit politik yang mempunyai kekuatan

74

Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 7 Juli 2016 75

Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 7 Juli 2016 76

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 12 Juli 2016

Page 71: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

59

intelektual yang mampu menciptakan pihak penguasa dan oposisi. Hal ini di

karenakan ulama mempunyai kharimatik di dalam masyarakat.

Ulama dalam hal ini adalah Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo,

yang pada awalnya hanyalah mengkhususkan diri pada ranah keagamaan saja.

Namun saat ini sudah mulai merambah ke ranah sosial politik di masyarakat.

Maka tidak heran ulama menjadi salah satu sumber bertanya bila ada sebuah

pertanyaan dan di minta pandangan.

Mereka melakukan berbagai cara agar calon yang datang kepadanya,

meminta dukungannya, serta berharap dapat memenangkannya dalam Pilkada

Kabupaten Ponorogo 2015. Namun dukungan ini tidaklah percuma, ada yang

harus dibayarkan. Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo mengarahkan

Ipong Muchlissoni untuk memilih salah satu kader terbaik Nahdlatul Ulama

Kabupaten Ponorogo yaitu Fatkhul Aziz yang waktu itu menjabat sebagai Ketua

Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo untuk mendampinginya.

Meskipun ketika itu Ipong Sendiri yang memilihnya sebagai bakal calon Wakil

Bupati yang akan mendampinginya di Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015 lalu.

Namun, dalam perjalannya Fatkhul Aziz mengundurkan diri sebagai bakal calon

Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo. Pada Akhirnya terpilihlah Soedjarno yang

akan mendampingi Ipong Muchlissoni di pilkada Kabupaten Ponorogo.

Lalu mengapa penulis dalam hal ini mengatakan bahwa elit Nahdlatul

Ulama adalah Dewan Syuriah PCNU, karena dalam organisasi Nahdlatul Ulama

menempatkan ulama atau kiai sebagai Dewan Syuriah. Hal ini merupakan suatu

penghormatan kepadanya. Fungsi utama dewan ini adalah sebagai penentu

Page 72: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

60

kebijaksanaan organisasi dalam membimbing dan memberikan arahan dalam

memahami Islam. Namun semakin ke sini, tugas Dewan Syuriah tidak hanya

berkutat dengan masalah keagamaan saja, melainkan sudah merambah pada

masalah politik. Terutama politik praktis.

Sebagaian besar anggota Dewan Syuriah merupakan pimpinan pondok

pesantren atau pengurus pondok pesantren. Bisa dibayangkan setiap anggota

Dewan Syuriah memiliki basis masa tersendiri. Basis masa tersebut bisa dari

kalangan santri, orang yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren tersebut,

dan masyarakat umum terutama nahdliyin yang menjadikannya sumber bertanya

ketika terjadi ketidakpahaman dalam menyelesaikan suatu masalah. Terutama

pandangannya tentang siapa calon Bupati beserta wakilnya yang terbaik untuk

masa yang akan datang. Bisa dikatakan dalam ilmu politik ulama merupakan aktor

elit politik yang mempunyai daya tarik berbasis kharismatiknya di masyarakat.

Dalam mendukung seseorang guna memenangkan sebuah pemilhan

terutama Pilkada Kabupaten Ponorogo, pastilah ada peran. Peran ini sangat

lumrah dilakukan oleh pendukung, yang dalam hal ini bentuk dukungan ulama

Nahdlatul Ulama yaitu Dewan Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo.

Peran Ulama Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo dalam memenangkan

Ipong Muchlissoni-Soedjarno di Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015 adalah:

1. Pengajian

Pengajian adalah salah satu kegiatan yang tidak bisa terlepas dalam kegiatan

keagamaan Nahdlatul Ulama terutama warga nahdliyin. Pengajian yang dilakukan

oleh PCNU Kabupaten Ponorogo terbagi dalam beberapa kelompok. Seperti

Page 73: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

61

Pemuda Nahdliyin, GP Anshor, dan badan otonom lainnya selain Muslimat.

Karena Muslimat sudah mendukung pasangan Amin-Agus Widodo yang

notabennya adalah petahana.

Pengajian ini memang agenda PCNU melalui badan otonom yang

berhimpun di dalamnya, serta pengajian ini memang dilakukan secara rutin. Baik

itu seminggu sekali, sebualan sekali, dan setahun sekali. Pengajian pula

merupakan ajang silaturahmi antara masyarakat, wadah diskusi masalah

keagamaan, sebagai ajang berbagi informasi terkini, yang paling penting dari

pengajian ini adalah menerima ilmu pengetahuan dari para ulama atau kiai yang

sudah tidak diragukan lagi pemahamannya tentang ilmu pengetahuan. Terutama

ilmu pengetahuan tentang agama Islam.

Namun, ada yang berbeda saat masa kampanye tiba terutama semenjak

Nahdlatul Ulama mendukung pencalonan serta berusaha untuk memenangkan

Ipong Muchlissoni di Pilkada Ponorogo. Pengajian secara perlahan berubah

menjadi wadah untuk gerakan politik dalam rangka memenangkannya.

Page 74: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

62

Gambar IV.C.I Kegiatan Pengajian Nahdlatul Ulama Bersama Timses

Ipong Muchlissoni-Soedjarno

Sumber:https://www.facebook.com/photo.php?fbid=856718437781537&set=a.8353186399

21517.1073741829.100003301679228&type=3&theater

Hal ini diakui oleh K.H. Imam Sayuti Farid yang merupakan Ketua Dewan

Syuriah PCNU Kabupaten Ponorogo, bahwa pengajian pada masa kampanye

bersifat informal. Artinya PCNU bekerjasama dengan tim sukses Ipong

Muchlissoni-Soedjarno mengerahkan kader terbaiknya untuk memperkenalkan

Ipong kepada masyarakat luas. Ada kurang lebih lima masjid yang digunakan oleh

Nahdlatul Ulama untuk mengadakan pengajian rutin pada malam-malam tertentu.

Tentu saja dalam pengajian tersebut serselip ajakan dan mempromosikan Ipong

kepada masyarakat luas. Namun, kegiatan ini tidak diikuti oleh seluruh anggota

Dewan Syuriah, hal ini karena adanya perbedaan pandangan bahkan bisa

Page 75: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

63

dikatakan selera dalam memilih seorang Bupati dan Wakil Bupati di Pilkada

tersebut.77

2. Menjadi Tim Sukses

Seperti dalam sebuah pemilihan pada umumnya, terdapat sebuah tim yang

kita kenal dengan timses atau tim sukses. Tim ini merupakan gabungan dari

beberapa unsur pendukung seorang calon baik itu presiden, bupati, walikota,

maupun calon anggota legislatif. Dalam Pilkada Kabupaten Ponorogo pun

demikian, setiap pasangan yang maju mempunyai tim sukses masing-masing. Ini

juga berlaku pada pasangan Ipong Muchlissoni-Soedjarno.

Gambar IV.CI.2 Kegiatan Kampanye Ipong Muchlissoni yang

Melibatkan Ulama Nahdlatul Ulama

Sumber:https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204728934844064&set=a.10204728

981285225&type=3&theater

77

Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 7 Juli 2016

Page 76: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

64

Tim sukses yang bekerja untuk memenangkannya di Pilkada Kabupaten

Ponorogo ini tidak hanya berasal dari partai pengusungnya yaitu Gerindra, PAN,

dan Nasdem. Berkat komunikasi yang baik dan berkala yang dilakukan oleh

Ipong, akhirnya ia didukung oleh Nahdlatul Ulama yang notabennya adalah

organisasi sosial keagamaan dan salah satu organisasi terbesar terutama di

Kabupaten Ponorogo.

Bisa dikatakan tim sukses yang bekerja untuk memenangkannya di Pilkada

Kabupaten Ponorogo sangatlah kuat, mengingat Nahdlatul Ulama di kabupaten ini

sangatlah banyak masanya. Sehingga dengan mudah ia dapat memenangkan

dalam pemilihan ini. Tentu saja kemenangannya didapatkan dengan cara

pendekatan kepada masyarakat terutama warga nahdliyin melalui anggota

timsesnya yang berlatarbelakang Nahdlatul Ulama.78

3. Mensosialisasikan Calon ke Masyarakat

Dalam hal ini Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo melalui Dewan

Syuriah dan beberapa badan otonom yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama

mendekatkan diri kepada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan bertujuan agar

memperkenalkan diri Ipong Muclissoni dan visi misi yang ia bawa guna

membangun Kabupaten Ponorogo yang lebih baik. Meskipun dalam prakteknya

ini lebih dilakukan oleh perseorangan tentunya perseorangan tersebut adalah

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama atau PCNU Kabupaten Ponorogo Terutama

Dewan Syuriah. Kegiatan ini merupakan ajang pembuktian bahwa para sesepuh

78

Wawancara Pribadi dengan Drs. Bakhtiar Harmi, Ponorogo, 9 Juli 2016.

Page 77: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

65

Nahdlatul Ulama Kabupaten Ponorogo satu suara mendukung Ipong Muchlissoni

yang berpasangan dengan Soedjarno di Pilkada Kabupaten Ponorogo 2015 silam.

Jangan bayangkan kegiatan ini adalah kegiatan kampanye dari pintu ke

pintu. Kegiatan ini lebih memberikan saran tentang alternatif terbaik bagi

masyarakat untuk memilih Bupati dan wakilnya yang terbaik. Jadi, jika

masyarakat bertanya kepada salah satu pengurus PCNU Kabupaten Ponorogo

secara pribadi, maka akan di jawab menurut pendapatnya. Tentu saja mengarah

kepada pasangan Ipong Muchlissoni-Soedjarno, biasanya masyarakat yang

bertanya biasanya adalah mereka yang mempunyai masa.79

79

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 12 Juli 2016

Page 78: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulama yang tadinya hanya mengkhususkan diri pada ranah keagaaman saja,

kini mulai merambah ke sosial politik masyarakat. Hal ini karena ulama ataupun

kiai mempunyai pesona yang penuh dengan kharismatik yang membuatnya

sebagai acuan utama tempat bertanya dan dimintai pandangan mengenai masalah

keagamaan dan masyarakat. Sebenarnya hubungan antara politik dan ulama

ataupun kiai adalah kajian yang sangat unik.Bagaimana tidak, aktor yang dikenal

sangat agamis secara langsung maupun tidak bermain dengan politik praktis.

Peranan ulama ataupun kiai dalam politik praktis menurut penulis pribadi

merupakan hal yang sangat wajar, karena dalam Islam sendiri tidak ada intitusi

tersendiri yang mengurusi salah satu urusan dunia saat ini.

Keterlibatan ulama pun terjadi pada Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo

2015 silam. Ulama yang dimaksud di sini yaitu mereka yang tergabung dalam

sebuah organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama, terutama Dewan Syuriah

PCNU Kabupaten Ponorogo yang secara organisasi tidak mendukung secara

penuh. Ini disebabkan karena ketika Ipong Muchlissoni memeperkenalkan

Soedjarno menjadi pasangannya di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo 2015

silam, ada beberapa anggota Dewan Syuriah yang tidak hadir.

Fenomena semacam ini menurut penulis sangatlah wajar, karena dalam hal

memilih terlebih memilih kepala daerah pastilah setiap individu mempunyai

pertimbanganya masing-masing. Hal tersebut sangat mudah sekali di jumpai

Page 79: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

67

dalam perpolitikan nasional. Meskipun demikian, nyatanya kemenangan tetap

memihak Ipong Muchlissoni di Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo.

Faktor yang membuat Ulama Nahdlatul Ulama mendukung Ipong

Muchlissoni adalah keturunan, janji politik dan akan lebih memperhatikan

kembali Madrasah Diniyah serta Pondok Pesantren Salafy. Ulama Nahdlatul

Ulama berperan dalam hal ini adalah melalui pengajian, menjadi tim sukses, dan

memperkenalkan ipong kepada masyartakat.

B. Saran

Melalui penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi pembaca

dalam memahami peran elit agama yang menggunakan kekuatan politiknya untuk

memenangkan seseorang ataupun pasangan dalam kontestasi politik. Tidak hanya

memahami saja, melainkan pembaca mampu membaca gerakan atau cara seorang

elit agama dalam memenangkan seseorang ataupun pasangan dalam kontestasi

politik.

Kemudian, diharapkan kepada para elit politik untuk tidak menguntungkan

dirinya ataupun kelompoknya. Karena seseorang akan menjadi soerang elit politik

karena peran aktif masyarakat yang mengakuinya sebagai individu yang dapat

merubah segala kebijakan pemerintah selaku pemangku kekuasaan politik negara.

Page 80: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

68

Daftar Pustaka

Buku:

Ali, As’ad Said. Pergolakan di Jantung Tradisi: NU yang saya amati. Jakarta:

Pustakan LP3ES, 2008.

Ali Haidar, M. Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam

Politik. Jakarta: Gramedia Putaka Utama, 1994.

Anwar, Chairul. Pertumbuhan dan Perkembangan NU. Surabaya: Duta Aksara

Mulia, 2010.

Asfar, Muhammad. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Jakarta: Pustaka

Eureka, 2006.

Budiardjo,Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

Din Syamsuddin, M. Islam dan Politik Era Orde Baru. Jakarta: PT Logos Wacana

Ilmu, 2012.

Eickelman, dkk., Politik Muslim; Wacana Kekuasaan dan Hegemoni pada

Masyarakat Muslim. Penerjemah Endi Haryono, Rahmi Yunita. Yogya: PT

Tiara Wacana Yogya, 1998.

Fajri, Ahmad. Ulama dan Politik; Analisis Fatwa dan Peran Politik Majelis

Ulama Indonesia (MUI) Era Reformasi. Tangerang: Talenta Pustaka

Indonesia, 2014.

Feillard, Andree. NU vis-a-vis Negara.Yogyakarta: LkiS, 2009.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta:PT

Bumi Aksara, 2013.

Haryatmoko. Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

2014.

Hasyim, Wahid. Mengapa Memilih NU?. Jakarta: PT Inti Sarana Aksara, 1985.

Marhan Sitompul, Einar. NU dan Pancasila. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1989.

-------------------. NU dan Pancasila: Sejarah dan Peranan NU dalam Perjuangan

Umat Islam di Indonesia dalam Rangka Penerimaan Pancasila sebagai

Satu-satunya Asas. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

-----------------. NU dan Pancasila. Yogyakarta: LKIS, 2010.

Page 81: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

69

Marijan, Kacung. Quo Vadis NU: Setelah kembali ke Khittah 1928. Jakarta:

Erlangga, 1992.

Moesa, Ali Maschan. Kiai dan Politik; Dalam Wacana Civil Society. Surabaya:

LEPKISS, 1999.

Muhammad Subhan. H. Sulaiman Fadeli, Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-

Uswah. Surabaya: Khalista, 2007.

Munjani, Saiful. dkk., Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam

Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta:

Mizan Publika, 2012.

Musa, Dr. Ali Maskur. Nasionalisme di Persimpangan: Pergumulan NU dan

Paham Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2011.

Nakamura, Mitsuo. “ Tradisionalisme Radikal: Catatan Muktamar Semarang

1979” dalam Greg Fealy, Greg Barton (eds.) Tradisionalisme Radikal,

Persinggungan Nadhaltul Ulama-Negara. Yogyakarta: LkiS, 1997.

Noer, Deliar. Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa. Bandung: Mizan, 2001.

Ridwan, Nur Khalik. NU dan Bangsa: Pergulatan Politik dan Kekuasaan.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Sastroatmodjo,Sujijono. Perilaku Politik. Semarang: Ikip Semarang Press, 1995.

Subky, Badruddin. Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman. Jakarta: Gema

Insani Press, 1995.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo, 2010.

----------------------. Partai, Pemilih dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1997.

Suprayogo, Imam. Kyai dan Politik. Malang: UIN Malang Press,2009.

Tholhah, Mohammad. Ahlussunah Wal-Jama’ah dalam Presepsi dan Tradisi NU.

Jakarta: Lantabora, 2005.

Varma, S.P. Teori Politik Moderen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001.

Young Soon, Kang. Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nadhatul Ulama.

Jakarta: UI Press , 2007.

Jurnal:

Ditjen Cipta Karya. “Profil Kabupaten Ponorogo,” [jurnal on-line]; tersedia di

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/ponorogo.pdf; Internet;

diunduh pada 16 September.

Page 82: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

70

Jati, Wasisto Raharjo. “Ulama dan Pesantren dalam Dinamika Politik dan Kultur

Nahdlatul Ulama,”Jurusan Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM 15

Maret 2016, 2 [jurnal on-line]; Tersedia di

http://www.academia.edu/2149949/Ulama_dan_Pesantren_dalam_Dinamik

a_Politik_dan_Kultur_Nahdlatul_Ulama; Internet; diunduh pada 10 April

2016.

Database On-line

Akunto, Indra. Khofifah yakin Warga NU Condong ke Jokowi-JK. Database on-

line. Tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/1117194/Khofifah.Yakin.War

ga.NU.Condong.ke.Jokowi-JK.

Asmalyah, Suisylo. Imaad-Ipong siap Menang dengan Sportif. Database on-line.

Tersedia di http://www.antarakaltim.com/berita/16114/imdaad-ipong-siap-

menang-dengan-sportif.

Asrovi. Pelatihan Da’i-Da’iah Muda Bersama PC.LDNU. Database on-line.

Tersedia di http://www.nuponorogo.org/2016/08/pelatihan-dai-daiah-muda-

bersama-pcldnu.html

Badan Statistik Nasional Kabupaten Ponorogo, Statistik Daerah Kabupaten

Ponorogo 2015. Database On-line. Tersedia di

https://ponorogokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Ponorogo-Dalam-

Angka-2015.pdf.

Dian Nugroho, Novika. 4 Calon Bupati Ponorogo Lolos Verifikasi Administrasi.

Database on-line. Tersedia di

https://m.tempo.co/read/news/2015/08/24/058694555/4-calon-bupati-

ponorogo-lolos-verifikasi-administrasi.

E Pardede, Doan. Terpilih Jadi Buapati Ponorogo, Ipong Tetap Pimpimpin

Gerindra Kaltim. Database on-line. Tersedia di

http://kaltim.tribunnews.com/2016/02/01/terpilih-jadi-bupati-ponorogo-

ipong-tetap-pimpin-gerindra-kaltim.

I’ikaf, M. Arwan. Membaca Peta Pertarungan Politik Pilbup Ponorogo 2010.

Database on-line. Tersedia di

https://tabloidforsas.wordpress.com/2009/11/02/membaca-peta-pertarungan-

politik-pilbup-ponorogo-2010/.

Ihsanuddin. Maffud MD Didaulat Jadi Ketua Kepemenangan Prabowo-Hatta.

Database on-line. Tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/20/1311455/Mahfud.MD.Didaulat

.Jadi.Ketua.Tim.Pemenangan.Prabowo-Hatta.

Kemendagri. Kabupaten Ponorogo. Database on-line. Tersedia di

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-

daerah/kabupaten/id/35/name/jawa-timur/detail/3502/ponorogo.

PCNU Kabupaten Ponorogo. Badan Usaha Milik NU Raih Jura II pada Evenet

Grebek Suro 2016 Kab. Ponorogo. Tersedia di

Page 83: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

71

http://www.nuponorogo.org/2016/10/badan-usaha-milik-nu-raih-juara-ii-

pada.html.

---------------. Baksos Operasi Katarak Gratis. Database on-line. Tersedia di

http://www.nuponorogo.org/2016/05/baksos-operasi-katarak-gratis.html.

Supriyadi. Ipong Buka Rahasia Menggandeng Djarno. Database on-line. Tersedia

di http://ipongmuchlissoni.blogspot.co.id/2015/08/ipong-buka-rahasia-

menggandeng-djarno.html.

-----------. Memahami Program Khusus Percepatan Perbaikan Jalan Desa Rp 300

Juta Per-desa Per-Tahun. Database on-line.Tersedia di

http://ipongmuchlissoni.blogspot.co.id/2015/08/memahami-program-

khusus-percepatan.html.

Tim pengurus Nahdlatul Ulama Wilayah Yogyakarta. “KH Ali Maksum, Rais

Aam PBNU 1981-1984.Database on-line. Tersedia di

http://pwnudiy.or.id/kh-ali-maksum-rais-aam-pbnu-1981-1984/.

Media Cetak

Misrawi, Zuhairi. “ Ulama dan Politik Akomodasionis,” Harian Kompas, edisi 31

Agustus 2001. h.4

Wawancara Pribadi

Wawancara Pribadi dengan Drs. Bakhtiar Harmi, Ponorogo, 9 Juli 2016.

Wawancara Pribadi dengan K.H. Imam Sayuti Farid, Ponorogo, 7 Juli 2016.

Wawancara Pribadi dengan Drs. M. Muhsin, M.Ag, Ponorogo, 12 Juli 2016

Wawancara Pribadi dengan K.H. Moh Sholihan, Ponorogo, 27 Desember 2016.

Wawancara Pribadi dengan K.H. Muchtar Sunarto. Ponorogo, 30 Desember 2016.

Page 84: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

72

Lampiran

Foto peneliti bersama narasumber K.H. Muchtar Sunarto seusai wawancara

Foto peneliti bersama narasumber K.H. Imam Sayuti Farid seusai wawancara

Page 85: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

73

Foto peneliti bersama narasumber Drs. M. Muhsin, M.Ag seusai wawancara

Page 86: ULAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK: Peran Ulama Nahdlatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Kita mengetahui bersama pada masa Orde Baru, terjadi program penataan

74

Foto peneliti bersama narasumber K.H. Moh Sholihan seusai wawancara