ujian tengah semester edmodo

Upload: masdretap

Post on 06-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    1/20

    Ujian Tengah Semester Hukum Perikatan

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh Ujian Tengah Semester pada

    mata kuliah

    Hukum Perikatan

    Dosen Pengampu :

    Siti Nurhayati, M.HI.

    Disusun oleh:

    dimas Dreta P !"#$#%$&$'(

    JURUSAN SYARI’AH

    PROGRAM STUDI EONOMI SYARI’AH

    SEO!AH TINGGI AGAMA IS!AM NEGERI "STAIN# EDIRI

    $%&'

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    2/20

    A( Sejarah Ter)entuknya Burgerlijk Wetboek !*+(

    Sejarah ter)entuknya ita) Undang-undang Hukum Perdata !*+( tidak )isa

    dipisahkan dengan sejarah ter)entuknya ita) Undang-undang Hukum Perdata

    *elanda. Dan sejarah ter)entuknya ita) Undang-undang Hukum Perdata *elanda

    tidak )isa dipisahkan dengan sejarah ter)entuknya /ode /i0il Peran1is. 2angkaian

    sejarah ter)entuknya *+, ita) Undang-undang Hukum Perdata *elanda dan /ode

    /i0il Peran1is ini se1ara garis )esar adalah se)agai )erikut di )a3ah ini.

    Semenjak 4 56 tahun se)elum Masehi, pada 3aktu 7ulius /aesar )erkuasa di

    8ropa *arat, hukum 2oma3i telah )erlaku di Peran1is )erdampingan dengan hukum

    Peran1is kuno yang )erasal dari hukum 9ermania dengan saling mempengaruhi.

    Suatu ketika 3ilayah negeri Peran1is ter)elah menjadi dua daerah hukum yang

     )er)eda. *agian Utara adalah daerah hukum yang tidak tertulis !pays de droit

    1outumier(, sedangkan daerah Selatan merupakan daerah hukum yang tertulis !pays

    de droit e1rit(. Di Utara )erlaku hukum ke)iasaan Peran1is kuno yang )erasal dari

    hukum 9ermania se)elum resepsi hukum 2oma3i. Sedangkan di daerah Selatan

     )erlaku hukum 2oma3i yang tertuang dalam /orpus luris /i0ilis pada pertengahan

    a)ad I Masehi dari 7ustianus.

    /orpus luris /i0ilis pada ;aman itu dianggap se)agai hukum yang paling

    sempurna, terdiri dari ' )agian, yaitu: !$( /ode< 7ustiniani, !%( Pande1ta, !#(

    Institutiones, dan !'( No0elles. /ode< 7ustianni )erisi kumpulan undang-undang

    !leges leikasi hukum yang akan )erlaku di negeri itu agar 

    diperoleh kesatuan dalam hukum Peran1is. Pada akhir a)ad =II dan pada permulaan

    a)ad =III, oleh raja Peran1is di)uat )e)erapa peraturan perundang-undangan

    !seperti ?rdonan1e Sur les donations yang mengatur mengenai soal-soal pem)erian,

    ordonnan1e sur les testament yang mengatur mengenai soal-soal testamen,

    ordonnan1e sur les su)stitutions >idei1ommissaries yang mengatur mengenai soal-soal

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    3/20

    su)stitusi(.

    odi>ikasi hukum perdata di Peran1is )aru )erhasil di1iptakan sesudah

    2e0olusi Peran1is !$&@" - $&"5(, dimana pada tanggal $% gustus $@66 oleh

     Napoleon di)entuk suatu panitia yang diserahi tugas mem)uat kodi>ikasi. Aang

    menjadi sum)ernya adalah:

    a. Hukum 2oma3i yang digali dari hasil karya-karya para sarjana )angsa

    Peran1is yang kenamaan !Dumolin, Domat dan Pothier(B

     ). Hukum e)iasaan Peran1is, le)ih-le)ih hukum ke)iasaan daerah ParisB

    1. ?rdonnan1e-ordonnan1e !Undang-undang (B

    d. Hukum Intermediare yakni hukum yang ditetapkan di Peran1is sejak 

     permulaan 2e0olusi Peran1is hingga /ode /i0il ter)entuk.

    odi>ikasi hukum perdata Peran1is )aru selesai di)entuk Tahun $@6' dengan

    nama /ode /i0il des Cran1ais. /ode /i0il Peran1is ini mulai )erlaku sejak tanggal %$

    Maret $@6'. Setelah diadakan peru)ahan sedikit di sana-sini, pada tahun $@6&

    diundangkan dengan nama /ode Napoleon, tetapi kemudian dise)ut lagi dengan /ode

    /i0il Peran1is. Sejak tahun $@$$ sampai tahun $@#@ /ode /i0il Peran1is ini setelah

    disesuaikan dengan keadaan di negeri *elanda )erlaku se)agai kita) undang-undang

    yang resmi di negeri *elanda, karena pada 3aktu itu negeri *elanda )erada di )a3ah

     jajahan Peran1is.

    Di negeri *elanda setelah )erakhir pendudukan Peran1is tahun $@$#, maka

     )erdasarkan Undang-undang Dasar !9rond +et( negeri *elanda tahun $@$' !Pasal

    $66( di)entuk suatu panitia yang )ertugas mem)uat ren1ana kodi>ikasi hukum

     perdata. Panitia ini diketuai Mr. 7.M. emper.

    Tahun $@$ oleh emper disampaikan kepada raja suatu ran1angan kodi>ikasi

    hukum perdata, tetapi ran1angan ini tidak diterima oleh para ahli hukum *angsa

    *elgia !pada 3aktu itu negeri *elanda dan negeri *elgia merupakan satu negara(

    karena ren1ana terse)ut disusun emper )erdasarkan hukum *elanda kuno.

    Sedangkan para ahli hukum )angsa *elgia menghendaki agar ran1angan ini disusun

    menurut /ode /i0il Peran1is. Setelah mendapat sedikit peru)ahan, maka ran1angan

    itu disampaikan kepada Per3akilan 2akyat *elanda !T3eede amer( pada tanggal %%

     No0em)er $@%6. 2en1ana ini terkenal dengan nama Eont3erp emperE !2en1ana

    emper(. Dalam perde)atan di Per3akilan 2akyat *elanda, ren1ana emper ini

    mendapat tantangan yang he)at dari anggota-anggota *angsa *elgia !3akil-3akil

     Nederland Selatan) yang dipimpin oleh Ketua Pengadilan Tinggi di kota Luik

    (Belgia) yang bernamaNicolai.

    Dalam tahun 1812 rencana Kemper itu ditolak oleh Perwakilan Rakyat

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    4/20

    Belanda. Dan setelah Kemper meninggal dunia tahun 1824, pembuatan

    kodifikasi dipimpin oleh Nicolai dengan suatu metode kerja yang baru yaitu

    dengan menyusun daftar pertanyaan tentang hukum yang berlaku yang akan

    dinilai parlemen. Setelah diketahui kehendak mayoritas, panitia lalu

    menyusun rencana-rencana dan mengajukannya ke parlemen (Perwakilan

    Rakyat Belanda) untuk diputuskan. Demikianlah cara kerja yang dilakukan

    semenjak tahun 1822 sampai 1826. Bagian demi bagian Kitab Undang-undang

    Hukum Perdata Belanda diselesaikan dan setiap bagian dimuat tersendiri

    dalam Staatsblad, tetapi tanggal mulai berlakunya tentu saja ditangguhkan

    sampai seluruhnya selesai. Dalam fahun 1829 pekerjaan itu selesai dan

    diakhiri dengan baik. Undang-undang yang tadinya terpisah-pisah dihimpun

    dalam satu kitab undang-undang dan diberi nomor urut lalu diterbitkan.

    Berlakunya ditetapkan tanggal 1 Februari 1831. Pada waktu yang sama

    dinyatakan pula berlaku Wetboek van Koophandel(WvK),Burgerlijke

    Rechtsvordering(BRv). SedangkanWetboek van Strafrecht(WvS) menyusul

    kemudian.

    Keinginan sarjana-sarjana hukum dari Nederland Selatan (Belgia) yang

    hendak menuruti Code Civil Perancis dalam menciptakan kodifikasi hukum

    perdata telah terpenuhi. Kesemuanya kodifikasi hukum perdata itu - kecuali

     beberapa bagian dimana dipertahankan hukum Belanda kuno - merupakan

    ciplakandari Code Civil Perancis. Seakan-akan Code Civil Perancis disusun

    kembali untuk Nederland. Akan tetapi, sebelum tanggal berlakunya Kitab

    Undang-undang Hukum Perdata itu tiba, timbullah pemberontakan di bagian

    Selatan Nederland, yang pada akhirnya mengakibatkan pemisahan antara

    negeri Belanda dan negeri Belgia (1830 - 1939).

    Kemudian dalam bulan Januari 1831 dikeluarkanKoninklijk Besluit

    yang menunda berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut.

    Segera sesudah itu dikeluarkan pulaKoninklijk Besluityang menugaskankomisi redaksi untuk mengadakan peninjauan kembali untuk member-

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    5/20

    sihkannya dari hal-hal yang tidak tepat. Bagian-bagian kodifikasi itu diolah

    kembali, karena ternyata dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata 1830

    tersebut pendapat-pendapat sarjana Belgia terlalu mengesampingkan pikiran-

    pikiran dalam bidang hukum dari Nederland Utara, tetapi perubahan-

    perubahan yang diadakan tidak terlalu banyak. DenganKoninklijk Besluit

    tanggal 10 April 1838 (Stb. 138 No. 12) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

    Belanda itu dinyatakan berlaku sejaktanggal 1 Oktober 1838.

    Berdasarkan asas konkordansi (concordantie beginsel), maka

    dikehendaki supaya perundang-undangan baru di negeri Belanda itu

    diberlakukan juga buat orang-orang golongan Eropa di Hindia Belanda

    (Indonesia). Untuk itu, maka dengan Firman Raja tanggal 15 Agustus 1839

    No. 102 dibentuk suatu komisi dengan tugas membuat rencana peraturan-

    peraturan untuk memberlakukan peraturan itu sekiranya dipandang perlu.

    Komisi ini terdiri dari Mr. C.J. Scholten van Out Haarlem, Mr. I. Schneiner dan

    Mr. I.F.H. van Nos.

    Setelah 6 tahun bekerja, komisi tersebut dibubarkan (dengan Firman

    Raja tanggal 15 Desember 1845 No. 68) berhubung dengan permintaan

     berhentinya Mr. Scholten van Out Haarlem karena selalu terganggu

    kesehatannya. Kemudian dengan Firman Raja tanggal 15 Desember 1845 No.

    67 ditetapkan antara lain bahwa anggota Dewan Pertimbangan Negara Jhr.

     Mr. H.L. Wickersdiutus ke Hindia Belanda untuk memangku jabatan Ketua

    Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung tentara. Sebelum berangkat diadiwajibkan bersama-sama Mr. Scholten van Out Haarlem untuk menyiapkan

    rencana peraturan hukum buat Hindia-Belanda yang masih belum selesai

    dikerjakan. ) Rencana peraturan yang telah dihasilkan adalah:

    a. Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Nederlandsch Indie

    (Ketentuan umum perundang-undangan di Indonesia);

     b.Burgerlijk Wetboek(Kitab Undang-undang Hukum Perdata):

    c.

    Wetboek van Koopli indel(K.U.H. Dagang);d.Reglement op de Rechteiiijke Organisatie en het Beleid der justitie(RO -

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    6/20

    Peraturan susunan pengadilan dan pengurusan justisi);

    Enige Bepalingen betreffende Misdrijven begaan ter gelegenheid van

     faillissement en bij Kennelijk Overmogen, mitsgaders bij Surseance van Betaling

    (Beberapa ketentuan mengenai kejahatan yang dilakukan dalam keadaan

    pailit dan dalam keadaan nyata tidak mampu membayar).

    Sebagai hasil kerja Mr. Wichers dan Mr. Scholten van Out Haarlem,

    maka dikeluarkan Firman Raja tanggal 16 Mei 1846 No. 1, dan beberapa hari

    kemudian berangkatlan Mr. Wichers ke Hindia Belanda membawa kitab-kitab

    hukum yang telah selesai dikerjakannya serta telah ditandatangani oleh Raja

    untuk diberlakukan di Hindia belanda.

    Firman Raja Belanda tanggal 16 Mei 1846 No. 1 itu semuanya terdiri

    dari 9 pasal dan isinya diumumkan seluruhnya di Hindia Belanda dengan

    Stb. 1847 No. 23. Dalam Pasal 1-nya antara lain dinyatakan bahwa peraturan-

    peraturan hukum yang dibuat untuk Hindia Belanda adalah:

    a.Ketentuan umum perundang-undangan di Indonesia;

     b.Kitab Undang-undang Hukum Perdata;

    c.Kitab Undang-undang Hukum Dagang;

    d.Peraturan susunan pengadilan dan pengurusan justisi, danBeberapa ketentuan mengenai kejahatan yang dilakukan dalam

    keadaan pailit dan dalam keadaan nyata tidak mampu membayar.

    Kemudian dalam Pasal 2 Firman Raja itu ditentukan, bahwa Gubernur

     Jenderal Hindia Belanda akan mengatur tindakan-tindakan yang diperlukan

    untuk mengumumkan peraturan-peraturan tersebut di atas di dalam bentuk

    yang lazim digunakan di Hindia Belanda, sebelum atau pada tanggal 1 Mei

    1847 serta untuk memberlakukannya sebelum atau pada tanggal 1 Januari

    1848.

    Dalam sejarah tercatat, perjalanan kapal yang membawa kitab-kitab

    hukum itu ternyata terlambat tiba di Hindia Belanda, sehingga menimbulkan

    terhambatnya segala persiapan untuk memberlakukan perundang-undangan

    yang baru itu. Oleh karena itu, dengan Firman Raja tanggal 10 Februari 1847

    No. 60 diberikan kuasa kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    7/20

    mengundurkan penetapan saat berlakunya peraturan-peraturan hukum

    tersebut.

    Persiapan memberlakukan peraturan-peraturan hukum tersebut

    dikerjakan oleh Mr. Wichers yang di Hindia Belanda menjabat sebagai

    anggota Raad van State Belanda yang diperbantukan pada Gubernur

     Jenderal. Tugas Gubernur Jenderal adalah memberlakukan peraturan-

    peraturan hukum tersebut (Pasal 2 Firman Raja tanggal 16 Mei 1846 No. 1).

    Dalam hubungan ini Mr. Wichers telah membuat beberapa rancangan

    peraturan antara lain "Reglement op de Uitoefening van de Politie, de

    Burgerlijke Rechtspleging en de Strafvordering onder de Indonesiers

    (golongan hukum Indonesia Asli) en de Vreemde Oosterlingen (golongan

    hukum Timur Asing) op Java en Madoera" (Stb. 1848 No. 16 jo 57), yang

    sekarang sebagai Reglemen Indonesia Baru (RIB).

    Akhirnya, dengan suatu peraturan penjalan(pivoerings-verordening)

    yang bernama "Bepalingen omtrent de Invoering van en de Overgang tot de

    niewe Wetgeving" (Stb. 1848 No. 10) yang disingkat dengan "Invoering

    Bepalingen" (peraturan peralihan) -yang juga disusun oleh Mr. Wichers, maka

    kodifikasi hukum perdata(Burgerlijk Wetboek)menjadi berlaku di Hindia

    Belanda tanggal 1 Mei 1848.1

    B.Sistematika dan Pengaturan Hukum PerikatanHukum perikatan diatur dalam *uku III *+ dengan judul Van Verbintenissen

    !tentang perikatan( yang terdiri dari $@ *a) !titel( ditam)ah dengan titel III dengan

    sistanatik se)agai )erikut:

    *a) I !Pasal $%## s.d. $#$%( tentang perikatan-perikatan pada umumnyaB

    *a) II !Pasal $#$# s.d. $#5%( tentang perikatan-perikatan yang tim)ul dari

     perjanjianB

    *a) III !Pasal $#5% s.d. $#@6( tentang perikatan-perikatan yang tim)ul karena

    undang-undangB

    *a) I !Pasal $#@$ s.d. $'5( tentang hapusnya perikatan-perikatanB

    1 H. 2iduan Syahrani, S.H., Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT. lumni, *andung, 1et. III, %66,hal. %@.

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    8/20

    *a) s.d. =III ditam)ah *a) II !Pasal $'5& s.d. $@'( tentang

     perjanjian-perjanjian khusus.

    *a) I s.d. I merupakan ketentuan umum , sedangkan *a) s.d. =III

    ditam)ah II merupakan ketentuan khusus  yang mengatur perjanjian-perjanjian

     )ernama (benoemde contracten). etentuan umum dalam *a) I s.d. I terse)ut

     )erlaku untuk semua perikatan, )aik yang )ernama (benoemde contracten) maupun

    yang tidak )ernama (onbenoemde contracten). kan tetapi, )erlakunya ketentuan-

    ketentuan umum terhadap perikatan-perikatan khusus terse)ut di)atasi sedemikian

    rupa yaitu sepanjang tidak diatur se1ara khusus !Pasal $#$" * + dan Pasal $ +(.

    pa)ila sudah diatur se1ara khusus, ketentuan-ketentuan umum itu tidak )erlaku.

    Dalam ilmu hukum hal ini dise)ut adagium le s!ecialis derogat legi generali.

    Selain dalam *uku III *+ perikatan juga ada diatur dalam )e)erapa )agian*uku I dan II *+. Namun, tentunya sepanjang )elum diatur dalam Undang-undang

     No. 5 Tahun I"6 dan Undang-undang No. $ Tahun $"&' maupun peraturan pelak-

    sanaannya.

    Di luar *+ juga terdapat )er)agai perikatan yang diatur se1ara khusus dalam

    ita) Undang-undang Hukum Dagang !+(. Perjanjian-perjanjian yang tidak 

    diatur dalam undang-undang sesuai dengan asas ke)e)asan )erkontrak !contract 

    "rij#eid ( !Pasal $##@ ayat !$( *+( )oleh saja di)uat sesuai dengan ke)utuhan

    masyarakat, sepanjang tidak )ertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan

    keterti)an umum.%

    C.Perbedaan Perikatan, Perjanjian, dan Kontrak

    Suatu perikatan adalah suatu perhu)ungan hukum antara dua orang atau dua

     pihak, )erdasarkan mana pihak yang satu )erhak menuntut sesuatu hal dan pihak yang

    lain, dan pihak yang lain )erke3aji)an untuk memenuhi tuntutan itu.

    Pihak yang )erhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si )er-piutang,

    sedangkan pihak yang )erke3aji)an memenuhi tuntutan dinamakan de)itur atau si

     )erutang. Perhu)ungan antara dua orang atau dua pihak tadi, adalah suatu per-

    hu)ungan hukum, yang )erarti )ah3a hak si )erpiutang itu dijamin oleh hukum atau

    undang-undang. pa)ila tuntutan itu tidak dipenuhi se1ara sukarela, si )erpiutang

    dapat menuntutnya di depan hakim.

    Suatu perjanjian adalah suatu peristi3a di mana seorang )erjanji ke-pada

    2 Ibid. Hal. 195-196

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    9/20

    seorang lain atau di mana dua orang itu saling )erjanji untuk melaksana-kan sesuatu

    hal. Dan peristi3a ini, tirn)ullah suatu hu)ungan antara dua orang terse)ut yang

    dinamakan perikatan. Perjanjian itu mener)itkan suatu perikatan antara dua orang

    yang mem)uatnya. Dalam )entuknya, perjanjian itu )erupa suatu rangkaian perkataan

    yang mengandung janjijanji atau ke-sanggupan yang diu1apkan atau ditulis. #

    D.Perikatan Yang timbul Dari Undang-undang dan Perikatan Yang Timbul Dari

    Perjanjian

    Menurut ketentuan Pasal 1233 BW perikatan bersumber dari perjanjian

    dan undang-undang. Perikatan yang bersumber dari perjanjian diatur dalam

    titel II (Pasal 1313 s.d. 1351) dan titel V s.d. XVIII (Pasal 1457 s.d. 1864) Buku

    III BW. Sedangkan perikatan yang bersumber dari undang-undang diatur

    dalam titel III (Pasal 1352 s.d. 1380) Buku III BW.

    Perikatan yang bersumber dari undang-undang menurut Pasal 1352 B

    W dibedakan atas perikatan yang lahir dari undang-undang saja(tdt de wet

    alien)dan perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan

    manusia(tdt de wet door's mensen toedoen).Kemudian perikatan yang lahir dari

    undang-undang karena perbuatan manusia menurut Pasal 1353 B W

    dibedakan lagi atas perbuatan yang sesuai dengan hukum (rechtmatige)dan

    perbuatan yang melawan hukum(onrechtmatige).4

    Meskipun demikian, menurut penulis-penulis yang lebih muda seperti

    Van Brakel, Losecaat - Vermeer dan Hofmann - Opstaal, kedua macam

    perikatan itu tetap ada perbedaannya. Pada perikatan yang bersumber dari

    undang-undang, perikatan itu diciptakan secara langsung karena suatu

    keadaan tertentu -perbuatan atau kejadian- dan memikulkan suatu kewajiban

    dengan tidak menghiraukan kehendak orang yang harus memenuhinya.

    3 Prof. Subekti S.H., Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Boor, !et. "#III, 2$$%, &al.

    1

    ' H. 2iduan Syahrani, S.H., Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, hal. $"

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    10/20

    Sedangkan pada perikatan yang bersumber dari perjanjian, meskipun

    mendapat sanksi dari undang-undang, tetapi keharusan untuk memenuhi

    kewajiban barulah tercipta setelah yang bersangkutan yang harus

    memenuhinya memberikan persetujuannya atau menghendakinya.

    Vollmar, Pitlo, H. Oriondan Meyersdalam ajaran umumnya menyatakan

     bahwa tidak ada pertentangan(tegenstelling)yang hakiki antara perikatan

    yang bersumber dari perjanjian dan perikatan yang bersumber dari undang-

    undang. Sebab pada akhirnya selalu undang-undang yang memberi

    sanksinya meskipun yang menjadi sumbarnya perjanjian. Meskipun

    demikian, tidak perlu ada keberatan terhadap pembagian yang diadakan

    Pasal 1233 B W itu.

    Pada umumnya, para ahli hukum perdata sependapat bahwa sumber

    perikatan sebagaimana disebut Pasal 1233 BW yaitu perjanjian dan undang-

    undang adalah kurang lengkap. Sumber perikatan yang lain adalah Ilmu

    Pengetahuan Hukum Perdata, hukum tidak tertulis dan keputusan hakim

    (yurisprudensi).

    Namun,sumber perikatan yang terpentingadalah perjanjian,sebab

    dengan melalui perjanjian pihak-pihak mempunyai kebebasan untuk

    membuat segala macam perikatan, baik perikatan yang bernama yang

    tercantum dalam titel V s.d. XVIII Buku III BW mapun perikatan yang tidak

     bernama. Hal ini sesuai denganasas kebebasan berkontrak (contract vrijheid)

    sebagai salah satu asas yang menjadi dasar lembaga-lembaga hukum yang

    disebutkan pada titel V s.d. XVIII sebagai perjanjian bernama, juga menjadi

    dasar lembaga-lembaga hukum yang tidak disebutkan di dalam titel-titel itu

    sebagai perjanjian yang tidak bernama.

     Asas kebebasan berkontrakadalah suatu asas yang menyatakan bahwa

    setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi

    dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang,

    kesusilaan dan ketertiban umum.Asas kebebasan berkontrak itu dituangkan oleh pembentuk undang-

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    11/20

    undang dalam Pasal 1338 ayat (1) BW. Dalam hukum perdata asas kebebasan

     berkontrak yang dianut Buku III BW ini merupakansistem(materiil)terbuka

    sebagai lawansistem(materiil)tertutupyang dianut Buku II BW (Hukum

    Benda).14) Bahwa dengan kebebasan membuat perjanjian tersebut berarti

    orang dapat menciptakan hak-hak perseorangan yang tidak diatur dalam

    Buku III BW, tetapi diatur sendiri dalam perjanjian, sebab perjanjian yang

    dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

    membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) BW). Namun, kebebasan berkontrak bukan

     berarti boleh membuat kontrak (perjanjian) secara bebas, tetapi kontrak

    (perjanjian) harus tetap dibuat dengan mengindahkan syarat-syarat untuk

    sahnya perjanjian, baik syarat umum sebagaimana disebut Pasal 1320 BW

    maupun syarat khusus untuk perjanjian-perjanjian tertentu.

    Dengan adanya kebebasan berkontrak kedudukan rangkaian pasal-

    pasal Buku III BW khususnya pasal-pasal pada titel V s.d. XVIII banyak yang

    hanya bersifat sebagai hukum pelengkap(aanvullens recht)saja. Artinya, pasal-

    pasal tersebut boleh dikesampingkan sekiranya para pihak pembuat

    perjanjian menghendakinya, dan pihak pembuat perjanjian diperbolehkan

    menciptakan ketentuan sendiri untuk mengatur kepentingan mereka sesuai

    dengan apa yang mereka kehendaki. Pasal-pasal tersebut baru mengikat

    terhadap mereka, jika mereka tidak mengatur sendiri kepentingannya atau

    mengaturnya dalam perjanjian, tetapi tidak lengkap sehingga soal-soal yang

    tidak diatur tersendiri itu diberlakukan pasal-pasal hukum perikatan.Selanjutnya, dengan adasiya asas kebebasan berkontrak itu, perjanjian-

    perjanjian dengan sebutan perjanjian-perjanjian bernama itu hanyalah sebagai

    contoh belaka. Karena itu, orang boleh membuat perjanjian yang lain

    daripada contoh tersebut atau membuatnya secara sama dengan salah satu

    daripadanya sesuai dengan kebutuhan untuk apa perjanjian termaksud

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    12/20

    dibuat.5

    E.Syarat Sah Perjanjian dan Wanprestasi Dalam Perjanjian

    Pasal 1320 KUHPeradata menentukan adanya 4 (empat ) syarat sahnya

    suatu perjanjian, yakni: (Subekti, 2003: 330): Pertama, Adanya kata sepakat

     bagi mereka yang mengikatkan dirinya; Kedua, Kecakapan para pihak untuk

    membuat suatu perikatan; Ketiga, Suatu hal tertentu; dan Keempat, Suatu

    sebab (causa) yang halal.

    Persyaratan tersebut diatas berkenan baik mengenai subjek maupun

    objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenan dengan

    subjek perjanjian atau syarat subjektif. Persyaratan yang ketiga dan keempat

     berkenan dengan objek perjanjian atau syarat objektif. Pembedaan kedua

    persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah batal demi hukumnya

    (nieteg atau null and ab initio) dan dapat dibatalkannya (vernietigbaar =

    voidable) suatu perjanjian. Apabila syarat objektif dalam perjanjian tidak

    terpenuhi maka Perjanjian tersebut batal demi hukum atau perjanjian yang

    sejak semula sudah batal, hukum menganggap perjanjian tersebut tidak

    pernah ada. Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi maka Perjanjian tersebut

    dapat dibatalkan atau sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak

    dibatalkan pengadilan, maka perjanjian yang bersangkutan masih terus

     berlaku.

    1.Kata SepakatKata sepakat didalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau

    persesuaian kehendak antara para pihak didalam perjanjian. Seseorang

    dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya (Toestemming)

     jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Mariam Darus

    Budrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak

    yang disetujui (Overeenstemande Wilsverklaring) antar para pihak-pihak.

    5 I)id. hal $"@-%66

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    13/20

    Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (Offerte). Pernyataan

    pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). J.Satrio

    menyebutkan ada beberapa cara mengemukakan kehendak tersebut, yakni:

    Pertama, Secara tegas. 1) Dengan akte otentik. 2) Dengan akte di bawah

    tangan. Kedua, Secara diam-diam. Sekalipun undang-undang tidak secara

    tegas mengatakan, tetapi dari ketentuan-ketentuan yang ada, antara lain pasal

    1320 jo Pasal 1338 KUHPerdata, dapat disimpulkan bahwa pada asasnya,

    kecuali diterntukan lain, undang-undang tidak menentukan cara orang

    menyatakan kehendak.

    Suatu perjanjian dapat mengandung cacat hukum atau kata sepakat

    dianggap tidak ada jika terjadi hal-hal yang disebut di bawah ini, yaitu:

    Pertama, Paksaan (dwang). Setiap tindakan yang tidak adil atau ancaman

    yang menghalangi kebebasan kehendak para termasuk dalam tindakan

    pemaksaan. Di dalam hal ini, setiap perbuatan atau ancaman melanggar

    undang-undang jika perbuatan tersebut merupakan penyalahgunaan

    kewenangan salah satu pihak dengan membuat suatu ancaman, yaitu setiap

    ancaman yang bertujuan agar pada akhirnya pihaklain memberikan hak.

    Kewenangan ataupun hak istimewanya. Paksaan dapat berupa kejahatan atau

    ancaman kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman penjara,

    penyitaan dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau

    kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah, dan

    tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti tekanan

    ekonomi, penderitaan fisik dan mental, membuat seseorang dalam keadaan

    takut, dan lain-lain. Menurut Sudargo Gautama, paksaan (duress) adalah

    setiap tindakan intimidasi mental. Contohnya adalah ancaman kejahatan

    fisikdan hal ini dapat dibuat penuntutan terhadapnya. Jika ancaman

    kejahatan fisik tersebut merupakan suatu tindakan yang diperbolehkan oleh

    hukum maka dalam hal ini ancaman tersebut tidak diberi sanksi hukum, dan

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    14/20

    dinyatakan bahwa tidak ada paksaan sama sekali. Selain itu paksaan juga bisa

    dikarenakan oleh pemerasan atau keadaan di bawah pengaruh terhadap

    seseorang yang mempunyai kalainan mental. Kedua, Penipuan (bedrog).

    Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328

    KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan alasan

    pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang ditipu, memang

    memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya, tetapi

    kehendaknya itu, karena adanya daya tipu, sengaja diarahkan ke suatu yang

     bertentangan dengan kehendak yang sebenarnya, yang seandainya tidak ada

    penipuan, merupakan tindakan yang benar. Dalam hal penipuan gambaran

    yang keliru sengaja ditanamkan oleh pihak yang satu kepada puhak yang

    lain. Jadi, elemen penipuan tidak hanya pernyataan yang bohong, melainkan

    harus ada serangkain kebohongan (samenweefsel van verdichtselen),

    serangkain cerita yang tidak benar, dan setiap tindakan/sikap yang bersifat

    menipu. Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat

    yang dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian

    tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat

    menandatangani perjanjian itu. Pernyataan yang salah itu sendiri bukan

    merupakan penipuan, tetapi hal ini disertai dengan tindakan yang menipu.

    Tindakan penipuan tersebut harus dilakukan oleh atau atas nama pihak

    dalam kontrak. Seseorang yang melakukan tindakan tersebut haruslah

    mempunyai maksud atau niat untuk menipu. Tindakan itu harus merupakan

    tindakan yang mempunyai maksud jahat, contohnya, merubah nomor seri

    pada sebuah mesin. Kelalaian untuk menginformasikan pelanggan atas

    adanya cacat tersembunyi pada suatu benda buka merupakan penipuan

    karena hal ini tidak mempunyai maksud jahat dan hanya merupakan

    kelalaian belaka. Selain itu, tindakan tersebut haruslahberjalan secara alami

     bahwa pihak yang ditipu tidak akan membuat perjanjian melainkan karena

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    15/20

    adanya unser penipuan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

    penipuan terdiri dari 4 (empat) unsur yaitu: (1) merupakan tindakan yang

     bermaksud jahat , kecuali untuk kasus kelalaian dalam menginformasikan

    cacat tersembunyi pada suatu benda; (2) sebelum perjanjian tersebut dibuat;

    (3) dengan niat atau maksud agar pihak lain menandatangani perjanjian; (4)

    tindakan yang dilakukan semata-mata hanya dengan maksud jahat. Ketiga,

    Kesesatan atau Kekeliruan (dwaling). Dalam hal ini, salah satu pihak atau

     beberapa pihak memiliki persepsi yang salah terhadap objek atau sebjek yang

    terdapat dalam perjanjian. Ada 2 (dua) macam kekeliruan. Pertama,error in

    person, yaitu kekeliruan pada orangnya, misalnya, sebuah perjanjian yang

    dibuat dengan artis terkenal tetapi kemudian perjanjian tersebut dibuat

    dengan artis yang tidak terkenal hanya karena dia mempunyai nama yang

    sama. Kedua, error in subtantia yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan

    kerakteristik suatu benda, misalnya seseorang yang membeli lukisan Basuki

    Abdullah, tetapi setelah sampai di rumah orang itu baru sadar bahwa lukisan

    yang di belinya tadi adalah lukisan tiruan dari Basuki Abdullah. Di dalam

    kasus yang lain, agar suatu perjanjian dapat dibatalkan, tahu kurang lebih

    harus mengetahui bahwa rekannya telah membuat perjanjian atas dasar

    kekeliruan dalam hal mengindentifikasi subjek atau orangnya. Keempat,

    Penyalahgunaan (misbruik van omstandigheiden). Penyalahgunaan keadaan

    terjadi manakala di dalam suatu perjanjian dipengaruhi oleh suatu hal yang

    menghalanginya untuk melakukan penilaian (judgment) yang bebas dari

    pihak lainnya, sehingga ia tidak dapat mengambil putusan yang independen.

    Penekanan tersebut dapat dilakukan karena salah satu pihak memiliki

    kedudukan khusus (misalnya kedudukan yang dominan atau memiliki yang

     bersifat fiduciary dan confidence).Van Dune menyatakan bahwa

    penyalahgunaan keadaan tersebut dapat terjadi karena keunggulan ekonomi

    maupun karena kejiwaan.

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    16/20

    2.Kecakapan untuk Mengadakan Perikatan

    Syarat sahnya perjanjian yang kedua menurut Pasal 1320 KUHPerdata

    adalah kecakapan untuk membuat perikatan (om eene verbintenis aan te

    gaan). Di sini terjadi percampuradukan penggunaan istilah perikatan dan

    perjanjian. Dari kata “membuat” perikatan dan perjanjian dapat disimpulkan

    adanya unsur “niat” (sengaja). Hal yang demikian itu dapat disimpulkan

    cocok untuk perjanjian yang merupakan tindakan hukum. Apalagi karena

    unsur tersebut dicantumkan sebagai ubsur sahnya perjanjian, maka tidak

    mungkin tertuju kepada perikatan yang timbul karena undang-undang.

    Menurut J. Satrio, istilah yang tepat untuk menyebut syaratnya perjanjian

    yang kedua ini adalah : kecakapan untuk membuat perjanjian.

    Pasal 1329 KUHperdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap.

    Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap

    untuk membuat perjanjian, yakni: Pertama, orang yang belum dewasa;

    Kedua, mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; dan Ketiga, orang-orang

    perempuan dalam pernikahan, (setelah diundangkannya Undang-undang no

    1 tahun 1974 pasal 31 ayat 2 maka perempuan dalam perkawinan dianggap

    cakap hukum).

     Seseorang di katakan belum dewasa menurut pasal 330 KUHPerdata

     jika belum mencapai umur 21 tahun. Seseorang dikatakan dewasa jika telah

     berumur 21 tahun atau berumur kurang dari 21 tahun, tetapi telah menikah.

    Dalam perkembangannya, berdasar Pasal 47 dan 50 UU No. 1 Tahun 1974

    kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah kekuasaan

    orang tua atau wali sampai umur 18 tahun.

    Selanjutnya Mahkamah Agung melalui Putusan No. 447/Sip/1976

    tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No 1

    Tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian

    adalah 18 tahun, bukan 21 tahun. Henry R. Cheseemen 37 menjelaskan bahwa

    di dalam sistim common law, seseorang dikatakan belum dewasa jika belum

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    17/20

     berumur 18 tahun (tahun) dan 21 tahun (pria) . dalam perkembangannya,

    umumnya negara-negara bagia di Amerika Serikat telah mensepakati bahwa

    kedewasaan tersebut ditentukan jika seseorang telah berumur 18 tahun yang

     berlaku baik bagi wanita maupun pria.

    Seseorang yang telah dewasa dapat tidak cakap melakukan perjanjian,

     jika yang bersangkutan diletakan di bawah pengampuan (curatele atau

    conservatorship). Seseorang dapat diletakan dibawah pengampuan jika yang

     bersangkutan gila, dungu (onnoozelheid), mata gelap (razernij), lemah akal

    (zwakheid van vermogens) atau juga pemboros. Orang yang demikian itu

    tidak menggunakan akal sehatnya, dan oleh karenanya dapat merugikan

    dirinya sendiri. Seseorang yang telah dinyatakan pailit juga tidak cakap untuk

    melakukan perikatan tertentu. Seseorang yang telah dinyatakan pailit untuk

    membuat suatu perikatan yang menyangkut harta kekayaannya. Ia hanya

     boleh melakukan perikatan yang mengungkapkan budel pailit, dan itupun

    harus sepengetahuan kuratornya.

    3.Suatu Hal Tertentu

    Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu

    (een bepaald onderwerp). Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu

    perjanjian harus mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit

    dapat ditentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu.

    Suatu perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu (centainty of terms),

     berarti bahwa apa yang diperjanjiakan, yakni hak dan kewajiban kedua belah

    pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit dapat

    ditentukan jenisnya.

    Istilah barang dimaksud di sini apa yang dalam bahasa Belanda

    disebut sebagai zaak. Zaak dalam bahasa belanda tidak hanya berarti barang

    dalam arti sempit, tetapi juga berarti yang lebih luas lagi, yakni pokok

    persoalan. Oleh karena itu, objek perjanjian tidak hanya berupa benda, tetapi

     juga bisa berupa jasa. J. Satrio menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu hal

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    18/20

    tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi perjanjian. Isi prestasi tersebut

    harus tertentu atau paling sedikit dapat ditentukan jenisnya.

    KUHPerdata menentukan bahwa barang yang dimaksud tidak harus

    disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan. Misalnya mengenai

    perjanjian “panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun

     berikutnya”adalah sah. Perjanjian jual beli “teh untuk seribu rupiah” tanpa

    penjelasan lebih lanjut, harus dianggap tidak cukup jelas.

    4.Kausa Hukum yang Halal

    Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum

    yang halal. Kata kausa yang diterjemahkan dari kata oorzaak (Belanda) atau

    causa (Latin) bukan berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat

    perjanjian, tetapi mengacu kepada isi dan tujuan perjanjian itu sendiri.

    Misalnya dalam perjajian jual beli, isi dan tujuan atau kausanya adalah pihak

    yang satu menghendaki hak milik suatu barang, sedangkan pihak lainnya

    menghendaki uang.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka apabila seseorang membeli pisau

    di suatu toko dengan maksud membunuh orang, maka jual beli tersebut

    mempunyai kausa yang halal. Apabila maksud membunuh tersebut

    dituangkan di dalam perjanjian, misalnya penjual pisau menyatakan hanya

     bersedia menjual pisaunya jika pembeli membeli menbunuh orang dengan

    pisaunya, disini tidak ada kausa hukum yang halal.

    Menurut Pasal 1335 jo 1337 KUHPerdata bahwa suatu kausa

    dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,dan ketertiban umum. Suatu kausa dikatakan bertentangan dengan undang-

    undang, jika kausa di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya

     bertentangan dengan undang-undang, jika kausa di dalam perjanjian yang

     bersangkutan isinya bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

    Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian bertentangan

    dengan kesusilaan (goede zeden) bukanlah masalah yang mudah, karena

    istilah kesusilaan ini sangat abstrak, yang isinya bisa berbeda-beda antara

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    19/20

    daerah yang satu dan daerah atau antara kelompok masyarakat yang satu dan

    lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula berubah-

    ubah sesuai dengan perkembangan zaman. hukum dalam perjanjian yang

    terlarang juga apabila bertentangan ketertiban umum, keamanan Negara,

    keresahan dalam masyarakat, dan karenanya dikatakan mengenai masalah

    ketatanegaraan. Didalam konteks Hukum Perdata International (HPI),

    ketertiban umum dapat dimaknai sebagai sendi-sendi atau asas-asas hukum

    suatu negara.

    Kuasa hukum yang halal ini di dalam sistim common law dikenal

    dengan istilah legaliti yang dikaitkan dengan public policy. Suatu kontrak

    dapat menjadi tidak sah (illegal) jika bertentangan dengan public policy.

    Walaupun sampai sekarang belum ada definisi public policy jika berdampak

    negatif pada masyarakat atau menggangu keamanan dan kesejahteraan

    masyarakat.

    Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.

    Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

    sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

    dengan debitur. Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah

    diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak

    diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan.

    Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau

    tidak.Ada 4 akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut : Pertama,

    Perikatan tetap ada. Kedua, Debitur harus membayar ganti rugi kepada

    kreditur. Ketiga, Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan

    tersebut timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau

    kesalahan besar dari pihak kreditur. Keempat, Jika perikatan lahir dari

    perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya

  • 8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo

    20/20

    memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUHPerdata.6

    6 2etna 9umanti, Syarat Sahnya Perjanjian !Ditinjau Dari UHPerdata(, ol 5 No 6$, %6$%,8jurnalUN9