Download - Ujian Tengah Semester Edmodo
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
1/20
Ujian Tengah Semester Hukum Perikatan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh Ujian Tengah Semester pada
mata kuliah
Hukum Perikatan
Dosen Pengampu :
Siti Nurhayati, M.HI.
Disusun oleh:
dimas Dreta P !"#$#%$&$'(
JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI EONOMI SYARI’AH
SEO!AH TINGGI AGAMA IS!AM NEGERI "STAIN# EDIRI
$%&'
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
2/20
A( Sejarah Ter)entuknya Burgerlijk Wetboek !*+(
Sejarah ter)entuknya ita) Undang-undang Hukum Perdata !*+( tidak )isa
dipisahkan dengan sejarah ter)entuknya ita) Undang-undang Hukum Perdata
*elanda. Dan sejarah ter)entuknya ita) Undang-undang Hukum Perdata *elanda
tidak )isa dipisahkan dengan sejarah ter)entuknya /ode /i0il Peran1is. 2angkaian
sejarah ter)entuknya *+, ita) Undang-undang Hukum Perdata *elanda dan /ode
/i0il Peran1is ini se1ara garis )esar adalah se)agai )erikut di )a3ah ini.
Semenjak 4 56 tahun se)elum Masehi, pada 3aktu 7ulius /aesar )erkuasa di
8ropa *arat, hukum 2oma3i telah )erlaku di Peran1is )erdampingan dengan hukum
Peran1is kuno yang )erasal dari hukum 9ermania dengan saling mempengaruhi.
Suatu ketika 3ilayah negeri Peran1is ter)elah menjadi dua daerah hukum yang
)er)eda. *agian Utara adalah daerah hukum yang tidak tertulis !pays de droit
1outumier(, sedangkan daerah Selatan merupakan daerah hukum yang tertulis !pays
de droit e1rit(. Di Utara )erlaku hukum ke)iasaan Peran1is kuno yang )erasal dari
hukum 9ermania se)elum resepsi hukum 2oma3i. Sedangkan di daerah Selatan
)erlaku hukum 2oma3i yang tertuang dalam /orpus luris /i0ilis pada pertengahan
a)ad I Masehi dari 7ustianus.
/orpus luris /i0ilis pada ;aman itu dianggap se)agai hukum yang paling
sempurna, terdiri dari ' )agian, yaitu: !$( /ode< 7ustiniani, !%( Pande1ta, !#(
Institutiones, dan !'( No0elles. /ode< 7ustianni )erisi kumpulan undang-undang
!leges leikasi hukum yang akan )erlaku di negeri itu agar
diperoleh kesatuan dalam hukum Peran1is. Pada akhir a)ad =II dan pada permulaan
a)ad =III, oleh raja Peran1is di)uat )e)erapa peraturan perundang-undangan
!seperti ?rdonan1e Sur les donations yang mengatur mengenai soal-soal pem)erian,
ordonnan1e sur les testament yang mengatur mengenai soal-soal testamen,
ordonnan1e sur les su)stitutions >idei1ommissaries yang mengatur mengenai soal-soal
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
3/20
su)stitusi(.
odi>ikasi hukum perdata di Peran1is )aru )erhasil di1iptakan sesudah
2e0olusi Peran1is !$&@" - $&"5(, dimana pada tanggal $% gustus $@66 oleh
Napoleon di)entuk suatu panitia yang diserahi tugas mem)uat kodi>ikasi. Aang
menjadi sum)ernya adalah:
a. Hukum 2oma3i yang digali dari hasil karya-karya para sarjana )angsa
Peran1is yang kenamaan !Dumolin, Domat dan Pothier(B
). Hukum e)iasaan Peran1is, le)ih-le)ih hukum ke)iasaan daerah ParisB
1. ?rdonnan1e-ordonnan1e !Undang-undang (B
d. Hukum Intermediare yakni hukum yang ditetapkan di Peran1is sejak
permulaan 2e0olusi Peran1is hingga /ode /i0il ter)entuk.
odi>ikasi hukum perdata Peran1is )aru selesai di)entuk Tahun $@6' dengan
nama /ode /i0il des Cran1ais. /ode /i0il Peran1is ini mulai )erlaku sejak tanggal %$
Maret $@6'. Setelah diadakan peru)ahan sedikit di sana-sini, pada tahun $@6&
diundangkan dengan nama /ode Napoleon, tetapi kemudian dise)ut lagi dengan /ode
/i0il Peran1is. Sejak tahun $@$$ sampai tahun $@#@ /ode /i0il Peran1is ini setelah
disesuaikan dengan keadaan di negeri *elanda )erlaku se)agai kita) undang-undang
yang resmi di negeri *elanda, karena pada 3aktu itu negeri *elanda )erada di )a3ah
jajahan Peran1is.
Di negeri *elanda setelah )erakhir pendudukan Peran1is tahun $@$#, maka
)erdasarkan Undang-undang Dasar !9rond +et( negeri *elanda tahun $@$' !Pasal
$66( di)entuk suatu panitia yang )ertugas mem)uat ren1ana kodi>ikasi hukum
perdata. Panitia ini diketuai Mr. 7.M. emper.
Tahun $@$ oleh emper disampaikan kepada raja suatu ran1angan kodi>ikasi
hukum perdata, tetapi ran1angan ini tidak diterima oleh para ahli hukum *angsa
*elgia !pada 3aktu itu negeri *elanda dan negeri *elgia merupakan satu negara(
karena ren1ana terse)ut disusun emper )erdasarkan hukum *elanda kuno.
Sedangkan para ahli hukum )angsa *elgia menghendaki agar ran1angan ini disusun
menurut /ode /i0il Peran1is. Setelah mendapat sedikit peru)ahan, maka ran1angan
itu disampaikan kepada Per3akilan 2akyat *elanda !T3eede amer( pada tanggal %%
No0em)er $@%6. 2en1ana ini terkenal dengan nama Eont3erp emperE !2en1ana
emper(. Dalam perde)atan di Per3akilan 2akyat *elanda, ren1ana emper ini
mendapat tantangan yang he)at dari anggota-anggota *angsa *elgia !3akil-3akil
Nederland Selatan) yang dipimpin oleh Ketua Pengadilan Tinggi di kota Luik
(Belgia) yang bernamaNicolai.
Dalam tahun 1812 rencana Kemper itu ditolak oleh Perwakilan Rakyat
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
4/20
Belanda. Dan setelah Kemper meninggal dunia tahun 1824, pembuatan
kodifikasi dipimpin oleh Nicolai dengan suatu metode kerja yang baru yaitu
dengan menyusun daftar pertanyaan tentang hukum yang berlaku yang akan
dinilai parlemen. Setelah diketahui kehendak mayoritas, panitia lalu
menyusun rencana-rencana dan mengajukannya ke parlemen (Perwakilan
Rakyat Belanda) untuk diputuskan. Demikianlah cara kerja yang dilakukan
semenjak tahun 1822 sampai 1826. Bagian demi bagian Kitab Undang-undang
Hukum Perdata Belanda diselesaikan dan setiap bagian dimuat tersendiri
dalam Staatsblad, tetapi tanggal mulai berlakunya tentu saja ditangguhkan
sampai seluruhnya selesai. Dalam fahun 1829 pekerjaan itu selesai dan
diakhiri dengan baik. Undang-undang yang tadinya terpisah-pisah dihimpun
dalam satu kitab undang-undang dan diberi nomor urut lalu diterbitkan.
Berlakunya ditetapkan tanggal 1 Februari 1831. Pada waktu yang sama
dinyatakan pula berlaku Wetboek van Koophandel(WvK),Burgerlijke
Rechtsvordering(BRv). SedangkanWetboek van Strafrecht(WvS) menyusul
kemudian.
Keinginan sarjana-sarjana hukum dari Nederland Selatan (Belgia) yang
hendak menuruti Code Civil Perancis dalam menciptakan kodifikasi hukum
perdata telah terpenuhi. Kesemuanya kodifikasi hukum perdata itu - kecuali
beberapa bagian dimana dipertahankan hukum Belanda kuno - merupakan
ciplakandari Code Civil Perancis. Seakan-akan Code Civil Perancis disusun
kembali untuk Nederland. Akan tetapi, sebelum tanggal berlakunya Kitab
Undang-undang Hukum Perdata itu tiba, timbullah pemberontakan di bagian
Selatan Nederland, yang pada akhirnya mengakibatkan pemisahan antara
negeri Belanda dan negeri Belgia (1830 - 1939).
Kemudian dalam bulan Januari 1831 dikeluarkanKoninklijk Besluit
yang menunda berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut.
Segera sesudah itu dikeluarkan pulaKoninklijk Besluityang menugaskankomisi redaksi untuk mengadakan peninjauan kembali untuk member-
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
5/20
sihkannya dari hal-hal yang tidak tepat. Bagian-bagian kodifikasi itu diolah
kembali, karena ternyata dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata 1830
tersebut pendapat-pendapat sarjana Belgia terlalu mengesampingkan pikiran-
pikiran dalam bidang hukum dari Nederland Utara, tetapi perubahan-
perubahan yang diadakan tidak terlalu banyak. DenganKoninklijk Besluit
tanggal 10 April 1838 (Stb. 138 No. 12) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Belanda itu dinyatakan berlaku sejaktanggal 1 Oktober 1838.
Berdasarkan asas konkordansi (concordantie beginsel), maka
dikehendaki supaya perundang-undangan baru di negeri Belanda itu
diberlakukan juga buat orang-orang golongan Eropa di Hindia Belanda
(Indonesia). Untuk itu, maka dengan Firman Raja tanggal 15 Agustus 1839
No. 102 dibentuk suatu komisi dengan tugas membuat rencana peraturan-
peraturan untuk memberlakukan peraturan itu sekiranya dipandang perlu.
Komisi ini terdiri dari Mr. C.J. Scholten van Out Haarlem, Mr. I. Schneiner dan
Mr. I.F.H. van Nos.
Setelah 6 tahun bekerja, komisi tersebut dibubarkan (dengan Firman
Raja tanggal 15 Desember 1845 No. 68) berhubung dengan permintaan
berhentinya Mr. Scholten van Out Haarlem karena selalu terganggu
kesehatannya. Kemudian dengan Firman Raja tanggal 15 Desember 1845 No.
67 ditetapkan antara lain bahwa anggota Dewan Pertimbangan Negara Jhr.
Mr. H.L. Wickersdiutus ke Hindia Belanda untuk memangku jabatan Ketua
Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung tentara. Sebelum berangkat diadiwajibkan bersama-sama Mr. Scholten van Out Haarlem untuk menyiapkan
rencana peraturan hukum buat Hindia-Belanda yang masih belum selesai
dikerjakan. ) Rencana peraturan yang telah dihasilkan adalah:
a. Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Nederlandsch Indie
(Ketentuan umum perundang-undangan di Indonesia);
b.Burgerlijk Wetboek(Kitab Undang-undang Hukum Perdata):
c.
Wetboek van Koopli indel(K.U.H. Dagang);d.Reglement op de Rechteiiijke Organisatie en het Beleid der justitie(RO -
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
6/20
Peraturan susunan pengadilan dan pengurusan justisi);
Enige Bepalingen betreffende Misdrijven begaan ter gelegenheid van
faillissement en bij Kennelijk Overmogen, mitsgaders bij Surseance van Betaling
(Beberapa ketentuan mengenai kejahatan yang dilakukan dalam keadaan
pailit dan dalam keadaan nyata tidak mampu membayar).
Sebagai hasil kerja Mr. Wichers dan Mr. Scholten van Out Haarlem,
maka dikeluarkan Firman Raja tanggal 16 Mei 1846 No. 1, dan beberapa hari
kemudian berangkatlan Mr. Wichers ke Hindia Belanda membawa kitab-kitab
hukum yang telah selesai dikerjakannya serta telah ditandatangani oleh Raja
untuk diberlakukan di Hindia belanda.
Firman Raja Belanda tanggal 16 Mei 1846 No. 1 itu semuanya terdiri
dari 9 pasal dan isinya diumumkan seluruhnya di Hindia Belanda dengan
Stb. 1847 No. 23. Dalam Pasal 1-nya antara lain dinyatakan bahwa peraturan-
peraturan hukum yang dibuat untuk Hindia Belanda adalah:
a.Ketentuan umum perundang-undangan di Indonesia;
b.Kitab Undang-undang Hukum Perdata;
c.Kitab Undang-undang Hukum Dagang;
d.Peraturan susunan pengadilan dan pengurusan justisi, danBeberapa ketentuan mengenai kejahatan yang dilakukan dalam
keadaan pailit dan dalam keadaan nyata tidak mampu membayar.
Kemudian dalam Pasal 2 Firman Raja itu ditentukan, bahwa Gubernur
Jenderal Hindia Belanda akan mengatur tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk mengumumkan peraturan-peraturan tersebut di atas di dalam bentuk
yang lazim digunakan di Hindia Belanda, sebelum atau pada tanggal 1 Mei
1847 serta untuk memberlakukannya sebelum atau pada tanggal 1 Januari
1848.
Dalam sejarah tercatat, perjalanan kapal yang membawa kitab-kitab
hukum itu ternyata terlambat tiba di Hindia Belanda, sehingga menimbulkan
terhambatnya segala persiapan untuk memberlakukan perundang-undangan
yang baru itu. Oleh karena itu, dengan Firman Raja tanggal 10 Februari 1847
No. 60 diberikan kuasa kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
7/20
mengundurkan penetapan saat berlakunya peraturan-peraturan hukum
tersebut.
Persiapan memberlakukan peraturan-peraturan hukum tersebut
dikerjakan oleh Mr. Wichers yang di Hindia Belanda menjabat sebagai
anggota Raad van State Belanda yang diperbantukan pada Gubernur
Jenderal. Tugas Gubernur Jenderal adalah memberlakukan peraturan-
peraturan hukum tersebut (Pasal 2 Firman Raja tanggal 16 Mei 1846 No. 1).
Dalam hubungan ini Mr. Wichers telah membuat beberapa rancangan
peraturan antara lain "Reglement op de Uitoefening van de Politie, de
Burgerlijke Rechtspleging en de Strafvordering onder de Indonesiers
(golongan hukum Indonesia Asli) en de Vreemde Oosterlingen (golongan
hukum Timur Asing) op Java en Madoera" (Stb. 1848 No. 16 jo 57), yang
sekarang sebagai Reglemen Indonesia Baru (RIB).
Akhirnya, dengan suatu peraturan penjalan(pivoerings-verordening)
yang bernama "Bepalingen omtrent de Invoering van en de Overgang tot de
niewe Wetgeving" (Stb. 1848 No. 10) yang disingkat dengan "Invoering
Bepalingen" (peraturan peralihan) -yang juga disusun oleh Mr. Wichers, maka
kodifikasi hukum perdata(Burgerlijk Wetboek)menjadi berlaku di Hindia
Belanda tanggal 1 Mei 1848.1
B.Sistematika dan Pengaturan Hukum PerikatanHukum perikatan diatur dalam *uku III *+ dengan judul Van Verbintenissen
!tentang perikatan( yang terdiri dari $@ *a) !titel( ditam)ah dengan titel III dengan
sistanatik se)agai )erikut:
*a) I !Pasal $%## s.d. $#$%( tentang perikatan-perikatan pada umumnyaB
*a) II !Pasal $#$# s.d. $#5%( tentang perikatan-perikatan yang tim)ul dari
perjanjianB
*a) III !Pasal $#5% s.d. $#@6( tentang perikatan-perikatan yang tim)ul karena
undang-undangB
*a) I !Pasal $#@$ s.d. $'5( tentang hapusnya perikatan-perikatanB
1 H. 2iduan Syahrani, S.H., Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, PT. lumni, *andung, 1et. III, %66,hal. %@.
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
8/20
*a) s.d. =III ditam)ah *a) II !Pasal $'5& s.d. $@'( tentang
perjanjian-perjanjian khusus.
*a) I s.d. I merupakan ketentuan umum , sedangkan *a) s.d. =III
ditam)ah II merupakan ketentuan khusus yang mengatur perjanjian-perjanjian
)ernama (benoemde contracten). etentuan umum dalam *a) I s.d. I terse)ut
)erlaku untuk semua perikatan, )aik yang )ernama (benoemde contracten) maupun
yang tidak )ernama (onbenoemde contracten). kan tetapi, )erlakunya ketentuan-
ketentuan umum terhadap perikatan-perikatan khusus terse)ut di)atasi sedemikian
rupa yaitu sepanjang tidak diatur se1ara khusus !Pasal $#$" * + dan Pasal $ +(.
pa)ila sudah diatur se1ara khusus, ketentuan-ketentuan umum itu tidak )erlaku.
Dalam ilmu hukum hal ini dise)ut adagium le s!ecialis derogat legi generali.
Selain dalam *uku III *+ perikatan juga ada diatur dalam )e)erapa )agian*uku I dan II *+. Namun, tentunya sepanjang )elum diatur dalam Undang-undang
No. 5 Tahun I"6 dan Undang-undang No. $ Tahun $"&' maupun peraturan pelak-
sanaannya.
Di luar *+ juga terdapat )er)agai perikatan yang diatur se1ara khusus dalam
ita) Undang-undang Hukum Dagang !+(. Perjanjian-perjanjian yang tidak
diatur dalam undang-undang sesuai dengan asas ke)e)asan )erkontrak !contract
"rij#eid ( !Pasal $##@ ayat !$( *+( )oleh saja di)uat sesuai dengan ke)utuhan
masyarakat, sepanjang tidak )ertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan
keterti)an umum.%
C.Perbedaan Perikatan, Perjanjian, dan Kontrak
Suatu perikatan adalah suatu perhu)ungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, )erdasarkan mana pihak yang satu )erhak menuntut sesuatu hal dan pihak yang
lain, dan pihak yang lain )erke3aji)an untuk memenuhi tuntutan itu.
Pihak yang )erhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si )er-piutang,
sedangkan pihak yang )erke3aji)an memenuhi tuntutan dinamakan de)itur atau si
)erutang. Perhu)ungan antara dua orang atau dua pihak tadi, adalah suatu per-
hu)ungan hukum, yang )erarti )ah3a hak si )erpiutang itu dijamin oleh hukum atau
undang-undang. pa)ila tuntutan itu tidak dipenuhi se1ara sukarela, si )erpiutang
dapat menuntutnya di depan hakim.
Suatu perjanjian adalah suatu peristi3a di mana seorang )erjanji ke-pada
2 Ibid. Hal. 195-196
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
9/20
seorang lain atau di mana dua orang itu saling )erjanji untuk melaksana-kan sesuatu
hal. Dan peristi3a ini, tirn)ullah suatu hu)ungan antara dua orang terse)ut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu mener)itkan suatu perikatan antara dua orang
yang mem)uatnya. Dalam )entuknya, perjanjian itu )erupa suatu rangkaian perkataan
yang mengandung janjijanji atau ke-sanggupan yang diu1apkan atau ditulis. #
D.Perikatan Yang timbul Dari Undang-undang dan Perikatan Yang Timbul Dari
Perjanjian
Menurut ketentuan Pasal 1233 BW perikatan bersumber dari perjanjian
dan undang-undang. Perikatan yang bersumber dari perjanjian diatur dalam
titel II (Pasal 1313 s.d. 1351) dan titel V s.d. XVIII (Pasal 1457 s.d. 1864) Buku
III BW. Sedangkan perikatan yang bersumber dari undang-undang diatur
dalam titel III (Pasal 1352 s.d. 1380) Buku III BW.
Perikatan yang bersumber dari undang-undang menurut Pasal 1352 B
W dibedakan atas perikatan yang lahir dari undang-undang saja(tdt de wet
alien)dan perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan
manusia(tdt de wet door's mensen toedoen).Kemudian perikatan yang lahir dari
undang-undang karena perbuatan manusia menurut Pasal 1353 B W
dibedakan lagi atas perbuatan yang sesuai dengan hukum (rechtmatige)dan
perbuatan yang melawan hukum(onrechtmatige).4
Meskipun demikian, menurut penulis-penulis yang lebih muda seperti
Van Brakel, Losecaat - Vermeer dan Hofmann - Opstaal, kedua macam
perikatan itu tetap ada perbedaannya. Pada perikatan yang bersumber dari
undang-undang, perikatan itu diciptakan secara langsung karena suatu
keadaan tertentu -perbuatan atau kejadian- dan memikulkan suatu kewajiban
dengan tidak menghiraukan kehendak orang yang harus memenuhinya.
3 Prof. Subekti S.H., Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Boor, !et. "#III, 2$$%, &al.
1
' H. 2iduan Syahrani, S.H., Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, hal. $"
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
10/20
Sedangkan pada perikatan yang bersumber dari perjanjian, meskipun
mendapat sanksi dari undang-undang, tetapi keharusan untuk memenuhi
kewajiban barulah tercipta setelah yang bersangkutan yang harus
memenuhinya memberikan persetujuannya atau menghendakinya.
Vollmar, Pitlo, H. Oriondan Meyersdalam ajaran umumnya menyatakan
bahwa tidak ada pertentangan(tegenstelling)yang hakiki antara perikatan
yang bersumber dari perjanjian dan perikatan yang bersumber dari undang-
undang. Sebab pada akhirnya selalu undang-undang yang memberi
sanksinya meskipun yang menjadi sumbarnya perjanjian. Meskipun
demikian, tidak perlu ada keberatan terhadap pembagian yang diadakan
Pasal 1233 B W itu.
Pada umumnya, para ahli hukum perdata sependapat bahwa sumber
perikatan sebagaimana disebut Pasal 1233 BW yaitu perjanjian dan undang-
undang adalah kurang lengkap. Sumber perikatan yang lain adalah Ilmu
Pengetahuan Hukum Perdata, hukum tidak tertulis dan keputusan hakim
(yurisprudensi).
Namun,sumber perikatan yang terpentingadalah perjanjian,sebab
dengan melalui perjanjian pihak-pihak mempunyai kebebasan untuk
membuat segala macam perikatan, baik perikatan yang bernama yang
tercantum dalam titel V s.d. XVIII Buku III BW mapun perikatan yang tidak
bernama. Hal ini sesuai denganasas kebebasan berkontrak (contract vrijheid)
sebagai salah satu asas yang menjadi dasar lembaga-lembaga hukum yang
disebutkan pada titel V s.d. XVIII sebagai perjanjian bernama, juga menjadi
dasar lembaga-lembaga hukum yang tidak disebutkan di dalam titel-titel itu
sebagai perjanjian yang tidak bernama.
Asas kebebasan berkontrakadalah suatu asas yang menyatakan bahwa
setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak (perjanjian) yang berisi
dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum.Asas kebebasan berkontrak itu dituangkan oleh pembentuk undang-
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
11/20
undang dalam Pasal 1338 ayat (1) BW. Dalam hukum perdata asas kebebasan
berkontrak yang dianut Buku III BW ini merupakansistem(materiil)terbuka
sebagai lawansistem(materiil)tertutupyang dianut Buku II BW (Hukum
Benda).14) Bahwa dengan kebebasan membuat perjanjian tersebut berarti
orang dapat menciptakan hak-hak perseorangan yang tidak diatur dalam
Buku III BW, tetapi diatur sendiri dalam perjanjian, sebab perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) BW). Namun, kebebasan berkontrak bukan
berarti boleh membuat kontrak (perjanjian) secara bebas, tetapi kontrak
(perjanjian) harus tetap dibuat dengan mengindahkan syarat-syarat untuk
sahnya perjanjian, baik syarat umum sebagaimana disebut Pasal 1320 BW
maupun syarat khusus untuk perjanjian-perjanjian tertentu.
Dengan adanya kebebasan berkontrak kedudukan rangkaian pasal-
pasal Buku III BW khususnya pasal-pasal pada titel V s.d. XVIII banyak yang
hanya bersifat sebagai hukum pelengkap(aanvullens recht)saja. Artinya, pasal-
pasal tersebut boleh dikesampingkan sekiranya para pihak pembuat
perjanjian menghendakinya, dan pihak pembuat perjanjian diperbolehkan
menciptakan ketentuan sendiri untuk mengatur kepentingan mereka sesuai
dengan apa yang mereka kehendaki. Pasal-pasal tersebut baru mengikat
terhadap mereka, jika mereka tidak mengatur sendiri kepentingannya atau
mengaturnya dalam perjanjian, tetapi tidak lengkap sehingga soal-soal yang
tidak diatur tersendiri itu diberlakukan pasal-pasal hukum perikatan.Selanjutnya, dengan adasiya asas kebebasan berkontrak itu, perjanjian-
perjanjian dengan sebutan perjanjian-perjanjian bernama itu hanyalah sebagai
contoh belaka. Karena itu, orang boleh membuat perjanjian yang lain
daripada contoh tersebut atau membuatnya secara sama dengan salah satu
daripadanya sesuai dengan kebutuhan untuk apa perjanjian termaksud
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
12/20
dibuat.5
E.Syarat Sah Perjanjian dan Wanprestasi Dalam Perjanjian
Pasal 1320 KUHPeradata menentukan adanya 4 (empat ) syarat sahnya
suatu perjanjian, yakni: (Subekti, 2003: 330): Pertama, Adanya kata sepakat
bagi mereka yang mengikatkan dirinya; Kedua, Kecakapan para pihak untuk
membuat suatu perikatan; Ketiga, Suatu hal tertentu; dan Keempat, Suatu
sebab (causa) yang halal.
Persyaratan tersebut diatas berkenan baik mengenai subjek maupun
objek perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenan dengan
subjek perjanjian atau syarat subjektif. Persyaratan yang ketiga dan keempat
berkenan dengan objek perjanjian atau syarat objektif. Pembedaan kedua
persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan masalah batal demi hukumnya
(nieteg atau null and ab initio) dan dapat dibatalkannya (vernietigbaar =
voidable) suatu perjanjian. Apabila syarat objektif dalam perjanjian tidak
terpenuhi maka Perjanjian tersebut batal demi hukum atau perjanjian yang
sejak semula sudah batal, hukum menganggap perjanjian tersebut tidak
pernah ada. Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi maka Perjanjian tersebut
dapat dibatalkan atau sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak
dibatalkan pengadilan, maka perjanjian yang bersangkutan masih terus
berlaku.
1.Kata SepakatKata sepakat didalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau
persesuaian kehendak antara para pihak didalam perjanjian. Seseorang
dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya (Toestemming)
jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Mariam Darus
Budrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak
yang disetujui (Overeenstemande Wilsverklaring) antar para pihak-pihak.
5 I)id. hal $"@-%66
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
13/20
Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (Offerte). Pernyataan
pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). J.Satrio
menyebutkan ada beberapa cara mengemukakan kehendak tersebut, yakni:
Pertama, Secara tegas. 1) Dengan akte otentik. 2) Dengan akte di bawah
tangan. Kedua, Secara diam-diam. Sekalipun undang-undang tidak secara
tegas mengatakan, tetapi dari ketentuan-ketentuan yang ada, antara lain pasal
1320 jo Pasal 1338 KUHPerdata, dapat disimpulkan bahwa pada asasnya,
kecuali diterntukan lain, undang-undang tidak menentukan cara orang
menyatakan kehendak.
Suatu perjanjian dapat mengandung cacat hukum atau kata sepakat
dianggap tidak ada jika terjadi hal-hal yang disebut di bawah ini, yaitu:
Pertama, Paksaan (dwang). Setiap tindakan yang tidak adil atau ancaman
yang menghalangi kebebasan kehendak para termasuk dalam tindakan
pemaksaan. Di dalam hal ini, setiap perbuatan atau ancaman melanggar
undang-undang jika perbuatan tersebut merupakan penyalahgunaan
kewenangan salah satu pihak dengan membuat suatu ancaman, yaitu setiap
ancaman yang bertujuan agar pada akhirnya pihaklain memberikan hak.
Kewenangan ataupun hak istimewanya. Paksaan dapat berupa kejahatan atau
ancaman kejahatan, hukuman penjara atau ancaman hukuman penjara,
penyitaan dan kepemilikan yang tidak sah, atau ancaman penyitaan atau
kepemilikan suatu benda atau tanah yang dilakukan secara tidak sah, dan
tindakan-tindakan lain yang melanggar undang-undang, seperti tekanan
ekonomi, penderitaan fisik dan mental, membuat seseorang dalam keadaan
takut, dan lain-lain. Menurut Sudargo Gautama, paksaan (duress) adalah
setiap tindakan intimidasi mental. Contohnya adalah ancaman kejahatan
fisikdan hal ini dapat dibuat penuntutan terhadapnya. Jika ancaman
kejahatan fisik tersebut merupakan suatu tindakan yang diperbolehkan oleh
hukum maka dalam hal ini ancaman tersebut tidak diberi sanksi hukum, dan
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
14/20
dinyatakan bahwa tidak ada paksaan sama sekali. Selain itu paksaan juga bisa
dikarenakan oleh pemerasan atau keadaan di bawah pengaruh terhadap
seseorang yang mempunyai kalainan mental. Kedua, Penipuan (bedrog).
Penipuan (fraud) adalah tindakan tipu muslihat. Menurut Pasal 1328
KUHPerdata dengan tegas menyatakan bahwa penipuan merupakan alasan
pembatalan perjanjian. Dalam hal ada penipuan, pihak yang ditipu, memang
memberikan pernyataan yang sesuai dengan kehendaknya, tetapi
kehendaknya itu, karena adanya daya tipu, sengaja diarahkan ke suatu yang
bertentangan dengan kehendak yang sebenarnya, yang seandainya tidak ada
penipuan, merupakan tindakan yang benar. Dalam hal penipuan gambaran
yang keliru sengaja ditanamkan oleh pihak yang satu kepada puhak yang
lain. Jadi, elemen penipuan tidak hanya pernyataan yang bohong, melainkan
harus ada serangkain kebohongan (samenweefsel van verdichtselen),
serangkain cerita yang tidak benar, dan setiap tindakan/sikap yang bersifat
menipu. Dengan kata lain, penipuan adalah tindakan yang bermaksud jahat
yang dilakukan oleh satu pihak sebelum perjanjian itu dibuat. Perjanjian
tersebut mempunyai maksud untuk menipu pihak lain dan membuat
menandatangani perjanjian itu. Pernyataan yang salah itu sendiri bukan
merupakan penipuan, tetapi hal ini disertai dengan tindakan yang menipu.
Tindakan penipuan tersebut harus dilakukan oleh atau atas nama pihak
dalam kontrak. Seseorang yang melakukan tindakan tersebut haruslah
mempunyai maksud atau niat untuk menipu. Tindakan itu harus merupakan
tindakan yang mempunyai maksud jahat, contohnya, merubah nomor seri
pada sebuah mesin. Kelalaian untuk menginformasikan pelanggan atas
adanya cacat tersembunyi pada suatu benda buka merupakan penipuan
karena hal ini tidak mempunyai maksud jahat dan hanya merupakan
kelalaian belaka. Selain itu, tindakan tersebut haruslahberjalan secara alami
bahwa pihak yang ditipu tidak akan membuat perjanjian melainkan karena
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
15/20
adanya unser penipuan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
penipuan terdiri dari 4 (empat) unsur yaitu: (1) merupakan tindakan yang
bermaksud jahat , kecuali untuk kasus kelalaian dalam menginformasikan
cacat tersembunyi pada suatu benda; (2) sebelum perjanjian tersebut dibuat;
(3) dengan niat atau maksud agar pihak lain menandatangani perjanjian; (4)
tindakan yang dilakukan semata-mata hanya dengan maksud jahat. Ketiga,
Kesesatan atau Kekeliruan (dwaling). Dalam hal ini, salah satu pihak atau
beberapa pihak memiliki persepsi yang salah terhadap objek atau sebjek yang
terdapat dalam perjanjian. Ada 2 (dua) macam kekeliruan. Pertama,error in
person, yaitu kekeliruan pada orangnya, misalnya, sebuah perjanjian yang
dibuat dengan artis terkenal tetapi kemudian perjanjian tersebut dibuat
dengan artis yang tidak terkenal hanya karena dia mempunyai nama yang
sama. Kedua, error in subtantia yaitu kekeliruan yang berkaitan dengan
kerakteristik suatu benda, misalnya seseorang yang membeli lukisan Basuki
Abdullah, tetapi setelah sampai di rumah orang itu baru sadar bahwa lukisan
yang di belinya tadi adalah lukisan tiruan dari Basuki Abdullah. Di dalam
kasus yang lain, agar suatu perjanjian dapat dibatalkan, tahu kurang lebih
harus mengetahui bahwa rekannya telah membuat perjanjian atas dasar
kekeliruan dalam hal mengindentifikasi subjek atau orangnya. Keempat,
Penyalahgunaan (misbruik van omstandigheiden). Penyalahgunaan keadaan
terjadi manakala di dalam suatu perjanjian dipengaruhi oleh suatu hal yang
menghalanginya untuk melakukan penilaian (judgment) yang bebas dari
pihak lainnya, sehingga ia tidak dapat mengambil putusan yang independen.
Penekanan tersebut dapat dilakukan karena salah satu pihak memiliki
kedudukan khusus (misalnya kedudukan yang dominan atau memiliki yang
bersifat fiduciary dan confidence).Van Dune menyatakan bahwa
penyalahgunaan keadaan tersebut dapat terjadi karena keunggulan ekonomi
maupun karena kejiwaan.
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
16/20
2.Kecakapan untuk Mengadakan Perikatan
Syarat sahnya perjanjian yang kedua menurut Pasal 1320 KUHPerdata
adalah kecakapan untuk membuat perikatan (om eene verbintenis aan te
gaan). Di sini terjadi percampuradukan penggunaan istilah perikatan dan
perjanjian. Dari kata “membuat” perikatan dan perjanjian dapat disimpulkan
adanya unsur “niat” (sengaja). Hal yang demikian itu dapat disimpulkan
cocok untuk perjanjian yang merupakan tindakan hukum. Apalagi karena
unsur tersebut dicantumkan sebagai ubsur sahnya perjanjian, maka tidak
mungkin tertuju kepada perikatan yang timbul karena undang-undang.
Menurut J. Satrio, istilah yang tepat untuk menyebut syaratnya perjanjian
yang kedua ini adalah : kecakapan untuk membuat perjanjian.
Pasal 1329 KUHperdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap.
Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap
untuk membuat perjanjian, yakni: Pertama, orang yang belum dewasa;
Kedua, mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; dan Ketiga, orang-orang
perempuan dalam pernikahan, (setelah diundangkannya Undang-undang no
1 tahun 1974 pasal 31 ayat 2 maka perempuan dalam perkawinan dianggap
cakap hukum).
Seseorang di katakan belum dewasa menurut pasal 330 KUHPerdata
jika belum mencapai umur 21 tahun. Seseorang dikatakan dewasa jika telah
berumur 21 tahun atau berumur kurang dari 21 tahun, tetapi telah menikah.
Dalam perkembangannya, berdasar Pasal 47 dan 50 UU No. 1 Tahun 1974
kedewasaan seseorang ditentukan bahwa anak berada di bawah kekuasaan
orang tua atau wali sampai umur 18 tahun.
Selanjutnya Mahkamah Agung melalui Putusan No. 447/Sip/1976
tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No 1
Tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian
adalah 18 tahun, bukan 21 tahun. Henry R. Cheseemen 37 menjelaskan bahwa
di dalam sistim common law, seseorang dikatakan belum dewasa jika belum
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
17/20
berumur 18 tahun (tahun) dan 21 tahun (pria) . dalam perkembangannya,
umumnya negara-negara bagia di Amerika Serikat telah mensepakati bahwa
kedewasaan tersebut ditentukan jika seseorang telah berumur 18 tahun yang
berlaku baik bagi wanita maupun pria.
Seseorang yang telah dewasa dapat tidak cakap melakukan perjanjian,
jika yang bersangkutan diletakan di bawah pengampuan (curatele atau
conservatorship). Seseorang dapat diletakan dibawah pengampuan jika yang
bersangkutan gila, dungu (onnoozelheid), mata gelap (razernij), lemah akal
(zwakheid van vermogens) atau juga pemboros. Orang yang demikian itu
tidak menggunakan akal sehatnya, dan oleh karenanya dapat merugikan
dirinya sendiri. Seseorang yang telah dinyatakan pailit juga tidak cakap untuk
melakukan perikatan tertentu. Seseorang yang telah dinyatakan pailit untuk
membuat suatu perikatan yang menyangkut harta kekayaannya. Ia hanya
boleh melakukan perikatan yang mengungkapkan budel pailit, dan itupun
harus sepengetahuan kuratornya.
3.Suatu Hal Tertentu
Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu
(een bepaald onderwerp). Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu
perjanjian harus mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit
dapat ditentukan jenisnya. Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu.
Suatu perjanjian haruslah mengenai suatu hal tertentu (centainty of terms),
berarti bahwa apa yang diperjanjiakan, yakni hak dan kewajiban kedua belah
pihak. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit dapat
ditentukan jenisnya.
Istilah barang dimaksud di sini apa yang dalam bahasa Belanda
disebut sebagai zaak. Zaak dalam bahasa belanda tidak hanya berarti barang
dalam arti sempit, tetapi juga berarti yang lebih luas lagi, yakni pokok
persoalan. Oleh karena itu, objek perjanjian tidak hanya berupa benda, tetapi
juga bisa berupa jasa. J. Satrio menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suatu hal
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
18/20
tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi perjanjian. Isi prestasi tersebut
harus tertentu atau paling sedikit dapat ditentukan jenisnya.
KUHPerdata menentukan bahwa barang yang dimaksud tidak harus
disebutkan, asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan. Misalnya mengenai
perjanjian “panen tembakau dari suatu ladang dalam tahun
berikutnya”adalah sah. Perjanjian jual beli “teh untuk seribu rupiah” tanpa
penjelasan lebih lanjut, harus dianggap tidak cukup jelas.
4.Kausa Hukum yang Halal
Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum
yang halal. Kata kausa yang diterjemahkan dari kata oorzaak (Belanda) atau
causa (Latin) bukan berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat
perjanjian, tetapi mengacu kepada isi dan tujuan perjanjian itu sendiri.
Misalnya dalam perjajian jual beli, isi dan tujuan atau kausanya adalah pihak
yang satu menghendaki hak milik suatu barang, sedangkan pihak lainnya
menghendaki uang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka apabila seseorang membeli pisau
di suatu toko dengan maksud membunuh orang, maka jual beli tersebut
mempunyai kausa yang halal. Apabila maksud membunuh tersebut
dituangkan di dalam perjanjian, misalnya penjual pisau menyatakan hanya
bersedia menjual pisaunya jika pembeli membeli menbunuh orang dengan
pisaunya, disini tidak ada kausa hukum yang halal.
Menurut Pasal 1335 jo 1337 KUHPerdata bahwa suatu kausa
dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,dan ketertiban umum. Suatu kausa dikatakan bertentangan dengan undang-
undang, jika kausa di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya
bertentangan dengan undang-undang, jika kausa di dalam perjanjian yang
bersangkutan isinya bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian bertentangan
dengan kesusilaan (goede zeden) bukanlah masalah yang mudah, karena
istilah kesusilaan ini sangat abstrak, yang isinya bisa berbeda-beda antara
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
19/20
daerah yang satu dan daerah atau antara kelompok masyarakat yang satu dan
lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula berubah-
ubah sesuai dengan perkembangan zaman. hukum dalam perjanjian yang
terlarang juga apabila bertentangan ketertiban umum, keamanan Negara,
keresahan dalam masyarakat, dan karenanya dikatakan mengenai masalah
ketatanegaraan. Didalam konteks Hukum Perdata International (HPI),
ketertiban umum dapat dimaknai sebagai sendi-sendi atau asas-asas hukum
suatu negara.
Kuasa hukum yang halal ini di dalam sistim common law dikenal
dengan istilah legaliti yang dikaitkan dengan public policy. Suatu kontrak
dapat menjadi tidak sah (illegal) jika bertentangan dengan public policy.
Walaupun sampai sekarang belum ada definisi public policy jika berdampak
negatif pada masyarakat atau menggangu keamanan dan kesejahteraan
masyarakat.
Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur
dengan debitur. Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah
diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak
diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan.
Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau
tidak.Ada 4 akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut : Pertama,
Perikatan tetap ada. Kedua, Debitur harus membayar ganti rugi kepada
kreditur. Ketiga, Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan
tersebut timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau
kesalahan besar dari pihak kreditur. Keempat, Jika perikatan lahir dari
perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya
-
8/17/2019 Ujian Tengah Semester Edmodo
20/20
memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUHPerdata.6
6 2etna 9umanti, Syarat Sahnya Perjanjian !Ditinjau Dari UHPerdata(, ol 5 No 6$, %6$%,8jurnalUN9