ujian kasus

59
UJIAN KASUS Novi Rahmawati Nim. I11111006 Penguji: Dr.Irham Yusuf Elere, Sp.Kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SINGKAWANG 2015

Upload: risnawati-wahab

Post on 14-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

UJIAN KASUSNovi Rahmawati

Nim. I11111006

Penguji:

Dr.Irham Yusuf Elere, Sp.Kj

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

SINGKAWANG

2015

IDENTITAS PASIENNama : Ny. MJenis Kelamin : PerempuanUsia : 50 tahun Agama : IslamSuku : JawaPendidikan : Tidak bersekolahPekerjaan : PetaniStatus Pernikahan : JandaRuang : UGD/PICU dan MawarMasuk RS : 6 Juli 2015Didiagnosis berdasarkan: PPDGJ III

RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh melalui autoanamnesis dengan pasien dan melalui alloanamnesis pada anak kandung pasien. Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 6 Juli 2015.

KELUHAN UTAMAMenurut pasien, pasien dibawa ke RSJ karena kemarin ngamuk ada hantu dirumah sehingga dia membongkari isi rumahnya. Menurut keluarganya, pasien dibawa ke RSJ karena marah-marah hampir setiap hari tanpa alasan yang jelas dan ngerusak rumah.

AUTOANAMNESISPasien merasa dirinya dibawa ke RSJ karena kemaren ngamuk ada hantu dirumah kemudian dia bongkari isi rumahnya. Hantu itu berupa pocong yang menyuruhnya untuk membuka tali ikatan pocong tersebut. Pasien kemudian membuka ikatan pocong tersebut, pasien merasa dirinya ustadz jadi tidak takut dengan pocong. Pasien mengaku pocong tersebut namanya adalah Nartiah, kemudian pasien mengatakan bahwa pocong tersebut mengikuti pak Eko yang merupakan suami dari pocong tersebut padahal sebenarnya pocong tersebut bukanlah istrinya melainkan hantu. Menurut pasien pocong tersebut merupakan korban yang meninggal akibat tsunami yang terjadi di 10 kecamatan, dirinya beserta anaknya (Wandi, anak yang mengantar ke RSJ sekarang) dan bang Jabul (teman pasien) selamat dari kejadian tsunami tersebut.

Pasien mengaku dua kali dibawa ke kuburan oleh hantu-hantu tersebut, pasien menanam sayur di Eropa, pasien mengaku berada di dalam lubang tanah yang papannya runtuh kemudian dia berusaha untuk keluar dari lubang tersebut. Setelah keluar dari lubang tersebut dia memanggil burung dan menaiki burung tersebut kemudian membawanya ke masjid. Di masjid dia bertemu dengan pak Eko yang memberikan dia kerudung, orang-orang yang ada disekitar takut sama pasien dikira pasien sudah mati. Pada saat pasien dikuburan pada malam hari itu, dia juga memukul tiang listrik yang ada disekitar kuburan dengan menggunakan palu dibantu dengan bang Jabul, supaya pasien bisa pulang.

Pasien juga mengaku pernah tidur di kerenda, bangun pagi-pagi sudah berada di bukit yang tinggi, ada lihat orang biru-biru, rumah biru-biru, karena merasa sendirian di bukit tersebut pasien memanggil mbah Marijan, tapi tidak ada sautan balasan dari siapa pun. Kemudian ada burung besar lewat dia naiki burung tersebut dan bertemu dengan orang yang bernama pak Eko. Pak Eko menyuruh pasien untuk ikut bekerja di rukonya untuk berjualan jilbab. Pasien tidak ingat kapan kejadian ini berlangsung. Pasien bersumpah bahwa seluruh kejadian ini dia alami.

Pasien memiliki tetangga yang baik, tetangganya tersebut suka memberinya makanan sehingga pasien sayang sama anak tetangganya tersebut, tapi tidak suka dengan anak sendiri. Pasien tidak suka dengan anaknya, Wandi, karena anaknya suka marah, galak, pernah mau mengikat pasien, males bantu-bantu pasien berladang. Wandi juga suka menyuruh pasien untuk bekerja. Pasien mengaku dirinya hidup sendiri dan anak-anaknya tinggal di tempat lain, jadi harus kerja keras dia tidak punya siapa-siapa. Pekerjaannya sehari-hari adalah menanam sayur-sayuran dan padi di ladang serta membuat tempe untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pasien pernah mendapatkan 10 ton dari hasil menanam padi. Pasien suka membongkar rumahnya karena rumahnya jelek, pasien berinisiatif membeli pasir sendiri untuk membuat rumah yang baru. Pasien mengatakan bahwa dia bisa bikin rumahnya sendiri. Pasien mengaku memiliki rumah di Eropa dan di Aceh. Setelah kejadian tsunami di Aceh pasien membuatkan rumah-rumah untuk pengungsi tersebut.

Pasien mengaku kadang-kadang sulit tidur dan makan jika hantu-hantu tersebut muncul. Akan tetapi, ketika hantu-hantu tersebut tidak muncul pasien bisa mengerjakan aktivitas sehari-hari, menanam sayur, bikin tempe, makan dan minum dengan nyaman, serta tidur dengan pulas. Pasien juga mengaku bahwa dirinya sebenarnya tidak sakit jiwa, jadi tidak mau minum obat.

ALLOANAMNESISMenurut pak Suwandi, pasien dibawa ke RSJ karena pasien suka marah-marah, suka jalan-jalan kemana-mana dan terkadang membawa benda tajam (pisau), susah tidur, suka ngomong sendiri, dan suka merusak barang. Keluhan ini dirasakan semenjak 1 bulan yang lalu setelah pasien tidak mau minum obat lagi. Menurut keluarga, pasien hampir 2 tahun mengalami gangguan jiwa dan sudah dua kali dirawat ke RSJ. Dua bulan yang lalu setelah pulang dari RSJ, kondisi jiwa pasien sudah kembali baik (gejala-gejala mereda), pasien bisa berbincang dengan anaknya, istri anaknya, dan keluarga lainnya serta melakukan aktivitas harian seperti makan, minum, menanam sayur, bergaul dengan tetangga sekitar, tapi hal tersebut hanya bertahan satu bulan. Kemudian pasien tidak mau meminum obatnya, keluarga mengaku heran kenapa pasien tidak mau minum obat, dan mulailah gejala-gejala dari gangguan jiwa pasien muncul kembali, yaitu pasien jadi suka marah-marah.

Setelah pasien pulang dari jalan-jalan menyusuri kampung, pasien langsung marah-marah tanpa alasan yang jelas. Ketika keluarga mencoba untuk menanyakan pasien dari mana atau mengajak ngobrol pasien, pasien malah semakin bertambah marah. Keluarga juga mengaku terkadang pasien membawa pisau. Pernah suatu kejadian pasien mendatangi rumah orang dengan membawa pisau tersebut kemudian mengancam dan menakuti orang-orang yang ada dirumah tersebut. Ketika keluarga menanyakan kenapa pasien melakukan hal tersebut, pasien menjawab bahwa ingin balas dendam karena mereka telah membunuh suami pasien.

Keluarga mengaku bahwa pasien jarang ada dirumah, suka berada dirumah orang, tapi dirumah sendiri tidak betah. Orang lain dianggap saudara sendiri, dianggap mama sendiri. Di rumah, pasien tinggal dengan pak Suwandi dan istri pak Suwandi. Pasien suka merusak rumahnya sendiri dan barang-barang yang ada, bahkan pernah juga merusak rumah tetangganya, kemudian juga pernah nangkapin ayam orang. Ketika keluarga mencoba untuk bertanya mengenai alasannya, pasien malah semakin marah. Keluarga mengaku sulit menasehati pasien, pasien tidak mau mendengarkan omongan keluarga. Ketika dibilang jangan pergi kemana-mana, pasien malah ngamuk dan marah. Pasien juga suka ngomong-ngomong sendiri, dan tidak jelas ngomongkan apa.

Keluarga juga berusaha menanyakan perihal hantu yang dilihatnya tapi ketika diajak berbicara pasien malah ‘melantur’ ngomong kemana-mana. Malam hari pasien juga pernah memukul tiang listrik disekitar rumahnya dan ketika ditanyai lagi mengenai alasannya, lagi-lagi pasien malah ngomong kemana-mana. Mengenai orang-orang yang disebutkan pasien seperti pak Eko dan bang Jabul, keluarga mengaku bahwa disekitar kampung tidak ada kedua orang tersebut. Pasien juga tidak pernah ke bukit dan ke kuburan seperti apa yang diomongkannya.

Pak Suwandi juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mau mengikat pasien, tidak pernah menyuruh dan memaksa pasien untuk bekerja keras malahan pak Suwandi ingin pasien istirahat dirumah saja tidak pergi kemana-mana. Pak Suwandi juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Keluarga mereka adalah keluarga dengan perekonomian yang biasa-biasa saja, penghasilannya cukup untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari.

RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRI

Menurut anaknya, pasien mengalami gangguan jiwa sudah hampir 2 tahun dan sudah dirawat di RSJ dua kali. Keluarga lupa tanggal berapa pertama kali masuk RSJ dan ingat di rawat selama 1 bulan kemudian pulang kerumah. Setelah 5 bulan kemudian di rawat lagi di RSJ dan dirawat selama 8 bulan. Keluarga mengaku teratur mengambilkan obat selama pasien dirawat di rumah, tapi semenjak 1 bulan terakhir pasien mulai tidak mau minum obat. Alasan pasien dibawa ke RSJ yang pertama karena pasien sering marah-marah dan ngamuk dan yang kedua pasien mulai membawa benda tajam ketika berjalan di sekitar kampung.

Menurut pengakuan pasien, pasien sudah di rawat di RSJ dua kali, yang pertama dikarenakan marah-marah dan dirawat selama setengah bulan, dan yang kedua dibawa karena pasien membawa hantu dan dirawat selama 8 bulan. Pasien mengaku selama dirumah meminum obat yang diberikan dari RSJ.

KONDISI MEDIS UMUMHipertensi, diabetes melitus, disangkal oleh keluarga. Keluarga mengaku pasien pernah mengalami luka di bagian kepala akibat keserempet motor dan kejadian ini terjadi sudah lama ketika pasien masih berada di Sekadau tepatnya kapan keluarga tidak ingat.

RIWAYAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF Menurut anaknya, pasien tidak pernah

mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, tapi pasien merokok dengan intensitas yang jarang.

Menurut pasien, pasien mengaku dirinya adalah perokok, dengan 1 bungkus dihabiskan dalam waktu 3 hari dan tidak pernah meminum alkohol serta obat-obat terlarang.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

PRENATAL DAN PERINATAL Menurut anak pasien yang mendengar dari cerita

neneknya, pasien dilahirkan normal dibantu oleh dukun. Pasien dilahirkan cukup bulan dan mendapatkan ASI dari ibunya. Pasien merupakan anak yang diharapkan, selama kehamilan dan kelahiran pasien tidak terdapat masalah.

Menurut pasien, pasien tidak tau dilahirkan dimana, pasien mengaku bahwa keluarga sudah meninggal semua, pasien dibuang dan tidak tau anak siapa, ada di tv namanya bunga, dibuang di ambil anak sekolah.

MASA KANAK-KANAK AWAL (1-3 TAHUN Menurut anaknya, pasien diasuh oleh kedua orang

tuanya, pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia anak pada umumnya. Anak pasien tidak mengetahui dengan jelas kapan pasien pertama kali belajar berjalan ataupun berbicara, namun menurut pengakuan dari anak pasien tidak ada keterlambatan dalam tumbuh kembang pasien saat ia masih kecil, semuanya normal-normal saja.

Menurut pasien, dia tidak diasuh oleh orang tuanya. Pasien memiliki ibu angkat (Senimah) dan yang merawat pasien ketika kecil adalah sama Mas Tomo. Pasien tidak tau masa kecilnya gimana. Anak pasien mengaku, pasien tidak pernah punya ibu angkat dan tidak ada orang disekitar mereka yang bernama Mas Tomo.

MASA KANAK PERTENGAHAN (3-11 TAHUN)

Menurut anaknya, pasien tidak pernah bersekolah, tetapi pasien belajar mengaji di Madrasah setempat. Hubungan pasien dengan teman-teman dilingkungan rumah maupun tempat mengaji cukup baik. Pasien tidak pernah bertengkar dengan teman sebayanya.

RIWAYAT MASA KANAK AKHIR DAN REMAJA (12-20 TAHUN)

Menurut anaknya, pasien merupakan anak yang baik dan suka membantu kedua orang tuanya bekerja sebagai petani di ladang. Pasien merupakan anak yang senang bergaul dengan tetangga dan teman-temannya. Di usianya yang ke-15, pasien bertemu dengan suaminya, pasien jatuh hati dengan suaminya dan kemudian menikah. Setelah menikah pasien pindah ke Kalimantan Barat mengikuti suaminya.

PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN Pasien tidak pernah sekolah karena biaya yang

tidak cukup, tapi pasien menempuh pendidikan non-formal yaitu belajar mengaji di Madrasah setempat.

Pasien mulai bekerja dari masa remajanya membantu kedua orang tua yang bekerja sebagai petani. Setelah mengikuti suami ke Kalimantan Barat pasien juga bekerja sebagai petani, dan pernah bekerja memasakkan makanan bagi pekerja pembuat jembatan di Sekadau. Sampai sekarang pasien masih bekerja sebagai petani.

PERNIKAHANPasien menikah di umurnya yang ke-15 atas dasar suka sama suka dengan suami yang pertama. Pernikahan pertama dikaruniai 4 orang anak dengan 3 orang cowok dan 1 orang cewek, pak Suwandi adalah anak ketiga dari pernikahan pertama. Ketika usia pak Suwandi 3,5 tahun suami pasien meninggal karena sakit. Selama perkawainan ini, menurut anak pasien, pasien dan suami hidup bersama, tidak ada masalah atau pun pertengkaran yang terjadi antara suami dan pasien. Kemudian setelah 4 tahun berlalu, pasien menikah lagi dengan suami kedua dan dikaruniai 3 orang anak, 2 cewek dan 1 cowok. Pak Suwandi kurang mengetahui keadaan pernikahan kedua pasien, tapi pak Suwandi tau kalau suami yang kedua ini sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena sakit pernapasan.

Menurut pengakuan pasien, pasien sudah dua kali menikah. Pernikahan pertama selama 7 tahun, tidak pernah terjadi perkelahian diantara mereka karena suami pergi tidak tahu kemana tapi mengirimkan uang, jadi uang dari kiriman suaminya dibelikan rumah serta ladang untuk dia menanam sayur. Pasien mengetahui suami pertama meninggal karena sakit. Kemudian pasien menikah lagi, setelah pasien melahirkan anak ke-3 dari pernikahan yang kedua, suami kedua pergi membawa seluruh anaknya dan tidak pernah pulang. Pasien tidak tahu apakah sampai sekarang suami kedua sudah meninggal atau masih hidup, tapi kalau suami kedua datang tetap di akui sebagai suami. Pasien jera tidak mau kawin lagi, dan mengaku tidak suka punya suami.

AGAMAPasien beragama Islam, selama sebelum sakit, anak pasien mengaku ibunya menjalankan ibadah dengan baik. Akan, tetapi setelah pasien sakit, dia tidak pernah lagi beribadah dan mengaji.

AKTIVITAS SOSIALSebelum pasien sakit, pasien senang bergaul dengan tetangga sekitar dan tidak memiliki masalah dengan tetangga-tetangganya. Ketika gejala gangguan jiwa pasien mulai muncul, pasien mulai membuat resah warga disekitar rumahnya. Dua bulan yang lalu setelah pulang dari RSJ, kondisi jiwa pasien sudah kembali baik (gejala-gejala mereda), pasien bisa berbincang dengan anaknya, istri anaknya, dan keluarga serta melakukan aktivitas harian lainnya (contoh: makan,minum, menanam sayur, bergaul dengan tetangga sekitar) tapi hanya bertahan satu bulan. Setelah pasien berhenti minum obat, gejala gangguan jiwa mulai muncul lagi, pasien mulai merusak rumah sendiri dan tetangga, mengancam tetangga dengan pisau, dan menangkap ayam tetangga.

RIWAYAT MILITER DAN PELANGGARAN HUKUM Pasien tidak memiliki riwayat aktivitas militer. Menurut anaknya, pasien tidak pernah ditahan

oleh polisi atau masuk penjara karena perbuatan kriminal.

RIWAYAT PSIKOSEKSUALMenurut anaknya, pasien menikah dengan suami pertamanya karena pasien memang menyukai suaminya.

RIWAYAT KELUARGAPasien adalah anak ke 1 dari 3 bersaudara. Menurut pengakuan anak pasien, sewaktu pasien bersama dengan ibu, bapak, dan saudaranya mereka memiliki hubungan yang baik. Pasien memiliki 2 orang suami yang sudah meninggal dan 7 orang anak. Pernikahan pertama dikaruniai 4 orang anak dengan 3 orang cowok dan 1 orang cewek. Suami pasien meninggal karena sakit. Selama perkawinan ini, menurut anak pasien, pasien dan suami hidup bersama, tidak ada masalah atau pun pertengkaran yang terjadi antara suami dan pasien. Kemudian setelah 4 tahun berlalu, pasien menikah lagi dengan suami kedua dan dikaruniai 3 orang anak, 2 cewek dan 1 cowok.

Pak Suwandi kurang mengetahui keadaan pernikahan kedua pasien, tapi pak Suwandi tau kalau suami yang kedua ini sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena sakit pernapasan. Pasien sekarang tinggal di Singkawang dengan pak Suwandi dan istrinya, dua orang anak pasien juga tinggal di Singkawang. Anak-anak yang ada di Singkawang selalu memantau kondisi pasien, pak Suwandi bersama istri mengurusi semua keperluan pasien. Sedangkan keluarga yang lain, seperti ibu kandung pasien dan anak-anak pasien lainnya ada di Sekadau. Keluarga tidak pernah melakukan tindak kekerasan terhadap pasien. Menurut anak pasien, tidak ada di keluarga yang mengalami gangguan jiwa selain pasien.

GAMBAR GENOGRAM KELUARGA

IMPIAN, FANTASI, DAN NILAI-NILAI Pasien merasa tidak sakit dan pasien ingin pulang

ke rumah, ingin menanam sayur dan buat tempe lagi.

Ketika ditanya apa yang akan pasien lakukan jika pasien menemukan dompet berisi uang dan identitas pemilik yang tergeletak dijalan, pasien menjawab kalau dompet akan dikembalikan kepada pemiliknya.

PERSEPSI KELUARGA TENTANG PASIEN

Menurut anak pasien, semua keluarga sangat sayang pada pasien dan menginginkan pasien untuk sembuh kembali. Anaknya mengaku bahwa dirinya membawa pasien kesini supaya pasien mau minum obat lagi dan berharap gejala-gejala mereda sehingga pasien bisa tenang dan bisa kembali ke rumah.

PENAMPILANPasien berpenampilan sesuai umur. Pasien datang mengenakan kaos dan jaket panjang, celana training panjang dan mengenakan kerudung.

PERILAKU DAN AKTIVITAS PSIKOMOTOR

Pasien tampak kurang tenang, perilaku aneh (-).SIKAP TERHADAP PEMERIKSA

Kontak mata (+), tatapan mata tajam, cukup kooperatif terhadap pemeriksa.

STATUS MENTAL

PEMBICARAANKontak verbal (+), isi bicara dan jawaban terkadang tidak relevan, volume dan intonasi meningkat, artikulasi jelas.

MOOD, AFEK DAN KESERASIAN

Mood : irritableAfek/Emosi : terbatasKeserasian : tidak serasi

PERSEPSIHalusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik 3rd order (+), derealisasi.

PIKIRAN / PROSES PIKIRBentuk: Non-realistisArus : asosiasi longgar dan

logorea.Isi : Waham kejar dan waham

kebesaran

SENSORIUM DAN KOGNISITaraf KesadaranKuantitas : Kompos mentisKualitas : Baik

OrientasiWaktu : Baik, pasien mengetahui pemeriksaan

dilakukan siang hari.

Tempat: Baik, pasien mengetahui sekarang ada di Rumah Sakit Jiwa.

Orang : Baik, pasien mengenali anaknya yang mengantar ke rumah sakit.

Konsentrasi dan Perhatian Konsentrasi kurang baik, pasien tidak dapat mengulangi

angka yang disebutkan pemeriksa. Perhatian pasien baik, pasien bisa memfokuskan diri saat

sedang diajak bicara.

Daya IngatJangka panjang : Tidak baik, pasien tidak dapat mengingat

kapan suami pertamanya meninggal dan tidak ingat nama ibu kandungnya

Jangka sedang : Baik, pasien mengingat dua bulan yang lalu dia pulang dari RSJ

Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat dia diantar pakai sepeda motor dari rumah ke RSJ

Segera : Tidak baik, pasien tidak dapat mengulang 5 deret angka yang disebutkan pemeriksa.

Pengetahuan umumCukup baik. Pasien bisa menjawab ketika ditanya siapa Presiden Republik Indonesia saat ini.

Kemampuan membaca dan menulisPasien tidak bisa membaca dan menulis.

Kemampuan visuospasial Kurang baik. Gambar pasien tidak mirip dengan gambar pemeriksa.

Gambar pemeriksa

Gambar pasien

Bakat kreatifPasien mengaku dirinya tidak memiliki bakat kreatif.

Kemampuan berpikir abstrakCukup. Pasien tidak bisa menyatakan persamaan bola dengan jeruk, tapi pasien menyebutkan perbedaan jeruk yang bisa dimakan sedangkan bola yang tidak bisa dimakan.

Kemampuan menolong diri sendiriBaik, pasien bisa makan, minum, dan mandi sendiri tanpa dibantu.

Pengendalian impulsTidak baik. Pasien tidak dapat mengendalikan kemarahannya.

Daya nilai dan tilikanKesan nilai sosialBaik. Menurut pasien, mencuri merupakan suatu perbuatan yang tidak boleh dilakukan karena merupakan suatu hal yang tidak baik dan perbuatan berdosa.

Daya nilai realitaTerganggu

Tilikan: 1

Taraf dapat dipercayaPasien tidak dapat dipercaya.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT Pemeriksaan Tanda Vital : dbn Status Generalis : dbn Status Neurologi : dbn Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang perempuan berusia 50 tahun datang berobat ke RSJ diantar oleh anak pasien karena marah-marah hampir setiap hari tanpa alasan yang jelas dan ngerusak rumah. Pasien mengaku melihat hantu di rumahnya kemaren dan membuat dia ngamuk kemudian dia membongkar isi rumahnya. Hantu itu berupa pocong yang menyuruhnya untuk membuka tali ikatan pocong tersebut. Pasien membuka ikatan pocong tersebut, pasien merasa dirinya ustadz jadi tidak takut dengan pocong. Pasien mengaku juga pernah tidur di kerenda, bangun pagi-pagi sudah berada di bukit yang tinggi, ada lihat orang biru-biru, rumah biru-biru. Pasien tidak ingat kapan kejadian ini berlangsung. Pasien bersumpah bahwa seluruh kejadian ini dia alami. Pasien juga mengaku kadang-kadang sulit tidur dan makan jika hantu-hantu tersebut muncul.

Pasien tidak suka dengan anaknya, Wandi, karena anaknya suka marah, galak, pernah mau mengikat pasien, males bantu-bantu pasien berladang. Pasien mengaku dirinya hidup sendiri dan anak-anaknya tinggal di tempat lain, jadi harus kerja keras dia tidak punya siapa-siapa. Pasien suka membongkar rumahnya karena rumahnya jelek, pasien berinisiatif membeli pasir sendiri untuk membuat rumah yang baru. Pasien mengatakan bahwa dia bisa bikin rumahnya sendiri. Pasien mengaku memiliki rumah di Eropa dan di Aceh. Pasien juga mengaku bahwa dirinya sebenarnya tidak sakit jiwa, jadi tidak mau minum obat.

Menurut anak pasien, pasien mulai kambuh lagi semenjak 1 bulan yang lalu setelah pasien tidak mau minum obat. Hampir 2 tahun pasien mengalami gangguan jiwa dan sudah dua kali dirawat ke RS. Dua bulan dirumah setelah kepulangan terakhir dari RSJ, pasien sudah kembali baik (gejala-gejala mereda) bisa ngobrol dengan dirinya, istrinya, dan keluarga serta melakukan aktivitas harian lainnya bergaul dengan tetangga sekitar, tapi hanya bertahan satu bulan.

Kemudian pasien tidak mau meminum obatnya, dan mulailah pasien jadi suka marah-marah hampir setiap hari, keluyuran dengan membawa senjata tajam, merusak rumah dan barang-barang, mukulin tiang listrik malam-malam.Keluarga mengaku sulit menasehati pasien, pasien tidak mau mendengarkan omongan keluarga. Pasien juga suka ngomong-ngomong sendiri, dan tidak jelas ngomongkan apa. Mengenai pak Eko dan bang Jabul, serta kepergian pasien ke kuburan dan ke bukit, keluarga mengaku bahwa disekitar kampung tidak ada kedua orang tersebut dan pasien juga tidak pernah ke kuburan maupun ke bukit. Pak Suwandi juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mau mengikat pasien, tidak pernah menyuruh dan memaksa pasien untuk bekerja keras malahan pak Suwandi ingin pasien istirahat dirumah saja tidak pergi kemana-mana.

Pada pemeriksaan status mental, pasien tampak kurang tenang, Kontak mata (+), tatapan mata tajam, cukup kooperatif terhadap pemeriksa. Kontak verbal (+), isi bicara dan jawaban terkadang irelevan, volume dan intonasi meningkat, artikulasi jelas. Mood pasien irritable dengan afek terbatas, dan tidak serasi. Ditemukan halusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik 3rd order (+) serta derealisasi. Bentuk pikir pasien adalah non-realistis, arus pikir didapatkan asosiasi longgar dan logorea. Isi pikir didapatkan adanya waham kejar dan waham kebesaran. Konsentrasi pasien kurang baik, daya ingat cukup, pasien tidak bisa membaca dan menulis, kemampuan visuospasial kurang, kemampuan berpikir abstrak cukup, pengendalian impuls pasien tidak baik. Tilikan pasien adalah 1

AKSIS 1Adanya hendaya dalam kemampuan realita Daya nilai realita terganggu Diskriminasi insight terganggu Keluarga mengeluh Aktivitas sehari-hari terganggu Ada gejala psikopatologi berupa waham,

halusinasi, dan bicara sendiri

Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita suatu psikosis.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, ditemukan

Kesadaran kompos mentis, orientasi terhadap waktu dan tempat baik, tidak ditemukan kelainan organik.

Disimpulkan bahwa pasien mengalami psikosa non organik

Berdasarkan penemuan bermakna dari autoanamnesis ditemukan

Waham kejarWaham kebesaranHalusinasi visualHalusinasi auditorik 3rd orderArus pikir berupa asosiasi longgar yang menyebabkan pembicaraan terkadang tidak relevan.

Berlangsung selama kurun waktu satu bulan bahkan lebih, disimpulkan bahwa pasien menderita skizofrenia.

Pasien telah memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ III, sebagai tambahan: Terdapat waham serta halusinasi yang menonjol Gangguan afektif, gejala katatonik secara relatif

tidak menonjol

Maka disimpulkan pasien menderita Skizofrenia paranoid

Aksis 2 : Tidak ditemukan gangguan kepribadian dan

Tidak ditemukan retardasi mentalAksis 3 : Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik, tidak ditemukan kelainan medis organik pada pasien.

Aksis 4 : Berdasarkan anamnesis, tidak ditemukan stressor psikososial dalam 1 tahun

terakhir.Aksis 5 : Berdasarkan hasil anamnesis, skor GAF

pasien memiliki nilai 50-41

EVALUASI DIAGNOSIS MULTIAKSIALAksis 1: F20.0 Skizofrenia ParanoidAksis 2: Tidak ditemukan gangguan

kepribadian dan retardasi mental

Aksis 3:Tidak ditemukan gangguan organik

Aksis 4: Tidak ada stressor psikososial dalam satu tahun terakhir

Aksis 5 : GAF dalam satu tahun terakhir adalah 50-41

DAFTAR MASALAHOrganobiologikTidak ditemukan masalah dengan organobiologik pada pasien

PsikologikHalusinasi visual (+), halusinasi auditorik 3rd order (+), derealisasi, waham kejar (+), waham kebesaran (+), bentuk pikir pasien adalah non-realistis, arus pikir didapatkan asosiasi longgar dan logorea

Sosial: Pasien ditinggal meninggal dua kali oleh suaminya.

PENATALAKSANAANHospitalisasi Medikamentosa

Risperidon 2 x 2 mg perhari p.oPsikoterapi suportif

Bimbingan dan terapi keluarga

PROGNOSISFaktor yang meringankan Faktor yang memperberat

1. Onset terjadi ketika pasien berusia 47 tahun

2. Adanya faktor presipitasi yaitu pasien di tinggal meninggal oleh suaminya.

3. Terdapatnya gejala positif berupa adanya gangguan isi pikiran yang tidak wajar (waham), adanya gangguan persepsi (berupa halusinasi visual dan halusinasi auditorik).

4. Dukungan keluarga (+)5. Riwayat sosial dan

pekerjaan pramorbid baik

1. Pasien janda2. Tilikan pasien: 13. Sudah 3 kali relaps4. Pasien pernah

mengancam dan menakuti warga dengan menggunakan pisau

Quo ad Vitam : Dubia ad bonamQuo ad Functionam : Dubia ad bonamQuo ad Sanactionam : Dubia ad malam