ujian ikm

47
BAB 1 PENDAHULUAN Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan deskriminasi yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Hal ini tampak lebih jelas dialami oleh penderita skizofrenia, mereka sering mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Ini mungkin disebabkan karena ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat mengenai skizofrenia. 3 Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan psikotik yang paling dikarakteristikkan dengan simptom positif atau negatif dan sering dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya sehari-hari. Seseorang yang menderitaskizofrenia akan mengalami kesulitan untuk membedakan manakah pengalaman yang berdasarkan realita dan bukan, pikiran pikiran yang sesuai dengan logika atau tidak, perilaku yang serasi atau tidak. 3 1

Upload: erwincortez

Post on 14-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Ilmu Kesehatan Keluarga / Komunitas

TRANSCRIPT

Page 1: Ujian IKM

BAB 1

PENDAHULUAN

Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan deskriminasi

yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang

menderita penyakit medis lainnya. Hal ini tampak lebih jelas dialami oleh

penderita skizofrenia, mereka sering mendapatkan perlakuan yang tidak

manusiawi, misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Ini

mungkin disebabkan karena ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari

keluarga atau anggota masyarakat mengenai skizofrenia. 3

Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan psikotik yang

paling dikarakteristikkan dengan simptom positif atau negatif dan sering

dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya sehari-

hari. Seseorang yang menderitaskizofrenia akan mengalami kesulitan untuk

membedakan manakah pengalaman yang berdasarkan realita dan bukan, pikiran

pikiran yang sesuai dengan logika atau tidak, perilaku yang serasi atau tidak.3

Skizofrenia menyerang kurang lebih 1% dari populasi dunia (0,85%).

Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras, budaya adalah sama.

Wanita cenderung mengalami ge jala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap

dan fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Onset puncak pada laki-

laki terjadi pada 15-25 tahun dan pada perempuan pada 25-35 tahun.3

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

Namun berbagai. teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan

hipotesis dopamin.1 Model diastesis stres. Menurut teori ini skizofrenia dapat

timbul karena adanya integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan

lingkungan.3 Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan

penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta

1

Page 2: Ujian IKM

oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang

jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5; yakni

subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan

residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan

deterioratif sederhana.2 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke

dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci

(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3 Salah satu

tipe skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dialami adalah skizofrenia

tipe paranoid. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid dan pasien dapat

atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasu menonjol

sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh.1 Dalam hal

penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia paranoid dapat dilakukan perawatan di

rumah sakit sesuai dengan indikasi, terapi somatik dengan pengobatan

antipsikotik, dan melakukan terapi psikososial.

Prognosis pasien dengan skizofrenia secara umum adalah 25% individu dapat

sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami

perburukan.1

BAB 2

2

Page 3: Ujian IKM

STATUS PSIKIATRI

IDENTITAS PASIEN

Tanggal : Rabu, 17 Mei 2015 Jam : 17.00 WIB

Nama : Tn. RO

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir/ Umur : Jambi, 10 Oktober 1989/ 25 Tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Bangsa : Indonesia

Suku : Melayu

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : RT. 03 Kel. Payo Selincah Kec. Jambi

Timur Kota Jambi

Pernah masuk Rumah Sakit dengan : Os. Belum pernah dirawat inap di

RSJ Kota Jambi

KETERANGAN DARI ALLO/ INFORMAN

Nama : Ny. B

Jenis Kelamin : Lak-laki

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat dan telepon : Jl. Baidjuri No.01 RT.02 Kel. Talang

Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Hubungan dengan Pasien : Paman Pasien

Keakraban dengan Pasien : Cukup Akrab

Kesan pemeriksa/ Dokter terhadap keterangan yang diberikan :Dapat

dipercaya

3

Page 4: Ujian IKM

I. ANAMNESIS

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :

1. Pasien sendiri

2. Informan (Paman pasien)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan : Keluarga

2. Sebab utama : Os. Keluar rumah menganggu warga dengan membawa

benda tajam

3. Keluhan utama : Os mengamuk dan mengoceh sendiri di depan

rumahnya dan membawa golok (benda tajam) mengganggu salah

seorang warga yang sedang membersihkan halaman, warga tersebut

disuruh os. Untuk bersujud di kaki Os, karena takut digolok warga

tersebut sujud di kaki os. Melihat kejadia itu keluarga os. Langsung

mengamankan os dan membawa os. Ke RSJ Kota Jambi. Os dibawa ke

RSJ oleh paman dan bibinya pada tanggal 17 Mei 2015 pukul 17.00

WIB sore hari . saat sampai di IGD os. Sangat gelisah dan mengoceh-

ngoceh isi ocehannya beragam yang lebih sering yaitu os. mengaji-

ngaji dengan suara yang keras. Menurut pamannya, os sering juga

mengoceh-ngoceh bahwa dia seseorang walikota yang akan dilantik

oleh presiden, seorang tentara. Os. Sering berpuasa makan nasi, os

hanya minum air putih dan mau makan kurma saja. Os. Sering curiga

sama orang-orang yang ada ditempat tinggalnya. Os juga sering

mendengarkan suara-suara yang dia tidak bisa melihat asal suaranya,

dan melihat bayang-bayangan katanya os “Mistis” yang hanya dia saja

yang dapat melihat. Os. Sering mengahayal dan melamun dirumah lalu

tertawa-tawa sendiri. Os. Tidak tinggal bersama orang tuanya

semenjak orang tuanya bercerai, namun setelah ayah kandungnya

menikah lagi os. Tinggal bersama ayah kandungnya dan ibu tirinya,

lalu ayah kandung os. Meninggal dunia dan os tinggal bersama ibu

tirinya. Menurut keluarga os. Munculnya gejalanya pada os. Berkaitan

4

Page 5: Ujian IKM

dengan ayahnya yang meninggal. Lalu os di bawa untuk tinggal

bersama pamannya sekarang.

4. RPP/ RPS :

Keluhan dan gejala

- Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, os mulai tidak bisa tidur,

suka keluyuran tidak mengenal waktu, suka menasihati orang lain

tentang agama.

- Os tidak mau kuliah ketika ayah dan ibunya bercerai pada tahun 2013

yang disebabkan oleh banyaknya masalah yang membebaninya mulai

dari tahun 2012 hingga tahun 2014, yaitu masalah di lingkungan

pekerjaan dan masalah di lingkungan keluarga. Pada akhir tahun 2014

keluhan os mulai tampak. Namun keluarga membawa os. Berobat jalan

di RSJ Kota Jambi. Namun pengobatan os tidak rutin sehingga os

mengalami putus obat.

- Os mengaku sebagai orang penting (mentri, walikota, ustadz, tentara

dan lain-lain). Os merasa nenek moyangnya mengendalikan dirinya,

ikut kemana Os pergi, dan Os selalu dapat berkomunikasi dengan

nenek moyangnya tersebut dan mengajarkan os. Tentang agama.

- Os juga sering membahas hal yang bersifat agama seperti: ketetapan

Allah SWT, surga dan neraka, hari kiamat, padang mahsyar, dan

sebagainya. Keluarga Os dan rekan kerjanya sering menegur dan

memarahinya karena kelakuannya tersebut, namun Os makin marah

jika ditegur.

Hendaya/disfungsi dalam Hubungan Sosial, Pekerjaan, dan Penggunaan

Waktu Senggangnya

- Os tidak lagi bekerja ± 5 bulan terakhir.

- Hubungan os dengan istri (tidak berkomunikasi 2 bulan terakhir),

keluarga, dan lingkungan rumah kurang baik. (orangtua tidak suka dg

istri os, dan sebaliknya). Sudah sejak 2 bulan terakhir, Os dan istri

tidak pernah berkomunikasi lagi. Saat Os menghubungi istrinya pun,

istrinya malah menghindar. Lingkungan rumah Os beserta orangtuanya

5

Page 6: Ujian IKM

dalam keadaan baik, hubungan Os dan keluarga terjalin akrab

walaupun Os sedang sakit. Namun, istri Os menyalahkan keluarga Os

karena menganggap keluarga Os yang membuat Os menjadi sakit

seperti ini.

- Os menggunakan waktu senggangnya selama sakit dengan cara

bernyanyi, berzikir, sholat, dan puasa.

Faktor Premorbid

- Sebelum mengalami gangguan jiwa, Os adalah seorang pria yang

mudah tersinggung, mudah marah dan tertutup.

- Os mempunyai pengalaman duka cita mandalam, yaitu saat orang

tuanya bercerai dan ayahnya meninggal dunia.

Faktor keturunan (Genetik)

- Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.

Faktor Organik : Kejang (-), Demam tinggi (-),

Trauma kepala disertai gangguan

kesadaran (-), Kelumpuhan (-),

Tumor (-), Lain-lain (-)

Faktor Pencetus :

- Paman os mengingat kan untuk tidak berpuasa, namun os marah-marah

- Bibi os mengingat jangan mengaji denga suara yang keras, karena os

sering mengaji malam-malam saat tetangga istirahat

Riwayat Penggunaan NAPZA : disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Os masuk RSJ dengan riwayat gangguan/ penyakit yang sama.

- Os tidak pernah mengalami episode depresi atau mania sebelumnya.

Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit/Gangguan

Sebelumnya

- 0s. pernah menjalani pengobatan rawat jalan di RSJ

Riwayat Keluarga

6

Page 7: Ujian IKM

a. Identitas Orang tua

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah: Tn. Alm. F Ibu: Ny. K

Bangsa Indonesia Indonesia

Suku Melayu Melayu

Agama Islam Islam

Pendidikan Tamat SMA Tamat SMP

Pekerjaan Swasta IRT

Umur 59 tahun 53 tahun

Alamat RT. 03 Kel. Payo

Selincah Kec. Jambi

Timur Kota Jambi

-

Hubungan Akrab Kurang Akrab

b. Kepribadian, dijelaskan oleh os.

Ayah : Ayah os seorang yang baik (+), Perhatian (+),

tegas (+).

Ibu : Ibu os seorang yang kurang perhatian (+)

c. Os merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara.

Keterangan

= Kakek dari ayah dan ibu os telah meninggal

7

Page 8: Ujian IKM

= nenek dari ayah dan ibu os telah meninggal

= Ayah dari os telah meninggal

= pasien

d. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal di rumah os dan hubungan

terhadap os : Os. Tinggal dirumah dengan paman dan bibinya dirumah

pamannya

e. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota

keluarga : Tidak ada riwayat keluarga penyakit jiwa dan penyakit

fisik pada anggota keluarga Os

Riwayat Kelahiran

a. Antenatal : Tidak ada kelainan, kehamilan yang diinginkan.

b. Natal : Os lahir aterm, normal, lahir dibantu bidan.

c. Postnatal : Os lahir sehat, berat badan normal, dan tidak ada

kelainan.

Riwayat Perkembangan

a. Riwayat saat bayi dan anak-anak

Pertumbuhan fisik : Normal seperti anak pada umumnya

Minum ASI : Minum ASI tapi tidak eksklusif

Usia mulai bicara : Usia satu setengah tahun

Usia mulai jalan : Usia satu tahunan

b. Simptom-simptom yang berhubungan dengan problem perilaku yang

dijumpai pada masa kanak-kanak : -

c. Toilet training : dikenalkan sekitar Os berumur 2,5 tahun

keatas.

d. Kesehatan fisik masa kanak-kanak : Sehat, tidak ada kelainan.

e. Kepribadian serta tempramen sewaktu anak-anak :

8

Page 9: Ujian IKM

Os sewaktu anak-anak adalah anak yang pemalu, kurang percaya diri

untuk tampil, dan kurang dapat bergaul.

f. Masa sekolah

g. Masa remaja

Os merupakan anak yang tertutup, kurang percaya diri.

Merokok (jarang), alkohol (jarang), narkotika & psikotropika (-).

Riwayat pekerjaan

Os tidak bekerja

Riwayat Perkawinan

Os. Belum menikah

Riwayat Sosial

Os tidak memiliki catatan kriminal.

Pergaulan Os di masyarakat kurang bergaul.

5. Situasi Sekarang

Riwayat tempat tinggal

Rumah tempat

tinggal

Keadaan Rumah

Tenang Cocok Nyaman Tak Menentu

Rumah

Orangtua Os

9

Perihal SD SMP SMA

Umur 7-12 tahun 12-15 tahun 15-18 tahun

Prestasi Baik Baik Baik

Aktifitas Sekolah Baik Baik Baik

Sikap terhadap Teman Baik Baik Baik

Sikap terhadap Guru Baik Baik Baik

Page 10: Ujian IKM

6. Persepsi dan Tanggapan Pasien mengenai Diri dan Kehidupannya

Os. Menyangkal bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa

10

Page 11: Ujian IKM

II. STATUS MENTAL

1. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Sikap Tubuh : Gelisah ( )

Cara berpakaian : Kurang rapi ( )

Kesehatan fisik : Sehat ( )

2. Perilaku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan : Normoaktif ( )

Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif( )

3. Pembicaraan

Cara Berbicara : Tekanan berbicara ( ), Gaya bicara sangat

keras ( ).

Produktifitas : Banyak (mengaji dan bacaan sholat)

4. Afek, mood, dan emosi lainnya

Afek : Sesuai (appropriate)

Mood : Iritabel (Irritable)

Emosi lain : Agitasi

5. Pikiran :

Proses Pikir : Psikosis ( ), Flight of ideas (√)

Bentuk pikir/Bicara : Sirkumtansialitas ( ), jawaban

tidak relevan ( )

Isi piker : Waham nihilistic (√), waham

kebesaran (√), waham paranoid (curiga) (√),waham agama ( ),

Noesis ( ), Unio Mystica ( ).

6. Persepsi : Halusinasi visual ( ), halusinasi auditorik ( ).

7. Sensorium

Kesadaran : Kompos mentis terganggu, disorientasi

Orientasi: Waktu, tempat, dan orang terganggu

Konsentrasi dan kalkulasi : Terganggu

Pengetahuan Umum : Tidak dapat dinilai

11

Page 12: Ujian IKM

8. Pengendalian Impuls : Terganggu

9. Daya Nilai

Norma sosial : Terganggu

Uji daya nilai : Terganggu

Penilaian realitas : Terganggu

10. Tilikan :

Derajat 1 : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.

11. Taraf dapat dipercaya : Belum dapat dipercaya

12. Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya : Tidak dilakukan

III. WAWANCARA DENGAN ANGGOTA KELUARGA

Nama : Tn. B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat dan telepon : Jl. Baidjuri No.01 RT.02 Kel. Talang

Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Hubungan dengan Pasien : Paman pasien

IV. LAMPIRAN EVALUASI SOSIAL

Tidak ada

V. PEMERIKSAAN INTERNA

Keadaan Umum

Sensorium:Disorientasi Suhu:36,5oC

Nadi: 80x/menit Pernafasan:20x/menit

TD:120/80 mmHg Turgor: Baik

VI. STATUS NEUROLOGI : Dalam Batas Normal

12

Page 13: Ujian IKM

VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS

LAINNYA : Tidak dilakukan

VIII. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN

LAIN-LAIN : Tidak dilakukan

IX. DIAGNOSIS BANDING

1. F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria skizofrenia, karena terdapat halusinasi dan waham yang

menonjol.Yaitu halusinasi auditorik berupa suara yang memberi perintah,

serta halusinasi visual.Waham yang menonjol adalah waham kejar serta

waham paranoid (curiga) dan waham agama.

2. F 22.0 Gangguan Waham Menetap

Alasan memilih :

Terdapatnya beberapa waham-waham yang ditunjukkan oleh

pasien.

Waham harus sudah ada sedikitnya tiga bulan, dan harus bersifat

khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.

Tidak terdapat bukti adanya penyakit pada otak.

Alasan menyingkirkan :

Pasien menunjukkan gejala halusinasi yang menetap dari

pancaindera apa saja yang berlangsung lebih dari satu bulan.

Adanya gejala skizofrenia seperti waham kendali, waham kejar,

gangguan afek.

3. F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Alasan memilih :

Gejala psikotik harus dalam masa dua minggu/kurang.

Gejalanya polimorfik yaitu beraneka ragam dan berubah cepat.

Alasan menyingkirkan :

13

Page 14: Ujian IKM

Gejala psikotik berlangsung selama lebih dari 1 bulan, dan diawali

sejak terdiagnosa pertama kali pada akhir 2014.

X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Gambaran Kepribadian Paranoid

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Primary support group, Putus Obat

Aksis V : GAF Scale tertinggi 1 tahun yang lalu 70-61 ( beberapa

gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum

masih baik. GAF Scale saat pemeriksaan 60-51( gejala sedang,

disabilitas sedang).

XI. TERAPI

1. Terapi di IGD

a. Injeksi Govotil 1 amp

b. Injeksi Dyphenhidramine 2 amp

c. Risperidon 2 mg 2x1

d. Trihexyphenidyl 2 mg 2x1

e. Chlorpromazin 100 mg 1x1

2. Terapi Rumatan saat Rawat Inap

a. Injeksi Govotil 1 amp

b. Injeksi Dyphenhidramine 2 amp

c. Trihexylphenidyl 2 mg 2x1

d. Chlorpromazin 100 mg 1x1 (malam hari)

3. Terapi Kejuruan

Dengan cara mengikuti kegiatan rehabilitasi yang rutin diadakan di RSJD

Jambi setiap 1 minggu sekali sehingga os dapat mengisi waktu luang

dengan kegiatan positif dan menyalurkan bakat serta membina hubungan

sosial antar sesama pasien dan pihak RSJD Jambi. Kegiatan yang dilakukan

14

Page 15: Ujian IKM

pada umumnya adalah senam pagi, membereskan kamar, dan halaman

bangsal serta bermain bola.

4. Terapi Psikoedukasi

Memberikan edukasi terkait penyakit yang sedang dialami oleh pasien

seperti tanda dan gejala kekambuhan yang mungkin timbul serta

pentingnya teratur dan disiplin dalam minum obat.Terkait hal ini perlu

dilakukan edukasi kepada keluarga pasien agar dapat mengontrol pasien

dalam mengonsumsi obat jika nanti pasien dapat dipulangkan. Keluarga

juga perlu diberikan pengetahuan terkait tidak dibutuhkannya pengobatan

alternatif saat pasien mengalami kekambuhan. Dan mengingatkan bahwa

kekambuhan terjadi diakibatkan tidak teraturnya pasien dalam minum obat,

dan jika kekambuhan terjadi tindakan tepat yang dapat dilakukan oleh

keluarga adalah membawa pasien ke IGD RSJ, bukan membawa pasien ke

pengobatan alternatif.

5. Psikoterapi Suportif

Pemberian terapi melalui beberapa teknik :

- Ventilasi, yaitu memberi kesempatan kepada pasien agar pasien dapat

menceritakan isi hatinya seluas-luasnya mengenai permasalahan yang

menjadi stres utama, dokter menjadi pendengar yang baik, sehingga

pasien merasa lega serta keluhannya berkurang.

- Persuasif, yaitu menerangkan secara masuk akal dan meyakinkan

pasien mengenai gejala penyakitnya dapat hilang/sembuh.

- Sugestif, yaitu menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala

gangguannya akan hilang.

- Reassurance, yaitu meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia

sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya dengan cara

menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien.

- Bimbingan, yaitu memberi nasihat dengan penuh wibawa dan

pengertian mengenai hubungan antar manusia, cara berkomunikasi,

bekerja dan belajar yang baik.

15

Page 16: Ujian IKM

- Konseling, yaitu membantu pasien memahami dirinya sendiri secara

lebih baik agar pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri dengan cara

menyampaikannya secara halus dan penuh kearifan.

- Terapi kerja, yaitu memberikan kesibukan kepada pasien untuk

beraktivitas dan bekerja sesuai yang mampu dia kerjakan/lakukan agar

dia terampil dan dapat berguna untuk mencari nafkah baginya kelak.

6. Manipulasi Lingkungan

Dilakukan dengan cara mengedukasi pasien dan keluarga pasien mengenai

penyakit yang sedang dialami oleh pasien. Sehubungan dengan keadaan

putus obat yang terjadi pada pasien dan tidak terlalu dikontrol oleh

keluarganya, sehingga pemahaman tentang kekambuhan akibat

pengobatan yang tidak teratur dan disiplin dapat dicegah oleh keluarga

pasien selaku penanggung jawab selama pasien menjalani terapi.Edukasi

ini juga diperlukan agar saat pasien telah keluar dari RSJ, keluarga,

lingkungan sosial dan lingkungan pekerjaan dapat menerima keadaan

pasien dengan baik dan terciptanya lingkungan yang kondusif untuk

pasien. Peran keluarga juga sangat diperlukan untuk membina pasien agar

dapat hidup mandiri, bertanggung jawab dan dapat beraktifitas seperti

orang pada umumnya, seperti dengan cara membina kegiatan keagamaan

bersama.

XII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsional : Dubia ad malam

16

Page 17: Ujian IKM

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia adalah sekelompok gejala psikotik dengan ciri-ciri penarikan diri

dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan gangguan afektif yang kadang

kala disertai dengan halusinasi dan delusi serta tingkah laku yang negatif atau

merusak.7

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe

paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan

residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan

deterioratif sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6

subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated),

simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3

2.2 Epidemiologi

Penelitian mengenai insidensiskizofreniamasih relatif jarang dilakukan. Hasil

survei yang dilakukan oleh WHO di 10 negara,menunjukkan tingkat insiden

pertahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar

antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia

di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap

subtipe skizofrenia.4

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan

onset dan perjalanan penyakit yang berbeda. Laki-laki mempunyai onset yang

lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15

sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian

telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk

terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial

17

Page 18: Ujian IKM

yang lebih baik daripada laki-laki.Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien

skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia

laki-laki. Pada studi yang dilakukan di Ciompi menunjukan bahwa 50% pasien

memiliki onset akut dan 50% lagi kronis atau lama.6

2.3 Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.Namun

berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis

dopamin.Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan

faktor biologis, psikososial dan lingkungan.Model ini mendalilkan bahwa

seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika

dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan

perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti

infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).2

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu

banyaknya aktivitas dopaminergik.Teori tersebut muncul dari dua

pengamatan.Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik

berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor

dopaminergik tipe 2.Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas

dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik.Namun

belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan

dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua

mekanisme tersebut.Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana

hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis

dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien

teragitasi berat.Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron

dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon

dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik.Data tersebut

menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin

melibatkan keadaan hipodopaminergik. 2

18

Page 19: Ujian IKM

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:

1. Jalur Dopamin Mesolimbik: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif

pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan

badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang

otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan

penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham

dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin

ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin

pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 2

2. Jalur Dopamin Mesokortikal: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah

serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin

pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada

penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya

penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral

prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways

dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui

inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade

antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal

dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 2

3. Jalur Dopamin Nigostriatal: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang

otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari

sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin

pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan

pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun

hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya

gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 2

4. Jalur Dopamin Tuberoinfundibular: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus

ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal jalur dopamin

tuberoinfundibular mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif

19

Page 20: Ujian IKM

prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan

prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau

penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang

dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.2

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti

mengenai hubungannya dengan skizofrenia.Serotonin contohnya, karena obat

antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa

peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas

noradrenergik.2

Sampai hari ini berkembang pula beberapa konsep tentang faktor-faktor

resiko penyebab Skizofrenia, antara lain :

a) Faktor Genetis. Dari hasil penelitian M.S. Hartono dijumpai

presentasi yang lebih tinggi pada keluarga dibandingkan dengan

populasi umum. Demikian pula, pada studi anak kembar dijumpai

kemungkinan yang cukup besar jika saudara kandung penderita

mengidap skizofrenia. Namun, faktor genetis ini diwariskan secara

multifaktorial, yang berarti dipengaruhi juga oleh lingkungan.

b) Faktor Non-Genetis.

1. Faktor Lingkungan. Sebagian ahli berpendapat bahwa faktor

lingkungan seperti kebudayaan, ekonomi, pendidikan, sosial,

penggunaaan obat-obatan, stres karena pemerkosaan,

penganiayaan berat, perceraian dan sebagainya merupakan

penyebab utama terjadinya skizofrenia.

2. Faktor Biologi. Yang dimaksudkan adalah faktor faal seperti

kerusakan jaringan otak atau struktur otak yang abnormal,

kerusakan ini biasanya dibawa semenjak lahir.

3. Faktor Psikososial. Menurut teori psikoanalisis, kerusakan

yang menentuka penyakit mental adalah gangguan dalam

organisasi “ego”, yang kemudian memengaruhi cara

20

Page 21: Ujian IKM

berintrepretasi terhadap realitas dan kemampuan pengendalian

dorongan seks. Gangguan ini terjadi sebagai akibat distorsi

dalam hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya, dimana

anak tidak dapat berkembang melampaui fase oral dari

perkembangan jiwanya. Didapati juga bahwa penderita

skizofreniatidak pernah dapat mencapai hubungan yang erat

dengan ibunyapada masa bayi. Bberapa psikoanalisis

beranggapan bahwa gangguan pada fungsi ego seseorang

dapat menyebabkan perasaan bermushan. Distorsi hubungan

ibu-bayi ini kemudian mengakibatkan terbentuknya suatu

kepribadian yang pekaterhadap stres. Teori psikoanalisi

beranggapan bahwa berbagai gejala skizofrenia mempunyai

arti simbolik untuk penderita secara individu, misalnya fantasi

tentang kiamatnya dunia menunjukan bahwa alam internal

penderita telah hancur.7

2.4 Gejala dan Diagnosis

Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari

skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas

menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti

dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan

diri dan kinerja sosial yang buruk.3 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul

dan terutama waham curiganya. 2

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia.

Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut:2

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan

untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika

diobati dengan berhasil):

21

Page 22: Ujian IKM

1) Waham

2) Halusinasi

3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau

inkoherensi)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan

(avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah

kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari

perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-

cakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset

gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai

sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan

untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan

yang diharapkan).

C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.

Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang

memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal

atau residual.

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan

skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan

karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah

terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi

selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi

periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

22

Page 23: Ujian IKM

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:3

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

- “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya

sama tapi kualitasnya berbeda.

- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk

ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

a) – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar, atau

– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar

– “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke

pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan

khusus);

– “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

b) Halusinasi auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap

perilkau pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara) atau

23

Page 24: Ujian IKM

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

pasien

c) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama

atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa.

2.5 Diagnosa Banding

1. Gangguan Psikotik Sekunder dan akibat Obat

Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam

substansi.Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus

mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan

nonpsikiatrik.Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi

medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak

lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadaran.Kedua,

klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap,

termasuk riwayat gangguan medis, neurologis, dan psikiatrik.Ketiga,

klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis

nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia

sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang

sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik

dibandingkan dengan seorang pasien nonskizofrenik. Anamnesis lengkap

dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis

banding ini.2

2. Berpura- pura dan Gangguan Buatan

Diagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang

yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita

skizofrenia.Berpura- pura skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan

seseorang yang memiliki masalah hukum atau finansial.Pasien yang

kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi

24

Page 25: Ujian IKM

diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa

pasien dengan skizofrenia sering kali secara palsu mengeluh suatu

eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau

untuk dapat dirawat di rumah sakit.2

3. Gangguan Psikotik lain

Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform,

gangguan psikotik singkat & gangguan skizoafektif.Perbedaan skizofrenia

dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya.Pada skizofreniform

gejalanya sekurang 1 bulan tetapi kurang dari enam bulan.Gangguan

psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya satu hari tetapi

tidak lebih dari satu bulan.Gangguan skizoafektif jika sindrom mania atau

depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.2

2.6 Terapi

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe

skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol

pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala “positif” lebih menonjol, maka

adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik

golongan tipikal (CPZ, HLP).4

Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis

yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin

tipe 2 serta antihistamin (H1).Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati

gejala positif maupun negatif.2 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh

lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala

ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian,

risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal secara kuantitatif” karena efek

samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.5

Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas

antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis

lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping

berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis

25

Page 26: Ujian IKM

α-1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.5 Selain

itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya

yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak

berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.2

Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri

dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi

individual.Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan

memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.Perilaku

adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang

diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan

skizofrenia.Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk

mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan

kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya

diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan

mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.2

Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan

dalam kehidupan nyata.Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,

meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan

skizofrenia. 2

Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis.Suatu

konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik

yang dialami psien adalah “aman”.Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat

dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan

keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.Ahli psikoterapi

sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien

skizofrenia.psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam

hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks

hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan

26

Page 27: Ujian IKM

kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat

ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa

ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya

dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia.

2.7 Prognosis

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.

Umumnya 25% penderita dapat sembuh sempurna,

40% mengalami dapat kekambuhan dan

35% mengalami dapat perburukan.

Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor

prognosis spesifik di Tabel 2.1.2

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

pramorbid baik

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada faktor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual,

pekerjaan pramorbid buruk

Perilaku menarik diri, autistik

Tidak menikah, bercerai,

janda/duda

Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam tiga

tahun

27

Page 28: Ujian IKM

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Saat ini dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang

berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga

dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery), sepertiga

yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat

sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (social

recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang jelek, mereka tidak

dapat berfungsi di masyarakat dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin

menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.

28

Page 29: Ujian IKM

BAB 4

ANALISIS KASUS

Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang telah dilakukan

terhadap pasien Tn. JS umur 32 tahun yang datang ke Instalasi Gawat Darurat

RSJD Jambi pada tanggal 29 Oktober 2014 didapatkan bahwa, Os dibawa oleh

keluarga karena Os mengamuk dan mengoceh sejak subuh.Os juga kerap

menyakiti diri sendiri bahkan keluarganya. Saat pagi harinya, Os didapati tengah

berenang di kolam kotor di halaman depan tempat wisata Kampoeng Radjo yang

berada didekat rumahnya.Sejak 3 hari lalu, Os suka keluyuran tanpa mengenal

waktu, suka menasihati bahkan memarahi orang lain jika orang tersebut tidak

sholat.

Os merupakan pasien yang sering keluar masuk RSJ di Aceh, Medan dan

Jambi.Keluhan ini sudah terjadi sejak tahun 2010 saat Os masih bekerja sebagai

TNI-AD di Banda Aceh.Saat itu, Os mudah tersinggung, marah, sedih dan kecewa

kepada rekan kerja dan atasannya di lingkungan TNI-AD yang Os rasa selalu

menyepelekannya, namun Os tidak pernah mengeluarkan kemarahannya tersebut.

Kehidupan rumah tangga Os juga tidak begitu harmonis, istrinya selalu

memarahinya dan selalu tidak bahagia atas apa yang telah Os berikan. Akibat

beban masalah tersebut yang terjadi sekitar tahun 2008-2010, pada tahun 2010 Os

mulai menunjukkan gejala-gejala positif gangguan jiwa.Os dan keluarga mengaku

bahwa Os sering kemasukan arwah nenek moyangnya, sehingga Os sering

mengoceh dan mengamuk sendiri.Sehingga pada saat itu keluarga membawa Os

pulang ke Jambi untuk menjalani pengobatan alternatif di Pesantren Al – Barokah,

Payo Selincah, Jambi.Namun, saat disana Os malah di rantai dan merasa

kondisinya memburuk, Os seperti lupa ingatan dan merasa kalau dirinya adalah

binatang (ular, kodok).

29

Page 30: Ujian IKM

Selama 2010 – 2014, Os telah keluar masuk RSJ yaitu 3 kali di Aceh, 2 kali

di Medan dan 3 kali di Jambi. Selama di rawat di RSJD Jambi, Os sering

mengoceh tentang keberadaan Allah SWT, hari kiamat, mengaku dirinya sebagai

Yesus, dan menasihati orang lain tentang ibadah.

Riwayat penggunaan alkohol dan NAPZA disangkal. Pada pemeriksaan

status psikiatri didapatkan penampilan kurang rapi, kesadaran disorientasi,

perilaku dan aktivitas normoaktif, kaki kanan os terinjak paku.cara bicara terdapat

tekanan bicara, gaya bicara sangat keras, dan logorea, afek appropriate, mood

irritable ,fungsi intelektual sesuai dengan taraf pendidikan, daya konsentrasi baik,

orientasi waktu, tempat dan orangterganggu, terjadi gangguan sensasi persepsi

berupa halusinasi auditorik, visual dan isi pikiran berupa waham kebesaran,

curiga, kendali dan somatis, pengendalian impuls terganggu, insight derajat 1.

RTA pasien terganggu.

Pada penderita ditunjukkan gejala skizofrenia paranoid sebagai gejala utama

yang berlangsung hampir setiap hari sejak sebulan terakhir dan telah berlangsung

selama 4 tahun ini. Gejala lain yang ditunjukkan penderita antara lain: mudah

tersinggung, marah tanpa alasan dan sering melakukan hal-hal aneh.

Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah (F 20.0) Skizofrenia

Paranoid, gangguan waham menetap, gangguan psikotik akut atau sementara.

Pada penderita, berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami

penderita dapat digolongkan dalam gangguan skizofrenia paranoid (F. 20.0)

Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan

farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Jenis farmakoterapi yang digunakan pada

penderita ini adalah golongan neuroleptik tipikal yaitu Haloperidole digabung

dengan obat tipikal lainnya seperti Chlorpromazine dengan pertimbangan untuk

mengatas gejala postif yang dominan pada pasien ini. Selain terapi obat-obatan,

juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi

kejuruan dan psikoedukasi keluarga.

30

Page 31: Ujian IKM

Prognosis pasien saat ini untuk fungsinya dalam melakukan kegiatan sehari-

hari adalah dubia ad malam. Hal ini didasarkan pada penilaian terhadap GAF

Scale penderita selama beberapa bulan dalam 1 tahun terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Nurmiati. Skizofrenia. Dalam: buku ajar psikiatri. Sylvia D.E,

Gitayanti H., editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2010.

2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Skizofrenia

Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010.

3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001. hal. 46-51.

4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta; 2007. hal

26-34.

5. Maslim, Rusdi. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 1999. Jakarta;

1999. hal 14-21.

6. Messias Erick,et al. Epidemiology of schizofrenia : review of findings and

myths. The Psychiatric clinics of North America. Amerika; 2007.

7. Simanjuntak, J. Konseling ganggunan jiwa dan okultisme: membedakan

gangguan juwa dan kerasukan setan.PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta;

2008

31