ujian ikm
DESCRIPTION
Ilmu Kesehatan Keluarga / KomunitasTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan deskriminasi
yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang
menderita penyakit medis lainnya. Hal ini tampak lebih jelas dialami oleh
penderita skizofrenia, mereka sering mendapatkan perlakuan yang tidak
manusiawi, misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Ini
mungkin disebabkan karena ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari
keluarga atau anggota masyarakat mengenai skizofrenia. 3
Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan psikotik yang
paling dikarakteristikkan dengan simptom positif atau negatif dan sering
dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya sehari-
hari. Seseorang yang menderitaskizofrenia akan mengalami kesulitan untuk
membedakan manakah pengalaman yang berdasarkan realita dan bukan, pikiran
pikiran yang sesuai dengan logika atau tidak, perilaku yang serasi atau tidak.3
Skizofrenia menyerang kurang lebih 1% dari populasi dunia (0,85%).
Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras, budaya adalah sama.
Wanita cenderung mengalami ge jala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap
dan fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Onset puncak pada laki-
laki terjadi pada 15-25 tahun dan pada perempuan pada 25-35 tahun.3
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun berbagai. teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan
hipotesis dopamin.1 Model diastesis stres. Menurut teori ini skizofrenia dapat
timbul karena adanya integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan
lingkungan.3 Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
1
oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang
jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5; yakni
subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan
residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan
deterioratif sederhana.2 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke
dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci
(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3 Salah satu
tipe skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dialami adalah skizofrenia
tipe paranoid. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid dan pasien dapat
atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasu menonjol
sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh.1 Dalam hal
penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia paranoid dapat dilakukan perawatan di
rumah sakit sesuai dengan indikasi, terapi somatik dengan pengobatan
antipsikotik, dan melakukan terapi psikososial.
Prognosis pasien dengan skizofrenia secara umum adalah 25% individu dapat
sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami
perburukan.1
BAB 2
2
STATUS PSIKIATRI
IDENTITAS PASIEN
Tanggal : Rabu, 17 Mei 2015 Jam : 17.00 WIB
Nama : Tn. RO
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir/ Umur : Jambi, 10 Oktober 1989/ 25 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Bangsa : Indonesia
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : RT. 03 Kel. Payo Selincah Kec. Jambi
Timur Kota Jambi
Pernah masuk Rumah Sakit dengan : Os. Belum pernah dirawat inap di
RSJ Kota Jambi
KETERANGAN DARI ALLO/ INFORMAN
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : Lak-laki
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat dan telepon : Jl. Baidjuri No.01 RT.02 Kel. Talang
Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi
Hubungan dengan Pasien : Paman Pasien
Keakraban dengan Pasien : Cukup Akrab
Kesan pemeriksa/ Dokter terhadap keterangan yang diberikan :Dapat
dipercaya
3
I. ANAMNESIS
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :
1. Pasien sendiri
2. Informan (Paman pasien)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan : Keluarga
2. Sebab utama : Os. Keluar rumah menganggu warga dengan membawa
benda tajam
3. Keluhan utama : Os mengamuk dan mengoceh sendiri di depan
rumahnya dan membawa golok (benda tajam) mengganggu salah
seorang warga yang sedang membersihkan halaman, warga tersebut
disuruh os. Untuk bersujud di kaki Os, karena takut digolok warga
tersebut sujud di kaki os. Melihat kejadia itu keluarga os. Langsung
mengamankan os dan membawa os. Ke RSJ Kota Jambi. Os dibawa ke
RSJ oleh paman dan bibinya pada tanggal 17 Mei 2015 pukul 17.00
WIB sore hari . saat sampai di IGD os. Sangat gelisah dan mengoceh-
ngoceh isi ocehannya beragam yang lebih sering yaitu os. mengaji-
ngaji dengan suara yang keras. Menurut pamannya, os sering juga
mengoceh-ngoceh bahwa dia seseorang walikota yang akan dilantik
oleh presiden, seorang tentara. Os. Sering berpuasa makan nasi, os
hanya minum air putih dan mau makan kurma saja. Os. Sering curiga
sama orang-orang yang ada ditempat tinggalnya. Os juga sering
mendengarkan suara-suara yang dia tidak bisa melihat asal suaranya,
dan melihat bayang-bayangan katanya os “Mistis” yang hanya dia saja
yang dapat melihat. Os. Sering mengahayal dan melamun dirumah lalu
tertawa-tawa sendiri. Os. Tidak tinggal bersama orang tuanya
semenjak orang tuanya bercerai, namun setelah ayah kandungnya
menikah lagi os. Tinggal bersama ayah kandungnya dan ibu tirinya,
lalu ayah kandung os. Meninggal dunia dan os tinggal bersama ibu
tirinya. Menurut keluarga os. Munculnya gejalanya pada os. Berkaitan
4
dengan ayahnya yang meninggal. Lalu os di bawa untuk tinggal
bersama pamannya sekarang.
4. RPP/ RPS :
Keluhan dan gejala
- Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, os mulai tidak bisa tidur,
suka keluyuran tidak mengenal waktu, suka menasihati orang lain
tentang agama.
- Os tidak mau kuliah ketika ayah dan ibunya bercerai pada tahun 2013
yang disebabkan oleh banyaknya masalah yang membebaninya mulai
dari tahun 2012 hingga tahun 2014, yaitu masalah di lingkungan
pekerjaan dan masalah di lingkungan keluarga. Pada akhir tahun 2014
keluhan os mulai tampak. Namun keluarga membawa os. Berobat jalan
di RSJ Kota Jambi. Namun pengobatan os tidak rutin sehingga os
mengalami putus obat.
- Os mengaku sebagai orang penting (mentri, walikota, ustadz, tentara
dan lain-lain). Os merasa nenek moyangnya mengendalikan dirinya,
ikut kemana Os pergi, dan Os selalu dapat berkomunikasi dengan
nenek moyangnya tersebut dan mengajarkan os. Tentang agama.
- Os juga sering membahas hal yang bersifat agama seperti: ketetapan
Allah SWT, surga dan neraka, hari kiamat, padang mahsyar, dan
sebagainya. Keluarga Os dan rekan kerjanya sering menegur dan
memarahinya karena kelakuannya tersebut, namun Os makin marah
jika ditegur.
Hendaya/disfungsi dalam Hubungan Sosial, Pekerjaan, dan Penggunaan
Waktu Senggangnya
- Os tidak lagi bekerja ± 5 bulan terakhir.
- Hubungan os dengan istri (tidak berkomunikasi 2 bulan terakhir),
keluarga, dan lingkungan rumah kurang baik. (orangtua tidak suka dg
istri os, dan sebaliknya). Sudah sejak 2 bulan terakhir, Os dan istri
tidak pernah berkomunikasi lagi. Saat Os menghubungi istrinya pun,
istrinya malah menghindar. Lingkungan rumah Os beserta orangtuanya
5
dalam keadaan baik, hubungan Os dan keluarga terjalin akrab
walaupun Os sedang sakit. Namun, istri Os menyalahkan keluarga Os
karena menganggap keluarga Os yang membuat Os menjadi sakit
seperti ini.
- Os menggunakan waktu senggangnya selama sakit dengan cara
bernyanyi, berzikir, sholat, dan puasa.
Faktor Premorbid
- Sebelum mengalami gangguan jiwa, Os adalah seorang pria yang
mudah tersinggung, mudah marah dan tertutup.
- Os mempunyai pengalaman duka cita mandalam, yaitu saat orang
tuanya bercerai dan ayahnya meninggal dunia.
Faktor keturunan (Genetik)
- Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.
Faktor Organik : Kejang (-), Demam tinggi (-),
Trauma kepala disertai gangguan
kesadaran (-), Kelumpuhan (-),
Tumor (-), Lain-lain (-)
Faktor Pencetus :
- Paman os mengingat kan untuk tidak berpuasa, namun os marah-marah
- Bibi os mengingat jangan mengaji denga suara yang keras, karena os
sering mengaji malam-malam saat tetangga istirahat
Riwayat Penggunaan NAPZA : disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Os masuk RSJ dengan riwayat gangguan/ penyakit yang sama.
- Os tidak pernah mengalami episode depresi atau mania sebelumnya.
Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit/Gangguan
Sebelumnya
- 0s. pernah menjalani pengobatan rawat jalan di RSJ
Riwayat Keluarga
6
a. Identitas Orang tua
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah: Tn. Alm. F Ibu: Ny. K
Bangsa Indonesia Indonesia
Suku Melayu Melayu
Agama Islam Islam
Pendidikan Tamat SMA Tamat SMP
Pekerjaan Swasta IRT
Umur 59 tahun 53 tahun
Alamat RT. 03 Kel. Payo
Selincah Kec. Jambi
Timur Kota Jambi
-
Hubungan Akrab Kurang Akrab
b. Kepribadian, dijelaskan oleh os.
Ayah : Ayah os seorang yang baik (+), Perhatian (+),
tegas (+).
Ibu : Ibu os seorang yang kurang perhatian (+)
c. Os merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara.
Keterangan
= Kakek dari ayah dan ibu os telah meninggal
7
= nenek dari ayah dan ibu os telah meninggal
= Ayah dari os telah meninggal
= pasien
d. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal di rumah os dan hubungan
terhadap os : Os. Tinggal dirumah dengan paman dan bibinya dirumah
pamannya
e. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota
keluarga : Tidak ada riwayat keluarga penyakit jiwa dan penyakit
fisik pada anggota keluarga Os
Riwayat Kelahiran
a. Antenatal : Tidak ada kelainan, kehamilan yang diinginkan.
b. Natal : Os lahir aterm, normal, lahir dibantu bidan.
c. Postnatal : Os lahir sehat, berat badan normal, dan tidak ada
kelainan.
Riwayat Perkembangan
a. Riwayat saat bayi dan anak-anak
Pertumbuhan fisik : Normal seperti anak pada umumnya
Minum ASI : Minum ASI tapi tidak eksklusif
Usia mulai bicara : Usia satu setengah tahun
Usia mulai jalan : Usia satu tahunan
b. Simptom-simptom yang berhubungan dengan problem perilaku yang
dijumpai pada masa kanak-kanak : -
c. Toilet training : dikenalkan sekitar Os berumur 2,5 tahun
keatas.
d. Kesehatan fisik masa kanak-kanak : Sehat, tidak ada kelainan.
e. Kepribadian serta tempramen sewaktu anak-anak :
8
Os sewaktu anak-anak adalah anak yang pemalu, kurang percaya diri
untuk tampil, dan kurang dapat bergaul.
f. Masa sekolah
g. Masa remaja
Os merupakan anak yang tertutup, kurang percaya diri.
Merokok (jarang), alkohol (jarang), narkotika & psikotropika (-).
Riwayat pekerjaan
Os tidak bekerja
Riwayat Perkawinan
Os. Belum menikah
Riwayat Sosial
Os tidak memiliki catatan kriminal.
Pergaulan Os di masyarakat kurang bergaul.
5. Situasi Sekarang
Riwayat tempat tinggal
Rumah tempat
tinggal
Keadaan Rumah
Tenang Cocok Nyaman Tak Menentu
Rumah
Orangtua Os
√
9
Perihal SD SMP SMA
Umur 7-12 tahun 12-15 tahun 15-18 tahun
Prestasi Baik Baik Baik
Aktifitas Sekolah Baik Baik Baik
Sikap terhadap Teman Baik Baik Baik
Sikap terhadap Guru Baik Baik Baik
6. Persepsi dan Tanggapan Pasien mengenai Diri dan Kehidupannya
Os. Menyangkal bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa
10
II. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Sikap Tubuh : Gelisah ( )
Cara berpakaian : Kurang rapi ( )
Kesehatan fisik : Sehat ( )
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : Normoaktif ( )
Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif( )
3. Pembicaraan
Cara Berbicara : Tekanan berbicara ( ), Gaya bicara sangat
keras ( ).
Produktifitas : Banyak (mengaji dan bacaan sholat)
4. Afek, mood, dan emosi lainnya
Afek : Sesuai (appropriate)
Mood : Iritabel (Irritable)
Emosi lain : Agitasi
5. Pikiran :
Proses Pikir : Psikosis ( ), Flight of ideas (√)
Bentuk pikir/Bicara : Sirkumtansialitas ( ), jawaban
tidak relevan ( )
Isi piker : Waham nihilistic (√), waham
kebesaran (√), waham paranoid (curiga) (√),waham agama ( ),
Noesis ( ), Unio Mystica ( ).
6. Persepsi : Halusinasi visual ( ), halusinasi auditorik ( ).
7. Sensorium
Kesadaran : Kompos mentis terganggu, disorientasi
Orientasi: Waktu, tempat, dan orang terganggu
Konsentrasi dan kalkulasi : Terganggu
Pengetahuan Umum : Tidak dapat dinilai
11
8. Pengendalian Impuls : Terganggu
9. Daya Nilai
Norma sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
10. Tilikan :
Derajat 1 : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
11. Taraf dapat dipercaya : Belum dapat dipercaya
12. Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya : Tidak dilakukan
III. WAWANCARA DENGAN ANGGOTA KELUARGA
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat dan telepon : Jl. Baidjuri No.01 RT.02 Kel. Talang
Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi
Hubungan dengan Pasien : Paman pasien
IV. LAMPIRAN EVALUASI SOSIAL
Tidak ada
V. PEMERIKSAAN INTERNA
Keadaan Umum
Sensorium:Disorientasi Suhu:36,5oC
Nadi: 80x/menit Pernafasan:20x/menit
TD:120/80 mmHg Turgor: Baik
VI. STATUS NEUROLOGI : Dalam Batas Normal
12
VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS
LAINNYA : Tidak dilakukan
VIII. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN
LAIN-LAIN : Tidak dilakukan
IX. DIAGNOSIS BANDING
1. F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria skizofrenia, karena terdapat halusinasi dan waham yang
menonjol.Yaitu halusinasi auditorik berupa suara yang memberi perintah,
serta halusinasi visual.Waham yang menonjol adalah waham kejar serta
waham paranoid (curiga) dan waham agama.
2. F 22.0 Gangguan Waham Menetap
Alasan memilih :
Terdapatnya beberapa waham-waham yang ditunjukkan oleh
pasien.
Waham harus sudah ada sedikitnya tiga bulan, dan harus bersifat
khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
Tidak terdapat bukti adanya penyakit pada otak.
Alasan menyingkirkan :
Pasien menunjukkan gejala halusinasi yang menetap dari
pancaindera apa saja yang berlangsung lebih dari satu bulan.
Adanya gejala skizofrenia seperti waham kendali, waham kejar,
gangguan afek.
3. F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Alasan memilih :
Gejala psikotik harus dalam masa dua minggu/kurang.
Gejalanya polimorfik yaitu beraneka ragam dan berubah cepat.
Alasan menyingkirkan :
13
Gejala psikotik berlangsung selama lebih dari 1 bulan, dan diawali
sejak terdiagnosa pertama kali pada akhir 2014.
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gambaran Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Primary support group, Putus Obat
Aksis V : GAF Scale tertinggi 1 tahun yang lalu 70-61 ( beberapa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik. GAF Scale saat pemeriksaan 60-51( gejala sedang,
disabilitas sedang).
XI. TERAPI
1. Terapi di IGD
a. Injeksi Govotil 1 amp
b. Injeksi Dyphenhidramine 2 amp
c. Risperidon 2 mg 2x1
d. Trihexyphenidyl 2 mg 2x1
e. Chlorpromazin 100 mg 1x1
2. Terapi Rumatan saat Rawat Inap
a. Injeksi Govotil 1 amp
b. Injeksi Dyphenhidramine 2 amp
c. Trihexylphenidyl 2 mg 2x1
d. Chlorpromazin 100 mg 1x1 (malam hari)
3. Terapi Kejuruan
Dengan cara mengikuti kegiatan rehabilitasi yang rutin diadakan di RSJD
Jambi setiap 1 minggu sekali sehingga os dapat mengisi waktu luang
dengan kegiatan positif dan menyalurkan bakat serta membina hubungan
sosial antar sesama pasien dan pihak RSJD Jambi. Kegiatan yang dilakukan
14
pada umumnya adalah senam pagi, membereskan kamar, dan halaman
bangsal serta bermain bola.
4. Terapi Psikoedukasi
Memberikan edukasi terkait penyakit yang sedang dialami oleh pasien
seperti tanda dan gejala kekambuhan yang mungkin timbul serta
pentingnya teratur dan disiplin dalam minum obat.Terkait hal ini perlu
dilakukan edukasi kepada keluarga pasien agar dapat mengontrol pasien
dalam mengonsumsi obat jika nanti pasien dapat dipulangkan. Keluarga
juga perlu diberikan pengetahuan terkait tidak dibutuhkannya pengobatan
alternatif saat pasien mengalami kekambuhan. Dan mengingatkan bahwa
kekambuhan terjadi diakibatkan tidak teraturnya pasien dalam minum obat,
dan jika kekambuhan terjadi tindakan tepat yang dapat dilakukan oleh
keluarga adalah membawa pasien ke IGD RSJ, bukan membawa pasien ke
pengobatan alternatif.
5. Psikoterapi Suportif
Pemberian terapi melalui beberapa teknik :
- Ventilasi, yaitu memberi kesempatan kepada pasien agar pasien dapat
menceritakan isi hatinya seluas-luasnya mengenai permasalahan yang
menjadi stres utama, dokter menjadi pendengar yang baik, sehingga
pasien merasa lega serta keluhannya berkurang.
- Persuasif, yaitu menerangkan secara masuk akal dan meyakinkan
pasien mengenai gejala penyakitnya dapat hilang/sembuh.
- Sugestif, yaitu menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala
gangguannya akan hilang.
- Reassurance, yaitu meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia
sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya dengan cara
menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien.
- Bimbingan, yaitu memberi nasihat dengan penuh wibawa dan
pengertian mengenai hubungan antar manusia, cara berkomunikasi,
bekerja dan belajar yang baik.
15
- Konseling, yaitu membantu pasien memahami dirinya sendiri secara
lebih baik agar pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri dengan cara
menyampaikannya secara halus dan penuh kearifan.
- Terapi kerja, yaitu memberikan kesibukan kepada pasien untuk
beraktivitas dan bekerja sesuai yang mampu dia kerjakan/lakukan agar
dia terampil dan dapat berguna untuk mencari nafkah baginya kelak.
6. Manipulasi Lingkungan
Dilakukan dengan cara mengedukasi pasien dan keluarga pasien mengenai
penyakit yang sedang dialami oleh pasien. Sehubungan dengan keadaan
putus obat yang terjadi pada pasien dan tidak terlalu dikontrol oleh
keluarganya, sehingga pemahaman tentang kekambuhan akibat
pengobatan yang tidak teratur dan disiplin dapat dicegah oleh keluarga
pasien selaku penanggung jawab selama pasien menjalani terapi.Edukasi
ini juga diperlukan agar saat pasien telah keluar dari RSJ, keluarga,
lingkungan sosial dan lingkungan pekerjaan dapat menerima keadaan
pasien dengan baik dan terciptanya lingkungan yang kondusif untuk
pasien. Peran keluarga juga sangat diperlukan untuk membina pasien agar
dapat hidup mandiri, bertanggung jawab dan dapat beraktifitas seperti
orang pada umumnya, seperti dengan cara membina kegiatan keagamaan
bersama.
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsional : Dubia ad malam
16
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah sekelompok gejala psikotik dengan ciri-ciri penarikan diri
dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan gangguan afektif yang kadang
kala disertai dengan halusinasi dan delusi serta tingkah laku yang negatif atau
merusak.7
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe
paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan
residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan
deterioratif sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6
subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated),
simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3
2.2 Epidemiologi
Penelitian mengenai insidensiskizofreniamasih relatif jarang dilakukan. Hasil
survei yang dilakukan oleh WHO di 10 negara,menunjukkan tingkat insiden
pertahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar
antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia
di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap
subtipe skizofrenia.4
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan
onset dan perjalanan penyakit yang berbeda. Laki-laki mempunyai onset yang
lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15
sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian
telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk
terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial
17
yang lebih baik daripada laki-laki.Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien
skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia
laki-laki. Pada studi yang dilakukan di Ciompi menunjukan bahwa 50% pasien
memiliki onset akut dan 50% lagi kronis atau lama.6
2.3 Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.Namun
berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis
dopamin.Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan
faktor biologis, psikososial dan lingkungan.Model ini mendalilkan bahwa
seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika
dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan
perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti
infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).2
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik.Teori tersebut muncul dari dua
pengamatan.Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik
berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor
dopaminergik tipe 2.Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas
dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik.Namun
belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan
dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua
mekanisme tersebut.Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana
hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis
dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien
teragitasi berat.Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron
dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon
dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik.Data tersebut
menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin
melibatkan keadaan hipodopaminergik. 2
18
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:
1. Jalur Dopamin Mesolimbik: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif
pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan
badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang
otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan
penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham
dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin
ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin
pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 2
2. Jalur Dopamin Mesokortikal: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah
serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin
pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada
penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya
penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral
prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways
dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui
inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade
antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal
dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 2
3. Jalur Dopamin Nigostriatal: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang
otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari
sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin
pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan
pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun
hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya
gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 2
4. Jalur Dopamin Tuberoinfundibular: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus
ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal jalur dopamin
tuberoinfundibular mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif
19
prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan
prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau
penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang
dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.2
Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti
mengenai hubungannya dengan skizofrenia.Serotonin contohnya, karena obat
antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa
peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas
noradrenergik.2
Sampai hari ini berkembang pula beberapa konsep tentang faktor-faktor
resiko penyebab Skizofrenia, antara lain :
a) Faktor Genetis. Dari hasil penelitian M.S. Hartono dijumpai
presentasi yang lebih tinggi pada keluarga dibandingkan dengan
populasi umum. Demikian pula, pada studi anak kembar dijumpai
kemungkinan yang cukup besar jika saudara kandung penderita
mengidap skizofrenia. Namun, faktor genetis ini diwariskan secara
multifaktorial, yang berarti dipengaruhi juga oleh lingkungan.
b) Faktor Non-Genetis.
1. Faktor Lingkungan. Sebagian ahli berpendapat bahwa faktor
lingkungan seperti kebudayaan, ekonomi, pendidikan, sosial,
penggunaaan obat-obatan, stres karena pemerkosaan,
penganiayaan berat, perceraian dan sebagainya merupakan
penyebab utama terjadinya skizofrenia.
2. Faktor Biologi. Yang dimaksudkan adalah faktor faal seperti
kerusakan jaringan otak atau struktur otak yang abnormal,
kerusakan ini biasanya dibawa semenjak lahir.
3. Faktor Psikososial. Menurut teori psikoanalisis, kerusakan
yang menentuka penyakit mental adalah gangguan dalam
organisasi “ego”, yang kemudian memengaruhi cara
20
berintrepretasi terhadap realitas dan kemampuan pengendalian
dorongan seks. Gangguan ini terjadi sebagai akibat distorsi
dalam hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya, dimana
anak tidak dapat berkembang melampaui fase oral dari
perkembangan jiwanya. Didapati juga bahwa penderita
skizofreniatidak pernah dapat mencapai hubungan yang erat
dengan ibunyapada masa bayi. Bberapa psikoanalisis
beranggapan bahwa gangguan pada fungsi ego seseorang
dapat menyebabkan perasaan bermushan. Distorsi hubungan
ibu-bayi ini kemudian mengakibatkan terbentuknya suatu
kepribadian yang pekaterhadap stres. Teori psikoanalisi
beranggapan bahwa berbagai gejala skizofrenia mempunyai
arti simbolik untuk penderita secara individu, misalnya fantasi
tentang kiamatnya dunia menunjukan bahwa alam internal
penderita telah hancur.7
2.4 Gejala dan Diagnosis
Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari
skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti
dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan
diri dan kinerja sosial yang buruk.3 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul
dan terutama waham curiganya. 2
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia.
Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut:2
A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika
diobati dengan berhasil):
21
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkoherensi)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-
cakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai
sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan
yang diharapkan).
C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang
memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal
atau residual.
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan
skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah
terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi
selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi
periode aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
22
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif
Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:3
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):
- “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
sama tapi kualitasnya berbeda.
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
a) – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
– “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus);
– “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
b) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilkau pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau
23
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
pasien
c) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa.
2.5 Diagnosa Banding
1. Gangguan Psikotik Sekunder dan akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
substansi.Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus
mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan
nonpsikiatrik.Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi
medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak
lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadaran.Kedua,
klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap,
termasuk riwayat gangguan medis, neurologis, dan psikiatrik.Ketiga,
klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis
nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia
sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang
sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik
dibandingkan dengan seorang pasien nonskizofrenik. Anamnesis lengkap
dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis
banding ini.2
2. Berpura- pura dan Gangguan Buatan
Diagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang
yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita
skizofrenia.Berpura- pura skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan
seseorang yang memiliki masalah hukum atau finansial.Pasien yang
kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi
24
diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa
pasien dengan skizofrenia sering kali secara palsu mengeluh suatu
eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau
untuk dapat dirawat di rumah sakit.2
3. Gangguan Psikotik lain
Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform,
gangguan psikotik singkat & gangguan skizoafektif.Perbedaan skizofrenia
dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya.Pada skizofreniform
gejalanya sekurang 1 bulan tetapi kurang dari enam bulan.Gangguan
psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya satu hari tetapi
tidak lebih dari satu bulan.Gangguan skizoafektif jika sindrom mania atau
depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.2
2.6 Terapi
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe
skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol
pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala “positif” lebih menonjol, maka
adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik
golongan tipikal (CPZ, HLP).4
Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis
yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin
tipe 2 serta antihistamin (H1).Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati
gejala positif maupun negatif.2 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh
lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala
ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian,
risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal secara kuantitatif” karena efek
samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.5
Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas
antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis
lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping
berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis
25
α-1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.5 Selain
itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya
yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak
berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.2
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri
dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi
individual.Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.Perilaku
adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan
skizofrenia.Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan
kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya
diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan
mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.2
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan
dalam kehidupan nyata.Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan
skizofrenia. 2
Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis.Suatu
konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik
yang dialami psien adalah “aman”.Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.Ahli psikoterapi
sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien
skizofrenia.psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam
hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks
hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan
26
kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat
ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa
ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya
dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia.
2.7 Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.
Umumnya 25% penderita dapat sembuh sempurna,
40% mengalami dapat kekambuhan dan
35% mengalami dapat perburukan.
Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor
prognosis spesifik di Tabel 2.1.2
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan
pramorbid baik
Gejala gangguan mood
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual,
pekerjaan pramorbid buruk
Perilaku menarik diri, autistik
Tidak menikah, bercerai,
janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga
tahun
27
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Saat ini dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang
berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga
dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery), sepertiga
yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat
sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (social
recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang jelek, mereka tidak
dapat berfungsi di masyarakat dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin
menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.
28
BAB 4
ANALISIS KASUS
Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang telah dilakukan
terhadap pasien Tn. JS umur 32 tahun yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
RSJD Jambi pada tanggal 29 Oktober 2014 didapatkan bahwa, Os dibawa oleh
keluarga karena Os mengamuk dan mengoceh sejak subuh.Os juga kerap
menyakiti diri sendiri bahkan keluarganya. Saat pagi harinya, Os didapati tengah
berenang di kolam kotor di halaman depan tempat wisata Kampoeng Radjo yang
berada didekat rumahnya.Sejak 3 hari lalu, Os suka keluyuran tanpa mengenal
waktu, suka menasihati bahkan memarahi orang lain jika orang tersebut tidak
sholat.
Os merupakan pasien yang sering keluar masuk RSJ di Aceh, Medan dan
Jambi.Keluhan ini sudah terjadi sejak tahun 2010 saat Os masih bekerja sebagai
TNI-AD di Banda Aceh.Saat itu, Os mudah tersinggung, marah, sedih dan kecewa
kepada rekan kerja dan atasannya di lingkungan TNI-AD yang Os rasa selalu
menyepelekannya, namun Os tidak pernah mengeluarkan kemarahannya tersebut.
Kehidupan rumah tangga Os juga tidak begitu harmonis, istrinya selalu
memarahinya dan selalu tidak bahagia atas apa yang telah Os berikan. Akibat
beban masalah tersebut yang terjadi sekitar tahun 2008-2010, pada tahun 2010 Os
mulai menunjukkan gejala-gejala positif gangguan jiwa.Os dan keluarga mengaku
bahwa Os sering kemasukan arwah nenek moyangnya, sehingga Os sering
mengoceh dan mengamuk sendiri.Sehingga pada saat itu keluarga membawa Os
pulang ke Jambi untuk menjalani pengobatan alternatif di Pesantren Al – Barokah,
Payo Selincah, Jambi.Namun, saat disana Os malah di rantai dan merasa
kondisinya memburuk, Os seperti lupa ingatan dan merasa kalau dirinya adalah
binatang (ular, kodok).
29
Selama 2010 – 2014, Os telah keluar masuk RSJ yaitu 3 kali di Aceh, 2 kali
di Medan dan 3 kali di Jambi. Selama di rawat di RSJD Jambi, Os sering
mengoceh tentang keberadaan Allah SWT, hari kiamat, mengaku dirinya sebagai
Yesus, dan menasihati orang lain tentang ibadah.
Riwayat penggunaan alkohol dan NAPZA disangkal. Pada pemeriksaan
status psikiatri didapatkan penampilan kurang rapi, kesadaran disorientasi,
perilaku dan aktivitas normoaktif, kaki kanan os terinjak paku.cara bicara terdapat
tekanan bicara, gaya bicara sangat keras, dan logorea, afek appropriate, mood
irritable ,fungsi intelektual sesuai dengan taraf pendidikan, daya konsentrasi baik,
orientasi waktu, tempat dan orangterganggu, terjadi gangguan sensasi persepsi
berupa halusinasi auditorik, visual dan isi pikiran berupa waham kebesaran,
curiga, kendali dan somatis, pengendalian impuls terganggu, insight derajat 1.
RTA pasien terganggu.
Pada penderita ditunjukkan gejala skizofrenia paranoid sebagai gejala utama
yang berlangsung hampir setiap hari sejak sebulan terakhir dan telah berlangsung
selama 4 tahun ini. Gejala lain yang ditunjukkan penderita antara lain: mudah
tersinggung, marah tanpa alasan dan sering melakukan hal-hal aneh.
Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah (F 20.0) Skizofrenia
Paranoid, gangguan waham menetap, gangguan psikotik akut atau sementara.
Pada penderita, berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami
penderita dapat digolongkan dalam gangguan skizofrenia paranoid (F. 20.0)
Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan
farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Jenis farmakoterapi yang digunakan pada
penderita ini adalah golongan neuroleptik tipikal yaitu Haloperidole digabung
dengan obat tipikal lainnya seperti Chlorpromazine dengan pertimbangan untuk
mengatas gejala postif yang dominan pada pasien ini. Selain terapi obat-obatan,
juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi
kejuruan dan psikoedukasi keluarga.
30
Prognosis pasien saat ini untuk fungsinya dalam melakukan kegiatan sehari-
hari adalah dubia ad malam. Hal ini didasarkan pada penilaian terhadap GAF
Scale penderita selama beberapa bulan dalam 1 tahun terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Nurmiati. Skizofrenia. Dalam: buku ajar psikiatri. Sylvia D.E,
Gitayanti H., editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010.
2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Skizofrenia
Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010.
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001. hal. 46-51.
4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta; 2007. hal
26-34.
5. Maslim, Rusdi. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 1999. Jakarta;
1999. hal 14-21.
6. Messias Erick,et al. Epidemiology of schizofrenia : review of findings and
myths. The Psychiatric clinics of North America. Amerika; 2007.
7. Simanjuntak, J. Konseling ganggunan jiwa dan okultisme: membedakan
gangguan juwa dan kerasukan setan.PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta;
2008
31