ujian final pak sahat
TRANSCRIPT
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
1/14
1
1. Apakah perencanaan pelatihan diawali dengan analisis kebutuhan pelatihan ?Kalau ya bagaimana analisis kebutuhan pelatihan tersebut dilakukan. Kalau
tidak apa komentar anda
Ya, Perencanaan pelatihan diawali dengan analisis kebutuhan pelatihan.
Penjelasan :
Mengelola program pelatihan, secara sepintas tampaknya sesuatu hal yang
sederhana. Namun bila dicermati, membutuhkan suatu penanganan dan pengelolaan
yang sangat serius. Dalam hal ini program pelatihan menjadi tanggung jawab semua
pihak yang ada di suatu lembaga atau instansi. Komitmen dan tanggung jawab tersebut
dimulai dari awal, pada saat penjajakan dan identifikasi kebutuhan pelatihan sampaidengan tindak lanjut pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan bertujuan untuk
menemukan kesenjangan antara pengetahuan dan kemampuan karyawan dengan yang
seharusnya di ketahui dan dilakukan.
Analisa kebutuhan adalah menganalisis apa yang senyatanya dengan apa yang
seharusnya. Apa yang seharusnya merupakan persyaratan kompetensi yang harus
dipunyai oleh karyawan. Kesenjangan (gap) yang teridentifikasi dari pembandingan itu
merupakan ruang pengembangan kompetensi dengan pelatihan atau yang lainnya.
Idealnya pengembangan kompetensi tersebut dilakukan secara seimbang antara dimensi
mental, social, spiritual dan fisik sehingga mampu menciptakan kekuatan sinergis. Ada 3
tipe analisa kebutuhan pelatihan yaitu,
1. Organizational based need analysis,2. Job competency based need analysis,3. Person Competency need analysis.
Berikut uraiannya:
1. Organizational based need analysis merupakan analisa yang dilakukanberdasarkan pada kebutuhan strategis organisasi dalam merespon bisnis masa
depan. Kebutuhan strategis ini dirumuskan dengan mengacu pada corporate
strategy dan corporate value yang merupakan faktor kunci efektifitas da n
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
2/14
2
keberhasilan organisasi. Sebagai contoh hasil rumusan dari corporate strategy
dan corporate value yang merupakan faktor kunci keberhasilan Perusahaant
adalah Communication, Teamwork, Exelence service, Learning , Leadership,
Development. Dari faktor-faktor kunci tadi dilakukan penilaian untuk
mengidentifikasi pada faktor apa Perusahaan masih mengalami kekurangan yang
paling besar, dan karenanya perlu diprioritaskan pengembangan pelatihannya.
Misalnya dari hasil menilaian ternyata teamwork kurang dan pelayanan belum
excellence maka perlu dilakukan pelatihan tentang dua hal tersebut di bagian-
bagian yang terkait.
2. Job competency based need analysis adalah analisa kebutuhan pelatihan yangdidasarkan pada profil kompetensi yang dipersyaratkan untuk setiapposisi/jabatan. Dalam setiap jabatan dalam organisasi pasti ada persyaratan-
persyaratan yang menyertainya. Misalnya bagian pemasaran dipersyaratkan
mampu melakukan analisis pasar dan membuat program-program pemasaran,
maka salah satu pelatihan yang harus diikuti oleh pejabat tersebut adalah
pelatihan tentang pemasaran. Kepala bangsal dipersyaratkan mampu mengelola
bangsal dengan baik, maka perlu ada pelatihan manajemen kepala bangsal. .
3. Person Competency need analysis adalah analisa kebutuhan pelatihan yangdidasarkan pada kesenjangan ( gap) antara level kompetensi yang dipersyaratkan
dengan level kompetensi aktual karyawan/individu. Misalnya untuk perawat di
unit gawat darurat dipersyaratkan mempunyai sertifikat PPGD, maka masing-
masing individu dinilai apakah sudah memenuhi syarat tersebut atau belum.
Kalau belum, maka perlu diberikan pelatihan tersebut. Dokter yang berada di unit
gawat darurat dipersyaratkan mempunyai sertifikat ATLS dan ACLS, maka bagi
dokter yang belum memenuhi perlu diikutkan pelatihan tersebut. Selain
mengidentifikasi kemampuan skill dan knowledge-nya, perlu juga di analisis
kesenjangan perilaku karyawan dari standar yang dipersyaratkan, misalnya
kemampuan komunikasinya, keberagamaannya dan lain-lain.
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
3/14
3
Hasil-hasil analisis identifikasi kesenjangan kompetensi tadi dirangkum sebagai
dasar dalam pembuatan perencanaan program pelatihan. Dengan analisis kebutuhan
pelatihan yang komprehensif ini maka diharapkan program pelatihan menjadi salah satu
program pengembangan karyawan yang terintegrasi sehingga mampu menaikkan daya
saing di suatu organisasi.
Berdasarkan Penelitian didapat pada setiap pengelolaan pelatihan diperlukan 10
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan memilih prioritas kebutuhan tsb.2. Menguji prioritas kebutuhan latihan dengan melihat kenyataan -kenyataan di
tempat
3. Menganalisa kegiatan di tempat4. Mengadakan seleksi dan memilih orang -orang yang harus dilatih5. Menyusun sasaran pelatihan6. Menyusun silabus berdasarkan paket pelatihan7. Menyusun program pelatihan8. Melaksanakan program pelatihan9. Mengevaluasi program pelatihan yang dilaksanakan10. Mengadakan tindak lanjut setelah pelatihan
2. Aspek-aspek apakah yang dilakukan berkaitan dengan perencanaan pelatihan? Teknik perencanaan yang seperti apa yang diterapkan ? Apa komentar anda
Aspek-aspek yang berkaiatan dengan perencanaan pelatihan adalah sbb :
a. Mengindentifikasi kebutuhan pelatihanLangkah penting dan kritis dalam mengelola sebuah program pelatihan adalah
mengenali permasalahan yang harus dipecahkan. Langkah ini disebut dengan
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan atau Penjajagan Kebutuhan Pelatihan (PKP).
Pelatihan merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah. Tidak semua
masalah dapat dilakukan dengan pelatihan. Dalam hal ini, secara spesifik, dapat
disebutkan permasalahan yang berkaitan dengan manusia atau pelaku
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
4/14
4
kegiatan. Namun, banyak hal yang dapat mempengaruhi manusia tersebut
dalam menjalankan fungsi sosialnya. Langkah ini akan menjadi dasar dan fondasi
untuk melangkah pada tahap sebelumnya dalam mengelola pelatihan. Bilamana
penjajakan kebutuhan pelatihan ini kurang tepat, atau bahkan tidak dilakukan
sama sekali, maka program kegiatan pelatihan tersebut hanya akan membuang
dana yang tidak ada manfaatnya. Langkah awal ini akan mewarnai langkah-
langkah selanjutnya bagi pengelola program pelatihan.
b. Menetapkan kriteria pesertaDalam menyelenggarakan pelatihan, penentuan dan pe netapan peserta
pelatihan seringkali diabaikan. Pada umumnya hanya disebutkan jumlah orang
atau jumlah peserta pelatihan tanpa menyebut kriteria qualifikasi ; baik latar
belakang pendidikan, jabatan atau posisi atau hal lain yang menyangkut peserta
pelatihan. Sehingga akibatnya, siapapun boleh ikut dalam program pelatihan
tertentu. Padahal, klasifikasi dan penentuan peserta pelatihan akan
mempengaruhi design pelatihan, baik yang menyangkut tujuan, isi atau materi
dan metodologi pelatihan itu sendiri.Untuk itu maka, profil peserta perlu dibuat
dan diketahui jauh sebelum menyusun dan mengembangkan design (rancangan)
program pelatihan sehingga pelatihan yang dilakukan efektif.
c. Menetapkan tujuan pelatihanKegiatan apapun juga hendaknya mempunyai tujuan yang jelas, spesifik, realistis
dan terukur untuk mengetahui pencapaiannya. Tujuan tersebut akan
memberikan arahan dan batasan dan kejelasan bagi pelaku kegiatan tersebut.
Pada dasarnya tujuan dirumuskan berdasarkan adanya sesuatu yang dihadapi
untuk dicapai atau untuk dilakukan. Pada umumnya perumusan tujuan
didasarkan pada permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Bilamana
identifikasi permasalahan atau penjajagan kebutuhan pelatihan kurang tepat
atau bahkan tidak dilakukan, maka sudah dapat dipastikan pelatihan tersebut
tidak akan ada gunanya dan hanya membuang sumberdaya. Oleh karena itu
tujuan pelatihan perlu dirumuskan dengan benar dan tepat. Dalam dunia
pendidikan dan latihan, dikenal ada tiga (3) domain tujuan, yaitu; Domain
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
5/14
5
Kognitif (Pengetahuan), Domain Afektif (Sikap) dan Domain Psychomotoric
(Ketrampilan), yang masing-masing domain mempunyai jenjang tertentu.
d. Menyusun Materi PelatihanLangkah selanjutnya adalah penetapan materi sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan disepakati. Tujuan pelatihan akan menjadi dasar dalam
menentukan isi atau materi pelatihan. Dengan demikian maka, perumusan tujuan
harus bersifat Spesific (Spesifik), Measurable (Dapat diukur), Achievable (Dapat
dicapai), Realistic (Realistis) dan Time Bonding (Ada batasan waktu) atau
disingkat SMART. Disamping itu, penentuan materi pelatihan juga sangat
tergantung dari jenjang atau tingkat kedalaman tujuan yang hendak dicapai.
Dalam menyusun dan mengembangkan materi pelatihan, perlu ditemukan hal -
hal yang sifatnya strategis dan prioritas, karena seringkali muncul gagasan bahwa
materi atau isi pelatihan ini baik untuk dipelajari, berguna untuk dipelajari.
Untuk itu perlu menemukan Hal-hal yang harus dipelajari. Disamping itu,
hendaknya dalam penyusunan materi pelatihan lebih ditekankan pada hal-hal
yang bersifat praktis untuk dapat s egera diterapkan oleh peserta pelatihan
Menentukan materi apa saja yang harus disampaikan dalam sebuah pelatihan
harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu :
1. Target-target sikap/kemampuan yang harus dimiliki (output)Hal ini menjadi pedoman utama dalam pemilihan materi, namun paling
sering dilupakan.
2. Waktu pelatihanJika waktu pelatihan amat terbatas, maka tanpa meninggalkan
pertimbangan target sikap/kemampuan, maka materi dapat disusut deng an
menyatukan materi-materi yang sifatnya/misinya sama. Selain itu
pengemasan materi dengan mempertimbangkan waktu dapat
menggunakan berbagai alternatif metode pelatihan
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
6/14
6
e. Menentukan metode dan media pelatihanMetode dan media merupakan cara dan alat bantu yang dipergunakan oleh
fasilitator dalam membahas dan mengkaji materi pelatihan sehingga mencapai
tujuan yang diharapkan. Banyak metoda dan media yang dapat dipergunakan,mulai dari yang bersifat komunikasi satu arah, dua arah sampai ke berbagai
metoda yang berifat multi atau banyak arah. Namun demikian, hal yang perlu
diperhatikan bahwa dalam menetapkan dan menentukan metoda pelatihan,
yaitu prinsip pendekatan yang dipergunakan. Dalam hal ini adalah pendekatan
partisipatif dengan menggunakan Belajar Berdasarkan Pengalaman. Untuk itu,
maka diharapkan bahwa metoda dan media yang dipergunakan hendaknya
mampu mendorong keterlibatan aktif peserta dengan cara mengurangi dominasi
dan peranan fasilitator atau pelatih. Diharapkan metoda dan media yang ada
mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi peserta untuk
menyampaikan gagasan, pendapat dan dalam suasana yang lebih terbuka.
Disamping itu, berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
dan menetapkan metoda dan media adalah meliputi; tujuan pelatihan, sifat atau
isi materi dan profil atau latar belakang peserta.
f. M
enyusun kurikulum dan silabus
Kurikulum Pelatihan merupakan garis besar rencana proses belajar secara
menyeluruh mulai dari awal akhir hingga akhir. Pada umumnya Kurikulum
Pelatihan ini berisikan unsur-unsur pokok yang terdiri dari; Tujuan Umum, Tujuan
Khusus, Tujuan Pokok Bahasan, Tujuan Sub Pokok Bahasan, Pokok -pokok
Materi/Isi Pelatihan, Metoda, Media, Alokasi Waktu dan Fasilitator. Kurikulum
Pelatihan ini bersifat tidak baku dan selalu dapat diubah sesuai dengan kondisi
yang ada pada saat pelatihan berlangsung. Kurikulum ini dipergunakan sebagai
dasar dalam menyusun silabi pelatihan maupun Modul Pelatihan yang akan
dipergunakan fasilitator dalam memproses kegiatan belajar. Sedangkan Silabi
Pelatihan adalah uraian terperinci dari bahan-bahan pokok yang perlu dibahas
selama pelatihan berlangsung.
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
7/14
7
Sesuai dengan tahapan yang telah dilakukan sampai sejauh ini, secara
keseluruhan program pelatihan telah mulai terbentuk, karena sudah ada
Kurikulum Pelatihan yang jelas berdasarkan beberapa langkah kegiatan, yang
dimulai dari identifikasi atau penjajagan masalah atau kebutuhan pelatihan.
Langkah selanjutnya adalah bagaimana mempersiapkan penyelenggaraan
pelatihan termasuk pula menyusun dan mengembangkan anggaran atau
kebutuhan dana yang dibutuhkan. Dengan demikian maka kebutuhan dana
didasarkan pada adanya kebutuhan permasalahan yang dihadapi beserta
alternatif pemecahannya, yaitu melalui kegiatan pelatihan. Berdasarkan rencana
dasar inilah maka usulan pelatihan dapat dilakukan termasuk estimasi
perhitungan dana yang dibutuhkan.
Teknik perencanaan pelatihan beragam modelnya, diantaranya adalah :
Desain Pelatihan Model Diskrepansi
(Hickerson dan Middleton, 1975)
Tahap 1
Analisis
Jabatan/Pekerjaaa
Diskrepansi/
Kesenjangan Kinerja
Tahap2
Keputusan
untuk Pelatihan
Kegiatan
lainnya
Tahap6
Tindak Lanjut &
Evaluasi Sumatif
Tahap3Penetapan Tujuan
Pelatihan &
Prosedur Evaluasi
Formatif
Tahap4
Desain Pelatihan
Tahap5
Implementasi
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
8/14
8
3. Berkaitan dengan pelaksanaan pe latihan, aspek-aspek apakah yang perludipantau (dimonitor) dan dengan teknik apa monitoring dilakukan. Apa
komentar anda
MONITORING
Monitoring adalah sebuah usaha untuk memastikan berjalannya dan proses
sebuah aktivitas dicatat dengan baik. Hasil monitoring adalah serangkaian data yang
akan digunakan untuk evaluasi, penilaian ataupun pengembangan aksiaksi perbaikan
sebagaimana yang diminta. Monitoring dilakukan melalui berbagai cara: dijalankan oleh
setiap pihak yang melaksanakan proses aktivitas tersebut ataupun oleh pihak di luar itu,
dilakukan secara tetap pada waktuwaktu tertentu ataupun secara random.Monitoring dapat dilakukan pada setiap tahapan kegiatan, apakah dari
perencanaan ataupun setelah bagian pekerjaan tertentu diselesaikan. Untuk bagian di
dalam produksi yang pekerjaannya tidak boleh terputus, monitoring dapat dilakukan
pada setiap siklus secara terus menerus. Dan adapun aspek-aspek yang harus dimonitor
dalam pelaksanaan pelatihan adalah sbb :
1. Kebutuhan pelatihan2. Sasaran Pelatihan3. Peserta pelatihan4. Metode pelatihan5. Materi pelatihan6. Pelatih7. Sarana pelatihan8. Waktu9. Anggaran Biaya10.Tindak lanjut
METODE/TEKNIK MONITORING
Berbagai teknik dan metode yang digunakan dalam Monitoring pada dasarnya
adalah cara dalam melaksanakan monitoring. Teknik-teknik yang digunakan dalam
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
9/14
9
monitoring mengacu pada alat dan cara untuk melaksanakan. Sementara metode
mengacu pada seperangkat pendekatan yan g bisa membuat penggunaan teknik menjadi
lebih efektif.
Teknik-teknik kunci dalam monitoring adalah pengumpulan data primer dan sekunder,
intra dan extrapolation dari data tersebut.
Ada dua jenis data primer : data keras dan data lunak. Data keras bisa didapat
melalui pengukuran langsung, sementara data lunak berasal dari interpretasi fakta oleh
mereka yang terlibat. Data sekunder bisa dilihat pada data turunan yang dibuat oleh
pihak-pihak lain.
Metode monitoring dan evaluasi pada dasarnya ditentukan oleh model
penugasannya, yaitu :1. Self reporting. Pada jenis ini pihak yang menjadi objek monitoring memberikan
laporan secara tetap mengenai kegiatan yang mereka lakukan, output yang
dihasilkan ataupun data lain yang diperlukan. Monitoring jenis s elf reporting akan
baik untuk mengumpulkan data keras sehari-hari yang dapat diverifikasi oleh
personel berkemampuan.
2. Auditing (Pengauditan). Pada kegiatan monitoring jenis ini satu pihak tertentu,yaitu auditor ditunjuk untuk melaksanakan monitoring. Auditor akan
menetapkan standar untuk monitorin. Monitoring dilakukan dengan keyakinan
adanya transparansi dan kredibilitas karena pihak yang melakukan audit tidak
mempunyai konflik kepentingan dengan hasil -hasilnya. Kegiatan ini baik untuk
mendapatkan hasil penilaian kinerja secara teratur. Hasilnya dapat memberikan
umpan balik yang nyata kepada manajemen mengenai kinerja unit
manajemennya.
3. Penilaian partisipatif. Tipe ini memberikan penekanan pada partisipasi semuapihak dalam melaksanakan monitoring juga memerlukan fasilitator. Fasilitator
akan bekerjasama dengan semua pihak untuk menetapkan patokan -patokan/
milestones apa saja yang ditetapkan oleh unit manajemen Monitoring partisipatif
baik untuk mengenalkan stndar-standar baru kepada pihak yang dimonitor.
Kegiatan ini mempunyai elemen peningkatan kapasitas dan menciptakan
kesadaran serta rasa kepemilikan terhadap proses yang dijalankan.
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
10/14
10
4. Berkaitan dengan evaluasi program pelatihan, aspek -aspek apakah yang perludievaluasi dan bagaimana teknik evaluasi program dilakukan.Apa Komentar
anda
Banyak pimpinan perusahaan mengeluh, mengapa anak buah yang dikirim untukmengikuti pelatihan, seminar dsb nya, hasilnya tak signifikan dengan
peningkatan kinerjanya. Agak sulit memang, bagi seorang pembicara seminar
selain dituntut dapat menularkan ilmunya, juga harus bisa bertindak sebagai
entertainer. Apabila si pembicara tak dapat menarik minat peserta, nilai evaluasi
akan rendah, namun di satu sisi seminar yang dibawakan secara menarik b elum
tentu sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.
Evaluasi yang dilakukan pada umumnya masih bersifat evaluasi dari peserta
pelatihan, dengan cara mengisi kuestioner apakah pelatihan dimaksud sesuai
dengan bidang kerjanya, apakah penyajiannya baik, akomodasi bagus dsb nya.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan oleh staf, berupa laporan hasil seminar yang
ditujukan kepada perusahaan pada umumnya bernilai baik, dengan harapan
staf tadi dapat dikirim lagi ke seminar atau pelatihan berikutnya.
Pada dasarnya, evaluasi setiap program pelatihan dapat dilakukan, dengan
memperoleh feedbackdari peserta, yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) level,
sebagai berikut:
1. Evaluasi pada tingkat reaksi (Reaction level). Pada evaluasi ini yang diukurdan dinilai adalah reaksi peserta. Dalam hal ini diukur tingkat kepuasan
peserta terhadap program pelatihan yang diselenggarakan, sehingga dapat
dilakukan perbaikan atas program tersebut.
Teknik Evaluasinya : Evaluasi di tingkat ini dilakukan dengan mengungkap
pendapat peserta tentang :
a. Pelatih
Pokok-pokok yang perlu dievaluasi; cara penyajian, penampilan, pe-
nguasaan materi, penguasaan metode.
b. Materi
Kegunaan materi yang disampaikan, apakah isi materi cukup menarik.
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
11/14
11
c. Peserta
Kesungguhan peserta mengikuti pelatihan, apakah peserta merasa senang
mengikuti pelatihan, daya serap peserta, keterbukaan, kerjasama dan mo-
tivasi terhadap tugas yang diberikan.
d . Proses Pelatihan
Hal-hal yang perlu dievaluasi :
- Pelaksanaan kurikulum sesuai jadwal yang telah disusun bersama
antara peserta dan pelatih
- Partisipasi peserta
- Interaksi antara peserta dengan peserta, dan antara peserta dengan
pelatih.
- Kelancaran pelatihan- Sarana pelatihan
Evaluasi ini sangat bermanfaat untuk "mengarahkan" serta untuk memutuskan apa
yang akan dibuat setelah pelatihan dan metode apa yang akan dipakai. Evaluasi ini
hanya bisa digunakan apabila program pelatihan ini cukup fleksibel untuk
berubah sesuai dengan informasi yang diperoleh dari evaluasi tersebut. Evaluasi
ini tidak dapat dilakukan kalau hanya berdiri sendiri, melainkan harus selalu
digunakan bersama dengan bentuk evaluasi yang lain. Salah satu cara untuk
mengadakan evaluasi kegiatan adalah secara teratur menggunakan formulir
penjajakan sesi yang pengisiannya dilakukan setiap akhir sesi.
2. Evaluasi pada tingkat pembelajaran (Learning Level). Evaluasi ini dilakukandengan tujuan utama mengukur seberapa jauh perubahan kompetensi para
peserta segera setelah pelatihan berakhir, sebelum mereka kembali bekerja.
Dengan kata lain, tujuan evaluasi pada tingkat ini adalah peningkatan
kompetensi peserta dalam kelas dan untuk mengidentifikasikan keberhasilan
komponen sistem pelatihan (metode, materi, dll) .
Teknik Evaluasinya : Evaluasi tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi mengenai perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
peserta pelatihan. Evaluasi semacam ini membutuhkan pengukuran sesudah
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
12/14
12
dan sebelum pelatihan, oleh karenanya perlu test awal dan test akhir pelatihan.
Keuntungan cara ini :
1. Test awal (pre test) memperlihatkan data dasar kepada pelatih
mengenai kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahan para
peserta, sehingga dia tahu apa-apa yang perlu ditekankan.
2. Test awal (pre test) membantu para peserta mengenal daerah
kebutuhan sendiri.
3. Test akhir (post test) membantu pelatih dalam melihat apa-apa yang
sudah dipelajari para peserta sehingga pelatih dapat memperbaikiprogram pelatihan.
4. Test akhir (post test) membantu para peserta pelatihan melihat
kemajuan yang sudah dicapai, dan mengusahakan bagian-bagian
lain yang masih perlu dikembangkan.
3. Evaluasi pada tingkat perilaku dalam pekerjaan ( On the job behavioralLevel). Evaluasi pada tingkat ini yang diukur adalah pengaruh program
pelatihan terhadap penerapannya ditempat kerja. Dengan kata lain, tujuan
evaluasi pada tahap ini adalah perbaikan perilaku peserta dalam pekerjaan.
Teknik Evaluasinya : Evaluasi tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi mengenai apakah peserta pelatihan sudah menerapkan apa yang
dipelajari dengan mengadakan perubahan dalam tingkah kerjanya. Evaluasi
tahap ini lebih sulit dalam membuat penentuan jika dibandingkan dengan
evaluasi tingkat menyerap pelajaran. Beberapa cara yang dapat dipergunakan
sebelum dan sesudah pelatihan dalam usaha untuk menentukan perkembangan
tingkah kerja.
a. BukuHarian Pribadi
Para peserta diminta untuk membuat rekaman kegiatannya selama
jangka waktu tertentu. Hal ini bisa membantu pelatih untuk
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
13/14
13
mengetahui prosentase waktu yang digunakan oleh para peserta
untuk berbagai macam tugas dan kegiatan.
b. Pengamatan pada kegiatan-kegiatan tertentu
Pelatih atau evaluator mengamati peserta sewaktu mereka melaku-
kan suatu kegiatan tertentu yang diajarkan selama program pela-
tihan berlangsung.
Misalnya : mengamati peserta memimpin diskusi pemecahan ma-
salah dalam kelompok warga desa. Hal ini mirip dengan pengujian
keterampilan yang disebut terdahulu, hanya saja kali ini menyang-
kut suatu kerja yang sedang ditangani, dan bukan dalam rangka
pelatihan.
c. Evaluasi oleh Pengawas (Supervisor)Pengawas peserta pelatihan mengisi formulir yang berisi pernyataan
mengenai perkembangan dalam tingkah kerja para peserta. Hal ini
hanya akan berguna apabila dia diminta untuk memberi gambaran
konkrit tentang tingkah kerja para peserta.
Contoh : Ceritakan kejadian khusus yang memperlihatkan kemaju-an
peserta (dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
d. Evaluasi sendiri
Peserta pelatihan mengevaluasi sendiri perubahan - perubahan
tingkah kerjanya.
4. Evaluasi pada tingkat hasil (Result level). Evaluasi ini dilakukan dengan tujuanuntuk mengukur seberapa jauh peningkatan produktivitas yang dicapai
pekerja, serta unit kerja, setelah mengikuti program pelatihan. Atau untuk
menentukan apakah manfaat pelatihan lebih tinggi dibanding dengan
biaya yang telah dikeluarkan.
Teknik Evaluasinya : Evaluasi tingkat kegunaan mengamati perubahan-
perubahan yang terjadi pada organisasi peserta pelatihan sebagai akibat dari
keikutsertaan dalam program pelatihan yang diadakan. Misalnya : apakah
setelah mengikuti pelatihan kepengurusan organisasi, maka keadaan
kepengurusan organisasi tersebut menjadi lebih baik. Cukup sulit untuk
-
8/8/2019 Ujian Final Pak Sahat
14/14
14
mengukur hasil-hasil jangka panjang untuk suatu program pelatihan, salah
satu kesulitannya adalah karena tidak mudah menentukan bahwa terjadinya
suatu perubahan merupakan pengaruh langsung dari program pelatihan.
Namun demikian evaluasi ini mutlak perlu dilakukan dengan melihat
langsung kegiatan yang dilakukan, atau mengirimkan formulir isian.
Pada umumnya kita baru bisa mengukur pada tahap 3, karena untuk menilai
sesuai tahap 4 dibutuhkan data base yang bagus, serta keterlibatan dengan
pimpinan unit kerja yang telah mengirimkan stafnya ke pelatihan tersebut. Bagi
yang ditempatkan di unit kerja yang profit oriented, mereka pada umumnya telah
disibukkan dengan target-target bisnis, sehingga tak memungkinkan untuk
melibatkan diri secara aktif, baik melalui kuestioner ataupun melalui penilaian
langsung, apakah hasil pelatihan dapat diaplikasikan di bidang pekerjaannya.