ujian

18
MINGGU 2 1. HIPOSPADIA Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). ETIOLOGI 1. Embriologi. 2. Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis. 3. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon 4. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen, sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. 5. Lingkungan polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. MANIFESTASI KLINIS 1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK. 2. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas. 3. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok. 4. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi. 5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

Upload: veri-endaryeni

Post on 22-Jun-2015

1.919 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ujian

MINGGU 2

1. HIPOSPADIA

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di

bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).

ETIOLOGI

1. Embriologi.

2. Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel

intersitisial testis.

3. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon

4. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen, sehingga ekspresi dari gen

tersebut tidak terjadi.

5. Lingkungan polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan

mutasi.

MANIFESTASI KLINIS

1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar,

mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.

2. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan

mengangkat penis keatas.

3. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.

4. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.

5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah

penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

6. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang

hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.

7. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.

8. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.

9. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).

10. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

11. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis

12. Penis melengkung ke bawah

13. Jika berkemih, anak harus duduk

Page 2: ujian

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Intervensi

a. Pra Operasi

1) Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi,prognosis,

dan kebutuhan pengobatan

Tujuan

Kecemasan/ansietas hilang/berkurang satelah dilakukan asuhan keperawatan

dalam1x20 menit, dengan criteria hasi, klien akan :

Mengutarakan proses penyakit/proses preoperasi dan harapan pasca

operasi

melakukan prosedur yang diperlukan untuk menjelaskan alasan dari suatu

tindakan

memulai perubahan gaya hidup yang dperlukan dan ikut serta dalam

regimen perawatan

Intervensi

a) Kaji tingkat pemahaman pasien

Rasional: Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran

b) Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan

Rasional: Media khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasian untuk

belajar

c) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual

Rasional: Meningkatkan pemahaman atau kontrol pasien dan

memungkinkan partisipasi dalam perawatan pasca operasi

d) Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan,

komunikasi dokter/orang terdekat

Rasional: Informasi logistik mengenai jadwal dan kamar operasi,

mencegah keraguan dan kebingungan akan kesehatan pasian, dan prosedur

yang akan dilakukan

b. Post Operasi

1) Gangguan rasa Nyaman :Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan

Tujuan : nyeri berkurang

K/H :

Page 3: ujian

Menyatakan nyeri terkontrol

Menunjukkan nyeir hilang, mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

a. Kaji nyeri, catat lokasi, karekteristik, intensitas (skala 0-10)

Rasional: Membantu mengevaluasi : derajat ketidaknyamanan dan

keefektifan analgesik

b. Berikan tindakan kenyaman misal : ubah posisi

Rasional: Mencegah ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi dan dapat

meningkat kemampuan koping.

c. Dorong penggunaan teknik relaksasi

Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan

kembali perhatian sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan

d. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi mil : narkotik, anlagen

Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan

2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas

Tujuan : jalan napas efektif, tidak ada sumbatan.

Kriteria hasil:

Tidak ada bunyi napas tambahan.

Nafas efektif, pasien tidak gelisah

Intervensi:

a. Auskultasi bunyi napas,

Rasional: untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan seperti, mengi

b. Kaji, pantau frekuensi pernapasan.

Rasional: untuk mengetahui tingkat pengembangan paru

c. Berikan posisi yang nyaman, seperti mengekstensikan kepala

Rasional: untuk membebaskan jalan napas

d. Lakukan pengisapan lendir bila perlu.

Rasional: Untuk melegakan pernafasan.

3) Resiko tingggi infeksi b.d invasi kateter

Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam

diharapkan tidak terjadi infeksi

Intervensi

Page 4: ujian

a. Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar

Rasional: menghindari kuman

b. Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus

melaporkan kepada petugas

Rasional: memberi peringatan ketika terjadi infeksi

c. Batasi pengunjung

Rasional: membuat pasien merasa nyaman

d. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien

Rasional: menetralisir kuman yang ada disekitar

e. Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi

Rasional: meminimalkan resiko infeksi

4) Perubahan eliminasi urine b.d bedah diversi, trauma jaringan

Tujuan : Eliminasi urine normal / menjadi seperti sebelum sakit K/H :

Menunjukkan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat untuk

situasi individu.

Intervensi :

a. Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urien tiba-tiba

b. Observasi dan catat warna urin

c. Tunjukkan teknik katerisasi sendiri

d. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akura

e. Awasi tanda vital

Rasional

a. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan abstuksi /

disfungsi

b. Urine dapat agak kemerahmudaan, yang seharusnya jernih sampai 2-3 hari

c. Kateterisasi periodik mengosongkan wadah

d. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik

e. Indikator keseimbangan cairan menunjukkan tingkat hidrasi dan

keefektifan terapi penggantian caira

2. BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

Page 5: ujian

BPH (Benigna Prostat hyperplasia) adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami

pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin

dengan cara menutupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002)

ETIOLOGI

Penyebab BPH belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga akibat pengaruh

hormone, yaitu terjadi perubahan keseimbangan antara hormone estrogen dan testoteron.

Sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis, kira-kira 90 % dan sisanya diproduksi oleh

kelenjar adrenal, dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan keseimbangan

testoteron dan estrogen, hal ini disebabkan oleh berkurangnya produksi testoteron dan

konvensi testoteron menjadi estrogen pada jaringan perifer, estrogen inilah yang emudian

menyebabkan hyperplasia.

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu

obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan

cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas

sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama   (hesitancy),   harus

mengejan   (straining,   kencing terputus-putus   (intermittency) , dan waktu miksi

memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena   overflow .

Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran

prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum

penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala

antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia),

perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Arif

Mansjoer, 2000)

Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :

1. Stadium I

Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.

2. Stadium II

Page 6: ujian

Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak

sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa tidak enak BAK atau

disuria dan menjadi nocturia.

3. Stadium III

Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.

4. Stadium IV

Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik (over flow inkontinen).

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Nyeri  (akut)  berhubungan  dengan  iritasi  mukosa  buli –  buli, distensi

kandung kemih, infeksi urinaria.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Nyeri

klien dapat berkurang sampai dengan hilang ditandai dengan ekspresi wajah

tampak rileks.

Kriteria Hasil :

Klien  melaporkan  nyeri  hilang  /  terkontrol

Klien menunjukkan  ketrampilan  relaksasi  dan   aktivitas  terapeutik 

sesuai  indikasi  untuk  situasi  individu. 

Klien Tampak rileks,  tidur  /  istirahat  dengan  tepat.

Intervensi dan Rasional

1) Kaji nyeri,  perhatikan  lokasi,  intensitas  ( skala  0 – 10 ).

Rasional : Nyeri  tajam,  intermitten  dengan  dorongan  berkemih  /  masase 

urin  sekitar  kateter  menunjukkan  spasme  buli-buli,  yang  cenderung 

lebih berat  pada  pendekatan  TURP  ( biasanya  menurun  dalam  48 jam ).

2) Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan

Rasional : Meminimalisikan retensi urine distensi berlebihan pada kandung

kemih

3) Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih

Rasional : Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan

yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal

kemih dari pertumbuhan bakteri

4) Bantu eliminasi urine dengan pemasangan kateter.

Rasional : Mengurangi nyeri saat berkemih

Page 7: ujian

5) Kaji karakteristik nyeri (sifat, intensitas, lokasi dan lama).

Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri sehingga dapat menentukan

intervensi selanjutnya.

6) Ajarkan teknik relaksasi : tarik napas dalam.

Rasional : Mengurangi nyeri.

Kolaborasi

7) Kolaborasi  dalam pemberian  analgetik

Rasional : Menghilangkan  nyeri

b. Gangguan Eliminasi Urine : disuria berhubungan dengan Retensi urine,

pembesaran prostat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat

mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Terjadinya Pengosongan

kandung kemih yang lancar.

Kriteria Hasil :

Pola eliminasi urine normal tanpa terjadi retensi.

Jumlah urine 2000-3000 cc/hari

Tidak ada distensi kandung kemih

Intervensi dan Rasional

1) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam

Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika

urinaria

2) Kaji keluaran urine (warna, jumlah, kekuatan).

Rasional : Mengidentifikasi adanya obstruksi dan perdarahan, palpasi

kandung kemih setiap menit.

3) Anjurkan pasien untuk berkemih saat ada rasa ingin berkemih.

Rasional : Mempertahankan pola eliminasi dengan normal.

4) Ajarkan Klien Untuk senam kegel

Rasional : mengotrol pengeluaran untuk berkemih pada pasien

5) Observasi TTV tiap 4 jam.

Rasional : Mengetahui keadekuatan fungsi ginjal.

Kolaborasi

6) Berikan obat anti spasmodik sesuai indikasi.

Page 8: ujian

Rasional : Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan

iritasi oleh kateter.

c. Ansietas/kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Kecemasan

klien dapat berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria Hasil :

Klien Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi

Menunjukkan rentang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa

takut.

Intervensi Rasional :

1) Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Untuk mengetahui seberapa jauh kecemasan yang dirasakan klien

2) Beri kesempatan klien mengungkapkan kecemasan yang dirasakan.

Rasional : Untuk mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan cemas.

3) Ajarkan teknik relaksasi dengan tarik napas dalam.

Rasional : Membantu klien mengontrol emosinya

MINGGU 3

Page 9: ujian

1. UROTILITIS

Definisi

Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth,

2002, hal. 1460).

Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,

yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica

B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

Etiologi

Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi

daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran

kemih.

5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk

atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Manifestasi Klinis

1. Batu di ginjal Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling

banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih:

a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

b. Hematuri dan piuria.

c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke

bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

d. Mual dan muntah.

e. Diare.

2. Batu di ureter (batu infeksi terbentuk karena infeksi)

Page 10: ujian

a. Nyeri menyebar ke paha dan genitalia.

b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

c. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diametr batu 0,5-1 cm.

3. Batu di kandung kemih

a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus

urinarius dan hematuri.

b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi

urine.

NoDiagnosis

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri hebat

(kolik) yang

berhubungan

dengan:

peningkatan

frekuensi /

dorongan

kontraksi

uretral.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

1x 24 jam nyeri klien

hilang, dengan

criteria :

a. Melaporkan nyeri

hilang/berkurang

dengan spasme

terkontrol

b. Tampak rileks

mampu

tidur/istirahat

dengan tepat.

c. Skala nyeri 0

d. TTV dala batas

normal

Independen

a. Catat lokasi, lamanya

intensitas (0-10) dan

penyebaran

b. Perhatikan

keluhan/menetap

nya nyeri abdomen.

c. Dorong aktivitas

sesuai toleransi

d. Ajarkan klien teknik

relaksasi (tarik nafas

dalam)

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian

obat sesuai program

terapi:

-       Analgetik

a. Membantu mengevaluasi

tempat abstruksi dan

kemajuan gerakan kalkulus

b. Obstruksi lengkap ureter

dapat menyebabkan

perforasi dan ekstravasasi

urine ke dalam area

perineal.

c. Gerakan dapat

meningkatkan pasase dari

beberapa batu kecil dan

mengurangi urine statis.

d. Kenmyamanan

meningkatkan istirahat dan

penyembuhan mual

disebabkan oleh

peningkatan nyeri.

Kolaborasi :

- Analgetik (gol. narkotik)

biasanya diberikan selama

episode akut untuk

menurunkan kolik ureter

dan meningkatkan relaksasi

otot/mental.

Page 11: ujian

-       Antispasmodik

-       Kortikosteroid

- Menurunkan refleks spasme,

dapat menurunkan kolik dan

nyeri.

- Mungkin digunakan untuk

menurunkan edema jaringan

untuk membantu gerakan

batu.

- Mencegah stasis/retensi

urine, menurunkan risiko

peningkatan tekanan ginjal

2. Perubahan

eliminasi urine

berhubungan

dengan situasi

kandung kemih

oleh batu, iritasi

ginjal atau

uretral

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, pola

berkemih klien

kembali normal

dengan criteria :

a. Berkemih dengan

jumlah normal dan

pola biasanya

b. Tidak mengalami

tanda obstruksi

a. Awasi pemasukan

dan keluaran serta

karakteristik urine

b. Dorong

meningkatjkan

pemasukan cairan

c. periksa semua urine

catat adanya

keluaran batu

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai

indikasi:

- Asetazolamid

(Diamox),

Alupurinol

(Ziloprim)

- Hidroklorotiazid

(Esidrix, Hidroiuril),

Klortalidon

(Higroton)

a. Memberikan informasi

tentang fungsi ginjal, dan

adanya komplikasi contoh

infeksi dan perdarahan

b. Peningkatan hidrasi

membilas bakteri,darah dan

debris dan dapat membantu

lewatnya batu.

c. Penemuan batu

memungkinkan identifikasi

tipe batu dan mempengaruhi

pilihan terapi.

Kolaborasi :

- Menurnkan produksi asam

urat.

- Mungkin diperlukan bila ada

ISK

- Mengganti kehilangan yang

tidak dapat teratasi selama

pembuangan bikarbonat dan

atau alkalinisasi urine, dapat

mencegah pemebntukan

Page 12: ujian

batu.

3. Resiko

kekurangan

Volume cairan

berhubungan

dengan mual

dan muntah.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

2x24 jam kebutuhan

cairan klien

terpenuhi dengan

kriteria

a. Mempertahankan

keseimbangan cairan.

b. Membran mukosa

lembab

c. Turgor kulit baik

a. Awasi intake dan

Output

b. Catat dan perhatikan

karakteristik dan

frekuensi mual /

muntah dan diare.

c. Awasi Hb /Ht,

elektrolit

d. Berikan cairan IV

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian

diet sesuai keadaan

klien.

Berikan obat sesuai

program terapi     

(antiemetik misalnya

Proklorperasin/

Campazin).

a. Membandingkan keluaran

actual

b. Mual / muntah, diare secara

umum berdasarkan baik

kolik ginjal karena saraf

ganglion seliaka pada kedua

ginjal dan lambung.

c. Mengkaji hidrasi dan

efektifian / kebutuhan

intervensi.

d. Mempertahankan volume

sirkulasi / bila pemasukan

oral tidak cukup,/ menaik

fungsi ginjal.

Kolaborasi :

Antiemetik mungkin diperlukan

untuk menurunkan

mual/muntah.

2.