uji toksisitas deterjen terhadap ikan nila ( orheochromis...

10
Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis niloticus ) Irma Apria Megawati Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH Winny Retna Melani Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH ABSTRAK Air limbah dari deterjen yang dihasilkan dari berbagai kegiatan masyarakat sebagai suatu komponen pencemaran lingkungan perairan. Limbah tersebut semuanya dibuang kebadan air tanpa pengolahan terlebih dahulu, menyebabkan kematian biota air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi sublethal dari limbah deterjen terhadap ikan nila (Orheochromis niloticus) melalui nilai LC 100-24 jam, LC 0-48 jam, dan nilai LC 50-96 jam serta untuk mengetahui pengaruh kandungan limbah terhadap kelangsungan hidup ikan nila. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan dua pengujian yaitu uji pendahuluan dan uji lanjut. Pada uji pendahuluan dilakukan dengan konsentrasi deterjen yang berbeda beda : 0 mg/l, 0.01 mg/l, 0.1 mg/l, 1 mg/l, 10 mg/l, 100 mg/l dan melakukan uji lanjut dengan variasi konsentrasi yang berbeda beda : 11.41 mg/l, 13.01 mg/l, 14.84 mg/l, 16.93 mg/l, 19.31 mg/l, 22.02 mg/l, 25.12 mg/l, dengan tiga kali ulangan. Jumlah benih ikan nila yang digunakan sebanyak 400 ekor, dengan ukuran 3 4 cm dan berat ± 0,8 g, selanjutnya data dianalisis dengan metode analisa probit finney dan regresi linier dengan Microsoft excel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deterjen mempunyai sifat toksik terhadap ikan nila dan konsentrasi deterjen yang tinggi dapat memperbesar toksisitasnya. Konsentrasi larutan deterjen untuk LC 50 -96 jam adalah sebesar 15,85±4,41 ppm. Sehingga dengan pemberian larutan deterjen sebesar 15,85±4,41 ppm dapat mematikan biota uji sebesar 50 % dalam rentang waktu 96 jam. Konsentrasi deterjen tinggi pada suatu perairan dapat menurunkan DO dalam air, dan meningkat suhu pada suatu perairan, dimana kedua faktor lingkungan tersebut dapat menyebabkan kematian ikan. Kata kunci : Deterjen, Orheochromis niloticus, Toksisitas.

Upload: dinhdiep

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis niloticus )

Irma Apria Megawati

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

Winny Retna Melani

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

ABSTRAK

Air limbah dari deterjen yang dihasilkan dari berbagai kegiatan masyarakat sebagai suatu komponen

pencemaran lingkungan perairan. Limbah tersebut semuanya dibuang kebadan air tanpa pengolahan terlebih dahulu,

menyebabkan kematian biota air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi sublethal dari limbah

deterjen terhadap ikan nila (Orheochromis niloticus) melalui nilai LC100-24 jam, LC0-48 jam, dan nilai LC50-96 jam serta

untuk mengetahui pengaruh kandungan limbah terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan dua

pengujian yaitu uji pendahuluan dan uji lanjut. Pada uji pendahuluan dilakukan dengan konsentrasi deterjen yang

berbeda – beda : 0 mg/l, 0.01 mg/l, 0.1 mg/l, 1 mg/l, 10 mg/l, 100 mg/l dan melakukan uji lanjut dengan variasi

konsentrasi yang berbeda – beda : 11.41 mg/l, 13.01 mg/l, 14.84 mg/l, 16.93 mg/l, 19.31 mg/l, 22.02 mg/l, 25.12

mg/l, dengan tiga kali ulangan. Jumlah benih ikan nila yang digunakan sebanyak 400 ekor, dengan ukuran 3 – 4 cm

dan berat ± 0,8 g, selanjutnya data dianalisis dengan metode analisa probit finney dan regresi linier dengan

Microsoft excel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deterjen mempunyai sifat toksik terhadap ikan nila dan

konsentrasi deterjen yang tinggi dapat memperbesar toksisitasnya. Konsentrasi larutan deterjen untuk LC50 -96 jam

adalah sebesar 15,85±4,41 ppm. Sehingga dengan pemberian larutan deterjen sebesar 15,85±4,41 ppm dapat

mematikan biota uji sebesar 50 % dalam rentang waktu 96 jam. Konsentrasi deterjen tinggi pada suatu perairan

dapat menurunkan DO dalam air, dan meningkat suhu pada suatu perairan, dimana kedua faktor lingkungan tersebut

dapat menyebabkan kematian ikan.

Kata kunci : Deterjen, Orheochromis niloticus, Toksisitas.

Page 2: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Detergent toxicity tests on tilapia ( Orheochromis niloticus )

Irma Apria Megawati

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

Winny Retna Melani

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

ABSTRACT

Waste water fom waste detergent which is derived from a variety of community activities a component

scatter aquatic environments. The waste dumped into water without prior treatment, and may cause the death of

aquatic biota. This study aims to determine the sublethal concentrations of detergent waste to tilapia (Orheochromis

niloticus) through value LC100-24 hours, LC0-48 hours, and LC50-96 hours as well as to determine the effect on the

survival waste content tilapia.

This study was an experimental study. To get the data, researchers used two tests, namely a preliminary test

and further test. In the preliminary test done with a detergent concentrations of different : 0 mg/l, 0.01 mg/l, 0.1

mg/l, 1 mg/l, 10 mg/l, 100 mg/l and conduct further tests with a variety of different concentrations : 11.41 mg/l,

13.01 mg/l, 14.84 mg/l, 16.93 mg/l, 19.31 mg/l, 22.02 mg/l, 25.12 mg/l, with three replications. O. niloticus 400 fish

seed of was used, with size of 3-4 cm and a weight of ± 0,8 g, furthermore the data was analyzed by the method of

finney probit analysis and linear regression with microsoft excel. The results showed that the detergent have toxic

properties of the tilapia and high detergent concentrasions can increase toxicity. For detergent solution concentration

LC50-96 hours amounted to 15,85±4,41 ppm. So by giving a solution of 15,85±4,41 ppm can be lethal test biota by

50 % in a spaan of 96 hours. . high detergent concentration in a body of water can lower the disovledoxygen in the

water and raise the temperature in a body of water, where both environmental factors that can cause the death of

fish.

Key words : Detergent, Orheochromis niloticus, Toxicity

Page 3: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis niloticus )

Irma Apria Megawati

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

Winny Retna Melani

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP.UMRAH

I. PENDAHULUAN

Air banyak digunakan oleh manusia untuk

tujuan bermacam-macam sehingga dengan mudah

dapat tercemar. Menurut tujuan penggunaanya, air

diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yang

berbeda-beda. Pencemaran air merupakan masalah

regional maupun lingkungan global, dan sangat

berhubungan dengan pencemaran udara serta

penggunaan lahan tanah atau daratan (Darmono,

2001 dalam Aini, 2013).

Pencemaran lingkungan perairan dapat

disebabkan oleh berbagai kegiatan masyarakat yang

membuang limbah ke dalam perairan tanpa

melakukan pengolahan terlebih dahulu. Misalnya

limbah domestik, limbah industri, limbah

perkotaaan, dan limbah rumah tangga, salah satu

limbah yang dibuang adalah deterjen. Sumber utama

air limbah rumah tangga masyarakat Indonesia

berasal dari buangan ratusan ribu ton deterjen yang

mengandung fosfor serta bahan organik lainnya ke

saluran air, yang akibatnya juga mencemarkan

perairan.

Dengan meningkatnya penggunaan deterjen

sebagai bahan pembersih dalam masyarakat

berpotensi mengakibatkan terjadinya pencemaran

lingkungan perairan. Kondisi perairan yang semakin

buruk akan mempengaruhi organisme yang hidup di

dalamnya (Suparjo, 2009 dalam Aini, 2013).

Penggunaan deterjen di masyarakat semakin

meningkat seiring dengan membaiknya pendapatan

masyarakat, hal ini dapat terlihat dari penggunaan

deterjen perkapita sejalan dengan pertumbuhan

gross domestic product (GDP) setiap tahun.

Semakin meningkat pendapatan masyarakat, maka

konsumsi deterjen juga meningkat. Penggunaan

deterjen yang meningkat akan berdampak negatif

terhadap akumulasi surfaktan pada badan-badan

perairan, sehingga menimbulkan masalah-masalah

pendangkalan perairan, terhambatnya transfer

oksigen dan lain-lain (Chaerunisa dan Sopiah, 2006

dalam Aini, 2013). Buih-buih yang menutupi

permukaan air, baik dari jenis linier alkyl benzene

sulfonate (LAS) yang “biodegradable” maupun

jenis alkyl benzene sulfonate (ABS) yang “non-

biodegradable” tersebut dipastikan dapat

mengganggu kehidupan organisme yang ada

dibawahnya baik yang hidup didasar air dan

dipermukaan air (Garno, 2000 dalam Aini, 2013).

Ikan nila (O.niloticus) merupakan ikan air

tawar yang memiliki konsumen cukup besar setelah

ikan mas, sehingga budidaya ikan nila sangat

berkembang, oleh karena itu tidak menutup

kemungkinan ikan ini terpengaruh oleh deterjen

terutama ukuran benih karena benih ikan nila

tergolong ke dalam benih yang peka terhadap

perubahan lingkungan.

Page 4: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung

dari kondisi perairan tempat hidupnya. Mengingat

besarnya potensi pencemaran dari limbah deterjen

dalam perairan, dan adanya perbedaan kepentingan

tersebut, maka pemakaian deterjen perlu diuji secara

cermat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh penggunaan deterjen yang

mengandung bahan aktif surfaktan dengan

konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis

niloticus). Dengan adanya penelitian ini diharapkan

ikan nila dapat dijadikan bioindikator pada

pencemaran limbah deterjen dan dapat dijadikan

sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang

deterjen yang mencemari badan air.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deterjen

Detergen adalah campuran berbagai

bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-

bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan

sabun,detergent mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak

terpengaruh oleh kesadahan air. Detergent

merupakan garam natrium dari asam sulfonat. Di

dalam Surfaktan terdapat zat ABS, suatu zat yang

sukar dirusak oleh mikroorganisme sehingga dapat

mencemari lingkungan. Jika lingkungan perairan

tercemar oleh limbah deterjen maka akan

mengancam dan membahayakan kehidupan biota air

dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut

(Fadin dalam Zahri, 2008).

B. Ikan Nila ( Orheochromis niloticus )

Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) adalah

salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak

dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki

urutan kedua setelah ikan Mas (Cyprinces carpio)

dalam produksi budi daya air tawar di Indonesia.

Ikan nila kini banyak dibudi dayakan di berbagai

daerah karena kemampuan adaptasinya bagus di

dalam berbagai jenis air. Ikan nila dapat hidup di air

tawar, air payau dan air laut. Ikan nila juga tahan

terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora

dan mampu mencerna makanan secara efisien.

Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap serangan

penyakit.

C. Uji Toksikologi

Toksisitas adalah sifat relatif toksikan

berkaitan dengan potensinya mengakibatkan efek

negatif bagi makhluk hidup. Toksisitas dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis

toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi

pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota

penerima. Toksikan merupakan zat (berdiri sendiri

atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya)

yang dapat menghasilkan efek negatif bagi semua

atau sebagian dari tingkat organisasi biologis

(populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul)

dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi

biologis. Toksikan dapat menimbulkan efek negatif

bagi biota dalam bentuk perubahan struktur maupun

fungsional, baik secara akut maupun kronis/sub

kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel

sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat

irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali

(Halang, 2004).

Untuk meneliti berbagai efek yang

berhubungan dengan masa pajanan penelitian

toksikologi menurut Frank C. Lu (1995) dibagi

dalam :

a. Uji toksisitas akut, dilakukan dengan memberikan

zat toksik yang sedang diuji sebanyak satu kali, atau

beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

b. Uji toksisitas jangka pendek (penelitian sub akut

atau sub kronik), dilakukan dengan memberikan

bahan toksik berulang-ulang biasanya setiap hari

ataulima kali seminggu, selama jangka waktu

kurang lebih 10 % dari masa hidup hewan.

c. Uji toksisitas jangka panjang, dilakukan dengan

memberikan zat kimia berulang-ulang selama masa

hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya

sebagian dari masa hidupnya.

Page 5: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Penelitian pengujian tingkat toksik suatu

bahan biasanya dinyatakan dalam Lethal Dose-50

(LD50) untuk bahan yang bersifat padat, sedangkan

uji toksisitas dengan menggunakan bahan toksik cair

yang mengukur besarnya dosis atau konsentrasi

sehingga dapat membunuh 50 % hewan uji disebut

dengan Lethal Concentration-50 (LC50). Bila suatu

zat yang mempunyai waktu paruh biologi yang

sangat tinggi diberikan pada organisme dalam

jangka waktu yang lama, dengan sendirinya dapat

terjadi akumulasi dalam organisme pada konsentrasi

yang rendah.

Pelaksanaan uji toksisitas suatu bahan uji

dapat dilakukan menggunakan salah satu dari empat

cara berikut (Tandjung,1995):

a. Teknik statik ; larutan atau media uji

ditempatkan pada satu bejana uji dan digunakan

selama waktu uji tanpa diganti.

b. Teknik resirkulasi ; larutan atau media uji tidak

diganti selama waktu uji namun diresirkulasi

dari satu bejana uji ke bejana lain kembali ke

bejana uji dengan maksud memberikan aerasi,

filtrasi dan atau sterilisasi.

c. Teknik diperbaharui ; setiap 24 jam hewan uji

dipindahkan ke larutan uji yang baru dan sama

serta tetap konsentrasinya dengan larutan

sebelumnya.

d. Teknik mengalir ; larutan uji dialirkan masuk

maupun keluar ke dan dari bejana uji selama

masa uji.

III. ALAT, BAHAN DAN METODE

A. Alat

Adapun alat – alat yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah :

- Multitester

- Turbidimeter

- Bejana uji

- Stopwatch

- Bak alimatisasi

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain:

- Ikan nila (Orheochromis niloticus)Larutan

formalin

- Deterjen

- Air tawar

C. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah eksperimental laboratoris, dan rancangan

yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap,

yaitu:

1. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan dilakukan untuk

mendapatkan konsentrasi ambang atas (LC100-24 jam)

yaitu konsentrasi terendah dimana semua ikan uji

mati dalam waktu pendedahan 24 jam, dan ambang

bawah (LC0-48 jam), yaitu konsentrasi tertinggi

dimana semua ikan uji masih hidup dalam waktu

pendedahan 48 jam (APHA, 1995). Uji ini dilakukan

dengan menggunakan 5 perlakuan, 1 kontrol dengan

3 kali ulangan. berdasarkan basis 10 deret

logaritmik, yaitu 0,01 mg/L; 0,1 mg/L; 1 mg/L; 10

mg/L; dan 100 mg/L. Pengamatan dilakukan pada

menit ke-5, 15’, 30’ dan jam ke-4, 8, 16, 24 dan 48.

2. Uji lanjut

Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi dimana ikan uji mati 50% selama jangka

waktu dedah 96 jam (LC50-96 jam). Untuk

menentukan konsentrasi uji lanjut berdasarkan hasil

dari uji pendahuluan adalah sebagai berikut:

Log 𝑁

𝑛 = K (log

𝑎

𝑛)

𝑎

𝑛 =

𝑏

𝑎 =

𝑐

𝑏=

𝑑

𝑐=

𝑐

𝑑

Dimana :

N = konsentrasi ambang batas

n = konsentrasi ambang bawah

a = konsentrasi terkecil dalam deret konsentrasi

yang ditentukan

K = jumlah konsentrasi yang diujikan

Page 6: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Uji akut (LC50 – 96 jam) dilakukan dengan

diferensiasi 7 konsentrasi deterjen yang berbeda

dengan pengulangan 3 kali. Pengamatan mortalitas

dilakukan pada menit ke-5, 15’, 30’ dan jam ke-4, 8,

16, 24, 48, 72 dan 96.

3. Kualitas air

Parameter kualitas air yang diukur yaitu: suhu, pH,

dan oksigen terlarut (DO) yang diukur

menggunakan Multitester serta kekeruhan diukur

menggunakan Turbidimeter,. Pengukuran kualitas

air dilakukan per perlakuan untuk setiap uji

pendahuan dan uji lanjut

4. Analisa data

Analisis statistik dan toksisitas pada

penelitian ini menggunakan software Environmental

Protection Agency (EPA-USA) PROBIT PROGRAM

VER1.5 , SPSS dan Manual ( Microsoft Excel ).

Penentuan LC50 – 96 jam menggunakan analisa

Probit sebagai berikut :

𝑏 =∑𝑥𝑦 − 1/𝑛∑𝑥∑𝑦

∑𝑥2 − 1/𝑛(∑𝑥)²

𝑎 = 1/𝑛(∑𝑦 − 𝑏∑𝑥)

Persamaan regresi : y = a + bX

LC50 – 96 jam = antilog m, dengan m = 5−𝑎

𝑏

Dimana :

Y = probit mortalitas biota uji

X = logaritma konsentrasi (mg/L)

a = konstanta

b = slope

m = nilai x pada y 50%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk

menetapkan konsentrasi ambang atas dan ambang

bawah yang dilakukan dengan cara mengamati

mortalitas ikan nila (O. niloticus). Uji ini dilakukan

menggunakan 5 perlakuan/konsentrasi, 1 kontrol dan

3 kali pengulangan dengan 18 wadah uji yang

masing-masing diisi 5 ekor ikan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

bahwa deterjen berbahan aktif surfaktan jenis LAS

memiliki nilai ambang atas 100 ppm. Konsentrasi

tersebut merupakan konsentrasi terendah dimana

seluruh ikan uji (100%) mati dalam waktu 24 jam.

Nilai ambang bawah adalah 10 ppm. Konsentrasi

tersebut merupakan konsentrasi tertinggi dimana

ikan uji masih hidup seluruhnya (100%) dalam

waktu 48 jam, akan tetapi kisaran 10-100 ppm pada

uji pendahuluan tersebut masih terlalu jauh,

sehingga berdasarkan penelitian Nikmah (2012) dan

penelitian Prahastuti, dkk (2013) digunakan dosis

25,12 ppm sebagai ambang batas atas dan 10 ppm

digunakan sebagai ambang batas bawah untuk uji

definitif. Menurut Husni (2010), uji pendahuluan

dilakukan untuk menentukan batas kisaran kritis

(critical range test) yang menjadi dasar dari

penentuan konsentrasi yang digunakan dalam uji

lanjutan atau uji toksisitas sesungguhnya, yaitu

konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian

terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil

mendekati 50%.

B. Uji lanjut

Uji lanjut dilakukan menggunakan 7

konsentrasi yang didapat dengan cara menguraikan

secara logaritma nilai ambang atas dan ambang

bawah yang diperoleh dari uji pendahuluan dan

memasukkannya ke dalam rumus (1). Setelah

dilakukan perhitungan, maka didapatkan konsentrasi

yang digunakan pada uji lanjut adalah: A = 11,41

mg/L, B = 13,01 mg/L, C = 14,84 mg/L, D = 16,93

mg/L, E = 19,31 mg/L, F = 22,02 mg/L, dan G =

25,12 mg/L . Hasil uji lanjut ini menunjukkan

jumlah mortalitas ikan dalam waktu 96 jam.

Setelah melalui uji lanjut, dilanjutkan

dengan analisa probit untuk mengetahui nilai LC50-96

jam, yaitu nilai konsentrasi dimana 50% dari ikan uji

mati dalam waktu pendedahan 96 jam.Berdasarkan

perhitungan tersebut, didapatkan nilai LC50-96 jam

Page 7: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

adalah 15,85 ± 4,41 mg/L. Tingkat daya racun

berdasarkan nilai LC50-96 jam suatu bahan pencemar

pada ikan dibedakan menjadi beberapa kriteria yang

dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Daya Racun Berdasarkan Nilai

LC50-96 jam

Nilai LC50-96 jam Tingkat Daya Racun

< 1 mg/L Sangat Tinggi

1 – 10 mg/L Tinggi

10 – 100 mg/L Sedang

> 100 mg/L Ringan

Sumber: Koesoemadinata (1983)

Berdasarkan kriteria tersebut, dapat disimpulkan

bahwa tingkat daya racun dalam kandungan deterjen

berada pada klasifikasi 10 – 100 mg/L, yaitu memiliki

daya racun sedang. Penelitianyang telah dilakukan

sebelumnya (Prahastuti,dkk , 2013), nilai LC50-96 jam

untuk ikan mas (C. carpio) yang terpapar air limbah

deterjen jenis Na - ABS adalah 21,60 mg/L dan Nikmah

(2012), nilai LC50-96 jam untuk ikan sepat siam

(Trichogaster pectoralis) yang terpapar air limbah

deterjen adalah 12,681 mg/L. Hal yang membedakan

dengan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya

adalahbesarnya konsentrasi uji lanjut. konsentrasi pada uji

lanjut untuk penelitian Prahastuti, dkk (2013) berkisar

antara 15,85 – 99,98 mg/L, sedangkan konsentrasi uji

lanjut untuk penelitian Nikmah (2012) adalah berkisar

antara 10,96 – 15,85 mg/L. Sedangkan untuk penelitian

ini uji lanjutnya yaitu berkisar antara 11,41 – 25,12 mg/L.

Gambar 1. Grafik mortalitas bioindikator (Orheochromis niloticus)

terhadap deterjen pada uji definitif (uji sesungguhnya)

Berdasarkan jumlah rata-rata mortalitas

bioindikator pada gambar 1, nampak bahwa

semakin tinggi konsentrasi deterjen yang diberikan

maka akan semakin banyak jumlah bioindikator

(Orheochromis niloticus) yang mati. Hal ini di

karenakan daya tahan Orheochromis niloticus

semakin lama semakin menurun. Nilai koefisiensi

korelasi pada pengamatan 0 – 96 jam yaitu sebesar

0,92 .Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

korelasi positif kuat, artinya semakin tinggi

konsentrasi dan lama waktu kontak maka semakin

banyak bioindikator yang mati. Nilai signifikansi

pada penelitian ini adalah 0,042 , kurang dari 0,05

maka H0 ditolak dan sedangkan H1 diterima yang

artinya konsentrasi deterjen dari perlakuan yang

diberikan memberikan pengaruh terhadap ikan nila

(Orheochromis niloticus) .

C. Kualitas Air

1. Uji pendahuluan

Pengukuran kualitas air sangat penting untuk

kehidupan benih ikan nila,pada uji pendahuluan, maka

dilakukan beberapa pengukuran beberapa kualitas air.

Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada Tabel. 2

Tabel 2. Hasil pengukuran DO, pH, suhu dan

Kekeruhan pada uji pendahuluan

No. Perlakuan Konsentrasi

(mg/l)

Jumlah Biota

Uji/Bejana

Parameter Pendukung

pH Suhu (0C)

DO (mg/l)

Kekeruhan (NTU)

1 K 0 5 7 28 3,9 2,37

2 A

1 0,01 5 6 28 2,7 2,00

2 0,01 5 6 28 2,3 2,87

3 0,01 5 6 28 2,5 0,46

3 B

1 0,1 5 6 28 2,8 1,52

2 0,1 5 6 28 3,0 1,37

3 0,1 5 6 28 2,7 1,40

4 C

1 1 5 6 28 3,2 1,93

2 1 5 6 28 2,6 1,61

3 1 5 6 28 3,0 1,61

5 D

1 10 5 6 28 2,8 1,65

2 10 5 6 28 2,5 1,69

3 10 5 6 28 2,1 1,77

6 E

1 100 5 7 28 2,1 19,03

2 100 5 7 28 1,4 16,02

3 100 5 7 28 0,9 20,23

Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil pengukuran DO pada

konsentasi 0 ppm tidak terlalu besar pada saat uji

pendahuluan, hal ini disebabkan pada konsentrasi 0 ppm

tidak diberi larutan deterjen, sehingga penetrasi oksigen

kedalam larutan kontrol dapat berlangsung dengan baik,

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00

11

,41

13

,01

14

,84

16

,93

19

,31

22

,02

25

,12

me

an m

ort

alit

as

bio

ind

ikat

or

(%)

Konsentrasi deterjen (ppm)

Page 8: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

sehingga ikan uji di dalam wadah dapat tetap bertahan

hidup. Begitu juga pada konsentrasi 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1

ppm, dan 10 ppm, perubahan pada parameter Oksigen

terlarut ( DO ) hanya sedikit, hal ini disebabkan karena

konsentrasi deterjen yang diberikan hanya sedikit.

Sehingga penetrasi oksigen yang masuk kedalam

konsentrasi 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1 ppm dan 10 ppm

berlangsung kurang baik akan tetapi biota uji di dalam

wadah uji tetap dapat bertahan hidup.Sedangkan

konsentrasi 100 ppm terjadi penurunan DO yang sangat

drastis yaitu sekitar 0,9 – 2,1 mg/L. Hal ini menyebabkan

penetrasi oksigen kedalam larutan 100 ppm berlangsung

dengan sangat tidak baik sehingga ikan uji di dalam

wadah mengalami kematian waktu 48 jam.

2. Uji Lanjut

Pengukuran kualitas air sangat penting untuk

kehidupan benih ikan nila, sebelum dan sesudah uji

defenitif, dilakukan beberapa pengukuran beberapa

kualitas air. Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada

Tabel. 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran pH, Suhu, DO, dan Kekeruhan

pada Uji Lanjut

No

. Perlakuan Konse

ntrasi (mg/l

)

Jumlah Biota

Uji/Bejana

Parameter Pendukung

pH Suhu (0C)

DO (mg/l

)

Kekeruhan(NTU)

1 A 1 11,41 10 6 28 8,4 2,35

2 11,41 10 6 29 6,8 3,78

3 11,41 10 7 29 4,5 1,36 2 B 1 13,01 10 6 28 3,9 3,55

2 13,01 10 7 28 2,4 2,51

3 13,01 10 7 29 2,7 4,71

3 C 1 14,84 10 6 28 3,6 2,30

2 14,84 10 6 28 2,5 0,82

3 14,84 10 6 29 2,2 0,82

4 D 1 16,93 10 6 28 2,6 1,61

2 16,93 10 6 28 3,4 2,36

3 16,93 10 6 29 2,8 2,41 5 E 1 19,31 10 6 28 3,5 1,62

2 19,31 10 6 28 2,2 2,10

3 19,31 10 6 29 5,9 0,50

6 F 1 22,02 10 6 28 5,9 3,72

2 22,02 10 6 28 5,6 1,14

3 22,02 10 7 29 4,4 1,94

7

G

1 25,12 10 6 29 3,4 2,30

2 25,12 10 6 29 2,6 3,48 3 25,12 10 7 29 1,5 1,96

Tabel 5 di atas menunjukkan kisaran beberapa

variabel kualitas air pada setiap konsentrasi

deterjen.Variabel suhu berada pada kisaran 28⁰C–

29⁰ C, nilai tersebut masih berada pada kisaran nilai

optimumyaitu 27oC – 30

oC (Arie, 2008).

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa adanya

paparan deterjen dengan berbagai konsentrasi tidak

berpengaruh terhadap suhu air, karena fluktuasi nilai

suhuair terlihat sama pada semua konsentrasi.

Variabel oksigen terlarut berada pada kisaran 1,5

mg/L – 8,4 mg/L.Kandungan oksigen terlarut

cenderung menurun seiring dengan adanya

peningkatan konsentrasi deterjen.Kandungan

oksigen terendah terjadi pada konsentrasi deterjen

25,12 mg/L yaitu pada kisaran 1,5 mg/L – 3,4

mg/L.Sedangkan kandungan oksigen tertinggi ada

pada konsentrasi deterjen 11,41 mg/L yaitu pada

kisaran 4,5 mg/L – 8,4 mg/L. Menurut

Hardjamulia(1981), oksigen dalam air tidak boleh

kurang dari 3 mg/L. Perairan yang terkena

polutanseperti deterjen, suplai oksigen dari udara

sangat lambat sehingga oksigen di dalam air sedikit.

Nilai pH yangdidapatkan pada setiap perlakuan

adalah sekitar 6 - 7, yang berarti pH air dalam

keadaan netral. Besarnya nilai pH setiapperlakuan

selama penelitian adalah sama, hal tersebut

menandakan bahwa larutan surfaktan tidak

berpengaruhterhadap pH air. Menurut Boyd (1990),

pH yang optimal untuk perairan berkisar antara 6,7 –

8,2.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Konsentrasi sublethal dari limbah deterjen

terhadap ikan nila pada penelitian ini adalah nilai

LC100 – 24 jamsebesar 25,12 ppm, nilai LC0 – 48 jam

sebesar 10 ppm, dan nilai LC50-96 jam sebesar

15,85±4,41 ppm.

2.Pemberian bahan toksik pada konsentrasi deterjen

yang berbeda – beda berpengaruh nyata terhadap

kelangsungan hidup ikan nila (Orheochromis

niloticus). Dengan nilai korelasi sebesar 0,92 yang

menunjukkan bahwa adanya hubungan positif kuat

dan nilai signifikansi sebesar 0,042 yang

menunjukkan bahwa H1 diterima.

Page 9: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

B. Saran

Saran dari penelitian ini yaitu sebaiknya

penelitian ini dilanjutkan lagi secara histologi untuk

lebih mengetahui organ-organ tubuh yang terserang

efek toksik bahan pencemar tersebut (deterjen).

DAFTAR PUSTAKA

Abel, PD. 1974. Toxicity of synthetic detergents of

fish and aquatic invertebrates. Journal Fish

Biology 6: 279-298.

Aini, N. 2013. Uji Toksisitas Deterjen Cair

Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan

Nila ( Orheochromis niloticus). Skripsi.

Medan : Universitas Sumatera Utara

APHA. 1998. Standart Methods for the Examination

of Water and Wastewater. Fourteenth

Edition. American Public Health

Association. America.

Arie, U. 2008. Budidaya Ikan Mas-Penetasan Telur

Ikan Mas.

http://solusiikanmas.blogspot.com.

Diakses tanggal 25 Mei 2015

Armita, 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air

di Daerah Budidaya Rumput Laut dengan

Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput

Laut di Dusun Malelaya Desa Punaga

Kecamatan Mangarabombang Kabupaten

Takalar. Skripsi. Makasar: Universitas

Hasanuddin

Bonagung, 2011. Penentuan Oksigen Terlarut.

http://scribd.com/doc/.Diakses pada 3

Juni 2014 pukul 21.00 WIB.

Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management in

Aquaculture and Fisheries Science.

Elsevier Scientific Publishing Company.

Amsterdam. 312p.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi

Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Finney, D.J. 1971. Assay Based on Quantal

Responses. Probit Methods, IRRI. Los

Banos, Philipines.

http://www.fishbase.org.Oreochromis niloticus. [

Diakses tanggal 26 April 2015]

Gaspersz. Vincens. (2000). Metode Perancangan

Percobaan : Untuk ilmu-ilmu pertanian,

teknik dan biologi. CV. Armico –

Bandung.

Halang, B. 2004. Toksisitas Air Limbah Detergen

terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio) vol.1

. Hal 39-49 Januari 2004. Lampung.

Hardjamulia, A. 1981. Daya Kelangsungan Hidup

ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) dalam

Berbagai Turbiditas. [Tesis]. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 81

hlm.

Jurado, E et al. 2006. Enzyme Based Detergent

Formulas for Fatty Soils and Hard Surface

in a Continous Flow Device. Journal of

Surfactant and Detergents. Vol.9 Qtr 1.

Lu, F.C.1995.Toksikologi Dasar, Asas, Organ,

Sasaran, dan Penilaian Resiko. Universitas

Indonesia Press : Jakarta.

Mangkoedihardjo, S. 1999. Ekotoksikologi

Keteknikan. Jurusan Teknik Lingkungan,

ITS, Surabaya.

Mugirosani Tara, 2011. Uji Toksisitas Air Limbah

Laundry Dengan Ikan Nila (Orheochromis

Niloticus). Skripsi. Jawa Timur :

Universitas Pembangunan Nasional

Veteran.

Page 10: Uji Toksisitas Deterjen terhadap Ikan Nila ( Orheochromis ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dapat menyebabkan kematian ikan. ... diklasifikasikan

Myers, D. 1946. Surfactant Science & Technology.

Third Edition. John Wiley & Sons , Inc.

New York.

Nikmah, F. 2012. Analisis Toksisitas Deterjen

Terhadap Ikan Sepat Siam (Trichogaster

pectoralis). Skripsi. Tanjungpinang :

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air.

Universitas Trisakti. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1992. Biology Laut : Suatu

Pendekatan Ekologis. Penerbit P.T.

Gramedia Pustaka. Jakarta.

[OECD] Organization Economic Community

Development. 1992. Fish Acute Toxicity

Test. OECD Guidelines for Testing of

Chemichals 203: 9p.

Prahastuti, M.S.; Churun, A.; Bambang, S. 2013.

Dampak Surfaktan Berbahan Aktif Na-

ABS Terhadap Daya Tetas Telur Ikan

Karper (Cyprinus carpio) Dalam Skala

LAboratorium: Journal Of Maquares

University of Diponegoro. Indonesia. Vol.

2 : 11-17.

Santoso, L. 2010. Kajian Toksisitas dan

Bioakumulasi Surfaktan Deterjen Linear

Alkyil Benzene Sulfonate (LAS) Pada

Juvenil Udang Galah (Macrobrachium

rosenbergii). Tesis. Bogor. Institut

Pertanian Bogor.

Scott MJ, Jones MN. 2000. Review : the

biodegradation of surfactants in the

environment. Biochimica et Biophysica

Acta 1508 : 235-251.

SNI 7554.2:2011, Deterjen Serbuk – Bagian 2: Cara

Uji Toksisitas Akut Surfaktan Terhadap

Ikan.

Supriyono, E.; Takashima, F.; Strussmann, C.A.

1998. Toxicity of LAS to Juvenile Kuruma

Shrimp, Penaeus japonicas : A

Histipathological Study On Acute and

Subchronic Levels. Journal of Tokyo

University of Fisheries. Japan. Vol. 85 : 1-

10.

Suseno. 1983. Budidaya Ikan dan Udang dalam

Tambak. PT Gramedia. Jakarta.

Tandjung, HSD. 1995. Toksikologi Lingkungan.

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

: Yogyakarta.

Zahri, A. 2008. Pengaruh Alkyl Benzena Sulfonate

(LAS) Terhadap Tingkat Mortalitas dan

Kerusakan Stuktural Jaringan Insang pada

Ikan Nila (O. niloticus L.). Program Studi

Teknologi Budidaya Perairan Politeknik

Perikanan Negeri Tual. Maluku Utara.

Universitas