uji sensitifitas

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.

Upload: oky-feryanto

Post on 28-Nov-2015

163 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu

metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan

untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji

sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan

produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai

kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada

konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk

menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk

mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan

dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer,

sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini

adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona

hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang

mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri

menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan

bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut

semakin sensitif. (Koeswartono, 1982).

Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri

adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat

pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar

kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona

hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap

bahan anti bakteri . (Dwidjoseputro, 1998)

Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini ialah :

1.      Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman

penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.

2.      Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.

Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :

1.      Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.

2.      Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.

3.      Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh

antibiotik.

Pada pemeriksaan Sensitivitas dapat dikerjakan antara lain :

a)      Dilusi cair / Dilusi Padat Prinsipnya : antibiotik diencerkan hingga diperoleh

beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat

ditambah suspensi kuman dalam media. Pada Dilusi padat pada tiap

konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu ditanami kuman.

b)      Difusi Media : Agar Mueller Hinton. Pada metode ini ada beberapa cara :

Cara Kirby Bauer

1.      Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar.

Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam

pada 37 C.

2.      Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai

dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.

3.      Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan

pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan

pada permukaan media hingga merata.

4.      Diletakkan Disk (cakram kertas saring) yang mengandung antibiotik

diatasnya inkubasi 37 C selama 19-24 jam.

Pembacaan Hasil :

Zone Radikal : suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak

diketemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur

dengan mengukur diameter ari zone radikal.

Zone Irradikal : suatu daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan

bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Disini

terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan

daerah luar pengaruh antibiotik tersebut.

Cara Sumuran , b, c sama dengan cara Kirby Bauer.

d. Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu sesuai dengan

kebutuhan. Kedalam sumuran diteteskan larutan antibiotik yang digunakan,

inkubasi 37O C selama 18-24 jam. Pembacaan sama seperti diatas.

Cara Pour Plate , b sama dengan cara Kirby Bauer.

c. Dengan menggunakan ose khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan dalam

4 ml agar Base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50 C.

d. Setelah suspensi kuman dibuat homogen, tuang pada media Mueller Hinton

agar.

e. Tunggulah sementara sampai agar membeku, letakkan disk antibiotik.

f. Inkubasi 15-20 jam pada temperatur 37 C.

g. Dibaca sesuai standart masing-masing antibiotik.

Catatan :

- Perbenihan Agar Mueller Hinton tanpa suplemen atau Agar DST Oxoid.

- Untuk Streptococcus / kuman lain yang memerlukan darah dapat ditambahkan 5

% darah kambing, kuda, sapi, atau kelinci tanpa fibrin.

- Ketebalan agar ± 4 mm dipergunakan dalam 4 hari.

- Biakan kuman yang akan diperiksa dibuat dengan menanamkan 5 koloni kuman

dalam 4 ml perbenihan cair (mis : TSB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :

a)      Kekeruhan suspensi bakteri.

- Kurang keruh : diameter zone lebih lebar.

- Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau

sebaliknya.

b)      Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. idak

boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter zone

hambatan sehingga  jadi R.

c)      Temperatur inkubasi

-      Pertumbuhan optimal : 35 C bila <> 35O C ada bakteri yang kurang subur

pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik.

d)     Waktu inkubasi.

- Waktu : 16 – 18 jam

- Bila Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone hambat

makin sempit.

e)      Ketebalan agar

Ketebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih maka

difusi obat lambat.

f)       Jarak antar disk obat

- Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan meter 9-10m paling

banyak 7 disk obat.

- Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.

g)      Potensi disk obat

Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya berbeda.

Yang harus diperhatikan :

- Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu

4OC.

- ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain.

h)      Komposisi media

Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, kativitas

obat tersebut.

Quality Control :

- Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap diameter zone hambatan.

- Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri standard :

Staphylococcus aureus ATCC 25923, E. Coli ATCC 25922, Pseudomonas

aeruginosa ATCC 27853.

Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter

zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin

terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan

apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

1.2 Tujuan

- Praktikan mengerti teknik-teknik uji sensitifitas

- Praktikan dapat membedakan mana bakteri yang sensitif dan tidak

BAB II

MATERI DAN METODE

1.1 Waktu dan Tempat

Hari, Tanggal : Rabu, 7 November 2012Waktu : 07.30-10.00 WibTempat :Laboratorium Mikrobiologi laut lt 2 Gedung E

Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Diponegoro

1.2 Alat dan Bahan

Nama alat Gambar Fungsi keteranganCawan petri Untuk menaruh

bakteri yang diambil

pinset untuk mengambil paper disk

mikropipet Untuk mengambil bakteri vibrio p

Blue tip Untuk mengambil bakteri vibrio p

penggaris Untuk membuat kuadran pada cawan petri

spidol Untuk memberi tanda pada cawan petri

Kertas label Untuk memberi nama

stopwacth Untuk menghitung waktu

1.3 Bahan

Nama bahan Fungsi keteranganDesinfektan Sebagai bahan untuk

mensterilkan meja kerja dan tangan praktikan

Isolat air laut Sebagai bakteri isolat simbion yang digunakan untuk di uji

Media zobell broth Sebagai control negatifAmoksilin Sebagai control positif

1.4 Cara Kerja

Tuang secara aseptis media zobell 2216e cair ke cawan petri dan biarkan hingga memadat

Inokulasi isolat bakteri Vibrio harveii ke dalam media agar dengan metode sebaran (spread).

Cairkan media zobell 2216e dalam penangas air dan panaskan hingga mendidih

Teteskan 70 µl isolat bakteri simbion organisme laut di atas paper disk.

Inkubasi secara terbalik dengan menggunakan plastik wrap pada suhu kamar 300C selama 4 hari

Amati dan ukur zona hambat yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong

SELESAI

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.2 Pembahasan

Dapat dilihat pertumbuhan bakteri belum begitu nampak pada

pengamatan hari pertama. Dibanding dengan hari kedua, pertumbuhannya

mikroba lebih nampak dan jumlah koloninya lebih banyak dibanding hari

sebelumnya. Pada hari pertama, ukuran rata-rata zona hambat yang diperoleh dari

diameter seluruhnya dikurangai dengan diameter paper disk, diperoleh hasil yang

berbeda-beda dengan paper disk yang telah ditetesi dengan konsentrasi amoxillin

yang masing-masing 25, 50 dan 100 mikron. Semakin besar konsentrasi amoxillin

yang diberikan maka ukuran zona hambatnya semakin besar juga dan sebaliknya.

Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya suatu

bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. Dimana zona hambat merupakan

senyawa metabolisme skunder yang dikeluarkan oleh bakteri untuk bertahan

hidup.

Berdasarkan hasil pengamatan semakin tinggi konsentrasi larutan

amoxilin, semakin besar zona hambat yang terbentuk, sedangkan semakin kecil

konsentrasi amoxillin, maka semakin kecil atau bahkan tidak ada zona hambat

yang terbentuk. Diasumsikan bahwa pada konsentrasi yang terbentuk zona

hambat bakterinya telah mati, dan pada konsentrasi yang tidak terbentuk zona

hambat bakterinya tidak mati. Hal ini menunjukan bahwa bakteri sedang melawan

larutan amoxillin untuk bertahan hidup, hal ini dilakukan dengan cara

mengeluarkan senyawa metabolisme skunder bakteri tersebut. Semakin besar

konsentrasi larutan amoxillin, zona yang terkena pengaruh dari larutan ini

semakin kuat dan metabolisme skunder yang dikeluarkan pun semakin banyak

yang menyebabkan pada konsentrasi 100 mikron atau konsentrasi tertinggilah

zona hambat terbentuk lebih besar.

Untuk uji sensitivitas hari kedua, rata-rata besar ukuran zona hambat

semakin lebar, hal ini berarti bakteri lebih banyak menghasilkan metabolit

sekunder lebih banyak dibanding pada hari pertama. Ada atau terbentuk dan

tidaknya zona hambat menunjukan kultur bakteri resisten atau tidak terhadap

larutan amoxillin. Apabila zona hambat terbentuk maka bakteri tidak resisten

terhadap larutan amoxillin dan bakteri tersebut tidak aktif. Dan apabila bakteri

tidak membentuk zona hambat berarti bakteri resisten terhadap larutan amoxillin.

Pada konsentrasi yang zona hambatnya belum terbentuk secara penuh (bening)

menunjukan bahwa bakteri sedang melawan konsentrasi larutan amoxillin yang

masuk. Dalam masa inkubasi yang lebih lama, dapat terjadi perubahan dalam

kondisi tersebut, yaitu bisa menunjukan terbentuknya zona hambat secara penuh,

atau tidak terbentuknya zona hambat dan namun pada umumnya bekas zona

hambat terlihat. Hal tersebut tergantung dengan daya tahan bakteri terhadap

larutan amoxillin.

BAB IV

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa uji sentifitas bakteri

merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat

antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.

Ada atau terbentuk dan tidaknya zona hambat menunjukan kultur bakteri

resisten atau tidak terhadap larutan amoxillin. Apabila zona hambat terbentuk maka

bakteri tidak resisten terhadap larutan amoxillin dan bakteri tersebut tidak aktif. Dan

apabila bakteri tidak membentuk zona hambat berarti bakteri resisten terhadap larutan

amoxillin.

DAFTAR PUSTAKA

Barazandeh, N. 2008. Microbiology Titles. Jerman. Springer-Verlag Berlin

Heidelberg Media , pp 9-11

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur

Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pelczar, M.J.Jr, and E. Chan.1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit UI Press.

Jakarta. p:23-24.

Prescott, L. M, J. P. Harley, dan D. A. Klein. 2008. Microbiology. 7th Ed. McGraw-

Hill Book Company Inc. USA, p: 113-116

Seiler, J. P. 2000. Good Laboratory Practice. Swiss. Springer-Verlag Berlin

Heidelberg Media , p 61.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang, p: 61-67.