uji karakteristik minyak biji kelor moringa oleifera l...
TRANSCRIPT
UJI KARAKTERISTIK MINYAK BIJI KELOR
(Moringa oleifera L.)
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Maria Yohana M. Kedang
PO. 530333215670
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI FARMASI
KUPANG
2018
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KARAKTERISTIK MINYAK BIJI KELOR
( Moringa oleifera L.)
Oleh :
Maria Yohana Merika Kedang
PO. 530333215670
Telah disetujui untuk mengikuti ujian
Kupang, 23 juli 2018
Pembimbing
Marce I. Taku Bessi, S.Farm., Apt., M.Sc
NIP. 197901051999032001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
UJI KARAKTERISTIK MINYAK BIJI KELOR
( Moringa oleifera L.)
Oleh :
Maria Yohana M. Kedang
PO. 530333215670
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada tanggal 24 Juli 2018
Susunan Tim Penguji
1. Dra. Elisma, Apt., M.si
2. Marce I. Taku Bessi, S.Farm., Apt., M.Sc
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Kupang, 24 Juli 2018
Ketua Prodi
Dra. Elisma, Apt., M.si
NIP. 196507221995022001
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah Ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah dituliskan atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Kupang, Juli 2018
Maria Yohana M. Kedang
v
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaan-Nya
sehingga penulis diberikan hikmat untuk menyelesaikan penelitian dan menyusun
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Uji Karakteristik Minyak Biji Kelor (Moringa
oleifera L.).
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk memberikan informasi kepada
masyarakat tentang karakteristik minyak biji kelor.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ragu Harming Kristina, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.
2. Ibu Dra. Elisma, Apt., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kupang sekaligus penguji I.
3. Ibu Marce I. Taku Bessi, S.Farm., Apt., M.Sc selaku penguji II sekaligus
pembimbing yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Dra. Fatmawati Blegur Apt., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing, memberi masukan serta motivasi kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kupang.
5. Bapak Falentinus S. Duly, A.Md.F dan Ibu Asmaira Br. Tarigan, A.Md.F selaku
pembimbing di laboratorium yang setia membimbing dan mengarahkan selama
proses penelitian.
vi
6. Orang tua tercinta Bapak dan Mama, kakak dan adik serta seluruh keluarga
yang selalu memberikan cinta kasih, dan mendukung penulis dalam doa selama
proses perkuliahan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Sahabat-sahabat Meisha, Tia, Minda, Tasya, Aning, dan Icha yang selalu
memberi dukungan dan doa.
8. Teman-teman seperjuangan TIM Minyak biji kelor Nata dan Yedi yang selalu
membantu, mendukung selama proses penelitian.
9. Teman-teman seperjuangan Reguler A angkatan 16 yang selalu memberikan
dukung dan doa.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik materi maupun cakupan pembahasan dalam penulisan karya
Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat diharapkan guna meyempurnakan penulisan selanjutnya.
Kupang, Juli 2018
Penulis
vii
INTISARI
Tumbuhan kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang termasuk famili
moringaceae mudah tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah
dan tahan terhadap musim kering termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT). Minyak
biji kelor dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik. Pemanfaatan biji kelor oleh
masyarakat NTT belum dilakukan secara maksimal. Karakteristik minyak biji kelor
asal NTT perlu diketahui untuk menunjang penggunaanya dalam bidang kosmetik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik minyak biji kelor
asal NTT berdasarkan parameter fisiko kimia . Karakteristik minyak biji kelor dalam
hal ini sifat fisika kimia. Parameter fisika yang diuji berupa pengamatan fisik, berat
jenis, kelarutan dan uji noda minyak.Parameter kimia yang diuji adalah bilangan
saponifikasi, bilangan iodin dan bilangan asam Ekstraksi yang digunakan dalam
penarikan minyak biji kelor adalah metode ekstraksi sokletasi dengan pelarut n-
heksan.. Berdasarkan hasil penelitian minyak dihasilkan memiliki rendemen sebesar
13,31% berwarna kuning dan bau seperti kacang, larut dalam kloroform dan
menimbulkan noda saat ditetesi di kertas saring dengan bobot jenis sebesar 0,9 ±
0,003 g/liter, bilangan saponifikasi, bilangan iodin dan bilangan asam berturut –turut
adalah 52,705 ± 29,045, 8,772 ± 0,108, dan 124,309 ± 12,299
Kata Kunci : Minyak Biji kelor, Parameter fisika, Parameter kimia.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
INTISARI .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
1. Tujuan Umum ......................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
1. Bagi Peneliti ............................................................................................. 3
2. Bagi Institusi ............................................................................................ 3
3. Bagi Masyarakat ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
A. Klasifikasi ....................................................................................................... 4
1. Klasifikasi Tanaman Kelor ...................................................................... 4
2. Nama Lain ................................................................................................ 5
3. Morfologi Tanaman Kelor ....................................................................... 5
4. Tempat Tumbuh dan Distribusi Tanaman ............................................... 5
5. Kandungan Kimia dan Khasiat ................................................................ 6
ix
B. Metode Ekstraksi ............................................................................................ 6
C. Parameter Fisika .............................................................................................. 8
1. Penampakan Fisik .................................................................................... 8
2. Bobot Jenis ............................................................................................... 8
3. Kelarutan .................................................................................................. 8
4. Uji Noda Minyak ..................................................................................... 8
D. Parameter Kimia ............................................................................................. 8
1. Bilangan Saponifikasi .............................................................................. 8
2. Bilangan Iodin .......................................................................................... 9
3. Bilangan Asam ......................................................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 10
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 10
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 10
1. Tempat penelitian................................................................................... 10
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 10
3. Sampel.................................................................................................... 10
4. Variabel Penelitian ................................................................................. 10
C. Defenisi Operasional ..................................................................................... 10
D. Alat dan Bahan .............................................................................................. 11
E. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 11
1. Determinasi ............................................................................................ 11
2. Pengumpulan Biji................................................................................... 11
3. Pembuatan Simplisia .............................................................................. 11
4. Ekstraksi ................................................................................................. 12
5. Penentuan Parameter .............................................................................. 13
F. Analisis data .................................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 18
x
A. Sokletasi ........................................................................................................ 18
B. Uji Karektaristik ............................................................................................ 18
1. Penampakan Fisik .................................................................................. 18
2. Bobot Jenis ............................................................................................. 19
3. Kelarutan ................................................................................................ 19
4. Uji Noda Minyak Lemak ....................................................................... 19
5. Bilangan Saponifikasi ............................................................................ 19
6. Bilangan Iodin ........................................................................................ 21
7. Bilangan Asam ....................................................................................... 22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 22
A. Simpulan ....................................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Uji Bobot Jenis ....................................................................................... 19
Tabel 2. Uji Bilangan Saponifikasi ...................................................................... 20
Tabel 3. Uji Bilangan Iodin .................................................................................. 21
Tabel 4. Uji Bilangan Asam ................................................................................. 22
Tabel 5. Perhitungan Uji Bobot Jenis .................................................................. 28
Tabel 6. Hasil Uji Kelarutan ................................................................................ 30
Tabel 7. Perhitungan Uji Bilangan Saponifikasi .................................................. 35
Tabel 8. Perhitungan Uji Bilangan Iodin ............................................................. 39
Tabel 9. Perhitungan Uji Bilangan Asam ............................................................ 42
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Kelor ..................................................................................... 4
Gambar 1. Warna Minyak Biji Kelor ................................................................... 27
Gambar 2. Piknometer dan Minyak ............................................................. 28
Gambar 3. Piknometer Kosong ............................................................................ 28
Gambar 4. Minyak Dengan Pelarut Kloroform.................................................... 29
Gambar 5. Minyak Dengan Pelarut Air ............................................................... 29
Gambar 6. Kertas Saring ...................................................................................... 30
Gambar 7. Kertas Saring dan Minyak .................................................................. 30
Gambar 8. Sebelum Titrasi .................................................................................. 35
Gambar 9.Sesudah Titrasi .................................................................................... 35
Gambar 10. Sebelum Titrasi ................................................................................ 39
Gambar 11.Sesudah Titrasi .................................................................................. 39
Gambar 12. Sebelum Titrasi ................................................................................ 42
Gambar 13.Sesudah Titrasi .................................................................................. 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Determinasi Tumbuhan Kelor .................................................. 26
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen ...................................................................... 27
Lampiran 3. Hasil Uji Penampakan Fisik .............................................................. 27
Lampiran 4. Hasil Uji Bobot Jenis ........................................................................ 28
Lampiran 5. Hasil Uji Kelarutan ............................................................................ 29
Lampiran 6. Hasil Uji Noda Minyak Lemak ......................................................... 30
Lampiran 7. Hasil Uji Bilangan Saponifikasi ........................................................ 30
Lampiran 8. Hasil Uji Bilangan Iodin .................................................................... 35
Lampiran 9. Hasil Uji Bilangan Asam ................................................................... 39
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 43
Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian ................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang termasuk
famili moringaceae. Tanaman kelor di Indonesia sudah banyak dijumpai di
Aceh, Kalimantan, Ujung Pandang dan Kupang (Fahey, 2005). Tanaman kelor
mudah tumbuh karena Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis
pada semua jenis tanah dan tahan terhadap musim kering dengan toleransi
terhadap kekeringan sampai 6 bulan (Mendeita Araicia dkk., 2013). Tanaman
kelor umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman pagar. Daunnya digunakan
sebagai bahan makanan dan obat tradisional (Nasir dkk., 2010), Sedangkan biji
kelor belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Biji kelor memiliki kandungan minyak nabati 30,8 ± 2,19 % (Abdulkarim
dkk., 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Barakat dan Ghazal,
2016) minyak biji kelor memiliki nilai bilangan saponifikasi, bilangan iodine,
bilangan asam berturut-turut adalah 171,7 – 178,3 mg KOH g-1
, 65,7 – 67,5,
0,29 – 0,37 mg.g-1
. Biji kelor merupakan antioksidan yang baik karena mampu
mengurangi kerusakan oksidatif disertai penuaan dan kanker (Singh dkk., 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh (Surdayanto dkk., 2016) minyak dari biji kelor
dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik karena memiliki aktivitas IC50 sebesar
9,0417%. Minyak biji kelor bisa menjadi pengganti yang baik untuk minyak
2
zaitun dalam makanan dan produk bukan makanan seperti biodiesel dan
kosmetik (Ndabigengesere dan Narasiah, 1998)
Minyak biji kelor dapat diperoleh dengan metode ekstraksi sokletasi.
Pelarut yang digunakan adalah n-heksan karena bersifat nonpolar yang dapat
menarik zat aktif ( minyak biji kelor ) yang juga bersifat non polar (Ketaren,
1985). Pengujian karakteristik minyak biji kelor yang diperoleh dari NTT belum
pernah dilakukan. Karakteristik minyak biji kelor dalam hal ini sifat fisika kimia
sebagai informasi awal berkaitan dengan pemanfaatannya sebagai kosmetik dan
produk lainnya. Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
penampakan fisik, berat jenis, kelarutan dan uji noda minyak, bilangan
saponifikasi, bilangan iodin dan bilangan asam
B. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik minyak biji kelor asal NTT ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik minyak biji kelor
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur karakteristik minyak biji kelor berdasarkan parameter fisika
yaitu pengamatan fisik, berat jenis, kelarutan dan uji noda minyak.
b. Mengukur karakteristik minyak biji kelor berdasarkan parameter kimia
yaitu bilangan saponifikasi, bilangan iodin dan bilangan asam.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai media pengembangan yang diperoleh selama proses perkuliahan di
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan tambahan pustaka dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi tambahan bagi masyarakat tentang
manfaatminyak biji kelor (Moringa oleifera L.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
1. Klasifikasi Tanaman Kelor
Klasifikasi tanaman kelor adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Brassicales
Suku : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam (Tilong, 2012)
Gambar 1. Tanaman Kelor (Dokumen pribadi, 2018)
5
2. Nama Lain
Tanaman kelor di indonesia memiliki banyak sebutan di berbgai daerah
diantaranya murong (Aceh); Kelor (Melayu); Munggai (Minangkabau);
Kilor (Lampung); Kelor (Sunda); Marongghi (Madura); Parongge (Bima);
Kawona (Sumba); Kirol (Buru); Kelo (Ternate); Kelo (Tidore). (Depkes RI,
2001)
3. Morfologi Tanaman Kelor
Tanaman kelor tumbuh dalam bentuk pohon dengan tinggi ± 8 m.
Batangnya berkayu bercabang berwarna putih kotor dengan bintik-bintik
hitam. Daunnya merupakan daun majemuk, panjang 20-60 cm, anak
daunyna berbentuk bulat telur dengan tepi yang rata, ujung berlekuk,
menyirip ganjil, dan hijau. Memiliki bunga majemuk bentuk malai, letak di
ketiak daun, panjang 10-30 cm, daun kelopak hijau, benang sari dan putik
kecil, mahkota putih. Buahnya berupa polong dengan panjang 20-45 cm,
berisi 15-25 biji, berwarna coklat kehitaman. Biji kelor berbentuk bulat ,
bersayap tiga dan hitam. Akar kelor merupakan akar tunggang berwarna
putih kotor.(Depkes RI, 2001)
4. Tempat Tumbuh dan Distribusi Tanaman
Tanaman kelor tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai
ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di
halaman rumah atau ladang. Spesies ini dibudidayakan secara luas sejak
dahulu di Roma, Yunani kuno dan Mesir dan saat ini meluas di seluruh
daerah tropis dan subtropis di dunia karena mempunyai toleransi rentang
6
iklim yang luas. Tanaman ini juga sangat banyak ditemukan di seluruh
bagian dari negeri india dan pegununggan Himalaya.(Navie dan Csurhes,
2010; Qaiser, 1973)
5. Kandungan Kimia dan Khasiat
Akar, daun dan kulit batang Moringa oleifera mengandung saponin
dan polifenol, di samping itu kulit batangnya mengandung alkaloida
(Depkes RI, 2001). Buah kelor akan menghasilkan biji yang dapat dibuat
tepung atau minyak sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetik
bernilai tinggi (Aminah dkk., 2015). Biji kelor mengandung senyawa
fenolik, flavonoid, saponin, terpenoid, proantosianidin dan glikosida jantung
(Sharma dkk., 2012). Biji kelor merupakan antioksidan yang baik karena
mampu mengurangi kerusakan oksidatif disertai penuaan dan kanker (Singh
dkk., 2009). Biji kelor juga mengandung vitamin E (0,01%) dan beta
karoten (0,014%) (Bhoomika dkk., 2007).
Minyak biji kelor bisa menjadi pengganti yang baik untuk minyak
zaitun dalam makanan dan produk bukan makanan seperti biodiesel dan
kosmetik (Ndabigengesere dan Narasiah, 1998). Biji kelor mengahasilkan
minyak yang tahan terhadap ketengikan karena kandungan antioksidan
sehingga minyak tidak mudah teroksidasi (Anwar dkk., 2006).
B. Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut
cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
7
kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, falvonoida dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi
sokletasi. Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik
(Depkes RI, 2000) dengan pelarut yang digunakan adalah n-heksan. Heksana
adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia CH3(CH2)4CH3. Awalan
"Hex" menunjukkan jumlah enam atom karbonnya, sedangkan akhiran “ana”
menunjukkan bahwa atom karbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal. (Nasir
dkk., 2010)
Isometri heksana umumnya bersifat tidak reaktif, dan sering digunakan
sebagai pelarut inert dalam reaksi organik, karena heksana tidak polar.
Umumnya heksana digunakan untuk mengekstrak minyak dari bijinya seperti
pada kacang-kacangan dan flax. Hal ini karena heksana tidak reaktif dan inert
dalam reaksi organik karena bersifat sangat non-polar dan memilki narrow
distillation range dan selective power, sehingga tidak memerlukan tingkat
pemanasan yang tinggi dan daya ekstraksinya tinggi, yang menjadikan heksana
sebagai pelarut yang baik untuk mengekstrak minyak dari bijinya.(Nasir dkk.,
2010)
8
C. Parameter Fisika
Berdasarkan (Sudamardji dkk., 2003) parameter fisika yang diuji meliputi :
1. Penampakan Fisik
Pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Penilaian indera
dengan cara uji organoleptik meliputi tekstur suatu bahan, faktor
kenampakan berupa warna dan bau.
2. Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau lemak
pada suhu 25°C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama
3. Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam jumlah tertentu.
Dalam larutan, zat terlarut adalah zat yang larut, dan pelarut adalah zat yang
tidak larut kedalamnya.
4. Uji Noda Minyak
Minyak atau lemak dapat membentuk noda sehingga kertas yang tidak
tembus pandang menjadi semi transparan. Sampel dengan kejenuhan yang
tinggi akan meninggalkan noda pada kertas saring yang digunakan.
D. Parameter Kimia
Berdasarkan (Sudjadi dan Rohman, 2004) parameter kimia yang diuji meliputi:
1. Bilangan Saponifikasi
Bilangan saponifikasi didefenisikan sebagai banyaknya milligram KOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara sempurna dari 1 gram
lemak atau minyak.
9
2. Bilangan Iodin
Bilangan iodin didefenisikan sebagai banyaknya iodium yang diserap oleh
oleh 100 gram minyak, lemak, atau senyawa-senyawa lain. Bilangan ini
merupakan pengukuran kuantitatif yang menyatakan banyaknya asam-asam
lemak tidak jenuh baik dalam bentuk bebas atau dalam bentuk ester yang
terdapat dalam minyak atau lemak karena asam lemak ini mempunyai sifat
yang mampu menyerap iodium.
3. Bilangan Asam
Bilangan asam juga dikenal dengan indeks keasaman didefenisikan sebagai
banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas
dalam 1 gram minyak, lemak, resin, balsam atau senyawa organik serupa
dengan komposisi yang kompleks.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakognosi, laboratorium kimia,
dan di laboratorium analisa instrument Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes
Kupang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan maret sampai juni tahun 2018.
3. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang diambil
dari Kelurahan Liliba, Kota Kupang.
4. Variabel Penelitian
Variabel tunggal penelitian ini adalah karakteristik minyak biji kelor
C. Defenisi Operasional
1. Biji kelor adalah biji tua berwarna coklat
2. Minyak biji kelor adalah hasil dari proses ektraksi dengan metode sokletasi
biji kelor dengan pelarut n-heksan
3. Karakteristik Minyak Biji Kelor adalah dengan parameter fisika yaitu
pengamatan fisik, bobot jenis, indeks bias dan dengan parameter kimia
meliputi bilangan saponifikasi, bilangan iodine dan bilangan asam.
11
D. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi piknometer,
refraktometer, evaporator, soklet, buret, statif, desikator, beaker glass
(Pyerx), erlenmeyer (Pyrex), timbangan digital ( Shimadzu type BL-3200H),
hot plate, waterbath (Memmert), batang pengaduk, kertas perkamen, tabung
reaksi (Pyrex) dan kertas saring.
2. Bahan yang digunakan meliputi aquades, asam asetat glacial, KOH 0,1 N,
KOH 0,5 N, Alcohol netral 95%, Kloroform, natrium sulfat anhidrat,
natrium karbonat, kalium biftalat, natrium tiosulfat, kalium bikarbonat,
natrium bikarbonat, asam asesat glasial, iodine bromide, indicator amilum
dan indicator phenolphthalein, indikator merah metil.
E. Prosedur Penelitian
1. Determinasi
Determinasi tanaman kelor dilakukan di UPT Materia Medika Malang.
2. Pengumpulan Biji
Biji kelor di ambil di kelurahan liliba kecamatan Oebobo kota Kupang dari
buah yang sudah matang dengan ciri buah berwarna coklat.
3. Pembuatan Simplisia
Pengambilan dengan kriteria buah yang sudah tua. Buah kelor dikupas,
dipisahkan serabut dengan bijinya. Biji kelor yang diperoleh disortasi basah
dan dicuci dengan air.Selanjutnya biji kelor dikeringkan dengan pada sinar
matahari langsung yang ditutupi plastik berwarna hitam dan disortasi kering
untuk menjamin simplisia benar-benar bebas bebas dari bahan
12
asing.Selanjutnya simplisia diserbuk dan diayak dengan menggunakan
ayakan no 45.
4. Ekstraksi
Serbuk simplisia biji kelor sebanyak 100 gram dimasukkan dalam
timbel, dibungkus dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam
tabung soklet.Labu diisi dengan pelarut kira-kira 2/3 bagiannya sampai
badan soklet terisi sepenuhnya. Panaskan dalam waterbath dan refluks
selama kurang lebih 4 jam hingga warna pelarut dalam wadah soklet pada
saat kontak dengan cuplikan tidak berubah. Dipisahkan pelarut dengan zat
yang diekstrak dengan destilasi secara langsung menggunakan alat
soklet.Ulangi pemanasan sehingga dalam labu hanya terdapat zat sampel.
Kemudian, hitung rendemen dengan menggunakan rumus:
Rendemen bobot minyak
bobot simplisia x
Minyak biji kelor yang diperoleh kemudian dipisahkan dari pelarut
n-heksan dengan cara diuapkan diatas water bath 7 ˚C kemudian tambahkan
air panas dikocok selama 12 menit, setelah dingin minyak disentrifius
selama 10 menit. Tambahkan natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan
sisa-sisa air diamkan selama 5 menit, saring dengan kertas saring.
Masukkan hasil minyak dalam botol tertutup dan simpan dalam pendingin
dengan suhu 0-4˚C.
13
5. Penentuan Parameter
Prosedur penentuan parameter fisik dan kimia berdasarkan (Sudamardji
dkk., 2003)
a. Penampakan Fisik
Penampakan fisik dilihat warna dan bau minyak biji kelor
b. Bobot jenis
Timbang bobot piknometer 10 ml kosong. Dicatat berat piknometer.
Minyak biji kelor dimasukkan kedalam piknometer hingga penuh
kemudian ditutup, dibersihkan permukaan luar piknometer dan
ditimbang. Piknometer dibersihkan dalam keadaan kering masukkan air
dalam piknometer hingga penuh kemudian ditutup, bersihkan
permukaan luar piknometer dan ditimbang. Direplikasi 3 kali.
obot jenis bobot piknometer dan minyak bobot piknometer kosong
bobot piknometer dan air bobot piknometer kosong
c. Uji kelarutan
Minyak ditimbang seberat 0,5 gram di masukkan dalam tabung reaksi.
Kemudian tambahkan kloroform sebanyak 5 ml , kocok hingga larut .
Amati kelarutan minyak dalam tabung.
d. Uji noda minyak lemak
Minyak diteteskan diatas kertas saring dan diamkan 5 menit. Amati
noda yang terbentuk.
e. Bilangan saponifikasi
Minyak ditimbang seberat kurang lebih 1 gram dalam
Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan sebanyak 10 ml KOH 0,5 N
14
alkoholik. Sesudah ditutup dengan pendingin selanjutnya dididihkan
sampai minyak tersabunkan secara sempurna ditandai dengan tidak
terlihat butir-butir lemak atau minyak dalam larutan. Setelah
didinginkan kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N menggunakan
indicator/phenolphthalein. Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat
hilangnya warna merah, misalnya titrasi memerlukan (ts) ml.
Dibuat perlakuan blanko yaitu seperti perlakuan sebelumnya
hanya tanpa sampel.Titrasi blanko ini menunjukkan KOH mula-mula
yang digunakan dalam reaksi penyabunan, misalkan titrasi blanko
memerlukan (tb) ml.Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk
melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar supaya mempermudah
reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun. Direplikasi 3 kali.
ngka penyabunan (tb ts) x Cl x
berat contoh g
Keterangan :
tb = Titrasi blanko
ts = Titrasi sampel
N = Normalitas
BM = Berat molekul
f. Bilangan iodine
Minyak sebanyak 0,1-0,5 gram dilarutkan dalam 10 ml kloroform atau
karbon tetra klorida kemudian ditambahkan 25 ml larutan iodine
bromide dalam asam asetat glacial. Dibiarkan selama satu jam maka
akan terjadi peningkatan iodine oleh minyak pada ikatan rangkapnya
selama ini dibiarkan ditempat gelap. Iodine sisa dititrasi dengan natrium
15
tiosulfat 0,1 N menggunakan indicator amilum, akhir titrassi ditandai
dengan hilangnya warna biru. Titrasi sampel missal ( =ts) ml. Untuk
mengetahui iodine mula-mula dalam reagen maka dilakukan perlakuan
blanko dengan jalan yang sama. Titrasi blanko misal tb ml. Direplikasi
3 kali.
ngka iodin (tb ts) x a S x iod x
bobot contoh (gram) x
(tb ts) x a S x ,
bobot contoh gram
Keterangan :
tb = Titrasi blanko
ts = Titrasi sampel
N = Normalitas
BA = Berat Atom
g. Bilangan Asam
Minyak atau lemak sebanyak 1 gram ditambah 5 ml alcohol netral 95%
kemudian dipanaskan 5 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup pendingin balik. Alkohol berfungsi untuk melarutkan asam
lemak. Setelah didinginkan kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N
menggunakan indikator fenolftalein sampai tepat warna merah jambu.
Direplikasi 3 kali.
ngka asam ml x x
bobot contoh gram
BM = Bobot molekul asam lemak
16
F. Analisis data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif
1. Pengamatan fisik yang diamati berupa warna, tekstur dan bau.
2. Nilai bobot jenis dilihat dengan alat piknometer lalu dihitung bobot jenis
dengan rumus.
obot jenis minyak bobot piknometer dan minyak bobot piknometer kosong
bobot piknometer dan air bobot piknometer kosong
3. Kelarutan
Diamati kelarutan minyak dalam kloroform
4. Uji Noda Minyak
Diamati ada tidaknya noda di kertas saring.
5. Penentuan bilangan saponifaksi dilakukan dengan titrasi. Nilai dihitung
dengan rumus
ngka penyabunan (tb ts) x Cl x
berat contoh g
6. Penentuan bilangan iodine dilakukan dengan titrasi. Nilai dihitung dengan
rumus
ngka iodin (tb ts) x a S x iod x
bobot contoh (gram) x
(tb ts) x a S x ,
bobot contoh gram
17
7. Penentuan bilangan asam dilakukan dengan titrasi. Nilai dihitung dengan
rumus
ngka asam ml x x
bobot contoh gram
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi
Determinasi tanaman kelor yang dilakukan di UPT Materia Medika Malang
menunjukkan tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman kelor
dengan nama latin Moringa oleifera L. dan suku moringaceae. (Lampiran 1)
B. Sokletasi
Ekstraksi metode sokletasi menggunakan simplisia sebanyak 100 gram
dimasukkkan dalam tabung soklet, ditambah pelarut 300 ml. Sokletasi minyak
biji kelor dilakukan sebanyak 10 siklus. Minyak yang dihasilkan dipisahkan dari
pelarut n-heksan dengan cara diuapkan diatas waterbath 7 ˚C kemudian
tambahkan air panas dikocok selama 12 menit, setelah dingin minyak
disentrifius selama 10 menit. Ditambahkan natrium sulfat anhidrat untuk
menghilangkan sisa-sisa air diamkan selama 5 menit, saring dengan kertas saring.
Hasil minyak dimasukkan dalam botol tertutup dan disimpan dalam pendingin
dengan suhu 0-4˚C Rendemen yang diperoleh pada ekstrasi ini sebesar 13,31%.(
Lampiran 2)
C. Uji Karektaristik
1. Penampakan Fisik
Pengujian dengan penampakan fisik ini didasarkan pada proses
penginderaan. Penampakan fisik yang dilihat pada minyak biji kelor yang
dihasilkan adalah warna dan bau. Warna dari minyak biji kelor adalah
kuning. Bau minyak biji kelor seperti bau kacang-kacangan.(Lampiran 3)
19
2. Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak dengan
berat air.
Tabel 1. Berat jenis minyak
No. Uji BJ Minyak
1 Replikasi 1 0,907
2 Replikasi 2 0,912
3 Replikasi 3 0,909
4 Rata-rata 0,909 ± 0,003
Data diatas menunjukkan BJ minyak kelor sebesar 0,907. Penelitian yang
pernah dilakukan oleh (Surdayanto dkk., 2016) menunjukkan bahwa minyak
biji kelor memiliki BJ 0,90.( Lampiran 4 )
3. Kelarutan
Kelarutan minyak lemak menurut farmakope edisi III kecuali dinyatakan
lain mudah larut dalam kloroform p, dalam eter P dan dalam eter minyak
tanah P. Penelitian ini minyak biji kelor dilarutkan dalam kloroform dan
dapat larut sempurna ( Lampiran 5 )
4. Uji Noda Minyak Lemak
Minyak lemak yang diteteskan diatas kertas saring meniggalkan noda (
kertas menjadi semi transparan). Hal ini menunjukan bahwa kandungan
lemak pada minyak biji kelor tinggi. (Lampiran 6 )
5. Bilangan Saponifikasi
Bilangan saponifikasi (penyabunan) dapat dipergunakan untuk
menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang
disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat
molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan
20
sebaliknya minyak dengan berat molekul yang besar mempunyai angka
penyabunan yang relatif kecil.
Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil
hidrolisa supaya mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk
sabun.
Tabel 2. Uji Bilangan Saponifikasi
No. Minyak biji
kelor
Bilangan
saponifikasi
1 Replikasi 1 57,497
2 Replikasi 2 79,056
3 Replikasi 3 21,562
4 Rata-rata 52,705± 29,045
Data hasil replikasi pada titrasi bilangan saponifikasi memiliki
perbedaan volume titrasi karena adanya proses pemanasan pada prosedur
penentuan bilangan saponifikasi. Pemanasan dilakukan di hotplate dan suhu
pada hotplate yang tidak stabil.
Data diatas di dapat bilangan saponifikasi adalah 52,705 ± 29,045
dan penelitian yang pernah dilakukan oleh (Surdayanto dkk., 2016)
menunjukkan bahwa minyak biji kelor memiliki bilangan saponifikasi
219,20. Hasil uji bilangan saponifikasi yang diteliti lebih kecil dari
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berat molekul dari minyak biji
kelor asal NTT lebih besar. Hal ini berarti minyak disusun oleh asam lemak
berantai panjang dan titik lebur yang lebih tinggi. (Lampiran 7)
21
6. Bilangan Iodin
Bilangan iodin mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun
minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan
membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap . Angka iod dinyatakan sebagai
banyaknya gram iod yang diikat oleh 100 gram minyak atau lemak.
Tabel 3. Uji Bilangan Iodin
No. Minyak biji
kelor
Bilangan iodin
1 Replikasi 1 8,872
2 Replikasi 2 8,788
3 Replikasi 3 8,657
Rata-rata 8,772± 0,108
Reaksi adisi antara asam lemak dengan iodin dapat menentukan
derajat ketidakjenuhan asam lemak yang menyusun minyak
(Kusnandar,2010) .
Berdasarkan data diatas nilai bilangan iodine adalah 8,772 ± 0,108.
Minyak biji kelor ini memiliki tingkat ketidakjenuhan yang rendah jika
dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
(surdayanto,dkk, 2016 ) menunjukkan bahwa minyak biji kelor memiliki
bilangan iodine 13,19. Pada penelitian ini minyak biji kelor yang di teliti
memiliki asam lemak jenuh lebih banyak karena minyak sukar menyerap
iod lagi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Surdayanto
dkk., 2016). Minyak yang meiliki kandungan asam lemak jenuh yang
memiliki rantai tunggal akibat adanya pemanasan yang membuat ikatan
22
rangkap menjadi ikatan tunggal sehingga mudah teroksidasi dan menjadi
tengik.(Lampiran 8)
7. Bilangan Asam
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram
minyak atau lemak. Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak
bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah
kualitasnya.
Tabel 4. Uji Bilangan Asam
Data hasil replikasi pada titrasi bilangan asam memiliki perbedaan volume
titrasi karena adanya proses pemanasan pada prosedur penentuan bilangan
asam. Pemanasan dilakukan di penangas air dan suhu pada penagas air tidak
stabil. Hasil uji bilangan asam menyatakan bahwa nilai bilangan asam pada
minyak biji kelor adalah 124,309 ± 12,299. Data menunjukkan bahwa
kandungan asam lemak bebas tinggi yang berpengaruh pada turunnya
rendemen minyak. Tingginya kandungan asam lemak berarti banyaknya
asam lemak yang telah lepas dari gliserol dimana gliserol dapat membantu
asam lemak membentuk trigliserida. Asam lemak bebas yang tinggi juga
menimbulkan rasa tidak enak dalam bahan pangan berlemak.(Lampiran 9)
No. Minyak biji
kelor
Bilangan Asam
1 Replikasi 1 130,450
2 Replikasi 2 110,149
3 Replikasi 3 132,329
Rata-rata 124,309± 12,299
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Karakteristik minyak biji kelor yang dihasilkan dengan metode ekstraksi
sokletasi berwarna kuning dan bau khas seperti kacang-kacangan. Berat
jenis dari minyak biji kelor adalah 0,9 ± 0,003. Larut dalam kloroform dan
merupakan minyak lemak karena menimbulkan noda dikertas saring
2. Karakteristik minyak biji kelor berdasarkan parameter kimia nilai bilangan
saponifikasi, bilangan iodin dan bilangan asam adalah masing-masing
52,705 ± 29,045, 8,772 ± 0,108, dan 124,309 ± 12,299.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan pengujian karekteristik minyak
dilihat dari indeks bias, uji kadar air dan bilangan peroksida.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, K, L., Muhammad, dan Ghazali, 2005. Some Physico-Chemical
Properties of Moringa Oleifera Seed Oil Extracted Using Solvent and
Aqueous Enzymatic Methods. Food Chem.
Aminah, S., Ramdhan, T., dan Yanis, M., 2015. Kandungan Nutrisi Dan Sifat
Fungsional Tanaman Kelor (Moringa Oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan.
Anwar, farooq, nahid, syeda, dan rashid, umer, 2006. Characterization of Moringa
Oleifera Seed Oil from Drought and Irrigatedregions of Punjab, Pakistan.
Grasass Y Aceites.
Barakat, H. dan Ghazal, G.A., 2016. Physicochemical Properties of Moringa Olifera
Seeds and Their Edible Oil Cultivated at Different Regions in Egypt.
Bhoomika, R.G., Agrawal, B.B., Goyal, R.K., dan Metha, A.A., 2007. Phyto-
Pharmacology of Moringa Oleifera Lam. Natural Product Radiance.
Day, R.A.J. dan A.L., U., 1996. Analisa Kimia Kuantitatif, 5th ed. Erlangga, Jakarta.
Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2.
Fahey, J.W., 2005. Moringa Oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its
Nutritional, Therapeutik, and Prophylactic Properties, Part 1.
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta .
Mendeita Araicia, B., Sporndly, Reyes sanchez, Salmeron Miranda, dan Halling,
2013. Biomas Production and Chemical Composition of Moringa Oleifera
under Different Planting Densities and Levels of Nitrogen Fertilization.
Agroforest.
Nasir, S., Soraya, D.F., dan Pratiwi, D., 2010. Pemanfaatan Ekstrak Biji Kelor
(Moringa Oleifera L.) Untuk Pembuatan Bahan Bakar Nabati. Universitas
Surabaya, Teknik Kimia.
avie, S dan Csurhes, S , orseradish Tree : oringa leifera Queensland
Government.
25
Ndabigengesere, A. dan Narasiah, S., 1998. Quality of Water Treated by Coagulation
Using Moringa Oleifera Seeds.
Nugraheni, D.T., 2011. Analisis Penurunan Bilangan Iod Terhadap Pengulangan
Penggorengan Minyak Kelapa Degan Metode Titrasi Iodometri. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru, Pekanbaru.
Qaiser, , 7 oringaceae In : Flora of West Pakistan, E asir and SI li ed
University of karachi, pakistan, Departement of Botany.
Sharma, V., Paliwal, R., Janmeda, P., dan Sharma, S., 2012. Chemopreventive
Efficacy of Moringa Oleifera Pods Against 7,12-Dimethylbenz[a]Anthracene
Induced Hepatic Carcinogenesis in Mice. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention.
Singh, B.N., Singh, B.R., Singh, R.L., Prakash, Dhakarey, dan Upadhyay, 2009.
Oxidative DNA Damage Protective Activity, Antioxidant and Anti-Quorum
Sensing Potensials of Moringa Oleifera. Food Chem. Toxicol.
Sudamardji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 2003. Analisa Bahan Makanan Dan
Pertanian, 2nd ed. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.
Sudjadi dan Rohman, A., 2004. Analisis Obat Dan Makanan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Surdayanto, Herwanto, T., dan Harnesa Putri, S., 2016. Aktivitas Antioksiddan Pada
Minyak Biji Kelor ( Moringa Oleifera L.) Dengan Metode Sokletasi
Menggunakan Pelarut N-Heksan, Metanol Dan Etanol.
Tilong, A., 2012. Ternyata Kelor Penakluk Diabetes. DIVA Press, Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1984. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
26
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tumbuhan Kelor
27
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen
Bobot wadah = 58,68
Bobot wadah dan minyak = 113,93
Rendemen bobot wadah dan isi bobot wadah
gram simplisiax
, ,
4 gramx
= 13,31%
Lampiran 3. Hasil Uji Penampakan Fisik
Gambar 2. Warna Minyak Biji Kelor
28
Lampiran 4. Hasil Uji Bobot Jenis
Gambar 3. Piknometer dan minyak Gambar 4. Piknometer Kosong
A. Perhitungan
obot jenis bobot piknometer dan minyak bobot piknometer kosong
bobot piknometer dan air bobot piknometer kosong
obot jenis bobot minyak
bobot air
Tabel 5. Perhitungan Uji Bobot jenis
obot jenis bobot piknometer dan minyak bobot piknometer kosong
bobot piknometer dan air bobot piknometer kosong
obot jenis bobot minyak
bobot air
bobot jenis 4 ,
, 4 , 7
No. Bobot (gram) BJ
Minyak Piknometer
Kosong
Piknometer
dan air
Piknometer
dan minyak
Air Minyak
1 75,50 126,84 122,10 51,34 46,60 0,907
2 81,64 131,96 127,33 50,32 45,69 0,912
3 79,90 129,83 125,30 49,93 45,40 0,909
Rata-rata 0,909 ±
0,003
29
bobot jenis 4 ,
, ,
bobot jenis 4 ,4
4 , ,
Rata rata , 7 , ,
Rata-rata = 0,909 ± 0,003
Lampiran 5. Hasil Uji Kelarutan
Gambar 5. Minyak dengan pelarut Kloroform
Gambar 6. Minyak Dengan Pelarut Air
30
Tabel 6. Hasil Uji Kelarutan
No Pelarut Kelarutan
Larut Tidak Larut
1 Kloroform
2 Air
Lampiran 6. Hasil Uji Noda Minyak Lemak
Gambar 7. Kertas Saring Gambar 8. Kertas Saring dan Minyak
Lampiran 7. Hasil Uji Bilangan Saponifikaisi
A. HCl
1. Pembuatan
ml C ol x x mr
, x , x ,
,
= 20,35 ml
Pipet 20 ml HCl P masukkan dalam labu ukur 500 ml larutkan dengan
aquades hingga tanda.
2. Pembakuan HCl 0,5 N
Ditimbang 0,264 gram natrium karbonat anhidrat P yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 270° selama 1 jam, larutkan dalam 10 ml aquades.
Titrasi dengan asam klorida menggunakan indikator merah metil.
31
Cl mg
mr x E x t
Replikasi 4
,4 x x ,
4
74,
= 0,459
Replikasi 4
,4 x x ,7
4
, 7
= 0,424
Replikasi 4
,4 x x ,4
4
, 4
= 0,400
Rata rata ,4 ,4 4 ,4
,4 7
B. KOH 0,5 N alkoholik
1. Pembuatan
Ditimbang 14,025 gram KOH dalam labu ukur 500 ml tambahkan etanol
95% hingga tanda.
2. Pembakuan
Lebih kurang 25 ml asam klorida 0,5 N yang diukur saksama encerkan
dengan 50 ml air. Titrasi dengan larutan kalium hidroksida alkoholik
menggunakan indikator fenolftalein.
32
V1 x N1 = V2 x N2
a. 25 x 0,427 = 26,2 x N2
10,675 = 26,2 x N2
, 7
,
= 0,407
b. V1 x N1 = V2 x N2
25 x 0,427 = 30,5 x N2
10,675 = 30,5 x N2
, 7
,
= 0,350
c. V1 x N1 = V2 x N2
25 x 0,427 = 30,6 x N2
10,675 = 30,6 x N2
, 7
,
= 0,348
Rata rata ,4 7 , , 4
,
C. Bilangan saponifikasi
Replikasi a ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( , 4, ) x ,4 7 x ,
, x ,
= 45,516
Repliakasi b ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( , 4, ) x ,4 7 x ,
33
,4 x ,
= 45,516
Replikasi c ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( , , ) x ,4 7 x ,
, x ,
= 69,478
Rata rata replikasi 4 , 7,4 ,47
7,4 7
Replikasi a ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( 7,4 4, ) x ,4 7 x ,
, x ,
= 79,054
Replikasi b ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( 7,4 4, ) x ,4 7 x ,
, x ,
= 67,076
Replikasi c ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( 7,4 , ) x ,4 7 x ,
, x ,
= 91,040
34
Rata rata replikasi 7, 7 , 4
7 ,
Replikasi a ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( 4, ) x ,4 7 x ,
,4 x ,
= 9,583
Replikasi b ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( 4, ) x ,4 7 x ,
, x ,
= 21,562
Replikasi c ( tb ts ) x Cl x
erat sampel ( gram )
( , ) x ,4 7 x ,
,4 x ,
= 33,541
Rata rata replikasi , , 4
,
adar rata rata 7,4 7 7 , ,
,7
35
Tabel 7. Perhitungan Uji Bilangan Saponifikasi
No. Minyak biji kelor Pembakuan
HCl 0,5 N
Pembakuan
KOH 0,5 N
Bilangan
saponifikasi
1 Replikasi 1 0,459 0,407 57,497
2 Replikasi 2 0,424 0,350 79,056
3 Replikasi 3 0,400 0,348 21,562
4 Rata-rata 0,427 0,368 52,705±
29,045
Gambar 9. Sebelum Titrasi Gambar 10. Sesudah Titrasi
Lampiran 8. Hasil Uji Bilangan Iodin
A. Natrium tiosulfat 0,1 N
1. Pembuatan
Larutkan 13 gram natrium tiosulfat dan 100 mg natrium karbonat dalam air
bebas karbondioksida segar secukupnya hingga 500 ml.
2. Pembakuan
Timbang seksama 105 mg kalium bikromat yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 120 selama 4 jam, larutkan dalam 50 ml air.
goyangkan hingga larut tambahkan dengan cepat 1,5 gram kalium iodide, 1
gram natrium bikarbonat dan 2,5 ml HCl P. Sumbat labu, goyangkan hingga
tercampur, biarkan ditempat gelap selama 10 menit. Titrasi dengan larutan
natrium tiosulfat menggunakan indikator kanji.
36
a S mg
mr x E x t
Replikasi
4, x x ,
,
= 0,033
Replikasi
4, x x ,7
44,
= 0,034
Replikasi
4, x x ,
7 ,
= 0,035
Rata rata , , 4 ,
, 4
B. Bilangan iodin
( tb ts ) x a S x Iod x
erat sampel ( gram ) x
Replikasi a ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( ,7 , ) x , 4 x ,
, x ,4
= 8,948
Replikasi b ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( ,7 , ) x , 4 x ,
, x ,4
37
= 8,817
Replikasi c ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( ,7 ,4 ) x , 4 x ,
, x ,4
= 8,861
Rata rata replikasi , 7 ,
, 7
Replikasi a ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( , , ) x , 4 x ,
, x ,4
= 8,861
Replikasi b ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( , , ) x , 4 x ,
x ,4
= 8,730
Replikasi c ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( , ,4 ) x , 4 x ,
, x ,4
= 8,773
38
Rata rata replikasi ,7 ,77
,7
Replikasi a ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( , , ) x , 4 x ,
x ,4
= 8,730
Replikasi b ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( , , ) x , 4 x ,
,7 x ,4
= 8,599
Replikasi c ( tb ts ) x a S x ,
erat sampel ( gram )
( , ,4 ) x , 4 x ,
, x ,4
= 8,642
Rata rata replikasi , , 4
, 7
adar rata rata , 7 ,7 , 7
,77
39
Tabel 8. Perhitungan Uji Bilangan Iodin
No. Minyak biji
kelor
Pembakuan
Natrium tiosulfat
Bilangan iodin
1 Replikasi 1 0,033 8,872
2 Replikasi 2 0,034 8,788
3 Replikasi 3 0,035 8,657
Rata-rata 0,034 8,772± 0,108
Gambar 11. Sebelum Titrasi Gambar 12. Sesudah Titrasi
Lampiran 9. Hasil Uji Bilangan Asam
A. HCl 0,1 N
1. Pembuatan
ml C ol x x mr
, x , x ,
,
= 4,0700 ml
Pipet 20 ml HCl P masukkan dalam labu ukur 500 ml larutkan dengan
aquades hingga tanda
2. Pembakuan HCl 0,1
Ditimbang 50 mg natrium karbonat anhidrat P yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 270° selama 1 jam, larutkan dalam 10 ml aquades.
Titrasi dengan asam klorida menggunakan indikator merah metil.
40
Cl mg
mr x E x t
Replikasi
,4 x x ,
,7
= 0,089
Replikasi
,4 x x ,
4 ,
= 0,102
Replikasi
,4 x x ,4
44 , 4
= 0,111
Rata rata , ,
,
B. KOH 0,1 N
1. Pembuatan
Ditimbang 2,805 gram KOH dalam labu ukur 500 ml tambahkan
etanol 95% hingga tanda.
2. Pembakuan
Ditimbang 204,2 mg natrium karbonat anhidrat P yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 270° selama 1 jam, larutkan dalam 10 ml aquades.
Titrasi dengan asam klorida menggunakan indikator merah metil.
mg
mr x E x t
Replikasi 4,
4, x x ,
4,
,
41
= 0,071
Replikasi 4,
4, x x ,
4,
,
= 0,063
Replikasi 4,
4, x x 4,
4,
,
= 0,068
Rata rata , ,
, 7
C. Bilangan Asam
ngka asam ml x x
erat sampel ( gram )
Replikasi 4,7 x , 7 x ,
= 130,450
Replikasi x , 7 x ,
= 110,149
Replikasi , x , 7 x ,
= 132,329
Rata rata , 4 ,
4,
42
Tabel 9. Perhitungan Uji Bilangan Asam
Gambar 13. Sebelum Titrasi Gambar 14. Sesudah Titrasi
No. Minyak
biji kelor
Pembakuan
KOH 0,1 N
Bilangan
Asam
1 Replikasi 1 0,071 130,450
2 Replikasi 2 0,063 110,149
3 Replikasi 3 0,068 132,329
Rata-rata 0,067 124,309±
12,299
43
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
44
Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian