uji kadar kreatinin dengan metode jafee

Upload: budiningrum

Post on 01-Mar-2016

113 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

bxbjsdj

TRANSCRIPT

VI. HASIL PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL1. Hasil Pemeriksaan :NoLarutanAbsorbansi (A)

1Blanko0

2Standar0,005

3Test -0,075

Konsentrasi Standar : 0,6 mg %2. Perhitungan :Kadar Kreatinin=Kadar Kreatinin == -9 mg %.3. Interpretasi hasil :Nilai normal kadar kreatinin serum/plasma adalah 0,5-1,1 mg%. Tes memiliki kadar kreatinin serumnya sebesar -9 mg %, dilihat dari nilai normal kreatinim serum/plasma, tes memiliki nilai kreatinin serum di bawah rentang nilai normal atau dapat dikatakan hasil yang diperoleh tidak valid karena nilai yang dihasilkan negatif. Ini berarti kemungkinan pasien mengalami kelainan fungsi ginjal atau terjadi kesalahan dalam pemeriksaan seperti kerusakan reagen atau sampel yang sedikit sehingga tidak valid dibaca oleh alat.

VII. PEMBAHASANPada praktikum ini dilakukan penentuan kadar kreatinin pada serum atau plasma jernih dengan metode Jaffe. Prinsip dengan metode ini adalah reaksi antara dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 545 nm (Dewi, dkk., 2011).Reaksi Jaffe merupakan salah satu pengembangan metode kolorimetri berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa asam pikrat akan mengalami deprotonasi dan bermuatan negatif yang selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan kreatinin membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna merah-orange. Namun, jika terjadi kelebihan asam pikrat dan NaOH maka deprotonasi asam pikrat yang berlebih (bermuatan negatif) akan bereaksi dengan Na+ membentuk endapan natrium pikrat (Sabarudin, 2012) seperti gambar berikut :

Kreatinindisintesis dalamhati, pankreas,dan ginjaldariasam amino arginin, glisin, danmetionin.Kreatininditranspormelaluisistem sirkulasi untuk otot, otak, dan organ lainnya, di mana kreatinin diubah menjadifospokreatinin dan bertindak sebagaireservoirenergisepertiATP. Kreatinin diproduksi untuk membuang produk dari kreatinin dan fospokreatinin. Karena banyak dari kreatinin diproduksi diotot, maka jumlah kreatininyang diukurdalam darah sebanding denganmassa otot pasien. Produk limbah dari kreatinin yang memasuki suplai darah dimana itu akan dikeluarkan melaluiginjal (Anerson dan Jean, 2007).Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Senyawa ini dihasilkan ketika terjadi kontraksi pada otot. Dalam darah, kreatinin dihilangkan dengan proses filtrasi melalui glomerulus ginjal dan disekresikan dalam bentuk urine. Ginjal yang sehat menghilangkan kreatinin dari darah dan memasukkannya pada urine untuk dikeluarkan dari tubuh (Anonim, 2009). Analisis kadar kreatinin dalam tubuh merupakan indeks medis yang penting untuk mengetahui kondisi laju filtrasi glomerulus, keadaan ginjal, dan berfungsinya kerja otot (Spiritia, 2009).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah diantaranya adalah : perubahan massa otot, diet kaya daging yang meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan, aktivitas fisik yang berlebihan, obat-obatan seperti sefalosforin, aldaacton, aspirin dan co-trimexazole, kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal, serta usia dan jenis kelamin (Sukandar E, 1997).Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urine dalam 24 jam relatif konstan (Sodeman, 1995). Tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal (Sodeman, 1995). Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75 %. (Soeparman,dkk., 2001). Hemodialisa perlu dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg/dl serum. Namun, dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisa dilakukan sedini mungkin untuk menghambat progresifitas penyakit (Anonim a, 2012). Pemeriksaan pada praktikum kali ini dilakukan pada sampel serum/plasma yaitu pada test. Pemeriksaan kadar sampel ini dilakukan dengan menambahkan larutan asam pikrat 0,032 mol/L masing-masing ke dalam sampel. Penambahan larutan asam pikrat pada larutan sampel (uji) berfungsi untuk membentuk kompleks senyawa berwarna merah-oranye bila direaksikan dengan kreatinin pada suasana alkali (Anerson dan Jean, 2007). Suasana basa dihasilkan dengan penambahan larutan NaOH. Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa, nilai absorbansi larutan standar 0,005 , absorbansi test -0,075.Nilai normal kadar kreatinin serum/plasma adalah 0,5-1,1 mg%. Tes memiliki kadar kreatinin serumnya sebesar -9 mg %, dilihat dari nilai normal kreatinim serum/plasma, tes memiliki nilai kreatinin serum di bawah rentang nilai normal atau dapat dikatakan hasil yang diperoleh tidak valid karena nilai yang dihasilkan negatif. Ini berarti kemungkinan pasien mengalami kelainan fungsi ginjal atau terjadi kesalahan yang disebabkan karena kesalahan yang terjadi selama proses penyiapan sampel. Kesalahan kimia dalam analisis ini dapat berupa kesalahan acak atau kesalahan sistematik, dimana kesalahan terjadi pada tahap pemipetan reagen atau larutan pereaksi yang dapat mengubah konsentrasi larutan sampel maupun kesalahan karena alat spektrofotometer yang mengalami kerusakan (Gandjar dan Rohman, 2007).

VIII. KESIMPULANPrinsip pada pemeriksaan ini adalah reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 545 nm. Tes memiliki kadar kreatinin serumnya sebesar -9 mg % nilai minus menunjukan ketidakvalidan hasil yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Anerson, Wendy., Jean Brickell. 2007. Clinical Chemistry: A Laboratory Perspective. USA: F. A. Davis Company.Anonim a. 2012. Kreatinin. Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/kreatinin (Cited on July 6 2014).Anonim. 2009. Total Protein. Available from: http://www.uscfmedicalcenter. com/totalprotein. (Citedon July 6 2014)Dewi, R., D.D. Santhi, A.A.N. Santa. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Klinik (Pedoman untuk S1). Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sabarudin, A., ERN Wulandari, H. Sulistyarti. 2012. Sequential Injection-Flow Reversal Mixing (Si-Frm) Untuk Penentuan Kreatinin Dalam Urin. Jurnal Mipa. 35 (2): 157-164Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7. Jilid II. Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates.Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Spiritia, Yayasan. 2009. HIV dan Penyakit Ginjal. Available from: http://spiritia.or.id/ (Cited on July 6 2014).Sukandar E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi ke-2. Penerbit ITB. Bandung.

4