uji efektivitas kitosan mikrokristalin sebagai … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi...

61
UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI ALTERNATIF ZAT-ANTIBAKTERI ALAMI DALAM MOUTHWASH AHMAD ZAHID DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: truongtu

Post on 07-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI

ALTERNATIF ZAT-ANTIBAKTERI ALAMI

DALAM MOUTHWASH

AHMAD ZAHID

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

RINGKASAN

AHMAD ZAHID C34070091. Uji Efektivitas Kitosan Mikrokristalin Sebagai

Alternatif Zat-Antibakteri Alami Dalam Mouthwash. Dibimbing oleh BUSTAMI

IBRAHIM dan PIPIH SUPTIJAH.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menyebutkan, penyakit

gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan jumlah 60 persen dari

10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Tingginya angka permasalahan

tersebut tidak dapat dianggap remeh. Oleh karena itu perlu adanya suatu aktifitas

guna menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut. Salah satu cara yang

banyak dilakukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara

mekanis. Akan tetapi cara ini ternyata kurang efektif, cara pemeliharaan

kebersihan gigi dan mulut yang efektif ialah dengan cara berkumur menggunakan

mouthwash. Akan tetapi kandungan antiseptik dalam obat kumur dewasa ini

diduga dapat berefek karsinogenik. Melihat dari permasalahan tersebut perlunya

mencari alternatif zat anti-bakteri yang alami serta aman dalam pemanfaatannya.

Salah satu zat anti bakteri tersebut adalah kitosan. Meskipun kitosan memiliki

sifat fungsional yang terbukti dapat diaplikasikan, polimer kitosan memiliki

kelemahan dalam aplikasi in vivo. Oleh karena itu salah satu terobosan yang

dilakukan adalah dengan memodifikasi kitosan menjadi kitosan mikrokristalin

sehingga efektivitas serta aplikasi kitosan tersebut dapat berjalan optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efektifitas anti bakteri

terbaik kitosan mikrokristalin dalam mouthwash. Selain itu, penelitian ini juga

bertujuan untuk membandingkan kemampuan antibakteri mouthwash berbahan

kitosan mikrokristalin dengan produk obat kumur komersial

Kitosan komersil penelitian ini berasal dari CV. Dinar Tanggerang Banten.

Kitosan komersil yang digunakan mengandung air sebesar 4%, nitrogen sebesar

1,33%,abu sebesar 0,21%, dan derajat deasetilasi sebesar 80%. Hasil modifikasi

kitosan menjadi kitosan mikrokristalin dengan metode presipitasi menghasilkan

kitosan dengan ukuran partikel berkisar dari 0,6-6µm dengan karakteristik mutu

kitosan mikrokristalin yaitu kadar air sebesar 3,92%, abu sebesar 4%, nitrogen

1,4%, derajat deasetilasi 88,66% dan rendemen sebesar 50%.

Perbedaan karakteristik gigi probandus dalam penelitian ini diketahui tidak

memiliki pengaruh yang nyata dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan untuk

jumlah TPC rongga gigi dan mulut setelah berkumur dengan mouthwash kitosan

mikrokristalin 0% (kontrol negatif), 0,5%, 1%, 1,5%, dan kontrol positif pada jam

ke-0, jam ke-4 dan jam ke-8 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

nilai TPC rongga gigi dan mulut dengan selang kepercayaan 95%. Mouthwash

kitosan mikrokristalin 0,5%, 1%, dan 1,5% memiliki nilai efektifitas penurunan

nilai TPC terbaik dibandingkan dari hasil berkumur dengan mouthwash

pembanding kontrol posistif.

Page 3: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI

ALTERNATIF ZAT-ANTIBAKTERI ALAMI

DALAM MOUTHWASH

AHMAD ZAHID

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 4: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas

Kitosan Mikrokristalin Sebagai Alternatif Zat-Antibakteri Alami Dalam

Mouthwash” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain

manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak

mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain

kecuali bahan sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Februari 2012

Ahmad Zahid

C34070091

Page 5: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

Judul : Uji Efektivitas Kitosan Mikrokristalin Sebagai Alternatif

Zat-Antibakteri Alternatif Alami dalam Mouthwash

Nama : Ahmad Zahid

NIM : C34070091

Program Sarjana : Teknologi Hasil Perairan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Ir Bustami Ibrahim, M.Sc Dr. Dra. Pipih Suptijah, MBA

NIP. 19611101 198703 1 002 NIP.19531020 198503 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil.

NIP. 19580511 198503 1 002

Disahkan Tanggal :................................

Page 6: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari

1990. Penulis merupakan anak kedua dari empat

bersaudara pasangan Soekiman Sarbani dan Sudiartati.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di TK

Nurul Islam Jakarta Selatan (1994-1995), SDN 07 Pagi

Lenteng Agung Jakarta Selatan (1995-2001), SMPN

242 Jakarta (2001-2004), SMAN 109 Jakarta (2004-

2007), dan pada Tahun 2007 penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Departemen Teknologi

Hasil Perairan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi

kemahasiswaan antara lain Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) 2008-2009, Reporter Majalah EMULSI 2008-2009, Dewan Perwakilan

Mahasiswa FPIK sebagai sekertaris umum periode 2008-2009, Ketua Dewan

Perwakilan Mahasiswa FPIK periode 2009-2010. Penulis aktif menjadi panitia

dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga

aktif menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah, di antaranya Pendidikan

Agama Islam (2010), dan Teknologi Pengembangan Kitin dan Kitosan (2011).

Tahun 2011 penulis menjadi finalis PEKAN ILMIAH MAHASISWA

NASIONAL XXIV (PIMNAS XXIV) yang diselenggarakan DIKTI di

Universitas Hasanudin Makasar pada Lomba Program Kreativitas Mahasiswa

Penelitian (PKMP) dengan Judul ”Efektivitas kitosan mikrokristalin dari

cangkang rajungan dalam mouthwash untuk meminimalisasi kasus

periodental disease pada remaja”.

Tahun 2010, penulis melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) dengan

judul laporan “Analisis Bahaya, Identifikasi dan Pengawasan CCP pada

proses Pengalengan Rajungan (Portunus pelagicus) di PT Rajungan Sapta

Nusa, Indramayu – Jawa Barat”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi

diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Kitosan

Mikrokristalin Sebagai Alternatif Zat-Antibakteri Alami dalam

Mouthwash”.

Page 7: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, atas karunia-

Nya yang berlimpah, yang membuat penulis sanggup menyelesaikan usulan

penelitian yang berjudul “Uji Efektivitas Kitosan Mikrokristalin Sebagai

Alternatif Zat-Antibakteri Alami dalam Mouthwash”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Dra. Pipih Suptijah MBA sebagai dosen pembimbing kedua yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol sebagai Ketua Program Studi

Departemen Teknologi Hasil Perairan dan juga dosen penguji yang telah

banyak memberikan saran kepada Penulis.

4. Alm. Ibu Ir. Anna C Erungan, MS selaku dosen pembimbing akademik

selama Penulis menuntut ilmu pada Departemen Teknologi Hasil Perairan.

5. Bapak Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil selaku Ketua Departemen

Teknologi Hasil Perairan.

6. Keluarga terutama Abi dan Ummiku yang selalu memberikan doa,

semangat dan cinta kepada Penulis.

7. Sahabat-sahabatku tercinta K.Muta, K.Age, K.Dwi, K.Hanif, dan

K.Rahmat yang telah banyak memberikan pengalaman hidup serta doanya

kepada penulis.

8. Bu Ema dan Mbak Dini, Yuli, Ikma, Suhana, dan Yoga yang telah banyak

membantu Penulis dalam menyelesaikan penelitian.

9. Ria, Medal, Nani, Gufron, Mega, Putri, Fipo, Puspa, Sisi, Nurina, Zulfa,

dan Nita yang telah banyak memberi semangat, doa dan kekuatan pada

Penulis.

Page 8: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

10. Mila, Didi, Idris, Taufik, Nanda, Sabri, Azwin dan semua teman-teman

THP 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dalam

peyelesaikan skripsi ini.

11. Adik-adikku tercinta Aksar, Intan, Wina, Nurul, Riana, Raudoh, Zahidah,

Hilda serta semua adik-adik THP 45 dan THP 46 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu atas dukungan dalam peyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak

membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh

karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dalam

penyempurnaan penyusunan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2012

Penulis

Page 9: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan ........................................................................................... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1 Kitin dan Kitosan ............................................................................. 4

2.1.1 Sifat-sifat kitosan ................................................................. 5

2.1.2 Kitosan mikrokristalin .......................................................... 6

2.1.3 Kitosan dan kegunaannya .................................................... 7

2.1.4 Karakteristik kitosan sebagai antimikroba ........................... 9

2.2 Mouthwash ....................................................................................... 10

2.3 Jenis-Jenis Bakteri Mulut dan Gigi .................................................. 10

3 METODOLOGI ...................................................................................... 11

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 11

3.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 11

3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................ 12

3.3.1 Tahap penelitian pendahuluan .............................................. 12

3.3.2 Tahapan penelitian utama ..................................................... 12

3.4 Analisis Penelitian ............................................................................ 14

3.4.1 Analisis pengukuran rendemen ............................................ 14

3.4.2 Analisis kadar air .................................................................. 14

3.4.3 Analisis kadar mineral .......................................................... 14

3.4.4 Analisis kadar protein ........................................................... 15

3.4.5 Analisis SEM (Scanning Electron Microscopy) ................... 16

3.4.4 Analisis pengukuran derajat deasetilasi ................................ 16

3.4.5 Analisis mikrobiologi TPC (Total Plate Count)................... 17

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data .......................................... 19

Page 10: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 20

4.1 Penelitian Pendahuluan .................................................................... 20

4.1.1 Identifikasi kitosan komersil ................................................ 20

4.2 Penelitian Utama ............................................................................... 24

3.4.1 Karakteristik kitosan mikrokristalin ..................................... 24

3.4.2 Hasil analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red) ............. 25

3.4.3 Hasil analisis SEM (Scanning Electron Microscopy) .......... 27

3.4.4 Hasil analisis mikrobiologi (TPC) rongga mulut dan gigi ... 28

5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 32

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 32

5.2 Saran ................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33

LAMPIRAN ................................................................................................ 38

.

Page 11: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Analisis proksimat kitosan komersil.............................................. 22

2 Analisis proksimat kitosan mikrokristalin ..................................... 25

3 Karakteristik gugus fungsi dari kitosan ......................................... 27

Page 12: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Struktur molekul kitin kitosan ....................................................... 4

2 Diagram alir penelitian utama ....................................................... 13

3 Kitosan komersil ............................................................................ 21

4 Spektrum FTIR kitosan mikrokristalin .......................................... 26

5 Hasil scanning electron microscopy dari kitosan mikroristalin .... 27

6 Grafik nilai TPC probandus 1 (gigi tidak berlubang) dan

probandus 2 (gigi berlubang) pada taraf waktu pengambilan

dan konsentrasi mouthwash kitosan mikrokristalin ....................... 29

7 Nilai rata-rata TPC rongga ggi dan mulut pada setiap taraf

Interaksi konsentrasi dan waktu pengambilan sampel .................. 30

Page 13: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Perhitungan analisis proksimat ........................................................ 38

2a Analisis ragam analisa TPC rongga gigi dan mulut

hasil berkumur dengan mouthwash kitosan mikrokristalin ............. 42

2b Uji lanjut duncan interaksi konsentrasi dan waktu .......................... 42

3 Data hasil perhitungan DD (Derajat Deasetilasi) ............................ 45

4 Data hasil analisis TPC (Total Plate Count) ................................... 46

Page 14: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan Depkes

menyebutkan, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan jumlah

60 persen dari 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat (Malik 2008).

Selain itu berdasarkan hasil riset kesehatan dasar nasional yang dilakukan

Departemen Kesehatan pada tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi nasional

masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah

43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima perawatan atau

pengobatan dari tenaga kesehatan gigi adalah 29,6% dan 21,05% permasalahan

gigi dan mulut tersebut diderita pada golongan usia 10-24 tahun atau dapat

dikategorikan sebagai remaja.

Tingginya angka permasalahan kesehatan gigi dan mulut tidak dapat

dianggap remeh. Menurut ketua umum PDGI, drg Emir M Muis mennyampaikan

bahwa menjaga kesehatan mulut dan gigi berarti juga menjaga seluruh kesehatan

tubuh, karenakan gigi yang tidak sehat atau pada umumnya berlubang sangat mudah

terjangkit kuman dan bakteri yang kemudian apabila menembus ke pembuluh darah

dapat menggumpal di jantung (Malik 2008).

Fakta lain membuktikan bahwa keluhan penyakit gigi juga berdampak

terhadap produktivitas si penderita. Keluhan sakit gigi berakibat seseorang tidak

masuk kerja atau pergi ke sekolah. Gangguan tersebut rata-rata 3,86 hari dengan

kisaran berhenti berakitivitas antara 2,5 hari hingga 5,28 hari.

Tahun 2002 International Dental Journal melansir data bahwa di banyak

negara penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit keempat termahal dalam

biaya penyembuhannya. Pengobatan penyakit gigi berlubang berdasarkan data

tersebut membutuhkan biaya hingga 3.513 dolar AS per 1.000 orang anak. Jumlah

anggaran tersebut melebihi anggaran kesehatan yang diperuntukan bagi anak-anak

di negara-negara terendah pendapatan per kapitanya (Decha care 2008).

Oleh karena itu perlu adanya suatu aktifitas guna menjaga kebersihan serta

kesehatan gigi dan mulut. Sebelum ditemukan bahan-bahan kimia khususnya anti-

septik, cara yang dilakukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dilakukan

secara mekanik (Addy 1986). Akan tetapi cara ini ternyata kurang efektif dalam

Page 15: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

2

membersihkan kondisi gigi, karena cara ini tidak mungkin dilakukan secara

sempurna pada tiap individu karena adanya beberapa faktor misalnya letak gigi

yang berjejal.

Salah satu cara pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang efektif ialah

dengan cara berkumur menggunakan obat kumur (mouthwash). Penggunaan obat

kumur sangat efektif karena kemampuannya menjangkau tempat yang sulit

dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak pembentukan plak. Penggunaan

bahan kimia untuk mencegah pembentukan plak gigi karena efek

antimikrobialnya, diantaranya adalah dengan bahan yang mengandung antibakteri

(Widodo 1980).

Akan tetapi penggunaan antiseptik dalam obat kumur dewasa ini diduga

dapat berefek karsinogenik terhadap penggunanya. Hal ini didukung dari hasil

penelitian Profesor. McCullough dan Farah dalam Australian of Dental Journal

(2008) yang menyatakan bahwa pemakaian mouthwash dangan kandungan anti-

septik berupa alkohol dapat memicu terjadinya kanker mulut.

Melihat dari permasalahan tersebut perlunya mencari alternatif anti-septik

dan anti-bakteri yang alami serta aman dalam pemanfaatannya. Salah satu zat anti

bakteri yang alami, aman serta berlimpah kesediannya dialam adalah kitosan.

Kitosan merupakan polimer glukosamin yang memiliki banyak manfaat

serta aplikasi. Salah satu bentuk pemanfaatan dan aplikasi kitosan adalah dalam

bidang farmasi sebagai zat antibakteri. Kemampuan anti bakteri kitosan

diakibatkan terdapatnya gugus NH3 glukosamin yang mampu berinteraksi dengan

permukaaan sel bakteri yang bermuatan negatif. (Eldin et al. 2008). Meskipun

kitosan memiliki sifat fungsional yang terbukti dapat diaplikasikan, polimer

kitosan memiliki bobot dan viskositas tinggi, sehingga memiliki kelemahan dalam

aplikasi in vivo.

Oleh karena itu salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan

memodifikasi kitosan menjadi kitosan mikrokristalin sehingga efektivitas serta

aplikasi kitosan tersebut dapat berjalan optimal.

Page 16: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

3

1.2 Tujuan

Penelitian yang berjudul “Uji Efektivitas Kitosan Mikrokristalin Sebagai

Alternatif Zat-Antibakteri Alami Dalam Mouthwash” ini bertujuan untuk

1. Menentukan efektifitas anti bakteri terbaik kitosan mikrokristalin dalam

mouthwash.

2. Membandingkan kemampuan antibakteri mouthwash berbahan kitosan

mikrokristalin dengan produk obat kumur komersial

Page 17: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitin dan Kitosan

Kitosan adalah produk alami turunan dari kitin, polisakarida yang

ditemukan dalam eksoskleton krustacea misalnya udang, rajungan, dan kepiting.

Secara kimiawi, kitosan adalah sellulosa seperti serat tanaman yang mempunyai

sifat-sifat sebagai serat tetapi memiliki kemampuan untuk mengikat lemak seperti

busa penyerap lemak dalam saluran pencernaan. Sebagai serat tanaman kitosan

tidak dapat dicerna, oleh karena itu tidak bernilai kalori tetapi kitosan dapat

difungsikan sebagai penyerap dan pengikat lemak sehingga menimbulkan

turunnya berat badan, mencegah dan menghambat LDL dan meningkatkan HDL.

Kitosan bersifat antacid (menyerap zat racun), mencegah plak dan

kerusakan gigi, membantu mengontrol tekanan darah, membantu menjaga

pengkayaan kalsium (Ca) atau memperkuat tulang, dan bersifat anti tumor

(Shahidi 1999). Dalam tiga dekade terakhir kitosan digunakan dalam proses

detoksifikasi air. Apabila kitosan disebarkan diatas permukaan air, mampu

menyerap lemak, minyak, logam berat, dan zat yang berpotensi sebagai toksik

lainnya (Kumar 1998). Berikut struktur molekul kitin dan kitosan disajikan dalam

Gambar 1.

Gambar 1. Struktur molekul kitin (a), kitosan (b). Suptijah (1992)

Kitosan merupakan polimer linear yang tersusun oleh

2000-3000 monomer N-asetil-D-glukosamin dalam ikatan β-(1-4), tidak toksik

dengan LD50 setara dengan 16 g/kg BB dan mempunyai berat molekul 800 Kda.

Berat molekul ini tergantung dari derajat deasetilasi yang dihasilkan pada saat

ekstraksi. Semakin banyak gugus asetil yang hilang dari biopolimer kitosan, maka

(a) (b)

Page 18: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

5

semakin kuat interaksi antar ion dan ikatan hidrogen dari kitosan

(Tang et al. 2007).

Proses deasetilasi merupakan suatu tahapan yang bertujuan untuk

menghilangan gugus asetil dari kitin menjadi kitosan yang dapat dilakukan

dengan proses kimiawi dan enzimatis. Secara kimiawi dilakukan dengan

penambahan NaOH sedangkan deasetilasi secara enzimatis menggunakan enzim

kitin deasetilase (Chang et al. 1997). Deasetilasi kitin akan menghilangkan

gugus asetil dan menyisakan gugus amino yang bermuatan positif sehingga

kitosan bersifat polikationik. Adanya gugus reaktif amino pada C-2 dan gugus

hidroksil pada C-3 dan C-6 pada kitosan menyebabkan kitosan memiliki

kemampuan sebagai pengawet dan penstabil warna, sebagai floculant dan

membantu proses reverse osmosis dalam penjernihan air, sebagai aditif untuk

produk agrokimia dan pengawet benih (Shahidi et al. 1999).

2.1.2 Sifat-sifat kitosan

Kitosan adalah polimer glukosamin yang larut dalam asam tetapi tidak

larut asam sulfat pada suhu kamar, juga tidak larut dalam pelarut organik tetapi

larut baik dalam pelarut dengan suasana asam. Pelarut kitosan yang baik adalah

asam format dengan konsentrasi 0,2% sampai pekat, namun demikian kitosan

sering dipakai dengan dilarutkan terlebih dahulu pada asam asetat

(Filer and Wirik 1978). Menurut Knorr (1984) berat molekul kitosan tergantung

dari degradasi yang terjadi pada proses pembuatan kitosan.

Kitosan mempunyai sifat mudah mengalami degradasi secara biologis,

tidak beracun, mempunyai berat molekul yang tinggi, tidak larut pada pH 6,5

berat molekul rata-rata 120.000 Dalton (Protan Laboratories 1987).

Menurut Knorr (1982), kitosan mempunyai gugus amino bebas sebagai

polikationik, pengkelat dan pembentuk dispersi dalam larutan asam asetat.

Ornum (1992), menambahkan bahwa gugus amino bebas inilah yang banyak

memberikan kegunaan pada kitosan. Bila dilarutkan dalam asam, kitosan akan

menjadi polimer kationik dengan struktur linier sehingga dapat digunakan dalam

proses flokulasi, pembentuk film atau imobilisasi dalam beberapa agen biologi

termasuk enzim. Bought (1975) menambahkan bahwa karakter kitosan sebagai

Page 19: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

6

polielektrolit dapat digunakan untuk bahan pengkoagulan limbah secara fisika dan

kimia. Hirano (1989) mengemukakan kelebihan kitin dan kitosan yaitu:

(1) Merupakan komponen utama biomasa dari kulit udang.

(2) Merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui.

(3) Merupakan senyawa biopolimer yang dapat terdegradasi dan tidak mencemari

lingkungan.

(4) Tidak bersifat toksik (LD50 16 gram per kg berat badan tikus).

(5) Konformasi molekulnya dapat dirubah.

(6) Mempunyai fungsi biologis.

(7) Dapat membentuk gel, koloid dan film.

(8) Mengandung gugus amino dan gugus hidroksil yang dapat dimodifikasi.

Kitosan merupakan kerangka heksosa yang memiliki gugus amin

bermuatan, sehingga menunjukan sifat yang unik yaitu bermuatan positif,

berlainan dengan polisakarida alam lainnya yang bermuatan negatif atau netral.

Boddu et al. (1999) menyatakan bahwa muatan positif pada polimer kitosan

mengakibatkan afinitas atau daya tarik menarik yang sangat baik dengan suspensi

dalam cairan selulosa dan polimer glikoprotein.

Mengingat banyak bahan memiliki gugus negatif seperti protein, anion

polisakarida, asam nukleat, dan lain-lain. Maka gugus kitosan berpengaruh kuat

dengan gugus negatif sehingga membentuk ion netral (Sanford 1989). Kekuatan

ion berpengaruh terhadap struktur kitosan dengan kata lain peningkatan kekuatan

ion meningkatkan sifat kekakuan matriks kitosan, daya gembung dan ukuran pori-

pori matriks. Sementara porositas granula dari kitosan berpengaruh terhadap

peningkatan keaktifan grup grup amino terhadap kitosan (Suhartono 2000).

2.2.2 Kitosan Mikrokristalin

Kitosan mikrokristalin merupakan biopolimer hasil modifikasi kitosan

dengan karakteristik tingkat kristal yang tinggi dan dapat dibentuk menurut skala

besar molekulnya melalui berbagai metode. Menurut Struszczyk dan Kivekäs

dalam Säkkinen (2003) kitosan mikrokristalin telah banyak dipelajari dan

diaplikasikan kedalam beberapa bentuk aplikasi yang diantaraya berfungsi sebagai

devirat obat-obatan serta dalam formulasi menurunkan kolesterol.

Page 20: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

7

Kitosan mikrokristalin secara khusus memiliki manfaat sebagai media obat

atau zat aktif. Sebagai tingkatan kristal yang tinggi dalam kitosan, salah satu

karakteristik yang dimiliki kitosan mikrokristalin berupa kemampuan

kapasitasnya yang tinggi dalam mempertahankan air. Karakteristik ini

menguntungkan dalam hal pengembangan formulasi lepas lambat karena dapat

memfasilitasi pembentukan gel yang akan mengontrol pelepasan obat.

Kemampuan Mikrokristalin kitosan untuk membentuk ikatan hidrogen secara

teoritis dapat menghasilkan mukoadhesion efisien dengan kitosan mikrokristalin.

Sifat-sifat yang dimiliki mikrokristalin kitosan disebutkan membuatnya sangat

menarik untuk studi sebagai hidrofilik tingkat media zat aktif dalam

mengendalikan pelepasan obat dari formulasi yang juga dimaksudkan untuk

mukoadhesif dalam perut. (Säkkinen et al. 2003).

2.2.3 Kitosan dan kegunaannya.

Kitosan mempunyai bentuk spesifik mengandung gugus amin dalam rantai

karbonnya yang bermuatan positif, sehingga dalam keadaan cair sensitif terhadap

kekuatan ion tinggi, daya repulsif antara fungsi amin menurun sesuai dengan

fleksibilitas rantai kitosan dan pendekatannya dalam ruang distabilkan oleh ikatan

hidrogen di dalam dan di luar rantai (Sanford 1989), artinya kitosan dalam bentuk

polimer memanjang mempunyai daya repulsif yang menurun dibanding kitosan

yang bentuk polimernya menggulung.

Kitosan dapat digunakan dalam berbagai bidang diantaranya :

(1) Klarifikasi pada limbah pengolahan industri buah, pengolahan wine dan

minuman beralkohol, penjernihan air minum, penjernihan kolam renang,

penjernihan zat warna dan penjernihan tanin.

(2) Pertanian untuk pelapis biji-bijian dan enkapsulasi.

(3) Biomedik untuk menurunkan kadar kolesterol, mempercepat penyembuhan

luka dan dapat digunakan sebagai lensa kontak.

(4) Pengembalian protein dalam mengendapkan bahan-bahan protein dari limbah

industri.

(5) Detoksifikasi limbah industri untuk menghilangkan logam-logam berbahaya

dan bahan kimia berbahaya lainnya.

Page 21: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

8

(6) Kitosan mempunyai bentuk spesifik mengandung gugus amin dalam rantai

karbonnya, dalam fotografi berfungsi sebagai pengikat film dan melindungi

film dari kerusakan.

(7) Bioteknologi untuk proses pembuatan enzim teramobilisasi, pembentuk

senyawa kompleks dengan protein (Shahidi et al. 1999).

Penggunan kitosan begitu meluas karena karakteristik kationiknya yakni

mempunyai muatan listrik positif unik. Disamping itu, sifat-sifat kimia yang lain

juga sangat menunjang penggunaannya. Karena kitosan merupakan hasil sintesis

senyawa alami dan bukan dari bahan kimia sintetik, maka keamanan penggunaan

kitosan dapat dijamin.

Kitosan memiliki gugus fungsional amina (–NH2) yang bermuatan positif

yang sangat reaktif, sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri yang

bermuatan negatif. Selain itu kitosan memiliki struktur yang menyerupai dengan

peptidoglikan yang merupakan struktur penyusun 90% dinding sel bakteri Gram

positif (Ermawati et al. 2009). Bakteri gram positif merupakan jenis bakteri yang

mengawali terjadinya kolonisasi pada plak gigi. Bakteri ini, seperti Actinomyces

viscosus dan Streptococcus sanguis melekat melalui adhesin, yakni molekul

spesifik yang terdapat pada permukaan sel bakteri (Litsgarten 2000).

Bakteri Gram positif akan memanfaatkan oksigen dan mengurangi jumlah

oksigen secara signifikan pada wilayah tersebut sehingga terjadi transisi

kolonisasi menjadi bakteri Gram negatif yang bersifat anaerob atau

mikroaerofilik. Karena strukturnya yang serupa, kitosan dapat menjadi kompetitor

potensial bagi bakteri Gram positif untuk dapat melekat di permukaan gigi. Oleh

sebab itu beberapa penelitian dilakukan dengan memanfaatkan sifat fungsional

kitosan menjadi bentuk sediaan aplikatif untuk menghambat bakteri gigi dan

mulut berupa zat antibakteri dalam obat kumur. Kitosan juga berguna dalam

industri (Suptijah et al. 1992):

(1) Kertas dan tekstil sebagai zat aditif.

(2) Pembungkus makanan berupa film khusus.

(3) Metalurgi sebagai absorben untuk ion-ion metal.

(4) Kulit sebagai perekat.

(5) Photografi.

Page 22: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

9

(6) Cat, sebagai koagulan, pensuspensi dan flokulan.

(7) Makanan sebagai aditif dan penghasil protein sel tunggal.

2.1.3 Karakteristik kitosan sebagai antimikroba

Kitosan dan turunannya telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang

misalnya dalam bidang pangan, mikrobiologi, pertanian farmasi, dan sebagainya.

Kitosan memiliki banyak keunggulan, diantaranya memiliki struktur yang mirip

dengan serat selulosa yang terdapat pada buah dan sayuran. Keunggulan lain yang

sangat penting adalah kemampuannya dalam menghambat dan membunuh

mikroba atau sebagai zat antibakteri, diantaranya kitosan dapat menghambat

pertumbuhan berbagai mikroba penyebab penyakit tifus yang resisten terhadap

antibiotik yang ada (Yadaf dan Bhise 2004 diacu dalam Hardjito 2006).

Berbagai hipotesa yang sampai saat ini masih berkembang mengenai

mekanisme kerja kitosan sebagai antibakteri adalah sifat afinitas yang dimiliki

oleh kitosan yang sangat kuat dengan DNA mikroba sehingga dapat berikatan

dengan DNA yang kemudian mengganggu mRNA dan sintesa protein (Hadwiger

dan Loschke 1978 diacu dalam Hardjito 2006). Sifat afinitas antimikroba dari

kitosan dalam melawan bakteri atau mikroorganisme tergantung dari berat

molekul dan derajat deasetilasi. Berat molekul dan derajat deasetilasi yang lebih

besar menunjukkan aktifitas antimikroba yang lebih besar (No et al. 2002). Selain

itu potensi kitosan sebagai zat antibakteri didasarkan pada interaksi awal antara

kitosan dan bakteri yang bersifat elektrostatik. Kitosan memiliki gugus fungsional

amina (–NH2) yang bermuatan positif yang sangat reaktif, sehingga mampu

berikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif. Ikatan ini terjadi

pada situs elektronegatif di permukaan dinding sel bakteri. Selain itu, karena -NH2

juga memiliki pasangan elektron bebas, maka gugus ini dapat menarik mineral

Ca2+

yang terdapat pada dinding sel bakteri dengan membentuk ikatan kovalen

koordinasi (Jeon dan Kim 2000). Helander et al. (2001) menyatakan bahwa

reduksi sejumlah sel bakteri disebabkan oleh perubahan permukaan sel dan

kehilangan fungsi pelindung dalam sel bakteri tersebut. Bakteri gram negatif

dengan lipopolisakarida dalam lapisan luarnya memiliki kutub negatif yang sangat

sensitif terhadap kitosan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Tsai et al. (2002), menemukan bahwa kitosan dapat menghambat pertumbuhan

Page 23: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

10

Escherichia coli. Adanya penghambatan ini disebabkan oleh adanya sifat

keelektronegatifan dari permukaan sel E. coli. Perubahan dalam potensial

permukaan E. coli selama pertumbuhan, yaitu terjadinya peningkatan

keelektronegatifan seiring dengan peningkatan umur sel, yaitu sampai

pertumbuhan lambat, namun sifat keelektronegatifan akan menurun setelah

bakteri mencapai fase stasioner.

2.2 Mouthwash

Mouthwash (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalam

bentuk pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan

untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorok (Anonim,

1979). Semua mouthwash merupakan cairan yang berupa larutan dalam air yang

digunakan pada mulut. Tetapi tidak semua obat kumur tersedia dalam bentuk

tersebut. Beberapa produk dalam bentuk padatan atau cairan pekat yang harus

diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan (Rosenthal 1957). Kini, banyak

tersedia produk dengan zat aktif untuk terapi yang juga dimaksudkan untuk

membersihkan, sekaligus menyegarkan. Mouthwash golongan ini tergolong obat

dan kosmetik (Rosenthal 1957). Hal yang perlu diingat adalah bahwa mouthwash

merupakan pelengkap, bukan pengganti gosok gigi (Tal and Rosenberg 1990).

Secara umum, mouthwash dapat berupa kosmetik, astringen, konsentrat, buffer,

dan deodoran. Selain itu juga terdapat mouthwash yang didesain untuk membunuh

mikroba normal yang ditemukan dalam jumlah banyak di mulut dan tenggorok,

serta yang didesain untuk terapi. Produk mouthwash dapat berupa kombinasi dari

klasifikasi tersebut (Rosenthal 1957). Komposisi mouthwash secara umum adalah

zat aktif, air (pelarut), dan pemanis (perasa). Sebagai pemanis sering digunakan

sorbitol, sucralose, sakarin Na, atau xylitol (yang juga memberikan aktivitas

penghambatan pertumbuhan mikroba) (Giertsen et al. 1999).

2.3 Jenis-Jenis Bakteri Mulut dan Gigi

Berbagai ruang dan permukaan di dalam mulut mengandung banyak flora

mikroba (Suryo 1993). Mikroorganisme yang hidup pada permukaan mulut antara

lain Streptococcus salivarius, S. mitis, S. sanguis, S. mutans, Veillonella, dan

Bakteroides gingivalis (Suryo 1993). Sterptococcus mutans adalah bakteri gram

Page 24: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

11

positif (Ryan and Ray 2004), bersifat asidogenik dan asidodurik (Nugraha 2008),

yang merupakan kontributor signifikan kerusakan pada gigi (Loesche 1996). Hasil

penelitian menunjukkan adanya korelasi antara frekuensi S. mutans di dalam plak

dengan terjadinya karies gigi (Englander and Jordan 1972). Bakteri ini bersifat

patogen, dapat menjalar ke organ lain dan menyebabkan penyakit yang berakibat

fatal (Zaenab et al. 2004), seperti bacteraemia dan endokarditis infektif

(Nomura, et al. 2007).

Page 25: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai Juli 2011.

Produksi kitosan mikrokristalin, analisis total plate count (TPC) rongga gigi dan

mulut, kadar air, mineral, nitrogen serta rendemen kitosan mikrokristalin

bertempat di labolatorium biokimia hasil perairan, mikrobiologi hasil perairan

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor. Pengujian ukuran partikel kitosan mikrokristalin dengan

SEM dilakukan di Laboratorium Geologi Kuarter, Institut Teknologi Bandung.

Pengujian FTIR (Fourier Transform InfraRed) dilakukan di Laboratorium

Terpadu, Universitas Islam Negeri, Tangerang. Pelaksanaan penelitian terdiri dari

tiga tahap yaitu penelitian pendahuluan, penelitian utama dan serta analisis data.

Penelitian pendahuluan berupa analisis mutu kitosan komersil. Sedangkan

penelitian utama berupa produksi kitosan mikrokristalin serta analisis mutu

kitosan mikrokristalin, produksi mouthwash kitosan mikrokristalin, dan pengujian

penelitian dengan menguji efektifitas antibakteri mouthwash berbahan kitosan

mikrikristalin terhadap bakteri gigi dan mulut.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan digital,

planktonet, plastik, baskom, kertas label, karet pengikat, botol kaca. Alat-alat

analisis yang meliputi pipet volumetrik, cawan petri, vortex, sudip, inkubator,

erlenmeyer, magnetic stirerr, kompor listrik, gelas ukur, gelas piala, spray drying,

FTIR, Scanning Electron Microscopy 5310LV (JEOL). Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kitosan larut asam. Bahan yang digunakan untuk

analisis yaitu kitosan mikrokristalin, aquades, saccharin, mint, K2SO4, HgO,

H2SO4, aquades, NaOH 10 dan 40%, H3BO3, alkohol, K2SO4, HgO,H2SO4,

heksana, tablet kjeldahl, HCl, NaCl dan media NA.

Page 26: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

12

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap,

yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap penelitian utama.

3.3.1 Tahap penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui mutu kitosan yang

akan digunakan pada penelitian utama. Mutu kitosan yang diamati meliputi

pengujian kadar air, kadar mineral, kadar nitrogen, kadar protein dan derajat

deasetilasi.

3.3.2 Tahap penelitian utama

Tahap penelitian utama terdiri dari produksi kitosan mikrokristalin dan

produksi mouthwash dengan zat antibakteri kitosan mikrokristalin. Penelitian

utama bertujuan untuk menentukan efektivitas terbaik kitosan mikrokristalin

dalam mouthwash dengan konsentrasi yang berbeda-beda (kontrol negatif (0%),

0,5, 1, 1,5% dan kontrol positif (mouthwash pembanding)) terhadap aktfitas

penghambatan bakteri dalam rongga gigi dan mulut.

Produksi Kitosan Mikrokristalin diawali dengan pelarutan kitosan dalam

larutan asam asetat 2% yang selanjutnya larutan kitosan tersebut dihomogenizer

agar memperoleh ukuran partikel yang jauh lebih kecil dengan menggunakan

magnetic stiererr pada kecepatan 5000-10.000 rpm selama 1 jam. Tahap

selanjutnya berupa penambahan secara perlahan Natrium Hidroksida 10% hingga

terjadi proses presipitasi atau pengendapan partikel terlarut. Setelah partikel

terlarut mengendap dilakukan proses pencucian hingga mencapai kondisi pH

partikel netral. Tahap terakhir dari proses produksi kitosan mikrokristalin berupa

proses pengeringan partikel kitosan mikro menggunakan spray dryer sehingga

memeperoleh bubuk kitosan mikrokristalin. Kitosan mikrokristalin yang telah

diproduksi kemudian dilakukan analisis mutu berupa analisis kadar air, kadar

mineral, kadar nitrogen, derajat deasitilasi (DD) dengan alat FTIR (Forrier

transformation Infra Red), perhitungan rendemen dengan timbangan digital, dan

penentuan ukuran pertikel dengan alat SEM (Scanning Electron Microscopy).

Tahap produksi mouthwash dengan zat antibakteri kitosan mikrokristalin

diawali dengan proses pelarutan kitosan mikrokristalin dengan konsentarsi

Page 27: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

13

masing-masing sebesar 0,5, 1, dan 1,5%. Selanjutnya ditambahkan zat rasa

seperti sodium saccharin dan mint kedalam masing-masing larutan kitosan

mikrokristalin tersebut. Mouthwash yang telah dihasilkan diuji efektivitas

antibakteri dengan dikumurkan oleh dua orang probandus yang memiliki karakter

gigi berlubang dan tidak berlubang, pengambilan sampel dilakukan pada selang

waktu sebelum berkumur, setelah berkumur atau jam ke-0, jam ke-4 dan jam ke-8.

Pengamatan efektivitas antibakteri kemudian dilakuan dengan perhitungan total

plate count (TPC). Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Data hasil

perhitungna TPC kemudian diuji secara statistik. Diagram alir penelitian utama

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar.2 Diagram Alir Penelitian Utama

Tepung Kitosan

Mikrokristalin

KITOSAN

Homogenizer

(Magnetic stierer 5000rpm)

Presipitasi dengan penambahan NaOH 10%

(0,5:1)

Penetralan

Kitosan

Mikrokristalin

Pencucian Kitosan mikrokristalin

Spray Dryer

Dilarutkan Dalam asam asetat

CH3COOH 2%

Produksi mouthwash (saccharin+

mint + Aquades) dalam suhu 800C

Aplikasi oleh 2 orang probandus (gigi

berlubang dan tidak berlubang) Usia 21 tahun

Analisis TPC mouthwash dengan zat antibakteri

kitosan mikrokristalin konsentrasi (0%(kontrol

negative), 0,5%, 1%, 1,5%, dan kontrol positif

(mouthwash Pembanding)).

Kitosan Mikrokristalin dilarutkan

dalam 0,5% CH3COOH jenuh

(0,5%, 1%, dan 1,5%)

Analisis Rendemen

Analisis Proksimat

Derajat Deasetilasi

Analisis Ukuran Partikel (SEM)

Page 28: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

14

3.4 Analisis Penelitian

Prosedur analisis meliputi analisis perhitungan rendemen, analisis kadar

air, analisis kadar mineral, analisis kadar protein, analisis ukuran partikel dengan

alat Scanning Electron Microscopy (SEM), analisis derajat deasetilasi (DD)

dengan alat FTIR (Forrier transformation Infra Red)dengan, dan uji mikrobiologi

atau total plate count.

3.4.1 Analisis Pengukuran rendemen

Banyaknya rendemen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Keterangan:

a = Berat hasil proses

b = Berat awal bahan

3.4.2 Analisis kadar air (SNI 2006)

Analisis kadar air dilakukan mengacu pada SNI 01-2356-2006. Cawan

porselen dikeringkan dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan dalam

desikator selama 15 menit. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam

cawan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 oC dalam tekanan tidak lebih

dari 10 mmHg selama 5 jam atau sampai beratnya konstan. Cawan beserta isinya

kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar air

dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan :

A = berat cawan kosong (g)

B = berat cawan + sampel awal (g)

C = berat cawan + sampel kering (g)

3.4.3 Analisis kadar mineral (AOAC 2005)

Cawan pengmineralan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu

105 oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang

hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke

Produksi mouthwash (saccharin+

mint + Aquades) dalam suhu 800C

Aplikasi oleh 2 orang probandus (gigi

berlubang dan tidak berlubang) Usia 21 tahun

Analisis TPC mouthwash dengan zat antibakteri

kitosan mikrokristalin konsentrasi (0%(kontrol

negative), 0,5%, 1%, 1,5%, dan kontrol positif

(mouthwash Pembanding)).

Larutan Kitosan Mikrokristalin

(0,5%, 1%, dan 1,5%)

Tepung Kitosan

Mikrokristalin

KITOSAN

Homogenizer

(Magnetic stierer 5000rpm)

Presipitasi dengan penambahan NaOH 10%

(0,5:1)

Penetralan

Kitosan

Mikrokristalin

Pencucian Kitosan mikrokristalin

Sprei Dryer

Dilarutkan Dalam asam asetat

CH3COOH 2%

Analisis Rendemen

Analisis Proksimat

Derajat Deasetilasi

Analisis Ukuran Partikel (SEM)

Page 29: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

15

dalam cawan pengmineralan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak

berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengmineralan dengan suhu

600 oC selama 1 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan.

Kadar mineral ditentukan dengan rumus:

Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong (g)

B = Berat cawan dengan sampel (g)

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)

3.4.4 Analisis kadar protein (AOAC 1980)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap

yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan

metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 g, kemudian

dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 g selenium

dan 3 ml H2SO4 pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih

1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu

Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40%, kemudian dilakukan

proses destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam

labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat (H3BO3) 2% dan

2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda.

Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka

proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko

dianalisis seperti contoh. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang

dihitung. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :Faktor konversi alat = 2,5

Keterangan : Faktor konversi = 6,25

Page 30: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

16

3.4.5 Analisis SEM (Lin et al. 2002)

Pengamatan terhadap ukuran partikel mikrokristalin kitosan diamati

dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Prinsip alat ini yaitu pancaran

elektron yang diradiasi terhadap spesimen akan menyebabkan adanya elektron

yang meloncat dan sebagian yang lain diserap. Jika sampel tidak memiliki

konduktivitas elektrik, elektron yang diserap akan memberikan arus pada

spesimen. Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan pengamatan. Sehingga untuk

menghindari kesalahan ini dilakukan pelapisan metal dalam ruang hampa,

pengamatan dengan accelerating voltage rendah, dan pengamatan dalam tingkat

kehampaan untuk mencegah spesimen menerima arus. Analisis ini menggunakan

alat SEM (JEOL JSM 5310 LV Scanning Microscope).

Preparasi sampel untuk pengamatan ini dimulai dengan pengeringan

sampel dengan sprei drying sampai kadar air mencapai 4 % atau kurang. Setelah

preparasi, sampel diletakkan pada logam yang dilapisi karbon untuk selanjutnya

dilakukan pelapisan emas (Au) 300 Å di dalam Magnetron Sputtering Device

yang dilengkapi dengan pompa vakum. Pada proses vakum terjadi loncatan logam

emas ke arah sampel, sehingga melapisi sampel. Sampel yang telah dilapisi emas

diletakkan pada lokasi sampel dalam mikroskop elektron, dan dengan terjadinya

tembakan elektron ke arah sampel, maka akan terekam ke dalam monitor dan

kemudian dilakukan pemotretan.

3.4.6 Analisis Pengukuran Derajat Deasetilasi (Domsay 1985)

Kitosan Mikrokristalin sebanyak 0,2 gram digerus dengan KBr dalam

mortar agate sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam cetakan pelet,

dicetak dengan dipadatkan dan divakum sampai optimum, selanjutnya pelet

titempatkan dalam sel dan dimasukkan ke dalam tempat sel pada spektrofotometer

inframerah IR-408 yang sudah dinyalakan dan stabil, Kemudian tekan tombol

pendeteksian, akan muncul histogram FTIR pada rekorder yang

memunculkankan puncak-puncak dari gugus fungsi yang terdapat pada sampel

kitosan. Histogram yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan

kuantitatif misalnya analisis kuantitatif derajat deasetilasi dari kitosan.

Pengukuran derajat deasetilasi berdasarkan kurva yang tergambar oleh

spektrofotometer. Puncak tertinggi (P0) dan puncak terendah (P) dicatat dan

Page 31: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

17

diukur dengan garis dasar yang dipilih. Nisbah absorbansi dihitung dengan

rumus:

Keterangan: P0 = Jarak antara garis dasar dengan garis singgung antara dua

puncak tertinggi dengan panjang gelombang 1655cm-1

atau 3450

cm-1

.

P = Jarak antara garis dasar dengan lembah terendah dengan

panjang gelombang 1655cm-1

atau 3450 cm-1

.

Perbandingan absorbansi pada 1655cm-1

dengan absorbansi 3450 cm-1

digandakan satu per standar N-deasetilasi kitosan (1,33). Dengan mengukur

absorbansi pada puncak yang berhubungan, nilai persen N-deasetilasi dapat

dihitung dengan rumus:

Keterangan: A1655 = Absorbansi pada panjang gelombang 1655 cm-1

.

A3450 = Absorbansi pada panjang gelombang 3450 cm-1

.

1,33 = konstanta untuk derajat deasetilasi yang sempurna.

3.4.7 Uji mikrobiologi atau Total Plate Count (TPC) (Fardiaz 1992)

Prinsip kerja dari analisis TPC adalah perhitungan jumlah koloni bakteri

yang ada di dalam sampel dengan pengenceran sesuai keperluan dan dilakukan

secara duplo. Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptik untuk mencegah

kontaminasi yang tidak diinginkan dan pengamatan secara duplo dapat

meningkatkan ketelitian. Jumlah koloni bakteri yang dapat dihitung adalah

cawan petri yang mempunyai koloni bakteri antara 30-300 koloni.

Sebanyak 1ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

90 ml larutan NaCl 0,85% (larutan garam fisiologis/garfis) sehingga didapatkan

Log P0

A=

P

A1655 1

% N-deasetilasi = 1- X

A3450 1,33

Page 32: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

18

pengenceran 10-1

. Sebanyak 1 ml dari larutan tersebut dipipet, kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan garam fisiologis

untuk memperoleh pengenceran 10-2

. Pengenceran dilakukan sampai didapat

pengenceran 10-5

dan disesuaikan dengan pendugaan tingkat koloni bakteri gigi

dan mulut. Dari setiap tabung reaksi pengenceran tersebut diambil dengan

menggunakan pipet sebanyak 1 ml selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri

yang sudah disterilkan. Setiap pengenceran dilakukan secara duplo. Kemudian

setiap cawan tersebut digerakkan secara melingkar di atas meja supaya media NA

merata.

Setelah NA membeku, cawan petri diinkubasi dalam inkubator selama

48 jam pada suhu 300C, cawan petri tersebut diletakkan secara terbalik. Setelah

masa inkubasi, koloni yang tumbuh pada cawan petri dihitung dengan jumlah

koloni yang dapat diterima 30-300 koloni percawan. Nilai TPC dapat dihitung

dengan memakai rumus berikut:

Unit per ml atau gram = Jumlah koloni per cawan X

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data (Steel dan Torrie 1993)

Rancangan percobaan pada penelitian utama digunakan untuk mengetahui

pengaruh perlakuan konsentrasi kitosan terhadap parameter subjektif dan objektif

yaitu rancangan acak kelompok in time (RAK in Time). Rancangan ini adalah

percobaan yang melibatkan pengamatan berulang terhadap satu obejek.

Disamping perlakuan yang dicobakan, diharapkan juga mampu melihat

perkembangan respon selama penelitian berjalan. Sehingga pengaruh waktu akan

sangat bermanfaat untuk dikaji disamping perlakuan yang diberikan.

Perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi kitosan mikrokristalin.

Perlakuan konsentrasi kitosan mikrokristalin terdiri dari 5 taraf, yaitu Kontrol

Negatif (berkumur tanpa menggunakan antibakteri), Kontrol positif (berkumur

dengan mouthwash komersil), Mouthwash kitosan mikrokristalin 0,5%, 1%, dan

1,5%. Menurut Steel dan Torie (1993) dengan model uji rancangan acak

kelompok in time sebagai berikut :

Page 33: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

19

Keterangan :

Yijk = nilai respon pada faktor A taraf ke-i, ulangan ke-j dan waktu ke-k.

μ = nilai rata-rata

αi = pengaruh faktor A taraf ke-i,

δijk = komponen acak perlakuan,

ωk = pengaruh waktu pengamatan ke-k,

αωkj = pengaruh interaksi waktu dengan faktor A,

γjk = komponen acak waktu pengamatan,

εijk = komponen acak dari interaksi waktu dengan perlakauan.

βl = nilai respon terhadap kelompok ke-l.

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 1 perlakuan yaitu

penambahan kitosan mikrokristalin dengan konsentrasi yang berbeda. Perlakuan

mouthwash terdiri dari 5 taraf, yaitu :

1. Kontrol negatif (kitosan 0%)

2. Kitosan 0,5%

3. Kitosan 1%

4. Kitosan 1,5%

5. Kontrol positif (mouthwash komersil)

Selanjutnya dicobakan pada 2 orang probandus usia 21 tahun dengan

perbedaan karakter gigi, probandus 1 (gigi tidak berlubang) dan probandus 2 gigi

berlubang. Sampel dari masing-masing probandus diambil pada rentan waktu

sebelum berkumur, jam ke-0, jam ke-4, dan jam ke-8.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam oneway ANOVA.

Apabila hasil analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (tolak

Ho), maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Analisis mutu kitosan

mikrokristalin menggunakan uji deskriptif. Uji deskriptif dilakukan untuk melihat

pengaruh modifikasi kitosan menjadi kitosan mikrokristalin terhadap beberapa

parameter yang diamati, berupa analisis kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, dan

derajat deasetilasi. Sedangkan analisis mikropartikel kitosan mikrokristalin

dilakukan pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM)

Yijk = µ + αi + βl + δijk + ωk +αωkj + γjk

+εijkl

Page 34: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

Tahapan penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui mutu

kitosan komersil yang digunakan, antara lain meliputi kadar air, kadar abu, kadar

nitrogen, kadar protein, derajat deasetilasi, dan bentuk patikel.

4.1.1 Identifikasi kitosan komersil

Kitosan merupakan turunan dari kitin dengan rumus

N-asetil D-glukosamin dan merupakan polimer karbohidrat alami yang ditemukan

dalam kerangka dari krustasea, seperti kepiting, udang dan lobster, serta dalam

exoskeleton dari spp zooplankton laut, termasuk karang dan jellyfish. Selain

terdapat pad a hewan laut kitin juga ditemukan diserangga, seperti kupu-kupu dan

kepik yang juga memiliki kandungan kitin di sayap mereka, serta terdapat di

dinding sel ragi, jamur. (Shahidi dan Abuzaytoun 2006). Kitosan memiliki

keunggulan diantaranya biodegradable, biocompatible dan tidak beracun

(Vord et al. 2002.). Senyawa kimia Kitin dan kitosan mudah menyesuaikan diri,

bersifat hidrofobik, dan memiliki reaktivitas kimia yang tinggi karena memiliki

kandungan gugus OH dan gugus NH2 yang bebas serta ligan yang bervariasi

(Prashanth dan Tharanathan 2006). Mengingat kitosan mempunyai gugus

amin/NH yang reaktif dan gugus hidroksil yang banyak serta kemampuannya

membentuk gel maka chitosan dapat berperan sebagai komponen yang reaktif,

pengkelat, pengikat, pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film, penjernih, flokulan,

koagulan (Shahidi 1999).

Kitosan yang digunakan pada penelitian ini adalah kitosan komersil yang

didapatkan dari CV.Dinar (Gambar 3). Kitosan tersebut kemudian dilarutkan

dalam asam organik yaitu asam asetat dengan konsentrasi 2% (v/v). Pemilihan

pelarut kitosan yaitu asam asetat 2% yang digunakan untuk melarutkan kitosan

didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ornum (1992), pelarut kitosan

yang baik adalah asam formiat dan asam asetat dengan konsentrasi masing-

masing 0,2-1,0% dan 1,0-2,0%. Kitosan lebih mudah larut dalam

asam asetat 1-2% dan akan membentuk suatu garam ammonium asetat

Page 35: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

21

(Tang et al. 2007). Kitosan komersil yang digunakan dapat dilihat pada

Gambar 3. berikut

Gambar.3 Kitosan Komersil

Kitosan merupakan polimer kationik dengan jumlah monomer sekitar

2000-3000 monomer, tidak toksik dengan LD50 = 16 gr/kg berat badan,

mempunyai bobot molekul sekitar 800 KDa (Janesh 2003). Berat molekul ini

tergantung dari derajat deasetilasi yang dihasilkan pada saat ekstraksi. Semakin

banyak gugus asetil yang hilang dari biopolimer kitosan, maka semakin kuat

interaksi antar ion dan ikatan hidrogen dari kitosan (Tang et al. 2007).

Kitosan sebagian besar diperoleh dari bahan baku cangkang krustasea,

kapang, cumi-cumi dan lain-lain, melalui proses demineraisasi menggunakan

HCl 1:7 (v/v), dilanjutkan dengan proses deproteinasi menggunakan NaOH 1:10

(v/b), dan deasetilasi menggunakan NaOH 50%. Masing-masing proses memiliki

tujuan yang berbeda. Proses demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan

kandungan mineral dalam cangkang, deproteinasi bertujuan untuk menghilangkan

protein yang terdapat pada cangkang, sedangkan proses deasetilasi bertujuan

untuk menghilangkan gugus asetil. Proses ini dilakukan untuk mengetahui

efektifitas fungsi dari kitosan (Angka dan Suharso 2000).

Kitosan mempunyai karakteristik yang baik diantaranya fisik, biologis,

biodegradable, biocompatible, non toksik. Kitosan larut asam mempunyai

keunikan membentuk gel yang stabil dan mempunyai muatan dwi kutub, yaitu

muatan negatif pada gugus karboksilat dan muatan positif pada gugus NH

(Kumar 2000). Melihat aplikasi dari fungsi dan manfaat kitosan yang begitu

banyak, hal ini membuat kitosan komersialisasi telah banyak diproduksi.

Kitosan larut asam yang komersil harus memiliki mutu yang baik. Hal ini

bertujuan agar kitosan dengan mutu yang baik akan bekerja secara efektif dan

Page 36: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

22

hasil aplikasi yang digunakan seragam. Tabel 1 menyajikan hasil uji mutu kitosan

larut asam dan standar mutu kitosan yang ada :

Tabel 1. Hasil analisis proksimat kitosan komersil

Spesifikasi Hasil Uji Standar Kitosan*

Penampakan Serpihan Serpihan/Bubuk

Putih

Kadar air (%berat kering) 4% ≤ 10%

Kadar abu (%berat kering) 0,21% ≤2%

Kadar N (%berat kering) 1,33% <5%

Derajat deasetilasi 80% 70%

*Sumber Suptijah et al.. (1992)

Bentuk dan penampakan kitosan sangat dipengaruhi dari bahan baku

produksinya. Bahan baku yang berasal dari cangkang rajungan memiliki

penampakan berupa serpihan dan sulit hancur selama proses produksi kitosan..

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa mutu kitosan komersil yang digunakan

dalam penelitian tidak terlalu berbeda signifikan dengan standar yang telah

ditetapkan oleh protan laboratories.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui nilai kadar air kitosan komersil yang

digunakan dalam penelitian memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan

standar mutu yang telah ditetapkan oleh protan laboratories. Nilai persentase

kadar air dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya disebabkan karena waktu

penyimpanan dari bahan baku tersebut serta lingkungan yang lembab. Faktor

lingkungan yang lembab merupakan faktor yang memberikan pengaruh besar

terhadap nilai kandungan air dalam kitosan karena menurut Kumar (2000) kitosan

memiliki sifat yang mudah menyerap air (hidrophillic), sehingga apabila kitosan

terlalu lama dalam penyimpanan dan berada pada kondisi lingkungan lembab

maka jumlah kadar air kitosan semakin meningkat.

Kadar mineral kitosan larut asam yang diperoleh adalah sebesar 0,21%.

Nilai tersebut telah memenuhi syarat, dimana syarat untuk persentase kadar

mineral menurut protan laboratories adalah kurang dari 2%. Faktor yang memiliki

pengaruh terhadap kandungan kadar mineral kitosan adalah kualitas air yang

digunakan ketika proses penetralan pH kitosan serta efektivitas proses

demineralisasi yang dilakukan, karena menurut Angka dan Suhartono (2000)

suatu proses demineralisasi yang diakukan akan mempengaruhi kandungan

Page 37: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

23

mineral dalam kitosan, semakin efektif proses demineralisasi maka semakin

banyak menghilangkan mineral yang ada pada kitosan sehingga pengotor semakin

banyak tereduksi dan pada akhirnya kinerja kitosan semakin optimal. Selain itu

kualitas air yang digunakan untuk proses penetralan juga mempengaruhi. Air yang

digunakan dalam proses penetralan sebaiknya tidak mengandung mineral karena

dapat meningkatkan kadar mineral dalam bahan, sehingga jumlah pengotor

semakin meningkat dan disarankan untuk menggunakan akuades/air yang telah

dilakukan proses penghilangan mineral melalui destilasi (Suptijah 2006).

Kandungan nitrogen dari kitin bervariasi dari 5 sampai 8% tergantung

pada kuatnya deasetilasi, sedangkan nitrogen dalam kitosan sebagian besar dalam

bentuk kelompok amino alifatik primer, yang mengalami reaksi khas amina,

dimana N-asilasi dan reaksi Schiff adalah yang paling penting.

Kadar nitrogen kitosan larut asam adalah 1,33%. Kadar nitrogen ini sesuai

dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Kadar nitrogen ini menunjukkan

tingkatan dari luasnya tingkat derajat deasetilasi dan nitrogen dalam kitosan

sebagian besar terdapat dalam bentuk kelompok amino alifatik primer

(Kumar 2000).

Derajat deasetilasi (DD) kitosan larut asam yang dihasilkan sebesar 80%.

Hasil ini sesuai dengan standar mutu kitosan yang telah ditetapkan. Derajat

deasetilasi (DD) untuk grade industri seharusnya lebih dari 70%. Derajat

deasetilasi sangat penting untuk menentukan karakteristik kitosan dan akan

mempengaruhi penggunaannya. Waktu dan suhu selama proses deasetilasi juga

berpengaruh terhadap hasil akhir. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Rochima et al. 2004), semakin tinggi suhu dan lama perendaman dengan

NaOH akan mengakibatkan derajat deasetilasi meningkat.

Derajat deasetilisasi kitosan dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH dan

suhu proses (Benjakul dan Sophanodora 1993). Menurut Suptijah et al. (2006)

untuk menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi sebesar 84% dibutuhkan

pemanasan pada suhu 130°C selama 4 jam atau suhu 120°C selama 6–7 jam.

Perendamanan dengan NaOH selain dapat meningkatkan derajat deasetilasi dapat

juga mengakibatkan terjadinya depolimerisasi, oleh karena itu perendaman

Page 38: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

24

dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan waktu yang singkat. Rincian

data hasil uji proksimat kitosan komersil disajikan pada Lampiran 1.

4.2 Penelitian Utama

Tahap penelitian utama berupa produksi kitosan mikrokristalin yang

selanjutya dilakukan analisis mutu dari kitosan mikrokristalin, selain itu dilakuan

tahap produksi mouthwash dengan bahan antibakteri berupa kitosan mikrokristalin

yang selanjutnya diuji pengaruh konsentrasi kitosan mikrokristalin dalam

mouthwash yang optimal dalam menghambat perkembangan bakteri gigi dan

mulut. Tahap ini menggunakan perlakuan konsentrasi kitosan mikrokristalin

dalam mouthwash sebesar 0,5%, 1% , 1,5% serta kontrol positif (mouthwash

pebanding). Waktu pengambilan sampel dilakukan saat sebelum berkumur, jam

ke-0, jam ke-4, dan jam ke-8. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan

objektif berupa perhitungan rendemen, kadar air, mineral, nitrogen,

derajat deasetilasi, dan ukuran partikel kitosan mirkristalin. Sedangkan untuk

pengamatan terhadap pengaruh kitosan mikrokristalin dalam mouthwash

dilakukan pengamata objektif berupa total plate count (TPC).

4.2.1 Karakterisasi Kitosan Mikrokristalin

Kitosan komersil yang telah dianalisis mutu selanjutnya dimodifikasi

dengan memperkecil ukruran partikel dengan memanfaatkan homogenisasi atau

kecepatan putaran magnetic stirrer dalam menumbuk kitosan dan dipadukan

dengan tekhnik presipitasi. Hal tersebut didasarkan terhadap pernyataan

Chang (2005) yang menyatakan bahwa semakin cepat putaran, memperbesar

intensitas molekul pelarut untuk bersentuhan dengan kitosan, sehingga semakin

besarnya intensitas kecepatan putaran pada magnetic stirrer partikel yang

dihasilkan semakin kecil.

Sedangkan presipitasi merupakan salah satu, usaha untuk mengubah

kondisi fisik bahan dari bentuk terlarut menjadi padatan tersuspensi sehingga

dapat dengan mudah dipisahkan dengan sedimentasi. Penggunaan proses

presipitasi bertujuan untuk menghasilkan suatu keadaan dimana terdapat kondisi

bentuk padatan tak larut yang dominan (Schoedder 1977), sehingga dapat

Page 39: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

25

dihasilkan kitosan berukuran mikro. Adapun hasil analisis proksimat kitosan

mikrokristalin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis proksimat kitosan mikrokristalin

Spesifikasi Hasil Uji Standar Kitosan*

Kadar air (%berat kering) 3,92% ≤ 10%

Kadar abu (%berat kering) 4% ≤2%

Kadar N (%berat kering) 1,4% <5%

Rendemen 50%

*Sumber Suptijah et al.. (1992)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa mutu kitosan mikrokristalin

yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan standar

mutu kitosan yang telah ditetapkan. Nilai persentase kandungan air, dan nitrogen

kitosan yang dihasilkan memiliki nilai persentase kandungan yang lebih kecil

dibandingkan dengan standar mutu kitosan yang telah ditetapkan, nilai persentase

kadar air dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya disebabkan karena waktu

penyimpanan dari bahan baku tersebut serta lingkungan yang lembab karena

menurut kumar (2000) kitosan memiliki sifat yang mudah menyerap air

(hidrophillic), sehingga apabila kitosan terlalu lama dalam penyimpanan dan

berada pada kondisi lingkungan lembab maka jumlah kadar air kitosan semakin

meningkat.

Sedangkan untuk nilai persentase kandungan mineral yang dikandung

kitosan mikrokristalin sedikit lebih besar dibandingkan dengan standar kitosan

yang telah ditetapkan. Tingginya nilai kandungan mineral dalam kitosan

mikrokristalin dibandingkan dengan standar kitosan yang telah ditetapkan

kemungkinan disebabkan karena nilai pH yang dikandung kitosan mikrokristalin

belum menunjukan angka 7 atau masih terdapat sisa pereaksi NaOH..

4.2.2 Hasil Analisis FTIR (Fourier Transform InfraRed)

Spektrum inframerah digunakan untuk penentuan derajat deasetilasi

kitosan yang digunakan, mengetahui gugus fungsi kitosan terdiri dari gugus OH,

CH, NH, amida dan karbonil pada bilangan gelombang 3414 cm-1

, 2480 cm-1

,

1639 cm-1

, 1384 cm-1

dan 1075 cm-1 yang disajikan pada Tabel 3. Derajat

Page 40: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

26

deasetilasi adalah penghilangan gugus asetil (COCH3) yang terdapat pada kitin.

Kitin yang mengalami proses deasetilasi disebut kitosan.

Derajat deasetilasi dari kitosan menentukan banyaknya gugus asetil yang telah

hilang selama proses deasetilasi kitin menjadi kitosan. Semakin besar derajat

deasetilasi, maka kitosan akan semakin aktif karena semakin banyak gugus amina

menggantikan gugus asetil. Gugus amina lebih reaktif dibandingkan gugus asetil

karena adanya pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dalam struktur kitosan

(Muzzarelli dan Peter 1997 dalam Kencana 2009). Hasil analisis FTIR diperoleh

puncak-puncak spektrogram Gambar 4.

4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0

-2.0

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22.0

cm-1

%T

Laborato ry T es t Result

Laboratory Test ResultD (1)

J (2)

3901.52

3854.88

3839.58

3818.17

3803.28

3751.96

3735.87

3690.79

3672.48

3392.84

2342.47

1575.13

1412.31

1152.06

1076.14

651.62

Gambar 4. Spektrum FTIR kitosan mikrokristalin

Gambar 4. menunjukan nilai Derajat deasetilasi (DD) kitosan

mikrokristalin yang dihasilkan sebesar 88,66% (Lampian 3). Hal ini menandakan

bahwa modifikasi kitosan menjadi kitosan mikrokristalin tidak merubah sifat

fungsional dari kitosan tersebut, hal ini dapat dilihat dari nilai derajat deasetilasi

kitosan >70%, karena menurut muzarelli (1997) kitin dengan nilai derajat

deasetilasi lebih dari 70% dapat dikatakan sebagai kitosan. Selain itu terlihat juga

dari hasil deteksi FTIR yang dibandingkan dengan standar menunjukkan hasil

yang tidak berbeda signifikan terhadap gugus fungsinya, hal ini menunjukkan

bahwa proses modifikasi sudah dapat menghasilkan kitosan dengan gugus fungsi

Page 41: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

27

yang cukup identik dengan standar, sedikit pergeseran bilangan gelombangnya

dikarenakan sedikit perbedaan kadar air dan kondisi lingkungan pengujian yang

berbeda.

Tabel 3. Karakteristik gugus fungsi dari kitosan

Standar

Bilangan gelombang (cm-1

) Gugus Fungsional

Hasil penelitian

Bilangan Gelombang

(cm-1

)

3450

2400

1650

1550

1070

OH

CH

NH

amida

C=O

3392

2342

1575

1412

1076

4.2.3 Hasil Analisis SEM (Scanning Electron Microscopy).

Nilai karakteristik fisik, berupa ukuran partikel diukur menggunakan alat

SEM (Scanning Electron Microscopy). SEM digunakan untuk mengamati

morfologi suatu bahan. Prinsip kerja mikroskop SEM adalah sifat gelombang dari

elektron berupa difraksi pada sudut yang sangat kecil. Elektron dapat

dihamburkan oleh sampel yang bermuatan karena memiliki sifat listrik

(Samsiah 2009 dalam Wulandari 2010). Hasil karakteristik SEM kitosan

mikrokristalin dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hasil Scanning elektron microscopy dari kitosan mikrokristalin

Ukuran partikel dapat ditentukan dengan mengukur diameter bola tersebut.

Perbesaran yang digunakan yaitu mulai dari 1000 kali hingga 20.000 kali. Setelah

dilakukan pengukuran diameter berdasarkan foto SEM. Pada Gambar.5

didapatkan ukuran partikel kitosan mikrokristalin berkisar 0,6-6μm. Dari hasil

Page 42: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

28

analisis fisik kitosan mikrokristalin tersebut, dapat disimpulakan bahwa proses

modifikasi kitosan menjadi kitosan mikrokristalin dengan teknik presipitasi telah

berhasil mendapatkan ukuran partikel mikro atau bahkan mencapai ukuran nano

partikel, karena menurut Mohanraj (2006) partikel yang berbentuk padat dengan

ukuran sekitar 10-1000 nm dapat dikatakan sebagai nano partikel.

Karakteristik fisik berupa ukuran mikro ataupun nano partikel sangat

mendukung dari kualitas proses antibakteri dari kitosan mirokristalin tersebut. Hal

ini karena nano partikel yang bersal dari bahan polimer memiliki kemampuan

penyebaran didalam organ tubuh selama waktu tertentu (Monharaj 2006). Selain

itu nano partikel dari bahan polimer biodegrible dan biocompatible merupakan

perkembangan yang baik karena diduga mampu terserap secara utuh di dalam

sistem pencernaan setelah masuk ke dalam tubuh (Wu et al. 2005).

4.2.4 Uji mikrobiologi (TPC) rongga gigi dan mulut

Kitosan mikrokristalin memiliki kemampuan sebagai zat antibakteri

karena memiliki sifat mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini

disampaikan oleh simpson (1997) bahwa kemampuan kitosan dalam menghambat

ataupun membunuh bakteri dengan mekanisme terjadinya lisis pada membran sel

bakteri. Mouthwash berbahan zat antibakteri kitosan mikrokristalin dengan

berbagai konsentrasi diaplikasikan secara in-vivo dengan cara berkumur pada dua

orang probandus usia 21 tahun dengan karaktersisasi gigi berlubang dan tidak

berlubang. Selang pengambilan sampel dilakukan saat sebelum berkumur, jam ke-

0, jam ke-4, dan jam ke-8

.Jumlah bakteri dalam rongga gigi dan mulut dapat diketahui dengan

menggunakan analisis mikrobiologis (TPC). Prinsip kerja dari analisis TPC adalah

perhitungan jumlah koloni bakteri yang ada di dalam sampel dengan pengenceran

sesuai keperluan dan dilakukan secara duplo. Koloni yang tumbuh pada cawan

petri dihitung dengan jumlah koloni yang dapat diterima 30-300 koloni percawan.

Nilai TPC dapat dihitung dengan mengkalikan jumlah koloni bakteri per jumlah

pengencerannya (Fardiaz 1992). Perhitungan nilai TPC dapat dilihat pada tabel.5

dan selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 5). Hasil analisis TPC rongga gigi

dan mulut probandus-1 dan probandus-2 disajikan dalam bentuk grafik yang dapat

dilihat pada Gambar 6.

Page 43: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

29

Keterangan: Huruf (a) menunjukkan perbedaan jenis gigi tidak memberikan pengaruh

berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan nilai TPC pada setiap perlakuan dan waktu.

Gambar.6 Grafik nilai TPC probandus 1 (gigi tidak berlubang) dan probandus 2

(gigi berlubang) pada setiap waktu pengambilan sampel dan konsentrasi

penggunaan mouthwash kitosan mikrokristalin

Hasil analisis ragam terhadap kandungan nilai TPC berdasarkan karakter

jenis gigi probandus 1 (tidak berlubang) dan probandus 2 (gigi berlubang)

(Lampiran 2c) menunjukkan bahwa perbedaan jenis gigi tidak memberikan

pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan nilai TPC yang dihasilkan

pada setiap taraf pengambilan sampel dan konsentrasi mouthwash kitosan

mikrokristalin. Perbedaan jenis gigi tidak memberikan pengaruh yang berbeda

nyata terhadap kandungan nilai TPC kedua probandus kemungkinan disebabkan

karena oral higiene yang diterapkan pada probandus 2 (gigi berlubang) masih

tergolong baik, karena peningkatan bakteri dapat terjadi apabila pada individu

menerapkan oral higiene yang buruk. Peningkatan bakteri pada individu dengan

oral higiene buruk dapat meningkatkan bakteri pada permukaan gigi sebanyak

2-10 kali lipat (Pintauli 2011).

Interaksi antara nilai TPC pada setiap taraf konsentrasi mouthwah kitosan

mikrokristalin dengan selang waktu dalam pengambilan sampel (sebelum

berkumur, jam ke-0, jam ke-4, dan jam ke-8) disajikan dalam Gambar 7. berikut:

Page 44: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

30

Keterangan: Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf (a,b,c,d) menunjukan perbedaan

interaksi pada setiap taraf konsentrasi dan waktu pengambilan sampel memberikan pengaruh

berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai TPC rongga gigi dan mulut

Gambar 7. Nilai Rata-Rata TPC pada setiap taraf interaksi

konsentrasi dan waktu pengambilan sampel

Hasil analisis ragam terhadap interaksi antara konsentrasi kitosan

mikrokristalin dalam mouthwash dengan waktu pengambilan sampel

(Lampiran 2a) menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan waktu

pengambilan sampel memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai

TPC rongga gigi dan mulut yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan (Lampiran 2b)

menunjukan hambatan bakteri yang terjadi dari sebelum berkumur hingga setelah

berkumur (jam ke-0) membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi kitosan

mikrokristalin dalam mouthwsh memberikan pengaruh yang nyata. Hambatan

bakteri terbaik hingga jam ke-0 dihasilkan dari hasil berkumur dengan mouthwash

kitosan mikrokristalin 1,5% yang mampu menghambat bakteri sebesar 99,46%

atau mampu menghambat dari 2,09 x 106 hingga sebesar 5,11 x 10

3 koloni bakteri

persampel. Sedangkan untuk hasil hambatan bakteri terkecil dihasilkan dari

berkumur dengan mouthwash pembanding (kontrol positif) yang mampu

menghambat bakteri sebesar 89,70% atau mampu menghambat bakteri dari

4,93 x 106 hingga sebesar 5,08 x 10

5 koloni bakteri. Untuk mouthwash dengan

konsentrasi 0,5% dan 1% secara berturut turut hanya mampu menghambat bakteri

sebesar 97,57% dan 99,05%.

Berdasarkan uji lanjut duncan (Lampiran 2b) untuk hambatan bakteri yang

terjadi dari jam ke-0 hingga jam ke-4, diketahui bahwa mouthwash dengan

Page 45: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

31

konsentrasi kitosan mikrokristalin 0,5, 1, dan 1,5% memiliki pengaruh nyata

dibandingkan dengan kontrol positif (mouthwash pebanding) dan kontrol negatif.

Berdasarkan uji lanjut duncan hambatan terbaik dihasilkan dari hasil berkumur

dengan mouthwash kitosan mikrokristalin konsentrasi 1,5% sebesar 83,72% atau

mampu menghambat bakteri dari 4,93 x 106 hingga 3,41 x 10

5 koloni bakteri.

Untuk mouthwash dengan konsentrasi 1% hanya mampu menghambat bakteri

sebesar 77,86%. Sedangkan untuk mouthwash kitosan mikrokristalin konsentrasi

0,5% nilai hambatan bakteri yang dihasilkan pada jam ke-4 sudah melebihi

jumlah bakteri saat sebelum berkumur, akan tetapi masih jauh lebih kecil

dibandingkan dengan kontrol negatif.

Pada jam ke-8 hasil yang didapatkan dari semua perlakuan mouthwash

telah melebihi jumlah bakteri pada saat awal atau sebelum berkumur. Akan tetapi

berdasarkan uji lanjut duncan (lampiran 2b) mouthwash kitosan mikrokristalin

konsentrasi 1 dan 1,5% memiliki hambatan yang berbeda nyata dibandingkan

dengan perlakuan mouthwash lainnya. Perbedaan daya hambat bakteri yang

terjadi pada setiap taraf konsentasi mouthwash kitosan mikrokristalin mendukung

dari pernyataan Liu (2003), yang menjelaskan bahwa aktivitas antibakteri

tergantung pada konsentrasi kitosan dalam larutan. Aktivitas antibakteri dari

kitosan dalam medium akan meningkat jika konsentrasi kitosan meningkat.

Mekanisme aktivitas antibakteri kitosan terjadi melalui interaksi

gugus NH3 glukosamin dengan permukaaan sel yang bermuatan negatif

(Eldin et al. 2008). Adanya daya tarik secara struktural antara dinding sel bakteri

dan kitosan disebabkan karena dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan

yang struktur dasar rantai utamanya terdiri dari N-asetilglukosamin dan β-glikan

(Qujeq 2004). Menurut Rafaat et al. (2008), interaksi awal antara polikationik

kitosan dan polimer dinding sel yang bermuatan negatif dipengaruhi oleh interaksi

elektrostatis dan asam teikoat. Akibatnya, pengikatan kitosan pada polimer

dinding sel memicu terjadinya efek seluler kedua, yaitu destabilisasi dan

perusakan fungsi membran bakteri sehingga mengganggu fungsi membran

sebagai pelindung. Permeabilitas membran terganggu dan mengakibatkan

pergerakan substansi bakteri terhambat.

Page 46: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil modifikasi kitosan menjadi kitosan mikrokristalin dengan metode

presipitasi menghasilkan kitosan dengan ukuran partikel berkisar dari 0,6-6µm

dengan karakteristik mutu kitosan mikrokristalin yaitu kadar air sebesar 3,92%,

abu sebesar 4% (berat kering), nitrogen 1,4% (berat kering), derajat deasetilasi

88,66% dan rendemen sebesar 50%. Karakteristik mutu kitosan mikrokristalin

yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan standar.

Perbedaan karakteristik gigi probandus dalam penelitian ini diketahui tidak

memiliki pengaruh yang nyata dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan untuk

jumlah TPC rongga gigi dan mulut setelah berkumur dengan mouthwash kitosan

mikrokristalin 0% (kontrol negatif), 0,5%, 1%, 1,5%, dan kontrol positif pada jam

ke-0, jam ke-4 dan jam ke-8 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

nilai TPC rongga gigi dan mulut dengan selang kepercayaan 95%. Mouthwash

kitosan mikrokristalin 0,5%, 1%, dan 1,5% memiliki nilai efektifitas penurunan

nilai TPC terbaik dibandingkan dari hasil berkumur dengan mouthwash

pembanding (kontrol posistif).

Saran

Perlu dilakukannya optimalisasi metode pembuatan kitosan mikrokristalin

sehingga dihasilkan mutu kitosan yang jauh lebih baik. Untuk keperluan

komersialisasi dapat digunakan mouthwash dengan konsentrasi 0,5% karena

memiliki efisiensi yang lebih baik dari segi ekonomi. Selain itu perlu dilakukan

penelitian mengenai formulasi mouthwash, agar didapatkan formulasi mouthwash

dengan zat-anti bakteri kitosan yang disukai konsumen.

Page 47: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

33

DAFTAR PUSTAKA

Addy M. 1986. Chlorhexidine compared with other locally delivered

antimicrobial. J.Clin Penodontol. 13: 95764.

Angka SL, Suhartono MT. 2000. Pemanfaatan Limbah Hasil Laut : Bioteknologi

Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB.

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Method of

Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:

The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

___________________________________________. 2005. Official Method of

Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:

The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Benjakul S, Sophanodora P. 1993. Chitosan production from carapace and shell of

Black tiger shrimp (Penaerus monodon). ASEAN Food Journal. 8: 145-148.

Boddu VM, Smith ED. 1999. A Composite Chitosan Biosorbent for Adsorption

of Heavymetal from Waste Waters. Champaign. US Army Eng Research

and Developpment Center.

Bought WA. 1975. Coagulation With Chitosan an Aid to Recovery of by Product

from Egg Breaking Waste. Poultry Science. 54: 1904.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-2356-2006. Penentuan Kadar Air

pada Produk Perairan. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional.

Chaiyakosha S, Charernjirtragul W, Umsakul K, Vuddhakul V. 2007. Comparing

the efficiency of chitosan with chlorine for reducing Vibrio

parahaemolyticus in shrimp. Journal Food Control. 18: 1031-1035.

Chang KLO, Tsai G, Lee J, Fu W. 1997. Heterogenous N-deacetylation of Chitin

chitosan oligomer with different molecular weight. Int J. Food microbial

74: 65-72.

Chang R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007.Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

Nasional. http://www.depkes.go.id [17 Juni 2011].

Demchick P, Koch AL. 1996. The permeability of the wall fabric of Escherichia

coli and Bacillus subtilis. J Bacteriol. 178:768–773

Domsay TM, Robert. 1985. Evaluation of Infra Red Spectroscopic Techniques for

analyzing Chitosan. Journal Macromol Chem. 186:1671

Eldin MSM, Soliman EA, AI Hashem, Tamer TM. 2008. Antibacterial activity of

chitosan chemically modified with new technique. Trends Biomater Aktif

Organs 22 : 121-133.

Page 48: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

34

Englander, Harold R, and Jordan, Harold V. 1972. Relation Between

Streptococcus mutans and Smooth Surface Caries in the Deciduous

Dentition. Journal of Dental Research. 51:1505

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Filler IR. and Wirick BG. 1978. Bulk Solution Properties of Chitosan.

Macsachusett Institute of Technology. Cambridge. Proc 1st Int Conf Chitin

Chitosan.

Giertsen E, Emberland H, Scheie AA. 1999. “Effects of Mouth Rinses with

Xylitol and Fluoride on Dental Plaque and Saliva”. Caries Research.

33(1):23-31.

Hardjito L. 2006. Aplikasi kitosan sebagai bahan tambahan makanan dan

pengawet. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Kitin Kitosan. Bogor:

Departemen Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor.

Helander IM. 2001. Chitosan distrupts the barier properties of the outer

membran of Gram-negative bacteria. Int J Food Microbiol Rev. 57: 823-

873.

Hirano S. 1989. Production and Application of Chitin and Chitosan in Japan. In

Chitin and Chitosan Chemistry, Biochemistry, Physical Properties and

Application. New York. Sanford Ed. Esevier Science Publ. Co. Inc.

Gunsolley JC. 2006. A Meta-analysis of Six- month Studies of Antiplaque and

Antigingivitis Agents. J Am Dent Assoc. No 137(12):1649-1657

Janes KA, Alonso MJ. 2003. Depolimerized Chitosan Nanoparticles for Protein

Delivery. Preparation and Characterization. J. Appl. Pol. Sci. 88 (12). 2769-

2776.

Jeon YJ, Kim SK. 2000. Production of Chitooligosaccharides Using Ultrafiltration

Membrane Reactor and Their Antibacterial Activity. Carbohyd. Poolym.

4:13-141.

Kencana A. 2009. Perlakuan sonikasi terhadap kitosan: viskositas dan bobot

molekul kitosan [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Knorr D. 1984. Use of Chitinous Polimery in Food. Journal Food Tec.

38 (1): 85 – 97.

Knorr D. 1982. Functional Properties Chitin and Chitosan. Journal of Food

Science. 47. 593-595.

Kumar MNR. 2000. A review of chitin and chitosan application. J. Reac and Func

Poly. 46: 1-27.

Page 49: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

35

Kumar RMNV, Pradiv Kumar Dutta, Nakamura S. 1998. Methods Of Metal

Capture From Wastewater In Advances In Wastewater Technology. Global

Science Publication.

Lin S, Huff HF, Hsieh F. 2002. Extruction process parameter, sensory

characteristics and structural properties of a Hight moisture soy protein

meat analog. J Food Sci. 67: 1066-1072.

Litsgarten MA. 2000. The Structure of Dental Plaque. Journal Periodontol.

5:52-65.

Liu J. 2003. Preparation and Characteritation of Chitosan Cu II Affinity

Membrane for Area Adsorption. J. of Applied Polymer Science.

9. 1508- 1112.

Loesche WJ. 1996. Microbiology of Dental Decay and Periodontal Disease.

Baron's Medical Microbiology, 4th ed.. Univ of Texas Medical Branch.

Malik.2008.Sakit-Gigi Bisa Picu Penyakit Kronis. http://www.dechacare.com/

Sakit-Gigi-Bisa-Picu-Penyakit-Kronis-I231.html [30September 2010]

McCullough MJ, Farah CS. 2008. The role of alcohol in oral carsinogenesis with

particular reference to alcohol-containing mouthwashes. Australian Dental

Journal 53:302-305.

Mohanraj UJ and Chen Y. 2006. Nanoparticles - A Review. Tropical Journal of

Pharmaceutical Research 5(1): 561-573.

Muzzarelli RAA, Peter MG. 1997. Chitosan Handbook. European Chitin Society.

No HK, Park NY, Lee SH, Meyer SP. 2002. Antibacterial activity of chitosan and

chitosan oligomers with different molecular weights. International Journal

Food Microbial.25;74( 1-2) 65-72

Nomura R, Nemoto H, Ooshima T, Nakano K, Hamada M, Fujimoto K. 2007.

“Repeated Bacteraemia Caused by Streptococcus mutans in A Patient with

Sjögren’s Syndrome.” Journal of Medical Microbiology No. 56: 988-992.

Noor RR. 2001. Scanning Electron Microscope. Bogor: Laboratorium Pemuliaan

dan Genetika Ternak, Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor.

Ornum JU. 1992. Shrimp Waste Must It Be Wasted. Infofish. 6 : 48-51.

Ouattara B, Simard RE, Piette G, Bégin A, Holley RA. 2000. Inhibition of surface

spoilage bacteria in processed meats by application of antimicrobial films

prepared with chitosan. International Journal of Food Microbiology. 62:

139-48.

Pintauli S, Hamada T. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan

pemeliharaan karies gigi. Medan:USU Press.

Pranoto Y, Salokhe Vilas M, Sudip K. Rakshit. 2005. Physical and antibacterial

properties of alginate-based edible film incorporated with garlic oil. J.Food

Research International 38: 267–272.

Page 50: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

36

Prashanth KVH, Taranathan RN. 2007. Chitin/Chitosan: modification and their

unlimited application potential-an overview. J.Trends in Food Science and

Technology 18: 117-131.

Protan Lab. 1987. Cation Polymer for Recovery Valuable by Products from

Processing Waste. Burgess.

Qujeq D, Mossavi SE. 2004. Antibacterial activity of chitosan against Escherichia

coli. J.Babol Med Sci 7: 1-12.

Rafaat D, Kristine Von K, Albert H, Hans George S. 2008. Insight into the mode

of action of chitosan as an antibacterial compound. J.Applied and

Environment Microbiol 74 : 3764-3773.

Rochima E, Sugiyono, Syah D, Suhartono MT. 2004. Derajat deasetilasi kitosan

hasil reaksi enzimatis kitin deasetilasi isolate Bacillus papandayan K29-14.

Di dalam : Seminar Nasional dan Konggres PATPI; Jakarta 17-18

Desember 2004. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Institut

Pertanian Bogor.

Ryan KJ, Ray CG. (editors), 2004. Sherris Medical Microbiology 4th edition.

McGraw Hill, New York.

Säkkinen M. 2003. Biopharmaceutical Evaluation of Microcrystalline Chitosan as

Release-Rate-Controlling Hydrophilic Polymer in Granules for Gastro-

Retentive Drug Delivery[disertasi]. Helsinki:Department of Pharmacy

University of Helsinki

Säkkinen M, Tuӧnonen T, Jurjenson H, Veski P, Marvola M. 2003. Evaluation of

microcrystalline chitosans for gastro-retentive drug delivery. European

Journal of Pharmaceuticals Scieces. 19: 345-353

Sanford PA. 1989. Chitosan comercial uses and potential application. Dalam

Chitin and Chitosan Sources. Chemistry Biochemistry, Phycical Properties

and Application Elsevier Applied Science Published Ltd.

Shahidi F, Abuzaytoun R. 2005. Chitin, chitosan, and co-products: chemistry,

production, application, and health effects. Adv. Food Nutr. Res. 49:93-135.

Shahidi J, Arachchi KV, Jeon YJ. 1999. Food Aplication of Chitin and Chitosan.

Journal of Trends in Food Science and Technology. 10: 37-51.

Simpson BK. 1997. Utilization of Chitosan for preservation of Raw Shrimp.

Journal of Food Biotechnology 2: 25-44.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan

Biometrik. Terjemahan: Bambang Sumantri. Jakarta: PT. Gramedia Utama.

Suhartono, M.T., 2006. Pemanfaatan Kitin, Kitosan (Kitooligosakarida).

Foodreview. 1 No. 6: 30 – 33.

Suptijah P. 2006. Deskripsi Karakterisasi Fungsional dan Aplikasi Kitin dan

Kitosan. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Kitin Kitosan. Bogor:

Departemen Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor.

Page 51: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

37

Suptijah P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S, Santoso J. 1992.

Pengaruh Berbagai Isolasi Khitin Kulit Udang Terhadap Mutunya. Laporan

Penelitian Jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB.

Bogor.

Suryo S. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi dan Pencegahan Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Tal H, Rosenberg M. 1990. Estimation of Dental Plaque Levels and Gingival

Inflammation Using a Simple Oral Rinse Technique. Journal

Periodontol. 61(6):33-42.

Tang ZX, Shi L, Qian J. 2007. Neutral Lipase from Aqueous Solutions on

Chitosan nano particles. Journal Biochemical Engineering. 34: 217-223.

Tsai GJ, Su WH. 2002. Antibacterial activity of shrimp chitosan against

Escherichia coli. J. Food Protect. 62: 239-243

Widodo S, Lambri SE. 1980. Peranan Kumur-kumur dalam Perawatan

Periodontal. Kumpulan Naskah Ceramah Ilmiah dan Kongres Nasional ke

XIV PDGI, hal. 140-144.

Wulandari T. 2010. Sintesis nanopartikel ekstrak temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) berbasis polimer kitosan, TPP dengan metode gelasi

emulsi [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor.

Wu Y, Yang W, Wang C, Hu J, Fu S. 2005. Chitosan nanoparticles as a novel

delivery system for ammonium glycrrhinizate. International Journal of

Pharmaceutics. 295: 235-245.

Zaenab, Mardiastuti HW, Logawa B, Anny VP, 2004. Uji Antibakteri Siwak

(Salvadora persica Linn. Terhadap Streptococcus mutans (ATC31987) dan

Bacteroides melaninogenicus. Makara Kesehatan. 8(2): 37-40.

Page 52: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

LAMPIRAN

Page 53: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

38

Lampiran 1, Perhitungan Analisis Proksimat

a. Kadar air

Sampel ulangan A (g) B (g) C (g) Kadar air (%)

Rata-

rata

(%)

Kitosan

Komersil

1 5,10 19,70 24,62 3,6 4

2 5,30 18,40 23,47 4,4

Keterangan :

A = bobot sampel awal (g)

B = bobot cawan kosong (g)

C = bobot cawan + sampel setelah dioven (g)

% kadar air ulangan 1 = (A+B) - C x 100 %

A

= 24,80 g – 24,62 g x 100 %

5,10 g

= 3,6 %

% kadar air ulangan 2 = (A+B) - C x 100 %

A

= 23,70 g – 23,47 g x 100 %

5,30 g

= 4,4 %

% kadar air rata-rata = 3,6 % + 4,4 %

2

= 4 %

b. Kadar abu

Sampel ulangan A (g) B (g) C (g) Kadar abu (%) Rata-rata

(%)

Kitosan

Komersil

1 5,10 19,80 19,81 0,22 0,21

2 5,30 18,30 18,31 0,20

Keterangan :

A = bobot sampel (g)

B = bobot cawan kosong (g)

C = bobot sampel + cawan setelah ditanur (g)

% kadar abu ulangan 1= C-B x 100 %

A

= 19,81 g – 19,80 g x 100 %

5,10

= 0,22 %

Page 54: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

39

% kadar abu ulangan 2 = C-B x 100 %

A

= 18,31 g – 18,30 g x 100 %

5,30 g

= 0,20 %

% kadar abu rata-rata = 0,22 % + 0,20 %

2

= 0,21 %

c. Kadar protein

Sampel Ulangan bobot

sampel (g) V HCl (mL) % N rata-rata (%)

Kitosan

Komersil

1 1,40 1,38 1,38 1,33

2 1,44 1,31 1,28

Keterangan :

V blanko = 0 mL FP = 10 Mr HCl = 14,007

N HCl = 0,1002 FK = 6,25

% N ulangan 1 = (V HCl - V blanko) x N HCl x FP x Mr HCl x 100%

mg contoh

= (1,38 - 0) x 0,1002 x 10 x 14,007 x 100%

1,40 x 103

= 1,38 %

% Kadar protein = % N x FK

= 1,38 x 6,25

= 8,6466 %

% N ulangan 2 = (V HCl - V blanko) x N HCl x FP x Mr HCl x 100%

mg contoh

= (1,31 - 0) x 0,1002 x 10 x 14,007 x 100%

1,44 x 103

= 1,28 %

d. Kadar air

Sampel ulangan A (g) B (g) C (g) Kadar air

(%)

Rata-rata

(%)

Kitosan

Mikrokristalin

1 1,02 20,75 21,73 3,6 3,92

2 1,02 21,64 22,62

4,2

Keterangan :

A = bobot sampel awal (g)

B = bobot cawan kosong (g)

Page 55: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

40

C = bobot cawan + sampel setelah dioven (g)

% kadar air ulangan 1 = (A+B) - C x 100 %

A

= 24,80 g – 24,62 g x 100 %

5,10 g

= 3,6 %

% kadar air ulangan 2 = (A+B) - C x 100 %

A

= 23,70 g – 23,47 g x 100 %

5,30 g

= 4,4 %

% kadar air rata-rata = 3,6 % + 4,4 %

2

= 4 %

e. Kadar abu

Sampel ulangan A (g) B (g) C (g) Kadar abu

(%)

Rata-

rata (%)

Kitosan

Mikrokristalin

1 1,01 19,57 19,61 4,25 4

2 1 18,34 18,38 3,75

Keterangan :

A = bobot sampel (g)

B = bobot cawan kosong (g)

C = bobot sampel + cawan setelah ditanur (g)

% kadar abu ulangan 1= C-B x 100 %

A

= 19,61 g – 19,57 g x 100 %

1,01

= 4,25 %

% kadar abu ulangan 2 = C-B x 100 %

A

= 18,38 g – 18,34 g x 100 %

1 g

= 3,75 %

% kadar abu rata-rata = 4,25 % + 3,75 %

2

= 4 %

Page 56: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

41

f. Kadar protein

Sampel Ulangan bobot

sampel (g) V HCl (mL) % N

rata-rata

(%)

Kitosan

Mikrokristalin

1 2,18 2,49 1,6 1,4

2 2,18 1,86 1,2

Keterangan :

V blanko = 0 mL FP = 10 Mr HCl = 14,007

N HCl = 0,1002 FK = 6,25

% N ulangan 1 = (V HCl - V blanko) x N HCl x FP x Mr HCl x 100%

mg contoh

= (2,49 - 0) x 0,1002 x 10 x 14,007 x 100%

2,18 x 103

= 1,6 %

% N ulangan 2 = (V HCl - V blanko) x N HCl x FP x Mr HCl x 100%

mg contoh

= (1,86 - 0) x 0,1002 x 10 x 14,007 x 100%

2,18 x 103

= 1,2 %

Page 57: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

42

Lampiran 2a, Analisis Ragam Analisa TPC Rongga Gigi dan Mulut Hasil

Berkumur dengan Mouthwash Kitosan Mikrokristalin

ANOVA

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kelompok 1 2,0029086E15 2,0029086E15 3,17 0,0803

Konsentrasi 4 2,3406948E16 5,851737E15 9,27 <,0001

Jam 3 1,0890511E16 3,6301702E15 5,75 0,0017

r(jam) 4 321020035808 80255008952 0,00 1,0000

konsentrasi*jam 12 2,8355424E16 2,362952E15 3,74 0,0004

Lampiran 2,b Uji Lanjut Duncan Interaksi Konsentrasi dan Waktu

Means with the same letter are not significantly different,

Duncan Grouping Mean N interaksi

A 110500000 4 KPjam ke-8

B 67250000 4 KNsebelum

B

C B 58750000 4 KN jam ke-4

C

C D 29750000 4 KN jam ke-0

C D

C D 28600000 4 KN jam ke-8

C D

C D 26175000 4 0,5 jam ke-8

C D

C D 24125000 4 KP jam ke-4

Page 58: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

43

Means with the same letter are not significantly different,

Duncan Grouping Mean N interaksi

D

D 19200000 4 0,5 jam ke-4

D

D 13650000 4 1 jam ke-8

D

D 12800000 4 1,5 jam ke-8

D

D 4925000 4 KPsebelum

D

D 3773750 4 1sebelum

D

D 3138750 4 1,5sebelum

D

D 2091250 4 0,5sebelum

D

D 835500 4 1 jam ke-4

D

D 507500 4 KP jam ke-0

D

D 340500 4 1,5 jam ke-4

D

D 91625 4 0,5 jam ke-0

Page 59: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

44

Means with the same letter are not significantly different,

Duncan Grouping Mean N interaksi

D

D 35694 4 1 jam ke-0

D

D 5106 4 1,5 jam ke-0

Page 60: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

45

Lampiran 3, Data Hasil Perhitungan DD (Derajat Deasetilasi)

DD = [1 - ( - ( ) ] x 100%

A 1575 =

A 3392 =

DD = [1 -[ ( - ( ) ] ] x 100%

= [1 -[0,87 – 0,75] ] x 100%

= [1– 0,13] x 100%

= [0,88] x 100%

DD = 88 %

Page 61: UJI EFEKTIVITAS KITOSAN MIKROKRISTALIN SEBAGAI … · masalah gigi-mulut sebesar 23,5%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima

46

LAMPIRAN.4 Data hasil analisis TPC (Total Plate Count)

Waktu Pengambilan

Sampel

Gigi Tidak Berlubang

Kontrol Negatif 0,5 1 1,5 Kontrol Positif

Sebelum Berkumur 6,30x10⁷ 1,91x10⁶ 2,22x10⁶ 1,95x10⁶ 2,10x10⁶

Jam ke-0 2,25x10⁷ 9,20x10⁴ 4,80x10⁴ 3,62x10² 5,35x10⁵

Jam ke-4 9,40x10⁷ 1,61x10⁷ 2,61x10⁵ 9,85x10⁴ 2,19x10⁷

Jam ke-8 2,86x10⁷ 2,54x10⁷ 1,50x10⁷ 1,19x10⁷ 1,99x10⁸

Waktu Pengambilan

Sampel

Gigi Berlubang

Kontrol Negatif 0,5 1 1,5 Kontrol Positif

Sebelum Berkumur 7,15x10⁷ 2,28x10⁶ 5,32x10⁶ 4,33x10⁶ 7,75x10⁶

Jam ke-0 3,70x10⁷ 9,12x10⁴ 2,34x10⁴ 9,85x10³ 4,80x10⁵

Jam ke-4 2,35x10⁷ 2,23x10⁷ 1,41x10⁶ 5,83x10⁵ 2,64x10⁶

Jam ke-8 2,86x10⁷ 2,70x10⁷ 1,23x10⁷ 1,36x10⁷ 2,20x10⁷